reservoar batuan karbonat

20
A. Pengertian Batuan Karbonat Gambar 1. Penampang melintang batuan sediment di laut (Ftrihidayah.wordpress.com) Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan (lebih dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum meliputi Batugamping dan Dolomit. Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada proses tersebut, organism turut berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain, dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi dolomite). Seluruh proses pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada lingkungan laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat. Batuan karbonat memiliki nilai ekonomi yang penting, sebab mempunyai porositas yang memungkinkan untuk terkumpulnya minyak dan gas alam, terutama batuan karbonat yang telah mengalami proses dolomitisasi, sehingga hal ini menjadikan perhatian khusus pada geologi minyak bumi. Disamping sebagai reservoir minyak dan

Upload: dhaviiedt-diamonz

Post on 19-Dec-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

carbonates rock

TRANSCRIPT

Page 1: Reservoar Batuan Karbonat

A. Pengertian Batuan Karbonat

Gambar 1. Penampang melintang batuan sediment di laut(Ftrihidayah.wordpress.com)

Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan (lebih dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum meliputi Batugamping dan Dolomit.

Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada proses tersebut, organism turut berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain, dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi dolomite).

Seluruh proses pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada lingkungan laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat.Batuan karbonat memiliki nilai ekonomi yang penting, sebab mempunyai porositas yang memungkinkan untuk terkumpulnya minyak dan gas alam, terutama batuan karbonat yang telah mengalami proses dolomitisasi, sehingga hal ini menjadikan perhatian khusus pada geologi minyak bumi. Disamping sebagai reservoir minyak dan gas alam, batuan karbonat juga dapat berfungsi sebagai reservoir airtanah, dan dengan adanya porositas dan permeabilitasnya serta mineral-mineral batuan karbonat yang mudah untuk bereaksi maka batuan karbonat dapat menjadi tempat berkumpulnya endapan-endapan bijih.

Karena pantingnya Batuan karbonat sebagai batuan yang dapat menyimpan mineral ekonomis maka penting untuk mengatahui genesa, dan energi yang mempengaruhi pembentukan batuan karbonat tersebut, sehingga dapat diperoleh gambaran untuk kegiatan eksplorasi.

Page 2: Reservoar Batuan Karbonat

Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan (lebih dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum meliputi Batugamping dan Dolomit.

Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada proses tersebut, organism turut berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain, dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi dolomite).

Seluruh proses pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada lingkungan laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat.Batuan karbonat memiliki nilai ekonomi yang penting, sebab mempunyai porositas yang memungkinkan untuk terkumpulnya minyak dan gas alam, terutama batuan karbonat yang telah mengalami proses dolomitisasi, sehingga hal ini menjadikan perhatian khusus pada geologi minyak bumi. Disamping sebagai reservoir minyak dan gas alam, batuan karbonat juga dapat berfungsi sebagai reservoir airtanah, dan dengan adanya porositas dan permeabilitasnya serta mineral-mineral batuan karbonat yang mudah untuk bereaksi maka batuan karbonat dapat menjadi tempat berkumpulnya endapan-endapan bijih.Karena pantingnya Batuan karbonat sebagai batuan yang dapat menyimpan mineral ekonomis maka penting untuk mengatahui genesa, dan energi yang mempengaruhi pembentukan batuan karbonat tersebut, sehingga dapat diperoleh gambaran untuk kegiatan eksplorasi.

B. Klasifikasi batuan karbonatSecara umum, klasifikasi batuan karbonat ada 2 macam, yaitu: klasifikasi deskriptif

dan klasifikasi genetik. Klasifikasi deskriptif merupakan klasifikasi yang didasarkan pada sifat-sifat batuan yang dapat diamati dan dapat ditentukan secara langsung, seperti fisik, kimia, biologi, mineralogi atau tekstur. Klasifikasi genetik merupakan klasifikasi yang lebih menekankan pada asal usul batuan.

1. Klasifikasi Grabau (1904)Menurut klasifikasi Grabau, batugamping dapat dibagi menjadi 5 macam, yaitu:a) Calcirudite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih besar daripada pasir

(>2 mm).b) Calcarenite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya sama dengan pasir (1/16

2 mm).c) Calcilutite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari pasir

(<1/16 mm).d) Calcipulverite, yaitu batugamping hasil presipitasi kimiawi, seperti

batugamping kristalin.e) Batugamping organik, yaitu hasil pertumbuhan organisme secara insitu sepertif) terumbu dan stromatolite.

Page 3: Reservoar Batuan Karbonat

2. Klasifikasi Folk (1959)Parameter utama yang dipakai pada klasifikasi ini adalah tekstur deposisi. Folk

menyatakan bahwa proses pengendapan batuan karbonat dapat disebandingkan dengan proses pengendapan batupasir atau batulempung.Menurut Folk ada 3 macam komponen utama penyusun batugamping yaitu:

a) Allochem, yaitu material karbonat sebagai hasil presipitasi kimiawi ataubiokimia yang telah mengalami transportasi (intrabasinal), analog denganbutiran pasir atau gravel pada batuan asal daratan. Allochem ada 4 macam yaituintraclast, oolite, pelet dan fosil.

b) Microcrystalline calcite ooze (micrite), yaitu material karbonat yang berdiameter 1-4 mikron, translucent, dan berwarna kecoklatan (dalam asahan tipis). Sedangkan dalam handspecimen, micrite bersifat opak dan dull, berwarna pitih, abu-abu, abu-abu kecoklatan atau hitam. Micrite analog deengan lempung pada batulempung atau matrik lempung pada batupasir.

c) Sparry calcite (sparite), yaitu komponen yang berbentuk butiran atau kristal yang berdiameter >/= 4 mikron (4-10 mikron) dan memperlihatkan kenampakan yang jernih dan mozaik dalam asahan tipis, berfungsi sebagai pore filling cement. Sparite analog dengan semen pada clean sandstone. Berdasarkan perbandingan relative antara allochem, micrite dan sparite serta jenis allochem yang dominan, maka Folk membagi batugamping menjadi 4 famili. Batugamping tipe I dan II disebut sebagai allochemical rock (allochem> 10%), sedangkan batugamping tipe III disebut sebagai orthochemical rock(allochem =/< 10%). Batas ukuran butir yang digunakan oleh Folk untuk membedakan antara butiran (allochem) dan micrite adalah 4 micron (lempung).

Batugamping tipe I analog dengan batupasir/konglomerat yang tersortasi bagus dan terbentuk pada high-energy zone, batugamping tipe II analog dengan batupasir lempungan atau konglomerat lempungan dan terbentuk pada low-energy zone, dan batugamping tipe III analog dengan batulempung dan terbentuk pada kondisi tenang (lagoon). Prosedur pemberian nama batuan menurut Folk adalah:

1) Jika intraclast > 25% intraclastic rock2) Jika intraclast =/< 25%, lihat prosentase oolite-nya3) Jika oolite >25% oolitic rock4) Jika intraclast =/<25% dan oolite =/<25%, lihat perbandingan antara fosil5) dengan pelet, yaitu: a) fosil:pellet > 3:1 biogenic rock, b) fossil:pellet < 3:16) pellet rock, c) fossil:pellet = 3:1 – 1:3 biogenic pellet rock.

Aturan penamaan batuan adalah sebagai berikut: kata pertama adalah jenis allochem yang dominan dan kata kedua adalah jenis orthochem yang dominan, contoh: intrasparite, biomicrite, dll.

Page 4: Reservoar Batuan Karbonat

3. Klasifikasi Dunham (1962)Dunham membuat klasifikasi batugamping berdasarkan tekstur deposisi

batugamping, yaitu tekstur yang terbentuk pada waktu pengendapan batugamping, meliputi ukuran butir dan susunan butir (sortasi). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pengklasifikasian batugamping berdasarkan teksturdeposisinya, yaitu:

a) Derajat perubahan tekstur pengendapanb) Komponen asli terikat atau tidak terikat selama proses deposisic) Tingkat kelimpahan antar butiran (grain) dan lumpur karbonat

      Berdasarkan ketiga hal tersebut di atas, maka Dunham mengklasifikasikan

batugamping menjadi 5 macam, yaitu mudstone, wackestone, packestone, grainstone, dan boundstone. Sedangkan batugamping yang tidak menunjukkan tekstur deposisi disebut crystalline carbonate. Fabrik (supportation) grain-supported (butiran yang satu dengan yang lain saling mendukung) dan mud-supported (butiran mengambang di dalam matrik lumpur karbonat) digunakan untuk membedakan antara wackestone dan packestone. Dunham tidak memperhatikan jenis butiran karbonatnya seperti klasifikasi Folk. Batas ukuran butir yang digunakan oleh Dunham untuk membedakan antara butiran dan lumpur karbonat adalah 20 mikron (lanau kasar). Klasifikasi batugamping yang didasarkan pada tekstur deposisi dapat dihubungkan dengan fasies terumbu dengan tingkat energi yang bekerja, sehingga dapat untuk interpretasi lingkungan pengendapan.

4. Klasifikasi Embry and Klovan (1971)Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur pengendapan dan merupakan

pengembangan dari klasifikasi Dunham (1962) yaitu dengan menambahkan kolom khusus pada kolom boundstone, menghapus kolom crystalline carbonate, dan membedakan % butiran yang berdiameter </= 2 mm dari butiran yang berdiameter > 2m, Dengan demikian klasifikasi Embry and Klovan seluruhnya didasarkan pada tekstur pengendapan dan lebih tegas di dalam ukuran butir yaitu ukuran grain =/>0,03 – 2 mm dan ukuran lumpur karbonat <0,03 mm. Berdasarkan cara terjadinya, Embry & Klovan membagi batugamping menjadi dua kelompok, yaitu batugamping allochton dan batugamping autochton. Batugamping autochton adalah batugamping yang komponen penyusunnya berasal dari organisme yang saling mengikat selama pengendapannya. Batugamping ini dibagi menjadi 3 yaitu: bafflestone (tersusun oleh biota berbentuk cabang), bindstone (tersusun oleh biota berbentuk menegrak atau lempengan) dan framestone (tersusun oleh biota berbentuk kubah atau kobis). Batugamping allochton adalah batugamping yang komponennya berasal dari sumbernya oleh fragmentasi mekanik, kemudian mengalami transportasi dan diendapkan kembali sebagai partikel padat. Batugamping ini dibagi menjadi 6 macam

Page 5: Reservoar Batuan Karbonat

yaitu: mudstone, wackestone, packetone, grainstone, floatstone danrudstone. Dengan demikian klasifikasi Embry & Klovan sangat tepat untuk mempelajari fasies terumbu dan tingkat energi pengendapan.

5. Klasifikasi Embry & Klovan (1971)

Gambar 2.klasifikasi batuan karbonat menurut embry klovan

(http://ptbudie.files.wordpress.com/2010/12/)

Batuan sedimen yang diklasifikasikan oleh Embry & Klovan pada tahun 1971 adalah

batuan sedimen karbonat, yaitu batuan sedimen dengan komposisi yang dominan (lebih dari

50%) terdiri dari mineral karbonat, meliputi batugamping dan dolomit. Batuan karbonat

adalah batuan denga tekstur yang beraneka ragam, struktur serta fosil. Hal tersebut dapat

menginformasikan beberapa hal penting mengenai lingkungan laut purba, kondisi

paleoekologi, serta evolusi bentuk dari organisme laut.

Dalam klasifikasi batuan karbonat yang dilakukan oleh Embry & Klovan, tekstur batuan

yang terbentuk saat pengendapanlah yang menjadi dasar pengklasifikasian. Namun perlu

diketahui bahwa sebelum Embry & Klovan mengklasifikasikan batuan karbonat, Dunham

pada tahun 1962 dan Folk pada tahun 1959 dan sebenarnya pengklasifikasian batuan

karbonat yang dilakukan oleh Embry & Klovan merupakan pengembangan dari klasifikasi

batuan karbonat oleh Dunham (1962). Untuk itu, sebelum membicarakan mengenai

Klasifikasi Batuan Karbonat oleh Embry & Klovan, akan terjadi kesalahan jika tidak

membicarakan mengenai Klasfikasi Dunham.

Page 6: Reservoar Batuan Karbonat

Dunham (1962) mengklasifikasikan batuan karbonat berdasarkan pada struktur deposisi

dari batugamping. Dasar yang dipakai oleh Dunham dalam menentukan tingkat energi

adalah fabrik batuan. Jika batuan memiliki fabrik mud supported dapat diinterpretasikan

bahwa batuan ini terbentuk pada energi pengendapan yang relatif kecil karena menurut

Dunham, lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan yang berarus tenang.

Sebaliknya, jika batuaan memiliki fabrik grain supported maka batuan terbentuk pada energi

yang cukup tinggi sehingga hanya material-material berukuran besar yang dapat mengendap.

Klasifikasi Dunham ini kemudian dikembangkan oleh Embry & Klovan pada tahun

1971 dengan membagi batugamping menjadi 2 kelompok besar, yaitu autochtonus limestone

dan allochtonus limestone berupa batugamping yang komponen-komponen penyusunnya

tidak terikat secara organis selama proses deposisi.

Sebenarnya Dunham telah menggunakan allohtonus dan autochtonus sebagai dasar

klasifikasi, namun Dunham tidak mengklasifikasikannya secara terperinci. Dunham hanya

memakainya sebagai dasar pengklasifikasiannya saja antara batugamping yang tidak terikat

(packstone, mudstone, wackestone, grainstone) dan terikat (boundstone). Sedangkan Embry

& Klovan membagi lagi boundstone menjadi 3 kelompok, yaitu framestone, bindstone, dan

bafflestone, berdasarkan atas komponen utama terumbu yang berfungsi sebagai perangkap

sedimen. Selain itu juga ditambahkan nama kelompok batuan yang mengandung komponen

berukuran lebih dari 2 mm sebanyak 10%. Nama batuannya adalah rudstone dan floatsone.

1) Penggunaan Klasifikasi Embry & Klovan (1971)

            Klasifikasi Embry & Klovan (1971) sebenarnya lebih cocok digunakan pada saat

pengamatan langsung di lapangan dengan menggunakan lup. Berikut adalah penjelasan

penggunaan klasifikasinya :

a) Allochtonus

Allochtonus berarti jika komponen atau material terlihat terikat secara organis tidak

selama proses deposisi. Dan pada batuan mengandung material-material yang

berukuran lebih dari 2 mm sebanyak lebih dari 10%, batuan yang

bersifat allochtonus oleh Embry & Klovan (1971) dibagi lagi menjadi 2, yaitu :

– Matrix supported

Yaitu jika batuan mengandung material-material yang berukuran lebih dari 2 mm

namun masih bersifat matrix supported atau antar butiran fragmen tidak saling

bersinggungan. Selanjutnya, nama batuannya adalah Floatsone

Page 7: Reservoar Batuan Karbonat

Gambar 3. Floatstone

(http://www.rc.unesp.br/museudpm/rochas/sedimentares/floatstone.jpg)

– Component supported

Yaitu jika batuan mengandung material-material yang berukuran lebih dari 2 mm

lebih dari 10% dan bersifat somponent supported atau antar butiran fragmennya

saling bersinggungan. Selanjutnya, nama batuannya adalah Rudstone

Gambar 4: Sayatan dari Rudstone

(http://www.rc.unesp.br/museudpm/rochas/sedimentares/rudstone.jpg)

Page 8: Reservoar Batuan Karbonat

b) Autochtonus

Berbeda dengan allochtonus, Autochtonus merupakan material-material yang terikat

secara organis selama proses deposisi. Hal ini lebih dikarenakan adanya aktivitas

organisme pada saat proses deposisi sedimen yang mengakibatkan material-material

terikat dan terkompaksi menjadi batuan.Berdasarkan sifat pengikat batuan oleh

aktivitas organisme dibedakan menjadi 3 macam antara lain :

– By organism that acts as baffle

Oleh Embry & Klovan (1971), batuan ini merupakan batuan yang material-

materialnya terikat selama proses deposisi oleh perilaku organisme yang berperan

sebagai baffle atau bersifat seperti dinding yang mengikat komponen-komponen

batuan yang lain. Nama batuannya adalah Bafflestone. Bafflestone adalah tekstur

batuan karbonat yang terdiri dari organisme penyusun yang cara hidupnya menadah

sedimen yang jatuh pada organisme tersebut. Tekstur ini dijumpai pada daerah

dengan energi sedang, batuan ini biasanya terdiri dari kerangka koral yang sedang

dalam posisi tumbuh (branching and growth position of coral) dan diselimuti oleh

lumpur karbonat.

– By organism that encrust and bind

Batuan ini merupakan batuan yang material-materialnya terikat selama proses

deposisi oleh perilaku organisme yang terjebak dan terjepit selama proses deposisi.

Nama batuannya adalah Bindstone.Bindstone adalah organisme yang menyusun

batuan karbonat dimana cara hidupnya mengikat sedimen yang terakumulasi pada

organisme tersebut. Organisme yang seperti ini biasanya hidup dan berkembang di

daerah berenergi sedang – tinggi. Batuan ini umumnya terdiri dari kerangka

ataupun pecahan-pecahan kerangka organik seperti koral, bryozoa, dll; tetapi telah

diikat kembali oleh kerak lapisan-lapisan gamping (encrustion) yang dikeluarkan

oleh ganggang merah.

– By organisms that build a rigid framework

Batuan ini merupakan batuan yang material-materialnya terikat selama proses

deposisi oleh perilaku organisme yang membentuk kerangka keras atau rigid

framework. Oleh Embry & Klovan (1971), nama batuan ini

adalah Framestone.Batuan ini tersusun atas organisme-organisme yang hidup pada

daerah dengan energi tinggi sehingga tahan terhadap gelombang dan arus.

Penyusun batuan ini adalah koral, bryozoa, dan ganggang dalam matriks yang

kurang dari 10% atau bahkan tanpa matriks.

Page 9: Reservoar Batuan Karbonat

5. Klasifikasi pettijohnMenurut Pettijohn (1975), batuan karbonat adalah batuan yang fraksi karbonatnya lebih

besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi karbonatnya >50%. Apabila fraksi karbonatnya <50% maka, tidak bisa lagi disebut sebagai batuan karbonat. Fraksi-fraksi yang umum dapat dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 Mineral Karbonat yang Umum Dijumpai

Mineral Rumus Kimia Sistem Kristal

Aragonit CaCO3 Orthorombik

Kalsit CaCO3 Heksagonal(rombohedral)

Magnesit MgCO3 Heksagonal(rombohedral)

Dolomit CuMg(CO3)2 Heksagonal(rombohedral)

Ankerit Ca(FeMg)(CO3)2 Heksagonal(rombohedral)

Siderit FeCO3 Heksagonal(rombohedral)

Endapan-endapan karbonat pada masa kini terutama tersusun oleh aragonite, disamping itu juga kalsit dan dolomite. Aragonite tersebut kebanyakan berasal dari proses biogenic(ganggang hijau atau calcareous green algae) atau hasilpresipitasi langsung dari air laut secara kimiawi. Aragonite ini bersifat tidak stabil, aslinya segera setelah terbentuk akan berubah menjadi kalsit. Oleh karena adanya proses substitusi Cu dan Mg, maka endapan kalsit pada endapan masa kini ada dua macam, yaitu :1. Low-Mg calcite, apabila kandungan MgCO3<4% dan terbentuk pada daerah yang dingin.2. High-Mg calcite, apabila kandungan MgCO3>4% dan terbentuk pada daerah yang hangat.

6. Klasifikasi Bauan SedimenPersentase penyebaran batuan sedimen di bumi ini hanya 5% dari penyebaran batuan

yang ada di bumi. Namun untuk keberadaannya di permukaan bumi, batuan sedimen tersebar sangat luas hingga menutupi ± 75% dari luas permukaan bumi dengan ketebalan beberapa centimeter sampai beberapa kilometer. 

Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dapat digolongkan menjadi enam golongan yaitu : Golongan detritus kasar, golongan detritus halus, golongan karbonat, golongan silika, golongan evaporit,  dan golongan batubara.

Page 10: Reservoar Batuan Karbonat

Gambar 5. Golongan batuan sedimen utama serta proses-proses pembentukannya(Koesoemadinata, 1985)

Berikut penjelasan dari masing-masing golongan tersebut. 

1) Golongan Detritus Kasaradalah bataun sedimen yang diendapkan dengan proses mekanis. yang termasuk kedalam golongan ini diantaranya: breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan pengendapannya pada umumnya di sungai (fluvial), kipas aluvial (aluvial van) dan sub marine van.

2) Golongan Detritus HalusGolongan ini pada umumnya diendapkan dilingkungan laut, dari laut dangkal sampai laut dalam. yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain batuserpih (shale), batulanu (siltstone), batulempung (claystone) dan napal.

3) Golongan KarbonatBatuan golongan karbonat ini pada umumnya terbentuk dari sekumpulan cangkang moluska, algae, foraminifera atau lainnya yang bercangkang kapur. Jenis batuan ini banyak sekali, tergantung material penyusunnya.

Page 11: Reservoar Batuan Karbonat

4) Golongan Silika

Batu jenis ini tersebar hanya dalam junlah sedikit dan terbatas. Golongan batuan ini merupakan gabungan antara proses organik dan kimiawi. Contoh batuan golongan ini adalah rijang (chert), radiolaria dan diatom (diatomea).

5) Golongan EvaporitPada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup dan syarat terjadinya batuan sedimen ini harus berada pada air yang memiliki kandungan larutan kimia yang cukup pekat. yang termasuk ke dalam golongan evaporit ini adalah gipsum, batu garam, anhydrit dan lain-lain.

6) Golongan BatubaraBatuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik, seperti tumbuhan yang telah mati dan kemudian terkubur di dalam tanah oleh suatu lapisan yang tebal diatasnya sehingga tidak terjadi pelapukan. Lingkungan pengendapan batubara biasanya di lingkungan rawa, delta dan danau. 

C. Komposisi Kimia dan Mineralogi Batuan KarbonatMineralogi dan Komposisi kimia batuan karbonat tidak memperlihatkan lingkungan

pengendapan, tetapi penting sebagai derajat diagenesa rekristalisasi dan penggantian kalsium karbonat (Graha, 1987).

1. Aragonit : CaCO3 (Ortorombik)Bentuk yang paling tidak stabil, sering dalam bentuk serabut. Jarum-jarum aragonit biasanya diendapkan secara kimiawi, dari prespitasi langsung dari air laut. Diagenesanya berubah menjadi kalsit, juga organisme membuat rumah (test) dari aragonit seperti moluska.

2. Kalsit : CaCO3 (Heksagonal)Mineral ini lebih stabil, dan biasanya merupakan hablur yang baik. Terdapat sebagai rekristalisasi dari aragonit, sering merupakan cavity filling atau semen, dalam bentuk kristal – kristal yang jelas. Kebanyakan gamping terdiri dari kalsit.

3. Dolomit : CaMg (CO3)2

Juga merupakan mineral penting, terutama sebagai batuan reservoir, kristal sama dengan kalsit berbedanya pada bidang refraksi dari kalsit. Terjadi secara primer (precipitasi langsung dari air laut), tetapi kebanyakan hasil dolomotisasi dari kalsit.

4. High Magnesium KalsitLarutan padat dari MgCO3 dalam kalsit. Tidak begitu banyak terdapat, sering merupakan batuan

5. Magnesit : MgCO3

Biasanya berasosiasi denga evaporit.

Page 12: Reservoar Batuan Karbonat

D. Lingkungan Pengendapan KarbonatBeberapa faktor yang penting dan sangat mempengaruhi pengendapan batuan karbonat

adalah:

1. Pengaruh sedimen klasitik asal darat2. Pegendapan karbonat memerlukan lingkungan yang praktis bebas dari sedimen klastik

asal darat.  Karena sedimen klastik dari darat dapat menghambat proses fotosintesa ganggang gampingan dan suhuBatuan karbonat diendapkan.

3. Pengaruh iklim di daerah perairan yang bersuhu hangat dan beriklim tropis sampai subtropis.

4 .Pengaruh KedalamanPada umumnya dan kebanyakan, batuan karbonat diendapkan di daerah perairan dangkal dimana masih terdapat sinar matahari yang bisa menembus kedalaman air. Terdapat suatu garis yang merupakan batas kedalaman air dimana sedimen karbonat dapat ditemukan pengendapannya yang disebut dengan CCD (Carbonate Compensation Depth).

5. Faktor mekanikFaktor mekanik yang mempengaruhi kecepatan pengandapan batuan karbonat yaitu antara lain aliran air laut, percampuran air, penguraian oleh bakteri, proses pembuatan organik pada larutan, serta pH air laut.

E.Penyusun Batuan KarbonatPenyususn batugamping menurut Tucker (1991), komponen penyusun batugamping

dibedakan atas non skeletal grain, skeletal grain, matrix dan semen.

1. Non Skeletal grain, terdiri dari :a. Ooid dan Pisoid

Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang punya satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat atau butiran kuarsa (Tucker, 1991). Ooid memiliki ukuran butir < 2 mm dan apabila memiliki ukuran > 2 mm maka disebut pisoid.

b. PeloidPeloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau merincing yang tersusun oleh mikrit dan tanpa struktur internal. Ukuran peloid antara 0,1 – 0,5 mm. Kebanyakan peloid ini berasala dari kotoran (faecal origin) sehingga disebut pellet (Tucker 1991).

c. Agregat dan IntraklasAgregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemenkan bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material organik. Sedangkan intraklas adalah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut atau tidal flat (Tucker,1991).

2. Skeletal GrainSkeletal grain adalah butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping (Boggs, 1987). Komponen

Page 13: Reservoar Batuan Karbonat

cangkang pada batugamping juga merupakan penunjuk pada distribusi invertebrata penghasil karbonat sepanjang waktu geologi (Tucker, 1991).

3. Lumpur Karbonat atau MikritMikrit merupakan matriks yang biasanyaberwarna gelap. Pada batugamping hadir sebagai butir yang sangat halus. Mikrit memiliki ukuran butir kurang dari 4 mikrometer. Pada studi mikroskop elektron menunjukkan bahwa mikrit tidak homogen dan menunjukkan adanya ukuran kasar sampai halus dengan batas antara kristal yang berbentuk planar, melengkung, bergerigi ataupun tidak teratur. Mikrit dapat mengalami alterasi dan dapat tergantikan oleh mozaik mikrospar yang kasar (Tucker, 1991).

4. SemenSemen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi rongga pori yang diendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika, oksida besi ataupun sulfat.

D.Lingkungan pengendapan, fasies dan geometriMeskipun lingkungan pembentukan endapan karbonat dapat terjadi mulai dari

zona supratidal sampai cekungan yang lebih dalam di luar shelf, paparan cekungan dangkal (shallow basin platform) yang meliputi middle shelf danouter shelf adalah tempat produksi endapan karbonat yang utama dan kemudian tempat ini disebut sebagai subtidal carbonate factory.

Endapan-endapan karbonat yang dihasilkan akan terakumulasi pada shelf, sebagian mengalami trasportasi ke arah daratan, yaitu ke tidal flat, pantai, ataulagoon,sedangkan sebagian lagi mengalami trasportasi ke arah laut, yaitu ke cekungan yanglebih dalam. Pada lingkungan laut yang dalam jarang terbentuk endapan karbonat, kecuali merupakan hasil jatuhan dari plankton yang mensekresikan kalsium karbonatdan hidup di air permukaan. Terumbu merupakan salah satu sumber produksi endapan karbonat di paparan atau cekungan di luar paparan. Terumbu adalah suatu timbulan karbonat yang dibentuk oleh pertumbuhan organisme yang insitu, mempunyai potensi untuk berdiri tegar dan membenrtuk struktur topografi yang tahan gelombang. James (1979) membagi fasies terumbu masa kini secara fisiografi menjadi 3 macam:

1. Fasies Inti Terumbu (reef core facies)Fasies ini tersusun oleh batugamping yang masif dan tidak berlapis. Berdasarkan litologi dan biota penyusunnya, fasies ini dapa dibagi menjadi 4 sub-fasies yaitu:a. Sub-fasies puncak terumbu (reef-crest)

Litologi berupa framestone dan bindstone, sebagai hasil pertumbuhan biota jenis kubah dan mengerak dan merupakan very high energy zone.

b. Sub-fasies dataran terumbu (reef flat)Litologi berupa rudstone, grainstone, dan nodule dari ganggang karbonatan dan merupakan daerah berenergi sedang dan tempat akumulasi rombakan terumbu.

c. Sub-fasies terumbu depan (reef front)

Page 14: Reservoar Batuan Karbonat

Litologi berupa bafflestone, bindstone dan framestone dan merupakan daerah berenergi lemah-sedang.

d. Sub-fasies terumbu belakang (back reef)Litologi berupa bafflestone dan floatstone dan merupakan daerah energi lemah dan relatif tenang.

2. Fasies Depan Terumbu (fore reef facies)Litologi berupa grainstone dan rudstone dan merupakan lingkungan yang mempunyai kedalaman >30m dengan lereng 45 - 60°. Semakin jauh dari inti terumbu (kearah laut) litologi berubah menjadi packstone, wackstone dan mudstone.

3. Fasies Belakang Terumbu (back reef facies)Fasies ini disebut juga fasies lagoon dan meliputi zona laut dangkal (< 30m)dan tidak berhubungan dengan laut terbuka. Kondisi airnya tenang, sirkulasi air terbatas, dan banyak biota penggali yang hidup di dasar. Litologi berupa packetone, wackestone dan mudstone dan banyak dijumpai struktur jejak dan bioturbasi, baik horizontal maupun vertikal.

E. Porositas dan Proses DiagenesaTipe porositas utama pada batuan karbonar adalah vuggy (pori-pori yang lebih

besar dari butiran), intergranular (antar butir), intragranular (dalam butiran, contohnya material cangkang atau shell), dan chalky.Diagenesa yang berakibat pada berubahnya porositas dan permeabilitas dapat dikelompokkan atas:

1. Pelarutan (leaching) yang umumnya akan meningkatkan porositas danpermeabilitas

2. Dolomitisasi yang akan meningkatkan porositas dengan menciptakan pori yanglebih besar, atau dapat juga malahan akan mengurangi porositas jika terjadipertumbuhan interlocking mosaic dari kristal-kristal dolomit. Dolomitisasisering meningkatkan permeabilitas secara dramatis dikarenakan pembentukanlubang pelarutan (solution vug) dan retakan pasca penimbunan (post-burial)yang lebih besar

3. Retakan (fracturing) dikarenakan adanya breksiasi, sesar atau kekar yang akanmeningkatkan permeabilitas

4. Rekritaslisasi oleh neomorphism dari mikrit menjadi ukuran kristal yang lebihbesar yang akan meningkatkan porositas

5. Semen yang akan menurunkan porositas dan permeabilitas