resume kasus

110
KRONOLOGIS PENGADAAN KENDARAAN DINAS BUPATI PASAMAN BARAT TOYOTA LANDCRUISER PRADO TX LIMITED TAHUN 2010

Upload: drs-h-hendri-hasnam-mm

Post on 07-Nov-2015

101 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Resume Kasus Pengadaan Kendaraan Dinas Bupati Pasaman Barat TA 2010

TRANSCRIPT

  • KRONOLOGIS

    PENGADAAN KENDARAAN DINAS

    BUPATI PASAMAN BARAT

    TOYOTA LANDCRUISER PRADO TX LIMITED

    TAHUN 2010

  • DIAGRAM PERHITUNGAN KERUGIAN NEGARA MADE IN

    BPKP PERWAKILAN PROP. SUMATERA BARAT

    Di dalam SE Dirjen Pajak No. SE-21/PJ.51/2000 tanggal 21 Juli 2000 tentang PPN dan PPn BM

    Dalam Tata Niaga Kendaraan Bermotor disebutkan bahwa mata rantai distribusi kendaraan bermotor

    harus melewati lini-lini sebagai berikut :

    Lini 1 Importir Umum/ATPM/Industri Perakitan,

    Lini 2 Distributor,

    Lini 3 Dealer, dan

    Lini 4 Sub Dealer/Showroom.

    Penyedia barang

    Kerugian negara versi BPKP

    Rp. 951. 887.273 - Rp. 675.000.000

    =Rp. 276.887.273

    Drs. H. HENDRI, MM

    (KPA Bagian Umum Setda

    Pasbar 2010)

    VITARMAN, B.Ac

    (Direktur PT. Baladewa

    Indonesia, Padang)

    Nilai Kontrak Rp. 1.072.000.000

    PPn dan PPh Rp. 112.072.727

    Biaya leges Rp. 8.040.000

    Penerimaan Bersih PT. Baladewa Indonesia =

    Nilai kontrak - PPn dan PPh- Biaya leges =

    Rp. 951.887.273

    PT. Baladewa Indonesia, Padang

    Rp. 951. 887.273

    PT. Intercom Mobilindo, Padang

    Rp. 860.000.000

    PT. Multi Sentra Adikarya, Jakarta

    Rp. 506.000.000

    PT. DK Jaya Motor, Jakarta

    Rp. 675.000.000

    Dealer Importir

    r

    Distributor Penyedia barang

    barang

  • BPKP Perwakilan Prop. Sumatera Barat dalam hal ini menghitung kerugian negara berdasarkan : netto uang yang

    masuk kepada rekanan dikurangi dengan harga kendaraan Mobil Toyota Land Chruiser Prado yang pernah dijual

    oleh PT. Multi Sentra Adikarya kepada PT. DK Jaya Motor seharga Rp. 675.000.000,- (belum termasuk PPn), yang

    mana PT. DK Jaya Motor dalam hal ini tidak termasuk dalam rantai pengadaan kendaraan dinas Bupati Pasaman

    Barat. Jika PT. Multi Sentra Adikarya menjual dengan harga Rp. 875.000.000,- kepada perusahaan lain, sehingga

    selisih dengan netto kepada rekanan adalah Rp. 76.887.273,- yang manakah yang akan dijadikan dasar kerugian

    negara? Rp. 276.887.273,- kah? Atau Rp. 76.887.273,-?? Apakah perhitungan kerugian negara dalam hal ini

    berdasarkan harga yang pernah dijual kepada orang lain?? Dimana letak kerugian negara yang nyata dan pasti sesuai

    dengan pengertian kerugian negara dalam Pasal 1 butir 22, Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang

    Perbendaharaan Negara yang berbunyi : Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga dan

    barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. Dan juga dikemanakan aturan dalam Pasal 13 ayat (1) Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang

    dan Jasa, yang mengatur bahwa untuk pengadaan barang/jasa harus menetapkan mengenai HPS.

    Surat Kepala Kejaksaan Negeri Simpang Empat Nomor B-1421/N.3.23/DEK.3/08/2012 tanggal 15 Agustus

    2012 perihal Permintaan Audit Investigasi kepada BPKP Perwakilan Propinsi Sumatera barat atas Pengadaan

    Kendaraan Dinas Bupatidan Wakil Bupati Pasaman Barat dari Dana APBD-P TA 2010 pada Sekretariat Daerah

    Pasaman Barat.

    Surat Tugas Kepala BPKP Perwakilan Prop. Sumatera Barat No........ tanggal 3 Oktober 2012 untuk melakukan

    audit investigasi berdasarkan surat permintaan Kepala Kejaksaan Negeri Simpang Empat Kepada:

    AFRIZAL (Ketua Tim)

    REZA PUTRA CANDRA NOVIANTO (Anggota)

    Kendaraan Mobil Dinas Bupati Pasaman Barat yang dimaksud dalam kasus ini adalah Toyota Land Chruiser

    Prado TX Limited, yang diadakan oleh PT. Baladewa Indonesia.

    Ketua Tim Audit Investigasi dari BPKP Perwakilan Propinsi Sumatera Barat, Sdr. Afrizal melalui data yang ada

    pada kejaksaan Simpang Empat, menelusuri dari mana asal Kendaraan Toyota Land Chruiser Prado TX Limited,

    yang diadakan oleh PT. Baladewa Indonesia tersebut dan di dapat data bahwa kendaraan tersebut berasal dari

    Importir Umum, PT. Multi Sentra Adikarya di Jakarta. Selanjutnya diperoleh data bahwa :

    PT. Multi Sentra Adikarya, menjual Mobil Toyota Land Chruiser Prado kepada PT. DK Jaya Motor seharga Rp.

    675.000.000,- (belum termasuk PPn), kemudian Dari PT. DK Jaya Motor dijual kepada PT. Kencana Utama Sakti

    dengan harga Rp. 680.000.000,- (off the road) pada tanggal 18 Agustus 2010

    Berdasarkan data tersebut diatas, Sdr. Afrizal selaku ketua Tim Audit BPKP Perwakilan Propinsi

    Sumatera Barat dalam kasus kendaraan dinas Bupati Pasaman Barat ini menyimpulkan :

    Nilai Kontrak Rp. 1.072.000.000,-

    PPN Rp. 97.454.545,-

    PPh Ps.22 Rp. 14.618.182,-

    Leges Daerah Rp. 8.040.000,-

    Rp. 120.112.727,-

    Rp. 951.887.273,- (netto kepada rekanan)

    Rp. 675.000.000,- (harga kendaraan sebenarnya) ----Menurut BPKP

    Rp. 276.887.273,- (kerugian keuangan negara)---Menurut BPKP

    Hasil perhitungan tersebut diatas disampaikan oleh Kepala BPKP Perwakilan Propinsi Sumatera Barat No.

    SR-1422/PW03/5/2013 tanggal 3 Juni 2013 kepada Kejaksaan Negeri Simpang Empat yang kemudian dijadikan

    bukti bahwasanya dalam kasus ini telah terjadi kerugian negara sebesar Rp. 276.887.273,-

    Hasil Audit BPKP (B-64)

  • DAFTAR ISI

    KODE URAIAN HAL

    A A. KRONOLOGIS PENGANGGARAN KENDARAAN DINAS OPERASIONAL BUPATI DAN WAKIL BUPATI

    2

    B B. KRONOLOGIS PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA 3

    C C. KRONOLOGIS PROSES PENUNJUKAN LANGSUNG (PL) TERHADAP PT. BALADEWA INDONESIA

    8

    D D. KRONOLOGIS PROSES KONTRAK/ PELAKSANAAN 10

    E E. KRONOLOGIS PROSES PEMERIKSAAN BARANG (KENDARAAN) 11

    F F. KRONOLOGIS PROSES SERAH TERIMA BARANG (KENDARAAN) 12

    G G. KRONOLOGIS PROSES PENCAIRAN DANA 13

    H H. DOKUMENTASI ANALISA HPS TOYOTA LAND CRUISER PRADO TX LIMITED 14

    I I. ANALISA KAJIAN TENTANG DUGAAN KERUGIAN NEGARA 18

    J J. ANALISIS TANGGAPAN MENURUT TEORI PENGADAAN OLEH NANDANG SUTISNA KASI ADVOKASI DAN PENYELESAIAN SANGGAH DI DEPUTI

    BIDANG HUKUM DAN PENYELESAIAN SANGGAH PADA DIREKTORAT

    ADVOKASI DAN PENYELESAIAN SANGGAH LEMBAGA KEBIJAKAN

    PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH RI TERHADAP PENGADAAN

    KENDARAAN DINAS BUPATI PASAMAN BARAT

    24

    K K. ANALISIS KAJIAN MENURUT TEORI PENGADAAN OLEH TRAINERS PENGADAAN BARANG DAN JASA LKPP RI, Drs. BUDI HERMAWAN, M.Si.

    TERHADAP PENGADAAN KENDARAAN DINAS BUPATI PASAMAN BARAT

    25

    L L. ANALISA UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA KORUPSI 27

    M M. ANALISA DUGAAN TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DISANGKAKAN TERHADAP TERSANGKA Drs. H. HENDRI, MM.

    34

    N N. KRONOLOGIS PROSES PEMERIKSAAN OLEH BPK RI 39

    O O. KRONOLOGIS PERMASALAHAN PENGADAAN KENDARAAN DINAS BUPATI PASAMAN BARAT TAHUN 2010

    40

    P P. KRONOLOGIS PENANGKAPAN, PENAHANAN DAN PEMERIKSAAN 48

    Q Q. KRONOLOGIS PRA PERADILAN 05 -24 NOVEMBER 2014 51

    R R. REFERENSI MENGENAI KEUNTUNGAN 54

    S S. PENGHENTIAN SEMENTARA (SKORSING) PENUNTUTAN 56

    T ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PASAL 2 AYAT (1) UNDANG-UNDANG

    NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI (STUDI KASUS

    PUTUSAN MAKAMAH AGUNG RI NO. 152/PK/PIDSUS/2010)

    57

    T. PERATURAN-PERATURAN TERKAIT KASUS PENGADAAN KENDARAAN DINAS OPERASIONAL BUPATI PASAMAN BARAT TAHUN 2010

    59

    1 U. UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) 60

    2 V. UU No. 11 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PPn BM

    65

    3 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (perubahannya

    UU No. 20 Tahun 2001). 66

    4 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 70 5 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan 70 6 UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

    Keuangan Negara 72

    7 UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan 72

  • 8 Keppres No. 31 Tahun 1983 tentang Pembentukan BPKP 73

    9 Keppres No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan,

    Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen

    73

    10 Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksaaan Pengadaan Barang/Jasa

    Pemerintah

    74

    11 Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah 78

    12 PP No. 58 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Tugas

    dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan

    79

    13 PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 79

    14 PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah 79

    15 Permendagri No. 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja

    Pemerintahan Daerah

    80

    16 Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah 81

    17 Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah 81

    18 Peraturan Jaksa Agung RI No. PER-001/A/JA/01/2008 tentang Ketentuan Pemberitaan

    Melalui Media Masa

    82

    19 SE Dirjen Pajak No. SE-21/PJ.51/2000 tentang PPn dan PPn BM Dalam Tata Niaga

    Kendaraan Bermotor

    82

    20 Putusan MK No. 31/PUU-X/2012 tanggal 23 Oktober 2012 82

    21 Yurisprudensi Makamah Agung terkait dengan kewenangan Pejabat Administrasi

    Negara dalam Putusan Mahkamah Agung tanggal 8 Januari 1966 No.42/K/66 dan

    Putusan Mahkamah Agung tanggal 30 Maret 1973 No.81/K/73

    83

    22 Nota Kesepahaman Antara Kejaksaan, Kepolisian dan BPKP 83

    23 RINGKASAN ADMINISTRASI 84

  • 1

    K R O N O L O G I S

    PROSES PENGADAAN KENDARAAN DINAS BUPATI PASAMAN BARAT

    TOYOTA LAND CRUISER PRADO TX-LIMITED

    TAHUN ANGGARAN 2010

    Dasar : DPPA Sekretariat Daerah Tahun 2010

    Nomor : 1.20.03.01.02.05.5.2

    Pagu Anggaran : Rp. 1.400.000.000,00

    KPA : Drs. H. HENDRI, MM. (Kabag. Umum Tahun 2010)

    PPTK : H. ERIZAL M, A.Md. (Kasubag Perlengkapan Bagian Umum Tahun 2010)

    Pelaksana : PT. Baladewa Indonesia, Direktur. Vitarman B.Ac.

    Kepala ULP : Agusmar, ST.

    Panitia Pengadaan Barang/ Jasa, Panitia I ULP yang terdiri dari :

    1. Bendri, S. Kom. : Ketua 2. Drs. Inderayani : Sekretaris 3. Imter Pedri, S.Pd. : Anggota 4. Tona Amanda, SE. : Anggota 5. Winardi Lubis, A.Md. : Anggota

    Panitia Pemeriksa Barang :

    1. Amrianto, SH. : Ketua 2. Bobi P. Riza AP, M.Si. : Sekretaris 3. Setia Bakti, SH. : Anggota 4. Drs. Sakirman : Anggota 5. Roni HEP, S.Hut. : Anggota

    Kuasa BUD : Hj. Celly Devilia Putri, SE. Akt.

    Pengguna Anggaran : Hermanto, SH.

    Bendahara Pengeluaran : Harisantoni

    Bendahara Pembantu : Fima Al Amin

    PPKD selaku BUD : Hj. Evita Murni, SE.

    Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) : Zetrineldi

    Asisten III : Ir. Zalmi N.

    Kabag. Administrasi Pemb. : Aliman Afni, SH.

    Pemeriksa kelengkapan Adm : Asril , SE.

    untuk pencairan dana

    Kuasa Hukum : 1. Risman Siranggi, SH.

  • 2

    A. KRONOLOGIS PENGANGGARAN KENDARAAN DINAS OPERASIONAL BUPATI DAN WAKIL BUPATI

    1. Pada tanggal 29 Agustus 2010, Bupati dan Wakil Bupati Pasaman Barat terpilih perionde 2010-2015 dilantik oleh Gubernur Propinsi Sumatera Barat.

    2. Setelah pelantikan Bupati dan Wakil Bupati tersebut, berdasarkan Pasal 14 ayat (1) Permendagri No. 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah, maka untuk pejabat

    negara disediakan kendaraan perorangan dinas untuk menjalankan dan menunjang tugas-tugasnya selaku

    pejabat negara. Pada saat itu, kendaraan dinas yang ada (kendaraan dinas pada masa Bupati/ Wakil Bupati

    periode sebelumnya) dalam kondisi yang sudah berumur 5 tahun dan sudah sepantasnya dilakukan

    penggantian dengan mengganggarkan kembali kendaraan dinas yang baru. Didalam Permendagri tersebut,

    diatur kendaraan dinas untuk Bupati, memiliki kapasitas/isi silinder maksimalnya adalah 1 (satu) unit

    sedan ukuran 2500 cc dan 1 (satu) unit jeep ukuran 3200 cc, sedangkan untuk wakil bupati kapasitas/ isi

    silinder maksimalnya adalah 1 (satu) unit sedan ukuran 2200 cc dan 1 (satu) unit jeep ukuran 2500 cc.

    3. Kepala Bagian Umum Sekretariat Daerah selaku penanggung jawab kegiatan operasional rumah tangga Sekretariat Daerah yang termasuk di dalamnya adalah Bupati dan Wakil Bupati, menganggarkan

    Pengadaan Kendaraan Dinas Operasional Bupati/ Wakil Bupati yang baru dengan menuangkannya

    kedalam Rencana Kegiatan Anggaran Perubahan (RKA-P) Bagian Umum Sekretariat Daerah senilai Rp.

    1.400.000.000 (satu milyar empat ratus juta rupiah). Dana ini merupakan dana pengalihan dari rencana

    pada APBD TA 2010 yang semula direncanakan untuk pengadaan 7 (tujuh) unit minibus dengan pagu

    dana 1.400.000.000 (satu milyar empat ratus juta rupiah) yang diperuntukkan untuk para kepala bagian di

    Sekretariat Daerah Kab. Pasaman Barat. Penganggaran ini dilakukan oleh sdr. Afrizal Azhar yang pada

    saat itu menjabat sebagai Kabag. Umum Sekretariat Daerah. Baru pada tanggal 29 September 2010 saya

    diangkat dan dilantik menjadi Kabag. Umum Sekretariat Daerah Kab. Pasaman Barat menggantikan sdr.

    Afrizal Azhar, berdasarkan SK Bupati Pasaman Barat No. 821/42/BUP-PASBAR/2010 tanggal 29

    September 2010.

    4. Pada bulan September hingga minggu pertama Oktober 2010 dilakukan Pembahasan Anggaran Perubahan dimana penganggaran Pengadaan Kendaraan Dinas Operasional Bupati/ Wakil Bupati tersebut disetujui

    oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dan Badan Anggaran (anggar) DPRD Kab. Pasaman

    Barat dan disahkan melalui Rapat Paripurna DPRD Pasaman Barat tentang Penetapan APBD Perubahan

    Kab. Pasaman Barat Tahun Anggaran 2010.

    Setelah Sidang Paripurna DPRD tersebut, APBD Perubahan Kab. Pasaman Barat TA 2010 tersebut

    dilakukan verifikasi oleh Gubernur Sumatera Barat sampai akhirnya baru diundangkan dalam Lembaran

    Daerah Kab. Pasaman Barat pada tanggal 4 November 2010. Untuk itu, yang menjadi dasar pelaksanaan

    kegiatan Pengadaan Kendaraan Dinas Operasional Bupati/Wakil Bupati Pasaman Barat adalah

    DPPA (Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran) Sekretariat Daerah Kab. Pasaman Barat

    Nomor 1.20.03.01.02.05.5.2 tanggal 4 Nopember 2010.

  • 3

    B. KRONOLOGIS PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA

    1. Pada tanggal 6 Oktober 2010, saya di angkat menjadi Kuasa Pengguna Anggaran Bagian Umum Sekretariat Daerah Kab. Pasaman Barat berdasarkan SK Bupati Pasaman Barat No. 188.45/489/Bup.Pasbar/2010

    tanggal 6 Oktober 2010 Tentang Perobahan Penunjukan Pengelola Anggaran Satuan Kerja Sekretariat

    Daerah Kabupaten Pasaman Barat TA 2010 (KPA).

    2. Berdasarkan SK tersebut, saya mulai melaksanakan tugas dan wewenang saya selaku KPA yang ex officio melekat sebagai pengguna barang/jasa. Pada Tahun 2010 tersebut, aturan yang berlaku untuk pengadaan

    barang/jasa pemerintah adalah Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

    dimana dalam Pasal 3 diatur Pengadaan Barang / Jasa menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut

    a) efesien;

    b) efektif;

    c) terbuka dan bersaing;

    d) transparan;

    e) adil/tidak diskriminatif;

    f) akuntabel.

    Tugas dan wewenang saya selaku KPA yang ex officio melekat sebagai pengguna barang/jasa sebagaimana

    tercantum dalam Pasal 9 ayat (3) Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

    Barang/Jasa Pemerintah, adalah sebagai berikut :

    a) menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa;

    b) mengangkat panitia/pejabat pengadaan barang/jasa;

    c) menetapkan paket-paket pekerjaan disertai ketentuan mengenai peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dan peningkatan pemberian kesempatan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil, serta

    kelompok masyarakat;

    d) menetapkan dan mengesahkan harga perkiraan sendiri (HPS), jadwal, tata cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun panitia pengadaan;

    e) menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan panitia/pejabat pengadaan sesuai kewenangannya;

    f) menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia barang/jasa sesuai ketentuan yang berlaku;

    g) menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak penyedia barang/jasa;

    h) melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada pimpinan instansinya;

    i) mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

    j) menyerahkan aset hasil pengadaan barang/ jasa dan aset lainnya kepada Menteri/ Panglima TNI /Kepala Polri/ Pemimpin Lembaga/ Gubernur/ Bupati/ Walikota/Direksi BI/ Pemimpin BUMN/ Direksi BUMN/

    BUMD dengan berita acara penyerahan;

    k) menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa dimulai.

    Dalam rangka menjalankan tugas saya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) poin a) menyusun

    perencanaan pengadaan barang/jasa, maka pada tanggal 1316 Oktober 2010, Bupati Pasaman Barat memerintahkan KPA (Drs. Hendri, MM.) dan staf bagian umum (Hendri Fiterson, A.Md.) untuk melakukan

    survey harga kendaraan ke Jakarta dalam rangka mengetahui harga pasar dan spesifikasi kendaraan yang

    dimaksud dengan Surat Perintah Tugas Nomor. 090/4721/SPT/BUP-PASBAR-2010 tanggal 12 Oktober

    2010. Survey harga juga dilaksanakan pada showroom-showroom kendaraan yang berada di kota Padang.

    3. Sepulang dari melakukan survey harga, saya Drs. Hendri, MM. selaku Kabag Umum (KPA) menyerahkan Spesifikasi kendaraan dinas Bupati dan Wakil Bupati kepada Panitia I Pengadaan Barang ULP untuk

    selanjutnya dilakukan proses pelelangan melalui surat Nomor : 027/8010/Umum/2010, tertanggal 15

    Oktober 2010.

    4. Panitia I ULP yang diketuai oleh Bendri, S. Kom. menyusun HPS. Dimana berdasarkan Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, diatur tentang

    Mekanisme Penyusunan HPS yakni :

  • 4

    Pada Penjelasan Pasal 13 ayat (1) bahwasanya data yang digunakan sebagai dasar penyusunan HPS antara lain adalah :

    a. Harga pasar setempat menjelang dilaksanakannya pengadaan; b. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS), asosiasi

    terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan;

    c. Daftar biaya/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh agen tunggal/ pabrikan; d. Biaya kontrak sebelumnya yang sedang berjalan dengan mempertimbangkan faktor perubahan

    biaya, apabila terjadi perubahan biaya;

    e. Daftar biaya standar yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

    Pada Pasal 13 ayat (3) diatur bahwa HPS digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran harga penawaran termasuk rinciannya dan untuk menetapkan besaran tambahan nilai jaminan pelaksanaan

    bagi penawaran yang dinilai terlalu rendah, tetapi tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan

    penawaran.

    Harga harus dihitung dengan membandingkan harga dalam kontrak terhadap harga pasar yang akurat untuk barang/jasa yang sama dengan waktu dan tempat yang sama (apple to apple).

    Lampiran I Bab I Huruf E angka 2 diatur bahwa HPS telah memperhitungkan :

    a. PPN

    b. Biaya Umum dan Keuntungan (Overheadcost and Profit) yang wajar bagi penyedia barang/jasa.

    Survey harga pada Intercom, dengan hasil sebagai berikut :

    Type Prado TX Type Fortuner V 4x4 Keterangan

    Penawaran 875.000.000 445.000.000

    On The Road Padang Tidak sesuai dengan spek yang diminta karena Prado

    Type TX Limited tidak ada stok, maka dilakukan survey

    harga di tempat lain

    Kemudian HPS yang disusun oleh Panitia I ULP yang diketuai oleh Bendri, S.Kom. ditetapkan oleh KPA

    sesuai dengan tugas pokoknya menurut Pasal 9 ayat (4) Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

    Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, kemudian menetapkan dan mengesahkan usulan HPS

    dari Panitia tersebut pada tanggal 29 Oktober 2010.

    Toyota Prado TX Limited : Rp. 923.000.000,00

    Toyota Fortuner V Matic 4x4 Bensin : Rp. 471.600.000,00

    Total : Rp. 1.394.600.000,00

    5. Pada tanggal 1 November 2010, Panitia I ULP mengumumkan Pelelangan Umum Pada Portal Nasional LKPP, Koran Tempo Nomor : 15/PL/ULP-PASBAR/2010 paket kegiatan pengadaan kendaraan dinas

    Bupati dan Wakil Bupati Pasaman Barat dengan pagu anggaran Rp. 1.400.000.000, dimana waktu

    pendaftaran mulai dari 1 s.d 9 November 2010.

    6. Pada tanggal 10 November 2010, Ketua Panitia I ULP memberikan laporannya kepada KPA melalui suratnya Nomor : 14.4/ULP.B1/LHP/1/PASBAR-2010 tanggal 10 November 2010 yang isinya bahwa

    sampai pada batas akhir pendaftaran, tanggal 9 November 2010 tidak ada satupun penyedia barang/jasa

    yang melakukan pendaftaran sehingga pelelangan dinyatakan gagal.

    7. Berdasarkan surat laporan Ketua Panitia I ULP tersebut di atas, saya melaporkan langsung secara lisan hal ini kepada Asisten Administrasi. Pada saat itu juga Asisten Administrasi langsung mengajukan Telahaan

    Staf Kepada Bupati tertanggal 10 November 2010 perihal Tindak Lanjut Pengadaan Rannas KDH TA 2010

    yang berisikan :

    Tender I yang dilaksanakan sampai pada batas akhir pendaftaran, tanggal 9 November 2010 tidak ada satupun penyedia barang/jasa yang memasukkan penawaran sehingga pelelangan dinyatakan gagal.

    Hasil Evaluasi Tim Panitia I ULP dengan KPA menemukan penyebab tidak adanya penyedia barang/jasa yang mendaftar adalah karena harga Toyota Prado TX Limited dan Toyota Fortuner Type V

    Matic 4x4 Bensin, tidak mencukupi dengan pagu dana yang tersedia.

  • 5

    Tim Panitia I ULP akan mengumumkan tender untuk kedua kalinya dengan perubahan spesifikasi Prado Type TX Limited menjadi Prado Type TX dan Fortuner Type V Matic 4x4 Bensin menjadi Type G

    Luxury 4x2 Bensin

    Disposisi Sekda tgl. 10/11/10 : Mohon persetujuan Bapak sesuai saran. Disposisi Wabup tgl. 10 Nop 2010 : Berhubung dana kita belum cukup dan medan kita wilayah

    bergunung perlu kendaraan 4x4, cukup kendaraan Bupati saja dulu. Wabup tahun 2011 kita

    anggarkan lagi.

    Disposisi Bupati tgl. 10 Nop 2011 : SEKDA, SETUJU SARAN WABUP. Kemudian tgl 11 Nop 2011, Bupati menambahkan "Limited" pada saran Prado Type TX yang diajukan

    pada TS.

    8. Berdasarkan Telaahan Staf Asisten III tersebut di atas, kemudian KPA melalui surat Nomor : 027/216/KPA-Umum/2010 tanggal November 2010 kepada Panitia I ULP, menetapkan pelelangan

    gagal terhadap pengadaan kendaraan dinas operasional Bupati dan Wakil Bupati Pasaman Barat dan

    meminta Panitia I ULP untuk melakukan pelelangan ulang sesuai disposisi Bupati dan Wakil Bupati yang

    tertera pada Telaahan Staf Asisten Bidang Administrasi tanggal 10 November 2010. Hal ini sesuai dengan

    Keppres No. 80 Tahun 2003 Lampiran I Bab II huruf A angka 1 huruf m angka 2) huruf a) diatur bahwa

    pelelangan gagal karena penyedia barang/jasa yang tercantum dalam daftar calon peserta lelang kurang

    dari 3 (tiga); dan atau penawaran yang masuk kurang dari 3 (tiga), dan/atau sanggahan dari peserta lelang

    atas kesalahan prosedur yang tercantum dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa ternyata benar,

    dilakukan pelelangan ulang, dengan cara mengumumkan kembali dan mengundang calon peserta lelang

    yang telah masuk dalam daftar calon peserta lelang.

    9. Panitia I ULP menyusun Harga Perkiraan Sendiri (HPS) untuk kendaraan dinas operasional Bupati Pasaman Barat 1 unit dengan harga :

    Survey harga pada Intercom, dengan hasil sebagai berikut :

    Type Prado TX Type Fortuner V 4x4 Keterangan

    Penawaran 875.000.000 445.000.000

    On The Road Padang Tidak sesuai dengan spek yang diminta karena Prado

    Type TX Limited tidak ada stok, maka dilakukan survey

    harga di tempat lain

    survey harga dilanjutkan pada Makna Motor, Terminal Motor dan Suchi Motor dengan hasil sebagai

    berikut :

    Makna Motor Terminal Motor Suchi Motor Keterangan

    Penawaran 925.000.000 920.000.000 980.000.000 Sesuai

    dengan spek On The Road Padang On The Road DKI On The Road DKI

    Harga rata-rata merupakan harga rata- rata dari ketiga tawaran tersebut di atas. Harga rata-rata dijadikan

    harga pasar yang merupakan harga satuan dalam perhitungan HPS.

    Harga rata-rata : 941.600.000,-

    Overhead cost & profit = 3,78% : 35.620.000,- (perkiraan 3,78 %)

    : 977.220.000,-

    PPN 10 % : 97.722.000,-

    Jumlah : 1.074.942.000,-

    Dibulatkan : 1.074.900.000,-

    HPS didapat : 1.074.900.000,-

    KPA sesuai dengan tugas pokoknya menurut Pasal 9 ayat (4) Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang

    Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, kemudian menetapkan dan mengesahkan

    usulan HPS dari Panitia tersebut pada tanggal 10 November 2010 sebesar Rp. 1.074.900.000 (satu

    milyar tujuh puluh empat juta sembilan ratus ribu rupiah).

    10. Pada tanggal 11 November 2010, Panitia I ULP mengumumkan Pelelangan Umum Ulang pada Portal Nasional LKPP Koran Tempo Nomor : 19/PL/ULP-PASBAR/2010, paket kegiatan pengadaan kendaraan

    dinas Bupati dan Wakil Bupati Pasaman Barat dengan waktu pendaftaran mulai dari 11 s.d 22 November

    2010.

    11. Pada tanggal 23 November 2010, Ketua Panitia I ULP memberikan laporannya kepada KPA melalui

  • 6

    suratnya Nomor : 14U.4/ULP.B1/LHPU/1/PASBAR-2010, tanggal 23 November 2010 yang isinya bahwa

    sampai pada batas akhir pendaftaran, tanggal 22 November 2010 kembali tidak ada satupun penyedia

    barang/jasa yang melakukan pendaftaran, sehingga pelelangan ulang ini dinyatakan gagal.

    12. KPA melalui surat Nomor : 027/217/KPA-Umum/2010 tanggal 23 November 2010 kepada Panitia I ULP, menetapkan pelelangan ulang gagal terhadap pengadaan kendaraan dinas operasional Bupati dan Wakil

    Bupati Pasaman Barat.

    13. Berdasarkan surat laporan Ketua Panitia I ULP Nomor : 14U.4/ULP.B1/LHPU/1/PASBAR-2010 tanggal 23 November 2010 tersebut pada poin 11, saya melaporkan langsung secara lisan hal ini kepada Asisten

    Administrasi. Pada saat itu juga Asisten Administrasi langsung mengajukan Telahaan Staf Kepada Bupati

    tertanggal 24 November 2010 perihal Tindak Lanjut Pengadaan Kendaraan Dinas Bupati dan Wakil Bupati

    TA 2010 yang berisikan :

    Proses lelang ulang Rannas Bupati dan Wabup gagal karena tidak ada penyedia jasa yang melakukan pendaftaran meskipun jumlah rannas yang diadakan hanya 1 (satu) unit untuk Bupati saja sesuai

    disposisi Wabup dan persetujuan Bupati pada Telaahan Staf tanggal 10 Nopember 2010.

    Pengadaan Rannas Bupati dan Wabup dilaksanakan tetap hanya untuk Bupati saja dengan type Prado TX Limited.

    Proses pengadaan kendaraan dinas bupati sebagaimana dimaksud di atas tetap akan dilakukan sesuai dengan Keppres No. 80 Tahun 2003.

    Disposisi Bupati tgl. 24 Nopember 2010 : SETUJU DILAKSANAKAN.

    14. Pada tanggal 24 Nopember 2010, Kabag Umum selaku KPA, menyurati Ketua Panitia I ULP, melalui surat Nomor : 027/ /KPA/Umum/2010 Perihal Proses Lanjutan Pengadaan Rannas untuk :

    Agar melakukan proses lanjutan paket pekerjaan pengadaan rannas Bupati dan Wabup pada kegiatan Pengadaan Rannas/Operasional.

    Kiranya dapat memproses lanjutan pengadaan dimaksud dengan berpedoman pada Keppres No. 80 Tahun 2003 serta perubahannya.

    15. HPS untuk satu unit kendaraan dinas operasional Bupati yaitu Rp. 1.074.900.000,00 (termasuk pajak) serta penunjukan langsung selanjutnya diproses oleh Panitia I Pengadaan Barang ULP terhadap PT.

    Baladewa Indonesia. PL kepada PT. Baladewa ini pun setelah Panitia 1 ULP dan KPA menghubungi

    beberapa rekanan Penyedia Barang/Jasa kendaraan bermotor yang ada di Padang dan semuanya menolak

    karena melihat margin keuntungan yang sangat tipis. Hanya satu perusahaan CV. Makna Motor yang

    bersedia, tapi CV. Makna Motor malah GUGUR pada waktu Panitia melakukan Evaluasi Pascakualifikasi,

    karena perizinan yang dimiliki oleh CV. Makna Motor berkualifikasi KECIL.

    Pada awal Bulan Desember 2010, di saat-saat terakhir Tahun Anggaran akan berakhir, barulah kami

    mendapat informasi dari CV. Makna Motor, bahwa PT. Baladewa Indonesia bersedia untuk ikut proses

    PL Pengadaan Kendaraan Dinas Bupati Pasaman Barat ini. Dan ternyata setelah dilakukan verifikasi

    Evaluasi Pascakualifikasi oleh Panitia I Pengadaan ULP, PT. Baladewa Indonesia memenuhi syarat untuk

    mengikuti proses PL pengadaan kendaraan dinas tersebut. Hal ini membuktikan bahwa tidak benar proses

    pengadaan kendaraan ini hanyalah rekayasa dan hanya untuk memenuhi persyaratan formalitas saja.

    Pelelangan secara umum pada media koran nasional tidak mungkin untuk ditutup-tutupi. Seandainya

    memang margin keuntungan dari HPS yang diberikan, seperti yang menjadi temuan dalam kerugian

    negara yang dinyatakan oleh BPKP dan disampaikan oleh Kajari Simpang Empat melalui media massa

    adalah sebesar Rp. 276.887.273,- tentu perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang penyediaan

    barang/jasa pengadaan kendaraan bermotor, baik nasional maupun lokal, akan berduyun-duyun datang

    memenuhi undangan ULP Kab. Pasaman Barat tersebut. Tetapi kenyataannya adalah terbalik dari logika

    adanya penggelembungan HPS tersebut.

    Bahkan setelah proses pengadaan ini dipermudah untuk menyeimbangkan antara tingkat kebutuhan kita si

    pengguna barang akan adanya kendaraan dinas Bupati Pasaman Barat dengan fasilitas dan kemudahan

    bagi Penyedia Jasa dalam proses pengadaan, yang gunanya adalah untuk meningkatkan dan menarik

    minat dan kemauan penyedia jasa, dengan cara Panitia mengadakan proses Penunjukan Langsung, tetap

    saja penyedia jasa yang kami hubungi keberatan dan menolak dengan tawaran yang diajukan.

    16. Dalam kondisi yang sudah sangat mepet dengan waktu tersebutpun, karena sudah berada pada minggu pertama bulan Desember yang berakhirnya siklus Tahun Anggaran, satu-satunya perusahaan yang

    bersedia, yaitu CV. Makna Motor, itupun digugurkan oleh Panitia I Pengadaan Barang ULP karena tidak

    memenuhi persyaratan kualifikasi perusahaan. Artinya, sampai saat kondisi yang sudah sangat genting

    tersebut, Panitia I Pengadaan Barang ULP tetap konsisten dan eksis memproses pengadaan kendaraan ini

  • 7

    menurut aturan dan ketentuan yang diatur dalam Keppres No. 80 Tahun 2003. Dan inipun tidak bisa

    dibantah ataupun dipaksakan oleh kami selaku KPA untuk mengintervensi keputusan Panitia tersebut.

    Artinya, Panitia I Pengadaan Barang ULP yang berjumlah 5 (lima) orang, bekerja dengan profesional dan

    lepas dari intervensi dan tekanan dari pihak manapun, apakah itu KPA (Kabag Umum), PA (Sekretaris

    Daerah) apalagi Bupati.

  • 8

    C. KRONOLOGIS PROSES PENUNJUKAN LANGSUNG (PL) TERHADAP PT. BALADEWA INDONESIA

    1. Setelah melalui pelelangan umum dua kali lelang tapi tetap gagal maka proses selanjutnya dilakukan dengan mekanisme Penunjukan Langsung. Dimana hal ini juga di atur dalam Keppres No. 80 Tahun 2003

    tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah :

    a. Lampiran I bab II huruf A angka 1 huruf m angka 2) huruf e) diatur bahwa apabila dalam pelelangan ulang pesertanya kurang dari 3 (tiga) maka : (1) Dalam hal peserta lelang yang memenuhi

    syarat hanya 2 (dua), maka proses pemilihan dilanjutkan seperti pada proses pemilihan langsung; (2)

    Dalam hal peserta lelang yang memenuhi syarat hanya 1 (satu), maka proses pemilihan dilanjutkan

    seperti pada proses penunjukan langsung.

    b. Pasal 17 ayat (5) diatur bahwa dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa

    dengan cara melakukan negoisasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan

    secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Walau ini dilanggar tetapi sejauh tidak merugikan

    keuangan Negara maka tidak termasuk dalam tindakan pidana korupsi.

    2. Panitia mengundang PT. Baladewa Indonesia untuk mengikuti proses Pascakualifikasi paket kegiatan pengadaan kendaraan dinas operasional Bupati Pasaman Barat sesuai surat Nomor :

    14PL.2/ULP.B1/Und/1/PASBAR-2010 tanggal 1 Desember 2010.

    Pada tanggal 2 Desember 2010 PT. Baladewa Indonesia melakukan Pendaftaran dan pengambilan dokumen

    pascakualifikasi PBJ Metode PL.

    3. Panitia melakukan evaluasi dan hasilnya disampaikan kepada KPA melalui Surat Usulan Penetapan Calon Penyedia Barang Lulus Pascakualifikasi Nomor : 14PL.4/ULP.B1/UPCPLP/1/PASBAR-2010 tanggal 3

    Desember 2010, berdasarkan Berita Acara Hasil Evaluasi Pascakualifikasi dan Lampirannya Nomor:

    14PL.3/ULP.B1/BAHEP/I/PASBAR-2010 tanggal 3 Desember 2010 yang ditandatangani oleh lima orang

    Panitia I ULP.

    4. Berdasarkan surat Panitia I ULP pada poin 4 tersebut di atas, KPA kemudian menetapkan calon penyedia barang yang lulus pascakualifikasi melalui Surat Penetapan Calon Penyedia Barang Lulus Pascakualifikasi

    Nomor : 027/218/KPA-Umum/2010 tanggal 3 Desember 2010.

    5. Panitia I ULP mengundang PT. Baladewa Indonesia untuk melakukan aanwijzing pada tanggal 6 Desember 2010 melalui surat undangan Nomor : 14PL.5/ULP.B1/UA/1/PASBAR-2010 tanggal 3

    Desember 2010.

    6. Aanwijzing berlangsung pada tanggal 6 Desember 2010 yang hasil/ kesimpulannya tertuang dalam Berita Acara Aanwijzing Nomor : 14PL.6/ULP.B1/BAPPA/1/PASBAR-2010 tanggal 6 Desember 2010 yang

    ditandatangai bersama, PT. Baladewa Indonesia dengan Panitia I ULP, KPA dan PPTK.

    7. Pada tanggal 8 Desember 2010, PT. Baladewa Indonesia memasukkan dokumen penawarannya dan pada hari itu langsung dilakukan pembukaan penawaran dimana harga tawaran dari PT. Baladewa Indonesia

    adalah Rp. 1.072.500.000 dan hal ini dituangkan dalam Berita Acara Pembukaan Penawaran Nomor :

    14PL.7/ULP.B1/BAPP/1/PASBAR-2010 tanggal 8 Desember 2010 yang ditandatangani bersama, PT.

    Baladewa Indonesia dengan Panitia I ULP, KPA dan PPTK.

    8. Kemudian Panitia I ULP melakukan koreksi aritmatik dan evaluasi terhadap dokumen penawaran PT. Baladewa Indonesia dengan hasil evaluasi tertuang dalam Berita Acara Hasil Evaluasi Nomor :

    14PL.8/ULP.B1/BAHE/1/PASBAR-2010 tanggal 9 Desember 2010.

    9. Pada tanggal 10 November 2010 dilakukan Negosiasi Teknis dan Harga dengan PT. Baladewa Indonesia sehingga nilai menjadi Rp. 1.072.000.000 yang dituangkan dalam Berita Acara Negosiasi dan Harga

    Nomor : 14PL.9/ULP.B1/BANTH/1/PASBAR-2010 tanggal 10 Desember 2010.

    10. Panitia I ULP mengajukan Usulan Penetapan Pemenang PL kepada KPA dengan surat Nomor : 14PL.10/ULP.B1/UPPPL/1/PASBAR-2010 tanggal 10 Desember 2010.

    11. KPA menetapkan pemenang PL atas nama PT. Baladewa Indonesia dengan Harga Negosiasi Rp. 1. 072.000.000, melalui surat Nomor : 027/219/KPA-Umum/2010 tanggal 10 Desember 2010.

    12. KPA mengeluarkan Surat Penunjukan Penyedia Barang dan Jasa (SPPBJ) terhadap PT. Baladewa Indonesia dengan Nomor : 027/176/SP/2010 tanggal 13 Desember 2010.

    13. Pada tanggal yang sama, 13 Desember 2010, KPA juga mengeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)

  • 9

    kepada PT. Baladewa Indonesia dengan Nomor : 027/170/SPMK/KPA-Umum/2010 tanggal 13 Desember

    2010.

    14. Dalam hal telah dilakukan pelelangan dan dua kali pelelangan gagal, berdasar pasal 84 ayat (5) Perpres No. 54 Tahun 2010, PA dapat memerintahkan dilakukan penunjukan ke dealer dengan klarifikasi dan

    negosiasi kewajaran harga. Hal inilah yang terjadi pada pengadaan kendaraan dinas Bupati Pasaman Barat

    Tahun 2010. Untuk diketahui bahwasanya kendaraan Prado TX Limited 2700 cc tidak ada dalam catalog

    harga GSO (Government Sales Operation) Kendaraan pada ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk)

    Toyota.

  • 10

    D. KRONOLOGIS PROSES KONTRAK/ PELAKSANAAN

    1. Pada hari senin tanggal 13 Desember 2010, bertempat di Sekretariat Daerah Kab. Pasaman Barat, telah dilakukan sebuah kesepakatan perjanjian (kontrak) antara Drs. Hendri, MM. selaku Kuasa Pengguna

    Anggaran Bagian Umum Setda Pasaman Barat sebagai Pihak I dengan Vitarman, B.Ac. selaku Direktur PT.

    Baladewa Indonesia sebagai Pihak II untuk melaksanakan pekerjaan Pengadaan Kendaraan Dinas Bupati

    dan Wakil Bupati Tahun 2010 sebagai berikut :

    Pelaksana : PT. Baladewa Indonesia

    Alamat : Jl. Parak Pisang No. 15 Kel. Gantiang Parak Gadang Kec. Padang Timur

    No. Kontrak : 027/480/Kontrak-Peng/Umum 2010

    Tanggal : 13 Desember 2010

    Nilai Kontrak : Rp. 1.072.000.000,00

    Waktu : 10 (sepuluh hari) kalender

    Spesifikasi : Toyota Prado 2.7L TX-L (spesifikasi berikut ini)

    1. Type Mesin : 2.7L 2TR-FE DOHC 2. Isi silinder : 2693 cc 3. Torsi Maksimum : 246 Nm/ 3.800 rpm 4. Daya maksimum : 120 kW (163 PS)/ 5.200 rpm 5. Fuel Consumtion : 8.8 km/ L 6. Panjang : 4.820 mm 7. Lebar : 1.880 mm 8. Tinggi : 1.890 mm 9. 265/60R 17 inch alloy wheel 10. Torque sensor type LSD (Limited Slip Def) with transfer level 11. Spare tire under the floor 12. Opitiron meter with bright control 13. 8 seater 14. Jok Kulit 15. Electric Seat pada kursi sopir interior black 16. 1 TV + 1 Camera (pasangan) 17. Reclining Seat 18. 8 Speaker 19. Sunroof 20. Xenon Lamp 21. Engine Start Botton 22. ABS 23. Automatic Seat 24. Roof Real 25. Foot Step 26. Sent Lamp+Electric Mirror 27. Styling Package 28. Kaca Film Perfection/ 3M 29. Karpet 30. Air Bag 31. Parking Sensor 32. Central Lock 33. Tool Set 34. VR 17

    2. Setelah dilakukan penandatanganan kontrak pada tanggal 13 Desember 2010, selanjutnya PT. Baladewa Indonesia melaksanakan tugasnya sesuai dengan yang telah disepakati di dalam kontrak untuk pengadaan

    kendaraan dinas operasional Bupati Pasaman Barat berupa Toyota Prado 2.7L TX-L sampai batas akhir

    kontrak pada tanggal 23 Desember 2010.

    3. Di dalam pelaksanaan pekerjaannya, tanpa sepengetahuan dan diluar tanggung jawab saya selaku Kuasa Pengguna Anggaran, ternyata PT. Baladewa Indonesia bekerja sama dengan Sdr. Arifin A, Direktur CV.

    Makna Motor yang beralamat di Jl. A.R. Hakim No. 63 Padang untuk pengadaan Toyota Prado 2.7L TX-L

    (kendaraan dinas operasioanl dinas Bupati Pasaman Barat).

    Kerja sama mereka ini baru saya ketahui pada pertengahan tahun 2011, ketika adanya pemeriksaan oleh

    Kejaksaan Negeri Simpang Empat terkait kasus Pengadaan Kendaraan Dinas Bupati Pasaman Barat Tahun

    2010.

  • 11

    E. KRONOLOGIS PROSES PEMERIKSAAN BARANG (KENDARAAN)

    1. Pada tanggal 20 Desember 2010, Kendaraan Toyota Prado 2.7L TX-L untuk Kendaraan Dinas Operasional Bupati Pasaman Barat sampai di Simpang Ampek.

    2. Pada saat itu juga tanggal 20 Desember 2010 langsung dilakukan pemeriksaan kendaraan oleh Panitia Pemeriksa Barang yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Bupati Pasaman Barat Nomor

    188.45/248/BUP-PASBAR/2010 tanggal 14 April 2010 yang terdiri dari :

    1) Amrianto, SH. (Ketua),

    2) Bobi P. Riza AP, M.Si. (Sekretaris),

    3) Setia Bakti, SH. (Anggota),

    4) Drs. Sakirman (Anggota),

    5) Roni HEP, S.Hut. (Anggota)

    3. Hasil pemeriksaan oleh panita pemeriksa barang tersebut dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Barang Nomor 027/267/BAPB/SETDA/2010 tanggal 20 Desember 2010 yang ditandatangani oleh seluruh

    Panitia Pemeriksa Barang (5 orang) dan Direktur PT. Baladewa Indonesia dengan kesimpulan bahwa

    Panitia Pemeriksa Barang telah memeriksa dengan teliti hasil pekerjaan Pengadaan Kendaraan Dinas

    Bupati dan Wakil Bupati sebanyak 1 (satu) unit yang dilaksanakan oleh PT Baladewa Indonesia, alamat Jl.

    Parak Pisang No. 15 Kel. Gantiang Parak Gadang Kec. Padang Timur dengan kualitas pekerjaan baik,

    baru dan sesuai dengan Spesifikasi pada Surat Perjanjian Kerja (kontrak) Nomor :

    027/480/Kontrak-Peng/Umum 2010 tanggal 13 Desember 2010.

    Keterangan : Dalam proses pemeriksaan barang inipun kami selaku KPA tidak ikut serta melakukan

    pemeriksaan karena bukan bagian dari tugas kami selaku KPA. Namun demikian, kami juga

    ikut hadir beberapa saat karena mendampingi petugas BPK RI yang melihat secara

    langsung pada waktu pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan dilakukan dengan cermat, teliti

    dan tidak ada unsur rekayasa ataupun pesanan, intimidasi atau ancaman dan perintah

    kepada Panitia Pemeriksa dari pihak manapun. Apalagi pada waktu proses pemeriksaan

    tersebut, juga disaksikan dan diikuti oleh pejabat dari BPK RI yang saat itu tengah

    melakukan pemeriksaan di Sekretariat Daerah. Dan hasil pemeriksaan oleh Panitia

    Pemeriksa tersebut kemudian dibuatkan BAP nya dan ditandatangani oleh seluruh Panitia

    Pemeriksa sebagaimana BAP yang disebutkan diatas.

  • 12

    F. KRONOLOGIS PROSES SERAH TERIMA BARANG (KENDARAAN)

    1. Setelah dilakukan pemeriksaan barang terhadap kendaraan dinas operasional Bupati Pasaman Barat oleh Pantia Pemeriksa Barang sebagaimana Berita Acara Pemeriksaan Barang Nomor :

    027/267/BAPB/SETDA/2010 tanggal 20 Desember 2010, pada hari itu juga, tanggal 20 Desember 2010,

    langsung dilakukan serah terima barang (kendaraan).

    2. Penyedia jasa, PT. Baladewa Indonesia, Vitarman B.Ac. telah menyerahkan kepada KPA Bagian Umum yang dalam hal ini adalah Drs. Hendri, MM. berupa 1 unit kendaraan dinas operasional Bupati Pasaman

    Barat, Toyota Prado 2.7L TX-L dalam kodisi baik. Serah terima ini dicantumkan dalam Berita Acara Serah

    Terima Nomor : 027/268/BASB/SETDA/2010 tanggal 20 Desember 2010.

    3. Setelah diperiksa dan diterima, pada hari itu juga kendaraan dinas tersebut langsung diserahkan kepada Bupati Pasaman Barat untuk dipergunakan sebagai kendaraan dinas operasional Bupati Pasaman Barat dan

    tetap dipakai dan dimanfaatkan sampai saat ini.

  • 13

    G. KRONOLOGIS PROSES PENCAIRAN DANA

    1. Sehubungan dengan telah selesainya pelaksanaan kegiatan Pengadaan Kendaraan Dinas Operasional Bupati Pasaman Barat tersebut, maka pada hari itu juga tanggal 20 Desember 2010, PT. Baladewa

    Indonesia mengajukan Permohonan Pembayaran kepada KPA dengan surat Nomor :

    20/BLD-Termyn/XII-2010 tanggal 20 Desember 2010.

    2. Pada tanggal yang sama, 20 Desember 2010 ditandatangani Berita Acara Pembayaran antara Pengguna Jasa yang dalam hal ini KPA dengan penyedia jasa yaitu PT. Baladewa Indonesia dengan Berita Acara

    Nomor : 027/269/BAPB/SETDA/2010 tanggal 20 Desember 2010.

    3. Selanjutnya PPTK kegiatan ini mengajukan Surat Permintaan Pembayaran LS yang ditandatangani oleh Erizal M, A.Md. dan Bendahara Pengeluaran Arisantoni kepada Pengguna Anggaran, Hermanto, SH.

    dimana sebelumnya telah diteliti terlebih dahulu kelengkapan dokumen SPP oleh Peneliti Dokumen yakni

    Zefrineldi yang tertuang dalam lembaran Penelitian Kelengkapan Dokumen Nomor

    0102/SPP-LS-PENG/UMUM/2010 tanggal 17 Desember 2010.

    4. Berdasarkan SPP-LS beserta kelengkapannya, Pengguna Anggaran mengeluarkan Surat Perintah Membayar Nomor. 0102/SPM-LS-PENG/UMUM/2010 yang ditandatangani oleh PA Sdr. Hermanto, SH.

    yang sewaktu itu menjabat sebagai Sekretaris Daerah Kab. Pasaman Barat. Barulah setelah itu Kwitansi

    Pembayaran ditandatangani oleh KPA, PPTK (Erizal M, A.Md.), Bendahara Pembantu (Fima Al Amin)

    dan Direktur PT. Baladewa Indonesia.

    5. Proses berikutnya adalah pemeriksaan administrasi yang dilakukan oleh petugas pemeriksa pada Bagian Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah, yakni Asril, SE. dan hasil pemeriksaan tersebut

    dituangkan dalam Daftar Pemeriksaan Administrasi untuk Pencairan Dana yang ditandatangani oleh

    Kepala Bagian Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah, Aliman Afni, SH. Pada waktu

    pemeriksaan administrasi untuk pencairan dana ini, rekanan dikenakan retribusi leges daerah sebesar

    0,75 % dari nilai kontrak Rp. 1.072.000.000,- (satu milyar tujuh puluh dua juta rupiah) yakni Rp.

    8.040.000,- (delapan juta empat puluh ribu rupiah), dimana leges tersebut ditempelkan dihalaman

    kontrak.

    6. Pada tanggal 27 Desember, BUD mengeluarkan SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) melalui kuasanya yaitu Hj. Celly Decilia Putri, SE, Akt. dengan SP2D Nomor : 0064/SP2D/LS/2010 tanggal 27 Desember

    2010 untuk mencairkan/ memindahbukukan dari rekening Kas Daerah Kab. Pasaman Barat kepada PT.

    Baladewa Indonesia/ Vitarman, B.Ac., Bank Nagari Cabang Utama Padang dengan nomor rekening

    2100.01013.01299-8, senilai :

    Jumlah yang dimintakan : Rp. 1.072.000.000,00

    Potongan Pajak PPh Ps 22 dan PPN : Rp. 1 112.072.727,00

    Jumlah yang dibayarkan : Rp. 959.927.273,00

    7. Pada tanggal 28 Desember 2010, BPD Cabang Simpang Empat telah memproses SP2D tersebut dan uang sejumlah Rp. 959.927.273,00 telah masuk Rekening PT. Baladewa Indonesia dengan nomor rekening

    2100.01013.01299-8 pada Bank Nagari Cabang Utama Padang.

    Pembayaran selesai dilaksanakan dengan masuknya dana yang dibayarkan sejumlah Rp. 959.927.273 ke

    rekening PT. Baladewa Indonesia. Sementara sisa kontrak dari pagu dana yang tersedia yaitu sebesar Rp

    1.400.000.000,- - Rp. 1.072.000.000,- = Rp. 328.000.000,- tetap tinggal dalam rekening kas daerah dan

    menjadi silva anggaran untuk Tahun Anggaran berikutnya. Pekerjaan selesai, tugas KPA selesai.

  • 14

    H. DOKUMENTASI ANALISA HPS TOYOTA LAND CRUISER PRADO TX LIMITED

    Berdasarkan Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, diatur

    tentang Mekanisme Penyusunan HPS yakni :

    Pada Penjelasan Pasal 13 ayat (1) bahwasanya data yang digunakan sebagai dasar penyusunan HPS antara lain adalah :

    a. Harga pasar setempat menjelang dilaksanakannya pengadaan; b. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS), asosiasi

    terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan;

    c. Daftar biaya/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh agen tunggal/ pabrikan; d. Biaya kontrak sebelumnya yang sedang berjalan dengan mempertimbangkan faktor perubahan biaya,

    apabila terjadi perubahan biaya;

    e. Daftar biaya standar yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

    Pada Pasal 13 ayat (3) diatur bahwa HPS digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran harga penawaran termasuk rinciannya dan untuk menetapkan besaran tambahan nilai jaminan pelaksanaan bagi

    penawaran yang dinilai terlalu rendah, tetapi tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan penawaran.

    Harga harus dihitung dengan membandingkan harga dalam kontrak terhadap harga pasar yang akurat untuk barang/jasa yang sama dengan waktu dan tempat yang sama (apple to apple).

    Lampiran I Bab I Huruf E angka 2 diatur bahwa HPS telah memperhitungkan :

    a. PPN

    b. Biaya Umum dan Keuntungan (Overheadcost and Profit) yang wajar bagi penyedia barang/jasa.

    a. Survey Harga :

    1. Survey harga pada Intercom, dengan hasil sebagai berikut :

    Type Prado TX Type Fortuner V 4x4 Keterangan

    Penawaran 875.000.000 445.000.000

    On The Road Padang Tidak sesuai dengan spek yang diminta karena Prado

    Type TX Limited tidak ada stok, maka dilakukan

    survey harga di tempat lain

    2. Survey harga pada Makna Motor, Terminal Motor dan Suchi Motor dengan hasil sebagai berikut :

    Makna Motor Terminal Motor Suchi Motor Keterangan

    Penawaran 925.000.000 920.000.000 980.000.000 Sesuai dengan

    spek On The Road

    Padang

    On The Road DKI On The Road DKI

    b. Perhitungan HPS :

    Makna Motor Terminal Motor Suchi Motor Harga rata-rata

    Harga Nego 1.072.000.000 1.072.000.000 1.072.000.000

    Penerimaan 951.887.273 951.887.273 951.887.273

    Penawaran 925.000.000 920.000.000 980.000.000 941.666.667

    Keuntungan 26.887.273 31.887.273 (28.112.727) (Dibulatkan)

    On The Road

    Padang

    On The Road DKI On The Road

    DKI 941.600.000

    Harga rata-rata merupakan harga rata- rata dari ketiga tawaran tersebut di atas. Harga rata-rata dijadikan harga

    pasar yang merupakan harga satuan dalam perhitungan HPS.

    Harga rata-rata : 941.600.000,-

    Overhead cost & profit = 3,78% : 35.620.000,-

    : 977.220.000,-

    PPN 10 % : 97.722.000,-

    Jumlah : 1.074.942.000,-

    Dibulatkan : 1.074.900.000,-

    HPS didapat : 1.074.900.000,-

  • 15

    c. Penawaran PT. Baladewa Indonesia

    DPP (Harga Pokok Sebelum Pajak) untuk 1 unit : 975.000.000,-

    PPN 10 % : 97.500.000,-

    Nilai Tawaran : 1.072.500.000,-

    d. Kontrak

    HPS Tawaran Negosiasi Kontrak

    Harga 1 unit 977.220.000 975.000.000 974.545.455 974.545.455

    PPN 97.722.000 97.500.000 97.454.545 97.454.545

    Jumlah 1.074.942.000 1.072.500.000 1.072.000.000 1.072.000.000

    dibulatkan 1.074.900.000 1.072.500.000 1.072.000.000 1.072.000.000

    e. Perkiraan Analisa Keuntungan PT. Baladewa Indonesia :

    DPP (Harga Pokok Sebelum Pajak)/ harga nego : 974.545.455

    PPN : 97.454.545

    Nilai Kontrak : 1.072.000.000-----(a)

    PPN : 97.454.545

    Pajak Penghasilan Ps 22 : (1,5% dari DPP) : 14.618.182

    : 112.072.727-----(b)

    Saldo (Yang dibayarkan BUD ke rekening Penyedia Jasa) : 959.927.273-----(c)= (a)- (b)

    Pengeluaran lain Penyedia Jasa (Leges Daerah = Nilai Kontrak x 0,75%) : 8.040.000----(d)

    Penerimaan bersih oleh Penyedia Jasa : 951.887.273-----(e)= (c)-(d)

    Daftar Harga Pasar 1 unit kendaraan :

    Makna Motor Terminal

    Motor

    Suchi Motor PT. Baladewa Harga

    rata-rata

    Penawaran 925.000.000 920.000.000 980.000.000 975.000.000 950.000.000

    On The Road

    Padang

    On The Road

    DKI

    On The Road

    DKI

    On The Road

    Padang

    Dari Penerimaan oleh Penyedia Jasa, maka kita dapat memperkirakan nilai Overhead cost & profit

    Penyedia Jasa tersebut berdasarkan tujuh sudut pandang sebagai berikut :

    a. Dari rata-rata harga pasar yang ada :

    Jumlah Penerimaan dari BUD - Leges Daerah : 951.887.273

    Rata2 harga pasar yang dijadikan harga satuan perhitungan HPS : 941.600.000

    Overhead cost & profit : 10.287.273 ---1,09%

    b. Dari Harga pasar terendah (Penawaran Terminal Motor) :

    Jumlah Penerimaan dari BUD - Leges Daerah : 951.887.273

    Surat Penawaran harga CV. Terminal Motor : 920.000.000

    Overhead cost & profit : 31.887.273 ---3,47%

    c. Dari Harga pasar tertinggi (Penawaran Suchi Motor) :

    Jumlah Penerimaan dari BUD - Leges Daerah : 951.887.273

    Surat Penawaran harga CV. Suchi Motor : 980.000.000

    Overhead cost & profit :(28.112.727) ---2,87%

    d. Dari Harga Penawaran Makna Motor :

    Jumlah Penerimaan dari BUD - Leges Daerah : 951.887.273

    Surat Penawaran harga CV. Suchi Motor : 925.000.000

    Overhead cost & profit : 26.887.273 ---2,91%

    e. Dari Bukti Kuitansi Pembelian PT. Baladewa Indonesia kepada PT. Intercom :

    Jumlah Penerimaan dari BUD - Leges Daerah : 951.887.273

    Kuitansi pembelian dari PT. Intercom : 860.000.000

    Overhead cost & profit : 91.887.273 ---10,68%

  • 16

    f. Dari Penawaran dalam kontrak pada Koreksi Aritmatik :

    Jumlah Penerimaan dari BUD - Leges Daerah : 951.887.273

    Dari penawaran dalam kontrak : 975.000.000

    Overhead cost & profit : (23.112.727) ---2,37%

    g. Berdasarkan SE Dirjen Pajak No. SE-21/PJ.51/2000 tanggal 21 Juli 2000 :

    Jumlah Penerimaan dari BUD - Leges Daerah : 951.887.273

    Perhitungan PPN dan PPn BM : 923.200.000

    Overhead cost & profit : 28.687.273 ---3,01%

    Inipun masih kita abaikan dengan tidak memasukkan Jaminan Penawaran yang dibayarkan Penyedia Jasa

    kepada Bank sebesar Rp. 53.600.000,- yang seharusnya juga dimasukkan sebagai pengeluaran Penyedia Jasa.

    Hal ini tidak kita masukkan karena Garansi Bank bisa dicairkan Penyedia Jasa lagi setelah proses Kontrak

    selesai dilaksanakan.

    *) keuntungan apabila di hitung dari selisih BUD PT. Baladewa Indonesia dengan penawaran / harga

    Pasar :

    Makna Motor Terminal Motor Suchi Motor Harga rata2/ HPS

    BUD Baladewa 951.887.273 951.887.273 951.887.273 951.887.273

    Penawaran 925.000.000 920.000.000 980.000.000 941.600.000

    Keuntungan 26.887.273 31.887.273 (28.112.727) 10.287.273

    % 2,91 3,47 (2,87) 1,09

    On The Road Padang On The Road DKI On The Road DKI

    *) keuntungan apabila di hitung dari selisih tawaran / harga 1 unit dari PT. Baladewa Indonesia dengan

    penawaran / harga Pasar :

    Makna Motor Terminal Motor Suchi Motor Harga rata2/ HPS

    Harga 1 unit dari

    Baladewa

    975.000.000 975.000.000 975.000.000 975.000.000

    Penawaran 925.000.000 920.000.000 980.000.000 941.600.000

    Keuntungan 50.000.000 55.000.000 (5.000.000) 33.400.000

    % 5,41 5,98 (0,51) 3,55

    On The Road Padang

    On The Road DKI On The Road DKI

    Harga Pasar Setempat pada waktu dilaksanakannya pengadaan, dapat kami buktikan dari brosur-brosur yang

    kami peroleh dari showroom-showroom kendaraan Toyota di Padang dan Jakarta sebagaimana terlampir. Dan

    hal inipun masih bisa kita buktikan dan temukan sampai saat ini pada beberapa iklan yang ada di internet untuk

    harga kendaraan yang diadakan pada tahun 2010 tersebut.

    Adapun beberapa situs yang sampai saat ini masih bisa kita temukan melalui searching di google mengenai harga

    kendaraan Toyota Prado pada tahun 2010 tersebut antara lain :

    1. http://www.otopedia.com/mobil-baru/7818-Toyota-Prado.html

    2. http://www.otopedia.com/mobil-baru/8072-Toyota-Prado.html

    3. http://mobil.kapanlagi.com/harga/toyota/land_cruiser/2010/prado_tx/

    4. http://mobil.kapanlagi.com/toyota_land_cruiser_prado_tx_in-56947.html

    5. http://www.olx.co.id/q/prado/c-378

    Kuitansi pembelian kendaraan oleh Penyedia Jasa sebesar Rp.860.000.000,- tersebut, bukanlah HARGA

    PASAR SETEMPAT. Tidak ada satu showroompun dan iklan melalui internet yang kami dapati selaku KPA

    yang menyediakan kendaraan Toyota Prado dengan spesifikasi yang diminta, yang menawarkan harga seperti itu.

    Kalaupun Penyedia Jasa kita mendapatkan harga seperti itu, itu adalah karena faktor keahlian mereka dalam

    dunia dagang yang bukan merupakan keahlian kami selaku KPA. Dan yang pasti, itu bukanlah HARGA PASAR

    SETEMPAT seperti yang diamanatkan oleh Keppres No. 80 Tahun 2003. Pertanyaan sederhananya adalah,

    seandainya ada showroom kendaraan yang mampu menjual dengan harga 800 juta, 700 juta, apalagi sampai

    dengan harga 600 juta dan 500 an juta, kenapa tidak ada satupun dari perusahaan tersebut yang berani untuk ikut

    menawar dari iklan yang kami tayangkan melalui media nasional Koran Tempo ? Bukankah keuntungan mereka

    bisa mencapai 400 an juta ?

    Dan akan lebih konyol lagi, apabila kerugian negara dihitung dengan metode dan formula khusus BPKP

    Perwakilan Propinsi Sumatera Barat yang bekerjasama dengan Kejaksaan Negeri Simpang Empat. Kejaksaan

    Negeri dengan kewenangan Undang-undang yang ada pada mereka, tentu dapat memanggil Importir Umum

  • 17

    kendaraan Toyota Prado di Jakarta ke Simpang Ampek, yang memasukkan kendaraan ini dari Jepang ke

    Indonesia. Nama perusahaan Importir Umum inipun didapatkan dari Faktur Kendaraan yang dilampirkan dalam

    BPKB Toyota Prado. Hal yang tentu saja tidak akan bisa didapatkan oleh siapa saja pelaku pengadaan barang dan

    jasa di seluruh Indonesia pada waktu proses pengadaan kendaraan dinas tersebut dilaksanakan. Karena BPKB

    kendaraan selalu diserahkan kepada Pengguna Barang beberapa bulan setelah proses Pengadaan Barang dan Jasa

    selesai dilaksanakan.

    Dari informasi yang diberikan oleh Importir Umum, PT. Multisentra Adikarya, mereka mendapat penjelasan

    bahwa setelah kendaraan ini diimport dari Jepang ke Indonesia, maka mereka pertama menjual kendaraan ini

    kepada PT. DK Jaya Motor seharga Rp. 675.000.000,- (belum termasuk PPn). Kemudian PT. DK Jaya Motor

    menjual lagi kendaraan ini kepada PT. Kencana Utama Sakti dengan harga Rp. 680.000.000,- (Off the Road).

    Dari data yang didapat oleh Kejaksaan Negeri Simpang Empat ini, dengan mentah-mentah umpan ini ditelan

    oleh BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat melalui Ketua Tim nya, Sdr. Afrizal, membuat kesimpulan,

    bahwa mestinya Pemda Pasaman Barat HARUS membeli langsung pula kendaraan ini kepada PT. Multisentra

    Adikarya Jakarta, bukan melalui rantai-rantai perdagangan yang akhirnya sampai di PT. Intercom Mobilindo

    Padang, dan rekanan Penyedia Barang/Jasa, PT. Baladewa Indonesia. Maka Pemda Pasaman Barat hanya akan

    membeli kendaraan ini dengan harga Rp. 675.000.000,-. Maka terdapat selisih dari nilai bersih kontrak PT.

    Baladewa Indonesia dikurangi nilai jual PT. Multisentra Adikarya, Rp. 951.887.273,- - Rp. 675.000.000,- = Rp.

    276.887.273,-. Inilah yang menjadi angka dari KERUGIAN NEGARA.

    Pertanyaannya :

    1. Apakah Kejaksaan dan BPKP, bisa mengetahui tentang keberadaan PT. Multisentra Adikarya Jakarta ini, tanpa

    adanya BPKB kendaraan yang didalamnya baru ada terdapat Faktur Kendaraan dari Importir Umum? Sama

    halnya dengan Panitia, KPA, Penyedia Barang dan bahkan dealer resmi Mobil Toyota di Sumatera Barat, tidak

    akan bisa mengetahui apa nama perusahaan yang mengimport kendaraan ini dari Jepang. Karena itu baru

    tercantum di Faktur Kendaraan didalam BPKB. Dan ini baru keluar apabila kendaraan ini sudah berada di tangan

    konsumen, itupun beberapa bulan setelah proses pembayaran (Proses PBJ) selesai dilaksanakan.

    2. Dikemanakan aturan-aturan mengenai Pengadaan Barang dan Jasa ? Yaitu Keppres No. 80 Tahun 2003, Pasal

    13 ayat (1), ayat (3) dan Lampiran I Bab I huruf E angka 2 yang menyatakan bahwa penyusunan HPS didasarkan

    pada data Harga Pasar Setempat, yang diperoleh berdasarkan hasil survei MENJELANG dilaksanakannya

    pengadaan, dengan mempertimbangkan beberapa informasi dan HPS disusun dengan memperhitungkan

    keuntungan dan biaya overhead yang wajar bagi penyedia barang dan jasa.

    Kesimpulannya, dalam pelelangan yang sesuai aturan, penyedia boleh untung berapapun, sedangkan untuk

    membuat HPS bila belum ada keuntungan, dapat diberikan 10% atau 15% kalau ada overhead. Persentase

    keuntungan hanya diatur pada waktu kita menyusun HPS.

  • 18

    I. ANALISA KAJIAN TENTANG DUGAAN KERUGIAN NEGARA

    Mengenai kerugian negara yang disebutkan pada media masa pada pengadaan kendaraan dinas operasional

    Bupati Pasaman Barat Tahun 2010 sebesar Rp. 276.887.273 (dua ratus tujuh puluh enam juta delapan ratus

    delapan puluh tujuh ribu dua ratus tujuh puluh tiga rupiah) yang tidak saya ketahui sumber perhitungannya dari

    mana, namun dari informasi yang saya dapat bahwa nilai tersebut diperoleh dari perbedaan harga kendaraan

    pada kontrak PT. Baladewa Indonesia dengan harga kendaraan yang tertera pada faktur penjualan importir

    umum PT. Multisentra Adikarya. Dimana seharusnya menurut penyidik, KPA dan Panitia harus membeli

    langsung kepada PT. Multisentra Adikarya sehingga rantai perdagangan yang sangat panjang tersebut dapat

    dipangkas dan akan dapat membeli dengan harga yang lebih murah, yang menurut perhitungan penyidik

    selisihnya adalah sebesar Rp. 276.887.273 (dua ratus tujuh puluh enam juta delapan ratus delapan puluh tujuh

    ribu dua ratus tujuh puluh tiga rupiah). Mengenai hal tersebut, dapat saya jelaskan sebagai berikut :

    1. Untuk Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, ada aturan yang mengatur dimana dalam hal ini aturan dasar Proses Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan Kendaraan Dinas Bupati Pasaman Barat Tahun 2010

    adalah Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah. Pemerintah tidak bisa

    membeli kendaraan langsung pada importir umum dan distributor tapi harus melalui dealer/ sub dealer/

    showroom.

    Penjelasan :

    Di dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah pasal 17 ayat (1) Dalam

    pemilihan penyedia barang/ jasa pemborong/ jasa lainnya pada prinsipnya dilakukan melalui metoda

    pelelangan umum. Ayat (2) Pelelangan Umum adalah metoda pemilihan penyedia barang/ jasa yang

    dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman

    resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi

    kualifikasi dapat mengikutinya.

    Artinya, dalam hal ini sesuai dengan Keppres No. 80 Tahun 2003, pengadaan kendaraan tidak dapat

    dilakukan dengan cara pembelian langsung kepada Importir Umum/ ATPM/ Industri Perakitan, Distributor,

    Dealer, ataupun Sub Dealer/Showroom melainkan harus melalui mekanisme pelelangan dengan

    menggunakan metoda pelelangan umum. Penyedia yang berminat akan mengikuti pelelangan sesuai dengan

    persyaratan penyedia yang telah diatur juga di dalam pasal 11 Keppres No. 80 Tahun 2003.

    Untuk Pengadaan Kendaraan Dinas Bupati Pasaman Barat Tahun 2010 telah dilaksanakan proses

    pengadaannya melalui metoda pelelangan umum sesuai dengan Keppres No. 80 Tahun 2003. Pengumuman

    dilakukan di media nasional Koran Tempo dan setelah melalui proses akhirnya penyedia barang terpilih

    adalah PT. Baladewa Indonesia.

    2. Dalam aturan Tata Niaga Kendaraan Bermotor, ada aturan yang mengatur yakni SE Dirjen Pajak No. SE-21/PJ.51/2000 tanggal 21 Juli 2000 tentang PPN dan PPn BM Dalam Tata Niaga Kendaraan Bermotor,

    sebelum ke konsumen, perdagangan kendaraan bermotor harus melewati lini-lini. Konsumen tidak bisa

    langsung membeli kendaraan pada Distributor / Importir Umum. Aturan lainnya adalah Undang-Undang RI

    Nomor 11 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak

    Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan Peraturan Pemerintah

    Nomor 59 Tahun 1999 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1994 tentang

    Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan

    Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun

    1994

    Penjelasan :

    Di dalam SE Dirjen Pajak No. SE-21/PJ.51/2000 tanggal 21 Juli 2000 tentang PPN dan PPn BM Dalam

    Tata Niaga Kendaraan Bermotor disebutkan bahwa mata rantai distribusi kendaraan bermotor harus

    melewati lini-lini sebagai berikut :

    1. Importir Umum/ATPM/Industri Perakitan,

    2. Distributor,

    3. Dealer, dan

    4. Sub Dealer/Showroom.

    Dimana setiap pengusaha pada setiap lini dalam distribusi kendaraan bermotor adalah sebagai Pengusaha

    Kena Pajak (PKP) yang dikenakan PPn dan PPn BM atas Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) disamping

    jasa yang dilakukan.

  • 19

    PPN dikenakan sejumlah 10 % dan untuk PPn BM minimal 10% dan maksimal 50% tergantung kategori

    barang mewahnya.

    PT. Multisentra Adikarya berada pada lini ke-1 sebagai Importir Umum dan PT. Baladewa Indonesia

    malahan berada diluar lini ke-4 sub dealer/ showroom. PT. Baladewa Indonesia adalah Perusahaan sebagai

    penyedia barang/jasa dimana keberadaannya adalah karena metoda PL setelah Dealer resmi Toyota PT.

    Intercom Mobilindo dan showroom kendaraan seperti CV. Makna Motor tidak memenuhi syarat untuk

    mengkuti proses pengadaan kendaraan dinas Bupati Pasaman Barat ini sesuai dengan persyaratan yang

    diatur dalam Keppres No. 80 Tahun 2003.

    Dengan demikian Kerugian negara tidak dapat didasarkan pada perbedaan harga kontrak pada PT. Baladewa

    Indonesia di Padang (Level Penyedia Barang/Jasa setelah level showroom) dengan harga pada PT.

    Multisentra Adikarya di Jakarta (level Importir Umum).

    Penyedia satu level itu bagaimana ?

    Level Importir Umum dengan Importir Umum

    Level distributor dengan distributor

    Level dealer dengan dealer

    Level Sub Dealer/Showroom dengan Sub Dealer/Showroom.

    Artinya dalam hal ini, pada setiap lini dikenakan PPn dan PPn BM, otomatis harga pada sub dealer/

    showroom jelas lebih tinggi dari harga pada Importir Umum. Adanya perbedaan tingkatan harga pada

    Importir Umum dengan Sub Dealer/Showroom tidak dapat dijadikan dasar dari kerugian negara akibat

    kemahalan harga. Apalagi dengan membandingkan harga jual antara Importir Umum (PT. Multisentra

    Adikarya) di Jakarta dengan harga jual pada rekanan PT. Baladewa Indonesia di Padang. Hal ini tentu saja

    mencederai amanat Keppres No. 80 Tahun 2003 yang mengamanahkan agar penetapan harga harus

    berdasarkan pada survey harga pasar yang akurat untuk barang/jasa yang sama dengan waktu dan tempat

    yang sama (apple to apple).

    Contoh, yang menang adalah PT. Baladewa Indonesia dengan nilai kontrak Rp. 1.072.000.000,- dan nilai

    bersih setelah potong pajak Rp. 951.887.273,-. Apakah harga ini sudah sesuai dengan kewajaran harga pasar.

    KEWAJARAN dilihat dari kontrak PT. Baladewa Indonesia dalam transaksi lainnya. Atau dilihat dari harga

    pada penyedia yang satu level dengan PT. Baladewa Indonesia. Harga wajar adalah ketika penyedia dalam

    level yang sama menjual berapa ke instansi pemerintah. Ini bisa kita lihat pada beberapa brosur penawaran

    yang diberikan kepada KPA pada waktu survey harga langsung ke showroom-showroom maupun survey

    harga melalui internet.

    Bila masih dalam range (Rp 980 juta - 925 juta) penyedia yang satu level, ya tidak masalah. Bila melebihi

    range maka perlu dicermati ada perbedaan di aspek pekerjaan/barang apa. Jangan dilihat cara mencari

    adanya kerugian negara dilihat dari bagaimana harga yang didapat oleh PT. Baladewa Indonesia dari

    pemasoknya.

    Suatu kesalahan menghitung kerugian Negara bila menghitung PT. Baladewa Indonesia menjual Rp.

    951.887.273,- sedangan harga perolehannya dari pemasok adalah Rp. 860 juta sehingga Rp. 951.887.273,- Rp. 860.000.000,- negara rugi Rp. 91.887.273,-. (Disini keuntungan 9,65%).

    Atau malahan kalau dibandingkan dengan harga jual dari Importir Umum PT. Multisentra Adikarya Jakarta

    kepada dealer PT. DK Jaya Motor Jakarta, itu yang dijadikan harga pasar, yaitu Rp. 675.000.000,-

    Dikurangi dari penerimaan PT. Baladewa Indonesia : Rp. 951.887.273,- - Rp. 675.000.000,- = negara rugi

    Rp. 276.887.273,-. (Disini keuntungan 28,84%). Angka inilah yang dipublikasikan oleh Kajari Simpang

    Empat sebagai angka kerugian negara.

    Andaikata Saudara Auditor atau Penyidik sebagai pemain baru, bisa jadi hanya memperoleh pada harga Rp.

    900.000.000,-. Akankah dinilai kerugian Negara sebesar Rp. 951.887.273,- - Rp. 900.000.000,- = negara

    rugi Rp. 51.887.273,-. Keuntungan sekitar 5%, lalu dimana sifat PASTINYA kerugian Negara itu

    berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004?

    Berdasarkan SE Dirjen Pajak No. SE-21/PJ.51/2000 tanggal 21 Juli 2000 tentang PPN dan PPn BM Dalam

    Tata Niaga Kendaraan Bermotor, maka perhitungan harga Kendaraan Prado Land Chruiser Prado TX

    Limited berdasarkan harga DPP yang terdapat dalam faktur yang dikeluarkan oleh PT. MULTISENTRA

    ADIKARYA JAKARTA Rp.506.000.000,- adalah sebagai berikut :

  • 20

    Contoh Aplikatif Dari Mekanisme Pemungutan PPN dan PPn BM Berdasarkan

    SE Dirjend Pajak No. SE-21/PJ.51/2000 Tanggal 31 Juli 2000 Untuk kendaraan import dalam keadaan CBU Toyota Land Cruiser Prado 2.7 A/T Dengan Harga Faktur No. 239/MSA/XII/2010 Tanggal 14 Januari 2011 sebesar : Rp. 506.000.000,- (DPP)

    Lini Uraian Jumlah Ket. (Pembulatan 1.000.000)

    1 Importir Umum/Industri Perakitan/ATPM :

    a. Impor : - Nilai Impor (DPP) 460,000,000

    - PPN (10%) 46,000,000 (Pajak Masukan)

    - PPn BM (40%) 184,000,000

    Harga Impor 690,000,000

    b. Penyerahan : - Harga Jual (DPP) 506,000,000

    - PPN (10%) 50,600,000 (Pajak Keluaran)

    - PPn BM (40%) 184,000,000 (Butir 1.a)

    Harga Penjualan 740,600,000

    2 Distributor :

    a. Pembelian : - Harga Beli (DPP) 506,000,000

    - PPN (10%) 50,600,000 (Pajak Masukan)

    - PPn BM (40%) 184,000,000 (Butir 1.a)

    Harga Pembelian 740,600,000

    b. Penyerahan : - Harga Jual (DPP) 556,000,000 (556.000.000 + 55.000.000)

    - PPN (10%) 55,600,000 (Pajak Keluaran)

    - PPn BM (40%) 184,000,000 (Butir 1.a)

    Harga Penjualan 795,600,000

    3 Dealer :

    a. Pembelian : - Harga Beli (DPP) 556,000,000

    - PPN (10%) 55,600,000 (Pajak Masukan) (Butir 1.a) - PPn BM (40%) 184,000,000

    Harga Pembelian 795,600,000

    b. Penyerahan : - Harga Jual (DPP) 611,000,000 (611.000.000 + 61.000.000) (Pajak Keluaran) (Butir 1.a)

    - PPN (10%) 61,100,000

    - PPn BM (40%) 184,000,000

    Harga Penjualan 856,100,000

    4 Sub Dealer / Showroom :

    a. Pembelian : - Harga Beli (DPP) 611,000,000

    - PPN (10%) 61,100,000 (Pajak Masukan) (Butir 1.a) - PPn BM (40%) 184,000,000

    Harga Pembelian 856,100,000

    b. Penyerahan : - Harga Jual (DPP) 672,000,000 (672.000.000 + 67.000.000) (Pajak Keluaran) (Butir 1.a)

    - PPN (10%) 67,200,000

    - PPn BM (40%) 184,000,000

    Harga Penjualan 923,200,000 (Yang dibayar Konsumen)

    Perhitungan Penerimaan Negara Dari Pajak :

    A. Harga konsumen 923,200,000

  • 21

    Nilai Impor 460,000,000

    Jumlah PPN+PPn BM 463,200,000

    B. Kontrak 1,072,000,000

    PPN 97,454,545

    PPh Ps 22 14,618,182

    Leges Daerah 8,040,000

    Diterima Perusahaan 951,887,273

    Jumlah Pajak 120,112,727

    Maka dari kontrak pengadaan Kendaraan Dinas Toyota Landcruiser Prado, sebesar Rp. 1.072.000.000,- Penerimaan Negara Dari Pajak adalah sebesar :

    A + B 583,312,727

    Sehingga harga yang mestinya dibayar oleh konsumen, tanpa dimasukkan keuntungan perusahaan

    Adalah : 923,200,000.00

    Evaluasi yang dilakukan oleh KPA dan Pokja ULP/Panitia Pengadaan, yang dinilai salah dengan

    ditetapkannya PT. Baladewa Indonesia, bisa terjadi karena kurangnya kemampuan evaluasi atau

    kurangnya kompetensi KPA dan Pokja ULP/Panitia Pengadaan. Kesalahan yang dilakukan oleh Pokja bila

    terjadi, adalah kesalahan yang bersifat sanksi administrasi, sepanjang kesalahan tersebut bukan

    kesengajaan, pangaturan atau menerima sesuatu dari penyedia tersebut untuk dimenangkan. Kesalahan

    bukan kesengajaan maka sanksinya misal tidak boleh sebagai Pokja ULP lagi. Bila bukan kesengajaan

    apakah hal tersebut dapat dinilai sebagai perbuatan menguntungkan pihak lain ?

    Penyedia menawarkan penawaran tentunya ada harapan profit atau keuntungan yang menarik yang

    didapatnya. Tugas pemerintah adalah menumbuh kembangkan usaha swasta untuk berkembang dan

    memperoleh keuntungan dari transaksi kepada pemerintah sesuai kompetisi yang fair dan prestasi yang

    diberikan. Jadi sah-sah saja penyedia memperoleh keuntungan dari setiap traksaksi dengan pemerintah,

    atas kompetisi yang fair dan prestasi yang diberikan.

    Apakah penyedia PT. Baladewa Indonesia dapat diminta untuk menyetorkan selisih kerugian negara

    tersebut ? Selisih tersebut bukan sebagai kerugian negara, hanya sebagai potensi kerugian negara.

    Penyedia ketika menawar tentu karena ada harga yang menarik bagi penyedia untuk menyampaikan

    penawaran di suatu paket pelelangan. Ketika penawaran masih dalam batasan HPS yang dibuat dengan

    benar maka penawaran tersebut yang disampaikan bukan sebagai kerugian negara, dan prestasi yang

    diberikan juga sudah sesuai.

    Keuntungan yang diperoleh suatu penyedia, akan dibagikan kepada pemilik modal, insentif untuk

    karyawan, bahkan untuk membayar pajak.

    Bila penyedia dipaksa untuk membayar selisih tersebut, maka sangat bertentangan dengan logika dan

    bisnis yang sehat. Penyedia akan dihadapkan kepada ketidakpastian transaksi dengan pemerintah, dalam

    bisnis setiap ketidakpastian akan menciptakan biaya yang lebih besar. Sepanjang tidak ada pengaturan,

    atau persengkokolan dari penyedia maka penyedia tidak dapat dibebankan untuk membayar selisih

    penawaran karena kesalahan evaluasi dari pokja ULP.

    Disimpulkan bahwa kesalahan evaluasi dari pokja ULP yang tidak disengaja dan penawaran penyedia

    masih dalam batasan HPS yang dibuat secara benar, penyedia bersaing secara kompetisi dan prestasi yang

    diberikan sudah sesuai maka selisih yang terjadi antara penawaran penyedia adalah bukan kerugian

    negara.

    Berdasarkan pemaparan data dan analisa yang telah diuraikan di atas maka sebenarnya ini telah

    memberikan kepada kita semua gambaran yang jelas dan terang bahwa arah penyedilikan dan penyidikan

    yang dilakukan selama ini oleh aparat penyidik telah salah arah, apakah hal tersebut disebabkan oleh

    kemauan ataupun kemampuan aparat penyidik itu sendiri, sehingga muara dari proses penyidikan yang

  • 22

    dilakukan akhirnya sampai pada kesimpulan seperti yang dimaksud dalam Pasal 32 UU No. 31 Tahun

    1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi :

    (1) Dalam hal penyidik menemukan dan berpendapat bahwa satu atau lebih unsur tindak pidana korupsi

    tidak terdapat cukup bukti, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka

    penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada Jaksa Pengacara

    Negara untuk dilakukan gugatan perdata atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk

    mengajukan gugatan.

    (2) Putusan bebas dalam perkara tindak pidana korupsi tidak menghapuskan hak untuk menuntut kerugian

    terhadap keuangan negara.

    Penjelasan Pasal 32

    Ayat (1)

    Yang dimaksud dengan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara adalah kerugian yang sudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik yang

    ditunjuk.

    Ayat (2)

    Yang dimaksud dengan putusan bebas adalah putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 191 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

    Dari rumusan Pasal 1365 KUH Perdata bisa dirumuskan unsur-unsur dari Perbuatan Melawan Hukum

    adalah sebagai berikut :

    1. Adanya suatu perbuatan;

    2. Perbuatan tersebut melawan hukum;

    3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku;

    4. Adanya kerugian bagi korban;

    Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.

    Sebelum melakukan proses pelelangan terlebih dahulu disusun Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

    sebagaimana yang diatus dalam Pasal 13 Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang/ Jasa

    Pemerintah :

    (1) Pengguna barang/jasa wajib memiliki Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.

    (2) HPS disusun oleh panitia/pejabat pengadaan dan ditetapkan oleh pengguna barang/jasa.

    (3) HPS digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran harga penawaran termasuk rinciannya dan untuk menetapkan besaran tambahan nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang dinilai

    terlalu rendah, tetapi tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan penawaran.

    Pada Penjelasan Pasal 13 tersebut di atas, data yang digunakan sebagai dasar penyusunan HPS antara lain

    harga pasar setempat menjelang dilaksanakannya pengadaan, informasi biaya satuan yang dipublikasikan

    secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS), asosiasi terkait dan sumber data lain yang dapat

    dipertanggungjawabkan dan dalam menetapkan HPS maka harus memperhitungkan semua komponen

    biaya, keuntungan penyedia, termasuk biaya overhead.

    Penjelasan :

    Sebelum pelaksanaan proses pengadaan kendaraan dinas Bupati Pasaman Barat ini terlebih dahulu telah

    dilakukan survey harga untuk menentukan HPS sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 13 Keppres

    No. 80 Tahun 2003. Pada saat itu, tahun 2010 KPA telah mengadakan survey harga kendaraan Toyota

    Prado TX L pada beberapa tempat di Jakarta dan di Padang dan beberapa literatur/ referensi harga dari

    sumber yang dapat dipercaya antara lain :

    a. Terminal Motor : Rp. 920.000.000 (on the road Jakarta)

    b. Suchi Motor : Rp. 980.000.000 (on the road Jakarta)

    c. Makna Motor : Rp. 925.000.000 (on the road Padang)

    d. Anton Carz : Rp. 830.000.000 (off the road Jakarta)

    e. http://www.otopedia.com/mobil-baru/7818-Toyota-Prado.html

    f. http://www.otopedia.com/mobil-baru/8072-Toyota-Prado.html

  • 23

    g. http://www.mobil.kapanlagi.com/harga/toyota/land_cruiser/2010/-prado_tx

    h. http://www.mobil.kapanlagi.com/toyota_land_cruiser_prado_tx_in-56947.html

    i. http://www.olx.co.id/q/prado/c-378

    Harga-harga tersebut diatas belum termasuk PPN, PPh, biaya-biaya lain seperti biaya leges daerah

    termasuk overhead. Harga pasar ini ditambah PPN, PPh, biaya-biaya lain seperti biaya leges daerah

    termasuk overhead, dijadikan acuan untuk menentukan HPS yang nantinya digunakan untuk menilai

    kewajaran harga yang disampaikan oleh calon penyedia barang. Untuk HPS kendaraan dinas Bupati

    Pasaman Barat Tahun 2010 adalah Rp. 1.074.900.000 (termasuk PPN, PPh, biaya-biaya lain seperti biaya

    leges daerah termasuk overhead. Kontrak dengan PT. Baladewa Indonesia nilainya adalah :

    Artinya, harga yang dibayarkan pemerintah pada PT. Baladewa Indonesia adalah Rp. 959.927.273,00

    itupun belum termasuk leges daerah yang mesti di stornya pada daerah sejumlah 0,75 % dari nilai kontrak,

    yaitu Rp. 8.040.000,00.

    Kerugian negara tidak dapat dihitung dengan perbedaan antara nilai kontrak dengan harga survey dan

    harga-harga yang disampaikan melalui internet karena harga tersebut belum termasuk PPN, PPh, biaya

    lainnya dan overhead sebagaimana diamanatkan dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 dan Undang-Undang

    RI Nomor 11 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak

    Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

    Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah RI pun angkat bicara menanggapi masalah ini

    dengan surat mereka No. B-726/LKPP/D-IV.3/02/2013 tanggal 14 Februari 2013. Dalam bedah kasus yang

    dilaksanakan di LKPP dengan seluruh dokumen pengadaan yang dibawa kesana, LKPP malah menyatakan

    bahwa sebenarnya negara malah diuntungkan dalam pengadaan ini karena margin keuntungan yang

    diberikan dalam HPS, sangat kecil sekali yaitu sebesar 3,78%. Sebenarnya dengan pagu dana yang tersedia,

    HPS bisa menyediakan keuntungan bagi penyedia jasa sebesar 10%-15%.

    Keuntungan yang lebih besar yang didapat oleh penyedia jasa, hanyalah karena mereka memang bergerak

    dibidang jual beli kendaraan bermotor, didalam komunitas yang sama, sehingga bisa mendapatkan harga

    yang lebih murah daripada harga pasaran seperti yang didapatkan pada waktu saya melakukan survey

    harga pasar. Dan berapapun keuntungan yang didapat oleh penyedia barang, itu tidak ada aturan yang

    mengaturnya, karena yang diatur hanyalah keuntungan dalam kita menetapkan HPS.

    Identik misalnya dengan kalau kita membeli kendaraan ke suatu showroom mobil dengan pemilik yang

    kita kenal. Pasti kita akan mendapatkan diskon yang lebih besar. Bandingkan kalau kita tidak kenal dengan

    pemiliknya. Tetapi senyatanya, itu bukanlah HARGA PASAR, seperti yang diamanahkan oleh Pasal 13

    ayat (1) Keppres No. 80 Tahun 2003.

    Penyedia bisa memperoleh harga Rp. 860 juta banyak sebab, antara lain :

    1. Telah langganan dengan pemasoknya

    2. Menggunakan harga yang lama

    3. Pemasok ingin stoknya habis

    4. Pemasok ingin barangnya menguasai pasar

    5. Memelihara jaringan distribusi

    6. kepandaian penyedia menemukan harga pasokan yang murah

    Harga Pokok Sebelum Pajak Rp. 959.927.273,00

    Pajak Penghasilan Ps 22 (PPh) Rp. 14.618.182,00

    Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Rp. 97.454.545,00

    Kontrak Rp. 1.072.000.000,00

  • 24

    J. ANALISIS TANGGAPAN MENURUT TEORI PENGADAAN OLEH NANDANG SUTISNA KASI ADVOKASI DAN PENYELESAIAN SANGGAH DI DEPUTI BIDANG

    HUKUM DAN PENYELESAIAN SANGGAH PADA DIREKTORAT ADVOKASI DAN

    PENYELESAIAN SANGGAH LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN

    BARANG/JASA PEMERINTAH RI TERHADAP PENGADAAN KENDARAAN DINAS

    BUPATI PASAMAN BARAT :

    Nandang Sutisna, Kasi Advokasi dan Penyelesaian Sanggah di Deputi Bidang Hukum dan

    Penyelesaian Sanggah pada Direktorat Advokasi dan Penyelesaian Sanggah Lembaga Kebijakan

    Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah RI pun memberikan tanggapannya terhadap permasalahan

    pengadaan kendaraan dinas Bupati Pasaman Barat ini sebagai berikut : Pelaksanaan Penunjukan Langsung kendaraan dinas yang dilakukan memang tidak sesuai dengan Keppres No. 80 Tahun 2003,

    karena kriteria yang digunakan yaitu lelang gagal dua kali tidak sesuai dengan kriteria yang diatur oleh

    Keppres No. 80 Tahun 2003 pasal 17 ayat (5). Namun demikian, karena berdasarkan HPS yang telah

    ditentukan, pelanggaran tersebut tidak merugikan keuangan negara, kepentingan umum terlayani dan

    Bapak tidak mendapatkan keuntungan, maka perbuatan itu tadi bukan termasuk tindakan korupsi.

    Pada Pasal 10 huruf c PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dinyatakan bahwa

    PA/KPA memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan yang menyebabkan terjadi pengeluaran atas

    beban anggaran. Ketentuan tersebut menjelaskan kepada kita bahwa pengadaan kendaraan dinas

    tersebut merupakan kewenangan PA/KPA. Dengan demikian, pelaksanaan pengadaaan tersebut

    merupakan bagian dari pelaksanaan kewenangan. Walaupun ada ketentuan Keppres No. 80 Tahun

    2003 pasal 17 ayat (5) yang dilanggar, tetapi sejauh tidak merugikan keuangan negara sebagaimana

    dijelaskan diatas, maka itu tidak termasuk tindak pidana korupsi. Sehingga dengan demikian tidak ada

    pelanggaran kewenangan yang bapak lakukan.

    Berdasarkan pada ketentuan diatas, maka dimungkinkan saja PA/KPA melaksanakan proses pengadaan

    yang tidak sesuai dengan prosedur karena alasan krusial tertentu. Tetapi tetap sejauh tidak ada unsur

    merugikan keuangan negara maka tidak dapat dinyatakan sebagai tindak pidana korupsi. Namun

    demikian, kesalahan tersebut tetap merupakan pelanggaran namun sanksi yang diberikan bukan sanksi

    pidana, tetapi sanksi yang bersifat administratif .

    Bahkan terhadap kasus yang sama yang pernah terjadi di Kemendikbud, LKPP telah mengeluarkan

    surat rekomendasinya sebagai berikut :

    1. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

    pasal 66 ayat (7) dan ayat (8) dinyatakan bahwa Penyusunan HPS didasarkan pada data harga pasar

    setempat, yang diperoleh berdasarkan hasil survei menjelang dilaksanakannya Pengadaan, dengan

    mempertimbangkan beberapa informasi dan HPS disusun dengan memperhitungkan keuntungan dan

    biaya overhead yang dianggap wajar;

    2. Mengacu kepada ketentuan pada butir (1) diatas, pelaksanaan penyusunan HPS yang dilakukan

    dengan melakukan survey pasar, penambahan keuntungan, PPN dan biaya overhead telah sesuai

    dengan ketentuan sebagaimana dijelaskan pasal 66 diatas. Pada prinsipnya HPS disusun untuk

    mendapatkan harga pasar setempat menjelang proses pelelangan dilakukan. Nilai HPS tidak dapat

    digunakan sebagai perhitungan kerugian negara (pasal 66 ayat (6));

    3. Penyusunan HPS yang dilakukan dengan mengacu kepada brosur-brosur dan daftar harga dari

    beberapa Penyedia untuk mengetahui harga pasar pada waktu dan tempat yang sesuai dengan

    pelaksanaan pelelangan, maka mekanisme tersebut telah sesuai dengan ketentuan sebagaimana

    dinyatakan pada butir (1) dan (2) diatas;

    4. Bilamana ditemukan ada indikasi kerugian negara yaitu selisih harga antara harga kontrak dan harga

    pasar, maka diperiksa proses pengadaannya. Bilamana proses pengadaan tersebut sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku dan tidak terbukti adanya tindakan kolusi, korupsi dan nepotisme, maka

    selisih harga tersebut tidak dapat dinyatakan sebagai kerugian negara.

    Catatan : Kerugian negara dihitung dari selisih kontrak dan harga pasar sebagaimana dijelaskan surat

    diatas, bukan selisih kontrak dengan harga yang didapat Penyedia dari pabrikan. Hal ini disebabkan

    harga Penyedia adalah harga pabrikan yang sudah ditambah keuntungan, PPN dan biaya overhead.

    Dengan demikian, sudah barang tentu harga pabrikan lebih murah dari harga pasar atau harga kontrak.

  • 25

    K. ANALISIS KAJIAN MENURUT TEORI PENGADAAN OLEH TRAINERS PENGADAAN BARANG DAN JASA LKPP RI, Drs. BUDI HERMAWAN, M.Si. TERHADAP PENGADAAN

    KENDARAAN DINAS BUPATI PASAMAN BARAT :

    Berdasarkan Pasal 21 Perpres No. 106 Tahun 2007 tentang LKPP bahwa salah satu tugas LKPP adalah

    memberikan saran, pendapat, rekomendasi dalam penyelesaian sanggah dan permasalahan hukum lainnya

    dibidang pengadaan barang/jasa pemerintah.

    Drs. BUDI HERMAWAN, M.Si. Memberikan kajian sebagai berikut:

    Dalam teori pengadaan, ada dua SUDUT PANDANG mengenai jenis barang yang akan diadakan :

    1. Sudut Pandang Pengguna Barang. Secara teori, ditinjau dari sisi perbandingan antara harga barang terhadap dampak atau resiko terhadap pengguna barang, posisi jenis barang/jasa dapat dibagi menjadi :

    a. Kuadran Routine, yaitu jenis barang yang harganya/kuantitas harganya rendah dan memiliki dampak atau resiko yang rendah terhadap pengguna.

    b. Kuadran Leverage; yaitu jenis barang yang harganya/kuantitas harganya tinggi dan memiliki dampak atau resiko yang rendah terhadap pengguna.

    c. Kuadran Bottleneck; yaitu jenis barang yang harganya/kuantitas harganya rendah dan memiliki dampak atau resiko yang tinggi terhadap pengguna.

    d. Kuadran Critical; yaitu jenis barang yang harganya/kuantitas harganya tinggi dan memiliki dampak atau resiko yang tinggi terhadap pengguna.

    2. Sudut Pandang Penyedia Barang. Secara teori, ditinjau dari perbandingan antara nilai bisnis terhadap daya tarik barang dimata penyedia, posisi jenis barang/jasa dapat dibagi menjadi :

    a. Kuadran Marginal, dimana barang memiliki nilai bisnis rendah dan daya tarik yang juga rendah. b. Kuadran Exploitation, dimana barang memiliki nilai bisnis tinggi tapi daya tarik yang rendah. c. Kuadran Development, dimana barang memiliki nilai bisnis rendah tapi daya tarik yang tinggi. d. Kuadran Core, dimana barang memiliki nilai bisnis tinggi dan daya tarik yang tinggi.

    Pelelangan dinyatakan gagal karena tidak ada penyedia yang berminat. Ketidakminatan penyedia

    sangat besar dimungkinkan karena jenis item barang dan biaya yang diperluk