resume skenario 3 blok 14 kelompok b - copy

149
RESUME SKENARIO 3 PEMARAH Oleh : Ahmad Danial 072010101002 Jualita Heydi 072010101008 Ainun Amaliyah 072010101010 Fahriansyah Mega P 072010101017 Noverio Haris S 072010101020 Sarrah Kusuma D 072010101028 Lintang Desi A.P 072010101029 Siti Hajar Putri D.Y 072010101035 Ali Sibra M 072010101039 Aktaruddin A Santoso 072010101044 Siti Rochmanah O S 072010101049 Teddy Wijaya 072010101055 Stephanie Hellen H 072010101067 Taufan Margaret 062010101060 FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: achmad-hariyanto

Post on 21-Jan-2016

99 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

neurologi resume

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

RESUME SKENARIO 3

PEMARAH

Oleh :

Ahmad Danial 072010101002

Jualita Heydi 072010101008

Ainun Amaliyah 072010101010

Fahriansyah Mega P 072010101017

Noverio Haris S 072010101020

Sarrah Kusuma D 072010101028

Lintang Desi A.P 072010101029

Siti Hajar Putri D.Y 072010101035

Ali Sibra M 072010101039

Aktaruddin A Santoso 072010101044

Siti Rochmanah O S 072010101049

Teddy Wijaya 072010101055

Stephanie Hellen H 072010101067

Taufan Margaret 062010101060

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2009

Page 2: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

DAFTAR ISI

1. Skenario................................................................................................ 1

2. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara.............................................. 3

3. Skizofrenia ........................................................................................... 4

4. Waham.................................................................................................. 13

5. Skizotipal.............................................................................................. 16

6. Skizoafektif........................................................................................... 19

7. Demensia............................................................................................... 21

8. Delirium ............................................................................................... 29

9. Ketergantungan Obat ........................................................................... 32

10 Gangguan Suasana Perasaan (mood afektif)......................................... 41

11 Gangguan Afektif Bipolar..................................................................... 43

12 Episode Depresif................................................................................... 60

13 Episode Depresif Berulang................................................................... 64

10. Penyalahgunaan Alkohol .................................................................... 67

11. Farmakologi......................................................................................... 72

12. Kegawatdaruratan Psikiatrik................................................................ 78

13. Pseudocyesis…………………………………………………………. 86

14. Sindrom Neuro Malignan……………………………………………. 94

15. Kapsulotomi…………………………………………………………. 98

1

Page 3: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

SKENARIO 3 : PEMARAH

1. Skenario

2

Seorang laki-laki usia 20 tahun dibawa bapaknya untuk kontrol ke

dokter spesialis karena obat sudah habis. Keluhan beberapa bulan sebelumnya

muncul kembali seperti marah-marah tanpa sebab dan bicara sendiri. Ketika

pasien ditanya dia masih merasa sering mendengar suara-suara yang

memanggil, mengomentari, mengolok-olok sehingga menjadi serba salah dan

aktivitas sehari-harinya menjadi terganggu. Sholat dapat berulang-ulang, belajar

tidak bisa konsentrasi. Saat pasien ditanya, sesekali jawaban tidak nyambung.

Sambil menunjukkan literatur dari internet, tiba-tiba bapak pasien meminta

dokter tersebut segera mengoperasi anaknya dengan teknik kapsulotomi agar

segera sembuh karena sudah bosan dengan pengobatan yang lama dan terus-

menerus.

Page 4: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

PSIKOTIK

GANGGUAN PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA

Pedoman Diagnostik :

Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang

diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas

yang dipakai ialah:

a. Onset yang akut (dalam masa 2ininggu atau kurang = jangka waktu

gejalagejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya

beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak

termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas)

sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok;

b. Adanya sindrom yang khas (berupa “polimorfik” = beraneka ragam

dan berubah cepat, atau “schizophrenia-like” = gejala skizofrnik

yang khas);

c. Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada)

d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung

Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi

kriteria episode manik atau episode depresif, walaupun

perubahan emosional dan gejalagejala afektif individual

dapat menonjol dan waktu ke waktu

Tidak ada penyebab organic, seperti trauma kapitis,

delirium, atau demensia. Tidak merupakan intoksikasi

akibat penggunaan alcohol atau obat-obatan.

3

Page 5: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

SKIZOFRENIA

Teori tentang etiologi skizofrenia yang saat ini banyak dianut adalah sebagai

berikut:

1. Genetik

Dapat dipastikan bahwa ada beberapa faktor genetik yang turut

menentukan timbulnya skizofrnia. Hal ini telah dibuktikan dengan

penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama

anak-nak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah 0,9-

1,8%; bagi saudara kandung 7-15%; bagi anak-anak yang memiliki salah

satu orang tuanya yang me nderita skizofrenia 40-68%; bagi kembar dua

telur (heterizigot) 2-15%; bagi kembar satu telur (onozigot) 61-86%.

Tapi pengaruh genetic tidak sederhana seperti hokum mendel.

Diperkirakan bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan

skizofrenia (bukan juga penyakit itu sendiri) melalui gen yang

resesif.potensi itu mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya

tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan terjadi manifestasi

skizofrenia aytau tidak (mirip hal geneik pada diabetes mellitus)

2. Nurokimia

Hipotesis domain menyatakan bahwa skizofreia disebabkan oleh

overaktivitas pada jaras domain mesolimbik. Hal ini didukung oleh

temuan bahwa amfetamin, yang kerjanya meningkatkan pelepasan domain,

dapat menginduksikan psikosis yang mirip dngan skizofrenia; dan obat

antiseptic (terutama antiseptic generasi pertama atau antiseptic

tipikal/klasik) bekerja dengan menggeblok reseptor domain, terutama

reseptor D2. Keterlibatan neurotransmitter lain seperti serotonin,

noradrenalin, GABA dan glutamate, serta neuropeptida lain masih terus

diteliti oleh para ahli.

3. Hipotesis perkembangan syaraf (Neuredovelopmental hypothesis)

Adalah studi autopsy dan studi pencitraan otak memperlihatkan

abnormalitas struktur dan morfologi otak penderita skizofrenia, antara lain

4

Page 6: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

berupa berat otak yang rata-rata lebih kecil 6% dari pada otak normal dan

ukuran anterior-posterior 4% lebih pendek; pembesaran ventrikel otak

yang nonspesifik; gangguan metabiolisme di daerah frontal dan temporal;

dan kelainan susunan seluler pada struktur saraf di beberapa daerak kortex

dan subkortex tanpa adanya gliosis yang menandakan kelainan tersebut

terjadi pada saat perkembangan. Studi neuropsikologis mengungkapkan

deficit si bidang atensi emilihan konseptual ,fungsi ksekutif dan memori

pada penderita skizofrenia.

Semua bkti tersebut melahirkan hipotesis bahwa perubahan

patofisiologis gangguan ini terjai pada awal kehidupan, mungkin sekali

akibat pengaruh genetic, dan kemudian dimodifikasi oleh factor-faktor

maturasi dan lingkungan.

GEJALA

Gejala psikotik ditandai oleh abnormalitas dalam bentuk dan isi pikiran,

persepsi dan emosi serta perilaku. Berikut ini beberapa gejala yang dapat

iamati pada skizofrenia :

1. Penampilan dan Perilaku umum

Tidak ada penampilan atau perilaku yang khas skizofrenia. Beberapa

bahkan dapat berpnampilan “normal”. Mungkin mereka tempak berpreokupasi

terhadap kesehatan, penampilan badan, agama atau minatnya.

Pasien dengan skizofrenia kronis cenderung menelantarkan

penampilannya. Kerapian dan hygiene pribadi juga terabaikan. Mereka juga

cenderung menarik diri secara social.

2. Gangguan Pembicaraan

Pada skizrofenia ini gangguan memang terjadi pada proses pkiran yang

terganggu terutama adalah asosiasi. Asosiasi longgar berarti tidak adanya

hubunga antaride. Kalimatnya tidak saling berhubungan. Kadang-kadang satu

ide belum selesai diutarakan, sudah dikemukakan ide lain. Atau terdapat

5

Page 7: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

pemindahan maksud, misalnya maksudnya “tani” tetapi dikatakan “sawah”.

Bentuk yang paling parah adalah inkoherensi.

Tidak jarang juga digunakan ati simbolik, seperti dikatakan “merah “ bila

dimaksudkan berani atau “… dulu waktu matahari, jah memang matahari, lalu

saya lari…”. Semua ini menyatakan bahwa pikirannya pada skizofrenia sukar

atau tidak dapa diikuti dan dimengerti.

Neologisme :

Kadang-kadang pasien dengan skizofrenia membentuk kata baru

untuk menyatakan arti yang hanya dipahami oleh dirinya sendiri.

Multisme :

Sekarang tampak pada pasien skizofrenia katatonik. Kadang-

kadang pikirannya seakan-akan berhenti, tidak timbul ide lagi.

Keadaan ini dinamakan blocking, biasanya berlangsung beberapa

detik saja, tetapi kadang-kadang sampai beberapa hari.

3. Gangguan Perilaku

Salah satu gangguan aktivitas motorik pada skizofrenia adalah gejala

katatonik yang dapat berupa stuor atau gaduh gelisah (excitement). Pasien

dengan stupor tidak bergerak, tidak berbicara dan tidak berespons, meskipun

ia sepenuhnya sadar. Sedangkan pasien dengan katatonik gaduh-gelisah

menunjukkan aktivitas motorik yang tidak terkensali. Kedua keadaan ini

kadang-kadang terjadi bergantian. Pada stupor katatonik juga bisa didapati

fleksibiitas serea dan katalepsi. Gejala katalepsi adalah bila suatu posisi badan

dipertahankan untuk waktu yang lama. Fleksibelitas area bila anggota badan

dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti pada lili atau malam dan posisi itu

dipertahankan agak lama.

Gangguan perilaku lain adalah stereotipi dan manarisme. Berulang-

ulang melakukan suatugerakan aatau menampilkan sikap badan tertentu

disebut stereotipia misalnya menarik-narik rambutnya, atau tiap kali bila mau

menyuap nasi mengetuk piring dulu beberapa kali. Keadaan ini dapat

6

Page 8: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

berlangsung beberapa hari sampai beberapa tahun. Stereotipi pembicaraan

dinamakan verbigerasi, kata atau kalimat diulang-ulang. Hal ini juga terdapat

pada gangguan otak organic. Menerisme adalah stereotpi terutama pada

skizofrenia, yang dapat dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya atau

keanehan berjalan dan gaya berjalan.

Negativise :

Menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa

yang disuruh.

Otomatisme komando (command automatism) :

Sebetulnya merupakaan lawan dari negativism: semua perintah

dituruti secara otoatis, bagaimana ganjilpun. Termaksud dalam

gangguan ini adalah echolalia (penderita meniru kata-kata yang

diucapkan orang lain) dan ekhopraxia (penderita eniru perbuatan atau

perilaku orang lain).

4. Gangguan Afek

Kadangkalan respons emosi ( emotional blunting), misalnya penderita

menjadi acuh-tak acuh terhadap hal-hal yang penting untuk dirinya sendiri

seperti keadaan keluarganya dan masa depannya. Perasaan halus sudah hilang.

Juga sering didapati anhedonia.

Parathimi :

Apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gebira, pada

penderita timbula rasa sedih atau marah.

Paramimi :

Penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis.

Parathimi dan paramimi bersama-sama dinamakan incongruity of

effect dalam bahasa inggris dan inadequaat dalam bahasa Belanda.

Kadang-kadang emosi dan efek serta ekspresinya tidak mempunyai

kesatuan, misalnya sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-

7

Page 9: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

hari, tetapi mulutnya selalu tertawa. Semua ini merupakan ganggaun afek dan

emosi yang khas untuk skizofrenia. Gangguan afek dan emosi lain adalah :

- Emosi yang berebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti

penderita sedang bersandiwara.

Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk

mengadakan hunbungan emosi yang baik (emotional rapport). Kerena itu

sering kita sering tidak dapat erasakan perasaan penderita.

Karena terpecah-belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan

mungkin timbul bersama-sama, misalnya mencintai dan membenci satu orang

yang sama; atau menangis dan tertawa tentang satu hal yang sama. Ini

dinamakan ambivalensi afectif.

Sensifitas emosi :

Penderita skizofrenia sering menunjukkan hipersensivitas terhadap

penolakan, bahwa sebelum mnerita sakit.sering hal ini menimbulkan

isolasi social untuk enghindari penolakan.

5. Gangguan Persepsi

Halusinasi:

Pada skizofrnia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan

hal ini merupakan suatu gejala yang hamper tidak diumpai pada

keadaan lain. Paling sering pada skizofrenia adalah halusinansi

pendengaran (auditorik atau akustik) adalah bentuk suara manusia,

bunyi barang-barang atau siulan. Halusinasi penciuman (alfatorik),

halusinasi pengecapan (gustatorik) atau halusinasi rabaan (taktil)

jarang dijumpai. Misalnya penderita mencium kembang ke manapun ia

pergi, atau ada yang menyinarinya dengan alat rahasia, atau ia merasa

ada racun di dalam makanannya. Halusinasi penglihatan (optic) agak

jarang pada skizofrenia, lebih sering pada psikosis akut yang

berhubungan dengan sindrom otak organic. Bila terdapat, maka

8

Page 10: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

bisanya pada stadium permulaan, misalnya penderita melihat cahaya

yang berwarna atau muka orang yang menakutkan.

6. Gangguan Pikiran

Waham:

Pada skizofrenia waha sering tidak logis sama sekali dan sangat

bizar. Penderita tidak menginsafi hal ini dan baginya wahamnya

erupakan fakta yang tidak dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia

tidak mrngubah sikapnya yang bertentangan, misalnya penderita

berwaha bahwaia raja, tetapi ia bermain-main dengan air ludahnya dan

mau disuruh melakukan pekerjaan kasar. Mayer-Gross membagi

waham menjadi 2 kelompok; yaitu waham primer dan waham

sekunder. Mungkin juga terdapat waham sistematis. Ada juga tafsiran

yang bersifat waham (delusional interpretations)

Waham primer timur secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-

apa dari luar. Menurut Mayer-Gross hal ini hamper patognomik buat

skizofrenia. Misalnya waham bahwa istrnya sedang serong sebab ia melihah

seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata

“dunia akan kiamat” sebab ia melihat seekor anjing mengangkat kaki terhadap

sebatang pohon untuk mencing.

Waham sekunder biasanya logis kedengaranny: dapat diikuti dan

merupakan cara bagi penderita untuk enerangkan gejala-gejala skizofrenia

lain. Eaham dinamakan menutut isinya: waham kebesaran atau expnsif,

waham nihilistic, waha kejaran, waham sindiran dosa, dan sebagainya.

Waham primer agak jarang terjadi dan lebih sulit ditentukan dengan pasti.

Waham kejaran(persecutory delusion) sering didapatkan tetapi tidak spesiik

untuk skizofrenia. Waham refrensi dan waham kendali serta waha pikiran

sisipan atau pikiransiaran lebih jarang tetapi mempunyai arti diagnostic yang

lebih besar untuk skizofrenia.

9

Page 11: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

JENIS-JENIS SKIZOFRENIA

Kraepelin membagi skizofenia menjadi beberapa jenis. Penderita

digolongkan ke dalam salah satu jenis menurut gejala utama yang terdapat

padanya. Akan tetapi batas-batas golongan-golongan ini tidak jelas, gejala-

gejala dapat diganti-ganti atau mugkin seorang penderita tidak dapat

digolongkan ke dalam salah sau jenis.

Pembagiannya adalah sebagai berikut:

1. Skizofrenia paranoid

Skizofrenia paranoit agak berlainan dari jenis-jenis yang lain dalam

jalannya penyakit. Skizofrenia hebefrenik dan katatonik sering lama kelamaan

menunjukkan gejala-gejala skizofrenia simplex, atau gejala-gejala hebefrenik

dan katonik bercampuran. Tidak demikian halnya dengan skizofrenia paranoid

yang jalannya agak konstan. Gejala-gejala yang mencolok adalah wahama

primer, disertai dengan wahama-wahaa skunder dan halusinasi. Baru dengan

pemeriksaan yang teliti ternyata ada juga gangguan proses pikiran, gangguan

afek, emosi dan kemauan.

Jenis skizofrenia ini serng mulai pada umur 30 tahun. Permulannya ungki

subakut, tetapi ungkin juga akut. Kepribadian penderita sebelu sakit sering

dapat digolonglan schizoid. Mereka mudah tersingguang, suka menyendiri,

agak congkak dan kurang percaya pada orang lain.

2. Skizofrenia Hebefrenik

Permulaanya perlahan-lahan atau subakut danseing timbul pada masa

remaja atau antara -25 tahun. Gejala yang mencolok adalah: gangguan proses

berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonaliasi atau double personaly.

Gangguan psikomotor seperti manneris, neologisme atau perkiraan kekanak-

kanakan sering terdapat pada skizofrenia hebrefenik. Waham dan halusinasi

banyak sekali.

10

Page 12: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

3. Skizofrenia Katatonik

Timbulya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut serta

sering didahului eleh stress emisional. Mungkin terjadi gauh-gelisah katatonik

atau stupor katatonik.

Stupor katatonik: pederita tidak sama sekali memperlihatkan

kepeduliannya pada lingkungannya. Emosinya sangat dangkal. Gejala yang

penting adalah gejala psikomotor seperti:

- Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup

- Muka tanpa mimic, seperti topeng

- Supor, penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama,

beberapa hari atau bahkan sampai beberapa bulan.

- Bila digani posisinya penderita menentang: negativism

- Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul di dalam ulut

dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan

- Terdapat grimas dan katalepsi

Gaduh gelisah katonik: terdapat hiperakivitas motorik, tetapi tidak

disertai dengan emosi yang semestinya tidak dipengarui oleh rangsangan dari

luar.

Penderta terus berbicara atau bergerak saja. Ia menujukkan stereotipi, manerisme,

gerimas dan neo;ogisme. Ia tidak dapat tidur, tidak dapat makan dan tidak minum

sehingga mungkin terjadi dehidrasi atau kalops dan kadang-kadang kematian (

karena kehabisan tenaga dan terlebih bila terdapat penyakit badaniah: jantung,

paru dan sebagainya ).

4. Skizofrenia Spesifik

Sering timbul pertama kali pada masa pebertas. Gejala utama pada jenis

simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses

berfikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang ditemukan. Jenis

ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai

11

Page 13: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan.

Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya

menjadi penganggur.

5. Skizofrenia Tak Terinci

Sikzofrenia tak terinci adalah suatu skizofrenia yang tak memenuhi kriteria

diagnosis dari skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, residual, simplex, dan

residual.

6. Skizofrenia Simplex

Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis

simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses

berfikir biasanya sukat ditemukan. Waham dan halusinasinya jarang sekali

terlihat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin

penderita mungkin kurang memperhatikan keluarganyaatau mulai menaik diri dari

pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan

akhirnya menjadi penggur. Bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin

akan menjadi pengemis, pelacur atau pencahat.

12

Page 14: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

GANGGUAN WAHAM MENETAP

DEFINISI

Adalah gangguan psikotik fungsional dengan gejala utamanya adanya

waham yang berlangsung lama sebagai satu-satunya gejala klinik yang khas atau

menonjol,tapi tidak bisa digolongkan sebagai gangguan mental

organik,skizofrenia,gangguan afektif atau gangguan jiwa yang lain.

ETIOLOGI

Belum diketahui dengan pasti

PSIKODINAMIKA (TEORI TERJADINYA GANGGUAN WAHAM INI) :

1. Teori psikogenik Sigmound Freud

Gangguan waham timbul karena digunakannya mekanisme pembelaan ego

jenis proyeksi,denial,dan reaction formation.

2. Teori sosiologik Cammeran

Akibat 7 situasi lingkungan yang mendorong timbulnya gangguan waham

yaitu iri hati,cemburu,curiga,terisolasi,kurang dihargai,situasi sadis dan

situasi baru.

GEJALA KLINIS

- Gejala utama :

Waham yang menonjol dan tidak bizarre artinya waham tentang situasi

yang dapat terjadi pada kehidupan nyata dan dikembangkan secara

logis dan sistematis.

- Respon emosi dan perilaku sangat cocok dengan wahamnya

- Ada halusinasi tapi tidak menonjol

Jenis – jenis waham :

1. Tipe erotomonic : waham dicintai

13

Page 15: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

2. Tipe grandios : waham kebesaran

3. Tipe jealous : waham cemburu ; cemburu pada pasangan : othello

syndrome

4. Tipe presekutori : waham dianiaya,disiksa

5. Tipe somatik

6. Tipe campuran : kalau mempunyai tema waham 2 atau lebih atau tidak

spesifik

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

Anamnesis : autoanamnesis dan heteroanamnesis

Pemeriksaan fisik : neurologik,laboratorium,urine toksikologi,test

psikologi

Kunjungan rumah,sekolah,tempat kerja.

DIAGNOSIS MENURUT PPDGJ III

Waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis.Waham tersebut baik

yang tunggal ataupun suatu sistem waham harus ada sedikitnya 3 bulan

(menurut DSM 4 ; 1 bulan) lamanya dan harus bersifat khas pribadi dan

bukan budaya setempat

Gejala depresif atau bahkan episode depresif mungkin terjadi secara

intermitten dengan syarat waham-waham tersebut tetap ada pada saat-saat

tidak terdapat gangguan afektif itu.

Tidak ada penyakit organik/otak

Tidak ada halusinasi auditorik/hanya kadang-kadang saja dan bersifat

sementara

Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia.

DIAGNOSIS BANDING

Gangguan kepribadian paranoid

Gangguan skizofrenia paranoid

Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham

14

Page 16: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Gangguan mental organik

Gangguan waham induksi

PENATALAKSANAAN

Penanganan dilakukan secara holistik : somatoterapi,psikoterapi,dan

manipulasi lingkungan. Rawat inap perlu kalau potensial berbahaya / agresif, ada

rencana bunuh diri.

1. Somatoterapi

- Perbaiki KU

- Beri obat golongan neuroleptika,antagonis reseptor dopamine

khususnya pimozide per oral sehari 2x 4-8 minggu/antagonis

serotonin-dopamine.

2. Psikoterapi

- Psikoterapi insight-oriented biasanya kontraindikasi

- Sebaiknya dilakukan psikoterapi suportif dan intervensi kognitif –

behaviour tidak menjelekkan atau membantah wahamnya,tetapi

mendorong perilaku yang positif.

3. Manipulasi lingkungan

Membimbing keluarga bagaimana mereka harus bersikap.

GANGGUAN WAHAM INDUKSI

Diagnosis dibuat jika :

1. 2 orang atau lebih mengalami waham atau sistem waham yang sama

dan saling mendukung dalam keyakinan waham itu.

2. Mereka punya hubunga dekat yang tak lazim

3. Ada bukti dalam kaitan waktu atau konteks lainnya bahwa waham

tersebut diinduksi pada anggota yang pasif dari suatu pasangan atau

kelompok melalui kontak dengan anggota yang aktif (hanya ada 1

anggota akif yang menderita gangguan psikotik yang sesungguhnya,

waham diinduksi pada anggota pasif,biasanya waham menghilang bila

mereka dipisah).

15

Page 17: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

GANGGUAN SCHIZOTYPAL

DEFINISI

Penderita gangguan ini sama seperti penderita kepribadian skizoid, secara

sosial dan emosi memisahkan diri. Ditambah, mereka berkomunikasi, merasa, dan

berpikir yang aneh. Sementara itu keanehan tersebut mirip dengan penderita

skizoprenia, dan kadang-kadang kepribadian ini ditemukan pada penderita

skizoprenia. Sebelum mereka sakit. Beberapa penderita menunjukkan tanda

berupa pemikiran magis- berkeyakinan bahwa aksi tertentu dapat mengontrol

sesuatu yang jelas-jelas tidak ada hubungannya. Sebagai contoh, penderita

mungkin percaya bahwa nasib jelek akan benar-benar terjadi jika mereka berjalan

di bawah tangga atau dia dapat menyebabkan bahaya bagi orang lain dengan

berpikir untuk marah. Penderita gangguan ini mungkin juga memiliki pemikiran

paranoid.

DIAGNOSA

Untuk diagnosis, tiga atau empat gejala khas berikut ini harus sudah ada,

secara terus menerus atau secara episodic, sedikitnya untuk 2 tahun lamanya :

Afek yang tidak wajar atau yang menyempit / “constricted” (individu

tampak dingin dan acuh tak acuh)

Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik atau ganjil

Hubungan social yang buruk dengan orang lain dan tendensi menarik diri

dari pergaulan social

Kepercayaan yang aneh atau bersifat magik yang mempengaruhi perilaku

dan tidak serasi dengan norma-norma budaya setempat

Kecurigaan atau ide-ide paranoid

Pikiran obsesif berulang-ulang yang tak terkendali, sering dengan isi yang

bersifat “dysmorphophobic” (keyakinan tentang bentuk tubuh yang tidak

normal / buruk dan tidak terlihat secara objectif oleh orang lain), seksual

atau agresif

16

Page 18: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Persepsi-persepsi pancaindera yang tidak lazim termasuk mengenai tubuh

(somatosensory) atau ilusi-ilusi lain, depersonalisasi atau derealisasi

Pikiran yang bersifat samar-samar (vague), berputar-putar

(circumstansial), penuh kiasan (metaphorical), sangat terinci dan ruwet

(overelaborate), atau stereotipik, yang bermanifestasi dalam pembicaraan

yang aneh atau cara lain, tanpa inkoherensi yang jelas dan nyata

Sewaktu-waktu ada episode menyerupai keadaan psikotik yang bersifat

sementara dengan ilusi, halusinasi auditorik atau yang lainnya yang

bertubi-tubi, dan gagasan yang mirip waham, biasanya terjadi tanpa

provokasi dari luar.

Individu harus tidak pernah memenuhi kriteria skizophrenia dalam

stadium manapun.

Suatu riwayat skizophrenia pada salah seorang anggota keluarga terdekat

memberikan bobot tambahan untuk diagnosis ini, tetapi bukan merupakan

suatu prasyarat.

PENGOBATAN

Meskipun perbedaan pengobatan berdasarkan jenis gangguan kepribadian,

beberapa prinsip umum dapat digunakan untuk semuanya. Karena hampir semua

orang dengan gangguan kepribadian tidak melihat perlunya terapi, motivasi sering

kali datangnya dari orang lain. Namun demikian, penderita dapat merespon

mendukung tetapi penuh dengan konfrontasi terhadap akibat dari pemikiran dan

pola prilaku mereka yang tidak tepat. Hal ini biasanya efektif bila datangnya dari

teman sebaya atau psikoterapis. Terapis berulang-ulang menunjukkan

konsekwensi yang tidak diinginkan karena pola pikir dan prilaku penderita,

kadang-kadang membuat batas tingkah laku, dan berulang-ulang mengkonfrontasi

penderita dengan kenyataan yang ada.

Keterlibatan keluarga penderita sangat membantu dan sering penting,

dorongan dari keompok dapat efektif juga. Pengobatan kelompok dan keluarga,

kelompok tinggal dalam area yang dibuat, dan partisipasi dalam kelompok sosial

terapetik atau dalam kelompok itu sendiri dapat menjadi hal yang berharga dalam

pengobatan.

17

Page 19: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Orang dengan gangguan kepribadian terkadang mengalami kecemasan dan

depresi, sehingga mereka berharap dapat disembuhkan dengan obat. Namun

demikian, kecemasan dan depresi karena gangguan kepribadian jarang disebutkan

secara memuaskan oleh obat, dan gejala tersebut tampak pada orang yang

menjalankan beberapa pemeriksaan kesehatan. Lagi pula, terapi obat seringkali

tercampur aduk dengan penyalahgunaan obat atau percobaan bunuh diri.

Jika orang memiliki gangguan kepribadian lainnya, seperti depresi mayor,

fobia, atau gangguan panik, penggunaan obat adalah tepat, meskipun mereka

kemungkinan besar akan memberikan kesembuhan yang terbatas.

Perubahan kepribadian memakan waktu yang lama. Tidak ada pengobatan

yang singkat dapat berhasil menyembuhkan gangguan kepribadian, tetapi

perubahan tertentu mungkin terjadi lebih cepat dibanding yang lain.

Sembrono, isolasi sosial, kurang tegas atau kemarahan yang meledak

dapat merespon pada terapi modifikasi prilaku. Namun demikian, psikoterapi

jangka panjang (terapi wicara), dimaksudkan untuk membantu penderita mengerti

penyebab kecemasan dan mengenal prilakunya yang tidak pantas, sebagai

landasan untuk pengobatan lainnya.

Terkadang gangguan kepribadian, seperti narsis atau obsesif kompulsif

dapat diobati dengan baik dengan psikoanalisi. Yang lain seperti jenis antisosial

atau paranoid jarang cocok untuk segala terapi.

18

Page 20: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF

DEFINISI

Suatu gangguan jiwa yang gejala skizofrenia dan gejala afektif terjadi

bersamaan dan sama-sama menonjol. Cirinya onset yang tiba-tiba pada masa

remaja, fungsi pramorbid baik, terdapat stresor yang jelas, riwayat keluarga dan

gangguan afektif. Prevalensinya ½ % lebih banyak pada wanita. Prognosis lebih

buruk dari gangguan depresif maupun bipolar, tetapi lebih baik dari skizofrenia.

DIAGNOSIS

Pedoman Diagnosis Gangguan Skizoafektif

- Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejal-gejala definitive

adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang

bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang

lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi

dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kritena baik skizofrenia maupun

episode manik atau depresif

- Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia

dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda

- Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah

mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-

skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang,

baik berjenis manik maupun depresif atau campuran dari keduanya. Pasien lain

mengalami satu atau dua episode skizoafektif terselip di antara episode manik atau

depresif.

Beberapa Tipe Skizoafektif

Gangguan Skizoafektif tipe Manik, Gangguan Skizoafektif tipe Depresif,

dan Gangguan Skizoafektif tipe Campuran.

CARA PENANGANAN

1. Penanganan pasien gangguan skizoafektif meliputi :

Perawatan rumah sakit, medikasi, dan terapi psikososial.

19

Page 21: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

2. Farmakoterapi

- Gejala manik : antimanik

- Gejala depresi : antidepresan

- Gejala psikotik : antipsikotik (jangka pendek)

20

Page 22: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

GANGGUAN MENTAL ORGANIK

DEMENSIA

DEFINISI

Sindrom akibat terganggunya faal otak, baik secara langsung ataupun tidak

langsung (melalui gangguan sistemik), umumnya bersifat kronis, kadang-kadang

progresif yang berdampak pada gangguan fungsi kognitif yang multipel, antara

lain gangguan daya ingat, daya pikir, daya nilai, kemampuan berbahasa,

penempatan ruang (visuospatial) sehingga mengganggu fungsi pekerjaan dan

sosialnya.

PATOFISIOLOGI

Kerusakan struktur otak dapat diakibatkan oleh :

1. Proses degenerasi

Contoh : demensia pada penyakit Alzheimer, Pick, dan Huntington.

2. Gangguan pembuluh darah

Contoh : penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah pada cerebro-

vascular accident (stroke) pada demensia vaskular.

3. Infeksi (ensefalitis)

Contoh : Lues ( demensia paralitika), virus ( demensia HIV)

4. Gangguan toksik, metabolik, endokrin

Contoh : demensia akibat kekurangan thiamin, hipotiroid, hipoglikemia.

5. Trauma kapitis

Contoh : gangguan subdural hematoma

6. Gangguan otak lain

Contoh : tumor otak, penyumbatan (normal pressure hydrocephalus)

Bedasarkan lokasi kerusakan, demensia dibagi menjadi :

a. Demensia kortikal disfungsi kortex serebri yang ditandai dengan

gejala amnesia, afasia, apraksia, dan agnosia. Contoh klasik : demensia

tipe Alzheimer.

b. Demensia subkortikal mengenai subtansi grisea dan substansia alba

seperti ganglia basalis, thalamus, dan proyeksi dari subkortikal di lobus

21

Page 23: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

frontalis. Contohnya: demensia pada penyakit Parkinson, Huntington, dan

degenerasi pada nigrostriatal.

c. Demensia tipe campuran menunjukkan gejala dari keduanya.

Contohnya : demensia vaskuler.

GEJALA

1. Gangguan daya ingat

Merupakan gangguan yang utama. Gangguan daya ingat mula-

mula dengan gangguan daya ingat jangka pendek yaitu peristiwa yang

baru terjadi meningkat ke daya ingat sedang yang terakhir daya

ingat jangka panjang yang terganggu sehingga tidak jarang penderita

seolah-olah kembali ke masa muda atau kanak-kanak. Gangguan daya

ingat pada awalnya kesukaran untuk belajar hal-hal baru.

2. Gangguan daya nilai

Penderita mengalami kesukaran untuk mengambil keputusan yang

berdampak sering melakukan perilaku yang tidak realistic, tidak logis, dan

tidak proporsional dalam kehidupan sehari-hari.

3. Gangguan daya berpikir abstrak

Sukar dalam mencerna atau membuat karangan cerita dan

mengartikan peribahasa maupun perumpamaan, makin nyata dalam

keterbatasan waktu.

4. Gangguan daya pikir

Terganggunya fungsi luhur berupa kemampuan menganalisis,

memilah-milah masalah, mencari solusi, membuat perencanaan,

mengantipasi dampak yang terjadi dan mengambil keputusan. Gannguan

ini menyebabkan penderita seringkali mengerjakan pekerjaan rutin dan

kehilangan inisiatif dan kreativitasnya.

5. Gangguan penempatan dalam ruang (visuospatial)

Nyata pada penderita yang diharuskan bekerja berdasarkan

keterampilan yang membutuhkan ketepatan, kecermatan, dan kecepatan.

Pada gangguan yang berat penderita sering merasa terlibat dalam adegan

22

Page 24: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

TV seolah-olah 3 dimensi atau dalam ruangan yang sama dengan tayangan

tersebut. Gangguan di bidang ini merupakan gangguan praksis dan gnosis.

6. Gangguan wicara

Gangguan dalam mencari kata-kata yang tepat ( naming) dan

mencerna pesan-pesan komunikasi (comprehension). Gangguan artikulasi

bila ada gangguan pada pusat bicara. Keadaan lanjut ada gejala afasia.

7. Gangguan perilaku

Berupa serangan yang berhubungan dengan masa lalu, misalnya

berjalan tanpa tujuan seolah-olah mencari rumah masa lalu, perilaku

agitatif-agresivitas dan reaksi kebingungan atau lebih menetap misalnya

perubahan kepribadian dan pasif ( apatis), pencuriga (dapat sampai waham

curiga), perilaku asosial atau antisosial, perilaku seksual yang

menyimpang, dan dalam keadaan tertentu samapai tahap psikosis.

Keadaan lanjut penderita makin pasif, memilih banyak tidur, tak mau

bicara gejala 3A(apraksia, agnosia, dan afasia).

8. Gangguan mood / suasana perasaan

Berupa depresi atau kecemasan atau labilitas emosi, menangis dan

tertawa tanpa penyebab yang jelas.

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSTIK

Deteksi dini

Sebaiknya penderita dideteksi dalam keadaan dini sebab 20-30% pasien dapat

diperbaiki atau minimal dapat dipertahankan untuk tidak memburuk.

a. Gangguan mood

Gambaran apatisme dan kelambanan psikomotor. Kemudian dapat

timbul depresi dan cemas.

b. Gangguan konsentrasi dan daya ingat

1. Gangguan kewaspadaan test ketuk

Penderita diminta untuk mengetuk meja tiap kali pemeriksa

menyebutkan kata-kata yang mengandung huruf M dalam suatu

karangan yang diucapkan dengan tempo yang teratur.

23

Page 25: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

2. Mengulang nama 3 benda

Pemeriksa menyebut 3 benda dan penderita mengulanginya

sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 3-5 menit. Kemudian penderita

diharuskan menyebutkan kembali.

3. Tes digit

Pemeriksa menyebutkan 3 angka dan penderita diharuskan

mengulangnya. Tes dilanjutkan dengan mengucapkan dengan urutan

terbalik dan jumlah angka ditambah sesuai kemampuannya.

c. Gangguan wicara

1. Menyebut nama (naming)

Pemeriksa mengadakan wawancara dan mendapatkan penderita

sukar menyebutkan nama benda yang dimaksud. Penderita biasanya

menggunakan simbol, memperlambat tempo bicara, berbicara

sirkumstansial sambil mengingat kata-kata yang ingin diucapkan.

2. Komprehensif

Terganggunya penderita dalam mengartikan 1 topik pembicaraan.

d. Gangguan fungsi luhur

Penderita diharapkan membuat suatu penyelesaian dan

perencanaan ke depan dari suatu masalah yang dilontarkan penderita.

Masalahnya yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari penderita dari

tingkat ringan sampai berat.

e. Kemampuan visuospatial

Penderita diminta untuk menggambar objek 3 dimensi misalnya

balok, rumah, jam lengkap dengan jarumnya. Pemeriksaan dilanjutkan

dengan meniru gambar tertentu. Gangguan ini dapat dideteksi dengan

meniru posisi lengan pemeriksa yang diperagakan melewati garis tengah

tubuh pemeriksa.

Kriteria diagnosis demensia:

1. Dibuktikan secara nyata adanya penurunan daya ingat yang mempengaruhi

registrasi, retensi, recall yang konstan minimal selama 6 bulan.

2. Kesadaran harus normal

24

Page 26: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

3. Adanya gejala tambahan :

Kemampuan mengendalikan emosi menurun

Kemampuan memusatkan dan mempertahankan konsentrasi

berkurang

Miskin alur gagasan dan penurunan daya pikir.

Penurunan visuospatial penurunan kecermatan, ketepatan, dan

kecepatan dalam bertindak/ mengerjakan sesuatu

Gangguan orientasi

Penurunan fungsi kecerdasan lain berhitung, kemampuan

mencari perbedaan dan persamaan dan daya abstrak.

Gangguan dalam komunikasi kelambanan berbicara, sukar

memahami pesan-pesan, merosotnya kosa kata, miskin kata-kata.

PENDEKATAN PAID

Gangguan perilaku yang merupakan konsekuensi dari :

P : physical problem , misalnya kemampuan fisik terganggu akibat nyeri dan

infeksi.

A : aktifitas , misalnya penderita dipaksa ganti baju, merubah jadwal yang

rutin dilaksanakan.

I : akibat gangguan intrinsik , misalnya akibat perubahan kepribadian

D : delusi ( waham + halusinasi) atau depresi.

DIAGNOSIS BANDING

Gangguan depresif

Delirium

Retardasi mental ringan dan sedang

Gangguan mental organik lain

PENYULIT

Berjalan tanpa tujuan sampai tersesat

Penderita sering terjatuh dan mengalami fraktur

Mudah terserang penyakit atau mengalami kecelakaan

Dapat mencelakakan diri sendiri atau orang lain.

25

Page 27: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

PENATALAKSANAAN

1. Demensia yang reversibel harus mendapatkan perhatian utama dalam

pengobatannya. Misalnya : pseudodemensia, hipotiroid, pengaruh obat.

2. Mengatasi kormobiditas medik

3. Pengobatan simptomatik untuk :

Memperbaiki fungsi kognitif choline esterase inhibitor

(donezepil, rivastigmine) dan piracetam.

Memperlambat progresifitas penyakit vitamin E

Mengatasi masalah perilaku :

a. Choline esterase inhibitor

b. Anti - psikosis ( haloperidol, perphenazine)

c. Anti – cemas (lorazepam, clobazam)

Hindari pemakaian long acting benzodiazepine pada lansia.

d. Anti – konvulsan (carbamazepine, valproic acid)

e. Anti – depresan (amitriptilyn, fluoxamine)

f. Dukungan dari para caregiver.

DEMENSIA PRIMER : PENYAKIT ALZHEIMER (AD)

DEFINISI

Penyakit yang bersifat degeneratif dan progresif pada otak yang

menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta mengakibatkan gangguan memori,

berpikir, dan tingkah laku. AD mengganggu 3 proses penting yaitu hubungan

antar sel saraf, metabolisme, dan proses perbaikan.Akhirnya menyebabkan banyak

sel saraf tidak berfungsi, kehilangan kontak, dan mati.

Awalnya, AD merusak saraf yang mengatur memori yaitu hipokampus

sehingga terjadi kegagalan daya ingat jangka pendek kemudian kegagalan

kemampuan seseorang untuk melakukan perbuatan yang mudah dan biasa. AD

juga mengenai kortex serebri yang bertanggung jawab pada bahasa dan pemikiran.

Sehingga terjadi hilangnya kemampuan berbahasa, menurunkan kemampuan

seseorang untuk membuat keputusan, dan timbul perubahan kepribadian. Emosi

yang meledak-ledak dan gangguan perilaku seperti berjalan tanpa tujuan dan

26

Page 28: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

agitasi lambat laun semakin sering. Akhirnya banyak daerah otak yang terlibat,

bagian yang atrofi, pasien AD hanya berbaring di tempat tidur, inkontinensia,

tidak mampu berinteraksi dengan orang lain, dan sangat bergantung dengan orang

lain.

EPIDEMIOLOGI

AD adalah gangguan dimensia yang paling sering 60%-80%.

PATOLOGI DAN PATOGENESIS

Secara makroskopik kerusakan berat neuron kortex dan hipotalamus

serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intrakranial.

Secara mikroskopik perubahan morfologis (struktural) dan biokimia pada

neuron. Perubahan morfologis terdiri dari degenerasi soma atau akson atau dendrit

neuron, ditandai dengan :

1. Kekusutan neurofibrilaris

Struktur intraseluler yang berisi serat kusut, melintir, dan terdiri dari

protein tau.Protein tau berfungsi sebagai penghambat struktural yang

terikat, menstabilkan mikrotubulus, dan komponen sitoskeleton

(kerangka penyangga interna) sel neuronal. Mikrotubulus membentuk

struktur yang membawa zat-zat makanan dan molekul lain dari badan

sel menuju akson sehingga terbentuk jembatan penghubung dengan

neuron lain. Pada AD, terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau

sehingga menyebabkan perubahan pada tau yaitu tidak dapat terikat

pada mikrotubulus secara bersama-sama. Tau yang abnormal terpuntir

masuk ke filamen heliks ganda yang sekelilingnya masing-masing

terluka. Kemudian sistem transpor internal kolaps, hubungan

interseluler tidak berfungsi, dan akhirnya kematian sel.

2. Plak senilis

Plak senilis terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang terbentuk dalam

cairan jaringan di sekeliling neuron. A-beta adalah protein prekursor

amiloid (APP) yang dalam keadaan normal melekat dalam membran

neuronal untuk pertumbuhan dan pertahanan neuron.

APP terbagi menjadi fragmen oleh protease

27

Page 29: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Salah satu fragmennya A-beta lengket dan menjadi gumpalan yang dapat

larut

Tercampur dengan bagian neuron dan sel glia (mikroglia dan astrosit)

Campuran A-beta membeku selang beberapa waktu menjadi fibril

menjadi plak yang matang, padat, tidak dapat larut, diyakini beracun bagi

neuron yang utuh.

A-beta menurunkan respon pembuluh darah sehingga makin rentannya

neuron terhadap stressor (misal : iskemia). A-beta menghasilkan radikal

bebas (molekul yang mudah bereaksi dengan yang lain menimbulkan

perubahan kimia beracun yang merusak sel-sel lain).

Perubahan biokimia dalam SSP :

Kortex otak manusia terdiri dari akson kolinergik yang melepaskan

asetilkolin. Sebagian besar akson kolinergik mendiami kortex dan hipokampus

sehingga banyak neuron kolinergik yang rusak pada pasien AD.Secara

neurokimia, kelainan pada otak yang terjadi paling awal dan paling lazim adalah

deplesi penanda kolinergik(misal: kolin asetiltransferase). Somatostatin juga dapat

menurun hingga 50% dari kadar normal.

KLASIFIKASI

Ada 2 tipe AD :

1. AD familial (FAD) mengikuti pola bawaan khusus.

2. AD sporadik tidak mengikuti pola bawaan.

Berdasarkan awitan gejala :

1. Awitan dini gejala pertama muncul sebelum usia 65 tahun, antara 30-

60 tahun. Awitan dini jarang terjadi (5-10%), terjadi dalam keluarga,

melibatkan mutasi secara dominan autosomal. Terdapat mutasi pada gen

APP pada kromosom 21, mutasi (prasenilin 1) dalam gen pada kromosom

14, dan mutasi (prasenilin 2) dalam gen kromosom 1. Mutasi prasenilin

dapat menyebabkan degenerasi neuronal melalui modifikasi produksi beta

28

Page 30: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

–amiloid atau melalui rangsangan proses apoptosis yaitu proses sel yang

secara genetis diprogram untuk mati.

2. Awitan lambat gejala pertama muncul pada usia > 65 tahun.

Awitan lambat nonfamilial lebih sering terjadi. Bentuk AD ini berkaitan

dengan 1 salinan alel apolipoprotein E epsilon 4( APOE€4) bawaan pada

kromosom 19.

FAKTOR YANG MEMPERBURUK AD

1. Kesehatan kognitif

2. Stres oksidatif akibat radikal bebas

3. Kerusakan neuronal jangka panjang akibat infark otak yaitu cedera daerah

otak akibat terputusnya suplai darah ke neuron.

GEJALA

1. Stadium dini AD

Pasien tidak bergejala namun mengalami pengurangan kapasitas

dalam menelesaikan masalah

Keterbatasan kemampuan untuk mengatasi situasi kompleks dan

berpikir abstrak

Emosi yang labil

Pelupa

Apati

Hilangnya memori baru

2. Berkembangnya penyakit

Perilaku pasien menjadi tidak menentu dan aneh dengan

kecenderungan sering berkelana dan marah yang meledak-ledak

Anggota keluarga harus selalu waspada untuk mencegah pasien

tidak terluka

Kemunduran diperkirakan timbul selama periode 3-10 tahun

3. Stadium akhir AD

Kemampuan pasien menjadi terbatas dan tidak mampu untuk

mengurus kebutuhan dasar mereka, atau untuk mengenali anggota

keluarganya

29

Page 31: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Kematian biasanya disebabkan oleh malnutrisi atau infeksi.

PEMERIKSAAN

Pemeriksaan darah untuk sifilis

Hitung darah lengkap (CBC)

Pemeriksaan kadar elektrolit serum,vitamin B12

Uji fungsi tiroid

CT scan memperlihatkan pelebaran ventrikel dan atrofi kortex,

memastikan tidak adanya tumor otak, abses otak, atau hematoma subdural

kronik

Pemeriksaan yang mengukur memori, bahasa, dan kemampuan kognitif

lain seperti menghitung.

PENATALAKSANAAN

Melibatkan pasien dan keluarganya.

Obat penenang dan antidepresan untuk menangani perilaku pasien

Taktrin (Cognex) dan donepezil hidroklorida (aricept) bekerja untuk

menghambat asetilkolinesterase yaitu enzim yang normalnya merusak

asetilkolin.

PROGNOSA

Harapan hidup dari gejala hingga kematian dari 3- 20 tahun dengan rata-

rata 8 tahun.

30

Page 32: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

DELIRIUM

DEFINISI

Delirium menunjuk kepada sindroma otak organik (SOO) karena

gangguan fungsi atau metabolisme otak secara umum dan karena keracunan yang

menghambat metabolisme otak.

GEJALA KLINIS

Gejala umum pada delirium ialah kesadaran yang menurun. Gejala-gejala

yang lain ialah: penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi

dengan baik, ada yang bingung dan cemas, gelisah dan panik, ada juga pasien

yang terutama berhalusinasi dan ada yang berbicara komat-kamit dan inkoheren.

Delirum biasanya hilang apabila penyakit badaniah yang menyebabkannya

sudah sembuh, mungkin sampai kira-kira 1 bulan sesudahnya. Jika disebabkan

oleh proses langsung yang menyerang otak, bila proses itu sembuh, maka gejala-

gejalanya tergantung pada besarnya kerusakan yang ditinggalkan.

TERAPI

Pengobatan yang dilakukan adalah pengobatan etionya sedini mungkin,

selain itu faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.

Perdaran dara juga harus diperhatikan, bila perlu diberikan stimulansia.

Pemberian cairan juga harus cukup, sebab tak jarang terjadi dehidrasi.

PROGNOSIS

Prognosisnya tergantung pada dapat atau tidak dapat kembalinya penyakit

yang menyebabkannya dan kemampuan otak untuk menahan pengaruh penyakit

itu.

31

Page 33: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

KETERGANTUNGAN OBAT

Ppdgj 3 diagnosis ketergantungan zat “ bukti adanya penggunaan dan

kebutuhan yang terus-menerus” tidak termasuk obat yang diberikan dokter

selama berindikasi medis. Gejala abstinensi terjadi jika ada penghentian

pemakaian kokain dan ganja (marihuana).

Ketagihan keracunana yang periodik atau menahun, yang merugikan

individu sendiri dan masyarakat dan yang disebabkan oleh penggunaan suatu zat

(asli atau sintetik) yang berulang-ulang dengan ciri :

1. Keinginan atau kebutuhan yang luar biasa untuk meneruskan penggunaan

obat dan usaha mendapatkannya dengan segala cara

2. Cenderung menaikkan dosis

3. Ketergantungan psikologis (emosional) dan kadang-kadang juga

ketergantungan fisik pada zat itu.

Penyalahmanfaatan misuse pemakaian obat berlebihan oleh dokter

untuk pasiennya, atau orang lain untuk mengobati diri sendiri

Penyalahgunaan abuse pemakaian obat oleh seseorang bukan untuk

tujuan kedokteran

Ketergantungan psikologis kebutuhan memakai zat berulang-ulang, tanpa

mempedulikan akibatnya

Kepembiasaan habituation tergantung suatu zat tanpa timbulnya gejala

fisik bila zat itu dihentikan

Ketagihan adiksi tergantung obat dengan gejala seperti dalam definisi

WHO di atas ini

Ketergantungan fisik keadaan lepas zat timbul gejala fisik

32

Page 34: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Sindrom lepas zat abstinensi gejala psikologis / fisik timbul bila telah

ketergantungan obat dan sedang dihentikan. Gejala yang muncul disebut gejala

lepas zat (abstinensi)

Toleransi berkurangnya efek dengan dosis yang sama sesudah pemakaian

berkali-kali, dosisi perlu dinaikkan untuk menca[ai efek yang dikehendaki

menimbulkan ketergantungan.

ETIOLOGI

Faktor kepribadian orang merasa tidak mantap serta mempunyai sifat

tergantung dan pasif cenderung ketergantungan obat

Faktor sosiobudaya sosio ekonomi rendah di kota metropolitan (karena

lebih mudah didapatkan sumber obat ilegal, sikap mereka meremehkan

hukum dan terdapatnya norma perilaku yang lebih sosiopatik) dan sosio

ekonomi menengah (karena perkembangan golongan ini pesat sehingga

lebih mengganggu kestabilan individu dan keluarga)

Faktor fisik / badaniah menentukan efek fisik obat ( hilangkan rasa

nyeri, ketidakenakan badaniah, berkurangnya dorongan sexual, rasa lapar,

mengantuk, berkurangnya hambatan terhadap dorongan)

Faktor kebiasaan obat mengurangi ketegangan dan perasaan tidak enak

timbul kebiasaan diperkuat dengan tiap kali pemakaian

penguatan positif

Mudah atau sukarnya obat diperoleh

Kesempatan menggunakannya

Obat yang dipakai Gejala fisik Carilah Bahaya

Menghirup lem

(glue sniffing)

Tindakan

kekerasan,

kelihatan mabuk,

roman muka

kosong, atau

Tube lem,

lumuraan lem,

kantong kertas

besar atau

saputangan

Kerusakan paru,

otak, hati, mati

karena kekurangan

napas, tercekik,

anemia

33

Page 35: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

seperti mimpi

Heroin, morfin,

kodein

Stupor,

mengantuk, tanda

jarum pada tubuh,

mata berair, nafsu

makan hilang,

bekas darah pada

lengan baju, pilek

Jarum suntik,

kapas, tali, karet

pengikat, sendok,

atau tutupan botol

terbakar, amplop

Mati karena dosis

berlebihan, adiksi,

infeksi hati dan

lain karena jarum

tidak steril

Obat batuk

mengandung

kodein dan opium

Keliahtan mabuk,

kurang koordinasi,

kebingungan,

gatal

Botol obat batuk

yang kosong

Adiksi

Marihuana (ganja) Lekas mengantuk,

suka melamun,

pupil melebar,

kurang koordinasi,

mengidam

manisan, nafsu

makan bertambah

Baun daun hangus

yang keras, benih-

benih kecil dalam

saku, kertas rokok,

jari yang

warnanya sudah

lain

Perangsangan

untuk memakai

narkotika yang

lebih keras,

ketergantungan

psikologis,

mungkin

kerusakan fisik

Halusinogen

(LSD,DMT)

Halusinasi hebat

rasa terpencil,

inkoherensi kaki-

tangan dingin,

muntah, tertawa

dan menangis

Gula kubus

dengan di

tengahnya sudah

berwarna lain, bau

badan yang keras,

tube cairan yang

kecil

Cenderung bunuh

diri, perilaku yang

tidak dapat

diperkirakan,

pemakaian laa

menyebabkan

kerusakan otak

Stimulant:

amfetamin

Perilaku agresif,

terkikih-kikih,

tolol, bicara cepat,

pikiran bingung,

Pil atau kapsul

dari berbagai

warna, merokok

berturut-turut

Mati karena dosis

berlebihan,

halusinasi, psikosa

34

Page 36: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

nafsu makan tidak

ada, kelelahan

yang sangat, mulut

kering, gemetar,

insomnia

Sedativa:

barbiturat

Mengantuk,

stupor,

menjenukan,

bicara tidak jelas

dengan lidah yang

berat, kelihatan

mabuk, muntah

Pil atau kapsul

dari berbagai

warna

Mati atau tidak

sadar karena dosis

yang berlebihan,

adiksi, konvulsi

bila dihentikan

BERBAGAI JENIS KETERGANTUNGAN OBAT

Obat ”semua zat yang bila dimasukkan ke dalam tubuh suatu mahluk,

akan mengubah atau mempengaruhi satu atau lebih fungsi faali mahluk tersebut”.

Dalam konteks ini, obat zat dengan efek yang besar pada SSP atau

fungsi mental, seperti obat psikotropik, termasuk obat psikotomimetik

(psikedelik) dan stimulansia, morfin, derivatnya serta obat tidur.

Opioid semua zat, asli atau sintetik, yang mempunyai efek seperti

morfin.

Narkotika obat menekan SSP (opioid, tranquilaizer, neuroleptika,

hipnotika, kokain, psikomimetika (ganja).

OPIOID

Contoh : opium, morfin, heroin, kodein, petidin.

Efek satu dosis tunggal tergantung pengalaman individu,

kepribadiannya, ada atau tidak adanya nyeri, suasana dan keadaan saat

pemakaian

35

Page 37: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Seseorang baru pertama kali memakainya, tidak nyeri, morfin disforia,

karena mual, mabuk, pikiran berkabut

Seseorang dengan nyeri, morfin efori negatif ( nyeri hilang)

Gejala intoxikasi akut seseorang pernah memakai morfin satu dosis

menimbulkan efori positif (mirip orgasme, bertempat di perut; keinginan

sexual tidak bertambah, potensi bertambah karena orgasme tertunda),

miosis pupil, pernafasan dan denyutan jantung jadi pelan, suhu badan

turun sedikit, spasme sfinkter otot polos efek morfin dosis tunggal

mencapai puncak 20 menit setelah suntikan iv dan 1 jam setelah suntikan

subkutan efek berlangsung terus-menerus dan makin lama makin

berkurang selama 4-6 jam sesudahnya timbul kecewa

Dosis letal minimal morfin 60mg, tetapi orang ketagihan dapat 600-

1200 mg/hari karena toleransi sampai pada dosis yang tinggi

penderita dalam keadaan disforik, cemas, penuh rasa salah

Gejal lepas obat pada adiksi morfin rinorea, sering menguap, bulu roma

berdiri, kegelisahan, nyeri dan tarikan otot, sakit perut, muntah, diare,

hipertensi, insomnia, anorexia, agitasi, banyak sekali keringat dimulai

12-16 jam sesudah dosis terakhir bersama dengan perubahan perilaku

puncaknya hari ke-2/3 sesudah dosis terakhir gejala cepat berkurang

dalam minggu berikutnya keadaan stabil dicapai sesudah 6 bulan atau

lebih lama

Sindrom abstinensi dicetuskan suntikan N-alilnor-morfin (”Nalline”)

antagonis morfin gejala lepas obat timbul 20menit kemudian pada

penderita dengan konsumsi morfin 60 atau lebih mg/hari

Diagnosis bekas suntikan, cacat yang kebiru-biruan pada vena, miosis

pupil, mengantuk (jika di bawah pengaruh opioid). Ditemukan opioid

dalam urine dengan tes kimiaatau kromatografis

Penanganan

o Dexotikasi mengurangi dosis morfin perlahan atau substitusis

metadon

36

Page 38: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

o Neroleptika ringankan gejala lepas obat

o Ditangani dengan berbagai fase

Sebelum masuk RS

Pemeriksaan

Penilaian

Persiapan

Detoxsifikasi

Penghentian obat

Metadon

Klorpromazin

Pengembalian pola tidur

Rehabilitasi

Psikoterapi

Terapi kerja

Perancangan perawatan sesudahnya

Perawatan sesudahnya

Psikoterapi

Kerja sosial

Bimbingan vokasional dan penempatan

Hostel

Badan sosial

Rohaniawan

Perkumpulan

Badan pelayanan masyarakat

NON-OPIOID/ NON NARKOTIKA

Contohnya : barbiturat, bromida, paraldehid, tranquilaizer (memprobamat,

klordiazepoxid), obat tidur (hipnotika), ganja (marihuana, hasish), kokain,

obat halusinogenik atau psikedelik (LSD=”lysergic acid diethylamide”,

meskalin, psilobin), dna amfetamin.

Intoxikasi akut dan menahun

37

Page 39: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Sindrom lepas obat beda-beda jenis dan kerasnya

Penanganan ketergantungan obat tergantung jenis obat dan tingkat

intoxikasi serta faktor lain yang mempengaruhi timbulnya ketergantungan.

ALKOHOLISME DAN PSIKOSIS ALKOHOLIK

Alhokolisme gangguan perilaku menahun yang jadi manifes dengan

preokupasi tentang alkohol serta pemakaiannya dan yang mengganggu

kesehatan fisik dan mental serta mengganggu lingkungan sosial sekitarnya

dan keluarga penderita. Penderita punya kcenderungan kehilangan

pengawasan diri sehingga merusak diri sendiri dalam menghadapi

hubungan antarmanusia dan keadaaan hidupnya.

Intoxikasi alkohol keadaan gangguan koordinasi, cara bicara yang

terganggu, dan perilaku yang berubah karena alkohol.

Minum episodik secara berlebihan (”episodic excessive drinking”)

alkoholisme dan intoksikasi 4x/tahun.

Kebiasaan minum secara berlebihan (”habitual excessive drinking”)

intoxikasi > 12x/tahun atau di bawah pengaruh alkohol >12x/tahun atau di

bawah pengaruh alkohol >1x/minggu.

Ketagihan alkohol tergantung pada alkohol, terjadi gejala abstinensi

bila ia berhenti minum alkohol atau minum berlebihan selama 3 bulan atau

lebih secara terus-menerus

Psikosis alkoholik

o Intoxikasi alkohol akut psikosa karena sindrom otak organik

berhubungan dengan alkohol

o Deteriorasi alkoholik sindrom otak organik menahun dengan

gangguan ingatan dan penilaian, serta disorientasi dengan amnesia

total yang timbul pada individu dengan alkoholisme menahun.

o Intoxikasi patologis tiba-tiba kesadaran menurun, bingung dan

gelisah serta terdapat disorintasi, ilusi, halusinasi optik, dan

waham.

38

Page 40: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

o Delirium tremens sesudah periode minum yang lama dan

berlebihan lalu dihentikan (jarang di bawah 30 tahun dan biasanya

sesudah 3-5 tahun alkoholisme yang berat). Terdapat kegelisahan,

tremor, gangguan tidur, ilusi, halusinasi visual, taktil, dan

penciuman (halusinasi akustik tidak didapatkan disorientasi), nadi

cepat, suhu badan meninggi, kulit basah serta bicara tidak jelas.

o Halusinosis alkoholik halusinasi akustik yang mengancam

dengan kesadaran yang tidak menurun.

Penanganan

o Klordiazepoxid

o Diazepam

o Masuk RS jika sangat gelisah, kesadaran menurun, psikosis

alkoholik lain

o Psikoterapi

Terapi perilaku

Terapi antagonisme

Bimbingan

Penyuluhan

Prognosis

o Dipengaruhi besar-kecilnya predisposisi (pengaruh faktor

kepribadian, sosiobudaya, dan fisik), mudah sukarnya

mendapatkan obat itu, sering jarantgnya kesempatan memakai obat

tersebut serta lamanya ketergantungan

o Makin mudah faktor ini ditangani makin baik prognosisnya

o Meninggal dunia karena dosis berlebihan, kecelakaan di bawah

pengaruh obat atau karena infeksi sekunder

Pencegahan

39

Page 41: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

o Melalui penerangan berupa pendidikan berhubungan dengan

ketergantungan obat dan mengenal gejalanya.

GANGGUAN SUASANA PERASAAN

40

Page 42: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

(MOOD AFEKTIF)

EPISODE MANIC

Ditandai afek meninggkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan

kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan.

Kategori ini hanya untuk satu episode manic tunggal (yang pertama),

termasuk gangguan afektif bipolar, episode manic tunggal. Jika ada

episode afektif (depresi, manic atau hipomanic) sebelumnya atau

sesudahnya, termasuk gangguan afektif bipolar.

HIPOMANIA

DIAGNOSIS

o Untuk derajat yang lebih ringan terdapat afek meningkat atau berubah

disertai peningkatan aktivitas, bersifat menetap, selama sekurang-

kurangnnya beberapa hari berturut turut, pada derajat intensitas dan

bertahan melebihi yang digambrakan bagi skilotmia dan tidak disertai

halusinasi atau waham.

o Pengaruh nyata bagi pekerjaan penderita dan aktivitas sosialnya memang

sesuia diagnosis hipomania, akan tetapi bila kekacauan berat dan

menyeluruh,maka diagnosisnya mania

DIAGNOSIS BANDING

- Hipertiroid

- Anorexia nervosa

- Masa dini dari gjala depresif agiatif

MANIA TANPA GEJALA PSIKOTIK

41

Page 43: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

DIAGNOSIS

o episodenya harus berlangsung,sekurangnya 1 minggu dan cukup

berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan

dan activitas sosial yang biasa dilakukan.

o Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah

sehingga terjadi aktivitas berlebihan, kebanyakan bicara dan cara

bicara yang cepat, kebutuhan tidur berkurang, terlalau optimis, dan

ide-ide perihal kebesaran/ grandiose ideas.

MANIA DENGAN GEJALA PSIKOTIC

DIAGNOSIS

o Terdapat mania yang lebih berat dar mania tanpa gejala psikotic

o Harga diri yang sangat tinggi dan memiliki gagasan kebesaran diri

ini dapat berkembang menjadi waham kebesaran )delusion of

grandeur ), iritabilitas dan kercurigaan menjadi waham kejar

o Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek.

DIAGNOSIS BANDING

- Skizofrenia

- Skizoafektif tipe manic

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

42

Page 44: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

DEFINISI

Gangguan bipolar atau Manic-Depressive Illness (MDI) merupakan salah

satu gangguan jiwa tersering yang berat dan persisten. Gangguan bipolar ditandai

oleh suatu periode depresi yang dalam dan lama, serta dapat berubah menjadi

suatu periode yang meningkat secara cepat dan/atau dapat menimbulkan amarah

yang dikenal sebagai mania.

Gejala-gejala mania meliputi kurangnya tidur, nada suara tinggi,

peningkatan libido, perilaku yang cenderung kacau tanpa mempertimbangkan

konsekuensinya, dan gangguan pikiran berat yang mungkin/tidak termasuk

psikosis. Di antara kedua periode tersebut, penderita gangguan bipolar memasuki

periode yang baik dan dapat hidup secara produktif.

Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang lama dan jangka

panjang. Gangguan bipolar mendasari satu spektrum kutub dari gangguan

mood/suasana perasaan meliputi Bipolar I (BP I), Bipolar II (BP II), Siklotimia

(periode manic dan depresif yang bergantian/naik-turun), dan depresi yang hebat.

EPIDEMIOLOGI

Di dunia, tingkat prevalensi gangguan bipolar sebagai gangguan yang

lama dan menetap sebesar 0,3 – 1,5 %. Di Amerika Serikat, tingkat prevalensi ini

dapat mencapai 1 – 1,6 %, dimana dua jenis gangguan bipolar ini berbeda pada

populasi dewasa, yaitu sekitar 0,8 % populasi mengalami BP I dan 0,5 % populasi

mengalami BP II. Morbiditas dan Mortalitas dari gangguan bipolar sangat

signifikan. Banyaknya angka kehilangan pekerjaan, kerugian yang ditimbulkan

sebagai akibat dari gangguan tingkat produktivitas yang disebabkan gangguan ini

di Amerika serikat sepanjang periode awal tahun 1990an diperkirakan sebesar

15,5 miliar dolar Amerika. Perkiraan lainnya, sekitar 25 – 50 % individu dengan

gangguan bipolar melakukan percobaan bunuh diri dan 11 % benar-benar tewas

karena bunuh diri.

43

Page 45: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

ETIOLOGI

Etiologi dari gangguan bipolar memang belum dapat diketahui secara

pasti, dan tidak ada penanda biologis (biological marker) yang objektif yang

berhubungan secara pasti dengan keadaan penyakit ini.

FAKTOR RESIKO

Ras :

Tidak ada kelompok ras tertentu yang memiliki predileksi

kecenderungan terjadinya gangguan ini. Namun, berdasarkan sejarah

kejadian yang ada, para klinisi menyatakan bahwa kecenderungan

tersering dari gangguan ini terjadi pada populasi Afrika-Amerika.

Jenis Kelamin :

Angka kejadian dari BP I, sama pada kedua jenis kelamin, namun

rapid-cycling bipolar disorder (gangguan bipolar dengan 4 atau lebih

episode dalam setahun) lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.

Insiden BP II lebih tinggi pada wanita daripada pria.

Usia

Usia individu yang mengalami gangguan bipolar ini bervariasi cukup

besar. Rentang usia dari keduanya, BP I dan BP II adalah antara anak-anak

hingga 50 tahun, dengan perkiraan rata-rata usia 21 tahun. Kasus ini

terbanyak pada usia 15 – 19 tahun, dan rentang usia terbanyak kedua

adalah pada usia 20 – 24 tahun. Sebagian penderita yang didiagnosa

dengan depresi hebat berulang mungkin saja juga mengalami gangguan

bipolar dan baru berkembang mengalami episode manic yang pertama saat

usia mereka lebih dari 50 tahun.

Mereka mungkin memiliki riwayat keluarga yang juga menderita

gangguan bipolar. Sebagian besar penderita dengan onset manic pada usia

lebih dari 50 tahun harus dilakukan penelusuran terhadap adanya

gangguan neurologis seperti penyakit serebrovaskular. Gangguan bipolar

44

Page 46: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi genetik, biokimiawi,

psikodinamik dan lingkungan.

Genetik

Gangguan bipolar, terutama BP I, memiliki komponen genetik utama.

Bukti yang mengindikasikan adanya peran dari faktor genetik dari

gangguan bipolar terdapat beberapa bentuk, antara lain :

1. Hubungan keluarga inti dengan orang yang menderita BP I

diperkirakan 7 kali lebih sering mengalami BP I dibandingkan

populasi umum. Perlu digaris-bawahi, keturunan dari orang tua yang

menderita gangguan bipolar memiliki kemungkinan 50 % menderita

gangguan psikiatrik lain.

Penelitian pada orang yang kembar menunjukkan hubungan 33 –

90 % menderita BP I dari saudara kembar yang identik.

Penelitian pada keluarga adopsi, membuktikan bahwa lingkungan

umum bukanlah satu-satunya faktor yang membuat gangguan bipolar

terjadi dalam keluarga. Anak dengan hubungan biologis pada orang tua

yang menderita BP I atau gangguan depresif hebat memiliki resiko

yang lebih tinggi dari perkembangan gangguan afektif, bahkan

meskipun mereka bertempat tinggal dan dibesarkan oleh orang tua

yang mengadopsi dan tidak menderita gangguan.

Cardno dan kawan-kawan di London menunjukkan bahwa

skizofrenia, skizoafektif, dan sindrom manic berbagi faktor resiko

genetik dan genetik yang bertanggung jawab terhadap gangguan

skizoafektif seluruhnya secara umum juga terdapat pada dua sindrom

yang lain tadi. Penemuan ini menimbulkan dugaan suatu genetik

tersendiri bertanggungjawab pada psikosis berbagi dengan gangguan

mood dan skizofrenia. Tsuang dan kawan-kawan mengindikasikan

adanya kontribusi genetik pada MDI dengan gambaran psikotik, serta

menunjukkan adanya hubungan antara skizofrenia dan gangguan

bipolar.

45

Page 47: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Studi tentang ekspresi gen juga menunjukkan orang dengan

gangguan bipolar, depresif berat, dan skizofrenia mengalami

penurunan yang sama dalam ekspresi dari gen hubungan

oligodendrosit-myelin dan abnormalitas substansia nigra pada

bermacam daerah otak.

2. Biokimiawi

Multipel jalur biokimiawi mungkin berperan pada gangguan

bipolar, hal ini yang menyebabkan sulitnya mendeteksi suatu

abnormalitas tertentu.

Beberapa neurotransmitter berhubungan dengan gangguan ini,

sebagian besar didasrkan pada respon pasien terhadap agen-agen

psikoaktif.

3. Sejumlah bukti menunjukkan bahwa terdapat kaitan antara glutamat

dengan gangguan bipolar dan depresi berat. Studi postmortem dari

lobus frontal dengan kedua gangguan menunjukkan peningkatan level

glutamat.

4. Obat tekanan darah reserpin, yang menghabiskan/mendeplesikan

katekolamin pada saraf terminal telah tercatat menyebabkan depresi.

Ini berpedoman pada hipotesis katekolamin yang berpegang pada

peningkatan epinefrin dan norepinefrin menyebabkan manic dan

penurunan epinefrin dan norepinefrin menyebabkan depresi.

5. Obat-obatan seperti kokain, yang juga bekerja pada sistem

neurotransmitter ini mengeksaserbasi terjadinya manic. Agen lain yang

dapat mengeksaserbasi manic termasuk L-dopa, yang menginhibisi

reuptake dopamin dan serotonin.

6. Gangguan dan ketidakseimbangan hormonal dari aksis hipotalamus-

pituitari-adrenal, menggangu homeostasis dan menimbulkan respon

stres yang juga berperan pada gambaran klinis gangguan bipolar.

7. Antidepresan trisiklik dapat memicu terjadinya manic.

8. Psikodinamik

46

Page 48: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Banyak praktisi melihat dinamika MDI sebagai suatu hal yang

berhubungan melalui suatu jalur.

Mereka melihat depresi sebagai manifestasi dari suatu kehilangan,

contohnya hilangnya pegertian terhadap diri dan adanya perasaan

harga diri rendah. Oleh karena itu, manik timbul sebagai mekanisme

defens dalam melawan rasa depresi (Melanie Klein)

9. Lingkungan

Pada beberapa kejadian, suatu siklus hidup mungkin berkaitan

langsung dengan stres eksternal atau tekanan eksternal yang dapat

memperburuk berulangnya gangguan pada beberapa kasus yang

memang sudah memiliki predisposisi genetik atau biokimiawi.

Kehamilan merupakan stres tertentu bagi wanita dengan riwayat

MDI dan meningkatkan kemungkinan psikosis postpartum. Contoh

lain, oleh karena sifat pekerjaan, beberapa orang memiliki periode

permintaan yang tinggi diikuti periode kebutuhan yang sedikit. Hal ini

didapati pada seorang petani, dimana ia akan sangat sibuk pada musim

semi, panas, dan gugur, namun selama musim dingin akan relatif

inaktif kecuali membersihkan salju, sehingga ia akan tampak manic

pada hampir sepanjang tahun dan tenang selama musim dingin. Hal ini

menunjukkan lingkungan juga dapat berpengaruh terhadap keadaan

psikiatri seseorang.

TANDA DAN GEJALA

Diagnosis dari BP I ditegakkan dengan setidaknya terdapat episode manic

paling tidak dengan durasi 1 minggu yang mengindikasikan penderita

untuk dirawat inap atau kelainan lain yang signifikan dalam fungsi okupasi

dan sosial. Episode manic bukan disebabkan oleh penyakit medis lain atau

penyalahgunaan zat. Kriteria ini berdasarkan spesifikasi dari Diagnostic

and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision

(DSM-IV-TR).

Episode manic ditandai oleh gejala-gejala berikut ini :

47

Page 49: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

-  Setidaknya terdapat 1 minggu gangguan mood yang dalam, yang

ditandai dengan suasana perasaan yang meningkat (elasi), mudah marah

(iritabel), atau adanya keinginan untuk keluar rumah.

- Gejala lain yang menyertai antara lain (paling tidak 3 atau lebih):

Perasaan kebesaran; gangguan tidur; nada suara yang tinggi dan bicara

berlebihan; flight of ideas; menghilangkan bukti kekacauan pikiran;

meningkatnya tingkat fokus kerja di rumah, tempat kerja atau seksual;

meningkatnya aktivitas yang menyenangkan dan bahkan yang memiliki

konsekuensi menyakitkan.

- Gangguan mood cukup untuk membuat kerusakan di tempat kerja,

membahayakan pasien atau orang lain.

- Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh

penyalahgunaan zat atau karena gangguan medis lain.

- Episode hipomanic ditandai oleh gejala-gejala berikut :

- Penderita mengalami suasana perasaan yang meningkat (elasi),

adanya keinginan untuk keluar rumah, atau mudah marah

(iritabel) setidaknya selama 4 hari.

-   Paling tidak terdapat 3 atau lebih gejala-gejala berikut ini :

Perasaan kebesaran atau mengagumi diri sendiri; gangguan tidur;

nada suara tinggi; flight of ideas; menghilangkan bukti kekacauan

pikiran; agitasi psikomotor di rumah, tempat kerja atau seksual;

mulai melakukan aktivitas dengan resiko tinggi terhadap

konsekuensi yang menyakitkan.

- Gangguan mood tampak oleh orang lain.

- Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh

penyalahgunaan zat atau karena gangguan medis lain.

Episode depresif ditandai dengan gejala-gejala berikut :

Karena sebab yang sama selama 2 minggu, dengan paling tidak

terdapat gejala perasaan depresi atau ditandai dengan kehilangan

kesenangan atau perhatian, setidaknya pada seseorang terdapat 5

atau lebih gejala berikut ini : Perasaan depresi/tertekan; penurunan

48

Page 50: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

perasaan senang dan minat pada hampir semua aktivitas;

penurunan berat badan yang signifikan dan selera; hipersomnia

atau insomnia; retardasi psikomotor atau agitasi; kehilangan energi

atau kelemahan; penurunan daya konsentrasi; preokupasi dengan

kematian atau bunuh diri, penderita memiliki rencana untuk bunuh

diri atau telah melakukan bunuh diri tersebut.

Gejala-gejala tersebut menyebabkan kerusakan dan distress.

Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh

penyalahgunaan zat atau karena gangguan medis lain.

Episode campuran ditandai dengan gejala-gejala berikut ini :

Pada penderita harus terdapat kedua kriteria baik manic maupun

depresi, dengan gejala depresi hanya terjadi selama 1 minggu.

Gangguan mood mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi sosial

dan kerja.

Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh

penyalahgunaan zat atau karena gangguan medis lain.

PEMERIKSAAN FISIK

Menggunakan Mental Status Examination (MSE) untuk mendiagnosis

adanya gangguan bipolar. Status mental penderita tergantung pada keadaan

depresi, hipomanic, manic, atau campuran, dengan variasi area MSE ditandai

sesuai dengan fase tertentu dari penderita.

Penampilan

Periode depresi : Orang yang menunjukkan suatu periode depresi

mungkin menunjukkan sedikit sampai tidak ada kontak mata. Pakaian mereka

mungkin tidak terawat, kotor, berlubang, kumal, serta tidak cocok dengan ukuran

badan. Bila seseorang kehilangan berat badan secara signifikan, ukuran

pakaiannya tidak akan cocok. Kebersihan diri tercermin dari mood mereka yang

rendah, yang ditunjukkan dengan badan yang kurus, tidak bercukur, dan tidak

49

Page 51: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

membersihkan diri. Pada wanita, kuku jari tangannya mungkin terdapat lapisan

warna yang berbeda atau sebagian warna yang rusak pada kuku mereka, bahkan

cenderung kotor juga pada tangannya. Rambut mereka juga tidak terurus. Bila

orang ini bergerak, afek depresi jelas terlihat. Mereka bergerak dengan lambat dan

sangat sedikit yang menunjukkan retardasi psikomotor. Mereka juga berbicara

dengan suara yang pelan atau suara yang monoton.

Episode hipomanic : Penderita ini sangat sibuk dan aktif. Mereka

memiliki energi dan selalu kemana-mana. Mereka selalu berencana melakukan

sesuatu, sebagian mengalami perubahan tingakat energi dan suasana hati (Keck,

2003).

Episode manic : Pada banyak kasus, perilaku penderita dengan fase

manic menunjukkan perilaku yang berlawanan dengan penderita dengan fase

depresi. Penderita fase manic menunjukkan keadaan hiperaktif dan hipervigilasi.

Mereka kurang istirahat, bertenaga, aktif, serta berbicara dan bertindak cepat.

Pakaian mereka mencerminkan keadaan itu, dimana terlihat dikenakan dengan

tergesa-gesa dan kacau. Pakaian mereka biasanya terlalu terang, penuh warna,

serta mencolok. Mereka berdiri di keramaian dan menjadi menonjol karena

pakaian mereka yang sering menarik perhatian.

Afek/Suasana Hati

Episode depresi: Kesedihan mendominasi suasana hati seseorang dalam

episode depresi.  Penderita merasa sedih, tertekan, kehilangan, kosong dan

terisolasi.  “2 Hs” sering menyertai suasana hati penderita, tanpa pengahrapan dan

semua terasa sia-sia.  

Episode hipomanik: Suasana hati penderita meningkat, meluas dan peka.

Episode manik: Suasana hati penderita tampak menggembirakan, dan

bahkan berlebihan.  Euphoria. Penderita sangat mudah marah.

50

Page 52: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Episode campuran: penderita menunjukkan gejala kedua episode

(depresi dan manic) dalam suatu periode singkat (1 minggu atau kurang).

PIKIRAN

Episode Depresi: Penderita mempunyai pemikiran yang mencerminkan

kesedihan mereka. Gagasan yang negatif, perhatian nihilistik, dan mereka

mempunyai suatu istilah bahwa “ mereka bagaikan gelas yang separuh kosong”.

Pemikiran mereka lebih berfokus tentang kematian dan tentang bunuh diri.

Episode Hipomanik: Penderita mempunyai pemikiran yang optimis,

berpikir ke depan dan mempunyai sikap yang positif.

Episode Manic: Penderita mempunyai pemikiran yang sangat opimis dan

luas. Percaya diri yang berlebihan. Mereka dapat dengan cepat membuat

pemikiran/gagasan. Mereka merasa pemikiran mereka sangat aktif dan aktif.

Episode Campuran: Penderita dapat berubah secara cepat antara depresi

dan euforia dan meraka juga mudah marah.

PERSEPSI

Episode Depresi: Terdapat 2 format dari tipe depresi yang dijelaskan.

Dengan psikotik dan tanpa psikotik. Dengan psikotik, penderita mempunyai

khayalan dan halusinasi yang sesuai atau tidak dengan suasana hati. Penderita

merasa telah berdosa, bersalah, dan merasakan penyesalan yang snagat dalam.

Episode Hipomanik: Penderita tidak mengalami gangguan persepsi.

Episode Manic: 3 dari 4 penderita dalam tahap ini mengalami halusinasi.

Khayalan manic menunjukkan persepsi gengsi dan kemuliaan.

Episode Campuran: Penderita menunjukkan khayalan dan halusinasi

yang konsisten dengan depresi atau manic atau keduanya.

51

Page 53: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

BUNUH DIRI

Episode Depresi: Angka kejadian bunuh diri banyak terjadi pada

penderita depresi. Mereka adalah individu yang mencoba dan berhasil dalam

usaha bunuh diri.

Episode Hipomanik: Angka bunuh diri rendah.

Episode Manik: Angka bunuh diri rendah.

Episode Campuran: Pada tahap depresi pasien memiliki resiko untuk

bunuh diri.

PEMBUNUHAN/KEKERASAN

Episode Depresi: Pembunuhan yang dilakukan oleh penderita biasanya

diikuti dengan bunuh diri. Pada beberapa penderita depresi biasanya merasa dunia

sudah tidak berguna lagi untuknya dan untuk orang terdekatnya/orang lain.

Episode Hipomanic: Penderita menunjukkan sifat mudah marah dan

agresif. Mereka dapat menjadi tidak sabar terhadap orang lain.

Episode Manik: Penderita agresif. Mereka tidak memiliki sifat sabar atau

toleransi dengan orang lain tidak ada. Mereka dapat menjadi sangat menuntut,

kasar, sangat mudah marah. Pembunuhan terjadi jika penderita mempunyai suatu

khayalan terhadap kesenangan penderita.

Episode Campuran: Penderita dapat menjadi sangat agresif terutama

dalam tahap manic.

PENGERTIAN DIRI/INSIGHT

Episode Depresi: Depresi dapat mempengaruhi penilaian seseorang

mengenai dirinya sendiri. Penderita biasanya gagal dalam melakukan tindakan

52

Page 54: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

yang penting sebab mereka sangat jatuh dan menurun dalam mengenali diri

mereka sendiri. Meraka memeiliki sedikit pengertian terhadap diri mereka sendiri.

Episode Hipomanik: Biasanya penderita memiliki penegrtian yang baik

mengenai diri mereka. Namun sangat luas. Mereka menilai diri mereka sangat

produktif dan teliti, bukan sebagai hipomanik.

Episode Manic: Dalam tahap ini pengertian diri/insight sangat lemah.

Penderita tidak mempunyai pengertian yang jelas mengenai kebutuhan, rencana

dan perilaku mereka.  

Episode Campuran: Pergeseran/perubahan dalam afek dapat merusak

pengertian pasien tentang dirinya dan bertentangan dengan insight mereka.

KOGNITIF : Kemunduran/kelemahan dalam orientasi dan daya ingat sangat

jarang diamati pada pasien dengan gangguan afek bipolar kecuali mereka psikotik.

Mereka mengetahui waktu dan temapt mereka berada.mereka dapat mengingat

kejadian yang lampau dan terbaru. Pada beberapa kasus hipomanic dan kadang

hipomanic, kemampuan penderita untuk mengingat informasi dapat sangat luas.

Pada dpresi dan manic yang berat, penderita dapat mengalami kesulutan dalam

berkonsentrasi dan memusatkan perhatiannya.

PENATALAKSANAAN

1. Penentuan Kegawatdaruratan Penderita

Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada fase

dari episodenya, seperti depresi atau manic, dan derajat keparahan fase

tersebut. Contoh, seseorang dengan depresi yang ekstrim dan

menunjukkan perilaku bunuh diri memerlukan/mengindikasikan

pengobatan rawat inap. Sebaliknya, seseorang dengan depresi moderat

yang masih dapat bekerja, diobati sebagai pasien rawat jalan.

53

Page 55: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Pengobatan pasien rawat inap :

indikasi seseorang dengan gangguan bipolar untuk dirawat inap adalah

sebagai berikut :

Berbahaya untuk diri sendiri : Pasien yang terutama dengan episode

depresif, dapat terlihat dengan resiko yang signifikan untuk bunuh diri.

Percobaan bunuh diri yang serius dan ideasi spesifik dengan rencana

menghilangkan bukti, memerlukan observasi yang ketat dan perlindungan

pencegahan. Namun, bahaya bagi penderita bisa datang dari aspek lain

dari penyakit, contohnya seorang penderita depresi yang tidak cukup

makan beresiko kematian, sejalan dengan itu, penderita dengan manic

yang ekstrim yang tidak mau tidur atau makan mungkin mengalami

kelelahan yang hebat.

Berbahaya bagi orang lain : Penderita gangguan bipolar dapat mengancam

nyawa ornag lain, contohnya seorang penderita yang mengalami depresi

yang berat meyakini bahwa dunia itu sangat suram/gelap, sehingga ia

berencana untuk membunuh anaknya untuk membebaskan mereka dari

kesengsaraan dunia.

Ketidakmampuan total dari fungsi : Adakalanya depresi yang dialami

terlalu dalam, sehingga orang tidak dapat melakukan fungsinya sama

sekali, meninggalkan orang seperti ini sendirian sanagt berbahaya dan

tidak menyembuhkannya.

Tidak dapat diarahkan sama sekali : Hal ini benar-benar terjadi selama

episode manic. Dalam situasi ini, perilaku penderita sangat di luar batas,

mereka menghancurkan karir dan berbahaya bagi orang di sekitarnya.

Kondisi medis yang harus dimonitor : Contohnya penderita gangguan jiwa

yang disertai gangguan jantung harus berada di lingkungan medi, dimana

obat psikotropik dapat dimonitor dan diobservasi.

54

Page 56: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Rawat inap parsial atau program perawatan sehari

Secara umum, penderita ini memiliki gejala yang berat namun memiliki

tingkat pengendalian dan lingkungan hidup yang stabil.

Contohnya, penderita dengan depresi berat yang berpikir akan bunuh diri

tapi tidak berencana untuk melakukannya dan dapat memiliki tingkat

motivasi yang tinggi bila diberi banyak dukungan interpersonal, terutama

sepanjang hari dan dengan bantuan dan keterlibatan dari keluarga.

Keluarga harus selalu berada di rumah setiap malamdan harus peduli

terhadap penderita. Rawat inap parsial juga menjembatani untuk bisa

segera kembali bekerja. Kembali secara langsung ke pekerjaan seringkali

sulit bagi penderita dengan gejala yang berat, dan rawat inap parsial

memberi dukungan dan hubungan interpersonal.

Pengobatan rawat jalan : Pengobatan rawat jalan memiliki 4 tujuan utama.

Pertama, lihat stresornya dan cari cara untuk menanganinya. Stres ini

bisa berasal dari keluarga atau pekerjaan, namun bila terakumulasi,

mereka mendorong penderita menjadi manic atau depresi. Hal ini

merupakan bagian dari psikoterapi.

Kedua, memonitor dan mendukung pengobatan. Pengobatan membuat

perubahan yang luar biasa. Kuncinya adalah mendapatkan keuntungan

dan mencegah efek samping. Penderita memiliki rasa yang

bertentangan dengan pengobatan mereka. Mereka mengetahui bahwa

obat membantu dan mencegah mereka untuk dirawat inap, namun

mereka juga menyangkal memerlukannya. Oleh karena itu, harus

dibantu untuk mengarahkan perasaan mereka dan membantu mereka

untuk mau melanjutkan pengobatan.

Ketiga, membangun dan memelihara sekumpulan orang yang peduli.

Hal ini merupakan satu dari banyak alasan bagi para praktisi setuju

dengan ambivalensi penderita tentang pengobatan. Seiring perjalanan

waktu, kekuatan sekumpulan orang yang peduli membantu

55

Page 57: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

mempertahnkan gejala penderita dalam keadaan minimum dan

membantu penderita tinggal dan diterima di masyarakat.

Keempat, aspek yang melibatkan edukasi. Klinisi harus membantu

edukasi bagi penderita dan keluarga tentang penyakit bipolar. Mereka

harus sadar dan waspada terhadap bahaya penyalahgunaan zat, situasi

yang mungkin memicu kekambuhan, dan peran pengobatan yang

penting. Dukungan kelompok bagi penderita dan keluarga memiliki

arti penting yang sangat luar biasa.

Keadaan kesehatan tubuh penderita gangguan bipolar juga harus

diperhatikan oleh para praktisi, termasuk keadaan kardiovaskular,

diabetes, masalah endokrin, infeksi, komplikasi sistem urinari, dan

gangguan keseimbangan elektrolit.

TERAPI

Terapi Farmakologi

Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang

dialami penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak,

seperti gejala psikotik, agitasi, agresi, dan gangguan tidur. Antipsikosis

atipikal meningkat penggunaannya untuk kedua hal yaitu manic akut dan

mood stabilization. Rentang yang luas dari antidepresan dan ECT

digunakan untuk episode depresi akut (contoh, depresi berat). Selanjutnya,

suatu medikasi lain dipilih untuk terapi pemeliharaan/maintenance dan

pencegahan.

Pengalaman klinik menunjukkan bahwa bila diterapi dengan obat mood

stabilizer, penderita gangguan bipolar akan mengalami lebih sedikit

periode manic dan depresi. Medikasi ini bekerja menstabilkan mood

penderita sesuai namanya, juga menstabilakn manic dan depresi yang

ekstrim. Antipsikosis atipikal kini juga sering digunakan untuk

menstabilkan manic akut, bahkan untuk mengobati beberapa kasus depresi

bipolar untukmenstabilkan mood, seperti ziprasidone, quetiapine,

56

Page 58: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

risperidone, aripiprazole and olanzapine. Berdasarkan konsensus yang

sekarang, pengobatan yang paling efektif untuk manic akut adalah

kombinasi dari generasi kedua antipsikosis dan medikasi mood stabilizing.

Tabel berikut menunjukkan FDA-approved bipolar treatment regimens. 

Tabel FDA-Approved Bipolar Treatment Regimens

Nama Generik

Nama

Dagang Manic Mixed Maintenance Depresi

Valproate Depakote X      

Carbamazepine extended

release

Equestro X X    

Lamotrigine Lamictal     X  

Lithium   X   X  

Aripiprazole Abilify X X X  

Ziprasidone Geodon X X    

Risperidone Risperdal X X    

Quetiapine Seroquel X     X

Chlorpromazine Thorazine X      

Olanzapine Zyprexa X X X  

Olanzapine/fluoxetine

Combination

Symbyax       X

Tabel dari Medscape.

Terapi Non Farmakologi

Konsultasi

Suatu konsultasi dengan seorang psikiater atau psikofarmakologis

selalu sesuai bila penderita tidak menunjukkan respon terhadap terapi

konvensional dan medikasi.

Diet

57

Page 59: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors

(MAOIs), tidak ada diet khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan

untuk tidak merubah asupan garam, karena peningkatan asupan garam

membuat kadar litium serum menurun dan menurunkan efikasinya,

sedangkan mengurangi asupan garam dapat meningkatkan kadar litium

serum dan menyebabkan toksisitas.

Aktivitas

Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan

olahraga/aktivitas fisik. Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat.

Baik aktivitas fisik dan jadwal yang reguler meupakan kunci untuk

bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas fisik ini berlebihan

dengan peningkatan perspirasi dapat meningkatkan kadar litium serum dan

menyebabkan toksisitas litium.

Edukasi Penderita

Pengobatan penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi penderita

awal dan lanjutan. Tujuan edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung

pada penderita, namun juga melalui keluarga dan sistem disekitarnya.

Lagipula, fakta menunjukkan peningkatan dari tujuan edukasi ini, tidak

hanya meningkatkan ketahanan dan pengetahuan mereka tentang penyakit,

namun juga kualitas hidupnya.

• Pertama, penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar.

Hal ini mengurangi perasaan bersalah dan mempromosikan

pengobatan yang adekuat.

• Kedua, memberi informasi tentang bagaimana cara memonitor

penyakit terkait apresiasi tanda awal, pemunculan kembali, dan gejala.

Pengenalan terhadap adanya perubahan memudahkan langkah-langkah

pencegahan yang baik.

• Kelompok pengobatan yang adekuat tinggal suatu bagian yang

penting dari perawatan dan edukasi.

58

Page 60: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

• Edukasi juga harus memperhatikan bahaya dari stresor. Membantu

identifikasi individu dan bekerja dengan stresor yang ada menyediakan

aspek kritis penderita dan kewaspadaan keluarga.

• Akhirnya, informasikan kepada penderita tentang kekambuhan dalam

konteks gangguan.

• Cerita-cerita tentang individu membantu penderita dan keluarga,

terutama cerita tentang individu dengan MDI dapat membantu

penderita untuk berusaha menghadapi tantangan dari perspektif lain.

 PENCEGAHAN

Prevensi merupakan kunci dari terapi jangka panjang dari gangguan

bipolar. Hal ini mencakup beberapa hal sebagai berikut :

Pertama, medikasi seperti litium bertindak sebagai mood stabilizers.

Kedua, psikoedukasi dimulai dari penderita dan keluarga penderita.

Keduanya harus memahami dan mengetahui pentingnya pengobatan

adekuat dan tanda-tanda awal dari manic dan depresi, ini merupakan hal

yang penting.

KOMPLIKASI

Komplikasi dari gangguan ini antara lain bunuh diri, pembunuhan, dan

adiksi.

PROGNOSA

Penderita dengan BP I lebih buruk daripada penderita depresi berat. Dalam

2 tahun pertama setelah episode awal, 40 – 50 % penderita mengalami serangan

manic lain.

Hanya 50 – 60 % penderita BP I dapat dikontrol dengan litium terhadap

gejalanya. Pada 7 % penderita, gejala tidak kembali/mengalami

59

Page 61: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

penyembuhan, 45 % penderita mengalami episode berulang, dan 40 %

mengalami gangguan yang menetap.

Seringkali perputaran episode depresif dan manic berhubungan dengan

usia.

 Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi lebih buruk antara lain :

Riwayat kerja yang buruk; penyalahgunaan alkohol; gambaran psikotik;

gambaran depresif diantara episode manic dan depresi; adanya bukti

keadaan depresif, jenis kelamin laki-laki.

Indikator prognosis yang baik adalah sebagai berikut : fase manic (dalam

durasi pendek); Onset terjadi pada usia yang lanjut; pemikiran untuk

bunuh diri yang rendah; gambaran psikotik yang rendah; masalah

kesehatan (organik) yang rendah.

60

Page 62: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

EPISODE DEPRESIF

Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :

1) Afek depresif.

2) Kehilangan minat dan kegembiraan.

3) Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah

lelah ( rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya

aktifitas.

Gejala lainnya :

a) Konsentrasi dan perhatian lainya berkurang;

b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang;

c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;

d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis;

e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;

f) Tidur terganggu;

g) Nafsu makan berkurang.

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa

sekurang kurangnya dua minggu untuk penegakan diagnosis,akan tetapi periode lebih

pendek dapat dapat dibenarkan jika gejala luar biasa dan berlangsung cepat.

Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0),sedang(F32.1)dan berat(F32.2)

hanya digunakan untuk episode depresif tunggal (yang pertama). Episode depresif

berikutnya harus diklasifikasikan dibawah salah satu diagnosis gangguan depresif

berulang (F33.-).

EPISODE DEPRESIF RINGAN

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut

diatas;

Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainya : (a) sampai dengan (g).

Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.

Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.

61

Page 63: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa

dilakukannya.

Karakter kelima : F32.00 = tampa gejala somatik.

F32.01 = dengan gejala somatik.

F32.1 Episode Depresif Sedang

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode

depresi ringan (F30.0);

Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;

Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.

Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,pekerjaan dan

urusan rumah tangga.

Karakter kelima : F32.10 = Tanpa gejala somatik

F32.11 = Dengan gejala somatik

F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik

Semua 3 gejala utama depresi harus ada.

Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya

harus berintensitas berat.

Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retradasi psikomotor) yang

mencolok,maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan

banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh

terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan.

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu,

akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,maka masih

dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2

minggu.

Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan

atau urusan rumah tangga, kecuali pada tarah yang sangat terbatas.

F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas;

62

Page 64: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Disertai waham, halusinasi atayu stupor depresif. Waham biasanya melibatkan

ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien

merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik

biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau

daging membusuk. Retradasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

Jika diperlukan,waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak

serasi dengan afek ( mood congruent).

F32.8 Episode Depresif lainya

F32.9 Episode Depresif YTT

GANGGUAN DEPRESIF BERULANG

63

Page 65: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari :

1. Episode depresi ringan (F32.0)

2. Episode depresi sedang (F32.1)

3. Episode depresi berat (F32.2 dan F32.3)

Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekwensinya

lebih jarang dibandingkan dengan ganggu bipolar.

Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas yang

memenuhi kriteria mania.(F30.1 dan F30.2).

Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari

peninggian afek dan hiperaktivias ringa yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0)

segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh suatu

tinakan pengobatan depresi).

Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian kecil pasien

mungkin mendpat depresi yang akhirnya menetap, terutama di usia lanjut (untuk keadaan

ini, kayegori ini harus tetap digunakan)

Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan

oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress atau trauma mental lain (adanya stress tidak

essensial untuk penegakkan diagnosis).

DIAGNOSIS BANDING

Episode depresif singkat berulang (F38.1)

GANGGUAN DEPRESIF BERULANG, EPISODE KINI RINGAN

Untuk diagnosis pasti:

a. Kriteria untuk gangguan depresi berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode

sekarang harus memenuhu untuk episode depresif ringan (F32.0); dan

b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing minimal

2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang

bermakna.

Karakter kelima : F33.00 = tanpa gejala somatik

64

Page 66: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

F33.01 = dengan gejala somatik

F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang

Untuk diagnosis pasti :

a. Kriteria untuk gangguan depresif erulang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode

sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif sedang (F32.1); dan

b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama

minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif

yang bermakna.

Karakter kelima : F33.10 = tanpa gejala somatik

F33.11 = dengan gejala somatik

F33.2 Gangguan Depresif Berulang,Episode Kini Berat tanpa Gejala Psikotik

Untuk diagnosis pasti ;

a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-)harus dipenuhi, dan

episodesekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat

tanpa gejala psikotik (F32.2);dan

b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing

selama 2 minggu dengan sela waktu beberpa bulan tanpa gangguan

afektif yang bermakana.

F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik

Untuk diagnosis pasti :

a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (f33.-)harus dipenuhi, dan

episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat

dengan gejala psikotik (F32.3); dan

b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing

selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa

gangguan afektif yang bermakna.

F33.4 Gangguan Depresif Berulang , Kini dalam Remisi

Untuk diagnosis pasti :

65

Page 67: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus pernah dipenuhi

di masa lampau, tetapi keadaan sekarang harus tidak memenuhi kriteria

untuk episode depresi denganderajat keparahan apa pun atau gangguan

lain apa pun dalam F30-F39; dan

b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing

selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa

gangguan afektif yang bermakna.

F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya

F33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT

PENYALAHGUNAAN ALKOHOL

66

Page 68: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

DEFINISI

Gangguan individu dalam menjalankan fungsinya baik secara sosial,

keluarga, pekerjaan dan aktivitasnya sehari-hari yang berhubungan dengan

penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol adalah salah satu gangguan

berhubungan yang paling sering, serius dan berbahaya di dalam masarakat. Istilah

penyalahgunaan alkohol yang sering digunakan adalah alkoholism.

EPIDEMIOLOGI

Kelompok usia dengan presentasi penggunaan alkohol tertinggi adalah

antara 20 tahun hingga 35 tahun. Sedangkan dari jenis kelamin, laki-laki secara

bermakna lebih mungkin menggunakan alkohol daripada wanita. Dari segi ras,

penggunaan alkohol lebih banyak terdapat pada kaum kulit putih dibandingkan

dengan kaum kulit hitam.

PATOFISIOLOGI

Gangguan berhubungan dengan alkohol seperti hampir semua dengan

keadaan psikiatri yang lainnya, mewakili suatu kelompok yang heterogen, dan

pada setiap kasus individual bervariasi penyebabnya yang meliputi faktor

psikososial, faktor keturunan faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Alkohol di

dalam tubuh mempengaruhi hampir setiap sitem organ dan di dalam dosis tinggi

dapat menyebabkan koma atau kematian. Alkohol mempengaruhi beberapa

system saraf, termasuk opiate, GABA, glutamate, serotonin dan dopamine.

Peningkatan kadar opiate di dalam darah menjelaskan efek bahagia di dalam

alkohol yang juga diterangkan oleh peningkatan GABA yang mempengaruhi efek

mengantuk / sedative dan tenang.

GEJALA DAN TANDA

Beberapa gejala dan tanda yang menjadi kriteria diagnosis dan gambaran

klinis dari penyalahgunaan alcohol:

* Ketidakmampuan untuk memutuskan atau berhenti minum alkohol

* Usaha berulang untuk mengontrol atau menurunkan minum yang berlebihan

dengan tidak minum minuman keras, atau membatasi minum pada waktu

tertentu

67

Page 69: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

* Pesta minuman keras (tetap keracunan sepanjang hari atau minimal 2 hari)

* Menkonsumi lima takaran minuman keras

* Periode lupa ingatan untuk peristiwa yang terjadi selama terintokasi

* Terus minum walaupun ada gangguan fisik yang telah diketahui akibat

penggunaan alkohol yang berlebihan

* Minum alkohol yang bukan minuman seperti bahan bakar

* Gangguan dalah fungsi sosial dan pekerjaannya akibat penggunaan alkohol.

Beberapa gejala Intoksikasi alcohol

Baru saja menggunakan alcohol

Perilaku psikologis yang bermakna secara klinis, contoh perilaku seksual

atau agresif yang tidak tetap

Satu atau beberapa tanda yang berkembang selama penggunaan alcohol

Bicara cadel

Inkoordinasi

Gaya berjalan tidak mantap

Nistagmus

Gangguan atensi atau daya ingat

Stupor atau koma.

Beberapa gejala efek balik alcohol

Mual dan muntah

Agitasi dan cemas

Sakit kepala, gemetar atau kejang

Gangguan halusinasi baik suara maupun penglihatan

Nadi cepat atau tekanan darah tinggi

Meningkatnya temperature tubuh

Penurunan kesadaran

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN TAMBAHAN

LAIN YANG DIPERLUKAN ADALAH

Pengukuran alkohol di dalam darah, jika melebihi 300 mg/ dl dapat

menunjukan intosikasi akibat alkohol.

68

Page 70: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

PENATALAKSANAAN

Walaupun dikatakan pengendalian minuman akan alkohol adalah terapi

yang baik dari penyalahgunaan alkohol, menurut beberapa penilitian bahwa sama

sekali tidak menkomsumsi alkohol adalah jalan terbaik dalam keberhasilan untuk

pengobatan penyalahgunaan alkohol.

Hal ini dilakukan untuk menghindari kembalinya pecandu alkohol dalam

memasuki alam euphoric yang disebabkan oleh alkohol. Biasanya pasien yang

datang berobat adalah pasien yang ditekan oleh lingkungan baik dari keluarga

maupun pasangannya, atau ketakutan akan kematian yang disebabkan oleh

alkohol. Pasien yang memiliki tekanan atau bujukan dari luar memiliki

kemungkinan untuk sembuh daripada pasien yang tidak memiliki tekanan dari

dunia luar.

Tetapi prognosis (perkiraan mengenai jalannya penyakit) yang terbaik

adalah orang yang datang mencari pengobatan yang datang ke petugas kesehatan

secara sukarela dan menyadari bahwa mereka membutuhkan pertolongan.

Beberapa terapi yang dapat digunakan adalah psikoterapi, medikamentosa dan

terapi perilaku.

☼ Psikoterapi memusatkan kepada alasan penyebab kenapa seseorang

melarikan diri ke minuman alkohol pada pertama kalinya. Dengan

mengetahui penyebab dan menyelesaikan pusat masalah dari seseorang,

kecenderungannya untuk melarikan diri ke dalam alkohol dapat

diminimalisasi.

☼ Penggunaan medikamentosa seperti Disulfiram, yang dapat menghambat

secara kompetitif enzim aldehida dehidrogenase sehingga minuman

segelas pun akan meneyebabkan reaksi toksik. Pemberian obat tidak boleh

dimulai sampai 24 jam setelah minuman terakhir. Penggunaan antiacemas

dan antidepresi juga dapat digunakan pada pasien untuk mengurangi gejala

kecemasan dan depresi pada pasien yang berhubungan dengan alkohol.

☼ Terapi Perilaku mengajarkan seseorang dengan gangguan berhubungan

dengan alkohol untuk menurunkan kecemasan. Latihan relaksasi melalui

pernafasan dan pengendalian diri seperti mengikuti kursus-kursus yang

69

Page 71: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

dapat menenangkan diri baik dari segi agama maupun budaya dapat

menurunkan perilakunya untuk menkonsumsi alkohol .

ZAT ADIKTIF YANG MUDAH MENGUAP

Volatile Solvent :

Adalah zat adiktif dalam bentuk cair. Zat ini mudah menguap.

Penyalahgunaannya adalah dengan cara dihirup melalui hidung. Cara penggunaan

seperti ini disebut inhalasi. Zat adiktif ini antara lain :

- Lem UHU

- Cairan pencampur Tip Ex (Thinner)

- Aceton untuk pembersih warna kuku, Cat tembok

- Aica Aibon, Castol

- Premix

Inhalansia :

Zat inhalan tersedia secara legal, tidak mahal dan mudah didapatkan. Oleh

sebab itu banyak digunakan oleh kalangan sosial ekonomi rendah. Contoh spesifik

dari inhalan adalah bensin, vernis, cairan pemantik api, lem, semen karet, cairan

pembersih, cat semprot, semir sepatu, cairan koreksi mesin tik ( tip-Ex ), perekat

kayu, bahan pembakarm aerosol, pengencer cat. Inhalan biasanya dilepaskan ke

dalam paru-paru dengan menggunakan suatu tabung.

GAMBARAN KLINIS

Dalam dosis awal yang kecil inhalan dapat menginhibisi dan

menyebabkan perasaan euforia, kegembiraan, dan sensasi mengambang yang

menyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat merupa rasa

ketakutan, ilusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual, dan distorsi ukuran

tubuh. Gejala neurologis dapat termasuk bicara yang tidak jelas (menggumam,

penurunan kecepatan bicara, dan ataksia ) . Penggunaan dalam waktu lama dapat

menyebabkan iritabilitas, labilitas emosi dan gangguan ingatan. Sindroma putus

inhalan tidak sering terjadi, Kalaupun ada muncul dalam bentuk susah tidur,

iritabilitas, kegugupan, berkeringat, mual, muntah, takikardia, dan kadang-kadang

70

Page 72: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

disertai waham dan halusinasi.

EFEK YANG MERUGIKAN

Efek merugikan yang paling serius adalah kematian yang disebabkan

karena depresi pernafasan, aritmia jantung, asfiksiasi, aspirasi muntah atau

kecelakaan atau cedera. Penggunaan inhalan dalam jangka waktu lama dapat

menyebabkan kerusakan hati dan ginjal yang ireversibel dan kerusakan otot yang

permanent.

FARMAKOLOGI

SIFAT FARMAKOLOGIS NEUROLEPTIK

71

Page 73: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Klorpromazin dan haloperidol neuroleptik standar lama; potensi rendah; efek

sedatif menonjol; tidak digunakan sebagai antianxietas karena mempunyai efek

samping otonom dan neurologis yang memperparah anxietas dan gelisah

(akatisia/motorik tidak mau diam). Efek samping ekstrapiramidal meliputi diskenesia

tardif setelah penggunaan jangka panjang.

Efektif pada psikosis akut, skizofrenia akut, dan mania akut.

menurunkan inisiatif dan perhatian pada lingkungan serta mengurangi manifestasi

emosi / afek.

Gejala psikotik (halusinasi, delusi, pikiran kacau/ tidak logis) menghilang

Cenderung menormalkan gangguan tidur (misalnya insomnia) pada psikosis dan

mania.

Agitasi pada pasien psikotik berkurang dan pasien yang yang menarik diri/autistik

menjadi lebih tanggap dan komunikatif.

Perilaku agresif dan impulsif berkurang

Efektif pada penderita negativisme, anoreksia, kurang merawat diri.

Pembaikan dalam motivasi dan fungsi kognitif termasuk pemahaman, penilaian,

ingatan, dan orientasi.

Awalnya ada beberapa kelambanan respon dari rangsangan luar dan rasa kantuk.

Ataksia, inkoordinasi, diastria tidak terjadi pada dosis lazim

Dapat mencegah mual dan muntah

Klozapin, alanzapin, kuetiapin obat atipikal antipsikotik dengan efek

ekstrapiramidal sedikit.

Efek pada sistem hipotalamus dan endokrin merangsang sekresi prolaktin;

menganggu toleransi glukosa dan pelepasan insulin yang menyebabkan resiko

diabetes mellitus; menghambat pelepasan hormon pertumbuhan dan mengurangi

sekresi corticotropin releasing hormon.

Dapat menyebabkan efek samping:

a. seizure (nilai ambang seizure turun); agranulositosis; toksisitas jantung; dan

degenerasi pigmen retina.

b. Efek antagonis dopamin pada ganglia basal efek neurologis khas

(bradikinesia, kekauan ringan, tremor, dan kegelisahan subjektif /akatisia

gejala parkinson).

c. Efek pada sistem limbik (mesolimbik dan mesokorteks) efek psikologis

d. Distonia akut : spasme otot lidah, wajah leher, punggung

72

Page 74: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

e. Sindrome neuroleptik malignant: katatonia, stupor, demam, tekanan darah tidak

stabil, mioglobinemia diduga karena efek antagonisme dopamin.

Absorpsi, Distribusi, Nasib, dan Ekskresi

Pola absorpsi acak

Lipofilik; sangat terikat dengan protein/membran; berakumulasi di otak, paru-paru,

dan jaringan yang mendapat pasokan darah yang tinggi; memasuki sirkulasi janin dan

air susu.

Waktu paruh : 20 sampai 40 jam

Efek biologis: menetap sekurang-kurangnya 24 jam.

Metabolisme hepar. Metabolit pada urin dan empedu.

OBAT-OBAT ANTI-PSIKOSIS

Obat antipsikotik yang efektif, antara lain fenotiazin tioksanten yang strukturnya

mirip, dan benzepin; butirofenon (fenilbutilpiperidin) dan difenilbutilpiperidin; serta

indolon dan senyawa heterosiklik lain.

Obat lama/tipikal/neuroleptik hampir selalu disertai dengan efek neurologist

ekstrapiramidal. Merupakan antagonis reseptor D2-dopamin.

Obat baru/atipikal resiko efek samping ekstrapiramidal lebih kecil, tetapi

menyebabkan hipotensi, seizure, peningkatan berat badan, diabetes, hiperprolaktinemia.

Contoh: klozapin, olanzapin, kuetiapin, dan risperidon dosis rendah

Senyawa Antipsikotik Trisiklik

1. Fenotiazin , memiliki turunan:

a. Klorpomazin dan trifurpromazin memiliki rantai samping alifatik.

Mempunyai potensi yang relatif rendah (tetapi efek klinisnya tidak rendah).

b. Tioridazin dan Mesoridazin mempunyai cincin piperidin.

Insidensi efek samping ekstrapiramidal sedikit lebih rendah akibat meningkatnya

aktifitas antimuskarinik pusat.

73

Page 75: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

c. Flufenazin dan Trifuoperazin mempunyai gugus piperazin pada rantai

sampingnya.

Mempunyai aktivitas antikolinergik relatif lemah, memberikan resiko

menginduksi efek samping ekstrapiramidal lebih besar tetapi lebih kecil

kecenderungannya untuk menghasilkan efek sedasi atau otonom, seperti hipotensi

kecuali jika digunakan dalam dosis tinggi.

Beberapa turunan fenotiazin piperazin diesterifikasi pada gugus hidroksil

bebasnya dengan asam lemak rantai panjang untuk menghasilkan prodrug yang

lambat diabsorpsi dan dihidrolisis, kerja lama, dan lipofilik.

2. Tioksanten ,

a. Klorprotiksen analog klorpromazin

b. Klopentiksol, flupentiksol, piflutiksol, dan tiotiksen tersubsitusi piperazin.

Merupakan obat antipsikotik yang kuat dan efektif.

3. Turunan Benzepin :

a. Loksapin (dibenzoksazepin).

- Senyawa mirip-loksapin neuroleptik kuat dan tipikal dengan aktifitas

antidopaminergik yang menonjol (misalnya, klotiapin, metiapin, loksapin,

zotepin)

b. Klozapin (dibenzodiazepin).

- Senyawa mirip-klozapin (olanzapin, kuetiapin, fluperapin) berinteraksi

dengan reseptor dopamin, 1-adrenergik dan 2-adrenergik, serotonin 5-HT2A

dan 5-HT2C, kolinergik muskarinik, histamin H1 antipsikotik yang efektif,

dan klozapin terutama terbukti efektif pada pasien sakit kronis yang kurang

merespon neuroleptik standar. Efek samping ekstrapiramidal yang lebih

rendah.

- Risperidon turunan benzosaksol.

Mempunyai efek antidopaminergik-antiserotonergik.

4. Butirofenon (fenilbutilpiperidin)

a. Haloperidol

Senyawa analog droperidol neuroleptik yang sangat sedatif, kerja singkat,

hampir selalu digunakan anastesia dan emergensi psikiatri.

74

Page 76: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Analig lain fluspirilen, plenfuridol, pimozid neuroleptik kuat, kerja lama.

5. Risperidon

- Mempunyai aktivitas antiserotonergik (5-HT2), antidopaminergik (D2), dan anti

histamin (H1).

- Senyawa antidopaminergik jauh lebih kuat daripada klozapin dapat

menginduksi gejala ekstrapiramidal, hiperprolaktinemia.

- Dianggap sebagai senyawa anti-psikotik “atipikal secara kuantitatif” efek

samping neurologis ekstrapiramidal kecil pada dosis harian yang rendah (6 mg

atau kurang).

6. Metokloperamid dan Cisaprid mempunyai kerja antiserotonergik dan anti -D2-

dopaminergik

7. Turunan Benzamid, contoh: Butirofenon antagonis yang relatif selektif pada

reseptor D2dopamin pusat dan banyak memempunyai aktivitas neuroleptik-

antipsikotik.

OBAT-OBAT MOOD STABILIZER

1. Litium

2. Pengganti atau tambahan litium: antikovulsan karbamazepin dan asam valproat.

LITIUM

Sifat Farmakologis

- Bukan merupakan suatu sedatif, depresan, atau euforian.

- Menghambat pelepasan norepinefrin dan dopamine yang dipicu oleh depolarisasi

dan tergantung Ca2+, meningkatkan pelepasan serotonin, terutama pada system

limbic.

- Menghambat inositol monofosfatase mengganggu jalur fosfatidilinositol

menyebabkan penurunan konsentrasi inositol serebral.

- Menyebabkan penurunan fungsi protein kinase dalam jaringan otak, termasuk

protein kinase C yang tergantung fosfolipid dan diaktivasi oleh kalsium

mengubah pelepasan neurotransmitter amin dan hormon-hormon juga mengubah

aktivitas tirosin hidroksilase

75

Page 77: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

- Lithium dan valproat berkaitan dengan peningkatan ekspresi protein pengaturan

yaitu protein-2 limfosit sel-B, yang berkaitan dengan perlindungan terhadap

degenerasi neuron.

Absorpsi, Distribusi, dan Ekskresi

- Diabsorpsi dengan mudah dan hampir sempurna dari saluran gastrointestinal.

Absoprsi sempurna: 8 jam, dengan konsentrasi puncak dalam plasma terjadi 2-4

jam setelah pemberian dosis oral.

- Pelintasan melalui sawar darah otak berlangsung lambat, setelah tercapai keadaan

tunak (steady state), konsentrasi litium dalam cairan serebrospinal sekitar 40%-

50% konsentrasi dalam plasma.

- 95% dosis tunggal Li+ dieliminasi dalam urin, 1/3 – 2/3 dosis akut diekskresi

selama 6-12 jam fase awal ekskresi, diikuti dengan ekskresi lambat selama 10-14

hari berikutnya. Karena 80% dari Li+ yang difiltrasi direabsorpsi oleh tubulus

ginjal proksimal, bersihan Li+ oleh ginjal sekitar 20% bersihan kreatinin, yang

berkisar antara 15 dan 30 ml per menit. Pemuatan Na+ menyebabkan sedikit

peningkatan ekskresi Li+, tetapi pengosongan Na+ meningkatkan tingkat retensi

Li+ yang penting secara klinis.

- Indeks terapetik Li+ rendah konsentrasi dalam plasma atau serum ditentukan

untuk menjamin keamanan penggunaan obat.

- Batas keamanan rendah, waktu paruh pendek selama awal distribusi

digunakan dosis harian terbagi

PENGGUNAAN TERAPETIK

- Digunakan pada mania, depresi, dan gangguan bipolar (manik-depresif)

- Idealnya dilakukan pada pasien yang kooperatif dan memiliki asupan Na+ normal

dan dengan fungsi jantung dan ginjal yang normal.

- Digunakan sebagai terapi alternatif atau terapi pendukung untuk antidepresan

pada depresi kambuhan yang parah, sebagai suplemen penanganan antidepresan

pada depresi akut berat atau sebagai terapi pendukung jika respon berikutnya

terhadap antidepresan tidak memuaskan.

- Digunakan untuk pencegahan jangka panjang kambuhnya penyakit afektif berat,

terutama mania dan depresi pada gangguan bipolar I dan II.

EFEK SAMPING

76

Page 78: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Intoksikasi akut ditandai dengan: muntah, diare berat, tremor yang getarannya

lambat (coarse tremor), ataksia, koma, dan konvulsi.

Gejala toksisitas yang lebih ringan terjadi saat absorbsi Li+ maksimum: mual,

muntah, nyeri abdomen, diare, sedasi, dan tremor dengan getaran cepat (fine

tremor).

Efek yang lebih gawat: kebingungan mental, tremor kasar, disartria, seizure,

kerusakan saraf kranial tertentu yang berkembang menjadi koma dan kematian.

Kelainan neurologis bisa ireversibel.

Aritmia jantung, hipotensi, albuminaria

Pada rentang dosis terapetik: mual, diare, mengantuk siang hari, poliuri,

polidipsia, berat badan bertambah, tremor halus pada tangan, reaksi kulit

termasuk jerawat.

KEGAWATDARURATAN PSIKIATRIK

PENDAHULUAN

Kegawatdaruratan psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada

kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti percobaan

bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau

77

Page 79: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik

dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi

dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan

cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun 1960-an, terutama di perkotaan.

Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat kompleks. Para

profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik umumnya

beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka.

Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh

petugas kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang

menuntut intervensi psikiatrik pada umumnya meliputi stabilisasi krisis dari

masalah hidup pasien yang bisa meliputi gejala atau kekacauan mental baik

sifatnya kronis ataupun akut.

Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan

bunuh diri, ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi,

kekerasan, serangan panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan,

serta beberapa kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala

psikiatriks umum. Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan

menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk mengidentifikasi dan

menangani kondisi ini sangatlah penting.

Tempat Rujukan Pelayanan Kegawatdaruratan Psikiatrik

Tempat rujukan layanan kegawatdaruratan psikiatrik biasanya dikenal

sebagai Psychiatric Emergency Service, Psychiatric Emergency Care Centres,

atau Comprehensive Psychiatric Emergency Programs. Tenaga kesehatan terdiri

dari berbagai disiplin, mencakup kedokteran, ilmu perawatan, psikologi, dan

karya sosial di samping psikiater.

Untuk fasilitas, kadang dirawat inap di rumah sakit jiwa, bangsal jiwa,

atau unit gawat darurat, yang menyediakan perawatan segera bagi pasien selama

24 jam. Di dalam lingkungan yang terlindungi, pelayanan kegawatdaruratan

78

Page 80: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

psikiatrik diberikan untuk memperoleh suatu kejelasan diagnostik, menemukan

solusi alternatif yang sesuai untuk pasien, dan untuk memberikan penanganan

pada pasien dalam jangka waktu tertentu. Bahkan diagnosis tepatnya merupakan

suatu prioritas sekunder dibandingkan dengan intervensi pada keadaan kritis.

Fungsi pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik adalah menilai

permasalahan pasien, memberikan perawatan jangka pendek, memberikan

pengawasan selama 24 jam , mengerahkan tim untuk menyelesaikan intervensi

pada tempat kediaman pasien, menggunakan layanan manajemen keadaan darurat

untuk mencegah krisis lebih lanjut, memberikan peringatan pada pasien rawat

inap dan pasien rawat jalan, dan menyediakan pelayanan konseling lewat telepon.

SEJARAH

Sejak tahun 1960s permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik

telah mengalami suatu pertumbuhan cepat dalam kaitannya dengan peningkatan

spesialis medis, dan banyaknya pilihan perawatan maya, seperti pengobatan

psikiatriks. Sekarang keadaan kegawatdaruratan psikiatrik juga telah meningkat

dengan mantap, terutama di daerah perkotaan. Kegawatdaruratan psikiatrik

berhubungan dengan orang-orang yang yang menganggur dan tunawisma dalam

kaitannya dengan kemampuan, kenyamanan, dan kehidupan yang tidak terjamin.

Banyak dari pasien kegawatdaruratan psikiatrik terkait karakteristik demografis

dan keadaan sosial. Penanganan individual dibutuhkan untuk pasien yang

memanfaatkan pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik.

JENIS-JENIS KEGAWATDARURATAN PSIKIATRIK

1. PERCOBAAN BUNUH DIRI

Mulai tahun 2000, WHO memperkirakan satu juta orang di dunia bunuh

diri setiap tahunnya. Tidak terhitung jumlahnya yang berusaha utnuk bunuh diri.

Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk menangani gangguan mental

yang dihubungkan dengan suatu resiko bunuh diri. Para petugas kesehatan di sini

79

Page 81: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

diharapkan untuk meramalkan tindakan kekerasan pasien pada diri sendiri atau

pada orang lain. Faktor yang mendorong ke arah suatu bunuh diri berasal dari

sangat banyak sumber, termasuk psikososial, biologi, hubungan antar pribadi,

religius dan antropologi. Para petugas kesehatan akan menggunakan semua

sumber daya mereka yang tersedia untuk menentukan faktor resiko, membuat

suatu penilaian, dan memutuskan perawatan mana yang diperlukan

2.PERILAKU KEKERASAN

Agresi dapat merupakan hasil dari faktor internal dan eksternal yang

menciptakan suatu pengaktifan pada sistem syaraf yang otonom. Pengaktifan ini

dapat muncul menjadi gejala seperti meninju rahang, melompat, membanting

pintu, menampar, atau menjadi mudah terkejut. Diperkirakan bahwa 17%

pengobatan ke pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik berhubungan dengan

pembunuhan dan 5% melibatkan bunuh diri dan pembunuhan. Kekerasan

dihubungkan dengan banyak kondisi, seperti intoksikasi akut, penyakit kejiwaan

akut, gangguan kepribadian psikosis paranoid, gangguan kepribadian anti sosial,

gangguan kepribadian narsistik, dan gangguan kepribadian borderline. Faktor

resiko lainnya yang dapat mendorong ke arah prilaku kekerasan telah diketahui.

Faktor resiko ini misalnya, kehadiran halusinasi, delusi, kerusakan syaraf, putus

sekolah, belum menikah, kemiskinan, atau laki-laki. Faktor resiko lain prilaku

kekerasan termasuk IQ yang tinggi dan memiliki pengetahuan tentang gangguan

mental. Para petugas kesehatan menilai dengan lengkap faktor resiko prilaku

kekerasan yang ada untuk memberikan keamanan dan perawatan pada pasien.

3.PSIKOSIS

Pasien dengan gejala psikosis sering ditemukan di bagian

kegawatdaruratan psikiatrik. Menentukan sumber psikosis dapat menjadi sulit.

Kadang pasien masuk ke dalam status psikosis setelah sebelumnya putus dari

perawatan yang direncanakan. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik tidak akan

mampu menyediakan penanganan jangka panjang untuk pasien jenis ini, cukup

80

Page 82: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

dengan istirahat ringkas dan mengembalikan pasien kepada orang yang

menangani kasus mereka dan/atau memberikan lagi pengobatan psikiatrik yang

diperlukan. Suatu kunjungan pasien yang menderita suatu gangguan mental yang

kronis dapat menandakan perubahan dalam lifestyle dari individu atau suatu

pergeseran kondisi medis. Pertimbangan ini dapat berperan dalam perencanaan

perawatan.

Seseorang dapat juga sedang menderita psikosis akut. Kondisi seperti itu

dapat disiapkan untuk diagnosis dengan memperoleh riwayat psikopatologi

pasien, melakukan suatu pengujian status mental, pelaksanaan pengujian

psikologis, perolehan neuroimages, dan memperoleh pengujian neurofisiologi

lain. Berdasarkan ini, tenaga kesehatan dapat memperoleh suatu diagnosa

diferensial dan menyiapkan pasien untuk perawatan. Seperti pertimbangan

penanganan pasien lainnya, asal psikosis akut dapat sukar ditentukan karena

keadaan mental dari pasien. Bagaimanapun, psikosis akut digolongkan sebagai

keadaan yang memerlukan penanganan darurat yang segera dan penuh perhatian.

Tidak adanya perawatan dan identifikasi dapat mengakibatkan bunuh diri,

pembunuhan, atau kekerasan.

4.KETERGANTUNGAN DAN PENYALAHGUNAAN OBAT

Penyebab umum lain pada penderita dengan gejala psikosis adalah

intoksikasi obat. Gejala akut ini terjadi setelah masa pengamatan atau penanganan

psikofarmakologis yang terbatas. Bagaimanapun isunya, seperti ketergantungan

obat atau penyiksaan, sukar untuk ditangani di Unit Gawat Darurat. Intoksikasi

alkohol akut seperti halnya bentuk lain penyalahgunaan obat memerlukan

intervensi psikiatrik. Bertindak sebagai suatu penekan sistem syaraf pusat, efek

awal alkohol pada umumnya diinginkan dan ditandai oleh banyak bicara, pusing,

dan berkurangnya hambatan sosial. Di samping pertimbangan konsentrasi lemah,

penampilan verbal dan motorik, pengertian yang mendalam, pertimbangan dan

kehilangan memori jangka pendek yang bisa diakibatkan perubahan tingkah laku

yang menyebabkan luka atau kematian, tingkat alkohol di bawah 60 miligram per

deciliter darah pada umumnya tidak mematikan. Bagaimanapun, individu dengan

81

Page 83: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

200 miligram per deciliter darah dipertimbangkan menderita intoksikasi dan level

konsentrasi pada 400 miligram per deciliter darah bersifat mematikan,

menyebabkan anesthesia yang lengkap dari sistem pernapasan. Di luar perubahan

tingkah laku berbahaya yang terjadi setelah mengkonsumsi sejumlah alkohol

tertentu, intoksikasi idionkrasi bisa terjadi pada beberapa individu setelah

mengkonsumsi sedikit alkohol. Kelainan ini pada umumnya terdiri dari

kebingungan, disorientasi, delusi dan halusinasi visual, agresi meningkat, amukan,

hasutan, kekerasan. Pecandu minuman alkohol yang kronis dapat menderita

halusinasi, dimana konsumsi yang diperpanjang dapat mencetuskan halusinasi

auditorik. Peristiwa seperti ini dapat terjadi untuk beberapa jam atau seminggu

penuh. Antipsikotik merupakan obat yang sering digunakan untuk menangani

gejala ini.

Klinikus harus menentukan penggunaan obat, dosis, dan waktu

penggunaan untuk menentukan perawatan jangka pendek dan panjang yang

diperlukan. Perawatan yang sesuai harus pula ditentukan. Hal ini meliputi fasilitas

pasien rawat jalan, kediaman pusat perawatan, atau rumah sakit. Perawatan segera

dan jangka panjang ditentukan oleh keseriusan dan ketergantungan fisiologis yang

ditimbulkan dari penyalahgunaan obat.

5.REAKSI DAN INTERAKSI OBAT

Overdosis, interaksi obat, dan reaksi berbahaya dari pengobatan psikiatris,

terutama antipsikotik, dimasukkan ke dalam kegawatdaruratan psikiatri.

Neuroleptic malignant syndrome adalah komplikasi mematikan dari generasi

pertama atau kedua obat antipsikotik. Jika tidak ditangani, neuroleptic malignant

syndrome dapat mengakibatkan demam, kekakuan otot, kebingungan, tanda vital

tidak stabil, atau bahkan kematian. Sindrom serotonin dapat terjadi ketika

monoamine oxidase inhibitor bercampur dengan buspirone. Gejala sindrom

serotonin yang parah meliputi hyperthermia, mata gelap, dan tachycardia yang

boleh mendorong kearah shock. Sering pasien dengan gejala medis umum yang

parah, seperti tanda vital yang tidak stabil, akan ditransfer ke unit gawat darurat

82

Page 84: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

umum atau pelayanan medis untuk meningkatkan monitoring.

6.GANGGUAN KEPRIBADIAN

Gangguan yang termanifestasi pada kelainan fungsi pada area kognisi,

afek, fungsi interpersonal dan impuls kontrol dapat digolongkan sebagai gangguan

kepribadian. Pasien yang menderita gangguan kepribadian pada umumnya tidak

akan mengeluh tentang gejala gangguan mereka. Pasien yang menderita

kegawatdaruratan dari gangguan kepribadian dapat menunjukkan perilaku curiga,

psikosis, atau delusi. Pasien rawat jalan yang dibandingkan dengan populasi yang

umum, prevalensi dari individu yang menderita gangguan kepribadian yang

dirawat di rumah sakit pada umumnya 7-25% lebih tinggi. Klinikus bekerjasama

dengan pasien untuk menstabilkan individu terkait kebutuhan dasar mereka.

7.KECEMASAN

Pasien yang menderita kasus kecemasan yang ekstrim boleh mencari

perawatan ketika semua sistem pendukung telah dikerahkan dan mereka tidak

mampu untuk menghilangkan kecemasan itu. Rasa cemas bisa hadir lewat jalan

yang berbeda dari suatu dasar penyakit medis atau gangguan psikiatrik, suatu

gangguan fungsional sekunder dari gangguan psikiatrik yang lain, dari suatu

gangguan psikiatrik utama seperti gangguan panik atau gangguan cemas umum,

atau sebagai hasil stress dari kondisi seperti gangguan penyesuaian atau gangguan

stress pasca trauma. Pada umumnya langkah awal yang dilakukan klinikus adalah

menyediakan sebuah " pelabuhan aman" untuk pasien sehingga proses penilaian

dan perawatan dapat cukup terfasilitasi. Inisiasi perawatan untuk suasana hati dan

gangguan cemas sangat penting karena pasien yang menderita gangguan

kecemasan mempunyai resiko tinggi kematian prematur.

8.BENCANA

Bencana alami dan hasil perbuatan manusia dapat menyebabkan stress

psikologis yang parah pada korban peristiwa tersebut. Manajemen

83

Page 85: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

kegawatdaruratan sering meliputi layanan kegawatdaruratan psikiatrik yang

dirancang untuk membantu korban mengatasi situasi tersebut. Dampak bencana

dapat menyebabkan orang untuk merasa shock, merasa panik, atau kebingungan.

Jam, hari, bulan dan bahkan tahun setelah suatu bencana, individu dapat

mengalami mimpi buruk, kelesuan, penarikan diri, memori memburuk, kelelahan,

hilangnya selera, kesulitan untuk tidur, depresi, lekas marah, atau serangan panik.

Dalam kaitan dengan lingkungan yang penuh resiko dan kekacauan suatu

bencana, para tenaga kesehatan menilai dan memperlakukan pasien secepat

mungkin. Kecuali jika suatu kondisi sedang mengancam hidup pasien atau orang

lain di sekitar pasien, pertimbangan dasar penyelamatan diri dan medis lainnya

diatur dulu. Segera setelah itu klinikus boleh mengijinkan individu untuk menukar

udara agar melegakan perasaan pengasingan, sifat mudah kena luka dan

ketakberdayaan. Bergantung atas skala dari bencana, banyak korban menderita

penyakit gangguan stress pasca trauma baik yang akut ataupun kronis. Pasien

yang menderita gangguan ini sering datang ke rumah sakit jiwa untuk

menstabilkan diri.

9.PELECEHAN

Peristiwa fisik, perkosaan atau pelecehan seksual dapat mengakibatkan

hasil yang berbahaya kepada korban dari tindakan kriminal. Korban dapat

menderita kecemasan yang ekstrim, ketakutan, ketidakberdayaan, kebingungan,

gangguan makan atau tidur, permusuhan, rasa bersalah dan malu. Penanganan

pada umumnya meliputi pertimbangan psikologis, medis, dan undang-undang

yang sah. Bergantung pada ketentuan hukum di daerah, para tenaga kesehatan

diperlukan untuk melaporkan aktivitas kriminal kepada suatu kepolisian.

Tenaga kesehatan pada umumnya mengumpulkan dan mengidentifikasi data

sepanjang penilaian awal dan menunjuk pasien yang jika perlu akan menerima

perawatan medis.

PENATALAKSANAAN

84

Page 86: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Penanganan di pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik berprinsip untuk

menstabilkan kondisi kehidupan. Ketika distabilkan, pasien yang menderita

kondisi kronis dapat dipindahkan ke tempat yang menyediakan rehabilisasi

psikiatrik jangka panjang. Bentuk yang berbeda dari pengobatan psikiatrik,

psikoterapi, atau terapi ECT dapat digunakan dalam penanganan

kegawatdaruratan.

Pengenalan dan keefektifan dari pengobatan psikiatrik sebagai pilihan pengobatan

di psikiatrik telah mengurangi pemanfaatan pengekangan fisik pada kasus

kegawatdaruratan psikiatrik, dengan mengurangi gejala berbahaya sakit jiwa atau

intoksikasi obat.

85

Page 87: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

PSEUDOCYESIS

DEFINISI

Pesudocyesis adalah istilah yang digunakan untuk kehamilan palsu pada manusia. Secara klinis dan subklinis timbul tanda-tanda kehamilan.

ETIOLOGI

Teori yang menjelaskan cukup bervariasi, menyangkut komplek cortex, hypothalamus, endocrine dan faktor psikogenik.

GEJALA DAN TANDA

Gejala yang muncul sama dengan gejala kehamilan pada umumnya dan seringkali sulit dibedakan. Tanda seperti amenorhea, morning sickness, pertambahan berat badan dan nyeri payudara juga muncul.

Tanda yang umumnya muncul adalah pasien yang dirinya hamil. Sedangkan gejala yang muncul yang sering menjadikan diagnosa kehamilan yaitu perut membesar juga muncul. Gejala distensi abdomen akan menghilang jika pasien dalam keadaan teranasthesi.

Untuk menegakkan diagnosis adalah pasien harus benar-benar yakin bahwa dia hamil. Jika pasien berpura-pura maka diagnosisnya adalah “simulated pregnancy”

Pada pemeriksaan biamanual menunjukkan bahwa uterus berada pada bentuk dan posisi yang normal.

TERAPI

Tidak ada terapi medikasi secara umum. Pasien diterapi menggunakan psikoterapi karena biasanya penyebabnya adalah faktor psikologis.

PSHYCOSIS TIDAK SPESIFIK

Pshycosis tidak spesifik adalah pshycosis yang secara klinis tidak memenuhi kriteria untuk dimasukkan kedalam penggolongan suatu psikosis tertentu. Diagnosis sesuai dengan DSM IV TR,

Pshycosis ini meliputi semua gejala psikotik (delusi, halusinasi, ketidakteraturan bicara, ketidakteraturan gerakan maupun katatonik) tetapi informasi yang didapatkan tidak cukupadekuat untuk menentukan diagnosis yang spesifik atau informasi yang diperoleh berupa informasi yang bertentangan, atau

86

Page 88: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

kelainan yang diperoleh dengan gejala psikotik tidak termasuk kriteria dalam kelainan psikosis yang spesifik.

Contoh meliputi:

1. Psikosis post partum yang tidak meliputi dari kriteria mood disorder

dengan gejala psikosis, gangguan psikosis singkat, gangguan psikosis

karena keadaan medis umum, atau gejala psikosi teriduksi obat-obatan.

2. Gejala psikosis terakhir kurang dari 1 bulan tetapi belum mengalami

remisi sehingga gangguan psikosis singkat tidak dapat terpenuhi.

3. Halusinasi persisten saat gejala lain tidak ada

4. Waham nihil persisten dengan periode yang bersaman dengan episode

mood yang muncul parsial pada kekacauan waham.

5. Situasi dimana klinis telah menyimpulkan ada gangguan psikosis tetapi

tidak dapat untuk menentukan apakah hal itu primer, karena keadaan

medis atau karena terinduksi zat-zat tertentu.

Pshycosis Pospartum

Physcosis post partum adalah salah satu satu contoh dari pshycosis tidak spesifik (not otherwise specified). Syndrome ini mempunyain ciri dengan depresi ibu, delusi, dan pikiran untuk menyakiti diri sendiri maupun bayinya. Ide untuk bunuh diri maupun membunuh bayinya harus diamati walaupun hal tersebut jarang terjadi. Data yang ada menduga adanya hubungan antara psikosis postpartum dengan gangguan mood, gangguan bipolar parsial dan gangguan depresi mayor.

Insiden dari psikosis post partum sebanyak 1 sampai 2 per 1000 kelahiran. Dan 50 sampai 60% menyerang wanita yang melahirkan anak pertama, dan 50 persen kasus meliputi kelahiran dengan complikasi perinatal non psikiatrik.

Gejala dari psikosis postpartum biasanya dimulai sejak kelahiran. Tetapi rata-rata gejala muncul mulai dari minggu ke-2 sampai 3 dan hampir selalu pada minggu ke 8 dari kelahiran. Pasien mulai dengan komplain kelelahan, insomnia, dan tidak dapat beristirahat dan mereka bisa mengalami episode menangis terus dan emosi yang labil. Terakhir muncul gejala berupa kecurigaan, bingung, bicara yang ngawur, pendapat yang irasional dan perhatian obesesiv tentang kesehatan bayi. Delusi yang muncul bisa berupa pikiran bahwa bayi yang dimiliknya telah mati.

87

Page 89: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Awal dari gejala psikotik yang sempurna biasanya didahului oleh tanda2 prodormal seperti insomnia, tidak bisa istirahat, agitasi, mood yang labil dan deficit kognitif ringan. Satu kali saja gejala psikosi muncul maka pasien bisa membahayakan dirinya sendiri dan bayinya, dan tergantung dengan isi dari wahamnya dan derajat agitasinya. Pada sebuah study, 5% pasien memutuskan bunuh diri dan 4% memutuskan membunuh bayinya.

Klinisi juga harus memikirkan dari kemungkinan dari sebab klinis yang dapat menimbulkan gangguan seperti ini semisal hipotiroidisme dan chusing syndrome. Zat-zat yang dapat menginduksi juga dapat berupa penggunaan medikasi rasa sakit seperti pentazocine atau penggunaan antihipertensive drug selama kehamilan. Beberapa penyebab potensial dapat berupa infeksi, toxemia dan neoplasma.

Psikosis post partum merupakan kegawatdaruratan psikiatri, pilihan pengobatan berupa antipsikotik dan lithium, dan sering di kombinasi dengan anti depresan. Apabila sedang menyusui tidak seharusnya diresepkan dengan obat-obatan. Apabila pasien dalam keadaan akan bunuh diri, maka diperlukan transfer ke unit psikiatri.

Ibu biasanya terbantu dengan mempertemukannnya dengan bayinya apabila jika ia sangat mengingikannya, tetapi harus dalam pengawasan yang ketat terutama pada ibu dengan preokupasi menyakiti bayinya. Psikoterapi diindikasikan setelah periode dari psikosis akutnya dan terapi biasanya dirancang untuk membantu ibu menerima kenyataan dan membuatnya merasa nyaman dengan perannya sebagai seorang ibu. Perubahaan dalam lingkungan juga diindikasikan dalam bentuk dukungan dari seorang suami. Banyak studi melaporkan tingginya tingkat kesembuhan dari sakit yang akut.

88

Page 90: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Elektrokonvulsive therapy

Elektrokonsvulsive terapi dikenal juga dengan nama elektroshock, merupakan suatu pengobatan pada bidang psikiatrik untuk memicu kejang melalui aliran listrik pada pasien yang teranasetesi. ECT digunakan untuk mengobati depresi berat mayor yang tidak respon terhadap pengobatan, mania (biasanya bipolar disorder), catatonia dan schizophrenia. Pertama kali dikenalkan metode ini pada tahun 1930an. Biasanya pengobatan sebanyak 6-12 kali yang di lakukan sebanyak 2 sampai 3 kali seminggu.

89

Page 91: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

Elektrofisiologi pada ECT

Neuron menjaga potensial istirahat membrannya dan juga dapat merambatkan potensial aksi yang terjadi. Normalnya otak bekerja dalam keadaan desinkronisasi. Artinya potensial aksi yang terjadi pada bagian otak terjadi secara bergantian. Suatu kejang dapat terjadi karena otak beraktifitas secara bersamaan atau dalam keadaaan tersinkronisasi. Perubahan secara ritmis potensial pada bagian ekstraceluler neuron menjalar ke neuron lainnya dan menyebabkan bangkitan kejang kemudian menjalar ke bagian otak yang bagian dalam untuk membuatn kejang secara general. Kemudian terjadi mekanisme celuler untuk membatasi kejang tersebut dan membuat kembali ke keadaan homeostasis, pada epilepsi terjadi defek genetik pada saat homeostasis yang membuat keadaan yang menyerupai keadaan aktif.

Pada ECT, kejang diinduksi dengan mengalirkan pulsa arus listrik melalui kulit kepala.

Mekanisme aksi

Induksi kejang tergeneralisasi berfungsi untuk mencapai efek positif dari ect maupun efek sampingnya. Semua bagian otak termasuk basal ganglia maupun thalamus harus mengalami perangsaangan agar ect dapat efektif. Karena

90

Page 92: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

meskipun kejang memiliki hukum all or none, tetapi itu hanya terjadi pada bagian superficial tidak terjadi bagian yang lebih dalam pada sebuah studi.

Mekanisme ECT pada penggunaan Positron Emission Tomographi (PET) menunjukkan bahwa saat terjadinya kejang saat induksi ECT, terjadi peningkatan aliran darah otak, pemakaian oksigen dan glukosa, dan permeabilitas sawar darah otak. Setelah serangan maka terjadi penurunan tingkat metabolisme otak terutama pada bagian frontal. Beberapa studi menunjukkan adanya korelasi antara tingkat penurunan metabolisme ini dengan respon terapuetik.

Pada serangan kejang di idiopatik epilepsi terjadi hypometabolik diantara setiap serangan. ECT sendiri berfungsi sebagai anticonvulsant karena ECT meningkatkan nilai ambang kejang setelah pemberiannya.

Stimulus yang diberikan bervariasi pada setiap operator, biasanya sebesar 800 miliampere sekitar 1 sampai 6 detik.

91

Page 93: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

KONTRAINDIKASI DAN EFEK SAMPING

ECT tidak mempunyai kontraindikasi absolute. Monitoring perlu dilakukan pada orang-orang dengan resiko tinggi. Pada kehamilan bukan merupakan kontraindikas. monitoring dilakukan kepada janin apabila kehamilan berada pada resiko tinggi. Pasien dengan kelainan pembuluh darah otak membutuhkan monitoring saat aplikasi metode ini karena metode ini cenderung meningkatkan aliran darah otak. Pengurangan resiko dapat dilakukan dengan mempertahankan tekanan darah pada keadaan normal sebelum administrasi metode ini. Pasien dengan tekanan darah tinggi juga harus distabilkan dulu sebelum melakukan metode ini

EFEK SAMPING YANG TIMBUL DAPAT BERUPA

1. Mortalitas terjadi pada 0.002% per pengobatan dan 0.01% per pasien

2. Headache, derilium, dan bingung setelah periode kejang saat pasien keluar

dari periode teranastesi.

3. amnesia baik retrogade maupun anterograde.

4. Penurunan fungsi cognitivie

5. Fracture (dicegah dengan pemberian muscle relaxant)

6. Gigi pecah

7. Nyeri otot

8. Mual dan muntah

92

Page 94: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

SINDROM NEUROLEPTIK MALIGNA

(SNM)

DEFINISI

Sindrom neuroleptik maligna (SNM) adalah suatu sindrom yang terjadi

akibat komplikasi serius akibat dari penggunaan obat anti psikotik. Karakteristik

dari SNM adalah hipertermi, rigiditas, disregulasi otonom dan perubahan

kesadaran. Morbiditas dan mortalitas pada SNM sering akibat sekunder dari

komplikasi kardio-pulmo dan ginjal.

Meskipun neuroleptik (haloperidol, fluphenazin) lebih sering

menyebabkan SNM, semua obat anti psikotik, tipikal maupun atipikal dapat

menyebabkan sindrom ini. Obat-obatan tersebut adalah prochlorperazine

(Compazine), promethazine (Phenergan), clozapine (Clozaril), dan risperidon

(Risperdal). Selain itu obat-obat non-neuroleptik yang dapat memblok dopamine

dapat menyebabkan SNM juga, obat-obat itu adalah metoclopramide (Reglan),

amoxapine (Ascendin) dan lithium

DSM IV mendefinisikan SNM sebagai gangguan rigiditas otot berat,

peningkatan temperature dan gejala lainnya yang terkait (misalnya diaphoresis,

disfagia, inkontinensia, perubahan tingkat kesadaran dari konfusi sampai dengan

koma, mutisme, tekanan darah meningkat atau tidak stabil, peningkatan kreatinin

phospatase (CPK) yang berkaitan dengan penggunaan pengobatan neuroleptik

ETIOLOGI

1. Semua kelas anti psikotik berhubungan dengan SNM termasuk neuroleptik

potensi rendah, neuroleptik potensi tinggi dan antipsikotik atipikal. SNM

sering terjadi pada pasien dengan pengobatan haloperidol dan

chlorpromazine.

2. Penggunaan dosis tinggi antipsikotik (terutama neuroleptik potensi tinggi),

antipsikosis aksi cepat dengan dosis dinaikkan dan penggunaan antipsikotik

injeksi long acting.

3. Factor lain berhubungan dengan farmakoterapi. Penggunaan neuroleptik

yang tidak konsisten dan penggunaan obat psikotropik lainnya, terutama

lithium, dan tuga ECT.

93

Page 95: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

FAKTOR RESIKO

1. Factor lingkungan dan psikologi yang menjadi predisposisi terhadap SNM

adalah kondisi panas dan lembab, agitasi, dehidrasi, kelelahan dan

malnutrisi.

2. Faktor genetic terdapat laporan bahwa SNM dapat terjadi pada kembar

identik.

3. Pasien dengan riwayat SNM sebelumnya beresiko rekuren. Resiko

rekurensi tersebut berhubungan dengan jarak waktu antara episode SNM

dan penggunaan antipsikotik. Apabila pasien diberi antipsikotik dalam 2

minggu episode SNM, 63% akan rekurensi. Jika lebih dari 2 minggu,

presentasenya hanya 30%.

4. Sindrom otak organic, gangguan mental non skizofrenia, penggunaan

lithium, riwayat ECT, penggunaan neuroleptik tidak teratur.

5. Penggunaan neuroleptik potensi tinggi, neuroleptik dosis tinggi, dosis

neuroleptik dinaikkan dengan cepat, penggunaan neuroleptik injeksi.

PATOFISIOLOGI

Mekanisme pastinya belum diketahui, tetapi terdapat hipotesis yang

menyatakan bahwa defisiensi dopamine atau blockade dopamine yang

menyebabkan SNM. Pengurangan aktivitas dopamine di area otak (hypothalamus,

system nigrostartial, traktus kortikolimbik) dapat menyebabkan SNM.

Pengurangan dopamine di hipotalamus dapat menyebabkan terjadinya

peningkatan set point sehingga terjadi demam dan juga dapat

menyebabkan ketidakstabilan otonom.

Pengurangan dopamine di system nigrostartial dapat menyebabkan

rigiditas,

Pengurangan dopamine di traktus kortikolimbik dapat menyebabkan

perubahan kesadaran

Perubahan status mental disebabkan oleh blockade reseptor dopamine di

system nigrostartial dan mesokortikal.

94

Page 96: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

GAMBARAN KLINIS

SNM merupakan reaksi idiosinkratik yang tidak tergantung pada kadar

awal obat dalam darah. Sindrom tersebut dapat terjadi pada dosis tunggal

neuroleptik (phenotiazine, thioxanthene, atau neuroleptikal atipikal), biasanya

berkembang dalam 4 minggu pertama setelah dimulainya pengobatan dengan

neuroleptik. SNM sebagian besar berkembang dalam 24-72 jam setelah pemberian

obat neuroleptik atau perubahan dosis (biasanya karena peningkatan).

Gejala disregulasi otonom mencakup demam, diaphoresis, takipnea,

takikardi dan tekanan darah meningkat atau labil.

Gejala ekstrapiramidal meliputi rigiditas, disfagia, tremor pada waktu

tidur, distonia dan diskinesia.

Tremor dan aktivitas motorik berlebihan dapat mencerminkan agitasi

psikomotorik. Konfusi, koma, mutisme, inkontinensia dan delirium

mencerminkan terjadinya perubahan tingkat kesadaran.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Rigiditas dan hipertermi pada SNM dapat disebabkan karena kerusakan otot

dan nekrosis yang dapat menyebabkan:

1. Peningkatan kadar creatin kinase (CK) darah mencapai 2.000-15.000U/L

2. Peningkatan aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT) dan

laktat dehidrogenase (LDH)

3. Leukositosis (15.000-30.000), trombositosis dan dehidrasi.

DIAGNOSIS

Criteria diagnosis menurut DSM IV :

Memenuhi criteria A dua-duanya dan criteria B minimal 2

Criteria A

1. Rigiditas otot

2. Demam

Criteria B

1. Diaphoresis

2. Disfagia

3. Tremor

95

Page 97: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

4. Inkontinensia

5. Perubahan kesadaran

6. Mutisme

7. Takikardi

8. Tekanan darah meningkat atau labil

9. Leukositosis

10. Hasil lab menunjukkan cedera otot

Criteria C

Tidak ada penyebab lain (Misal: Enchepalitis virus)

Criteria D

Tidak ada gangguan mental

PENATALAKSANAAN

1. Terapi suportif. Penatalaksanaan yang terpenting adalah menghentikan semua

anti psikotik dan terapi suportif. Pada sebagian besar kasus, gejala akan mereda

dalam 1-2 minggu. Terapi suportif bertujuan untuk mencegah komplikasi lebih

lanjut dan memelihara fungsi organ, yaitu: manajemen jalan napas (intubasi,

oksigenasi adekuat, oxymetri), manajemen sirkulasi ( monitoring jantung,

resusitasi cairan, hemodinamik). Untuk mengendalikan temperature dapat

menggunakan antipiretik. Skrining infeksi dengan CT scan, analisis cairan

serebrospinal, kultur urine dan darah

2. Terapi farmakologik. Masih dalam perdebatan. Agonis dopamine seperti

bromocriptin dan amantadin diperkirakan berguna untuk mengobati SNM

berdasar hipotesis defisiensi dopamine. Dantrolene dipakai untuk mengurangi

rigiditas otot, metabolism dan peningkatan panas.

96

Page 98: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

KAPSULOTOMI

Tindakan bedah dimana melakukan insisi pada suatu kapsul baik itu

kapsul ginjal, kapsul mata. Pada psikiatri , kapsulotomi adalah teknik terbaru

untuk mengatasi kecanduan obat. Pada otak, kapsulotomi dilakukan dengan

menon-aktifkan kapsula interna yang berada dekat dengan pusat motorik. Tujuan

dari kapsulotomi adalah tidak menghantarkan impuls-impuls negatif sehingga

keseimbangan neurotransmitter dapat tercipta.

97

Page 99: Resume Skenario 3 Blok 14 Kelompok B - Copy

DAFTAR PUSTAKA

Desmawita, 2002, Pola Konsumsi, Status Gizi dan Status Anemia Pada Remaja Putra dan Putri [Skripsi], Bogor, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

FKM-UI, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Kaplan H. I, Saddock B. J, Grabb J. A. 1997. Sinopsis Psikiatri, Edisi Tujuh, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.

Mu’tadin, Zainun, Spsi. 2009, Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja, http://forum.detik.com/showthread.php?t=11017 [20 Mei 2009].

Sidenfeld, M.K. and Ricket. 2001. Impact of Anorexia, bulimia and obesity on the gynecologic of adolescent. Mount sinai adolescent health. New York.

Soetjiningsih.1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Sadock,BJ and Sadock VA.Synopsis of Psychiatri, 10thedition. Wiliam & Wilkins Lippincot.2007

Richard E. Behrman., Robert M. Kliegman. dan Hal B. Jenson., editor. 2003. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. USA: W B Saunders.

PPDGJ III

W.F. Maramis,Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi Ke-6, Airlangga Universty Press, Surabaya 1995

98