respon unit usaha asuransi syariah di indonesia...

95
RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA TERHADAP KEBIJAKAN SPIN OFF YANG DIATUR DALAM UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 40 TAHUN 2014 DAN POJK NO 67 TAHUN 2016 (Studi kasus pada PT Asuransi Adira Dinamika Unit Syariah). Skripsi Oleh SARI RAMADANI 1111046200004 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439H/ 2018 M

Upload: voque

Post on 19-Aug-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA TERHADAP

KEBIJAKAN SPIN OFF YANG DIATUR DALAM UNDANG - UNDANG

REPUBLIK INDONESIA NO 40 TAHUN 2014 DAN POJK NO 67 TAHUN

2016

(Studi kasus pada PT Asuransi Adira Dinamika Unit Syariah).

Skripsi

Oleh

SARI RAMADANI

1111046200004

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439H/ 2018 M

Page 2: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan
Page 3: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan
Page 4: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan
Page 5: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan
Page 6: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

ABSTRAK

Sari Rmadani. 1111046200004 dengan skripsi yang berjudul Respon Unit Usaha

Asuransi Syariah Di Indonesia Terhadap Kebijakan Spin Off Yang di Atur Dalam

Undang – Undang Republik Indonesia No 40 Tahun 2014 dan POJK no 67 Tahun 2016

(studi kasus pada PT Asuransi Adira Dinamika Unit Syariah), Starata 1 (S1) Program

Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini membahas Respon Perusahaan Asuransi Syariah Khususnya Unit

Usaha Syariah terhadap Undang – Undang Republik Indonesia No 40 Tahun 2014 Dan

POJK no 67 Tahun 2016. Penelitian ini dilakukan betujuan untuk mengetahui apakah

perusahaan Asuransi Syariah yang memiliki Unit Usaha telah melakukan persiapan –

persiapan terkait dengan telah dikeluarkannya Undang – Undang tentang kewajiban

Spin off, apa saja yang telah dilakukan oleh perusahaan terkait peraturan tersebut,

apakah ada kendala atau sudah sampai dimanakah kesiapan perusahaan untuk

melakukan spn off. Dan jika ada kendala apa saja kendala tersebut dan bagaimana

menanganinya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Jenis

penelitian yaitu kualitatif, jenis data primer dengan menggunakan tehnik pengumpulan

data yaitu tehnik Wawancara. Tehnik analisis data yang dilakukan secara deskriptif.

Hasil penelitian menujukkan bahwa perusahaan Adira Dinamika Unit Syariah belum

siap melakukan spin off, dikarenakan peraturan perundang- undangan yang dinilai

memberatkan bagi pelaku bisnis syariah / perusahaan Asuransi Unit Syariah.

Kata Kunci : Respon, Unit Usaha Syariah, Asuransi Syariah, Spin Off

Pembimbing : Ahmad Chairul Hadi, M.A

Page 7: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji serta syukur bagi Allah SWT, tuhan pencipta alam beserta isinya, atas

segala nikamat, karunia dan rahmat – Nya yang begitu besar, yang selalu memberikan

keberuntungan dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang

telah memperjuangkan Islam dan menyebarkan risalah Islam sebagai pegangan

kehidupan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan serta

kesulitan yang penulis alami dalam penyusunan skripsi ini. Namun, berkat keteguhan

hati serta dukungan dan semangat dari banyak pihak hingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Namun dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, tata bahasa maupun

isinya. Hal ini dikarenakan keterbatasan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran sangat

penulis harapkan.

Rasa terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada berbagai pihak

yang telah membantu penyusunan skripsi ini dari awal hingga selesai penelitian, baik

secara langsung maupun tidak langsung, utamanya penulis haturkan kepada :

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Bapak Abdurrauf, Lc., MA., sebagai Ketua

dan Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Yoghi Citra Pratama, SE., M.Si. dan Ibu Tini Anggraeni, ST., M.Si.

sebagai Ketua dan Sekretaris Prodi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

5. Bapak Ahmad Chairul Hadi, M.A., selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang

dengan sabar telah memberikan bimbingan dan motivasi serta arahan yang

diberikan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan,

penulis ucapkan terimakasih.

6. Kepada seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

membagikan ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serrta para pengurus

perpustakaan yang telah melayani dan memfasilitasi buku – buku hingga penulis

sangat terbantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Bimo Kustoro yang telah bersedia menjadi narasumber selaku pelaku

bisnis Asuransi Syariah.

8. Kepada keluargaku orang tua dan kakak serta adik tercinta. Ibunda Elsi Mainofa

serta kakanda Susanti Annisa, Heru Firmansyah dan Anhar Haris serta adinda

Indah Wulandari dan Ulfa Putri, yang dengan tulus selalu mendoakan,

memberikan dorongan semangat tiada henti kepada penulis, sehingga penulis

mampu menyelesaikan tugas akhir ini yang menjadi amanah bagi penulis kepada

orang tua. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan dan keberkahan

dibawah kasih sayang-Nya. Teruntuk Alm papa Zairus Rasyid dan Almh Uwo

Zaidar Ishak yang selalu penulis rindukan, semoga Allah mempertemukan kita

di jannah-Nya.

9. Kepada Umi Yusnati Arief yang sangat berjasa dalam hidup penulis.

10. Keponakan tercinta Alghifari Razqa Anhar yang selalu menghibur penulis setiap

harinya, tante, sepupu, dan keluarga besar lainnya yang selalu memberikan doa

dan dukungan serta semangat bagi penulis.

11. Teruntuk teman – teman seperjuangan sahabat tercinta Tia Fitriyani, Didiet Dini

Niarti, Ayu Wulandari pengalaman yang indah bersama kalian, selalu menjadi

tempat berbagi terbaik. Dan khususnya kepada Tiara Fitri Yanti terimakasih

untuk semua bantuannya kepada penulis, semoga Allah berikan balasan berlipat

ganda.

12. Kepada teman-teman sekelas Asuransi Syariah 2011, prodi muamalat, Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 9: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

terimakasih atas bantuan, dukungan, pengalaman dan pembelajaran selama ini

kepada penulis dalam menyelesaikan masa studi.

13. Kepada teman-teman KKN Catalyst terimakasih atas pengalaman dan

perjumpaan yang indah, akhirnya insyaAllah kita lulus semua.

Dan kepada pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih

atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah membalas semua amal

baik dengan pahala dan senantiasa menaungi kita dengan rahmat-Nya. Aamiin

Wassalamualaikum.Wr.Wb

Jakarta , 24 mei 2018

Penulis

Page 10: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... i

BUKTI KELULUSAN KOMPREHENSIF............................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................. 9

C. Tujuan dan Manfaat ................................................................ 10

D. Review Terdahulu.................................................................... 10

E. Kerangka Teori ................................................................... .....13

F. Metode Penelitian .................................................................... 14

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................

A. Respon ........................................................................................

1. Pengertian Respon ............................................................ 16

2. Macam-Macam Respon ..................................................... 17

3. Faktor – Faktor Terbentuknya Respon ............................. 18

B. Kebijakan Spin Off ......................................................................

1. Definisi Spin Off ................................................................19

2. Jenis-Jenis Spin Off ............................................................21

3. Tujuan Spin Off ..................................................................23

4. Motif Spin Off ....................................................................24

C. Komponen Spin Off.....................................................................

1. Manajemen .........................................................................25

2. Finansial .............................................................................27

3. Sumber Daya Manusia .......................................................28

4. Infrastuktur ..........................................................................31.

Page 11: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

D. Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah .............................. 33

E. Sejarah Asuransi Syariah ......................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN .........................................................................

A. Pendekatan Penelitian .............................................................. 39

B. Subjek Objek Penelitian .......................................................... 39

1. Subjek dan Objek Penelitian ............................................. 39

2. Populasi dan Sampel Subjek / Objek Penelitian ................40

C. Sumber data Penelitian ............................................................ 41

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 41

E. Teknik Analisis Data ............................................................... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................

A. Profil Perusahaan ..................................................................... 44

B. Hasil Penelitian ........................................................................ 57

C. Respon Unit Usaha Syariah Terhadap kebijakan Spin off ......57

D. Perubahan Kinerja Manajemen................................................62

E. Urgensi Spin Off bagi Unit Usaha Syariah.............................64

F. Infrastruktur ............................................................................65

G. Kendala yang dihadapi Dalam melakukan Spin Off...............66

H. Proses Pemisahan (spin off) Unit Usaha Syariah Sesuai dengan

Undang – Undang no 40 tahun 2014 tentang

perasuransian...........................................................................67

I. Pengaruh Kebijakan Spin Off Bagi Perusahaan.....................71

BAB V PENUTUP ...................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................75

B. Saran........................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................78

LAMPIRAN

Page 12: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia kini semakin diramaikan oleh bisnis keuangan berbasis syariah,

tidak terkecuali di bidang asuransi. Perkembangan industri asuransi syariah di

Indonesia terbilang masih sangat kecil, meski terus mengalami pertumbuhan yang

signifikan.

Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia diawali dengan lahirnya

Asuransi Syariah pertama di Indonesia pada tahun 1994, yaitu PT Syarikat Takaful

Indonesia (STI) yang berdiri pada 24 Februari 1994. Hingga saat ini perkembangan

asuransi syariah sudah berkembang luas bahkan asuransi konvensional membuka

layanan unit usaha syariah. Kehadiran Asuransi Syariah yang menggembirakan

itu benar-benar mampu menjawab berbagai harapan dan keinginan yang

dikehendaki masyarakat Indonesia (khususnya yang beragama Islam) dalam upaya

memenuhi cita-citanya untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi yang lebih adil dan

lebih merata sesuai dengan yang diajarkan al-Islam.1

Asuransi di indonesia telah ditetapkan dalam undang – undang Republik

indonesia Nomor 40 tahun 2014 tentang perasuransian.2 Asuransi adalah perjanjian

antara dua belah pihak yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi

dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk

memberikan pergantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian

kerusakan biaya yang timbul , kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum

kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena

terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti atau memberikan pembayaran yang

1 M. Amin Suma, Asuransi Syariah Dan Asuransi Konvensional; Teori, Sistem, Aplikasi

Dan Pemasaran, (Jakarta; Kholam Publishing, 2006), h. 41. 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian.

Page 13: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

2

didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan padaa

hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan atau di

dasarkan pada hasil pengelolaan dana. Sistem yang diterapkan pada asuransi

konvensional adalah transfer risk (perpindahan resiko), dimana risiko yang dimiliki

peserta dipindahkan ke perusahaan asuransi, jadi dalam sistem asuransi konvensional

dimungkinkan terjadinya kerugian bagi salah sau pihak.

Sedangkan pengertian asuransi syariah menurut fatwa dewan syariah nasional

– majlis ulama indonesia (DSN – MUI) adalah usaha saling melindungi dan tolong

menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan

atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu

melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Sistem yang ditetapkan pada

asuransi syariah adalah sharing risk (berbagi risiko), dimana risiko yang dimiliki

peserta dibagikan kepada peserta lain, dan perusahaan hanya bertindak sebagai

pengelola dana. Jadi dalam sistem asuransi syariah tidak ada pihak yang dirugikan,

karena pada dasarnya asurans syariah berprinsip keadilan dan kesederajatan.3

Kontribusi market share industri asuransi syariah dibandingkan dengan premi

industri asuransi keseluruhan hanya sekitar 5%. Meski industri terus bertumbuh,

dalam beberapa tahun terakhir market share asuransi syariah bergerak stagnan.

Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia semakin meningkat, terlihat dari

data jumlah perusahaan Asuransi Syariah yang diterbitkan oleh Asosiasi Asuransi

Syariah Indonesia (AASI) kuartal IV.

3 Fatwa Dewan Syariah Nasional No.21/ DSN-MUI/X/201 tentang pedoman umum

Asuransi Syariah.

Page 14: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

3

Tabel 1.14

Jumlah Perusahaan Asuransi Syariah

No. Keterangan 2014 2015 2016

1. Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah 3 5 5

2. Perusahaan Asuransi Umum Syariah 2 3 4

3. Unit Syariah Perusahaan Asuransi Jiwa 18 19 19

4. Unit Syariah Perusahaan Asuransi Umum 23 23 24

5. Unit Syariah Perusahaan Reasuransi 3 3 3

Total 49 53 55

Sumber: Data Bisnis AASI Tahun 2016

Dilihat dari data di atas jumlah perusahaan / unit asuransi syariah di tahun

2016 dibandingkan periode yang sama di tahun 2015 mengalami perkembangan

yaitu menjadi 55 perusahaan / unit asuransi syariah. Penambahan 1

perusahaan asuransi umum syariah dan 1 perusahaan unit asuransi umum syariah

membuktikan potensi usaha asuransi syariah masih menjanjikan di industri asuransi

Indonesia.

Berdasarkan data dari Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), pasar

asuransi syariah menunjukkan total kontribusi asuransi syariah pada akhir Desember

2016 lalu diangka 5% dibanding dengan total industri asuransi umum dan jiwa di

Indonesia secara keseluruhan. Market share pendapatan kontribusi asuransi jiwa

syariah dibandingkan total premi industri asuransi hanya sebesar 6,44%. Sementara

itu, market share kontribusi asuransi umum dan reasuransi syariah dibandingkan total

premi industri asuransi hanya 3,85%. Secara keseluruhan market share kontribusi

asuransi syariah dibandingkan total premi industri asuransi sebesar 5,64%.5

4 http://www.aasi.or.id/main/data-bisnis-2016, diakses pada tanggal 16 januari 2018, pada

pukul 12.30 WIB. 5 Bantenbisnis.com,”Pertumbuhan pangsa pasar: Penetrasi Asuransi Syariah Masih Minim,

ditebitkan pada 16 juni 2017, diakses pada 13 agustus 2017.

Page 15: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

4

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah peusahaan asuransi yang

beroperasi di Indonesia per Februari 2017 sebanyak 138 perusahaan, terdiri dari 52

perusahaan asuransi jiwa, 76 perusahaan asuransi umum, lima perusahaan reasuransi,

dua perusahaan asuransi sosial, dan tiga asuransi wajib.6Termasuk industri asuransi

syariah yang terdiri dari 5 perusahaan asuransi jiwa syariah, 4 perusahaan asuransi

umum syariah, 19 unit syariah perusahaan asuransi jiwa,24 unit syariah perusahaan

asuransi umum, 3 unit syariah perusahaan reasuransi.7

Dengan semakin meningkatnya persaingan usaha di antara perusahaan-

perusahaan yang ada saat ini, menyebabkan setiap perusahaan dituntut untuk selalu

mengembangkan suatu strategi agar dapat bertahan hidup atau bahkan berkembang

lebih baik. Oleh karena itu setiap perusahaan harus dapat menentukan arah tujuan

bisnisnya.

AASI (2014-2017) bahwa pertumbuhan asuransi syariah bisa mencapai lebih

dari 30 persen dan di Indonesia sendiri rata-rata mencapai lebih dari 30 persen.8

Asuransi Syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat.Persaingan

bisnis Asuransi Syariah di Indonesia kian ramai dengan bermunculannya pemain-

pemain baru, baik dari asuransi jiwa maupun asuransi kerugian/umum dengan prinsip

syariah. Sementara reasuransi syariah juga mengalami perubahan komposisi, yaitu

dari keseluruhan perusahaan yang hanya berbentuk unit usaha syariah, menjadi ada

satu perusahaan yang berbentuk syariah (full fledge) dengan melakukan spin off.

Unit Usaha Syariah dalam kebijakannya masih menginduk kepada perusahaan

asuransi yang mendirikannya. Namun sistem dalam unit usaha syariah itu sudah

terpisah. Bagi perusahaan asuransi yang telah membuka unit usaha syariah cenderung

mengalami meningkatan kinerja dengan output bertambahnya tingkat premi bruto

6 Mediaasuransi,”jumlah perusahaan Asuransi di Indonesia,” diterbitkan 3 April 2017,diakses

pada 13 agustus 2017. 7 Data Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia 2016

8 Lucky, Pertumbuhan Asuransi Syariah 2015 dapat Mencapai 30 persen, diakses pada senin,

17 November 2014 di http://www.mediaasuransinews.com

Page 16: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

5

hingga 40% dari produk unit syariah.9 Mendorong pemerintah mewajibkan spin off

UUS Asuransi syariah dengan tujuan meningkatkan kapasitas usaha dan

meningkatkan entitas melalui kemandirian perusahaan.

Spin off atau pemisahan unit usaha akan berdampak pada peningkatan pangsa

pasar asuransi syariah karena asuransi syariah yang mandiri akan lebih leluasa

melakukan ekspansi bisnisnya dan mendorong industri Asuransi Syariah semakin

kompetitif.10

Sebelum melakukan spin off, harus dilihat terlebih dahulu dari dua sisi. Satu,

pada dasarnya spin off harus memberikan efek yang baik bagi perusahaan. Manakala

satu unit syariah di spin off, ia akan bertanggung jawab dan akan lebih mature. Akan

tetapi pada sisi lain, tidak secara otomatis ia akan berkembang. semakin banyak

asuransi syariah yang full fledged, akan semakin bagus industri syariah kita. Dalam

artian, mereka akan lebih bisa bertanggung jawab, lebih bisa memenuhi kebutuhan

mereka secara independen. Ketentuan UU Perasuransian yang masih direvisi

dikatakan, spin off dilakukan setelah lima tahun UU berlaku.11

Mengenai kebijakan spin off ini pada kenyataannya unit usaha syariah belum

siap untuk melakukan pemisahan dengan induk perusahaannya. Dan pemerintah pun

menunda waktu realisasi pelaksaan spin off, seharusnya mendapat perhatian lebih dari

pemerintah atau otoritas jasa keuangan selaku regulator agar unit usaha syariah dapat

segera menjadi perusahaan yang mandiri dalam menjalani kegiatan bisnisnya.12

Pemisahan atau spin off unit usaha syariah masih tetap menjadi pekerjaan

rumah perusahaan asuransi. Meski berkali-kali menyatakan siap, mereka

mengkhawatirkan dampak jika harus menyapih unit usaha dalam waktu dekat. Selain

9www.takafulmedia.com

10 Zona Ekonomi Islam. Spin off Bikin Asuransi Syariah Kompetitif. Zonaekis.com terbit 2

Februari 2015

11 M.shaifie Zein. Spin off ada syaratnya.website http://www.mediaasuransinews.com/

12 Rizky Andrianti Pohan. Spin off, ikhtiar memakmurkan Asuransi Syariah. Dalam berita

media insurance yang diterbitkan 18 november 2014

Page 17: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

6

itu dampak dari spin off adalah melonjaknya biaya operasional, sehingga harga

produk pun dinaikan.13

Kebijakan spin off itu sendiri tertuang dalam Undang-Undang no 40 tahun

2014 pasal 87 ayat 1 yang berbunyi

“Dalam hal perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi memiliki unit

usaha syariah dengan nilai dana tabarru dan dana investasi peserta telah mencapai

paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari total nilai dana asuransi , dana tabarru,

dan dana investasi peserta pada perusahaan induknya atau sepuluh tahun sejak

diundangkannya Undang Undang ini, perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi

tersebut wajib melakukan pemisahan unit syariah tersebut menjadi perusahaan

asuransi syariah atau perusahaan reasuransi syariah.”

Selanjutnya ketentuan lebih lanjut mengenai pemisahan unit usaha syariah dan

sanksi bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi yang tidak melakukan

pemisahaan unit usaha syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

peraturan otoritas jasa keuangan tepatnya pada pasal 17 dan 18. Yaitu Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan no 67/ POJK. 05/2016, pasal 17 mengenai pemisahan unit

usaha syariah yaitu:

1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi wajib melakukan

pemisahan unit syariah menjadi perusahaan Asuransi Syariah atau

perusahaan Reasuransi Syariah apabila dana tabarru dan dana investasi

peserta telah mencapai paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari

total nilai dana Asuransi, Dana tabarru dan dana investasi peserta pada

perusahaan induknya atau 10 (sepuluh) tahun sejak diundangkannya

undang-undang no 40 tahun 2014 tentang perasuransian.

2) Dana tabarru dan dana investasi peserta telah mencapai paling sedikit

50% (lima puluh persen) dari total nilai dana asuransi, dana tabarru

dan dana investasi peserta pada perusahaan induknya sebagaimana

13Anaya Noora Pitaningtyas, Christine Novita Nababan. Efek Pemisahan. Website

kontan.co.id terbit 25 Juli 2015

Page 18: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

7

dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan laporan bulanan yang

disampaikan perusahaan dan perusahaan reasuransi kepada OJK.

3) Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi yang telah

memperolehizin usaha pada saat peraturan OJK ini diundangkan

dan/atau telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib menyusun rencana kerja pemisahan unit syariah.

4) Rencana kerja pemisahan unit syariah sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) paling sedikit memuat cara pemisahan unit syariah, tahapan

pelaksanaan dan jangka waktu.

5) Rencana kerja pemisahan unit syariah sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) wajib mendapatkan RUPS.

6) Rencana kerja pemisahan unit syariah sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) karen dana tabarru dan dana investasi telah mencapai paling

sedikit 50% (lima puluh persen) dari total nilai dana asuransi, dana

tabarru dan dana investasi peserta pada perusahaan induknya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib disampaikan oleh direksi

kepada OJK paling lama 3 (tiga) bulan setelah batas waktu

penyampaian laporan bulanan perusahaan kepada OJK.

7) Rencana kerja pemisahan unit syariah sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) dalam hal dana tabarru dan dana investasi belum mencapai

50% (lima puluh persen) dari total nilai dana asuransi dan dana tabarru

dan dana investasi peserta pada perusahaan induknya, wajib

disampaikan oleh direksi kepada OJK paling lambat tangggal 17

oktober 2020.

8) OJK memberikan persetujuan atau permintaan perbaikan atas rencana

kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lambat 20 (dua

puluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya rencana kerja.

9) Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dapat melakukan

perubahan terhadap rencana kerja yang telah memperoleh persetujuan

Page 19: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

8

dari OJK paling banyak 2 (dua) kali yang disampaikan kepada OJK

paling lambat 1(satu) tahun sejak tanggal surat persetujuan OJK atas

rencana kerja tersebut.

10) Dalam hal perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi mengajukan

permohonan pemisahan unit usaha syariah menjadi perusahaan

asuransi syariah atau perusahaan reasuransi syariah lebih cepat dari

rencana kerja yang telah disampaikan, maka rencana kerja tersebut

dianggap tidak berlaku.

11) Ketentuan mengenai rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat

(4), ayat (5) dan ayat (8) berlaku secara mutatis mutandis terhadap

perubahan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (9).14

Terkait dengan masalah spin off Unit Usaha Asuransi Syariah, Menurut

Presiden Direktur Karim Business Consulting Adiwarman A Karim, Asuransi Adira

Dinamika dikatakan siap legal spin off. Legal spin off yaitu secara entitas hukum

terdapat dua entitas di satu grup perusahaan, artinya asuransi syariah dan asuransi

konvensional beroperasi sebagai satu perusahan.15

Berdasarkan latar belakang diatas penulis melakukan penelitian ke salah satu

unit Usaha Asuransi Syariah agar mengetahui respon diberlakukannya kebijakan spin

off yang tertuang dalam undang undang perasuransian pada suatu perusahaan asuransi

dan judul dari penelitian diangkat adalah

“RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA

TERHADAP KEBIJAKAN SPIN OFF YANG DIATUR DALAM UNDANG -

UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 40 TAHUN 2014 DAN POJK NO 67

TAHUN 2016” (Studi kasus pada PT Asuransi Adira Dinamika Unit Syariah).

14 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 67 tahun 2016 pasal 17

15Siapa Saja Asuransi Syariah yang Siap Spin off?

Page 20: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

9

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Bagaimana respon unit usaha syariah terhadap kebijakan spin off?

b. Apa yang seharusnyadipersiapkan perusahaan asuransi syariah untuk dapat

melakukan spin off?

c. Bagaimana perubahan kinerja perusahaan asuransi syariah setelah ditetapkan

kebijakan spin off?

d. Pentingkah perusahaan melakukan spin off?

e. Bagaimana cara perusahaan untuk menghadapi tuntutan spin off?

2. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan batasan-batasan

penelitian yang diteliti. Mengenai hal ini penulis membatasi lingkup penelitian pada

satu perusahaan Asuransi yang memiliki Unit Usaha Syariah.

3. Perumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang, alasan penulis mengambil judul tersebut

karena penulis menarik beberapa masalah terkait dengan penelitian yang dilakukan.

a. Bagaimana persiapan yang dilakukan PT. Asuransi Adira Dinamika untuk

bisa melakukan spin off, baik dari segi manajemen, sumber daya dan

finansial?

b. Apa kendala yang dihadapi PT. Asuransi Adira Dinamika untuk melakukan

spin off?

c. Bagaimana solusi terhadap kendala yang dihadapi perusahaan terkait kebijkan

spin off?

Page 21: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Setelah melihat judul yang diangkat dan latar belakang masalah yang ada

serta perumusan masalah yang ingin di dapat, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui respon Unit Usaha Asuransi Syariah di Indonesia terhadap kebijakan

spin off yang diatur dalam Undang – Undang Republik Indonesia no 40 tahun 2014

dan POJK no 67 tahun 2016.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penulis berharap bahwa penelitian ini

memberikan manfaat bagi:

a. Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan

akademisi dan praktisi untuk menambah wawasan tentang bagaimana

respon Unit Usaha Asuransi Syariah dalam penelitian ini yaitu di PT.

Asuransi Adira Dinamika Unit Syariah terhadap kebijakan spin off yang

diatur dalam Undang- Undang Republik Indonesia no 40 tahun 2014 dan

POJK no 67 tahun 2016.

b. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi

dan sebagai bahan pertimbangan bagi entitas bisnis Asuransi syariah

lainnya dalam menanggapi kebijakan spin off.

D. Review Studi Terdahulu

Agar tidak terjadi pengulangan penelitian terhadap objek yang sama dan

untuk membandingkan antara penelitian terdahulu agar mendukung materi dalam

penelitian ini, maka ada baiknya peneliti melakukan review studi terdahulu. Adapun

review studi terdahulu yang penulis telah kaji, adalah:

Page 22: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

11

Tabel 2

Review Studi Terdahulu

1. Identitas Mirriam Astari/Fakultas Syariah dan Hukum Program

Studi Muamalat Konsentrasi Asuransi Syariah 2013

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Judul Skripsi Kebijakan Spin off Unit Usaha Asuransi Syariah

Berdasarkan Kinerja Keuangan. Studi pada PT Asuransi

Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA. (Unit Usaha

Syariah).

Subtansi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan

unit asuransi syariah agar dapat melihat kesiapan unit

asuransi syariah dalam menghadapi spin off dan syarat

yang dilakukan unit usaha syariah dalam menghadapi spin

off.

2. Identitas Anggi Wicaksono / Fakultas Syariah dan Hukum Program

Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah 2014

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Judul Skripsi Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia pada Bank yang

Merger-Akuisisi dan Spin off

Subtansi Menganalisis tingkat efisiensi antara perbankan yang

berdiri dari hasil merger, akuisisi dan spin off hingga

menjadi evaluasi. Penelitian ini dilakukan pada industri

perbankan.

3. Identitas Feri Umar Farouk dan Khotibul Umam /Jurnal 2006

Judul Mekanisme Pembentukan Bank Umum Syariah Alternatif :

Akuisisi dan Konversi Bank Umum Konvensional serta

Pemisah (Spin off) Unit Usaha Syariah.

Page 23: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

12

Subtansi Penelitian ini menjelaskan bahwa dengan disahkannya UU

No. 21 Tahun 2008 membuka peluang agar perbankan

syariah dpat lebih ekspansif. Mekanisme yang dilakukan

dalam pembentukan Bank Umum syariah yang baru yaitu

dengan tigacara, yaitu akuisisi, konversi dan spin off.

Peneliti memberikan penjelasan yang cukup rinci, mulai

dari peraturan prosedur , serta persyaratan pendirian Bus.

4 Identitas M. Yudistira Kusuma / fakultas ilmu dakwah dan

komunikasi 2013, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Judul Skripsi Respon Pengurus Forum Organisasi Zakat Terhadap

Undang- Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

Zakat.

Subtansi Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif

dimana dalam pengumpulan datanya melalui wawancara

dan data data tertulis, sedangkan subjek dalam penelitian

ini adalah undang – undang no 23 tahun 2011 tentang

pengelolaan zakat. Sedangkan tujuan dari penelitian ini

secara umum adalah untuk mengetahui respon pengurus

FOZ terhadap undang – undang baru no. 23 tahun 2011

tentang pengelolaan zakat pada masyarakat saat ini.

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada

objek penelitian dan metode analisis yang digunakan. Pada penelitian kali ini objek

penelitian dilakukan pada PT.Asuransi Adira DinamikaUnit Syariah. Metode yang

digunakan kali ini adalah dengan metode wawancara yang diolah secara kualitatif.

Page 24: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

13

E. Kerangka Teori

Spin off secara umum menggambarkan suatu tambahan atau produk derivative

atau turunan atau hasil dari sesuatu tiruan usaha sebelumnya. Istilah spin off sering

dihubungkan dengan pembentukan usaha baru, dimana termasuk produk barunya

adalah hal yang sama atau salinan dari organisasi induk, dan menimbulkan aktivitas

ekonomi yang baru. Pemisahan ini bisa berbeda bentuk, tapi umumnya memerlukan

perubahan yang penting pada kontrol, risiko, dan distibusi keuangan. Unsur lainnya

yaitu transfer teknologi dan hak kepemilikan dari induk kepada pemilik baru. Dengan

kata lain pemisahan ini juga meliputi pemisahan aktiva dan pasiva.16

Spin off dapat

juga dikatakan sebagai proses kebalikan dari merger, atau demerger. Sebab,

perusahaan yang tadinya satu dan terdiri dari unit-unit bisnis dan support, kini

menjadi dua atau lebih perusahaan.17

Perkembangan industri asuransi syariah sangat baik, hal ini berpengaruh

terhadap perubahan manajemen. Perubahan manajemen di unit syariah dapat

membawa hal positif dalam perkembangannya, karena dengan perubahan manajemen

yang baik seperti melakukan pemisahan diri dari perusahaan induk merupakan hal

yang diibaratkan sudah masuk tahap pendewasaan dalam industri bisnis. Dalam

perubahan tersebut unit usaha syariah dapat mengekspansikan usahanya dan

melakukan pengambilan keputusan sendiri.

Peningkatan maupun penurunan kinerja harus sangat diperhatikan, agar dapat

diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keduanya. Sehingga ketika ada

sisi positifnya itu harus lebih dikembangkan sampai pada hasil yang maksimal.

Begitu pula ketika ada sisi negatif harus segera dihadapi agar tidak berdampak buruk

bagi perusahaan.

16

Miriam Astari, kebijakan Spin off Unit Usaha Asuransi Syariah Berdasarkan Kinerja

Keuangan (studi pada PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA (Unit Usaha Syariah)),(Skripsi

S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 35

17 Ayatullah Asfaroni, “Strategi Pelepasan Aset Sebagai Sumber Pembiayaan Program

Restrukturisasi PT. ABC” Tesis Universitas Indonesia, Jakarta, 2011, h. 30

Page 25: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

14

F. Metode Penelitian

Metode dalam hal ini diartikan sebagai suatu cara yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu. Sedangkan penelitian adalah

suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu pengetahuan

yakni usaha dimana dilakukan dengan menggunakan metode-metode tertentu.18

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif diharapkan

menghasilkan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.19

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah PT. Asuransi Adira Dinamika Unit Syariah

dan objek penelitiannya adalah kepala Divisi Unit Usaha Syariah PT. Asuransi Adira

Dinamika.

3.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis akan mengumpulkan data dan informasi yang

diperlukan dengan cara wawancara. Wawancara merupakan alat mengecek ulang atau

pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga

merupakan teknik komunikasi langsung antara peneliti dan sampel.20

18

Sutrisno Hadi, Metodologi Riset. (Yogyakarta: UGM Press, 1997) hal. 3

19 Basrowi. & Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif. (Jakarta : Rineka Cipta, 2008) h.

21

20 Hariwijaya, M, Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, elMatera

Publishing, Yogyakarta, 2007

Page 26: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

15

4.Teknik Analisis Data

Data atau informasi yang diperoleh penulis dalam penelitian ini bersifat

kualitatif dengan menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif. Pendekatan

deskriptif yaitu metode untuk memberikan pemecahan masalah dengan pengumpulan

data, mengklarifikasi, menganalisis, dan menginterpretasikannya. Tujuan dari

penelitian deskriptif kualitatif adalah searah dengan rumusan masalah serta

pertanyaan penelitian atau identifikasi masalah. Hal ini disebabkan tujuan dari

penelitian ini akan menjawab pertanyaan sebelumnyadikemukakan oleh rumusan

masalah.21

5. Teknik Penulisan

Adapun tehnik penulisan yang digunakan adalah menggunakan “pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2017”.

21

Uma Sekaran.Metodologi penelitian Bisnis (Jakarta: Salemba empat, 2016) hal 73

Page 27: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Respon

1. Pengertian Respon

Pengertian respon menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.22

Serupa

dengan pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut, menurut Poerwadarminta

respon diartikan sebagai tanggapan, reaksi, dan jawaban.23

Menurut istilah psikologi respon dikenal dengan proses memunculkan dan

membayangkan kembali gambaran hasil pengamatan. Dalam kamus lengkap

psikologi disebutkan bahwa response (respon) adalah sebarang proses otot atau

kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang atau berarti satu jawaban ,

khususnya jawaban dari pertanyaan tes atau kuisioner, atau bisa juga sebarang

tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi

atau yang samar.24

Menurut Alex Sobur, respon berasal dari kata response yang berarti balasan

atau tanggapan (reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk

menamakan reaksi terhadap rangsangan yang diterima oleh panca indra. Hal yang

menunjang dan melatar belakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan

partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap

kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi

suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon tidk terlepas dari

pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang

22

Pusat Bahasa Depdiknas, kamus Besar Bahasa Indonesia (jakarta: Balai Pustaka, 2002), h

585 23

Poerwadarminta, psikologi komunikasi, (jakarta : UT, 1999), cet. Ke 3, h 43 24

J.P. Chaplin, kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004),

cet.9,h.432

Page 28: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

17

berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pegaruh atau

penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.25

Jadi berdasarkan uraiian definisi mengenai respon dapat disimpulkan respon

adalah suatu tanggapan , reaksi dan atau jawaban yang diperoleh berdasarkan

pengamatan suatu peristiwa, termasuk juga informasi dan pesan.

2. Macam – Macam Respon

Menurut sumardi suryabrata macam – macam respon terdiri dari tiga macam

respon, diantaranya:

a. Respon masa lampau atau respon ingatan

b. Respon masa mendatang atau respon mengantisipasi

c. Respon masa kini atau tanggapan atau tanggapan represintatif (respon

mengimajinasikan).26

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M Chaffe maka respon itu

sendiri terbagi menjadi tiga, diantaranya adalah:

1) Komponen kognitif (pengetahuan), respon kognitif berkaitan dengan

pengetahuan, keterampilan, dan informasi seseorang mengenai sesuatu.

Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang

dipahami atau dipersepsikan oleh khalayak.

2) Komponen afektif (sikap), respon afektif berhubungan dengan emosi,

sikap dan nilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila

ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif (tindakan), respon konatif berhubungan dengan

perilaku nyata, meliputi tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.

Dengan kata lain respon ini menujukkan intensitas sikap yaitu

kecenderungan bertindak atau berprilaku seseorang terhadap objek

sikap.

25

Alex Sobur, psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah , (Bandung: cv. Pustaka, 2003),h. 26

Sumardi Suryabrata, psikologi kepribadian,( Jakarta: Rajawali Press, 1993),h. 36-37.

Page 29: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

18

3. Faktor – Faktor Terbentuknya Respon

Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi faktor

penyebabnya, hal ini perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat

menanggapi dengan baik. Pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan

tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar, tidak semua

stimulus itu mendapat respon individu, sebab individu melakukan terhadap stimulus

yang ada pesesuaiian atau yang menarik dirinya. Dengan demikian maka alan

ditanggapi adalah individu selain tergantung pada stimulus juga bergantung pada

keadaan individu itu sendiri.

Dengan kata lain, stimulus akan mendapat pemilihan dan individu akan

bergantung pada dua faktor yaitu:

a. Faktor internal

Faktor yang ada di dalam diri setiap individu manusia terdiri dari unsur, yaitu

jasmani dan rohani. Kondisi kedua unsur tersebut sangat berpengaruh ketika

seseorang mengadakan respon terhadap suatu keadaan. Apabila salah satu

unsur mengalami gangguan, maka respon yang dihasilkan akan berbeda

intensitasnya.

b. Faktor ekstrenal

Faktor yang ada diluar diri setiap individu (lingkungan) atau lazim disebut

sebagai stimulus merupakan kegiatan bagian penting dalam proses

terbentuknya suatu respon. Namun demikian tidak semua stimulus mendapat

respon dari individu. Supaya stimulus dapat disadari oleh individu, maka

stimulus harus cukup kuat. Bila tidak, bagaimanapun besarnya perhatian dari

individu, stimulus tidak akan ditanggapi atau disadari. Dengan demikian ada

batas kekuatan minimal tertentu yang harus dimiliki stimulus agar bisa

memindahkan kesadaran pada individu. Batas minimal kekuatan stimulus

Page 30: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

19

tersebut lazim diistilahkan dengan “ambang absolut sebelah bawah” atau bisa

juga dosebut “ambang stimulus”.27

B. Kebijakan Spin off

1. Definisi spin off

Pasal 1 ayat 12 UU PT No 40 tahun 2007 tentang perseroan

terbatas, spin off dikatakan sebuah pemisahan yang di definisikan sebagai

berikut : “perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan untuk

memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva

perseroan beralih karena hukum kepada 2 (dua) perseroan atau lebih atau

sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu)

perseroan atau lebih.”28

Spin off merupakan bentuk pelepasan yang berakibat pada divisi

atau bagian perusahaan menjadi perusahaan yang mandiri, dengan

melepaskan satu unit bisnis, seperti anak perusahaan berdiri sendiri.29

Black’s Law Dictionary bahwa spin off adalah : “ sebuah divestasi

perusahaan dimana sebuah divisi dari korporasi menjadi perusahaan

independen dan saham perusahaan yang baru di distribusikan kepada

pemegang saham korporasi”.30

Berdasarkan uraian definisi dari berbagai pendapat, dapat

disimpulkan spin off merupakan perbuatan hukum yang dilakukan oleh

perseroan yang bertujuan untuk melepaskan satu unit bisnis, atau anak

perusahaan hingga membentuk suatu perusahaan yang baru dan mandiri.

Istilah spin off sering kali dihubungkan dengan pembentukan perusahaan

baru, dimana yang termasuk didalam produk barunya adalah hal yang sama

27

Elizabeth B, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1991), Terjemahan Istiwidayanti

dan Soedjarwo, Ed. Ke-5, h. 182. 28

Undang Undang Perseroan Terbatas (PT) no 40 tahun 2007 29

Heru sutojo, prinsip-prinsip manajemen keuangan, (jakarta: salemba empat ,1988), h. 647 30

NN, spin off , kontruksi hukum dalam upaya penguatan struktur perbankan nasional,

buletin Hukum Perbankan Syariah dan Kebanksentralan, Vol 7 No 1 januari 2009, h.2

Page 31: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

20

atau salinan dari organisasi induk dan menimbulkan aktivitas ekonomi

yang baru. Pemisahan ini bisa berbeda bentuk dan yang pada umumnya

memerlukan perubahan yang penting dalam kontrol , risiko, dan distribusi

keuangan. Unsur lainnya yaitu transfer teknologi dan kepemilikan dari

induk kepada pemilik baru.31

Alasan yang melatar belakangi munculnya ide pemisahan (spin off)

antara lain sebagai berikut: pertama , restrukturisasi perusahaan yang di

prakarsai oleh perusahaan induk. Mereka sering menjalankan sesuai

konsekuensi restrukturisasi. Perusahaan induk memberi dukungan dan

dorongan semangat kepada pengusaha baru. Kedua dalam rangka

pendirian usaha baru yang dijalankan oleh satu atau beberapa orang dengan

memanfaatkan pengalaman yang diperoleh dari pengalaman perusahaan

induk.32

Menurut tubke (2005) terdapat beberapa faktor yang memengaruhi

dalam proses pemisahan (spin off). Pertama, faktor yang terkait dengan

aktivitas bisnis, dalam faktor yang pertama ini terkait dengan ukuran

perusahaan dan perbedaan sektor bisnis antara perusahaan induk dengan

perusahaan anaknya. Apabila faktor pertama ini dikaitkan dengan unit

usaha syariah dapat diposisikan sebagai perusahaan anak dan bank

konvensional sebagai perusahaan induk. Kedua, faktor yang terkait dengan

organisasi dan pengelolaan perusahaan. Ketiga, faktor yang terkait dengan

hubungan dan dukungan. Terdapat tiga pola hubungan yang mungkin dapat

tercipta antara perusahaan induk dengan perusahaan anak yang melakukan

pemisahan, yaitu hubungan pasar (market – relatedness) hubungan produk

(product relatedness) dan hubungan teknologi (tectologi relatedness).

Keempat faktor transfer pengalaman dari perusahaan induk kepada

31

Heru Sutojo, op.cit., h. 648 32

M.Nur Rianto Al Arif, keterkaitan Kebijakan Pemisahan Terhadap Tingkat Efisiensi Pada

Industri Perbankan syariah di Indonesia. Jurnal keuangan dan perbankan, vol 19, no 2 Mei 2015, hlm

295-304

Page 32: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

21

perusahaan anaknya. Kelima faktor terkait dengan motivasi. Keenam ,

faktor terkait dengan lingkungan bisnis baik berupa karakteristik

lingkungan bisnis regional maupun kerangka legal.33

Cara spin off dilakukan oleh unit dalam kegiatan tersebut kemudian

dipisah dari sebuah perseroan dan berdiri sebagai suatu perseroan baru

terpisah. Dengan demikian perseroan baru akan mempunyai direksi sendiri

dan independen dalam mengambil keputusan, serta kepemilikan perseroan

baru tersebut berada ditangan para pemegang saham. Pemisahan ini

dimaksudkan agar unit usaha dapat mengambil keputusan lebih cepat, lebih

efisien, dan ada yang secara khusus bertanggung jawab.

Sebagaimana diketahui bahwa UUPT menggunakan istilah “

pemisahan” untuk spin off , “ penggabungan” untuk marger , “pengambil

alihan” untuk akuisisi.

Dalam spin off perseroan beberapa pihak yang harus mendapatkan

perlindungan hukum antara lain nasabah, karyawan, dan para pemegang

saham minoritas yang melakukan pemisahan. Pemegang saham dalam hal

ini perlu mendapatkan perlindungan mengingat proses spin off untuk

perseroan bisa terjadi bukan hanya atas kehendak pemegang saham, namun

karena adanya ketentuan undang-undang yang mewajibkan pemisahan.

Karena dalam perseroan, mekanisme spin off belum diakomodir sebagai

salah satu alternatif dalam penguatan struktur perseroan di Indonesia.34

2. Jenis – jenis Spin off

Dalam pemisahan perseroan dikenal ada dua macam pemisahan,

kedua jenis pemisahan tersebut dipengaruhi oleh cara pemisahan dengan

memperhatikan kuantitas usaha yang dipisahkan oleh perseroan. Hal ini

diatur dalam pasal 135 UU No 40 tahun 2007, (UUPT), yaitu:

33

ibid 34

Tumbuan Fred. B.G , pokok-pokok Undang-undang kepailitan , (jakarta : penerbit Ghalia,

2008) , h.39

Page 33: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

22

a. Pemisahan Murni

Pemisahan murni yaitu pemisahan yang mengakibatkan seluruh aktiva

dan pasiva perseroan yang beralih karena hukum kepada 2 (dua) PT

lain atau lebih yang menerima peralihan dan akibatnya perseroan yang

melakukan pemisahan tersebut berakhir karena hukum. Dalam

pemishan jenis ini yang menjadi ciri pokok perseroan mengalihkan

seluruh harta kekayaan, sehingga akan berakibat perseroan harus tutup

demi hukum karena sudah tidak ada lagi usaha yang diurusi.

b. Pemisahan Tidak Murni

Pemisahan tidak murni yaitu pemisahan yang mengakibatkan sebagian

pasiva dan aktiva beralih karena huukum kepada 1 (satu) PT lain atau

lebih yang menerima peralihan dan PT yang melakukan pemisahan

tetap ada atau tidak berakhir. Dalam pemisahan ini tidak sampai

mengakibatkan perseroan terdahulu menjadi bubar, karena harta

kekayaan yang dialihkan hanya sebagian saja. Perseroan tersebut

masih mempunyai harta kekayaan sehingga masih dapat menjalankan

usaha. Berbeda dengan pemisahan murni yang berakibat perseroan

yang melakukukan pemisahan menjadi bubar, karena harta

kekayaannya dialihkan seluruhnya.

3. Syarat Pemisahan Unit Usaha Syariah (spin off)35

Terhadap perbuatan hukum Pemisahan (spin off), berlaku sepenuhnya

syarat yang ditentukan pasal 129 ayat (1), sebagaimana hal nya syarat

ini berlaku terhadap penggabungan, peleburan dan pengambil alihan.

Dengan demikian perbuatan hukum pemisahan wajib memperhatikan

kepentingan:

35

Nawang Styanda Iswanto, Implementasi Pasal Undang-Undang No 40 Tahun 2014

tentang Perasuransian Terhadap Pemisahan Unit Usaha Syariah (spin off) Asuransi, Skripsi 2017.

h.35

Page 34: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

23

a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan.

b. Kreditor dan mktra usaha lainnya dari perseroan dan

c. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

Menurut penjelasan pasal 126 ayat (1) syarat disbutkan dalam ketentuan ini

merupakan penegasan bahwa penggabungan, peleburan, pengambil alihan

dan pemisahan tidak bisa dilakukukan apabila merugikan kepentingan

pihak-pihak tertentu.36

4. Tujuan Spin off

Sebagaimana pemisahan itu diatur dalam UUPTN No. 40 tahun

2007 dalam pasal 1 butir 12 memberi definisi tentang pemisahan sebagai

berikut: “ pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh

perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktva dan

pasiva perseroan beralih karena hukum kepada dua perseroan atau lebih

atau sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada

satu perseroan atau lebih”. Memperhatikan bahwa pemisahan

mengakibatkan terjadinya peralihan karena hukum dari aktiva dan pasiva

perseroan maka pemisahan mirip sekali dengan penggabungan dan

peleburan.

Adapun perbedaan mencolok antara pemisahan di satu pihak dan

penggabungan serta peleburan dilain pihak, adalah bahwa dalam hal

pemisahan tidak selalu (i) aktiva dan pasiva perseroan yang melakukan

pemisahan beralih kepada satu perseroan saja dan (ii) perseroan yang

melakukan pemisahan karena hukum.

Apabila hanya melihat tujuan , terlihat bahwa spin off yang diatur

dalam UU perseroan terbatas sebenarnya lebih ditujukan untuk

mengakomodasi kepentingan perkembangan perseroan dalam hal ini

36

Yahya Harahap, hukum perseroan terbatas , h. 522

Page 35: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

24

melalui spin off dalam UU perseroan tersebut induk menjadi anak

perseroan. Sebenarnya pengetian spin off dalam UU perseroan tersebut

memberikan fleksibilitas yang lebh luas kepada perseroan untuk melakukan

penguatan restruktur usahanya.

Penguatan struktur usaha dengan mekanisme spin off dapat

dimafaatkan oleh perseroan sebagai sarana untuk lebih mempertajam

segmentasi pasar, khusunya melalui penguatan lini bisnis yang lebih fokus

dan spesialis. Selain dianggap dapat mempertajam suatu nilai bisnis,

mekanisme spin off juga dapat melakukan pemisahan aset bermasalah (bad

assets) menjadi bahan usaha baru yang bukan merupakan perseroan

(menjadi semacam perseroan pengelola aset). Dalam hal ini maka

keuntungan bagi perseroan adalah milik perseroan baru menjadi kendaraan

pengelola aset bermasalah yang tetap dapat di kontrolnya, juga menjadi

sarana yang efektif bagi perseroan dalam melakukan pembersihan aset

bermaslah.37

5. Motif Spin off

Terdapat beberapa alasan dilakukannya spin off , antara lain:

a. Sepenuhnya beroperasi secara terpisah sehingga tercipta kemandirian

dalam menjalankan bisnis.

b. Memperoleh akses pada teknologi baru atau teknologi yang lebih

baik.

c. Memperoleh pasar atau pelanggan – pelanggan baru yang tidak

dimilikinya namun dimiliki oleh perusahan induk.

d. Menambah kekayaan, hal ini dimungkinkan karena adanya transfer

kekayaan dari pemberi pinjaman (investor) kepada pemilik sekuritas.

37

Bahari Adib, prosedur cepat mendirikan perseroan terbatas, (Yogyakarta : Pustaka

Yustisia, 2010), h.24

Page 36: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

25

e. Spin off juga memungkinkan fleksibilitas pengaturan perjanjian.

Operasional terpisah, unit bisnis sebagai perusahaan baru dapat

mengatur ulang perjanjian yang berhubungan dengan tenaga kerja,

dapat terlepas dari peraturan yang lama, atau menghilangkan

peraturan – peraturan yang sudah tidak sesuai lagi.

f. Restrukturisasi insentif untuk memperoleh perbaikan produktivitas

manajemen.38

Selain itu, bagi unit syariah latar belakang dilakukannya spin off

adalah untuk memperkuat jaringan dan berkontribusi membesarkan

ekonomi syariah sehingga perekonomian syariah tumbuh pesat.39

C. Komponen Spin off

1. Manajemen

Restrukturisasi perusahaaan dapat dilakukan jika usaha tersebut dianggap dapat

memperbaiki manajemen. Spin off adalah prubahan struktur organisasi dimana salah

satu unit bisnis meningkat independensinya dan berubah menjadi perusahaan sendiri

dan terpisah. Dengan terpisahnya manajemen maka masing masing perusahaan

diharapkan dapat lebih fokus dalam mengembangkan bisnisnya. Ini merupakan salah

satu tujuan spin off.

38

Heru Sutojo, prinsip-prinsip manajemen keuangan, (jakarta: salemba empat, 1988), h. 647-

648 39

Yunita Apsari Dewi, merger, Corporate Control, dan Corporate Govermance, (Surabaya :

lembaga penelitian Universitas Surabaya, 2013), h. 32

Page 37: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

26

Struktur perusahaan sebelum spin off struktur perusahaan setelah spin off

Gambaran Proses Spin off Perusahaan40

Dalam proses spin off ini kontrol terhadap anak perusahaan tetap pada

perusahaan pertama (induk). Demikian sebenarnya perusahaan induk tidak

kehilangan kontrol atas unit yang bertransformasi menjadi anak perusahaan.

Spin off dapat juga dikatakan sebagai proses kebalikan dari merger atau de

merger. Sebab perusahaan yang tadinya satu dan terdiri dari unit-unit bisnis dan

support, kini menjadi dua atau lebih perusahaan.41

Sekaligus dapat mengakibatkan

perusahaan mengalami kelebihan pembayaran (high cost). Karena dalam spin off

terjadi restrukturisasi organisasi, akan menambah tenaga-tenaga ahli. Berdampak

pada perkembangan baik aset, organisasi, sistem kerja maupun permodalan.

Pertumbuhan merupakan bagian penting kesuksesan dan ketahanan perusahaan.

Tanpa pertumbuhan, perusahaan akan mengalami kesulitan untuk meningkatkan

40

Adler Manurung, Bahan perkuliahan merger,Restrukturisasi dan akuisisi, (jakarta;2011). 41

Ayatullah Asfaroni, “strategi pelepasan aset sebagai sumber pembiayaan program

restrukturisasi PT ABC” Tesis pada Universitas Indonesia, Jakarta, 2011, h. 30

PT Asuransi A

Divisi Syariah

HRD Divisi

Marketing

PT. Asuransi A

HRD Divisi

Marketing

PT. Asuransi Syariah

Page 38: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

27

dedikasi terhadap tujuan dan menarik manajer – manajer berkualitas. Sehingga

dukungan dari manajemen dapat dikatakan sebagai jantung dalam suatu perusahaan.42

2. Finansial

Perubahan kekayaan atau disebut juga restrukturisasi keuangan merupakan

aktivitas perusahaan yang ditujukan untuk mengatur ulang posisi keuangan

perusahaan baik aset , kewajiban dan permodalan perusahaan. Dan sengan

ketentuan asetnya sampai 50% dari perusahaan induk. Sebagaimana ketentuan

ini pun terdapat pada pasal 87 ayat 1 (satu) dan 2 (dua) dalam undang –

undang no 40 tahun2014 tentang peransuransian.

Yaitu sebagai berikut:

1) “ dalam hal perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi memiliki

unit syariah dengan nilai dana tabarru dan dana investasi peserta telah

mencapai paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari total nilai dana

asuransi, dana tabarru dan dana investasi peserta perusahaan induknya

atau 10 (sepuluh) tahun sejak diundangkannya undang – undang ini,

perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi tersebut wajib

melakukan pemisahan unit syariah tersebut menjadi perusahaan asuransi

syariah atau reasuransi syariah.

Berdasarkan undang – undang di atas, unit syariah harus memperbaiki

kondisi internalnya guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai

perusahaan. Selain itu, unit syariah harus mengekspansi bisnisnya lebih

luas agar dapat meningkatkan kontribusi dana tabarru hingga dapat

mencapai kriteria yang ditentukan. Kemudan dapat menguatkan

keuangan unit syarah agar tidak goyah ketika tiba waktunya spin off.43

42

Heru Sutojo, prinsip-prinsip manajemen keuangan, (jakarta: salemba empat, 1998), h.631 43

Bramantyo Joahnputro, restrukturisasi keuangan, 2013 (www.lontar.ac.id)

Page 39: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

28

3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya

fisik yang dimiliki oleh individu. Pikiran dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan

lingkungan, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memnuhi

kepuasannya.44

Manusia terdiri dari tiga unsur saling berkaitan yaitu hati, akal,

jasad.45

Atau lebih sering dikenal dengan istilah Emotional Quotient (EQ) untuk

kecerdasan emosiaonal, Spiritual Quotient (SQ) untuk kecerdasan spiritual atau jiwa

dan Intelectual Quotient (IQ) untuk kecerdasan intelektual yang merujuk ke fungsi

akal manusia. Maka cakupan pengelolaan sumber daya manusia yang beroientasi

pada nilai syariah hendaklah mengelola semua unsur spiritual, fisik dan intelektual

agar terbentuk manusia yang utuh dan integral. Agar pengelolaan unsur – unsur

manusia ini secara terpisah tidak mengakibatkan split personality (kepribadian yang

terpecah), menjadikan seorang di satu sisi adalah orang yang cerdas secara

intelektual berpangkat tinggi tapi spiritualnya lemah mengakibatkan terbentuknya

moral hazard.

Menurut pandangan islam, manusia merupakan makhluk yang memiliki

kemampuan istimewa dan menempati kedudukan tertinggi diantara makhluk

lainnya. Islam menghendaki manusia berada pada tatanan yang tinggi dan luhur.

Oleh karena itu manusia di karuniai akal, perasaan, tubuh yang sempurna.

Dalam islam kinerja sumber daya manusia harus mempunyai etos kerja yang

bagus. Seorang muslim dalam hidupnya terutama dalam bekerja harus mempunyai

etos kerja muslim yaitu:46

44

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia , (jakarta : Bumi Aksara,

2007), h.244 45

Ummu Yasmin, Materi Tarbiah : panduan kurikulum bagi da’i dan murabbi,(solo : Media

Insani press, 2005), h.109 46

Didin Hafidhuddin, Sifat Etos Kerja Muslim, 2011 (http://persis.or.id)

Page 40: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

29

a) Profesional

Setiap pekerjaan yang dilakukan seorang muslim harus dilakukan dengan

sungguh sungguh untuk memperoleh hasil terbaik.

b) Tekun

Sungguh islam tidak meminta penganut sekedar bekerja, tetapi juga meminta

agar belerja dengan tekun dan baik. Dengan pengertian lain bekerja dengan

tekun dan menyelesaikan dengan sempurna menurut islam, tekun dalam

bekerja juga merupakan suatu kewajiban dan perintah yang harus

dilaksanakan oleh setiap muslim.

c) Jujur

Islam memandang bahwa kejujuran dalam bekerja bukan hanya merupakan

tuntutan, melainkan juga ibadah. Seorang muslim yang dekat dengan Allah

akan bekerja dengan baik untuk dunia dan akhirat.

d) Amanah

Memenuhi amanah kerja merupakan jenis ibadah paling utama bertanggung

jawab terhadap sesuatu yang diembankan kepadanya.

e) Kreatif

Ketahuilah bahwa semakin hari urusan semakin bertambah, begitupun dengan

aneka kesalahan, tanggung jawab, potensi konflik dan lain sebagainya. satu

satunya orang yang beruntung adalah hari ini harus lebih baik dari hari

kemarin, berarti selalu ada penambahan manfaat.

Selain itu terkait dengan pemenuhan sumberdaya manusia di industri lembaga

keuangan syariah terdapat beberapa kualifikasi dan standar SDM Ekonomi Syariah

yakni sebagai berikut:

a) Memahami nilai –nilai moral dalam aplikasi fikih muamalat/ ekonomi

syariah.

b) Memahami konsep dan tujuan ekonomi syariah.

c) Memahami konsep dan aplikasi transaksi-transaksi (akad) dalam

muamalah.

Page 41: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

30

d) Memahami dan mengenal mekanisme kerja lembaga

ekonomi/keuangan/perbankan/bisnis syariah.

e) Mengetahui dan memahami mekanisme kerja dan interaksi lembaga –

lembaga terkait, seperti regulator,pengawas,lembaga hukum, konsultan

dalam industri ekonomi syariah.

f) Mengetahui dan memahami hukum dasar baik hukum syariah maupun

hukum positif yang berlaku.

g) Menguasai bahasa sumber ilmu, seperti arabic dan english.47

Uraian diatas berkaitan dengan dibutuhkannya sumber daya manusia yang

kompeten dalam restrukturisasi.restrukturisasi sumber daya manusia pada perseroan

dilakukan dengan adanya pergantian jajaran direksi dan manajer serta pengurangan

atau penambahan karyawan yang dianggap lebih kompeten dan profesional sesuai

dengan kapasitas pada bidang masing – masing. Karena faktor yang sangat

dibutuhkan dalam mewujudkan perusahaan untuk melakukan spin off salah satunya

adalah sumber daya manusia yang berkualitas. Faktor kualitas SDM menjadi sangat

krusial dan penting, karena itu pengembangan SDM nasional menjadi hal yang terus

ditingkatkan.

Sebuah perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan keuangan semacam

asuransi akan berjalan dengan baik dan mempunyai kinerja yang sehat jika dikelola

dengan manajemen yang baik dan sesuai dengan norma yang berlaku, perusahaan

asuransi syariahnya harus taat pada prinsip syariah. Beberapa kompetensi yang ada

dalam sebuah perusahaan asuransi syariah:

a) Underwriting syariah

Underwriting adalah sebuah proses identifikasi dan seleksi risiko dari

calon peserta yang mengasuransikan dirinya disebuah perusahaan

asuransi. Individu yang melakukan proses underwriting disebut dengan

47

Agustianto, Meningkatkan Kompetensi Sumber Dya Manusia Ekonomi Syariah, 2011,

(www.agustiantocentre.com)

Page 42: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

31

undrwriter. Salah satu tugasnya adalah usaha agar calon peserta asuransi

mendapatkan beban premi/ iuran tabarru’ yang sesuai dengan risiko yang

dimilikinya.

b) Aktuaria

Aktuaria merupakan bidang ilmu perpaduan antara matematika, statistika

dan ekonomi yang berperan dalam menilai atau memperkirakan risiko.

Individu yang ahli dibidang ini disebut aktuaris. Keahlian aktuaris

memiliki tugas mengevaluasi kemungkinan kejadian – kejadian yang

tidak di inginkan.

c) Manajemen risiko

Manajemen risiko adalah proses identifikasi risiko, analisis risiko ,

evaluasi risiko dan pengendalian risiko.

d) Risk survey/ Assessmentt

Individu yang bertugas disebut risk surveyor, deskripsi pekerjaan yang

dilakukan adalah survey terhadap objek yang diasuransikan serta hal – hal

lain yang dapat mempengaruhi besar kecilnya risiko terhadap objek yang

akan diasuransikan.

e) Akuntan

Akuntan di perusahaan asuransi syariah sama seperti akuntan di

perusahaan lain, namun dalam hal ini seorang akuntan syariah harus

memahami pencatatan berdasarkan prinsip syariah.48

4. Infrastuktur

Infrastuktur mengacu pada sistem fisik yang menyediakan transportasi,

bangunan dan fasilitas publik lain yang diperlukan untuk memnuhi kebutuhan dasar

manusia secara ekonomi dan sosial. Kegunaan aplikasi lain, infrastuktur dapat

merujuk pada teknologi informasi, saluran komunikasi formal dan informal serta alat

alat pengembangan perangkat lunak, jaringan sosial politik atau kepercayaan pada

48

Muhammad feby , underwriting, aktuaria, manajemen risiko dan penilaiian kerugian,

artikel di terbitkan pada juni 2013 melalui http://lotusbougenville.wordpress.com

Page 43: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

32

kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Konseptual gagasan bahwa struktur

pengorganisasian merupakan penyediaan infrastuktur dan dukungan untuk sistem

atau bagi layanan organisasi seperti dalam sebuah kota, negara, perusahaan atau

kumpulan orang dengan kepentingan umum. Infrastuktur sama saja dengan prasarana,

yaitu segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggara suatu proses.49

Apabila dikaitkan dengan asuransi syariah pakar mengatakan bahwa bisnis

asuransi merupakan bisnis yang dipengaruhi oleh kepentingan publik, oleh karena itu

banyak aturannya dibandingkan dengan kebanyakan industri lainnya. Karena sistem

perasuransian harus mampu menjawab kebutuhan dan keinginan masyarakat yng

memerlukannya. Dapat dikatakan bahwa sistem perasuransian yang berlaku di suau

negara merupakan suatu infrastuktur bagi seluruh kegiatan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara, sehingga harus memberikan pelayanan kepada masyarakat.50

1) Jenis infrastuktur

Infrastuktur sendiri dapat dipilah menjadi tiga bagian besar, yaitu sebagai

berikut:

a. Infrastuktur keras (physical hard infrastructure)

Meliputi jalan raya dan kereta api, bandara, dermaga, pelabuhan dan

saliran irigasi. Di perusahaan asuransi infrastuktur kras dapat

dicontohkan dengan tersedianya kantor cabang di beberapa kota.

Memperluas relasi dengan instansi yang dapat mempermudah

pelayanan seperti rumah sakit (untuk asuransi jiwa), bengkel (untuk

asuransi kerugian) dan banyak kerjasama dengan bank atau loket

pembayaran lainnya.

b. Infrastuktur keras non fisik (non physical hard infrastuktur)

Yaitu yang berkaitan dengan fungsi utilitas umum seperti teknologi

informasi telah menjadi alat yang dapat mempengaruhi kemampuan

49

Irfan Syauqi Beik dan Laily Dwi Arsyianti, Ekonomi Pembangunan Syariah, (Bogor: IPB

Press, 2014), h. 91 50

Jurnal Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia. (alfabeta : 2013)

Page 44: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

33

perusahaan untuk mencapai keunggulan bersaing sehingga

menjadikan pengguna infrastuktur teknologi infomasi sebagai

kebutuhan strategi yang merupakan kunci yang memungkinkan

implementasi dari sistem inovasi, mengurangi biaya, meningkatkan

power, mendefinisikan kembali dan meningkatkan pelayanan dan

memungkinkan perusahaan untuk menawarkan produk-produk baru.

Selain itu, infrastuktur teknologi juga dibutuhkan untuk

mengadakan perubahan-perubahan proses bisnis guna memenuhi

kebutuhan strategi saat ini dan untuk memenuhi kebutuhan

konsumen.

c. Infrastuktur Lunak (soft infrastructure)

Biasa pula disebut kerangka infrastruktur atau kelembagaan yang

meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja), norma, serta kualitas

pelayanan umum yang disediakan oleh berbagai pihak terkait.51

D. Pengertian Asuransi Dan Asuransi Syariah

Asuransi adalah serapan dari kata assurantie (Belanda), atau assurance /

insurance (Inggris). Paling tidak menurut sebagian ahli, kata istilah assurantie

Itu sendiri sesungguhnya bukanlah istilah bahasa Belanda, melainkan berasal

dari bahasa latin yang kemudian diserap kedalam bahasa Belanda yaitu

assecurare yang berarti meyakinkan orang. Kata ini kemudian dikenal dalam

bahasa Perancis sebagai asurance.

Baik kata assurance maupun insurance secara literal keduanya berarti

pertanggungan atau perlindungan. Padal menurut Dahlan Siamat, kedua istilah

ini sesungguhnya memiliki pengertian yang berbeda satu sama lainnya.

insurance mengandung arti menanggung sesuatu yang mungkin atau tidak

mungkin terjadi; sedangkan assurance berarti menanggung sesuatu yang pasti

terjadi. Lepas dari perbedaan pengertian harfiah kata assurance dan insurance

51

Irfan Syauqi Beik dan Laily Dwi Arsyianti, op, cit.,h.112

Page 45: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

34

tersebut secara sederhana, asuransi berarti pertanggungan atau perlindungan atas

suatu obyek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian. Dalam Undang

Undang Republik Indonesia No 2 Tahub 1992, tentang usaha perasuransian,

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan : Asuransi atau pertanggungan

adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung

mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk

memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada

pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu

peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang

didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang di pertanggungkan.52

Apabila kata asuransi diberi imbuhan “per” dan “an” sehingga menjadi

istilah perasuransian, maka yang dimaksud dengannya adalah segala usaha yang

berkenaan dengan asuransi

Dalam literatur Arab (fiqih islam), asuransi dikenal dengan sebutan At-

takaful dan At-tadhamun. Secara literal, At-takaful artinya pertanggungan yang

berbalasan, atau hal saling menanggung. Sedangkan At-tadhamun secara harfiah

berarti solidaritas atau hal saling menanggung hak/kewajiban yang berbalasan.

Lepas dari perbedaan istilah yang disebutkan, satu hal yang harus

diketahui dan disadari benar tentang maksud dari berbagai istilah teknis asuransi

syariah yang berlain-lainan itu, pada intinya adalah sama bahwa yang dimaksud

dengan asuransi syariah dalam istilahnya yang manapun ialah asuransi yang tata

cara akad, sistem pengelolaan dana / premi dan lain-lainnya dilaksanakan

berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

Sejalan dengan berbagai sebutan dan subtansi dari asuransi diatas, Dewan

Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia (DSN-MUI) memformulasikannya

demikian: Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong meolong

52

Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional, (Jakarta: Kholam Publishing,

2006), h.39

Page 46: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

35

di antara sejumlah orang / pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau

tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu

melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

Menurut Abdullah Amrin, Asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi

resiko yang melekat pada perekonomian dengan cara menggabungkan sejumlah

unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang

cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian

yang diramalkan terjadi akan dibagi secara proporsional oleh semua pihak dalam

gabungan itu.53

E. Sejarah Asuransi Syariah

Lembaga asuransi sebagaimana dikenal sekarang sesungguhnya tidak

dikenal pada awal masa Islam, akibatnya banyak literatur Islam menyimpulkan

bahwa asuransi tidak dapat dipandang sebagai praktik yang halal. Walaupun

secara jelas mengenai lembaga asuransi ini tidak dikenal pada masa Islam, akan

tetapi terdapat beberapa aktivitas dari kehidupan pada masa Rasulullah yang

mengarah pada prinsip-prinsip asuransi. Misalnya konsep tanggung jawab

bersama yang disebut dengan sistem aqilah. Sistem aqilah adalah sistem

menghimpun anggota untuk menyumbang dalam satu tabungan bersama yang

dikenal sebagai “kunz”.54

Dalam literatur Islam dikenal dengan konsep aqilah yang sering terjadi

dalam sejarah pra-islam dan diakui dalam literatur hukum Islam. Jika ada salah

satu anggota suku Arab Pra-Islam melakukan pembunuhan, maka dia (si

53

Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah ditinjau dari Perbandingan

dengan Asuransi Konvensional, (jakarta: Elex Media Komputindo, 2011), h. 45 54

Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah Di

Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), h.137

Page 47: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

36

pembunuh) dikenakan diyat dalam bentuk blood money (uang darah) yang dapat

ditanggung oleh anggota suku yang lain.55

Kata asuransi sebenarnya tidak ada dalam agama islam yang dibawa oleh

Rasulullah SAW. Namun sistem yang mirip dengan asuransi telah dilakukan,

yaitu satu bentuk upaya tolong menolong diantara kaum muslimin dan sistem

inilah yang menjadi bagian sejarah asuransi dalam islam. Bebrapa istilah yang

dikenal dan menjadi dasarasuransi syariah antara lain adalah:

1. Al- Aqilah yaitu saling memikul tanggung jawab untuk keluarganya.

Jika salah seorang dari anggota suatu suku terbunuh oleh anggota suku

lainnya maka pewaris korban akan dibayar dengan uang darah (diyat)

sebagai konpensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara

dekat dari pembunuh disebut aqilah. Lalu mereka mengumpulkan dana

yang diperuntukkan membantu keluarga yang terlibat dalam

pembunuhan tidak disengaja. Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani

mengemukakan bahwa sistem aqilah ini diterima dan menjadi bagian

dari hukum islam. Hal ini terlihat dari hadist yang menceritakan

pertengkaran antara dua wanita dari suku huzail, dimana salah seorang

dari mereka memukul yang lainnya dengan batu hingga

mengakibatkan kematian wanita tersebut dan juga bayi yang sedang

dikandungnya. Pewaris korban membawa permasalahan tersebut ke

pengadilan. Rasulullah memberikan keputusan bahwa konpensasi bagi

pembunuh anak bayi adalah membebaskan budak, baik laki – laki

maupun wanita. Sedangkan konpensasi atas membunuh wanita adalah

uang darah (diyat) yang harus dibayar oleh aqilah (saudara pihak ayah)

dari yang tertuduh.

2. An- Tanahud adalah makanan yang dikumpulkan dari para peserta

safar yang dicampur menjadi satu. Kemudian makanan tersebut

55

AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam , (Jakarta: Prenada, 2004) , h.

68

Page 48: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

37

dibagikan pada saatnya kepada mereka, kendati mereka mendapatkan

porsi yang berbeda – beda. Dalam sebuah riwayat disebutkan “ suku

asy’ari ketika keluarganya mengalami kekurangan makanan, maka

mereka mengumpulkan apa yang mereka miliki dalam satu kumpulan,

kemudian dibagi secara merata, mereka adaah bagian dari kami dan

kami adalah bagian dari mereka.” (HR. Bukhori). Dalam hal ini

makanan yang diserahkan bisa jadi sama kadarnya atau berbeda –

beda. Begitu halnya dengan makanan yang diterima, bisa jadi sama

porsinya atau berbeda – beda.

3. Aqad Al-Hirasah, adalah kontrak pengawal keselamatan. Di dunia

islam terjadi berbagai kontrak antar individu, misalnya ada individu

yang ingin selamat lalu ia membuat kontrak dengan seseorang untuk

menjaga keselamatannya, dimana ia membayar sejumlah uang kepada

pengawal, dengan konpensasi keamanannya akan dijaga oleh

pengawal.

4. Dhoman Khatr At-Thariq adalah jaminan keselamatan lalu lintas. Para

pedagang muslim pada masa lampau ingin mendapatkan perlindungan

keselamatan, lalu ia membuat kontrak dengan orang-orang yang kuat

dan berani di daerah rawan. Mereka membayar sejumlah uang dan

pihak lain menjaga keselamatan perjalanannya.

Berdasarkan istilah – istilah diatas, para ulama yang ahli di bidang ilmu fiqih

muamalah berpendapat dan membahas untuk membentuk suatu sistem muamalah

yang serupa asuransi dengan konsep dari istilah tersebut, maka lahirlah istilah

asuransi syariah yang menjadi tonggak sejarah asuransi dalam islam berbasis taawuni

(tolong menolong) dan tabarru (hibah). Sejarah asuransi syariah di dunia, di negara

islam sudah banyak yang sudah mengembangkan asuransi berbasis syariah. Karena

manfaatnya sangat besar bagi manusia, selain itu juga melatih para anggota untuk

selalu bersedekah dan menghibahkan sebagian rejekinya dijalan yang benar.

Page 49: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

38

Berikut adalah bagian dari sejarah asuransi syariah di dunia:

1. Tahun 1979 berdiri asuransi syariah pertama sudan, yaitu sudanese

islamic insuranse.

2. Tahun 1981 di swiaa, bernama dar al-maal as-islami.

3. Tahun 1983 didirikan Takafol Company (ITC) di luk semburg.

4. Tahun 1983 didirikan islamic takafol dan retakafol company di

kepulauan bahamas.

5. Tahun 1983 didirikan syarikat At-takafol Al-islamiah bahrain di

bahrain.

6. Tahun 1985 pertama kali diperkenalkan asuransi syariah di asia oleh

malaysia melalui sebuah perusahaan asuransi bernama takaful malaysia.

7. Tahun 1994 Asuransi Syariah masuk Indonesia melalui PT. Syarikat

Takaful Indonesia menjadi bagian sejarah asuransi syariah pertama di

indonesia. Dikenalkan oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia

(ICMI) lewat yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia,

PT.Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, departemen keuangan RI, dan

beberapa pengusha muslim Indonesia.56

56

Masroni, Sejarah Ringkas Sistem Serupa Asuransi Dalam Dunia Islam, diterbitkan 1 juni

2017 , melalui http://Allisya.id

Page 50: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati.57

Penelitian kualitatif jauh lebih objektif daripada penelitian kuantitatif dan

menggunakan metode yang sangat berbeda dari mengumpulkan data, yaitu dengan

melakukan wawancara secara mendalam. Sifat dari jenis penelitian ini adalah

penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah kelompok

relatif kecil yang diwawancarai secara mendalam.58

Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dikarenakan masalah yang

diangkat oleh penulis merupakan masalah yang bertujuan untuk memahami apa

yang terjadi guna memperoleh pandangan yang segar mengenai segala sesuatu yang

sebagian besar sudah dapat diketahui.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang,

benda, atau lembaga (organisasi). Di dalam subjek penelitian inilah

terdapat objek penelitian. Jadi, objek penelitian adalah sifat keadaan

dari suatu benda, orang, atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran

penelitian. Sifat keadaan yang dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas

dan kualitas yang bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan

penelitian, sikap pro kontra, simpati-antipati, keadaan batin, dan

sebuah proses.

57

Basrowi & Suwandi,memahami penelitian kualitatif. (jakarta : Rineka Cipta, 2008) h.21 58

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung : Alfabeta, 2013) h.15

Page 51: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

40

Dalam penelitian ini subjek yang akan diteliti oleh penulis

adalah PT Asuransi Adira Dinamika, termasuk didalamnya beberapa

pihak yang berkepentingan dalam manajemen sebagai pelaku bisnis

utama dalam perusahaan. Sedangkan objek yang diteliti adalah respon

perusahaan terhadap kebijakan spin off.

2. Populasi dan sampel subjek/objek penelitian59

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek /

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang tetapi juga

objek dan benda-benda alam yang lain.

b. Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti

tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka

speneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu.

c. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah merupakan tehnik pengambilan

sampel, untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian berbagai tehnik sampling yang digunakan. Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan tehnik sampling purposive

yang mana penulis melakukan wawancara kepada orang yang

dianggap ahli atau mengetahui terkait masalah yang

59

Ibid h.117-118

Page 52: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

41

dirumuskan. Sample yang penulis ambil dalam penelitian ini

ialah Bimo Kustoro selaku kepala divisi syariah di PT.Asuransi

Adira Dinamika Unit Syariah.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah tempat didapatkannya data yang diinginkan. Pengetahuan

tentang sumber data merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui agar tidak

terjadi kesalahan memilih sumber data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang diperoleh penulis secara langsung (dari tangan pertama)

seperti data yang diperoleh langsung dari responden melalui kuisioner, kelompok

fokus, data panel, atau juga data hasil wawancara penulis dengan narasumber.

Sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah

ada, misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa laporan keuangan

publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah dan lain

sebagainya.60

D. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data adalah langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tehnik

pengumpulan data ada banyak cara seperti observasi, kuisioner, wawancara, dan

dokumentasi. Adapun tehnik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah

wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Maksud

diadakannya wawancara antara lain untuk mengonstruksi perihal orang, kejadian,

kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian, merekontruksi

60

Uma Sekaran. Metode penelitian untuk bisnis. ( jakarta: Salemba Empat, 2006) h.73

Page 53: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

42

kebulatan-bulatan harapan pada masa yang akan medatang, memverifikasi, mengubah

dan memperluas informasi dari orang lain.

Menurut Patton jenis wawancara ada tiga yaitu wawancara pembicara

informal, wawancara dengan petunjuk umum, dan wawancara baku terbuka.

Sedangkan jenis wawancara yang digunakan penulis yaitu wawancara baku terbuka,

merupakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya dan cara

penyajian pun sama untuk setiap responden. Wawancara demikian digunakan jika

dipandang sangat perlu untuk mengurangi variasi yang bisa terjadi antara seseorang

yang di wawancarai dengan yang lainnya.61

E. Teknik Analisis Data

Data atau informasi yang diperoleh penulis dalam penelitian ini bersifat

kualitatif dengan menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif. Pendekatan

deskriptif yaitu metode untuk memberikan pemecahan masalah dengan

mengumpulkan data, mengklarifikasi, menganalisis, dan menginterpretasikannya.

Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif adalah searah dengan rumusnan masalah

serta pertanyaan penelitian atau identifikasi masalah. Hal ini disebabkan tujuan dari

penelitian ini akan menjawab pertanyaan seelumnya dikemukakan oleh rumusan

masalah.62

Selanjutnya adalah melakukan analisis data. Berikut ini adalah komponen-

komponen analisis data model interaktif dari Miles dan Hiberman, yaitu sebagai

berikut:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam hal ini berupa data-data mentah hasil

penelitian seperti hasil wawancara dan dokumentasi.Kemudian hal

pertama yang harus dilakukan adalah dimulai dengan menyatukan

61

Basrowi dan Suwandi, memahami penelitian kualitatif, ( jakarta: Rineka Cipta, 2008) h.

127-128 62

Artikel , deskriptif kualitatif , diakses pada 24 februari 2018 dari

http://aldoranuary26.blog.fisip.uns.ac.id

Page 54: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

43

semua bentuk data mentah kedalam bentuk transkip atau bahasa

tertulis.

2. Reduksi Data

Setelah data terkumpul dari hasil wawancara , dokumentasi dan bahan

–bahan lain, kemudian laporan-laporan itu perlu direduksi, dituangkan,

dipilih hal hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal penting. Data yang

direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil

pengamatan, juga mempermudah penulis untuk mencari kembali data

yang diperoleh jika diperlukan.

3. Penyajian Data

Setelah data-data sudah terkumpul, kemudian penulis menyajikan data

dalam bentuk deskriptif agar mempermudah untuk dipahami dan

dilakukan analisis data.

4. Kesimpulan atau Verifikasi

Pengambilan kesimpulan merupakan tahap terakhir dari analisis data,

kesimpulan yang akan diperoleh berasal dari hasil wawancara. Hasil

penelitian yang sudah terkumpul dan diringkas harus diulang kembali

untu mencocokkan dari reduksi data dan display data, agar kesimpulan

yang telah dikaji dan disepakati untuk ditulis sebagai laporan yang

memiliki tingkat kepercayaan yang benar.

Page 55: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil perusahaan

1. Sejarah perusahaan

Adira Insurance (Perusahaan) adalah salah satu bagian dari

Danamon Group yang bergerak di bidang usaha asuransi umum. Perusahaan yang

didirikan sejak tanggal 24 Januari 2002 ini telah memiliki aset sebesar Rp 4,9 triliun

serta modal sendiri sebesar Rp 1,6 triliun sampai dengan akhir 2015. Dengan

mengusung visi untuk “Menjadi Perusahaan Asuransi Pilihan” di Indonesia dan

didukung oleh lebih dari 50 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia, pada akhir

tahun 2015, Perusahaan mengelola hampir 10 juta unit pertanggungan yang terdiri

dari berbagai macam produk.

Produk-produk yang disediakan terdiri dari produk berbasis konvensional dan

syariah. Produk yang diunggulkan adalah produk asuransi kendaraan bermotor yaitu

asuransi mobil (Autocillin), asuransi sepeda motor (Motopro), asuransi kesehatan

(Medicillin), dan asuransi perjalanan (Travellin). Perusahaan juga menyediakan

produk lainnya seperti Asuransi Kecelakaan Diri, Properti, Alat Berat, Kerangka

Kapal, Rekayasa, Surety Bonds, Pengangkutan, Tanggung Gugat, dan berbagai

produk lainnya.

Produk-produk yang disediakan selalu didukung oleh pelayanan yang caring, simple,

dan reliable sehingga membuat Adira Insurance berbeda dengan perusahaan asuransi

lainnya.

Seluruh produk yang tersedia didukung oleh pelayanan yang istimewa kepada seluruh

Pelanggan dengan proses yang mudah dan tidak berbelit-belit. Kami menyediakan

layanan call center Adira Care hotline 1500 456, SMS 0812 111 3456, bengkel-

bengkel rekanan Autocillin yang tersebar luas, Autocillin Claim Spot (sebuah mobil

Page 56: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

45

VW Combi yang berada di public area sebagai tempat mengajukan klaim dan

membeli produk), dan Autocillin Rescue (meliputi towing car,

ambulance, dan emergency road assistance). Untuk memperoleh produk dan

pelayanan secara real time, Adira Insurance

menyediakan website www.asuransiadira.com (sebagai pusat informasi produk dan

layanan serta pembelian produk-produk asuransi

secara online), website www.travellin.co.id (untuk pembelian produk asuransi

perjalanan secara online), website www.medicillin.com (sebagai pusat informasi

asuransi kesehatan Medicillin), Autocillin Mobile Claim Application (sebuah aplikasi

yang dapat digunakan untuk mengajukan klaim, informasi produk, rate klaim, dan

lain sebagainya), serta Medicillin Mobile Claim Application (yang dapat digunakan

untuk mengetahui jumlah limit asuransi, riwayat klaim, body mass index, rumah sakit

rekanan, dan berbagai fitur lainnya).

Selain menyediakan produk terbaik bagi Pelanggannya, Adira Insurance juga

memberikan kontribusi positifnya kepada masyarakat umum dengan cara menggagas

Kampanye Keselamatan di Jalan dengan slogan ”I Wanna Get Home Safely!

(IWGHS)”. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan keselamatan saat

berada di jalan dengan cara mengajak masyarakat Indonesia untuk berjanji kepada

diri sendiri maupun kepada orang yang dicintainya untuk selalu mematuhi peraturan

lalu lintas dan berperilaku aman di jalan sehingga dapat tiba di rumah dengan

selamat. Selain kepercayaan pelanggan, Adira Insurance juga berhasil meraih

pengakuan publik melalui penghargaan-penghargaan yang terus didapatkan dari

lembaga independent

Pada 5 Maret 2004 mengacu kepada Surat Keputusan Menteri Keuangan

Republik Indonesia nomor KEP-092/KM.6/2004 berdirilah unit syariah dari PT.

Asuransi Adira Dinamika. Dalam perjalanannya PT. Asuransi Adira Dinamika Unit

Syariah telah banyak menerima berbagai penghargaan baik dari Media maupun

lembaga Independent lainnya diantaranya :

Page 57: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

46

1. Asuransi Umum Syariah Terbaik 2013 (asset >100M) oleh Majalah Investor.

2. Asuransi Umum Syariah dengan Predikat SANGAT BAGUS atas Kinerja

Keuangan 2012 oleh Majalah Info Bank.

3. Top Growth Islamic General Insurance Sharia Unit Asset ≥ IDR 100 BN oleh

KARIM Business Consultant.

4. Satu satunya Sangat Bagus 2015 oleh Majalah Infobank

Pengelolaan Dana Syariah

Akad yang digunakan dalam mengelola risiko di PT. Asuransi Adira

Dinamika Unit Syariah adalah “Wakalah Bil Ujrah” dimana Peserta (Pemegang

Polis)memberi kuasa kepada perusahaan asuransi sebagai wakil peserta untuk

mengelola dana Tabarru dan/atau dana Investasi peserta, sesuai kuasa dan

wewenangnya dengan diberikan imbalan berupa fee (ujrah).

Page 58: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

47

Dana Tabarru, akan dikelola oleh perusahaan asuransi untuk membantu peserta yang

sedang mengalami musibah (klaim) dan sisanya diinvestasikan, hasil investasi akan

tetap menjadi hak peserta sebagai cadangan dana Tabarru.

Dana Ujrah, digunakan oleh perusahaan untuk biaya operasional melaksanakan

pengelolaan risiko.

Dewan Pengawas Syariah

Adira Insurance Syariah diawasi oleh tim Dewan Pengawas Syariah secara

langsung.

Dewan Pengawas Syariah

1. Ketua : Prof. Dr. KH. M. Amin Suma, SH, MA, MM

Ditunjuk sebagai ketua Dewan Pengawas Syariah pada tahun 2004. Beliau juga

menjabat sebagai Guru Besar dan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau memiliki pengalaman luas dibidang

syariah dan beliau juga menduduki berbagai posisi di beberapa institusi seperti di

Majelis Ulama Indonesia, Dewan Syariah Nasional, Ikatan Cendekiawan Muslim

Indonesia (ICMI).

2. Anggota : Drs. H. Amidhan

Ditunjuk sebagai Anggota Dewan Pengawas Syariah sejak tahun 2004. Beliau

memiliki pengalaman luas dibidang syariah dan pernah menduduki berbagai jabatan

penting di beberapa institusi, termasuk sebagai Direktur Jenderal Bimas Islam dan

Urusan Haji Departemen Agama, Staf Ahli Menteri Agama Bidang Kerukunan Hidup

Antar Umat Beragama, Anggota MPR-RI periode 1999-2004, Anggota Badan

Pekerja MPR-RI dan Anggota Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia).

3. Anggota : Dr. H. Rahmat Hidayat, SE, MT

Page 59: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

48

Ditunjuk sebagai Anggota Dewan Pengawas Syariah pada tahun 2004. Beliau juga

menjabat sebagai Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan

Kepala Bidang Investasi Perumahan Swadaya Kementrian Perumahan Rakyat. Beliau

memiliki pengalaman luas di bidang syariah dan juga menduduki berbagai posisi di

beberapa istritusi, termauk Dewan Syariah nasional - Majelis Ulama Indonesia,

Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Majelis Nasional KAHMI dan

Masyarakat Ekonimi Syariah (MES) Pusat.

2. Visi dan Misi perusahaan

a. Visi PT. Asuransi Adira Dinamika

“To be the insurer of choice, menjadi perusahaan asuransi pilihan di

Indonesia”

b. Misi PT. Asuransi Adira Dinamika

Untuk Pelanggan

Secara efisien memberikan rasa nyaman di hati Pelanggan dengan cara-cara

yang belum pernah dirasakan Pelanggan sebelumnya

Untuk Karyawan

Menyediakan ruang untuk tumbuh dan berkembang.

Untuk Pemegang Saham

Memberikan hasil terbaik melalui pengelolaan risiko dengan penuh kehati-

hatian.

Untuk Masyarakat

Berkontribusi dalam kesejahteraan bangsa

.

Page 60: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

49

Page 61: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

50

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Susunan Direksi

No Nama Jabatan Uji Kemampuan dan

Kepatutan

Kewarga-

negaraan

1. Julian Noor Direktur Utama

Sebagai Direktur Utama

dinyatakan lulus KEP-

93/KDK.05/2017

Indonesia

2. Donni Gandamana Direktur Sebagai Direktur dinyatakan

lulus KEP-52/NB.1/2013 Indonesia

3. Dedi Nathan Direktur Sebagai Direktur dinyatakan

lulus KEP-51/NB.1/2013 Indonesia

4. Wayan Pariama Direktur Sebagai Direktur dinyatakan

lulus KEP-69/D.05/2014 Indonesia

Susunan Dewan Komisaris

No Nama Jabatan Uji Kemampuan dan

Kepatutan

Kewarga-

negaraan

1. Manggi Taruna

Habir

Komisaris

Utama

Komisaris Utama

dinyatakan lulus KEP-

67/BL/2009

Indonesia

Page 62: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

51

2. Ir. Willy Suwandi

Dharma Komisaris

Sebagai Komisaris

dinyatakan lulus KEP-

579/LK/2006

Indonesia

3. Pratomo Komisaris

Independen

Sebagai Komisaris

Independen dinyatakan

lulus KEP-

10/KDK.05/2018

Indonesia

4. TBA Komisaris

Independen

Susunan Dewan Pengawas Syariah

No Nama Jabatan Uji Kemampuan dan

Kepatutan

Kewarga-

negaraan

1

Prof. DR. Drs. KH. M.

Amin Suma, SH.,

MA., MM

Ketua Dewan

Pengawas Syariah

Sebagai Ketua Dewan

Pengawas Syariah

dinyatakan lulus Kep-

2648/NB.1/2014

Indonesia

2 DR. H. Rahmat

Hidayat, SE., MT

Anggota Dewan

Pengawas Syariah

Sebagai Anggota Dewan

Pengawas Syariah

dinyatakan lulus KEP-

2647/NB.1/2014

Indonesia

Page 63: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

52

3 Drs. H. Amidhan Anggota Dewan

Pengawas Syariah

Sebagai Anggota Dewan

Pengawas Syariah

dinyatakan lulus KEP-

2646/NB.1/2014

Indonesia

Susunan Komite di Bawah Koordinasi Dewan Komisaris

1. Komite Audit

Struktur

Ketua TBA (Komisaris Independen)

Anggota Ir. Willy Suwandi Dharma (Komisaris)

TBA (Komisaris Independen)

Pihak Independen A. A. Ngurah Adnyana Dipta

2. Komite Pemantau Risiko

Struktur

Ketua Pratomo (Komisaris Independen)

Page 64: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

53

Anggota Manggi Taruna Habir (Komisaris Utama)

TBA (Komisaris Independen)

Pihak Independen A. A. Ngurah Adnyana Dipta

3. Komite Nominasi dan Remunerasi:

Struktur

Ketua Ir. Willy Suwandi Dharma (Komisaris)

Anggota Manggi Taruna Habir (Komisaris Utama)

Pihak Independen Rina Ryana Sjoekri

Pejabat Eksekutif

Perusahaan

Hananta Praditya (Chief HC & GS Officer)

Susunan Komite di Bawah Koordinasi Direksi

1. Komite Aset dan Liabilitas

Struktur

Ketua Direktur Utama

Page 65: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

54

Anggota

Pihak yang ditunjuk untuk melakukan pengurusan

atas fungsi keuangan

Tenaga Ahli

2. Komite Pengarah Pengembangan Produk Asuransi

Struktur

Ketua Chief Underwriter Officer

Anggota Tetap

1. Tenaga Ahli Asuransi

2. Aktuaris

3. Kepala Divisi Business Development

4. Kepala Divisi Consumer Underwriting

5. Kepala Divisi Commercial Underwriting

6. Kepala Divisi Risk management

Anggota Ad hoc

1. Kepala Divisi Syariah

2. Kepala Divisi Sales & Distribution Regional

3. Kepala Divisi Accident & Health Insurance

Business Development

4. Kepala Underwriter terkait

5. Kepala Klaim terkait

6. Kepala Department lainnya (jika diperlukan)

Page 66: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

55

3. Komite Servis

Struktur

Anggota tetap Kepala Divisi yang membawahkan fungsi Bisnis

Kepala Divisi yang membawahkan fungsi klaim

Anggota tidak tetap Fungsi yang berkaitan langsungngan pelayananpada

Pelanggan

Koordinator Kepala Divisi yang membawahkan funsgis Servis

4. Komite Human Resources (HR)

Struktur

Ketua Direktur yang membidangi masalah kepegawaian

Anggota Direktur yang membidangi keuangan

Direktur yang membidangi pemasaran

Direktur yang membidangi teknik

5. Komite Anti Fraud

Struktur

Ketua Chief Risk Officer (CRO)

Anggota

HRD & GA Division Head

Internal Audit Division Head

Page 67: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

56

Corporate Legal Department Head

Risk Management Department Head

Compliance Department Head

QA Department Head

6. Komite Manajemen Risiko

Struktur

Ketua Chief Risk Officer (CRO)

Anggota Eksekutif Seluruh Chief

Unit Pelaksana

Koordinasi Manjemen

Risiko

Direktorat Enterprise Risk Management

Unit Kerja Risiko Strategic Risk : Finance & Strategic Dir

Operationl Risk : Operation & IT Dir.

Reputation Risk : Business Dir.

Legal Risk : Enterprise Risk Management Dir.

Corporate Governance & Administrator Risk :

Enterprise Risk management Dir.

Insurance Risk : Technical Dir.

Assets, Liabilities & Funding Risk : Finance &

Strategic Dir.

Data per 31 Desember 2017

Page 68: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

57

B. Hasil Penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan tehnik waancara kepada pelaku industri

syariah yaitu kepala divisi unit usaha syariah di perusahaan Asuransi adira dinamika

unit syariah dan selaku ketua AASI . Kepala divisi unit syariah dan selaku ketua

AASI yang menjadi narasumber adalah Bimo Kustoro

C. Respon Unit Usaha Syariah Terhadap Kebijkan Spin off.

Respon setiap perusahaan asuransi syariah terhadap kebijakan spin off yang

diatur dalam Undang – Undang Republik Indonesia No 40 tahun 2014 dan POJK

No 67 tahun 2016 berbagai macam, selaku kepala divisi unit usaha syariah beserta

ketua AASI Bimo Kustoro mengatakan bahwa setelah undang-undang peraturan

tersebut dikelurkan ada berbagai macam respon yang dilakukan oleh perusahaan ada

perusahaan yang langsung mendaftarkan diri untuk melakukan spin off, ada yang

membuat rencana kerja dan ada juga yang langsung spin off tanpa membuat

program kerja. Ada beberapa asuransi seperti askrida belum lama ini telah

melakukan spin off dan ada pula yang sudah membuat rencana kerja lima tahun

kedepan dan sebagainya.

Bagi perusahaan Adira Dinamika memiliki kebijakan tersendiri. Menanggapi

undang-undang yang dibuta oleh pemerintah beserta POJK tentang pengaturan spin

off itu sangat bagus, perusahaan diberikan batas waktu. Akan tetapi ada beberapa

kelemahan dari peraturan tersebut yaitu:

a. Jangka waktu yang terlalu panjang atau pendek tidak menjadi masalah.

Sepuluh tahun sejak diundangkan termasuk waktu yang terlalu lama, tiga

tahun sebenarnya cukup bagi perusahaan untuk melakukan spin off, semua

tergantung kepada keseriusan perusahaan.karena dengan diperpanjangnya

batas waktu untuk melakukan spin off maka perusahaan pun memilih untuk

melakukan spin off pada batas waktu yang ada.

b. Dalam peraturan batas waktu melakukan spin off sampai tahun 2024 atau

aset unit usaha syariah sampai 50% dari induknya. Saat ini unit usaha

Page 69: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

58

syariah adira dinamika diatas industri, aset unit usaha syariah adira dinamika

sudah 10%, industri Cuma 5%. Jadi undang-undang membuat 50% aset dari

induknya itu sangatlah sulit, karena induk perusahaan selalu berlari dalam

meningkatkan aset mereka sehingga agak sulit bagi unit usaha syariah untuk

mengejarnya.

Hal yang perlu diatur dalam mengembangkan unit usaha syariah adalah

sebagai perusahaan baru harus ada kebijakan untuk perusahaan baru, sebagai contoh

seperti perusahaan reindi syariah ketentuan dari OJK perusahaan harus memiliki

direksi,komisaris,dewan pengawas syariah, komite audit setingkat direksi, aktuaria.

Sementara pada perusahaan tersebut memiliki karyawan 21 (dua puuh satu) orang,

bisa disimpulkan bahwa separuh dari karyawan tersebut adalah direksi yang memiliki

gaji cukup besar. Seharusnya di dalam undang-undang tidak perlu menghauskan

perusahaan memliki aktuaria sendiri karena induknya pun sudah memiliki aktuaris.

Saat ini asuransi adira dinamika unit syariah memiliki 17 (tujuh belas) orang

karyawan, dan dibantu penjulan di cabang karena di cabang pun bisa menjual produk

syariah. Jika perusahaan Adira Finance ingin melakukan spin off harus memiliki

tim penjualan sendiri, hal tersebut tidak menjadi masalah karena hal itu hanya

variabel saja. Jika mereka ada bisnis maka mereka mendapatkan bayaran.

Produktifitas dapat dijaga dari hal itu. Tapi kembali lagi direksi yang tadinya hanya

kepala divisi menjadi harus memiliki lebih banyak lagi, karena harus ada, direksi,

komisaris, dewan pengawas syariah, komite dan aktuaria.

Hal itulah yang menghambat kenapa pada akhirnya perusahaan asuransi

menunda – nunda melakukan spin off bagi unit usaha syariah sampai pada batas

waktu yang diatur dalam undang-undang.

Menurut Adiwarman Karim Asuransi Adira dinamika unit syariah harusnya

sudah siap spin off, menanggapi hal itu kepala divisi syariah unit usaha syariah adira

dinamika menanggapi bahwa memang Asuransi Adira Dinamika Unit Syariah siap

Page 70: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

59

spin off atau pun legal spin off. Astra buana siap, adira merupakan urutan kedua pada

perusahaan, Astra Buana urutan pertama dan dari segi premi Adira Finance siap spin

off. Tetapi banyak pertimbangan- pertimbangan yang harus di pikirkan. Karena bisa

dilihat contoh pada perusahaan asuransi Jaya Proteksi ketika pertama berdiri mereka

memliki premi belasan milyar, tapi pada akhirnya tidak dapat menutup (proteksinya).

Dan pada akhirnya dibeli oleh ACE dan sekaramg dibeli lagi oleh CHUBB, sehingga

perusahaan harus mendapatkan suntikan – suntikan dana terus saat ini berkisar 40

milyar sampai 50 milyar.

Perhitungan Adiwarman Karim tentang Adira siap spin off mungkin karena

Adira saat ini memiliki aset 350 milyar, Astra Buana 400 milyar dan asuransi jasindo

sudah lebih dari itu.dan saat ini jasindo sudah melakukan spin off dan sudah banyak

mendapatkan captive dari BUMN, dan itupun juga suffer, suffer (beban/ cara untuk

bertahan) karena opex ( beban operasional) nya yang begitu besar.

Disamping regulasi yang pertama undang – undang tersebut, harus ada

undang-undang lain untuk perusahaan syariah yang baru, berikan kemudahan.

buatlah undang-undang yang memudahkan perusahaan untuk membuat perusahaan

syariah yang baru. Kareana tanpa diaturpun perusahaan pasti akan membuat syariah

semua. Maka dari pada itu jika ditanya apakah Adira siap spin off? Jawabannya

adalah siap. Hanya saja banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkan.

Sebenarnya hal ini merugikan kedua belah pihak, sekarang kita unitusaha syariah

produksi pasti naik untuk spin off dari sisi unit usahanya yang tadinya profit menjadi

opexnya berat dan turun. Dari ssi induknya akan kehilangan. Misalkan 10% tadi kan

minimal menjadi 90%, yang tadinya ada konsolidasi jadi hilang. Seperti jasindo yang

tadinya dia berada di ranking 4 besar, tiba – tiba sekarang berada di ranking 8

(delapan), kenapa? Karena syariahnya menjadi sendiri. kenapa turun? Karena

syariahnya memiliki opex yang besar. Sehingga level jabatan menjadi tidak sama

dengan induknya. Ini direksinya berapa dan ini manajernya berapa, begitu pada

akhirnya. Mungkin ini yang harus dipikirkan, korelat regulator, sehingga kalau hal ini

Page 71: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

60

bisa diatur minimal orang semangat untuk mendirikan perusahaan syariah, misalkan

di undang- undang ini modal dasarnya 100 milyar yang ini cukuplah 30 milyar, tapi

tetap setiap tahunnya harus ada peningkatan, harus ada perbedaan seperti itu disitu.

Apakah kebijakan spin off ini memberatkan perusahaan? Ada plus minusnya,

seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa dari sisi memenuhi regulasi kita

(perusahaan asuransi) menjadi berat. Tapi dari sisi fleksibelitas lebih mudah

perusahaan sendiri. karena sekarang kalau unit usaha syariah ingin bergerak tidak

boleh berbenturan dengan konvesional, marketnya tidak boleh berbenturan,yang ini

pindah kesini dan yang lainnya pindah ke yang lainnya. Kalau seperti itu hal itu dapat

menurunkan semuanya.(maksudnya perusahaan Asuransi konvensioanl dengan unit

usaha syariah yang dimilikinya).

Tapi jika kita ingin melihat contoh sukses dari keduanya tersebut dapat

dilihat pada bank Mandiri dengan Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mandiri itu

sudah sering sekali mengganti direksinya tapi akhirnya dia tetap bisa survive dan

tertolong juga dengan perpindahan orang-orang dari bank konvensional ke bank

syariah pada peristiwa 212 kemarin, sehingga sekarang bank nya menjadi sangat

sehat. Bank syariah mandiri justru dapat dana murah cukup banyak, sehinngga

sekarang beberapa perusahaan lising dibawah bank mandiri seperti mandiri finance

dan mandiri tunas finance yang tadinya di biayai oleh bank mandiri sekarang di

biayai oleh bank Syariah Mandiri karena bank Syariah Mandiri memiliki dana cukup

banyak. Jadi kalau sudah seperti itu tidak masalah jika peraturannya sama dengan

konvensional. Ini karena tiba-tiba bank Syariah Mandiri dana murah cukup banyak

dikarenakan orang-orang tiba tiba pindah ke bank syariah dan mindset orang orang

bahwa bank syariah ya bank Syariah Mandiri, karena itulah akhirnya Bank Syariah

Mandiri bisa fight.

Tapi contoh lainnya seperti bank Muamalat yang sempat colaps, kemudian

asuransi Takaful, padahal dia monopoli, tapi tidak bisa bersaing sendirian selama 10

Page 72: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

61

(sepuluh) tahun, maksudnya biar embrionya itu kuat dahulu nanti baru memberi izin

ke yang lainnya. Kalau monopoli dulu tidak akan mungkin bisa bertahan. Begitu

tahun 2014 boleh dibuat Unit Usaha Syariah atau pun Asuransi Syariah. Langsung

berdirilah bank-bank Syariah dan Unit Usaha Syariah berdampingan dengan Takaful

dan Asuransi Takaful. Dan akhirnya malah menjadi sehat dan sekarang porfolion

syariah malahan menjadi naik.

Apa saja yang seharusnya dipersiapkan untuk melakukan spin off? Jika

perusahaan mau melakukan spin off pada tahun 2024 maka di tahun 2022 atau dua

tahun sebelumnya sudah harus mulai ada progres, membuat program kerja, membuat

laporan untuk otoritas jasa keuangan (OJK), semuanya harus melalui step-step

tersebut. Tidak bisa tahun depan ingin spin off tahun itu pula mengurus semua syarat-

syaratnya dan tahapan – tahapan yang ada. Dan yang paling utama harus sudah

membuat program kerja.

Untuk Unit Syariah Adira Dinamika saat ini belum mengarah kesana

(maksudnya belum akan melakukan spin off dalam waktu dekat ini), kita belum

membuat program kerja ke Otoritas Jasa Keuangan, jadi Unit Usaha Syariah Adira

Dinamika masih menunggu, mungkin ditahun 2020 baru akan membuat program

kerja untuk melakukan spin off dan untuk kesiapan aset perusahaan Unit Usaha Adira

Dinamika sudah siap. Dalam peraturan Undang-Undang menyebutkan bahwa syarat

nilai dana tabarru dan dana investasi 50% dari induk, kalau 50% dari induknya

kemungkinan kecil untuk bisa dilakukan, karena induknya sendiri pun berkembang,

akan sangat sulit untuk menyusul induknya. Kalau saat ini Unit Usaha Syariah Adira

Dinamika sudah memiliki 10% dana tabarru dan dana investasi mungkin naik ke 15%

masih bisa.

Page 73: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

62

D. Perubahan Kinerja Manajemen dan Sumber Daya Manusia Sebagai

Respon Terhadap Kebijakan Spin off dan Perubahannya.

Untuk Sumber Daya Manusia awalnya perusahaan membuka cabang syariah,

jadi ada satu cabang yang berjualan khusus syariah, disana ada kepala cabang

syariah dan jajarannya. Dalam perkembangannya perusahaan ingin memperbesar

unit syariah tersebut, akhirnya di tahun 2013 perusahaan membuat divisi syariah.

Semenjak itu cukup melesat melejit, karena menjadi lebih fokus. Karena dalam

divisi syariah memiliki tim developmen, tim marketing, dan cabang syariahnya

pun tetap ada. Jadi di jakarta ini ada satu cabang yang khusus berjualan, itu

dilantai bawah. Tapi selain itu seluruh kantor cabang adira dinamika itu bisa

berjualan produk syariah. Dan untuk dumber daya manusia nya, kita melakukan

training kepada mereka, jadi kalau ada cabang-cabang bank syariah di handle oleh

mereka, dan juga untuk sumberdaya manusianya kita training tentang pengertian

syariah, bisnis syariah, tentang asuransi syariah. Dan bagi karyawan yang khusus

memegang syariah kita training lagi untuk gelar syariahnya.

Sumber daya manusia untuk industri asuransi masih kurang. Dibutuhkan

banyak lulusan dari universitas yang membuka program studi asuransi syariah.

Tenaga ahli asuransi syariah itu banyak sekali kompetensi harus dimliki oleh

sumber daya manusia yang akan ditempatkan pada masing-masing posisi sesuai

degan kompetensi dan standar.sehingga spin off masih belum bisa dilakukan oleh

banyak unit syariah, namun memang untuk pemenuhan permintaan industri

terhadap sumber daya manusia ditangani dalam jangka waktu 10 tahun. Walaupun

bukan waktu yang cukup panjang untuk mempersiapkannya.

Secara umum faktor faktor yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mengisi

posisi tertentu sebagai berikut:

Page 74: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

63

a. Pengalaman tentang syariah

Pribadi yang memiliki basic syariah, seperti lulusan perguruan tinggi

yang membuka program studi ekonomi syariah atau yang merekrut

tenaga kerja yang telah berpengalaman berkarir di lembaga keuangan

syariah lainnya.

b. Mengerti konsep-konsep dasar fiqih muamalat.

Konsep dasar fiqh muamalat yang sering sekali terlupakan. Maka dari

itu perusahaan harus mengadakan training – training terkait dengan

fiqh muamalat untuk membekali para pegawainya.

c. Memahami nilai – nilai akhlak dan etika

Sumber daya manusia yang memiliki cerminan akhlak etika seorang

muslim yang baik.

d. Memiliki kemampuan menemukan inovasi-inovasi produk dan dapat

mengembangkan produk.

e. Menguasai operasional perusahaan

f. Khususnya untuk industri asuransi syariah dibutuhkan tenaga ahli

seperti aktuaria, underwriting, teknologi, finansial.

g. Mampu menyusun SOP asuransi syariah.63

Tenaga ahli untuk industri asuransi syariah masih sangat minim, sebagaimana

hanya terdapat 200 aktuaris untuk memenuhi kebutuhan industri dengan jumlah

permintaan 100 tenaga ahli. Masih sangat jauh untuk mencukupi, ini disebabkan

karena masyarakat umum hanya mengenal satu profesi yang terkait dengan

perasuransian yaitu agen. Padahal profesi di industri perasuransian cukup

beragam. But waktu lama untuk mencetak tenaga ahli tersebut.64

63

Bimo Kustoro, Wawancara, jakarta 10 april 2018 64

Amanda Kusumawardhani, "industri Asuransi Kekurangan Tenaga Ahli” financial, jakarta,

14 Desember 2014.

Page 75: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

64

E. Urgensi Spin off bagi Unit Usaha Syariah

Spin off secara umum sangat penting dilakukan oleh unit syariah. Namun itu

harus dilihat kembali pada pandangan masing-masing perusahaan karena terdapat

dua pandangan manajemen perusahaan mengenai spi off ini. Pertama perusahaan

yang mendukung pelaksanaan spin off.bagi perusahaan yang mendukung spin off,

dapat diartikan bahwa perusahaan itu sungguh – sungguh ingin membesrakan

syariah. Selain itu dapat menujukkan keseriusan unit usaha syariah untuk

menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan bisnisnya. Sehingga keberadaan

lembaga asuransi syariah ini bukan sekedar ada melainkan dibutuhkan. Tidak

hanya bertujuan untuk menampung permintaan ataupun skedar mengikuti trend.

Kedua, bagi perusahaan tertentu melakukan spin off hanya akan membuat

kemunduran. Tidak mengalami perkembangan, hanya jalan ditempat. Disebabkan

karena modal yang tidak memadai, tidak ada perhatian dari manajemen, dan tidak

memperdulikan perkembangan anaknya. Jadi seperti yang saya bilang sebelumnya

bahwa pemerintah harus mengkaji kembali kebijakan spin off .

Persiapan dari unit usaha syariah sendiri yang paling penting dalam

mewujudkan spin off. Persiapan yang matang akan membuat perusahaan baru

menjadi tumbuh dan berkembang pesat. Berbeda jika melakukan spin off dengan

keadaan unit nelum kuat, itu hanya akan terlihat kecil dibanding dengan bentuk

usahanya secara company bukan sebuah unit melain kan perusaaan. Maka dari itu

unit usaha syariah adira dinamika sangat hati hati dalam mengambil keputusan

kapan akan melakukan spin off.65

65

Bimo Kustoro, wawancara, jakarta 10 april 2018

Page 76: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

65

F. Infrastuktur

Infrastuktur untuk spin off yang perlu di persiapkan tentu teknologi sistem,

pelayanan kantor yang memadai, kendaraan operasional, bekerjasama dengan

perbankan syariah, leasing, bengkel-bengkel untuk asuransi kendaraan. Kantor

cabang harus dimiliki sendiri oleh unit syariah, karena penerbitan polis syariah dan

klaim yang sesuai dengan kapasitas.

Seluruh dalam perusahaa asuransi harus disediakan dengan baik, apalagi pada

asuransi kendaraan, artinya harus mempunyai layanan di seluruh indonesia.

Berbeda ika asuransi kapal atau corporate yang mengcover gedung-gedung, cukup

mendatangi head office. Kalau untuk asuransi kendaraan harus menyediakan

amergancy dan network sangat dibutuhkan, untuk menyamakan network dengan

knvenssional akan membutuhkan biaya yang besar. Sebenarnya aturan spin off

juga dapat mendukung perbaikan infratuktur unit syariah. Sebaiknya aturan ini

harus ada supporting dari pemerintah.

Untuk teknologi sudah mejadi keharusan sebuah unit syariah memiliki

teknologi yang berbeda dengan unit syariah yang lain, agar dapat membeikan

pelayana cepat, karena penerbitan polis memakai sistem teknologi. Perbaruan

teknologi harus selalu dilakukan, bagi manajemen yang mendukung spin off akan

membantu persiapan spin off.

Untuk Unit Usaha Syariah Adira Dinamika sendiri kalau dari kesiapan

infrastuktur dan lainnya sudah sip, hanya saja kita (perusahaan) masih belum

memutuskan untuk melakukan spin off dalam waktu dekat karena petimbangan –

pertimbangan yang sudah di sebutkan sebelumnya.66

66

Bimo Kustoro , hasil wawancara, jakarta 10 april 2018

Page 77: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

66

G. Kendala – kendala yang dihadapi dalam melakukan kebijakan spin off

Kendala – kendala yang dihadapi dalam kebijakan spin off yaitu masalah

harus memenuhi peraturan otoritas jasa keuangan (POJK), masalah bantuan tenaga

ahli aktuaria yang notabene nya saat ini orangnya sangat langka, susah sekali

mencari tenaga yang ahli dibidang akturia. Akhirnya perusahaan harus ambil

tenaga ahli dari tempat lain, seperti membajak aktuaria dari perusahaan lain, dan

biayanya pun mahal. Padahal jika ketentuan dari peraturan otoritas jasa keuangan

(POJK) tidak mengharuskan hal tersebut perusahaan bisa lebih cepat dalam

perencanan melakukan spin off.

Kendala lain yang dihadapi untuk melakukan spin off yaitu perlu regulasi

yang jelas mengenai batas maksimum permodalan komitmen stakeholders,

kebutuhan sumber daya manusia siap pakai yang menguasai aspek operasional dan

syariah dan infrastuktur siap pakai, saluran distribusi khususnya keagenan, serta

produk inovatif dan terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat.

Praktek pemisahan (spin off) telah cukup lama dikenal sebagai suatu bagian

kontruksi yang banyak digunakan dalam menstrukturasi hukum, akan tetapi hal ini

baru dilegalisasikan setelah diatur dalam Undang –Undang no 40 tahun 2007

tentang perseroan terbatas. Sedangkan dalam asuransi sendiri peraturan pemisahan

(spin off) unit usaha syariah menjadi Asuransi Umum Syariah dituangkan dalam

Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, disebutkan pada

pasal 87 ayat (1) dalam hal perusahaan Asuransi atau perusahaan reasuransi

memiliki unit syariah dengan nilai dana tabarru dan dana investasi peserta telah

mencapai paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari total dana Asuransi, dana

tabarru’ dan dana investasi peserta pada perusahaan induknya atau 10(sepuluh)

tahun sejak diundangkan Undang –Undang ini, perusahaan Asuransi atau

Page 78: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

67

Perusahaan reasuransi tersebut wajib melakukan pemisahan unit syariah tersebut

menjadi perusahaan asuransi syariah atau perusahaan reasuransi.67

Peraturan pelaksanaan mengenai pemisahan (spin off) unit usaha syariah

diatur dalam peraturan otoritas jasa keuangan no 67/pojk.05/2016 tentang

perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan Asuransi, perusahaan Asuransi

Syariah, perusahaan reasuransi dan perusahaan reasuransi syariah, adapun tatacara

pemisahan (spin off) termuat dalam undang – undang no 40 tahun 2007 tentang

perseroan terbatas.

H. Proses pemisahan (spin off) Unit Usaha Syariah sesuai dengan Undang –

Undang No 40 Tahun 2014 tentang perasuransian.

Proses Pemisahan (spin off) unit usaha syariah diatur dalam Undang –

Undang No 40 Tahun 2014 tentang perasuransian tepatnya pada pasal 87 yang

berbunyi:

“Dalam hal perusahaan Asuransi atau perusahaan reasuransi memiliki unit

syariah dengan nilai dana tabarru’ dan dana investasi peserta telah mencapai

paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari total nilai Dana asuransi dan dana

tabarru’ dan dana investasi peserta pada perusahaan induknya atau 10 (sepuluh)

tahun sejak diundangkan Undang – Undang ini, perusahaan Asuransi atau

perusahaan reasuransi tersebut wajib melakukan pemisahan unit syariah tersebut

menjadi perusahaan Asuransi Syariah atau perusahaan Reasuransi Syariah”. 68

Berikut aturan pemisahan Unit Syariah berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan no 67 tahun 2016 tepatnya pada pasal 17

1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Wajib melakukan

pemisahan Unit Syariah menjadi perusahaan Asuransi Syariah atau

67

Lembaran Negara No 40 tahun 2014 tentang perasuransian. 68

Ibid

Page 79: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

68

perusahaan Reasuransi Syariah apabila dana tabarru’ dan dana

investasi peserta telah mencapai paling sedikit 50% (liama puluh

persen) dari total nilai Dana Asuransi, Dama Tabarru’, dan dana

investasi peserta pada perusahaan induknya atau 10 (sepulih) tahun

sejak diundangkannya Undang – Undang nomor 40 Tahun 2014

tentang Perasuransian.

2) Dana tabarru’ dan dana investasi peserta telah mencapai paling sedikit

50% (lima puluh persen) dari total nilai Dana Asuransi, Dna Tabarru’

dan dana investasi peserta pada perusahaan induknya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan laporan bulanan yang

disampaikan perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi kepada

OJK.

3) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang telah

memperoleh izin usaha pada saat peraturan OJK ini diundangkan dan /

atau telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib menyusun rencana kerja Pemisahan Unit Syariah.

4) Rencana kerja pemisahan Unit Syariah sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) paling sedikit memuat cara pemisahan Unit Syariah , tahapan

pelaksanaan dan jangka waktu.

5) Rencana kerja pemisahan Unit Syariah sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) wajib mendapatkan persetujuan RUPS.

6) Rencana kerja pemisahan unit syariah sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) karen dana tabarru dan dana investasi telah mencapai paling sedikit

50% (lima puluh persen) dari total nilai dana asuransi, dana tabarru dan

dana investasi peserta pada perusahaan induknya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), wajib disampaikan oleh direksi kepada OJK paling lama 3

(tiga) bulan setelah batas waktu penyampaian laporan bulanan

perusahaan kepada OJK.

Page 80: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

69

7) Rencana kerja pemisahan unit syariah sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) dalam hal dana tabarru dan dana investasi belum mencapai 50%

(lima puluh persen) dari total nilai dana asuransi dan dana tabarru dan

dana investasi peserta pada perusahaan induknya, wajib disampaikan

oleh direksi kepada OJK paling lambat tangggal 17 oktober 2020.

8) OJK memberikan persetujuan atau permintaan perbaikan atas rencana

kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lambat 20 (dua puluh)

hari kerja sejak tanggal diterimanya rencana kerja.

9) Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dapat melakukan

perubahan terhadap rencana kerja yang telah memperoleh persetujuan

dari OJK paling banyak 2 (dua) kali yang disampaikan kepada OJK

paling lambat 1(satu) tahun sejak tanggal surat persetujuan OJK atas

rencana kerja tersebut.

10) Dalam hal perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi mengajukan

permohonan pemisahan unit usaha syariah menjadi perusahaan asuransi

syariah atau perusahaan reasuransi syariah lebih cepat dari rencana kerja

yang telah disampaikan, maka rencana kerja tersebut dianggap tidak

berlaku.

11) Ketentuan mengenai rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat

(4), ayat (5) dan ayat (8) berlaku secara mutatis mutandis terhadap

perubahan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (9).69

Dari defini dan peraturan otoritas jasa keuangan diatas bisa dijabarkan

sebagaimana berikut, perusahaan Asuransi an perusahaan reasuransi yang dimaksud

adalah perusahaan konvensional atau perusahaan induknya yang mempunyai badan

hukum. Dalam Undang – Undang perasuransian tepatnya pada pasal 6 disebutkan

bahwa bentuk badan hukum penyelenggra Usaha Perasuransian adalah: a. Perseroan

69

Lembaran Negara No 40 tahun 2014 tentang perasuransian.

Page 81: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

70

terbatas,b. Koperasi, atau c. Usaha bersama yang telah ada pada saat Undang –

Undang ini diuandangkan.70

Pengertian dari perusahaan Asuransi adalah perusahaan Asuransi umum dan

perusahaan Asuransi jiwa, baik asuransi konvensional maupun asuransi syariah

mempunyai kesamaan yaitu perusahaan asuransi hanya berfungsi sebagai fasilitator

hubungan struktural antara peserta penyetor premi ( penanggung) dengan peserta

penerima pembayaran klaim (tertanggung).71

Penegrtian dana tabarru’ bila dilihat dari segi bahasa maka dana tabarru’

terdiri dari dua kata yaitu dana dan tabarru’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

dana berarti uang yang dipersiapkan atau sengaja dikumpulkan untuk sutu maksud,

derma, sedekah, pemberian atau hadiah. Sedangkan kata tabarra’a yaatabarrou

tabarru’an yang mengandung arti sumbangan, hibah, dana kebajikan atau derma.

Sehingga dapat dipahami bahwa orang yang memberikan hartanya sebagai

sumbangan disebut mutabarri’ “dermawan” tabarru’ artinya sumbangan atau

pemberian atau donasi. Setiap anggota peserta (shahibul mall) asuransi syariah

memberikan sumbangan atau mendermakan sebagian dari kontribusi (investasi) untuk

mendorong peserta/anggota lainnya dalam menghadapi musibah. Atau dikatakan juga

merupakan pemberian sukarela seseorang kepada orang lain tanpa ganti rugi, yang

mengakibatkan berpindahnya kepemilikan harta dari pemberi kepada orang lain.72

Adapun dalam pasal 1 Undang – Undang No 40 tahun 2014 tentang perasuransian

menyatakan dana tabarru’ adalah kumpulan dana yang berasal kontribusi para

peserta, yang mekanisme penggunaannya sesuai dengan perjanjian Asuransi Syariah

atau Reasuransi Syariah.

70

Nawang Styanda Iswanto,skripsi, Implementasi Pasal Undang-Undang No 40 Tahun

2014 tentang Perasuransian Terhadap Pemisahan Unit Usaha Syariah (spin off) Asuransi, 2017. Hal

53. 71

Gemala Dewi, Aspek – Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di

Indonesia, (jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 136 72

Syariffuddin, 2016, Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam, Kedudukan

Dana Tabarru’ Dalam Asuransi Syariah, 1 (1) ; 72.

Page 82: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

71

Dana investasi adalah dana yang terkumpul dari peserta hanya dibenarkan

melalui instrumen yang menggunakan akad sesuai dengan syariat islam. Oleh karena

itu asuransi syariah dalam menginvestasikan dananya hanya ke Bank – bank syariah,

BPRS, Obligasi Syariah, Pasar Modal Syariah, Leasing Syariah,Penggadaiian

Syariah,serta instrumen bisnis lainnya dengan tetap menggunakan akad – akad yang

dibenarkan oleh syariat Islam.73

I. Pengaruh Kebijakan spin off bagi perusahaan (bagi unit usaha syariah

Adira Dinamika).

Untuk saat ini belum ada pengaruhnya bagi perusahaan, jadi Adira ini

merupakan grup perusahaan, jadi ada Adira Finance yang memiliki Unit Usaha

Syariah, ada Bank Danamon, Danamon juga memiliki Unit Usaha Syariah.

Sementara induk kita juga belum melakukan spin off, bank Danamon belum spin

off, jadi mana mungkin Adira finance mau spin off , apalagi Adira insurance nya.

Kalau insurance nya spin off duluan sementara induknya belum spin off itu hal

yang aneh sekali. Karena kita( adira insurance, Unit Usaha Syariah) sebagian

bisnisnya didapatkan dari Adira Finance dan bank Danamon. Kalau mereka sudah

ada unit syariahnya kita minimal mensupport mereka, mensupport bisa dengan

unit ataupun full fledge. Tapi kalau mereka sendiri baru Unit, tidak mungkin Adira

insurance Unit Syariah bisa full fledge.

Dari penjelasan – penjelasam diatas dapat di tarik beberapa kesimpulan guna

menjawab perumusan masalah yang penulis buat sebelumnya sebagai berikut:

1. Sejauh ini PT. Asuransi Adira Dinamika Unit Syariah belum

melakukan persiapan apapun untuk melakukan pemisahan (spin off),

belum ada pembuatan program kerja yang harus di serahkan kepada

73

http://irham-anas.blogspot.co.id/2011/04/paper-perbedaan-asuransi-konvensional.html

diakses tanggal 24 februari 2017

Page 83: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

72

Otoritas Jasa Keuangan, dikarenakan banyak hal yang harus

dipertimbangkan oleh perusahaan. Diperkirakan Unit Usaha Syariah

Asuransi Adira Dinamika akan memulai membuat program kerja pada

tahun 2020. Dan dari kesiapan aset perusahaan PT. Asuransi Adira

Dinamika Unit Syariah sudah siap, walaupun dalam peraturan undang

– undang Republik Indonesia no 40 Tahun 2014 menyebutkan bahwa

syarat nilai dana tabarru’ dan dana investasi 50% (lima puluh persen)

dari induknya kemungkinan kecil untuk dapat dilakukan karena

perusahaan induk akan selalu berkembang, tetapi saat ini Unit Usaha

Syariah Adira Dinamika sudah memiliki 10% (sepuluh persen) dana

tabarru’ dan dana investasi masih memungkinkan naik ke 15% (lima

belas persen).

Dan dari segi manajemen upaya untuk spin off sebaiknya tidak

dipaksakan, itu muncul dari orang – orang yang memiliki riroh, baik

riroh bisnis maupun riroh spiritual untuk membesarkan syariah.

Pastinya manajemen akan mendukung penuh terhadap unit usaha

syariah untuk melakukan spin off seperti dengan memberikan lantai

khusus untuk memperlancar kegiatan bisnis unit usaha syariah, dan

PT. Asuransi Adira Dinamika awalnya perusahaan membuka satu

cabang syariah yang khusus berjualan produk syariah dimana disana

ada ada kepala cabang syariah dan jajarannya, dan dalam

perkembangannya perusahaan ingin memperbesar unt syarah tersebut,

akhirnya di tahun 2013 perusahaan membuat divisi syariah yang

cukup berkembang dengan baik, dikarenakan dalam divisi syariah

memiliki tim developmen, tim marketing yang fokus mengurus

produk-produk syariah.

Dari segi sumber daya manusia untuk industri Asuransi

Syariah masih kurang, dibutuhkan banyak lulusan dari universitas

yamg membuka program studi Asuransi Syariah. Karena menjadi

Page 84: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

73

tenaga ahli di bidang Asuransi Syariah banyak sekali kompetensi yang

harus dimiliki oleh sumber daya manusia yang akan di tempatkan pada

masing – masing posisi sesuai dengan kpompetensi yang dinliki. Dan

untuk memenuhi kebutuhan SDM yang mumpuni di bidangnya

perusahaan melakukan training-training kepada para karyawan,

training tentang produk-produk syariah, pengertian syariah, bisnis

syariah dan pastinya tentang Asuransi Syariah, dan bagi karyawan

yang khusu memgang syariah melakukan training kembali untuk gelar

syariah. Dan untuk persiapan finansial, seperti yang sudah di jelaskan

sebelumnya bahwa dari segi aset PT. Asuransi Adira Dinamika Unit

Syariah sudah siap untuk melakukan spin off, hanya saja banyak

pertimbangan yang tidak bisa perusahaan jelaskan kenapa belum siap

untuk melakukan spin off.

2. Kendala – kendala yang dihadapi perusahaan PT. Asuransi Adira

Dinamika dalam melakukan spin off adalah harus memenuhi peraturan

POJK, dari segi modal, untuk membentuk perusahaan Asuransi

Syariah yang terpisah dari Induk dibutuhkan modal awal 100 milyar,

walaupun perusahaan bisa menyanggupi akan tetapi dalam

perjalanannya pasti akan mendapati masalah dan lain sebagainya.

kendala lainnya terkait sumber daya manusia, sebab setelah spin off

perusahaan harus memiliki Divisi sendiri. dimana perusahaan

memiliki direksi sendiri, komisaris, Dewan Pengawas Syariah dan

komite audit setingkat direksi dan harus ada aktuaria, dimana hal

tersebut memerlukan biaya yang sangat besar.

3. Solusi dari kendala – kendala yang dihadapi perusahaan terhadap

kebijakan spin off menurut kepala Divisi syariah PT. Asuransi Adira

Dinamika Bimo Kustoro menjelaskan bahwa diamping regulasi yang

harus diperhatiakn kembali oleh pemerintah adalah peraturan Undang-

Undang yang dibuat oleh pemerintah mengenai pemisahan (spin off)

Page 85: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

74

bagi perusahaan Asuransi Syariah, Bimo Kustoro menjelaskan bahwa

perusahaan menginginkan pemerintah memberikan kemudahan bagi

perusahaan yang ingin membuat perusahaan syariah yang baru atau

dalam hal ini pemisahan unit usaha syariah menjadi perusahaan

Asuransi syariah.

Page 86: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di bab sebelumnya pada skripsi

ini, maka dapat diberikan beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut:

Respon setiap perusahaan Asuransi Syariah terhadap kebijakan spin off yang

diatur dalam Undang – Undang Republik Indonesia No 40 tahun 2014 dan POJK

No 67 tahun 2016 berbagai macam, selaku kepala divisi Unit Usaha Syariah beserta

ketua AASI Bimo Kustoro mengatakan bahwa setelah Undang-Undang peraturan

tersebut dikeluarkan ada berbagai macam respon yang dilakukan oleh perusahaan

ada perusahaan yang langsung mendaftarkan diri untuk melakukan spin off, ada

yang membuat rencana kerja dan ada juga yang langsung spin off tanpa membuat

program kerja. Ada beberapa Asuransi seperti Askrida belum lama ini telah

melakukan spin off dan ada pula yang sudah membuat rencana kerja lima tahun

kedepan dan sebagainya.

Bagi perusahaan Adira Dinamika memiliki kebijakan tersendiri. Menanggapi

undang-undang yang dibuta oleh pemerintah beserta POJK tentang pengaturan spin

off itu sangat bagus, perusahaan diberikan batas waktu. Akan tetapi ada beberapa

kelemahan dari peraturan tersebut yaitu:

a. Jangka waktu yang terlalu panjang atau pendek tidak menjadi masalah.

Sepuluh tahun sejak diundangkan termasuk waktu yang terlalu lama, tiga

tahun sebenarnya cukup bagi perusahaan untuk melakukan spin off, semua

tergantung kepada keseriusan perusahaan.karena dengan diperpanjangnya

batas waktu untuk melakukan spin off maka perusahaan pun memilih untuk

melakukan spin off pada batas waktu yang ada.

b. Dalam peraturan batas waktu melakukan spin off sampai tahun 2024 atau

aset unit usaha syariah sampai 50% dari induknya. Saat ini unit usaha

Page 87: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

76

syariah adira dinamika diatas industri, aset unit usaha syariah adira dinamika

sudah 10%, industri Cuma 5%. Jadi undang-undang membuat 50% aset dari

induknya itu sangatlah sulit, karena induk perusahaan selalu berlari dalam

meningkatkan aset mereka sehingga agak sulit bagi unit usaha syariah untuk

mengejarnya.

Secara umum peraturan spin off yang dibuat dalam Undang-Undang

Republik Indonesia No 40 tahun 2014 dan POJK no 67 tahun 2016 memiliki dampak

dan tujuan yang positif bagi pertumbuhan ekonomi syariah khususnya dari kontribusi

asuransi syariah di indonesia. Hanya saja pemerintah perlu membuat peraturan

lainnya agar supaya lebih memudahkan bagi unit usaha syariah untuk melakukan spin

off. Banyak unit usaha syariah yang ingin melakukan spin off hanya saja terkendala

dengan peraturan yang ada dalam undang- undang yang memberatkan perusahaan.

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini perusahaan

asuransi yang memiliki unit usaha syariah masih enggan atau masih menunda nunda

untuk melakukan persiapan spin off, karena satu dan lain hal, begitu banyak

pertimbangan – pertimbangan yang harus di fikirkan.

Kendala – kendala yang dihadapi dalam kebijakan spin off yaitu tadi masalah

harus memenuhi peraturan otoritas jasa keuangan (POJK), masalah bantuan tenaga

ahli aktuaria yang notabene nya saat ini orangnya sangat langka, susah sekali mencari

tenaga yang ahli dibidang akturia. Akhirnya kita harus ambil dari tempat lain, seperti

ngebajak aktuaria dari perusahaan lain, dan biayanya pun mahal. Padahal kalau kalau

ketentuan dari peraturan otoritas jasa keuangan (POJK) tidak mengharuskan itu kan

kita bisa lebih cepat dalam perencanan melakukan spin off.

Karena bagi unit usaha syariah tertentu ternyata spin off itu tidak lebih baik

untuk perkembangan perusahaan setelah spin off, adanya paksaan untuk melakukan

spin off, persiapan yang kurang matang dan manajemen yang kurang mendukung

serta perusahan induk yang melepas anak perusahaan.

Page 88: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

77

Perlu di persiapkan lebih matang mengenai tenaga ahli untuk sebuah

perusahaan asuransi syariah.aktuaria, underwriting, marketing yang mengerti tentang

operasional asuransi syariah dengan memberikan training sesuai kompetensi masing –

masing bidang serta perlu diselenggarakan training – training tentang kesyariahan

serta ikut aktif dalam kegiatan asosiasi asuransi syariah.

Dan peningkatan untuk pertumbuhan aset harus terus di upayakan oleh unit

usaha syariah agar aset yang dimiliki dapat memperkuat bisnis serta mampu

mewujudkan rencana bisnis dari unit syariah. Mengingat ekspansi bisnis, dapat juga

membuat pertumbuhan kontribusi yang pesat dari Asuransi syariah.

B. Saran

Bagi unit usaha asuransi syariah diharapkan memiliki ketegasan kapan akan

melakukan spin off, dan diharapkan memiliki ketegasan dalam menjalankan

bisnisnya, sehingga memudahkan jalannya untuk melakukan spin off sebagaimana

diatur dalam undang – undang.

Saran untuk penelitian selanjutnya lebih di spesifikasikan kembali apa

bagaimana respon berbagai unit usaha syariah yang ada di indonesia terkait dengan

kebijakan spin off yang di atur dalam undang – undang republik indonesia no 40

tahun 2014 serta POJK no 67 tahun 2016. Sehingga menemukan informasi lebih

rinci, menambah sampel penelitian, agar data yang didapat lebih varian serta dapat

melengkapi literatur penelitian.

Page 89: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

78

DAFTAR PUSTAKA

Adib , bahari , prosedur cepat mendirikan perseroan terbatas (Yogya karta : Puataka

yustisaa , 2010), . h . 24

Agustianto, Meningkatkan Kompetensi Sumber Dya Manusia Ekonomi Syariah, 2011,

(www.agustiantocentre.com)

Al Arif, M. Nur rianto, keterkaitan kebijakan pemisah terhadap tingkat efisiensi pada

industri perbankan syariah di Indonesia, Jurnal Keuangan dan perbankan,

Vol 19 , No 2 mei 2015, h . 295-304.

Amanda Kusumawardhani, "industri Asuransi Kekurangan Tenaga Ahli” financial,

jakarta, 14 Desember 2014.

Anaya Noora Pitaningtyas, Christine Novita Nababan. Efek Pemisahan. Website

kontan.co.id terbit 25 Juli 2015

Arsianti Dwi laily dan beik Irfan Syauqi , ekonomi perkembangan syariah ,(bogor :

IPB Press ,2014), .h . 91

Artikel , deskriptif kualitatif , diakses pada 24 februari 2018 dari

Asfaroni, Ayatullah, Strategi Pelepasan Aset Sebagai Sumber Pembiayaan Program

Rektrukturisasi PT.ABC. Tesis Universitas Indonesia, Jakarta, 2011

Astari, Miriam, Kebijkan Spin Off Uit Usaha Syariah Berdasarkan Kinerja Keuangan

(studi kasus pada PT.Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera, (Unit Usaha

Syariah), Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013

B . G . Tumbuan Fred , pokok - pokok undang – undan undang kepailitan (Jakarta ;

Ghalian, 2008, . h . 39.

B. Elizabeth, psikologi perkembangan, ( Jakarta ; Erlangga 1991 ), Terjemahan

Iswidayati dan Soedjarwo, Ed ke 5, h. 182.

Page 90: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

79

Bantenbisnis.com,”Pertumbuhan pangsa pasar: Penetrasi Asuransi Syariah Masih

Minim, ditebitkan pada 16 juni 2017, diakses pada 13 agustus 2017.

Bramantyo Joahnputro, restrukturisasi keuangan, 2013 (www.lontar.ac.id

Chapimb , J . P , kamus lengkap Psikologi, ( Jakarta : PT. raja Grafindo persada,

2009 ), . h . 432.

Data Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia 2016

Dewi, Gemala, Aspek – Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah

di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 136

Dewi, Yunita Apsari , merger corporate control dan control corporate Govermance ,

(Surabaya ; lembaga perelihan Universitas Surabaya , 2013), . h .32

Didin Hafidhuddin, Sifat Etos Kerja Muslim, 2011 (http://persis.or.id)

Fatwa Dewan Syariah Nasional no 21/DSN-MUI/X/201 tentang Pedoman Umum

Asuransi Syariah

Hasibun, malayu S . P, manajemen Sumber daya manusia, (Jakarta bumi aksara

2007), . h . 244.

Iswanto, Nawang Styanda, Implementasi Undang-Undang No 40 Tahun 2014

Tentang Perasuransian terhadap pemisahan Unit Usaha Syariah (spin off)

Asuransi,(studi di PT. Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera Kantor Cabang

Malang).Skripsi 2017, h.35.

Lembar Negara No 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.

M , Hani Wijaya , Metodologi dan Tehnik Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi

(Yogyakarta, Elmatra Publishing, 2007)

Page 91: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

80

M.shaifie Zein. Spin off ada syaratnya.website http://www.mediaasuransinews.com

Marunung , Adler, Bahan perkulianhan merger , Reskontruksi dan akuisisi , (Jakarta

, 2011).

Masroni , Sejarah Ringkas Sistem Serupa Asuransi dalam dunia Islam, diterbitkan 1

juni 2017, http://Alisya.id

Mediaasuransi,”jumlah perusahaan Asuransi di Indonesia,” diterbitkan 3 April

2017,diakses pada 13 agustus 2017.

Muhammad feby , underwriting, aktuaria, manajemen risiko dan penilaiian kerugian,

artikel di terbitkan pada juni 2013 melalui

http://lotusbougenville.wordpress.com

NN Spin off, Kontruksi, Hukum dalam upaya penguatan stuktur per bankan

maksimal, buletin hukum perbankan syariah dan per bank sentralan, Vol 7

No 1, Januari 2009, h. 2.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 67 Tahun 2016 Pasal 17.

Poerwadaeminta, psikilogi komunikasi, ( Jakarta:UT, 1999 ), .cet ke 3 hal ke 43

Pohan, Rizky Andrianti, Spin Off Memakmurkan Asuransi Syariah, Berita Media

Insurance, diterbitkan 18 November 2014

Pusat bahasa Depdiknass, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta ; balai pustaka

,2002 ), . h .585

Sabur, Alex , Psikilogi umum dalam lintas sejarah, ( Bandung : cv, pustaka ,2003 ), .

h .60.

Sekaran , uma , metodologi penelitian bisnis. ( Jakarta : salemba empat,2016 ), . h .

73

Page 92: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

81

Siapa Saja Asuransi Syariah yang Siap Spin Off?

http://akucintakeuangansyariah.com/siapa-saja-asuransi-syariah-yang-siap-

spin-off/

Sugiono , metode penelitisn pendidikan,( bandung ; Alfabeta , 2013). .h . 15 .

Suma, M, Amin, Asuransi Syariah Dan Asuransi Konvesional; Teori,Sistem, Aplikasi

dan Pemasaran (Jakarta: Kholam Publishing, 2006), h. 41

Suryabrta , Sumardi , Psikologi kepribadian , ( Jakarta ; Rajawali Press ,1993 ), . h .

36 - 37.

Sutojo,Heru, prinsip-prinsip manajemen keuangan ,( Jakarta : Salemba empat , 1998

), . h .647

Sutrisno, Hadi , Metodologi Riset (Yogyakarta: UGM Press, 1997)

Suwandi & Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),

h.21

Syarifuddin, Tasharruf: Jurnal Economic and Bussiness Of Islam, Kedudukan Dana

Tabarru’ Dalam Asuransi Syariah, 1 (1); 72

Undang- undang Persero Febatas ( PT ) no 40 tahun 2007

www.takafulmedia.com

Yasmin , ummu , Materi tarbiah : pandangan kurikulum bagi da’i dan murabbi ,

(Solo : Media Insani Press, 2005), . h .109

Zona Ekonomi Islam. Spin Off Bikin Asuransi Syariah Kompetitif. Zonaekis.com

terbit 2 Februari 2015

http://aldoranuary26.blog.fisip.uns.ac.id

Page 93: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan

82

http://www.aasi.or.id/main/data-bisnis-2016, diakses pada tanggal 16 januari 2018,

pada pukul 12.30 WIB.

http://irham-anas-blogspot.co.id/2011/04/paper-perbedaan-asuransi-

konvensional.html diakses tangal 24 februari 2017.

Jurnal Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia .( alfabeta l 2013 )

Kustoro Bimo, Wawancara, Jakarta. 2018

Lucky, Pertumbuhan Asuransi Syariah 2015 dapat Mencapai 30 persen, diakses pada

senin, 17 November 2014 di http://www.mediaasuransinews.com

Page 94: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan
Page 95: RESPON UNIT USAHA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40430/1/SARI... · BAB II LANDASAN TEORI ... (AASI), pasar asuransi syariah menunjukkan