retinal detachmeniiit

Upload: shinthia-dara-julita

Post on 04-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Retinal Detachmeniiit

    1/13

    1

    RETINAL DETACHMENT

    Retinal detachment. Courtesy of UT Southwestern Medical School,

    Department of Ophthalmology (EMEDICINE)

    A. Pendahuluan

    Retina merupakan area mata yang menerima sinar, mengkonversi, untuk

    melanjutkan meneruskan impuls ke korteks serebral. Retina juga merupakan bagian

    mata yang peka terhadap cahaya, mengandung sel kerucut yang berfungsi untuk

    penglihatan warna dan sel-sel batang yang terutama berfungsi untuk penglihatan

    dalam gelap. Bila sel batang dan kerucut terangsang, sinyal akan dijalarkan melalui

    rangkaian sel saraf dalam retina itu sendiri dan akhirnya ke dalam serabut saraf optik

    dan korteks serebri.

  • 7/31/2019 Retinal Detachmeniiit

    2/13

    2

    B. Anatomi retina

    Retina adalah lembar jaringan saraf berlapis yang tipis dan semi transparan

    yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola mata. Retina

    membentang ke anterior hampir sejauh corpus siliare dan berakhir pada ora serrata

    dengan tepi yang tidak rata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm di

    belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm pada sisi nasal. Permukaan

    luar retina sensoris bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga

    berhubungan dengan membran Bruch, koroid dan sklera. Di sebagian besar tempat,

    retina dan epitel pigmen retina mudah terpisah hingga terbentuk suatu ruang subretina,

    seperti yang terjadi pada ablasi retina. Namun pada diskus optikus dan ora serrata,

    retina dan epitel pigmen retina saling melekat kuat sehingga perluasan cairan

    subretina pada ablasi retina dapat dibatasi.

    Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi dalamnya adalah sebagai berikut :1. Membran limitans interna

    2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang

    berjalan menuju nervus optikus

    3. Lapisan sel ganglion

    4. Lapisan pleksiform dalam yang mengandung sambungan sel ganglion

    dengan sel amakrin dan sel bipolar

    5. Lapisan inti dalam badan-badan sel bipolar, amakrin dan horisontal

  • 7/31/2019 Retinal Detachmeniiit

    3/13

    3

    6. Lapisan pleksiform luar, yang mengandung sambungan sel bipolar dan sel

    horisontal dengan fotoreseptor

    7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor

    8. Membran limitans eksterna

    9. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut

    10. Epitel pigmen retina

    Lapisan dalam membran bruch sebenarnya merupakan membrana basalis

    epitel pigmen retina.

    Retina mempunyai ketebalan 0,1 mm pada ora serrata dan 0,56 mm pada

    kutub posterior. Di tengah-tengah retina posterior terdapat makula berdiameter 5,5-6

    mm, yang secara klinis dinyatakan sebagai daerah yang dibatasi oleh cabang-cabang

    pembuluh darah temporal. Daerah ini ditetapkan sebagai area sentralis, yang secara

    histologi merupakan bagian retina yang ketebalan lapisan sel ganglionnya lebih dari

    satu lapis. Makula lutea secara anatomi didefinisikan sebagai daerah berdiameter 3

    mm yang mengandung pigmen luteal kuning-xantofil. Fovea yang berdiameter 1,5

    mm ini merupakan zona avaskular retina pada angiografi flouresens. Di tengah

    makula, 4 mm lateral dari diskus optikus, terdapat foveola yang berdiameter 0,25 mm,

    yang secara klinis tampak jelas dengan oftalmoskop sebagai cekungan yang

    menimbulkan pantulan khusus. Foveola merupakan bagian retina yang paling tipis

    dan hanya mengandung fotoreseptor kerucut. Gambaran histologi fovea dan foveola

    ini memungkinkan diskriminasi visual yang tajam, dimana foveola memberikan

    ketajaman visual yang optimal.

    Retina menerima darah dari dua sumber, yaitu koriokapilaris yang berada tepat

    di luar membran Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan

    pleksiform luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen retina,

    serta cabang-cabang dari arteria centralis retinae, yang mendarahi dua pertiga dalam

    retina. Fovea seluruhnya didarahi oleh koriokapilaris dan rentan terhadap kerusakan

    yang tak dapat diperbaiki bila retina mengalami ablasi.

    C. Fisiologi Retina

    Retina merupakan jaringan mata yang paling kompleks. Mata berfungsi

    sebagai suatu alat optik, suatu reseptor yang kompleks, dan suatu transduser yang

    efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mengubah rangsangan

  • 7/31/2019 Retinal Detachmeniiit

    4/13

    4

    cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke

    korteks penglihatan oksipital.

    Fotoreseptor tersusun sedemikian rupa sehingga kerapatan sel kerucut

    meningkat di pusat makula (fovea), semakin berkurang ke perifer, dan kerapatan sel

    batang lebih tinggi di perifer. Di foveola, terdapat hubungan hampir 1:1 antara

    fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan seratserat saraf yang keluar, sedangkan di

    retina perifer, sejumlah fotoreseptor dihubungkan ske sel ganglion yang sama. Fovea

    berperan pada resolusi spasial (ketajaman penglihatan) dan penglihatan warna yang

    baik, keduanya memerlukan pencahayaan ruang yang terang (penglihatan fotopik) dan

    paling baik di foveola, sementara retina sisanya terutama digunakan untuk

    penglihatan gerak, kontras dan penglihatan malam (skotopik).

    Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar retina sensorik yang

    avaskular dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mengawali proses

    penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung rhodopsin, suatu pigmen

    penglihatan yang fotosensitif dan terbenam di dalam diskus bermembran ganda pada

    fotoreseptor segmen luar. Pigmen ini tersusun atas dua komponen, sebuah protein

    opsin dan sebuah kromofor. Opsin dalam rhodopsin adalah skotopsin, yang terbentuk

    dari tujuh heliks transmembran. Opsin tersebut mengeliligi kromofornya, retinal, yang

    merupakan turunan dari vitamin A.

    Penglihatan skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor batang.

    Dengan bentuk penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat beragam corak abu-abu, tetapi

    warna-warnanya tidak dapat dibedakan. Sewaktu retina telah beradapatasi penuh

    terhadap cahaya, sensitivitas spektrum retina bergeser dari puncak dominasi

    rhodopsin 500 nm ke sekitar 560 nm, dan muncul sensasi warna. Suatu objek akan

    berwarna apabila objek tersebut secara selektif memantulkan atau menyalurkan sinar

    dengan panjang gelombang tertentu dalam kisaran spektrumcahaya tampak (400-700

    nm). Penglihatan siang hari (fotopik) teruatama diperantarai oleh fotoreseptor kerucut,

    senjakala (mesopik) oleh kombinasi sel kerucut dan batang, dan malam (skopotik)

    oleh fotoreseptor batang.

  • 7/31/2019 Retinal Detachmeniiit

    5/13

    5

    2.Definisi Retinal Detachment

    Retinal detachment adalah lepasnya retina dari tempatnya dimana lapisan

    sensoris retina (sel kerucut dan sel batang) terpisah dari sel epitel pigmen retina.

    Pada keadaan ini sel epitel pigmen retina masih melekat erat pada membranBruch. Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang retina dari koroid atau sel

    pigmen epitel akan mengakibatkan ganggguan nutrisi retina dari pembuluh darah

    koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang

    menetap.

    .

    3.Epidemiologi

    Ablasi retina merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi padaberbagai usia. Ablasi retina yang terjadi pada kedua mata sebanyak 12 30%. Angka

    kejadian terjadinya ablasi retina ialah 8,9 per 100.000 penduduk di Amerika Serikat

    (AS).

    Data yang ada di poliklinik RSCM sub bagian vitreoretina, ablasi retina berada di

    urutan pertama dari sepuluh kelainan dan penyakit vitreoretina pada tahun 1998.

    4. Klasifikasi

    Klasifikasi retinal detachment :

    Rhegmatogenous Non Rhegmatogenous :

    - Traksi

    - Eksudatif ( serosa dan hemoragik)

    5.Patogenesis

    Sebagian besar retinal detachment adalah akibat dari robekan atau lubang kecil

    pada lapisan retina. Hal ini dapat terjadi karena lapisan retina yang semakin tipis

    karena faktor usia.Yang paling sering i, robekan pada retina dapat terjadi ketika

    vitreous gel menarik atau memisah dari kaitannya pada retina, biasanya pada bagian

  • 7/31/2019 Retinal Detachmeniiit

    6/13

    6

    perifer retina.Viteous adalah suatu agar(gel) yang bening yang mengisi 2/3 dalam

    mata dan menempati ruangan di depan retina.

    Untuk lepasnya vitreous dari retina diperlukan sedikit tarikan, bila retina

    lemah, retina akan robek.Hal ini kadang disertai perdarahan jika suatu pembulih darah

    retina terlibat dalm robekan ini.

    Bila retina robek, cairan dari vitreous dapat melewati robekan dan berkumpul

    di belakang retina.Cairan ini yang memisahkan( detachment) dapat berlanjut dan

    melibatkan seluruh retina menjurus pada pelepasan retina total.Mata yang beresiko

    untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan miopia tinggi, pasca renitis, dan

    koroiditis

    5.1 Ablasi retina regmatogenosa (rhegmatogenous retinal detachment)

    Karakteristik ablasi retina regmatogenesa adalah pemutusan total (full-

    thickness) di retina sensorik, traksi korpus vitreum dengan derajat bervariasi, dan

    mengalirnya korpus vitreum cair melalui defek retina sensorik ke dalam ruang

    subretina.

    Ablasi retina akibat terdapatnya robekan atau lubang pada retina sehingga

    terjadi aliran vitreous humor (cairan mata) dari badan kaca ke belakang menuju

    rongga antara sel pigmen epitel dengan retina.Terjadi pendorongan retina oleh

    vitreous humor (cairan mata) yang masuk melalui robekan atau lubang retina tersebut

    ke rongga sub retina sehingga mengapungkan retina dan menyebabkan retina terlepas

    dari lapis epitel pigmen koroid. Ablasi retina regmatogenosa merupakan yang tipe

    ablasi yang paling umum terjadi. Ablasi umumnya terjadi pada mata yang mempunyai

    faktor resiko untuk terjadi ablasi retina( miopia, afakia, degenerasi lattice), trauma

  • 7/31/2019 Retinal Detachmeniiit

    7/13

    7

    hanya merupakan faktor pencetus untuk terjadinya ablasi retina pada mata yang

    berbakat. Robekan pada ablasio retina regmatogenosa biasanya terjadi pada setengah

    superior dari retina pada regio degenerasi ekuatorial. Ablasio retina yang berlokasi di

    daerah supratemporal sangat berbahaya karena dapat mengangkat makula.

    Penglihatan akan turun secara akut pada ablasio retina bila lepasnya retina mengenai

    makula lutea.

    Pemeriksaan yang teliti biasanya memperlihatkan satu atau lebih pemutusan

    retina total misalnya robekan berbentuk tapal kuda, lubang atrofik bundar, atau

    robekan sirkumferensial anterior( dialisis retina).

    5.2Ablasi retina tarikan atau traksi

    Ablasi retina akibat penarikan retina umumnya oleh jaringan jaringan ikat

    pembuluh darah yang terbentuk di dalam badan kaca.Ablasio retina akibat traksi

    adalah jenis tersering kedua. Neuropati diabetik proliferatif merupakan penyebab

    ablasi tipe ini yang paling sering. Selain itu trauma dan perdarahan pada badan kaca

    akibat bedah atau infeksi juga dapat menjadi faktor penyebab.

    5.3 Ablasi serosa hemoragik (eksudatif)

    Ablatio retinae serosa dan hemoragik dapat terjadi walaupun tidak terdapat

    pemutusan retina atau traksi vitreoretina. Ablasi ini adalah hasil dari penimbunan

    cairan di bawah retina sensorik dan terutama disebabkan oleh penyakit epitel pigmen

    retina dan koroid. Penyakit-penyakit degeneratif, inflamasi, dan infeksi, serta

    neovaskularisasi subretina akibat bermacam-macam hal mungkin berkaitan dengan

    ablatio retinae jenis ini. Ablasi jenis ini juga dapat menyertai penyakit peradangan dan

    penyakit vaskular sistemik, atau tumor intraokular.

  • 7/31/2019 Retinal Detachmeniiit

    8/13

    8

    6.Diagnosa

    Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi,

    dan pemeriksaan penunjang.

    Anamnesis

    Gejala yang sering dikeluhkan penderita adalah :

    1. Floatersi. Kadang-kadang penderita merasakan adanya tabir atau bayangan yang

    datang dari perifer (biasanya dari sisi nasal) meluas dalam lapangan pandang. Tabir

    ini bergerak bersama-sama dengan gerakan mata dan menjadi lebih nyata. Pada

    stadium awal, penglihatannya membaik di malam hari dan memburuk di siang hari

    terutama sesudah stres fisik (membungkuk, mengangkat) atau mengendarai mobil di

    jalan bergelombang.

    2. Fotopsia yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan

    cahaya atau dalam keadaan gelap.

    3. Penurunan tajam penglihatan

    4.Tanyakan adanya riwayat trauma, riwayat pembedahan sebelumnya (seperti

    ekstraksi katarak, pengangkatan corpus alienum intraokuler), riwayat penyakit mata

    sebelumnya (uveitis, perdarahan viterus, ambliopa, glaukoma dan retinopati diabetik),

    riwayat keluarga dengan penyakit mata serta penyakit sistemik yang berhubungan

    dengan ablasio retina (diabetes, tumor, sikle cell disease, leukemia, eklamsia dan

    prematuritas).

    Pemeriksaan Oftalmologi

    1. Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya

    makula lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca yang menghambat sinar

    masuk. Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila makula lutea ikut terangkat.

    2. Pemeriksaan lapangan pandang. Akan terjadi defek lapangan pandang seperti

    tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio

    retina.

    3. Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis

    ablasio retina dengan menggunakan oftalmoskopi indirek binokuler. Pada

    pemeriksaan ini retina yang mengalami ablasio tampak sebagai membran abu-abu

  • 7/31/2019 Retinal Detachmeniiit

    9/13

    9

    merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan

    bermakna pada ruang subretina, didapatkan pergerakan undulasi retina ketika mata

    bergerak. Pembuluh darah retina yang terlepas dari dasarnya berwarna gelap,

    berkelok-kelok, dan membengkok di tepi ablasio. Pada retina yang mengalami ablasio

    terlihat lipatan-lipatan halus. Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda

    karena terdapat pembuluh koroid di bawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait

    pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau operkulum dapat ditemukan

    mengambang bebas.

    4. Pemeriksaan tekanan bola mata. Pada ablasio retina tekanan intraokuler

    kemungkinan menurun.

    Gambar 3. Fundus normal Gambar 4 retina detachment

    Pemeriksaan Penunjang

    1. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta

    antara lain glaukoma, diabetes melitus, maupun kelainan darah.12

    2. Pemeriksaan ultrasonografi. Menggunakan gelombang suara dengan frekwensi

    tinggi (8-10 MHz). B-scan ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis ablasio

    retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya seperti proliferatif

    vitreoretinopati, benda asing intraokuler dengan membuat membuat potongan melalui

    seluruh jaringan, dengan demikian didapat lokasi dan bentuk dari kelainan dalam dua

    dimensi. Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang

    menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis

    7.Tatalaksana

  • 7/31/2019 Retinal Detachmeniiit

    10/13

    10

    Tujuan utama bedah ablasi adalah untuk menemukan dan memperbaiki semua

    robekan retina, digunakan krioterapi atau laser untuk menimbulkan adhesi antara

    epitel pigmen dan retina sensorik sehingga mencegah influks cairan lebih lanjut ke

    dalam ruang subretina, mengalirkan cairan subretina ke dalam dan ke luar, dan

    meredakan traksi vitreoretina. (vaughan)

    Bila retina robek tetapi belum lepas, maka lepasnya retina itu dapat dicegah

    dengan tindakan segera, yaitu dengan tindakan sinar laser. Biasanya menggunakan

    laser yang dapat menciptakan lingkungan yang terbakar pada robekan retina sehingga

    terbentuk bekas luka dan melekatnya retina yang robek dengan jaringan yang ada

    dibawahnya. Hal ini dapat mencegah cairan (vitreous humor) masuk melalui robekan

    dan tidak terjadi ablasi retina.

    Pada kasus yang jarang, laser tidak dapat digunakan maka kriopeksi dapat

    digunakan untuk mengatasi robekan retina. Kriopeksi yaitu tindakan pemberian suhu

    dingin dengan jarum es akan membentuk jaringan parut yang melekatkan retina pada

    jaringan di bawahnya. Teknik ini digunakan bersamaan dengan penyuntikan

    gelembung udara dan kepala dipertahankan pada posisi tertentu untuk mencegah

    penimbunan kembali cairan di belakang retina. Sekali terjadi ablasi retina hampir

    selalu menunjukkan terlambatnya menggunakan laser atau kriopeksi. Melalui

    pemeriksaan oftalmoskopi dapat ditemukan robekan retina dan risiko lain untuk

    terjadinya ablasi retina. Apabila robekan tidak ditemukan, dilakukan pemeriksaan

    ulang dalam 12 minggu atau sesegera mungkin jika adanya gejala ablasi.

    Bila retina telah lepas, maka diperlukan tindakan bedah untuk menempelkan

    kembali retina tersebut. Ablasi retina dapat diperbaiki lebih dari 90% dengan

    menggunakan prosedur tunggal. Pada lebih dari 90% ablasi retina, retina dapat

    ditempelkan kembali dengan teknik-teknik bedah mata modern dan kadang-kadang

    diperlukan lebih dari satu kali operasi.

    Ada 3 prosedur operasi dalam memperbaiki ablasi retina yakni skleral buckling,

    vitrektomil, danpneumatic retinopeksi.

    a.Skleral Buckling (SB)

    Operasi jenis ini sampai sekarang masih merupakan pilihan untuk ablasi tipe

    regmatogenosa, terutama jika tidak ada komplikasi. Prosedurnya meliputi :

    menentukan lokasi robekan retina, menatalaksana robekan retina dengan kriopeksi

  • 7/31/2019 Retinal Detachmeniiit

    11/13

    11

    dan menahan robekan retina dengan skleral buckle.Buckle biasanya berupa silicon

    berbentuk spons atau padat. Tipe dan bentukbuckle tergantung dari lokasi dan jumlah

    robekan retina. Buckle diikatkan di sklera untuk diposisikan sedemikian rupa sampai

    dapat mendorong robekan retina sehingga dapat menutup robekan. Jika robekan telah

    tertutup, maka cairan dalam retina akan menghilang secara spontan dalam jangka

    waktu 1 2 hari. Terkadang dapat juga dilakukan penyedotan cairan sub retina saat

    operasi berlangsung. Prosedur ini lebih sering dilakukan dengan anestesi lokal dan

    pasien tidak perlu dirawat.

    Scleral buckling mempertahankan retina di posisinya sementara adhesi

    korioretinanya terbentuk, dengan melekukkan sklera menggunakan eksplan yang

    dijahitkan pada daerah robekan retina. Angka keberhasilannya adalah 92-94% pada

    kasus-kasus tertentu yang sesuai. Komplikasinya antara lain perubahan kelainan

    refraksi, diplopia akibat fibrosis atau terganggunya otot-otot ekstraokular oleh

    eksplan, ekstruksi eksplan, dan kemungkinan peningkatan resiko vitreoretinopati

    proliferatif. ( VAUGHAN 196)

    Pasca operasi pasien tidak harus dalam posisi tertentu. Pasien dapat

    melakukan aktivitas seperti biasa kecuali aktivitas yang dapat melukai kepala.

    b. Vitrektomi

    Pada ablasi yang rumit mungkin diperlukan tindakan vitrektomi. Prosedur ini

    pertama kali dilakukan 20 tahun yang lalu. Biasanya dilakukan pada ablasi retina

    traksi namun dapat juga dilakukan pada ablasi retina regmatogenosa terutama bila

    ablasi ini disebabkan oleh adanya vitreus traksi atau perdarahan vitreus.

    Vitrektomi memungkinkan pelepasan traksi vitreo-retina, drainase internal

    cairan subretina jika diperlukan dengan penyuntikan perfluorocarbon atau cairan berat

    dan penyuntikan udara atau gas yang dapat memuai untuk mempertahankan retina

    pada posisinya, atau penyuntikan dengan minyak jika dibutuhkan tamponade retina

    yang lebih lama. Teknik ini digunakan bila terdapat robekan retina multipel, di

    seuperior, atau di posterior bila visualisasi retina, misalnya oleh perdarahan vitreus,

    dan bila ada vireoretinopati proliferatif yang bermakna. Vitrektomi menginduksi

    pembentukan katarak dan mungkin dikontraindikasikan pada mata fakik. Mungkin

    diperlukan pengaturan posisi pasien pasca operasi. (VAUGHAN 196)

    Prosedurnya meliputi irisan kecil pada dinding mata untuk memasukkan alat-

    alat ke dalam rongga viteus, tindakan pertama adalah memindahkan vitreus dengan

  • 7/31/2019 Retinal Detachmeniiit

    12/13

    12

    menggunakan vitreus culter. Selanjutnya dilakukan teknik sayatan tractional

    bands dan air fluid exchange yakni memasukkan cairan silikon untuk

    menempelkan kembali retina. Pemilihan teknik ini berdasarkan tipe dan penyebab

    ablasi retina. Pada teknik ini kepala pasien harus berada dalam posisi tertentu untuk

    menjaga agar retina tetap menempel.

    Hasil-akhir penglihatan pascabedah ablatio retinae regmatogenosa terutama

    tergantung dari status praoperasi makula. Apabila makula terlepas, pengembalian

    penglihatan sentral biasanya tidak sempurna. Oleh karena itu, tindakan bedah harus

    segera dilakukan selagi makula masih melekat. Bila makula sudah terlepas, penndaan

    tindakan bedah hingga 1 minggu tidak mengubah hasil akhir penglihatan.

    (VAUGHAN 197)

    c. Pneumatik Retinopeksi

    Dalam 10 tahun terakhir, prosedur ini menjadi popular dalam menangani

    ablasi retina regmatogenosa, terutama pada robekan tunggal dan berlokasi di superior

    retina. Prinsip prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam

    badan vitreus. Gelembung ini akan dengan sendirinya menempati posisi dimana

    terjadi robekan retina. Apabila robekan retina dapat ditutupi oleh gelembung gas

    maka cairan subretina akan menghilang dalam 12 hari.

    Udara atau gas yang dapat memuai disuntikkan ke dalam vitreus untuk

    mempertahankan retina pada posisinya, sementara adhesi korioretina yang diinduksi

    oleh laser atau cryoterapi menutup robekan retina secara permanen. Teknik ini

    memiliki angka keberhasilan yang lebih rendah dibandingkan cara lain dan hanya

    digunakan pada robekan retina tunggal kecil yang mudah dicapai, cairan subretina

    yang minimal dan tidak adanya traksi vitreoretina. ( VAUGHAN 196)

    Jadi pada prinsipnya, yang harus diperhatikan adalah:

    Melekatkan kembali lapisan retina RPE Pengobatan : sesuai dg tipe dan penyebab

    Rhegmatogenous : menutup lubang

    - cryosurgery, fotocoagulasi

    - Scleral buckling

    - kasus lanjut : SB + vitrectomy

  • 7/31/2019 Retinal Detachmeniiit

    13/13

    13

    Tractional :bersihkan vitreus dari jaringan fibrotikviterctomyExudative :umumnya non operativ, terapi sesuai kausa

    8.Prognosis

    Terapi yang cepat : prognosis lebih baik Perbaikan anatomis kadang tidak sejalan dengan perbaikan

    fungsi

    9.Pencegahan

    1.Gunakan kaca mata pelindung untuk mencegah terjadinya trauma pada mata.

    2.Penderita diabetes sebaiknya mengontrol kadar gula darahnya secara

    seksama.

    3.Jika anda memiliki resiko menderita ablasio retina, periksakan mata minimal

    setahun sekali.