restorasi veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable
DESCRIPTION
restorasi veneerTRANSCRIPT
RESTORASI VENEER ALL CERAMIC ANTERIOR MENGGUNAKAN METODE PRESSABLE (IPS EMPRESS) DAN METODE CAD-CAM (CEREC 3)PENDAHULUAN Keramik adalah bahan yang telah dipergunakan lebih dari 10.000 tahun lalu, dengan komposisi keramik pertama kali adalah batu – batuan seperti obsidian, batu lava, quartz (kuarsa), dan silica. Pada saat itu digunakan sebagai bahan untuk membuat peralatan sederhana seperti barang pecah belah dan artefak (Anusavice, 2003). Keramik merupakan bahan yang paling cepat berkembang baik dalam penggunaan maupun metode pembuatannya. Sekarang ini komposisi porselen gigi yang konvensional adalah berupa keramik vitreus (seperti kaca) yang berbasis pada anyaman silicate (SiO2) dan Feldspar potas (K2O AL2O3 6SiO2) atau Feldspar soda (Na2O AL2O3 6SiO2), atau keduanya (Anusavice, 2003).Sejalan dengan perkembangan bahan keramik, kemajuan pembuatan veneer keramik akhir – akhir ini juga terbilang pesat. Prosedur perawatannya diperkenalkan antara akhir tahun 1920an hingga tahun 1930an (Castelnuovo dkk, 2000). Metode pelapisan veneer menggunakan keramik sebagai bahan intinya diawali oleh Buonocore (1955), dengan teknik pengetsaan (etching) pada enamel, setelah itu di tahun 1960an, Bowen, memperkenalkan resin BIS-GMA dan diikuti oleh perkembangan komposit gigi. Selanjutnya di tahun 1973 ditemukan cara pengikatan (bonding) keramik oleh Rochette. Kemajuan perawatan permukaan keramik dan proses pengikatan (bonding) diikuti juga dengan kemajuan acid gelsyang sangat efektif digunakan sebagai bahan perlekatan untuk restorasi keramik (Dunitz, 1999).Selain itu ditahun 1980an komposit juga mengalami suatu perkembangan. Bahan ini kemudian digunakan sebagai bahan semen yang di-bonding dengan bahan keramik. Semen ini digunakan bersama dengan silanebonding antara veneer porselen dan gigi (Dunitz, 1999). untuk mendapatkan Veneer keramik ditemukan untuk memperbaiki estetik, karena memiliki warna serupa dengan gigi asli (Anusavice, 2003). Namun penggunaan veneer untuk memperbaiki estetik gigi ini belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat khususnya para teknisi laboratorium, salah satu penyebabnya adalah karena proses pembuatannya yang cukup rumit sehingga membuat harganya menjadi sangat mahal (Dunitz, 1999).Pengertian dari veneer keramik itu sendiri adalah suatu bahan yang digunakan dalam kontruksi mahkota atau pontik, berupa suatu lapisan untuk gigi atau sebagai bahan pewarnaan gigi, biasanya dari bahan porselen dan resin komposit dengan cara dipadukan langsung, disemen atau dengan retensi mekanis pada permukaan gigi (Zwemer, 1993).
Veneer keramik diindikasikan untuk memperbaiki kosmetik gigi anterior yang
mengalami perubahan warna atau hipoplastik (Anusavice, 1996). Perubahan warna
yang dimaksud adalah perubahan warna yang sedang. Perubahan warna ini bisa
diakibatkan karena tetracycline, fluoride, dan umur. Selain itu dapat dipilih untuk
restorasi yang disebabkan karena trauma, fraktur (keretakan), serta pertumbuhan gigi
yang kurang bagus. Anatomi dari gigi yang kurang normal atau malposisi dapat juga
diperbaiki dengan veneer. Prosedur ini tidak hanya memberi estetik yang baik, tetapi
juga dapat diandalkan fungsi kekuatannya (Castelnuovo, 2000). Selain itu veneer juga
digunakan untuk kasus khusus seperti diastema, hilangnya keratan gigi taring (caninus)
pada posisi lateral, pelapisan keramik pada bagian lingual, lapisan veneer keramik di
atas mahkota keramik dan mahkota gigi yang pendek (Dunitz, 1999). Pemakaian
veneer tidak dianjurkan pada penderita dengan relasi oklusi edge to edge dan gigitan
silang, oklusi berat, kesehatan mulut (oral hygiene) yang buruk, kekurangan mineral
dan fluoride pada gigi. Komplikasi pada veneer keramikdapat terjadi karena ketidakhati
– hatian saat preparasi, kerusakan pulpa, iritasi jaringan periodontal yang parah dan
penampilan gigi yang tidak natural (Castelnuovo dkk, 2000).
Pelapisan atau penggunaan veneer keramik memiliki keuntungan (Dunitz, 1999),
antara lain bisa dilihat dari segi bentuk, posisi, tekstur permukaan serta pewarnaannya
yang dapat disesuaikan dengan keadaan natural gigi utama, memiliki ketahanan yang
baik, pencahayaan yang bagus di seluruh permukaannya, mendapatkan respons yang
baik dari jaringan penyangga gigi. Sedangkan kerugiannya adalah memiliki prosedur
preparasi yang tidak mudah, metode pembuatan di laboratorium yang cukup rumit serta
dibutuhkan ketelitian, biaya yang relatif mahal, apabila terjadi kerusakan sangat sulit
diperbaiki bahkan mungkin tidak dapat diperbaiki lagi, Penggantian warna sulit
dilakukan setelah penyemenan.
Saat ini metode pembuatan veneer keramik juga berkembang dengan pesat,
diantaranya adalah pembuatan veneer all-ceramic anterior dengan
metode pressable danmachinable / CAD-CAM.
IPS Empress merupakan metode Pressable Ceramic. Teknologi yang digunakan
adalah Heat Pressed dengan Lost – wax Technique (Van Nort, 2002). Restorasi yang
dihasilkan memiliki estetik yang baik sehingga gigi terlihat natural. Komposisi utama
bahan IPS Empress adalah silicate glass matrix (SiO2) dengan susunan fase kristalnya
berupakristal leucite dengan konsentrasi tinggi. Bahan lain yang digunakan meskipun
dalampersentase kecil adalah K2O, Al2O3, Na2O, B2O3, CaO, TiO2, CeO2 (IPS Empress
Ivoclar Vivadent AG).
Metode machinable keramik yaitu CAD CAM system dirancang untuk
menghasilkan keindahan. Sistem ini menggunakan scan 3D untuk informasi digital
mengenai bentuk preparasi giginya. Metode ini diperkenalkan didunia kedokteran gigi
tepatnya pada Februari tahun 2000 sebagai versi yang lebih canggih dan lebih baru.
Perangkat lunak (software) yang digunakan dalam CEREC adalah berformat windows
NT dan dijalankan dari Personal Computer atau PC (Bindl dkk, 2002). Komposisi utama
bahan CAD-CAM untuk pembuatan veneer keramik adalah Silica (SiO2), Alumina
(Al2O3), selain itu ada beberapa komposisi kimia lain yang terdapat dalam material
blocks CAD-CAM meskipun dalam jumlah yang relatif kecil, yaitu: Na2O (6 - 9%), K2O (6
- 8%), CaO (0,3 - 0,6%), TiO2 (0,0 - 0,1%) (www.cereconline.ecomaXL).Timbul suatu permasalahan, bagaimana metode pembuatan veneer
keramik dengan menggunakan metode Pressable (IPS Empress) dan CAD CAM (CEREC 3)?
Veneer keramik
1. Definisi Veneer keramikVeneers adalah suatu bahan yang digunakan dalam kontruksi mahkota atau pontik, berupa suatu lapisan pada gigi atau sebagai bahan pewarnaan gigi, biasanya dari bahan porselen dan resin komposit. Perlekatan pada gigi dapat dilakukan dengan cara dipadukan langsung, disemen atau dengan retensi mekanis pada permukaan gigi (Zwemer, 1993).Veneers keramik direkatkan pada bagian enamel gigi yang telah dipreparasi sebelumnya.Enamel dihilangkan dari bagian permukaan gigi yang akan diberi pelapisan ini, tujuannya adalah memberi ruang sebagai tempat melekatnya veneers. Dibandingkan dengan veneers berbahan komposit, veneers keramik lebih mempunyai sifat tahan lama dalam hal pemakaiannya dan lebih tahan terhadap stain. Estetik yang dihasilkan veneer keramik lebih terlihat natural menyerupai gigi asli dibandingkan veneers dari komposit. Namun, dalam hal proses pembuatan memang veneers berbahan keramik lebih rumit dibanding bahan komposit, sehingga membuat harganya jauh lebih mahal. (www.fourseasonsfamilydentistry.com). Metode ini merupakan restorasi keramik terbaik untuk mengembalikan kapasitas pencahayaan dari warna alami gigi. Ada beberapa faktor yang harus benar – benar diperhatikan dalam pembuatan veneer keramik, yaitu warna yang menjadi dasar strukturnya, pemilihan bahan semen, dan kedalaman preparasi. Pemilihan bentuk preparasi keramik dan bondingbiokompabilitas, dan masa pakainya (Dunitz, 1999).(perlekatannya)
berpengaruh pada: peningkatan sifat mekanis, sifatKonsep umum teknik pembuatan veneer keramik diperkenalkan oleh H.R.Horn pada tahun 1983. Metode ini mungkin untuk digunakan seiring dengan kemajuan resin
komposit dan bahan penyambungan silane. Pada metode Horn, porselen dibakar di atas lembaran platinum, tetapi pada teknik mutakhir, porselen dibakar secara langsung diatas model cetakan tahan api (refraktori) sehingga menghasilkan adaptasi yang bagus. Penyempurnaan – penyempurnaan telah dilakukan terhadap kekuatan perlekatan bahan – bahan penyambung (silane), maupun terhadap kekuatan dan daya tahan, baik dari porselen maupun resin (Haga dan Nakazawa, 2002).
2. Indikasi dan Kontraindikasi Veneer keramik
Veneer keramik diindikasikan untuk memperbaiki kosmetik dari gigi anterior yang
mengalami perubahan warna atau hipoplastik (Anusavice, 1996). Perubahan warna
yang dimaksud adalah perubahan warna yang sedang tidak terlalu parah. Perubahan
warna ini bisa diakibatkan karena tetracycline, fluoride, dan umur. Selain itu dapat
digunakan untuk restorasi yang disebabkan trauma, fraktur (keretakan), serta
pertumbuhan gigi yang kurang sempurna. Anatomi dari gigi yang kurang sempurna
atau malposisi dapat juga diperbaiki dengan veneer. Prosedur ini tidak hanya memberi
estetik yang baik, tetapi juga dapat diandalkan fungsi kekuatannya (Castelnuovo dkk,
2000). Selain itu diindikasikan untuk kasus khusus seperti diastema, hilangnya keratan
gigi taring (caninus) pada posisi lateral (Dunitz, 1999). Menurut Haga dan Nakazawa,
2002, veneers keramik juga diindikasikan untuk karies apabila tidak terlalu luas tetapi
dangkal, dan perubahan warna gigi akibat penambalan.
Kontraindikasi pemakaian veneer adalah penderita dengan relasi oklusi edge to
edgeexcessive stress selama pemakaian veneer keramik. Perawatan ini juga tidak
dianjurkan untuk pasien dengan oklusi berat, kesehatan mulut (oral hygiene) yang
buruk, kekurangan mineral dan fluoride pada gigi. Komplikasi pada veneer
keramik dapat terjadi karena ketidakhati – hatian saat preparasi, kerusakan pulpa, iritasi
jaringan periodontal yang parah dan penampilan gigi yang tidak natural (Castelnuovo
dkk, 2000). Selain itu bruxismdan tidak cukup tersedianya email gigi yang sehat juga
termasuk dalam kontraindikasi, hal ini karena bahan – bahan bonding dentin saat ini
meskipun telah berkembang namun kekuatan perlekatan dengan dentin terlalu lemah,
sehingga veneer keramik bergantung pada perlekatan dengan email. Oleh karena itu
terbukanya dentin sebaiknya dijaga sesedikit mungkin (Haga dan Nakazawa, 2002). dan
gigitan silang yang menyebabkan terjadinya
3. Bentuk Preparasi Veneer keramik
Bentuk preparasi dari pelapisan veneer keramik harus memperhatikan empat
prinsip dasar berikut: kestabilan, kekuatan, retensi, dan adhesi. Prinsip ini memiliki
tujuan agar gabungan antara fungsi, pengaruh biologis, maupun nilai estetiknya dapat
dicapai. Apabila hanya mengandalkan adhesi saja tanpa memperhitungkan ketiga
faktor lainnya, umumnya cepat atau lambat akan menimbulkan kegagalan.
Mempertahankan enamel alami gigi sebanyak mungkin meskipun diperlukan, tidak
boleh membahayakan rencana restorasi karena minimnya preparasi (Dunitz, 1999).
Untuk gigi yang terkena karies, preparasi dilakukan setelah karies dibuang.
Preparasi gigi harus dilakukan dengan sangat hati – hati dan perlahan – lahan
mengikuti kontur permukaan gigi untuk menghindari terbukanya dentin. Selain itu pada
saat pembuatan, veneer harus dibuat membulat halus tanpa adanya tepi – tepi yang
tajam, hal ini bermaksud untuk memperbaiki ketepatan dari veneer dan menghindari
pemusatan stress(Dunitz, 1999).
Rata – rata kedalaman preparasi enamel adalah 0,5 mm. Pada kasus perubahan
warna yang parah, cenderung terjadi peningkatan kedalaman preparasi menjadi 0,7 –
0,8 mm. Kedalaman preparasi dibawah 0,3 mm tidak dianjurkan. Secara umum,
kedalaman antara 0,7 – 0,8 mm atau 0,6 – 0,7 mm pada incisal dan pertengahan area,
dalam beberapa kasus secara berturut – turut dapat melindungi lapisan enamel yang
tersisa. Pada daerah servikal dengan kedalam kurang dari 0,3 mm sering dilakukan
pembongkaran tambalan gigi (Dunitz, 1999). Permukaan facial gigi dipreparasi sebagai
tempat untuk melekatnya veneer dengan ketebalan sesuai ketentuan. Pengurangan
bagian facial adalah 0,3 – 0,6 mm pada daerah 1/3 cervical dan 0,5 – 0,7 mm dari
pertengahan gigi sampai 1/3 incisal. Preparasi gigi diperpanjang sampai
kontak interproximal (Castelnuovo, 2000).
Menurut Haga dan Nakazawa, 2002, email pada bagian labial gigi anterior
rahang atas yang paling tebal adalah dekat tepi Incisal, yakni 1,0 sampai 1,3 mm dan
secara perlahan menipis ke bagian cervical yakni 0,3 sampai 0,6 mm. Email ini menjadi
lebih tipis lagi pada garis sudut gigi. Sedangkan untuk gigi bawah ketebalannya kurang
lebih 0,9 sampai 1,1 mm pada daerah incisal, dan menipis pada daerah cervical, karena
preparasi hanya dibatasi oleh oleh email, maka pengurangan dilakukan hanya ± 0,5
sampai 0,7 mm, meskipun sering menjadi 0,3 mm di daerah dekat cervical.
Cervical margin ditempatkan pada epigingivally dan akhirnya
membentukchamferCervical Margin ditentukan menurut bentuk dan
ukuran mini chamfer-nya yakni rata – rata 0,3 mm. Garis ini disejajarkan
dengan gingival atau lebih rendah sampai pinggirangingival, hal ini merupakan
persyaratan yang umum digunakan (0,5 mm biasanya untuk kebanyakan kasus
perubahan warna gigi yang parah) (Dunitz, 1999). Pengurangan ini sudah mencukupi
kebutuhan untuk konstruksi veneers (Bindl dkk, 2002). Tidak dianjurkan untuk
memasukkan margin terlalu dalam ke-sulcus gingival. Pelapisan veneers keramik
umumnya dapat memperlihatkan ketegasan batas gingival gigi karena memiliki optical
properties yang baik. Selain itu yang paling utama adalah dapat mengembalikan bentuk
serta fungsi gigi (Dunitz, 1999). (Bindl dkk, 2002).
Untuk bonding, kesejajaran margins selalu diutamakan, alasannya adalah untuk:
menambah area enamel dalam preparasinya, mengontrol kelembaban, menegaskan
bentukmargin yang fit, untuk memudahkan proses finishing dan polishing, memudahkan
pemeliharaan rutin margin sebagai prosedur kesehatan gigi (Dunitz, 1999).
Perbaikan chamfer dengan ukuran 0,3 mm merupakan bentuk margin yang ideal
untuk pelapisan veneer keramik atau mahkota sebagian, karena memungkinkan dalam:
pembentukan kembali profil alami gigi, menghindari over contour pada daerah cervical,
keakuratan dari garis batas gigi dapat ditentukan sehingga mempermudah pencetakan
serta identifikasi dan pembentukan kembali di laboratorium, margin jadi lebih tahan
retak selain itu dapat mengindari retak pada edge dari pelapisan veneer dalam
rangkaian konstruksinya, pelapisan veneer menjadi lebih mudah dimasukkan saat
penempatan terakhir pada gigi (Dunitz, 1999).
Tepi Incisal umumnya tidak ditutup, dan dipreparasi hanya dengan bevel saja,
supaya tidak meninggalkan email yang tidak terdukung. Posisi bagian tepi yang baik
adalah pada tepi gingival, dan jika veneer diperluas sampai masuk kedalam sulcus
gingiva, hendaknya lapisan veneer dibuat sesedikit mungkin. Tepi gingival dibuat
berbentuk chamfer(Haga dan Nakazawa, 2002). Semua margin dibuat
sedalam enamel. Untuk melindungi jaringan keras, incisal margin yang dipreparasi tidak
boleh sampai mengenai incisal edgeatau sebaiknya preparasi dilakukan sejauh
mungkin dari incisal edge gigi (Bindl dkk, 2002).
Batas proximal preparasi ditempatkan pada pertengahan proximal dengan
pemotongan kontak area proximal kurang dari 50% (Bindl dkk, 2002). Bentuk preparasi
dariproximal surface sudah dapat digambarkan / direncanakan pada waktu
preparasi labial dan pembuatan cervical margin. Dua prinsip utama dalam
preparasi proximal surface adalah: melindungi kontak area dan
penempatan margins harus terlihat. (Dunitz, 1999).
Kedalaman yang minimum dari preparasi perlu diperhatikan terutama untuk
perlekatan dan juga dapat memberikan ketebalan yang cukup untuk kekuatan pelapisan
veneers keramik. Kedalaman kurang lebih antara 0,8 - 1 mm, dengan
lapisan enamel pada sepertiga okklusal gigi lebih tipis (Dunitz, 1999).
Bagian proximal tidak boleh sampai hilang, meskipun ketika dilakukan preparasi,
hal ini karena bagian tersebut dapat menjaga kontak area dengan gigi sebelah, selain
itu lereng / lekuk buccolingual harus dilindungi. Perpanjangan interproximal, dibuat
secara menyambung satu sama lain seperti keadaan sebenarnya, ini untuk
memperbaiki stabilitas dan sifat mekanis dari perlekatan veneer (Dunitz, 1999).
Pada daerah kontak Interproximal apabila memungkinkan dibiarkan saja, dan
preparasinya dibuat meluas sampai tepat di bagian depan daerah kontak. Untuk
memberikan retensi dan kekuatan serta supaya pemasangan menjadi mudah, maka
bentuk preparasinya dibuat menyerupai “U”. Gigi juga dipreparasi sedikit kearah lingual
tepatnya pada daerah papilla interdental sehingga batas porselen tidak terlihat, daerah
ini menentukan arah masuknya veneer, bentuk preparasi tidak boleh
ada undercut (Dunitz, 1999).
Menjaga kontak area sangat penting hal ini dikarenakan keistimewaan bentuk
anatominya sangat sulit untuk dibentuk kembali seperti semula jika hilang, mencegah
perubahan tempat dari gigi – gigi lainnya sewaktu preparasi dan penempatan gigi,
untuk mempermudah prosedur perawatan, terutama saat
prosedur bonding dan finishing., contact area yang baik dan tidak hilang dapat
memberikan kemudahan dalam hal perawatan sendiri di rumah (Dunitz, 1999).
Metode Pembuatan Veneer Keramik
A. Metode Pressable (IPS Empress)
Merupakan salah satu restorasi keramik dengan sebuah metode yang disebut
dengan press. IPS Empress juga sebagai alternatif dalam pembuatan
restorasi all keramik yang dapat diandalkan fungsi dan kekuatannya. Metode ini
digunakan pada pasien untuk memberikan suatu kepuasan estetik dari restorasi yang
terlihat natural karena berbahan utama keramik. Pemakaian bahan restorasi yang
dilekatkan dengan keramik diharapkan dapat mengembalikan fungsi, bentuk, kontur,
warna (hue, value, dan chroma), pencahayaan / penyebaran cahaya yang natural dan
memiliki kekuatan seperti gigi natural. Metode ini dapat memberi suatu estetik yang
memuaskan disebabkan karena memang bahan – bahan yang digunakan dibuat terlihat
sangat natural (www.chandigardentist.com).
1. Komposisi
Bahan inti keramik dari metode ini berbentuk ingots pre-sintered. Bahan dasarnya
berupa glass yang dibentuk pada saat pembentukan inti. Untuk IPS Empress
bahan Ingotmempunyai komposisi kimia berupa silicate glass matrix (SiO2) dengan
susunan fase kristalnya berupa kristal leucite yang berkonsentrasi tinggi, fungsinya
adalah agar tahan terhadap penyebaran crack. SiO2 yang terkandung dalam ingot-nya
sebanyak lebih dari 55%. Koefisien expansi dari bahan IPS Empress adalah 15,0
ppm/0 C lebih tinggi dari sistem lain yang juga menggunakan metode pressable, yakni
IPS Empress 2 (9,7 ppm/0 C). Perbedaan ini akan sangat berpengaruh
pada translucency-nya (Anusavice, 2003).
Keuntungan menggunakan bahan ini adalah sangat akurat,
tepat, translucency yang sangat baik sehingga menghasilkan estetik yang baik pula,
bebas dari struktur metal, danflexural strength tinggi (Anusavice, 2003).
Bahan lain yang digunakan meskipun dalam persentase yang kecil adalah K2O,
Al2O3, Na2O, B2O3, CaO, TiO2, CeO2 (IPS Empress Ivoclar Vivadent AG).
Bahan tanam yang dipakai adalah bahan tanam khusus untuk IPS Empress.
UntukLiquid-nya menggunakan IPS Empress Esthetic Speed Investment Material
Liquid. Bahan tersebut mempunyai komposisi colloidal silicic acid sebanyak 30 %
wt. Liquid harus dicampur dengan air yang telah disuling atau air yang di-
ionisasi terlebih dahulu untuk mendapatkan konsentrasi liquid yang diinginkan baru
kemudian dapat di-mix dengan powder. Sedangkan powder-nya menggunakan IPS
Empress Esthetic Speed Investment Material Powder, dengan komposisinya berupa
SiO2 (quartz powder) 80 % wt, MgO dan NH4H2PO4 20 % wt (IPS Empress Ivoclar
Vivadent).
Untuk staining dan glazing juga memakai bahan yang khusus digunakan untuk IPS
Empress, yakni IPS Empress Universal Glaze and Stain Liquid 15 ml dengan komposisi
100 % wt butandiol (IPS Empress Ivoclar Vivadent).
Bahan untuk separasi die-nya berupa Liquid dengan komposisinya
berupa wax yang dilarutkan didalam lebih dari 95 % wt hexane. Digunakan untuk
melapisi die selama proses pembuatan veneer berlangsung. Bahan separasi ini
berfungsi menjaga die agar tidak melekat pada bahan – bahan keramik selain itu juga
untuk mencegah timbulnya tegangan permukaan (IPS Empress Ivoclar Vivadent).
2. Metode Pembuatan
Semenjak teknik dicor sudah jarang digunakan lagi, teknik yang digunakan
dalamPressable sistem ini berupa lost-wax technique (Anusavice, 2003). Model master
terbuat daridental stone ekstra keras (IPS Empress Ivoclar Vivadent AG).
Pada bagian / gigi yang akan dibuat aplikasi veneer dibentuk die yang dapat
dilepas dan dipasang kembali. Bersihkan die untuk menghilangkan kotoran – kotoran
yang dapat menyebabkan noda pada hasil akhir veneer (Haga dan Nakazawa, 2002).
Lalu ulasi permukaan die dengan die separator, kemudian tahap selanjutnya
adalah pelilinan dengan ketebalan sesuai bentuk bagian gigi yang dipreparasi
menggunakan beige wax. Pembuatan sprue juga dilakukan pada tahap ini
(Castelnuovo, 2000). Malam yang digunakan adalah malam yang tidak
meninggalkan residu / sisa pada saat dilakukan buang malam (Ivoclar Vivadent AG).
Setelah itu ditanam dengan menggunakan bahan tanam khusus untuk IPS
Empress dan dibiarkan dahulu sampai menjadi setting dalam muffle (Gurel, 2003)
atau mold(Anusavice, 2003) tersebut sebelum dihilangkan malamnya (Anusavice,
2003).
Lalu di bakar untuk menghilangkan malam (Gurel, 2003). Malam dihilangkan untuk
menciptakan ruang yang akan diisi dengan bahan ingot untuk IPS Empress. Proses
pengisian ingot keramik untuk IPS Empress dilakukan dengan menggunakan
proses viscous flow atau dengan mengalirkan glass ceramic (ingot) dengan konsentrasi
agak kental pada suhu 11800 C ke dalam mold selama 1 jam. Teknik seperti ini disebut
juga dengan hot-pressing, keuntungannya adalah dapat diperoleh hasil yang tinggi
dalam hal ketepatanmarginal-nya dibandingkan menggunakan teknik sintering (Van
Noort, 2002).
Setelah semua tahapan selesai dilakukan, keluarkan keramik dari
dalam mold ataumuffle (Anusavice, 2003). Kemudian keramik di potong dan dibentuk
disesuaikan pada model kerja (IPS Empress Ivoclar Vivadent AG).
Ketebalan pemotongan pada bagian facial adalah 0,2 mm pada 2/3 incisal atau
bisa juga 0,5 mm (Castelnuovo, 2000). Lapisi bagian incisal-nya dengan menggunakan
bahansilicone, sebelum dilakukan cut-back procedure. Hal ini untuk memudahkan
dalam mengontrol dan mengecek ketinggian incisal-nya setelah prosedur cut-
back dilakukan (IPS Empress Ivoclar Vivadent AG).
Setelah itu lepas keramik dari model dan silicone guna dilakukan sand
blasting pada permukaan restorasi. Lakukan secara hati – hati karena bahan
untuk sand blasting-nya sangat abrasive. Bahan yang digunakan Al2O3 dengan tekanan
0,5 bar, bersihkan dengan menggunakan air yang telah disuling atau di-ionisasi (IPS
Empress Ivoclar Vivadent AG).
Lalu tahap pelapisan veneer dilakukan, porselen dentin, email dan
bahantranslucentPembentukan ini harus dilakukan dengan hati – hati dan memerlukan
kecermatan dari teknisi gigi. Bila diperlukan, penggunaan opaq porselen juga
dianjurkan terutama untuk menutupi bagian gigi yang berubah warna.
Pelapisan opaq juga memerlukan keahlian dan kecermatan agar menghasilkan efek
penutupan tanpa menimbulkan bintik – bintik atau noda. Tepi Incisal harus
dibuat translucent (tembus cahaya) agar pelapisan veneer terlihat alami. Oleh karena
itu, opaq porselen jangan digunakan pada daerah ini (Haga dan Nakazawa,
2002). dibentuk berlapis – lapis.
Porselen dibentuk dengan lapisan - lapisan tipis yang merata, sehingga dapat memberikan efek kelembaban pada porselen selama proses pelapisan dan pembakaran. Lapisan pertama adalah opaq, setelah itu dentin, email dan bahan translucent (Haga dan Nakazawa, 2002).
Setelah itu dilakukan pembakaran pertama dengan suhu 8500C selama 2 jam (IPS
Empress Ivoclar Vivadent AG).
Pelapisan dan pembakaran porselen sebaiknya dilakukan dalam beberapa tahap,
agar jika ada kontur yang kurang sesuai atau tidak tebentuk, maka dapat diperbaiki lagi,
sehingga terbentuk menjadi suatu bentukan yang sesuai dengan anatomi gigi, selain itu
dengan metode tersebut retak dapat dicegah dan diminimalisir (Haga dan Nakazawa,
2002). Sesudah pembakaran pertama (enamel) selesai, gunakan diamond burs untuk
mengurangi kelebihan dan pembentukan sesuai anatomi. Apabila terjadi pengurangan
secara berlebihan sehingga menyebabkan berubahnya bentuk kontur, maka dapat
dibentuk kembali dengan pemberian bubuk leucite-reinforced glass ceramic yang di-
bonding menggunakan tekniksintering konvensional (Castelnuovo, 2000). Kemudian
dibakar lagi untuk yang kedua kalinya dengan suhu ± 8300C selama 2 jam (IPS
Empress Ivoclar Vivadent AG). Ketepatan perlekatan veneer dapat diperiksa
dengan green aerosol. Semprotkan pada seluruh permukaan die (Castelnuovo, 2000)
atau dengan menandai silicone menggunakan pensil merah, setelah itu veneer keramik
di pasang pada model serta di-fit kan dengan siliconeyang telah diberi tanda untuk
disesuaikan atau fitting (IPS Empress Ivoclar Vivadent AG). Apabila terdapat
noda / spots pada veneer keramik pada saat di-fit kan, hilangkan dengandiamond
medium grit round bur. Pengurangan veneer dilakukan sampai 0,3 mm pada 1/3
cervical dan 0,5 mm pada 2/3 incisal. Dimensi akhir dari veneer keramik adalah 0,3 mm
dan 0,5 mm ketebalan pada 1/3 cervical dan 2/3 incisal (Castelnuovo, 2000).
Aplikasi diakhiri dengan proses staining dan glazing keramik. Staining digunakan
untuk membentuk karakteristik dari veneer keramik agar terlihat seperti gigi alami.
Sebelum proses staining dilakukan pastikan restorasi bersih atau bebas dari noda, agar
hasil akhirnya tidak ditemukan adanya bercak noda pada veneer keramik, lalu
ulasi liquid untuk stainingpada permukaan restorasinya sampai didapat warna yang
sesuai dengan karakteristik dari gigi alami, setelah itu dengan suhu 7800C dibakar
dalam furnace selama 1 jam.
Glazing digunakan untuk melengkapi proses pembuatan veneer, dengan glazing
pencahayaan yang baik dari restorasi akan didapatkan. Aplikasi ini hanya
dapat digunakan pada akhir proses veneering, agar hasil yang didapat
maksimal. Setelah itu dibakar di dalamceramic oven / furnace dengan
temperatur ± 7800C selama 1-2 jam (Castelnuovo, 2000 dan IPS Empress Ivoclar
Vivadent AG).
Sesudah tahap pembakaran selesai veneer keramik siap diaplikasikan atau
dipasangkan pada model. Penyesuaian kecil terhadap veneer dapat dilakukan pada
model (Haga dan Nakazawa, 2002).
B. Metode CAD-CAM (CEREC 3) CAD-CAM adalah Computer Aided Design-Computer Aided Machining, yaitu suatu teknologi dari sistem pembentukan keramik generasi baru yang dijalankan menggunakan komputer (Denissen et al, 2002). CAD-CAM sistem terkadang disebut juga CAD-CIM sistem, dimana CIM adalah Computer Integrated Machining atau Milling (Van Noort, 2002). Untuk pembuatan veneers, sistem CAD-CAM yang digunakan adalah CEREC 3. Diperkenalkan di dunia kedokteran gigi pada Februari 2000. Merupakan versi yang lebih canggih dari CEREC 2. Software yang digunakan dalam sistem ini adalah Windows NT-formatted dan dijalankan melalui Personal Computer (PC). PC yang termodifikasi dan bertenaga lebih telah diintegrasikan pada CAD unit, PC jenis ini menyediakan waktu pengoperasian yang singkat, cetakan optic, serta desain restorasi. Cetakan optic digunakan untuk memasukkan informasi fungsional oklusal dan menyimpan data sebagai dokumentasi. Sedangkan CAM unit-nya terpisah dari CAD yang dilengkapi dengan sebuah silinder dan sebuah conical diamond-coated bur. Sistem pengasahan baru ini menyediakan pembentukan restorasi yangkompleks dengan adaptasi presisi yang tinggi terhadap berbagai macam bentuk preparasi gigi. Komunikasi antara CAD unit dan CAM unit adalah melalui wireless via radio. CEREC 3 memiliki kecanggihan yang lebih tinggi dari generasi – generasi sebelumnya dalam hal produksi veneers, bahkan memiliki bentuk preparasi yang kompleks, memberi morfologi alami seperti gigi natural, serta ketepatan fitting yang tinggi (Bindl dkk, 2002).
1. Komposisi
Bahan atau material untuk CAD-CAM berbentuk feldspatic porcelain
block(Anusavice, 2003). Komposisi kimia dari bahan CAD-CAM tersebut adalah:
Silica (SiO2), terdapat dalam empat bentuk yang berbeda yakni quartz kristalin,
kristobalit kristalin, tridymite kristalin, dan silika gabungan non-
kristal. Silika gabungan non-kristal adalah bahan dengan titik leleh tinggi (high fusing),
hal ini disebabkan oleh anyaman tiga dimensi dari ikatan kovalen antara tetrahedral
silica, yang merupakan struktur dasar dari anyaman kaca (glass). Fluks seringkali
ditambahkan untuk menurunkan temperature, yang diperlukan pada saat
proses sintering dari partikel bubuk porselen. Meskipun demikian,
penambahan modifier seperti fluks, tidak boleh terlalu banyak karena akan
mengakibatkan kurangnya durabilitas kimia (ketahanan terhadap air, asam, dan basa)
dari glass. Selain itu, jika tetrahedral yang terganggu terlalu banyak, maka glass akan
banyak ter-kristalisasiselama proses pembakaran porselen. Bagaimanapun juga,
keseimbangan antara kisaran leleh dan durabilitas kimia yang baik harus dipertahankan
(Anusavice, 2003). Konsentrasi SiO2 yang terdapat dalam bahan blocks dari CAD-CAM
adalah sebanyak 56 – 64% (www.cereconline.ecomaXL).
Alumina (Al2O3), mengandung kristal – kristal alumina dalam jumlah yang
memadai (Anusavice, 2003). Bahannya terdiri atas feldspatik glass yang berisi ± 40-
50% alumina. Partikel alumina digunakan karena lebih kuat daripada glass, lebih efektif
untuk mencegah penyebaran crack daripada quartz dan bertindak cepat
menghentikan crack jika terjadi. Mengingat flexural strength dari porcelen
feldspatik adalah yang terbaik yakni 60 Mpa, maka setelah penggunaan aluminous core
porselen dengan alumina kekuatan flexural-nya dinaikkan sampai mencapai 120-150
Mpa (van Noort, 2002). Bahan ini juga diperlukan dalam pembuatan dentin dan
pewarnaan enamel dari feldspatik porselen. Komposisi poselen ini
mengandung alumina yang tinggi yakni 40 – 85%, sedangkan konsentrasi dari silica
oxidediturunkan dari 60% ke 15%. Komposisi aluminum oxide-nya tidak lebih dari 50%.
Bahan ini digunakan untuk preparasi full crown dan untuk pelapisan veneer porselen
(Font, 2006). Penggunaan bahan alumina sebagai bahan blocks CAD-CAM
dikonsentrasikan sebanyak 20 - 23% (www.cereconline.ecomaXL).
Selain itu ada beberapa komposisi kimia lain yang terdapat dalam material
blocksdari CAD-CAM meskipun dalam jumlah yang tidak relatif besar ,yaitu: Na2O (6 -
9%), K2O (6 - 8%), CaO (0,3 - 0,6%), TiO2 (0,0 - 0,1%) (www.cereconline.ecomaXL).
Vitadur Alpha veneering ceramic digunakan unuk membangun estetiknya
sedangkanVita Akzent stains dan glazing digunakan untuk membentuk karakterisasi
dari lapisan veneer keramik (Bindl dkk, 2002). Bahan – bahan yang digunakan untuk
membangun estetik veneer, staining serta glazingnya memiliki komposisi utama berupa
keramik feldspar danglass ceramic (terutama bahan block-nya) (CEREC Sirona Dental
System).
2. Metode Pembuatan Menurut (bindl dkk, 2002) pembuatan veneer keramik dimulai dengan pengaplikasian Cerec liquid pada hasil preparasi dan gigi tetangga pada cetakan. Kemudian dilakukan pelapisanopaq secara tipis pada permukaan yang akan dilakukan perawatan. Opaq yang digunakan adalah cerec powder. Tujuan dari pelapisan opaq adalah agar high-contrast 3D dapat membaca permukaan yang akan dirawat. Hasil dari scan 3D ini disebut dengan ”optical impression”. Setelah itu mengikuti mode start-up Cerec 3D, pilih mode desain veneer, laludata base mengenai morfologi gigi akan diaktifkan, dan gigi yang akan diproses veneer dimasukkan.Optical impression akan direkam oleh Cerec 3D dengan mengggunakan kamera, pusat preparasinya diletakkan pada pertengahan layar / monitor, gigi kemudian dibuat menjadi vertikal, agar seluruh bagian dari preparasi dapat terfokuskan dengan baik.
Bagian mesial dan distal gigi disarankan mengikuti garis “equator” atau garis
tengah yang terlihat pada monitor setelah itu diidentifikasikan dengan gigi sebelah
untuk memberikan informasi dan memperhitungkan letak / posisi proximal dari gigi
tetangga. “Bottom line” atau garis batas bawah dari 3D menandai bahwa
preparasi margin telahlengkap. Lalu sistem secara otomatis akan membuat “contact
line” atau garis kontak yang menggambarkan keadaan maksimal circumference dari
veneer, dan menentukan kontakproximal dengan gigi yang berdekatan.
Sistem kemudian membentuk 2 garis mesiodistal melewati permukaan labial
sampai gigi sebelahnya. Pada layar monitor akan tampak suatu garis melintang yang
terletak paling atas, merupakan bagian paling tinggi dari permukaan labial yang akan
diberikan veneer dan garis melintang paling bawah merupakan bagian yang paling
rendah. Kedua garis ini akan dirubah menjadi suatu bagian untuk
membentuk morfologi gigi. Desain veneer yang halus dapat dihasilkan menggunakan
perlengkapan penghalus permukaan (surface tools) yang ada pada
layar monitor komputer. Perlengkapan ini dapat memeriksa bagian melintang dari
veneer dengan beberapa petunjuk yang ada. Sedangkan bagian melintang yang cocok
untuk kontruksi veneer. Bagian horizontal berpedoman pada bagian yang melintang
antara mesial sampai distal (ditandai dengan garis merah horizontal).
Pada saat muncul gambar icon mesin pada layar monitor diaktifkan, konstruksi
secara otomatis akan tersimpan dalam hard disk komputer dan user akan diminta
memasukkan keramik block.
Setelah keramik block dimasukkan, sistem akan memperhitungkan bentuk
veneer melalui data yang dihasilkan atau didapat dari optical impression dan pemilihan
batas konstruksi. Mesin bekerja dengan menggunakan 2 burs yang
dilapisi diamond (diamond-coated burs), satu silinder dan cone pembentuk (cone
shaped) bekerja secara bersama. Setelah 10 menit bentuk mulai di-grinding, kemudian
veneer keramik siap dipotong dengan mesin pemotongan (Bindl dkk, 2002).
Sesudah dilakukan pemotongan, veneer dicobakan pada plaster cast. Untuk
memberikan estetik pada veneer, area yang akan dikurangi seperti mesioproximal dan
1/3 incisal dari permukaan buccal ditandai dengan pensil merah. Mesin akan
menipiskan bagian tersebut, labial area yang ditandai kemudian ditipiskan kira – kira
sebanyak 50% menggunakan diamond bur. Vitadur alpha veneering ceramic,
digunakan untuk membangun estetiknya. Untuk bagian incisal dibentuk
dengan transparent blue, opalescent, danclearenamel keramik. Bagian leher keramik,
berwarna lebih gelap daripada body, warna ini diaplikasikan pada 1/3 gingiva. Setelah
itu dikeringkan selama 5 menit, lalu veneer di bakar di dalam mesin vacuum furnace.
Dengan suhu 9500 C. keramik bersama dengan aplikasi
Veneer yang telah dibakar dapat dihaluskan dan dibentuk konturnya
menggunakanflame shaped diamond bur. Untuk mendapatkan estetik yang sempurna
dapat ditambahkanceramic paint-on shade yang diaplikasikan pada permukaan gigi
(stainning), kemudian dibakar lagi dengan suhu 8500C agar warna dari keramik cocok
dengan gigi aslinya, pelapisan tipis dari glaze keramik dapat digunakan untuk
mendapatkan kilauan alami gigi. Setelah di-glaze veneer dibakar lagi dengan suhu
9400C, kemudian cobakan pada model. Terakhir bagian internal surface dari restorasi
di sandblasting dengan aluminum oxide yang berukuran 50 µm untuk menghilangkan
kelebihan glazing keramik pada bagian tersebut (Bindl dkk, 2002).Setelah semua tahapan antara IPS Empress dan CEREC 3 CAD-CAM selesai dilakukan dan hasil akhir veneer telah di-Finishing, maka tahap selanjutnya adalah proses perlekatan, antara veneer all ceramic dengan gigi yang telah dipreparasi sebelumnya.
PEMBAHASAN
Kemajuan teknologi di dunia kedokteran gigi diikuti berkembangnya teknik –
teknik baru dalam pembuatan veneer keramik. Ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan pada pembuatan veneer keramik, yaitu warna yang menjadi dasar
strukturnya, pemilihan bahan semen, dan kedalaman preparasi. Pemilihan bentuk
preparasi keramik danbondingbiokompabilitas, dan masa pakainya (Dunitz,
1999). (perlekatannya) sangat berpengaruh pada: peningkatan sifat mekanis, sifat
Perlekatan veneer porselen dengan gigi diawali dengan proses pengetsaan yang
akan menghasilkan suatu perlekatan secara kimiawi dan mekanik antara porselen
dengan gigi. Pengetsaan pada gigi menggunakan 35 % phosphoric acid gel selama 15
detik, kemudian dibilas dengan air selama 30 detik. Sedangkan pada porselen
pengetsaan dilakukan selama 1 menit dengan fluoridric acid etching gel (Castelnuovo et
al, 2000) atau dengan 10 % ammonium difluoride gel untuk bahan keramik dari glass
(Dunitz, 1999) kemudian dibilas dengan air selama 30 detik (Castelnuovo,
2000). Dalam kondisi tersebut semen masih belum dapat melekat pada porselen, oleh
karena itu untuk menyatukan semen dan porselen digunakan suatu bahan
penyambung silane. Bahan ini merupakan suatumonomer silicon
organic yang reaktif dan didalam satu molekulnya bahan organic dananorganic masing
– masing bereaksi sendiri – sendiri. Bahan ini merupakan suatu senyawa yang
mempunyai gugus fungsional untuk perlekatan secara kimia. Dengan mengoleskan
bahan penyambung silane pada permukaan dalam (internal surface) veneer porselen,
maka porselen dan semen dapat disatukan, juga semen dan struktur gigi dapat
dilekatkan. Dengan menggunakan bahan penyambung silane, kekuatan perlekatan dari
semen dengan porselen dapat melebihi 300 kgf/cm2, ini merupakan kekuatan
perlekatan yang sangat kuat (Haga dan Nakazawa, 2002).
Pelapisan atau penggunaan veneer keramik yang dilekatkan pada enamel gigi
memiliki beberapa keuntungan (Dunitz,1999), antara lain pelapisan veneer dapat
diaplikasikan pada bentuk serta beberapa posisi gigi sehingga estetik dapat diperbaiki.
Selain itu veneer dapat juga merubah atau menambah panjang gigi, seperti misalnya
untuk memperpanjang bagian incisal dari gigi incisivus yang patah, disebabkan karena
kecelakaan. Tekstur permukaan dari gigi yang rusak dapat dirubah secara permanen
dan elegan, seperti misalnya penghilangan dysplaasia atau dystrophy pada enamel.
Penggunaan enamel pengganti seperti ini merupakan teknik terbaik karena tanpa
merusak jaringan gigi terlalu banyak. Pewarnaannya dapat disesuaikan dengan
keadaan alami gigi penderita. Pelapisan Veneer dapat dijadikan suatu pilihan
perawatan untuk meningkatkan atau merubah warna natural gigi. Namun perubahan ini
memiliki keterbatasan, bergantung pada: warna gigi utama, pemilihan
keramik, bonding / perlekatan semen yang digunakan, dan kedalaman preparasi. Selain
itu veneer keramik juga memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap kondisi biologis,
kimia dan mekanik mulut, akan tetapi ada beberapa sistem keramik yang memiliki
ketahanan buruk terutama saat digunakan untuk menghilangkan noda pada permukaan
gigi. Pasta gigi ber-fluoride tinggi dapat menyebabkan abrasi mekanik pada
permukaannya (Dunitz, 1999).
Penggunaan porselen gigi dengan variasi chroma, seperti transparan, translusion,
atau opalesen (selain opaq) porselen, dimungkinkan untuk mendapatkan suatu
karakteristik dari enamel alami, misalnya seperti
adanya crack, fissure, dan opalescence. Pelapisan veneer memang memberikan efek
pencahayaan yang bagus di seluruh permukaannya. Warna akhir merupakan hasil dari
sejumlah bentuk penyinaran yang direfleksikan dan terserap secara keseluruhan oleh
permukaan keramik. Tekstur dan bahan opaq yang tidak sesuai dari keramik,
atau translusi bonding komposit yang tidak mencukupi, akan menyebabkan
hilangnya transmisirefleksi cahaya yang lebih besar dan tidak diperlukan sehingga
membuat warna opaq tidak nampak natural (Dunitz, 1999). cahaya secara tiba – tiba
kemudian akan berakibat pada
Menurut Haga dan Nakazawa, 2002 keuntungan penggunaan veneers keramik
dibandingkan dengan tipe – tipe protesa yang lebih umum digunakan seperti mahkota
porselen – logam dan mahkota selubung (jacket crown) adalah dipertahankannya
struktur gigi, karena preparasi gigi dilakukan terbatas pada pengurangan selapis
tipis email pada bagian labial sedangkan bagian lingual-nya tidak dipreparasi, sehingga
struktur gigi dapat dipertahankan dan pulpa terlindungi, maka gejala – gejala seperti
tidak nyaman karena karies sekunder dan hipersensitivitas dapat dikurangi. Selain itu
bagian tepi incisal-nya juga dibiarkan tidak dipreparasi, bahkan juga untuk gigi anterior
rahang bawah sehingga tinggi oklusal tetap dapat dipertahankan dan pembuatan gigi
tiruan dapat dilakukan tanpa mengubah hubungan oklusal. Tepinya diletakkan pada
batas gingival, sehingga kondisi jaringan periodontal setelah perawatan juga akan tetap
baik.
Sedangkan kerugiannya adalah memiliki prosedur preparasi yang tidak mudah,
teknik pembuatan di laboratorium yang cukup rumit serta dibutuhkan ketelitian, biaya
yang relatif mahal, apabila terjadi kerusakan sangat sulit diperbaiki bahkan mungkin,
tidak dapat diperbaiki lagi, penggantian warna sulit dilakukan setelah penyemenan,
adanya retak (fractures) yang setiap saat bisa muncul (Dunitz, 1999). Selain itu
kerugian lainnya dalam penggunaan veneer keramik diantaranya adalah sulitnya
mencari kesesuaian warna yang sempurna dari lapisan porselen / keramik, karena
veneer merupakan lapisan yang sangat tipis. Prosedur preparasi yang sulit disebabkan
minimnya daerah yang harus dipreparasi untuk mempertahankan sebagian jaringan
yang masih sehat, maka pada saat preparasi akan mudah sekali terjadi pengurangan
yang berlebihan mengingat rumitnya preparasi yang harus dilakuakan. Pemolesan
kembali sulit dilakukan setelah pengasahan, dan jika veneer sudah dipasang pada gigi,
sulit untuk dilepas tanpa membuatnya pecah (Haga dan Nakazawa, 2002).
Pembuatan veneer keramik menggunakan metode pressable memiliki keuntungan
memiliki sifat translucent (tembus cahaya) sehingga menghasilkan estetik yang baik,
ketepatan fitting yang sangat baik (Anusavice, 2003). Selain itu menurut (Gurel, 2003)
keuntungannya adalah aman dalam pemakaiannya, tidak memerlukan waktu
pembuatan yang lama, tingkat keberhasilannya tinggi, indikasi penggunaanya banyak.
Sedangkan kerugiannya adalah potensinya dalam membentuk fracture dan
memerlukan penggunaan resin semen untuk proses bonding secara micro-
mechanical pada mahkota dan struktur gigi (Anusavice, 2003)
IPS Empress memiliki kekuatan relative (flexural strength) yang sedang / cukup
yakni sebesar 112 Mpa, ketahanan terhadap fracture (fracture toughness) 1,3 Mpa.m1/2,
termal expansi (Coeficient of thermal expansion) 15,0 ppm/0C, kualitas margin-nya
sangat baik, kekerasan relatifnya (relative toughness) cukup tinggi, sifat abrasive bahan
intinya sedang, proses pembuatannya cukup mudah tapi perlu ketelitian, untuk
harganya relatif murah dibanding dengan teknik lain seperti CAD-CAM. (Anusavice,
2003)
Metode lainnya yaitu Metode CAD CAM dirancang untuk menghasilkan
keindahan, CEREC 3 memiliki kecanggihan yang lebih tinggi dari generasi – generasi
sebelumnya dalam hal produksi veneers, bahkan memiliki bentuk preparasi yang
kompleks, memberi morfologi alami seperti gigi natural, ketepatan fitting yang tinggi
(Bindl dkk, 2002).
Keuntungan dari Teknik ini adalah dapat memilih jenis inti keramik yang akan
digunakan sesuai dengan kekuatan dan ketahanannya terhadap fraktur, dapat
mengurangi sifat abrasivetranslucency atau sifat tembus cahayanya sangat cocok
dipadukan pada pelapisan keramik, kesempurnaan fitting dari restorasi ini sangat baik,
estetik yang dihasilkan baik, proses pembuatannya cepat, dapat digunakan untuk
banyak indikasi, hasil restorasinya aman digunakan, sifat porus dari inti dapat diabaikan
(Gurel, 2003). Sedangkan kerugiannya adalah peralatannya sangat mahal dan teknik
menggambar atau pembentukan inti-nya memerlukan ketelitinan yang lebih agar
didapatkan suatu hasil restorasi yang terlihat natural seperti gigi aslinya (Anusavice dan
Gurel, 2003). (Anusavice, 2003), Tingginya sifat
CEREC 3 memiliki kekuatan relative (flexural strength) yang tinggi yakni sebesar
113-154 Mpa, ketahan terhadap fracture (fracture thoughness) 1,7-2,2 Mpa.m1/2, termal
expansi (Coeficient of thermal expansion) 9,4 ppm/0C (www.cereconline.ecomaXL),
kualitasmargin-nya cukup baik, hasil akhir dengan teknik ini sifat tembus cahanya
(translucensi) sangat tinggi, kekerasan relatifnya (relative toughness) sangat tinggi,
sifat abrasive bahan intinya kecil, proses pembuatannya cukup rumit, untuk harganya
sangat mahal (Anusavice, 2003).
KESIMPULAN
Hasil akhir dari restorasi veneer all-ceramic anterior yang menggunakan metode
CAD-CAM (CEREC 3) lebih baik dibandingkan dengan metode Pressable (IPS
Empress) terutama pada flexural strength serta ketahanan terhadap fracture,
kekurangannya terletak dalam proses pembuatan, metode CAD-CAM lebih rumit serta
lebih membutuhkan ketelitian yang tinggi dari teknisi dibanding Pressable, sehingga
membuat harga dari restorasi CAD-CAM (CEREC 3) lebih mahal jika dibandingkan
dengan Pressable (IPS Empress).
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, KJ. 2003, Phillips’ Science of Dental Material, 11th ed,
Saunders an Imprint of Elsevier, St. Louis, Missouri, p. 655-697
Brau, BJ. 2002. Preventive and Cosmetic Dentistry, Retrieved: Desember
15, 2007, from http://www.fourseasonsfamily dentistry com/cosmetic_dentistry.html
Bindl, A; Apholt, W; Mormann, WH. 2002. Computer Veneers with the
Cerec 3, Quintessence International, 44th ed, p. 153-162
Castelnuovo, J et al. 2000, Fracture Load and Mode of Failure of Ceramic
Veneers with Different Preparation, TheJournal of Prosthetic Dentistry, 83th edition,
Mosby Inc, St. Louis MO, p. 171-180.
CEREC Blocks. Industrial Manufactured Structured Feldspatic Ceramic
Blocks Operating Instruction, Retrieved: Desember 30, 2007, From
www.cereconline.ecomaXL.
Denissen, HW et al. 2002, Porcelain-veneered computer-generated partial
crowns, Quintessence International, 33th ed, By Quintessence Publishing Co, Inc.
Chicago, Berlin, London, Tokyo; p. 723-730
Dunitz, M. 1999, Esthetic Dentistry and Ceramic Restoration, London NWI
OAE, p. 161-213
Font ,AF et al. 2006, Choice of Ceramic for Use in Treathments with
Porcelain Laminate Veneers, Medico Oral Pathologic Oral Buccal, 11th ed, p. 297-302.
Gupta. A. 2007, IPS Empress Crown, Retrieved: Desember 26, 2007.
chandigarhdentist.com/crowns-bridges.htm
Gurel G. 2003, The Science and Art of Porcelain Laminate Veneers,
Quintessence Publishing Co.Ltd, Germany; p. 30-479
Haga M; Nakazawa A. 2002, Veneer Porselen Laminasi, Agus Djaya dan
Lilian Yuwono, Hippkrates, Jakarta 10042, Hipokrates, h. 1-30
IPS Empress Esthetic, Ivoclar Vivadent AG, Schaan Leichtenstein,
Retrieved: Desember 12, 2007, from www.heimdal tannteknikk.no/filer/empress.pdf and
www.ivoclarvivadent.com
Van Noort R. 2002, Introduction to Dental Materials, 2nd ed, Elsevire
Science Limited, London, p. 235-246
Zwemer TJ. 1993, Boucher’s Clinical Dental Terminology A Glossary Of
Accepted Terms in all Disceplines of Dentistry, Philadelphia.Mosby, p. 325