respon tanaman kelapa sawit di lahan gambut 10...

16
161 RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT TERHADAP BERBAGAI AMELIORAN (STUDI KASUS DESA ARANG-ARANG PROVINSI JAMBI) RESPONE OF OIL PALM PLANTED ON PEATLAND TO AMELIORANTS : A CASE STUDY IN ARANG-ARANG, JAMBI Salwati, R. Purnamayani, Firdaus, Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, Jl. Samarinda Paal V, Kotabaru, Jambi. Abstak. Tanah gambut yang miskin hara mikro dan makro, selain memerlukan pupuk dalam jumlah cukup tinggi juga memerlukan amelioran. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh amelioran terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit di lahan gambut. Penelitian dilaksanakan di di Desa Arang-Arang, Provinsi Jambi (1 o 40’ 40.79” – 1 o 41’ 00.85” LS dan 97 o 48’ 48.56” – 97 o 49’ 33.63’ BT), dilaksanakan dari Oktober 2012 sampai Juni 2014. Ketebalan gambut dominan di demplot 200 250 cm, tingkat dekomposisi hemik sampai saprik, ditanami kelapa sawit berumur 6 tahun. Penelitian dengan rancangan acak kelompok, 4 ulangan, dengan perlakuan yaitu : (a) pupuk gambut/pugam, (b) kompos tankos, dan (c) pupuk kandang / pukan ayam. Pengukuran dilakukan terhadap : Jumlah pelepah daun dengan menghitung jumlah penambahan pelepah setiap bulan, panjang pelepah yang diukur dari pangkal sampai ujung pelebah terpanjang, lingkar batang dengan mengukur keliling batang pada ketinggian 1 1,5 m dari permukaan tanah, dan tandan buah segar dihitung setiap panen 2 kali sebulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pugam, pukan dan tankos berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah pelepah, lingkar batang dan panjang, namun berpengaruh nyata terhadap Tandan Buah Segar (TBS) dibanding kontrol, masing-masing terjadi peningkatan berturut-turut sebesar 35,3%, 34,9%, 33,9% dibanding kontrol. TBS (kg/ha/tahun) kontrol 11,11 + 0,6, sedangkan pugam, pukan dan tankos berturut-turut adalah 17,18 + 2,1 ; 17,09 + 1,8 dan 16,83 + 1,8. Pemberian amelioran dapat meningkatkan produksi kelapa sawit. Aplikasi pugam dan pupuk kimia sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil sawit yang optimal. Kata kunci : Respon, Amelioran, Gambut, Sawit, Jambi Abstract. Peatland has micro and macro nutrients indigent. It requires fairly high amount of fertilizer and ameliorant added. This study aimed to examine the effect of both ameliorant and fertilization on oil palm growth and production in peatland. The experiment was conducted in Arang-arang village, Jambi Province, from October 2012 to June 2014. Thickness of peat is between 200 - 250 cm with a Hemik - Saprik maturity level. Oil palm has planted over 6 years old. Study done with randomized complete block design, 4 replications using 3 ameliorant + basic fertilizer treatments as 10

Upload: vuonghanh

Post on 30-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

161

RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT TERHADAP BERBAGAI AMELIORAN (STUDI KASUS DESA ARANG-ARANG PROVINSI JAMBI)

RESPONE OF OIL PALM PLANTED ON PEATLAND TO AMELIORANTS : A CASE STUDY IN ARANG-ARANG, JAMBI

Salwati, R. Purnamayani, Firdaus, Endrizal

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, Jl. Samarinda Paal V, Kotabaru, Jambi.

Abstak. Tanah gambut yang miskin hara mikro dan makro, selain

memerlukan pupuk dalam jumlah cukup tinggi juga memerlukan amelioran.

Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh amelioran terhadap

pertumbuhan dan produksi kelapa sawit di lahan gambut. Penelitian

dilaksanakan di di Desa Arang-Arang, Provinsi Jambi (1o 40’ 40.79” – 1

o

41’ 00.85” LS dan 97o 48’ 48.56” – 97

o 49’ 33.63’ BT), dilaksanakan dari

Oktober 2012 sampai Juni 2014. Ketebalan gambut dominan di demplot

200 – 250 cm, tingkat dekomposisi hemik sampai saprik, ditanami kelapa

sawit berumur 6 tahun. Penelitian dengan rancangan acak kelompok, 4

ulangan, dengan perlakuan yaitu : (a) pupuk gambut/pugam, (b) kompos

tankos, dan (c) pupuk kandang / pukan ayam. Pengukuran dilakukan

terhadap : Jumlah pelepah daun dengan menghitung jumlah penambahan

pelepah setiap bulan, panjang pelepah yang diukur dari pangkal sampai

ujung pelebah terpanjang, lingkar batang dengan mengukur keliling batang

pada ketinggian 1 – 1,5 m dari permukaan tanah, dan tandan buah segar

dihitung setiap panen 2 kali sebulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pemberian pugam, pukan dan tankos berpengaruh tidak nyata terhadap

jumlah pelepah, lingkar batang dan panjang, namun berpengaruh nyata

terhadap Tandan Buah Segar (TBS) dibanding kontrol, masing-masing

terjadi peningkatan berturut-turut sebesar 35,3%, 34,9%, 33,9% dibanding

kontrol. TBS (kg/ha/tahun) kontrol 11,11 + 0,6, sedangkan pugam, pukan

dan tankos berturut-turut adalah 17,18 + 2,1 ; 17,09 + 1,8 dan 16,83 + 1,8.

Pemberian amelioran dapat meningkatkan produksi kelapa sawit. Aplikasi

pugam dan pupuk kimia sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil sawit

yang optimal.

Kata kunci : Respon, Amelioran, Gambut, Sawit, Jambi

Abstract. Peatland has micro and macro nutrients indigent. It requires

fairly high amount of fertilizer and ameliorant added. This study aimed to

examine the effect of both ameliorant and fertilization on oil palm growth

and production in peatland. The experiment was conducted in Arang-arang

village, Jambi Province, from October 2012 to June 2014. Thickness of

peat is between 200 - 250 cm with a Hemik - Saprik maturity level. Oil palm

has planted over 6 years old. Study done with randomized complete block

design, 4 replications using 3 ameliorant + basic fertilizer treatments as

10

Page 2: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

Salwati et al.

162

follows: (a) pugam, (b) tankos, (c) chicken manure. Observations and

measurements were made from: The number of completely leaf midrib

developed by counting it in each month, measured the longest stem from the

base to the tip frond, measured trunk cycle at a height of 1 - 1.5 m from soil

surface, and calculated fresh fruit bunches (TBS) harvested every twice a

month. The results showed that application of pugam, tankos and chicken

manure gave no significant effect on the number of midrib, the length of

stem and trunk cycled because ameliorant was scarcely affected oil palm

vegetative development phase. In contrast, treatments significant effect on

fresh fruit bunches (FFB) increased by 35.3% on pugam , 34,9% on

tangkos, and 33.9% on manure compared to controls. TBS (kg/ha/year) for

control was 11,11 + 0,6, while on pugam, manure and tankos were 17,18 +

2,1 ; 17,09 + 1,8 dan 16,83 + 1,8 respectively. Ameliorant application can

increase oil palm production. Application of both pugam and basic

fertilizer is needed to obtain optimal oil palm production in peatland.

Key words: Response, Ameliorant, Peatland, Oil Palm, Jambi.

PENDAHULUAN

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman penghasil minyak

yang dikembangkan di berbagai negara tropis termasuk Indonesia. Kelapa sawit

merupakan tanaman yang bernilai ekonomi tinggi dan cocok diusahakan di iklim tropis

seperti Indonesia. Pengembangan perkebunan kelapa sawit terus dilakukan karena

merupakan komoditi penghasil minyak yang terdiri dari minyak mentah (CPO atau Crude

Palm Oil) dan inti atau kernel (Pahan 2008).

Indonesia sebagai salah satu negara agraris, berpeluang untuk mengembangkan

tanaman kelapa sawit secara lebih efektif. Terbukti pada tahun 2005 Indonesia menjadi

produsen kelapa sawit terbesar kedua dengan total produksi mencapai 39,18% di bawah

produksi Malaysia sekitar 50,68% dari 100% kebutuhan dunia. Padahal, Indonesia

memiliki luas lahan 5,16 juta ha lebih luas dibandingkan Malaysia sebagai pemasok CPO

terbesar dunia saat itu (LRPI 2007). Hal ini terjadi karena produktivitas tanaman kelapa

sawit di Indonesia yang masih rendah rata-rata 3,29 ton CPO/ha/tahun dibanding

Malaysia dengan produksi rata-rata 4,24 ton CPO/ha/tahun (Direktorat Tanaman Tahunan

2009).

Peningkatan produksi tanaman kelapa sawit dapat dilakukan melalui peningkatan

produktivitas dan/atau perluasan lahan. Salah satu upaya dalam peningkatan produktivitas

atau perluasan pembangunan perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan melalui

pemanfaatan lahan gambut (Gusmawartati dan Wardati 2012).

Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian menjadi polemik global dalam dua

dekade terakhir ini. Pemanfaatan lahan gambut menjadi dilematis karena terjadi

Page 3: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

Respon Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Gambut Terhadap Berbagai Amelioran

163

pertentangan antara aspek ekonomi dan aspek lingkungan. Berdasarkan aspek ekonomi,

pemanfaatan lahan gambut telah menjadi sumber pendapatan bagi petani, perkebunan dan

pemerintah daerah (Sabiham dan Sukarman 2012). Namun berdasarkan aspek lingkungan,

pemanfaatan lahan gambut menjadi sumber emisi gas rumah kaca (GRK) penyebab

pemanasan global. Lahan gambut selain menyimpan stok karbon terbesar juga

menghasilkan emisi GRK (Subiksa 2012).

Upaya peningkatan daya dukung lahan gambut untuk pertanian telah dilakukan

melalui serangkaian penelitian, baik oleh lembaga penelitian maupun perguruan tinggi

(Widyati 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan air, ameliorasi dan

pemupukan menjadi kunci peningkatan produktivitas lahan. Pengalaman empiris, baik

oleh petani maupun lembaga penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang serta bahan

amelioran yang kaya dengan kation polivalen menjadi amelioran yang sangat efektif

untuk meningkatkan produktivitas lahan dan stabilitas gambut (Agus et al., 2008).

Pemilihan jenis bahan amelioran dalam penelitian ini mengacu kepada hasil-hasil

penelitian dan pengalaman empiris serta kearifan lokal yang sudah dilakukan bertahun-

tahun dengan hasil agronomis yang nyata. Selain meningkatkan produktivitas lahan,

amelioran yang dipilih diharapkan mampu meminimalkan emisi karbon (Sabiham dan

Sukarman 2012).

Tujuan Penelitian untuk mempelajari pengaruh ameliorasi terhadap pertumbuhan

dan produksi tanaman kelapa sawit di lahan gambut.

METODOLOGI

Deskripsi lokasi Percobaan

Lokasi percobaan terletak pada demplot ICCTF (Indonesian Climate Change Trust

Fund) di Desa Arang-Arang, Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi, berjarak

40 km dari Kota Jambi ibukota Provinsi Jambi. Secara geografis terletak antara 1o 40’

40.79” – 1o

41’ 00.85” LS dan 97o 48’ 48.56” – 97

o 49’ 33.63’ BT. Lokasi percobaan

mempunyai tipe iklim basah dengan curah hujan antara 2.000 – 3.000 mm/tahun. Pola

curah hujan tergolong III C, yaitu daerah mempunyai curah hujan rata-rata tahunan 2.000

– 3.000 mm, dengan bulan kering (curah hujan rata-rata bulanan < 100/mm) kurang dari 4

bulan dan mempunyai bulan basah (curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 200 mm)

antara 6 – 8 bulan dengan pola ganda. Sementara itu, berdasarkan zona agroklimat pulau

Sumatera (Oldeman 1978) lokasi demplot tergolong Zone Agroklimat B1 yaitu Zone

Agroklimat yang mempunyai bulan basah berturut-turut antara 7 – 9 bulan dan bulan

kering berturut-turut kurang dari 2 bulan.

Page 4: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

Salwati et al.

164

Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk kedalam gambut

Oligotropik sampai Mesotrofik, dengan ketebalan 150 – 200 cm (1.08 ha atau 17,87% dari

luas demplot), ketebalan 200 – 250 cm (2,79 ha atau 49,80%), ketebalan 250 – 300 cm

(1,82 atau 32,34%). Tingkat dekomposisi gambut tergolong hemik sampai saprik dengan

nilai bobot isi antara 0,21 – 0,28 g/cm3, reaksi tanah sangat masam, kandungan hara

rendah, dan kadar abu rendah sampai sedang. Tanah gambut di lokasi demplot menurut

taxonomi tanah USDA (2010) termasuk kedalam Typic Haplosaprists, Hemik

Haplosaprists dan Fluvaquentic Haplosaprists. Kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa

sawit tergolong sesuai marginal (S3) dengan faktor penghambat utama reaksi tanah sangat

masam dan kejenuhan basa sangat rendah. Oleh sebab itu, tindakan pemupukan dan

pengapuran sangat diperlukan untuk memperbaiki faktor-faktor tersebut.

Pelaksanaan Percobaan

Percobaan di lokasi demplot dimulai Oktober tahun 2012 sampai Juli tahun 2014.

Tanaman utama sebagai indikator adalah kelapa sawit umur 6 tahun pada tahun 2013.

Kebun kelapa sawit ini merupakan kebun plasma dari lokasi transmigrasi Arang-Arang,

Provinsi Jambi. Lokasi mulai dibuka untuk perkebunan kelapa sawit pada tahun 2005.

Daerah ini sebelumnya berupa hutan sekunder lahan gambut. Sebelum dilakukan

percobaan, pengelolaan sawit di lokasi ini belum optimal, saluran drainase yang ada

kurang terpelihara, sehingga permukaan air tanah terutama pada saat musim hujan sangat

tinggi (5 – 10 cm). Kondisi air tanah yang demikian sangat menganggu pertumbuhan

tanaman kelapa sawit.

Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari: pugam (pupuk gambut),

pupuk kandang (pukan) ayam, kompos tandan kosong (tankos) kelapa sawit, pupuk dasar

(Urea, SP-36, KCl) dan herbisida (Round Up dan Gramozon). Alat yang digunakan terdiri

dari : gerobak dorong, arit, parang, dan cangkul.

Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap

(RAKL), 4 perlakuan dan 4 ulangan. Tiga perlakuan ameliora yaitu pugam, kompos

tankos, dan pukan ayam, serta kontrol (tanpa pemberian amelioran).

Pugam adalah pupuk organik yang rendah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) untuk

lahan gambut. Selain mampu menekan laju emisi khususnya karbon dioksida, dan

meningkatkan stabilitas gambut, pugam juga dapat meningkatkan produktivitas lahan dan

efisiensi pemupukan. Pukan adalah semua produk buangan dari binatang peliharaan yang

dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Pukan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk yang berasal kotoran ayam. Kompos

tankos merupakan limbah padat hasil pabrik kelapa sawit yang didekomposisikan menjadi

Page 5: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

Respon Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Gambut Terhadap Berbagai Amelioran

165

pupuk organik. Pemberian kompos tankos ke tanah akan dapat mempengaruhi populasi

mikroba tanah yang secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kualitas

tanah.

Hasil karakteristik pugam, pukan ayam, dan tankos yang digunakan di demplot

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil karakteristik pugam, pukan, dan tankos yang digunakan pada lokasi

demplot.

Parameter Unit Pugam Pukan Kompos Tankos

pH H2O (1:5) 8,6 8.5 7.0

Kadar Air % 3,8 70.08 55.89

As. Humat % - 1.37 1.43

As. Fulfat % - 1.60 2.42

Asam Humat % - 4.48 6.66

C-Organik % - 6.13 19.23

Organik % - 0.40 1.54

NH4 % - 0.06 0.15

NO3 % - 0.03 0.08

Total % - 0.49 1.77

C/N % - 12 11

P2O5 % 13,15 0.56 4.75

K2O % 0,08 0.49 0.45

Ca % 18,9 0.72 1.29

Mg % 6,53 0.33 0.80

S % 0,56 0.10 0.20

Penempatan pugam, pukan, dan tankos pada demplot disesuai dengan rancangan

yang digunakan. Pemilihan tanaman sampel mengikuti keseragaman/homogenitas

tanaman sawit di lapangan. Empat sampel tanaman sawit digunakan untuk pengamatan

pertumbuhan tanaman selama penelitian berlangsung (Gambar 1).

Page 6: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

Salwati et al.

166

Gambar 1. Denah pohon sampel di lokasi demplot

Komposisi dan dosis perlakuan amelioran dan pemberian pupuk dasar pada semua

perlakukan ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perlakuan amelioran dan pemberian pupuk dasar pada demplot.

Perlakuan

Dosis Amelioran dan Pupuk Dasar

Pertama (sesudah dua bulan pertama

pengamatan emisi

GRK)

Kedua: Enam bulan sesudah pemberian

pertama

Ketiga: Enam bulan sesudah pemberian

kedua

1. A - -

2. Pugam (kg/phn) 5,0 3,0 3,0

3. Pupuk Kandang Ayam

(kg/phn) 10 6,0 6,0

4. Kompos Tandan Kosong sawit (kg/phn)

15 9,0 9,0

Pupuk Dasar*)

1. Urea (kg/phn) 2 2 2

2. SP-36 (kg/phn) 2 2 2

3. KCl (kg/phn) 2,5 2,5 2,5

*) Pupuk dasar diberikan pada semua perlakuan (pugam, pukan, tankos, dan kontrol)

Sebelum aplikasi amelioran terlebih dahulu dilakukan pengambilan contoh tanah

secara acak pada piringan tanaman sampel dan ditandai pohon tempat pengambilan

contoh sebelumnya untuk pengambilan contoh tanah berikutnya. Aplikasi dilakukan 2 kali

setahun, yaitu pada awal musim hujan (bulan Agustus 2013) dan akhir musim hujan

Page 7: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

Respon Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Gambut Terhadap Berbagai Amelioran

167

(bulan Februari 2014). Piringan sekitar pohon sampel dibersihkan dengan radius 2 - 3 m

dari batang pokok dan dibatasi dengan saluran dangkal. Pugam, pukan, dan tankos serta

pupuk dasar ditaburkan secara larikan merata pada keliling piringan (Gambar 2).

Perlakukan pugam pupuk SP-36 tidak diberikan lagi.

Gambar 2. Aplikasi amelioran dan pupuk dasar di piringan dan diantara empat tanaman

sampel

Aplikasi amelioran dan pupuk dasar juga dilakukan diantara empat tanaman

sampel (Gambar 2). Aplikasi pugam, pukan, dan tankos diantara empat tanaman sampel

juga diberikan pada awal dan akhir musim hujan dengan dosis berturut-turut 750 kg/ha,

1500 kg/ha, dan 1500 kg/ha. Pupuk dasar diberikan dengan dosis Urea 2 kg/pohon, SP-36

2 kg/pohon, dan KCl 2,5 kg/pohon.

Analisis kimia tanah dilakukan untuk mendukung data pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Pengamatan dan pengukuran agronomi tanaman sawit dilakukan

setelah aplikasi amelioran dan pemberian pupuk dasar pertama dilakukan. Parameter

agronomi yang diamati adalah jumlah pelepah daun yang sudah berkembang, dengan

menghitung jumlah penambahan pelepah setiap bulannya, panjang pelepah tanaman

kelapa sawit, diukur dari pangkal sampai ujung pelebah yang terpanjang, lilit batang

tanaman kelapa sawit, dengan mengukur keliling batang ketinggian dari 1 – 1,5 m dari

permukaan tanah. Parameter produksi Tandan Buah Segar (TBS) tanaman sawit dihitung

setiap panen 2 kali sebulan pada pohon sampel. Selanjutnya, data pertumbuhan dan

produksi tanaman sawit dianalisis statistik dan perbedaan antar perlakuan berdasarkan

perbedaan standar deviasi.

Page 8: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

Salwati et al.

168

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sifat Kimia Lahan Gambut di Demplot Kegiatan

Karakteristik kimia tanah gambut di Indonesia sangat beragam dan ditentukan oleh

kandungan mineral, ketebalan, dan jenis tanaman penyusun gambut, jenis mineral pada

substratum (di dasar gambut), serta tingkat dekomposisi gambut. Karakteristik lahan

gambut akan sangat bervariasi baik antar lokasi, maupun antar areal dalam satu lokasi.

Kasus pada kegiatan ini, karakteristik lahan gambut sangat bervariasi antar areal di

dalam demplot. Hal ini karena sifat inherent tanah gambut yang terdiri dari senyawa-

senyawa organik, sehingga hasil analisis tanah pada demplot I sampai dengan IV

karakteristik kimia tanah gambutnya sangat bervariasi (Tabel 3).

Kandungan P potensial (P-HCl) pada demplot I lebih tinggi dibandingkan dengan

ketiga demplot lainnya, dimana pada demplot I dikategorikan sangat tinggi sedangkan di

lokasi lainnya berkisar sedang. Hal ini sejalan dengan P-tersedia (P-Bray) yaitu demplot I

miliki kandungan P tertinggi diikuti dengan demplot III Kandungan Ca dan Mg di

keempat demplot termasuk dalam kriteria ‘tinggi’, karena areal kebun tersebut sudah

sering mendapatkan aplikasi dolomit/kapur. Kandungan Al dan Fe tidak jauh berbeda di

masing-masing lokasi demplot. Secara keseluruhan, kesuburan tanah di demplot

penelitian termasuk kategori baik, karena demplot telah mendapatkan aplikasi amelioran

dan pupuk anorganik sesuai kebutuhan tanaman sawit, serta sesuai dosis dan waktu

pemberian.

Tabel 3. Hasil analisis sifat kimia tanah di lokasi demplot

Jenis Analisis Demplot I Demplot II Demplot III Demplot IV

P-HCl (me/100g) 71,25 31 39,5 29

K-HCl (me/100g) 25,25 17 25,25 32,75

P-Bray (ppm) 199,43 96,98 170,83 90,83

Ca (me/100g) 12,40 11,3 17,78 8,60

Mg (me/100g) 2,41 2,38 3,97 2,64

K (me/100g) 0,49 0,32 0,45 0,63

Al (%) 0,14 0,12 0,15 0,15

Fe (%) 0,03 0,02 0,03 0,03

Page 9: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

Respon Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Gambut Terhadap Berbagai Amelioran

169

Perbedaan kandungan unsur hara pada masing-masing demplot tergantung pada

susunan kimia dan tingkat kematangan gambut. Semakin lanjut tingkat kematangan

gambut, maka semakin banyak unsur hara yang dilepaskan dan tersedia bagi tanaman.

B. Keragaan Agronomis Tanaman Kelapa Sawit

1. Jumlah pelepah tanaman

Jumlah pelepah tanaman sawit merupakan salah satu penciri keragaan agronomis

tanaman kelapa sawit. Umumnya jumlah pelepah kelapa sawit bertambah 2 pelepah setiap

bulannya. Pada Gambar 3 terlihat bahwa setiap perlakuan memiliki kecenderungan

peningkatan jumlah pelepah yang sama. Di mana, pada 6 bulan pertama, peningkatan

jumlah pelepah cenderung landai, setelah 6 berikutnya terlihat meningkat cukup tajam.

Diduga hal ini terjadi karena pengaruh pupuk dasar maupun amelioran baru berpengaruh

pada saat 6 bulan setelah pemberian.

Kecenderungan peningkatan jumlah pelepah pada kontrol berbeda tidak nyata

dengan pemberian amelioran pugam, pukan maupun tankos. Hal ini terlihat dari standar

deviasi pada setiap perlakukan (Gambar 3). Fenomena ini memberi gambaran bahwa

pemberian pupuk anorganik lebih berpengaruh dibandingkan pemberian amelioran.

Menurut Pauli et al., (2014) pemberian pupuk anorganik sangat dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan hasil tanaman sawit terutama yang tumbuh di lahan marjinal seperti

lahan gambut karena kemungkinan besar terjadi pencucian dan pengikatan oleh unsur

kimia beracun oleh tanaman.

Peningkatan yang cukup tajam jumlah pelepah kelapa sawit dari bulan Februari ke

bulan Maret diduga juga disebabkan oleh aplikasi pupuk kedua yang dilaksanakan pada

akhir awal Februari 2014. Kandungan unsur hara yang cepat tersedia dari pupuk

anorganik menyebabkan unsur hara tersebut cepat diserap tanaman dan berpengaruh

terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman, salah satunya adalah jumlah pelepah kelapa

sawit.

Perbandingan dengan tinggi muka air tanah pada bulan Maret, tinggi muka air

tanah berada di bawah 1 m. Kondisi ini diduga menyebabkan peningkatan jumlah pelepah

di bulan tersebut karena kondisi tanah yang mencapai kapasitas lapang untuk tanaman

sawit. Menurut Lim et al., (2012) muka air yang optimum untuk hasil panen kelapa sawit

di lahan gambut adalah 50 - 70 cm (saluran draenase) dan 40 – 60 cm (pembacaan

piezometer air tanah dari permukaan).

Page 10: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

Salwati et al.

170

Gambar 3. Jumlah pelepah tanaman kelapa sawit setelah aplikasi amelioran dan pupuk

dasar pemberian pertama dan kedua di Provinsi Jambi tahun 2013 dan tahun 2014.

2. Lingkar batang

Lingkar batang merupakan salah satu keragaan agronomis tanaman kelapa sawit

yang dapat menunjukkan tingkat pertumbuhan tanaman kelapa sawit (Paoli et al., 2013).

Kecenderungan pertumbuhan tanaman sawit yang diberi amelioran menujukkan

pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Berbeda dengan jumlah

pelepah kelapa sawit, lingkar batang pada perlakuan pemberian amelioran justru menurun

dari bulan Februari ke bulan Maret. Sedangkan pada kontrol terus meningkat dengan

kecenderungan yang landai. Hal ini mungkin terjadi kesalahan pengukuran pada lingkar

batang karena pengukuran dipengaruhi oleh tonjolan-tonjolan bekas potongan pelepah.

Kontrol Pugam

Tankos Pukan

Kontrol Pugam

Page 11: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

Respon Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Gambut Terhadap Berbagai Amelioran

171

Gambar 4. Lingkar batang tanaman kelapa sawit setelah aplikasi amelioran dan pupuk

dasar pertama dan kedua di Provinsi Jambi tahun 2013 dan tahun 2014.

3. Panjang pelepah

Panjang pelepah yang diukur adalah pelepah terpanjang pada tanaman contoh.

Dari Gambar 5 terlihat bahwa perlakuan tankos memiliki kecenderungan yang sama

dengan kontrol. Sedangkan perlakuan pugam memiliki kecenderungan yang sama dengan

pukan. Peningkatan panjang pelepah berbeda tidak nyata diantara semua perlakuan,

terlihat dari standar deviasi dalam grafik. Standar deviasi pada masing-masing

pengukuran sangat besar menunjukkan nilai-nilai yang sangat bervariasi. Penurunan

jumlah pelepah pada perlakuan pugam dan pukan diyakini karena terjadi pemotongan

pelepah sampel, sehingga pada bulan Maret hasil pengukuran menurun. Peningkatan

panjang pelepah tidak dipengaruhi perlakuan diduga karena kandungan dalam amelioran

tidak berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman sawit.

Tankos memiliki kandungan unsur hara yang beragam, memiliki kandungan

Kalium yang lebih tinggi yaitu 2,05% dibandingkan dengan N (0,22%) dan P (1,20%)

(Purnamayani et al., 2011). Kalium lebih berperan terhadap pertumbuhan generatif

tanaman diantaranya adalah meningkatkan kualitas buah, meningkatkan kadar karbohidrat

dalam buah, dan membuat biji tanaman lebih berisi dan padat. Selain itu Kalium

berfungsi untuk memperkuat tegaknya batang, sehingga Kalium lebih berpengaruh

terhadap pertumbuhan generatif dari pada pertumbuhan vegetatif. Sedangkan pugam

lebih banyak mengandung unsur mikro yang berfungsi untuk pertumbuhan sel dan

jaringan tanaman. Unsur-unsur mikro dalam pugam dapat berfungsi untuk mengikat

asam-asam organik yang berbahaya di dalam tanah gambut. Akan tetapi, kelebihan

beberapa unsur mikro juga akan menghambat ketersediaan unsur hara makro yang dapat

mengganggu pertumbuhan tanaman.

Pukan Tankos

Page 12: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

Salwati et al.

172

Kasus pada tanaman kelapa sawit panjang pelepah tidak merupakan parameter

yang digunakan dalam pengukuran agronomis untuk tanaman menghasilkan (TM), tetapi

biasanya digunakan pada tanaman belum menghasilkan (TBM).

Gambar 5. Panjang pelepah tanaman kelapa sawit setelah aplikasi amelioran dan pupuk

dasar pertama dan kedua di Provinsi Jambi tahun 2013 dan 2014.

4. Tandan Buah Segar (TBS)

Tandan Buah Segar (TBS) merupakan parameter agronomi perkembangan

generatif yang menggambarkan produkvitas tanaman kelapa sawit. TBS pada tanaman

kelapa sawit umumnya dipanen setiap dua kali seminggu. Gambar 6 menunjukkan

keragaan produksi TBS per bulan dan dikaitkan dengan tinggi muka air tanah yang diukur

satu kali sebulan. Gambar 7 menunjukkan total produksi TBS sampai dengan waktu

pengamatan terakhir.

Produksi TBS kelapa sawit dipengaruhi oleh jenis klon dan faktor lingkungan

(Lumbangaol 2012). Produksi kelapa sawit antara kontrol dibandingkan perlakuan

amelioran sangat bervariasi, akan tetapi TBS pada perlakuan amelioran jumlahnya berada

di atas kontrol. Produksi TBS pada kontrol cenderung turun pada 6 bulan pertama dan

kemudian meningkat setelah aplikasi ke-2. Hal ini menunjukkan perlakuan amelioran

berpengaruh dalam peningkatan produksi TBS. Perlakuan pugam dan pukan memiliki

kecenderungan perkembangan yang sama.

Page 13: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

Respon Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Gambut Terhadap Berbagai Amelioran

173

(a)

(b)

Gambar 6. Tandan Buah Segar (kg/tanaman, dengan n=16) setelah aplikasi amelioran

dan pupuk dasar pertama dan kedua di Provinsi Jambi tahun 2013 dan 2014 (a) dikaitkan

dengan tinggi muka air tanah pada bulan yang sama (b).

Page 14: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

Salwati et al.

174

Melihat trend produksi TBS diselaraskan dengan trend tinggi muka air tanah,

diduga tinggi muka air tanah berpengaruh terhadap produksi TBS. Mulai bulan Januari

sampai dengan Maret tinggi muka air mulai menurun, dan mulai bulan Februari produksi

TBS mulai meningkat walaupun tidak setinggi sebelumnya. Kondisi tanah akibat

penurunan tinggi muka air tanah menyebabkan tercapainya kondisi kapasitas sehingga

mengakibatkan terjadinya peningkatan produktivitas kelapa sawit.

Total produksi TBS selama pengamatan menunjukkan bahwa produksi TBS pada

perlakukan amelioran berpengaruh nyata terhadap kontrol masing-masing terjadi

peningkatan berturut-turut sebesar 35,3%, 34,9%, 33,9% dibanding kontrol, dan diantara

perlakuan pemberian amelioran berpengaruh tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa

kandungan unsur hara dalam pugam, pukan dan tankos mampu meningkatkan produksi

TBS tanaman kelapa sawit. Dari hasil pengukuran berat TBS (ton/ha/tahun) kelapa sawit

yang tertinggi adalah pugam sebesar 17,18 + 2,1 diikuti pukan sebesar 17,09 + 1,8 dan

tankos sebesar 16,83 + 1,8, serta yang terendah kontrol sebesar 11,11 + 0,6 (Gambar 7).

Gambar 7. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit (ton/ha/tahun)

Tankos memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dan beberapa kandungan

unsur hara utama yang dibutuhkan oleh tanaman sawit (Darmosarkoro et al., 2007).

Pukan diketahui mengandung unsur-unsur organik yang dapat membantu mengikat asam

organik beracun dalam tanah. Sedangkan pugam memiliki kelengkapan unsur hara mikro

yang dapat mengikat asam organik berbahaya bagi tanaman pada lahan gambut, dapat

meningkatkan produktivitas lahan dan effisiensi pemupukan, menekan laju emisi gas

rumah kaca dan meningkatkan stabilitas gambut (Subiksa, 2012). Menurut Comte et al.,

(2013), pemberian pupuk organik dan inorganik yang dilakukan dalam jangka panjang

TBS (ton/ha/tahun) ton/ha ton/ha ton/ha

Page 15: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

Respon Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Gambut Terhadap Berbagai Amelioran

175

dan sesuai kebutuhan pertanaman kelapa sawit akan memberikan pengaruh yang baik

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawit maupun lingkungan tempat tumbuhnya.

KESIMPULAN

1. Pemberian pupuk gambut (pugam) dan pupuk dasar menunjukkan pertumbuhan dan

hasil tanaman sawit yang paling baik.

2. Pemberian amelioran berupa pugam, pukan dan tankos berpengaruh tidak nyata

terhadap jumlah pelepah, lingkar batang dan panjang pelepah tanaman kelapa sawit.

3. Pemberian amelioran berupa pugam, pukan dan tankos berpengaruh nyata jika

dibandingkan dengan kontrol terhadap produksi tandan buah segar. Perlakuan

amelioran Pugam memberikan hasil produksi sawit terbaik.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F., dan I.G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek

Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF),

Bogor, Indonesia. http://balittanah.litbang.deptan.go.id.

Balai Penelitian Tanah. 2012. Pugam-A, Pupuk Khusus Lahan Gambut.

http://www.litbang.depta.go.id/berita/one/1093/. Diakses tanggal 29 April 2014.

Comte, I., F.Colin, O. Grünberger, S. Follain, J.K. Whalen, and J.P. Caliman. 2013.

Landscape-scale assessment of soil response to long-term organic and mineral

fertilizer application in an industrial oil palm plantation, Indonesia. Agriculture,

Ecosystems and Environment: 169 (2013) 58– 68.

Darmosarkoro, W., S.S. Edy, dan Winarna. 2007. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Medan.

Direktorat Tanaman Tahunan. 2009. Pedoman umum sawit. Direktorat Jenderal

Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta.

Gusmawartati, dan Wardati. 2012. Pemberian pupuk anorganik dan air pada tanah gambut

terhadap pertumbuhan kelapa sawit di pre-nursery. J. Agrotek. Trop. 1 (1): 23-

26 (2012).

Lim, KH., S.S. Lim, F. Parish, dan R. Suharto. 2012. Panduan RSPO untuk Praktik

Pengelolaan Terbaik (PPT) bagi Budidaya Kelapa Sawit Sedang Berjalan di

Lahan Gambut. RSPO, Kuala Lumpur.

Lumbangaol, P. 2012. Kunci sukses pemupukan kelapa sawit. R & D Departemen

Musim Mas Group. Medan.

[LRPI] Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. 2007. Warta Penelitian dan pengembangan

Pertanian. Vol (29) : 6-7.

Page 16: RESPON TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT 10 …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati3.pdf · Salwati et al. 164 Tanah gambut di lokasi demplot seluas 5 ha ini termasuk

Salwati et al.

176

Najiyati, L. Muslihat, dan I.N. Suryadiputra. 2005. Panduan pengelolaan lahan gambut

untuk pertanian berkelanjutan. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in

Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme dan Wildlife Habitat

Canada. Bogor. Indonesia.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar swadaya : Jakarta.

Pauli, N.C., T. Donough, J.Oberthür, R. Cock, Verdooren, G. Rahmadsyah, K.

Abdurrohim, A. Indrasuara, T. Lubis, J.M. Dolong, and Pasuquin. 2014.

Changes in soil quality indicators under oil palm plantations following

application of ‘best management practices’ in a four-year field trial.

Agriculture, Ecosystems and Environment 195 (2014); 98–111.

Paoli, G.D., P. Gillespie, P.L. Wells, L. Hovani, A.E. Sileuw, N. Franklin dan J.

Schweithelm. 2013. Sawit di Indonesia: Tata kelola, Pengambilan Keputusan

dan Implikasi bagi Pembangunan Berkelanjutan. The Nature Conservancy,

Jakarta, Indonesia.

Purnamayani, R., J. Hendri, E. Salvia, dan D.S. Gusfarina. 2011. Laporan Akhir

Pengkajian Efektivitas Dekomposer dalam Dekomposisi Tandan Kosong Kelapa

Sawit sebagai Pupuk Organik. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.

Jambi.

Sabiham, S. dan Sukarman. 2012. Pengelolaan lahan gambut untuk pengembangan kelapa

sawit. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 6 No. 2, Desember 2012.

Subiksa, I.G.M. 2012. Pugam: Pupuk rendah emisi GRK untuk lahan gambut. Warta

Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 3. No. 2. 2012.

Widyati, E. 2011. Kajian optimasi pengelolaan lahan gambut dan isu perubahan iklim.

Tekno Hutan Tanaman. Vol.4 No.2, Agustus 2011, 57 – 68.