resume uu no.1 2004

11
RESUME UU NO.1 TAHUN 2004 74 Pasal Pasal 1 Defenisi dari Perendaharaan Negara, Kas Negara, Rekening Kas Umum Negara, Kas Daerah, Rekening Kas umum Daerah, Piutang Daerah, dll. Pasal 2 Ruang Lingkup Perbendahraaan Negara meliputi pendapatan dan belanja negara/daerah, penerimaan dan pengeluaran negara/daerah, kas, penyusunan APBN/APBD, perumusan kebijakan dan lain-lain. Pasal 3 Pengertian UU tentang APBN, Perda tentang APBD, peraturan larangan pd pejabat untuk tetap tersedia dalam melaksanakan perencanaan-perencanannya Pasal 4 Wewenang Menteri negara dalam menyusun pelaksanaan anggaran, menunjuk kuasa pengguna anggaran, menetapkan pejabat yang bertugas, menggunakan barang milik negara, mengawasi,menyusun dan menyampaikan laporan keuangan. Pasal 5 Wewenang Gubernur/bupati/walikota dalam menetapkan kebijakan APBD, menetapkan pejabat yang bertugas melakukan 1. pengelolaaan utang dan piutang daerah. 2. Pengelolan barang milik daerah. 3. Pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran Pasal 6 Kepala satuan kerja prangkat daerah merupakan pengguna anggaran barang bagi satuan kerja prangkat daerah yang dipimpinnya, dan berwenang terhadap menyusun dokumen anggaran, melakukan tindak pengeluaran atas beban anggaran belanja, mengelola utang dan piutang, mengawasi pelaksanaan anggaran dan menyusun laporan keuangan. Pasal 7 Definisi Menteri Keuangan dan wewenang selaku bendahara negara. Menetapkan kebijakan,pedoman, mengesahkan dokumen peklaksanaan pada anggaran negara. Pasal 8

Upload: muhammad-husni

Post on 26-Jun-2015

987 views

Category:

Documents


275 download

TRANSCRIPT

Page 1: Resume UU No.1 2004

RESUME UU NO.1 TAHUN 2004

74 Pasal

Pasal 1

Defenisi dari Perendaharaan Negara, Kas Negara, Rekening Kas Umum Negara, Kas Daerah, Rekening Kas umum Daerah, Piutang Daerah, dll.

Pasal 2

Ruang Lingkup Perbendahraaan Negara meliputi pendapatan dan belanja negara/daerah, penerimaan dan pengeluaran negara/daerah, kas, penyusunan APBN/APBD, perumusan kebijakan dan lain-lain.

Pasal 3

Pengertian UU tentang APBN, Perda tentang APBD, peraturan larangan pd pejabat untuk tetap tersedia dalam melaksanakan perencanaan-perencanannya

Pasal 4

Wewenang Menteri negara dalam menyusun pelaksanaan anggaran, menunjuk kuasa pengguna anggaran, menetapkan pejabat yang bertugas, menggunakan barang milik negara, mengawasi,menyusun dan menyampaikan laporan keuangan.

Pasal 5

Wewenang Gubernur/bupati/walikota dalam menetapkan kebijakan APBD, menetapkan pejabat yang bertugas melakukan

1. pengelolaaan utang dan piutang daerah.

2. Pengelolan barang milik daerah.

3. Pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran

Pasal 6

Kepala satuan kerja prangkat daerah merupakan pengguna anggaran barang bagi satuan kerja prangkat daerah yang dipimpinnya, dan berwenang terhadap menyusun dokumen anggaran, melakukan tindak pengeluaran atas beban anggaran belanja, mengelola utang dan piutang, mengawasi pelaksanaan anggaran dan menyusun laporan keuangan.

Pasal 7

Definisi Menteri Keuangan dan wewenang selaku bendahara negara.Menetapkan kebijakan,pedoman, mengesahkan dokumen peklaksanaan pada anggaran negara.

Pasal 8

Menteri keuangan dapat mengangkat kuasa bendahara umum negara dalam melaksanakan tugas seperti menerima, menyimpan, membayar atau menyerahkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang dan surat berharga dalam pengelolaannya

Pasal 9

Page 2: Resume UU No.1 2004

Definisi Kelapa satuan Pengelola keuangan daerah dan wewenangnya dalam segala hal tentang pelaksanaaan APBD , antara lain, mengesahkan dokumen pelaksanaan angaran, melakukan pengendalian pelaksanaaan ABD, melaksanaakan pemungutan pajak daerah, memantau mengusahakan mengatur APBD, menyimpan uang daerah menyajikan informasi keuangan daerah, serta melaksanakan kebijakan pedoman pengelolaaan dan penghapusan barang milik daerah.

Pasal 10

Menteri pimpinan lembaga/ gubernur/ bupati / walikota mengangkat bendahara penerimaan untuk melakanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan, belanja pada katntor/satuan kerja di lingkungan kementerian negara/lembaga/satuan kerja di lingkungan kementerian negara.

Pasal 11

Tahun anggaran meliputi masa satu tahun dari tanggal 1 januari sampai dengan 31 desember.

Pasal 12

APBN dalam satu tahun anggaran meliputi hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Penguran nilai kekayaan bersih, penerimaan yang dibayar kembali.

Pasal 13

APBD dalam satu tahun anggaran meliputi hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurangnilai kekayaan bersih ,penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaranyang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yangbersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya

Pasal 14

Menteri /pimpinan lembaga menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk kementerian negara yang ditetapkan presiden. Dalam hal ini doumen pelaksanaan anggaran dilampirkan rencana kerja dan anggaran badan layanan umum dalam lingkungan kementerian negara yang bersangkutan.dokumen pelaksanaaan disampaikan kepada pimpinan lembaga, kuasa bendahara umum negara, dan Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 15

Setelah APBD ditetapkan, pejabat pengelola keuangan daerah memberitahu kepala satuan kerja perangkat daerah agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran. Dan kepala atuan kerja perangkat daerah menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk suatu kerja perangkat daerah yang dipimpin berdasarkan alokasi anggaran oleh gubernur/bupati/walikota.

Pasal 16

Pasal 17

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.

Pasal 18

Pengguna anggaran/Kuasa pengguna anggaran berhak menguji, membebankan, memerintah pembayaran tagihan-tagihan atas APBN/APBD dengan menguji kebenaran material surat-suratbukti penagih, meneliti kebenaran dokumen, meneliti tersediannya dana bersangkutan atas beban APBN/APBD.

Pasal 19

Pembayaran tagihan menjadi beban APBN dilakukan oleh bendahara umum negara dengan vara meneliti kelengkapan perintah pembayaran, menguji kebenaran perhitungan tagihan, memerintahkan pencairan dana dasar pengeluaran negara, menolak pencarian dana apabila perintah pembayaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Page 3: Resume UU No.1 2004

Pasal 20

Pembayaran tagihan dilakukan oleh Bendahara Umum Daerah. Bendahara Umum Daerah wajib untuk meneliti, mengguji tagihan atas APBD, memerintah pencairan dana yang bersangkutan sebagai dasar pengeluaran daerah, dan menolak pencairan dana bila pengguna Anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Pasal 21

Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima. Untuk kelancaran tugas, kepada PA/KPA dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran. BP melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelola setelah meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PA/KPA, setelah menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran, dan setelah menguji ketersediaan dana yang bersangkutan. BP wajib menolak perintah bayar apablia persyaratan tidak dipenuhi. BP bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya. Pengecualian dari ketentuan di atas, diatur dari peraturan pemerintah. 

Pasal 22

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah. Dalam rangka tersebut, Menkeu membuka Rekening Kas Umum Negara. Uang negara disimpan dalam RKUN pada bank sentral. Untuk operasional penerimaan dan pengeluaran negara, BUN dapat membuka Rekening Penerimaan dan Rekening Pengeluaran pada bank umum. Rekening Penerimaan digunakan untuk menampung penerimaan negara setiap hari. Saldo Rekening Penerimaan setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke RKUN pada bank sentral. Apabila kewajiban tersebut tidak dapat dijalankan setiap hari, maka BUN mengatur penyetoran secara berkala. Rekening Pengeluaran pada bank umum diisi dengan dana yang bersumber dari RKUN. Jumlah dana yang dimasukkan disesuaikan dengan rencana pengeluaran yang telah ditetapkan APBN.

Pasal 23

Pemerintah Pusat memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas dana yang disimpan pada bank sentral. Jenis-jenisnya, serta biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank sentral, ditetapkan berdasarkan kesepakatan Gubernur bank sentral dengan Menteri Keuangan.

Pasal 24

Pemerintah Pusat/Daerah berhak memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas dana yang disimpan di bank umum. Bunga dan/atau jasa giro tersebut didasarkan pada tingkat suku bunga dan/atau jasa giro yang berlaku. Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umum didasarkan pada ketentuan yang berlaku pada bank umum yang bersangkutan.

Pasal 25

bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh pemerintah merupakan Pendapatan Negara/Daerah. Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umum dibebankan pada Belanja Negara/Daerah.

Pasal 26

Menteri Keuangan selaku BUN dalam hal tertentu dapat menunjuk badan lain untuk melaksanakan penerimaan dan/atau pengeluaran negara untuk mendukung kegiatan operasional kementerian negara/lembaga. Penunjukkan dilakukan dalam bentuk kontrak kerja. Badan yang dipilih wajib melaporkan secara berkala kepada BUN pelaksanaan penerimaan dan/atau pengeluaran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Pasal 27

Dalam rangka penyelenggaraan rekening Pemerintah daerah, Pejabat Pengelola Keuangan daerah membuka RKU daerah pada bank yang telah ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota. Dalam pelaksanaan operasional Penerimaan dan Pengeluaran Daerah, Bendahara Umum Daerah dapat membuka Rekening Penerimaan dan Rekening Pengeluaran pada bank yang ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota. Rekening Penerimaan digunakan untuk menampung Penerimaan Daerah setiap hari. Saldo Rekening Penerimaan setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke Rekening Kas Umum Daerah. Jumlah dana yang disediakan di Rekening Pengeluaran disesuaikan dengan rencana pengeluaran yang telah ditetapkan dalam APBD.

Page 4: Resume UU No.1 2004

Pasal 28

Pokok-pokok mengenai pengelolaan uang negara/daerah diatur dengan Peraturan Pemerintah setelah berkonsultasi dengan bank sentral. Pedoman lebih lanjut mengenai pengelolaan uang negara/daerah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PP sebagaimana ditetapkan oleh Menkeu selaku BUN. Pelaksanaan ketentuan yang berkaitan dengan pengelolaan uang daerah diatur dengan peraturan daerah.

Pasal 29

Menteri/pimpinan lembaga selaku PA dapat membuka rekening untuk keperluan pelaksanaan penerimaan di lingkungan kementerian negara/lembaga setelah memperoleh persetujuan dari BUN. Menteri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untuk menatausahakan penerimaan negara di lingkungan kementerian/pimpinan lembaga. Dalam rangka pengelolaan kas, BUN dapat memerintahkan pemindahbukuan dan/atau penutupan rekening.

Pasal 30

Gubernur/bupati/walikota dapat memberikan izin pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan penerimaan di lingkungan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Gubernur/bupati/walikota mengangkat bendahara untuk menatausahakan penerimaan satuan kerja perangkat daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya.

Pasal 31

Menteri/pimpinan lembaga dapat membuka rekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan kementerian negara/lembaga setelah mendapat persetujuan dari Menkeu selaku BUN. Menteri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untuk mengelola uang yang harus dipertanggungjawabkan dalam rangka pelaksanaan pengeluaran kementerian negara/lembaga. Dalam rangka pengelolaan kas, BUN dapat memerintahkan pemindahbukuan dan/atau penutupan rekening.

Pasal 32

Gubernur/bupati/walikota dapat memberikan ijin pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan satuan kerja perangkat daerah. Gubernur/bupati/walikota mengangkat bendahara untuk mengelola uang yang harus dipertanggungjawabkan dalam rangka pelaksanaan pengeluaran satuan kerja perangkat daerah.

Pasal 33

Pemerintah pusat dapat memberikan pinjaman/hibah kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD sesuai dengan yang ditetapkan dalam UU tentang APBN. Pemerintah pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada lembaga asing sesuai dengan yang tercantum dalam UU tentang APBN. Tata cara pemberian pinjaman/hibah diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 34

Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan, belanja, dan kekayaan negara/daerah wajib mengusahakan agar setiap piutang negara/daerah diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu. Piutang yang tidak diselesaikan seluruhnya dan/atau tepat waktu, diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 35

Piutang negara/daerah jenis tertentu mempunyai hak mendahului sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 36

Penyelesaian piutang negara/daerah yang timbul sebagai akibat hubungan keperdaatan dapat dilakukan melalui perdamaian, kecuali mengenai piutang negara/daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam UU.

Penyelesaian piutang yang menyangkut piutang negara ditetapkan oleh :

Menteri Keuangan, jika bagian piutang negara yang tidak disepakati tidak lebih dari Rp10.000.000.000,00;

Page 5: Resume UU No.1 2004

Presiden, jika bagian piutang negara yang tidak disepakati lebih dari Rp10.000.000.000,00 sampai dengan Rp100.000.000.000,00;

c. Presiden, setelah mendapat pertimbangan DPR, jika bagian piutang negara yang tidak disepakati lebih dari Rp100.000.000.000,00.

Penyelesaian piutang yang menyangkut piutang daerah ditetapkan oleh :

Gubernur/bupati/walikota, jika bagian piutang daerah yang tidak disepakati tidak lebih dari Rp5.000.000.000,00;

Gubernur/bupati/walikota, setelah mendapat pertimbangan DPRD, jika bagian piutang daerah yang tidak disepakati lebih dari Rp5.000.000.000,00.

Perubahan atas jumlah uang ditetapkan dengan UU. 

Pasal 37

piutang negara/daerah dapat dihapuskan secara mutlak atau bersyarat dari pembukuan, kecuali mengenai piutang negara/daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dengan UU.

Penghapusan, sepanjang menyangkut piutang Pemerintah Pusat, ditetapkan oleh :

Menteri Keuangan untuk jumlah sampai dengan Rp10.000.000.000,00; Presiden untuk jumlah lebih dari Rp10.000.000.000,00 sampai dengan Rp100.000.000.000,00; Presiden dengan persetujuan DPR untuk jumlah lebih dari Rp100.000.000.000,00.

Penghapusan yang menyangkut piutang Pemerintah Daerah, ditetapkan oleh :

Gubernur/bupati/walikota untuk jumlah sampai dengan Rp5.000.000.000,00; Gubernur/bupati/walikota dengan persetujuan DPRD untuk jumlah lebih dari Rp5.000.000.000,00.

Perubahan atas jumlah uang ditetapkan dengan UU. Tata cara penyelesaian dan penghapusan piutang negara/daerah diatur dengan peraturan pemerintah. 

Pasal 38

Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama Menkeu untuk mengadakan utang negara atau menerima hibah yang berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang APBN. Utang/hibah tersebut selanjutnya dapat diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD. Biaya berkenaan dengan proses pengadaan utang atau hibah dibebankan pada Anggaran Belanja Negara. Tata cara pengadaan utang dan/atau penerimaan hibah baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri serta penerusan utang atau hibah luar negeri kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD, diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 39

Gubernur/bupati/walikota dapat mengadakan utang daerah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah menyiapkan pelaksanaan pinjaman daerah sesuai dengan keputusan gubernur/bupati/walikota. Biaya berkenaan dengan pinjaman dan hibah daerah dibebankan pada Anggaran Belanja Daerah. Tata cara pelaksanaan dan penatausahaan utang negara/daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pasal 40

\Hak tagih mengenai utang atas beban negara/daerah kedaluwarsa setelah 5 tahun sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain oleh UU. Kedaluwarsaan dapat  tertunda apabila pihak yang berpiutang mengajukan tagihan kepada negara/daerah sebelum berakhirnya masa kedaluwarsa. Ketentuan diatas tidak berlaku untuk pembayaran kewajiban bunga dan pokok pinjaman negara/daerah.

Pasal 41Pengelolaan Investasi oleh Pemerintah, serta penyertaan modal Pemerintah Pusat dan Daerah.

Page 6: Resume UU No.1 2004

Pasal 42

Menkeu mengatur Pengelolaan barang milik Negara.Mencakup siapa pengguna dan Kuasa pengguna .

Pasal 43Gubernur/bupati/walikota menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah. Mencakup Pengawas dan pengguna.

Pasal 44.Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik negara/daerah yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

Pasal 45Barang milik negara/daerah yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan negara/daerah tidak dapat dipindahtangankan, serta pengecualiannya atas persetujuan DPR/DPRD.

Pasal 46Maksud persetujuan DPR/DPRD, syarat Pemindahtanganan barang milik Negara.

Pasal 47Tujuan Persetujuan DPRD, syarat Pemindahtanganan barang milik Daerah.

Pasal 48Penjualan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara lelang, kecuali dalam hal-hal tertentu. Yang diatur dengan PP.

Pasal 49

Peraturan mengikat atas eksistensi Barang milik Barang milik Negara/Daerah.

Pasal 50

Pihak manapun dilarang menyita :a. uang atau surat berharga milik negara/daerah baik yang berada pada instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga;b. uang yang harus disetor oleh pihak ketiga kepada negara/daerah;c. barang bergerak milik negara/daerah baik yang berada pada instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga;d. barang tidak bergerak dan hak kebendaan lainnya milik negara/daerah;e. barang milik pihak ketiga yang dikuasai oleh negara/daerah yang diperlukan untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan.

Pasal 51

Penyelenggaraan Akuntansi Keuangan oleh Menkeu/Pejabat Keuangan Daerah dan Menteri/pimipinan lembaga/Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Pasal 52Setiap orang dan/atau badan yang menguasai dokumen yang berkaitandengan perbendaharaan negara wajib menatausahakan dan memeliharadokumen tersebut dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.Pasal 53

Pertanggungjawaban oleh Bendahara Penerimaan/Pengeluaran, Kuasa Bendahara Umum Negara, Bendahara Umum Negara, serta Bendahara Umum Daerah.

Pasal 54

Page 7: Resume UU No.1 2004

1. Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan material kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota atas pelaksanaan kebijakan anggaran yang berada dalam penguasaannya.2. Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan material kepada Pengguna Anggaran atas pelaksanaan kegiatan yang berada dalam penguasaannya.

Pasal 55Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. Menteri Keuangan menyusun Laporan Keuanganpemerintah Pusat disampaikan kepada Presiden. Presiden menyampaikan kepada BPK.Akuntansi yang diselenggarakan sesuai dengan standar Akuntansi Pemerintahan.

Pasal 56Penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun laporan keuangan pemerintah daerah kepada Gubernur/Bupati/Walikota. Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan kepada BPK. Akuntansi yang diselenggarakan sesuai dengan standar Akuntansi Pemerintahan.

Pasal 57Pembentukan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, tugasnya, serta susunan, kedudukan, keanggotaan, masa kerjanya.

Pasal 58Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Ditetapkan dengan PP.

Pasal 59Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pejabat wajib mengganti kerugian atas perbuatan melanggar hukum dan melalaikan kewajibannya.

Pasal 60Setiap kerugian negara wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepala kantor kepada menteri/pimpinan lembaga dan diberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian negara itu diketahui. Kerugian Negara diketahui, dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian negara dimaksud. Atau dengan pengeluaran Surat Pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.

Pasal 61Setiap kerugian daerah wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepala satuan kerja perangkat daerah kepada gubernur/bupati/walikota dan diberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian daerah itu diketahui. Kerugian Daerah diketahui, dapat segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian daerah dimaksud. Atau dengan pengeluaran Surat Pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.

Pasal 62Pengenaan ganti rugi ditetapkan BPK. Ditemukan tindak pidana, ditindaklanjuti dengan perundang-undangan yang berlaku. Lebih lanjut diatur dalam UU mengenai pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Pasal 63 Pengenaan ganti rugi pegawai negeri bukan bendahara ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur /bupati /walikota dan ditetapkan dengan PP.

Pasal 64

Bendahara dan pejabat lainnya dapat dikenakan sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana. Putusan pidana tidak dapat membebaskan tuntutan ganti rugi.

Page 8: Resume UU No.1 2004

Pasal 65

Kewajiban bendahara dan pegawai neeri lainnya dalam membayar ganti rugi dapat kadarluasa dalam waktu 5 tahun sejak diketahuinya kerugian dan 8 tahun sejak terjadi kerugian tidak dituntut atas ganti rugi.

Pasal 66

Bendahara atau pegawai negeri/Pejabat lainnya dikenai tuntutan ganti kerugian negara/daerah bila mereka dalam kondisi pengampunan, meninggal dunia. Pengampunan untuk ganti rugi akan hapus bila dalam 3 tahun sejak keutusan pengadilan yang bersangkutan diketahui melarikan diri. Pengampunan tidak diberi tahu oleh pejabat yang bersangkutan

Pasal 67

Keentuan penyelesaian kerugian negara sebagaimana diatur dalam UU berlaku untuk uang, baran bukan milik negara/daerah, yang berada dalam penguasaaan bendahara/pegawai negeri/ pejabat dalam penyelelanggaaan tugas pemerintah.ketentuan juga berlaku pada pengelola perusahaan negara/daerah.

Pasal 68

BLU dibentuk untuk meingkatkan pelayanan pada masyarakat, dengan tujuan mensejahterakan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pasal 69

Setiap BLU wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan, disajikan tidak terpisahan. BLU dengan jasa layanan merpakan pendapatan negara/daerah, dapat memperoleh hibah, ketentuan diatur oleh PP.

Pasal 70

Jabatan fungsional bendahara dibentuk maximal 1 tahun sejak UU di undangkan. Ketentuan pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja dilaksanakan selambat-lambatya pada tahun anggaran 2008.Penyimpanan uang negara/daerah dalam Rekening Kas Umum Negara/daerah pada bank sentral, selambat-lambatya terlaksana pada tahun 2006.

Pasal 71

Pemerian bunga atau jasa giro dilaksanakan saat penggantian seertifikat bank indonesia dengan suat utang negara. Penggantian SBI dnga SUN dilaukan mulai tahun 2005. Selama SUN belum sepenuhnnya mengganti SBI, tingkat bunga berdasarkan dari penyelesaian bantuan likuiditas Bank Indonesia.

Pasal 72

Ketika berlakunya UU No.1 taun 2004, ICW dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 73

Ketentuan pelaksanaan tindak anjut UU selambat-lambatya 1 tahun sejak UU No.1 tahun 2004 diundangkan.

Pasal 74

UU ini berlaku pada tanggal diundangkan ( 14 Januari 2004).