renungan

12
Berjalan Di Tengah Badai Pada suatu hari, seperti biasanya aku dan ayah bekendaraan menuju ke suatu tempat. Dan aku yang mengemudi. Setelah beberapa puluh kilometer, tiba-tiba awan hitam datang bersama angin kencang. Langit menjadi gelap. Kulihat beberapa kendaraan mulai menepi dan berhenti. “Bagaimana Ayah? Kita berhenti?”, Aku bertanya. “Teruslah mengemudi!”, kata Ayah. Aku tetap menjalankan mobilku. Langit makin gelap, angin bertiup makin kencang. Hujanpun turun. Beberapa pohon bertumbangan, bahkan ada yg diterbangkan angin. Suasana sangat menakutkan. Kulihat kendaraan-kendaraan besar juga mulai menepi dan berhenti. “Ayah…?” “Teruslah mengemudi!” kata Ayah sambil terus melihat ke depan. Aku tetap mengemudi dgn bersusah payah. Hujan lebat menghalangi pandanganku sampai hanya berjarak beberapa meter saja. Anginpun mengguncang-guncangkan mobil kecilku. Aku mulai takut. Tapi aku tetap mengemudi walaupun sangat perlahan. Setelah melewati bbrpa kilometer ke depan, kurasakan hujan mulai mereda & angin mulai berkurang. Setelah beberapa killometer lagi, sampailah kami pd daerah yg kering & kami melihat matahari bersinar muncul dari balik awan. “Silakan kalau mau berhenti dan keluarlah”, kata Ayah tiba-tiba. “Kenapa sekarang?”, tanyaku heran. “Agar engkau bisa melihat dirimu seandainya engkau berhenti di tengah badai”. Aku berhenti dan keluar. Kulihat jauh di belakang sana badai masih berlangsung. Aku membayangkan mereka yg terjebak di sana dan berdoa, semoga mereka selamat. Dan aku mengerti mngapa ayah menyuruhku tetap mengemudi dan berjalan di tengah badai. Aku mlihat mreka yg berhenti dan

Upload: agnes-tanujaya

Post on 11-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

renungan motivasi

TRANSCRIPT

Page 1: renungan

Berjalan Di Tengah BadaiPada suatu hari, seperti biasanya aku dan ayah bekendaraan menuju ke suatu tempat. Dan aku yang mengemudi. Setelah beberapa puluh kilometer, tiba-tiba awan hitam datang bersama angin kencang. Langit menjadi gelap. Kulihat beberapa kendaraan mulai menepi dan berhenti.

“Bagaimana Ayah? Kita berhenti?”, Aku bertanya.“Teruslah mengemudi!”, kata Ayah.Aku tetap menjalankan mobilku. Langit makin gelap, angin bertiup makin kencang. Hujanpun turun. Beberapa pohon bertumbangan, bahkan ada yg diterbangkan angin. Suasana sangat menakutkan. Kulihat kendaraan-kendaraan besar juga mulai menepi dan berhenti.

“Ayah…?”“Teruslah mengemudi!” kata Ayah sambil terus melihat ke depan.Aku tetap mengemudi dgn bersusah payah.Hujan lebat menghalangi pandanganku sampai hanya berjarak beberapa meter saja.Anginpun mengguncang-guncangkan mobil kecilku.Aku mulai takut.Tapi aku tetap mengemudi walaupun sangat perlahan.Setelah melewati bbrpa kilometer ke depan, kurasakan hujan mulai mereda & angin mulai berkurang. Setelah beberapa killometer lagi, sampailah kami pd daerah yg kering & kami melihat matahari bersinar muncul dari balik awan.

“Silakan kalau mau berhenti dan keluarlah”, kata Ayah tiba-tiba.“Kenapa sekarang?”, tanyaku heran.“Agar engkau bisa melihat dirimu seandainya engkau berhenti di tengah badai”.

Aku berhenti dan keluar. Kulihat jauh di belakang sana badai masih berlangsung. Aku membayangkan mereka yg terjebak di sana dan berdoa, semoga mereka selamat.

Dan aku mengerti mngapa ayah menyuruhku tetap mengemudi dan berjalan di tengah badai. Aku mlihat mreka yg berhenti dan akkhirnya  terjebak dalam ketidakpastian dan ketakutan kapan badai akan berakhir serta apa yang akan terjadi selanjutnya.

Jika kita sdg menghadapi “badai” kehidupan, teruslah berjalan, jgn berhenti, jgn putus asa…Sebaliknya  teruslah berjalan dan tetap lakukan yang terbaik, serta tentunya  mengijinkan Tuhan menuntunmu, engkau pasti mampu mlewati badai itu..!

Kuatir Tidak Menyelesaikan MasalahSeorang yang bijak, Sewaktu Ditanya Apakah yang Paling Membingungkan di Dunia ini ?

Beliau menjawab : “Manusia”, Karena dia “Mengorbankan Kesehatannya hanya “Demi uang”

Page 2: renungan

Lalu dia “Mengorbankan Uangnya demi Kesehatan”

Lalu dia “Sangat kuatir” dengan “Masa Depannya” sampai dia “Tidak Menikmati Masa Kini” akhirnya dia “Tidak Hidup di Masa Depan atau pun di Masa Kini.

Dia “Hidup Seakan-akan Tidak Akan Mati”, lalu dia “Mati” tanpa “Benar-benar Menikmati” apa itu “Hidup”.

Jadi bagaimana dengan anda? Karena seharusnya kita harus berani tampil beda yang tidak sama dengan dunia ini. Karena kita tahu bahwa kekuatiran kita itu sama dengan ketidak percayaan kita kepada Tuhan. Karena Firman Tuhan jelas mengajar kita “Jangan kuatir’ karena ke-kuatiran kita tidak menyelesaikan masalah apapun dalam hidup ini…… Jadi mari kita belajar “Berserah” kepada Tuhan karena Rancangan-nya itu pasti Indah buat kita semua.

Titik Kecil

Cara MemandangSeorang motivator bisnis yang terkenal, Jim Rohn, diundang sebuah perusahaan untuk melakukan motivasi  memacu semangat karyawannya yang sudah mengendor.

Dalam presentasinya, Jim Rohn mengambil satu kertas putih yang besar, kemudian dia membuat sebuah titik hitam kecil dengan pen persis di tengah kertas itu.

Dia kemudian memperlihatkan kertas itu kepada semua orang yang hadir disana. Lalu bertanya, “Apakah yang dapat lihat di kertas ini?”

Dengan cepatnya seorang pria langsung menjawab “ Saya melihat sebuah titik hitam”.

“Baik, apa lagi yang kamu lihat selain titik hitam?” Jim kembali bertanya.

yang lainnya terus memberikan jawaban yang sama : “Hanya sebuah titik hitam.”

“Tidakkah kamu melihat yang lainnya, selain titik hitam?”

Jim bertanya terus mengejar jawaban lain. “Tidak” dengan serentak, hampir seluruh pengunjung itu menjawabnya.

“Bagaimana dengan lembaran kertas putih ini?”

Jim kembali bertanya “Saya yakin kamu semua pasti melihatnya, tetapi mengapa tidak ada yang memperhatikannya?

Dan hanya melihat pada sebuah titik kecil saja?”

Page 3: renungan

Jim kemudian menjelaskan : “Dalam hidup ini, kita juga selalu lalai dan mengabaikan akan banyak hal hal yang baik, hal2 yang dahsyat, hal2 yang cermerlang, hal2 yang indah, yang kita miliki atau pernah terjadi di sekitar kita, dan kita selalu hanya Fokus dan memberikan perhatian pada masalah Kecil, masalah Sepele, masalah Keuangan, masalah Kekecewaan, masalah Kegagalan.

Masalah kita itu, persis seperti sebuah titik hitam kecil , dalam lembaran kertas besar ini.

Masalah itu hanyalah kecil dan tidak signifikan, jika kita dapat meluaskan pandangan kita untuk melihat dalam hidup kita, persis seperti kita lihat seluruh lembaran kertas ini, maka titik hitam tadi sangat kecil dan hampir tidak berarti.”

Apakah Anda termasuk orang yang juga selalu melihat titik hitam itu?

Engkau Sudah Dibayar Lunas“ Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas ”

( 1 Petrus 1 : 18 )

Setelah hidup dalam kehidupan yang “layak” , waktu saya di bumi telah selesai. Hal pertama yang saya ingat adalah duduk di bangku ruang pembelaan di sebuah pengadilan. Ketika saya melihat ke sebelah kanan saya, di sana duduk “penuntut” yang terlihat berwajah kejam dan sadis. Ketika saya melihat ke sebelah kiri saya, di sana duduk “pengacara” saya, laki-laki yang berwajah baik dan lembut. Tiba-tiba pintu di sudut terbuka dan muncul Hakim dengan jubah panjang yang melambai-lambai. Kehadiran-Nya sangat mengagumkan sampai-sampai saya tidak melepaskan pandangan pada-Nya. Ketika dia mengambil tempat duduk di belakang mahkamah, dia berkata, “ Mari kita mulai. ”

Penuntun berdiri dan berkata, “ Nama saya Setan, dan saya di sini untuk menunjukkan pada-Mu mengapa orang ini milik neraka. ” Dia meneruskan dengan mengatakan kebohongan yang pernah saya katakan, barang-barang yang pernah saya curi, dan bagaimana saya berbuat curang pada orang lain di masa lalu. Setan mengatakan perbuatan tak wajar lain yang mengerikan di masa hidup saya, dan makin banyak dia berbicara makin dalam saya terpelosok di tempat duduk saya. Saya sangat malu sehingga saya tidak dapat melihat siapapun. Saya cemas pada Setan yang mengatakan semua hal tentang saya dan saya juga cemas pada wakil saya yang duduk diam tanpa menawarkan bentuk pembelaan sama sekali. Setan menyelesaikannya dengan kemarahan dan berkata, “ Orang ini milik neraka; dia bersalah terhadap semua yang saya tuntut; dan tidak seorang pun dapat membuktikan sebaliknya. Keadilan akhirnya akan dilayani hari ini. ”

Ketika tiba giliran-Nya, pertama pengacara saya bertanya apakah dia diperbolehkan mendekati mahkamah, dan Hakim pun memperbolehkannya. Ketika Dia berdiri dan berjalan, saya dapat melihat-Nya sekarang dalam Keagungan dan Kemuliaan-Nya dan Dia adalah Yesus Penyelamat saya. Dia berhenti, berbalik lalu berbicara, “ Setan benar mengatakan bahwa orang ini berdosa,

Page 4: renungan

saya tidak akan menentang pernyataan ini, dan benar upah dosa adalah maut, dan orang ini pantas untuk dihukum. ”

Yesus menarik nafas kemudian berbalik pada Bapa-Nya dengan mengulurkan tangan dan berbicara,  “ Bagaimanapun juga, Aku mati di kayu salib sehingga orang ini boleh hidup dan dia telah menerima Aku sebagai Penyelamatnya, maka dia milik-Ku. Namanya tertulis di buku kehidupan dan tak seorang pun dapat merenggutnya dari-Ku. ” Ketika Yesus duduk, Dia diam, menatap Bapa-Nya dan menjawab, “ Tidak ada lagi yang perlu diselesaikan. Aku telah menyelesaikannya. ”

Hakim mengangkat tangan-Nya yang hebat dan memukul palu dan berkata, “ Orang ini bebas hukuman. Untuknya telah dibayar lunas. Kasus ditutup. ” Setan berteriak marah dan berkata, “ Aku tidak akan menyerah, aku akan memenangkan yang berikutnya! ”

Ketika Tuhan menuntun saya keluar, saya bertanya pada Yesus, “ Pernahkah Kau kalah dalam satu kasus? ” Kristus tersenyum penuh kasih dan berkata, “ Setiap orang yang datang pada-Ku dan meminta Aku untuk mewakili mereka, mereka menerima putusan yang sama seperti kamu. Terbayar Lunas. ”

Kado terakhir dari Ayah

Di sebuah perumahan terkenal di jakarta tinggalah seorang gadis bersama sang ayah, sang ibu telah lama mendahuluinya pergi sejak ia masih kecil. .

Seorang gadis yg akan di wisuda, sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana, akhir jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan.

Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford. Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia sangat yakin nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu.

Diapun ber’angan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya. Bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan ke teman-temannya, Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya.

Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan putrinya, dan betapa dia mencintai anak itu.

Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,… bukan sebuah kunci!

Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Jaket kulit Terkenal, di belakangnya terukir indah namanya dengan sutra emas.

Page 5: renungan

Gadis itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, “Yaahh… Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan jaket ini untukku?”

Lalu dia membuang Jaket itu dan lari meninggalkan ayahnya.

Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia hanya berdiri mematung, tak tahu apa yg harus di lakukannya ..

Tahun demi tahun berlalu,

sang gadis telah menjadi seorang yang sukses. Dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang wanita karir. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan dikelilingi suami yang tampan dan anak yang cerdas.

Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa sayangnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.

Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya. Saat melangkah masuk kerumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal disitu. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap buruk terhadap ayahnya.

Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang di rumah itu. Dan ketika dia membuka lemari pakaian ayahnya, dia menemukan Jaket itu, masih terbungkus dengan kertas kado yang sama beberapa tahun yang lalu. sesuatu jatuh dari bagian kantong Jaket itu. Dia memungutnya.. sebuah kunci mobil! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan! Dia merogoh kantong sebelahnya dan menemukan sesuatu,, di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. Dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu.

Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok kedalam. Bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga

Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk disamping mobil itu, ia menangis. air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang takan mungkin bisa terobati…

Page 6: renungan

Teguran Kepala Sekolah yang Bijak

Pada suatu hari, di sebuah sekolah menengah. Saat jam istirahat, ada perkelahian antara dua murid laki-laki di kelas. Kerumunan murid pun berakhir saat seorang guru datang menengahi dan melerai mereka. Tidak lama kemudian, saat pelajaran berikutnya akan dimulai, Kepala Sekolah masuk ke kelas tersebut dan langsung menyampaikan maksud kedatangannya.

“Andika, kamu nanti datang kantor Bapak, jam 3 sore.”Seisi kelas terdiam sedangkan murid yang dimaksud seketika berwajah pucat pasi.

“Baik Pak,” ia menjawab lemah. Habis aku! Pasti akan dimarahi dan dikenai sanksi gara-gara perkelahian tadi, begitu pikir Andika.

Tepat pukul 3 sore, Andika telah ada di depan kantor dan mengetuk pintu ruangan kepala sekolah. Jantungnya berdegup keras dan tubuhnya serasa lunglai.

“Masuk!” terdengar suara dari dalam. Andika pun masuk. Dengan takut-takut, ia berdiri dekat meja kepala sekolah, sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.

“Duduklah Andika. Kamu tentu sudah bisa menebak, kenapa Bapak memanggilmu kan? Tentu berkaitan dengan perkelahianmu tadi,” kata kepala sekolah yang diikuti anggukan kepala Andika.

Lanjutnya, “Andika telah melanggar peraturan tentang tidak boleh berkelahi di dalam lingkungan sekolah, apalagi di kelas. Tetapiada beberapa hal yang ingin bapak sampaikan berkaitan dengan kasusmu ini. Pertama, bapak senang kamu datang tepat waktu, itu menunjukkan kamu adalah anak yang disiplin.” Beliau membuka laci mejanya, mengambil sebuah permen, dan meletakkannya di meja.

“Kedua, bapak menghargai kedatanganmu saat ini. Artinya kamu menghargai bapak sebagai guru dan kepala sekolahmu. Kamu adalah anak yang berjiwa besar dan siap bertanggung jawab. Betul begitu Andika?’ Kembali Andika mengiyakan dalam diam. Beliau mengambil permen dan meletakkannya lagi di meja.

“Bapak sudah berbicara dengan guru yang melerai perkelahian dan mendengar dari beberapa temanmu. Kamu berkelahi dengan Rudi karena membela teman perempuan yang dilecehkan olehnya. Benar begitu? Bapak salut. Ini pertanda kamu adalah seorang gentleman, laki-laki sejati. Tapi ingat: berkelahi bukanlah pilihan untuk menyelesaikan masalah. Andika harus lebih bijak dan jelas, bukan dengan berkelahi seperti tadi.” Kepala sekolah meletakkan sebuah permen lagi di atas meja.

“Nah yang terakhir, karakter positif yang telah Andika tunjukkan hari ini harus dipertahankan dan dikembangkan di masa depan. Bapak yakin kamu akan berubah dan akan maju di kemudian hari. Belajar lebih baik Andika, oke?” Sambil tersenyum, beliau menambahkan satu buah permen lagi di meja dan menyodorkan permen-permen tersebut ke arah Andika. “Ambillah hadiah dan kenang-kenangan dari Bapak ini!”

Page 7: renungan

Andika yang awalnya ketakutan akan mendapat hukuman, dan tidak menyangka justru mendapat “penghargaan” dari kepala sekolahnya, mengangguk mantap. “Terima kasih Pak. Saya sangat terkejut. Bapak tidak menghukum saya bahkan memuji dan menghargai saya. Saya berjanji, pasti berubah dan akan lebih rajin belajar untuk masa depan saya sendiri.”

Renungan :Betapa pentingnya nilai budi pekerti ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Kita tahu, mereka kadang melakukan kesalahan tetapi kalau cara kita sekadar keras dengan hanya menghukum tanpa diberi pengertian yang baik, tentu akan melahirkan ketidaksehatan perkembangan mental. Antara lain, bisa menimbulkan sakit hati, dendam, kebencian,depresi, putus asa, dan sifat-sifar negatif lainnya.

Akan tetapi bila kita mampu memberikan pengertian sekaligus menanamkan budi pekerti yang baik, sekalipun ada hukuman, tetap nilainya akan berbeda. Harga diri dan kepercayaan diri anak-anak tetap terjaga dan sangat positif dalam pertumbuhan di kehidupan mereka selanjutnya

Ikan Kecil dan Air

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Sang Ayah berkata kepada anaknya, “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.” Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ikan kecil itu mendadak gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai tahukah kamu dimana tempat air berada? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”

Ternyata semua ikan yang telah ditanya tidak mengetahui dimana air itu. Si ikan kecil itu semakin kebingungan. Lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sesepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sesepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal yang sama, “Dimanakah air?” Ikan sesepuh itu menjawab dengan bijak, “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya.

Memang benar, tanpa air kita semua akan mati.” “Manusia kadang-kadang mengalami situasi yang sama seperti ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai ia sendiri tidak menyadarinya. ” Terkadang kita tidak sadar bahwa apa yang kita miliki saat ini sudah cukup membuat kita bahagia. Apa sih yang kita cari di kehidupan ini? Hidup adalah pilihan. Jangan juga pernah mengira bahwa orang lain lebih bahagia dari kita.. Karena apa yang kita lihat dari orang lain itu hanya luarnya saja.. Dalamnya? Tidak ada yg tahu. Tapi kita seharusnya lebih tahu apa yang ada pada kita dan yang disekitar kita.

Berat Segelas Air

Saat Stephen R. Covey mengajar tentang Manajemen Stress, dia bertanya kepada para peserta kuliah,

Page 8: renungan

“Menurut anda, kira-kira berapa berat segelas air ini?” Jawaban para peserta sangat beragam, mulai dari 200 gram sampai 500 gram.

“Sesungguhnya yang menjadi masalah bukanlah berat absolutnya. Tetapi berapa lama anda memegangnya,” ungkap Covey.

“Jika saya memegangnya selama satu menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama satu jam, lengan kanan saya akan sakit. Jika saya memegangnya selama satu hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya,” lanjutnya.

“Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat. Jika kita membawa beban terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu terasa meningkat beratnya,” ungkap Covey.

”Yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut. Istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi. Kita harus meninggalkan beban kita, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sehari-hari, tinggalkan beban pekerjaan anda. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok,” lanjutnya.

“Apapun beban yang ada di pundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak. Setelah beristirahat, nanti dapat diambil lagi. Hidup ini sangat singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di dalam hati kita,” kata Covey.