resume wahidatul laeni sa'adah

25
RESUME MIKROBIOLOGI SEJARAH PERKEMBANGAN MIKROBIOLOGI PADA BAHAN PANGAN Disusun Oleh: WAHIDATUL LAENI SA’ADAH (P07131011 047)

Upload: eny-wahid-qucemout

Post on 05-Aug-2015

31 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

RESUME

MIKROBIOLOGI

SEJARAH PERKEMBANGAN MIKROBIOLOGI PADA

BAHAN PANGAN

Disusun Oleh:

WAHIDATUL LAENI SA’ADAH

(P07131011 047)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

Page 2: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

JURUSAN GIZI

TAHUN 2012

SEJARAH PERANAN MIKROBA PADA BAHAN PANGAN

A. KERUSAKAN MAKANAN

Louis Pasteur Sang Pelopor Mikrobiologi

Louis Pasteur lahir tanggal 27 Desember 1822, di

Dole, Prancis timur, sekitar 400 kilometer Tenggara

Paris. Beberapa tahun kemudian, keluarga Pasteur

pindah ke Arbois. Louis masuk sekolah di Arbois, tapi

rapornya jelek, kecuali untuk mata pelajaran seni.

Guru-gurunya mengira dia akan berhenti bersekolah

dan akan bekerja di penyamakan kulit milik ayahnya.

Namun, Louis sangat berhasrat menambah

pengetahuannya. Seorang gurunya melihat potensi

ketekunan dan ketelitiannya bekerja.

Pasteur menjadi profesor ilmu kimia di Universitas Strasbourg, dan selama lima tahun

mengajar dan meneliti di sana. Dia menikah dan hidup bahagia dengan keluarganya.

Pada usia 32 tahun, Pasteur menerima tantangan yang mengubah arah penelitian dan kariernya

sebagai guru. Dia diminta pergi ke Lille untuk mendirikan fakultas ilmu terapan yang akan

melatih para ilmuwan menerapkan pengetahuan teori mereka dalam memecahkan masalah-

masalah praktis di bidang industri dan perdagangan. Sementara kaum ilmuwan sebagian besar

berorientasi ke penelitian teoretis, Pasteur mendambakan ilmu yang dicintainya dapat

diterapkan, agar bisa bermanfaat bagi orang banyak. Dengan sangat gembira dia menyambut

kesempatan ini. Selama dua tahun Pasteur memantapkan fakultas ilmu terapan yang baru itu.

Dia memusatkan penelitiannya pada fermentasi, yaitu proses untuk menghasilkan alkohol dari

Page 3: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

gula, yang juga menyebabkan susu menjadi asam. Pasteur membuktikan bahawa keasaman

yang dihasilkan bukan berasal dari reaksi bahan kimia tapi berasal dari mikroba (mahluk kecil

yang hidup di dalamnya). Waktu itu, kebanyakan ahli kimia menduga bahwa pengasaman itu

terjadi karena reaksi bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya, tapi mereka tidak dapat

menjelaskan mengapa proses itu kadang memberikan hasil yang tidak diharapkan. Pasteur

membuktikan bahwa fermentasi terjadi hanya bila ada makhluk hidup kecil yang disebut

mikroba. Bila ada mikroba yang cocok, akan diperoleh hasil yang diharapkan. Tapi mikroba

yang tidak cocok akan membuat susu menjadi asam atau anggur menjadi pahit. Temuan Pasteur

ini membantu terbentuknya cabang ilmu baru yaitu mikrobiologi.

Tahun 1857, Pasteur kembali ke Ecole Normale. Kali ini dia bukan mahasiswa,

melainkan Direktur Kajian Ilmiah. Di sini dia melanjutkan penelitiannya mengenai mikroba.

Sekarang Pasteur mempunyai pengertian

teoritis yang baik tentang mikroba. Dia mencoba

menerapkan temuannya pada masalah praktis untuk

mencegah kerusakan anggur. Banyak keluarga di

tempat tinggalnya yang mata pencahariannya

tergantung pada industri anggur. Ekonomi Prancis

juga sangat bergantung pada ekspor anggur. Oleh

sebab itu, kerusakan anggur merupakan masalah

penting. Karena aroma anggur akan berubah jika

dididihkan, maka untuk membunuh sebagian besar

mikroba tanpa mengubah aromanya, anggur

dipanaskan secukupnya. Pendinginan membuat sisa

mikroba tidak bisa berkembang biak. Pasteur sangat gembira karena ternyata proses ini, selain

mencegah susu menjadi asam, juga bisa mengawetkan banyak jenis makanan lain. Inilah

langkah sterilisasi yang disebut pasteurisasi.

Penemuan Pasteur tentang mikroba juga membantu Joseph Lister dalam melakukan

metode antiseptik dalam melakukan operasi.

Mempelajari proses fermentasi dan menunjukkan bahwa mikroorganismelah penyebab

rasa asam yang tidak dikehendaki pada beberapa jenis anggur dan susu. Ia membuat sketsa

bakteri dengan bentuk bola (kokus), silindris atau bentuk batang (basillus), spiral (spirilum).

Page 4: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

Melalui penelitian fermentasi gula, Pasteur mengatakan bahwa faktor lingkungan sangat

penting bagi kehidupan mikroorganisme. Louis Pasteur dapat meyakinkan khalayak, bahwa

tidak ada kehidupan baru yang dapat timbul dari benda mati, maka muncullah teori

“Biogenesis” yaitu “Omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo” yang berarti “semua kehidupan

itu berasal dari telur, dan semua telur itu berasal dari sesuatu yang hidup”. Untuk membunuh

mikroorganisme. Pasteur mendapatkan bahwa perlakuan dengan suhu 62,8°C selama setengah

jam dapat membunuh bakteri. Kini proses ini, dinamai pasteurisasi.

B. KERACUNAN MAKANAN

Clostridium Botulinum Mikroorganisme ada yang dapat mendatangkan keuntungan dan mendatangkan

kerugian. Mikrobe dapat bersifat menguntungkan (mikroba apatogen) misalnya menghasilkan

produk-produk makanan khusus, imunisasi, vaksin, dan berperan dalam proses pembuatan

makanan dalam industri. Namun, mikroba juga dapat membusukkan protein, memfermentasikan

karbohidrat, dan menjadikan lemak atau minyak nerbau tengik. Keberadaan mikrobe pada

makanan ada yang berbahaya atau dapat sebut sebagai mikroba patogen bagi manusia, beberapa

mikrobe mengakibatkan kerusakan pangan, menimbulkan penyakit, dan menghasilkan racun.

Secara faktual, bahan  pangan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi

berbagai macam mikroba. Sering dijumpai dalam dunia industri makanan yang dikemas dalam

bentuk kalengan adanya kerusakan pangan yang ditimbulkan oleh mikroba patogen yang dapat

menghasilkan racun yaitu Clostridium botulinum.

Clostridium botulinum dapat menghasilkan

molekul protein dengan daya keracunan yang

sangat kuat yang dikenal dengan botulinin.

Botulinin tersebut yang menyebabkan botulisme,

yaitu penyakit keracunan makanan yang

terkontaminasi oleh Clostridium botulinum.

Bakteri ini menghasilkan toksin (racun) yang

dapat menyerang saraf (karena menyerang saraf

maka disebut neurotoksin). Gejala keracunan ini

(botulism) dapat terjadi selang beberapa jam

Page 5: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

sampai satu atau dua hari setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi Clostridium

botulinum. Beberapa gejala yang timbul antara lain mulut kering, penglihatan kabur,

tenggorokan kaku, kejang-kejang dan dapat mengakibatkan penderita meninggal karena sukar

bernafas (Wiwit, 2008).

Clostridium botulinum umum terdapat pada makanan kalengan dengan pH lebih dari

4,6. Kerusakan makanan kaleng dipengaruhi oleh jenis makanan dan jenis mikroba yang terdapat

didalamnya.  Tanda-tanda kerusakan pada makanan kaleng yang disebabkan oleh Clostridium

botulinum diantaranya adalah produk mengalami fermentasi, bau asam, bau keju atau bau butirat,

pH sedikit di atas normal dengan tekstur rusak. Penampakan pada keleng memperlihatkan bahwa

kaleng menggembung(Siagian,2002).

Kasus botulismus pertama kali dilaporkan tahun 1793 serta agen etiologinya pertama

kali diisolasi tahun 1895 oleh E. Van Ermengen. Wabah yang diteliti oleh Van Ermengen terjadi

di Belgia dengan kejadian 34 kasus dan menewaskan 3 orang penderita. Organisme penyebab

dinamainya Bacillus botulinus dari latin botulus yang berarti sosis. Botulismus disebabkan oleh

C. botulinum adalah kuman gram positif, anaerob, bentuk batang, spora (Jay, 1978).

Berdasarkan atas spesifisitas serologi

dari toksinnya dikenal ada 7 jenis toksin

yaitu : Jenis A, B, C, D, E, F,dan G. Toksin A,

B, E, dan F sebagai penyebab penyakit pada

manusia. Toksin jenis A umumnya sebagai

penyebab botulismus negara bagian Barat

Amerika, dimana toksin A bersifat lebih toksik

dibandingkan dengan toksin jenis B. Toksin

jenis B lebih sering dijumpai di tanah dan

bersifat kurang toksik dari jenis A. Toksin C

merupakan penyebab penyakit pada unggas, sapi dan hewan lainnya. Toksin D berkaitan dengan

keracunan makanan pada pakan sapi terutama di Afrika Selatan. Toksin E bersifat toksik pada

manusia terutama ditemukan pada ikan dan produk-produk ikan. Toksin F sama dengan jenis A

dan B yang diisolasi di Denmark. Jenis G dilaporkan di Argentina tetapi dikatakan tidak

mengakibatkan botulismus pada manusia. Berdasarkan atas sifat toksinnya dapat juga

Page 6: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

digolongkan atas dasar kemampuan proteolitiknya dimana toksin jenis A, B dan F bersifat

proteolitik, sedangkan jenis E tidak (Suardana, 2001; Frazier dan Westhoff, 1988; Jay, 1978).

Ada tiga jenis botulism yang biasa dijumpai, yaitu foodborne botulism (terjadi karena

mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh Clostridium botulinum). seperti pada kasus di

atas, wound botulism (karena ada luka yang terkontaminasi oleh Clostridium botulinum) dan

infant botulism (terjadi pada anak-anak yang mengkonsumsi makanan terkontaminasi

Clostridium botulinum) (Wiwit, 2008).

TAKSONOMI

Klasifikasi Clostridium botulinum adalah :

Kingdom : Bacteria

Divisi : Firmicutes

Kelas : Clostridia

Ordo : Clostridiales

Famili : Clostridiaceae

Genus : Clostridium

Species : Clostridium botulinum

Secara morfologi, Sel vegetatif C.

botulinum berbentuk batang dan berukuran cukup

besar untuk ukuran bakteri. Panjangnya antara 3 μm

hingga 7 – 8 μm. Lebarnya antara 0,4 μm hingga 1,2

μm.Pada pengecatan Gram, C. botulinum yang

mengandung spora bersifat Gram positif, sedangkan

C. botulinum yang tidak mengandung spora bersifat

Gram negatif. Namun, C. botulinum termasuk

bakteri Gram positif.Spora yang dihasilkan oleh sel

Clostridium secara struktural sangat berbeda dengan sel pada spesies itu sendiri, tapi yang

terkenal adalah spora pada Clostridia yang bersifat patogen. Lapisan paling luar spora disebut

dengan exosporium. Exosporium ini bervariasi antara masing – masing species, terkenal pada

species yang bersifat patogen, termasuk C. botulinum. Lapisan di bawah exosporium disebut

dengan membran spora, terdiri atas protein yang strukturnya tidak biasa. Bagian tengah spora

Page 7: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

mengandung DNA spora, ribosom, enzim, dan kation. Kandungan logam pada spora C.

botulinum berbeda dari kandungan metal pada Bacillus. Strain proteolitik C. Botulinum dapat

menghasilkan spora yang sangat resisten dengan pemanasan tinggi.

PERBEDAAN STRUKTUR dan CIRI-CIRI SEL pada SETIAP ORGANISME

Pada tahun 1938, seorang ahli biologi dari Amerika Serikat bernama Herbert Copeland

mengelompokkan semua makhluk hidup uniseluler ( bersel tunggal ) yang tidak memiliki intisel

(nucleus) berselaput ke dalam kelompok tersendiri yaitu Kingdom Monera atau saat ini disebut

Kingdom Prokariot. Selain tidak memiliki selaput nucleus, anggota kelompok tersebut juga tidak

memiliki struktur sel terspesialisasi yang lain seperti mitokondria, lisosom, vakuola kontraktil,

aparat golgi. Pada kelompok ini yang ada hanya materi genetic dan organel penyusun protein

atau ribosom. Semua bakteri termasuk ke dalam kelompok prokariot.

Pada tahun 1990, Carl Woose, seorang ahli mikrobiologi dari Amerika Serikat,

membagi bakteri ke dalam 2 kelompok (subkingdom), yakni subkingdom Archaebacteri

(Arkhea) dan subkingdom Eubacteria (bakteri). Sebelum penemuan subkingdom archae, para

ilmuwan membagi makhluk hidup menjadi dua kelompok besar yaitu prokariot yang terdiri atas

bakteri dan eukariot yang terdiri atas jamur, tumbuhan dan hewan. Subkingdom archaea

dikelompokkan ke dalam kelompok yang sama dengan bakteri karena sama-sama tidak

mempunyai nucleus. Jika dilihat dengan menggunakan mikroskop, tubuh arkea dan bakteri

memang tampak memiliki penampilan yang sama. Tetapi, ternyata keduanya memiliki perbedaan

mencolok dalam hal struktur dan komposisi dinding sel, struktur dan komposisi membrane

plasma, cara bergerak, materi genetik, kebutuhan nutrisi, hasil pewarnaan dan bentuk koloni.

Bukti terbaru bahkan menyatakan bahwa arkea memiliki hubungan yang lebih dekat dengan

eukariot dibanding bakteri. Artinya struktur arkea yang unik membuatnya tidak dikelompokkan

ke dalam prokariot maupun eukariot. Dengan demikian, ilmuwan mengusulkan agar makhluk

hidup tersebut dikelompokkan ke dalam domain baru yaitu domain arkea.

1) SEL PROKARIOTIK

Page 8: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

Kata prokariota (prokaryote) berasal dari bahasa Yunani, pro yang berarti

“sebelum” dan karyon yang artinya “kernel” atau juga disebut nukleus. Sel prokariotik

tidak memiliki nukleus. Materi genetiknya (DNA) terkonsentrasi pada suatu daerah yang

disebut nukleoid, tetapi tidak ada membran yang memisahkan daerah nukleoid ini dengan

bagian sel lainnya.

Struktur Sel Prokariotik

Sel prokariotik adalah sel yang tidak

memiliki selaput inti. Maka materi genetik sel

prokariotik tidak dibungkus oleh selaput.

Kebanyakan sel prokariotik adalah uniseluler,

walaupun ada pula beberapa yang multiseluler.

Sel prokariotik uniseluler ini mampu

membentuk koloni.

Semua sel prokariotik mempunyai membran sel

plasma, neklueoid berupa DNA dan RNA, serta

sitoplasma yang mengandung ribosom. Sel

prokariotik tidak memiliki membran inti,

sehingga bahan inti yang berada dalam sel

mengadakan kontak langsung dengan

protoplasma. Sel prokariotik juga tidak memiliki sistem endomembran (membran dalam), seperti

retikulum endoplasma dan kompleks Golgi. Selain itu, sel prokariotik juga tidak memiliki

mitokondria dan kloroplas, tetapi mempunyai struktur yang berfungsi sama dengan keduanya,

yaitu mesosom dan kromator. Contoh sel prokariotik adalah bakteri (Bacteria) dan Sianobakteri

(Cyanobacteria). Adapun bagian-bagian sel bakteri dan fungsinya adalah sebagai berikut:

1). Dinding Sel yang tersusun dari atas peptidoglikan, lipid dan protein. Dinding sel berfungsi

sebagai pelindung dan memberi bentuk yang tetap. Pada dinding sel terdapat pori-pori

sebagai jalan keluar masuknya molekul-molekul.

2). Membran Plasma yang tersusun atas molekul lipid dan protein dan berfungsi sebagai

pelindung molekuler sel terhadap lingkungan di sekirnya, dengan jalan mengatur lalu lintas

molekul dan ion-ion dari dalam

Page 9: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

3). Sitoplasma yang tersusun dari air, protein, lipid, mineral dan enzim yang berfungsi untuk

mencerna makanan secara ekstraselular untuk melakukan metabolisme sel.

4). Mesosom yaitu membran plasma yang melekuk ke dalam membentuk bangunan. Fungsinya

sebagai pengahasil energi.

5). Ribosom merupakan tempat berlangsungnya sintesis protein

6). DNA (Asam Deoksiribonukleat), berfungsi sebagai pembawa informasi genteika, yaitu

sifat-sifat yang harus diwariskan kepada keturunannya.

7). RNA (Asam Ribonukleat), RNA berfungsi membawa kode-kode gentika sesuai pesanan

DNA.

Ternyata sel prokariotik terdiri atau tersusun dari berbagai bagian. Setiap bagian bagian

sel memiliki fungsi yang berbeda. Tetapi seluruh bagian tersebut harus bekerja sama membentuk

satu kesatuaan. “Setiap bagian sel ini mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan hidup

sebuah sel, Namun bagian-bagian sel itu tidak dapat berdiri sendiri dalam menjalankan fungsi

sel, melainkan membentuk satu kesatuan” (Purnomo, Sudjino, Sembiring dan Trijoko (2006:9)).

2) SEL EUKARIOTIK

Eukariota (berasal dari bahasa Yunani "eu" yang artinya "baik", dan "karyon" yang

artinya menunjuk pada nuklei sel) adalah organisme dengan sel kompleks, di mana bahan-bahan

genetika disusun menjadi nuklei yang terikat membran. Eukariota termasuk hewan.

Tumbuhan, dan jamur yang kebanyakan multiselular serta berbagai kelompok lainnya yang

diklasifikasikan secara kolektif sebagai protista (banyak di antaranya uniselular).

Sel eukariotik merupakan sel yang

memiliki selaput inti dengan panjang sel

10-100 μm . Sel eukariotik terdiri atas tiga

bagian utama, yaitu sitoplasma, nukleus,

dan membran sel. Nukleus merupakan inti

sel yang berbentuk bulat  dan terletak di

tengah sel, yang mengandung asam

deoksiribosa nukleat (DNA) yang berfungsi

untuk mengarahkan sintesis protein untuk

kemudian diolah menjadi hormon-hormon

Page 10: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

dan enzim-enzim, serta menyimpan cetak biru genetik yang diwariskan antar generasi untuk

menjaga agar sifat-sifat yang dimiliki oleh satu generasi sama dengan sifat-sifat yang dimiliki

oleh generasi sebelumnya.

Membran sel, yang memiliki ketebalan berkisar 7.5-10 nm, terdiri atas lipid, protein, kolesterol,

dan oligosakarida. Membran sel memiliki dua fungsi utama, yaitu untuk menjaga ketetapan isi

sel yang berupa cairan sitosol dan mengatur lalu lintas pertukaran zat antara lingkungan

ekstraseluler dan lingkungan intraseluler. Hal ini dimungkinkan karena membran sel bersifat

semipermeabel akibat keberadaan protein yang disebut integrin yang memungkinkan untuk

terjadinya interaksi antara lingkungan ekstrasel dan lingkungan intrasel. Struktur membran sel

adalah dua lapis lipid yang di permukaannya terdapat rantai gula dan protein. Contoh sel

eukariotik antara lain sel ragi, sel protozoa, sel hewan, dan sel tumbuhan.

Sitoplasma merupakan lingkungan di dalam sel selain nukleus. Sitoplasma terdiri atas

cairan sitosol dan  sitoskeleton. Sitosol merupakan cairan berbentuk pekat yang mengisi sekitar

55% volume sel dan penting dalam metabolisme perantara, sintesis protein ribosom, dan

penyimpanan lemak dan glikogen. Sitosol merupakan tempat melekatnya organel-organel. Ada

lima jenis utama organel yang menempati sitosol: retikulum endoplasma, aparatus golgi,

lisosom, peroksisom, dan mitokondria.

1. Retikulum endoplasma (RE) merupakan organel yang terdiri atas RE halus dan RE kasar,

di mana RE kasar ditaburi oleh ribosom. RE kasar berfungsi untuk mensistesis dan

melepaskan protein-protein baru. Sebagian protein ini ditujukan ke lingkungan ekstrasel

sebagai sekretorik yaitu hormon-hormon dan enzim-enzim. Sebagian lagi diarahkan ke

lingkungan intrasel untuk membentuk membran sel baru, yang mana salah satu

komponennya adalah protein. Ribosom berfungsi untuk mensintesis lanjut protein

tersebut, di mana satu ribosom mensintesis hanya satu macam protein untuk digunakan di

dalam sitosol. Adapun RE halus berfungsi untuk menerima protein yang diproduksi dari

RE kasar untuk selanjutnya dikirim melalui vesikel transportasi ke aparatus Golgi.

2. Aparatus Golgi merupakan organel yang berfungsi untuk mengemas dan

mendistribusikan protein yang disintesis oleh retikulum endoplasma. Aparatus Golgi

menerima protein tersebut melalui vesikel transportasi yang berasal dari retikulum

endoplasma.

Page 11: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

3. Lisosom merupakan organel yang mengandung enzim-enzim hidrolitik yang kuat dan

berfungsi untuk melakukan perncernaan intrasel, sekaligus menghancurkan benda asing

atau sisa-sisa sel yang dibawa ke dalam sel melalui mekanisme endositosis. Enzim-enzim

ini dibungkus oleh suatu membran, sehingga tidak akan keluar dan merusak isi sel.

Lisosom (enzim-enzim) terbentuk dari sintesis protein di retikulum endoplasma dan

dibawa melalui vesikel terselubung dari aparatus Golgi.

4. Peroksisom merupakan organel bulat bermembran dengan garis tengah 0.5-1.2 μm yang

mengandung enzim-enzim oksidatif yang berfungsi untuk mendetoksifikasi zat sisa yang

masuk ke dalam sel dengan cara melepaskan atom hidrogen yang dipindahkan ke oksigen

molekular sehingga menjadi peroksida, yang bersifat merusak sel. Peroksida kemudian

diubah menjadi air dan oksigen dengan bantuan enzim katalase.

5. Mitokondria, yang berbentuk filamen dengan lebar 0.5-1 μm dan panjang 10 μm,

merupakan organel yang berfungsi mengubah energi kimiawi metabolit yang terdapat

dalam sitoplasma menjadi energi yang mudah dimanfaatkan oleh sel yaitu ATP.

Mitokondria terdiri dari membran luar dan membran dalam, yang disebut krista. Ruang

antarkrista disebut matriks. Krista mengandung protein yang berfungsi pada proses

transpor elektron pada pencernaan makanan. Sedangkan matriks terdiri dari campuran

pekat ratusan enzim yang berbeda yang penting untuk mempersiapkan molekul nutrien

untuk pengambilan akhir energi yang dapat digunakan oleh protein di krista.

Sitoskeleton merupakan jaringan protein kompleks yang merambahi sitosol dan

menunjang serta mengorganisasikan komponen intrasel menjadi susunan yang sesuai dan untuk

mengontrol gerakannya. Ada empat unsur penyusun sitoskeleton:

1. Mikrotubulus, merupakan unsur terbesar sitoskeleton berbentuk struktur seperti tabung

bergaris tengah 22 nm yang tersusun atas tubulin. Mikrotubulus berfungsi

mempertahankan bentuk sel yang asimetris, selain itu juga sebagai transportasi sekresi

vesikel, mengatur pergerakan silia dan flagela, serta mendistribusikan kromosom selama

pembelahan sel mitosis.

2. Mikrofilamen, yang merupakan unsur sitoskeleton dengan garis tengah 6 nm.

Mikrofilamen yang paling banyak dijumpai adalah aktin dan miosin. Mikrofilamen

berfungsi dalam berbagai sistem kontraktil sel dan sebagai penguat mekanis untuk

beberapa tonjolan sel tertentu.

Page 12: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

3. Filamen intermediat, merupakan filamen ukuran menengah denga garis tengah 7-10 nm,

yang tersusun atas protein-protein yang berfungsi membentuk serat yang kuat dan tahan

lama untuk bagian-bagian sel yang mengalami stres mekanis. Contohnya neurofilamen

dan filamen pada otot rangka yang menahan unit aktin-miosin agar tersusun dengan

benar.

4. Kisi-kisi mikrotrabekular, yang merupakan unsur sitoskeleton dengan garis tengah

kurang dari 2 nm, berfungsi untuk menampung mikrotubulus, mikrofilamen, filamen,

enzim dan unsur lainnya ke dalam sitosol.

Perbedaan antara sel perokariotik dan eukariotik, kita lihat pada

tabel berikut:

Struktur Prokariotik Eukariotik

Membran nukleus - +

Membran plastida - +

Nukleus - +

Nukleolus - +

Plastida - +/-

Mitokondria - +

Badan golgi - +

Kromosom + (tunggal) + (ganda)

DNA + (telanjang) + (dengan protein)

RNA + +

Histon - +

Pigmen + +

Pembelahan amitosis Mitosis/meiosis

Page 13: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

Eubacteria dan Archaebacteria

Page 14: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

3) ARCHAEBACTERIA

Archaebacteria merupakan kelompok bakteri yang menghasilkan gas metan dari

sumber karbon yang sederhana, uniseluler, mikroskopik, dinding sel bukan

peptidoglikon, dan secara biokimia berbeda dengan Eubacteria. Dalam sistem klasifikasi

pada sistem enam kingdom, Archaebacteria termasuk dalam satu kingdom tersendiri.

Archaebacteria termasuk kelompok prokariotik. Pertama kali diidentifikasikan pada

tahun 1977 oleh Carl Woese dan George Fox. Ada tiga kelompok dari Archaebacteria,

yaitu methanogens, halophiles, dan thermophiles. Hidup di lingkungan yang ekstrim

(contoh: di temperatur yang amat tinggi atau amat rendah). Berbeda dengan Eubacteria,

Archaebacteria dinding selnya tak mengandung peptidoglikan. ( Madigan, Michael.T.

2009).

Selain itu, sifat Archaebacteria yang lain adalah bersifat anaerob, dapat hidup di

sampah, tempat-tempat kotor, saluran pencernaan manusia atau hewan, halofil ekstrem,

lingkungan bergaram, serta termoplastik pada suhu panas dan lingkungan asam.

Archaebacteria dianggap sebagai nenek moyang dari bakteri yang ada sekarang ini.

Archaebacteria mencakup makhluk hidup autotrof dan heterotrof. Archaebacteria terbagi

menjadi tiga kelompok sebagai berikut.

a. Bakteri metanogen.

b. Halobakterium. Genus Halobacterium dan Halococcus mencakup bakteri yang

halofil ekstrem, bersifat aerob, dan heterotrof. Bakteri genus ini banyak

ditemukan di tambak garam laut. Pada saat terjadi penggandaan sel dari

halobakterium yang mengandung karotenoid, air akan berwarna merah intensif.

Selain itu, Halobakterium dan Halococcus dapat tumbuh optimum pada larutan

NaCl, 3,5 sampai 5 molar, serta mampu memanfaatkan energi cahaya untuk

metabolisme tubuhnya.

c. Bakteri termo-asidofil. Dalam kelompok ini, terhimpun Archaebacteri yang

bersifat nonmetanogen yang berbeda-beda. Di dalamnya juga terdapat wakil

autotrof dan heterotrof, asidofil ekstrem, neurofil, serta aerob dan anaerob.

Page 15: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

4)EUBACTERIA

Eubacteria berasal dari kata eu=sejati dan bacteria=bakteri, berarti eubactheria

sendiri adalah bakteri yang sejati. Pada tahun 1684 seorang ilmuwan belanda Anthony

van Leeuwenhoek menerbitkan beraneka ragam gambar-gambar bentuk bakteri, dan ilmu

tentang bakteri pun terus meningkat sehingga para ilmuwan yang mempelajari tentang

bakteri disebut bakteriologi.

Eubacteria (“bakteri sejati”) termasuk didalamnya bakteri dan cyano-bacteria

(biasa dikenal sebagai alga hijau biru). Eubacteria merupakan organisme prokariot.

Eubacteria berkembang biak dengan pembelahan biner meskipun beberapa spesies

diketahui berkembang biak dengan tunas. Dinding selnya mengandung peptidoglikan.

Peptidoglikan merupakan gabungan protein dan polisakarida.

Inti dan organelnya tidak memiliki membran, bersifat uniseluler, bersifat mikroskopik,

serta mempunyai dinding sel yang tersusun dari peptidoglikon. Selnya dapat berbentuk

bulat atau batang yang lurus, terpisahpisah atau membentuk koloni berupa rantai, serta

bertindak sebagai dekomposer pengurai. Bakteri ini hidup secara parasit dan patogenik.

Akan tetapi, ada pula yang bersifat fotosintetik dan kemoautotrof. Eubacteria

menjadi unsur yang sangat penting dalam proses daur ulang nitrogen dan elemen lain.

Selain itu, beberapa Eubacteria dapat dimanfaatkan dalam proses industri. Eubacteria

terbagi menjadi enam filum, yaitu bakteri ungu, bakteri hijau, bakteri gram positif,

Spirochaet, Prochlorophyta, dan Cyanobacteria.

Beberapa Eubacteria bergerak secara peritrik atau tidak bergerak. Beberapa kelas

dalam Eubacteria adalah sebagai berikut.

a . Kelas Azotobacteraceae

Ciri-ciri yang dimiliki oleh bakteri kelas Azotobacteraceae adalah sel berbentuk

batang, hidup bebas di dalam tanah, mirip sel khamir, dan pada kondisi aerob dapat

menambat N2. Misalnya, Azotobacter Chlorococcum, Azotobacter indicus, dan

Azotobacter agilis.

b . Kelas Rhizobiaceae

Ciri-ciri bakteri kelas Rhizobiaceae adalah sel berbentuk batang atau bercabang,

bersimbiosis dengan legominosae, membentuk bintil akar, dan mengonversi nitrogen

udara yang dapat bermanfaat bagi tumbuhan leguminosae. Misalnya, Rhizobium

Page 16: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

leguminosarum membentuk bintil akar pada akar Lathyrus, Pisum, Vicia; Rhizobium

japonicum pada kedelai; Agrobacterium tumefaciens menimbulkan pembengkakan

pada akar pohon.

c . Kelas Micrococcaceae

Ciri-ciri bakteri kelas Micrococcaceae adalah sel berbentuk peluru, berbentuk koloni

tetrade, serta kubus dan massa tidak beraturan. Contohnya, Sarcia dan Staphyloccus

aureus yang bersifat patogen serta dapat menimbulkan berbagai penyakit.

d . Kelas Enterobacteriaceae

Eubacteria yang terdapat dalam kelas Enterobacteriaceae dapat menimbulkan

fermentasi anaerobik pada glukosa atau laktosa, hidup sebagai dekomposer pada

serasah atau patogen pada manusia, juga pada saluran pernapasan dan saluran kencing

Vertebrata. Contohnya, E. coli yang terdapat di usus besar manusia dan Vertebrata;

Salmonela typhosa, yaitu patogen penyebab penyakit tifus; serta Shigella dysenteriae

penyebab disentri.

e . Kelas Lactobacillaceae

Sel Lactobacillaceae berbentuk peluru dan dapat menimbulkan fermentasi asam laktat.

Contohnya, Lactobacillus caucasicus yang membantu pembuatan yogurt;

Streptococcus pyogenes yang dapat menimbulkan nanah atau keracunan darah pada

manusia; serta Diplococcus pneumoniae sebagai penyebab pneumonia.

f . Kelas Bacillaceae

Sel Bacillaceae berbentuk batang dan berfungsi sebagai pembentuk endospora.

Misalnya, Bacillus antraks penyebab penyakit antraks dan Clostridium pasteurianum,

yaitu bakteri anaerob penambat N2.

g. Kelas Neisseriaceae

Sel Neisseriaceae berbentuk peluru dan umumnya berpasangan. Misalnya, Neisseria

meningitidis, yaitu bakteri penyebab meningitis; Neisseria gonorrhoeae penyebab

penyakit kencing nanah; serta Veillonella parvula berada di mulut dan saluran

pencernaan manusia dan hewan.

Page 17: Resume Wahidatul Laeni Sa'Adah

DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, Faidah. 2009. BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas XII Program IPA. Jakarta : Pusat

Perbukuan.

Dwisang, Evi Luvina. 2008. INTI SARI BIOLOGI untuk SMA. Jakarta : Scientific Press.

Mustahib.2011.http://biologi.blogsome.com/2011/07/23/archaebacteria-dan eubacteria/ diambil

tanggal 22 September 2012, jam 19.00 WITA

Agustina.2010.http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/organel-pada-sel-

eukariotik/ diambil tanggal 22 September 2012, jam 19.00 WITA

Anonim. 2011. http://zaifbio.wordpress.com/2010/11/08/sejarah-perkembangan-mikrobiologi/ diambil

tanggal 22 September 2012, jam 19.00 WITA

Anonim. 2011. http://media.isnet.org/iptek/100/Pasteur.html diambil tanggal 22 September 2012,

jam 19.00 WITA

Putra Sang Isahi. 2011. http://biologimediacentre.com/louis-pasteur-sang-pelopor-mikrobiologi/

diambil tanggal 22 September 2012, jam 19.00 WITA

Kalman Aani. 2012.http://mawasangka-bagea.blogspot.com/2012/05/clostridium-botulinum.html

diambil tanggal 22 September 2012, jam 19.00 WITA