resensi ier

42
Analisis Unsur Intrinsik dan Nilai Agama dalam Novel “Rose In the Rain” Karya : WAHYU SUJANI Diajukan untuk memenuhi tugas resensi novel dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Disusun oleh : NAMA : IRMA NURMILAH KELAS : XI IPA 5 NIS : 1112 10 106 PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS DINAS PENDIDIKAN Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cihaurbeuti

Upload: dede-fajar-pratama-r

Post on 05-Dec-2014

322 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Resensi Ier

Analisis Unsur Intrinsik dan Nilai Agama

dalam Novel “Rose In the Rain”

Karya : WAHYU SUJANI

Diajukan untuk memenuhi tugas resensi novel

dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun oleh :

NAMA : IRMA NURMILAH

KELAS : XI IPA 5

NIS : 1112 10 106

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

DINAS PENDIDIKAN

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cihaurbeuti

Jalan Kartawijaya 600 Telepon (0265) 320216 Cihaurbeuti-Ciamis 46262

TAHUN PELAJARAN

2012/2013

Page 2: Resensi Ier

Lembar Pengesahan

Karya tulis yang berupa resensi ini berjudul “Analisis Unsur Intrinsik dan Nilai-

nilai Agama” dalam novel “Rose In The Rain” karya Wahyu Sujani.

Disusun oleh :

Irma Nurmilah

Nis : 1112 10 106

Mengetahui, Mengetahui,

Kepala sekolah

H. dede hidayat S.Pd M.Pd

Page 3: Resensi Ier

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirahim...

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi atas rahmat hidayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan karya tulis berupa resensi dengan judul “Analisis Unsur

Intrinsik Novel Rose in The Rain karya Wahyu Sujani.” Karya tulis ini ditulis untuk

memenuhi salah satu tugas dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dalam menyelesaikan tugas ini banyak hambatan dan halangan yang penulis

hadapi. Banyak pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis, sehingga tugas ini

Page 4: Resensi Ier

dapat selesai sebagaimana mestinya. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Guru Bahasa Indonesia, Novalina S.Pd selaku pembimbing yang banyak memberikan

ilmunya mengenai bagaimana meresensi sebuah novel dengan baik dan benar.

2. Kedua orang tua yang selalu memberikan petuahnya agar penulis menyelesaikan

tugas dengan baik.

3. Teman-teman yang saling mendukung dan sharing sehingga bisa bertukar fikiran, dan

menjadikan karya ini semakin baik.

Penulis menyadari bahwa dalam analisa ini masih banyak kekurangan dan masih

sangat perlu perbaikan. untuk belajar lebih banyak lagi. Untuk itu, penulis

mengharapkan para pembaca bisa menyampaikan kritik dan sarannya yang membangun

untuk memperbaiki kekurangannya dalam penyusunan resensi ini. Akhirnya, penulis

berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia, terutama dalam Apresiasi Sastra Indonesia.

Jayagiri, 5 November 2012

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Page 5: Resensi Ier

Manusia adalah makhluk yang mempunyai kelebihan dari makhluk lainnya,

yaitu adanya akal dan hati. Tentunya semua orang berbeda dalam memanfaatkan

akalnya itu seoptimal mungkin. Tidak ada manusia bodoh di dunia ini, hanya saja ada

yang rajin dan malas. Rajin disini adalah mereka yang bisa memanfaatkan waktu

sebaiknya. Sedangkan malas adalah sikap yang enggan melakukan sesuatu yang

bermanfaat, contohnya malas untuk belajar. Proses pembelajaran tidak mengenal usia,

baik anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua. Sasaran di dalam belajar meliputi 3

aspek. Pertama, aspek kognitif (pengetahuan) artinya dengan proses belajar terjadi

perubahan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu. Kedua, aspek afektif (sikap)

artinya dengan proses belajar terjadi perubahan sikap dan prilaku. Ketiga, aspek

psikomotor (keterampilan) yaitu dengan proses belajar terjadi perubahan

keterampilan/kreativitas dan keahlian yang dimiliki.1.

Kreativitas merupakan aspek yang sangat penting, yang mengandung arti sebuah

gagasan maupun karya nyata yang dapat membantu kita mengatasi masalah, dan

membawa kita dalam keberhasilan. Allah S.W.T menciptakan manusia dengan

kemampuan kreativitasnya. Masalahnya, manusia selalu menghambat kreatifitas itu

sehingga timbulah masalah. Karena itu, kreativitas harus terus diasah agar pemikiran

kita tetap ta

Salah satu cara untuk mengkreativitaskan diri khususnya kita sebagai seorang

pelajar adalah dengan membuat karya tulis nyata yaitu meresensi sebuah karya sastra,

utamanya sebuah novel. Dengan membedah isi buku atau yang dikenal dengan

meresensi wawasan kita akan lebih luas. Selain dari itu untuk hasil resensi yang

berkualitas, baik dan benar bisa mendapatkan manfaat finansial apabila kita berani

untuk menerbitkannya dalam majalah cetak. Selain itu apabila kita mengirimkan hasil

resensi kita kepada penulis tentunya ia akan menghargai dan berterimaksih. Setelah itu

mungkin saja kita akan mendapatkan buku-buku terbaru lainnya dan bisa menjadi awal

untuk menjadi penulis buku.

Intinya, kita harus berani mencoba sesuatu yang baru, dan harus bisa

mengkreativitas diri dengan menulis. Salah satu upaya untuk mengembangkan

kreatifitas menulis adalah dengan meresensi buku. Dalam kesempatan ini penulis

tertarik untuk meresensi sebuah karya sastra berupa buku novel. Maka, judul karya tulis

yang berupa resensi ini, penulis beri judul “Analisis Unsur Intrinsik dan Nilai-nilai

Page 6: Resensi Ier

Agama dalam Novel “Rose In The Rain” karya Wahyu Sujani.” Harapan penulis, karya

tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan penikmat karya sastra pada umumnya.

1. Soeparto, Bambang Sigit dkk. Pendidikan KEWARGANEGARAAN. Palur. Cipta

Pustaka.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah unsur intrinsik dalam novel “Rose In the Rain” karya Wahyu

Sujani?

Page 7: Resensi Ier

1.2.2 Bagaimanakah nilai pendidikan dalam novel “Rose In the Rain” karya Wahyu

Sujani?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui bagaimanakah unsur intrinsik dalam novel “Rose In the

Rain” karya Wahyu Sujani.

1.3.2 Untuk mengetahui bagaimanakah nilai-nilai pendidikan dalam novel “Rose In

the Rain” karya Wahyu Sujani.

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian dan tujuan

Page 8: Resensi Ier

2.1.1 Pengertian :

Resensi secara bahasa sebagai pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku

yang menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi

buku, kritikan, dan memberi dorongan kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku

tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli. Perbincangan buku tersebut dimuat di surat

kabar atau majalah. (WJS. Poerwadarminta dalam Romli, 2003:75)

Banyak sekali karya yang bisa dirensi, diantaranya, buku fiksi, buku non fiksi, buku

pelajaran, buku pengetahuan, buku karya ilmiah, laporan hasil penelitian, majalah

ilmiah, drama, dsb.

Dalam membuat sebuah resensi ada beberapa unsur yang harus diperhatiakan,

diantaranya, tema, nama pengarang, judul karya, penerbit, tempat terbit, jumlah bab,

jumlah halaman, sistematika, bahasa, ringkasan karya, kualitas karya yang diresensi,

kelebihan dan kekurangan, bandingan dengan karya lain, sampaikan pendapat dan

simpulan penulis, identitas penulis resensi.

2.1.2 Tujuan Resensi :

a. Memberikan informasi atau pemahaman seluk beluk buku tersebut.

b. Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih

jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.

c. Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah buku itu pantas mendapat

sambutan dari masyarakat atau tidak.

d. Menjawab pertanyaan 5W+H yang timbul.

2.2 Manfaat :

a. Sarana untuk mengenalkan buku, sehingga walaupun kita belum membaca karya

itu seutuhnya, sedikitnya mereka sudah tahu, sehingga tidak akan menyesal akan

membaca buku tersebut.

b. Dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan buku, bisa memperbaiki karya

selanjutnya.

c. untuk menambah pengetahuan, khususnya bagi si pembaca, juga meningkatkan

kreativitas bagi penulis resensi.

BAB III

GAMBARAN UMUM

Page 9: Resensi Ier

3.1 Identitas Buku

Judul : Rose in The Rain

Penulis : Wahyu Sujani

Penerbit : DIVA Press

Percetakan : Juni 2012

Tebal : 546 halaman

Jumlah bab : 29 judul

Harga : Rp. 58.000,-

3.2 Tentang Penulis

Wahyu Sujani, akrab dipanggil Kang Waway, lahir di Bandung pada 2 Januari

1982. Setelah lulis dari STM OTISTA, ia melanjutkan ke FKIP Universitas Pasundan

(UNPAS), Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, lulus pada tahun 2006.

Sekarang, ia mengajar di SDN Ciumbuleunit 3, Bandung.

Semasa kuliah, ia aktif dalam organisasi mahasiswa HMBSI (Himpunan

Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia) asuhan Dr. R. Panca Pertiwi Hidayati, M.Pd.,

dosen Sastra Indonesia-nya. Ia juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa. Sering

menulis berbagai artikel, naskah drama, cerpen, atau puisi, tapi belum pernah

dipublikasikan. Semasa aktif di organisasi mahasiswa, ia pernah menjadi penasihat

Teater Titic’s HMBSI dan menjabat Ketua Bidang Kesenian HIMA dan BEM.

Walau baru ruang lingkup UNPAS, beberapa prestasi pernah diraih oleh Kang

Waway. Di antaranya, penulis terbaik memparafrasekan puisi (2002), penulis skenario

terbaik drama dua babak dan sutradara terbaik kabaret (2002), juara satu lomba kaligrafi

(2003), dan juara satu menulis puisi (2003).

Selain dalam bidang tulis-menulis, Kang Waway juga pernah merebut   juara I

Jejak Alam EXBA 2004 tingkat Jawa Barat dan Banten. Dia aktif juga dalam bermusik,

pernah menjadi juara III Festival Band Rock se-Bandung Raya (2005).

Karya-karyanya yang telah diterbitkan oleh penerbit DIVA Press adalah, Atas

Nama Cinta (2009), heksalogi Ketika Tuhan Jatuh Cinta (Ketika Tuhan Jatuh Cinta 1,

Ketika Tuhan Jatuh Cinta 2, Napas Cinta Para Ahli Do’a, Di Pintu Langit Kubersujud,

Page 10: Resensi Ier

Bidadari Berkalam Ilahi, dan Kerudung Cinta dari Langit Ketujuh) dan Ajari Aku

Menuju Arsyi (2011)

3.3 Sinopsis

Mashirah Alexandra-29 tahun-janda cantik dari seorang seniman pasir Hizazul

Fikri, nyaris sempurna, setiap orang yang bertemu dengannya pasti tidak akan

menyangka kalau ternyata Shira mempunyai kekurangan, ia sudah tidak punya rahim

yang menjadi penyebab hancurnya rumah tangga mereka. Sebenarnya, Fikri sudah bisa

menerima kenyataan itu, namun Shira malu dengan keadaannya, ia tidak bisa

memberikan keturunan kepada siapapun yang menjadi suaminya. Kini ia hanya

menyesali semuanya, terlebih lagi ketika ia menolak rujukan Fikri. Setelah penolakan

itu, Shira sadar bahwa ia masih sangat mencintai Fikri, namun ketika hendak kembali

menemui Fikri, ternyata sudah ada seorang wanita yang sepertinya istri Fikri kini,

Hameyda Aina Salsabila yang kini tengah mengandung 9 bulan

Kini Shira tinggal di Paris. Tuan Zaid dan nyonya Sonia, orang tua Shira tinggal

di Bandung. Shira menjadi seorang penulis dan mengajar di Gedung Bimbel yang

didirikannya, Fastest Generation Paris. Saking populernya, selain karena

kecantikannya juga kecerdasannya, hingga banyak sekali lelaki yang ingin

mengkhitbahnya, namun Shira menolaknya dengan halus.

Hingga suatu saat Shira difitnah sebagai seorang teroris. Ia diasingkan di suatu

tempat dan tidak boleh bertemu siapapun, termasuk orang tuanya. Lebih ngiris lagi ia

mendapat perlakuan kasar dari para penjaga bangsal itu. Namun akhirnya ia berhasil

melarikan diri dari tempat jahanam itu, dan memutuskan ke Indonesia. Hingga beberapa

waktu di Indonesia, akhirnya bisa pulang lagi ke Paris dan dinyatakan bahwa Shira tak

bersalah. Ada seseorang yang sengaja memfitnahnya karena sakit hati ditolak cintanya.

Kebahagiaan Fikri semakin lengkap ketika Meyda melahirkan, namun diluar

dugaan Meyda meninggal beberapa saat setelah melahirkan bayi mereka yang diberi

Page 11: Resensi Ier

nama Khansa Labibah. Fikri sangat terpukul namun akhirnya ia menyadari bahwa

semua makhlik akan kembali pada-Nya, sehingga ia berusaha menerima kenyataan.

Namun Fikri belum bisa memutuskan apakah ia akan kembali pada Shira karena

bagaimanapun mereka masih saling mencintai dan bayinya itu butuh pelukan seorang

ibu. Butuh cukup waktu untuk Fikri memikirkan itu semua.

BAB IV

PEMBAHASAN

Page 12: Resensi Ier

4.1 Analisis Unsur Intrinsik

Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun sebuah cerita, antara lain

tema, tokoh dan penokohan, latar (tempat, waktu, suasana), alur, sudut pandang, gaya

bahasa dan amanat. Tanpa adanya unsur-unsur tersebut sebuah tulisan tidak bisa

dikatakan sebagai karya sastra, dalam hal ini karya berupa cerita.

4.1.1 Tema

Tema berarti pokok pemikiran, ide atau gagasan penulis yang ingin disampaikan

kepada pembaca. Dapat juga diartikan sebagai pengungkapan maksud dan tujuan yang

dirumuskan secara singkat dan wujudnya berupa satu kalimat. (Ferdinan De Jacson

Saragih.2011).

Novel ini bertemakan tentang rasa cinta kepada Allah S.W.T, keluarga dan

pasangan hidup, bagaimana seseorang harus tetap sabar, tawakal, penuh harapan, dan

terus berjuang dalam menghadapi ujian, dan menghapus kebatilan menuju bahagia

dunia akhirat. Dalam cerita ini tokoh utama dihadapkan pada persoalan ia difitnah

sebagai seorang teroris dan harus berjuang lepas dari ketidakadilan ketika dalam tempat

terisolasi itu ia mendapatkan perlakuan yang kasar oleh para petugas bangsal.

4.1.2 Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku cerita baik manusia atau makhluk hidup lainnya yang

menggambarkan peristiwa dalam cerita. Tokoh itu ada tokoh utama dan tokoh

pendukung. Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak diceritakan. Sedangkan

tokoh pendukung adalah tokoh yang tidak terlalu banyak dicertikan namunsangat

berhubungan dengan tokoh utama. (Aminudin.2002:79-80).

Penokohan adalah penggambaran atau pelukisan mengenai tokoh cerita baik

lahiriah maupun batiniah (kepribadian) oleh seorang pengarang. Penokohan ni sangat

erat hubungannya dengan perwatakan.(www.google.com).

Adapun tokoh-tokoh dan penokohan yang bermain dalam novel “Rose in The

Rain” karya Wahyu Sujani, adalah sebagai berikut :

a. Mashirah Alexandra

Tokoh ini akrab disapa Shira, 29 tahun, seorang janda cantik, bermata biru

indah, berkulit mulus, hidung mancung kecil, alis tebal, bibir merah ranum, dan dagu

Page 13: Resensi Ier

sedikit terbelah sempurna, keturunan Mesir dan Perancis. Shira merupakan tokoh utama

dalam cerita, dibalik nyaris kesempurnaan itu, ia ternyata sudah tak memiliki rahim dan

tidak bisa memberikan ketrunan kepada siapapun yang akan menjadi suaminya. Ia

adalah seorang penulis terkenual. Salah satu buah karyanya yang mengguncangkan

pasar buku ilmu pengetahuan setengah belahan dunia hingga diburu para kritikus andal

dan peneliti

bidangnya adalah Ancienne Civilisation Egyptienne;Taux de Pharaons aux Cotes du

Sahara2 dan juga seorang pengajar di bimbel yang didirikannya di La Ville, Paris yaitu

Fastest Generations Paris.3

Ia mempunyai watak ramah, penyabar, anggun, baik pada semua orang, kuat

pendirian, tegas, dan yang paling penting ia merupakan seoran yang cerdas namun tetap

rendah hati. Watak Shira dapat dilihat secara dramatis melalui dialog antar tokoh, dalam

kutipan berikut,

“Apalagi yang ingin kau tahu, Max? Sepertinya sekarang kamu sudah lebih banyak tahu dari aku tentang Islam.” (Wahyu Sujani:30)

Jelas dalam kutipan tersebut Shira merupakan sosok yang tidak pernah sombong

dengan ilmunya, justru ia sangat bahagia apabila ada seseorang yang ingin berdiskusi

dengannya, dan mau mengajarkan seseorang dengan penuh kesabaran. Meskipun

memang dalam kenyataannya ia merupakan sosok yang luar biasa, ia mempunyai ilmu

yang sangat luas, ia sadar bahwa sepintar-pintarnya orang, ada yang lebih pintar, yaitu

Allah S.W.T.

b. Ahmad Hizazul Fikri

Tokoh ini akrab disapa Fikri, seorang seniman pasir terkenal sekaligus pemilik

Galeri Hizaz di Jalan Braga Bandung. Dia adalah mantan suami Shira, yang sebenarnya

ia sudah bisa menerima kalau Shira memang tidak bisa memberikan keturunan padanya,

namun Shira tetap malu dengan keadaannya, hingga mereka bercerai secara agama.

Watak Fikri dapat dilihat secara dramatis melalui dialog antar tokoh, yang

mempunyai watak shalih, penyayang, bersahaja, baik, pekerja keras, serius dan

terkadang humoris, alim, dan juga pemaaf, dapat dilihat dalam kutipan,

Page 14: Resensi Ier

“Jo semula ketakutan ketika bertemu Fikri karena masih merasa bersalah membuat rumah tangga Fikri dan Shira berantakan. Tapi ternyata, Fikri memaafkannya dengan tulus.” (Wahyu Sujani:241)Jelas dalam kutipan tersebut Fikri merupakan sosok yang tidak pernah

menyimpan dendam dalam hatinya, sejahat apapun orang yang telah menyakitinya, ia

selalu memaafkannya siapapun itu sekalipun itu adalah seorang yang telah

menghacurkan rumah tangganya, karena ia yakin Allah Maha Tahu atas segala

perbuatan umatnya, dan yang akan membalas setiap amal yang dilakukan manusia.

2Peradaban Mesir Kuno; Detak Fir’aun di Sahara)3FGP

c. Nyonya Sonia dan Tuan Zaid

Page 15: Resensi Ier

Nyonya Sonia dan Tuan Zaid adalah orang tua yang begitu menyayangi

ankanya, Shira sebagai anak tunggal. Nyonya Sonia adalah seorang penyayang dan jiwa

keibuannya yang sangat dewasa penuh tanggung jawab. Ia akan menyatakan salah,

sekalipun yang berbuat adalah anak kesayangannya.

Watak Tuan Zaid dapat dilihat secara dramatis secara tidak langsung,

merupakan sosok ayah yang low profile, tabah, dalam menghadapi masalah selalu

tenang sehingga bisa berfikir jenih, tidak akan mencampuri urusan orang lain yang

memang bukab hak dan tempatnya, pejuang keras dalam membela anaknya yang

terkena musibah, bertanggung jawab dapat dilihat dalam kutipan

“yang ada di benaknya sekarang adalah bagaimana bisa bertemu anaknya lalu berusaha membebaskannya dari jeratan hukum.” (Wahyu Sujani:179)Jelas dalam kutipan tersebut Tuan Zaid begitu bertanggung jawab dengan

keluarganya. Ia berusaha keras agar anaknya bisa bebas dari ketidakadilan. Bahkan ia

rela memebrikan semua hartanya demi anaknya bisa kembali berkumpul bersama

keluarga besar.

d. Mama Elen

Seorang pegawai kebersihan di gedung bimbel Shira, namun sudah begitu akrab

dengan majikannya itu. Seringkali Shira curhat kepada Mama Elen, karena beliau

memang enak diajak ngobrol, watak Mama Elen dapat dilihat secara dramatis melalui

dialog antar tokoh yaitu murah senyum, pekerja keras, selalu memberi semangat dan

jalan keluar ketika Shira dalam masalah, senang bergurau, dapat dilihat dalam kutipan,

“Maaf, becanda. Janganlah kamu terus memikirkan hal itu, anakku. Kamu cantik. Dari keluarga terhormat. Lelaki manapun akan jatuh cinta padamu. Dan jika cinta mereka benar-benar tulus, mereka akan menerima segala kekuranganmu.” (Wahyu Sujani:21)Meskipun Shira tidak memandang Mama Elen sebagai pegawainya, melainkan

sebagai teman curhatnya, bahkan sebagai keluarganya, Mama Elen tetap menghargai

shira sebagai majikannya, harus tetap ia hormati.

e. Dr. Rahman atau Max Jegler

Max Jegler adalah seorang mualaf yang akhirnya berganti nama menjadi

Rahman. Ia seorang dokter asal Jerman yang jatuh cinta pada Shira, menerima

kekurangannya, dan ingin mengkhitbahnya karena dua tahun menjalin hubungan

sebagai seorang kekasih dirasa sudah cukup untuk saling mengenal satu sama lain.

Namun hingga ke-sekian kalinya Dr. Rahman mencoba melamar, tetap saja Shira

Page 16: Resensi Ier

menolak dengan alasan belum siap. Hingga akhirnya, ia harus kecewa ketika Shira

berkata bahwa dia hanya mengagumi kepribadiannya saja. Dan kisah mereka kandas

ditengah jalan.

Watak Max dapat dilihat secara dramatis melalui dialog antar tokoh, yaitu baik,

elegan, teguh pendirian, romantis, sangat menghargai wanita, sabar dan selalu ingin

tahu tentang sesuatu yang baru, ingin memperdalam agama barunya, dapat dilihat dalam

kutipan,

“Aku membaca dalam sebuah kitab yang didalamnya membahas tentang ghaibah dan hadhur. Aku belum paham dengan pengertian dua istilah itu.” (Wahyu Sujani:30)Max menjadi mualaf dan ingin memperdalam pengetahuannya mengenai agama

islam, ia tidak pernah malu untuk bertanya kepada siapapun, bukan karena ia hanya

ingin memliki seorang wanita yang dicintainya yang memang seorang muslim, namun

karena memang menurutnya ia telah mendapatkan ihlam itu, dan ia sangat yakin untuk

memeluk agama islam yang merupakan satu-satunya agama yang diridhoi Sang

Pencipta.

f. Kevin Martin

Awalnya ia merupakan seorang atheis, namun akhirnya menjadi mualaf dengan

mengucapkan dua kalimah syahadat di Masjid Agung Paris disaksikan Shira dan

beberapa ulama. Dia adalah dosen termuda di Sorbonne yang diam-diam mulai

menyukai Shira dan suka mengirimi Shira setangkaai bunga mawar dengan tangkainya

dililiti kertas yang berisi puisi indah.

Watak Kevin dapat dilihat secara dramatis melalui prilaku tokoh, yaitu

seseorang yang pantang menyerah apalgi dalam membela kebenaran, dalam hal ini

untuk membebaskan Shira dari ketidakadilan, dapat dilihat dalam kutipan,

“Saya yakin ada cara lain. Saya yakin, Prof. Dan Profesor sebagai orang penting di Sorbonne, tentu punya masukan. Bantulah saya, Prof. Bantulah demi keadilan.” (Wahyu sujani:181)Kevin seseorang yang sangat menjunjung keadilan. Ia akan berjuang mati-

matian untuk meneggakkan kebenaran. Apalagi menyangkut dengan Shira, ia tidak akan

mengenal pantang menyerah untuk pujaannya itu.

g. Maria Maghdalena

Akrab disapa Madame Lena-83 tahun, adalah nenek dari Shira yang merupakan

ibunda dari Nyonya Sonia. Meskipun sudah berumur, namun beliau masih nampak

Page 17: Resensi Ier

sehat, meski seringkali terkena struk ringan apabila sedang kelelahan dan banyak

masalah. Beliau memiliki 10 orang anak, yaitu Nyonya Sonia yang menikah dengan

Tuan Zaid, Suzane dengan Ricardo Gustav, Jaquine Napolion, Lauren dengan Robert,

Jolly, Leonard, Linda dengan John, Eiffel Nicholaz, dan Elvina.

Madame Lena memutuskan menjadi mualaf ketika anak sulungnya dinikahi

Tuan Zaid yang memang seorang muslim. Dan semua anaknya pun turut memeluk

agama Islam kecuali 3 anaknya, yaitu Jolly, Leonard dan Jaquine Napolion. Meski

begitu Madame Lena tetap menyayangi anaknya, karena ia sadar untuk mempercayai

keyakinan itu harus dari hati bukan karena paksaan, ia tetap menyayangi ke-3 anaknya,

namun sebaliknya ke-3 anaknya malah menganggap ibunya kafir, tentu hal itu membuat

anak-anak Madame Lena yang lain murka terhadap ke-3 sodaranya itu. Hingga akhirnya

ke-3nya diusir dari istana Madame Lena.

Watak Madame Lena dapat dilihat secara dramatis melalui dialog antar tokoh,

yaitu keras, namun pengertian, dapat dilihat dalam kutipan,

“Kalau memang kamu masih mencintai mantan suamimu itu, setelah kamu sehat, ayo kita ke Indonesia. Biar nenek yang melamar dia untukmu” (Wahyu Sujani:64)Madame Lena mempunyai watak keras, ia bersiteguh untuk menikahkan

kembali Shira dengan mantan suaminya, karena ternyata Shira masih mencintai mantan

suaminya itu. Beliau tidak ingin anggota keluarganya ada yang bersedih, jadi beliau

ingin memperbaiki semuanya, bagaimanapun caranya.

h. Hameyda Aina Salsabila

Akrab disapa Teh Meyda-30 tahun, wanita cantik yang kini tengah hamil tua 8

bulan, buah pernikahannya dengan suaminya, Ahmad Hizazul Fikri. Ia juga adalah

seorang dosen terkenal di mata mahasiswanya di Sekolah Tinggi Seni Bandung dan

merupakan seorang pemilik toko kue besar yang sudah memiliki tiga cabang, yaitu di

Kota Bandung, Bogor, dan Jakarta.

Watak Meyda dapat dilihat secara dramatis melalui dialog antar tokoh, yaitu

pekerja keras, penuh tanggung jawab atas apa yang di amanatkan, dan seorang

pencemburu, namun tidak pernah secara terang-terangan mengungkapkannya, dan

sangat dihargai pekerja suaminya. dapat dilihat dalam kutipan,

Page 18: Resensi Ier

“Istrinya nanti bagaimana?! Tahu sendiri cemburuannya selangit tembus.” (Wahyu Sujani:185)Teh Meyda menjadi sangat pencemburu apabila sudah disinggung mengenai

Shira, mantan istri dari suaminya kini. Namun meski terkadang rasa cemburu itu datang

dan sangat menyiksa dirinya, ia selalu yakin bahwa suaminya tidak akan mungkin

menghianati cintanya, apalagi kini sebentar lagi mereka akan mempunyai momongan,

dan hal itu juga selalu diyakinkan oleh Fikri.

i. Paman Cozeer dan Gukar

Paman Cozeer adalah pengusaha parfum kecil-kecilan di daerah terpencil St.

Denis, yang menolong Shira dikala Shira sedang mengasingkan diri. Ia menerima Shira

dengan baik, ketika tahu bahwa Shira adalah seorang buron, karena memang ia tahu

kebenarannya Shira tak bersalah. Akhirnya ia mempekerjakan Shira.

Paman Cozeer tinggal bersama seorang pegawainya bernama Gukar. Watak

Gukar dapat dilihat secara dramatis yaitu dialog antar tokoh yaitu sabar dalam

mengajari sesuatu kepada orang lain, senang bergurau, penyayang keluarga, pekerja

keras, baik, jujur, dapat dilihat dalam kutipan,

“Aku mau pulang ke negaraku, lalu kubagikan uangku pada adik-adikku dan nenekku.” (Wahyu Sujani:213)Gukar memang bukan asli dari Paris, ia seorang perantau, yang pergi ke negara

ini, karena ingin memperbaiki keadaan, ia bukan dari orang yang berada. Hingga

bertemu dengan Paman Cozeer, hidupnya lebih baik. Dan jika ia menjadi seseorang

yang berada ia ingin membahagiakan adik dan neneknya, karena ke-2 orang tuanya

sudah meninggal.

j. Faisal

Lelaki yang pernah trauma jatuh cinta karena dulu pernah menjalin cinta dengan

seseorang yang berada, namun orang tua sang calon tidak menyetujuinya, dengan alasan

anak perempuan mereka tidak akan terjamin kehidupannya dengan seorang penjual

buku yang penghasilannya pun pas-pasan. Barulah ketika ia bertemu Shira ia merasakan

kembali indahnya jatuh cinta.

Namanya amat terkenal di Dewi Sartika karena keramahanya dalam melayani

pembeli, dan seringkali ia diajak berdiskusi oleh para mahasiswa yang datang ke

lapaknya. Meski ia hanya lulusan SMA, karena tidak bisa melanjutkan sekolahnya

Page 19: Resensi Ier

dengan himpitan ekonomi yang ada, namun ia termasuk orang yang cerdas. Watak

Faisal dapat dilihat secara dramatis yaitu prilaku tokoh, dapat dilihat dalam kutipan,

“Tanpa sungkan, mereka duduk diatas jajaran buku-buku bacaan umum. Basa-basi sebentar, lalu mulai mengobrol serius mengajak diskusi seperti hari-hari sebelumnya setiap kali mendatangi lapak Faisal.” (Wahyu Sujani:272)Karena sifat Faisal yang mudah akrab dengan orang lain, sehingga para

mahasiswa pun sudah tidak sungkan untuk bertanya-tanya kepada Faisal mengenai

segala hal, bahkan ketika mereka ada tugas PAI pun, yang sekiranya mereka sudah tidak

bisa mengerjakannya mereka datang ke lapak Faisal, dan dengan sabarnya Faisal

membantu mereka. Faisal juga mengajar mengaji anak-anak disekitar rumahnya.

k. Alfred

Alfred-34 tahun, bertubuh kekar kepala botak, seorang duda tanpa anak, dan

seorang pemilik bengkel modifikasi mobil Paris. Ia mengharapkan cinta Shira karena ia

jatuh cinta pada penampilan Shira yang sempurna. Jelas Shira menolaknya, selain

karena Alfred seorang non muslim, namun juga seorang pemabuk. Watak Alfred dapat

dilihat secara dramatis yaitu bentuk fisik yang garang, dapat dilihat dalam kutipan,

“Bukan karena apa, tapi lelaki itu doyan sekali menenggak minuman beralkohol yang mungkin tanpa ia tahu sudah ditularkan kepada pamannya.” (Wahyu Sujani:93)Alfred adalah teman Alex yang tidak lain adalah pamannya Shira, yang

sepertinya bisa membawa dampak buruk kepada pamannya itu.

l. Tokoh lainnya

Tokoh pendukung lainnya yang berperan dalam novel ini adalah Zaenab, Najid,

Alzena, Haji Mansyur, Hajjah Sarah, Pak Thomp, Jo, Haikal, Bobby, Mama Gheista,

Reilly, Linda, Leni, Hasan, Anisa, Lidya.

4.1.3 Latar

Latar dimaksudkan untuk memperjelas cerita, dimana, kapan dan bagaimana

keadaannya, agar pembaca lebih peka dan memahami isi cerita. latar terbagi dalam 3

macam, yaitu, latar tempat, latar waktu, latar suasana. (www.wordpress.com)

a. Latar Tempat

Adalah keterangan tempat atau daerah terjadinya peristiwa dalam cerita.

Dalam novel ini banyak dikisahkan di Paris, Perancis yaitu diantaranya di Sungai Seine,

Menara Eiffel, Le Grande Moquee de Paris, Jalan Champ-Elyees, Musee de Lurve dan

Page 20: Resensi Ier

di Paris Van Java, Bandung, diantaranya di kompleks perumahan elit Geger Kalong,

Jalan Braga, Desa Gunung Batur.

Dapat dilihat dalam kutipan,

“ Tak bisa dibohongi, di sela kesibukannya sebagai penulis dan pengajar di bimbel yang didirikannya di La ville lumiere atau negeri bertabur lampu, Paris.” (Wahyu Sujani:16)

“Pukul 00.10 WIB, Shira tiba di rumah orang tuanya di kompleks perumahan elit Geger Kalong.” (Wahyu Sujani:105)

b. Latar Waktu

Adalah waktu terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita, bisa berupa detik, menit,

jam, hari, minggu, bulan, tahun, abad, dan seterusnya. Atau juga tidak dijelaskan secara

langsung, misalnya pada saat Tahun Baru’an, dan sebagainya. (www.wordpress.com)

Dalam novel ini dapat diketahui bahwa cerita ini berlangsung pada tahun 2012,

dapat dilihat dari surat yang diberikan Fikri kepada Shira di akhir cerita,

“ ....Lewat lengan dan hatimu, wahai mawar di tengah hujanTapi beri dulu aku waktu untuk meremas malam.Paris, Mei 2012” (Wahyu Sujani:543)

c. Latar Suasana

Adalah penjelasan mengenai suasana pada saat peristiwa cerita, misalnya

suasana menyedihkan, mengembirakan, mengharukan dan sebagainya.

Suasana dalam novel ini bisa membuat emosi pembaca naik turun. Di awal

cerita suasananya sangat santai, penuh dengan romansa cinta, dan kisah keluarga yang

bahagia nan harmonis. Namun sampai ditengah cerita, suasananya berbanding terbalik

menjadi sangat tegang ketika sang tokoh utama, Shira, harus melewati kehidupan pahit,

ia difitnah sebagai teroris yang melakukan pengeboman di Gereja Notre Dame di

Perancis. Shira ditangkap secara paksa, tak banyak yang bisa dilakukan keluarga Shira

pada saat penangkapan itu, karena mereka butuh waktu untuk mengumpulkan bukti-

bukti yang konkret. Kejadian yang dialami Shira di tempat terisolasi , dengan segala

penyiksaan fisik maupun batin yang dilakukan oleh para penjaga bangsal.

Page 21: Resensi Ier

Suasana menjadi mengharukan ketika Fikri harus kehilangan istrinya, Meyda,

ketika melahirkan anak pertama mereka, dan pada saat itu Fikri tidak ada disamping

Meyda, karena sedang ada urusan di Paris, ia sangat menyesali semuanya.

Di akhir cerita, terbukti Shira tak bersalah, ada yang sengaja memfitnahnya.

Perlahan keadaan membaik. Para tokoh sudah bisa menerima kenyataan-kenyataan pahit

itu, kehidupan baru membuat mereka lebih tenang dan bahagia tentunya. Mereka yakin

dalam setiap kejadian pasti ada hikmahnya.

4.1.4 Alur

Cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan

secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya

adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang,

dan suasana terjadinya peristiwa dalam karya sastra (Nurgiyantoro.1995:113)

Dalam Novel ini menggunakan alur maju mundur (flash back). Diawali dari

kisah Shira yang tinggal di Paris, lalu pulang ke tanah air Indonesia untuk menemui

orang tuanya dan balik lagi ke Paris, hingga dalam keadaan terpaksa kembali lagi ke

Indonesia, dan pulang ke Paris dengan keadaan lebih baik.

Dalam harinya kini, Shira selalu membayangkan masa lalunya ketika masih

bersama suami yang dicintainya, entah apakah kebahagiaan itu akan menghampirinya

lagi.

“Lalu kembali tercenung karena ingatannya kembali dibanting ke tanah Paris

Van Java.” (Wahyu Sujani:20)

4.1.5 Sudut Pandang

Dalam Novel ini menggunakan sudut pandang pengarang orang ke-3 pelaku

utama. Dapat dilihat dalam kutipan,

“Pembuat tulisan sarat makna itu adalah mantan suaminya yang dulu ia cintai karena kesahajaan serta kesederhanaanya” (Wahyu Sujani:16)

4.1.6 Gaya Bahasa

Novel ini berbahasa Indonesia, namun diselingi dengan bahasa-bahasa asing,

diantaranya,

- Bahasa Arab : “Farihtu bihaadzal liqa’ina, i’jabun jamilah anti, ya Cleopatra.”4 (Wahyu Sujani : 46)

Page 22: Resensi Ier

- Bahasa Prancis : “Excusez-moi, Madame. Je m’apalle Boby. Je viens de California-Est-ce que je vous darange?”5 (Wahyu Sujani:120)

- Basa Sunda : “Nuhun nya, Kang. Hayu atuh, ayeuna.” 6 (Wahyu Sujani:480)Diselingi oleh beberapa majas, diantaranya :

1. Majas Hiperbola yaitu gaya bahasa yang bersifat melebih-lebihkan.

Contohnya : “Udara yang masuk benar-benar mencucuk tulang.” (Wahyu Sujani:157)

2. Majas Personifikasi yaitu gaya bahasa yang membandingkan antara benda

hidup dan benda mati.

Contohnya : “Hati adalah raja dalam tubuh kita dimana organ-organ tubuh kita lainnya

adalah bala tentaranya.” (Wahyu Sujani:363)

3. Majas Metafora yaitu gabungan dua hal yang berbeda yang dapat membentuk

suatu pengertian baru.

Contohnya : “Telah menjadi sebuah prasasti cinta yang tak mungkin luntur oleh

pergantian empat musim di tanah kelahirannya.” (Wahyu Sujani:17)

4. Majas Ironi yaitu gaya bahasa yang bersifat menyindir dengan halus.

Contohnya : “Hai, Shira. Kabarku buruk karena semalam tidak malam mingguan

denganmu. Hahahaha...” (Wahyu Sujani:93)

5. Majas Litoses yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk mengecilkan

kenyataan dengan tujuan untuk merendahkan hati Contohnya : Sst..., ini pertolongan

Allah. Tidak usah dibahas lebih dalam.” (Wahyu Sujani 307)

6. Majas Metonimia yaitu gaya bahasa yang memakai merek suatu barang.

Contoh : “Mau kasih aku Ferrarimu itu?” (Wahyu Sujani:93)

4”Sungguh, pertemuan yang aku nantikan. Semakin cantik saja kau ini, Cleopatra.”5”Maaf, Nyonya. Nama saya Boby dari California. Apa saya menganggu?”6”Makasih ya, Kang. Yuk, berangkat sekarang”

Pengertian majas-majas dimbil dari (Rachmah Sri Utami:2009)

4.1.7 Amanat

Adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Page 23: Resensi Ier

Jangan menyesali sesuatu yang telah terjadi hanya akan membuat sakit hati,

jadikanlah yang telah lalu sebagai cerminan lebih baik di masa sekarang dan

yang akan datang.

Kita harus yakin bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang diridho’i Allah

SWT.

Sesulit apapun cobaan yang kita hadapi, yakinlah Allah selalu di sisi kita. Dan

sesungguhnya ketika kita mengalami masalah itu pertanda ketika Tuhan jatuh

cinta. Harus tetap tabah, berjuang, dan yakin.

Setiap yang terjadi di dunia ini adalah takdir Allah SWT, kita sebagai manusia

hanyalah harus berusaha.

Kita tidak boleh memiliki dendam kepada siapapun. Manusia adalah makhluk

yang tak lepas dari yang namanya khilaf. Allah pun Maha Pengampun, apalagi

kita sebagai makhluk ciptaannya.

Jangan pernah membeda-bedakan makhluk dalam hal materi. Karena semua

orang memiliki kedudukan yang sama dimata Allah SWT, yang membedakan

hanyalah amal ibadahnya.

Membantu sesama yang sedang kesulitan adalah suatu akhlak yang mulia,

apalagi kalau dalam hal menumpas kebatilan.

Jangan pernah malu dengan kekurangan kita. Karena tidak ada yang sempurna di

dunia ini, selain Allah dzat yang Maha Sempurna.

Ketika kita diberikan sebuah kepercayaan dan tanggung jawab, haruslah kita

bisa menjaga dan menjalankan amanat itu sebisa mungkin.

4.2 Nilai Agama

Harus yakin bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang diridho’i

Allah SWT. Ini digambarkan dari percakapan Shira dengan Max, “Bahkan

termaktub dalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa agama yang diridha’i oleh

Tuhan semesta alam adalah islam” (Wahyu Sujani:19)

Shalih dan shalihah. Kita harus menghormati dan menyayangi ke-2

orang tua, keluarga, sahabat dan lainnya, utamanya kita harus patuh pada ajaran

Allah SWT. Hal ini digambarkan oleh Shira dalam kutipan, “Shira masuk ke kamar

mandi mengambil air wudhu. Shalat dhuha pun dilakukan dengan tak lupa meminta

Page 24: Resensi Ier

pertolongan agar namanya kembali baik di Prancis sana, lalu dipertemukan dengan

orang tuanya.” (Wahyu Sujani:228)

Beribadah tepat waktu. Dalam hal ini Shalat yang 5 waktu. Ketika kita

mendengan adzan berkumandang, segerakanlah tunaikan ibadah shalat. Hal ini

digambarkan oleh tokoh Shira dalam kutipan, “ Maaf, Max. Kita muslim. Undangan

Allah sudah diperdengarkan.” (Wahyu Sujani:40)

Bersyukur. Kita harus bersyukur dengan apa yang kita dapat, sekecil

apapun itu, adalah suatu anugrah. Kapan-pun dan dimanapun kita berada harus ingat

Allah SWT. Hal ini dicontokan oleh tokoh Shira dalam kutipan, “Allahu

Akbar...!!!” Shira langsung melakukan sujud syukur dilantai kamar. (Wahyu

Sujani:432)

Tidak boleh su’uzhan. Kita sebagai manusia tidak boleh memiliki sifat

su’uzhan yaitu berprasangka buruk terhadap orang lain, apa yang kita fikirkan

belum tentu sama dengan kenyataan. Hal ini digambarkan oleh tokoh Bunda

Qorniah dalam kutipan, “Itu hanya ketakutanmu saja, Neng. Tepatnya, su’uzhan

pada suami sendiri. Dosa lho.” (Wahyu Sujani:377)

Rendah hati. Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan. Jangan

pernah malu dengan kekurangan kita yang hanya akan menambah beban fikiran dan

akhirnya hanya sebuah penyesalan, ketika tidak berfikir jernih mengenai kekurangan

kita. Jadikanlah kekurangan itu untuk selalu mengingatkan kita dikala kita sombong

dengan kelebihan kita, bahwasanya kita juga memiliki kekurangan, karena hanya

Allah dzat yang Maha Sempurna. Hal ini ditunjukkan oleh tokoh Shira dalam

kutipan, “Menurut Mama, apakah aku ini cukup cantiki untuk bisa bersanding

dengan orang terkenal?” (Wahyu Sujani:21)

Menatap masa depan. Kita harus bisa menatap masa depan lebih baik,

jangan memasalahkan hal yang telah terjadi di masa lalu, cukuplah menjadi

cerminan saja. Hal ini ditunjukkan oleh tokoh Mama elen dalam kutipan, “Yang lalu

biarlah berlalu. Sekarang waktunya menatap masa depan.” (Wahyu Sujani:23)

Menghormati dan menyayangi sesama. Kita tidak boleh membeda-

bedakan seseorang dari segi materi, karena semua orang memiliki derajat yang sama

di mata Allah SWT, yang membedakan hanyalah amal ibadahnya.

Page 25: Resensi Ier

Sabar. Kita harus sabar dalam memberitahu kebaikan kepada seseorang,

dalam hal ini membimbing seorang muallaf untuk memperdalam agama islam.

Memaafkan. Kita sebagai manusia yang seringkali khilaf secara sadar

ataupun tidak, harus bisa introfeksi, dan ketika orang lain berbuat salah kepada kita,

harus bisa memaafkan sebesar apapun kesalahan itu, kita harus mengikhlaskannya,

karena Allah saja maha pemaaf kepada hambanya yang mau bertaubat.

Bekerja keras. Kita sebagai umat manusia wajib berusaha untuk

mendapatkan hal yang kita inginkan, hasilnya apapun nanti takdirlah yang berbicara.

Namun Allah SWT menilai manusia itu dari prosesnya, sejauhmana kita berusaha,

sekuat apa kita bisa menghadang segala ujian.

Pantang menyerah dalam membela kebenaran. Ketika kita melihat

adanya kebatilan, selama kita bisa berbuat sesuatu, lakukanlah, namun jangan

sampai melampaui batas porsi kita. Hal ini digambarkan oleh Shira dalam kutipan,

“Aku hanya berpegang pada janji Allah saja yang mengatakan bahwa nasib manusia

bisa berubah jika ia sendiri ingin mengubahnya.” (Wahyu Sujani:241)

Memberi semangat dan nasihat ketika orang terdekat kita dalam masalah.

Dikala kita tidak bisa berbuat untuk menolong orang lain. Masih ada yang bisa kita

lakukan, yaitu dengan tetap memberikan semangat dan saran yang setidaknya bisa

membuat orang tersebut kuat dalam menghadapi masalahnya. Hal ini digambarkan

oleh tokoh Mama Elen dalam kutipan, “Anakku..., kau sudah cukup umur untuk

segera membina rumah tangga. Apakah kamu lupa sekarang usiamu sudah tiga

puluh? Kalau ada laki-laki baik yang mau menerimamu apa adanya, terimalah

cintanya agar kamu tak menyesal untuk ke-dua kalinya.” (Wahyu Sujani:23)

Amanah. Ketika orang lain memberikan kepercayaan atau pun tanggung

jawab, sebisa mungkin kita harus bisa menjaga dan menjalankannya sebaik yang

kita mampu.

Berbagi. Bukan hanya materi yang bisa kita sumbangkan, ilmu jauh akan

lebih bermanfaat terutama untuk para pelajar yang memang berkewajiban untuk

menggali ilmu sedalam mungkin. Hal ini digambarkan oleh Fikri dalam kutipan,

“Seperti biasa, lapak dagang Faisal diramaikan dengan 5 mahasiswa, satu

mahasiswi. Mereka sedang asyik tanya seputar Islam dan Kristen.” (Wahyu

Sujani:279)

Page 26: Resensi Ier

Jangan sombong. Sebesar apapun yang kita perbuat untuk orang lain,

kita tidak boleh menyombongkan diri. Sesungguhnya semua itu pemberian Allah

SWT, hanya saja melewati tangan kita. Hal ini digambarkan oleh Fikri yang sedang

menasehati anak keil, “Rahasiakan dalam hatimu kebaikan sekecil apapun yang

sudah kamu lakukan, kapanpun dan dimanapun itu.” (Wahyu Sujani:267)

Page 27: Resensi Ier

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Novel ini sangat menarik untuk dibaca. Plot-plotnya yang bergelombang,

membuat emosi turun naik, cukup membuat pembaca gregetan. Tokoh dan penokohan

yang sangat beragam, latar tempat yang jelas sehingga pembaca bisa berimajinasi,

terbayang bagaimana tempat-tempat indah yang diceritakan. Bahasa yang beragam

mulai dari Bahasa Indonesia, Bahasa Prancis, bahkan Bahasa Sunda, gaya bahasa-nya

pun tidak terlalu sulit.

Secara keseluruhan Novel ini bisa memberikan suatu pencerahan, apalagi

banyak dibahas mengenai islam, sebagai agama satu-satunya yang diridha’i Allah SWT,

juga bagaimana menyikapi suatu masalah sekalipun masalah itu sangat sulit

diselesaikan bahkan dengan perjuangan dirinya dan juga orang-orang disekelilingnya

yang harus rela berkorban. Banyak sekali nilai-nilai yang didapat dari Novel ini,

diantaranya Nilai Agama, Nilai Moral, Nilai Sosial, Nilai Budaya, dsb.

Kekurangan dan kelebihan

Kelebihan

Temanya sangat menggugah selera.

Latar tempat dijelaskan begitu mendetail, sehingga pembaca bisa

berimajinasi mengenai tempat tsb tanpa harus singgah dulu.

Tokoh dan penokohan yang sangat beragam. Sehingga pembaca tidak

jenuh.

Banyak sekali nilai yang bisa diambil terutama nilai agama yang bisa

memberikan pencerahan.

Judul-judul yang sulit ditebak membuat kita semakin penasaran dengan

ceritanya.

Kisahnya sangatlah menginspiratif, konflik-konflik yang dihadapi,

dijalaninya dengan tabah dan penuh perjuangan, membuat kita lebih bisa

memaknai arti hidup.

Covernya sangat menarik. Tulisan yang beragam dan tidak terlalu padat

sehingga pembaca tidak jenuh.

Page 28: Resensi Ier

Bahasa diselingi dengan bahasa luar jadi secara tidak langsung kita

belajar bahasa asing.

Banyak sekali puisi-puisi kehidupan yang sangat indah.

2.3.2 Dibalik kelebihannya, tentu saja ada kekurangannya, diantaraya:

Akhir cerita yang menggantung.

Biodata pengarang yang sangat singkat sehingga harus mencari sumber

lain.

Beberapa puisi yang sulit dimengerti.

Namun secara keseluruhan Novel Rose In the Rain karya Wahyu Sujani ini,

sangat menarik untuk dibaca dan banyak sekali nilai kehidupan yang bisa diterapkan

dan sebagai cerminan untuk hidup lebih baik.

Page 29: Resensi Ier

DAFTAR PUSTAKA

Sujani, Wahyu.2012.Rose in The Rain.Jogjakarta:Diva Press

Soeparto, Bambang Sigit dkk. Pendidikan KEWARGANEGARAAN. Palur. Cipta

Pustaka.

Ferdinan De Jacson Saragih.2011

Aminudin.2002:79-80

WJS. Poerwadarminta dalam Romli, 2003:75

Rachmah Sri Utami:2009

Nurgiyantoro.1995:113

www.google.com

www.wordpress.com