respon aparat penegak hukum terhadap keadilan

20
RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN RESTORATIF (RESTORATIVE JUSTICE) DALAM PENYELESAIAN ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: RM. FAJAR HARMANTO BAYU KUSUMA ATMAJA C.100.090.046 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Upload: truongdang

Post on 26-Jan-2017

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN RESTORATIF (RESTORATIVE JUSTICE) DALAM PENYELESAIAN

ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna

Mencapai Derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

RM. FAJAR HARMANTO BAYU KUSUMA ATMAJA C.100.090.046

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

&Natangsa Surbakti,(Dr.

IIALAMAN PENGESAIIAN

Naskah publikasi skripsi ini terah diterima dan disahkan oleh

Dewan penguji Skripsi Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing I Pembimbing II

S.H., M.Hum.) (Kuswardani, S.H., M.Hum.)

Itas Hukum UMS

Iksan, S.H.,M.H.)

Page 3: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

SURAT PERNYATAAFI

PT'BLIKASI KARYA ILMIAII

B ismillahirahmanirrahim

Yang bertanda tangan di bawah ini' saya

: RM, FAJAR HARMANTO BAYU KUSUMA ATMAJANama

Jenis

Judul

NIM : C 100 090 046

Fakultas/Jurusan : HUKUIW ILMU HUKUM

Demikian pemyamrrn ini saya buat dengan

digunakan sebagaimana semestinya'

SKRIPSIRESPON APARAT PENEGAK I{UKUM TERHADAP

KEADILAN RESTORATIF (REsron',4 TIVE JUSTIC nDALAM PENYELESAIAN ANAK BERHADAPAN

DENGAN HUKUM

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:

l.MemberikanhakbebasroyaltykepadaperusahaanUMSataspenulisarrkaryailmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan'

z.Memberikanhakmenyimpan'mengatitr-meaiarar/mengatihformatkan,mengelola daram b€nt rk pangmranl aa (database), mendisfiibusikannya'

serta menampilkannya dalam bentuk 'oPcipy

untuk kegentingan akademis

kepadaperpustakaanUMs,tanpaperlumintaijindarisayaselamatetapmencantumkan saya sebagai penulis/pencipta'

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan

pihak perpustakaan uMS, oari semuiir"*t tuntutan hukum yang timbul

atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini'

sesungguhnYa dan semoga daPat

Surakarta' 24 Juli20t3ypgp":Yatakantu

GM. FAJfR HARMAT\mO BK)

lll

Page 4: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

iv 

 

Respon Aparat Penegak Hukum Terhadap Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Dalam Penyelesaian Anak Berhadapan Dengan Hukum. RM. Fajar Harmanto Bayu Kusuma Atmaja, C100090046, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN RESTORATIF (RESTORATIVE JUSTICE) DALAM PENYELESAIAN ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM” bertujuan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana konsep keadilan restoratif digunakan untuk menyelesaikan perkara anak yang berhadapan dengan hukum serta respon dari aparat penegak hukum terhadap konsep keadilan restoratif di kota Surakarta, sebagai salah satu kota layak anak. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kulitatif, karena data dalam bentuk cerita yang diperoleh dari wawancara dengan masing-masing aparat penegak hukum yang meliputi polisi, jaksa dan hakim. Untuk data dalam bentuk tulisan atau teori-teori hukum diperoleh dari buku literatur dan peraturan perundang-undangan. Adapun hasil penelitian ini yakni berkaitan dengan konsep keadilan restoratif dalam penyelesaian anak berhadapan dengan hukum, khususnya anak yang berkonflik dengan hukum yang mana konsep keadilan restoratif dalam penyelesaian anak yang berkonflik dengan hukum dirasa telah memenuhi rasa keadilan baik dari pihak korban dan pelaku, yakni adanya kesetaraan, keseimbangan, pertanggung jawaban serta kemanfaatan. Konsep keadilan restoratif ketika menyelesaikan perkara anak khususnya sebagai pelaku tindak pidana, antara anak sebagai korban dan anak sebagai pelaku duduk bersama untuk melakukan dialog atau musyawarah yang mana korban dan pelaku didampingi oleh keluarga. Selain keluarga dalam proses dialog juga ada masyarakat yang diwakili oleh lembaga kemasyarakatan yang peduli terhadap anak berkonflik dengan hukum, serta aparat penegak hukum sebagai perwakilan kehadiran Negara yang mewujudkan pertanggung jawaban Negara terkait perlindungan anak. Keadilan restoratif ini dalam penyelesaian anak berkonflik dengan hukum dilakukan di luar proses peradilan formal supaya anak terhindar dari sanksi berupa pidana dan memberikan sanksi lebih pada hal yang mendidik bagi si anak serta memulihkan kerugian korban secepat mungkin. Sementara respon dari masing-masing aparat penegak hukum di wilayah hukum kota Surakarta terhadap konsep kedilan restoratif cukup positif hal ini terbukti telah diterapkannya konsep keadilan restoratif di kepolisian dan pengadilan, dalam penerapannya kepolisian lebih mendekati keadilan restoratif karena benar-benar diselesaikan di luar peradilan formal semantara untuk pengadilan oleh hakim keadilan restoratif ini diterapkan dengan memberikan sanksi pada anak berupa tindakan bukan pidana, hakim beralasan bahwa sanksi tindakan mempunyai tujuan yang sama dengan konsep keadilan restoratif yakni menjauhkan si anak dari sanksi pidana. Kata kunci: Aparat penegak hukum, Keadilan restoratif, Anak berkonflik dengan hukum.

Page 5: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

 

Enforcer Agency Response Sentences to Restoratif's Justice (Restorative Justice) In front Child Working Out With Jurisdictional. RM. Fajar Harmanto Bayu Kusuma Atmaja, C100090046, Law Faculty, Muhammadiyah Surakarta's university.

ABSTRACT

Research that gets title “RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN RESTORATIF (RESTORATIVE JUSTICE) DALAM PENYELESAIAN ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM” intent to give picture about how restoratif's justice concept is utilized to solve front child matter with law and response from enforcer agency sentences to restoratif's justice concept at Surakarta's city, as one of childs reasonable city. Analisis is data in observational it utilizes to methodic kulitatif, since data in shaped story which is gotten from interview with their enforcer agency sentences that covers police, attorney and judge. For shaped deep data writing or law theory are gotten from literature book and legislation regulations. There is result even this research namely gets bearing with restoratif's justice concept in front child working out with jurisdictional, notably child which gets conflict with jurisdictional which restoratif's justice concept in child working out that gets conflict with jurisdictional being perceived has accomplished good justice taste from side victim and agent, namely marks sense equivalence, balance, responsibility and expediency. restoratif's justice concept while solve child matter in particular as agent acts pidana, among child as victim and child as agent of seat with to do dialogue or deliberation which victim and agent adjoined by family. Besides family in processes dialogue also available represented society by social institute that cares for child to get conflict with jurisdictional, and enforcer agency sentences as delegation of State present that render State responsibility concerning child protection. This restoratif's justice in child working out gets conflict with jurisdictional being done process beyond formal jurisdiction so child most dodge from sanction as pidana and gives sanction more on thing which teach divides the child and recover victim loss as soon as possible. While response from each enforcer agency sentences at Surakarta's city territory of jurisdiction to restoratif's justice concept last positive it is evident has have been applied by its restoratif's justice concept at police force and justice, in its implement police force moring to approach restoratif's justice because quite a is solved jurisdiction beyond formal while to justice by restoratif's justice judge this was applied by gives sanction on child as action is not pidana, that well-grounded judge action sanction has a purpose that equal to restoratif's justice concept namely keeps away the child of sanction pidana.

Keywords: Aparat penegak hukum, Keadilan restoratif, Anak berkonflik dengan hukum.

  

Page 6: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

1  

PENDAHULUAN

Perlindungan terhadap anak pada suatu masyarakat merupakan tolak ukur

perdaban bangsa tersebut karenanya wajib diusahakan sesuai dengan kemampuan

bangsa. Kepastian hukum perlu diusahakan demi kegiatan kelangsungan

perlindungan anak,1 terlebih bagi anak yang berhadapan dengan hukum

khususnya anak nakal (juvenile delinquency) atau anak yang berkonflik dengan

hukum. Anak nakal (juvenile delinquency) atau anak yang berkonflik dengan

hukum merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang melakukan

tindak pidana. Penggunaan istilah tersebut untuk menghindari stigma dari

masyarakat, mengingat anak merupakan pribadi yang masih labil dan rentan untuk

mengalami tekanan.

Di Solo berdasarkan hasil beberapa kali pengamatan di Pengadilan Negeri

Solo, terdapat beberapa anak yang dihadapkan kepersidangan. Salah satunya anak

berinisial BT, 15 tahun, karena mencuri sandal, atau juga DSW, 14 tahun karena

melakukan pemerasan terhadap teman sekolahnya. Karena kasus itu, keduanya

harus mengeyam udara di Rumah Tahanan (Rutan) Solo beberapa bulan selain itu

dari 20 anak usia sekolah yang berada di Rutan Solo, hanya satu anak yang

sempat merasakan ujian akhir semester.2 Sementara itu, pada tahun 2011 Komisi

Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat adanya peningkatan kasus

anak yang berhadpan dengan hukum yang diajukan ke pengadilan hingga 70

persen. Komnas PA menerima 1.851 pengaduan angka ini mengalami peningkatan

dibanding pengaduan pada tahun 2010, yakni 730 kasus. Dari jumlah kasus

pengaduan itu, hampir 89,8 persen kasus anak yang berhadapan dengan hukum

berakhir pada pemidanaan atau diputus pidana.3

Seiring perkembangan pengetahuan dan permasalahan anak yang berhadapan

dengan hukum, lahirlah model penghukuman yang bersifat restoratif (restorative

                                                            1 Nashriana, 2011, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada, hal. 3. 2 Dian Sasmita, 2009, Anak-anak di Balik Teralis Besi, dalam http://www.kotalayakanak.org/index.php?option=com_content&view=article&id=444:anak-

anak-di-balik-terali-besi&catid=56:artikel&Itemid=77, di unduh Selasa, 02 Oktober 2012. pukul 05:10.  3 Eko Priliawito dan Luqman Rimadi, 2011, Anak Indonesia Mendekam di Penjara, dalam http://metro.news.viva.co.id/news/read/273781-4-622-anak-indonesia-mendekam-di-penjara, diunduh Rabu, 03 Oktober 2012. Pukul. 15:05.

Page 7: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

2  

justice). Terminologi restorative justice dapat diartikan dalam dua pengertian,

pertama, diartikan konteks proses penyelesaian masalah, kedua, bisa juga

diartikan dalam konteks produk dari proses penyelesain masalah berupa tipe atau

kualitas hasil penyelesaian masalah. Dalam konteks penyelesaian masalah,

restorative justice diterjemahkan menjadi peradilan restoratif, seperti halnya

criminal justice system diterjemahkan menjadi sistem peradilan pidana, dan

juvenile justice menjadi peradilan anak. Dalam konteks produk, retributive justice

diterjemahkan menjadi keadilan retributif, dan restorative justice diterjemahkan

menjadi keadilan restoratif.4

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas serta kota Solo yang telah ditunjuk

sebagai salah satu kota layak anak oleh Kementerian Negara Pemberdayaan

Perempuan. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang respon

aparat penegak hukum terhadap keadilan restoratif (restorative justice) dalam

penyelesaian anak berhadapan dengan hukum. Dalam penelitian ini yang hendak

peneliti uraikan adalah sebagai berikut : (1) Bagaimana konsep keadilan restoratif

(restorative justice) dalam penyelesaian anak berhadapan dengan hukum, (2)

Bagaimana respon Aparat Penegak Hukum terhadap keadilan restoratif

(restorative justice) dalam rangka penyelesaian anak berhadapan dengan hukum.

Tujuan dari penelitian ini ialah memahami konsep keadilan restoratif

(restorative justice) dalam penyelesaian anak berhadapan dengan hukum serta

mengetahui respon aparat penegak hukum tentang penerapan keadilan restoratif

(restorative justice). Sementara manfaat yang diharapkan ialah Pertama, manfaat

praktis, dengan adanya penelitian ini diharapkan bahwa hasil penelitian dapat

memberikan pengertian tentang apa yang dimaksud dengan keadilan restoratif

(restorative justice) serta gambaran dari respon aparat penegak hukum dalam

penyelesaian anak berhadapan dengan hukum. Kedua, manfaat teoritis, dapat

menambah pengetahuan, pengalaman dan pemahaman terhadap konsep keadilan

restoratif dan memberikan sumbangan pemikiran bagi aparat penegak hukum

                                                            4 Natangsa Surbakti, 2012, Dari Keadilan Retributif Ke Keadilan Restoratif (Rangkuman Hasil Penelitian Penyelesaian Perkara Pidana dengan Pendekatan Keadilan Restoratif), Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal. 2.

Page 8: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

3  

dalam menerapkan keadilan restoratif (restorative justice) dalam penanganan anak

berhadapan dengan hukum.

Kerangka Pemikiran

Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik, karena yang diutamakan

adalah kepentingan umum bukan kepentingan pribadi. Selain itu apabila ada

pelanggaran maka yang bertindak adalah Negara bukan pribadi atau individu yang

sudah dirugikan akibat perbuatan yang melanggar tersebut. Negara bertindak

melalui alat-alatnya guna menangani dan menyelesaikan masalah yang

ditimbulkan akibat dari perbuatan seseorang yang sudah melanggar aturan dan

membuat masyarakat tidak nyaman serta mengganggu ketertiban umum, alat-alat

Negara bertindak dengan cara memberikan atau menjatuhkan sanksi berupa

pidana atau tindakan guna melindungi kepentingan umum atau masyarakat.5

Moeljatno memberikan definisi hukum pidana seperti berikut. Hukum pidana

adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu Negara yang

mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk: (1) Menentukan perbuatan-

perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan sertai ancaman

atau saksi yang berupa pidana tertentu bagi yang telah melanggar larangan

tersebut; (2) Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah

melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi sanksi pidana

sebagaimana yang telah diancamkan; (3) Menentukan dengan cara bagaimana

pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah

melanggar larangan tersebut.6

Selama ini penerapan sanksi hukum yang diberikan pada para pelaku tindak

pidana baik dewasa maupun anak-anak lebih berupa pemidanaan. Walaupun

sanksi yang diberikan merupakan sanksi yang memeberikan pederitaan, namun

tetap saja tidak mengurangi jumlah peristiwa kejahatan di masyarakat, justru

semakin meningkat hal ini dapat kita dengar dan lihat di pemberitaan mass media.

Oleh karena itu muncul suatu gagasan untuk memberikan sanksi yang lebih

bermanfaat serta mendidik bagi para pelaku kejahatan, yang sanksi tersebut tidak                                                             5 Andi Hamzah, 2010, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Renika Cipta, hal. 5. 6 Ibid .

Page 9: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

4  

melulu memidanakan pelaku khususnya anak. Sanksi tersebut berupa pemulihan

atau memperbaikinya pelaku serta memulihkan kerugian yang dialami korban

yang mana pemulihan melibatkan pihak pelaku.

Konsep keadilan restoratif (restorative justice) muncul lebih dari dua puluh

tahun yang lalu sebagai alternatif penyelesaian perkara pidana dengan pelaku

anak. Kelompok kerja peradilan anak perserikatan bangsa-bangsa (PBB)

mendefinisikan keadilan restoratif (restorative justice) sebagai suatu proses semua

pihak yang berhubungan dengan tindak pidana tertentu duduk bersama-sama

untuk memecahkan masalah dan memikirkan bagaimana mengatasi akibat pada

masa yang akan datang. Proses perwujudan keadilan restoratif (restorative justice)

pada dasarnya dilakukan melalui diskresi (kebijaksanaan) dan diversi, yaitu

pengalihan dari proses peradilan pidana ke luar proses formal untuk diselesaikan

secara musyawarah.7

Dengan menggunakan konsep keadilan restoratif (restorative justice), hasil

yang diharapkan ialah berkurangnya jumlah anak-anak yang ditangkap, ditahan,

dan divonis penjara; menghapuskan stigma/cap dan mengembalikan anak menjadi

manusia normal sehingga diharapkan dapat berguna kelak di kemudian hari;

pelaku pidana anak dapat menyadari kesalahannya sehingga tidak mengulangi

perbuatan; mengurangi beban kerja polisi, jaksa, rutan, pengadilan, dan lapas;

menghemat keuangan Negara; tidak menimbulkan rasa dendam karena pelaku

dimaafkan oleh korban; korban cepat mendapatkan ganti kerugian;

memberdayakan orang tua dan masyarakat dalam mengatasi kenakalan anak; dan

pengintegrasian kembali anak kedalam masyarakat.8

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Karena dalam penelitian ini akan

menjelaskan atau menggambarkan bagaimana konsep keadilan restoratif

(restorative justice) diterapkan untuk menyelesaikan perkara anak yang

berhadapan dengan hukum serta respon dari aparat penegak hukum terhadap

                                                            7 Rika Saraswati, 2009, Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 135. 8 Ibid, hal. 135-136.

Page 10: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

5  

konsep keadilan restoratif. Metode pendekatan yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah metode pendekatan normatif empiris. Sementara untuk

metode pengumpulan data, menurut Soerjono Soekanto dalam penelitian lazimnya

dikenal tiga jenis alat pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka,

pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview,9 untuk penelitian ini

peneliti menggunakan studi dokumen dan wawancara. Untuk menganalisis atau

membahas masing-masing rumusan masalah peneliti akan melakukan analisis

yang bersifat kualitatif karena data yang diperoleh berupa cerita dari hasil

wawancara dengan aparat penegak hukum dan teori-teori hukum tentang

perlidungan anak.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Konsep Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Dalam Penyelesaian Anak

Berhadapan Dengan Hukum.

Pancasila khususnya sila ke empat yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin

Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan” dan sila ke

lima yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Maksud

dari sila ke empat dan ke lima bahwa pada saat masyarakat dalam hal ini warga

Negara Indonesia ketika mengahadapi suatu permasalahan maka diharapkan

diselesaikan dengan jalan bermusyawarah dengan tujuan tercapainya suatu

keadilan dalam masyarakat, karena adanya proses diskusi dari segala pihak guna

menyampaikan pendapat jadi tidak ada perlakuan sewenang-wenang.

Penyelesaian masalah dengan musyawarah ini tentunya diharapkan dapat

diterapkan untuk berbagai masalah di berbagai bidang seperti bidang ekonomi,

sosial, politik dan hukum termasuk penyelesaian terhadap anak yang berkonflik

dengan hukum yang merupakan fokus dari penelitian ini.

Penyelesaian dengan jalan musyawarah terhadap anak yang berkonflik dengan

hukum dilakukan karena mengingat anak merupakan aset yang berharga bagi

suatu kelanjutan kehidupan, sehingga ketika ada anak yang berkonflik dengan

hukum tidak cukup hanya terhenti dalam penjatuhan sanksi, tanpa tau apa

                                                            9 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: RajaGrafindo Persada, hal. 67.

Page 11: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

6  

penyebabnya si anak melakukan perbutan pidana. Untuk mengetahui apa yang

mendorong si anak untuk berbuat jahat maka diperlukanlah dialog, yang mana

dialog ini melibatkan semua pihak seperti pelaku, korban, keluarga pelaku dan

korban, aparat penegak hukum sebagai penengah dan tokoh masyarakat. Hal

tersebut dilakukan terkait bahwa anak sebagai pelaku tindak pidana tidak hanya

terdorong dari dalam diri si anak, terkadang terpengaruh juga oleh keadaan

lingkungan baik keluarga maupun masyarakat, ini tidak terlepas dari sifat dasar

seorang anak yang belum mempunyai pola pikir yang matang sehigga ia dalam

mengambil keputusan dan bertindak kurang perhitungan.

Berdasarkan hal tersebut menurut peneliti, anak yang terlibat dalam kasus

hukum perlu adanya solusi tersendiri mengingat anak adalah future generation

(penerus masa depan) sehingga perlu dipertimbangkan untuk pemenuhan hak–

haknya. Solusi yang tepat saat ini adalah penyelesaian di luar peradilan yang dapat

mencerminkan keadilan restoratif.

Keadilan merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dengan perjalanan

perkembangan manusia, terlebih perkembangan dalam bidang hukum, dikatakan

demikian karena hukum dibuat untuk memberikan kepastian terwujudnya

keadilan dalam masyarakat. Berikut keadilan menurut beberapa ahli serta ajaran

agama. Menurut Hans Kelsen keadilan dapat dimaknai sebagai legalitas, keadilan

dalam arti legalitas adalah suatu kualitas yang tidak berhubungan dengan isi tata

aturan positif, tetapi dengan pelaksanaannya. Jadi adil atau tidak adil berarti legal

atau ilegal, yaitu tindakan tersebut sesuai atau tidak dengan norma hukum

positif.10 Menurut John Rawls keadilan adalah kesetaraan, namun juga berupa

ketidak setaraan sosial dan ekonomi disusun sedemikian rupa agar mereka dapat

memberikan keuntungan terbesar bagi pihak yang kurang beruntung dan

kesetaraan yang adil terhadap kesempatan, dilekatkan pada jawatan dan jabatan

kepemerintahan yang terbuka bagi semua orang.11

                                                            10 Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, 2006, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta: Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, hal. 17-23. 11 Karen Leback, 2012, Teori-Teori Keadilan (Six Theories of Justice), Bandung: Nusa Media, hal. 53-57.

Page 12: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

7  

Sementara itu, menurut ajaran Islam berdasar penelitian M. Quraish Shihab,12

paling tidak ada empat makna keadilan. Pertama, ‘adl dalam arti “sama”, Kedua,

‘adl dalam arti “seimbang”. Ketiga, ‘adl dalam arti “perhatian terhadap hak

individu dan memberikan hak itu kepada setiap pemiliknya”. Keempat, ‘adl dalam

arti yang dinisbahkan kepada Allah.

Menurut ajaran Hindu, Tuhan menciptakan hukum yang murni dan abadi

bersifat absolute berlaku bagi semua ciptaan-Nya. Hukum itu disebut hukum rta,

rta berasal dari bahasa sansekerta yang artinya adil, tuhan sebagai pencipta dan

pengendali hukum rta disebut rtawan. Contoh hukum rta; adanya siklus

kehidupan. Apabila rta tidak dijalankan maka akan terjadi ketidak seimbangan

atau keharmonisan dalam kehidupan ini.13 Selain itu keadilan juga tercermin di

dalam hukum karmaphala, “Karma” yang maksudnya ialah segala gerak atau

aktivitas yang dilakukan, disengaja atau tidak, baik atau buruk, benar atau salah,

Hukum sebab akibat inilah yang disebut dengan hukum karmaphala. Jadi setiap

orang berbuat baik (subha karma), pasti akan menerima hasil dari perbuatan

baiknya, demikian pula sebaliknya, setiap yang berbuat buruk (acubha karma)

maka keburukan itu sendiri tidak akan terelakkan dan pasti akan diterima.14

Dari penjelasan keadilan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

keadilan terdiri bebarapa unsur yang sama diantaranya: (1) Kesetaraan,

maksudnya setiap orang mendapat perlakuan yang sama sesuai dengan hak-hak

yang melekat padanya tanpa memandang status. (2) Keseimbangan, (3)

Pertanggung jawaban, dan (4). Kemanfaatan.

Sementara konsep asal dari praktik keadilan restoratif berasal dari praktik

pemelihara perdamaian yang digunakan suku bangsa Maori, penduduk asli

selandia baru. Menurut Helen Cowei dalam Hadi Supeno, keadilan restoratif pada

intinya terletak pada konsep komunitas yang peduli dan inklusif. Bilamana timbul

konflik, praktik restoratif akan menangani pihak pelaku, korban, dan Negara                                                             12 Ibrahim Lubis, 2012, Pengertian Keadilan Dalam Alquran, dalam http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/02/keadilan-dalam-alquran.html, di unduh Jumat, 17 Mei 2013 pukul 09:20. 13 Didik , 2012, Hukum Dalam Rangka Menegakkan Keadilan, dalam http://dikdiklove.blogspot.com/2012/02/hukumdalam-rangka-menegakkan-keadilan.html, diunduh Jumat, 17 Mei 2013 pukul 09:20. 14 Anak Agung Gde Oka Netra, 2001, Tuntunan Dasar Agama Hindu, Jakarta: Hanuman Sakti, hal. 28-29.

Page 13: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

8  

melalui aparat penagak hukumnya komunitas tersebut, yang secara kolektif

memecahkan masalah. Tujuannya adalah memperbaiki kerusakan, memulihkan

kualitas hubungan, dan memfasilitasi reintegrasi para pihak yang terlibat dan

terkait. Praktik keadilan restoratif lebih menekankan kepada para pelaku dan

korban, sehingga penyelesaiannya tidak sekedar berhenti pada penghukuman

pelaku, tetapi pencapaian kedewasaan pada para pihak terkait untuk memperkuat

kualitas hubungan untuk kurun waktu yang lebih panjang.15 Halen Cowie dan

Dawn Jeniffer dalam Hadi Supeno mengidentifikasikan aspek-aspek utama

keadilan restoratif sebagai berikut: (1) Perbaikan, (2) Pemulihan hubungan, dan

(3) Reintegrasi, pada tingkatnya yang terluas, memberikan arena tempat anak dan

orang tua dapat memperoleh proses yang adil. Maksudnya agar mereka belajar

tentang konsekuensi kekerasan dan kriminalitas serta memahami dampak perilaku

mereka terhadap orang lain. 16 

Dari pengertian teori kedilan serta kedilan restoratif (Restorative Justice)

maka dapat dilihat bahwa keadilan restoratif ini memenuhi prinsip-prinsip

keadilan yakni kesetaraan, keseimbangan, pertanggung jawaban dan kemanfaatan

dikatakan demikian karena dalam penyelesaian perkara anak yang berkonflik

dengan hukum melibatkan semua elemen yakni korban yang telah dirugikan hak-

haknya oleh pelaku, juga pelaku yang seharusnya berkewajiban untuk menghargai

hak-hak korban tapi malah dilanggarnya selain itu keluarga dan masyarakat yang

mewujudkan suatu pertanggung jawaban atas si anak yang telah melakukan

perbuatan jahat tersebut, keluarga dan masyarakat berhak tau sekaligus turut

bertanggung jawab kenapa dilingkungannya bisa sampai terjadi peristiwa tersebut

serta negara berkaitan dengan perlindungan anak, terhadap anak yang berhadapan

dengan hukum.

Dilihat dari kemanfaatanya penyelesaian perkara anak yang berkonflik

dengan hukum, dengan cara keadilan restoratif yakni di luar peradilan formil,

menghindarkan anak dari proses peradilan yang panjang serta menghindarkan

anak dari tekanan secara psikis selain itu juga kemungkinan untuk dikenai sanksi

                                                            15 Hadi Supeno, Hadi Supeno, 2010, Kriminalisasi Anak (Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak Tanpa Pemidanaan), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hal 196. 16 Ibid, hal 203.

Page 14: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

9  

pidana juga terminimalisir. Disisi lain dengan penyelesaian yang melibatkan

semua elemen mulai dari korban, pelaku, keluarga, aparat penegak hukum dan

masyarakat akan diketahui apa yang sebenarnya menjadi permasalahan utama,

dengan dikatahui hal tersebut maka akan dapat diperbaiki sebagai langkah

preventif atau pencegahan supaya perbuatan anak tidak terulang lagi serta tidak

terjadi pada anak-anak lainnya.

Jadi konsep keadilan restoratif yakni berupa dialog atau duduk bersama

antara pelaku, korban, keluarga pelaku maupun korban, masyarakat dan aparat

penegak hukum guna menjamin legalitas apa-apa yang sudah disepakati di antara

masing-masing pihak guna mencari solusi dari permasalahan yang timbul. Yang

mana kesepakatan tersebut berbentuk pemulihan kerugian korban baik berupa

materiil dan imateriil yang dilakukan oleh pelaku sebagai bentuk tanggung jawab

dan perwujudan dari rasa bersalahnya pelaku, serta masyarakat ikut serta

mengawasi proses pemulihan sebagai bentuk kepedulian baik pada korban dan

pelaku. Sementara pemulihan terhadap pelaku dengan cara memperbaiki pelaku

kejahatan agar dapat diterima oleh lingkungan keluarga ataupun masyarakat

seperti sebelum pelaku melakukan kejahatan sehingga terwujud keseimbangan

dalam masyarakat.

Apabila dilihat dari segi hukum positif perihal konsep keadilan restoratif

(restorative justice) dapat dilihat dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997

tentang Pengadilan Anak, secara tersirat Undang-Undang ini sudah megajarkan

tentang keadilan restoratif (restorative justice), hal ini terlihat dari jenis sanksi

yang diterapkan pada anak yang berkonflik dengan hukum atau anak nakal,

didalam undang-undang tersebut terdapat sanksi tindakan selain sanksi pidana, hal

ini dicantumkan secara tegas di dalam Pasal 22 Undang-Undang No 3 Tahun 1997

tentang Pengadilan Anak.

Keadilan restoratif (restorative justice) dalam Undang-Undang No. 3 Tahun

1997 tentang Pengadilan Anak menurut hemat penulis telah ada dengan

dimasukkannya sanksi yang berupa tindakan, macam sanksi demikian ini jika

dikaitkan dengan pendapat bapak Johny Aswar selaku hakim anak di pengadilan

negeri Surakarta yang menyatakan “menyelesaikan perkara anak yang berkonflik

dengan hukum atau anak yang di duga melakukan tindak pidana dengan

Page 15: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

10  

memulihkan kerugian korban serta menjauhkan anak dari sanksi pemidanaan

tetapi tidak juga menghapuskan pertanggung jawaban si anak pelaku tindak

pidana atas perbuatan yang telah dilakukan, dengan pemberian sanksi berupa

tindakan.“17 ini menunjukan bahwa sanksi berupa tindakan menurut beliau

mempunyai tujuan yang sama dengan keadilan restoratif yakni menjauhkan anak

yang berkonflik dengan hukum dari sanksi pemidanaan serta memberikan sanksi

yang bermanfaat bagi masa depan si anak. Penyusunan Undang-Undang No. 3

Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak ada paradigma menuju kearah keadilan

restoratif. Namun disatu sisi Undang-Undang Pengadilan Anak sama sekali belum

mengakomodir konvensi hak anak khususnya pada pasal 37 huruf b18 karena

dalam praktik setiap anak yang dimajukan ke Pengadilan selama ini diproses

melalui pengadilan, sebagaimana tergambar dalam table dibawah ini.

Sumber Data Dari Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan Di Kota Surakarta

Tahun Jumlah perkara anak yang di

sidangkan di Pengadilan Negeri

Surakarta Keterangan

2012 5 (lima) orang anak 1. Tiga kasus pencurian.

2. Dua kasus pencabulan.

2013 5 (lima) orang anak

1. Satu kasus penggelapan.

2. Satu kasus perjudian.

3. Satu kasus kekerasan.

4. Dua kasus pencabulan.

                                                            17 Johny Aswar, Hakim Anak Pengadilan Negeri Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta, 13 Maret 2013, pukul 11:00 WIB. 18 Bunyi Pasal 37 huruf b “Tidak seorang anakpun akan kehilangan kebebasannya secara tidak sah dan sewenang-wenang. Penangkapan, penahanan atau penghukuman anak akan disesuaikan dengan undang-undang dan akan dugunakan hanya sebagai langkah terakhir dan untuk masa yang paling singkat dan layak.”  

Page 16: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

11  

Respon Aparat Penegak Hukum Terhadap Keadilan Restoratif (Restorative

Justice) Dalam Rangka Penyelesaian Anak Berhadapan Dengan Hukum.

1. Respon Polisi (Kepolisian Resor Kota Surakarta) Terhadap Konsep

Keadilan Restoratif (Restorative Justice)

Polresta Surakarta dalam menangani perkara anak, telah membentuk unit

tersendiri namun masih bagian dari reskrim, unit tersebut diberi nama unit

Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA). Unit PPA bukan merupakan suatu

unit baru dalam organisasi Polri, karena sebelumnya unit ini dinamakan

rendawan (Remaja, Pemuda dan Wanita) yang berada di bawah naungan

fungsi Binmas (Pembinaan Masyarakat dan sekarang dinamakan Binamitra).

Sesuai dengan namanya unit ini difokuskan pada penanganan wanita dan

anak yang rentan terhadap perilaku kekerasan baik secara fisik maupun

seksual, ini dikarenakan posisi mereka yang lemah dalam masyarakat. 19

Penyelesaian perkara yang melibatkan anak sebagai pelaku tindak pidana

dengan sistem keadilan restoratif bagi Polresta Surakarta khususnya unit PPA

bukan suatu hal yang baru atau asing, hal ini dikarenakan sudah ada untuk

beberapa kasus yang melibatkan anak sebagai pelaku tindak pidana yang

diselesaikan dengan jalan damai tidak diproses ketingkat penuntutan. Namun

demikian perkara-perkara yang diselesaikan dengan melibatkan korban dan

pelaku secara aktif masih terbatas dengan perkara tertentu saja semisal hanya

dalam kasus tindak pidana ringan seperti pencurian, perkelahian sesama anak.

Sementara untuk kasus yang berat seperti pembunuhan, kejahatan asusila

belum pernah ada yang diselesaikan dengan sistem keadilan restoratif yang

melibatkan secara langsung baik keluarga korban maupun keluarga pelaku,

kebanyakan perkara tindak pidana berat diselesaikan hingga tingkat

pengadilan.

2. Respon Jaksa (Kejaksaan Negeri Kota Surakarta) Terhadap Konsep

Keadilan Retoratif (Restorative Justice)

Jaksa sangat mendukung dengan adanya sistem keadilan restoratif yang

diterapkan dalam rangka penanganan perkara anak yang berhadapan dengan                                                             19 Sri Rayahu, Kanit PPA Polresta Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta, 18 Februari 2013, pukul 13:00 WIB.  

Page 17: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

12  

hukum khususnya anak sebagai pelakunya. Meskipun demikian tidak semua

kasus yang melibatkan anak dapat diselesaikan dengan sistem atau konsep

keadilan restoratif ini serupa dengan konsep mediasi penal. Untuk kasus atau

perkara tindak pidana tertentu terutama yang bukan merupakan kasus-kasus

pidana berat masih dapat untuk diselesaikan dengan cara restoratif.

Kasus-kasus tindak pidana tertentu yang melibatkan anak sebagai pelaku

menurut Jaksa kurang tepat apabila diselesaikan dengan cara restoratif, hal ini

dikarenakan mempertimbangkan rasa keadilan dari pihak korban, perkara

tersebut diantaranya adalah perkara asusila, pembunuhan atau perbuatan yang

mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain dan narkotika. Untuk perkara-

perkara tersebut kurang tepat apabila diselesaikan dengan cara restoratif

dikarenakan akibat atau dampak dari perbuatan itu sudah sangat merugikan

dan meresahkan sehingga apabila pelanggaran hukum pidana itu diselesaikan

dengan konsep keadilan restoratif maka akan dikhawatirkan adanya sikap

meremehkan. Selain itu adanya perbuatan dari pihak-pihak yang tidak

bertanggungjawab yang bisa jadi memanfaatkan anak-anak utuk melakukan

kejahatan tersebut.

Harapan dari Jaksa mengenai sistem keadilan restoratif ialah segera untuk

dilaksanakan dan peraturan pelaksananya untuk secapatnya di buat, guna

mempermudah aparat pada saat menerapkannya, jadi diharapkan untuk secara

jelas diatur perkara-perkara apa saja yang dapat diselesaikan dengan

restoratif, supaya tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam dari

aparat.

3. Respon Hakim Anak (Pengadilan Negeri Surakarta) Terhadap Konsep

Keadilan Restoratif (Restorative Justice)

Beliau (Johny Aswar)20 sebagai hakim anak sangat mendukung dengan

adanya sistem keadilan restoratif guna menyelesaikan perkara anak yang

berhadapan dengan hukum khususnya bagi anak yang berkonflik dengan

hukum atau seorang anak yang diduga melakukan tindak pidana. Keadilan

restoratif merupakan penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan                                                             20 Johny Aswar, Hakim Anak Pengadilan Negeri Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta, 13 Maret 2013, pukul 11:00 WIB.  

Page 18: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

13  

pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk

bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan

pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan. Jadi dengan

sistem keadilan restoratif menjauhkan anak yang berkonflik dengan hukum

dari sanksi pidana atau pemenjaraan sementara untuk korban segera

terpulihkan kerugian karena dalam hal ini dapat diketahui apa yang dialami

korban secara langsung dengan keterlibatan korban untuk menyelesaikan

perkara. Dalam “Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Pidana

Umum dan Pidana Khusus” yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung

Republik Indonesia tahun 2008 menyatakan bahwa terhadap terdakwa anak

sedapat mungkin tidak dijatuhi pidana penjara.

Pada dasarnya sebagai hakim yang menangani perkara anak yang

berkonflik dengan hukum, sangat mendukung serta mendorong untuk segera

diterapkannya dan dikeluarkannya peraturan pelaksana guna pelaksanaan

sistem keadilan restoratif sehingga hakim mempunyai pijakan untuk

melaksanakan konsep keadilan restoratif. Selain itu mengingat hubungan

antara orang tua dengan anaknya merupakan suatu hubungan yang hakiki,

baik hubungan psikologis maupun mental spiritualnya, maka dalam

menjatuhkan pidana atau tindakan terhadap anak nakal diusahakan agar anak

dimaksud jangan dipisahkan dari orang tuanya. Apabila karena hubungan

antara orang tua dan anak kurang baik, atau karena sifat perbuatannya sangat

merugikan masyarakat sehingga perlu memisahkan anak dari orang tuanya,

hendaklah tetap dipertimbangkan bahwa pemisahan tersebut semata-mata

demi pertumbuhan dan perkembangan anak secara sehat dan wajar.

PENUTUP

Kesimpulan

Konsep keadilan restoratif (Restorative Justice) ialah suatu konsep yang

dilandasi dengan musyawarah guna menyelesaikan maslah atau konflik dalam

bidang hukum yang melibatkan semua eleman mulai dari korban, pelaku,

keluarga, masyarakat serta aparat penegak hukum untuk kasus yang sangat serius.

Page 19: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

14  

Konsep keadilan restoratif (Restorative Justice) menyelesaikan perkara anak yang

berkonflik dengan hukum di luar proses perdilan formal.

Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak telah secara

tersirat sudah mengarah pada keadilan restoratif, hal ini dapat dilihat dari jenis

sanksi yang ada, karena undang-undang pengadilan anak mencantumkan sanksi

tindakan selain sanksi pidana. Namun demikian Undang-Undang No 3 Tahun

1997 tentang Pengadilan Anak belum mengakomodir ketentuan yang ada dalam

Konvensi Hak-Hak Anak khususnya pasal 37 huruf b.

Respon dari aparat penegak hukum khususnya di kota Surakarta mengenai

keadilan restoratif cukup positif. Kepolisian, penerapan keadilan restoratif lebih

mendekati pada konsep keadilan restoratif yakni dengan melibatkan anak sebagai

pelaku dan korban (anak atau dewasa) serta keluarga baik dari pihak pelaku

maupun korban yang mana kedua pihak duduk bersama dengan penengahnya

adalah aparat kepolisian khususnya dari unit Pelayanan Perempuan dan Anak

(PPA), jadi benar-benar di selesaikan diluar proses peradilan. Hakim, penerapan

keadilan restoratif dilakukan dengan memberikan sanksi pada si anak berupa

sanksi tindakan. Sanksi berupa tidakan ini mempunyai tujuan yang sama dengan

keadilan restoratif yakni menjauhkan anak dari sanksi berupa pemidanaan yang

sifatnya lebih kepada pemberian penderitaan serta perampasan kemerdekaan si

anak.

Saran

Perlu adanya diklat tentang implementasi keadilan restoratif (restorative

justice) bagi jajaran aparat penegak hukum dari tinggkat kepolisian sampai

dengan hakim dan bisa jadi advokat, khususnya di wilayah hukum Kota Surakarta.

Perlu adanya divisi atau bagian atau focal point tentang penanganan perkara

anak ditingkat kejaksaan sebagaimana di kepolisian yang diberi nama unit

Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA). Jadi para petugasnya benar-benar terlatih

serta mempunyai perhatian khusus terhadap penanganan anak yang berkonflik

dengan hukum, guna menjalankan sistem keadilasn restoratif.

Page 20: RESPON APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP KEADILAN

15  

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Asshiddiqie, Jimly dan M. Ali Safa’at, 2006, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,

Jakarta: Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Hamzah, Andi, 2010, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Renika Cipta. Leback, Karen, 2012, Teori-Teori Keadilan (Six Theories of Justice), Bandung:

Nusa Media. Marlina, 2009, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia (Pengembangan konsep

Diversi dan Restorative Justice), Bandung: Refika Aditama. Nashriana, 2011, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, Jakarta:

RajaGrafindo Persada. Netra, Anak Agung Gde Oka, 2001, Tuntunan Dasar Agama Hindu, Jakarta:

Hanuman Sakti. Saraswati, Rika, 2009, Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia, Bandung: Citra

Aditya Bakti. Supeno, Hadi, 2010, Kriminalisasi Anak (Tawaran Gagasan Radikal Peradilan

Anak Tanpa Pemidanaan), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Surbakti, Natangsa, 2012, Dari Keadilan Retributif Ke Keadilan Restoratif

(Rangkuman Hasil Penelitian Penyelesaian Perkara Pidana dengan Pendekatan Keadilan Restoratif), Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Didik , 2012, Hukum Dalam Rangka Menegakkan Keadilan, dalam

http://dikdiklove.blogspot.com/2012/02/hukumdalam-rangka-menegakkan-keadilan.html, diunduh Jumat, 17 Mei 2013 pukul 09:20.

Lubis, Ibrahim, 2012, Pengertian Keadilan Dalam Alquran, dalam http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/02/keadilan-dalam-alquran.html, diunduh Jumat, 17 Mei 2013 pukul 09:20.

Priliawito, Eko dan Luqman Rimadi, 2011, Anak Indonesia Mendekam di

Penjara, dalam http://metro.news.viva.co.id/news/read/273781-4-622-anak-indonesia-mendekam-di-penjara, diunduh Rabu, 03 Oktober 2012. pukul 15:05.