rest area tol pejagan – pemalang dengan penekanan desain...
TRANSCRIPT
i
TUGAS AKHIR REST AREA TOL PEJAGAN – PEMALANG
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU
Landasan Program Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur
LP3A
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai
Gelar Sarjana Arsitektur
Disusun oleh
Andi Orsi Prabana
5112410024
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
HALAMAN PERSETUJUAN Landasan Program Perencanaan Arsitektur dengan judul “Rest Area Tol Pejagan –
Pemalang dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku” ini telah disusun oleh Andi Orsi Prabana
dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 5112410024 telah disetujui oleh pembimbing untuk
diajukan ke Sidang Ujian Tugas Akhir pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 21 April 2016
Dosen Pembimbing 1
Andi Purnomo, S.T., M.A. NIP. 19710415 199803 1 004
Dosen Pembimbing 2
Teguh Prihanto, S.T., M.T. NIP. 19780718 200501 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
Dra. Sri Handayani, Mpd
NIP. 19671108 199103 2 001
iii
HALAMAN PENGESAHAN Landasan Program Perencanaan Arsitektur dengan judul “Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku” ini telah disusun oleh Andi Orsi Prabana dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 5112410024 telah dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Tugas Akhir Program Studi S1 Arsitektur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang pada hari Kamis tanggal 21 April 2016.
Panitia Ujian Tugas Akhir,
Ketua
Dra. Sri Handayani, Mpd NIP. 19671108 199103 2 001
Sekretaris
Teguh Prihanto, S.T., M.T. NIP. 19780718 200501 1 002
Pembimbing 1
Andi Purnomo, S.T., M.A. NIP. 19710415 199803 1 004
Pembimbing 2
Teguh Prihanto, S.T., M.T. NIP. 19780718 200501 1 002
Penguji
Prof. Dr. Ir. Saratri Wilonoyudho, M.Si. NIP. 19630113 198803 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik
Dr. Nur Qudus, M.T
NIP. 19691130 199403 1 001
iv
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan
dan Perancangan ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Semarang, 15 April 2016
Andi Orsi Prabana NIM. 51124100224
v
KATA PENGANTAR Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Perencanaan dan
Perancangan Arsitektur Tugas Akhir dengan baik dan lancar tanpa terjadi suatu halangan
apapun yang mungkin dapat mengganggu proses penyusunan.
Laporan Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) Rest Area Tol Pejagan –
Pemalang ini disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan akademik di Univeritas
Negeri Semarang serta landasan dasar untuk merencanakan desain Rest Area Tol Pejagan
– Pemalang nantinya. Judul Tugas Akhir yang penulis pilih adalah “Rest Area Tol Pejagan –
Pemalang dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku”.
Dalam penulisan Laporan Perencanaan dan Perancangan Rest Area Tol Pejagan –
Pemalang tidak lupa penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan, kelancaran serta kekuatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
2. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang.
3. Bapak Dr. Nur Qudus, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang.
4. Ibu Dra Sri Handayani, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Univeritas Negeri
Semarang.
5. Bapak Teguh Prihanto, S.T., M.T., selaku Koordinator Program Studi Teknik Arsitektur
S1 Univeritas Negeri Semarang yang tak pernah lelah memberikan arahan dan ide – ide
terbaik selama di perkuliahan
6. Bapak Andi Purnomo, S.T., M.A., selaku pembimbing pertama dan Bapak Teguh
Prihanto, S.T., M.T., selaku pembimbing kedua yang selalu sabar dan memberikan
arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Perencanaan dan Perancangan
Arsitektur ini.
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Saratri Wilonoyudho, M.Si., selaku dosen penguji yang telah
memberi saran dalam penyusunan LP3A Rest Area Tol Pejagan – Pemalang ini.
8. Seluruh bapak dan ibu dosen Arsitektur UNNES yang memberikan arahan dalam
penyusunan LP3A ini.
9. Kedua orangtua ,adik – adik saya, serta kerabat. Terimakasih untuk semua bantuan dan
motivasi untuk segera menyelesaikan LP3A ini.
10. Seluruh keluarga besar KMA Sthapatya Veda yang selalu memberikan support
sehingga penulis bisa menyelesaikan Laporan Perencanaan dan Perancangan ini.
Serta tim sukses yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih telah setia membantu sampai selesai. You’re awesome guys!
vi
PERSEMBAHAN Dengan penuh syukur atas kehadirat Allah SWT, hasil Perencanaan dan Perancangan
Tugas Akhir “Rest Area Tol Pejagan – Pemalang” ini penulis dipersembahkan kepada :
1. Kedua orang tua yang selalu memberi semangat dan tak pernah lelah mengingatkan
untuk segera menyelesaikan tugas akhir, serta doa yang tak pernah putus untuk
saya.
2. Seluruh dosen Arsitektur UNNES, khususnya untuk dosen pembimbing dan penguji
3. Teman – teman se-angkatan, Terimakasih atas segala bantuan dalam penyusunan
laporan ini.
4. Adik angkatan Arsitektur UNNES yang telah memberikan semangat dan bantuannya.
Mr. Valerie Y.P, selaku leader pixel interior design yang selalu memberikan motivasi dan bantuan sehingga saya bisa menyelesaikan tugas akhir.
vii
ABSTRAK
REST AREA TOL PEJAGAN – PEMALANG (Pendekatan Desain Arsitektur Perilaku)
Oleh : Andi Orsi Prabana Dosen Pembimbing : Andi Purnomo, S.T., M.A. ; Teguh Prihanto, S.T., M.T.
Prodi S1 Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik UNNES
Proyek jalan tol saat ini menjadi prioritas pemerintah dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat, karena jalur transportasi memegang peranan penting dalam
aspek sosial dan ekonomi melalui fungsi distribusi, salah satunya tol Pejagan – Pemalang
yang merupakan bagian tol Trans jawa. Dengan semakin banyaknya prasarana transportasi
berupa jalan tol, berbanding lurus dengan tingkat kecelakaan yang terjadi. Dan untuk
mencegah ataupun mengurai serta dapat menghilangkan lelah dalam perjalanan maka
kebijakan yg diambil adalah dengan menempatkan area transit dengan jarak yang sesuai.
Rest area atau tempat istirahat adalah sebuah fasilitas transit yang lahir karena
kebutuhan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan ditengah perjalanan jauh.
Pengunjung rest area diharapkan merasa aman, nyaman dan rileks saat beristirahat, maka
dari itu perlu adanya fasilitas pendukung seperti, foodcourt, restoran cepat saji, parkir luas,
bengkel, taman dan fasilitas pendukung lain yang dapat menghilangkan rasa lelah saat
berkendara. Dalam mewujudkan fungsi, hal inilah yang mendasari konsep perencanaan dan
perancangan rest area dengan pendekatan arsitektur perilaku. Diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan pengendara khususnya bisa mengurangi rasa lelah dalam perjalanan.
Kata kunci : Rest Area, Arsitektur Perilaku, Jalan Tol,
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 01
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 04
1.3 Tujuan dan Sasaran .................................................................................... 04
1.4 Manfaat ............................................................................................... 05
1.5 Lingkup Pembahasan ........................................................................ 05
1.5.1 Ruang Lingkup Substansial ................................................. 05
1.5.2 Ruang Lingkup Spasial ................................................. 05
1.6 Metode Pembahasan .................................................................................... 05
1.7 Sistematika Pembahasan ........................................................................ 06
1.8 Alur Pikir ................................................................................................ 09
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Jalan Tol ................................................................................... 10
2.1.1 Pemahaman Jalan Tol Sebagai Jalur Penghubung ............ 10
2.1.2 Persyaratan Teknis Jalan Tol ................................................ 12
2.1.3 Pengguna Jalan Tol ............................................................ 15
2.2 Tinjauan Rest Area ................................................................................... 19
2.2.1 Sejarah Rest Area ………………………………….............. 19
2.2.2 Pemahaman Rest Area Sebagai Tempat Istirahat ......... ... 20
2.2.3 Kriteria Rest Area ……………………………………………. 23
2.2.4 Fasilitas Rest Area …………………………………………… 24
2.3 Tinjauan Arsitektur Perilaku ....................................................................... 29
2.3.1 Pengertian Arsitektur Perilaku .................................... 29
ix
2.3.2 Teori Arsitektur Perilaku ................................................ 30
2.3.3 Hubungan Arsitektur, Manusia dan Perilaku ........................ 32
2.3.4 Tinjauan Perilaku Pengemudi ………………………………….. 34
2.3.5 Arsitektur Perilaku pada Rest Area …………………………. 37
2.4 Studi Banding ……….................................................................................... 42
2.4.1 Rest Area …………………………………………………….. 42
2.4.2 Arsitektur Perilaku …………………………………………… 50
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Jalan Tol Pejagan - Pemalang ............................................................ 62
3.1.1 Kondisi Fisik Jalan Tol Pejagan Pemalang ......................... 63
3.2 Tinjauan Lokasi Perencanaan Rest Area ................................................ 64
3.2.1 Pendekatan Pemilihan Lokasi ..................................... 64
3.2.2 Kriteria Lokasi Rest Area …………………....................... 64
3.3 Tinjauan Tapak ……………………………………………………………… 65
3.3.1 Pemilihan Lokasi ……………………………………………. 65
3.4 Lokasi Tapak ………………………………………………………………………. 67
BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1 Pendekatan Aspek Fungsional ........................................................... 41
4.1.1 Analisa Pelaku ........................................................... 75
4.1.2 Analisa Aktivitas dan Kebutuhan Ruang ........................ 77
4.1.3 Analisa Kelompok Ruang dan Sirkulasi Ruang ............ 80
4.1.4 Studi Kapasitas dan Besaran Ruang ........................ 84
4.2 Pendekatan Aspek Konstektual ............................................................ 89
4.2.1 Lokasi Tapak ....................................................................... 89
4.2.2 Kondisi Eksisting Tapak ................................................ 90
4.2.3 Analisa Zoning Ruang ................................................ 92
4.3 Pendekataan Aspek Teknis ....................................................................... 95
4.3.1 Sistem Modul ....................................................................... 95
4.3.2 Sistem Struktur ............................................................ 97
4.3.3 Bahan Bangunan ........................................................... 105
4.4 Pendekatan Aspek Kinerja ....................................................................... 109
4.4.1 Sistem Pencahayaan ........................................................... 109
4.4.2 Sistem Penghawaan ............................................................ 112
4.4.3 Sistem Plumbing ………................................................. 116
4.4.4 Sistem Jaringan Listrik ………..................................... 119
x
4.4.5 Sistem Pemadam Kebakaran ..................................... 120
4.4.6 Sistem Transportasi ............................................................ 121
4.4.7 Sistem Komunikasi ............................................................ 123
4.4.8 Sistem Penangkal Petir …………………………………… 124
4.4.9 Sistem Keamanan ……………………………………………. 126
4.5 Pendekatan Aspek Arsitektural ............................................................. 127
4.5.1 Analisa Pendekatan Arsitektur Perilaku ......................... 127
4.5.2 Tampilan Bangunan ............................................................. 129
4.5.3 Interior Bangunan ……………………………………………. 130
4.5.4 Massa Bangunan ……………………………………………. 131
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA 5.1 Konsep Fungsional ................................................................................... 132
5.1.1 Pelaku, Aktivitas dan Kebutuhan Ruang ........................ 132
5.1.2 Kelompok Ruang dan Sirkulasi Ruang ........................ 135
5.1.3 Besaran Ruang ........................................................... 139
5.1.4 Zoning Ruang ........................................................... 143
5.1.5 Zoning Akhir ....................................................................... 145
5.2 Konsep Konstektual ................................................................................... 145
5.3 Konsep Teknis ................................................................................... 146
5.3.1 Sistem Modul ....................................................................... 146
5.3.2 Sistem Struktur ........................................................... 146
5.3.3 Bahan Bangunan ........................................................... 146
5.4 Konsep Kinerja
5.4.1 Sistem Pencahayaan ........................................................... 146
5.4.2 Sistem Plumbing ........................................................... 147
5.4.3 Sistem Jaringan Listrik ................................................ 147
5.4.4 Sistem Pemadam Kebakaran .................................... 148
5.4.5 Sistem Komunikasi ........................................................... 148
5.4.6 Sistem Penangkal Petir ................................................ 149
5.4.7 Sistem Keamanan ............................................................ 149
5.5 Konsep Aspek Arsitektural ....................................................................... 149
5.5.1 Konsep Tata Lansekap ................................................ 149
5.5.2 Konsep Tata Masa Bangunan .................................... 150
5.5.3 Konsep Tampilan Bangunan ................................................ 150
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Alur Pikir…………………………………………………………………………………………………………………... 09 Gambar 2.1 Gerbang Tol Tertutup..................................................................................................... 10 Gambar 2.2 Electronic Road Pricing, Singapore................................................................................. 11 Gambar 2.3 Transaksi E-Toll Card……………………………………................................................................ 11 Gambar 2.4 GTO…………………….......................................................................................................... 12 Gambar 2.5 Rambu Batas Kecepatan................................................................................................ 13 Gambar 2.6 JPO Tol Plumbon, Palikanci……………………………………………………………………….…………….… 13 Gambar 2.7 Simpang Susun Kalijati, Tol Cipali……………………………………………………………..…………….… 14 Gambar 2.8 Median Jalan Tol Cipali…………………………………………………………………………..……………….… 14 Gambar 2.9 Alat Panggil Darurat………………………………………………………………………………………………..… 15 Gambar 2.10 Klasifikasi Kendaraan………………………………………………………………………………………….…... 15 Gambar 2.11 Kendaraan Gol.1……………………………………………………………………………………………………… 16 Gambar 2.12 Dimensi Mobil……………………………………………………………………………………………………….… 16 Gambar 2.13 Dimensi Bus………………………………………………………………………………………………………....… 16 Gambar 2.14 Kendaraan Gol.2……………………………………………………………………………………………………… 17 Gambar 2.15 Dimensi Truk 2 Gandar……………………………………………………………………………………………. 17 Gambar 2.16 Kendaraan Gol.3……………………………………………………………………………………………………… 17 Gambar 2.17 Dimensi Tuk 3 Gandar…………………………………………………………………………………………….. 17 Gambar 2.18 Kendaraan Golongan IV………………………………………………………………………………………….. 18 Gambar 2.19 Dimensi Truk 4 Gandar……………………………………………………………………………………………. 18 Gambar 2.20 Kemdaraan Gol.V……………………………………………………………………………………………………. 18 Gambar 2.21 Dimensi Truk 5 Gandar……………………………………………………………………………………………. 18 Gambar 2.22 Kendaraan Gol.VI……………………………………………………………………………………………………. 19 Gambar 2.23 Tol Bali Mandara…………………………………………………………………………………………………….. 19 Gambar 2.24 Rest Area Tipe A Tol Cikampek………………………………………………………………………………… 20 Gambar 2.25 Sirkulasi Rest Area tipe B, Tol Semarang…………………………………………………………………. 21 Gambar 2.26 Rest Area tipe B, Tol Semarang……………………………………………………………………………….. 22 Gambar 2.27 Ilustrasi Penataan Landscape………………………………………………………………………………..… 22 Gambar 2.28 Penempatan Rest Area……………………………………………………………………………………………. 23 Gambar 2.29 restoran Rest Area km97……………………………………………………………………………………….…25 Gambar 2.30 foodcourt rest area km19 Japek……………………………………………………………………………… 25 Gambar 2.31 Ilustrasi minimarket……………………………………………………………………………………………….. 26 Gambar 2.32 Masjid rest area…………………………………………………………………………………………………….. 26 Gambar 2.33 Kursi pijat refleksi ………………………………………………………………………………………………….. 27 Gambar 2.34 Manual carwash…………………………………………………………………………………………………….. 27 Gambar 2.35 automatic carwash machine………………………………………………………………………………….. 28 Gambar 2.36 Ruang terbuka publik pada area perkantoran………………………………………………………… 30 Gambar 2.37 Pemetaan place centered mapping rest area km 19………………………………………………. 33 Gambar 2.38 Pemetaan person centered mapping rest area km 19…………………………………………….. 34 Gambar 2.39 Ilustrasi penataan masa bangunan rest area…………………………………………………………… 38 Gambar 2.40 Pohon Cemara………………………………………………………………………………………………………… 39 Gambar 2.41 Pohon Trembesi……………………………………………………………………………………………………. 40 Gambar 2.42 Pohon Ketapang Kencana……………………………………………………………………………………….. 40
xii
Gambar 2.43 Semak belukar………………………………………………………………………………………………………… 40 Gambar 2.44 Rumput gajah…………………………………………………………………………………………………………. 41 Gambar 2.45 Rumput gajah mini varigata…………………………………………………………………………………… 41 Gambar 2.46 Rumput Jepang…………………………………………………………………………….…….………………….. 42 Gambar 2.47 Restoran cepat saji pada rest area km 19………………………………..……………………………… 43 Gambar 2.48 Area parkir kendaraan dan fasilitas pendukung (belakang)……………………………………. 43 Gambar 2.49 Area parkir bus dan truk…………………………………………………………………………………………. 43 Gambar 2.50 Desain SPBU rest area km 19………………………………………………………………………………….. 44 Gambar 2.51 Pola dan sirkulasi rest area km 19…………………………………………………………………………… 45 Gambar 2.52 Innercourt pada rest area km 39……………………………………………………………………………… 46 Gambar 2.53 Vegetasi pada innercourt rest area km 39……………………………………………………………….. 46 Gambar 2.54 Masjid yang menjadi ikon rest area km 39……………………………………………………………… 47 Gambar 2.55 Masjid rest area km 39…………………………………………………………………………………………… 47 Gambar 2.56 Pola dan sirkulasi rest area km 39…………………………………………………………………………… 48 Gambar 2.57 layout Hardeman County Rest Area……………………………………………………………………….. 48 Gambar 2.58 Parkiran dan bangunan utama Hardeman County Rest Area…………………………………… 49 Gambar 2.59 Kolam di kawasan Hardeman County Rest Area……………………………………………………… 49 Gambar 2.60 Taman pada Hardeman County Rest Area………………………………………………………………. 50 Gambar 2.61 Kampung Code dahulu…………………………………………………………………………………………… 50 Gambar 2.62 Pemukiman kampung Code sekarang……………………………………………………………………. 50 Gambar 2.63 Ruang komunal kampung Code………………………………………………………………………………. 52 Gambar 2.64 Bangunan di kampung Code…………………………………………………………………………………… 52 Gambar 2.65 Rencana pengembangan kampung Code……………………………………………………………….. 53 Gambar 2.66 Skuptur Institute du Monde Arabe…………………………………………………………………………. 53 Gambar 2.67 Sketsa lokasi Institute du Monde Arabe………………………………………………………………….. 54 Gambar 2.67 Lokasi Institute du Monde Arabe……………………………………………………………………………. 54 Gambar 2.68 Fasad utara Institute du Monde Arabe………………………………………………………………….. 55 Gambar 2.69 Fasad selatan Institute du Monde Arabe…………………….…………………………………………. 55 Gambar 2.70 Area terbuka Institute du Monde Arabe……………………………………………………………….. 56 Gambar 2.71 Panel pengatur cahaya………………………………………………………………………………………… 56 Gambar 2.72 Interior Institute du Monde Arabe………………………………………………………………………… 56 Gambar 2.73 Transportasi vertikal Institute du Monde Arabe………………………………………………….. 56 Gambar 2.74 Drawing plan Institute du Monde Arabe……………………………………………………………… 57 Gambar 2.75 Section plan Institute du Monde Arabe……………………………………………………………….. 58 Gambar 2.76 Patung Sir Thomas Stanford Raffles, landmark Raffles Place………………………………… 58 Gambar 2.77 Raffles Place Park……………………………………………………………………………………………………. 58 Gambar 2.78 Stasiun MRT Raffles Place Park………………………………………………………………………………. 58 Gambar 2.79 Aktivitas pengguna Raffles Place Park…………………………………………………………………… 59 Gambar 2.80 Gedung pencakar langit di sekitar Raffles Place Park………………………………………………. 59 Gambar 2.81 Penataan pencahayaan buatan pada Raffles Place Park…………………………………………. 60 Gambar 3.1 Jalan Tol Pejagan Pemalang........................................................................................... 62 Gambar 3.2 Rute Tol Pejagan Pemalang…………………………............................................................... 63 Gambar 3.3 Bahu Jalan…………………………………………………….............................................................. 65 Gambar 3.4 Lokasi Site........................................................................................................... 67 Gambar 4.1 Kegiatan Rest Area............................................................................................. 73
xiii
Gambar 4.2 Analisa Sirkulasi Pengunjung.............................................................................. 82 Gambar 4.3 Analisa Sirkulasi Pengelola................................................................................. 83 Gambar 4.4 Analisa Sirkulasi Servis........................................................................................ 83 Gambar 4.5 Hubungan Ruang................................................................................................ 84 Gambar 4.6 Site Rest Area..................................................................................................... 84 Gambar 4.7 Aksesibilitas menuju tapak................................................................................. 90 Gambar 4.8 Aksesibilitas menuju tapak................................................................................. 91 Gambar 4.9 Analisa Kebisingan.............................................................................................. 91 Gambar 4.10 Analisa Klimatologi........................................................................................... 92 Gambar 4.11 Pondasi Batu Kali.............................................................................................. 93 Gambar 4.12 Pondasi Foot Plat.............................................................................................. 93 Gambar 4.13 Plat Lantai......................................................................................................... 93 Gambar 4.14 Balok................................................................................................................. 94 Gambar 4.15 Rangka Atap Kayu............................................................................................. 95 Gambar 4.16 Rangka Atap Baja Ringan.................................................................................. 95 Gambar 4.17 Rangka Atap Baja Konvensional....................................................................... 95 Gambar 4.18 Batu-bata.......................................................................................................... 96 Gambar 4.19 Multiplek.......................................................................................................... 97 Gambar 4.20 Kaca.................................................................................................................. 97
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengunjung......................................................... 30 Tabel 4.2 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengelola............................................................. 30 Tabel 4.3 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengelola............................................................. 31 Tabel 4.4 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengelola............................................................. 31 Tabel 4.5 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Servis................................................................... 31 Tabel 4.6 Jumlah Pengelola.................................................................................................... 32 Tabel 4.7 Jumlah Servis.......................................................................................................... 32 Tabel 4.8 Tabel Kelompok Ruang........................................................................................... 33 Tabel 4.9 Tabel Kegiatan Pengunjung.................................................................................... 36 Tabel 4.10 Tabel Kegiatan Pengelola..................................................................................... 37 Tabel 4.11 Tabel Kegiatan Servis............................................................................................ 38 Tabel 4.12 Tabel Luas Parkir.................................................................................................. 38 Tabel 4.13 Total Luas Tabel.................................................................................................... 39 Tabel 5.1 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengunjung.......................................................... 62 Tabel 5.2 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengelola............................................................. 63 Tabel 5.3 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengelola............................................................. 63 Tabel 5.4 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengelola............................................................. 63 Tabel 5.5 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Servis................................................................... 63 Tabel 5.6 Tabel Kelompok Ruang........................................................................................... 64 Tabel 5.7 Besaran Ruang Kegiatan Pengunjung..................................................................... 67 Tabel 5.8 Besaran Ruang Pengelola....................................................................................... 68 Tabel 5.9 Besaran Ruang Servis............................................................................................. 68 Tabel 5.10 Tabel Luas Parkir.................................................................................................. 69 Tabel 5.11 Tabel Total Luas.................................................................................................... 69 Tabel 5.12 Penggunaan Lampu pada Rest Area..................................................................... 73
Andi Orsi Prabana (51124109024)
1
1 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Mengawali tahun 2016, Indonesia harus mampu membangun optimisme
untuk menghadapi setiap situasi ekonomi, baik global maupun domestik. Namun,
kondisi ini harus tetap diwaspadai karena mengingat kondisi ekonomi global yang
lebih rentan dengan krisis karena mudah berubah-ubah. Berkaca dari tahun lalu,
pengaruh terbesar bagi ekonomi Indonesia di 2016 bisa jadi antara lain, yaitu
pertama perlambatan ekonomi Tiongkok dan masih rendahnya harga minyak.
Kedua, terkait harga minyak yang menjadi referensi harga bagi komoditas lain,
dimana nilai minyak yang rendah berimbas pada harga komoditas yang rendah. Dan
hal ketiga ialah, Kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat juga pasti
berpengaruh pada kondisi ekonomi dalam negeri, khususnya sektor keuangan. Hal
ini tentunya harus kita antisipasi sehingga sektor keuangan Indonesia tetap dalam
kondisi stabil.
Pemerintah berkomitmen untuk melakukan koordinasi agar dapat menjaga
fundamental ekonomi baik makro, moneter, maupun fiskal. Salah satu hal yang
penting adalah bagaimana mengoptimalkan belanja dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja (APBN) karena ini menjadi salah satu faktor penyokong pertumbuhan
tahun 2016. Di sisi lain, penyerapan juga mulai digenjot mulai dari awal tahun,
dimana proses lelang telah diizinkan untuk dilakukan sejak November 2015. Pada
Januari 2016, beberapa proyek pekerjaan infrastruktur telah dimulai, antara lain pada
Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, dan Kementerian Perhubungan. Tahun ini, pemerintah
mengupayakan adanya penyerapan yang lebih merata, dimana distribusi
penyerapannya juga akan terlihat di semester I.
Proyek infrastruktur yang sedang dikerjakan salah satunya adalah jaringan
Tol Trans Sumatera, Trans Jawa, Tol Samarinda – Balikpapan dan Tol Manado –
Bitung. Yang merupakan bagian dari Asian Highway, jalur transportasi darat yang
menghubungkan Benua Asia, kemudian bersambung ke Benua Eropa. Jaringan
Jalan Asia di Indonesia akan mempunyai 2 rute yang melintasi wilayah Indonesia
yakni Rute (AH2) atau (A2) meliputi bagian barat Pulau Bali dengan menghubungkan
Andi Orsi Prabana (51124109024)
2
2 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
seluruh kota – kota utama sampai dengan wilayah bagian utara Pulau Jawa hingga
ke Singapura dan Malaysia terus hingga ke Khosravi, Iran serta Rute (AH25) atau
(A25) mulai dari Banda Aceh meliputi wilayah sisi timur seluruh kota-kota utama di
Pulau Sumatera kemudian bertemu dengan Rute (AH2) atau (A2) hingga ke seluruh
wilayah sebelah selatan Pulau Jawa terus hingga sampai dengan Pulau Bali.
Di Indonesia sendiri proyek jalan tol dalam kota dan antar kota mulai
diprioritaskan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat, karena jalur
transportasi memegang peranan vital dalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi
distribusi antara daerah satu dengan daerah yang lain. Distribusi barang, manusia,
dll. akan menjadi lebih mudah dan cepat bila sarana transportasi yang ada berfungsi
sebagaimana mestinya. Sejauh ini kebutuhan akan jalan tol terbilang sangat tinggi
jika dibandingkan dengan pertumbuhan kendaraan yang terus meningkat mencapai
17% per tahun. Sementara itu, pertumbuhan panjang jalan hanya tumbuh 1% per
tahun. Saat ini, panjang jalan tol yang beroperasi di Indonesia baru mencapai 820,2
km. Panjang jalan tol tersebut jauh tertinggal dibandingkan negara lainnya. Jalan tol
di Malaysia mencapai 3,000 km, Korea Selatan mencapai 2,623 km, dan Tiongkok
mencapai 65,065 km. Padahal pembangunan jalan tol di Indonesia sudah berjalan
selama 36 tahun sementara Tiongkok mulai membangun jalan tol sejak 1980-an.
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) memproyeksikan sebanyak 14 ruas tol
dengan total panjang 136,13 kilometer (km) akan beroperasi pada tahun ini.
Pengoperasian 14 ruas tol tersebut untuk memenuhi target pembangunan jalan tol
sepanjang 1.000 km hingga 2019. Kepala BPJT Herry Trisaputra Zuna
mengungkapkan, ruas-ruas tersebut yakni Semarang-Solo seksi III, Solo-Mantingan-
Ngawi seksi I, Cileunyi-Sumedang-Dawuan seksi II, Medan-Kualanamu-Tebing
Tinggi seksi I, akses Tanjung Priok, Manado-Bitung seksi I, serta Balikpapan-
Samarinda seksi I dan V. Selanjutnya, Pejagan-Pemalang seksi I dan II, Solo-
Mantingan-Ngawi seksi II, Kertosono-Mojokerto seksi II, III, dan IV, Surabaya-
Mojokerto seksi IA, IB, II, III, dan IV, serta Gempol-Pasuruan seksi I, Cinere-Jagorawi
seksi II dan Pasirkoja-Soreang.
Tol Pejagan – Pemalang yang ditargetkan beroperasi pertengahan tahun
2016. Tol Pejagan – Pemalang membentang sejauh 57,5 km dan sambungan dari
ruas sebelumnya Tol Jakarta – Cikampek (72 km), Cikampek – Palimanan (116,7
km), Palimanan – Kanci (26,3 km), Kanci – Pejagan (35 km) dan berlanjut sampai
Surabaya sekaligus menyatu dengan beberapa ruas tol lain yang masih beroperasi
di Pulau Jawa. Jalan tol yang satu ini bagian dari salah satu ruas tol yang akan
Andi Orsi Prabana (51124109024)
3
3 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
digunakan dalam pembangunan Jalan Tol Trans Jawa. Proyek Jalan Tol Trans Jawa
dicanangkan pemerintah dan masih dalam proses hingga saat ini. Tol yang termasuk
ke dalam salah satu jaringan Jalan Asia atau disebut dengan Asian Highway 2
menghubungkan 2 kota besar di Indonesia, tepatnya di Pulau Jawa yaitu Jakarta dan
Surabaya. Mega proyek Jalan Tol Trans Jawa ini ditargetkan memiliki panjang
sekitar kurang lebih 1000 km.
Dilihat dari jarak yang cukup jauh, kemacetan serta kemonotonan jalan
membuat kelelahan dan kejenuhan pada pengemudi yang dapat mengakibatkan
kecelakaan. Untuk mengurangi kecelakaan dan meghilangkan lelah setelah
menempuh perjalanan akibat mengemudi maka salah satu kebijakan yang di ambil
adalah dengan cara menempatkan lokasi tempat istirahat yang sesuai dengan jarak
/interval sesuai dengan kondisi di indonesia dengan mempertimbangkan kebutuhan
pengemudi yang akan memanfatkannya.
Tabel 1.1 Jumlah kecelakaan selama 2015
No Cabang Branch
Jumlah Kecelakaan Number of Accident
Tingkat Kecelakaan
Accident Rate
Korban Meniggal
Death Toll
Tingkat Fatalitas
Fatality Rate
1 Jagorawi 228 11,75 19 0,98 2 Jakarta – Cikampek 930 28,89 57 1,76 3 Jakarta – Tanggerang
� Jakarta-Tanggerang � Serpong-Ulujami (BSD)
184 20
16,69 7,13
9 2
0,82 0,71
4 Cawang – Tomang – Cengkareng
264 14,56 9 0,50
5 Purbaleunyi � Kalihurip-Padalarang � Padalarang-Cileunyi
206 137
26,25 16,79
13 10
1,66 1,23
6 Surabaya – Gempol 45 7,80 10 1,73 7 Semarang 81 38,96 4 1,92 8 Belmera 31 15,77 1 0,51 9 Palikanci 79 41,01 5 2,60
10 PT JLJ 178 16,04 3 0,27 Sumber: Jasa Marga
Untuk mengakomodasi berbagai aktualita yang terjadi, maka perlu
dikembangkan suatu fasilitas umum, yaitu berupa kawasan tempat istirahat (rest
area) bagi pengguna jalan tol yang akan melakukan perjalanan jauh, sehingga dapat
menghindari terjadinya kecelakaan. Selain itu, terdapat juga fasilitas-fasilitas
pendukung lainya seperi, food court (makanan cepat saji), retail area, tempat parkir
yang luas dan tentunya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung seperti,
bengkel, taman dan fasilitas komersil lainya yang nantinya dapat menghilangkan
Andi Orsi Prabana (51124109024)
4
4 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
rasa capek/penat selama perjalanan dengan memperhatikan kenyamanan
penggunanya.
Faktor psikologi perilaku manusia pun perlu diperhatikan dalam
menggunakan rest area untuk beristirahat yang nantinya akan mempengaruhi fisik
pengguna. Faktor ini sudah menjadi syarat utama dalam sebuah perencanaan dan
perancangan bangunan. Psikologi perilaku memiliki dua penerapan yaitu
psikoanalisis dan behavior setting. Pertama, psikoanalisis adalah ketika individu
berada dalam keadaan tertentu yang memiliki hasrat untuk memenuhi
kebutuhannya, pada hal ini adalah kebutuhan selama perjalanan melalui fasilitas rest
area. Kedua, behavior setting merupakan pemetaan perilaku yang didasari oleh
kebutuhan ruang dan pola perilaku pengguna. Pada perancangan ini menggunakan
place centered mapping yang menunjukkan pola perilaku melalui penataan massa
maupun tata ruang sehingga penggunan mengikuti pola yang ada.
Dalam mewujudkan fungsi, hal inilah yang mendasari konsep perencanaan
dan perancangan rest area di jalan tol dengan pendekatan arsitektur perilaku yang
diharapkan bisa memenuhi kebutuhan para pengendara khususnya bisa mengurangi
rasa lelah dalam perjalanan.
1.2 Rumusan Masalah Rest Area memiliki fungsi utama sebagai fasilitas pengembalian kebugaran
atau kesiapan sehingga aktivitas dapat dilanjutkan kembali. Faktor psikologis
pengguna perlu diperhatikan dalam pengembalian kebugaran. Hal ini dikarenakan
yang utama dalam beristirahat adalah kenyamanan. Melalui kenyamanan, psikologis
perilaku pengguna mampu memberikan rasa rileks dan menyenangkan. Oleh karena
itu perencanaan dan perancangan ini memiliki rumusan masalah: Bagaimana rest
area mampu memberikan kenyamanan pengguna jalan tol Pejagan – Pemalang
dalam beristirahat dan mempersiapkan perjalanan kembali.
1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan
Mengumpulkan data, menganalisa, yang kemudian digunakan untuk
dasar perencanaan dan perancangan Rest Area, yang didalamnya terdapat
foodcourt, restoran cepat saji, minimarket, toilet, sarana ibadah, carwash,
bengkel, pijat refleksi dan SPBU, yang dapat berguna sebagai fasilitas yang
Andi Orsi Prabana (51124109024)
5
5 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
disediakan bagi pengguna rest area. Terlaksananya perancangan yang
berfungsi sebagaimana mestinya.
1.3.2 Sasaran Konsep rancangan bangunan Rest Area yang jelas dan tepat
mengenai fungsi dan fisik bangunan sebagai dasar arahan rancangan yang
progresif.
1.4 Manfaat 1.4.1 Subjektif
a. Untuk memenuhi persyaratan dan menempuh Tugas Akhir sebagai
penentu kelulusan Sarjana Strata 1 (S1) pada Prodi Teknik Arsitektur
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
(UNNES) 2016.
b. Penulisan dapat pengetahuan lebih tentang Rest Area sebagai bangunan
hasil dari penerapan analisis pola perilaku sebagai dasar rancangan
serta dapat dipergunakan dalam referensi perencanaan selanjutnya.
1.4.2 Objektif a. Dapat bermanfaat sebagai pengetahuan dan penambah wawasan
pembaca pada umumnya, mahasiswa arsitektur pada khususnya yang
akan mengajukan produk Tugas Akhir.
b. Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dan rekomendasi dalam
proses rencana desain Rest Area.
1.5 Lingkup Pembahasan 1.5.1 Ruang Lingkup Substansial
Pembahasan mengenai rest area dititikberatkan pada konsep
arsitektur perilaku. Pada lingkup kecilnya pembahasan mengacu pada layout
bangunan, serta akses dan sirkulasi kawasan rest area untuk permasalahan
teknis dan sistem yang bekerja pada bangunan dibatasi.
1.5.2 Ruang Lingkup Spasial Daerah perencanaan rest area ini terletak di jalan Tol Pejagan – Pemalang
1.6 Metode pembahasan Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan program dasar
perencanaan dan konsep perancangan arsitektur dengan judul rest area ini adalah
metode deskriptif. Metode ini memaparkan, menguraikan, dan menjelaskan
Andi Orsi Prabana (51124109024)
6
6 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
mengenai design requirement (persyaratan desain) dan design determinant
(ketentuan desain) terhadap perencanaan dan perancangan rest area.
Berdasarkan design requirement dan design determinant inilah nantinya akan
ditelusuri data yang diperlukan. Data yang terkumpul kemudian akan dianalisa lebih
mendalam sesuai dengan kriteria yang akan dibahas. Dari hasil penganalisaan inilah
nantinya akan didapat suatu kesimpulan, batasan dan juga anggapan secara jelas
mengenai perencanaan dan perancangan rest area.
Hasil kesimpulan keseluruhan nantinya merupakan konsep dasar yang
digunakan dalam perencanaan dan perancangan rest area di Tol Pejagan -
Pemalang sebagai landasan dalam Desain Grafis Arsitektur. Dalam pengumpulan
data, akan diperoleh data yang kemudian akan dikelompokkan ke dalam 2 kategori
yaitu:
a. Data Primer
1) Observasi Lapangan
Dilakukan dengan cara pengamatan langsung di wilayah lokasi dan
tapak perencanaan dan perancangan rest area di Tol Pejagan - Pemalang.
2) Wawancara
Wawancara yang dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait dalam
perencanaan dan perancangan rest area di Tol Pejagan - Pemalang, baik
pihak pemerintah Kota atau Kabupaten Brebes dan Pemalang, atau dinas
terkait serta pengguna rest area.
b. Data Sekunder
Studi literatur melalui buku dan sumber-sumber tertulis mengenai
perencanaan dan perancangan rest area, serta peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan studi kasus perencanaan dan perancangan Rest Area Tol
Pejagan - Pemalang.
1) PEMILIHAN LOKASI DAN TAPAK
Pembahasan mengenai pemilihan lokasi dan tapak, dilakukan dengan
terlebih dahulu mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penentuan suatu
lokasi dan tapak yang layak sebagai perencanaan dan perancangan rest area
di Tol Pejagan - Pemalang, adapun data yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a) Data tata guna lahan/peruntukan lahan pada wilayah perencanaan dan
perancangan rest area di Tol Pejagan - Pemalang.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
7
7 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
b) Data potensi fisik geografis, topografi, iklim, persyaratan bangunan yang
dimiliki oleh lokasi dan tapak itu sendiri dan juga terhadap lingkungan
sekitarnya yang menunjang perencanaan dan perancangan sebuah rest
area di Tol Pejagan - Pemalang.
Setelah memperoleh data dari beberapa alternatif tapak, kemudian
dianalisa dengan menggunakan nilai bobot terhadap kriteria lokasi dan tapak
yang telah ditentukan untuk kemudian memberi scoring terhadap kriteria x
nilai bobot, dan tapak yang terpilih diambil dari nilai yang terbesar.
2) PROGRAM RUANG
Pembahasan mengenai program ruang dilakukan dengan terlebih
dahulu mengumpulkan data yang berkaitan dengan perencanaan dan
perancangan rest area, yaitu dilakukan dengan pengumpulan data mengenai
pelaku ruang itu sendiri beserta kegiatannya, dilakukan dengan observasi
lapangan baik studi kasus, serta dengan standar atau literatur perencanaan
dan perancangan rest area.
Persyaratan ruang yang didapat melalui studi Literatur dengan
standar perencanaan dan perancangan rest area, sehingga dari hasil analisa
terhadap kebutuhan dan persyaratan ruang akan diperoleh program ruang
yang akan digunakan pada perencanaan dan perancangan rest area di Tol
Pejagan - Pemalang.
3) PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR
Pembahasan mengenai penekanan desain arsitektur dilakukan
dengan observasi lapangan melalui studi banding pada rest area lain serta
dengan standar atau literatur mengenai perencanaan dan perancangan yang
kaitannya dengan persyaratan bangunan tersebut. Adapun data yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Aspek konstektual pada lokasi dan tapak terpilih dengan pertimbangan
keberadaan bangunan disekitarnya.
b) Literatur atau standar perencanaan dan perancangan rest area.
Setelah memperoleh data tersebut, kemudian menganalisa antara
data yang diperoleh dari studi banding dengan standar perencanaan dan
perancangan sehingga akan diperoleh pendekatan arsitektural yang akan
digunakan pada perencanaan dan perancangan rest area di Tol Pejagan -
Pemalang.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
8
8 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
1.7 SISTEMATIKA PEMBAHASAN Secara garis besar, sistematika dalam penyusunan Landasan Program
Perencanaan dan Perancangan Arsitektur rest area di Tol Pejagan - Pemalang
adalah: BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat,
ruang lingkup, metode pembahasan, sistematika pembahasan, serta alur bahasan
dan alur pikir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Membahas tinjauan mengenai rest area, kaitannya dengan pengertian,
perkembangan, peraturan perundangan, klasifikasi, sistem pengelolaan, dan
persyaratan teknis. Selain itu, juga membahas tentang tinjauan lifestyle, culture, dan
studi banding. BAB III TINJAUAN LOKASI
Membahas tentang gambaran umum berupa data fisik dan non fisik, potensi
dan kebijakan tata ruang rest area, gambaran khusus berupa data tentang batas
wilayah, karakteristik, serta gambaran umum Pemukiman dan tapak terpilih. BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Bab ini menjelaskan tentang uraian dasar-dasar pendekatan konsep
perencanaan dan perancangan awal dan analisis mengenai pendekatan fungsional,
pelaku dan aktivitasnya, kebutuhan jenis ruang, hubungan kelompok ruang, sirkulasi,
pendekatan kebutuhan, pendekatan kontekstual, optimaliasi lahan, pendekatan tipe
ruang pamer, pendekatan besaran ruang, serta analisa pendekatan konsep
perancangan secara kinerja, teknis dan arsitektural. BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
Berisi tentang konsep perencanaan dan perancangan Pusat Pelatihan dan
Eksibisi Teknologi Konstruksi yang ditarik berdasarkan analisis yang telah
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Andi Orsi Prabana (51124109024)
9
9 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
1.8 ALUR PIKIR
Gambar 1.1 alur pikir
Sumber: analisis, 2016
Andi Orsi Prabana (51124109024)
10
10 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Jalan Tol 2.1.1 Pemahaman Jalan Tol Sebagai Jalur Penghubung
Jalan Tol adalah suatu jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan lalu
lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari suatu tempat ke tempat lain.
Pengelolaan jalan tol diperlukan pemenuhan pelayanan yang sesuai dengan
kriteria jalan tol. Adapun pelayanan transaksi jalan tol terdiri atas 3 (tiga)
jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Sistem tertutup, yaitu pengguna jalan mengambil tiket di gerbang tol
masuk dan membayar digerbang tol keluar.
Gambar 2.1 Gerbang tol tertutup
Sumber: Arsip penulis, 2016
b. Sitem terbuka, yaitu pengguna jalan langsung membayar di gerbang tol
masuk. c. Jalan tol elektronik, tidak ada pengumpulan uang tunai maupun
pengambilan tiket pada sistem ini. Biaya tol dikumpulkan dengan
menggunakan transponder yang dipasang pada kaca depan setiap
kendaraan. Sistem ini belum ada di Indonesia.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
11
11 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.2 Electronic road pricing, Singapore
Sumber: Arsip penulis, 2016
Adapun berbagai pelayanan terkait dengan transaksi tol yaitu sebagai berikut:
a. Penambahan kapasitas gerbang tol.
b. Otomatisasi transaksi melalui e-toll card.
Gambar 2.3 Transaksi E-Toll Card
Sumber: Arsip penulis, 2016
c. Penyempurnaan sistem transaksi (dari tertutup menjadi sistem terbuka).
d. Penerapan gerbang tol otomatis (GTO)
Andi Orsi Prabana (51124109024)
12
12 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.4 GTO
Sumber: Arsip penulis, 2016
Setelah adanya pelayanan transaksi maka diperlukan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 392/PRT/M/2005 tanggal 31 Agustus 2005 tentang
Standar Minimal Pelayanan Minimal Jalan Tol yang harus dicapai oleh Badan
Usaha Jalan Tol dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
pengguna jalan tol. Dalam pengoperasian jalan tol Jasa Marga selalu
memenuhi SPM yang meliputi subtansi pelayanan sebagai berikut:
a. Kondisi jalan tol
b. Kecepatan tempuh rata – rata.
c. Aksesibilitas.
d. Mobilitas.
e. Keselamatan.
f. Unit pertolongan/penyelamatan dan bantuan pelayanan
2.1.2 Persyaratan Teknis Jalan Tol Persyaratan teknis pada jalan tol ini berisi mengenai kriteria sarana
penunjang yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan jalan tol sehingga fungsi
jalan tol berjala optimal. Adapun persyaratan jalan tol secara teknis sebagai
berikut:
a. Jalan tol mempunyai tingkat pelayanan keamanan dan kenyamanan
yang lebih tinggi dari jalan umum yang ada dan dapat melayani arus
lalu lintas jarak jauh dengan mobilitas tinggi.
b. Jalan tol yang digunakan untuk lalu lintas antar kota didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 80 (delapanpuluh)
kilometer per jam, dan untuk jalan tol di wilayah perkotaan didesain
Andi Orsi Prabana (51124109024)
13
13 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
dengan kecepatan rencana paling rendah 60 (enampuluh) kilometer per
jam.
Gambar 2.5 Rambu batas kecepatan Tol Cipali
Sumber: Arsip penulis, 2016
c. Jalan tol didesain untuk mampu menahan muatan sumbu terberat
(MST) palinng rendah 8 (delapan) ton.
d. Setiap jalan tol wajib dilengkapi denga aturan, perintah dan larangan
yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas, marka jalan dan atau alat
pemberi isyarat lalu lintas lainnya.
e. Setiap ruas jalan tol harus dilakukan pemagaran dan dilengkapi dengan
fasilitas penyebrangan jalan dalam bentuk jembatan atau terowongan.
Gambar 2.6 Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) Tol Plumbon, Palikanci
Sumber: Arsip penulis, 2016
Andi Orsi Prabana (51124109024)
14
14 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
f. Tidak ada persimpangan sebidang dengan ruas jalan lain atau dengan
prasarana transportasi lainnya.
g. Jarak antar simpang susun, paling rendah 5 (lima) kilometer untuk jalan
tol luar perkotaan dan paling rendah 2 (dua) kilometer untuk jalan tol
dalam perkotaan.
Gambar 2.7 Simpang susun Kalijati, Tol Cipali
Sumber: Arsip penulis, 2016
h. Jumlah lajur sekurang – kurangnya dua lajur per arah.
i. Lebar bahu jalan sebelah luar harus dapat dipergunakan sebagai jalur
lalu lintas sementara dalam keadaan darurat.
j. Menggunakan pemisah tengah atau median.
Gambar 2.8 Median jalan Tol Cipali
Sumber: Arsip penulis, 2016
k. Pada setiap tol harus tersedia sarana komunikasi dan sarana deteksi
pengaman lain.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
15
15 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.9 Alat panggil darurat di tol
Sumber: Arsip penulis, 2016
l. Pada jalan tol antar kota harus tersedia tempat istirahat dan pelayanan
untuk kepentingan pengguna jalan tol paling sedikit satu untuk setiap
jarak 50 (limapuluh) kilometer pada setiap jurusan (PP No.15, 2005)
Persyaratan ini mengacu pada kondisi fisik jalan tol dengan
memperhatikan keselamatan dalam berkendara. Selain itu, persyaratan ini
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penghadiran fasilitas jalan tol.
2.1.3 Pengguna Jalan Tol
Gambar 2.10 klasifikasi kendaraan
Sumber: Arsip penulis, 2016
Pada dasarnya jenis kendaraan yang beroperasi di Indonesia dapat
diklasifikasikan kedalam 12 golongan yaitu, kendaraan ringan dan bus, truk
sedang, truk besar, truk berat, truk dan trailer dengan berbagai konfigurasi
Andi Orsi Prabana (51124109024)
16
16 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
sumbu, serta sepeda motor dan kendaraan tidak bermotor. Namun, di
Indonesia kendaraan tidak bermotor dilarang menggunakan jalan tol.
Berdasarkan Kepmen PU No 323/KPTS/M/2015 pengguna jalan tol terbagi
menjadi beberapa kategori, tiap kategori ditentukan oleh gandar pada setiap
kendaraan bermotor. Yang nantinya juga menjadi standart fasilitas jalan tol.
a. Kendaraan Golongan I
Merupakan kendaraan ringan yang meliputi sedan, jip, pick up/truk
kecil, serta bus kecil dan bus besar.
Gambar 2.11 Kendaraan golongan I Sumber: Arsip penulis, 2016
Gambar 2.12 Dimensi mobil Sumber: Arsip Penulis, 2016
Gambar 2.13 Dimensi bus
Sumber: Arsip Penulis, 2016
Andi Orsi Prabana (51124109024)
17
17 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
b. Kendaraan Golongan II
Merupakan angkutan barang atau truk dengan dua gandar
Gambar 2.14 Kendaraan golongan II
Sumber: Arsip penulis, 2016
Gambar 2.15 Dimensi truk 2 gandar
Sumber: Arsip penulis, 2016
c. Kendaraan Golongan III
Truk berat dengan 3 gandar
Gambar 2.16 Kendaraan golongan III
Sumber: Arsip penulis, 2016
Gambar 2.17 Dimensi truk 3 gandar
Sumber: Arsip penulis, 2016
Andi Orsi Prabana (51124109024)
18
18 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
d. Kendaraan Golongan IV
Gambar 2.18 Kendaraan golongan IV
Sumber: Arsip penulis, 2016
Gambar 2.19 dimensi truk 4 gandar
Sumber: Arsip penulis, 2016 e. Kendaraan Golongan V
Merupakan trailer atau truk dengan 5 gandar atau lebih
Gambar 2.20 Kendaraan golongan V
Sumber: Arsip penulis, 2016
Gambar 2.21 Dimensi truk 5 gandar
Sumber: Arsip penulis, 2016
f. Kendaraan Golongan VI
Andi Orsi Prabana (51124109024)
19
19 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Kendaraan golongan VI merupakan sepeda motor berdasarkan
Kepmen PU No 323/KPTS/M/2015. Namun, di Indonesia baru tol Bali
Mandara yang menyediakan jalur sepeda motor.
Gambar 2.22 Kendaraan golongan VI
Sumber: Arsip penulis, 2016
Gambar 2.23 Tol Bali Mandara
Sumber: Arsip penulis, 2016
2.2 Tinjauan Rest Area 2.2.1 Sejarah Rest Area
Pada awalnya Rest Area dibangun sebagai bagian dari sistem jalur lalu
lintas antar kota atau yang lebih dikenal dengan Safety Rest Areas (SRAs)
berupa taman pinggir jalan yang menyediakan fasilitas kenyamanan untuk
para pengguna jalan. Semula pada umumnya Rest Area terdiri dari fasilitas
toilet, tempat makan dan taman yang digunakan sebagai tempat piknik.
Namun diawal sejarah perkembangannya, estetika desain pada Rest Area
menuju ke tradisi arsitektur yang berada dipinggir jalan jalur lalu lintas antar
kota yang telah mendominasi pada jalan raya di Amerika pada dekade
tersebut dan Rest Area muncul sebagai ekspresi unik dari desain arsitektur
modern.
Dalam kamus bahasa Inggris – Indonesia Rest adalah istirahat (selain
sisa), sedangkan Area adalah daerah atau wilayah, jadi dapat simpulkan Rest
Andi Orsi Prabana (51124109024)
20
20 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Area adalah sebuah kawasan peristirahatan yang bersifat sementara. Secara
umum, Rest Area dapat simpulkan sebagai tempat beristirahat sejenak untuk
melepaskan kelelahan, kejenuhan, ataupun ke toilet selama dalam perjalanan
jarak jauh. Tempat istirahat ini banyak ditemukan dijalan tol ataupun dijalan
nasional dimana para pengemudi atau pengguna jalan beristirahat. Dijalan
arteri primer juga banyak ditemukan restoran yang berfungsi sebagai tempat
istirahat. Restoran-restoran ini banyak digunakan oleh pengemudi atau
pengguna jalan antar kota untuk beristirahat.
Gambar 2.24 Rest area tipe A Tol Jakarta – Cikampek
Sumber: Arsip penulis, 2016
Standar perawatan dan fasilitas istirahat masing-masing daerah berbeda-
beda. Pada umumnya memiliki tempat parkir yang dialokasikan untuk bus,
truk trailer, dan kendaraan pribadi. Pemerintah juga banyak mengalokasikan
Rest Area terletak ditempat sepi atau jauh dari keramaian yaitu jauh dari
tempat makan, pom bensin dan fasilitas umumnya. Sehingga banyak tempat
istirahat yang jauh dari keramaian memiliki reputasi yang kurang aman dari
kejahatan, terutama pada malam hari serta fasilitas umum yang kurang
memadai. 2.2.2 Pemahaman Rest Area Sebagai Sarana Istirahat
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tempat istirahat
merupakan ruang yang tersedia untuk berhenti sejenak dari kegiatan, rest
area berfungsi sebagai ruang untuk melepas lelah atau mencari kekuatan
Andi Orsi Prabana (51124109024)
21
21 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
baru. Dapat dipahami bahwa rest area berfungsi sebagai penyediaan tempat
untuk beristirahat. Adapun aktivitas yang dilakukan beristirahat, beribadah
dan berbelanja kebutuhan selama perjalanan, sesekali mengecek kondisi
kendaraan. Berdasarkan aktivitas dapat disimpulkan bahwa rest area
memiliki persyaratan sebagai berikut:
a. Safety (keamanan)
Fungsi keamanan berpengaruh ketika pengguna berada pada posisi atau
kondisi yang tidak membahayakan dalam memanfaatkan fasilitas
peristirahatan. Dalam fungsi keamanan tersebut, pengguna tidak merasa
gusar sehingga pengguna dapat mengembalikan kondisi fisik maupun
psikis dengan optimal.
b. Comforting (kenyamanan)
Fungsi kenyamanan pada rest area diperoleh ketika fungsi keamanan
sudah tercapai. Hal ini terjadi karena ketika pengguna merasa aman
maka akan merasakan kenyamanan yang akan menunjang kegiatan
beristirahat. Fungsi kenyamanan dapat diwujudkan melalui penyediaan
fasilitas dalam rest area.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
tentang Kegiatan Operasi Jalan Tol menyebutkan bahwa tempat istirahat dan
pelayanan terdiri dari tipe A dan B (KEPMEN No. 354 Tahun 2015) sebagai
berikut:
a. Tempat Pelayanan Tipe A
Pada tempat pelayanan tipe A disediakan parkir untuk 100 kendaraan,
ruang istirahat, toilet, mushola, restoran, pompa pengisian bahan bakar,
bengkel, toko kecil, sarana informasi dan telepon umum.
b. Tempat Pelayanan Tipe B
Pada tempat pelayanan tipe B berukuran lebih kecil daripada tipe A dan
fasilitas komersil utamanya adalah tempat parkir sekurang kurangnya 25
kendaraan, toilet, mushola, kedai, sarana informasi dan telepon umum.
Gambar 2.25 Sirkulasi rest area tipe B, Tol Semarang
Sumber: Arsip penulis, 2016
Andi Orsi Prabana (51124109024)
22
22 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.26 Rest area tipe B, Tol Semarang
Sumber: Arsip penulis, 2016 Oleh sebab itu, rest area yang direncanakan seharusnya menyediakan
fasilitas yang dapat meningkatkan keamanan dalam mengemudi dan menarik
bagi pengguna jalan untuk berhenti dan mendapatkan kenyamanan dalam
beristirahat. Suatu rest area setidaknya memiliki fasilitas sebagai berikut:
a. Kawasan parkir kendaraan.
b. Taman, yaitu tempat terbuka dengan penataan vegetasi tempat
pengunjung bersantai sambil menikmati keindahan alam sekitar.
Gambar 2.27 Ilustrasi penataan landscape dan sitting group
Sumber: Arsip penulis, 2016
c. Bangunan fasilitas meliputi bangunan pelayanan (WC umum, ruang
istirahat), ruang komersil (restoran, kios, SPBU) dan bangunan
penunjang (Menara air, pos satpam dan lain lain).
d. Jalur sirkulasi.
e. Fasilitas pemeliharaan dan pengendalian lalu lintas.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
23
23 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
2.2.3 Kriteria Rest Area Dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah tentang
ketentuan Teknik, Tata Cara Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Tol
menyebutkan bahwa penempatan tempat istirahat dan pelayanan harus
memenuhi ketentuan - ketentuan sebagai berikut:
a. Jarak titik akhir lajur percepatan dengan titik awal lajur perlambatan
antara tempat istirahat dan pelayanan dengan simpang susun untuk
jurusan yang sama sekurang kurangnya 3 (tiga) kilometer.
b. Jarak antara tempat istirahat dan pelayanan yang tidak setipe sekurang –
kurangnya berjarak 10 (sepuluh) kilometer dan tidak lebih dari 20
(duapuluh) kilometer pada masing – masing jurusan.
c. Jarak antara tempat istirahat dan pelayanan tipe B sekurang – kurangnya
berjarak 10 (sepuluh) kilometer dan tidak lebih dari 20 (duapuluh)
kilometer pada masing – masing jurusan.
d. Jarak antara tempat istirahat dan pelayanan tipe A sekurang – kurangnya
berjarak 40 (empatpuluh) kilometer dan tidak lebih dari 120
(seratusduapuluh) kilometer pada masing – masing jurusan.
e. Jarak penempatan bangunan dan tempat pelayanan minimal 12,50 (duabelas koma limapuluh) meter dari tepi jalur lalu lintas.
Gambar 2.28 Penempatan rest area (potongan melintang)
Sumber: Arsip penulis, 2016
f. Setiap tempat istirahat dan pelayanan dilarang dihubungkan dengan
akses apapun dari luar jalan tol.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
24
24 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
g. Lokasi, tata letak dan rencana teknik tempat istirahat dan pelayanan
ditentukan berdasarkan ketentuan teknik yang ditetapkan oleh Pembina
Jalan.
Dalam perencanaan rest area, Ditjen Bina Marga mensyaratkan untuk
memperhatikan sesuai kriteria yang ideal sebagai berikut:
a. Lokasi dan ukuran kota terdekat karena akan mempengaruhi efektivitas
rest area.
b. Volume lalu lintas dan karakterisktiknya, selain akan mempengaruhi
efektivitas penggunaan rest area juga mempengaruhi jenis fasilitas yang
akan disediakan.
c. Lansekap sepanjang jalan yang akan berpengaruh untuk mendukung
tujuan keberadaan rest area bagi penggunanya.
d. Keterkaitan dan sarana lain.
e. Alignment jalan, lengkungan atau tikungan jalan mempengaruhi
keamanan pengemudi.
f. Kondisi geografis sepanjang jalan, topografi dan jenis tanah.
g. Pengawasan dan pemeliharaan.
h. Biaya pembangunan rest area harus diperhatikan agar lebih efisien dan
fasilitas alam rest area dapat dimanfaatkan se-efektif mungkin oleh
pengguna serta tahan lama.
Berdasarkan kriteria di atas dapat menjadi pedoman dalam penentuan
perancangan Rest Area Tipe A mengenai lokasi maupun pemeliharaan. 2.2.4 Fasilitas Rest Area
Menurut Keputusan Menteri PU No. 16/PRT/M/2014 tentang Standar
Pelayan Minimal Jalan Tol, untuk tempat istirahat tipe A disediakan parkir
dengan kapasitas yang ditentukan, ruang istirahat, toilet, sarana ibadah,
staiun pengisian bahan bakar, toko kecil, sarana informasi dan fasilitas
pendukung lainnya. Adapun pengadaan fasilitas di rest area sebagai berikut:
a. Restoran
Restoran merupakan salah satu fasilitas rest area yang hadir sebagai
pemenuhan kebutuhan pangan bagi pengguna. Restoran biasanya
dikelola oleh investor berupa fast food ataupun francise yang bersifat
waralaba. Penataan ruang dalam restoran memiliki batasan dengan
fasilitas lainnya.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
25
25 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.29 Restoran rest area km97 Tol Padalarang
Sumber: Arsip penulis, 2016
b. Pujasera / foodcourt
Pujasera juga merupakan fasilitas pemenuhan kebutuhan pangan
pengguna namun memiliki perbedaan dengan restoran berupa
pengelolanya yang bisa dimiliki oleh individu. Selain itu, pujasera juga
memiliki ruang makan bersama yang disatukan dengan beberapa kios
lainnya.
Gambar 2.30 foodcourt rest area km19 Japek
Sumber: Arsip penulis, 2016
c. Minimarket
Minimarket merupakan fasilitas pemenuhan kebutuhan pengguna saat
melakukan perjalanan seperti makanan dan minuman ringan, obat
Andi Orsi Prabana (51124109024)
26
26 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
obatan dan keperluan lainnya. Minimarket ini bersifat swalayan sehingga
pengguna mampu memperoleh kebutuhan dengan mandiri.
Gambar 2.31 Ilustrasi minimarket
Sumber: Arsip penulis, 2016
d. Sarana Ibadah
Masjid merupakan sarana ibadah yang diperuntukan untuk pengguna
jalan tol Pejagan – Pemalang bagi yang beragama Islam. Kebutuhan
akan fasilitas ini diharapkan mampu mempermudah pengguna untuk
beribadah shalat wajib lima waktu, shalat sunah, shalat jumat maupun
shalat lainnya.
Gambar 2.32 Masjid rest area Sumber: Arsip penulis, 2016
e. Pijat Refleksi
Pijat refleksi merupakan salah satu langkah mengembalikan kebugaran
secara fisik setelah melakukan perjalanan dengan kondisi yang bugar
diharapkan mampu mengembalikan daya konsentrasi bagi pengunjung
untuk melanjutkan perjalanan berikutnya.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
27
27 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.33 Kursi pijat refleksi
Sumber: Arsip penulis, 2016
f. Toilet
Merupakan fasilitas kegiatan metabolisme. Fasilitas ini merupakan salah
satu kebutuhan pokok bagi pengguna yang melakukan perjalanan.
Melalui toilet ini diharapkan pengguna mampu menghilangkan rasa penat
dan kantuk dengan memanfaatkannya sebagai kamar mandi.
g. Carwash
Carwash merupakan fasilitas yang diperuntukkan untuk membersihkan
kendaraan setelah melakukan perjalanan. Fasilitas ini diharapkan mampu
memberikan kenyamanan berupa kebersihan untuk melanjutkan
perjalanan. Sistem carwash ini berupa track pencucian kendaraan
otomatis sehingga pengguna dapat mengakses dengan mudah dan
cepat.
Gambar 2.34 Manual carwash Sumber: Arsip penulis, 2016
Andi Orsi Prabana (51124109024)
28
28 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.35 automatic carwash machine
Sumber: Arsip penulis, 2016
h. Bengkel
Bengkel merupakan fasilitas yang diperuntukan untuk memperbaiki atau
mengecek keoptimalan fungsi mesin kendaraan sehingga penggunan
dapat melanjutkan perjalanan dengan aman.
i. Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU)
Merupakan fasilitas pengisian bahan BBM untuk melanjutkan perjalanan.
Dan dilengkapi minimarket pelumas, pengisian angin dan air radiator.
Adapun sarana dan prasarana standart yang wajib dimiliki oleh setiap
SPBU sebagai berikut:
1) Sarana pemadam kebakaran.
2) Sarana lindungan lingkungan, yang terdiri atas
(a) Instalasi pengolahan limbah.
(b) Instalasi oil cather dan well cather (saluran yang digunakan
untuk mengalirkan minyak yang tercecer di area SPBU kedalam
tempat penampungan).
(c) Instalasi sumur pantau (Sumur pantau dibutuhkan untuk
memantau tingkat polusi terhadap air tanah disekitar bangunan
SPBU yang disebabkan oleh kegiatan usaha SPBU).
(d) Saluran bangunan/drainase sesuai pedoman PT. Pertamina.
3) Sistem keamanan yang terdiri atas:
(a) Memiliki pipa ventilasi tangki pemadam
(b) Memiliki ground point/strip tahan karat.
(c) Memiliki dinding pembatas/pagar pengaman.
(d) Memiliki rambu – rambu pengaman.
(e) Memiliki rambu – rambu peringatan.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
29
29 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
4) Sistem pencahayaan
(a) SPBU memiliki penerangan yang menerangi seluruh area dan
jalur pengisian BBM.
(b) Papan penunjuk SPBU sebaiknya berlampu agar keberadaan
SPBU mudah dilihat oleh pengendara.
5) Peralatan dan perlangkapan filling BBM sesuai dengan standar PT.
Pertamina, antara lain:
(a) Tangki Pemadam
(b) Pompa
(c) Pulau Pompa
6) Duiker, dibutuhkan sebagai saluran air umum didepan bangunan
SPBU.
7) Sensor api dan perangkat pemadam kebakaran.
8) Lambang Perusahaan penyedia bahan bakar
9) Generator
10) Racun api
11) Fasilitas Umum
12) Instalasi listrik
13) Rambu – rambu standar
2.3 Tinjauan Arsitektur Perilaku 2.3.1 Pengertian Arsitektur Perilaku
Arsitektur perilaku adalah arsitektur yang penerapannya selalu
menyertakan pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangan.
Arsitektur ini muncul sekitar tahun 1950. Pertimbangan-pertimbangan ini
pada awalnya dibutuhkan untuk perancangan obyek-obyek Arsitektur
tertentu, misalnya rumah sakit jiwa, rehabilitasi narkoba, penjara, rumah sakit
anak, SLB atau pusat autisme. Dalam perkembangannya, ternyata banyak
obyek Arsitektur yang dapat didekati dengan pendekatan perilaku didalam
perancangannya, misalnya mall, restoran, sekolah, stasiun kereta api dan
lain-lain.
Perancangan arsitektur berdasarkan perilaku ini berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan perancangan, diantaranya pada hasil penelitian
didalam bidang psikologi arsitektur atau psikologi lingkungan. Sebagai contoh
perilaku manusia pada sebuah ruang terbuka publik di plaza office, dimana
Andi Orsi Prabana (51124109024)
30
30 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
manusia berlalu lalang melakukan aktivitasnya dengan memanfaatkan plaza
sebagai aksesibitas untuk bekerja.
Gambar 2.36 Ruang terbuka publik pada area perkantoran
Sumber: Arsip penulis, 2016
2.3.2 Teori Arsitektur Perilaku Manusia tidak dapat lepas dari lingkungannya. Setiap aspek dalam
kehidupan manusia selalu berada dalam lingkungan tertentu. Hal ini
merupakan salah satu indikasi bahwa manusia memang tak bisa lepas dari
lingkungan. Pola perilaku manusia sedikit banyak juga ditentukan oleh
keadaan lingkungan sekitarnya. Lingkungan memiliki peran penting dalam
membentuk karakter manusia. Lingkungan juga dapat menjadi sarana bagi
manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Tidur, bekerja, rekreasi, ibadah
dan berbagai aktivitas lainnya membutuhkan ruang atau lingkungan. Berikut
definisi dari beberapa tokoh arsitektur perilaku:
a. Menurut Donna P. Duerk dalam bukunya yang berjudul Architectural Programming
dijelaskan bahwa :
“…that people and their behavior are part of a whole system that
includes place and environment, sunch that behavior and environment
cannot be empirically separated. That is to say, human behavior always
happen in a place and they cannot be fully evaluated without considering
the environmental influence.”
(…bahwa manusia dan perilakunya adalah bagian dari system
yang menempati tempat dan lingkungan tidak dapat dipisahkan secara
Andi Orsi Prabana (51124109024)
31
31 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
empiris. Karena itu perilaku manusia selalu terjadi pada suatu tempat dan
dapat dievaluasi secara keseluruhan tanpa pertimbangan faktor
lingkungan)
b. Menurut Y.B Mangun Wijaya Dalam buku Wastu Citra arsitektur berwawasan perilaku adalah
Arsitektur yang manusiawi, yang mampu memahami dan mewadahi
perilaku-perilaku manusia yang ditangkap dari berbagai macam perilaku,
baik itu perilaku pencipta, pemakai, pengamat juga perilaku alam
sekitarnya. Disebutkan pula bahwa Arsitektur adalah penciptaan
suasana, perkawinan guna dan citra. Guna merujuk pada manfaat yang
ditimbulkan dari hasil rancangan. Manfaat tersebut diperoleh dari
pengaturan fisik bangunan yang sesuai dengan fungsinya. Namun begitu
guna tidak hanya berarti manfaat saja, tetapi juga mengahsilkan suatu
daya yang menyebabkan kualitas hidup kita semakin meningkat. Citra
merujuk pada image yang ditampilkan oleh suatu karya Arsitektur. Citra
lebih berkesan spiritual karena hanya dapat dirasakan oleh jiwa kita. Citra
adalah lambang yang membahasakan segala yang manusiawi, indah dan
agung dari yang menciptakan (Mangunwijaya, 1992).
Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa mencapai guna
dan citra yang sesuai tidak lepas dari berbagai perilaku yang
berpengaruh dalam sebuah karya, baik itu perilaku pencipta, perilaku
pemakai, perilaku pengamat juga menyangkut perilaku alam dan
sekitarnya. Pembahasan perilaku dalam buku wastu citra dilakukan satu
persatu menurut beragamnya pengertian Arsitektur, sebagai berikut :
1) Perilaku manusia didasari oleh pengaruh sosial budaya yang juga
mempengaruhi terjadinya proses Arsitektur. 2) Perilaku manusia yang dipengaruhi oleh kekuatan religi dari
pengaruh nilai-nilai kosmologi. 3) Perilaku alam dan lingkungan mendasari perilaku manusia dalam
ber-Arsitektur. 4) Dalam ber-Arsitektur terdapat keinginan untuk menciptakan perilaku
yang lebih baik. c. Menurut Garry T. More
Istilah perilaku diartikan sebagai suatu fungsi dari tuntutan-tuntutan
organisme dalam dan lingkungan sosio-fisik luar. Pengkajian perilaku
Andi Orsi Prabana (51124109024)
32
32 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
menurut Garry T. More dikaitkan dengan lingkungan sekitar yang lebih
dikenal sebagai pengkajian lingkungan-perilaku. Adapun pengkajian
lingkungan perilaku seperti yang dimaksudkan oleh Garry T. More terdiri
atas definisi-defenisi sebagai berikut :
1) Meliputi penyelidikan sistematis tentang hubungan-hubungan antara
lingkungan dan perilaku manusia dan penerapannya dalam proses
perancangan. 2) Pengkajian lingkungan-perilaku dalam Arsitektur mencakup lebih
banyak dari pada sekedar fungsi. 3) Meliputi unsur – unsur keindahan estetika, dimana fungsi bertalian
dengan perilaku dan kebutuhan oang, estetika bertalian dengan
pilihan dan pengalaman. Jadi estetika formal dilengkapi dengan
estetika hasil pengalaman yang bersandar pada si pemakai. 4) Jangkauan faktor perilaku lebih mendalam, pada psikologi si
pemakai bangunan, kebutuhan interaksi kemasyarakatan,
perbedaan-perbedaan sub budaya dalam gaya hidup dan makna
serta simbolisme banguan. 5) Pengkajian lingkungan-lingkungan juga meluas ke tekhnologi, agar
isyarat-isyarat Arsitektur dapat memberikan penampilan kemantapan
atau perlindungan. d. Menurut Victor Papanek
Bahwa dalam telaah-telaah lingkungan arsitektur, harus dipahami dua
kerangka konsep yang satu menjelaskan jajaran informasi lingkungan
perilaku-perilaku yang tersedia, dan yang lain memperhatikan dimana
proses perancangan informasi lingkungan perilaku paling mempengaruhi
pengambilan keputusan Arsitektur e. JB. Watson
Arsitektur perilaku adalah Arsitektur yang dalam penerapannya selalu
menyertakan pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangan
kaitan perilaku dengan desain arsitektur (sebagai lingkungan fisik) yaitu
bahwa desain arsitektur dapat menjadi fasilitator terjadinya perilaku atau
sebaliknya sebagai penghalang terjadinya perilaku. 2.3.3 Hubungan Arsitektur, Manusia, Lingkungan dan Perilaku
Hubungan yang terjadi antara manusia dan lingkungan lebih umum
dikenal dengan istilah interaksi antara manusia dengan lingkungan. hal ini
Andi Orsi Prabana (51124109024)
33
33 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
berada diantara sifat-sifat alami dari manusia dengan lingkungan dengan
berbagai macam atributnya, baik fisik maupun non-fisik. Terjadinya interaksi
antara manusia dengan lingkungan disebut dengan persepsi. sebuah
persepsi akan muncul jika salah satu unsur tidak ada. Pola perilaku menjadi
suatu hal yang sangat penting untuk membatasi situasi dan konteks situasi,
serta untuk mengatakan bahwa ada batasan kebudayaan. Kesesuaian
karakteristik dalam interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya
sangatlah penting dalam pengembangan suatu lingkungan binaan. aspek
yang sangat berpengaruh dalam interaksi tersebut adalah budaya (berkaitan
dengan kebiasaan dan kecenderungan dalam melakukan suatu kegiatan).
Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah terlepas dari lingkungan
yang membentuk diri mereka. Di antara sosial dan arsitektur dimana
bangunan yang didesain oleh manusia, secara sadar atau tidak sadar,
mempengaruhi pola perilaku manusia yang hidup di dalam arsitektur dan
lingkungannya tersebut. Sebuah arsitektur dibangun untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Dan sebaliknya, dari arsitektur itu muncul kebutuhan
manusia yang baru kembali. Hal ini pernah dikemukakan oleh Winston
Churchill: “We shape our buildings; then they shape us” – Winston Churchill
(1943)
Selama arsitektur merupakan produk sosial, sampai sejauh itu pula
psikologi dan perilaku manusia terlibat dalam arsitektur. Berikut pemetaan
arsitektur perilaku.
a. Arsitektur membentuk perilaku manusia (Place Centered Mapping)
Gambar 2.37 Pemetaan place centered mapping rest area km 19
Sumber: Arsip penulis, 2016
Andi Orsi Prabana (51124109024)
34
34 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Manusia membangun bangunan demi pemenuhan kebutuhan
pengguna, yang kemudian bangunan itu membentuk perilaku pengguna
yang hidup dalam bangunan tersebut. Bangunan yang didesain oleh
manusia yang pada awalnya dibangun untuk pemenuhan kebutuhan
manusia tersebut mempengaruhi cara dalam menjalani kehidupan sosial
dan nilai-nilai yang ada dalam hidup.
b. Perilaku manusia membentuk arsitektur (Person Centered Mapping)
Manusia membangun bangunan, yang kemudian membentuk
perilaku manusia itu sendiri. Setelah perilaku manusia terbentuk akibat
arsitektur yang telah dibuat, manusia kembali membentuk arsitektur yang
telah dibangun sebelumnya atas dasar perilaku yang telah terbentuk, dan
seterusnya.
Gambar 2.38 Pemetaan person centered mapping rest area km 19
Sumber: Arsip penulis, 2016
2.3.4 Tinjauan Perilaku Pengemudi Perilaku pengemudi merupakan faktor psikologis yang berpengaruh
pada faktor fisik atau sebaliknya karena adanya dampak dari perjalanan
pengemudi. Ketika tubuh merasa letih dan penat di perjalanan, sebaiknya
berhenti dan melakukan istirahat. Dengan menggunakan fasilitas rest area
bagi pengemudi yang mengalami keletihan. Dengan beristirahat otot – otot
tubuh bisa mengendur kembali. melemasnya otot juga berpengaruh besar
bagi syaraf yang sebelumnya menegang dan bisa ikut menegendur.
Mengemudi merupakan pekerjaan yang kompleks sehingga
memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu.pada saat yang sama,
pengemudi harus menghadapi kendaraan dengan berbagai peralatannya dan
Andi Orsi Prabana (51124109024)
35
35 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
menerima pengaruh atau rangsangan dari keadaan sekelilingnya. Kelancaran
dan keselamatan dalam berkendara tergantung pada kesiapan dan
keterampilan pengemudi dalam menjalankan kendaraannya. Dalam
menjalankan tugasnya, pengemudi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor
eksternal dan faktor internal.
a. Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor lingkungan. Kondisi
lingkungan yang berbeda – beda mempengaruhi konsentrasi dan
perhatian pengemudi. Faktor lingkungan ini antara lain:
1) Penggunaan tanah dan kegiatannya dalam bentuk jenis pertokoan,
pasar, dan tempat hiburan yang cenerung mengalihkan perhatian
pengemudi dari konsentrasi pada kendaraan lalu lintas.
2) Keadaan udara dan cuaca yang mempengaruhi kondisi tubuh dan
emosi, seperti udara yang panas menyebabkan pengemudi mudah
marah atau hujan yang lebat dapat mengurangi kontrol pengemudi
pada kendaraan.
3) Fasilitas lalu lintas seperti rambu, yang dimaksudkan untuk
membantu pengemudi malah bisa mengganggu konsentrasi
pengemudi dan menjadi tidak efektif karena keragaman rambu yang
ada pada suatu tempat dan pemasangan yang tidak tepat.
4) Arus lalu lintas dan karakteristiknya turut mempengaruhi pengemudi
pada kondisi tertentu. Misalnya bila arus lalu lintas lengang,
pengemudi cenderung mempercepat kendaraannya, sebaliknya bila
arus lalu lintas padat pengemudi mulai berhati – hati.
b. Faktor Internal
1) Kemampuan mengenal situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang
berkaitan dengan panca indera, seperti penglihatan, perasaan,
pendengaran dan penciuman.
2) Kemampuan mengemudi serta pengetahuan teori dan prakek yang
menyangkut lalu lintas dan kendaraan, ditunjukkan dengan kelulusan
dalam bentuk kepemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM).
3) Karakteristik sifat dan watak yang dimiliki oleh pengemudi yang akan
mempengaruhi tingkah laku dalam berkendara, misalnya pengemudi
yang kasar, tidak sabaran, tenang, dan lain-lain.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
36
36 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Selain kedua faktor di atas, terdapat satu faktor penting yang
mempengaruhi tingkah laku pengendara yaitu kondisi tubuhnya. Dalam hal ini
yang memegang peranan penting dalam berkegiatan mengemudi adalah
kondisi penglihatan dan waktu reaksi pengemudi (PIEV Time).
a. Penglihatan
Ketajaman penglihatan setiap orang bisa berbeda, bahkan juga
terjadi perbedaan ketajaman antara mata kanan dan mata kiri. Terdapat
beberapa faktor penglihatan yang dapat mempengaruhi kemampuan
penglihatan seseorang dalam mengidentifikasi dan memberikan persepsi
dalam berlalu lintas, antara lain:
1) ketajaman penglihatan (visual actuity)
2) medan keliling penglihatan (peripheral vision)
3) penglihatan kilau (glare vision)
4) persepsi kedalaman penglihatan (depth perseption)
b. Waktu Reaksi
Pada saat berkendara, diperlukan suatu proses yang menerus
(continue) dari pandangan dan pendengaran untuk memonitor dan
melakukan suatu respon. Persepsi terhadap suatu keadaan dan reaksi
yang dilakukan meliputi empat tahapan aksi dari pengemudi, yaitu:
1) Persepsi / Deteksi
persepsi merupakan proses masuknya rangsangan melalui panca
indera sehingga timbul stimulus untuk melakukan respon. Faktor
pengalaman dan kebiasaan dapat meyebabkan rangsangan yang
masuk tersebut menimbulkan suatu tanggapan/gerakan refleks.
Semakin kompleks situasi yang dihadapi, maka persepsi kondisi lalu
lintas semakin bertambah.
2) Identifikasi / Pengenalan
Identifikasi merupakan proses penelaahan terhadap rangsangan
yang diterima, seperti membedakan, mengelompokkan dan
mencatat. Proses ini merupakan tindak lanjut dari persepsi berupa
pengenalan sederhana dari rangsangan yang diterima.
3) Emosi
Proses ini merupakan proses penanggapan terhadap rangsangan
setelah proses persepsi dan identifikasi. Emosi sangat
Andi Orsi Prabana (51124109024)
37
37 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
mempengaruhi pesan akhir yang dikirim ke otak karena sebagai
proses pengambilan
4) Reaksi
Reaksi merupakan respon fisik sebagai hasil dari suatu keputusan.
Proses pengambilan tindakan ini dilakukan sesuai dengan
pertimbangan yang diambil. Hal ini berhubungan dengan ingatan,
prasangka, kepercayaan, kebiasaan, kelemahan, keinginan, dan
tingkah laku pengemudi. Keputusan terakhir yang diambil
membutuhkan pencernaan dari semua rangsangan yang diterima
menjadi pesan keluar yang menghasilkan tindakan.
Total waktu yang dibutuhkan untuk tahapan aksi di atas disebut waktu
reaksi atau PIEV Time (Perception, Identification, Emotion, and
Volition).Waktu reaksi ini terdiri dari empat bagian waktu dimana harganya
berkisar 0,5 – 4 detik. Hal ini tergantung pada mudah / sukarnya rangsangan
yang diterima. Selain itu juga tergantung pada ciri khas pengemudi
menghadapi rangsangan, misalnya keputusan untuk mendahului / menyiap
pada jalan dua lajur dua arah. Hasil dari beberapa studi terhadap waktu PIEV
salah satunya yang dilakukan oleh Johansons dan Rumar terhadap 321
pengemudi (AASHTO,2001) adalah sebesar 2,5 detik7. Secara umum, waktu
persepsi – reaksi pengemudi bervariasi dan berhubungan dengan jumlah
maupun kompleksitas dari faktor: Umur, Kelelahan, Kompleksitas Kendaraan,
dan sebagainya. 2.3.5 Arsitektur Perilaku pada Rest Area
Istirahat merupakan kesempatan untuk memulihkan kesegaran,
menggerakkan badan atau berjalan – jalan, santai sambil mengobrol dengan
orang lain, atau berganti suasana dan lingkungan sejenak. Pada skala
pemakaian energi, tugas – tugas yang memerlukan kewaspadaan atau sikap
hati – hati perlu diberikan agar menjaga dan mempertahankan tingkat
konsentrasi yang tetap tinggi.
Menurut aspek medis, dalam pemulihan setelah melakukan kegiatan dapat
dilakukan melalui mengganti cairan tubuh yang hilang, makan yang bernutrisi,
tidur berkualitas, mandi dan massage. Kegiatan tersebut mampu
mengembalikan kebugaran dengan merilekskan anggota badan. Adapun
yang berpengaruh dalam bangunan fisik sebagai berikut:
a. Penataan Massa Bangunan
Andi Orsi Prabana (51124109024)
38
38 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Berdasarkan arsitektur perilaku, penataan massa bangunan diwujudkan
melalui adanya jalur sirkulasi yang menunjang jalur penghubung antar
massa yang dikelompokan sesuai dengan pemetaan perilaku pengguna
pada penataan ruang. Pada penataan massa lebih dititikberatkan pada
pemetaan perilaku place centered mapping yang menghubungkan
seluruh kegiatan.
Gambar 2.39 Ilustrasi penataan masa bangunan rest area
Sumber: Arsip penulis, 2016
b. Pemilihan Warna
Warna merupakan salah satu elemen penting dalam berarsitektur.
Sebuah obyek yang serupa tapi diberi sentuhan warna yang berbeda
akan menimbulkan kesan yang berbeda pula. Tiap – tiap warna dan
karakternya mampu memberi efek secara psikologis tersendiri bagi
orang yang melihat. Tabel 2.1 Analisa warna
Warna Arti Merah Melambangkan kesan keberanian, pencapaian
tujuan, ketenaran, kecepatan. Warna ini memiliki kecenderungan untuk menampilkan gambar dan teks secara lebih besar dan dekat. warna merah dapat mengganggu apabila digunakan pada ukuran yang besar.
Putih Menunjukkan kedamaian, pencapaian diri, kesempurnaan, kebersihan, keamanan. Warna putih sangat bagus untuk menampilkan atau menekankan warna lain serta memberi kesan kesederhanaan dan kebersihan.
Hitam Melambangkan perlindungan, kekuatan, kekayaan. Serta membantu penekanan pada warna-warna lain.
Biru Memberikan kesan ketenangan, kelembutan, dinamis, loyalitas. Obyek dan gambar biru pada dasarnya dapat menciptakan perasaan yang dingin dan tenang.
Hijau Melambangkan kesuburan, keseimbangan. Serta Dapat digunakan untuk relaksasi, menetralisir mata, memenangkan pikiran.
Kuning Merujuk pada energi sosial, kerjasama, kegembiraan, loyalitas. Warna Kuning
Andi Orsi Prabana (51124109024)
39
39 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
merangsang aktivitas mental dan menarik perhatian.
Merah Muda Warna Merah Muda menunjukkan simbol persahabatan, kepercayaan, niat baik, pengobatan emosi, damai, perasaan yang halus, perasaan yang manis dan indah.
Jingga Menunjukkan kehangatan, antusiasme, persahabatan, kegembiraan.
Abu - abu Mencerminkan keamanan, tenang dan serius, kesederhanaan, kedewasaaan, praktis,
Sumber: Analisis, 2016
c. Penggunaan Vegetasi
Vegetasi merupakan potensi tapak asli yang utama. Tumbuh –
tumbuhan merupakan bahan tentang alam pokok; aneka ragam skala,
tekstur, warna dan bentuk – bentuk untuk menentukan ruang luar. Ada
tiga tingkat yang dapat digunakan sebagai berikut.
1) Pepohonan
Pepohonan dapat dipakai untuk menciptakan dataran vertikal guna
peneduh, pemagaran, untuk menutupi pemandangan yang tidak
menyenangkan, untuk menciptakan kebebasan pribadi dan untuk
melindungi iklim ruang.
Gambar 2.40 Pohon Cemara Sumber: Arsip penulis, 2016
Penggunaan pohon cemara dapat berfungsi sebagai buffer
kebisingan dari luar site dan juga dapat ditempatkan disekeliling
site.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
40
40 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.41 Pohon Trembesi Sumber: Arsip penulis, 2016
Trembesi biasa digunakan untuk peneduh sepanjang jalan, dapat
digunakan pula untuk peneduh dalam mendesain landscape rest
area. Bisa ditempatkan pada area parkir atau area taman.
Gambar 2.42 Pohon Ketapang Kencana
Sumber: Arsip penulis, 2016
Selain berfungsi sebagai peneduh, pohon ini juga bisa sebagai
penghias dalam penataan landscpe rest area.
2) Semak Belukar
Semak belukar dapat dipakai sebagai tekstur, warna dan
keragaman dalam suatu dataran vertikal dan menciptakan pagar
sebagian. Dan bisa diterapkan pada desain rest area sebagai
pengarah untuk pejalan kaki.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
41
41 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.43 Semak belukar Sumber: Arsip penulis, 2016
3) Rerumputan
Rerumputan merupakan dataran dasar dan dalam konteks ini
merupakan unsur penting yang menyatakan sifat ruang dengan
tekstur dan warnanya. Penggunaan rumput secara teknis untuk
menutup area kosong taman, Sehingga terlihat indah jika
dibandingkan dengan paving block atau semen.
Gambar 2.44 Rumput gajah Sumber: Arsip penulis, 2016
Rumput raksasa ini sejatinya untuk pakan ternak, seperti sapi,
kambing dan ternak lainnnya. Namun, rumput ini bisa juga dijadikan
sebagai rumput taman. Walaupun dilihat dari teksturnya yang
kurang bagus, tetapi rumput gajah mudah tumbuh dan tahan
terhadap pijakan kaki manusia. Sehingga sangat cocok untuk
taman yang sering dilalui orang.
Gambar 2.45 Rumput gajah mini varigata
Sumber: Arsip penulis, 2016
Andi Orsi Prabana (51124109024)
42
42 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Rumput gajah mini varigata ini terlihat unik. Dari segi penampilan,
karakteristik dan teksturnya, rumput gajah mini varigata ini mirip
dengan ciri-ciri yang ada di rumput gajah mini. Rumput gajah
varigata memiliki campuran warna putih pada setiap helai daunnya,
sehingga terlihat bagus untuk taman.
Gambar 2.46 Rumput Jepang Sumber: Arsip penulis, 2016
Daun rumput jepang kurus dan tumbuh rapat. Setiap bulan harus
dipangkas agar sinar matahari dapat menembus bagian bawah,
sehingga bagian bawahnya tidak berwarna kekuningan.
Rest area merupakan ruang yang tersedia untuk berhenti sejenak dari
kegiatan dan berfungsi sebagai tempat melepas lelah, rest area diharapkan
mampu mengakomodir kebutuhan pengguna. Sedangkan fungsi sebagai
melepas jenuh, rest area diharapkan mampu memberikan hiburan serta
informasi sehingga pengguna merasa tenang dan nyaman. Melalui
penekanan perilaku, rest area diharapkan mampu menjadi tempat
peristirahatan yang tenang, aman dan nyaman.
2.4 Studi Banding Studi banding diperlukan untuk memperoleh informasi dan membandingkan
objek rancangan sehingga dapat dikembangkan menjadi lebih baik. Objek yang
dijadikan sebagai studi banding pada konteks ini adalah bangunan yang memiliki
fungsi sejenis atau mendekati dalam perencanaan dan perancangannya. 2.4.1 Rest Area
a. Rest Area km 19 Tol Jakarta – Cikampek Area Peristirahatan Km 19 Tol Cikampek. Menyediakan fasilitas
meliputi SPBU, tempat makan dari kelas kantin sampai café, factory
outlet, bengkel mobil, mushola, convenience store, sampai area pijat
Andi Orsi Prabana (51124109024)
43
43 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
refleksi. Ruang- ruang penampung fungsi tersebut diorganisasikan dalam
satu bangunan bertingkat dua mirip mall, lengkap dengan lobby dan meja
informasi, yang membuat pengunjung seakan- akan merasa berada di
tengah kota ketimbang berada di tengah jalan tol.
Gambar 2.47 Restoran cepat saji pada rest area km 19
Sumber: Arsip penulis, 2016
Gambar 2.48 Area parkir kendaraan dan fasilitas pendukung (belakang)
Sumber: Arsip penulis, 2016
Gambar 2.49 Area parkir bus dan truk
Sumber: Arsip penulis, 2016
Area Peristirahatan KM 19 mampu mencuri perhatian ditengah
percepatan gerak dengan mengunggulkan desain shelter SPBU yang
atraktif. Shelter ini dirancang khusus oleh Maria Rosantina dan Gregorius
Andi Orsi Prabana (51124109024)
44
44 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Yolodi yang tergabung dalam konsultan arsitek D-Associate. Semangat
postmodern tampak pada desain bentuk shelter SPBU yang menerapkan
gaya kontemporer dan menolak bentuk shelter SPBU Pertamina yang
terdahulu.
Gambar 2.50 Desain SPBU rest area km 19
Sumber: Indonesia Design
Dalam merancang shelter SPBU Km 19 ini, sang arsitek banyak
menerapkan Teori Gestalt untuk menarik perhatian mata manusia
dengan tipuan-tipuan visual. Misalnya saja, penggunaan warna merah
terang yang sangat dominan diantara warna abu-abu jalan dan hijau
rumput, mampu menjadi aksen yang memikat mata. Penggunaan kolom
– kolom yang sengaja dimiringkan juga menciptakan kesan vertikal yang
dinamis serta membentuk pola dan irama yang mudah ditangkap oleh
mata. Bentuk shelter menggunakan analogi bentuk sayap pesawat
terbang ataupun sayap burung. Analogi bentuk shelter ini mempermudah
mata dalam mengidentifikasi bentuk, mengasosiasikannya sebagai
simbol kedinamisan gerak, dan akhirnya mampu melekat dalam memori
orang yang melihatnya. Pada daerah khusus kendaraan besar, atap
shelter dirancang menukik ke atas untuk mendapatkan ketinggian yang
lebih sesuai dengan skala kendaraan besar.
Melalui rancangan shelter yang diunggulkan ini, maka daya tarik
utama yang menjadi faktor suatu area peristirahatan dikunjungi oleh
pengguna jalan menjadi bergeser. Dahulu, fasilitas utama dan daya tarik
Andi Orsi Prabana (51124109024)
45
45 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
utama suatu area peristirahatan terfokus pada jenis makanan yang
ditawarkan, kelayakan toilet, dan area duduk yang nyaman.
Pengunggulan desain shelter ini menjadikan SPBU sebagai daya tarik
utama pengunjung mengunjungi suatu area peristirahatan. Oleh karena
itu, dalam perancangan tapak Area Peristirahatan Km 19, SPBU
diletakan di area muka menghadap ke arah jalan tol sedangkan fasilitas
lain diletakan di area belakang.
Gambar 2.51 Pola dan sirkulasi rest area km 19
Sumber: Arsip penulis, 2016
b. Rest Area km 39 Jakarta – Cikampek Pada Area Peristirahatan Km 39 terdapat innercourt yang
menghubungkan retail-retail yang ada di dalam bangunan komersial.
Penataan landscape innercourt ini mirip open layout mall yang saat ini
sedang banyak diminati, seperti Cihampelas Walk dan Paris Van Java di
Bandung. Innercourt ini diharapkan dapat menciptakan suatu ruang
publik dengan skala yang lebih manusiawi dan memberikan pandangan
yang jauh dari lingkungan jalan tol. Proporsi ruang yang dihadirkan
memenuhi persyaratan Rasio Dimensi Lynch (tinggi bangunan sekitar
setengah dari lebar innercourt) sehingga ruang eksterior yang tercipta
terkesan tertutup dan menyenangkan.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
46
46 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.52 Innercourt pada rest area km 39
Sumber: Arsip penulis, 2016
Bangunan dengan innercourt ini mungkin juga merupakan respon
untuk menciptakan suatu bangunan dengan konsep hijau di daerah tropis
yang saat ini memang dapat menambah nilai jual suatu produk arsitektur.
Vegetasi yang dipilih untuk mengisi daerah innercourt sepertinya kurang
tepat guna. Pohon palem yang lebih berfungsi sebagai vegetasi
penambah estetika seharusnya diganti dengan pohon peneduh. Tidak
adanya pohon peneduh di innercourt ini membuat innercourt menjadi
sangat panas oleh terik matahari di siang hari sehingga pengunjung
enggan untuk menggunakan area ini sebagai area berkumpul. Padahal,
pihak pengelola telah menyediakan saung-saung yang sangat menarik
sebagai tempat berkumpul.
Gambar 2.53 Vegetasi pada innercourt rest area km 39
Sumber: Arsip penulis, 2016
Daya tarik Area Peristirahatan Km 39 sebenarnya terletak pada
desain Masjid yang atraktif dengan ukir-ukiran berbau Timur tengah.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
47
47 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Berbeda dengan Area Peristirahatan Km 19 yang hanya memiliki
mushola yang sederhana, Area Peristirahatan Km 39 menawarkan
kenyamanan beribadah bagi umat Islam. Sang Arsitek mungkin ingin
menghadirkan area peristirahatan yang bersifat parodi sehingga
merancang Masjid seperti bangunan yang terdapat di dalam negeri
dongeng Alladin di tengah area peristirahatan.
Gambar 2.54 Masjid yang menjadi ikon rest area km 39
Sumber: Arsip penulis, 2016
Gambar 2.55 Masjid rest area km 39
Sumber: Arsip penulis, 2016
Berbeda dengan desain bangunan di Area Peristirahatan Km 19
yang lebih bergaya industrial dengan dominasi geometri kotak, bangunan
di area peristirahatan ini lebih berani memainkan bentuk lengkung dalam
menggambarkan kedinamisan gerak. Hal ini berhasil menciptakan
bentuk- bentuk visual yang tidak membosankan.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
48
48 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.56 Pola dan sirkulasi rest area km 39
Sumber: Arsip penulis, 2016
c. Hardeman County Rest Area – Texas, Amerika Serikat Rest Area pada negara bagian Amerika Serikat ini mempunyai
konsep “Safety Rest Area” yaitu suatu konsep yang sangat
mengutamakan keamanan dan kenyamanan pengunjung sehingga
pengunjung dapat mendapatkan rileksasi yang berkualitas setelah cukup
lelah berkendara.
Gambar 2.57 layout Hardeman County Rest Area
Sumber: Arsip penulis, 2016
Penentuan untuk penempatan rest area pada negara bagian
Amerika Serikat setiap jarak 10 mil atau berjarak 25 km. Fasilitas yang
disediakan toilet, area parkir untuk kendaraan besar dan kecil, pusat
informasi, ruang kantor untuk personil penegak hukum, kamera pengintai
disekitar rest area, jalur pejalan kaki untuk pengunjung, dll.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
49
49 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.58 Parkiran dan bangunan utama Hardeman County Rest Area
Sumber: Arsip penulis, 2016
Hardeman County Rest Area dilengkapi dengan taman untuk area
istirahat dan bersantai dilengkapi dengan sitting group (area duduk) serta
kolam yang memberikan kesan adanya oasis ditengah gurun yang juga
dapat berfungsi sebagai pendingin udara.
Gambar 2.59 Kolam di kawasan Hardeman County Rest Area
Sumber: Arsip penulis, 2016
Namun kurangnya vegetasi yang berfungsi sebagai peneduh
menyebabkan rest area terkena paparan sinar matahari langsung secara
berlebih yang mengakibatkan suhu udara menjadi sangat tinggi pada
siang hari.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
50
50 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.60 Taman pada Hardeman County Rest Area
Sumber: Arsip penulis, 2016
2.4.2 Arsitektur Perilaku a. Kampung Code, Yogyakarta
Rumah adalah salah satu dari tiga kebutuhan primer bagi
manusia selain sandang dan pangan. Keberadaannya menjadi ruang
berlabuh bagi setiap individu untuk melepas lelah setelah beraktivitas
sehari-hari. Ia tidak hanya menjadi tempat tinggal namun juga memiliki
peran untuk menyediakan ruang privasi bagi setiap individu, tempat
memulihkan energi melalui kehangatan suasana kekeluargaan.
Gambar 2.61 Kampung Code dahulu
Sumber: Arsip penulis, 2016
Di kawasan kelurahan Kota Baru, Kecamatan Gondokusuman,
Kotamadya Dati II Yogyakarta, di bawah jembatan Gondolayu dan di
samping gedung-gedung besar sebagai simbol respon Jogja terhadap
Andi Orsi Prabana (51124109024)
51
51 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
modernitas, berdiri sebuah komplek pemukiman kecil yang eksotik,
perkampungan Code namanya. Perkampungan Code telah dikenal
sebagai tempat hunian yang nyaman dan asri oleh seluruh masyarakat
Jogja. Satu-satunya tempat hunian unik nan artistik yang terletak bukan
di kawasan elit, akan tetapi di bantaran sebuah sungai kumuh yang
membelah Jogja
Rumah – rumah yang berdiri di kawasan ini berderet dengan
penataan arsitektural yang bagus, warna – warni yang cerah,
lingkungannya tertata dengan baik, menggambarkan perencanaan dan
kematangan pengelola dan masyarakatnya. Melihat kampung Code,
seketika kita akan teringat kepada sosok arsitek yang bertanggung jawab
penuh terhadap keberedaan dan kenyamanan pemukiman ini.
Gambar 2.62 Pemukiman kampung Code sekarang
Sumber: Arsip penulis, 2016
Yusup Bilyarta Mangunwijaya atau yang dikenal dengan sebutan
Romo Mangun, mendedikasikan pemikirannya pada kawasan yang
mulanya dianggap kumuh, liar, dengan berbagai persepsi buruk yang lain
seperti kebanyakan bantaran sungai di kota-kota besar Indonesia.
Sebagai seorang arsitek humanis, Romo Mangun banyak mengajarkan
perancangan dan penataan elemen kota dengan arif dan bijaksana.
Salah satunya melalui penggarapan proyek Kampung Code
dengan pertimbangan sosial dan ekonomi masyarakat setempat.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
52
52 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.63 Ruang komunal kampung Code
Sumber: Arsip penulis, 2016
Perencanaan dan pembangunan area ini dimulai pada tahun 1983
dan selesai selama kurang lebih 2 tahun. Hampir tidak ada gambar atau
dokumen konstruksi dibuat untuk proyek ini. Kampung Code dibangun
dengan material yang sederhana dan apa adanya, yaitu material lokal
yang terdiri dari kombinasi tanah liat (tanah lempung), batu bata, bata
beton (concrete block), kayu, dan bambu. Konsentrasi perencanaan dan
perancangan berfokus pada penyediaan rumah tinggal sederhana,
ruang komunal, ruang bermain, balai pertemuan, dan ruang edukasi.
Secara umum konstruksi rumah berbentuk huruf A dengan rangka dari
bambu.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
53
53 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.64 Bangunan di kampung Code Sumber: Arsip penulis, 2016
Selain estetika visual, dalam proyek ini terpendam juga estetika
kemanusiaan yang justru lebih indah. Yaitu bagaimana sesuatu yang
dicap jelek, kumuh, tidak bernilai ternyata mampu bertransformasi
menjadi sesuatu yang bernilai, bahkan memberi nilai tambah pada
estetika perkotaan. Bagaimana semua itu dicapai, Jawabannya terletak
pada keberhasilan mensintesakan dua faktor pendukung kebudayaan.
Yakni faktor human capital, dan faktor nilai-nilai lokal yang biasanya tidak
selalu beriringan.
Gambar 2.65 Rencana pengembangan kampung Code
Sumber: Arsip penulis, 2016
b. Gedung Institusi Dunia Arab (Institute du Monde Arabe), Paris
Gambar 2.66 Skuptur Institute du Monde Arabe
Sumber: Arsip penulis, 2016
Arsitektur merupakan hal yang kontekstual. Kontekstual dengan
sitenya, dengan budaya, serta sejarahnya. Sebuah bangunan
seharusnya berkalanjutan dengan sejarah, bukannya meciptakan bagian
yang terlepas dari sejarah atau rangkaian cerita dari masa sebelumnya.
Arsitektur itu berbicara mengenai sesorang, dan tidak akan ada yang
Andi Orsi Prabana (51124109024)
54
54 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
sama. Arsitektur membuat suatu hubungan dan membantu dunia untuk
berubah. Menjadi seorang arsitek adalah mendengarkan, karena harus
mengerti konteks.
Setiap arsitek harus mengerti dimana karya arsitekturnya akan
dibangun, bagiamana karya tersebut akan berada dan tertanam, dan
kesan yang ditimbulkannya. Kesan dan sensitivitas adalah hal yang
penting. Setiap karya arsitektur selalu ada yang baru. Tiap karya harus di
filter melalui filter konteks diamana karya tersebut dibangun. Karena
arsitektur juga berhubungan juga dengan orang-orang yang hidup
dengannya, yakni dalam hubungannya dengan kepekaan mereka dan
budaya mereka.
Gambar 2.67 Sketsa lokasi Institute du Monde Arabe
Sumber: Arsip penulis, 2016
Institute du Monde Arabe adalah Museum Kesenian Arab yang
dirancang oleh Jean Nouvel. Bangunan ini dibangun selama lebih kurang
7 tahun dari tahun 1981 – 1987. Gagasan rancangan bangunan ini ialah
bagaimana symbol dari budaya Arab digabung dengan teknologi berupa
kaca dan baja dan juga dapat digunakan sesuai fungsi yang memberikan
kenyamanan penggunanya.
Gambar 2.67 Lokasi Institute du Monde Arabe
Sumber: Google maps
Andi Orsi Prabana (51124109024)
55
55 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gedung ini terletak di pusat kota Paris, pada sudut persimpangan
empat jalan dan jembatan. Quai Saint Bernard salah satu dari jalan
tersebut merupakan sebuah jalan besar di Paris yang menyusur tepian
Sungai Seine. Institute du Monde Arabe ini memilki 2 wajah yang
berbeda. Dibagian utara yang mengahadap sungai, bangunan didominasi
oleh kaca yang dilapisi dengan keramik putih sebagai skyline.
Gambar 2.68 Fasad utara Institute du Monde Arabe
Sumber: Arsip penulis, 2016
Di bagian selatan, dindingnya dilapisi oleh suatu panel yang disebut
sebagai moucharabieh dan mempunyai halaman yang cukup luas.
bagian pada panel ini terdapat banyak simbol-simbol yang biasa
ditemukan pada bangunan di Negara Arab.
Gambar 2.69 Fasad selatan Institute du Monde Arabe
Sumber: Arsip penulis, 2016
Andi Orsi Prabana (51124109024)
56
56 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.70 Area terbuka Institute du Monde Arabe
Sumber: Arsip penulis, 2016
Gambar 2.71 Panel pengatur cahaya
Sumber: Arsip penulis, 2016
Pada panel terdapat lensa alumunium otomatis yang dilapisi kaca, yang
berfungsi sebagai alat kontrol cahaya dan udara yang masuk ke gedung
tersebut. Komputer akan memonitor pencahayaan matahari serta
temperature di luar bangunan yang dapat membuat panel terbuka atau
tertutup secara otomatis. Desain ini dianggap sebagai perpaduan seni,
arsitektur, sejarah, dan teknologi yang paling orisinal dalam menyiasati
cahaya dan angin.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
57
57 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.72 Interior Institute du Monde Arabe
Sumber: Arsip penulis, 2016
konstruksi, mekanikal-elektrikal semuanya exposed yang menjadi bagian
dekoratif baik di ruang dalam maupun luar.
Gambar 2.73 Transportasi vertikal Institute du Monde Arabe
Sumber: Arsip penulis, 2016
Andi Orsi Prabana (51124109024)
58
58 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.74 Drawing plan Institute du Monde Arabe Sumber: Arsip penulis, 2016
Gambar 2.75 Section plan Institute du Monde Arabe
Sumber: Arsip penulis, 2016
c. Raffles Place Park, Singapore Arsitektur merupakan seni dan ilmu dalam merancang yang
senantiasa memperhatikan tiga hal dalam perancangannya yaitu fungsi,
estetika, dan teknologi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang
semakin kompleks maka perilaku manusia semakin diperhitungkan dalam
proses perancangan yang sering disebut sebagai pengkajian lingkungan
perilaku dalam arsitektur.
Gambar 2.76 Patung Sir Thomas Stanford Raffles, landmark Raffles Place
Sumber: Arsip penulis, 2016
Kata perilaku menunjukan manusia dalam aksinya, berkaitan
dengan aktivitas manusia secara fisik, berupa interaksi manusia dengan
sesamanya ataupun dengan lingkungan fisik dan bagaimana perilakunya
Andi Orsi Prabana (51124109024)
59
59 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
dikendalian oleh faktor – faktor lingkungan. Raffles Place adalah sebuah
tempat kuno yang sengaja dilestarikan oleh masyarakat Singapura dari
zaman raja Sir Stamford Raffless sampai sekarang. Tempat ini terletak di
pusat kota, dan merupakan jantung bisnis Singapura.
Gambar 2.77 Raffles Place Park
Sumber: Arsip penulis, 2016 Taman yang difungsikan sebagai area hijau diantara gedung –
gedung pencakar langit Singapura membentuk perilaku penggunanya
yang mayoritas sebagai pekerja kantor. Raffles Place sering dikunjungi
wisatawan dan umumnya pekerja kantor yang merupakan penghubung
antara stasiun MRT dan kantor yang berada di area tersebut.
Gambar 2.78 Stasiun MRT Raffles Place Park
Sumber: Arsip penulis, 2016
Gambar 2.79 Aktivitas pengguna Raffles Place Park
Sumber: Arsip penulis, 2016
Andi Orsi Prabana (51124109024)
60
60 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 2.80 Gedung pencakar langit di sekitar Raffles Place Park
Sumber: Arsip penulis, 2016 Raffles Place membentuk perilaku manusia yang melewatinya.
Aktivitas manusia pada Raffles Place adalah wujud dari perilaku
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tatanan fisik yang terdapat dalam
area yang menjadi wadahnya. Hal ini disebabkan adanya elemen
kenyamanan, keamanan, kemudahan aksesibilitas dan kemudahan
pemakai untuk dapat mengenal dan memahami elemen tambahan yang
berhubungan.
Gambar 2.81 Penataan pencahayaan buatan pada Raffles Place Park
Sumber: Arsip penulis, 2016 Elemen aksesoris di Raffles Place selain menyediakan fasilitas
bagi pemakai juga sangat mendukung terbentuknya kawasan yang
bercirikan Modern. Sehingga memberikan kesan mewah pada tempat ini.
Tata lampu, sitting group dan design-nya, sangat mendukung suasana
Raffles Place.
Sitting group disediakan dengan mempertimbangkan perilaku
pengguna, berupa area duduk yang berada di taman dan pembatas
antara taman dengan jalur pedestrian yang dijadikan area duduk.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
61
61 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Kemudian juga terdapat elemen tambahan sebagai aksesoris pada
Raffles Place berupa skuptur yang memiliki banyak nilai sejarah.
Gambar 2.82 Sitting group Raffles Place Park
Sumber: Arsip penulis, 2016
Gambar 2.83 Sitting group Raffles Place Park
Sumber: Arsip penulis, 2016
Gambar 2.84 Progress & Advancement, Raffles Place Park
Sumber: Arsip penulis, 2016
Gambar 2.85 Struggle For Survival, Raffles Place Park
Sumber: Arsip penulis, 2016
Andi Orsi Prabana (51124109024)
132
132 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perencanaan ini merupakan landasan pokok dalam proses desain fisik rest
area dengan penekanan desain arsitektur perilaku. Sehingga perancangan bangunan
tersebut tidak menyimpang dari kriteria yang telah ditetapkan.
Fungsional Bangunan Fungsi dari bangunan rest area dengan pendekatan arsitektur perilaku adalah
sebagai salah satu bangunan yang memperhatikan perilaku pengguna jalan tol. Dimana rest
area menjadi tempat yang mewadahi kebutuhan pengguna jalan tol serta fasilitas
pendukung untuk mempersiapkan perjalanan kembali.
5.1 Konsep Fungsional 5.1.1 Pelaku, Aktivitas dan Kebutuhan Ruang
Pelaku yang terdapat dalam rest area dikelompokkan menjadi 4 (empat), yaitu
a. Pengunjung
b. Pengelola
1) Pengelola headoffice
2) Pengelola frontoffice
3) Supplier
c. Pemberi Jasa
d. Servis
Aktivitas atau kegiatan yang dilakukan pelaku pada rest area antara lain
sebagai berikut: Tabel 5.1 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengunjung
No AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG
1 Memarkirkan kendaraan Parkiran 2 Menanyakan informasi Pusat informasi 3 Makan dan minum foodcourt 4 Belanja kebutuhan diperjalanan Minimarket 5 Beribadah Sarana ibadah 6 Beristirahat Area istirahat 7 Mengecek keadaan kendaraan Bengkel 8 Mencuci kendaraan Carwash 9 Mengisi BBM SPBU
10 Mengambil uang ATM Center 11 Metabolisme Toilet
Sumber : Analisis, 2016
Andi Orsi Prabana (51124109024)
133
133 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Tabel 5.2 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengelola
No AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG
Head office 1 Mamarkirkan kendaraan Parkiran 2 Makan dan minum foodcourt 3 Beribadah Sarana ibadah 4 Koordinator rapat Ruang rapat 5 Bekerja Ruang kerja 6 Menerima tamu Ruang tamu 7 Metabolisme Toilet
Sumber : Analisis, 2016
Tabel 5.3 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengelola
No AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG
Front office 1 Mamarkirkan kendaraan Parkiran 2 Makan dan minum foodcourt 3 Beribadah Sarana ibadah 4 Memasarkan produk Ruang display 5 Bekerja Ruang kerja 6 Menerima tamu Ruang tamu 7 Metabolisme Toilet
Sumber : Analisis, 2016
Tabel 5.4 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pengelola
No AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG
Supplier 1 Mamarkirkan kendaraan Parkiran 2 Makan dan minum foodcourt 3 Beribadah Sarana ibadah 4 Memasok persediaan Ruang persediaan 5 Bekerja Ruang kerja 6 Metabolisme Toilet
Sumber : Analisis, 2016
Tabel 5.5 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Servis No AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG
1 Memarkirkan kendaraan Parkiran 2 Makan dan minum foodcourt 3 Beribadah Sarana ibadah 4 Metabolisme Toilet 6 Bekerja
Kelompok keamanan
Ruang kepala kemanan
Ruang kontrol dan CCTV Pos keamanan
Kelompok kebersihan Wilayah rest area Kelompok mekanikal elektrikal Ruang cleaning servis
Andi Orsi Prabana (51124109024)
134
134 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
No AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG
Ruang ME (j) R. PABX (k) R. Panel (l) R. Genset (m) Shaft (n) Penampungan air
bersih (o) Penampungan limbah (p) R. Chiller (q) R. AHU (r) R. Boiler
Sumber : Analisis 2016
Tabel 5.6 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang pemberi jasa
No AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG
Restoran dan Pujasera 1 Memasak Dapur 2 Transaksi pembayaran Kasir 3 Membersihkan ruangan Ruang janitor 4 Menyimpan bahan makanan Ruang penyimpanan 5 Makan dan minum Pantry 6 Metabolisme Toilet Minimarket
1 Mendisplay produk Ruang Display 2 Transaksi pembayaran Kasir 3 Membersihkan ruangan Ruang janitor 4 Menyimpan persediaan barang Ruang penyimpanan 5 Makan dan minum Pantry 6 Metabolisme Toilet Pijat refleksi
1 Memijat Ruang pijat refleksi 2 Transaksi pembayaran Kasir 3 Membersihkan ruangan Ruang janitor 4 Makan dan minum Pantry 5 Metabolisme Toilet Carwash
1 Mencuci kendaraan Ruang cuci 2 Transaksi pembayaran Kasir 3 Menyimpan peralatan Gudang 4 Makan dan minum Pantry 5 Metabolisme Toilet Bengkel
1 Memperbaiki kendaraan Ruang bengkel 2 Mendisplay barang Ruang display 3 Menyimpan sparepart Gudang 4 Transaksi pembayaran Kasir 5 Makan dan minum Pantry 6 Metabolisme Toilet SPBU
1 Menjual BBM SPBU 2 Menjual oli dan pelumas Minimarket pelumas 3 Mengawasi kegiatan penjualan BBM Kantor pengelola 4 Menyimpan persediaan BBM Tangki penyimpanan BBM
Andi Orsi Prabana (51124109024)
135
135 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
5 Makan dan minum Pantry 6 Metabolisme Toilet
5.1.2 Kelompok Ruang dan Sirkulasi Ruang
a. Kelompok Ruang Tabel 5.7 Tabel Kelompok Ruang
Kelompok Ruang Ruang Pengunjung l. Parkiran
m. Pusat informasi n. foodcourt o. Minimarket p. Sarana ibadah q. Area istirahat r. Bengkel s. carwash t. SPBU u. ATM Center v. Toilet
Pengelola d. Head office 8) Parkiran 9) Foodcourt 10) Sarana ibadah 11) Ruang rapat 12) Ruang kerja 13) Ruang tamu 14) Toilet
e. Front office 8) Parkiran 9) Foodcourt 10) Sarana ibadah 11) Ruang display 12) Ruang kerja 13) Ruang tamu 14) toilet
f. Supplier 7) Parkiran 8) Foodcourt 9) Sarana ibadah 10) Ruang persediaan 11) Ruang kerja 12) Toilet
Pemberi Jasa n. Parkiran o. Pantry p. Sarana ibadah q. Toilet r. Ruang janitor s. Kasir t. Ruang penyimpanan u. Kelompok Pujasera dan Restoran
2) Dapur v. Kelompok minimarket
2) Ruang display w. Kelompok pijat refleksi
2) Ruang pijat refleksi x. Kelompok carwash
2) Ruang cuci y. Kelompok bengkel
Andi Orsi Prabana (51124109024)
136
136 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Kelompok Ruang Ruang 3) Ruang bengkel 4) Ruang display
z. Kelompok SPBU 5) SPBU 6) Minimarket pelumas 7) Kantor pengelola 8) Tangki penyimpanan BBM
Servis h. Parkiran i. foodcourt j. Sarana ibadah k. Toilet l. Kelompok Keamanan
4) Ruang Kepala Keamanan 5) Ruang Kontrol CCTV 6) Pos Keamanan
m. Kelompok Kebersihan 4) Wilayah rest area 5) Ruang cleaning service 6) Pengolah sampah
n. Kelompok Mekanikal dan Elektrikal 4) Gudang 5) Loading Dock 6) Ruang ME
(g) Ruang Genset (h) Ruang Panel (i) Ruang PABX (j) Shaff (k) Penampungan Air Bersih (l) Ruang Sampah (m) Ruang Chiller (n) Ruang AHU (o) Ruang Boiler
Sumber : Analisis, 2016
b. Hubungan Ruang
Gambar 5.1 Analisa Hubungan Ruang
Sumber : Analisis, 2016
c. Sirkulasi Ruang
Andi Orsi Prabana (51124109024)
137
137 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Berikut sirkulasi ruang sesuai dengan kelompok kegiatan pelaku yang
ada di rest area, yaitu:
1) Pengunjung
Gambar 5.2 Analisa Sirkulasi Pengunjung
Sumber : Analisis, 2016
2) Pengelola
Andi Orsi Prabana (51124109024)
138
138 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 5.3 Analisa Sirkulasi Pengelola Sumber : Analisis, 2016
3) Pemberi Jasa
Gambar 5.4 Analisa Sirkulasi Pemberi Jasa
Sumber : Analisis, 2016
4) Servis
Andi Orsi Prabana (51124109024)
139
139 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 5.5 Analisa Sirkulasi Servis
Sumber : Analisis, 2016 5.1.3 Besaran Ruang
Berikut studi besaran ruang yang dibutuhkan dalam perencanaan dan
perancangan bangunan rest area, antara lain: g. Besaran Ruang Kegiatan Pengunjung Rest Area
Tabel 5.8 Tabel besaran ruang pengunjung No Nama Ruang Pendekata
n Sumber Kapasitas Dimensi Luas
(m²) 1 Pusat
informasi 2m²/orang AS 7 orang 7x2m² 14
2 Foodcourt 2m²/orang SK 90 orang 90x2m² 180 3 Restoran 2m²/orang SK 55 orang 55x2m² 110 4 Minimarket 1,5m²/oran
g SK 15 orang 15x1,5m² 22,5
5 Sarana ibadah 1.5m²/orang
SK 100 orang 100x1,5m² 150
6 Area beristirahat
2m²/orang AS 20 orang 20x2m² 40
7 Bengkel 15m²/mobil SK 6 orang 6x2m² 12 8 Carwash 15
m²/mobil NAD 4 mobil 4x15m² 60
9 SPBU 70m²/unit SK 20 mobil 20x70m² 1400 10 ATM Center 2,5m²/unit NAD 5 unit 5x2,5m² 12,5 11 Toilet Pria 0.89 m2/ur
1.53 m2/wc 0.92 m2/ws = 3.34 m2
TSS 6 set 6x3,34m² 20,04
Andi Orsi Prabana (51124109024)
140
140 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
12 Toilet wanita 1.53 m2/wc 0.92 m2/ws = 2.45 m2
TSS 6 set 6x2,45m² 14,7
Sumber : Analisis, 2016 jumlah 2179,74 Flow 100% 2179,74 Total 4359,48
Keterangan : AS : Asumsi Sendiri (studi ruang)
SK : Studi Kasus (survei)
NAD : Neufert Architect Data
TSS : Time Saver Standart
h. Besaran Ruang Kegiatan Pengelola Tabel 5.9 Tabel besaran ruang pengelola No Nama Ruang Pendekatan Sumber Kapasitas dimensi Luas
(m²) 1 Ruang rapat 2,4m²/unit NAD 10 orang 10x2,4m² 24 2 R. Direktur 20m²/orang NAD 1 orang 1x20m² 20 3 R. Manager
keuangan 20m²/orang NAD 1 orang 1x20m² 20
4 R. Manager operasional
20m²/orang NAD 1 orang 1x20m² 20
5 R. Bendahara
6m²/orang NAD 4 orang 4x6m² 24
6 R. Staf 6m²/orang NAD 7 orang 7x6m² 42 7 Resepsionis 6m²/orang NAD 2 orang 2x6m² 12 8 R. Tamu 4m²/orang NAD 4 orang 4x4m² 16 9 Pantry 2m²/orang NAD 6 orang 2x6m² 12 10 Toilet Pria 0.89 m2/ur
1.53 m2/wc 0.92 m2/ws
= 3.34 m2
TSS 4 orang 4x3,34m² 13,36
11 Toilet Wanita 0.89 m2/ws 1.53 m2/wc =2,42
TSS 4 orang 4x2,42m² 9,68
Sumber : Analisis, 2016 jumlah 213,04 Flow 60% 127,824 total 340,864
Keterangan : NAD : Neufert Architect Data
TSS : Time Saver Standart
i. Besaran Ruang Kegiatan Servis
Tabel 5.10 Tabel besaran ruang servis No Nama Ruang Pendekatan Sumber Kapasitas Dimensi Luas
(m²) 1 Pos jaga 2,5m²/orang AS 6 orang 6x2,5m² 15 2 R. CCTV 2,5m²/orang AS 2 orang 2x2,5m² 5
Andi Orsi Prabana (51124109024)
141
141 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
3 Loading dock 2,5m²/orang AS 5 orang 5x2,5m² 12,5 4 Ruang CS 2,5m²/orang NAD 15 orang 15x2,5m² 37,5 5 R. Persediaan 2m²/orang NAD 3 orang 3x2,5m² 7,5 6 R. PABX - MEE 1 unit 1x20m² 20 7 R. Panel - MEE 1 unit 1x20m² 20 8 R. Genset - MEE 1 unit 1x60m² 60 9 Penampungan
air bersih - AS 1 unit 1x90m² 90
10 Pengolah limbah
- MEE 1 unit 1x120m² 120
11 R. Chiller - MEE 1 unit 1x24m² 24 12 R. AHU - MEE 1 unit 1x32m² 32 13 R. Boiler - MEE 1 unit 1x50m² 50 14 Toilet Pria 3,34m²/orang TSS 6 orang 6x3,34m² 20,04 15 Toillet Wanita 2,42m²/orang TSS 4 orang 4x2,42m² 9,68 Sumber : Analisis, 2016 Jumlah 523,22
Flow 60% 313,932 Total 837,152
Keterangan : AS : Asumsi Sendiri (studi ruang)
NAD : Neufert Architect Data
TSS : Times Saver Standart
MEE : Mechanical Electrical Equipment
j. Besaran Ruang Pemberi Jasa
Tabel 5.11 Tabel besaran ruang pemberi jasa No Nama Ruang Pendekatan Sumber Kapasitas Dimensi Luas
(m²) Restoran & Pujasera
1 Dapur 3m²/orang NAD 5 orang 5x3m² 15
2 Kasir 1m²/orang AS 2 orang 2x1m² 2
3 Ruang janitor 1,5m²/orang MEE 2 orang 2x1,5m² 3
4 Ruang penyimpanan
1,5m²/orang SK 4 orang 4x1,5m² 6
5 Pantry 1,5m²/orang NAD 6 orang 6x1,5m² 9
6 Toilet Pria wanita
3,34m²/orang 2,42m²/orang
TSS 6 orang 4 orang
6x3,34m² 4x2,42m²
20,04 9,68
Minimarket
1 Ruang Display 2m²/orang SK 15 orang 2x15m² 30
2 Kasir 1m²/orang AS 2 orang 2x1m² 2
3 Ruang janitor 1,5m²/orang MEE 2 orang 2x1,5m² 3
4 Ruang penyimpanan
1,5m²/orang SK 4 orang 4x1,5m² 6
5 Pantry 1,5m²/orang NAD 6 orang 6x1,5m² 9
Andi Orsi Prabana (51124109024)
142
142 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
6 Toilet Pria wanita
3,34m²/orang 2,42m²/orang
MEE 6 orang 4 orang
6x3,34m² 4x2,42m²
20,04 9,68
Pijat Refleksi
1 Ruang pijat refleksi
2m²/orang SK 5 orang 5x2m² 10
2 Kasir 1m²/orang AS 2 orang 2x1m² 2
3 Ruang janitor 1,5m²/orang MEE 2 orang 2x1,5m² 3
4 Pantry 1,5m²/orang NAD 6 orang 6x1,5m² 9
5 Toilet Pria wanita
3,34m²/orang 2,42m²/orang
MEE 6 orang 4 orang
6x3,34m² 4x2,42m²
20,04 9,68
Carwash
1 Ruang cuci(track)
4 x 20 m SK 2 mobil 2x80m² 160
2 Kasir 1m²/orang AS 2 orang 2x1m² 2
3 Gudang 1,5m²/orang SK 4 orang 4x1,5m² 6
4 Pantry 1,5m²/orang NAD 6 orang 6x1,5m² 9
5 Toilet Pria wanita
3,34m²/orang 2,42m²/orang
MEE 6 orang 4 orang
6x3,34m² 4x2,42m²
20,04 9,68
Bengkel
1 Ruang perbaikan
15 m²/mobil AS 3 mobil 3x15m² 45
2 Ruang display 2m²/orang SK 15 orang 2x15m² 30
3 Gudang 1,5m²/orang SK 4 orang 4x1,5m² 6
4 Kasir 1m²/orang AS 4 orang 2x1m² 2
5 Pantry 1,5m²/orang NAD 6 orang 6x1,5m² 9
6 Toilet Pria wanita
3,34m²/orang 2,42m²/orang
MEE 6 orang 4 orang
6x3,34m² 4x2,42m²
20,04 9,68
SPBU
1 SPBU 70m²/orang SK 20 mobil 20x70m² 1400
2 Minimarket pelumas
2m²/orang SK 15 orang 2x15m² 30
3 Kantor pengelola
2m²/orang AS 2 orang 2x2m² 4
4 Tangki penyimpanan BBM
35m² SK 1 orang 1x35m² 35
5 Pantry 1,5m²/orang NAD 6 orang 6x1,5m² 9
6 Toilet Pria wanita
3,34m²/orang 2,42m²/orang
MEE 6 orang 4 orang
6x3,34m² 4x2,42m²
20,04 9,68
Sumber : Analisis, 2016 Jumlah 2034,74
Flow
100%
2034,74
Total 4069,48
k. Besaran Luas Parkir
Tabel 5.12 Tabel Luas Parkir
Andi Orsi Prabana (51124109024)
143
143 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
No Nama Ruang
Pendekatan Sumber Kapasitas Dimensi Luas (m²)
1 Parkir pengunjung rest area Mobil 12m²/mobil NAD 150 mobil 150x12m² 1800 Truk 45,5m²/truk NAD 16 16x45,5m² 728 Bus 41m²/bus NAD 13 13x41m² 533 2 Parkir Pengelola Mobil 12m²/mobil NAD 5 5x12m² 60 Bus 25m²/bus NAD 1 1x25m² 25 Sumber : Analisis, 2016 Jumlah 3146
Flow100% 3146 Total 6292
Keterangan : NAD : Neufert Architect Data
l. Rekapitulasi Besaran Total
Tabel 5.13 Tabel Total Luas No Besaran Ruang Luas (m²) 1 Besaran Ruang Pengunjung 4359,480 2 Besaran Ruang Pengelola 340,864 3 Besaran Ruang Kelompok Servis 837,152 4 Besaran Ruang Pemberi Jasa 4069,480 5 Besaran Luas Parkir 6292,000 Jumlah Kebutuhan Ruang 15898,976 Sumber : Analisis, 2016
Berdasarkan peraturan bangunan, diketahui
KDB : 60 % untuk fasilitas rest area 3) Luas lahan yang boleh dibangun
Luas Lahan x KDB = 39.080 x 60%
= 22248 m2
(Berdasarkan rekapitulasi, total luas bangunan tidak lebih
besar dari luas lahan yang boleh dibangun, maka bangunan
dapat dibuat menjadi 1 lantai)
4) Area terbuka Luas Lahan – Jumlah Kebutuhan Ruang
= 39.080 m2 – 15.898,976 m2
= 23.182,024 m2
Andi Orsi Prabana (51124109024)
144
144 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
5.1.4 Zoning Ruang
a. Hasil Zoning Aksesibilitas
Gambar 5.5 Zoning aksesibilitas
Sumber : Analisis, 2016 b. Hasil Zoning Kebisingan
Gambar 5.6 Zoning Kebisingan
Sumber : Analisis, 2016
c. Hasil Zoning View
Gambar 5.7 Zoning view Sumber :Analisis, 2016
d. Hasil Zoning Klimatologi
Andi Orsi Prabana (51124109024)
145
145 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 5.7 Analisa Klimatologi
Sumber : Analisis, 2016
5.1.5 Zoning Akhir
Gambar 5.8 Zoning Akhir
Sumber : Analisis, 2016
5.2 Konsep Konstektual
Lokasi site perencanaan dan perancangan rest area berada di jalan tol
Pejagan – Pemalang Km 252 +400, kecamatan Ketanggungan kabupaten Brebes.
Luas lahan 39080m² dengan KDB 60%. Kondisi site relatif datar untuk memudahkan
pengunjung beraktivitas didalam rest area.
Gambar 5.9 Site Rest Area
Sumber : Analisis, 2016
Andi Orsi Prabana (51124109024)
146
146 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
5.3 Konsep Teknis
5.3.1 Sistem Modul Modul yang digunakan pada perencanaan rest area adalah :
a. Modul horisontal berupa grid yang disesuaikan dengan bentuk bangunan.
b. Modul Vertikal
1) Bangunan utama rest area, jarak lantai ke plafond : 4 meter.
2) Bangunan penunjang, jarak lantai ke plafond : 3.5 meter.
3) Jarak plafond dengan lantai diatasnya : 1 meter. 5.3.2 Sistem Struktur
Struktur bangunan menggunakan pondasi sumuran yang dipasang mengikuti
bentuk modul bangunan dipadukan dengan pondasi batu kali. Dan menggunakan
rangka atap baja konvensional.
5.3.3 Bahan Bangunan
Bahan bangunan dipilih sesuai dengan kebutuhan ruang dan bentuk
bangunan. Bahan bangunan yang akan digunakan harus seuai dengan fungsi
serta ketahanan terhadap kondisi alam.
5.4 Konsep Kinerja
5.4.1 Sistem Pencahayaan
Pencahayaan alami menggunakan cahaya matahari dan menggunakan filter
seperti pohon sebagai bufer cahaya matahari dan menggunkan kaca yang
mempunyai spek khusus untuk menghindari cahaya matahari langsung.
Sedangkan untuk pencahayan buatan menggunakan lampu sesuai
kebutuhan ruang, sebagai berikut: Tabel 5.14 Penggunaan Lampu pada Rest Area
Kelompok Ruang Jenis Penerangan
Penerimaan Lapangan Parkir, Parkir
Pengelola, Loading Dock,
Kanopi
Fluorescent “T5”
Kegiatan Pengunjung Restoran, foodcourt, Compaact
Fluorescent
Minimarket, Sarana ibadah,
ATM center,
LED
carwash, Bengkel, SPBU Tubular Fluorescent
Kegiatan Pengelola Seluruh ruang kerja dan
Ruang rapat
LED
Kegiatan Servis R.Chiller, R.AHU, R.Panel, Fluorescent “T8”
Andi Orsi Prabana (51124109024)
147
147 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
R.Genset,
Pos jaga, Ruang CCTV LED
Sumber: Analisis, 2016
5.4.2 Sistem Plumbing
a. Jaringan Air Bersih Jaringan air bersih yang digunakan adalah sistem tangki atap, yaitu
pendistribusian air yang dilakukan melalui pipa yang berasal dari ground
tank.
Gambar 5.10 Sistem Jaringan Air Bersih
Sumber : Analisis, 2016
b. Jaringan Air Kotor Pembuangan limbah dibagi menjadi tiga :
1) Untuk limbah kamar mandi pembuangan dilakukan melalui septictank
dulu untuk kemudian disalurkan melalui sumur peresapan baru dibuang
ke riol kota.
2) Untuk limbah air kotor dari kamar mandi dan dapur pembuangan
melalui sumur peresapan dulu baru dibuang ke riool kota.
3) Untuk Air hujan pembuangan langsung ke drainase untuk kemudian
diteruskan ke riool kota.
Sistim pembuangan air limbah atau air kotor dapat dilihat pada bagan
berikut ini :
Gambar 5.11 Sistem Jaringan Air Kotor Sumber : Analisis, 2016
5.4.3 Sistem Jaringan Listrik
PDAMGround
Reservoir Pompa
Bak Penampung (House Tank)
Distribusi ke ruang-ruang
WC & Urinoir
Air Kotor
Air Hujan
Septictank
Peresapan
Drainase
Riool Kota
Andi Orsi Prabana (51124109024)
148
148 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Sumber utama listrik untuk rest area ini melalui PLN dengan menggunakan
bantuan Genset (Generator Set), yang dapat bekerja secara otomatis bila aliran
listrik dari PLN / listrik padam atau terputus.
Gambar 5.12 Sistem Jaringan Listrik Sumber : Analisis, 2016
5.4.4 Sistem Pemadam Kebakaran
Untuk pendeteksian terhadap api menggunakan heat + smoke detector.
Untuk pemadaman terhadap api menggunakan sistim Sprinkler, Hydrant Box,
Hydrant Pillar dan Fire Extingusier.
Gambar 5.13 Sistem Pemadam Kebakaran Sumber : Analisis, 2016
5.4.5 Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi yang digunakan pada ada dua jenis Sistem komunikasi,
yaitu Komunikasi Internal, seperti intercom untuk komunikasi individual dua arah,
speaker / sound system, local area network (LAN). Serta komunikasi eksternal, yaitu
komunikasi dari dalam keluar bangunan dapat berupa telepon, faximile, PABX untuk
mengkontrol hubungan keluar dan masuk.
PLN
Travo
Main Distribution Panel (MDP)
Otomatis
Genset
Sub Panel
Sub Panel
Sub Panel
Api
Asap
Heat Detector
Smoke Detector
Sistem Alarm
APAR (Alat Pemadam Kebakaran Ringan)
Sistem Start
Alat Pemadam Kebakaran otomatis (Sprinkle)
Hydrant Box
Fire Extingusier
Andi Orsi Prabana (51124109024)
149
149 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 5.14 Sistem Komunikasi Sumber : Analisis, 2016
5.4.6 Sistem Penangkal Petir Sistem penangkal petir menggunakan sistim Penangkal Petir Elektrostatis
atau radius mengingat bangunan yang akan dirancang merupakan bangunan
dengan area terbuka cukup luas. Cara kerjanya dengan menambah 1 elemen Head
Terminal yang di tambahkan muatan listrik statis diujung finial (splitzer) sehingga
head dapat menarik dan mengumpulkan ion-ion posistif dalam jumlah besar dari
dalam bumi.
Mekanisme selanjutnya seperti magnet, head akan menarik ion-inon negatif di
dalam awan sebelum ion-ion tersebut berkumpul semakin banyak dan menghasilkan
petir. Semakin tinggi jangkauan head terminal maka semakin besar perlindungan
yang diberikan.
Gambar 5.15 Sistem Penangkal Petir
Sumber : Analisis, 2016 5.4.7 Sistem Keamanan
Sistem keamanan menggunakan CCTV yang dipantau pos keamanan untuk
mengawasi keadaan pada ruangan-ruang ada di wilayah rest area.
Gambar 5.16 Sistem Keamanan Sumber : Analisis, 2016
AM/FM CD/DAT Tape
Microphone
Program Selector
Amplifier Distribution Switch
Load Speaker
Finial (Splitzer)
Head Terminal
Kawat Tembaga Ground
Andi Orsi Prabana (51124109024)
150
150 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
5.5 Konsep Aspek Arsitektural 5.5.1 Konsep Tata Lansekap
Lingkungan jalan tol biasanya cenderung gersang dan panas karena sebagian
besar lahan ditutupi lapisan jalan berupa aspal atau beton yang cenderung
menyerap panas. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah analisis vegetasi untuk
menanggulanginya.
Gambar 5.17 Rencana lansekap kawasan
Sumber : Sketsa , 2016
Pada pengolahan tata lansekap, analisis dibagi dua bagian yaiut hard landscape
dan soft landscape. hard landscape yang digunakan sebagai berikut:
a. Penggunaan street furniture landscape pada perancangan rest area
b. Penggunaan material jalur pedestrian sebagai pengarah sirkulasi dalam
kawasan perancangan rest area.
c. Penggunaan material jalur kendaraan sebagai pengarah sirkulasi
kendaraan dalam kawasan perancangan rest area.
Sedangkan soft landscape adalah tata lansekap yang menggambarkan bahan
vegetatif yang digunakan untuk meningkatkan lansekap dengan desain
perencanaan rest area. Vegetasi berfungsi sebagai penghijauan serta
penaggulangan panas dan debu jalan tol.
5.5.2 Konsep Tata Massa Bangunan
Perancangan ini memiliki fungsi sebagai sarana peristirahatan yang mampu
mengembalikan kebugaran. Pengolahan tata massa perencanaan dan
perancangan bangunan ini didasarkan pada penzoningan terhadap analisa site
untuk merespon kondisi dan potensi memlalui sistem place centered mapping.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
151
151 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Sehingga pengolahan massa dipengaruhi oleh penggunaan satu jalur sirkulasi
yang mengarahkan pengunjung untuk mencapai seluruh fasilitas.
Gambar 5.18 Rencana pola tata massa bangunan
Sumber : Sketsa, 2016
5.5.3 Konsep Bentuk
Konsep transformasi tampilan bangunan menggunakan kategori tranformasi
bentuk geometris. Dengan pendekatan transformasi desain bentuk geometris
yang di aplikasikan pada tampilan fasad bangunan dengan bentuk geometris
yang bervariasi agar terlihat menarik.
Dalam menentukan massa bangunan harus memperhatikan karakteristik dari
pendekatan arsitektur yang diterapkan, dan juga merespon dari keadaan sekitar.
Jangan sampai bangunan menghalangi sirkulasi angin, maka perlunya bentuk
bangunan yang dinamis, memanfaatkan sirkulasi angin dan juga cahaya
matahari.
Andi Orsi Prabana (51124109024)
152
152 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
Gambar 5.19 Transformasi subtraktif bangunan (pengurangan)
Sumber : Sketsa, 2016
5.5.4 Konsep Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan merupakan salah satu unsur yang penting dari
sebuah bangunan, karena tampillan bangunan yang mengekpresikan
bentuk fasad bangunan untuk menyampaikan makna atau pesan dan ide
kedalam bentuk yang ditampilkan.
Rest area merupakan bangunan yang menjadi sarana beristirahat
pengguna jalan tol dengan pendekatan arsitektur perilaku agar bisa
mewadahii kebutuhan pengguna jalan tol selama perjalanan dan
memberikan kenyamanan saat beristirahat. Diharapkan mampu menjadi
daya tarik dan dapat menghilangkan rasa lelah dan kejenuhan saat
berkendara.
Gambar 5.20 Fasad bangunan Sumber : Arsip penulis, 2016
Andi Orsi Prabana (51124109024)
1
1 Rest Area Tol Pejagan – Pemalang dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku
DAFTAR PUSTAKA
De Chiara, Joseph, dan Callender, John Hancock, 1987, Time – Saver
Standards for Building Types Second Edition
Neufert, Ernst. 1991. Data Arsitek- Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek- Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Ching, Francis D.K.1985. Architecture : Form, Space and Order, Jakarta,
Erlangga.
Peraturan Daerah Kabupaten Brebes No.2 Tahun 2011
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes Tahun 2010 – 2030
Kamu Besar Bahaa Indoneia