rencana pembinaan lima tahun desa binaan di …rencana pembinaan lima tahun desa binaan di daerah...
TRANSCRIPT
RENCANA PEMBINAAN LIMA TAHUNDESA BINAAN DI DAERAH PENYANGGA
TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAIPERIODE TAHUN 2017 – 2021
KELOMPOK : CITRA MANDIRI
DESA : LANTARI
KECAMATAN : LANTARI JAYA
KABUPATEN : BOMBANA
SULAWESI TENGGARA, 2017
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunianya Rencana Kerja
Kegiatan Penyusunan Rencana Pembinaan Desa Binaan di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
ini dapat diselesaikan.
Pembinaan/pemberdayaan masyarakat desa di daerah penyangga kawasan suaka alam dan kawasan
pelestarian alam merupakan salah satu upaya pembangunan berbasis konservasi dengan tujuan utama
meningkatkan keberdayaan masyarakat yang masih tertinggal atau miskin di sekitar kawasan
konservasi menuju ke kemandirian dan mutu kehidupan yang lebih baik, serta hidup harmonis dengan
kawasan konservasi dan alam sekitarnya.
Rencana Kerja ini meliputi tujuan, metode, tahapan dan target yang akan dicapai dan menjadi acuan
bagi pelaksana kegiatan di lapangan. Selanjutnya Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak dan individu-individu yang telah membantu selama penyusunan rencana kerja ini.
Demikian, semoga rencana kerja ini dapat bermanfaat bagi pengelolaan Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai di masa yang akan datang.
Tim Penyusun
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan.................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................... ii
Daftar Isi ...................................................................................................................... iii
Daftar Tabel ................................................................................................................ iv
Daftar Gambar............................................................................................................ v
Daftar Lampiran ......................................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Landasan Hukum................................................................................................. 2
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................................. 3
D. Ruang Lingkup..................................................................................................... 3
E. Indikator Keberhasilan ........................................................................................ 4
F. Batasan dan Pengertian........................................................................................ 4
II. PROFIL KAWASAN DAN PROFIL DESA BINAAN ..................................... 3
A. Profil Kawasan Konservasi .................................................................................. 7
B. Profil Desa Binaan............................................................................................... 18
C. Profil Kelompok Binaan....................................................................................... 24
III. RENCANA KEGIATAN PEMBINAAN DESA BINAAN
A. Tahun Kegiatan....................................................................................... 27
B. Jenis, Volume dan Lokasi ....................................................................... 27
C. Pembiayaan Kegiatan.............................................................................. 28
D. Penanggung jawab dan Pelaksana .......................................................... 30
E. Jadwal Kegiatan ..................................................................................... 31
IV. PENUTUP ............................................................................................................ 32
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penggunaan lahan disekitar sumber daya air ...........................................16
Tabel 2. Pemanfaatan air yang sudah ada didekat sumber daya air.......................16
Tabel 3. Jumlah Penduduk.....................................................................................18
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Lantari …………………………20
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Lantari …………………………20
Tabel 6. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Lantari……………………………21
Tabel 7. Jenis Kegiatan Pembinaan Desa Binaan ..................................................28
Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Desa Binaan ..................................... 29
Tabel 9. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Desa Binaan ..........................31
Error! Bookmark not defined.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi Kegiatan Penyusunan Rencana Pembinaan Desa BinaanDaerah Penyangga TNRAW…………………………………………… 39
Lampiran 2 Keputusan Kepala Balai Besar/Balai (UPT KSDAE) tentangPenunjukan Desa Binaan dan Pendampingnya ………………………... 41
Lampiran 3 Legalitas Kelompok Citra Mandiri …………………………………….. 43Lampiran 4 Hasil analisis pohon masalah/PRA/SWOT/metode lain yang dipilih
secara partisipatif dalam rangka pembinaan desa binaan di daerahpenyangga kawasan konservasi………………………………………… 46
Lampiran 5 Hasil analisis peran para pihak (analisis stakeholder) ……… 49Lampiran 6 Indikator keberhasilan pembinaan desa binaan lingkup Balai Taman
Rawa Aopa Watumohai ………………………………………………... 50Lampiran 7 Peta Daerah Penyangga Kawasan TNRAW …………………………… 51Lampiran 8 Peta Desa Lantari ……………………………………………………… 52Lampiran 9 Matriks monitoring output ……………………………………………... 54Lampiran 10 Matriks monitoring permasalahan ……………………………… 56Lampiran 11 Matriks monitoring pencapaian IKK/kegiatan ………………… 58
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan salah satu
Kawasan Pelestarian Alam yang mempunyai fungsi perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya. Di samping banyaknya jenis gangguan dan tekanan
terhadap kawasan yang dihadapi dalam pengelolaan kawasan Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW), hal lain yang perlu disadari
adalah tingginya tingkat ketergantungan masyarakat sekitar kawasan
terhadap sumber daya alam yang ada di dalam kawasan. Dalam hal ini,
tentunya penanganan permasalahan dan pengelolaan pemanfaatan, tidak
bisa dilakukan oleh pihak pengelola Taman Nasional semata, namun
diperlukan juga dukungan dari masyarakat sekitar kawasan sehingga
manfaat ekologis dari keberadaan Taman Nasional dapat terus terjaga, dan
masyarakat pun tetap bisa memanfaatkan sumberdaya alam yang ada.
Daerah penyangga mempunyai fungsi untuk menjaga kawasan
konservasi dari segala bentuk gangguan yang berasal dari luar atau dalam
kawasan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan dan fungsi
kawasan. Salah satu upaya mengurangi tekanan masyarakat terhadap
kawasan konservasi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat di
daerah penyangga melalui pembinaan/pemberdayaan masyarakat.
Desa Lantari merupakan salah satu desa penyangga pada Kawasan
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Sesuai dengan arah kebijakan
kemeterian kehutanan yang salah satunya adalah pemberdayaan
masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar
kawasan hutan, maka perlu dilakukan kolaborasi melalui pengelolaan
kawasan Taman Nasional dengan melibatkan masyarakat lokal dengan
tujuan agar kegiatan pemanfaatan di wilayah tersebut bisa lebih terkendali.
Pendampingan masyarakat desa atau Pendampingan Desa Binaan di
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 2
daerah penyangga kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam
merupakan salah satu upaya pembangunan berbasis konservasi dengan
tujuan utama meningkatkan keberdayaan masyarakat yang masih
tertinggal atau miskin di sekitar kawasan konservasi menuju kemandirian
dan mutu kehidupan yang lebih baik, serta hidup harmonis dengan
kawasan konservasi dan alam sekitarnya.
Untuk itu perlu Pembentukan Desa Binaan di Daerah Penyangga
Kawasan Konservasi sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor SK.
80/KSDAE/SET/KSA.1/2/2017 tanggal 20 Februari 2017 ditetapkan
Lokasi Desa Binaan dan Pendamping Pada Daerah Penyangga Kawasan
Konservasi. Rencana Kerja Lima Tahun ini akan menjadi acuan bagi Unit
Pelaksana Teknis Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai daerah
penyangga kawasan konservasi seperti desa Lantari.
B. Landasan Hukum
Dasar pelaksanaan Rencana Kerja Lima Tahun dalam pencapaian IKK
Program KSDAE Tahun 2015-2019 antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
2. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa.
3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
KSA dan KPA.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa.
6. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007 Tentang
Hasil Hutan Bukan Kayu.
7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2013 Tentang
Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 3
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.18/MenLHK-II/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pendampingan Desa.
10. Keputusan Direktur Jenderal PHPA Nomor 44/Kpts/DJ-VI/1997
Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Rancangan Pembinaan Daerah
Penyangga.
11. Keputusan Direktur Jenderal PHPA Nomor 49/Kpts/DJ-VI/1997
Tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Daerah Penyangga.
12. Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor SK 203/IV-KKBHL/2012
Tentang Petunjuk Teknis Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi.
13. Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor SK 204/IV-KKBHL/2012
Tentang Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Pemberdayaan
Masyarakat Daerah Penyangga Kawasan Konservasi.
14. Pedoman Pelaksanaan Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Program KSDAE Tahun 2015-2019.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan : Adanya perencanaan program yang terarah dalam
melaksanakan kegiatan dalam upaya mewujudkan Pemberdayaan
Masyarakat Daerah Penyangga Kawasan Konservasi.
2. Manfaat : Terwujudnya tujuan meningkatkan keberdayaan
masyarakat yang masih tertinggal atau miskin di sekitar kawasan
konservasi menuju kemandirian dan mutu kehidupan yang lebih baik,
serta hidup harmonis dengan kawasan konservasi dan alam sekitarnya.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup meliputi pemahaman interaksi daerah penyangga dengan
kawasan konservasi, konsep pemberdayaan, proses perencanaan, dan
penyusunan rencana pemberdayaan di desa binaan.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 4
E. Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan Pencapaian Tujuan Utama Desa ditetapkan oleh
Kelompok Desa Binaan. Indikator ini harus mengacu dan mengarah
kepada pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Program KSDAE
Tahun 2015 - 2019, yaitu:
1. Indikator I: Meningkatnya jumlah anggota/kelompok masyarakat
peduli terhadap konservasi kawasan.
2. Indikator II: Meningkatnya pendapatan kelompok yang dibina
(peningkatan melalui pengembangan usaha ekonomi).
3. Indikator III: Menurunnya jumlah masyarakat/orang yang melakukan
pelanggaran terhadap kawasan konservasi (jumlah orang).
4. Indikator IV: Meningkatnya kegiatan ekonomi produktif dengan usaha
yang mencirikan desa konservasi (jumlah orang berkesempatan
usaha/jumlah usaha).
F. Batasan dan Pengertian
1. Daerah penyangga kawasan konservasi adalah wilayah yang
berbatasan dengan kawasan suaka alam dan/atau kawasan pelestarian
alam, dapat berupa kawasan hutan, yaitu hutan lindung dan hutan
produksi, serta non-kawasan hutan, yaitu hutan hak, tanah negara
bebas, atau tanah yang dibebani hak, yang berfungsi untuk menjaga
keutuhan KSA dan/atau KPA yang bersangkutan.
2. Pembinaan fungsi daerah penyangga, meliputi: (1) peningkatan
pemahaman masyarakat terhadap konservasi sumber daya hayati dan
ekosistemnya; (2) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya; dan (3)
peningkatan produktivitas lahan.
3. Pembinaan desa binaan di daerah penyangga kawasan konservasi
adalah bimbingan/pendampingan berbagai kegiatan, mulai
perencanaan hingga pengawasan yang dilakukan oleh UPT Dijen
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 5
KSDAE terhadap masyarakat desa binaan dalam rangka mencapai
tujuan bersama.
4. Pemberdayaan masyarakat daerah penyangga kawasan konservasi
adalah upaya meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu
maupun kelompok, dalam pengelolaan potensi sumber daya berikut
permasalahannya guna peningkatan kemandirian, kesejahteraan, dan
kualitas hidup masyarakat daerah penyangga kawasan konservasi
dengan tetap menjaga kelestarian kawasan konservasi.
5. Desa dan desa adat – atau dengan sebutan lain seperti kampung,
nagari, hutan, marga, dan sebagainya – adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional.
6. Kawasan konservasi adalah kawasan, baik di daratan maupun di
perairan, yang memiliki ciri khas tertentu dan mempunyai fungsi
pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, yang
berdasarkan kondisi biogeofisiknya dikategorikan kedalam kawasan
suaka alam, kawasan pelestarian alam, atau taman buru.
7. Kawasan suaka alam, disingkat KSA, adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi
pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa beserta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah
system penyangga kehidupan. KSA dibagi ke dalam dua fungsi, yaitu:
a. Cagar alam, disingkat CA, adalah KSA yang karena keadaan
alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya
atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan
perkembangannya berlangsung secara alami.
b. Suaka margasatwa, disingkat SM, adalah KSA yang mempunyai
cirri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa
yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan
terhadap habitatnya.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 6
8. Kawasan pelestarian alam, disingkat KPA, adalah kawasan dengan
cirri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai
fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
9. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, disingkat
KSDAHE, adalah pengelolaan sumber daya alam hayati berikut
ekosistemnya yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk
menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
10. Direktorat Jenderal KSDAE, disingkat Ditjen KSDAE, adalah
direktorat jenderal yang berada di bawah Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab
dalam urusan KSDAE.
11. Unit Pelaksana Teknis Ditjen KSDAE adalah unit kerja yang berada di
bawah Ditjen KSDAE, terdiri dari Balai Besar KSDA, Balai Besar
Taman Nasional, Balai KSDA, dan Balai Taman Nasional.
12. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua, disingkat
BBKSDA Papua, adalah unit kerja yang berada di bawah Ditjen
KSDAE yang berlokasi di wilayah Provinsi Papua.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 7
BAB II
PROFIL KAWASAN KONSERVASI DAN PROFIL DESA BINAAN
A. Profil Kawasan Konservasi Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
1. Identitas Kawasan
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) secara
geografis terletak pada posisi 12144’-12244’ BT dan 422’-439’
LS dan secara administratif pemerintahan terletak di Provinsi Sulawesi
Tenggara pada 4 (empat) wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Konawe
(9.698,70 ha), Kabupaten Kolaka Timur (20.663,64 ha), Kabupaten
Konawe Selatan (30.625,50 ha) dan Kabupaten Bombana (44.206,16
ha.) sehingga luas total 105.194 ha
2. Sejarah dan Dasar Hukum/Status Kawasan
Mulanya taman nasional ini adalah sebuah kawasan hutan dengan
fungsi sebagai hutan wisata khususnya sebagai taman buru sesuai
Keputusan Menteri Pertanian No.648/Kpts/Um/10/1976. sebagai
taman buru, arealnya meliputi hutan di sekitar G. Watumohai, diantara
sungai Roraya dan sungai Langkowala seluas 50.000 ha. Ada 2 faktor
penting yang menjadi pertimbangan areal hutan di sekitar gunung
watumohai ditetapkan sebagai daerah wisata berburu. Pertama
pembinaan secara khusus olah raga berburu, rekreasi dan pariwisata,
kedua keadaan populasi vegetasi dan kondisi hutan di sekitar gunung
watumohai memenuhi syarat untuk dilaksanakan perburuan.
Rawa Aopa dan sekitarnya sendiri mulanya tidak memiliki status
fungsi kawasan sebagai hutan suaka maupun hutan wisata
sebagaimana yang diatur dalam UU no. 5 tahun 1967. Status hutan
suaka baru melekat pada Rawa Aopa di tahun 1980 setelah Menteri
Pertanian menunjuk areal seluas 71.400 ha ini sebagai cadangan hutan
untuk cagar alam berdasarkan Surat Menteri Pertanian no.
22/Ment/III/1980 tanggal 10 Maret 1980, setelah melalui penelitian
yang dilakukan oleh Dr. Yacon seorang ahli botani dari Belanda
bersama dengan staf Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 8
Rencana pembentukan TNRAW mulai bergulir tanggal 18 Februari
1983, saat itu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara,
Ir H. Alala, melakukan pembicaraan lisan dengan Kepala Kantor
Wilayah Departemen Pertanian (Kanwil Deptan) Sultra, Kepala
BKSDA VI Sulawesi dan Kepala Sub Balai PPA. Pembicaraan ini
membahas tentang rencana pembentukan taman nasional di Sulawesi
Tenggara dengan nama Taman Nasional Gunung Watumohai-Rawa
Aopa.
Pembicaraan mengenai taman nasional ini kemudian berlanjut di
Kantor Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara tanggal
1 Maret 1983, yang dipimpin oleh Asisten II Sekwilda dihadiri oleh
berbagai dinas dan instansi daerah atau pusat di Sulawesi Tenggara.
Beberapa catatan penting dari rapat tersebut adalah :
1. Luas lokasi taman nasional belum dapat dipastikan dan oleh sebab
itu untuk menjajaki kemungkinan lebih lanjut maka Dinas
Kehutanan, Sub Balai PPA Sulawesi Tenggara dan Kantor Agraria
diharuskan membuat peta situasi lokasi Gunung Watumohai-
Rawa Aopa.
2. Sub Balai KSDA Sulawesi Tenggara ditugaskan pula untuk
membuat uraian tentang pembentukan taman nasional dalam
jangka waktu satu minggu.
Dalam uraian Sub Balai PPA Sulawesi Tenggara 8 Maret 1983,
dikatakan pengembangan Taman Buru Gunung Watumohai dan Rawa
Aopa untuk dicadangkan sebagai taman nasional adalah upaya
meningkatkan kegiatan konservasi sumberdaya alam, baik dari segi
lokasi maupun tujuan penetapannya dengan alasan “penyelamatan
tipe-tipe ekosistem dan lokasi wisata berburu”.
Dari catatan sejarah ini dapat dikatakan bahwa Taman Nasional
Rawa Aopa Watumohai yang dulu direncanakan bernama taman
nasional Gunung Watumahai Rawa Aopa, sudah mulai diwacanakan
sebagai salah satu calon Taman nasional sejak tahun 1983, meskipun
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 9
dalam dokumen UU yang mengatur pengelolaan sumber daya hutan
pada waktu itu belum ditemukan kata taman nasional.
Satu-satunya produk hukum yang menjai acuan pengelolaan hutan
adalah UU no. 5 tahun 1967 tentang ketntuan-ketentuan pokok
kehutanan yang mana di dalam UU ini kata taman nasional belum
ditemukan kecuali kata taman wisata dan taman buru.
Memasuki tahun 1985 diskusi pembahasan rencana deklarasi
taman nasional mulai muncul, bersamaan dengan mulai adanya
rencana kedatangan Presiden RI (Suharto) ke Kendari. Rencana
deklarasi ini, mendorong pihak-pihak terkait seperti BKSDA VI
Sulawesi di Palu dan Dinas Kehutanan di Sulawesi Tenggara
mendesak agar Menteri Kehutanan segera menunjuk cadangan hutan
Rawa Aopa juga dengan Taman Buru G. Watumohai menjadi taman
nasional. Namun berdasarkan tanggapan Dirjen PHPA Dephut yang
salah satu isinya menolak istilah taman nasional dengan argumen
bahwa taman nasional sampai kini belum diatur dalam peraturan
perundangan, sedangkan yang dimaksud dengan tamn nasional selama
ini adalah hutan-hutan suaka alam dan kawasan pelestarian alam yang
dikelola dalam satu kesatuan sistem manajemen. Penolakan ini
sekaligus pula sebagai saran agar hutan-hutan yang dimaksud dalam
usulan taman nasional lebih dulu ditunjuk sebagai Suaka Margasatwa
(Dirjen PHPA Dephut, 1984).
Berdasarkan surat ini kemudian pada pertengahan tahun 1985,
secara resmi Menteri Kehutanan menunjuk kelompok hutan Rawa
Aopa seluas lebih kurang 55.560 ha sebagai hutan dengan fungsi
suaka margasatwa sesuai SK Menhut no. 138/Kpts-II/1985, begitu
pula terhadap wilayah Taman Buru sesuai SK Menhut no. 189/Kpts-
II/1985 mengalami perubahan status menjadi suaka margasatwa
meskipun hanya sebagian dari wilayahnya yaitu seluas 41.244 ha dari
total luasan taman buru 50.000 ha (Dephut,1985).
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 10
Surat Keputusan Menteri Kehutanan yang kedua (SK Menhut
no.189/Kpts-II/1985), selain menyatakan perubahan status sebagian
kawasan taman buru menjadi suaka margasatwa, sesungguhnya juga
merupakan sebuah keputusan untuk menggugurkan status hukum
kelompok hutan Rawa Aopa dan wilayah sekitarnya sebagai hutan
suaka margasatwa yang baru berusia 45 hari sebagaimana yang
sebelumnnya telah diatur dalam keputusan Menteri Kehutanan No.
138 tahun 1985, hal ini dapat dilihat dari isi dokumen tersebut
“tentang perubahan status sebagian Taman Buru Gunung Watumohai
seluas ± 41.244 ha yang terletak di daerah tingkat I Sulawesi Tenggara
menjadi Suaka Margasatwa dengan nama Suaka Margasatwa Gunung
Watumohai dan menggabungkan jadi satu dengan suaka margasatwa
Rawa Aopa.
Setelah Menteri Kehutanan Soedjarwo mengeluarkan dua surat
keputusan tentang ini, diskusi mengenai deklarasi taman nasional
mengalami kemandegan selama sekitar 4 tahun. Kemandekan ini
terjadi karena, pertama, penunjukan kelompok hutan Rawa Aopa
sebagai kawasan hutan suaka margasatwa dan perubahan sebagian
Taman Buru Gunung Watumohai menjadi suaka margasatwa perlu
ditindaklanjuti dengan pengukuran dan penataan batas di lapangan;
kedua, setelah rencana deklarasi taman nasional gagal dilakukan
bersamaan dengan kunjungan Presiden di Sulawesi Tenggara, belum
ada momen yang baik untuk mendeklarasikan Taman Nasional Rawa
Aopa Gunung Watumohai; ketiga, dalam kurun waktu proses ini,
Indonesia menyelenggarakan Pemilihan Umum yang diikuti dengan
perubahan susunan kabinet (sebagai contoh di Departemen Kehutanan
pergantian menteri terjadi antara Soedjarwo kepada Hasrul Harahap).
Di masa Hasrul Harahap inilah dalam rangkaian pelaksanaan
Pekan Konservasi Alam di Yogyakarta pada tanggal 1 April 1989,
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (96.804 ha) di Provinsi
Sulawesi Tenggara dideklarasikan bersama-sama dengan Taman
Nasional Way Kambas (130.000 ha) di Provinsi Lampung dan Taman
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 11
Nasional Laut Bunaken Manado Tua (89.065 ha) di Provinsi Sulawesi
Utara, melalui Surat Pernyataan Manteri Kehutanan RI no.444 tahun
1989 tentang taman-taman nasional. Selanjutnya dalam surat ini juga
dinyatakan bahwa ketiga taman nasional tersebut akan dikukuhkan
dalam bentuk produk hukum atau ditetapkan secara resmi menjadi
taman nasional setelah diundangkannya UU tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Inilah tonggak sejarah bahwa Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai secara tegas dinyatakan sebagai taman nasional pertama
di Indonesia bersama-sama dengan Taman Nasional Bunaken dan
Way Kambas, sebagaimana isi Surat Pernyataan Menteri Kehutanan
RI no. 444 tahun 1989 tentang taman-taman nasional. Dengan
demikian secara de facto ketiganya menjadi taman nasional tertua di
Indonesia.
Hal yang lebih istimewa dalam perkembangan sejarah Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai adalah bahwa setahun setelah
dideklarasikannya tiga kawasan hutan menjadi taman nasional (tahun
1990), UU tentang KSDAHE diundangkan.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa dengan dikukuhkan Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai melalui Surat Keputusan Menteri
Kehutanan no. 756/ Kpts-II/1990 yang tahunnya bersamaan dengan
diundangkannya UU no. 5 tahun 1990 tentang KSDAHE maka
TNRAW menempati predikat sebagai salah satu taman nasional yang
pertama disahkan secara hukum
Berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan No. 756/Kpts-
II/1990 tanggal 17 Desember 1990, Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai (TNRAW) terbentuk dengan luas 105.194 ha.
Di kawasan Blok Hutan Mandu mandula merupakan batas wilayah
kerajaan Suku Moronene dan Suku Tolaki yang merupakan suku asli
Sulawesi Tenggara. Jaman dahulu pada saat terjadinya konflik, Sungai
Mandu mandula merupakan lokasi perundingan sekaligus
penyelesaian sengketa batas wilayah antara kedua suku tersebut yaitu
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 12
Suku Moronene di sebelah barat Mandu-madula dan Suku Tolaki di
sebelah Timur Mandu-madula. Hal ini dikuatkan dengan adanya
pengakuan tokoh-tokoh dari kedua suku dan pemerintah daerah
setempat. Bukti-bukti sejarah dalam bentuk prasasti, tulisan, artefak
atau benda sejarah lainnya masih dalam tahap pengumpulan. Potensi
besar ini layak untuk dikembangkan menjadi lokasi wisata bertemakan
sejarah dan budaya yang penting bagi keberadaan Taman Nasional
Rawa Aopa Watumohai.
Status kawasan TNRAW dikukuhkan/ditetapkan pada tanggal 17
Desember 1990 berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
756/Kpts-II/1990. Status pengelolaannya dikelola oleh Balai Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai sesuai dengan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 6186/Kpts-II/2002 tanggal 10 Juni 2002. Secara
internasional TNRAW selain ditetapkan sebagai zona wallacea juga telah
ditetapkan dalam Ramsar site pada tanggal 6 Maret 2011 sebagai Wetland
International Importance.
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) sebagai
Kawasan Pelestarian Nasional dikelola dengan sistem zonasi. Pengelolaan
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 13
dengan sistem zonasi ini bertujuan untuk menciptakan pola pengelolaan
yang efektif dan optimal sesuai dengan kondisi dan fungsinya. Adapun
sistem zonasi TNRAW sesuai surat keputusan Dirjen KSDAE No :
SK.343/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September 2016, dibagi
menjadi 6 (enam) zonasi yaitu antara lain :
a. Zona Inti
Zona inti adalah bagian dari Taman Nasional yang mempunyai
kondisi alam, baik flora dan fauna atau fisiknya masih asli dan belum
terganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk
perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas.
Luas zona inti TNRAW seluas 21.048,02 ha.
b. Zona Pemanfaatan
Zona pemanfaatan adalah bagian dari Taman Nasional yang letak,
kondisi dan potensi alamnya terutama dimanfaatkan untuk
kepentingan pariwisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan
lainnya. Luas zona pemanfaatan di TNRAW adalah seluas 8.619,85
ha.
c. Zona Khusus
Zona khusus adalah bagian dari Taman Nasional karena kondisi yang
tidak dapat dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat dan
sarana penunjang kehidupan yang tinggal sebelum wilayah tersebut
ditetapkan sebagai taman nasional antara lain sarana telekomunikasi,
fasilitas transportasi dan listrik. Luas zona khusus di TNRAW adalah
seluas 232,67 ha.
d. Zona Tradisional
Zona tradisional adalah bagian dari Taman Nasional yang ditetapkan
untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang
karena kesejarahan mempunyai ketergantungan dengan SDA. Luas
zona tradisional adalah seluas 5.934,35 ha.
e. Zona Rehabilitasi
Zona Rehabilitasi adalah bagian dari Taman Nasional yang telah
mengalami kerusakan, sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 14
komunitas hayati dan ekosistemnya. Luas zona rehabilitasi TNRAW
adalah seluas 24.898.60 ha.
f. Zona Rimba
Zona rimba adalah bagian dari Taman Nasional yang karena letak,
kondisi dan potensinya mampu mendukung pelestarian zona inti dan
zona pemanfaatan. Luas zona rimba adalah seluas 44.460,51 ha.
3. Kondisi Fisik Kawasan
a. Topografi
Pada umumnya kawasan TNRAW bertopografi datar dan
rangkaian perbukitan landai. Bentang alamnya berupa dataran rendah
sampai berbukit di bagian selatan, sedangkan di bagian utara
bergelombang berat sampai bergunung-gunung. TNRAW berada pada
ketinggian mulai dari 0-981 m di atas permukaan laut. Puncak
tertinggi adalah Osu Mendoke (981 m) dibagian barat, Osu Makaleleo
(798 m dpl) dibagian utara dan Osu Watumohai (550 m dpl) dibagian
tengah/selatan.
Sebagian besar dataran rendah berada di luar kawasan dan telah
dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai lahan budidaya
perkebunan dan pertanian seperti Kakao Theobroma Cacao dan Jeruk
manis Citrus sp. Hal ini juga terjadi pada beberapa lokasi taman
nasional yang berbatasan langsung dengan lahan penduduk.
b. Batas kawasan
Kawasan TNRAW berbatasan dengan lahan budidaya masyarakat
pada 101 desa di 13 Blok Hutan.
Batas-batas wilayah kawasan TNRAW adalah
• Utara : Kec. Tirawuta (Kab. Kolaka), Kec. Lambuya
(Kab. Konawe);
• Selatan : Kec. Tinanggea (Kab. Konawe Selatan), Kec.
Rarowatu (Kab. Bombana), Selat Tiworo;
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 15
• Barat : Kec. Lambandia, Kec. Tanggetada, Kec. Ladongi
(Kab. Kolaka Timur ); Kec. Rarowatu (Kab.
Bombana);
• Timur : Kec. Lambuya, Kec. Puriala (Kab. Konawe);
Kec. Angata, Kec. Benua, Kec. Tinanggea
(Kab. Konawe Selatan).
c. Geologi dan Tanah
Kawasan TNRAW tersusun atas 6 (enam) formasi geologi, yaitu
Aluvium (Qa), Napal, Kalsilutit dan Gamping pasiran (Tml), Formasi
Boepinang (Tmpb), Ultranafik (Ku), Pompangeo (MTpm) dan
Formasi Alangga (Qpa).
d. Hidrologi
Kawasan TNRAW yang berbukit ditutupi oleh vegetasi hutan
permanen sebagai daerah tangkapan air berperan sangat penting bagi
dataran rendah di 4 (empat) wilayah kabupaten. Ribuan jiwa dan
ribuan hektar lahan pertanian penduduk sumber airnya tergantung dari
kelestarian kawasan ini. Bebarapa sub daerah aliran sungai (DAS)
yang merupakan sumber air bagi sungai-sungai yang berada di
bawahnya, yaitu :
• Sub DAS Aopa-Andowengga
• Sub DAS Lambandia-Roraya
• Sub DAS Mempaho-Poleang
• Sub DAS Laea
• Sub DAS Jawi-jawi – Lampopala
• Sub DAS Langkowala
e. Iklim, Suhu, Curah Hujan dan Kelembaban
Tipe iklim menurut Schmidt dan Fergusson termasuk tipe C
dan D (sebagian besar C, terutama di wilayah utara) dengan curah
hujan bervariasi antara 1500 s/d 2000 mm/tahun. Curah hujan
tertinggi berada dibagian utara yang terjadi pada bulan Januari s/d
Juni dan terendah dibagian selatan. Suhu rata-rata 22,3-30C dan
kelembaban berkisar antara 21%-25%.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 16
f. Aksesibilitas
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dibagi dalam tiga seksi
pengelolaaan. Aksesibilitas menuju kawasan TN Rawa Aopa
Watumohai dapat ditempuh dari ibu kota propinsi (Kendari) melalui
beberapa pintu masuk yaitu sebagai berikut :
a. Kantor Balai TN Rawa Aopa Watumohai
Kantor Pusat Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
berada di Tatangge, Blok Hutan Tinanggea, Kabupaten Konawe
Selatan dapat dicapai melalui jalur darat dari arah timur dengan
kendaraan roda dua maupun roda empat dengan kondisi jalan
beraspal hotmix dari Kota Kendari, yaitu Kota Kendari-
PunggalukuAndoolo-Tinanggea-Tatangge dengan jarak ± 120 km
selama 2-3 jam, sedangkan dari arah barat melalui Kota Kolaka-
Poleang-Kasipute-LangkowalaLanowulu dengan kondisi jalan
beraspal dengan waktu tempuh 8-10 jam.
b. Kantor SPTN Wilayah I
Dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda 2 dan roda 4 dengan
jarak tempuh ± 60 km dengan kondisi jalan yang baik dan dapat
ditempuh dengan waktu satu jam. Rute yang dilalui yaitu Kendari
– Ranumeto – Mowila – Angata – Aopa.
c. Kantor SPTN Wilayah II
Dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda 2 dan roda 4 dengan
jarak ± 140 Km dengan kondisi jalan yang baik dan dapat
ditempuh dengan waktu ± 2,5 jam. Rute yang dilewati adalah
Kendari – Punggaluku – Andoolo – Tinanggea – Tatangge (Palang
I) – Lombakasih (Palang II)
d. Kantor SPTN Wilayah III
Dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda 2 dan roda 4 dengan
jarak ± 140 km dengan kondisi jalan yang baik dan dapat ditempuh
± 3 jam. Rute yang dilewati adalah Kendari – Puuwatu – Wawotobi
– Unaaha – Raterate – Ladongi.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 17
4. Potensi Biologi
Sebagai pusat perhatian keanekaragaman hayati di jazirah tenggara
Pulau Sulawesi, TNRAW paling tidak memiliki 4 (empat) tipe ekosistem
yang cukup bervariasi, unik dan khas dengan tingkat keanekaragaman
flora, fauna dan kultur etnis yang melingkupinya. Berdasarkan hasil survey
WCS tahun 2001 di TNRAW dapat dijumpai 124 jenis burung dari 40
family, yakni 47 jenis endemic Sulawesi, 5 jenis yang terancam punah, 1
jenis rentan (Aramidopsis plateni) dan 2 jenis dikategorikan genting
(Mycteria cinerea dan Macrocephalon maleo); Mamalia 22 jenis dari 12
family, 10 jenis diantaranya endemic Sulawesi, 1 jenis dikategorikan
rentan (Macrogalidia musschenbroeki) dan 1 jenis dikategorikan genting
(Bubalus quarlesi) serta 2 jenis Kodok yaitu Bufo celebensis dan Bufo sp.,
kodok sebesar tempurung kelapa yang belum teridentifikasi. Disamping itu
jenis tumbuhan yang sudah teridentifikasi sebanyak 501 jenis dari 41
family.
Tipe-tipe ekosistem yang ada dalam kawasan TNRAW. yang ada
di kawasan ini, yaitu :
a. Ekosistem Hutan Mangrove
Ekosistem ini terletak dibagian selatan kawasan membentang dari
barat ke timur sepanjang 24 km dengan luas 6.173 ha. Jenis-jenis
tumbuhan yang mendominasi ekosistem ini adalah Rhizophora
mucronata, Avicennia alba, tongke Bruguiera gymnorrhyza, Bruguiera
cylindrica, Bruguiera parviflora, Ceriops decandra (Rhizophoraceae);
Lumnitzera littorea, Lumnitzera racemosa (Combretaceae);
Peropa/Sonneratia alba (Sonneratiaceae); Buli Xylocarpus granatum
(Meliaceae); Acanthus lorantifolia, Acrostichum aureum
(Pteridaceae), Pandan Pandanus sp.(Pandaceae) dan lain-lain.
Sedangkan jenis satwa liar yang ada ditempat ini adalah Buaya
Crocodylus porosus, Anoa Bubalus depresicornis, Babi hutan Sus
scrova, berbagai jenis ikan, udang, Kepiting bakau Scylla serrata,
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 18
Burung pecuk ular Anhinga melanogaster, Wilwo Mycteria cinerea,
Bangau Egretta intermedia, dan lain-lain.
b. Ekosistem savana
Ekosistem ini memiliki luas 22.964 ha terbentang dibelakang hutan
mangrove sampai dikaki Gunung Watumohai dan Mendoke. Jenis-
jenis tumbuhan yang mendominasi adalah Longgida Nauclea
orientalis, Agel Corypha utan LAMK, Alang-alang Imperata
cylindrica BEAUV, Lontar Borassus flabellifer LINN, dan Tipulu
Arthocarpus teysmanii. Sedangkan jenis satwa liar yang banyak
ditemukan adalah Rusa Cervus timorensis, Babi Sus scrova, Anoa
Bubalus depresicornis, Musang Macrogalidia musschenbroek, Biawak
Varanus salvator, Burung puyuh Coturnix chinensis, Merpati hutan
Ducula luctuosa, Tekukur Streptopelia chinensis, Ayam hutan merah
Gallus gallus, dan lain-lain.
c. Ekosistem Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah
Ekosistem ini seluas 64.569 ha. Sebagaimana hutan tropis pada
umumnya di tempat ini banyak ditumbuhi jenis rotan, liana, perdu dan
herba. Jenis tumbuhan yang mendominasi sangat beragam antara lain
Kalaero Dyospiros malabarica, Kulipapo Vitex copasus, Bitti Vitex
pubescens, Kolaka Perinarium corimbosum, Bolongita Tetrameles
nudiflora, Kokabu Anthocephalus cadamba, Kayu Nona Metrosideros
petiolata, Bayam Intsia sp., Kalapi Callapia celebica, dan lain-lain.
Sedangkan jenis satwa liar yang mendominasi tempat ini adalah Anoa
Bubalus sp., Babirusa Babyrousa babyrussa, Monyet Hitam Macaca
ochreata, Podi Tarsius spectrum, Musang Macrogalidia
musschenbroek, Beke Sus celebensis, Burung Rangkong Rhyticeros
cassidix, Kakatua kecil jambul kuning Cacatua sulphurea, Ayam hutan
Gallus gallus, dan lain-lain.
d. Ekosistem Rawa Air Tawar
Ekosistem ini terletak di Resort Aopa, Seksi Konservasi Wilayah I.
Rawa yang terletak di Desa Pewutaa, Kec. Angata, Kab. Konawe
Selatan memiliki banyak keunikan dan kekhasan. Rawa seluas 11.488
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 19
ha ini merupakan habitat berbagai satwa liar terutama burung air
(water bird). Ekosistem ini didominasi oleh tumbuhan teratai merah,
totole, Uti Baeckea frutescens, Holea Callophyllum Soulattri, Wewu
Planchonia valida, Sagu Metroxylon sagoo, dan lain-lain. Jenis satwa
liar yang mendominasi eksosistem ini pada umumnya adalah burung
air seperti Wilwo Mycteria cinerea, Bangau Egretta intermedia, Koak
merah Nyctocorax caledonicus, Pecuk ular Anhinga melanogaster,
Ibis Dendrocygna arcuata, Mandar dengkur Aramidopsis plateni, dll.
Adapun jenis-jenis ikan yang menghuni rawa ini adalah Gabus Chana
striata, Lele Clarias batrachus, Belut Monopterus albus, Mujair Tilapia
mossambica, Tawes Barbodes gonionotus, Sepat Trichogaster
trichopterus dan lain-lain.
5. Potensi Jasa Lingkungan / Wisata
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai memiliki beberapa
potensi wisata antara lain sebagai berikut :
a. Hutan Pendidikan Tatangge
Hutan pendidikan Tatangge pada awalnya ditujukan sebagai sarana
pendidikan lingkungan dan semakin berkembang peruntukannya untuk
bird watching, camping, photography, penelitian, dan jungle track.
Fasilitas : Jalan setapak, shelter, wisma tamu, jembatan, jalan trail,
camping ground, rumah pohon, menara pengamatan
b. Rawa Aopa
Pulau harapan merupakan daratan yang dikelilingi oleh hamparan rawa
aopa yang berada di antara Desa Pewutaa dan Desa Mokaleleo.
Kegiatan wisata yang dapat dilakukan diantaranya : memancing, susur
rawa, penelitian, photography, bird watching, mendayung.
Fasilitas : Dermaga pemancingan, penyewaan perahu, kantor resort
c. Muara Mangrove Lanowulu
Muara mangrove ini terdapat di desa Lanowulu (Konawe Selatan). Di
muara ini juga terdapat pemukiman tradisional suku bugis. Kegiatan
wisata yang dapat dilakukan diantaranya; Kegiatan wisata yang dapat
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 20
dilakukan pada lokasi ini adalah menikmati panorama alam, photo
hunting, memancing, mendayung, penelitian, rekreasi, menyaksikan
aktivitas masyarakat, bird watching, susur sungai.
Fasilitas : shelter, balai pertemuan LKM, penyewaan perahu
masyarakat, papan informasi
d. Savana Lanowulu
Padang savanna ini berada di wilayah Lanowulu (Konawe Selatan),
Lombakasih (Bombana). Kegiatan wisata yang dapat dilakukan pada
lokasi ini adalah menikmati panorama alam, photo hunting, penelitian,
rekreasi, bird watching, camping, dan bila beruntung dapat
menyaksikan atraksi satwa rusa di habitatnya.
Fasilitas : Jalan setapak, shelter, jalan trail, menara pengamatan
e. Hutan Pendidikan Mandu-mandula
Hutan pendidikan Mandu Mandula berada di Blok Hutan Mandu
Mandula dan untuk menuju lokasi dibutuhkan waktu sekitar 20 menit
dari Desa Lanowulu menggunakan kendaraan bermotor. Lokasi ini
merupakan habitat asli anggrek dan kegiatan yang dapat dilakukan
diantaranya penelitian, bird watching dan fotografi.
Fasilitas : Tempat Camping, Mata Air
Kawasan TNRAW sebagai bagian dari sistem pengelolaan Daerah
Aliran Sungai merupakan daerah hulu yang berfungsi sebagai penyedia air
bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan maupun pengguna air di bagian
hilir. Pemanfaatan jasa lingkungan air tanpa disadari oleh masyarakat,
serta telah berlangsung baik secara non komersial (digunakan oleh
masyarakat setempat guna keperluan rumah tangga) maupun komersial
(perusahaan air minum, pertanian, keperluan rumah tangga, perkebunan,
dll).
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 21
Penggunaan lahan disekitar lokasi sumber daya air
Tabel 1. Penggunaan lahan disekitar sumber daya air
No. Sungai/Badan Air/Rawa Penggunaan Lahan1 Sungai Roraya Pengairan sawah dan penambangan pasir2 Sungai Langkowala Pengairan sawah3 Sungai Lausu Pengairan sawah4 Sungai mokupa kalibendo pengairan sawah dan kebutuhan RT5 Sungai potuho pengairan sawah, kebutuhan RT (pipa PAM)6 Bendungan todabulu Pengairan sawah, kolam ikan dan ternak
7 Rawa aopaPemanfaatan tradisional perikanan darat (rawa),rekreasi alam
8 Sungai Ulumeraka Pengairan sawah
9 Bak sylvateraKebutuhan RT, Pengairan sawah (untuk masy.Desa Mataiwoi)
10 Sungai wungguloko Pengairan sawah dan perkebunan11 Sungai Ladongi Pengairan sawah12 Sungai Penanggotu pengairan sawah, kebutuhan RT
Pemanfaatan Air yang sudah ada di dekat sumber daya air
Tabel 2. Pemanfaatan air yang sudah ada di dekat sumber daya air
No. Sungai/Badan Air/Rawa Pemanfaatan Air1 Sungai Roraya Irigasi2 Sungai Langkowala 1 buah bendungan dan 1 buah irigasi ke SP23 Sungai Lausu
4 Sungai mokupa kalibendo Bendungan5 Sungai potuho pipa untuk aliran air dari dalam kawasan, dan
bendungan kecil untuk irigasi di batas kawasan6 Bendungan todabulu Bendungan7 Rawa aopa Irigasi8 Sungai Ulumeraka Bendungan9 Bak sylvatera Bak Penampungan10 Sungai wungguloko Irigasi11 Sungai Ladongi Bendungan12 Sungai Penanggotu Irigasi
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 22
6. Gangguan dan Kerawanan kawasan
• Perambahan kawasan TNRAW yang didominasi dengan tanaman
coklat
• Kebakaran hutan dan lahan baik yang disebabkan oleh factor manusia
maupun faktor alam, dimana lokasi yang rawan kebakaran adalah
kawasan savanna TNRAW
• Perburuan liar yang masih terjadi meskipun tidak signifikan
• Illegal Logging dibeberapa lokasi kawasan TNRAW
• Penambangan Emas Tanpa Iijin (PETI)
• Perubahan fungsi kawasan
• Pemukiman dalam kawasan yang tidak jauh dari lokasi perambahan
• Konflik yang terjadi antara masyarakat disekitar desa hutan konservasi
dengan Balai TNRAW dan pemegang IPPA, seringkali menyangkut
hak atau aksessbilitas masyarakat terhadap sumberdaya hutan, yang
oleh Balai TNRAW atau pemegang IPPA dinilai sebagai pelanggaran.
Di lain pihak, masyarakat desa di sekitar hutan seringkali menuntut
diberikannya hak kepemilikan atas sumber daya hutan, yang secara
turun temurun dipahami bukan sebagai milik negara, melainkan hak
individu warga masyarakat atau hak masyarakat adat.
• Konflik yang terjadi antara pemerintah daerah kabupaten/Kota dengan
Propinsi dan Pemerintah/Balai Taman Nasional, seringkali terjadi
karena perbedaan persepsi terhadap peraturan perundangan, terutama
sejak diberlakukannya kegiatan Otonomi di bidang Kehutanan.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 23
B. Profil Desa Binaan
1. Identitas Desa
Desa Lantari merupakan salah satu dari 9 desa di wilayah
Kecamatan Lantari jaya, yang terletak di ibu kota kecamatan. Desa
Lantari mempunyai luas wilayah seluas 956,25 hektar. Desa ini
berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai. Sebelum tahun 2006 masuk dalam Kecamatan Rarowatu,
Kabupaten Bombana. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Desa Rarongkeu
- Sebelah Selatan : Desa Anugerah
- Sebelah Timur : Pasare Apua
- Sebelah Barat : Desa Lombakasih.
2. Sejarah Desa
Desa Lantari merupakan salah satu desa transmigrasi di wilayah
kabupaten bombana yang sebelumnya merupakan wilayah
administratif Kabupaten Buton. Sebelumya wilayah yang sekarang
menjadi Desa Lantari adalah kawasan tidak berpenghuni. Adapun
etnis-etnis lokal masih berpola hidup nomaden atau berpindah-pindah
dalam kawasan hutan. Baru pada tahun 1982, pemerintah Daerah
bekerja sama dengan Departemen Transmigrasi mendatangkan
penduduk dari pulau Jawa, Bali dan Lombok untuk mendiami kawasan
ini. Karena kawasan ini berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian,
maka penduduk transmigrasi bertahan sampai pemerintah membangun
sebuah bendungan untuk mendukung dan memenuhi kebutuhan
pengairan lahan pertanian.
Warga taransmigrasi yang ada didaerah ini berasal dari Jawa dan
Bali. Masyarakat Transmigrasi kemudian sepakat menamai daerah ini
dengan sebutan Desa Lantari, yang sebalumnya pemerintah menyabut
daerah ini dengan sebutan SP1 ( Satuan Pemukiman 1)
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 24
a) Dusun I : Kepala dusunnya ( Kistam )
b) Dusun II : Kepala dusunnya ( Suyatno)
c) Dusun III : Kepala dusunnya ( Andi Asriadi )
3. Gambaran Umum Desa
Desa Lantari secara administratif berada di Kecamatan Lantari
Jaya, Kabupaten Bombana. Letak geografis antara 122° 00 ′BT dan 4°
40′LS posisinya berbatasan langsung dengan kawasan TNRAW. Desa
Lantari memiliki jenis tanah Glein Humus, alluvial Hidromorf dan
podzolik. Berdasarkan Klasifikasi Iklim Scmidt dan Ferguson daerah
ini termasuk kategori iklim tipe D, dengan curah hujan rata-rata 1500
s/d 2000 mm dan suhu berkisar antara 20° – 30° C. Iklim Desa
Lantari, sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai
iklim tropis, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola
tanam yang ada di Desa Lantari Kecamatan Lantari jaya. Jarak ke
ibukota kabupaten sekitar 22 km, sedang jarak ke ibukota provinsi
sejauh 152 km.
4. Kependudukan
Berdasar data desa tahun 2017 jumlah penduduk Desa lantari
berjumlah 383 KK atau 1298 jiwa terdiri dari 850 orang laki-laki dan
710 orang perempuan. Desa Lantari terdapat berbagai suku yang
didominasi suku Jawa yaitu Bugis, Bali, Jawa, Makassar, Buton, Muna
dan Tolaki. Kepadatan penduduk 89,9 jiwa/km2. Jumlah penduduk desa
Lantari merupakan yang tertinggi diantara desa-desa lain di Kecamatan
Lantari Jaya, yaitu 15,79 % dari seluruh penduduk di Kecamatan
Lantari Jaya. Desa Lantari mempunyai jumlah penduduk 1.898 Jiwa,
yang tersebar dalam 3 (tiga) dusun dengan perincian sebagaimana tabel
Tabe1 3. Jumlah Penduduk Desa Lantari
Dusun I Dusun II Dusun III
468 jiwa 454 Jiwa 379 Jiwa
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 25
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Lantari adalah sebagai
berikut :
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Lantari
Pra Sekolah SD SMP SLTA Sarjana
396 org 283 org 169 org 93 org 16 org
Tabel 5. Jumlah Agama/ Kepercayaan masyarakat desa Lantari Jaya
No Kepercayaan Jumlah (jiwa)
1. Islam 783
2. Kristen 27
3. Hindu 147
5. Kondisi Pemukiman
Kondisi pemukiman masyarakat desa sebagian besar masih
bangunan semi permanen dan papan.
6. Mata Pencaharian
Mayoritas kegiatan ekonomi masyarakat bertumpu pada usaha
pertanian (sawah) seluas 440 Ha. Perkebunan seluas 146 Ha untuk
coklat dan mete menjadi andalan sebagian masyarakat lainnya. Karena
Desa Lantari merupakan desa pertanian, maka sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani selengkapnya
sebagai berikut :
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 26
Tabel 6. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Lantari
No Mata pencaharian Jumlah (jiwa)
1. Petani 714
2. Pedagang 7
3. PNS 12
4. Buruh 186
5. Pengusaha 1
6. Pengrajin 36
7. Penghasilan Anggota Kelompok rata- rata/ bulan
Rata – rata pengasilan anggota kelompok perbulannya adalah Rp
1.000.000,
8. Rata- rata Luas Kepemilikan Lahan.
Rata- rata luas lahan yang dimiliki masyarakat 2 Ha.
9. Lahan Budidaya
Mayoritas kegiatan ekonomi masyarakat bertumpu pada usahapertanian (sawah) seluas 440 Ha. Perkebunan seluas 146 Ha untukcoklat dan mete menjadi andalan sebagian masyarakat lainnya. Namunhasil perkebunan masih kurang menjanjikan untuk memenuhikebutuhan sehari-hari. Hasil pertanian yang cukup menjanjikan adalahsawah/padi. Selain itu luas pekarangan sebesar 32,5 Ha dijadikan lahanpeternakan baik sapi, ayam kampung, kambing.
10. Ketersediaan Layanan Publik
Desa Lantari sampai saat sudah memiliki listrik dari pemerintah
untuk Sarana pendidikan yang tersedia di desa Lantari berupa PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), Sekolah Dasar (SD), dan SMA. Untuk
melanjutkan pendidkan masyarakat tidak perlu ke desa lain karena di
desa mereka sarana pendidikan sudah ada kecuali untuk . Untuk sarana
kesehatan sudah tersedia posyandu yang digunakan untuk pelayanan
kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan ibadah bagi yang
beragama Islam tersedia mesjid.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 27
Sarana komunikasi di desa sudah makin baik, masyarakat sudah
bisa menggunakan handphone dengan lancar. Operator komunikasi
yang tersedia di sana adalah Telkomsel dengan signal kuat. Untuk
transportasi sehari-hari yang bisaa digunakan masyarakat adalah
kendaraan roda dua (motor). Tidak banyak masyarakat yang memiliki
kendaraan pribadi roda empat dan kendaraan roda empat yang ada
lebih banyak digunakan sebagai alat angkut hasil kebun dan sawah dari
desa menuju ke tempat penjualan.
11. Potensi Jasa Lingkungan
Sumber air Desa Lantari berasal dari Sungai Langkoala. Debit
sungai ini sudah berkurang serta terjadi pendangkalan. Hal ini terjadi
karena adanya aktifitas perambahan. Untuk memenuhi kebutuhan
sehari- hari untuk keperluan MCK dan air minum masyarakat
menggunakan sumur gali dan sumur bor. Untuk keperluan persawahan
selain menggunakan air sungai masyarakat menggunakan sumur bor
untuk mengairi sawah mereka. Untuk potensi wisata, Desa Lantari
belum memilikinya dan belum ada survey untuk menggali potensi
wisata di sana.
12. Produk Unggulan desa
Produk unggulan Desa Lantari berasal dari sektor pertanian seperti
padi dan palawija.
13. Ancaman / Gangguan Kerawanan Desa
Pemerintah dan masyarakat desa Lantari mulai merasakan
keprihatinan mereka dengan keadaan lingkungan hutan di kawasan
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai yang berbatasan langsung
dengan keberadaan mereka tinggal yang semakin hari semakin
terdegradasi akibat gangguan kawasan yang sangat berdampak pada
kebutuhan air mereka. Pada musim penghujan sering terjadi banjir. Hal
ini terjadi akibat adanya aktivitas perambahan pada blok hutan Laea
dan Langkadue. Masyarakat sudah mulai khawatir karena sumber air
bersih yang digunakan baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk
pertanian mereka berkurang drastis.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 28
14. Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat yang Pernah Diterima
a. Pada tahun 2010 dengan difasilitasi Balai TNRAW melalui
program pemberdayaan masyarakat Model Desa Konservasi
(MDK), Masyarakat desa Lantari membentuk lembaga Sentra
Penyuluhan Kehutanan Pedesaan (SPKP) dimana kegiatan yang
sudah dilaksanakan berupa Lokakarya desa, pembentukan
kelembagaan SPKP, pelaksanaan pelatihan fasilitator
pemberdayaan masyarakat dan PRA, dan pelaksanaan PRA. Pada
tahun 2011 melalui lembaga SPKP masyarakat desa Lantari
mengembangkan unit usaha Saprodi Pertanian. Unit usaha ini
ditekuni karena prospek ekonominya cukup menguntungkan
manfaatnya bisa dirasakan secara langsung oleh masyarakat luas.
Ini didukung oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat yang pada
umumnya berprofesi sebagai petani dan diharapkan nantinya
petani mudah mendapatkan pupuk dengan harga yang terjangkau
oleh masyarakat.
b. SPKP juga mengembangkan usaha sewa tenda jadi kepada
masyarakat hal ini bertujuan agar masyarakat tidak lagi
melakukan pengambilan bambu di dalam kawasan TNRAW dan
mengalihkan masyarakat yang selama ini mengunakan bambu
dari dalam kawasan TNRAW untuk upacara keagamaan dan
pernikahan tetapi mengunakan tenda jadi yang disewakan oleh
SPKP dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.
c. Tahun 2017 masyarakat Lantari menerima bantuan bibit padi dari
dinas pertanian.
d. Tahun 2017 menerima bantuan bumdes dari kementrian desa.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 29
15. Persepsi /Isu Penting Masyarakat dengan Kawasan Konservasi
Masyarakat Desa Lantari melihat kawasan TNBT dikelola dengan
baik dan dilakukan patroli atau penjagaan kawasan oleh pihak TNBT
secara rutin dan melibatkan masyarakat desa. Keberadaan kawasan
tersebut sangat bermanfaat bagi. Sebagian masyarakat masih
memanfaatkan hasil hutan bukan kayu seperti bambu yang berada di
dalam kawasan untuk untuk memenuhi kehidupannya. Adanya rencana
pemberdayaan masyarakat di desa mereka yang akan dilakukan pihak
TNRAW diharapkan memberikan dampak positif untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat. Masyarakat juga berharap dengan adanya
kerjasama dalam pemberdayaan ini kelestarian kawasan TNRAW
dapat terjaga karena dengan terjaganya kelestarian.
C. Profil Kelompok Binaan
1. Nama dan legalitas kelompok
Nama kelompok tani hutan adalah Citra Mandiri yang dibentuk
pada tanggal 8 September 2017 dan disahkan oleh Kepala Desa Lantari
tanggal September 2017.
2. Alamat kelompok
Kelompok tani beralamatkan di Desa Lantari, Dusun I, Kec.
Lantari Jaya Kab. Bombana Prov. Sulawesi Tenggara.
3. Jumlah anggota kelompok
Kelomok tani memiliki 1 ketua, 1 sekretaris, 1 bendahara dan
beranggotakan 12 orang. Susunan pengurus Kelompok Citra Mandiri
sebagai beikut :
Ketua : Iwan Jauhari
Sekretaris : Budi
Bendahara : Adale
Anggota :
1. Rosbia
2. Saharudin
3. Darmawan
4. Samsudin
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 30
5. Sukirno
6. Wahab
7. Amri
8. Riswan
9. Jamaludin
10.Herman
11.Jarwono
12.Manju
4. Mata pencaharian kelompok
Hampir seluruh anggota kelompok memiliki mata pencaharian
sebagai petani.
5. Penghasilan kelompok rata – rata/bulan
Untuk penghasilan rata – rata kelompok yang diperoleh dari
kegiatan pemberdayaan belum ada karena kelompok baru dibentuk
pada bulan September 2017. Untuk penghasilan rata- kelompok
sebesar Rp. 1.000.000,- / bulan dari penghasilan selama mereka
bekerja.
6. Jarak pemukiman kelompok binaan dengan pasar
Pasar terletak di Desa Lombakasih Kecamatan Lantari Jaya.
Aksesibilatas dapat menggunakan kendaraan roda 2 ataupun roda 4
dengan jarak yaitu ± 1 km.
7. Program pembinaan/pemberdayaan yang pernah diperolehkelompok/anggota kelompok
Semua anggota kelompok belum pernah memperoleh program
pembinaan/pemberdayaan sebelumnya.
8. Kondisi pemukiman/rumah
Sebagian besar kelompok masyarakat memiliki pemukiman/rumah
terbuat dari bangunan semipermanen dan papan dengan sumber air
dari sumur bor maupun sumur gali.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 31
9. Jenis usaha budidaya lahan desa yang diminati kelompok dan
yang prospektif dikembangkan
Jenis budidaya yang diminati kelompok rata – rata dari sektor
pertanian berupa padi dan palawija.
10. Ketergantungan kelompok terhadap kawasan konservasi
Tidak banyak dari anggota kelompok yang memiliki
ketergantungan terhadap kawasan konservasi hanya ada beberapa
orang yang memanfaatkan kawasan khususnya pada ekosistem
mangrove untuk mencari ikan, kepiting, udang. Beberapa masyarakat
juga mengambil bambu dari dalam kawasan untuk kegiatan perayaan/
pesta.
11. Potensi kawasan konservasi yang diminati kelompok
Potensi kawasan yang diminati kelompok berada pada pada zona
tradisional mangrove. Dilokasi ini masyarakat mencari ikan, kepiting,
udang. Hasilnya ada sebagian dijual dan ada pula untuk dikonsumsi.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 32
III. RENCANA KEGIATAN PEMBINAAN PEMBINAAN DESA BINAAN
DI DAERAH PENYANGGA KAWASAN KONSERVASI
A. Tahun Kegiatan
Kegiatan pembinaan di Desa penyangga Kawasan Taman Nasional
Rawa Aopa Watumohai akan dilaksanakan pada tahun 2017 – 2021.
B. Jenis, Volume dan Lokasi Kegiatan
Kegiatan pemberdayaan masyarakat di awali dengan pembahasan
rencana pemberdayaan. Desa Lantari selama ini terkenal sebagai produsen
penghasil padi dan tambak yang berada kabupaten Bombana. Melihat
potensi tersebut maka masyarakat berinisiatif untuk mendirikan simpan
pinjam sarana pertanian utamanya pupuk. Kegiatan pemberdayaan yang
akan dilakukan bersama pihak TNRAW serta pihak terkait lainnya. Pupuk
merupakan sarana produksi pertanian yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat baik petani tambak maupun petani sawah. Melihat peluang
tersebut maka usaha ini akan berkembang serta mempermudah petani
dalam mencapai kebutuhannya.
Kegiatan pemberdayaan ini akan dilakukan masyarakat melalui
kelompok tani yang akan dibentuk berdasarkan musyawarah desa. Sistem
pembayaran dilakukan secara kredit setelah panen kemudian bayar. Untuk
mengatasi ketunggakan akibat gagal panen maka masyarakat membuat
surat pernyataan mengetahui kepala desa. Kegiatan ini dibawah
pengawasan langsung kepala desa. Apabila usaha sudah berkembang maka
akan dilakukan pengembangan usaha berupa jual beli racun dan gabah.
Program pemberdayaan masyarakat ini akan dilakukan di Lantari
Kecamatan Lantari Jaya Kabupaten Bombana.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 33
Tabel 7. Jenis Kegiatan Pemberdayaan Mayarakat Desa Binaan
No. Kegiatan Rencana Fisik Lokasi
Satuan Volume
1 Pengumpulan data dan potensi desa Lap 1 Desa Lantari
2 Lokakarya desa Mou 1 Desa Lantari
3 Pembentukan kelompok SK 1 Desa Lantari
4 Penyusunan aturan kelompok (AD/ART) Laporan 1 Desa Lantari
5 Penyusunan rencana pemberdayaan masyarakat Laporan 1 Desa Lantari
6 Pelatihan peningkatan kapasitas kelompok masyarakat bidang KonservasiSumber Daya Alam dan Ekosistem
pelatihan Dua tahun sekali Desa Lantari
7 Pelatihan peningkatan kapasitas kelompok masyarakat bidang UsahaEkonomi dan Produktif
Pelatihan Dua tahun sekali Desa Lantari
8 Bimbingan teknis dan supervisi Laporan 1 x setahun Desa Lantari
9 Pendampingan Kelompok Pendampingan setiap bulan Desa Lantari
10 Monitoring dan Evaluasi Laporan 2 x setahun Desa Lantari
11 Pemberian Bantuan Pupuk 60 karung Desa Lantari
12 Patroli bersama Laporan 6 x setahun
13 Usaha Jual Beli Racun Jenis Usaha Pengembangan modal Desa Lantari
14 Gerakan bersih lingkungan & Sosialiasi Pentingnya TNRAW Laporan
15 Pemadaman karhutla Laporan
16 Usaha Jual Beli Gabah Jenis Usaha Pengembangan modal Desa Lantari
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 34
C. Pembiayaan Kegiatan (jumlah dan sumber biaya masing – masing kegiatan)
Rencana pembiayaan Kelompok masyarakat Citra Mandiri dalam rangka pemberdayaan masyarakat daerah penyangga
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 8 . Jenis Kegiatan Pemberdayaan Mayarakat Desa Binaan
No. KegiatanRencana Keuangan
Estimasi biaya(Rp) Sumber Biaya
1 Pengumpulan data dan potensi desa 4.500.000 Balai TNRAW2 Lokakarya desa 11.415.000 Balai TNRAW3 Pembentukan kelompok 1.000.000 Balai TNRAW, kelompok4 Penyusunan aturan kelompok (AD/ART) 1.000.000 Balai TNRAW, kelompok5 Penyusunan rencana pemberdayaan masyarakat 18.891.000 Balai TNRAW
6Pelatihan peningkatan kapasitas kelompok masyarakat bidangKonservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
14.055.000 Balai TNRAW
7Pelatihan peningkatan kapasitas kelompok masyarakat bidang UsahaEkonomi dan Produktif
14.055.000 Balai TNRAW
8 Bimbingan teknis dan supervisi 12.000.000 Balai TNRAW9 Pendampingan kelompok 34.200.000 Balai TNRAW
10 Monitoring dan Evaluasi 13.680.000 Balai TNRAW11 Pemberian Bantuan 40.000.000 Balai TNRAW12 Patroli bersama 13.680.000 Balai TNRAW, kelompok13 Usaha Jual Beli Racun 10.000.000 Kelompok citra mandiri14 Gerakan bersih lingkungan & Sosialiasi Pentingnya TNRAW 13.680.000 Desa Lantari, kelompok15 Pemadaman Karhutla 10.000.000 Balai TNRAW, desa, kelompok16 Usaha Jual Beli Gabah 20.000.000 Balai TNRAW, Kelompok
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 35
D. Penanggungjawab dan Pelaksana
1. Penangung Jawab Program Kepala Balai TNRAWAli Bahri, S.Sos., M.Si
2. Penangung Jawab Operasional Kepala SPTN Wilayah IIBenny Ermmyadi Purnama,S.Hut
3. Kelompok
a. Ketua Iwan Jauhari
b. Sekretaris Budi
c. Bendahara Adale
d. Anggota
1) Rosbia 7) Amri
2) Saharudin 8) Riswan
3) Darmawan 9) Jamaluddin
4) Samsudin 10) Rizal
5) Sukirno 11) Jarwono
6) Wahab 12) Manju
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 36
E. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan pemberdayaan masyarakat daerah penyangga kelompok masyarakat binaan citra mandiri disajikan dalam
tabel berikut.
Tabel 9. Jadwal Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
No. KegiatanWaktu Pelaksanaan (tahun)
2017 2018 2019 2020 2021 Keterangan1 Pengumpulan data dan potensi desa2 Lokakarya desa3 Pembentukan kelompok4 Penyusunan aturan kelompok (AD/ART)5 Penyusunan rencana pemberdayaan masyarakat
6Pelatihan peningkatan kapasitas kelompok masyarakat bidangKonservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
7Pelatihan peningkatan kapasitas kelompok masyarakat bidangUsaha Ekonomi dan Produktif
8 Bimbingan teknis dan supervisi9 Pendampingan
10 Monitoring dan Evaluasi11 Pemberian Bantuan12 Patroli bersama13 Usaha Jual Beli Racun (pestisida) Pengembangan usaha14 Gerakan bersih lingkungan & Sosialiasi Pentingnya TNRAW15 Pemadaman Karhutla16 Usaha Jual Beli Gabah Pengembangan usaha
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 37
BAB IV. PENUTUP
Demikian daraft rencana pembinaan lima tahun Desa Lantari, Kec.
Lantari Jaya, Kabupaten Bombana ini dibuat agar pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat dapat berjalan dengan taat asas, taat aturan dan taat komitmen seluruh
penyelenggara dan para pihak guna terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan
masyarakat Desa Lantari sebagai desa binaan TNRAW.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 39
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Penyusunan Rencana Pembinaan Desa Binaan DaerahPenyangga TNRAW
Sambutan Kepala Desa Lantari
Diskusi Lokakarya Desa
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 40
Fasilitasi penyusunan Rencana Pembinaan Desa Binaan secara Partisipatif
Diskusi penyusunan Rencana Pembinaan Desa Binaan secara Partisipatif
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDL'P DAN KEHIJTANANDIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAIAlamat Kantor Pusat: Desa Tatangge, Kec. Tinanggea, Kab. Konawe Selatan
Kantor Kendari : Jl. Bunga Kana No.6, Kel. Watu-Watu, Kec. Kendari Barat, Kota KendariTlp / lax {e$1}312S13S Email : btnraar@yalmo,con atela blnr au,@ gm*il.coru
SULAWESI TENGARA
KEPUTUSAil KEPALA BALAIBALAI TA]IIAil ilASIOl{AL RAWA AOPA WATUTT{OHAI
Nomor: SK. qg /BTNRAW'UZAL6TEI{TAI{G
PEI{ETAPA]T DESA BI]IAA]I DAERAH PET{YA]TGGAKAWTSAil TAHAIS flASIOITAL RITYA AOPA WATUMOHAX
DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA'.:
KEPAIA BALAX TAI,IAIT ITASIOITAL RAWA AOPA WATUTTIOHAI
Menimbang : a.
c.
Mengingat
b,
Bahwa untuk keberlanjutan kegiatan pembinaan desapenyangga dalam rangka pemberdayaan masyarakatekitar kawasn Taman [.lasional Rawa Aopa Wahrmohai
$NRAW).
Eahwa TNRAW rnerupakan kawasan konservasi Yangditetapkan berdasarkan Surat Keputusan MenteriKehutanan Nomor SK. 756/Kpts-II11990 tanggal 17D€sember 1990, Vang haiUs dikel0la dan dimanfaaBcnsebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat luas.
Bahvwt berdaqnrkin pertimbangan sebagaimana huruf adan b ditetapkan Keputusan Kepala Balai TNMW tentangPenetapan Desa Binaan.
Undang-undang Nomor: 5 Tahun 1990 tentangKonservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Undang - Undang Nomor: 4L Ehun 1999 tentangKehutanan.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan PemerintahNomor 108 Tahun 2015 tentang Pengelolaan KawasanSuaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentangPeraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun20L4 tentang Desa.
:1.
2.
3.
4.
5, Peraluran 1ten8ri,,.,..,...,,
6.
7.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/MenLHK-'U/2015 tenbng Organiesi dan Tab kerja KernenterianLingkungan Hidup dan Kehubnan
Keputusan Dirjen I(SDAE Tahun 2015 tentang PetunjukTEknis Penyusunan Rencana Pembinaan Desa Binaan DiDaerah Penyangga Kawasan Konservasi
kdoman Felaksanaan Pencapaian Indikator KinerjaKegiatan (IKK) Program I(SDAE Tahun 2015-2019
8. Keputusan Dirjen I$DAESK.10ryl(SDAElSETlY,SA.Ll4lz016 tanggal 7 April 2016tentang Penebpan tokasi Desa. binaan dan Pendamplngpada daerah penyangga kawasan konservasi
IIEMUTUSKAT{
KEPUTUSAN KEPAI3 BAISI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA
WATUMOHAI CIT{RAW) PENETAPAN DESA BINMN DAERAH
PENYANGGA KAWASAN TNRAW
Menunjuk nama desa dan alamat sebagaimana tercantum pada
lampiran 1 keputusan ini sehgai des binaan Balai TI{RAWyang alCIn dilakukan pembinaan
Bahwa desa yang ditunjuk dalam Surat Keputusan inidipandang pedu unh.rk dilakukan pembinaan dalam rangkapemberdayaan maqyarakat daerah penyangga kawasanThIRAW
Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan danapabila dikemudian hari terdapat kesalahan dalampenetapannya akan dilakukan perbaikan sebagaimanamestinya.
DITETAPKAN DI : TATANGGE
PADA TANGGAL ., 1 APRIL 2016
Ir. FRANSISCONrP. 19s90219
MP.
Menetapkan
PERTAHA
KEDUA
KETIGA
98703 1 001
Lampiran 1" Keputusan Kepala BalaiTN" Rawa Aopa WatumohaiTahun 2016Nomor : SK. 8r IB[{RAW-U2016Tanggai : 7"'April2016
PENETAPAT* DESA BINAAN DAERAH PET..TYANGGA
KAWASN Tru{AN NASIGNAL RAWA AOPA WATUMOHAI
to IIama desa, kecamahn,hbupahn/kob, proPinsi
Wilayah
I 2 31 Desa Wonua Motune, Kec, Puriah,
l(ab. Konawe, Ptar. SulavsiTenggam
SffN Wilayah 1
2 Dsa Lanbri, Krc. lanbriJaYa, Kab.
hmbana, Prov. Sulawesi TerEgaraSPIN Wilayah 2
MP.1 001
.if . tr, t*(ANlilsLU r- NrP.19590219 1
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 43
Lampiran 3. Legalitas Kelompok Citra Mandiri
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 44
AD/ ART Kelompok Citra Mandiri
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 45
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 46
Lampiran 4. Hasil analisis pohon masalah/PRA/SWOT/metode lain yang dipilihsecara partisipatif dalam rangka pembinaan desa binaan di daerahpenyangga kawasan konservasi.
1. Rumusan masalah utama desa
Sumber Masalah Bobot Para Pihak Terkait/Terlibat
Kegiatan Penanganan SumberMasalah
1 2 3 4
1. Tidak ada modal untuk usaha jualbeli pupuk
1 1) Balai TNRAW
2) Pemerintah Desa
Memberikan bantuan modaluntuk usaha untuk jual belipupuk
2. Belum mengetahui cara penggunaanpupuk sesuai takaran
2 1) Balai TNRAW
2) Pemerintah Desa
3) Dinas Peternakan
Mengadakan pelatihanpenggunaan jenis pupuk
3. Belum mengetahui cara membuatproposal kegiatan
2 1) Balai TNRAW
2) Pemerintah Desa
3) Bappeda
Mengadakan bimtek ataupelatihan pemanfaatan limbahternak menjadi biogas danpupuk kandang
4. Belum mengetahui caramenangani ternak yang sakit
3 1) Balai TNRAW
2) Pemerintah Desa
3) Dinas Peternakan
Mengadakan pelatihanpenanganan terhadap ternakyang sakit dan penunjukandokter hewan terdekat dalammenangani ternak yang sakit
2. Rumusan Strategi Pencapaian
a. Tahap persiapan
1) Balai TN Rawa Aopa Watumohai
a) Melaksanakan perencanaan secara partisipatif untukmendapatkan rencana pemberdayaan jangka panjang (5 tahun).Perencanaan yang sekaligus sosialisasi kegiatan pemberdayaanmenghasilkan rencana yang dapat diterima masyarakat(legitimate).
b) Menyediakan dana bantuan agar mudah diterima dan dikelolaoleh peserta pemberdayaan.
c) Menyediakan sarana-prasarana yang dibutuhkan.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 47
d) Membuka akses jika ada sumberdaya dari dalam kawasan yangdapat dikembangkan, dibudidayakan atau diproduksi.
2) Kepala Desa Binaan
a) Memberi ijin dan mendukung program pemberdayaan masyarakatdi daerah penyangga kawasn TNRAW.
b) Memadukan program pemberdayaan yang diselenggarakan desadengan program pemberdayaan daerah penyangga kawasankonservasi yang dilakukan oleh Balai TNRAW
3) Pendamping
Pendamping adalah tokoh yang paling menentukan keberhasilanpemberdayaan; mewakili peran pemberi dana bantuan dan harusmampu berkomunikasi secara intensif; harus selalu ada dan siapmenjawab setiap pertanyaan peserta pemberdayaan; dan menghadirisetiap pertemuan kelompok. Tugas pendamping antara lain:
a) Memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yangdimiliki anggota kelompok untuk dikembangkan;
b) Mengajarkan pembudidayaan komoditas, penanganan pascabudidaya hingga menjual produk;
c) Mengajarkan penggunaan dana secara terbuka dan dapatdipertanggung-jawabkan; dan
d) Menyampaikan pesan pemberi dana bantuan agar peserta ikutmendukung upaya pelestarian kawasan konservasi.
4) Anggota Kelompok Binaan
Anggota kelompok kerja pemberdayaan berasal dari peserta diskusiperencanaan secara partisipatif. Peserta diskusi dipilih ± 3 0 orangdari warga desa tanpa membedakan jenis kelamin, status sosial danmata pencahariannya. Mereka adalah warga desa ‘pengguna’ (user)sumberdaya alam sekitar dari kelompok pinggiran (marginal).Umumnya mereka bekerja sebagai petani, buruh tani, pengangguranatau perambah kawasan konservasi. Merekalah yang membutuhkankegiatan pemberdayaan.
b. Tahap pelaksanaan
Pembinaan/pemberdayaan masyarakat akan menggerakkan peserta dansumber daya alam yang ada di sekitarnya dalam proses produksi untukmenghasilkan nilai tambah.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 48
c. Tahap pasca pelaksanaan
Setelah pelaksanaan pemberdayaan kegiatan produksi kelompok kerja tetapada dan terus berjalan. Masyarakat yang telah menikmati peningkatankesejahteraan akan meningkat pula kapasitas masyarakat (capacitybuilding) adalah modal sosial. Jika semakin banyak individu yangmengikuti kegiatan pemberdayaan maka modal sosial semakin besardan kuat. Akumulasi modal sosial akan menggerakkan masyarakat baiksecara individual maupun kelompok untuk ikut melestarikan kawasankonservasi. Permasalahan yang dihadapi pengelola kawasan konservasidalamhal ini Balai TNRAW akan dapat teratasi karena ada dukunganmasyarakat di daerah penyangga dan meningkat dari waktu ke waktu.
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 49
Lampiran 5. Hasil analisis peran para pihak (analisis stakeholders)
Stakeholders Kepentingan(Interest)
Pengaruh(Power) terhadap
TNRAW danpembinaan
Prioritasberdasarkankepentingan
Balai TNRAW Kelestariankawasan TNRAWdan tercapainyaIKK KSDAE
+++ 1
Masyarakat Desa Adanya usahatambahan dalammemenuhikebutuhan hidup
+++ 1
Pemerintah desadan kecamatan
Meningkatnyaperekonomianmasyarakat desa
++ 2
Badan Penyuluh
PertanianKecamatanLantari
TerbentuknyaSentra Usahapertanian rakyat
++ 3
Keterangan : +++ = Tinggi, ++ = sedang, + = rendah
Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari) Page 50
Lampiran 6. Indikator keberhasilan pembinaan desa binaan lingkup Balai TamanNasional Rawa Aopa Watumohai
No Indikator Kegiatan Tahun Pelaksanaan
2017 2018 2019 2020 2021
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Indikator 1: Meningkatnya ∑anggota/kelompok masyarakatpeduli terhadap konservasikawasan
1) Pengumpulan data dan informasi V
2) Koordinasi pelaksanaan kegiatan V
3) Lokakarya Desa/ Membangunkesepahaman
V
4) Peningkatan kapasitas KelompokBinaan
V V V V V
5) Penyusunan rencana pembinaan 5 thkelompok masyarakat
V
6) Penyusunan rencana kerja tahunankelompok masyarakat
V V V V V
2. Indikator 2: Meningkatnyapendapatan kelompokyang dibina (melaluipengembangan usahaekonomi)
7) Pengembangan usaha jual beli pupuk V V V V
3. Indikator 3: Menurunnya ∑orang berinteraksi negatifdan/atau melakukanpelanggaran terhadap KK
8) Patroli Bersama V V V V
9) Penyuluhan Kampanye PengendalianKarhut
V
10) PembentukkanMasyarakat Peduli Api(MPA)
V
11) Pemadaman Karhutla V V V V
4. Indikator 4: Meningkatnyakegiatan ekonomi produktifdgn usaha Mencirikan desakonservasi (∑ orangberkesempatan kerjadan/atau ∑ usaha)
12) Pelatihan penggunaanjenis pupuk
V
13) Pelatihan pengembanganobyek dan daya tarikwisata alam
V
39 Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari)
Lampiran 7. Peta Daerah Penyangga Kawasan TNRAW
40 Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari)
Lampiran 8. Peta Desa Lantari
41 Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari)
Fasilitas umum Desa Lantari
42 Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari)
Lampiran 9. Matriks monitoring output
Hasil Output Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumohai, Desa Lantari, Kelompok Citra Mandiri
No. Jenis Kegiatan Rencana Realisasi
Fisik Keuangan
(Rp)
Fisik Keuangan
Satuan Volume Volume % Rp. %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Pengumpulan data dan potensi desa
2. Lokakarya desa
3. Pembentukan kelompok
4. Penyusunan aturan kelompok (AD/ART)
5.Penyusunan rencana pemberdayaan masyarakat
6. Pelatihan peningkatan kapasitas kelompok masyarakat bidangKonservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
7. Pelatihan peningkatan kapasitas kelompok masyarakat bidangUsaha Ekonomi dan Produktif
8. Bimbingan teknis dan supervisi
9 Pendampingan
10 Monitoring dan Evaluasi
11 Pemberian Bantuan
12 Patroli bersama
13 Usaha Jual Beli Racun (pestisida)
43 Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari)
14 Gerakan bersih lingkungan & Sosialiasi Pentingnya TNRAW
15 Pemadaman Karhutla
16 Usaha Jual Beli Gabah
44 Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari)
Lampiran 10. Matriks monitoring permasalahan
Hasil Monitoring Permasalahan Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumohai, Desa Lantari, KelompokCitra Mandiri
No. Jenis Kegiatan Masalah Solusi/Penyelesaian
Yang TelahDilakukan
Saran TindakLanjut
1 2 3 4 5
1. Pengumpulan data dan potensi desa
2. Lokakarya desa
3. Pembentukan kelompok
4.Penyusunan aturan kelompok (AD/ART)
5.Penyusunan rencana pemberdayaan masyarakat
6. Pelatihan peningkatan kapasitas kelompok masyarakat bidang KonservasiSumber Daya Alam dan Ekosistem
7 Pelatihan peningkatan kapasitas kelompok masyarakat bidang UsahaEkonomi dan Produktif
45 Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari)
8Bimbingan teknis dan supervisi
9Pendampingan
10Monitoring dan Evaluasi
11Pemberian Bantuan
12Patroli bersama
13 Usaha Jual Beli Racun (pestisida)
14 Gerakan bersih lingkungan & Sosialiasi Pentingnya TNRAW
15 Pemadaman Karhutla
16. Usaha Jual Beli Gabah
46 Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari)
Lampiran 11. Matriks monitoring pencapaian IKK/kegiatan
Hasil Monitoring Tingkat Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga TN Rawa AopaWatumohai, Desa Lantari, Kelompok Citra Mandiri
No. Indikator Jenis KegiatanTingkat Pencapaian
Outputs Outcomes
1 2 3 4 5
1. Pengumpulan data dan potensi desa
2. Lokakarya desa
3. Pembentukan kelompok
4. Penyusunan aturan kelompok (AD/ART)
5.Penyusunan rencana pemberdayaan masyarakat
6. Pelatihan peningkatan kapasitas kelompokmasyarakat bidang Konservasi Sumber Daya Alamdan Ekosistem
47 Rencana Pembinaan Desa Binaan Daerah Penyangga TN Rawa Aopa Watumnohai (Lantari)
7 Pelatihan peningkatan kapasitas kelompokmasyarakat bidang Usaha Ekonomi dan Produktif
8Bimbingan teknis dan supervisi
9Pendampingan
10Monitoring dan Evaluasi
11Pemberian Bantuan
12Patroli bersama
13 Usaha Jual Beli Racun (pestisida)
14 Gerakan bersih lingkungan & SosialiasiPentingnya TNRAW
15 Pemadaman Karhutla
16 Usaha Jual Beli Gabah