rencana pembangunan jangka …perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital...kabupaten...

166
PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012 – 2017 PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA 2012

Upload: buinhu

Post on 18-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERATURAN DAERAH

NOMOR 11 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN

JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN JEPARA

TAHUN 2012 – 2017

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA 2012

BUPATI JEPARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA

NOMOR 11 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012-2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEPARA,

Menimbang :

a. bahwa untuk memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita- cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi, misi Bupati, perlu disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang;

b. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan ketentuan Pasal 150 ayat (3) huruf e Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juncto Pasal 15 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, perlu mengatur Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4410);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor (4594);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah kepada DPRD dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

3

15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,

Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4898);

17. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2007

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jepara Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2007 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 1);

20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2011Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEPARA

dan

BUPATI JEPARA

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA

PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012-2017

4

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Jepara.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Bupati adalah Bupati Jepara.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jepara.

5. Peraturan Daerah yang selanjutnya disingkat Perda adalah Peraturan Daerah Kabupaten Jepara.

6. Rencana Tata Ruang Wilayah, yang selanjutnya disingkat RTRW adalah hasil perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah ke dalam struktur dan pola ruang wilayah.

7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010- 2014, yang selanjutnya disingkat RPJM Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai tahun 2025;

8. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2025 yang selanjutnya disingkat RPJPD Provinsi Jawa Tengah adalah dokumen dokumen perencanaan pembangunan daerah provinsi Jawa Tengah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai tahun 2025;

9. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2013 yang selanjutnya disingkat RPJMD Provinsi Jawa Tengah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah provinsi Jawa Tengah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2008 sampai tahun 2013;

10. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2005 - 2025, yang selanjutnya disingkat RPJPD Kabupaten Jepara adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Jepara untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.

11. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2012 - 2017, yang selanjutnya disingkat RPJMD Kabupaten Jepara adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Jepara untuk periode 5 (lima) tahun sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2017;

12. Rencana Kerja Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah.

5

13. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara.

14. Rencana Strategis SKPD, yang selanjutnya disingkat Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun.

15. Rencana Kerja SKPD yang selanjutnya disingkat dengan Renja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 tahun.

16. Kerangka pendanaan adalah program dan kegiatan yang disusun untuk mencapai sasaran hasil pembangunan yang pendanaannya diperoleh dari anggaran pemerintah daerah, sebagai bagian integrasi dari upaya pembangunan daerah secara utuh.

17. Isu-isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak berjangka panjang dan menentukan tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah dimasa yang akan datang.

18. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.

19. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

20. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi.

21. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah untuk mencapai tujuan.

22. Sasaran adalah target atau hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.

23. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD atau masyarakat yang dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah.

24. Indikator kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan atau kualitatif untuk masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat dan atau dampak yang menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu program atau kegiatan.

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

Pasal 2

(1) RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati hasil

Pemilihan Umum Kepala Daerah tahun 2012.

(2) RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Jepara

6

Tahun 2005 – 2025 dan memperhatikan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencama Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014 serta Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2013.

Pasal 3

(1) RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) disusun dengan

sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN. BAB II : GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH. BAB III : GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA

KERANGKA PENDANAAN. BAB IV : ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS. BAB V : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. BAB VI : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. BABVII : KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN

DAERAH. BABVIII : INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI

KEBUTUHAN PENDANAAN. BAB IX : PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH. BAB X : PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN.

(2) RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran

dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 4

RPJMD merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai landasan dan pedoman bagi pemerintah daaerah dalam melaksanakan pembangunan 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2017 dan pelaksanaan lebih lanjut dituangkan dalam RKPD.

Pasal 5 RPJMD wajib dilaksanakan oleh Bupati dalam rangka penyelelnggaraan pembangunan di Daerah.

Pasal 6

RPJMD menjadi pedoman bagi SKPD dalam menyusun Rencana strategis dan menjadi acuan bagi seluruh pemangku kepentingan di daerah dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan selama kurun waktu tahun 2012 – 2017.

BAB III PENGENDALIAN DAN EVALUASI

Pasal 7

(1)Bupati melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD.

7

(2)Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

BAB IV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 8

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012 – 2017 menjadi pedoman penyusunsn rencana pembangunan sampai dengan tahun 2017 dan dapat diberlakukan sebagai RPJMD transisi, sebagai pedoman penyusunan RKPD tahun 2018 sebelum tersusunnya RPJMD Tahun 2017 – 2022 yang memuat visi dan misi Bupati terpilih.

BAB V KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jepara.

Ditetapkan di Jepara pada tanggal

BUPATI JEPARA,

AHMAD MARZUQI Diundangkan di Jepara pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEPARA

SHOLIH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012 NOMOR 11

8

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA

NOMOR 11 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012-2017

I. PENJELASAN UMUM. Bahwa dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam

mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan

visi, misi Kepala Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu disusun Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah kurun waktu 5 (lima) tahun

kedepan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Jepara Tahun 2012-2017 merupakan penjabaran visi, misi dan program

Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada ketentuan

perundang-undangan yang berlaku, serta memperhatikan dan

menselaraskan dengan dokumen perencanaan pembangunan di Tingkat

Nasional (RPJM Nasional) maupun dengan dokumen perencanaan

pembangunan di Tingkat Provinsi Jawa Tengah (RPJMD Provinsi Jawa

Tengah) memuat arah kebijakan pengelolaan keuangan daerah, arah

kebijakan umum dan program pembangunan prioritas di daerah baik

yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan

Kerja Perangkat Daerah dan program kewilayahan yang disertai dengan

rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan

yang bersifat indikatif. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017 dilakukan secara

partisipatif yang melibatkan segenap pemangku kepentingan

pembangunan daerah dengan berpedoman pada ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017 akan digunakan sebagai pedoman

9

dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) pada setiap

tahun anggaran, selain itu juga dijadikan acuan dalam penyusunan

Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah di

lingkungan Pemerintah Kabupaten Jepara.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017 ini dapat diberlakukan

sebagai Dokumen RPJMD Transisi untuk pedoman dalam

penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun

2017 sebagai bahan acuan penyusunan Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2018 sebelum RPJMD

Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022 disusun dan ditetapkan

menjadi Peraturan Daerah.

Pasal 9 Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR. 9.

H a l a m a n | i

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN I.1 1.1. Latar Belakang 1.1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1.3 I.3. Hubungan Antar Dokumen 1.5 I.4. Sistematika Penulisan 1.5 I.5. Maksud dan Tujuan 1.7 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II.1 2.1. Aspek Geografi dan Demografi II.1 2.2. Aspek Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi II.12 2.3. Aspek Pelayanan Umum II.20 2.4. Aspek Daya Saing II.53 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA

KERANGKA PENDANAAN III.I

3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu III.1 3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu III.12 3.3. Kerangka Pendanaan III.18 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IV.1 4.1. Permasalahan Pembangunan IV.1 4.2. Isu Strategis IV.5 BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1 5.1. Visi V.1 5.2. Misi V.2 5.3. Tujuan dan Sasaran V.4 BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN VI.1 6.1. Strategi VI.1 6.2. Arah Kebijakan VI.2 BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN

DAERAH VII.1

7.1. Tahapan Pembangunan VII.1 7.2. Kebijakan Umum VII.4 7.3. Indikasi Program Prioritas VII.10 7.4. Matrik Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan VII.18 BAB VIII PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH VIII.1 BAB IX PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN IX.1

H a l a m a n | i i

DAFTAR TABEL

Tabel II.1. Data Ketinggian Dari Permukaan Air Laut II.3 Tabel II.2. Luas Kabupaten Jepara II.4 Tabel II.3. Banyaknya Rt, Rw Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011 II.5 Tabel II.4. Banyaknya hari hujan dan curah hujan II.6 Tabel II.5. Jumlah Penduduk Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011 II.10 Tabel II.6. Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011 Tabel II.7. Persentase Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Jepara

Tahun 2007-2011

II.10 II.11

Tabel II.8. Kepadatan Penduduk Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011 II.11 Tabel II.9. Sex Ratio Penduduk Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011 II.12 Tabel II.10. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011 II.12 Tabel II.11. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah Dan Nasional

Tahun 2007-2011 II.13

Tabel II.12. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jepara Atas Dasar Harga Berlaku II.13 Tabel II.13. Kontribusi Sektor Lapangan Usaha Terhadap Pdrb Atas Dasar Harga Konstan

2000 II.14

Tabel II.14. Kontribusi Sektor Lapangan Usaha Terhadap Pdrb Atas Dasar Harga Berlaku II.14 Tabel II.15. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Nasional, Jawa Tengah, Dan Jepara

Tahun 2007-2011 II.15

Tabel II.16. Pdrb Perkapita Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011 II.15 Tabel II.17. Perkembangan Ipm Kabupaten Jepara II.16 Tabel II.18. Kinerja Makro Urusan Pendidikan Tahun 2007-2011 II.17 Tabel II.19. Kinerja Makro Urusan Kesehatan Tahun 2007-2011 II.18 Tabel II.20. Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011 II.18 Tabel II.21. Jumlah Sertifikat Tanah Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011 II.18 Tabel II.22. Angkatan Kerja Dan Pengangguran Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011 II.19 Tabel II.23. Indikator Pembangunan Seni Dan Budaya II.19 Tabel II.24. Kinerja Makro Urusan Olah-Raga Tahun 2007-2011 II.20 Tabel II.25. Kinerja Makro Urusan Pendidikan Tahun 2007-2011 II.22 Tabel II.26. Kinerja Makro Urusan Kesehatan Tahun 2007-2011 II.24 Tabel II.27. Kinerja Makro Urusan Lingkungan Hidup II.25 Tabel II.28. Kinerja Makro Urusan Pekerjaan Umum Tahun 2007-2011 II.26 Tabel II.29. Kinerja Makro Urusan Penataan Ruang Tahun 2007-2011 II.27 Tabel II.30. Kinerja Makro Urusan Perencanaan Pembangunan Tahun 2007-2011 II.28 Tabel II.31. Kinerja Makro Urusan Perumahan Tahun 2007-2011 II.29 Tabel II.32. Kinerja Makro Urusan Pemuda Dan Olah-Raga II.29 Tabel II.33. Kinerja Makro Urusan Penanaman Modal Tahun 2007-2011 II.29 Tabel II.34. Kinerja Makro Urusan Koperasi, Usaha Kecil Dan Menengah II.30 Tabel II.35. Kinerja Makro Urusan Kependudukan Dan Catatan Sipil Tahun 2007-2011 II.31 Tabel II.36. Kinerja Makro Urusan Ketenagakerjaan Tahun 2007-2011 II.32 Tabel II.37. Kinerja Makro Urusan Ketahanan Pangan Tahun 2007-2011 II.33 Tabel II.38. Skor Pola Pangan Harapan II.34 Tabel II.39. Kinerja Makro Urusan Pemberdayaan Dan Perlindungan Anak II.34 Tabel II.40. Kinerja Makro Urusan Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera II.35 Tabel II.41. Kinerja Makro Urusan Perhubungan Tahun 2007-2011 II.36 Tabel II.42. Kinerja Makro Urusan Komunikasi Dan Informatika Tahun 2007-2011 II.37 Tabel II.43. Kinerja Makro Urusan Pertanahan Tahun 2007-2011 II.37 Tabel II.44. Penegasan Batas Daerah Kabupaten Jepara Dengan Kabupaten Kudus Tahun

2010 II.38

Tabel II.45. Kinerja Makro Urusan Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri II.38 Tabel II.46. Kinerja Makro Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi

Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian Dan Persandian II.40

Tabel II.47. Kinerja Makro Urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa Tahun 2007-2011 II.41 Tabel II.48. Kinerja Makro Urusan Sosial Tahun 2007-2011 II.42 Tabel II.49. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Tahun 2007-2012 II.42 Tabel II.50. Perkembangan Organisasi Sosial Tahun 2007-2011 II.42

H a l a m a n | i i i

Tabel II.51. Kinerja Makro Urusan Kebudayaan II.43 Tabel II.52. Kinerja Makro Urusan Statistik Tahun 2007-2011 II.43 Tabel II.53. Kinerja Makro Urusan Kearsipan Tahun 2007-2011 II.43 Tabel II.54. Kinerja Makro Urusan Perpustakaan Tahun 2007-2011 II.44 Tabel II.55. Kinerja Makro Urusan Kelautan Dan Perikanan II.45 Tabel II.56. Kinerja Makro Urusan Pertanian II.45 Tabel II.57. Nilai Dan Kontribusi Sektor Dalam Pdrb Atas Dasar Harga Konstan Tahun

2007-2010 II.47

Tabel II.58. Populasi Hewan Ternak (Ekor) Tahun 2007-2011 II.48 Tabel II.59. Produksi Hewan Ternak Tahun 2007-2011 II.48 Tabel II.60. Luas Areal Tanaman Perkebunan Tahun 2007-2011 II.48 Tabel II.61. Produksi Tanaman Perkebunan Tahun 2007-2011 II.49 Tabel II.62. Kinerja Makro Urusan Kehutanan Tahun 2007-2011 II.49 Tabel II.63. Kinerja Makro Urusan Esdm II.50 Tabel II.64. Kinerja Makro Urusan Pariwisata Tahun 2007-2011 II.51 Tabel II.65. Kinerja Makro Urusan Industri II.52 Tabel II.66. Kinerja Makro Urusan Perdagangan II.53 Tabel II.67. Data Transmigrasi Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011 II.53 Tabel II.68. Produktivitas Sektor Lapangan Usaha Terhadap Pdrb Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 2007-2011 II.54

Tabel II.69. Banyaknya Ekportir, Jenis Komoditi Dan Nilai Ekspor Tahun 2007-2011 II.54 Tabel II.70. Statistik Permintaan Pasar Internasional Terhadap Berbagai Jenis Komoditi II.56 Tabel II.71. Banyaknya Pelanggan Air Bersih Dan Jaringan Pipa Kabupaten Jepara Tahun

2007-2011 II.57

Tabel II.72. Banyaknya Pelanggan Listrik, Daya Dan Kwh Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011

II.58

Tabel II.73. Kegiatan Operasi /Penertiban Per Kasus Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011 II.59 Tabel II.74. Rasio Ketergantungan Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011 II.62 Tabel III.1. Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Jepara

Tahun 2007-2011 III.2

Tabel III.2. Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Kabupaten Jepara Tahun 2009-2011

III.4

Tabel III.3. Proporsi Pos-Pos Pendapatan Terhadap Total Pendapatan Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011

III.5

Tabel III.4. Tabel Realisasi Capaian Pendapatan Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011

III.6

Tabel III.5. Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Kabupaten Jepara Tahun 2009-2011

III.8

Tabel III.6. Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011 III.9 Tabel III.7. Analisis Rasio Keuangan Kabupaten Jepara Tahun 2009-2011 III.11 Tabel III.8. Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Jepara Tahun

2009-2011 III.13

Tabel III.9. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Jepara Tahun 2009-2011

III.14

Tabel III.10. Defisit Riil Anggaran Kabupaten Jepara Tahun 2009-2011 III.16 Tabel III.11. Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten Jepara Tahun 2009-2011 III.16 Tabel III.12. Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kabupaten Jepara Tahun 2009-

2011 III.17

Tabel III.13. Pengeluaran Periodik,Wajib Dan Mengikat Serta Prioritas Utama Kabupaten Jepara

III.18

Tabel III.14. Tingkat Rata-Rata Pertumbuhan Pendapatan Sumber Pendapatan Daerah APBD Kabupaten Jepara 2007-2011

III.19

Tabel III.15. Proyeksi Nilai Pendapatan Pada APBD Kabupaten Jepara 2012-2016 III.21 Tabel III.16. Trend Perkembangan Belanja APBD Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011 III.22 Tabel III.17. Proyeksi Belanja Daerah Pada APBD Kabupaten Jepara 2012-2016 III.23 Tabel III.18. Asumsi Penghitungan Kerangka Pendanaan Kabupaten Jepara Tahun 2012-

2017 III.24

Tabel III.19. Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

III.24

Tabel III.20. Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten III.26

H a l a m a n | i v

Jepara Tahun 2012-2016 Tabel VII.1. Indikasi Rencana Program Prioritas Yang Disertai Kebutuhan Pendanaan

Kabupaten Jepara VII.19

Tabel VIII.1 Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017 VIII.1

H a l a m a n | I . 1 .

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Perencanaan yang baik diperlukan dalam setiap pelaksanaan

pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan para pemangku kepentingan (stakeholders). Perencanaan yang meliputi perencanaan jangka panjang, menengah, maupun pendek sangat diperlukan agar pembangunan dapat berjalan pada jalur yang tepat. Setelah ditetapkan dan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka setiap Pemerintahan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota diwajibkan untuk menyusun perencanaan pembangunan daerah berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).

Segala bentuk pembangunan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara hingga saat ini, baik secara langsung maupun tidak langsung telah membawa kemajuan di berbagai bidang, baik di bidang fisik maupun di bidang kesejahteraan sosial. Berkaca dari hal ini, tidak dapat dipungkiri bahwa selain keberhasilan yang dicapai, Pemerintah Kabupaten Jepara masih menghadapi masalah dan kendala dalam pelaksanaan pembangunan tersebut. Oleh karena itu agar tercipta adanya integrasi dan kesinambungan dalam pelaksanaan pembangunan, Pemerintah Kabupaten Jepara perlu membuat perencanaan pembangunan daerah yang tepat dan akurat sesuai dengan kondisi, potensi, dan kebutuhan yang ada.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, setelah pelantikan Bupati Kabupaten Jepara untuk masa bakti 2012-2017 pada tanggal 11 April 2012, maka langkah awal yang dilakukan adalah menyusun dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017. Dokumen perencanaan ini merupakan penjabaran visi, misi, dan program prioritas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih, yang dilakukan dengan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jepara, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017 disusun dengan memuat beberapa materi utama antara lain: pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan, penjabaran visi dan misi, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum beserta program pembangunan daerah, indikasi rencana program prioritas, dan penetapan indikator kinerja daerah.

Proses penyusunan RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017 dilakukan melalui beberapa urutan kegiatan, seperti penyiapan rancangan awal rencana pembangunan, penyiapan rancangan rencana

H a l a m a n | I . 2 .

kerja, musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang), dan terakhir adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Dalam proses ini, Bappeda Kabupaten Jepara menyiapkan rancangan awal RPJMD Kabupaten Jepara tahun 2012-2017 sebagai penjabaran visi, misi, dan program prioritas Bupati dan Wakil Bupati Terpilih ke dalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program prioritas dengan menggunakan rancangan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangka Daerah (Renstra SKPD).

Rancangan RPJMD inilah yang digunakan menjadi bahan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Jangka Menengah Daerah Kabupaten Jepara yang diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara negara dan masyarakat. Berdasarkan hasil dari Musrenbang ini, Kepala Bappeda Kabupaten Jepara kemudian menyusun rancangan akhir RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017. Rancangan akhir RPJMD Kabupaten Jepara 2012-2017 disusun dengan tetap menjaga terciptanya keselarasan antara visi, misi, tujuan, sasaran serta indikator kinerja sehingga perencanaan pembangunan dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.

Dalam rangka tetap menjaga sinkronisasi perencanaan antar tingkatan pemerintahan dalam kerangka pembangunan jangka menengah baik dalam hal program pembangunan di Kabupaten/Kota, Provinsi maupun Pusat, maka RPJMD Kabupaten Jepara disusun dengan berpedoman pada RPJPD Kabupaten Jepara Tahun 2005-2025 dan memperhatikan RPJM Nasional tahun 2010-2014 dan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Pada tahap pertama RPJPD Kabupaten Jepara, yaitu tahun 2006-2010, yang dilaksanakan melalui penerapan RPJMD Kabupaten Jepara yang lama (2007-2012), telah banyak permasalahan pembangunan di Kabupaten Jepara yang berhasil ditangani, juga telah terjadi perubahan yang cukup signifikan baik dalam segi pelayanan pemerintahan maupun pembangunan yang baik secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan tersebut dilanjutkan dengan pelaksanaan tahap kedua RPJPD Kabupaten Jepara, yaitu tahun 2011-2015, dan sekaligus tahap ketiga, yaitu tahu 2016-2020, yang akan dijabarkan strategi implementasinya dalam RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017 ini.

Keberhasilan tersebut merupakan buah sinergi dari tiga kekuatan utama yang ada di Kabupaten Jepara, yaitu pemerintah daerah dan DPRD, dunia usaha, serta masyarakat. Walaupun harus diakui pula bahwa cukup banyak permasalahan pembangunan dan kemasyarakatan yang masih harus ditangani dalam pembangunan lima tahun yang akan datang (2012-2017).

RPJMD sebagai dokumen perencanaan strategis jangka menengah (5 tahunan), selanjutnya akan dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang merupakan perencanaan pembangunan tahunan daerah dan menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD). RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017 merupakan dokumen perencanaan kebijakan pembangunan yang mengacu pada

H a l a m a n | I . 3 .

terwujudnya ketentuan yang telah ditetapkan dalam kebijakan pemanfaatan ruang baik kebijakan struktur ruang maupun pola ruang.

1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN Landasan hukum yang digunakan dan terkait secara langsung

dengan penyusunan RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017, baik yang berskala nasional, maupun lokal adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara Tahun 1950 Nomor 42);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara, dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 89);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140);

H a l a m a n | I . 4 .

11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

17. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri alam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Seri E Nomor 3);

21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 4 , Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21);

22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun

H a l a m a n | I . 5 .

2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2007 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 1);

24. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2).

1.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017 memiliki hubungan kuat dengan berbagai dokumen perencanaan lainnya, yakni disusun dengan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah 2008-2013 yang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009.

RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017 ini juga memiliki kaitan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 yang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010, serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 tahun 2011.

Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017 yang berisi visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, dan program pembangunan daerah, menjadi rujukan sekaligus menjadi satu bagian yang utuh dari manajemen kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jepara khususnya dalam menjalankan agenda pembangunan yang telah tertuang baik dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jepara maupun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jepara, serta dari keberadaannya akan dijadikan pedoman bagi SKPD untuk penyusunan Renstra SKPD. Selanjutnya, untuk setiap tahun, selama periode perencanaan akan dijabarkan dalam bentuk Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Pemerintah Kabupaten Jepara, yang dari keberadaan RKPD Kabupaten Jepara tersebut, selanjutnya, akan dijadikan acuan bagi SKPD untuk menyusun Rencana Kerja (Renja) SKPD.

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Jepara Tahun 2012-2017 secara lebih rinci sistematikanya sebagai berikut:

H a l a m a n | I . 6 .

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang penyusunan RPJMD, dasar hukum penyusunan, hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya, sistematika penulisan, dan maksud dan tujuan penyusunan. (1) Latar Belakang menjelaskan alasan disusunnya RPJMD serta pengertian ringkas mengenai RPJMD sebagai dokumen perencanaan strategis Kabupaten Jepara kurun waktu 2012 hingga 2017. (2) Dasar Hukum Penyusunan memberikan uraian ringkas tentang dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RPJMD, baik yang berskala nasional maupun lokal. (3) Hubungan Antardokumen menggambarkan hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya sebagaimana diatur dalam perundang-udangan. (4) Sistematika Penulisan mengemukakan organisasi penyusunan dokumen RPJMD terkait dengan pengaturan bab serta garis besar isi setiap bab didalamnya. (5) Maksud dan Tujuan memberikan uraian ringkas tentang tujuan dan sasaran penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017.

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah. Pada bab ini akan menjelaskan dan menyajikan secara logis dasar-dasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Bab ini dijabarkan berdasarkan hasil analisis dan kajian gambaran umum kondisi daerah yang disajikan secara umum dengan data yang ada terkait kondisi daerah yang selaras dan mendukung isu strategis, permasalahan pembangunan daerah, visi dan misi kepala daerah, serta kebutuhan perumusan strategi.

Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan. Bab ini menyajikan gambaran hasil pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah, yang terdiri atas materi tentang (1) Kinerja Keuangan Masa Lalu, menguraikan perkembangan pendapatan dan belanja tidak langsung, proporsi sumber pendapatan, pencapaian kinerja pendapatan, dan gambaran realisasi belanja daerah. (2) Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu. (3) Kerangka Pendanaan

Bab IV Analisis Isu-Isu Strategis. Pada bab ini diuraikan isu-isu yang menjadi dasar dalam perumusan visi dan misi sebagai tindakan yang akan diambil untuk kurun waktu lima tahun kedepan, terdiri atas materi tentang (1) Permasalahan Pembangunan, menyebutkan secara ringkas tentang permasalahan pokok yang dihadapi Kabupaten Jepara. (2) Isu Strategis, mengidentifikasi beberapa isu strategis yang menjadi dasar perencanaan prioritas kurun waktu lima tahun kedepan.

Bab V Visi, Misi, Tujuan, Dan Sasaran. Bab ini menguraikan mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017.

Bab VI Strategi Dan Arah Kebijakan. Dalam bab ini diuraikan strategi dan arah kebijakan yang berkaitan dengan program kepala daerah sebagai arah bagi SKPD maupun lintas SKPD dalam merumuskan kebijakan guna mencapai kinerja sesuai dengan tugas dan fungsinya. Untuk mengukur capaian tersebut maka dirumuskan pula indikator sebagai tolok ukur capaian sasaran.

H a l a m a n | I . 7 .

Bab VII Kebijakan Umum Dan Program Pembangunan Daerah. Dalam bab ini diuraikan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan target capaian indikator kinerja. Disajikan penjelasan tentang hubungan antara program pembangunan daerah dengan indikator kinerja yang dipilih dalam bentuk matriks.

Bab VIII Penetapan Indikator Kinerja Daerah. Bab ini berisi target indikator outcome untuk memberikan gambaran keberhasilan pencapaian visi dan misi yang tertuang dalam rencana pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017.

Bab IX Pedoman Transisi Dan Kaidah Pelaksanaan. Bab ini berisi pedoman bagi penyusunan dokumen perencanaan pada saat transisi akibat adanya Pilkada pada tahun 2017. Pada sisi lain, disampaikan pula kaidah implementasi RPJMD Kabupaten Jepara ini yang harus dilaksanakan secara konsisten oleh segenap jajaran di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jepara. RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017 merupakan pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD, Rencana Kerja (Renja) SKPD, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahunan dan perencanaan penganggaran.

1.5. MAKSUD DAN TUJUAN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Jepara 2012-2017 disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut: Maksud. Maksud dari penyusunan RPJMD Jepara Tahun 2012-

2017 adalah Menyediakan dokumen RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017 sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan target indikator kinerja yang digunakan sebagai dasar evaluasi kinerja pembangunan daerah dalam kurun waktu 2012-2017.

Tujuan. Tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Jepara 2012-2017 adalah sebagai berikut: (1) Sebagai pedoman atau acuan dalam menetapkan arah kebijakan pembangunan dan strategi pembangunan daerah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang serta dalam rangka menjamin keberlanjutan pembangunan jangka panjang (sustainbility development) dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun anggaran selama 5 (lima) tahun yang akan datang sehingga secara bertahap dapat mewujudkan cita-cita masyarakat Kabupaten Jepara. (2) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar pelaku pembangunan di Kabupaten Jepara serta menjamin tercapaianya penggunaan sumberdaya secara efektif, efisien, berkeadilan, dan berkelanjutan. (3) Menciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan daerah antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintahan. (4) Sebagai dasar komitmen bersama antara eksekutif, legislatif dan pemangku kepentingan pembangunan daerah yang dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dalam rangka pencapaian visi dan misi Kepala Daerah.

H a l a m a n | II .1 .

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

2.1.1 ASPEK GEOGRAFI Secara geografis Kabupaten Jepara terletak pada posisi 110° 9'

48,81" sampai 110° 9' 48,04" Bujur Timur, 5° 43' 20,93" sampai 6° 47' 25,81" Lintang Selatan, sehingga merupakan daerah paling ujung sebelah Utara dari Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Jepara terbagi menjadi 16 Kecamatan dan ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah Utara dan Barat, Kabupaten Demak di sebelah Selatan, serta Kabupaten Kudus dan Pati di sebelah Timur. Wilayah bagian Utara Jepara, lahannya didominasi oleh usaha perkebunan, kehutanan, serta pertanian tanaman pangan. Jepara memiliki garis pantai sepanjang 82,73 km, memiliki potensi sangat besar dalam bidang perikanan. Keberhasilannya nampak pada semakin meningkatnya peran serta para pelaku pembangunan sektor perikanan yaitu pembudidaya tambak, nelayan, KUD, swasta dan semakin efektifnya pelaksanaan Pemerintahan.

Kabupaten Jepara memiliki garis pantai sepanjang 82,73 km termasuk keberadaan KarimunJawa, dengan luas wilayah penangkapan laut, baik jalur I, II dan III mencapai 1.500 km2. Budidaya laut dilakukan di atas areal seluas 10.000 Ha dan luas areal budi daya laut dan penangkapan di perairan umum mencapai 1.472 Ha lebih. Selain pantai, dari wilayah Kabupaten Jepara juga mencakup luas lautan seluas 1.845,6 km². Pada lautan tersebut terdapat daratan kepulauan sejumlah 29 pulau, dengan 5 pulau berpenghuni dan 24 pulau tidak berpenghuni. Wilayah kepulauan tersebut merupakan Kecamatan KarimunJawa yang berada di gugusan Kepulauan KarimunJawa, yakni gugusan pulau-pulau yang ada di Laut Jawa dengan dua pulau terbesarnya adalah Pulau KarimunJawa dan Pulau Kemujan. Sebagian besar wilayah perairan KarimunJawa tersebut dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa. Dikaitkan dengan bentuk pulau Jawa, posisi wilayah Kabupaten Jepara ini sebenarnya kurang menguntungkan. Berada di ujung Utara Pulau Jawa menjadikan Jepara tak terlewati jalur utama pantura.

2.1.1.1 Kondisi Wilayah Kabupaten Jepara terletak di pantura Timur Jawa Tengah, di mana

bagian Barat dan Utara dibatasi oleh laut. Bagian Timur wilayah Kabupaten ini merupakan daerah pegunungan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan KarimunJawa, penyeberangan ke kepulauan ini dilayani oleh kapal ferry yang bertolak dari Pelabuhan Jepara. KarimunJawa juga terdapat lapangan terbang perintis yang didarati pesawat berjenis kecil dari Semarang.

Jarak ibu kota Kabupaten Jepara dengan ibu kota daerah-daerah lain adalah sebagai berikut:

H a l a m a n | II .2 .

Kudus : 35 km Pati : 59 km Rembang : 95 km Demak : 45 km Blora : 131 km Jakarta : 561 km Semarang : 76 km Surabaya : 294 km

Luas wilayah Kabupaten Jepara tercatat 100.413,189 ha atau 1.004,132 km², menempati 3,09% dari wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Keling yaitu 12.311,588 ha atau 123,116 km², dan Kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Kalinyamatan 2.370,001 ha atau 23,700 km².

2.1.1.2 Topografi Kabupaten Jepara yang merupakan daerah di kawasan Utara Jawa

ini secara topografi dapat dibagi dalam empat wilayah yaitu: wilayah pantai di bagian pesisir Barat dan Utara wilayah dataran rendah di bagian Tengah dan Selatan wilayah pegunungan di bagian Timur yang merupakan lereng Barat

dari Gunung Muria wilayah perairan atau kepulauan di bagian Utara yang merupakan

serangkaian Kepulauan KarimunJawa. Kabupaten Jepara memiliki variasi ketinggian antara 0 m sampai

dengan 1.301 m dpl (dari permukaan laut), daerah terendah adalah Kecamatan Kedung antara 0-2 mdpl yang merupakan dataran pantai, sedangkan daerah yang tertinggi adalah Kecamatan Keling antara 0-1.301 mdpl merupakan perbukitan. Variasi ketinggian tersebut menyebabkan Kabupaten Jepara terbagai dalam empat kemiringan lahan, yaitu datar 41.327,060 Ha, bergelombang 37.689,917 Ha, curam 10.776 Ha dan sangat curam 10.620,212 Ha.

Sebagai akibat dari wilayah yang cenderung ke arah kawasan pesisir pantai, Kabupaten Jepara memiliki 6 bentuk lahan yang fungsional yaitu: Dataran Dataran aluvial Lembah aluvial Pegunungan sekitar pantai Perbukitan Rawa pasang surut

Sedangkan jenis tanahnya menurut topografi kawasan Kabupaten Jepara memiliki 4 Jenis tanah yaitu: Andosol coklat Regosol Alluvial latosol

Daratan utama Kabupaten Jepara berdasarkan sistem hidrologi merupakan kawasan yang berada pada lereng Gunung Muria bagian Barat yang mengalir sungai-sungai besar yang memiliki beberapa anak sungai. Sungai-sungai besar tersebut antara lain Sungai Gelis, Keling,

H a l a m a n | II .3 .

Jarakan, Jinggotan, Banjaran, Mlonggo, Gung, Wiso, Pecangaan, Bakalan, Mayong dan Tunggul. Berdasarkan karakteristik topografi wilayah, aliran sungai relatif dari daerah hulu di bagian Timur (Gunung Muria) ke arah Barat (Barat Daya, Barat, dan Barat Laut) yaitu daerah hilir (Laut Jawa). Penutupan batuan atau singkapan batuan merupakan masalah yang terjadi pada permukaan tanah yang tertutup oleh batuan di Kabupaten Jepara, hal tersebut menjadi salah satu sebab kurang suburnya tanah di Kabupaten Jepara karena tanah yang tertutup batuan menjadi keras dan sulit untuk ditanami.

Tabel II.1. DATA KETINGGIAN DARI PERMUKAAN AIR LAUT TAHUN 2011

No. Kecamatan Ketinggian 1. Kedung 0 - 2 m 2. Pecangaan 2 - 17 m 3. Kalinyamatan 2 - 29 m 4. Welahan 2 - 7 m 5. Mayong 13 - 438 m 6. Nalumsari 13 - 736 m 7. Batealit 68 - 378 m 8. Jepara 0 - 46 m 9. Tahunan 0 - 50 m 10. Mlonggo 0 - 300 m 11. Pakisaji 25 - 1.000 m 12. Bangsri 0 - 594 m 13. Kembang 0 - 1.000 m 14. Keling 0 - 1.301 m 15. Donorojo 0 - 619 m 16. KarimunJawa 0 - 100 m Sumber: Jepara Dalam Angka 2011

2.1.1.3 Keadaan dan Pemanfaatan Tanah Kabupaten Jepara merupakan dataran aluvial yang tersusun oleh

endapan lumpur yang berasal dari sungai-sungai yang bermuara di pesisir pantai dan terbawa oleh arus sepanjang pantai. Sebaran jenis tanah pada wilayah ini yaitu berupa aluvial hiromorf, regosol coklat, asosiasi mediteran coklat tua dan mediteran coklat, grumosol kelabu tua, asosiasi hidromorf kelabu, dan planosol coklat keabuan. Kabupaten Jepara terletak pada lereng Utara dan Barat Gunung Muria.

Daratan Kabupaten Jepara terdapat beberapa jenis tanah, yang dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis tanah berikut Andosol Coklat, terdapat di perbukitan bagian Utara dan puncak Gunung Muria seluas 3.525,469 Ha, Regosol terdapat di bagian Utara seluas 2.700,857 Ha, Alluvial terdapat di sepanjang pantai Utara seluas 9.126,433 Ha, Asosiasi Mediterian terdapat di pantai Barat seluas 19.400,458 Ha dan Latosol yang merupakan jenis tanah paling dominan di Kabupaten Jepara terdapat di perbukitan Gunung Muria seluas 65.659,972 Ha.

Lahan di kawasan Kabupaten Jepara cocok digunakan untuk budidaya tambak mengingat kondisi fisik lingkungannya yang dekat dengan pantai. Selain sebagai budidaya tambak lahan di kawasan Jepara yang datar juga cocok difungsikan untuk perkebunan atau budidaya pertanian ringan khususnya pada kawasan yang berbukit.

H a l a m a n | II .4 .

Lahan di Kabupaten Jepara terdapat banyak kawasan yang merupakan hasil dari pengendapan tanah yang terkena air sunagi atau laut akibat abrasi yang sulit difungsikan dan terkadang berubah menjadi daerah rawa yang hanya bisa dimanfaatkan untuk budidaya tanaman tertentu.

2.1.1.4 Pembagian Wilayah Administratif Dengan adanya pemekaran wilayah dua kecamatan baru yaitu

Kecamatan Donorojo dan Kecamatan Pakis Aji sesuai peraturan daerah Kabupaten Jepara Nomor 17 tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Pakis Aji dan Kecamatan Donorojo serta penataan Kecamatan Mlonggo dan Kecamatan Keling, jumlah kecamatan di Kabupaten Jepara yang semula 14 kecamatan berubah menjadi 16 kecamatan. Pemekaran wilayah ini dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara sebagai upaya untuk menghadapi tantangan dan permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat khususnya pada tingkat kecamatan, desa, dan kelurahan.

Adapun 16 (enambelas) kecamatan yang ada adalah Kedung, Pecangaan, Kalinyamatan, Welahan, Mayong, Nalumsari, Batealit, Tahunan, Jepara, Mlonggo, Bangsri, Kembang, Keling, Donorojo, Pakisaji, KarimunJawa. Sedangkan menurut pembagian administrasi wilayah setingkat desa dan kelurahan, wilayah Kabupaten Jepara terdiri atas 183 desa dan 11 kelurahan.

Tabel II.2. LUAS KABUPATEN JEPARA TAHUN 2011

No. Kecamatan Ha Km2 Persentase 1. Kedung 4.306,281 43,063 4,29 2. Pecangaan 3.587,806 35,878 3,57 3. Kalinyamatan 2.370,001 23,700 2,36 4. Welahan 2.764,205 27,642 2,75 5. Mayong 6.504,268 65,043 6,48 6. Nalumsari 5.696,538 56,965 5,67 7. Batealit 8.887,865 88,879 8,85 8. Tahunan 3.890,581 38,906 3,87 9. Jepara 2.466,699 24,667 2,46 10. Mlonggo 4.240,236 42,402 4,22 11. Pakis Aji 6.055,280 60,553 6,03 12. Bangsri 8.535,241 85,352 8,50 13. Kembang 10.812,384 108,124 10,77 14. Keling 12.311,588 123,116 12,26 15. Donorojo 10.864,216 108,642 10,82 16. KarimunJawa 7.120,000 71,200 7,09

Total 100.413,189 1.004,132 100,00 Sumber: Jepara Dalam Angka 2011

Secara administratif wilayah seluas 1.399,74 km² tersebut terdiri atas 16 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah 184 desa dan 11 kelurahan serta 1.000 RW dan 4.622 RT.

H a l a m a n | II .5 .

Tabel II.3. BANYAKNYA RT, RW KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011

Kecamatan RW RT 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011

Kedung 63 61 63 63 63 255 257 257 250 252 Pecangaan 58 69 84 58 70 350 339 340 333 342 Kalinyamatan

50 51 51 50 52 237 237 239 236 242

Welahan 41 44 44 44 44 225 217 217 216 217 Mayong 75 75 75 75 67 386 387 387 383 391 Nalumsari 78 78 78 78 78 369 369 365 365 358 Batealit 51 51 51 51 48 282 283 283 282 291 Tahunan 71 74 75 74 75 321 315 311 319 311 Jepara 83 83 84 81 84 291 305 305 289 307 Mlonggo 89 51 51 51 51 510 278 278 274 278 Pakis Aji - 38 51 38 38 - 261 263 235 236 Bangsri 120 120 120 120 120 439 439 434 433 442 Kembang 77 78 78 77 78 326 331 331 323 332 Keling 117 68 68 61 61 561 332 332 297 304 Donorojo - 54 54 54 54 - 267 252 254 265 KarimunJawa 13 14 14 14 17 53 51 53 53 54

Total 986 1.009 1.041 989 1.000 4.605 4.668 4.647 4.541 4.622 Sumber: Jepara Dalam Angka 2007 – 2011

2.1.1.5 Luas Penggunaan Lahan Luas wilayah Kabupaten Jepara tercatat mencapai 100.413,19 Ha.

Luas wilayah tersebut terdiri dari 26,282.06 (26,17%) lahan sawah dan 74.131,13 Ha (73,83%) lahan bukan lahan sawah. Menurut penggunaannya sebagian besar lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah berpengairan irigasi sederhana (41,91%), kemudian lahan sawah dengan irigasi teknis (36,57%), selainnya berpengairan irigasi setengah teknis dan tadah hujan.

Sedangkan lahan bukan lahan sawah digunakan untuk tegal/huma sebesar 37,54% yang merupakan persentase penggunaan terbesar, kemudian digunakan untuk bangunan/pekarangan, perkebunan, hutan negara, tambak/kolam dan padang rumput.

2.1.1.6 Keadaan Iklim Musim penghujan di Kabupaten Jepara antara bulan Nopember-

April dipengaruhi oleh musim Barat sedang musim kemarau antara bulan Mei-Oktober dipengaruhi oleh angin musim Timur. Curah hujan tertinggi tercatat 2.617 mm, dengan jumlah hari hujan 181 hari terdapat di Kecamatan Keling, sedangkan curah hujan terendah sebesar 1.380 mm dengan 125 hari hujan terdapat di Kecamatan Nalumsari, dengan suhu rata-rata antara 21,55 oC sampai dengan 32,71 oC. Data berkaitan dengan banyaknya hari hujan dan curah hujan per-kecamatan di Kabupaten Jepara pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel II.4 di bawah ini.

H a l a m a n | II .6 .

Tabel II.4. BANYAKNYA HARI HUJAN DAN CURAH HUJAN DI KABUPATEN JEPARA

TAHUN 2010 No. Kecamatan Hari Hujan

(Hari) Curah Hujan

(mm) 1 Kedung 143 1.823 2 Pecangaan ** - - 3 Kalinyamatan * - - 4 Welahan * - - 5 Mayong ** - - 6 Nalumsari 125 1.380 7 Batealit 150 2.013 8 Tahunan ** - - 9 Jepara 158 2.058 10 Mlonggo 153 2.015 11 Pakis Aji * - - 12 Bangsri 143 2.138 13 Kembang * - - 14 Keling 181 2.617 15 Donorojo * - - 16 KarimunJawa * - - Jumlah 1.053 14.044 Rata-rata 150 2.006

Keterangan: * = tidak mempunyai alat; ** = alat rusak Sumber: Jepara Dalam Angka, 2011

2.1.2 POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH Keberadaan ruang adalah terbatas. Dengan demikian, rentan

menimbulkan konflik antar pemangku kepentingan (stakeholders), terlebih dengan karakteristik masyarakat pesisir yang lebih terbuka dan keras. Beberapa permasalahan yang muncul, baik yang bersifat alamiah maupun sebagai bagian dari dinamika pembangunan di Kabupaten Jepara, yang sifatnya strategis antara lain: 1. Beberapa bagian wilayah Kabupaten Jepara memiliki topografi

lebih dari 40% (sangat curam) sehingga berpotensi longsor. 2. Sebagian jenis tanah di Kabupaten Jepara ada yang sangat peka

terhadap erosi (regosol coklat) sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengembangan di atasnya.

3. Adanya rawan bencana banjir, tanah longsor dan angin topan akan menjadi salah satu kendala dalam pembangunan wilayah.

4. Permasalahan lingkungan, seperti alih fungsi lahan yang belum terkendali (terutama dari kawasan lindung ke kawasan budidaya) dengan baik, abrasi dan rob, kerusakan daerah hulu sungai akibat pertambangan yang tidak berwawasan lingkungan.

5. Terpusatnya perkembangan pada kawasan-kawasan tertentu, sehingga mempersulit dalam pemerataan pembangunan.

6. Belum optimalnya fungsi pengendalian yang bersifat preventif agar tidak terjadi konflik dalam pemanfaatan ruang. Dengan penataan ruang yang terpadu, serasi dan berkualitas,

maka semua stakeholders pembangunan akan mempunyai rujukan yang sama dalam memanfaatkan ruang. Hal ini, selain akan memberikan kepastian hukum dalam pemanfaatan ruang juga akan mendorong

H a l a m a n | II .7 .

masyarakat untuk berperan aktif, baik pada proses perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian pemanfaatan ruang.

Dalam perspektif inilah sekaligus untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Jepara dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, disusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jepara (Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031).

Rencana struktur ruang Kabupaten Jepara diwujudkan berdasarakan arahan pengembangan sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana wilayah. Rencana sistem pusat kegiatan adalah: a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di perkotaan Jepara dan Pecangaan; b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) di perkotaan Bangsri,

Mayong, Keling dan Karimunjawa; c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di perkotaan Kedung, Mlonggo,

Batealit, Kembang, Pakisaji, Kalinyamatan, Nalumsari, Welahan, dan Donorojo; dan

d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) di Desa Mantingan, Teluk Awur, Raguklampitan, Kerso, Kedungmalang, Ujungwatu, Keling, Suwawal, Slagi, Lebak, Bondo, Srikandang, Bucu, Tubanan, Guwosobokerto, Ngroto, Welahan, Troso, Kaliombo, Banyuputih, Mayong Kidul, Pelang, Bandung, Pringtulis, Daren dan Ngetuk. Peran pusat kegiatan adalah:

a. PKL sebagai pusat pemerintahan kabupaten, pelayanan sosial dan ekonomi, permukiman perkotaan, perdagangan, industri, perikanan, pendidikan tinggi, perhubungan, pariwisata dan pertanian;

b. PKLp sebagai pusat pengembangan pelayanan sosial dan ekonomi, pengembangan permukiman perkotaan, perdagangan, industri, pertanian perikanan, pengembangan budi daya hutan, riset perikanan, pelestarian sumber daya alam, konservasi, perhubungan dan pariwisata;

c. PPK sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan pusat pelayanan sosial ekonomi skala kecamatan; dan

d. PPL sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi skala lingkungan. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah terdiri atas:

a. Sistem Jaringan Transportasi; b. Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan; c. Sistem Jaringan Telekomunikasi; d. Sistem Jaringan Sumber Daya Air; dan e. Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan

Di bidang pariwisata Kabupaten Jepara sebenarnya memiliki banyak wilayah yang sangat potensial dengan obyek wisata yang beragam namun sangat diharapkan sentuhan oleh para investor sebagai berikut:

Pantai Kartini. Terletak ± 2,5 km ke arah Barat dari Pendopo Kabupaten Jepara. Obyek wisata ini berada di Kelurahan Bulu Kecamatan Jepara dan merupakan obyek wisata alam yang menjadi dambaan wisatawan. Berbagai sarana pendukung seperti dermaga,

H a l a m a n | II .8 .

permainan anak-anak (komedi putar, mandi bola) dan lain-lain telah tersedia untuk pengunjung. Kawasan dengan luas tanah ± 3,5 ha ini merupakan kawasan strategis, karena sebagai jalur transportasi laut menuju obyek wisata Taman KarimunJawa dan Pulau Panjang.

Pantai Tirta Samudra. Lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Pantai Bandengan dan terletak ±7 km sebelah Utara dari pusat kota. Pantai yang airnya jernih dan berpasir putih ini sangat cocok untuk lokasi mandi. Kawasan obyek wisata yang lahannya cukup luas dan sebagian besar ditumbuhi rerimbunan pohon pandan ini memang cocok untuk lokasi kegiatan para remaja seperti kemah, volley pantai, sepeda pantai atau kegiatan serupa.

Benteng Portugis. Salah satu obyek wisata andalan di Jepara adalah Benteng Portugis yang terletak di Desa Banyumanis Kecamatan Keling atau ± 45 km di sebelah Utara kota Jepara, dan untuk mencapainya tersedia jalan aspal dan transportasi reguler. Dilihat dari sisi geografis, benteng ini nampak sangat strategis untuk kepentingan militer khususnya zaman dahulu yang kemampuan tembakan meriamnya terbatas 2-3 km saja. Benteng ini dibangun di atas sebuah bukit batu di pinggir laut dan persis di depannya terhampar Pulau Mondolika, sehingga praktis selat yang ada di depan benteng ini berada di bawah kontrol meriam benteng sehingga akan berpengaruh pada pelayaran kapal dari Jepara ke Indonesia Bagian Timur atau sebaliknya.

Air Terjun Songgolangit. Terletak di Desa Bucu Kecamatan Kembang ± 30 km sebelah Utara dari kota Jepara. Air terjun ini mempunyai ketinggian ± 80 meter dan lebar ± 2 meter.

Wana Sreni Indah. Terletak ± 35 km ke arah Timur dari pusat kota Jepara, menuju Kabupaten Kudus, tepatnya di Desa Bategede Kecamatan Nalumsari. Sebuah Desa yang terletak di belakang Lereng Gunung Muria, dengan topografis berupa perbukitan dengan ketinggian sekitar 100 M dpl sampai dengan 180 M dpl, suhu udara rata-rata 25°C-28°C sehingga udara daerah sekitar obyek wisata tersebut sejuk segar.

Perang Obor Tegal Sambi. Upacara tradisional “Obor-oboran” merupakan salah satu upacara tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Kabupaten Jepara, khususnya Desa Tegal Sambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara yang tiada duanya di Jawa Tengah ini dan mungkin di seluruh Indonesia. Obor pada upacara tradisional ini adalah gulungan atau bendelan 2 (dua) atau 3 (tiga) pelepah kelapa yang sudah kering dan bagian dalamnya diisi dengan daun pisang kering (Jawa: klaras). Obor yang telah tersedia dinyalakan bersama untuk dimainkan/digunakan sebagai alat untuk saling menyerang sehingga sering terjadi benturan obor yang dapat mengakibatkan pijaran-pijaran api yang besar yang akhirnya masyarakat menyebutnya dengan istilah “Perang Obor”.

Kelenteng “Hian Thian Siang Tee” Welahan. Kelenteng Welahan yang diberi nama “Hian Thian Siang Tee” terletak 24 km ke arah Selatan dari pusat kota Jepara, di Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara, sebuah desa yang menyimpan peninggalan kuno Tiongkok dan menjadi salah satu asset wisata sejarah di Jepara, di mana berdiri megah 2 buah kelenteng yang dibangun seorang tokoh

H a l a m a n | II .9 .

pengobatan dari Tiongkok bernama Tan Siang Hoe bersama dengan kakanya bernama Tan Siang Djie.

Makam Mantingan Jepara. Masjid dan Makam Mantingan terletak 5 km arah Selatan dari pusat kota Jepara di Desa Mantingan Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara, sebuah desa yang menyimpan Peninggalan Kuno Islam dan menjadi salah satu aset wisata sejarah di Jepara, di mana di sana berdiri megah sebuah masjid yang dibangun oleh seorang tokoh Islamik yaitu Pangeran Hadlirin suami Ratu Kalinyamat yang dijadikan sebagai pusat aktivitas penyebaran agama Islam di pesisir Utara pulau Jawa dan merupakan masjid kedua setelah Masjid Agung Demak.

Museum RA. Kartini. Museum RA Kartini terletak di pusat kota atau tepatnya di sebelah Utara alun-alun kota Jepara. Museum RA Kartini termasuk jenis museum umum dan sekaligus sebagai obyek wisata sejarah. Museum dibuka setiap hari dan sering dikunjungi para wisatawan baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus). Museum RA Kartini didirikan pada tanggal 30 Maret 1975 pada masa pemerintahan Bupati Soewarno Djojomardowo,SH, sedangkan peresmiannya dilakukan pada tanggal 21 April 1977 oleh Bupati KDH Tingkat II Jepara, Soedikto, SH.

Potensi Khusus KarimunJawa. Taman Nasional Laut KarimunJawa termasuk wilayah Kabupaten Jepara, yang terdiri dari 1 kecamatan 4 desa dan 27 pulau (5 pulau berpenghuni, 22 pulau kosong) terdiri dari beberapa suku, adapun jarak Jepara KarimunJawa adalah 48 mil laut. Taman Nasional Laut KarimunJawa memang memiliki daya tarik tersendiri dan sangat cocok untuk wisata bahari. Berbagai daya tarik yang unik bisa kita temukan antara lain: a. Panorama laut yang indah bagai telaga warna dengan gugusan

kepulauan yang tersebar sejauh mata memandang. Disertai jernihnya air laut yang belum tercemar (terkena polusi).

b. Hamparan pasir putih yang membentang di kawasan pantai maupun di seluruh pulau-pulau.

c. Dapat melakukan kegiatan hiking, snorkeling, diving, fishing/memancing, dayung, dan sebagainya.

d. Menikmati biota laut dengan aneka ragam ikan hias dan bermacam karang laut yang menarik.

e. Masih terdapat jenis satwa langka seperti menjangan, trenggiling, landak, ular edor, burung garuda dan ikan lele tanpa patil.

f. Gunung dengan penghijauannya hutan tertutup yang masih perawan.

g. Dapat menyaksikan ikan hiu, kerapu, lemuna, teripang di karamba, silakan bawa makanan (ikan kecil) untuk dihadiahkan kepada ikan-ikan tersebut.

h. Bila perjalananan memakai kapal laut, dapat menyaksikan iringan lumba-lumba di sebelah menyebelah kapal.

2.1.3 ASPEK DEMOGRAFI Jumlah penduduk Kabupaten Jepara tahun 2007 mencapai

1.073.631 jiwa, tahun 2008 sebesar 1.090.839 jiwa, tahun 2009

H a l a m a n | II .1 0 .

sebesar 1.107.973 jiwa tahun 2010 sebesar 1.097.280 jiwa dan tahun 2011 berdasarkan data Jepara Dalam Angka sebesar 1.124.203 jiwa.

Kondisi yang demikian membutuhkan perhatian yang serius baik dari segi penyediaan infrastruktur maupun penataan mobilitas penduduknya serta percepatan pembangunan ekonomi dengan pemenuhan kesejahteraan sosial masyarakat baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, serta pembangunan infrastruktur dasar yang lebih memadai seperti transportasi dan sarana komunikasi.

Tabel II.5. JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011

Kecamatan Tahun 2007 * 2008 * 2009 * 2010 ** 2011 *

Kedung 69.825 70.944 72.058 70.835 72.565 Pecangaan 74.707 75.905 77.097 77.172 79.171 Kalinyamatan 56.061 56.959 57.854 58.140 59.876 Welahan 70.774 71.908 73.037 69.496 70.633 Mayong 80.685 81.978 83.265 82.831 84.636 Nalumsari 68.975 70.081 71.182 68.606 69.830 Batealit 74.351 75.543 76.729 77.923 80.006 Tahunan 95.012 96.535 98.052 101.581 105.505 Jepara 74.958 76.159 77.355 79.508 82.106 Mlonggo 127.429 75.935 77.128 77.794 80.092 Pakis Aji - 53.536 54.377 54.690 56.332 Bangsri 92.626 94.111 95.590 93.798 95.889 Kembang 64.399 65.433 66.461 64.798 65.986 Keling 115.278 60.461 61.411 58.435 59.209 Donorojo - 56.664 57.554 52.958 53.513 KarimunJawa 8.551 8.687 8.823 8.715 8.854

Total 1.073.631 1.090.839 1.107.973 1.097.280 1.124.203 Keterangan: * = Hasil SUPAS; ** = Hasil Sensus Penduduk; Sumber: Jepara Dalam Angka 2007-2011 Jika dilihat dari komposisi penduduk menurut umur, pada tahun

2011 sebanyak 300.220 jiwa atau 26,71% penduduk Kabupaten Jepara berada pada kelompok umur 0-14 tahun. Sementara itu kelompok umur 15-64 tahun sebesar 760.221 jiwa atau 67,62% dan 65 ke atas sebesar 5,67% atau 63.762 jiwa.

Tabel II.6. PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-

2011 Umur Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

0 -14 thn 313.412 318.436 323.438

300.246 300.220

15-64 thn

709.717 721.092 732.419 733.231 760.221

65 + 50.502 51.311 52.116 63.806 63.762 Jumlah 1.073.631 1.090.839 1.107.973 1.097.280 1.124.203

Sumber: Jepara Dalam Angka 2007-2011. Hampir di setiap tahunnya penduduk laki-laki memiliki persentase

yang lebih banyak diperbandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Tetapi pada tahun 2010 dan 2011 presentase penduduk perempuan lebih banyak. Dalam tabel nampak bahwa pada tahun 2011 jumlah penduduk laki-laki sebesar 561.984 jiwa atau 49,99% dan perempuan sebesar 562.219 jiwa atau 50,01%.

H a l a m a n | II .1 1 .

Tabel II.7. PERSENTASE KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011 Tahun Jumlah

Penduduk Laki-Laki % Perempuan %

2007 1.073.631 540.293 50,32 533.338 49,68 2008 1.090.839 548.953 50,32 541.886 49,68 2009 1.107.973 557.576 50,32 550.397 49,68 2010 1.097.280 548.344 49.97 575.517 50,03 2011 1.124.203 561.984 49,99 562.219 50,01

Sumber: Jepara Dalam Angka 2007 – 2011 Dengan luas wilayah sekitar 1.004,132 kilometer persegi yang

didiami oleh 1.124.203 orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk adalah 1,120 orang per kilometer persegi. Tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2007 sebesar 1.069 jiwa per km² dan selanjutnya pada tahun 2011 menjadi sebesar 1,120 jiwa per km² sehingga apabila diperbandingkan dengan tahun 2007 pertambahan kepadatan penduduk rata-rata sebesar 12,8 jiwa per km² pertahun.

Penduduk terpadat berada di Kecamatan Jepara dengan 3.329 jiwa/km2, sedangkan terendah di Kecamatan KarimunJawa dengan 124 jiwa/km2. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Jepara dikarenakan aglomerasi aktivitas ekonomi masyarakat sebagian besar tersentral di Kecamatan Jepara khususnya pada kawasan sekitar CBD (Central Bussiness District), yang padat dengan aktifitas perdagangan dan jasa.

Tabel II.8. KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011

Kecamatan Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Kedung 1.621 1.647 1.673 1.645 1.685 Pecangaan 2.110 2.116 2.149 2.151 2.207 Kalinyamatan 2.318 2.403 2.441 2.453 2.526 Welahan 2.560 2.601 2.642 2.514 2.555 Mayong 1.240 1.260 1.280 1.273 1.301 Nalumsari 1.211 1.230 1.250 1.204 1.226 Batealit 837 850 863 877 900 Tahunan 2.442 2.481 2.520 2.611 2.712 Jepara 3.039 3.087 3.136 3.223 3.329 Mlonggo 1.238 1.791 1.819 1.835 1.889 Pakis Aji - 884 898 903 930 Bangsri 1.085 1.103 1.120 1.099 1.123 Kembang 596 605 615 599 610 Keling 497 491 499 475 481 Donorojo - 522 530 487 493 KarimunJawa 120 122 124 122 124 Total 1.069 1.086 1.103 1.093 1.120

Sumber: Jepara Dalam Angka 2007-2011 Sex Ratio merupakan perbandingan yang menunjukkan jumlah

laki-laki dan perempuan di suatu daerah. Sex Ratio penduduk Kabupaten Jepara 2011 sebesar 99,96 %. Sex Ratio terbesar terdapat di Kecamatan Tahunan sebesar 103,36% yang berarti jumlah penduduk laki-laki 1,6% lebih banyak di bandingkan jumlah penduduk perempuan, sedangkan sex ratio terkecil terdapat di Kecamatan Kembang yakni

H a l a m a n | II .1 2 .

97,35% yang artinya jumlah penduduk perempuan 0,32% lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

Tabel II.9. SEX RATIO PENDUDUK KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011

Kecamatan Sex Ratio 2007 2008 2009 2010 2011

Kedung 101 101 101 99,38 99,51 Pecangaan 99 99 99 98,27 98,40 Kalinyamatan 98 98 98 98.71 98,84 Welahan 100 100 100 97,71 97,83 Mayong 99 99 99 98,83 98,87 Nalumsari 99 99 99 97.23 97,36 Batealit

104 104 104 100,4

7 100,6

0Tahunan

107 107 107 103.2

3 103,3

6Jepara

103 103 103 101,4

4 101,5

7Mlonggo

104 103 103 102,6

4 102,7

7Pakis Aji

- 105 105 101,3

9 101,5

2Bangsri

101 101 101 100,8

4 100,9

7Kembang 98 98 98 97.22 97,35 Keling 101 101 101 98.02 98,14 Donorojo - 101 101 99.23 99,36 KarimunJawa

103 103 103 101,8

7 102,0

1Total 101 101 101 95.28 99,96

Sumber: Jepara Dalam Angka, 2007 – 2011 Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Jepara rata-rata pertahun

selama sepuluh tahun terakhir dari tahun 2000-2010 sebesar 1,14%. Tabel II.10.

LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011 Uraian Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Pertumbuhan Penduduk 1,47 1,60 1,57 -0,96 2,45

Sumber: Jepara Dalam Angka 2007-2011

2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN DAN PEMERATAAN EKONOMI Kinerja pembangunan pada aspek kesejahteraan merupakan

gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang mencakup kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga.

2.2.1 KESEJAHTERAAN DAN PEMERATAAN EKONOMI Kinerja kesejahteraan dan pemerataan ekonomi Kabupaten Jepara

selama periode tahun 2007-2011 dapat dilihat dari indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita, dan Indeks

H a l a m a n | II .1 3 .

Pembangunan Manusia (IPM). Perkembangan kinerja pembangunan pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah sebagai berikut:

2.2.1.1 Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan PDRB merupakan indikator untuk mengetahui kondisi

perekonomian secara makro yang mencakup tingkat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi (atas dasar harga konstan) Kabupaten Jepara cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,74%, pada tahun 2008 turun sebesar 4,49%, pada tahun 2009 naik kembali menjadi 5,02%, kemudian pada tahun 2010 sebesar 4,52% dan naik kembali pada tahun 2011 dengan prediksi 5,26%. Terlihat bahwa selama lima tahun, pertumbuhan ekonomi (atas dasar harga konstan) Kabupaten Jepara masih di bawah Provinsi Jawa Tengah dan Nasional, kecuali pada tahun 2009 sebesar 5,02% lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,58%.

Tabel II.11. PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA,

PROVINSI JAWA TENGAH DAN NASIONAL TAHUN 2007-2011 Tahun Kabupaten

Jepara Provinsi Jawa

Tengah Nasional

2007 4,74 5,59 6,28 2008 4,49 5,61 6,06 2009 5,02 5,14 4,58 2010 4,52 5,84 6,10 2011* 5,26 6,01 6,46

* Angka prediksi sampai dengan Desember 2011 Sumber: BPS Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

Sedangkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara atas dasar harga berlaku, juga menunjukkan angka yang fluktuatif selama lima tahun. Pada tahun 2007, pertumbuhan ekonomi sebesar 13,94% dan naik menjadi 15,26% di tahun 2008, serta menurun menjadi 10,06% di tahun 2009 namun kembali meningkat menjadi 11,12% dan 11,60% di tahun 2010 dan 2011.

Tabel II.12. PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA ATAS DASAR HARGA BERLAKU

TAHUN 2007-2011 Uraian Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku 13,94 15,26 10,06 11,12 11,60

Sumber: BPS Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011 Jika dilihat berdasarkan kontribusi PDRB atas dasar harga konstan

per sektor lapangan usaha selama lima tahun, terlihat terjadi dominasi tiga sektor lapangan usaha, yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi sektor industri pengolahan menduduki peringkat pertama selama lima tahun, yaitu masing-masing sebesar 27,77% di tahun 2007, 27,87% di tahun 2008, 27,66% di tahun 2009, 28,19% di tahun 2010 dan 28,28% di tahun 2011. Kemudian disusul kontribusi sektor pertanian pada peringkat kedua selama tahun 2007 s/d 2009, yaitu sebesar masing-

H a l a m a n | II .1 4 .

masing 23,18%, 22,49% dan 22,40%. Tetapi pada tahun 2010 dan 2011, peringkat kedua diduduki oleh kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran, yaitu masing-masing sebesar 21,65% dan 21,48%. Peringkat ketiga selama tahun 2007 s/d 2009 diduduki oleh kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu masing-masing sebesar 21,69%, 21,51% dan 21,36% dan pada tahun 2010 s/d 2011, kontribusi sektor pertanian menduduki peringkat ketiga, yaitu masing-masing sebesar 20,70% dan 20,27%. Dominasi kontribusi sektor industri pengolahan pada PDRB Kabupaten Jepara sangat terkait dengan empat komoditi unggulan daerah yang meliputi mebel ukir, karet, produk plastik dan kayu olahan/aneka kerajinan, handykraft serta produk kayu. Sebagai contoh, industri mebel ukir pada tahun 2011 mempunyai nilai ekspor (US $) sebesar 112.947.991,05 dengan volume ekspor sebesar 34.303.691,61 kg serta jumlah eksportir sebanyak 268 perusahaan dengan 101 negara tujuan ekspor.

Tabel II.13. KONTRIBUSI SEKTOR LAPANGAN USAHA TERHADAP PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2007-2011

Sektor Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Pertanian 23.18 22.49 22.40 20.70 20.27 Pertambangan dan Penggalian 0.55 0.57 0.58 0.59 0.61

Industri Pengolahan 27.77 27.87 27.66 28.19 28.28 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.70 0.71 0.74 0.76 0.77

Bangunan 5.10 5.29 5.49 5.79 6.00 Perdagangan, Hotel dan Restoran 21.69 21.51 21.36 21.65 21.48

Pengangkutan dan Komunikasi 5.45 5.46 5.50 5.62 5.60

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

6.22 6.34 6.39 6.56 6.71

Jasa-jasa 9.34 9.75 9.88 10.13 10.30 Sumber: BPS Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

Kondisi tidak jauh berbeda terlihat pada kontribusi sektor lapangan usaha terhadap PDRB atas dasar harga berlaku selama lima tahun. Kontribusi tiga sektor lapangan usaha juga masih mendominasi PDRB Kabupaten Jepara, yaitu masing-masing berdasarkan peringkat pertama sampai ketiga yaitu industri pengolahan, pertanian dan perdagangan, hotel dan restoran.

Tabel II.14. KONTRIBUSI SEKTOR LAPANGAN USAHA TERHADAP PDRB

ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007-2011 Sektor Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Pertanian 22,79 21,87 21,78 20,88 20,96 Pertambangan dan Penggalian 0,61 0,61 0,62 0,64 0,63 Industri Pengolahan 26,75 27,00 26,85 27,00 27,13 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,14 1,08 1,10 1,10 1,11 Bangunan 5,64 5,79 6,03 6,43 6,47 Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,07 20,94 20,82 20,82 20,59 Pengangkutan dan Komunikasi 5,76 5,83 5,76 5,68 5,46

H a l a m a n | II .1 5 .

Sektor Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,79 6,87 6,91 7,05 7,14

Jasa-jasa 9,45 10,00 10,14 10,39 10,51 Sumber: BPS Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

2.2.1.2 Laju Inflasi Inflasi atau perubahan harga konsumen sering digunakan sebagai

satu indikasi stabilitas ekonomi melalui pantauan gejolak harga-harga barang kebutuhan masyarakat. Di akhir tahun 2011 pada bulan Desember 2011 Jepara mengalami inflasi 0,69%. Inflasi yang terjadi pada bulan Desember 2011 lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, dimana bulan Desember 2010 mengalami inflasi sebesar 0,98%.

Laju inflasi Jepara tahun kalender 2011 (Januari-Desember) yang telah berjalan 12 bulan sebesar 3,64%, lebih rendah dibandingkan tahun kalender 2010 yang sebesar 6,24%. Untuk laju inflasi di Provinsi Jawa Tengah dan Nasional masing-masing sebesar 2,68% dan 3,79%.

Tabel II.15. PERKEMBANGAN LAJU INFLASI TAHUNAN

NASIONAL, JAWA TENGAH, DAN JEPARA TAHUN 2007-2011 Tahun Nasional Provinsi Jawa

Tengah Kab.

Jepara 2007 6,59 - 7,43 2008 11,06 9,55 11,61 2009 2,78 3,32 2,86 2010 6,96 6,88 6,24 2011 3,79 2,68 3,64

Sumber: BPS Kabupaten Jepara per Desember 2011

2.2.1.3 PDRB Perkapita Meski belum mencerminkan tingkat pemerataan, PDRB per kapita

memberikan informasi mengenai kemampuan masyarakat dalam menghasilkan nilai tambah dalam satu tahun. PDRB per kapita didapatkan dari angka PDRB dibagi penduduk pertengahan tahun.

Perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku di Kabupaten Jepara menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun Pada tahun 2007 Rp.6.087.016,98 sampai dengan Rp.9.169.304,12 pada tahun 2011. Demikian juga PDRB per kapita atas dasar harga konstan dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan meskipun kenaikannya tidak sebesar harga berlaku.

Tabel II.16. PDRB PERKAPITA KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011

Tahun Harga Berlaku Harga Konstan 2007 6.087.016,98 3.502.908,82 2008 6.938.501,70 3.620.055,77 2009 7.553.522,12 3.760.494,07 2010 8.310.082,34 3.891.674,78

2011 * 9.169.304,12 4.050.325,89 * Angka prediksi sampai dengan Desember 2011 Sumber: BPS Kabupaten Jepara 2011

H a l a m a n | II .1 6 .

2.2.1.4 Indek Pembangunan Manusia (IPM) Secara umum, nilai akhir dari seluruh aktivitas pembangunan

diukur dengan pencapaian tingkat kesejahteraan rakyat. Metode lain untuk mengukur keberhasilan pembangunan di suatu daerah dengan menggunakan tolok ukur Physical Quality of Life Index (PQLI) atau yang lebih dikenal Indeks Pembangunan Manusia. IPM merupakan indikator komposit yang di bentuk oleh Indeks Kesehatan yang dicerminkan dengan Angka Harapan Hidup, Indeks Pendidikan yang terdiri dari Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah serta Indeks Hidup Layak yang digambarkan melalui Pengeluaran per Kapita.

Perkembangan IPM Jepara dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik dari 71,94 (2008), menjadi 72,45 (2009) dan 72,64 (2010). Selama 3 tahun terakhir Jepara bertahan pada peringkat ke- 14 di antara 35 Kabupaten/Kota se-Jateng. Jika dilihat dari indikator penyusunannya, Jepara mencatat Angka Harapan Hidup sebesar 70,85 tahun, Angka Melek Huruf 93,09%. Rata-rata Lama Sekolah 7,40 dan Pengeluaran per kapita (yang disesuaikan) 632.48 rupiah. Pada tahun 2010, IPM 6 Kabupaten terdekat menunjukkan angka yang sedikit bervariasi dengan range antara 70,61 untuk Blora dan 72,96 untuk Pati. Sedangkan di antara Kabupaten/kota se-Jawa Tengah, Kabupaten Jepara berada pada posisi bervariasi, mulai dari rangking 28 (Blora), 20 (Rembang), 16 (Demak), 14 (Jepara), 13 (Kudus), 12 (Pati). Harapan ke depan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Jepara dapat meningkat hingga mencapai angka minimal 80,00 yang merupakan Indeks Pembangunan Manusia kategori tinggi.

Tabel II.17. PERKEMBANGAN IPM KABUPATEN JEPARA TAHUN 2008-2010

Keterangan Tahun 2008 2009 2010

IPM 71,94 72,45 72,64 Ranking IPM Kabupaten Jepara di Jateng 14 14 14 Sumber: Kantor Statistik Kabupaten Jepara tahun 2008 – 2010

2.2.2 KESEJAHTERAAN SOSIAL Pembangunan pada fokus kejahteraan sosial meliputi indikator

pendidikan, kesehatan, kemiskinan, kepemilikan tanah, kesempatan kerja, dan angka kriminalitas.

2.2.2.1 Pendidikan Kinerja makro urusan pendidikan antara lain bisa dilihat dari

indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Pendidikan Yang Ditamatkan (APT), dan Angka Partisipasi Murni (APM). Angka Melek Huruf di Kabupaten Jepara selama lima tahun menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 92,62% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 98,02% pada tahun 2011. Kualitas pendidikan dapat diukur pula dari berapa lama seseorang mengenyam pendidikan. Rata–rata lama sekolah di Kabupaten Jepara, meningkat dari angka 7,22 tahun pada tahun 2007 menjadi 7,35 tahun pada tahun 2011, meskipun terjadi peningkatan apabila dibandingkan dengan usia wajib belajar sembilan tahun masih perlu ditingkatkan.

H a l a m a n | II .1 7 .

Angka Partisipasi Kasara (APK) pada tahun 2007-2011 menunjukkan pada tingkat SD/MI/Paket A adalah terjadi peningkatan yaitu dari sebesar 106,47% pada tahun 2007 menjadi 114,67% pada tahun 2011. Kemudian di tingkat SMP/MTs/Paket B juga terjadi peningkatan yaitu dari sebesar 87,96% pada tahun 2007 menjadi 96,07% pada tahun 2011. Sedangkan pada tingkat SMA/SMK/MA/Paket menunjukkan kecenderungan meningkat yaitu dari sebesar 47,91% pada tahun 2007 menjadi 70,46% pada tahun 2011, walaupun sempat menurun pada tahun 2008. Untuk angka pendidikan yang ditamatkan (APT) selama tahun 2007 s/d 2011 menunjukkan pada tingkat SD/MI/Paket A terjadi peningkatan yaitu dari sebesar 25,95% pada tahun 2007 menjadi 28,95% pada tahun 2011. Kemudian pada tingkat SMP/MTs/Paket B menunjukkan angka yang fluktuatif selama lima tahun yaitu berturut-turut 25,95%, 16,14%, 16,89%, 17,64% dan 18,39%. Sedangkan pada tingkat SMA/SMK/MA/Paket C menunjukkan peningkatan yaitu dari sebesar 67,46% pada tahun 2007 menjadi 70,46% pada tahun 2011.

Angka Partisipasi Murni (APM) selama lima tahun menunjukkan kondisi fluktuatif pada tingkat SD/MI/Paket A serta kecenderungan menurun pada tingkat SMP/MTs/Paket B dan SMA/SMK/MA/Paket C. Pada tingkat SD/MI/Paket A, angka partisipasi murni pada tahun 2007 adalah sebesar 97,23% dan pada tahun 2008 menurun menjadi 96,51% serta menunjukkan peningkatan pada tahun 2009 s/d 2011 yaitu masing-masing menjadi sebesar 96,89%, 98,04% dan 98,32%. Kemudian untuk tingkat SMP/MTs/Paket B, angka partisipasi murni pada tahun 2007 adalah sebesar 71% dan menurun menjadi 67% pada tahun 2011. Sedangkan angka partisipasi murni di tingkat SMA/SMK/MA/Paket C pada tahun 2007 adalah sebesar 71% dan menurun menjadi 47% pada tahun 2011.

Tabel II.18. KINERJA MAKRO URUSAN PENDIDIKAN TAHUN 2007-2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Angka melek huruf 92,62 92,92 93,09 93,09 98,02 Angka rata-rata lama sekolah 7,22 7,22 7,40 7,40 7,35 Angka Partisipasi Kasar: APK SD/MI/Paket A 106,47 108,52 110,57 112,62 114,67 APK SMP/MTs/Paket B 87,96 96.10 96,07 96,10 96,07 APK SMA/SMK/MA/Paket C 47,91 40,57 45,89 51,21 70,46 Angka Pendidikan yang Ditamatkan:

APT SD/MI/Paket A 25,95 26,7 27,45 28,2 28,95 APT SMP/MTs/Paket B 25,95 16,14 16,89 17,64 18,39 APT SMA/SMK/MA/Paket C 67,46 68,21 68,96 69,71 70,46 Angka Partisipasi Murni: Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A

97,23 96,51 96,89 98,04 98,32

Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B

96 95 95 96 98

Angka Partisipasi Murni (APM)) SMA/SMK/MA/Paket C

41 64 68 70 72

Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

H a l a m a n | II .1 8 .

2.2.2.2 Kesehatan Kinerja makro urusan kesehatan antara lain bisa dilihat dari

indikator angka kematian bayi, angka usia harapan hidup serta persentase balita gizi buruk. Angka kematian bayi selama tahun 2007 s/d 2011 menunjukkan kecenderungan meningkat yaitu dari sebesar 1,61% pada tahun 2007 menjadi 9,69% pada tahun 2011. Kematian Ibu bersalin dari tahun ke tahun mengalami penurunan, tahun 2009 sebesar 26 kasus, tahun 2010 sebesar 24 kasus, tahun 2011 sebesar 23 kasus. Kemudian angka usia harapan hidup selama lima tahun adalah menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 70,39 tahun pada tahun 2007 menjadi 70,85 tahun pada tahun 2011. Persentase balita gizi buruk selama lima tahun menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 0,38% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 2,25% pada tahun 2011.

Tabel II.19. KINERJA MAKRO URUSAN KESEHATAN TAHUN 2007-2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Angka kematian bayi 1,61 8,40 8,10 8,42 9,69 Angka usia harapan hidup 70,39 70,58 70,71 70,85 70,85 Persentase balita gizi buruk 0,38 0,31 0,33 0,04 2,25 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.2.2.3 Kemiskinan Secara persentase, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Jepara

pada tahun 2010 sebanyak 10,18%, sedikit mengalami kenaikan apabila dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 9,60%.

Tabel II.20. PERSENTASE PENDUDUK MISKIN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Penduduk miskin 10,44 11,05 9,60 10,18 - Sumber: BPS Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.2.2.4 Kepemilikan Tanah Seiring dengan meningkatnya pemahaman masyarakat akan hak

atas tanah maka kesadaran masyarakat untuk memiliki kepastian hukum tentang pemilikan hak atas tanah cenderung meningkat, hal ini ditunjukkan dengan makin bertambahnya jumlah tanah yang bersertifikat. Pada tahun 2011 pengurusan masyarakat terhadap Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Tabel II.21. JUMLAH SERTIFIKAT TANAH KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011

Tanah Bersertifikat Jumlah Penerbitan Sertifikat 2007 2008 2009 2010 2011

Hak Milik 2.904 4,671 5.685 6.368 7.587 Hak Guna Bangunan 84 10 142 128 139 Hak Guna Usaha 0 2 0 5 0 Hak Pakai 12 43 35 36 39 Hak Pengelola 0 0 0 5 0

Jumlah 3.000 4.726 5.862 6.542 7.765 Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

H a l a m a n | II .1 9 .

2.2.2.5 Kesempatan Kerja Dalam bidang ketenagakerjaan, pertumbuhan angkatan kerja

selama lima tahun terakhir (2007-2011) menunjukkan adanya kenaikan, namun hal tersebut juga diimbangi dengan bertambahnya angka pengangguran. Hal ini disebabkan kenaikan angkatan kerja tidak sebanding dengan penyediaan lapangan kerja.

Faktor-faktor lain yang menyebabkan bertambahnya pengangguran, adalah besarnya angka usia produktif pencari kerja serta banyaknya perusahaan yang mengurangi jumlah produksinya sehingga mengurangi pegawainya.

Tabel II.22. ANGKATAN KERJA DAN PENGANGGURAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-

2011 Tahun Angkatan Kerja Pengangguran Kesempatan kerja 2007 549.237 38.447 510.790 2008 556.922 38.985 517.937 2009 557.251 39.007 518.244 2010 574.274 39.337 534.937 2011 577.272 39.554 537.718

Sumber: Dinsosnakertrans Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

2.2.2.6 Angka Kriminalitas Angka kriminalitas tercermin dari banyaknya perkara pidana yang

masuk di Pengadilan Jepara. Selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 menunjukkan trend yang menurun yaitu 873, 799, 789, 521, dan 356 kasus.

2.2.3 SENI DAN BUDAYA Pembangunan pada fokus seni dan budaya meliputi indikator

jumlah dan jenis kesenian dan gedung olahraga.

2.2.3.1 Seni dan Budaya Pembangunan pada fokus seni dan budaya antara lain bisa dilihat

dari perkembangan jumlah grup kesenian dan jumlah gedung kesenian. Selama tahun 2007 s/d 2008, jumlah grup kesenian di Kabupaten Jepara mengalami fluktuatif yaitu berturut-turut 202, 286, 190, 266 dan 204 grup kesenian. Sedangkan untuk jumlah gedung kesenian, pada tahun 2007-2009 Kabupaten Jepara belum mempunyai gedung kesenian dan baru pada tahun 2010 dan 2011 telah dipunyai 1 gedung kesenian.

Tabel II.23. INDIKATOR PEMBANGUNAN SENI DAN BUDAYA TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah grup kesenian 202 286 190 266 204 Jumlah gedung kesenian 0 0 0 1 1

Sumber: Disparbud Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011 Pada sisi yang lain, perkembangan seni dan budaya juga antara

lain bisa dilihat dari jumlah organisasi kesenian beserta anggotanya. Jumlah organiasi seni rupa di Kabupaten Jepara pada tahun 2010 adalah sebanyak 13 organisasi seni lukis dengan anggota 64 orang, 18

H a l a m a n | II .2 0 .

organisasi seni ukir dengan anggota 505 orang, 5 organisasi seni patung dengan anggota 26 orang, 31 organisasi seni rias dengan anggota 78 orang, dan 6 organisasi dekorasi dengan anggota 32 orang. Sedangkan jumlah organisasi seni musik pada tahun 2010 adalah sebanyak 13 organisasi kerawitan dengan jumlah anggota 231 orang, 1 organisasi waranggono dengan anggota 14 orang, 147 biduan, 8 orkes samproh dengan anggota 108 orang, 2 orkes keroncong dengan anggota 25 orang, 63 orkes melayu dengan anggota 549 orang, 2 orkes campur sari dengan anggota 26 orang, serta 57 orkes dangdut dengan anggota 483 orang. Untuk jumlah organisasi seni tari pada tahun 2010 adalah sebanyak 2 organisasi tari Jawa dengan anggota 85 orang, 3 kelompok seni barongan dengan anggota 114 orang, 8 kelompok kesenian Reog dengan anggota 154 orang serta 1 kelompok kesenian kuda lumping dengan anggota 2 orang. Kemudian untuk jumlah organisasi seni sastra pada tahun 2010 adalah sebanyak 2 kelompok ludruk dengan anggota 23 orang, 3 kelompok ketoprak dengan anggota 100 orang, 1 kelompok dagelan dengan anggota 7 orang, 2 kelompok gambus dengan anggota 41 orang, 11 kelompok wayang purwo dengan anggota 240 orang, 57 orang dalang, 1 kelompok wayang klitik dengan anggota 11 orang, 2 kelompok kentrung dengan anggota 8 orang serta 1 kelompok emprak dengan anggota 20 orang.

2.2.3.2 Olah Raga Pembinaan olah-raga di Kabupaten Jepara telah menunjukkan hasil

yang cukup menggembirakan. Beberapa prestasi telah diraih baik di tingkat regional maupun nasional. Beberapa cabang olah raga yang menonjol/berprestasi adalah sepal bola, gulat, sepak takraw, pencak silat, balap sepeda, tenis yunior, bulu tangkis pelajar dan catur (predikat Master Nasional). Hal ini menunjukkan potensi olah-raga masyarakat Jepara cukup besar.

Kinerja makro urusan olah-raga bisa dilihat dari indikator jumlah klub olah-raga dan jumlah gedung olah-raga. Selama tahun 2007-2009, jumlah klub olah-raga di Kabupaten Jepara menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 608 klub pada tahun 2007 meningkat menjadi 852 klub pada tahun 2011. Sedangkan untuk jumlah gedung olah-raga, selama lima tahun tidak menunjukkan perkembangan yang berarti yaitu 2 gedung olah-raga pada tahun 2007 dan bertambah menjadi 3 gedung olah-raga pada tahun 2011.

Tabel II.24. KINERJA MAKRO URUSAN OLAH-RAGA TAHUN 2007-2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah klub olahraga 608 844 844 850 852 Jumlah gedung olahraga 2 3 3 3 3

Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM Kondisi umum pembangunan pada aspek pelayanan umum

merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan

H a l a m a n | II .2 1 .

selama periode tertentu yang mencakup layanan urusan wajib dan pilihan.

2.3.1 FOKUS LAYANAN URUSAN WAJIB

2.3.1.1 Pendidikan Keberhasilan pembangunan pendidikan di Kabupaten Jepara dapat

dilihat dari beberapa indikator di antaranya, angka partisipasi sekolah, rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah, rasio guru/murid, rasio guru/murid per kelas rata-rata, penduduk tidak buta aksara, fasilitas pendidikan dalam kondisi baik, pendidikan anak usia dini, angka putus sekolah, angka kelulusan, angka melanjutkan sekolah serta guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV.

Pada tingkat Pendidikan Dasar, angka partisipasi sekolah SD/MI relatif stabil yaitu sebesar 86% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 88% pada tahun 2011. Angka partisipasi sekolah SMP/MTs menunjukkan angka yang fluktuatif yaitu sebesar 96,1% pada tahun 2007 dan menurun pada 2008 dan 2009 yaitu sebesar 95,4% dan 81,9% serta meningkat pada tahun 2011 yaitu sebesar 98,02%. Rasio ketersediaan sekolah pada tingkat SD/MI dan SMP/MTs menunjukkan trend yang meningkat yaitu pada tahun 2007 sebesar 0,671 dan meningkat menjadi 0,696 pada tahun 2011 untuk SD/MI, sedangkan untuk SMP/MTs yaitu sebesar 0,282 pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 0,321 pada tahun 2011. Rasio guru/murid SD/MI dan SMP/MTs menunjukkan angka yang fluktuatif demikian juga untuk rasio guru/murid per kelas rata-rata.

Untuk tingkat Pendidikan Menengah, Angka Partisipasi Sekolah pada tahun 2009 s/d 2011 menunjukkan angka yang fluktuatif yaitu berturut-turut adalah sebesar 0,961, 0,954, 0,819, 0,961 dan 0,538. Rasio guru/murid menunjukkan trend yang menurun yaitu sebesar 1:14 pada tahun 2007 dan menurun menjadi 1:12,2 pada tahun 2011. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah pada tingkat pendidikan menengah yaitu SMA menunjukkan adanya peningkatan yaitu dari sebesar 0,129 pada tahun 2007 menjadi 0,159 pada tahun 2011, sedangkan untuk SMK menunjukkan angka yang fluktuatif. Untuk rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata pada tingkat SMA, menunjukkan trend menurun yaitu sebesar 15 pada tahun 2007 dan menurun menjadi 12 pada tahun 2011. Penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun melek huruf (tidak buta aksara) menunjukkan angka yang menurun yaitu dari sebesar 766.404 orang pada tahun 2007 menjadi 566.017 pada tahun 2011.

Fasilitas pendidikan dilihat dari kondisi bangunan dalam keadaan baik, untuk tingkat SD/MI dan SMP/MTs serta SMA/SMK/MA menunjukkan jumlah yang meningkat. Demikian juga jumlah sekolah untuk Pendidikan Anak Usia Dini cenderung meningkat selama tahun 2007-2011. Angka Putus Sekolah untuk tingkat SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA menunjukkan angka yang fluktuatif, demikian juga angka kelulusan untuk pendidikan dasar dan menengah. Angka melanjutkan sekolah baik dari SD/MI ke SMP/MTS maupun dari SMP/MTs ke

H a l a m a n | II .2 2 .

SMA/SMK/MA dan jumlah guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV menunjukkan kecenderungan yang menurun selama tahun 2007-2011.

Tabel II.25.

KINERJA MAKRO URUSAN PENDIDIKAN TAHUN 2007-2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Pendidikan Dasar:

Angka partisipasi sekolah (SD/MI dan SMP/MTs) 86/96,1 89/95,4 87/81,9 87/96,1 88/98,02 Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah (SD/MI dan SMP/MTs)

0,671 0,282

0,679 0,297

0,685 0,301

0,692 0,310

0,696 0,321

Rasio guru/murid (SD/MI dan SMP/MTs)

0,061 0,078

0,064 0,077

0,063 0,077

0,063 0,077

0,065 0,078

Rasio guru/murid per kelas rata-rata (SD dan SMP)

17/15 17/15 16/10 15/13 15/13

Pendidikan Menengah:

Angka partisipasi sekolah

0,961 0,954 0,819 0,961 0,538

Rasio guru terhadap murid

14 14,01 9,6 12,2 12,2

Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah

0,129/0,091

0,136/0,079

0,144/0,086

0,151/0,094

0,159/0,101

Rasio guru terhadap murid per kelas rata- rata (SMU)

15 15 14 11 12

Penduduk yang berusia >15 Tahun tidak melek huruf (buta aksara)

766.404 766.404 639.828 626.828 566.017

Fasilitas Pendidikan:

Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik

2.080 2.116 2.453 2.482 2.960

Sekolah pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik

1.166 1.201 1.455 1.126 1.237

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD):

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

385 unit 381 unit 410 unit 410 unit 478 unit

H a l a m a n | II .2 3 .

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Angka Putus Sekolah:

Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI

0,16% 0,16% 0,13% 0,2% 0,09%

Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs

1,03% 1,03% 3,06% 0,29% 0,72%

Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA

1,39% 1,39% 2,09% 0,28% 1,43%

Angka Kelulusan:

Angka Kelulusan (AL) SD/MI

19.897 19.897 19.074 18.729 19.309

Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs

12.179 12.179 17.763 12.737 16.645

Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA

5.418 5.418 5.000 6.195 8.702

Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs

17.907 17.907 17.167 16.856 17.378

Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA

10.961 10.961 15.987 11.463 14.981

Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV

5.168 5.168 2.453 2.482 2.960

Sumber : Disdikpora Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

2.3.1.2 Kesehatan Kinerja makro urusan kesehatan antara lain bisa dilihat dari

beberapa indikator yaitu rasio posyandu per satuan balita, rasio puskesmas per satuan penduduk, rasio rumah sakit per satuan penduduk, rasio dokter per satuan penduduk, rasio tenaga medis per satuan penduduk, cakupan kompilasi kebidanan yang ditangani, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, cakupan Desa/Kelurahan universal child immunization, cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan, cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA, jumlah kasus HIV/AIDS 281 terdiri dari 131 meninggal, 150 hidup, jumlah HIV 80 kasus, AIDS 201 kasus. Penderita laki-laki 115 orang, perempuan 166 orang. Dari seluruh kasus tersebut sudah mendapatkan pengobatan 91 orang dan seluruhnya gratis. 150 cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin, cakupan kunjungan bayi, cakupan puskesmas, dan cakupan pembantu puskesmas. Secara keseluruhan, indikator urusan kesehatan menunjukkan kecenderungan yang meningkat selama tahun 2007-2011, walaupun ada beberapa yang kinerjanya fluktuatif yaitu seperti rasio posyandu per satuan balita dan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.

H a l a m a n | II .2 4 .

Tabel II.26. KINERJA MAKRO URUSAN KESEHATAN TAHUN 2007-2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Rasio posyandu per 1.000 balita 11,01 13,11 12,03 11,86 12,19 Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per 1.000 penduduk 0,16 0,19 0,20 0,21 0,21

Rasio Rumah Sakit per 1.000 penduduk 0,0047 0,0046 0,0054 0,0055 0,0063

Rasio dokter per 1.000 penduduk 0,09 0,09 0,10 0,12 0,13

Rasio tenaga medis per satuan penduduk 0,12 0,15 0,15 0,20 0,20

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 27,39 24,21 56,02 63,19 79,79

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

85,00 83,03 94,99 92,62 97,85

Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

94,85 95,36 95,88 94,85 97,95

Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA

26,60 19,43 26,12 32,07 42,07

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD

100% 100% 100% 100% 100%

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Cakupan kunjungan bayi 50,22 98,98 98,71 84,82 90,66 Cakupan puskesmas 131,25 131,25 131,25 131,25 131,25 Cakupan pembantu puskesmas 23,08 23,08 23,08 23,08 23,08 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.1.3 Lingkungan Hidup Berkat komitmen dalam pengelolaan lingkungan perkotaan pada

tahun 2011 telah diraih penghargaan ADIPURA untuk yang ketujuh kalinya dan IGRA (Indonesia Green Region Award 2011) untuk yang pertama kalinya. Seperti halnya Adipura, IGRA 2011 memberikan penganugerahan kepada Kabupaten/Kota yang paling peduli pada lingkungan hidup termasuk dalam hal pengelolaan sampah dikarenakan volume sampah, baik sampah cair maupun sampah padat, dari tahun ke tahun mengalami kenaikan sejalan dengan makin bertambahnya aktivitas masyarakat.

Kinerja makro urusan lingkungan hidup antara lain bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu persentase penanganan sampah, persentase luas pemukiman yang tertata, dan tempat pembuangan sampah per satuan penduduk. Persentase penanganan sampah selama lima tahun menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 70,05% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 74,11% pada tahun 2011. Persentase luas pemukiman yang tertata selama lima tahun menunjukkan adanya peningkatan yaitu dari sebesar 61,22% pada tahun 2007 menjadi

H a l a m a n | II .2 5 .

69,07% pada tahun 2011. Kemudian tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk menunjukkan angka yang fluktuatif selama lima tahun yaitu berturut-turut 1 TPS untuk 2.614, 2657, 2.618, 2.663 dan 2.587 penduduk.

Tabel II.27. KINERJA MAKRO URUSAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Persentase penanganan sampah 70,05% 71,06% 72,07% 73,12% 74,11% Persentase Luas pemukiman yang tertata

61,22 63,16 65,31 67,27 69,07

Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk

1 TPS untuk 2.614

penduduk

1 TPS untuk 2.657

penduduk

1 TPS untuk 2.618

penduduk

1 TPS untuk 2.663

penduduk

1 TPS untuk 2.587

penduduk Sumber: Dinas Ciptaru dan Kebersihan Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.1.4 Pekerjaan Umum Sektor infrastruktur berupa penyediaan dan peningkatan sarana

prasarana dasar bagi warga masyarakat guna menunjang mobilitas meliputi pembangunan dan rehabilitasi pasar, jaringan irigasi, bendung, sungai, penyediaan air bersih, perumahan layak huni dan sebagainya. Kinerja makro urusan Pekerjaan Umum antara lain bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu proporsi panjang jaringan dalam kondisi baik, rasio tempat ibadah per satuan penduduk, rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk, rasio permukiman layak huni, panjang jalan dilalui roda 4, jalan penghubung dari ibu kota kecamatan ke kawasan permukiman penduduk, panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik, panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase, sempadan jalan yang dipakai pedagang kaki lima atau bangunan rumah liar, sempadan sungai yang dipakai bangunan liar, drainase dalam kondisi baik, pembangunan turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor lingkup kewenangan kota, luas irigasi kabupaten dalam kondisi baik, dan lingkungan permukiman.

Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik pada tahun 2007 adalah sepanjang 162,19 km dan pada tahun 2011 menyusut menjadi 50,223 km. Rasio tempat ibadah meningkat dari 0,091 pada tahun 2007 menjadi 0,1059 pada tahun 2011. Rasio tempat pembuangan sampah per satuan penduduk menunjukkan penurunan selama lima tahun, yaitu dari sebesar 0,000812881 pada tahun 2007 menjadi 0,00053 pada tahun 2011. Rasio permukiman layak huni menunjukan angka yang meningkat yaitu dari sebesar 37,14 pada tahun 2007 menjadi 46,92 pada tahun 2011. Panjang jalan dilalui roda 4 selama lima tahun menunjukkan peningkatan dari sepanjang 788,01 km pada tahun 2007 menjadi 789,7036 km pada tahun 2011, hal ini sama panjangnya dengan jalan penghubung dari ibu kota kecamatan ke kawasan permukiman penduduk. Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik selama lima tahun menunjukkan peningkatan dari tahun 2007 s/d 2010 dan menurun di tahun 2011. Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase selama lima tahun menunjukkan peningkatan yaitu dari sepanjang 19.799 km di tahun 2007 menjadi

H a l a m a n | II .2 6 .

22.099 km di tahun 2011. Sempadan jalan yang dipakai pedagang kaki lima atau bangunan rumah liar menunjukkan peningkatan selama lima tahun yaitu dari 0,698 di tahun 2007 menjadi 0,816 di tahun 2011. Sempadan sungai yang dipakai bangunan liar menunjukkan penurunan selama lima tahun yaitu dari 3,01 di tahun 2007 menjadi 2,8 di tahun 2011. Drainase dalam kondisi baik menunjukkan peningkatan selama lima tahun yaitu dari 788 unit di tahun 2007 menjadi 1.000 unit di tahun 2011. Pembangunan turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor lingkup kewenangan kota menunjukkan angka yang naik selama tahun 2007 s/d 2010 dan mengalami penurunan di tahun 2011. Luas irigasi kabupaten dalam kondisi baik menunjukkan angka yang fluktuatif selama lima tahun dan lingkungan permukiman selama lima tahun menunjukkan luas yang sama yaitu 22.608,70 ha.

Tabel II.28. KINERJA MAKRO URUSAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik 162,19 131,3 101,36 73,77 50,223

Rasio tempat ibadah per satuan penduduk 0,091 0,0042 0,0041 0,0042 0,1059

Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk

0,000812881 0,000729 0,00065 0,00059 0,00053

Rasio permukiman layak huni 37,14 37,14 37,14 37,14 46,92

Panjang jalan dilalui Roda 4 788,01 788,01 788,01 788,01 789,7036 Jalan Penghubung dari ibukota Kecamatan ke kawasan pemukiman penduduk (mimal dilalui roda 4)

788,01 788,01 788,01 788,01 789,7036

Panjang jalan Kabupaten dalam kondisi baik ( > 40 KM/Jam )

195,29 274,42 287,04 287,04 50,233

Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/saluran pembuangan air ( minimal 1,5 m)

19.799 20.299 21.199 21.599 22.099

Sempadan jalan yang dipakai pedagang kaki lima atau bangunan rumah liar

0,698 0,743 0,762 0,788 0,816

Sempadan sungai yang dipakai bangunan liar 3,01 2,99 2,95 2,91 2,8

Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat

788 820 830 850 1000

Pembangunan turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor lingkup kewenangan kota

4.200 4.297 4.500 10.359 4.295

Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik 7.298 9.409 8.195 8.361,36 8.532

Lingkungan Pemukiman 22.608, 70 22.608, 70 22.608, 70 22.608, 70 22.608, 70 Sumber: Dinas Ciptaru dan Kebersihan Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

H a l a m a n | II .2 7 .

2.3.1.5 Penataan Ruang Kinerja makro urusan penataan ruang antara lain bisa dilihat dari

beberapa indikator yaitu luas ruang terbuka hijau publik per satuan luas wilayah ber-HPL/HGB; luas kawasan lindung; kawasan hutan lindung; kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya; kawasan perlindungan setempat; kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; luas kawasan budidaya; jumlah IMB yang dikeluarkan; luas kawasan industri; luas wilayah kebanjiran, luas wilayah kekeringan serta luas wilayah perkotaan.

Luas ruang terbuka hijau publik per satuan luas wilayah ber-HPL/HGB selama lima tahun menunjukkan peningkatan yaitu dari 315,939 ha di tahun 2007 menjadi 408,61 ha di tahun 2011. Luas kawasan lindung menunjukkan angka yang fluktuatif selama lima tahun, demikian juga untuk kawasan hutan lindung. Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya selama lima tahun menunjukkan angka yang tetap yaitu 1.325 ha. Kawasan perlindungan setempat juga menunjukkan angka yang tetap selama lima tahun, yaitu 4.723,52 ha, demikian juga untuk kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya selama lima tahun menunjukkan angka yang tetap yaitu 4.178,07 ha. Luas kawasan budidaya menunjukkan peningkatan yaitu dari 85.942,60 ha di tahun 2007 menjadi 86.664,39 ha di tahun 2011. Jumlah IMB yang dikeluarkan selama lima tahun menunjukkan angka yang fluktuatif. Luas kawasan industri selama lima tahun menunjukkan luas yang tetap yaitu 921,604 ha. Luas wilayah kebanjiran selama lima tahun menunjukkan penurunan yaitu dari 4.517 ha di tahun 2007 menjadi 1.909 ha di tahun 2011. Luas wilayah kekeringan juga menunjukkan angka yang menurun yaitu dari 606 ha di tahun 2007 menjadi 23 ha di tahun 2011. Sedangkan luas wilayah perkotaan masih menunjukkan luas yang tetap selama lima tahun yaitu 32.468,48 ha.

Tabel II.29. KINERJA MAKRO URUSAN PENATAAN RUANG TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Luas Ruang Terbuka Hijau Publik per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB (ha)

315,939 315,939 315,939 315,939 408,61

Luas Kawasan Lindung (ha) 14.470,59 12.568,59 12.568,59 12.568,59 13.748,80 Kawasan hutan lindung 4.244 2.342 2.342 2.342 3.522,21 Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya

1.325

1.325

1.325

1.325

1.325

Kawasan perlindungan setempat

4.723,52 4.723,52 4.723,52 4.723,52 4.723,52

Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya

4.178,07 4.178,07 4.178,07 4.178,07 4.178,07

Luas Kawasan Budidaya (ha) 85,942.60 87,844.60 87,844.60 87,844.60 86,664.39 Jumlah IMB yang dikeluarkan 834 656 405 724 758 Luas kawasan industri 921,604 921,604 921,604 921,604 921,604 Luas wilayah kebanjiran 4.517 3.755 1.909 1.909 1.909 Luas wilayah kekeringan 606 606 23 23 23 Luas kawasan perkotaan (ha) 32.468,48 32.468,48 32.468,48 32.468,48 32.468,48 Sumber: Dinas Ciptaru dan Kebersihan Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

H a l a m a n | II .2 8 .

2.3.1.6 Perencanaan Pembangunan Kinerja pembangunan pelayanan umum bidang perencanaan

pembangunan daerah adalah tersusunnya draft RPJPD pada tahun 2005 yang selanjutnya menjadi dokumen pembangunan jangka panjang daerah 2005-2025 dan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan tersedianya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2007-2012 yang ditetapkan dengan oleh Peraturan Daerah dan akan berakhir pada tahun 2012 ini. Kemudian harus segera disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2012-2017 sebagai konsekuensi terpilihnya Bupati dan Wakil Bupati baru di Kabupaten Jepara. Disamping itu juga dilihat dari tersusunnya dokumen perencanaan jangka pendek yang berupa Rencana Kerja Pemerintah Daerah (tahunan) atau yang disingkat RKPD yang ditetapkan dengan Peratuan Kepala Daerah. Tantangan ke depan adalah menjaga konsistensi dan kesinambungan perencanaan dengan implementasinya.

Tabel II.30. KINERJA MAKRO URUSAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA

Ada Ada Ada Ada Ada

Tersedianya Dokumen Perencanaan: RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA

Ada Ada Ada Ada Ada

Tersedianya Dokumen Perencanaan: RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA

Ada Ada Ada Ada Ada

Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD Ada Ada Ada Ada Ada

Sumber: Bappeda Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.1.7 Perumahan Untuk mencukupi kebutuhan perumahan tahun 2011, telah

terbangun 2 unit Rusunawa dengan kapasitas masing-masing 98 KK. Tujuan Pembangunan Rusunawa ini adalah memberikan solusi atas kebutuhan perumahan yang sederhana dan sehat bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di samping penataan wilayah dan kawasan pemukiman kumuh di perkotaan, merelokasi hunian tak berijin dan tempat-tempat terlarang lainya untuk tercipta lingkungan perkotaan yang hijau dan bersih.

Kinerja makro urusan perumahan antara lain bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu rumah tangga pengguna air bersih dan rumah tangga pengguna listrik. Jumlah rumah tangga pengguna air bersih selama lima tahun menunjukkan peningkatan yaitu dari sebesar 15.364 rumah tangga di tahun 2007 menjadi sebesar 26.448 rumah tangga di tahun 2011. Jumlah rumah tangga pengguna listrik selama tahun 2007 s/d 2011 menunjukkan peningkatan yaitu dari 95.551 rumah tangga pada tahun 2007 meningkat menjadi 103.003 rumah tangga pada tahun 2011.

H a l a m a n | II .2 9 .

Tabel II.31.

KINERJA MAKRO URUSAN PERUMAHAN TAHUN 2007-2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Rumah tangga pengguna air bersih 15.364 19.476 21.013 23.623 26.448 Rumah tangga pengguna listrik 95.551 99.023 100.670 103.302 103.003 Sumber: Dinas Ciptaru dan Kebersihan Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.1.8 Pemuda dan Olahraga Kinerja makro urusan Pemuda dan Olah-Raga di Kabupaten Jepara

antara lain bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu jumlah organisasi pemuda, jumlah organisasi olahraga, jumlah kegiatan kepemudaan, jumlah kegiatan olahraga, jumlah gelanggang/balai remaja dan jumlah lapangan olahraga. Jumlah organisasi pemuda selama tahun 2007-2011 adalah tetap yaitu 15 organisasi. Jumlah organisasi olahraga meningkat dari 15 organisasi pada tahun 2007 menjadi 25 organisasi pada tahun 2011. Rata-rata jumlah kegiatan kepemudaan meningkat dari 8,3 kegiatan pada tahun 2007 menjadi 11,2 kegiatan pada tahun 2011. Jumlah kegiatan olahraga relatif tetap yaitu 15 kegiatan selama tahun 2007-2011. Jumlah gelanggang/balai remaja meningkat dari 2 unit pada tahun 2007 menjadi 3 unit pada tahun 2011 serta jumlah lapangan olahraga meningkat dari 322 lapangan pada tahun 2007 menjadi 332 lapangan pada tahun 2011.

Tabel II.32. KINERJA MAKRO URUSAN PEMUDA DAN OLAH-RAGA TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah organisasi pemuda 15 15 15 15 15 Jumlah organisasi olahraga 15 15 25 25 25 Jumlah kegiatan kepemudaan 8,3 8,1 9,9 10,6 11,2 Jumlah kegiatan olahraga 15 15 15 15 15 Gelanggang / balai remaja (selain milik swasta)

2 3 3 3 3

Lapangan olahraga 322 331 331 332 332 Sumber: Disidikpora Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.1.9 Penanaman Modal Kinerja makro urusan Penanaman Modal antara lain bisa dilihat dari

beberapa indikator yaitu jumlah investor berskala nasional dan jumlah nilai investasi berskala nasional. Jumlah investor berskala nasional selama lima tahun menunjukkan peningkatan yaitu dari sebanyak 115 investor di tahun 2007 menjadi 156 investor di tahun 2011. Sedangkan jumlah nilai investasi berskala nasional menunjukkan jumlah yang meningkat selama lima tahun yaitu dari sebesar Rp 8.297.358.314 di tahun 2007 menjadi Rp 8.542.534.952 di tahun 2011.

Tabel II.33. KiNERJA MAKRO URUSAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2007-2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah investor 115 128 138 142 156

H a l a m a n | II .3 0 .

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

berskala nasional (PMDN/PMA) Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) (milyar rupiah)

8.297,358 8.354,627 8.419,880 8.434.237, 8.542.534,

Sumber: Kantor Penanaman Modal Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.1.10 Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kinerja makro urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah antara

lain bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu persentase koperasi aktif, jumlah UKM non BPR/LKM UKM dan jumlah BPR/LKM. Persentase koperasi aktif selama tahun 2007-2011 relatif berada pada kisaran 82% s/d 84%. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM selama lima tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan yaitu dari 9 UKM pada tahun 2007 menjadi 214 UKM pada tahun 2011. Sedangkan jumlah BPR/LKM selama lima tahun adalah tetap yaitu sejumlah 5 BPR/LKM.

Dalam rangka penguatan dan pembinaan UMKM dan koperasi telah diadakan berbagai pelatihan kewirausahaan managemen usaha kecil, workshop pengembangan usaha koperasi, sehingga dalam perkembangannya sampai dengan tahun 2011 telah tumbuh sebanyak 667 koperasi dengan jumlah anggota 99.166 orang dan penyerapan tenaga kerja 1.230 orang, terbentuknya 34.148 unit UMKM se-Kabupaten Jepara dan penyerapan 151.535 tenaga kerja.

Tabel II.34. KINERJA MAKRO URUSAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH

TAHUN 2007-2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Persentase koperasi aktif 82% 84% 82% 83% 82% Jumlah UKM non BPR/LKM UKM 9 20 50 162 214 Jumlah BPR/LKM 5 5 5 5 5 Sumber: Diskop, UMKM dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.1.11 Kependudukan dan Catatan Sipil Kinerja urusan Kependudukan dan Catatan Sipil antara lain bisa

dilihat dari beberapa indikator yaitu rasio penduduk ber-KTP per satuan penduduk, rasio bayi berakte kelahiran, rasio pasangan berakte nikah, kepemilikan KTP, kepemilikan akta kelahiran per 1.000 penduduk, ketersediaan data base kependudukan skala provinsi serta penerapan KTP nasional berbasis NIK.

Rasio penduduk ber-KTP per satuan penduduk menunjukkan kecenderungan yang fluktuatif yaitu pada tahun 2007 sebesar 0,9045 kemudian meningkat menjadi 1,0475 pada tahun 2008 serta menurun di tahun 2009 menjadi 1,0021 dan menurun lagi menjadi 0,8543 di tahun 2010 serta meningkat kembali menjadi 0,9000% pada tahun 2011. Rasio bayi berakte kelahiran pada tahun 2007 sebesar 1,0959 dan menjadi 0,9745 di tahun 2011. Rasio pasangan berakte nikah menunjukkan angka yang tetap yaitu 1 selama lima tahun ini. Kepemilikan KTP pada tahun 2007 kepemilikan KTP sebesar 90,45 %

H a l a m a n | II .3 1 .

dan menjadi 90,00 % pada tahun 2011. Kepemilikan akta kelahiran per 1.000 penduduk selama lima tahun menunjukkan peningkatan yaitu dari sebesar 36,91% di tahun 2007 dan menjadi 46,85% di tahun 2011. Selama lima tahun sudah diterapkan KTP nasional berbasis NIK tetapi belum ada ketersediaan data base kependudukan skala provinsi selama lima tahun ini.

Tabel II.35. KINERJA MAKRO URUSAN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL TAHUN 2007-

2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Rasio penduduk ber KTP per satuan penduduk

0,9045 1,0475 1,0021 0,8543 0,9000

Rasio bayi berakte kelahiran 1,0959 1,0527 0,3643 0,6937 0,9745 Rasio pasangan berakte nikah 1 1 1 1 1 Kepemilikan KTP 90,45 104,75 100,21 85,43 90.00 Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk

36,91% 40,89% 43,50% 44,37% 46,85%

Ketersediaan database kependudukan skala provinsi

Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

Penerapan KTP Nasional berbasis NIK

Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah

Sumber: Disdukcapil Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.1.12 Ketenagakerjaan Kinerja makro urusan Ketenagakerjaan antara lain bisa dilihat dari

beberapa indikator yaitu angka partisipasi angkatan kerja, angka sengketa pengusaha pekerja per tahun, tingkat partisipasi angkatan kerja, pencari kerja yang ditempatkan, tingkat pengangguran terbuka, keselamatan dan perlindungan, perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah, rasio lulusan S1/S2/S3 serta rasio ketergantungan. Selama lima tahun, angka partisipasi angkatan kerja menunjukkan kecenderungan meningkat yaitu sebesar 549.237 orang pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 577.041 orang pada tahun 2011. Angka sengketa pengusaha dengan pekerja per tahun menunjukkan kecenderungan menurun yaitu pada tahun 2007 adalah sebesar 156 kasus dan menurun menjadi 12 kasus pada tahun 2011. Selama lima tahun, tingkat partisipasi angkatan kerja menunjukkan angka yang meningkat yaitu dari 510.791 orang di tahun 2007 menjadi 537.512 orang di tahun 2011. Pencari kerja yang ditempatkan selama lima tahun menunjukkan angka yang fluktuatif dan tingkat pengangguran terbuka menunjukkan peningkatan yaitu dari 38.446 orang di tahun 2007 menjadi 39.239 orang di tahun 2011. Keselamatan dan perlindungan selama lima tahun menunjukkan peningkatan yaitu dari sebesar 12.814 tenaga kerja di tahun 2007 menjadi 17.788 tenaga kerja di tahun 2011. Selama lima tahun belum pernah terjadi perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah. Rasio lulusan S1 selama lima tahun menunjukkan adanya peningkatan yaitu dari 2,07% di tahun 2007 menjadi 2,75% di tahun 2011. Sedangkan angka ketergantungan selama lima tahun menunjukkan kecenderungan menurun yaitu sebesar 51,27% pada tahun 2007 dan menurun menjadi 42,88% pada tahun 2011.

H a l a m a n | II .3 2 .

Tabel II.36. KINERJA MAKRO URUSAN KETENAGAKERJAAN TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Angka partisipasi angkatan kerja 549.237 556.922 557.251 574.108 577.041

Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun

156 75 75 12 12

Tingkat partisipasi angkatan kerja

510.791 517.937 518.224 534.937 537.512

Pencari kerja yang ditempatkan 676 1.218 820 759 616 Tingkat pengangguran terbuka 38.446 38.985 39.007 39.337 39.239 Keselamatan dan perlindungan 12.814 14.405 15.678 15.713 17.788 Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah

0 0 0 0 0

Rasio lulusan S1/S2/S3 (Data S1)

2,07% 2,25% 2,50% 2,65% 2,75%

Rasio ketergantungan 51,27 51,27 51,27 49,65 42,88 Sumber: Dinsosnakertrans Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.1.13 Ketahanan Pangan Kinerja makro urusan Ketahanan Pangan bisa dilihat dari beberapa

indikator yaitu regulasi ketahanan pangan dan kinerja fungsi utama ketahanan pangan yaitu Ketersediaan, Distribusi, Pola Konsumsi dan Keamanan Pangan. Selama lima tahun ada regulasi yang secara khusus mengatur tentang ketahanan pangan baik dari pusat, provinsi maupun kabupaten, yaitu di tahun 2009. Wujud regulasi tersebut yaitu: 1. Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumberdaya Lokal. Melalui P2KP diharapkan dapat tercipta konsumsi pangan masyarakat yang beragam, bergizi seimbang dan aman.

2. Permentan No. 43 tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal.

3. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 41 tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal di Provinsi Jawa Tengah.

4. Peraturan Bupati Jepara Nomor 39 Tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal di Kabupaten Jepara.

5. Instruksi Bupati Jepara No. 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Pangan Lokal dalam Acara Pertemuan / Rapat / Pelatihan. Sedangkan ketersediaan pangan utama selama lima tahun

menunjukkan adanya angka yang fluktuatif yaitu sebesar 124.642 ton di tahun 2007 kemudian menurun menjadi 116.705 ton di tahun 2008 dan meningkat menjadi 139.021 ton di tahun 2009 serta meningkat kembali menjadi 154.426 ton di tahun 2010 dan menurun kembali menjadi 134.952 ton di tahun 2011.

H a l a m a n | II .3 3 .

Tabel II.37. KINERJA MAKRO URUSAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Regulasi ketahanan pangan 2 2 7 7 7 Kebutuhan pangan utama 105.358 107.495 118.943 118.943 120.175 Ketersediaan pangan utama 124.642

ton 116.705

ton 139.021

ton 154.426

ton 155.159

ton Jumlah lumbung pangan 11 11 12 13 17 Sumber: Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

Ketahanan pangan di Kabupaten Jepara didukung dengan pemantapan swasembada beras melalui peningkatan produksi yang berkelanjutan seperti halnya pembangunan sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani. Selain itu strategi peningkatan revitalisasi yang di dalamnya meliputi revitalisasi benih, revitalisasi pergantian varietas sesuai potensi, penyediaan benih yang sesuai, penyediaan pupuk sesuai 6 tepat, revitalisasi penyebarluasan teknologi budidaya melalui pola sekolah lapang, hingga revitalisasi penyediaan varietas baru yang tahan terhadap perubahan iklim.

Ketahanan Pangan dapat dicapai melalui 4 jenis pelayanan dasar sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan yaitu: 1. Ketersediaan dan cadangan pangan

Ketersediaan pangan dapat dicapai melalui penyediaan energi dan protein per kapita. Hal ini dapat ditempuh melalui peningkatan produksi padi dan pengembangan pangan berbasis sumberdaya dan kearifan lokal Kabupaten Jepara. Implementasi usaha peningkatan produksi dapat ditempuh dengan Sapta Usaha Tani dengan strategi pembangunan dan pengembangan di sentra-sentra produksi padi melalui beberapa paket teknologi seperti SLPTT, revitalisasi benih, SLPHT, SLPHT iklim dan lain-lain. Sedangkan cadangan pangan dapat berasal dari cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat. Kegiatan penunjang untuk cadangan pangan masyarakat yaitu revitalisasi lumbung pangan masyarakat. Selama kurun waktu 5 tahun telah terbangun lumbung sebanyak 10 unit sehingga total lumbung yang aktif di Kabupaten Jepara sebanyak 17 unit. Untuk melihat ketersediaan dan cadangan pangan dapat diketahui dari FSVA (Food Security And Vulnerability Atlas/Peta Keamanan dan Kerentanan Pangan), secara umum Kabupaten Jepara berwarna hijau yang berarti tahan pangan kecuali Karimun Jawa yang masih berwarna merah dari sisi ketersediaan pangan. Untuk menanggulangi hal tersebut telah dilakukan langkah–langkah antisipatif khususnya pada saat musim baratan tiba.

2. Distribusi dan akses pangan Distribusi pangan menyangkut ketersediaan untuk mendapatkan bahan pangan meliputi sarana prasarana yang diperlukan, informasi pasokan, kemudahan akses, dan harga pangan strategis. Dengan sinergisitas yang baik antar SKPD terkait maka saluran distribusi pangan di Kabupaten Jepara cukup baik. Salah satu usaha dalam menjaga fluktuasi harga pangan strategis (beras) di

H a l a m a n | II .3 4 .

sentra-sentra produksi padi telah dibentuk Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) dan sampai dengan tahun 2011 telah terbentuk 4 unit LDPM.

3. Penganekaragaman dan keamanan pangan Penganekaragaman menyangkut upaya pencapaian Skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang akan dicapai melalui prinsip triguna pangan serta pembinaan agar pangan yang dikonsumsi beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA) sehingga diharapkan masyarakat menjadi sehat dan cerdas dan dapat menjalankan aktifitas dengan normal. Indikator untuk mengukur tingkat keragaman konsumsi pangan digunakan Skor Pola Pangan Harapan sebagai berikut:

Tabel II.38. SKOR POLA PANGAN HARAPAN TAHUN 2009-2011

PPH 2009 2010 2011

Jepara 82,6 84,8 85,1 Jateng 83,5 86,02 87,4

Nasional 60,1 62,8 66,3 Sumber: Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Jepara tahun 2009 - 2011

4. Penanganan daerah rawan pangan Penanganan daerah rawan pangan dilakukan agar wilayah-wilayah yang teridentifikasi adanya kerawanan pangan baik transien maupun kronis dapat tetap dapat mendapatkan akses pangan sehingga ketahanan pangan tetap terjaga. Implementasi ini berupa penanganan daerah rawan pangan baik transien maupun kronis melalui pemberian paket bantuan pangan dan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui Desa Mandiri Pangan (DMP) yang memiliki RTM lebih dari 30 %. Sampai dengan saat ini di Kabupaten Jepara telah terbentuk 6 lokasi Desa Mandiri Pangan melalui kegiatan multy years selama 4 tahun untuk meningkatkan kemandirian pangan.

2.3.1.14 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kinerja makro urusan Pemberdayaan dan Perlindungan Anak bisa

dilihat dari beberapa indikator yaitu rasio KDRT dan penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan. Selama lima tahun, rasio KDRT menunjukkan kecenderungan meningkat yaitu dari sebesar 0,0019% di tahun 2007 menjadi 0,029% di tahun 2011. Sedangkan penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan adalah telah mencapai 100% selama lima tahun ini.

Tabel II.39. KINERJA MAKRO URUSAN PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

TAHUN 2007-2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Rasio KDRT 0,0019% 0,020% 0,020% 0,031% 0,029% IPG - - 56,61 57,55 - IDG - - 49,49 46,11 - Penyelesaian pengaduan

H a l a m a n | II .3 5 .

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan

100% 100% 100% 100% 100%

Sumber: BPPKB Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011 Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak bisa dipisahkan dari

peran serta kaum perempuan sebagai motor penggerak dinamika pembangunan yang multidimensi. Namun demikian disadari sepenuhnya bahwa untuk membangun potensi yang dimiliki kaum perempuan untuk kemudian menjadikannya sebagai modal dasar pembangunan butuh perhatian lintas sektoral mengingat kondisi sosial budaya masyarakat kita yang cenderung memarginalisasi peranan perempuan dengan hanya dijadikan sebagai ibu rumah tangga yang mendampingi suami dan mengurus anak serta pekerjaan rumah tangga lainnya atau tugas-tugas yang bersifat kodrati.

Dengan meyakini bahwa kaum perempuan memiliki potensi yang sama dengan kaum laki-lakinya maka potensi tersebut harus dibangun melalui kebijakan yang konstruktif untuk memberdayakan perempuan dalam berbagai aspek baik sosial, ekonomi maupun politik dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

2.3.1.15 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kinerja makro urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

antara lain bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu rata-rata jumlah anak per keluarga, rasio akseptor KB, cakupan peserta KB aktif dan keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I. Selama lima tahun, rata-rata jumlah anak per keluarga menunjukkan angka penurunan yaitu dari sebesar 1,69 anak di tahun 2007 menjadi 1,46 anak di tahun 2011. Rasio akseptor KB dan cakupan peserta KB aktif selama lima tahun menunjukkan adanya peningkatan yaitu dari 75,37% di tahun 2007 menjadi 77,91% di tahun 2011. Sedangkan persentase keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I selama lima tahun menunjukkan angka penurunan yaitu dari 52,44% di tahun 2007 menjadi 46,06% di tahun 2011.

Tabel II.40.

KINERJA MAKRO URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Rata-rata jumlah anak per keluarga

1,69 1,65 1,56 1,52 1,46

Rasio akseptor KB 75,37% 75,82 76,48% 76,56% 77,91% Cakupan peserta KB aktif 75,37% 75,82% 76,48% 76,56% 77,91% Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I

52,44% 47,86% 47,64% 47,40% 46,06%

Sumber: BPPKB Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.1.16 Perhubungan Kinerja makro urusan Perhubungan antara lain bisa dilihat dari

beberapa indikator yaitu jumlah arus penumpang angkutan umum, rasio ijin trayek, jumlah uji KIR angkutan umum, jumlah pelabuhan

H a l a m a n | II .3 6 .

laut/udara/terminal, angkutan darat, kepemilikan KIR angkutan umum, lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR), biaya pengujian kelayakan angkutan umum (KIR), pemasangan rambu-rambu, jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum, dan jumlah orang/barang melalui dermaga/Bandar/terminal per tahun. Selama lima tahun, jumlah arus penumpang angkutan umum menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 754.665 penumpang pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 844.667 penumpang pada tahun 2011. Rasio ijin trayek menunjukkan angka yang tetap yaitu sebesar 0,000634 selama tahun 2007 s/d 2011. Jumlah uji KIR angkutan umum juga menunjukkan angka yang meningkat yaitu pada tahun 2007 adalah sebesar 11.832 angkutan umum dan meningkat menjadi 12.846 angkutan umum pada tahun 2011. Jumlah fasilitas pelabuhan laut/udara/terminal bis masih menunjukkan angka yang tetap selama lima tahun yaitu 8 unit. Angkutan darat selama lima tahun menunjukkan persentase yang relatif sama yaitu sekitar 36,70%. Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) selama lima tahun masih sama yaitu 57 menit dengan biaya pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) sebesar Rp 30.000. Pemasangan rambu-rambu selama lima tahun menunjukkan adanya peningkatan yaitu dari 18,60% di tahun 2007 menjadi 31,30% di tahun 2011. Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum selama lima tahun juga menunjukkan adanya peningkatan yaitu dari 754.665 orang di tahun 2007 menjadi 844.667 orang di tahun 2011. Sedangkan jumlah orang/barang melalui dermaga/Bandar/terminal per tahun menunjukkan peningkatan yaitu dari 40.843 orang di tahun 2007 menjadi 80.142 orang di tahun 2011.

Tabel II.41.

KINERJA MAKRO URUSAN PERHUBUNGAN TAHUN 2007-2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah arus penumpang angkutan umum 754.665 763.837 781.537 812.523 844.667

Rasio ijin trayek 0,000634 0,000634 0,000634 0,000634 0,000634 Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis 8 8 8 8 8

Angkutan darat 36.80% 36,75% 36,70% 36,70% 36,83% Kepemilikan KIR angkutan umum 11.813 12.228 12.771 12.779 12.846

Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR)

57 Menit 57 Menit 57 Menit 57 Menit 57 Menit

Biaya pengujian kelayakan angkutan umum

Rp. 30.000

Rp. 30.000

Rp. 30.000

Rp. 30.000

Rp. 30.000

Pemasangan Rambu-rambu 18,60% 21,27% 23,15 26,16 31,30 Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum 754.665 763.837 781.537 812.523 844.667

Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/ terminal per tahun

40.843 42.238 43.077 60.037 80.142

Sumber: Dishubkominfo Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

H a l a m a n | II .3 7 .

2.3.1.17 Komunikasi dan Informatika Kinerja makro urusan Komunikasi dan Informatika antara lain bisa

dilihat dari beberapa indikator yaitu jumlah jaringan komunikasi, rasio wartel/warnet terhadap penduduk, jumlah surat kabar nasional/lokal, jumlah penyiaran radio/TV lokal, web site milik pemda serta pameran/expo yang diselenggarakan. Rasio wartel terhadap penduduk selama tahun 2007-2011 menunjukkan penurunan yaitu sebesar 0,29 pada tahun 2007 dan menurun menjadi 0,02 pada tahun 2011 tetapi rasio warnet terhadap penduduk menunjukkan peningkatan yaitu pada tahun 2007 sebesar 0,003 dan meningkat menjadi 0,01 pada tahun 2011. Jumlah surat kabar nasional/lokal menunjukkan jumlah yang relatif sama yaitu 10 surat kabar selama lima tahun. Jumlah penyiaran radio dan TV lokal menunjukkan jumlah yang tetap yaitu sebesar 5 dan 4 pada tahun 2007 dan 2011. Sejak tahun 2007 telah ada web site milik Pemerintah Kabupaten Jepara serta pameran/expo yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara rata-rata tiap tahun adalah antara 3 s/d 4 kegiatan pameran.

Tabel II.42. KINERJA MAKRO URUSAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2007-

2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Rasio wartel/warnet terhadap penduduk

0,29/0,003 0,26/0,009 0,2/0,009 0,02/0,01 0,02/0,01

Jumlah surat kabar nasional/lokal

10 10 10 10 10

Jumlah penyiaran radio/TV lokal

5/4 5/4 5/4 5/4 5/4

Web site milik pemerintah daerah

Ada Ada Ada Ada Ada

Pameran/expo 3 3 3 4 4 Sumber: Dishubkominfo Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.1.18 Pertanahan Kinerja makro urusan Pertanahan antara lain bisa dilihat dari

indikator penyelesaian izin lokasi. Selama tahun 2007 s/d 2009, rata-rata penyelesaian izin lokasi adalah antara 12 s/d 15 hari kerja dan mulai tahun 2010 rata-rata penyelesaian izin lokasi adalah selama 3 hari kerja.

Tabel II.43. KINERJA MAKRO URUSAN PERTANAHAN TAHUN 2007-2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Penyelesaian izin lokasi 12-15 hr

12-15 hr

12-15 hr

3 hr 3 hr

Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011 Untuk menjamin kepastian hukum terhadap seluruh asset

pemerintah daerah yang sebanyak 1.627 bidang maka telah dilaksanakan pensertifikatan sebanyak 432 bidang dengan demikian sampai dengan Desember 2011 masih terdapat 1.195 bidang yang belum tersertifikat yang sebagian masih dalam proses di BPN.

Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah, maka mulai

H a l a m a n | II .3 8 .

tahun 2007 pemerintah daerah memberikan perhatian serius kepada program penegasan batas daerah. Secara faktual sebagian besar daerah otonom Provinsi dan Kabupaten/Kota belum menindaklanjuti penegasan batas daerah secara pasti di lapangan yang dilengkapi dengan titik koordinat batas diatas Peta, sehingga hal ini dapat menimbulkan permasalahan dikemudian hari.

Kabupaten Jepara telah melaksanakan penegasan batas daerah dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati sedangkan dengan Kabupaten Demak masih dalam proses penyelesaian.

Tabel II.44. PENEGASAN BATAS DAERAH

KABUPATEN JEPARA DENGAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010 No. Nomor

Pilar Kabupaten Kudus Kabupaten Jepara

Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan

1 PBU-014 Kaliwungu Blimbingkidul Nalumsari Blimbingrejo 2 PBU-015 Kaliwungu Sidorekso Nalumsari Blimbingrejo 3 PBU-016 Kaliwungu Papringan Nalumsari Tanggulpandean 4 PBU-017 Kaliwungu Papringan Nalumsari Nalumsari 5 PBU-018 Gebog Getasserabi Nalumsari Nalumsari 6 PBU-019 Gebog Padurenan Nalumsari Daren 7 PBU-020 Gebog Gondosari Nalumsari Karangnongko 8 PBU-021 Gebog Kedungsari Nalumsari Ngetuk 9 PBU-022 Gebog Kedungsari Nalumsari Ngetuk 10 PBU-023 Gebog Kedungsari Nalumsari Bategede 11 PBU-024 Gebog Menawan Nalumsari Bategede 12 PBU-025 Gebog Menawan Nalumsari Bategede 13 PBU-026 Gebog Rahtawu Batealit Somosari 14 PBU-027 Gebog Rahtawu Batealit Somosari 15 PBU-028 Gebog Rahtawu Keling Tempur 16 PBU-029 Gebog Rahtawu Keling Tempur 17 PBU-030 Gebog Rahtawu Keling Tempur

Sumber : Buku Laporan Penegasan Batas Daerah tahun 2010 2.3.1.19 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Kinerja makro urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri bisa dilihat dari indikator yaitu kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP serta kegiatan pembinaan politik daerah. Selama lima tahun, kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP adalah rata-rata sebanyak 3 kali tiap tahunnya. Sedangkan kegiatan pembinaan politik daerah telah dilakukan sebanyak 2 kali tiap tahunnya.

Tabel II.45.

KINERJA MAKRO URUSAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP

3 kali 3 kali 3 kali 3 kali 3 kali

Kegiatan pembinaan politik daerah

2 kali 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali

Sumber: Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri tahun 2007 - 2011 Dalam rangka fasilitasi sukses Pemilihan baik Gubernur dan wakil

gubernur tahun 2008, pemilu legislatif dan Presiden dan wakil presiaden tahun 2009 dibentuk Posko Desk Pemilu yang melibatkan

H a l a m a n | II .3 9 .

seluruh instansi terkait dimana dari hasil fasilitasi tersebut diperoleh indeks partisipasi politik masyarakat secara umum baik.

Dalam pemilihan legislatif partisipasi politik masyarakat Jawa Tengah sebesar 71,26%, Nasional sebesar 70,99% dan partisipasi politik masyarakat Jepara menduduki capaian paling tinggi yaitu sebesar 71,64%. Selanjutnya pada tanggal 8 Juli 2009 dilaksanakan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Angka partisipasi politik masyarakat Jepara dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden mencapai 70,51% sedangkan Jawa Tengah sebesar 70,77% dan Nasional 73,11%.

2.3.1.20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Kinerja makro urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian antara lain bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk, rasio Linmas per 10.000 penduduk, pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, sistem informasi Pelayanan Perijinan dan administrasi pemerintah, penegakan PERDA, cakupan patrol petugas Satpol PP, tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di kabupaten, petugas Linmas di kabupaten, cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten, tingkat waktu tanggap daerah layanan wilayah manajemen kebakaran, sisitem informasi manajemen pemda, jenis dan jumlah bank dan cabang, jenis kelas dan jumlah restoran, jenis kelas dan jumlah penginapan/hotel, angka kriminalitas, jumlah demo, lama proses perijinan, jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah serta persentase desa berstatus Desa Unggulan terhadap total desa/kelurahan.

Beberapa indikator pada urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian menunjukkan kecenderungan meningkat yaitu petugas Linmas di kabupaten, jenis kelas dan jumlah restoran, serta jenis kelas dan jumlah penginapan/hotel. Pada sisi yang lain juga terlihat beberapa indikator yang menunjukkan angka yang fluktuatif yaitu rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk, pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, penegakan PERDA, tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten, cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten, dan jumlah demo. Sementara indikator yang lainnya menunjukkan angka yang relatif tetap selama lima tahun yaitu seperti sistem infomasi pelayanan perijinan dan administrasi pemerintah, cakupan patrol petugas Satpol PP, tingkat waktu tanggap daerah layanan wilayah manajemen kebakaran, sistem informasi manajemen pemda, jenis dan jumlah bank dan cabang, jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah serta persentase desa berstatus Desa Unggulan terhadap total desa/kelurahan. Sedangkan beberapa indikator yang menunjukkan kecenderungan menurun yaitu rasio Linmas per 10.000 penduduk dan angka kriminalitas.

H a l a m a n | II .4 0 .

Tabel II.46. KINERJA MAKRO URUSAN OTONOMI DAERAH,

PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk 1,37% 1,47% 1.17% 1,18% 1,14%

Rasio Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk 0.007 0.007 0.007 0.007 0.006

Pertumbuhan ekonomi 4,74% 4,49% 5,02% 4,52% 5,26% Kemiskinan 10,44% 11,05% 9,60% 10,18% Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan adiministrasi pemerintah

ada ada ada ada ada

Penegakan PERDA 1131 3031 2225 190 836 Cakupan patroli petugas Satpol PP 20 orang 20 orang 20 orang 20 orang 20 orang

Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten

751

1601

1356

912

673

Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten 7160 7571 7601 7835 7835

Cakupan pelayanan bencana kebakaran Kabupaten 90,6% 90,6% 90,8% 74,2% 100%

Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)

10 – 15 menit

10 – 15 menit

10 – 15 menit

10 – 15 menit

10 – 15 menit

Sistem Informasi Manajemen Pemda ada ada ada ada ada

Jenis dan jumlah bank dan cabang 14 14 14 14 14 Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang 5 5 5 5 5

Jenis, kelas, dan jumlah restoran 13 18 42 43 43 Jenis, kelas, dan jumlah penginapan/ hotel 48 35 35 42 43

Angka kriminalitas 873 799 789 521 356 Jumlah demo 17 15 7 4 9 Lama proses perijinan 12 – 15

hari 12 – 15

hari 12 – 15

hari 3 hari 3 hari

Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah

7 dan 22 7 dan 22 7 dan 22 7 dan 22 7 dan 22

Persentase Desa berstatus Desa Unggulan terhadap total Desa 0 0 0 10,93 10,93

Sumber: Berbagai SKPD Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.1.21 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kinerja makro urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa antara lain

bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM), rata-rata jumlah kelompok binaan PKK, jumlah LSM, jumlah LPM, PKK aktif, Posyandu aktif, swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat, serta pemeliharaan pasca program pemberdayaan masyarakat. Selama lima tahun, rata-rata jumlah kelompok binaan LPM adalah menunjukkan kenaikan yaitu pada tahun 2007 adalah sebesar 0.91 kelompok dan menjadi 1 kelompok pada tahun 2011. Demikian juga untuk rata-rata jumlah kelompok binaan PKK menunjukkan kenaikan yaitu 0.14 kelompok pada tahun 2007 dan menjadi 0,17 kelompok pada tahun 2011. Di sisi lain, jumlah LSM selama lima tahun

H a l a m a n | II .4 1 .

menunjukkan peningkatan yaitu 35 LSM pada tahun 2007 dan menjadi 41 LSM pada tahun 2011. Jumlah LPM selama lima tahun juga menunjukkan peningkatan yaitu dari 177 LPM di tahun 2007 menjadi 194 LPM di tahun 2011. PKK aktif mengalami peningkatan dari 50% di tahun 2007 menjadi 60% di tahun 2011. Posyandu aktif juga mengalami peningkatan dari 1.079 posyandu di tahun 2007 menjadi 1.111 posyandu di tahun 2011. Swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat mengalami peningkatan dari 13,44% di tahun 2007 menjadi 54,42% di tahun 2011 serta pemeliharaan pasca program pemberdayaan masyarakat selama lima tahun menunjukkan jumlah yang relatif tetap yaitu sebanyak 183 program pemberdayaan masyarakat.

Tabel II.47. KINERJA MAKRO URUSAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA TAHUN 2007-

2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM)

0,91 0,91 0,91 1 1

Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK 0,14 0,16 0,16 0,17 0,17 Jumlah LSM 35 35 35 35 41 Jumlah LPM 177 177 177 194 194 PKK aktif 50% 50% 55% 60% 60% Posyandu aktif 1.079 1.090 1.103 1.103 1.111 Swadaya Masyarakat terhadap Program pemberdayaan masyarakat 13,44% 13,44% 15,28% 47,80% 54,42%

Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan masyarakat

183 desa

183 desa

183 desa

183 desa

183 desa

Sumber: Bapermasdes Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011 Di bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa

kebijakan lebih diarahkan pada penguatan otonomi Desa dan peningkatan kapasitas perangkat Desa. Kebijakan ini diambil sebagai respon atas terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa yang lebih memberikan penguatan kepada Desa sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah tersebut maka pemerintah daerah memiliki tanggungJawab yang lebih besar dalam memberdayakan masyarakat dan pemerintahan Desa.

2.3.1.22 Sosial Kinerja makro urusan Sosial bisa dilihat dari beberapa indikator

yaitu sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi, PMKS yang memperoleh bantuan sosial dan penangangan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi mengalami peningkatan dari 29 unit di tahun 2007 menjadi 45 unit di tahun 2011. PMKS yang memperoleh bantuan sosial mengalami peningkatan dari 11.052 orang di tahun 2007 menjadi 13.137 orang di tahun 2011. Jumlah anak jalanan lima tahun terakhir mengalami penurunan, pada tahun 2007 sejumlah 15 anak menjadi 6 anak pada tahun 2011. Jumlah anak nakal tahun 2007 sejumlah 66 anak mengalami peningkatan di tahun 2011 menjadi 134 anak. Eks WTS di tahun 2007 sebesar 5027 orang

H a l a m a n | II .4 2 .

sedangkan di tahun 2011 mengalami penurunan yang signifikan menjadi 1906 orang. Sedangkan penangangan penyandang masalah kesejahteraan sosial juga di mengalami peningkatan dari 11.057 orang di tahun 2007 menjadi 13.137 orang di tahun 2011.

Tabel II.48.

KINERJA MAKRO URUSAN SOSIAL TAHUN 2007-2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi

29 32 37 40 45

PMKS yg memperoleh bantuan sosial

11.052 12.447 12.447 12.507 13.137

Anak Jalanan 15 12 10 7 6 Anak Nakal 66 87 71 90 134 Eks WTS 5027 4564 4327 4101 1906 Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial

11.057 12.447 12.447 12.507 13.137

Sumber: Dinsosnakertrans Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011 Dengan adanya penduduk miskin berdampak pada adanya lanjut

usia terlantar, anak terlantar, penyandang cacat, tuna susila, gelandangan, pengemis dan bekas narapidana sebagai penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

Tabel II.49. PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL TAHUN 2007-2011

Jenis Masalah Kesejahteraan

Sosial

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Lanjut usia terlantar 10.461 10.147 9.842 5.126 4.234 Anak terlantar 3.215 3.118 2.183 3.469 1771 Penyandang cacat 6.815 6,611 6.413 6.111 5.746 Tuna susila 31 30 29 18 19 Gelandangan 2 2 1 9 1 Pengemis 49 47 45 42 17 Bekas narapidana 318 308 298 266 169 Sumber: Dinsosnakertrans Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

Jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial ini akan semakin bisa ditanggulangi manakala ada upaya pemberdayaan yang efektif terhadap berbagai kelompok organisasi sosial kemasyarakatan yang selama ini ada di Kabupaten Jepara.

Tabel II.50. PERKEMBANGAN ORGANISASI SOSIAL TAHUN 2007-2011

Jenis Organisasi Sosial Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Pekerja sosial masyarakat 1.401 1.014 1.202 1.160 1.311

Karang taruna 194 194 194 194 194 Organisasi sosial & panti sosial 33 33 37 38 40

Sumber: Dinsosnakertrans Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

H a l a m a n | II .4 3 .

2.3.1.23 Kebudayaan Kinerja makro urusan Kebudayaan di Kabupaten Jepara antara lain

bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu penyelenggaraan festival seni dan budaya, sarana penyelenggaraan seni dan budaya serta benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan. Selama lima tahun, telah terselenggara festival seni dan budaya sebanyak masing-masing 3 kali kegiatan tiap tahunnya. Fasilitas berupa sarana penyelenggaraan seni dan budaya yang dipunyai sebanyak 1 buah pada tahun 2010 dan 2011 serta benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan adalah sebanyak 7 buah di tahun 2007 s/d 2011.

Tabel II.51.

KINERJA MAKRO URUSAN KEBUDAYAAN TAHUN 2007-2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Penyelenggaraan festival seni dan budaya 3 3 3 3 3 Sarana penyelenggaraan seni dan budaya 0 0 0 1 buah 1 buah Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan 7 7 7 7 7 Sumber: Disparbud Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.1.24 Statistik Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan statistik

digambarkan dengan keberadaan/terbitnya dokumen-dokumen Buku Kabupaten Jepara Dalam Angka dan Buku PDRB Kabupaten Jepara setiap tahunnya. Namun demikian, diperlukan tambahan kelengkapan data dan informasi terutama untuk data-data yang bersifat khusus dan olahan.

Tabel II.52. KINERJA MAKRO URUSAN STATISTIK TAHUN 2007-2011 Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 Buku ”Kabupaten dalam angka” Ada Ada Ada Ada Ada Buku ”PDRB Kabupaten” Ada Ada Ada Ada Ada Sumber: Kantor Statistik Daerah Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.1.25 Kearsipan Kinerja makro urusan Kearsipan bisa dilihat dari indikator yaitu

pengelolaan arsip secara baku dan peningkatan SDM pengelola kearsipan. Selama lima tahun, telah terjadi peningkatan pengelolaan arsip secara baku dari 1.500 berkas di tahun 2007 menjadi 2.000 berkas di tahun 2011. Sedangkan peningkatan SDM pengelola kearsipan menunjukkan angka yang fluktuatif selama tahun 2007 s/d 2011.

Tabel II.53. KINERJA MAKRO URUSAN KEARSIPAN TAHUN 2007-2011 Indikator

Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Pengelolaan arsip secara baku 1500 berkas

2000 berkas

2000 berkas

2000 berkas

2000 berkas

Peningkatan SDM pengelola kearsipan

119 94 77 71 83

Sumber: Kantor Kearsipan Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

H a l a m a n | II .4 4 .

Kebijakan pada urusan Kearsipan di Kabupaten Jepara diarahkan pada peningkatan SDM petugas arsip, peningkatan sarana/prasarana kearsipan, pembinaan dan monitoring kearsipan secara rutin, pengalokasian dana untuk kegiatan kearsipan serta peningkatan fungsi dan pemanfaatan depo arsip. Salah satu program pada urusan kearsipan adalah program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah.

2.3.1.26 Perpustakaan Pada tahun 2011, merupakan pencapaian angka tertinggi dalam

jumlah koleksi buku, jumlah anggota, jumlah pengunjung dan jumlah peminjam perpustakaan apabila diperbandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini merupakan indikator semakin berkembangnya minat baca dari masyarakat disamping upaya perbaikan kinerja yang telah dilakukan oleh perpustakaan daerah.

Kinerja makro urusan Perpustakaan antara lain bisa dilhat dari beberapa indikator yaitu jumlah perpustakaan, jumlah pengunjung perpustakaan per tahun serta koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah. Selama lima tahun, jumlah perpustakaan di Kabupaten Jepara menunjukkan peningkatan yaitu pada tahun 2007 adalah sebanyak 455 unit dan meningkat menjadi 637 unit pada tahun 2011. Jumlah pengunjung selama lima tahun menunjukkan jumlah yang fluktuatif dan di sisi lain koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah menunjukkan peningkatan yaitu sebanyak 28.484 buku di tahun 2007 dan meningkat menjadi 62.584 buku di tahun 2011.

Tabel II.54. KINERJA MAKRO URUSAN PERPUSTAKAAN TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah perpustakaan Daerah 1 1 1 1 1 Jumlah perpustakaan umum 526 545 568 592 636 Jumlah Pustakawan 9 9 9 7 8 Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun 62.306 98.615 104.529 121.958 132.802

Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah 28.484 36.121 43.006 54.281 62.584

Sumber: Kantor Perpustakaan Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.2 FOKUS LAYANAN URUSAN PILIHAN

2.3.2.20 Kelautan dan Perikanan Kinerja makro urusan Kelautan dan Perikanan antara lain bisa

dilihat dari beberapa indikator yaitu produksi perikanan, konsumsi ikan, jumlah kelompok nelayan serta produksi perikanan kelompok nelayan. Selama lima tahun, produksi perikanan menunjukkan kecenderungan naik yaitu pada tahun 2007 adalah sebesar 5.880.500 kg dan menjadi 6.712.600 kg pada tahun 2011. Selama lima tahun, konsumsi ikan mengalami peningkatan yaitu dari 13,1 kg/kapita/tahun di tahun 2007 menjadi 18,6 kg/kapita/tahun. Jumlah kelompok nelayan mengalami peningkatan dari 62 kelompok di tahun 2007 menjadi 67 kelompok di tahun 2011. Sedangkan produksi perikanan kelompok nelayan mengalami peningkatan dari 2.123.670 kg di tahun 2007 menjadi 2.675.520 kg di tahun 2011.

H a l a m a n | II .4 5 .

Tabel II.55. KINERJA MAKRO URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Produksi perikanan (kg) 5.880.500 6.081.600 6.267.700 6.716.400 6.712.600 Konsumsi ikan 13,1

kg/kapita/th 13,1

kg/kapita/th 14,1

kg/kapita/th 18,6

kg/kapita/th 18,6

kg/kapita/th Jumlah kelompok nelayan 62 62 62 66 67 Produksi perikanan kelompok nelayan

2.123.670 kg

2.220.900 kg

2.314.500 kg

2.630.580 kg

2.675.520 kg

Sumber: Dislutkan Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011

2.3.2.21 Pertanian Kinerja makro urusan Pertanian antara lain bisa dilihat dari

beberapa indikator yaitu produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar, kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB, kontribusi sektor pertanian (palawija) terhadap PDRB, kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB serta cakupan bina kelompok petani. Selama lima tahun, produktivitas padi sawah berada pada kisaran angka 53 sampai 54 kuintal per hektar. Selama empat tahun, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB adalah menunjukkan kecenderungan meningkat yaitu dari Rp 932.684.520.000 di tahun 2007 menjadi Rp 1.223.146.270.000 di tahun 2011. Kemudian kontribusi sektor pertanian (palawija) terhadap PDRB juga mengalami peningkatan yaitu dari Rp 581.680.400.000 di tahun 2007 menjadi Rp 807.542.780.000 di tahun 2011. Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB adalah menunjukkan peningkatan yaitu dari Rp 376.252.680.000 di tahun 2007 menjadi Rp 439.364.760.000 di tahun 2011. Sedangkan cakupan bina kelompok petani meningkat dari 3,37% di tahun 2007 menjadi 20,62% di tahun 2011.

Tabel II.56. KINERJA MAKRO URUSAN PERTANIAN TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar (padi sawah)

53,13 52,10 54,70 54,87 53,11

Kontribusi sektor tanaman bahan pangan (jutaan rupiah)

932.684,52 1.018.781,76 1.146.351,58 1.223.146,27 Blm ada

Kontribusi sektor pertanian (padi dan palawija) terhadap PDRB (jutaan rupiah)

581.680,40 594.791,59 679.882,03 807.542,78 Blm ada

Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB (jutaan rupiah)

376.252,68 431.124,6 432.806,05 439.364,76 Blm ada

Cakupan bina kelompok petani

3,37%(942 kelompok)

7,86%(88 kelompok)

13,39%(150 kelompok)

17,14% (192kelompo

k)

20,62% (231kelompo

k)

H a l a m a n | II .4 6 .

Sumber: Distannak Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011 Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB selama tahun 2007 s/d

2010 menempati urutan kedua di bawah sektor industri pengolahan. Pada tahun 2007, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB berdasarkan harga konstan adalah sebesar 23,8% dan mengalami penurunan menjadi 22,49% pada tahun 2008 serta kembali menurun menjadi 22,4% pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 juga kembali menurun menjadi 20,7%. Perkembangan kontribusi per sektor terhadap PDRB berdasarkan harga konstan terlihat pada Tabel II.56 sebagai berikut.

H a l a m a n | II .47 .

Tabel II.57. NILAI DAN KONTRIBUSI SEKTOR DALAM PDRB

ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2007-2011 NO Sektor 2007 2008 2009 2010 2011

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

1 Pertanian 862,931.13 23.18 875,041.33 22.49 884,146.16 20,7 915,180.89 22.4 911,108.91 20.27

2 Pertambangan dan Penggalian 20,617.61 0.55 22,025.79 0.57 25,283.34 0,59 23,580.81 0.59 27,264.95 0.61

3 Industri Pengolahan 1,033,624.52 27.77 10,839,636.34 27.87 1,203,937.32 28,2 1,130,177.49 28.19 1,270,967.56 28.28

4 Listrik, Gas dan Air bersih 26,158.84 0.7 27,791.37 0.71 32,269.26 0,76 30,108.51 0.76 34,716.33 0.77

5 Konstruksi 189,805.98 5.10 205,768.55 5.29 247,187.49 5,8 224,287.71 5.79 269,533.24 6.00

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 807,572.47 21.69 836,926.02 21.51 924,650.83 21,7 872,747.00 21.65 965,306.11 21.48

7 Pengangkutan dan Komunikasi 202,800.26 5.5 212,563.67 5.46 239,943.76 5,62 224,538.93 5.62 251,806.50 5.60

8 Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan 231,595.61 6.22 246,580.59 6.34 280,215.15 6,56 261,205.09 6.56 301,501.91 6.71

9 Jasa-jasa 347,571.40 9.34 379,328.19 9.75 432,623.59 10,1 403,611.93 10.13 462,801.61 10.30 Sumber: BPS Kabupaten Jepara, tahun 2007 – 2011

H a l a m a n | I I . 48 .

Dalam bidang peternakan tidak terlepas dari upaya Dokter Hewan Susi Arwati yang proaktif mengampu kesehatan hewan di Kecamatan Keling dan sekitarnya dengan memberdayakan Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan) sehingga pada tahun 2010 mewakili Jawa Tengah sebagai juara II Dokter Hewan Teladan Tingkat Nasional Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner. Beberapa populasi hewan ternak yang dikembangkan di Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut:

Tabel II.58. POPULASI HEWAN TERNAK ( EKOR)

TAHUN 2007-2011 Populasi Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Sapi 24.878 26.848 30.712 30.670 49.760 Kerbau 3.977 4.679 4.787 4.791 3.774 Kambing 59.061 70.010 69.379 69.749 71.143 Kuda 361 409 279 254 254 Domba 19.246 19.227 21.202 22.754 22.249 Burung Puyuh 49.810 78.142 42.000 9.422 12.500 Itik 56.208 61.465 63.465 55.806 66.300 Ayam Kampung 571.968 523.429 731.551 711.470 640.000 Ayam Ras Pedaging 205.420 578.521 724.047 489.388 460.000 Ayam Ras Petelur 50.540 51.524 53.157 59.998 64.000 Itik Manila 15.368 14.716 33.947 33.947 32.266 Sumber : Distannak Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

Tabel II.59. PRODUKSI HEWAN TERNAK

TAHUN 2007-2011 Produksi Satuan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Telur itik Kg 202.401 534.745 600.378 521.921 371.000 Telur ayam kampung

Kg 313.784 544.365 747.366 726.850 763.193

Telur ayam ras Kg 339.994 345.212 499.456 618.347 649.264 Telur Puyuh Kg 99.243 75.025 89.712 24.150 25.357 Susu Liter 39.820 13.230 14.168 13.944 14.464 Kulit sapi Lbr 4.480 5.319 5.369 5.089 5.343 Kulit kerbau Lbr 1.257 1.453 1.016 1.439 1.510 Lainnya ( kulit domba)

Lbr 5.832 6.226 4.924 4.756 4.983

Sumber : Distannak Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011 Dalam bidang perkebunan, jenis tanaman perkebunan di

Kabupaten Jepara meliputi cengkeh, kopi, kelapa, kapuk, kakao jambumete, tebu, coklat, kapas, lada, kencur, jahe, kunyit, laos, temulawak, panili, aren. Dari jenis tanaman perkebunan tersebut kapok menempati areal terluas, selanjutnya kelapa, tebu, kopi robusta, jambu mete, cengkeh dan sebagainya.

Tabel II.60. LUAS AREAL TANAMAN PERKEBUNAN TAHUN 2007-2011

Jenis Luas Areal ( Ha) 2007 2008 2009 2010 2011

Kapok 13.262,36 13.267,66 13.205,63 13.131,76 12.198,02 Kelapa 12.635,24 12.538,43 12.737,04 12.759,30 12.896,89 Tebu 2.898,50 3.148,27 3.400,15 3.090,91 3.203,66

H a l a m a n | I I . 49 .

Jenis Luas Areal ( Ha) 2007 2008 2009 2010 2011

Kopi Robusta 2.345,80 2.351,60 2.345,40 2.308,22 2.530,43 Jambu mete 791,83 776,74 756,26 740,57 728,48 Cengkeh 387,53 389,51 385,35 373,18 384,53

Sumber : Dishutbun Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011 Tabel II.61.

PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN TAHUN 2007- 2011 Jenis Produksi ( ton)

2007 2008 2009 2010 2011

Tebu 196.341,25 244.314,61 234.991,24 222.811,99 225.109,03 Kapok 27.599,84 28.122,13 26.603,84 22.975,67 19.557,30 Kelapa 13.837,97 14.048,79 12.290,70 11.863,44 9.919,01

Kopi 863,16 927,34 832,77 803,98 862,97 Jambu mete 403,31 419,75 317,67 233,85 170,89

Sumber : Dishutbun Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

2.3.2.22 Kehutanan Kinerja makro urusan Kehutanan bisa dilihat dari beberapa

indikator yaitu rehabilitasi hutan dan lahan kritis, kerusakan kawasan hutan/lahan kritis, penebangan hutan serta kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis menunjukkan peningkatan yaitu dari 3.146,78 ha di tahun 2007 menjadi 4.836,86 ha di tahun 2011. Kerusakan kawasan hutan/lahan kritis dan penebangan hutan masih menunjukkan kecenderungan fluktuatif selama lima tahun. Sedangkan kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB menunjukkan peningkatan yaitu dari Rp 27.247.720.000 pada tahun 2007 menjadi Rp 76.166.590.000 pada tahun 2011.

Tabel II.62. KINERJA MAKRO URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Rehabilitasi hutan dan lahan kritis

3.146,78 ha

1.506,78 ha

1.589,70 ha

3.113,46 ha

4.836,86 ha

Kerusakan Kawasan Hutan/Lahan Kritis

22.757,01 ha

19.790,40 ha

19.413,00 ha

27.480,01 ha

15.100,55 ha

Penebangan Hutan 100,79 ha 129,38 ha 865,68 ha 733,99 ha 654,65 ha Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB (jutaan rupiah)

27.247,72 35.773,59 46.700,42 63.953,74 76.166,59

Sumber: Dishutbun Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011 Guna memperbaiki ekosistim sekaligus menunjang budidaya

kehutanan dan perkebunan masyarakat, pada tahun 2010 dicanangkan sebagai Tahun Penghijauan dan Konservasi. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan meliputi Gerhan (Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan), Gerakan One Man One Tree dan Pekan Penghijauan dan Konservasi Alam (PPKAN) dengan mengintensifkan dan menggerakkan kembali penghijauan lahan kritis di sepanjang lereng Muria.

Kabupaten Jepara merupakan Kabupaten yang sarat akan prestasi di bidang kehutanan. Beberapa prestasi berhasil diraih diantaranya juara I lomba Desa peduli Hutan Tingkat Nasional tahun 2009 (Desa Damarwulan Kecamatan Keling), Juara I Desa Peduli Hutan Tingkat Nasional tahun 2010 (Desa Sumanding, Kecamatan Kembang), lencana Wana Lestari tahun 2010 yaitu suatu penghargaan yang diberikan

H a l a m a n | I I . 50 .

kepada Kabupaten/kota dan pelaku usaha peduli kehutanan. Dilanjutkan dengan penghargaan Raksaniyata tahun 2011 dari Kementrian Lingkungan Hidup karena kesungguhan Pemerintah Kabupaten Jepara dalam pengendalian kerusakan lingkungan untuk melindungi kehidupan dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Penghargaan ini merupakan sebuah pengakuan sekaligus lecutan untuk terus memacu kepedulian dan konservasi alam untuk melestarikan hutan, lingkungan dan alam sekitar.

Kabupaten Jepara kembali menorehkan prestasi dengan menjadi Juara Nasional Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam Wana Lestari Kategori Desa Peduli Hutan. Kali ini Desa yang menjadi wakil adalah Desa Plajan Kecamatan Pakisaji. Bahkan masyarakat Desa juga memiliki inovasi dengan memanfaatkan hutan, menjadi wana wisata. Ini bisa terlihat kreativitas yang dikembangkan di obyek wisata Alam Akar Seribu dan Wisata Alam Goa Sakti.

2.3.2.23 Energi dan Sumber Daya Mineral Kinerja makro urusan ESDM antara lain bisa dilihat dari indikator

kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB. Selama tahun 2007 sampai dengan 2011 menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB cenderung meningkat yaitu dari sebesar 0,55% pada tahun 2007 meningkat menjadi 0,61% pada tahun 2011.

Tabel II.63. KINERJA MAKRO URUSAN ESDM TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB

0,55%

0,57%

0,59%

0,59%

0,61%

Sumber: DBMP dan ESDM Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011 Kebutuhan energi listrik di Kabupaten Jepara terus diperlukan

sejalan dengan roda perekonomian daerah. Energi listrik pada tahun 2010 ini sebagian besar dimanfaatkan/digunakan oleh rumahtangga yaitu 72,22%. Sedangkan untuk jumlah energi listrik yang terjual selama tahun 2010 adalah 334.399.222 KWH atau naik sebesar 2,41 persen dari tahun sebelumnya.

Kabupaten Jepara terpilih menjadi daerah supplier energi listrik untuk wilayah Jawa-Bali-Madura. Sebagai sebuah produk strategis energi nasional, PLTU TJB memiliki 2 unit pembangkit dengan kapasitas bruto 2x719 MW atau daya bersih 2x661 MW dan terus melakukan ekspansi. Akhir tahun 2011 telah dioperasikan pembangkit ekspansi unit 3 disusul unit 4 guna yang baru saja diresmikan tanggal 6 Pebruari 2012.

Keberadaan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Tanjung Jati B Jepara memberikan multiplier effect dalam meningkatkan perekonomian daerah di Kabupaten Jepara selain membuka kesempatan kerja berdaya serap 1.211 orang, dengan banyaknya warga negara asing yang bekerja dan tinggal di Jepara berimbas positif terhadap tumbuhnya hotel, resort, pondok wisata, homestay dan sebagainya. Tercatat sebanyak 311 warga negara asing tinggal di Jepara dengan beragam aktivitasnya.

H a l a m a n | I I . 51 .

2.3.2.24 Pariwisata Kinerja makro urusan Pariwisata bisa dilihat dari beberapa indikator

yaitu kunjungan wisata dan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB. Jumlah kunjungan wisata selama lima tahun menunjukkan peningkatan yaitu dari sebesar 884.560 wisatawan pada tahun 2007 meningkat menjadi 1.206.084 wisatawan pada tahun 2011. Sedangkan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB juga mengalami peningkatan yang berarti yaitu dari sebesar Rp.468.110.600 pada tahun 2007 menjadi Rp.2.114.486.000 pada tahun 2011.

Tabel II.64. KINERJA MAKRO URUSAN PARIWISATA TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Kunjungan wisata 884.560 1.015.305 1.035.431 1.097.472 1.206.084 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB

468.110.600 401.361.500 581.624.000 703.874.300 2.114.486.000

Sumber: Disparbud Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011 Sektor pariwisata di Kabupaten Jepara perlu mendapatkan

penanganan secara serius dan terpadu, hal tersebut perlu ditekankan karena sektor pariwisata bersifat lintas sektoral dan lintas wilayah. Kabupaten Jepara mempunyai potensi kepariwisataan yang sangat lengkap apabila dibandingkan dengan daerah lain, potensi tersebut apabila ditangani secara maksimal akan mampu menjadi salah satu andalan yang dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan Pendapatan Asli Daerah, karena sektor pariwisata mempunyai sifat multi player effect terhadap sektor lain seperti industri, kerajinan, penyerapan tenaga kerja dan sektor-sektor lainnya.

Dalam menunjang keberadaan obyek wisata diperlukan fasilitas pendukung berupa sarana dan prasarana yang memadai, karena fasilitas-fasilitas tersebut akan meningkatkan pelayanan kepada wisatawan yang berkunjung. Lengkapnya fasilitas obyek wisata akan membuat wisatawan menjadi semakin nyaman dan lama tinggal di lokasi, sehingga para wisatawan diharapkan semakin banyak membelanjakan uangnya, yang pada akhirnya akan berdampak positif bagi PAD.

2.3.2.25 Industri Kinerja makro urusan Industri antara lain bisa dilihat dari beberapa

indikator yaitu kontribusi sektor Industri terhadap PDRB, kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor industri, pertumbuhan industri serta jumlah kelompok pengrajin. Selama lima tahun, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB menunjukkan kecenderungan yang fluktuatif yaitu dari sebesar 27,77% di tahun 2007 menjadi 27,87% di tahun 2008, kemudian meningkat menjadi 28,19% di tahun 2009 dan meningkat lagi menjadi 28,20% di tahun 2010 serta menurun menjadi 28% di tahun 2011. Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB selama lima tahun juga mengalami fluktuatif demikian juga pada pertumbuhan industri. Selama lima tahun, jumlah kelompok pengrajin menunjukkan angka yang masih fluktuatif yaitu dari 8.532 kelompok di

H a l a m a n | I I . 52 .

tahun 2007 menjadi 7.648 kelompok di tahun 2008, kemudian meningkat menjadi 7.842 kelompok di tahun 2009 serta kembali meningkat menjadi 8.395 kelompok di tahun 2010 serta menurun menjadi 8.050 kelompok di tahun 2011.

Tabel II.65. KINERJA MAKRO URUSAN INDUSTRI TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB (industri pengolahan)

27,77% 27,87% 28,19% 28,2% 28%

Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor Industri (jutaan rupiah)

3.006.627,54 3.151.073,65 3.284.573,46 3.498.977,05 3.006.627,55

Pertumbuhan Industri

5,42% 4,58% 4,06% 6,12% 5%

Jumlah kelompok pengrajin

8.532 7.648 7.842 8.395 8.050

Sumber: Disindag Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011 Sektor industri merupakan tiang penyangga utama daripada

perekonomian Kabupaten Jepara. Sektor ini dibedakan dalam kelompok industri besar, industri sedang dan industri kecil dan kerajinan rumahtangga. Menurut BPS, industri besar adalah perusahaan dengan karyawan/tenagakerja 100 orang ke atas. Industri sedang adalah perusahaan dengan tenagakerja antara 20 sampai 99 orang. Industri kecil adalah perusahaan dengan tenagakerja antara 5 sampai 19 orang dan industri rumah tangga punya tenaga kurang dari 5 orang. Data yang diperoleh dari Dinas Perindustriandan Perdagangan, tahun 2010 menyatakan ada 8.395 buah perusahaan industri/unit di Kabupaten Jepara. Angka tersebut mencakup seluruh perusahaan (unit usaha) industri kecil menengah (IKM). Bila dibandingkan tahun 2009, terjadi peningkatan jumlah unit usaha industri sebesar 7,05 persen Sedangkan dilihat dari nilai produksi, tahun 2010 sebesar Rp.1.675.889.906,- dibanding tahun sebelumnya terjadi peningkatan, sebesar Rp.39.242.952,- atau 2,40 persen.

Atas kepedulian Pemerintah Kabupaten terhadap kehidupan pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) berhasil mendapatkan penghargaan dari Menteri Perindustrian, tanggal 3 Nopember 2008, sebagai salah satu dari lima penerima UPAKARTI dalam kategori Jasa Kepedulian dilanjutkan dengan penilaian sebagai daerah paling Probisnis urutan pertama (76.77%) diikuti Tarakan (76,73), Lamongan (74,80) Jogja (74,20) dan Kebumen (72,61) oleh Majalah Swasembada dan Business Digest dan predikat sebagai Kabupaten Penggerak Koperasi dari Kementrian Koperasi dan UMKM RI pada tahun 2010.

H a l a m a n | I I . 53 .

2.3.2.7 Perdagangan Kinerja makro urusan Perdagangan antara lain bisa dilihat dari

indikator yaitu kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB dan ekspor bersih perdagangan. Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB pada tahun 2007 adalah sebesar 21,69% dan meningkat menjadi 22% pada tahun 2011. Ekspor bersih perdagangan selama lima tahun menunjukkan angka yang fluktuatif yaitu dari Rp 104.146.899.710 di tahun 2007 menjadi Rp 110.253.292.540 di tahun 2009, kemudian menurun menjadi Rp 101.038.792.160 di tahun 2009 dan meningkat menjadi Rp 131.389.679.770 di tahun 2010 serta meningkat kembali menjadi Rp 138.042.037.780 di tahun 2011.

Tabel II.66. KINERJA MAKRO URUSAN PERDAGANGAN TAHUN 2007-2011

Indikator Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB

21,69% 21,51% 21,65% 21,66% 22%

Ekspor Bersih Perdagangan

104.146.899,71

110.253.292,54

101.038.792,16

131.389.679,77

138.042.037,78

Sumber: Disindag Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

2.3.2.8 Ketransmigrasian Dalam bidang ketransmigrasian, berdasarkan Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 195 ayat (1) dinyatakan bahwa ”Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, daerah dapat mengadakan kerja sama dengan daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan”. Selama lima tahun, rata-rata telah dikirim transmigran sebanyak 10 s/d 15 KK ke berbagai daerah tujuan transmigrasi di Indonesia.

Tabel II.67. DATA TRANSMIGRASI KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011

Tahun Tujuan Lokasi Ket 2007 Kab. Blitung Timur Provinsi Bangka Belitung Selinsing 10 KK /36 jiwa 2008 Kab. Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan Ogan Ilir 10 KK /33 jiwa 2009 Kab. Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan Air Balui 15 KK /53 jiwa 2010 Kab. Kota waringin Provinsi Kalimantan Tengah Kumai

Sebrang 15 KK /54 jiwa

2011 Kab. Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah Ds bayat 10 kk/29 jiwa Kab. Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan Sungai

Rambutan 10 kk/31 jiwa

Sumber : Dinsosnakertrans Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

2.4 ASPEK DAYA SAING Daya saing merupakan kemampuan sebuah daerah untuk

menghasilkan barang dan jasa untuk mencapai peningkatan kualitas hidup masyarakat. Daya saing daerah dapat dilihat dari aspek kemampuan ekonomi daerah, potensi unggulan daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.

H a l a m a n | I I . 54 .

2.4.1 KEMAMPUAN EKONOMI DAERAH Kemampuan ekonomi juga dapat dilihat dari produktivitas pada

masing-masing sektor lapangan usaha PDRB. Tiang penyangga perekonomian Kabupaten Jepara tahun 2011 masih bertumpu pada sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta pertanian. Industri pengolahan dengan menyumbangkan nilai tambah sebesar 28,28%. Jenis industri utama di Kabupaten Jepara adalah mebel dan ukiran kayu. Sedangkan industri yang lain adalah tenun ikat, konveksi, makanan, rokok, genteng/batubata dan lain-lain. Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbangkan nilai tambah sebesar 21,46% dan sektor pertanian menyumbangkan nilai tambah sebesar 20,27%. Untuk lebih jelasnya, pada Tabel II. 67 terlihat produktivitas masing-masing lapangan usaha terhadap PDRB selama kurun waktu lima tahun (2007-2011) sebagai berikut.

Tabel II.68. PRODUKTIVITAS SEKTOR LAPANGAN USAHA TERHADAP

PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2007-2011 Sektor Tahun

2007 2008 2009 2010 2011* Pertanian 23,18 22,49 22,40 20,70 20,27 Pertambangan dan Penggalian 0,55 0,57 0,58 0,59 0,61 Industri Pengolahan 27,77 27,87 27,66 28,19 28,28 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,70 0,71 0,74 0,76 0,77 Bangunan 5,10 5,29 5,49 5,79 6,00 Perdagangan, Hotel dan Restaurant 21,69 21,51 21,36 21,65 21,46 Pengangkutan dan Komunikasi 5,45 5,46 5,50 5,62 5,60 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan

6,22

6,34

6,39

6,56

6,71

Jasa-jasa 9,34 9,75 9,88 10,13 10,30 JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

* Angka prediksi sampai dengan Desember 2011 Sumber : BPS Kabupaten Jepara, tahun 2007 – 2010

2.4.2 POTENSI UNGGULAN DAERAH Gambaran sepintas tentang potensi unggulan daerah akan

diuraikan terkait kontribusinya terhadap wilayah dan ciri-ciri ekonomi wilayah, berdasar basis ekonomi dan sektor-sektor unggulan. Komoditi yang termasuk dalam sektor industri yang ada di Kabupaten Jepara antara lain kerajinan mebel, tenun troso, monel, keramik/gerabah dan konveksi yang diantaranya telah dijadikan komoditi unggulan daerah.

Adapun 4 (empat) komoditi unggulan Kabupaten Jepara meliputi mebel ukir, karet, produk plastik, kayu olahan/aneka kerajinan, handikraft dan produk kayu. Namun demikian terdapat juga komoditi lainnya yang turut memberikan andil dalam perkembangan perekonomian di Kabupaten Jepara.

Tabel II.69. BANYAKNYA EKPORTIR, JENIS KOMODITI DAN NILAI EKSPOR

TAHUN 2007-2011 TAHUN 2007 MEBEL UKIR

Jumlah eksportir 214 Jumlah negara tujuan 99 Volume ( Kg) 37.894.523,92 Nilai ( US $ ) 94.604.782,15

KARET Jumlah eksportir 1

H a l a m a n | I I . 55 .

Jumlah negara tujuan 7 Volume ( Kg) 1.855.855,50 Nilai ( US $ ) 3.969.349,31

PRODUK PLASTIK Jumlah eksportir 2 Jumlah negara tujuan 10 Volume ( Kg) 1.385.624,00 Nilai ( US $ ) 2.159.067,03

KAYU OLAHAN Jumlah eksportir 5 Jumlah negara tujuan 8 Volume ( Kg) 508.265,76 Nilai ( US $ ) 1.027.883,79

TAHUN 2008 MEBEL UKIR

Jumlah eksportir 248 Jumlah negara tujuan 110 Volume ( Kg) 37.847.093,70 Nilai ( US $ ) 100.334.715,94

KARET Jumlah eksportir 1 Jumlah negara tujuan 8 Volume ( Kg) 1.401.539,00 Nilai ( US $ ) 4.030.911,07

PRODUK PLASTIK Jumlah eksportir 2 Jumlah negara tujuan 11 Volume ( Kg) 1.307.191,00 Nilai ( US $ ) 2.521.413,89

ANEKA KERAJINAN , HANDIKRAFT DAN PRODUK KAYU Jumlah eksportir 15 Jumlah negara tujuan 22 Volume ( Kg) 407.695,45 Nilai ( US $ ) 827.421,73

TAHUN 2009 FURNITURE

Jumlah eksportir 254 Jumlah negara tujuan 102 Volume ( Kg) 36.297.275,48 Nilai ( US $ ) 91.309.963,72

KARET Jumlah eksportir 1 Jumlah negara tujuan 12 Volume ( Kg) 1.987.557,00 Nilai ( US $ ) 3.321.415,43

PRODUK PLASTIK Jumlah eksportir 1 Jumlah negara tujuan 9 Volume ( Kg) 1.620.237,00 Nilai ( US $ ) 2.630.445,20

KERAJINAN KAYU DAN HANDIKRAFT Jumlah eksportir 21 Jumlah negara tujuan 22 Volume ( Kg) 514.428,17 Nilai ( US $ ) 1.261.840,77

TAHUN 2010 MEBEL UKIR

H a l a m a n | I I . 56 .

Jumlah eksportir 282 Jumlah negara tujuan 99 Volume ( Kg) 37.209.331,82 Nilai ( US $ ) 111.498.084,22

KARET Jumlah eksportir 1 Jumlah negara tujuan 6 Volume ( Kg) 3.227.515,00 Nilai ( US $ ) 10.149.083,48

PRODUK PLASTIK Jumlah eksportir 1 Jumlah negara tujuan 14 Volume ( Kg) 1.943.729,00 Nilai ( US $ ) 3.534.318,40

PRODUK ANYAMAN Jumlah eksportir 6 Jumlah negara tujuan 6 Volume ( Kg) 1.057.211,11 Nilai ( US $ ) 3.485.965,89

TAHUN 2011 MEBEL UKIR

Jumlah eksportir 268 Jumlah negara tujuan 101 Volume ( Kg) 34.303.691,61 Nilai ( US $ ) 112.947.991,05

BARANG /KEMASAN DARI PLASTIK Jumlah eksportir 1 Jumlah negara tujuan 2 Volume ( Kg) 2.067.574,00 Nilai ( US $ ) 4.439870,90

PRODUK ANYAMAN/ROTAN Jumlah eksportir 5 Jumlah negara tujuan 5 Volume ( Kg) 729.910,20 Nilai ( US $ ) 2.394.635,10

KERAJINAN KAYU DAN HANDICRAFT Jumlah eksportir 20 Jumlah negara tujuan 19 Volume ( Kg) 1.019.143,62 Nilai ( US $ ) 1.618.779,31

Sumber : Disindag 2007 – Desember 2011 Sedangkan jika dilihat dari jumlah eksportir dan jumlah negara tujuan menunjukkan adanya peningkatan selama lima tahun, yaitu pada tahun 2007 ada 252 eksportir dan meningkat menjadi 276 eksportir pada tahun 2011 serta jumlah negara tujuan sebanyak 101 negara pada tahun 2007 dan menjadi 105 negara pada tahun 2011. Untuk volume berbagai komoditi dan nilai berbagai komiditi (US $) mengalami jumlah yang fluktuatif selama lima tahun.

Tabel II.70. STATISTIK PERMINTAAN PASAR INTERNASIONAL

TERHADAP BERBAGAI JENIS KOMODITI TAHUN 2007-2011 Tahun Jumlah

Eksportir Jumlah

Negara Tujuan Volume (Kgs) Nilai ( US $)

2007 252 101 42.792.921,93 924.322.562,97 2008 259 111 42.444.091,96 1.006.871.778,52 2009 265 105 41.747.976.19 1.073.721.071,83

H a l a m a n | I I . 57 .

Tahun Jumlah Eksportir

Jumlah Negara Tujuan

Volume (Kgs) Nilai ( US $)

2010 290 105 45.252.363,46 131.389.679,77 2011 276 105 43.860.927,60 123.830.497,65

Sumber : Disindag 2007 – Desember 2011

2.4.3 FASILITASI WILAYAH/INFRASTRUKTUR Pembangunan infrastruktur akan meningkatkan mobilitas manusia

dan barang antar daerah dan antara Kabupaten/kota, yang meliputi fasilitas transportasi (jalan, jembatan, pelabuhan), fasilitas kelistrikan, fasilitas komunikasi, fasilitas pendidikan, dan fasilitas air bersih. Tersedianya infrastruktur yang memadai merupakan nilai tambah bagi perwujudan pembangunan suatu kota/kabupaten.

2.4.3.1 Aksesibilitas Daerah Dikaitkan dengan bentuk pulau Jawa, posisi wilayah Kabupaten

Jepara sebenarnya kurang menguntungkan. Berada di ujung Utara Pulau Jawa menjadikan Jepara tak terlewati jalur utama pantura. Namun demikian, kondisi tersebut harus diimbangi dengan penyediaan infrastruktur yang memadai dalam rangka mendukung aksesibilitas Kabupaten Jepara, antara lain dengan dimilikinya akses jalan baik berupa jalan provinsi maupun jalan Kabupaten, pelabuhan Jepara, Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI), kantor Syahbandar, terminal bus, dan lapangan terbang perintis di Kepulauan KarimunJawa.

2.4.3.2 Penataan Wilayah Penataan wilayah di Kabupaten Jepara bertujuan untuk

mewujudkan Rencana Tata Ruang yang baik dan terpadu serta mengadakan pengawasan pemanfaatan Ruang dan Penyusunan Rencana Tata Ruang Bangunan dan Lingkungan.

2.4.3.3 Ketersediaan Air Bersih Pengembangan infrastruktur air bersih dilakukan oleh PDAM

Kabupaten Jepara sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang selalu dituntut meningkatkan pelayanan untuk masyarakat. Kualitas air bersih yang digunakan oleh PDAM sebagai sumber air baku relatif aman atau memenuhi baku mutu standar kualitas air minum dari Departemen Kesehatan, khususnya Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/90.

Tabel II.71. BANYAKNYA PELANGGAN AIR BERSIH DAN JARINGAN PIPA

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011 Tahun Jumlah Pelanggan Jaringan pipa (Meter) 2007 19.476 316.127 2008 21.013 351.611 2009 22.647 403.213 2010 24.126 459.361 2011 26.288 2.079.041

Sumber: PDAM Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

2.4.3.4 Fasilitas Listrik Kemajuan pembangunan segala bidang di Kabupaten Jepara,

menuntut penyediaan kebutuhan listrik yang sangat besar. Lima tahun

H a l a m a n | I I . 58 .

terakhir menunjukkan kebutuhan jaringan listrik bagi masyarakat Kabupaten Jepara meningkat tajam dari tahun ke tahun. Hal ini menandakan adanya pertambahan pemasangan, baik bagi perumahan, perkantoran maupun industri. Sampai dengan tahun 2011 hampir seluruh Kecamatan di Kabupaten Jepara telah terjangkau pelayanan listrik kecuali Kecamatan KarimunJawa yang menggunakan PLTD. PLTS.

Tabel II.72. BANYAKNYA PELANGGAN LISTRIK, DAYA DAN KWH

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011 Tahun Jumlah

Pelanggan Daya Tersambung Kwh Terjual

2007 186.276 161.359.875 303.668.511 2008 194.116 165.989.770 311.130.528 2009 198.095 171.330.513 326.536.423 2010 105.462 176.897.242 334.399.222 2011 111.167 119.502.640 236.310.672

Sumber: PLN Ranting Jepara tahun 2007 – 2011

2.4.3.5 Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Selama tahun 2010 jumlah pasar yang ada di Kabupaten Jepara tidak mengalami perubahan yaitu sebanyak 31 unit. Yang terdiri dari 21 pasar umum, 3 pasar hewan, 2 pusat perbelanjaan, 2 pasar swalayan, 2 pasar buah, dan 1 pasar sepeda sementara Departemen Store/Mall belum ada di Kabupaten Jepara.

2.4.4 FASILITAS IKLIM BERINVESTASI Beberapa faktor yang mendorong iklim berinvestasi di suatu

daerah meliputi faktor keamanan dan ketertiban, kemudahan perijinan dan pengenaan pajak daerah.

2.4.4.1 Keamanan dan Ketertiban Bahwa salah satu syarat bagi terlaksananya penyelenggaraan

pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna adalah adanya iklim dan situasi wilayah yang aman dan kondusif. Untuk menindaklanjuti hal ini, Kepala Daerah, dalam hal ini Bupati senantiasa membangun hubungan komunikasi dan koordinasi yang baik dengan pihak Polres, Dandim, Kejari, PN serta Pimpinan DPRD dalam melaksanakan program pemantauan situasi keamanan serta penegakan kebijakan-kebijakan nasional, baik melalui pertemuan-pertemuan berkala (rapat koordinasi) maupun yang bersifat insidentil. Hubungan tersebut diwadahkan dalam bentuk Rapat Koordinasi Muspida sebagai wadah perumusan kebijakan bersama dalam menyikapi berbagai dimensi permasalahan penyelenggaraan pemerintahan/kemasyarakatan serta isu-isu strategis di Kabupaten Jepara.

Pemerintah Daerah senantiasa berupaya agar peraturan daerah, peraturan kepala daerah dan peraturan yang lebih tinggi yang bersifat mengikat yang menimbulkan hak dan kewajiban di masyarakat dapat terus ditegakkan dan tersosialisasikan. Hal tersebut dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi Satpol PP untuk meningkatkan kesadaran

H a l a m a n | I I . 59 .

masyarakat terhadap norma serta peraturan yang berlaku sebagai mana tugas dari Satpol PP adalah sebagai unsur pendukung dalam penegakan Peraturan Daerah, ketertiban umum, ketentraman masyarakat serta perlindungan masyarakat.

Sampai dengan tahun 2011 jumlah personil Satpol PP sejumlah 126 personil dengan perincian 76 personil Satpol PP di tingkat Kecamatan dan 50 personil di tingkat Kabupaten, kegiatan penertiban yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Tabel II.73. KEGIATAN OPERASI /PENERTIBAN PER KASUS

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011 Tahun Jumlah operasi Penertiban per kasus 2007 290 15.112 2008 346 6.878 2009 272 4.098 2010 330 2.091 2011 351 2.719

Sumber: Satpol PP Kabupaten Jepara tahun 2007 – 2011

2.4.4.2 Kemudahan Perijinan Salah satu tugas dan fungsi Pemerintah Daerah adalah melakukan

pelayanan Kepada masyarakat, diantaranya adalah pelayanan perizinan meliputi: a. Izin Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing; b. Izin Mendirikan Bangunan (IMB); c. Izin Penggunaan Bangunan (IPB); d. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK); e. Izin Lokasi; f. Izin Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian; g. Izin Pemanfaatan Kekayaan daerah; h. Izin Usaha Bidang Kesehatan; i. Izin Tempat Penampungan Tenaga Kerja; j. Izin gangguan; k. Izin Usaha Industri (IUI); l. Izin Usaha Perdagangan (SIUP); m. Tanda Daftar Perusahaan (TDP); n. Izin Pemasangan Reklame; o. Usaha Pariwisata; p. Izin Usaha Penggilingan Padi, huller dan penyosohan beras(mesin); q. Izin Usaha Perikanan; r. Izin Usaha Pemotongan ternak; s. Izin Usaha pemotongan Unggas; t. Izin Usaha Toko Obat Hewan; u. Izin Usaha Peternakan Rakyat; v. Izin Usaha Angkutan dan Trayek; w. Izin Penyelenggaraan Pertambangan; x. Izin Usaha Industri Primer hasil Hutan kayu (IUIPHHK); y. Izin Pengelolaan air tanah; z. Izin Pemanfaatan air Permukaan.

Dari 26 jenis perizinan tersebut 8 diantaranya telah mendapatkan pengakuan ISO 9001:2000 sejak tahun 2008, meliputi:

H a l a m a n | I I . 60 .

1. Izin Gangguan; 2. Izin Lokasi; 3. Izin Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian; 4. SIUP; 5. TDP; 6. IUI; 7. Izin Pemasangan Reklame; 8. Izin Usaha Pariwisata.

Pemerintah daerah menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan yang bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi Kecamatan dan Kelurahan sebagai salah satu organisasi perangkat daerah yang menyelenggarakan tugas-tugas pelayanan masyarakat dan kewenangan Kepala Daerah di Kecamatan dan Kelurahan yang bersifat kewilayahan yang merupakan penjabaran dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan

Seiring dengan momentum “Tahun Peningkatan Kualitas Pelayanan 2011”. Pemerintah Daerah menyerahkan beberapa kewenangan dan perijinan di Kecamatan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat diikuti dengan penataan pelimpahan sebagian kewenangan Bupati kepada Camat (Paten).

Penyelenggaraan Paten ini selain mempermudah warga masyarakat dalam memperoleh pelayanan juga memperbaiki citra dan legitimasi pemerintah daerah yang selama ini sering dinilai/dikeluhkan warga mengenai lambannya pelayanan, ketidakjelasan prosedur dan rendahnya moral petugas yang ditandai dengan adanya pungutan yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adanya istilah ”Kalau bisa dipersulit mengapa harus dipermudah” diubah menjadi ”Kalau bisa dipermudah kenapa harus dipersulit”.

Selain dari itu diharapkan adanya pergeseran pola penyelenggaraan pelayanan dari yang semula berorientasi ”pemerintah sebagai penyedia” menjadi pelayanan yang berorientasi pada ”kebutuhan masyarakat sebagai pengguna”.

Adapun kewenangan pemerintahan daerah yang dilimpahkan oleh Bupati kepada camat untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah meliputi: a. Perizinan, terdiri dari:

1. IMB untuk luas tanah terbangun sampai dengan 100 m2 2. Izin gangguan untuk usaha dengan Indeks Gangguan kecil

dan sedang menurut peraturan perundangan yang berlaku kecuali tower, pasar modern, rice mill dan laboratorium.

3. Izin usaha salon kecantikan 4. Izin usaha Rumah makan 5. Izin reklame dengan kriteria :

a) Bilboard/papan dengan pemasangan diatas toko/warung atau halaman /pekarangan tempat usaha

b) Spanduk/layar/umbul-umbul dengan lokasi pemasangan dalam satu wilayah Kecamatan

c) Poster/stiker/selebaran pemasangan dalam satu wilayah Kecamatan

H a l a m a n | I I . 61 .

6. Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dengan klasifikasi Usaha Mikro dan kecil menurut peraturan perundangan yang berlaku kecuali Tower, Pasar modern, rice mill dan laboratorium.

b. Rekomendasi/Surat Keterangan, terdiri dari: 1. Surat keterangan pindah penduduk di dalam wilayah

Kecamatan 2. Pengantar Surat keterangan Pendaftaran Penduduk

Sementara 3. Melegalisasi proposal yang diajukan masyarakat 4. Surat Keterangan miskin 5. Pengantar Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) 6. Pengantar Rekomendasi Survey penelitian 7. Pengantar izin keramaian 8. Pengantar pindah kawin 9. Pengantar reklame 10. Melegalisasi pengantar pendirian kelompok usaha, koperasi

dan badan hukum lainnya 11. Surat keterangan waris 12. Surat keterangan boro kerjo 13. Surat keterangan pemanfaatan pemakaian kekayaan daerah

berupa penggunaan badan jalan 14. Pengantar izin galian C 15. Pengantar angkut kayu/pas 16. Pengantar Akte catatan sipil ( kelahiran, kematian ,kawin) 17. Dispensasi nikah (waktu pengurusan administrasi kurang dari

15 hari dari hari pernikahan) 18. Pengantar register kredit bank 19. Rekomendasi pendirian kelompok kesenian, sanggar seni 20. Surat Keterangan dan rekomendasi lainnya yang dibutuhkan

oleh masyarakat. c. Penyelenggaraan, meliputi: Penerbitan KTP dan KK.

Guna mendukung sekaligus memberi payung hukum pelaksanakan Pelayanan administrasi terpadu Kecamatan (Paten) di Kabupaten Jepara adalah diterbitkan peraturan Bupati dan Keputusan Bupati Jepara sebagai berikut: 1. Peraturan Bupati Jepara Nomor 30 Tahun 2010 Tentang

Pelimpahan Sebagian Urusan Yang Menjadi Kewenangan Bupati Kepada Camat di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Jepara yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Bupati Nomor 17 Tahun 2011.

2. Peraturan Bupati Jepara Nomor 31 Tahun 2010 tentang Pola Pelayanan Perizinan Dan Non Perizinan Pada Kecamatan Di Lingkungan Kabupaten Jepara yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Bupati Nomor 21 Tahun 2011.

3. Peraturan Bupati Jepara Nomor 65 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan

4. Peraturan Bupati Jepara nomor 25 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jepara

H a l a m a n | I I . 62 .

5. Keputusan Bupati Jepara Nomor 261 Tahun 2010 tentang Penetapan Kecamatan Sebagai Penyelenggara Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (Paten).

2.4.4.3 Pengenaan Pajak Daerah Realisasi penerimaan Pemerintah Kabupaten Jepara tahun 2010

tercatat sebesar 902.872,34 juta rupiah, yang terdiri dari komponen Penerimaan Asli Daerah dan Dana Perimbangan serta lain-lain penerimaan yang sah. Dari jumlah tersebut, sebesar 74,24% diantaranya berasal dari Dana Perimbangan, yaitu sebesar 670.274,79 juta rupiah. Sumber DAU masih mendominasi pos pembangunan rutin, sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) menyumbang sebesar 9,38%, atau sebesar 84.734,94 juta rupiah. Penerimaan lain yang sah sebesar 147.862,62 juta rupiah atau sebesar 16,38%.

Penerimaan tersebut digunakan untuk belanja daerah yang meliputi Belanja Pegawai, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, atau sebesar 59,05% digunakan untuk modal kerja. Selain itu, digunakan juga untuk konsumsi sebesar 588.650 juta rupiah, atau sebesar 33,32%, sisanya untuk inventasi sebesar 134.760 juta rupiah (7,63%).

Penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) salah satunya berasal dari Pos Pajak Daerah yang pelaksanaannya mendasarkan pada Peraturan perundang-udangan yang berlaku. Pajak daerah di Kabupaten Jepara terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak sarang burung, dan pajak parkir. Selama tahun 2010, dari target penerimaan pajak daerah sebesar Rp.16.344.983.000 berhasil tercapai realisasi sebesar Rp.18.702.755.639 atau 114,42%. Secara keseluruhan untuk Pendapatan Asli Daerah tahun 2010, dari target sebesar Rp.76.832.316.000 berhasil tercapai realisasi sebesar Rp.84.734.935.696 atau 110,28%.

2.4.5 SUMBER DAYA MANUSIA Jumlah penduduk suatu daerah bisa jadi merupakan asset

manakala kualitas tenaga kerja yang tersedia sama dengan lapangan kerja yang tersedia. Struktur dan komposisi penduduk berdasarkan rasio ketergantungan penduduk. Penduduk muda berusia di bawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu penduduk berusia di atas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja.

Tabel II.74. RASIO KETERGANTUNGAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011

Uraian TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011

RK total 51,27 51,27 51,27 49,65 42,88 RK muda 44,16 44,16 44,16 40,95 35.16 RK tua 7,11 7,11 7,11 8,70 7.72 Sumber: BPS Kabupaten Jepara 2010.

H a l a m a n | I I . 63 .

Rasio ketergantungan dapat memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. Semakin tinggi persentase rasio ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif dan sebaliknya.

Rasio ketergantungan total pada tahun 2011 adalah sebesar 42,88% artinya setiap 100 orang yang berusia kerja mempunyai tanggungan sebanyak 42 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio sebesar 42,88% ini disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk muda sebesar 35,16% dan rasio ketergantungan penduduk tua sebesar 7,72%. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2007-2011 usia kerja di Kabupaten Jepara masih dibebani tanggung Jawab akan penduduk muda yang proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggungjawab terhadap penduduk tua.

H a l a m a n | I I I . 1 .

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN

KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Bab ini menyajikan gambaran hasil pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah sebagaimana telah dilakukan pada tahap perumusan ke dalam sub-bab, sebagai berikut:

3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU Pada bagian ini akan disajikan perkembangan kinerja capaian

pendapatan dan belanja pada APBD Kabupaten Jepara dari tahun 2007-2011.

3.1.1. KINERJA PELAKSANAAN APBD Pada bagian ini disajikan besarnya perkembangan realisasi capaian

APBD Kabupaten Jepara pada tahun 2007-2011 yang mencakup uraian perkembangan pendapatan dan belanja tidak langsung, proporsi sumber pendapatan, pencapaian kinerja pendapatan, dan gambaran realisasi belanja daerah.

3.1.1.1. Kinerja Pendapatan Kinerja pelaksanaan APBD merupakan gambaran tentang capaian

pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten. Capaian anggaran menunjukkan prestasi yang berhasil diraih oleh Pemerintah Daerah, yang digambarkan oleh besanya perkembangan realisasi anggaran pendapatan. Capaian perkembangan realisasi pendapatan dan proporsi % (persentase) rata-rata dapat menunjukkan pos pendapatan manakah yang memiliki laju perkembangan tercepat. Pos pendapatan itulah yang kiranya dapat diandalkan sebagai potensi sumber pendapatan di masa datang.

Gambaran kinerja capaian realisasi dan trend perkembangan realisasi anggaran pendapatan dalam APBD Kabupaten Jepara untuk periode 2007-2011 disajikan pada Tabel III.1. berikut ini:

H a l a m a n | I I I . 2 .

Tabel III.1. RATA-RATA PERTUMBUHAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011

No. Uraian Pendapatan Realisasi (Rp) Rata-rata

Pertumbuhan (%) 2007 2008 2009 2010 2011

1 PENDAPATAN 689.656.990.657 750.047.469.500 798.597.312.970 902.872.340.359 1.170.172.671.250 14,47 1.1. Pendapatan Asli Daerah 64.342.554.250 67.984.834.230 71.919.859.343 84.734.935.696 103.642.014.200 12,90

1.1.1. Pajak daerah 13.084.436.301 13.941.162.661 16.024.843.459 18.702.755.639 25.022.287.383 18,00 1.1.2. Retribusi daerah 37.388.298.079 41.364.837.656 9.296.167.548 10.572.452.805 13.778.850.812 -5,71 1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan daerah

yang dipisahkan 1.958.333.660 2.331.858.990 2.525.771.485 3.128.400.612 3.691.450.833 17,31

1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 11.911.486.210 10.346.975.014 44.073.076.851 52.331.326.640 61.149.425.172 87,10 1.2. Dana Perimbangan 550.746.666.539 615.704.970.161 649.650.620.070 670.274.785.673 727.835.169.770 7,27

1.2.1. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak

41.110.691.539 48.791.475.161 51.485.473.070 76.239.512.673 64.979.242.770 14,38

1.2.2. Dana alokasi umum 461.230.000.000 505.641.495.000 522.061.147.000 529.580.873.000 592.164.327.000 6,53 1.2.3. Dana alokasi khusus 48.405.975.000 61.272.000.000 76.104.000.000 64.454.400.000 70.691.600.000 11,29 1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang

Sah 74.567.769.868 66.357.665.109 77.026.833.557 147.862.618.990 338.695.487.280 56,52

1.3.1. Hibah - - - 902.728.320 930.466.763 3,07 1.3.2. Dana darurat - - - - - - 1.3.3. Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan

Pemerintah Daerah lainnya ***) 31.412.201.240 35.788.838.446 38.019.083.557 35.732.954.270 52.417.986.277 15,21

1.3.4. Dana penyesuaian dan otonomi khusus****)

25.000.000.000 11.119.485.413 15.670.200.000 47.252.742.400 147.446.324.240 99,75

1.3.5. Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya

18.155.568.628 19.449.341.250 23.337.550.000 63.974.194.000 137.900.710.000 79,20

Sumber: DPPKAD Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011.

H a l a m a n | I I I . 3 .

Data yang disajikan dalam Tabel III.1. di atas menunjukkan bahwa realisasi pendapatan total APBD Kabupaten Jepara sejak tahun 2007-2011 mengalami perkembangan positif (meningkat terus menerus). Pada tahun 2007 jumlah realisasi total pendapatan adalah sebesar Rp.689.656.990.657,- dan terakhir pada tahun 2011 jumlah realisasi total pendapatan mencapai Rp.1.170.172.671.250,- berdasarkan angka capaian itu maka besarnya tingkat perkembangannya rata-rata realisasi pendapatan Kabupaten Jepara adalah sebesar 14,47% per tahun.

Pendukung peningkatan realisasi pendapatan berturut-turut dari yang laju perkembangannya besar ke yang terendah adalah: 1) Kelompok sumber pendapatan yang laju perkembangannya besar adalah Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 56,52%, yang didukung oleh perkembangan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dengan laju perkembangan 99,75%, Lain-lain PAD yang Sah sebesar 87,10%, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya sebesar 79,20%; 2) Kelompok sumber pendapatan dengan laju perkembangan medium berada pada kelompok PAD dan Dana Perimbangan, pos anggaran pendukungnya adalah Pajak Daerah 18,00%, Hasil Pengelolaan Keuangan Daerah yang Dipisahkan 17,31%, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya sebesar 15,21%, dan Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak sebesar 14,38%; 3) Kelompok lainnya termasuk dalam laju perkembangan rata-rata sebesar 10%.

Potensi ke depan yang dimiliki Kabupaten Jepara dari sisi pendapatan daerah adalah: 1) Dilihat dari proporsi perkembangan sebesar 14,47%, maka PAD merupakan potensi yang dapat digali untuk dikembangkan menjadi sumber pendapatan daerah; 2) Dana Perimbangan perkembangannya relatif rendah 7,27% namun karena nilainya besar maka posisinya masih dominan; dan 3) Dana Perimbangan sekalipun perkembangannya pesat namun tidak dapat dipastikan alokasinya.

Pada sisi lain, tantangan ke depan yang dihadapi dengan kondisi tersebut adalah: 1) Bagaimana mengupayakan optimalisasi PAD melalui minimalisasi kebocoran terutama dari sektor retribusi. Perlu difikirkan upaya-upaya optimalisasi peningkatan PAD tanpa membebani masyarakat, fokus ini perlu ditindak lanjuti karena pajak daerah meningkat 12,90% dan retribusi daerah meningkat 18%; dan 2) Meningkatkan investasi atau belanja modal agar dapat diperoleh PAD melalui tumbuh dan berkembangnya sektor industri dan juga NJOP yang dapat berakibat kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan.

3.1.1.2. Belanja Langsung dan Tidak Langsung Perkembangan proporsi realisasi Belanja terhadap Anggaran

menunjukkan perkembangan kinerja yang dicapai dalam pengelolaan belanja. Makin kecil proporsi realisasi anggaran dibanding dengan belanja anggaran (penetapan), maka makin baik atau makin efisien pengelolaan anggaran belanja APBD Kabupaten Jepara. Tabel III.2.

H a l a m a n | I I I . 4 .

berikut menunjukkan kinerja realisasi anggaraan belanja APBD Kabupaten Jepara 2007-2011.

Tabel III.2.

PROPORSI REALISASI BELANJA TERHADAP TOTAL ANGGARAN BELANJA KABUPATEN JEPARA TAHUN 2009-2011

No. Uraian Belanja Proporsi Realisasi

(Persentase) Trend Estimasi 2009 2010 2011

A. Belanja Tidak Langsung

67,12 65,34 58,30 68,00

1. Belanja Pegawai 50,88 54,98 47,7 52,78 2. Belanja Bunga 0,00 0,00 0,00 0,00 3. Belanja Subsidi 0,25 0,55 0,27 0,35 4. Belanja Hibah 6,93 1,52 2,69 5,83 5. Belanja Bantuan Sosial 5,3 4,66 4,53 5,22 6. Belanja Bagi Hasil 1,01 1,02 0,81 1,05 7. Belanja Bantuan

Keuangan 2,75 2,62 2,24 2,79

8. Belanja Tidak Terduga 0,00 0,00 0,05 -0,01 B. Belanja Langsung 32,88 34,66 41,70 32,00

1. Belanja Pegawai 5,16 3,29 3,65 4,79 2. Belanja Barang dan

Jasa 16,20 17,83 19,21 16,24

3. Belanja Modal 11,52 13,54 18,84 10,97 Sumber: DPPKAD Kabupaten Jepara tahun 2009 - 2011

Perkembangan capaian pengelolaan Belanja APBD Kabupaten Jepara menunjukkan keadaan yang makin membaik. Belanja tidak langsung 67,12% pada tahun 2009 menjadi hanya 58,30% pada tahun 2011. Pendukung capaian penurunan atau penghematan belanja tidak langsung adalah Belanja Pegawai yang berhasil diturunkan dari 54,98% pada tahun 2010 menjadi hanya 47,70% pada tahun 2011. Selain Belanja Pegawai, Pemerintah Kabupaten Jepara juga menekan Belanja Hibah dari 6,93% pada tahun 2009 menjadi hanya sebesar 2,69% pada tahun 2011.

Perkembangan capaian tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: adanya penurunan Belanja Tidak Langsung dapat memberikan ruang untuk meningkatkan Belanja Langsung dan Belanja Modal. Belanja Langsung adalah Belanja untuk Pengadaan Barang dan Jasa Proyek, sementara Belanja Modal biasanya dipergunakan untuk membiayai pengadaan barang-barang infrastruktur sosial. Belanja Langsung untuk Pegawai relatif tetap berada pada kisaran 3,00% sementara untuk Belanja Barang dan Jasa meningkat 16,20% menjadi 19,21%; Belanja Modal meningkat dari 11,52% tahun 2009 menjadi 18,83% pada tahun 2011. Peningkatan Belanja Langsung dan Modal diharapkan mampu memberikan dorongan peningkatan perekonomian wilayah karena Belanja Langsung dan Modal biasanya dimaksudkan untuk membiayai tujuan yang cepat menghasilkan dan langsung dapat diidentifikasi hasilnya.

Potensi ke depan dari kondisi ini ternyata masih sulit untuk diprediksikan karena bukti pendukung terciptanya kondisi untuk memperbesar kemajuan daerah melalui pembelanjaan langsung belum dapat diidentifikasi. Hal itu disebabkan meskipun belanja langsung

H a l a m a n | I I I . 5 .

dapat ditingkatkan menjadi 41,70% pada tahun 2010, tetapi menurun lagi pada tahun 2011 menjadi 32,00%.

Peluang dan tantangan ke depan yang akan dihadapi oleh Kabupaten Jepara terkait dengan kondisi Belanja Daerah adalah sebagai berikut: peluang yang dapat diupayakan ke depan adalah efisiensi Belanja Pegawai Pegawai. Hal ini sekaligus merupakan tantangan bagaimana mengupayakan beban tetap yaitu Belanja Pegawai dapat ditekan serendah mungkin laju perkembangannya.

3.1.1.3. Proporsi Pendapatan Proporsi pendapatan menunjukkan sumbangan masing-masing

sumber pendapatan terhadap pendapatan total. Dengan melihat besar kecilnya proporsi dapat diketahui sumber utama pendapatan Pemerintah Kabupaten Jepara. Berikut ini disajikan Tabel III.3. yang memuat proporsi berbagai pendapatan dalam APBD Kabupaten Jepara 2007-2011 adalah sebagai berikut:

Tabel III.3. PROPORSI POS-POS PENDAPATAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011 No. Sumber Pendapatan Daerah Proporsi Realisasi (Persentase) Rata-

rata 2007 2008 2009 2010 2011 1 PENDAPATAN 100,0

0 100,0

0 100,0

0 100,0

0 100,0

0 100,0

0 1.1. Pendapatan Asli Daerah 9,33 9,06 9,01 9,39 8,86 9,13 1.1.1

. Pajak daerah 1,90 1,86 2,01 2,07 2,14 1,99

1.1.2.

Retribusi daerah 5,42 5,51 1,16 1,17 1,18 2,89

1.1.3.

Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan

0,28 0,31 0,32 0,35 0,32 0,31

1.1.4.

Lain-lain PAD yang sah 1,73 1,38 5,52 5,80 5,23 3,93

1.2. Dana Perimbangan 79,86 82,09 81,35 74,24 62,20 75,95 1.2.1

. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak

5,96 6,51 6,45 8,44 5,55 6,58

1.2.2.

Dana alokasi umum 66,88 67,41 65,37 58,66 50,60 61,79

1.2.3.

Dana alokasi khusus 7,02 8,17 9,53 7,14 6,04 7,58

1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

10,81 8,85 9,65 16,38 28,94 14,93

1.3.1.

Hibah 0,00 0,00 0,00 0,10 0,08 0,04

1.3.2.

Dana darurat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

1.3.3.

Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya ***)

4,55 4,77 4,76 3,96 4,48 4,50

1.3.4.

Dana penyesuaian dan otonomi khusus ****)

3,62 1,48 1,96 5,23 11,78 4,82

1.3.5.

Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya

2,63 2,59 2,92 7,09 11,78 5,40

Sumber: DPPKAD Kabupaten Jepara tahun 2007 - 2011 Tabel di atas menunjukkan bahwa proporsi terbesar sumber

pandapatan daerah Kabupaten Jepara secara rata-rata selama lima tahun yaitu dari 2007-2011 berasal dari Dana Perimbangan sebesar 75,95%, Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah proporsinya 14,93%, dan PAD sebesar 9,13%. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan Pemerintah Kabupaten Jepara pada Pemerintah Pusat dan Provinsi masih sangat tinggi.

H a l a m a n | I I I . 6 .

Penyebab terjadinya perkembangan kondisi tersebut dapat dijelaskan bahwa perkembangan PAD yang cukup signifikan 9,13% per tahun karena faktor Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Sementara itu penurunan Dana Perimbangan dari 79,86% pada tahun 2007 dan 82,09% pada tahun 2008 menurun menjadi hanya 62,20% pada tahun 2011 karena didukung oleh adanya penurunan pos DAU yang besarnya 66,88% pada tahun 2007 dan sebesar 67,41% pada tahun 2008, selanjutnya pada tahun 2011 turun kembali menjadi hanya sebesar 50,60%.

Analisis dari sisi potensi, dapat dijelaskan apabila ditinjau dari besaran nilai, maka potensi DAU dan DAK merupakan pendukung utama Pendapatan Daerah. Namun apabila dilihat proporsinya yang menurun dan juga karena faktor kemandirian, maka ketergantungan pada kedua sumber tersebut harus dikurangi.

Dilihat dari sisi peluang dan tantangan ke depan, dapat digarisbawahi beberapa hal :

1) Potensi yang saat ini masih kecil (9,13%) namun perlu dikembangkan sejalan dengan efektif diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Bedasarkan itu perlu difikirkan potensi sistem pemetaan atau alokasi dan pemungutan yang melibatkan Kecamatan dan Desa/Kelurahan agar dapat lebih ditingkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan 2) Dilihat kedudukan Dana Perimbangan yang nilainya besar (75,95%) maka kinerja penggunaan anggaran harus terus ditingkatkan didukung dengan kualitas baik dalam manajemen penyusunan dokumen laporan dan perencanaan perlu terus dijaga dan ditingkatkan agar DAU dan DAK tidak berkurang nilainya.

3.1.1.4. Pencapaian Kinerja Pendapatan Pencapaian kinerja anggaran pendapatan ditunjukkan seberapa

besar (dalam %) pelampauan realisasi pendapatan di atas target anggaran yang ditetapkan. Dibawah ini disajikan pelampuan realisasi di atas target anggaran, yang tampak dalam Tabel III.4. berikut ini:

Tabel III.4. TABEL REALISASI CAPAIAN PENDAPATAN DAERAH

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011 No Sumber Pendapatan Realisasi Capaian (Persentase) Trend

Perkembangan 2007 2008 2009 2010 2011

1 PENDAPATAN 101,13 102,60 103,52 101,89 102,55 101,91 1.1. Pendapatan Asli Daerah 111,69 109,65 105,61 110,29 105,71 110,85

1.1.1. Pajak daerah 107,24 105,50 114,12 114,43 108,66 107,64 1.1.2. Retribusi daerah 110,76 111,36 96,07 106,27 98,58 110,50 1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan

daerah yang dipisahkan 103,47 102,17 92,46 108,81 112,45 98,95

1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 122,05 110,51 105,82 109,79 105,88 117,42 1.2. Dana Perimbangan 101,27 100,77 100,70 101,37 101,10 100,99

1.2.1. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak

120,20 110,62 109,69 113,53 113,88 115,53

1.2.2. Dana alokasi umum 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 1.2.3. Dana alokasi khusus 99,99 100,00 100,00 100,00 99,98 100,00 1.3. Lain-Lain Pendapatan

Daerah yang Sah 92,63 114,37 132,33 99,86 104,81 106,83

1.3.1. Hibah 0,00 0,00 0,00 99,40 193,37 146,39 1.3.2. Dana darurat 0,00 100,00 200,00 300,00 400,00 0,00 1.3.3. Dana bagi hasil pajak dari

provinsi dan Pemerintah 94,06 120,01 109,03 103,24 140,45 98,16

H a l a m a n | I I I . 7 .

Daerah lainnya ***) 1.3.4. Dana penyesuaian dan otonomi

khusus ****) 100,00 127,52 0,00 97,36 100,00 91,01

1.3.5. Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya

106,13 99,84 100,00 99,94 806,07 -37,61

Sumber: DPPKAD Kabupaten tahun 2007 - 2011 Data dalam Tabel III.4. di atas dapat diketahui bahwa kinerja yang

paling tinggi adalah PAD, dimana capaian PAD secara rata-rata sebesar 110,86%. Kinerja kedua adalah pada Lain-lain Pendapatan yang Sah yang meningkat sebesar 6,83%, sementara itu Dana Perimbangan hanya mencapai 100,99%. Hal ini berarti bahwa PAD dapat dipacu peningkatannya untuk meningkatkan kemandirian anggaran, namun karena proporsinya masih mecil penimgkatannya tentu harus dilaksanakan dalam jangka panjang.

Penyebab perkembangan kondisi di atas yaitu adanya perkembangan PAD dilihat dari kinerjanya adalah karena capaian kinerja Pajak Daerah sebesar 110,85% dan Retribusi Daerah mencapai 107,64%. Tingkat capaian Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah yang besarnya 106,83%, adalah karena dukungan pendapatan Hibah yang mencapai 146,39%, sementara lainnya menurun atau capaiannya berada di bawah 100,00%.

Potensi ke depan yang dimiliki dilihat dari tingkat capaian (realisasi) yang berhasil dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Jepara, maka PAD sebesar 110,85% merupakan potensi terbesar yang didukung oleh Pajak Daerah angka capaiannya 107,64%, dan Retribusi Daerah sebesar 110,50%. Lain-lain Pendapatan yang Sah tidak dapat dijadikan potensi karena faktor pendukungnya adalah Hibah yang tidak dapat diprediksi tingkat kepastiannya.

kemudian, apabila dilihat dari peluang dan tantangan ke depan, peluang yang nampak dalam Tabel III.4. konsisten dengan penjelasan pada tabel-tabel terdahulu yaitu meningkatkan PAD dengan meningkatkan proporsi pajak daerah dan retribusi daerah. Sementara itu tantangan yang akan dihadapi adalah bagaimana menjaga DAU dan DAK agar tetap pada posisi 100% atau bahkan dapat ditingkatkan mengingat DAU dan DAK merupakan penyumbang terbesar, namun tingkat capaiannya hanya 100,99%.

3.1.1.5. Realisasi Belanja Daerah Realisasi Belanja menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan dana

dari Pendapatan yang diperoleh. Semakin kecil realisasi Belanja menunjukkan kinerja yang baik karena terbuka peluang diperolehnya surplus anggaran. Selain dari proporsinya Belanja juga perlu dilihat dari jenisnya. Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang relatif bersifat tetap karena dipergunakan untuk mendanai keperluan Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai. Sedangkan Belanja Langsung diarahkan untuk kebutuhan investasi. Berikut ini disajikan proporsi realisasi Belanja terhadap anggaran Belanja, sebagaimana tampak pada Tabel III.5 berikut ini:

H a l a m a n | I I I . 8 .

Tabel III.5. PROPORSI REALISASI BELANJA TERHADAP ANGGARAN BELANJA

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2009-2011

No. Uraian Proporsi Realisasi

(Persentase) 2009 2010 2011

A. Belanja Tidak Langsung 67,12 65,34 58,30

1. Belanja Pegawai 50,88 54,98 47,70 2. Belanja Bunga 0,00 0,00 0,00 3. Belanja Subsidi 0,25 0,55 0,27 4. Belanja Hibah 6,93 1,52 2,69 5. Belanja Bantuan Sosial 5,30 4,66 4,53 6. Belanja Bagi Hasil 1,01 1,02 0,81

7. Belanja Bantuan Keuangan 2,75 2,62 2,24

8. Belanja Tidak Terduga 0,00 0,00 0,05 B. Belanja Langsung 32,88 34,66 41,70

1. Belanja Pegawai 5,16 3,29 3,65

2. Belanja Barang dan Jasa 16,20 17,83 19,21

3. Belanja Modal 11,52 13,54 18,84 Sumber: DPPKAD Kabupaen Jepara tahun 2009 – 2011

Data yang disajikan menunjukkan bahwa belanja terbesar adalah pada belanja tidak langsung khususnya pada belanja pegawai. Belanja pegawai pada tahun 2010 meningkat dari 50,88% menjadi 54,98%, dan pada tahun 2011 dapat ditekan proporsinya menjadi 47,70%. Kondisi ini menunjukkan bahwa efisiensi pegawai makin meningkat sebesar 7,48%. Sementara itu belanja langsung yang secara umum berupa meningkat dari tahun 2009 sebesaer 32,00%, menjadi sebesar 34,66% dan pada tahun 2011 menjadi 41,70%. Tahun 2011 meningkat sebesar 7,04% dari tahun 2010 yang nilainya kurang lebih seimbang dengan penurunan belanja tidak langsung. Rata-rata peningkatan belanja langsung adalah sebesar 3,2% per tahun.

Penyebab tingginya Belanja Tak Langsung. Penyumbang utama tingginya belanja tak langsung yang mencapai rata-rata 63,58% adalah belanja pegawai yang mencapai rata-rata kurang lebih 50%, yang kedua adalah belanja bantuan sosial yang rata-rata 4,70%. Penyumbang utama peningkatan belanja langsung yang meningkat sebesar 8,82% selama tahun 2009-2011, adalah peningkatan belanja barang dan jasa yang meningkat 3,01% selama kurun waktu 2009-2011. Selain itu juga peningkatan belanja modal meningkat sebesar 7,32% selama kurun waktu 2009-2011.

Potensi ke dapan yang bisa dilakukan untuk mencapai penghematan adalah mempertahankan atau bahkan kalau bisa menekan proporsi belanja pegawai. Hal ini dikemukakan karena belanja pegawai terbukti dapat ditekan dari 54,98% dari tahun 2010 menjadi hanya 47,70% pada tahun 2011.

Peluang dan tantangan yang dapat dilihat dari tabel III.5 di atas adalah Belanja Tidak Langsung berhasil ditekan dari 67,12% pada tahun 2009 menjadi 58,30%; tantangannya adalah kebutuhan belanja barang dan belanja modal menunjukkan trend yang meningkat. Adanya Penurunan anggaran belanja tidak langsung tersebut menunjukkan

H a l a m a n | I I I . 9 .

bahwa Pemerintah kabupaten Jepara dapat menekan belanja pegawai, maka hal ini patut dilakukan. Namun tentunya pembatasan kuantitas gaji dan tunjangan pegawai perlu dibarengi dengan pengawasan pelayanan agar tetap terjaga baik. Efisiensi jumlah tenaga kerja juga dapat diimbangi dengan peningkatan penggunaan teknologi agar dapat dilaksanakan pelayanan yang cepat dan efisien. Di lain pihak kebutuhan pembangunan baik dalam bentuk belanja barang maupun belanja modal meningkat secara signifikan.

3.1.2. NERACA DAERAH Seperti diketahui secara luas, bahwa pada umumnya Kondisi

keuangan dinilai dari dua aspek yaitu: 1) posisi harta, hutang dan modal yang dianalisis dengan menggunakan neraca daerah, dan 2) Kinerja pelaksanaan kegiatan yang dinilai dari sisi pendapatan dan belanja yang diperlukan untuk membiayai kegiatan tersebut. Selain analisis posisi harta dan utang yang ditunjukkan dalam Neraca, juga dilakukan analisis kondisi harta dan keuangan daerah yang dilihat dari rasio likuiditas, rasio cepat (quick ratio) dan solvabilitas. Berikut ini, dalam Tabel III.6. disajikan pertumbuhan neraca daerah untuk mengidentifikasi perkembangan posisi harta, dan hutang Pemerintah Kabupaten Jepara.

Tabel III.6. RATA-RATA PERTUMBUHAN NERACA DAERAH

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011 No. Uraian Rata-rata Pertumbuhan

(%) 1. Aset

1.1. Aset Lancar 41,18 1.1.1. Kas 39,40 1.1.2. Piutang 1,083,17

Bagian Lancar Pinjaman (46,38) BagianLancar TPA 23,93 Biaya Dibayar Dimuka (50,00)

1.1.3. Persediaan (0,55) Investasi Jangka Panjang 10,53 Investasi Nonpermanen (28,50) iInbvestasi Permanen 21,82

1.2. Aset Tetap (1,57) 1.2.1. Tanah (5,17) 1.2.2. Peralatan dan mesin 6,92 1.2.3. Gedung dan bangunan 5,07 1.2.4. Jalan, irigasi, dan jaringan 2,07 1.2.5. Aset tetap lainnya 19,25

1.3. Aset Lainnya (24,55)

1.3.1. Tagihan penjualan angsuran (24,19) 1.3.2. Tagihan tuntutan ganti kerugian

daerah -

1.3.3. Kemitraan dengan pihak kedua - 1.3.4. Aset tak berwujud 107,17

Jumlah Aset Daerah (0,33)

2. Kewajiban

H a l a m a n | I I I . 1 0 .

No. Uraian Rata-rata Pertumbuhan (%)

2.1. Kewajiban Jangka Pendek 61,87 2.1.1. Utang perhitungan pihak ketiga 82,85 2.1.2. Uang muka dari kas daerah - 2.1.3. Pendapatan diterima dimuka - 2.1.4. Utang jangka pendek lainya 47,77

3. Ekuitas Dana (0,44)

3.1. Ekuitas Dana Lancar 39,28 3.1.1. SILPA 37,32

Pendapatan yang ditangguhkan 50,00 3.1.2 Cadangan Piutang DBH BPHTB (50,00) 3.1.3. Cadangan persediaan (0,55)

3.2. Ekuitas Dana Investasi (1,14)

3.2.1. Diinvestasikan dalam aset tetap (1,57) 3.2.2. Diinvestasikan dalam aset lainnya (24,55)

Jumlah Kewajiban Dan Ekuitas Dana

(0,33)

Sumber: DPKKAD Kabupaten Jepara tahun 2011 Data yang ada menunjukkan bahwa aset lancar Pemerintah

Kabupaten Jepara meningkat sebesar 41,18% Peningkatan aset lancar ini kurang menggembirakan karena diimbangi dengan peningkatan kewajiban jangka pendek (hutang lancar) sebesar 61,87%. Investasi Pemerintah Kabupaten Jepara meningkat sebesar 10,53%, sementara itu harta-harta tetap mengalami penurunan -1,57% dan aset lainnya menurun sebesar -24.55%.

Penyebab dari kondisi perkembangan neraca daerah tersebut dapat dijelaskan dengan data yang berhasil dihimpun dan diolah, dengan kesimpulan bahwa: (1) Aset Lancar (aktiva lancar) mampu berkembang sebesar 41,18%. Perkembangan terbesar adalah pada piutang sebesar 1.185,34%. Peningkatan ini diimbangi dengan penurunan atau menekan piutang Biaya Dibayar Dimuka -50,00% dan Bagian Lancar Pinjaman sebesar -46,38%, (2) Investasi untuk jangka panjang berhasil dikembangkan dengan capaian perkembangan 10,53%, dengan menekankan peningkatan pada investasi permanen ditingkatkan sebesar 21,82% dan investasi tidak permanen ditekan sebesar 28,50%. Sasaran peningkatan investasi permanen adalah perolehan hasil langsung atau tidak langsung yang berlangsung dalam jangka lama (sustainable), (3) Aset tetap milik Pemerintah Daerah mengalami penurunan sebesar -1,57%. Penurunan ini terjadi pada aset berujud tanah yang berkurang sebesar -5,17%, namun diimbangi oleh peningkatan aset tetap lainnya yang rata-rata meningkat dengan tingkatan sebagai berikut: Konstruksi dalam pengerjaan rata-rata meningkat sebesar 736,00%; Aset tetap lainnya meningkat sebesar 19,25%; dan peralatan dan mesin meningkat 6,92%. Peningkatan ini kiranya masih didukung oleh peningkatan aset tetap produktif lainnya yaitu jaringan jalan, irigasi sebesar 2,07%, gedung dan bangunan untuk pengelolaan pemerintahan daerah meningkat sebesar 5,07%, (4) Kewajiban atau utang yang ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten Jepara meningkat sebesar 61,87%. Pada umumnya utang jangka pendek berupa pengadaan barang dan jasa, atau kewajiban kepda pihak

H a l a m a n | I I I . 1 1 .

ketiga yang belum dibayarkan karena pengerjaan belum selesai, dan juga berbagai tunjangan program yang belum selesai perodenya. Jumlah Utang perhitungan pihak ketiga rata-rata tumbuh 82,85%, dan juga Utang jangka pendek lainya tumbuh 47,77%, (5) Kinerja keuangan yang positif yang mencerminkan perkembangan harta milik Pemerintah Kabupaten adalah perkembangan modal atau ekuitas. Perkembangan Modal atau ekuitas antara lain bisa berasal dari tabungan, laba BUMD atau bagian dari milik Pemmerintah Daerah. Ekuitas dana lancar meningkat 39,28%, peningkatan ini karena adanya peningkatan SILPA sebesar 37,32%, pendapatan yang ditangguhkan sebesar 50% dan peningkatan cadangan piutang yang besarnya signifikan yaitu 1.185,34%, dan (6) Selain perkembangan yang menggembirakan, perkembangan yang kurang menggembirakan juga ada, yaitu pada pos ekuitas dan Investasi. Pada pos ini terjadi penurunan investasi (diinvestasi) pada aset tetap sebesar -1,57%, dan pada aset tetap lainnya -24,55%. Faktor yang terjadi antara karena: depresiasi nilai aktiva per tahun; dan atau aset sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi, sehingga membutuhkan penggantian baru.

Selain kajian posisi yang dicapai oleh Pemerintah daerah, dengan menggunakan data Neraca Daerah dapat dilakukan kajian kondisi kinerja neraca. Cara mengevaluasi kondisi yaitu dengan melakukan kajian rasio pos-pos dalam neraca daerah yang mencakup rasio likuiditas, quick ratio, dan lainnya, seperti tampak pada Tabel III.7. berikut ini:

Tabel III.7. ANALISIS RASIO KEUANGAN

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2009-2011 No. Uraian Rasio (Persentase)

2009 2008 2011 1. Rasio lancar (current ratio) 11,96 11,86 9,06 2. Rasio quick (quick ratio) 10,04 10,68 1,07

3. Rasio total hutang terhadap total aset 0,001358 0,002198 (10,41537)

4. Rasio hutang terhadap modal 0,001360 0,002202 (10,25616

2) 5. Rata-rata umur piutang - - - 6. Rata-rata umur persediaan - - -

Sumber: Neraca Keuangan Daerah Kabupaten Jepara tahun 2009 - 2011 Rasio lancar tahun 2011 mengalami penurunan 2,80%. Penurunan

ini menunjukkan bahwa secara relatif kewajiban jangka pendek (hutang jangka pendek) meningkat. Quick ratio yang kecil menunjukkan bahwa dana-dana yang cepat dapat dipergunakan untuk memenuhi hutang besarnya relatif sama dengan hutang, hanya selisih 7% (dari 1,07-1,00). Angka besarnya rasio total hutang terhadap total Aset menunjukkan perbaikan karena angka negatif rasio hutang berarti hutang berkurang.

Isyu-isyu penting terkait dengan Neraca Daerah. Berdasarkan data yang ada, maka isyu yang penting dicermati adalah (1) peningkatan kewajiban lancar (hutang jangka pendek) yang laju perkembangannya (61.87%) melebihi laju perkembangan harta lancar (41.18%), dan (2) Penurunan ekuitas dana lancar dan penurunan investasi. Penurunan

H a l a m a n | I I I . 1 2 .

ekuitas dana lancar yang biasanya berupa simpanan pada BPD atau Pemerintah Provinsi menujukkan kekuatan kemampuan bayar. Kalau 0 (nol) atau menurun hal itu menunjukkan stagnasi keuangan daerah.

Faktor yang melatar belakangi isyu Neraca Daerah. Penyebab laju pinjaman meningkat melebihi harta lancar adalah (1) kebutuhan pendanaan jangka pendek, dan pembayaran kepada pihak ketiga atas berbagai pekerjaan yang bersifat multi years, atau program berkelanjutan yang sudah diprogramkan namun belum memperoleh kepastian dana, dan (2) Hutang jangka pendek atas biaya atau kewajiban yang harus segera dibayat antara lain tagihan rekening listrik, telepon dan biaya perjalanan dinas.

Potensi dan tantangan ke depan. Potensi yang dimiliki oleh Pemerintah Jepara adalah: pendapatan royalties dan juga kemungkinan saham atas lokasi PLTU. Pendapatan bunga atas penempatan aset lancar pada BPD, termasuk bunga giro atas transaksi dan arus kas dana Pemerintah Pusat dan Provinsi. Sedangkan tantangan ke depan adalah bagaimana meningkatkan investasi, dan harta tetap. Pemerintah yang kaya memiliki aset tetap (jangka panjang) dan ekuitas yang makin besar dan memiliki harta lancar yang proporsinya relatif aman dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

3.2. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU Kajian kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu dimaksudkan

untuk mengetahui bagaimana Pemerintah Daerah memenuhi kebutuhan belanja, terkait dengan proporsi penggunaan anggaran dan hasil analisis pembiayaan

3.2.1. PROPORSI PENGGUNAAN ANGGARAN Dalam bagian ini diuraikan mengenai proporsi belanja pemenuhan

kebutuhan aparatur dan proporsi realisasi belanja pendidikan. Kajian proporsi belanja terkait dengan efisiensi pengelolaan Pemerintahan Daerah ditinjau dari jumlah SDM dapat diukur dengan menggunakan pendekatan biaya SDM dibanding dengan keseluruhan anggaran yang diperlukan, data yang dipergunakan adalah data pendapatan dan belanja secara total dan khusus untuk SDM. Dari rasio antara belanja dan pendapatan daerah, dapatl diukur seberapa besar efisiensi pengelolaan pemerintahan dapat dicapai.

Kajian pada anggaran belanja aparatur merupakan kajian untuk menilai bagaimanakah pengelolaan belanja pegawai yang biasanya bersifat tetap dan tidak menghasilkan out-put langsung. Semakin besar proporsinya dan cenderung meningkat, maka pengelolaan anggaran belanja pegawai menunjukkan kondisi tidak efisien. Sebaliknya apabila proporsinya dapat diturunkan maka Pemerintah Kabupaten Jepara dapat atau berhasil melaksanakan efisiensi pengelolaan anggaran belanja SDM.

H a l a m a n | I I I . 1 3 .

Tabel III.8. REALISASI BELANJA PEMENUHAN KEBUTUHAN APARATUR

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2009-2011

No. Uraian Realisasi (Rp) Trend

Perkembangan (%) 2009 2010 2011

A. Belanja Tidak Langsung

1. Belanja Gaji dan Tunjangan

392.030.942.945 415.736.196.928 460.496.425.157 8,41

2. Belanja Tambahan Penghasilan**)

13.987.982.500 7.455.934.044 7.933.910.625 -20,14

3. Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH

2.748.430.000 2.920.000.000 3.151.600.000 7,09

4. Belanja pemungutan Pajak Daerah**)

1.734.471.498 1.689.020.577 2.284.707.712 16,32

B. Belanja Langsung

1. Belanja Honorarium PNS**)

30.020.150.865 25.931.180.764 24.655.019.250 -9,27

2. Belanja Uang Lembur**)

893.595.300 921.813.200 786.534.750 -5,76

3. Belanja Beasiswa Pendidikan PNS

- 275.000.000 275.000.000 0,00

4. Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan Bimbingan Teknis PNS**)

1.964.838.475 3.437.891.932 3.326.733.640 35,87

5. Belanja premi asuransi kesehatan

141.552.000 232.490.000 249.150.000 35,70

6. Belanja makanan dan minuman pegawai***)

6.026.573.840 6.221.553.472 5.518.081.112 -4,04

7. Belanja pakaian dinas dan atributnya**)

2.477.218.730 2.063.541.310 2.737.848.475 7,99

8. Belanja Pakaian Khusus dan Hari-hari Tertentu*)

434.044.000 767.617.750 - -11,57

9. Belanja perjalanan dinas**)

13.290.996.459 18.741.421.545 21.276.621.556 27,27

10. Belanja perjalanan pindah tugas

428.000.000 - - 0,00

11. Belanja Pemulangan Pegawai

-

-

-

0,00

H a l a m a n | I I I . 1 4 .

No. Uraian Realisasi (Rp) Trend

Perkembangan (%) 2009 2010 2011

12. Belanja Modal (Kantor, Mobil Dinas, Meubelair, peralatan dan perlengkapan dll)

32.298.693.090 27.928.214.013 58.774.948.606 48,46

Total 498.477.489.702 514.321.875.535 591.466.580.883 9,09 Sumber: DPPKAD Kabupaten Jepara tahun 2009 – 2011 **) = diisi sesuai ketersedaan data ***) = dapat ditetapkan menjadi prioritas untuk dilakukan efisensi

Secara total belanja aparatur meningkat sebesar 9,09%. Penyebab peningkatan belanja aparatur dapat ditinjau dari dua segi: (1) Peningkatan belanja ini terbesar pada posisi pengadaan barang dan jasa, antara lain: Belanja Modal (operasional kantor, mobil dinas, meubelair dan lainnya) proporsinya 48,46%, belanja kursus dan pelatihan 35,87%, belanja asuransi kesehatan 35,70%, belanja perjalanan dinas sebesar 27,27%; dan (2) Belanja aparatur daerah yang meningkat dalam proporsi tidak terlalu besar namun nilainya dominan (besar) adalah belanja gaji dan tunjangan pegawai yang pada tahun 2009 sebesar Rp.392.030.942.945,- pada tahun 2009 menjadi sebesar Rp.460.496.425.157,- pada tahun 2011, serta diprediksi masih akan meningkat lagi sebesar 8,41%.

Untuk melihat peluang dan tantangan ke depan selanjutnya perkembangan belanja aparatur dievaluasi dari sisi jumlah total belanja kebutuhan aparatur dibanding dengan total pengeluaran. Data tentang hal tersebut disajikan dalam tabel III.9. berikut:

Tabel III.9.

ANALISIS PROPORSI BELANJA PEMENUHAN KEBUTUHAN APARATUR KABUPATEN JEPARA TAHUN 2009-2011

No. Uraian

Total Belanja untuk Pemenuhan

Kebutuhan Aparatur (Rp)

Total Pengeluaran (Belanja +

Pembiayaan Pengeluaran) (Rp)

Persentase

(a) (b) (a):(b)x100%

1. Tahun anggaran 2009 498.477.489.702 798.597.312.970 64,42

2. Tahun anggaran 2010 514.321.875.535 884.456.717.340 58,15

3. Tahun anggaran 2011 591.466.580.883 1.130.210.403.709 52,33

Sumber: DPPKAD Kabupaten Jepara tahun 2009 - 2011. Data dalam Tabel III.9. menunjukkan bahwa proporsi belanja

untuk aparat dibanding dengan total pengeluaran cenderung menurun, pada tahun 2009 proporsinya sebesar 64,42% selanjutnya pada tahun 2011 menjadi 52,33%. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan belanja SDM (aparatur Pemerintah Kabupaten) makin meningkat efisiensinya.

Rasio antara Belanja untuk Aparatur (yang lazimnya bersifat tetap) dibanding total pengeluaran menunjukkan kecenderungan semakin

H a l a m a n | I I I . 1 5 .

menurun. Rasio itu menunjukkan bahwa biaya yang bersifat tetap semakin mengecil dan biaya yang bersifat variabel semakin meningkat.

Hal ini semakin baik, karena semakin kecil biaya tetap, dan semakin besar biaya variabel maka terdapat keleluasaan dalam ekspansi dan alokasi jenis anggaran; apabila ditinjau dari analisis posisi biaya dan volume kegiatan, maka dengan biaya tetap yang kecil akan diperoleh jangka waktu pengembalian investasu yang lebih cepat. Data yang ada menunjukkan adanya kecenderungan ke arah itu, dengan trend perkembangan yang bagus yaitu kurang lebih 5% per tahun.

Isu yang menjadi potensi dan masalah. Isu yang penting dan juga sekaligus masalah yang harus diatasi adalah bagaimana melakukan penekanan belanja tetap yang kebanyakan berada pada belanja pegawai. Sekaligus menjawab pertanyaan bagaimana melaksanakan efisiensi SDM. Dalam menjawab kasus ini Pemerintah kabupaten Jepara telah menunjukkan kemauan dan keberhasilannya dalam menekan proporsi Belanja Aparatur yaitu 64,42% di tahun 2009, berhasil diturunkan menjadi 58,15% pada tahun 2010, dan berhasil lagi diturunkan menjadi 52,33% pada tahun 2011.

Faktor penyebab yang melatarbelakangi keberhasilan. Keberhasilan menurunkan proporsi Belanja Pegawai tersebut di atas karena Pemerintah Kabupaten Jepara berhasil menurunkan proporsi Belanja Tidak Langsung pada pos Belanja Pegawai sebesar 54,98% pada tahun 2010, menjadi sebesar 47,70% pada tahun 2011. Berdasarkan hal ini maka titik berat kebijakan yang diambil sudah tepat, yaitu melaksanakan efisiensi SDM.

Potensi dan tantangan ke depan. Efisiensi anggaran belanja pegawai dapat ditekan dengan melaksanakan Belanja Investasi, dan juga Belanja Hibah untuk pembangunan desa serta belanja modal. Selain menekan Belanja Pegawai pengeluaran ini akan meningkatkan potensi pemerintahan desa dan juga mendukung perkembangan wilayah. Pengeluaran modal infrastruktur umum untuk jalan/jembatan dan pasar kiranya dapat meningkatkan upah dan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, PDRB dan juga kemajuan industri setempat.

Tantangannya adalah bagaimana mengalokasikan investasi dan belanja modal secara tepat, dan juga bagaimana menarik investor agar mau melakukan investasi industri di Jepara. Infrastruktur apa, dan lokasi manakah yang tepat.

3.2.2. ANALISIS PEMBIAYAAN Analisis pembiayaan terkait dengan jumlah pendapatan dan jumlah

biaya. Dari jumlah pendapatan dan belanja dapat dihitung surplus dan defisit anggaran. Semakin besar besar belanja maka semakin kecil surplus atau bahkan bisa terjadi defisit. Analisis Pembiayaan merupakan kajian seberapa besar kemampuan Pemerintah Kabupaten dalam menutup defisit anggaran. Dari jumlah penerimaan pembiyaan dan pengeluaran pembiayaan dapat dihitung pembiayaan netto yang merupakan nilai penghematan yang bisa dicapai Data pemerintahan daerah Kabupaten Jepara data yang berhasil dihimpun disajikan pada Tabel III.10. berikut ini:

H a l a m a n | I I I . 1 6 .

Tabel III.10. DEFISIT RIIL ANGGARAN

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2009-2011

No. Uraian Tahun (Rp) Trend

Perkembangan (%) 2009 2010 2011

1. Realisasi Pendapatan Daerah

798.597.312.970 902.872.340.359 1.170.172.671.250 21,33

Dikurangi realisasi:

2. Belanja Daerah

787.776.082.209 884.456.717.340 1.130.210.403.709 20,03

3. Pengeluaran Pembiayaan Daerah

9.649.750.000 9.707.868.416 9.950.941.000 1,55

Surplus / (Defisit) riil

1.171.480.761 8.707.754.603 30.011.326.541 443,98

Sumber: DPPKAD Kabupaten Jepara tahun 2009 - 2011. Data pada Tabel III.10. di atas menunjukkan bahwa Pemerintah

Kabupaten Jepara selalu memperoleh surplus, atau pendapatannya melebihi belanja yang diperlukan untuk menyelenggarakan pemerintahan. Surplus yang diperoleh juga menunjukkan tendensi yang semakin meningkat. Trend perkembangan pendapatan dan belanja nampak relatif meningkat dalam jumlah yang relatif tidak jauh berbeda, trend pendapatan meningkat rata-rata 31,33% sementara trend biaya meningkat 20,03%. Namun adanya surplus yang terjadi setiap tahun dampak yang terjadi cukup besar karena surplus yang dicapai nilainya meningkat tajam.

Surplus apabila dikurangi dengan jumlah pembiayaan netto akan menghasilkan SILPA. Apabila pembiayaan netto positif, artinya penerimaan pembiayaan lebih besar atau posaitif, maka SILPA akan meningkat dari tahun ke tahun.

Tabel III.11. KOMPOSISI PENUTUP DEFISIT RIIL ANGGARAN

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2009-2011

No. Uraian Proporsi dari total defisit riil

(%) 2009 2010 2011

1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya

100 100 100

2. Pencairan Dana Cadangan - - - 3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang di

Pisahkan - - -

4. Penerimaan Pinjaman Daerah - - - 5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

Daerah - - -

6. Penerimaan Piutang Daerah - - - Sumber: DPPKAD Kabupaten Jepara tahun 2009 – 2011.

Data yang ada menunjukkan bahwa tidak ada tambahan dari penerimaan pembiayaan, dengan kata lain terjadi kondisi yang konstan pada anggaran penerimaan pembiayaan.

Selanjutnya berikut ini pada Tabel III.12. dikaji bagaimana capaian SILPA dan darimana asal sumbernya.

H a l a m a n | I I I . 1 7 .

Tabel III.12. REALISASI SISA LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2009-2011

No. Uraian 2009 2010 2011

Rp. % dari SiLPA Rp. % dari

SiLPA Rp. % dari SiLPA

1. Jumlah SiLPA 57.129.679.434

100,00 70.591.603.422

100,00 106.657.091.831

100,00

2. Pelampauan penerimaan PAD

3.821.429.343

6,69 7.902.619.696

11,19 5.600.799.200 5,25

3. Pelampauan penerimaan dana perimbangan

4.540.709.070

7,95 8.878.741.663

12,58 7.906.033.770 7,41

4. Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah

18.819.839.557

32,94 - - 12.019.498.570 11,27

5. Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya

29.947.701.464

52,42 52.586.072.244

74,49 81.130.760.291 76,07

6. Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan

-

- - - - -

7. Kegiatan lanjutan - - - - - -

Sumber: DPPKAD Kabupaten Jepara tahun 2009 – 2011. Data yang ada pada Tabel III.12. menunjukkan bahwa SILPA

selalu meningkat. SILPA dan peningkatannya berasal dari pelampauan PAD yang selalu meningkat jumlahnya dengan trend perkembangan yang meningkat 5,25% per tahun. Yang kedua adalah pelampauan Dana Perimbangan yang meningkat 7,41%; Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah dengan trend peningkatan 11,27% dan akibat dari penghematan belanja dan atau akbibat lainnya meningkat tajam sebesar 76,07%. Karena kondisi yang mendukung tersebut maka SILPA dari tahun ketahun selalu berkembang dengajn cepat akena trend perkembangan komponen pendukungnya selalu positif dan dalam trend yang meningkat proporsinya.

Isu yang menjadi potensi dan masalah. Pemerintah Kabupaten Jepara memiliki potensi kemandirian anggaran terbukti dari dapat dicapainya surplus anggaran yang meningkat pesat Rp.1.171.480.761,- pada tahun 2009, sebesar Rp.8.707.754.603,- pada tahun 2010; dan mengalami peningkatan menjadi Rp.30.011.326.541,- pada tahun 2011. Demikian juga SILPA kabupaten Jepara meningkat secara berturut-turut pada 2009, 2010 dan 2011. Meskipun Pemerintah Kabupaten Jepara berhasil meningkatkan Surplus dan SILPA, ternyata Belanja meningkat cukup signfikan pada 2010 ke 2011 yaitu sebesar Rp.884.456.717.340,- pada 2010, menjadi Rp.1.130.210.403.709,- pada tahun 2011 atau meningkat sebesar 28,73%.

Faktor penyebab yang melatarbelakangi masalah. Perkembangan belanja yang melonjak selain disebabkan faktor belanja pegawai juga didorong oleh belanja modal.

Potensi dan tantangan perkembangan. Perkembangan pendapatan guna meningkatkan surplus defisit tentunya berasal dari pendapatan, atau penghematan. Pemerintah Kabupaten Jepara memiliki potensi dalam hal peningkatan PAD, dan juga melalui berbagai upaya penghematan antara lain seperti dibuktikan melalui penghematan belanja pegawai, bantuan keuangan dan bantuan sosial.

H a l a m a n | I I I . 1 8 .

Potensi tersebut juga melahirkan tantangan bagaimana meningkatkan PAD secara signifikan mengingat ketergantungan pada industri meubel sangat tinggi. Penghematan dalam bantuan sosial dan bantuan keuangan tentunya juga akan mengakibatkan program-program SKPD akan terkendala terutama bantuan kepada desa dan bantuan sosial.

3.3. KERANGKA PENDANAAN Keranglka pendanaan menjelaskan pengeluaran-pengeluaran

periodik, wajib dan prioritas guna melihat berbagai jenis beban anggaran yang ditanggung Pemerintah Kabupaten Jepara, dan tingkat perkembangannya.

3.3.1. ANALISIS PENGELUARAN PERIODIK WAJIB DAN MENGIKAT SERTA PRIORITAS UTAMA

Pengeluaran wajib merupakan pengeluaran yang harus dikeluarkan dalam rangka pelaksanaan pemerintahan daerah. Pengeluaran prioritas merupakan pengeluaran yang dilakukan sesuai dengan visi, misi dan sasaran utama yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara.

Tabel III.13.

PENGELUARAN PERIODIK, WAJIB DAN MENGIKAT SERTA PRIORITAS UTAMA KABUPATEN JEPARA

Uraian 2011 Rerata

Perkembangan (%) (Rp)

Belanja Tidak Langsung 658.944.070.764 59,04 Belanja Pegawai 539.109.765.327 7,24 Belanja Subsidi 3.061.912.500 7,24 Belanja Hibah 30.445.776.441 7,24 Belanja Bantuan sosial 51.252.765.381 7,24 Belanja Bagi Hasil 9.128.450.674 7,24 Belanja Bantuan keuangan 25.333.358.071 7,24 Belanja Tidak Terduga 612.042.370 7,24 Belanja Langsung 471.266.332.945 40,96 Belanja Pegawai 41.209.464.260 7,16 Belanja Barang/Jasa 217.129.283.584 7,16 Belanja Modal 212.927.585.101 7,16

Total 1.130.210.403.709 100,00 Sumber: DPPKAD Kabupaten Jepara tahun 2011

Data yang ada menunjukkan bahwa belanja tidak langsung mendapat porsi sebesar 59,04%. Belanja tidak langsung tersebut digunakan untuk belanja pegawai, belanja subsidi, belanja hibah,belanja bantuan sosial, baelanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga.

Sedangkan belanja langsung medapat porsi sebesar 40,96% yang digunakan untuk belanja pegawai, belanja barang/jasa dan belanja modal dengan rerata masing-masing 7,16%.

H a l a m a n | I I I . 1 9 .

3.3.2. PROYEKSI DATA MASA LALU Dalam bagian ini diuraikan mengenai proyeksi data masa lalu dan

asumsi yang digunakan untuk memproyeksi serta kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi proyeksi data. Asumsi yang digunakan trend perkembangan menggunakan basis rata-rata dari rata-rata perkembangan seluruh elemen yang dihitung.

Tabel III.14. TINGKAT RATA-RATA PERTUMBUHAN PENDAPATAN

SUMBER PENDAPATAN DAERAH APBD KABUPATEN JEPARA 2007-2011 No. Uraian Pendapatan Rerata (%)

1 PENDAPATAN 1.1. Pendapatan Asli Daerah 8,62%

1.1.1. Pajak daerah 1,82% 1.1.2. Retribusi daerah 0,99% 1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan 0,38% 1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 5,43% 1.2. Dana Perimbangan 65,14%

1.2.1. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak 4,21% 1.2.2. Dana alokasi umum 55,03% 1.2.3. Dana alokasi khusus 5,90% 1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 26,24%

1.3.1. Hibah 3,50% 1.3.2. Dana darurat 0,00% 1.3.3. Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah

lainnya ***) 4,17% 1.3.4. Dana penyesuaian dan otonomi khusus****) 12,89% 1.3.5. Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya 5,69%

Rata-rata pertumbuhan pendapatan 13,33% Sumber: DPPKAD Kabupaten Jepara tahun 2011.

Dengan pertimbangan progres pendapatan daerah 5 tahun terakhir, terutama pada pos pendapatan pendapatan yang secara sigmifikan meberikan sumbangan pandapatan dengan proporsi lebih besar sebagaimana tertera dalam tabel – tabel tersebut diatas, disamping itu juga Asumsi lain yang dibangun untuk meproyeksi pendapatan adalah dengan mempertimbangkan progres indikator ekonomi makro daerah, terutama pada perkembangan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan tumbuh pada level 4,5 % sampai 6,0 %, sedangkan pertumbuhan PDRB Harga berlaku diproyeksi pada Level 10% sampai 12%, tidak kalah pentingnya dalan indikator ekonomi makro lainya adalah laju inflasi daerah, dimana indikator infalsi akan mencermikan kemampuan daya beli masyarakat, untuk proyeksi inflasi sampai dengan 2017 diperkirakan pada level 3% sampai 5% dengan asumsi tidak adanya kebijakan pemerintah yang menyebabkab sensisitifitas dapat mempengaruhi laju inflasi, pertimbangan lain dalam rangka memperkuat pelakasanaan otonomi daerah, maka Kabupaten Jepara akan berupaya untuk menggali potensi pendapatan daerah dengan seminimal mungkin tidak memberatkan masyarakat. Dengan harapan, secara bertahan Kabupaten Jepara dapat kemampuan kemandirian keuangan daerah dalam memenuhi pembiayaan pembangunan daerah. Adapun langkah yang ditempuh yaitu intensifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan mengoptimalkan potensi sumberdaya yang ada yang akan dikekola secara lebih efisien

H a l a m a n | I I I . 2 0 .

dan efektif. Sedangkan opsi yang kedua adalah melalui ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan mengoptimalkan potensi melalui pembukaan peluang – peluang pendapatan beru yang mempunyai potensi besar.

Asumsi berikutnya adalah tidak adanya perubahan kebijakan dari pemerintah terutama pada pos dana Perimbangan yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK), yang secara proporsional mendominasi pada pendapatan daerah, unuk itu dalam menentukan proyeksi pendapatan menggunakan rata-rata pertumbuhan sebesar 13,33% dihitung trend pendapatan dimulai dari tahun 2012 dan seterusnya Hasil proyeksinya ditunjukkan dala Tabel III.15. berikut ini:

H a l a m a n | I I I . 2 1 .

Tabel III.15. PROYEKSI NILAI PENDAPATAN PADA APBD KABUPATEN JEPARA 2012-2017

No. Uraian Pendapatan Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 PENDAPATAN 1.174.266.080.000 1.366.455.623.000 1.441.610.682.265 1.520.899.269.790 1.604.548.729.628 1.692.798.909.758

1.1. Pendapatan Asli Daerah 101.205.127.505 117.769.147.820 124.246.450.950 131.080.005.752 138.289.406.069

145.895.323.403 1.1.1. Pajak daerah 21.359.651.280 24.855.538.360 26.222.592.970 27.664.835.583 29.186.401.540 30.791.653.625 1.1.2. Retribusi daerah 11.638.913.996 13.543.829.415 14.288.740.033 15.074.620.735 15.903.724.875 16.778.429.743

1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan 4.437.560.501 5.163.846.255 5.447.857.799 5.747.489.978 6.063.601.927 6.397.100.033

1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 63.769.001.728 74.205.933.790 78.287.260.148 82.593.059.457 87.135.677.727 91.928.140.002 1.2. Dana Perimbangan 764.909.513.795 890.100.569.210 939.056.100.517 990.704.186.045 1.045.192.916.277 1.102.678.526.673

1.2.1. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak 49.407.161.368 57.493.522.650 60.655.666.396 63.991.728.048 67.511.273.090 71.224.393.110

1.2.2. Dana alokasi umum 646.182.002.305 751.941.187.410 793.297.952.718 836.929.340.117 882.960.453.823 931.523.278.784 1.2.3. Dana alokasi khusus 69.320.350.123 80.665.859.150 85.102.481.403 89.783.117.880 94.721.189.364 99.930.854.779

1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 308.151.438.700 358.585.905.970 378.308.130.798 399.115.077.992 421.066.407.282 444.225.059.682

1.3.1. Hibah 41.134.846.713

47.867.296.475

50.499.997.781

53.277.497.659

56.207.760.030

59.299.186.832

1.3.2. Dana darurat -

-

-

-

-

-

1.3.3. Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya ***)

48.912.667.543

56.918.096.110

60.048.591.396

63.351.263.923

66.835.583.439

70.511.540.528

1.3.4. Dana penyesuaian dan otonomi khusus****)

151.341.791.199

176.111.568.835

185.797.705.121

196.016.578.903

206.797.490.742

218.171.352.733

1.3.5. Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya

66.762.133.245

77.688.944.550

81.961.836.500

86.469.737.508

91.225.573.071

96.242.979.590

Sumber : DPPKAD Kabupaten Jepara 2012. Keterangan : Data 2012 adalah anggaran APBD 2012 Basis Angka Rata-rata Pertumbuhan merupakan dasar trend. Selanjutnya dengan trend rata-rata dicari perkembangan pendapatan per tahun.

H a l a m a n | I I I . 2 2 .

Dengan cara yang sama Anggaran Belanja pada APBD Kabupaten Jepara dihitung.

Tabel III.16. TREND PERKEMBANGAN BELANJA APBD KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2011

Uraian Trend

Perkembangan (%)

Belanja Tidak Langsung 7,49 Belanja Gaji dan Tunjangan 8,41 Belanja Tambahan Penghasilan**) -20,14 Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH 7,09 Belanja pemungutan Pajak Daerah**) 16,32 Belanja Langsung

Belanja Honorarium PNS**) -9,27 Belanja Uang Lembur**) -5,76 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS

Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan Bimbingan Teknis PNS**) 35,87 Belanja premi asuransi kesehatan 35,70 Belanja makanan dan minuman pegawai***) -4,04 Belanja pakaian dinas dan atributnya**) 7,99 Belanja Pakaian Khusus dan Hari-hari Tertentu*) -11,57 Belanja perjalanan dinas**) 27,27 Belanja perjalanan pindah tugas

Belanja Pemulangan Pegawai Belanja Modal (Kantor, Mobil Dinas, Meubelair, peralatan dan

perlengkapan dll) 48,46 Total 8,36

Rata-rata Perkembangan 10,15 Rata-rata dari rata-rata 5,07 Sumber: DPPKAD Kabupaten Jepara tahun 2011.

Selanjutnya dengan menggunakan rata-rata dari rata sebesar 14,58% dihitung trend pendapatan tahun 2012 hasil estimasinya dapat ditunjukkan dala Tabel III.17. berikut ini:

H a l a m a n | I I I . 23 .

Tabel III.17. PROYEKSI BELANJA DAERAH PADA APBD KABUPATEN JEPARA 2012-2017

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Belanja Tidak Langsung 658.944.070.764 734.476.294.000 807.923.923.400 848.320.119.570 907.702.527.940 971.241.704.896 1.000.378.956.043

Belanja Pegawai 539.109.765.327 619.940.829.000 681.934.911.900 716.031.657.495 766.153.873.520 819.784.644.666 844.378.184.006

Belanja Subsidi 3.061.912.500 2.450.000.000 2.695.000.000 2.829.750.000 3.027.832.500 3.239.780.775 3.336.974.198

Belanja Hibah 30.445.776.441 57.737.566.000 63.511.322.600 66.686.888.730 71.354.970.941 76.349.818.907 78.640.313.474

Belanja Bantuan sosial 51.252.765.381 8.300.000.000 9.130.000.000 9.586.500.000 10.257.555.000 10.975.583.850 11.304.851.366

Belanja Bagi Hasil 9.128.450.674 3.255.000.000 3.580.500.000 3.759.525.000 4.022.691.750 4.304.280.173 4.433.408.578

Belanja Bantuan keuangan 25.333.358.071 39.792.899.000 43.772.188.900 45.960.798.345 49.178.054.229 52.620.518.025 54.199.133.566

Belanja Tidak Terduga 612.042.370 3.000.000.000 3.300.000.000 3.465.000.000 3.707.550.000 3.967.078.500 4.086.090.855

Belanja Langsung 471.266.332.945 512.605.095.000 559.685.382.520 599.724.981.876 623.399.955.507 647.270.878.623 712.629.117.436

Belanja Pegawai 41.209.464.260 47.651.836.000 52.028.425.624 55.750.511.964 57.951.340.578 60.170.384.681 66.246.095.023

Belanja Barang/Jasa 217.129.283.584 252.780.494.000 275.997.154.258 295.741.846.231 307.416.664.894 319.188.111.952 351.418.162.054

Belanja Modal 212.927.585.101 212.172.765.000 231.659.802.639 248.232.623.681 258.031.950.035 267.912.381.990 294.964.860.359

Total 1.130.210.403.709 1.247.081.389.000 1.367.609.305.920 1.448.045.101.446 1.531.102.483.447 1.618.512.583.519 1.713.008.073.479 Sumber: DPPKAD Kabupaten Jepara, diolah, 2012

H a l a m a n | I I I . 2 4 .

3.3.3. PENGHITUNGAN KERANGKA PENDANAAN Dalam bagian ini diuraikan sekurang-kurangnya mengenai

penghitungan kerangka pendanaan dengan tujuan untuk mengetahui kapasitas riil kemampuan keuangan daerah dan rencana penggunaannya. Oleh karena itu pada bagian ini sekurang-kurangnya disertai dengan tabel/grafik/gambar pendukung analisis. Dalam bagian ini diuraikan mengenai proyeksi data masa lalu dan asumsi yang digunakan untuk memproyeksi serta kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi proyeksi data. Asumsi yang digunakan, berdasarkan data pendapatan, SILPA dan pengeluaran wajib serta prioritas utama

Tabel III.18. ASUMSI PENGHITUNGAN KERANGKA PENDANAAN

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012-2017 Uraian Tahun 2011 Proporsi %

Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran 106.723.122.400 9,12 Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan 550.033.431.000 47,00 Realisasi Pendapatan 1.170.172.671.250 100,00

Sumber: DPPKAD Kabupaten tahun 2011. Berdasarkan asumsi di atas, serta estimasi atau proyeksi

pendapatan dapat disusun kapasitas riel kemampuan keuangan daerah. Untuk penyederhanaan namun tetap berkembang, maka diasumsikan bahwa nilai SILPA sejalan dengan perkembangan pendapatan (proporsional) demikian juga besar belanja dan pengeluaran pembiayaan wajib serta prioritas utama. Atas dasar asumsi tersebut dapatlah disusun proyeksi Kapasitas Riel Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Jepara dalam tabel berikut:

Tabel III.19. KAPASITAS RIIL KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH UNTUK

MENDANAI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012-2017 No. Uraian Proyeksi Pendapatan Tahun Anggaran (Rp)

2012 2013 2014 2015 2016 2017

1. Pendapatan 1.174.266.080.000 1.366.455.623.000 1.441.610.682.265 1.520.899.269.790 1.604.548.729.628 1.692.798.909.758

2. Pencairan dana cadangan (sesuai Perda)

- - - - -

3. Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran

107.096.410.400 112.451.230.920 118.073.792.467 123.977.482.090 130.176.356.194 135.660.897.242

Total penerimaan

1.281.362.490.400 1.478.906.853.920 1.559.684.474.732 1.644.876.751.880 1.734.725.085.822 1.828.459.807.000

Dikurangi:

4. Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas

551.957.295.998 579.555.160.798 608.532.918.838 638.959.564.780 670.907.543.018 699.173.966.093

H a l a m a n | I I I . 2 5 .

Utama Kapasitas riil

kemampuan keuangan

729.405.194.402 899.351.693.122 951.151. J555.894 1.005.917.187.100 1.063.817.542.804 1.129.285.840.907

Sumber: DPPKAD Kabupaten Jepara, diolah, 2012

Selanjutnya akan disajikan bagaimana rencana atau proyeksi ke

depan penggunaan kapasits riel kemampuan keuangan daerah, artinya bagaimana kapasitas yang ada akan dialokasikan pada berbagai rencana pengeluaran atau belanja pada periode yang akan datang.

Latar Belakang Perkembangan. Perkembangan kapasitas keuangan daerah sepenuhnya ditentukan oleh perkembangan pendapatan, SILPA dan tingkat penghematan yang berhasil dicapai.

Berdasarkan kondisi yang dikemukakan di atas, maka dapat diestimasi permasalahan di kemudian hari. Permasalahan yang ada terkait dengan pengembangan kapasitas riel adalah: bagaimana cara dan menjamin tercapainya peningkatan pendapatan, serta penghematan belanja. Penghematan belanja diupayakan secara maksimal pada penghematan dan optimalisasi belanja pegawai mengingat sebagian besar pengeluaran wajib dan prioritas adalah pengeluaran pada pos anggaran belanja pegawai.

Potensi dan Peluang. Potensi untuk meningkatkan pendapatan seperti telah dijelaskan di bagian terdahulu adalah peningkatan PAD melalui peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Selain itu peningkatan pendapatan dapat dilakukan dengan menjaga dan meningkatkan DAU dan DAK melalu manajemen pelaporan dan perencanaan sesuai dengan standar dan acuan yang ditentukan.

H a l a m a n | I I I . 2 6 .

Tabel III.20. RENCANA PENGGUNAAN KAPASITAS RIIL

KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012-2017 No Uraian Proyeksi (Rp)

2012 2013 2014 2015 2016 2017 I Kapasitas riil

kemampuan keuangan 1.174.266.080.000 1.366.455.623.000 1.441.610.682.265 1.520.899.269.790 1.604.548.729.628 1.692.798.909.758

Rencana alokasi pengeluaran prioritas I

II.a

Belanja Langsung (C.49)

21.281.335.000 21.979.841.738 22.701.275.216 23.446.387.950 24.215.957.150 24.925.696.564 II.b

Pembentukan dana cadangan

0 0 0 0 0 0 Dikurangi:

Ii.c

Belanja langsung yang wajib dan mengikat serta prioritas utama (C.86) 512.605.095.000 559.685.382.520 599.724.981.876 623.399.955.507 647.270.878.623 712.629.117.436

II.d

Pengeluaran pembiayaan yang wajib mengikat serta prioritas utama 0 0 0 0 0 0

II

Total rencana pengeluaran prioritas i (II.a+II.b-II.c-II.d) 533.886.430.000 581.665.224.258 622.426.257.092 646.846.343.457 671.486.835.773 737.554.814.000

Sisa kapasitas riil kemampuan keuangan daerah setelah menghitung alokasi pengeluaran prioritas I (I-II) 640.379.650.000 784.790.398.742 819.184.425.173 874.052.926.333 933.061.893.855 955.244.095.758

Rencana alokasi pengeluaran prioritas II

III.a

Belanja Tidak Langsung (TEEND C.40)

734.476.294.000 807.923.923.400 848.320.119.570 907.702.527.940 971.241.704.896 1.000.378.956.043 Dikurangi:

III.b

Belanja tidak langsung yang wajib dan mengikat serta prioritas utama

551.957.295.998 579.555.160.798 608.532.918.838 638.959.564.780 670.907.543.018 699.173.966.093 III

Total rencana pengeluaran prioritas II (III.a-III.b)

182.518.998.002 228.368.762.602 239.787.200.732 268.742.963.160 300.334.161.878 301.204.989.950 Surplus anggaran riil

atau Berimbang (I-II-III)* 457.860.651.998 556.421.636.140 579.397.224.441 605.309.963.173 632.727.731.977 654.039.105.808

Sumber: DPPKAD Kabupaten Jepara, diolah, 2012

Isu-isu penting yang menjadi masalah pembangunan. (1) Belanja pegawai merupakan beban terbesar dan harus menjadi prioritas dalam perencanaan. Pengaturan belanja kepegawaian baik pengaturan pada tunjangan, honorarium dan remunerasi lain perlu dilakukan secara cermat, mengingat pos anggaran wajib dan prioritas terbesar ada pada belanja pegawai, (2) Isyu penting kedua lainnya adalah belanja modal yang perlu dilakukan secara cermat guna merangsang Investor, pengusaha industri pengolahan kayu bertahan dan atau mengembangkan usahanya di wilayah kabupaten Jepara. Program lain yang perlu didanai antara lain pemberdayaan nelayan dan desa agar dapat dicapai perkembangan perdagangan dan UKM yang baik. Program

H a l a m a n | I I I . 2 7 .

lain yang menjadi prioritas adalah pendidikan terutama wajib belajar 9 tahun yang harus terlaksana dengan baik. Program prioritas lain adalah programyang terkait dengan visi dan misi Kabupaten Jepara.

Masalah yang menjadi kendala pelaksanaan rencana alokasi antara lain: kemungkinan perkembangan harga-harga akan menghambat optimalisasi belanja langsung. Berbagai kebijakan pemerintah pusat tentang pengangkatan pegawai dan juga program-program yang belum terlaksana, dapat dapat berakibat makin menumpuknya beban anggaran pada periode akan datang. Sebagai contoh adalah masalah pengadaan barang modal berupa renovasi gedung/bangunan milik pemerintah termasuk gedung / bangunan sekolah dan fasilitasnya.

Potensi dan peluang. Peluang yang ada dalam pengaturan belanja yang paling memungkinkan adalah pengaturan pengeluaran pembiayaan dan belanja modal. Berbagai pengeluaran wajib dan prioritas sulit untuk dilakukan penghematan terkait dengan jumlah PNS dan juga kebijakan gaji pegawai.

H a l a m a n | I V . 1 .

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan etika birokratis.

Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) di masa datang. Isu strategis juga diartikan sebagai suatu kondisi/kejadian penting /keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya akan menghilangkan peluang apabila tidak dimanfaatkan. Karakteristik suatu isu strategis adalah kondisi atau hal yang bersifat penting, mendasar, berjangka panjang, mendesak, bersifat kelembagaan/ keorganisasian dan menentukan tujuan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk memperoleh rumusan isu-isu strategis diperlukan analisis terhadap berbagai fakta dan informasi kunci yang telah diidentifikasi untuk dipilih menjadi isu strategis.

Faktor penting lain yang perlu diperhatikan dalam merumuskan isu-isu strategis adalah telaahan terhadap Visi, Misi dan Program Kepala Daerah terpilih. Hal tersebut bertujuan agar rumusan isu yang dihasilkan selaras dengan cita-cita dan harapan masyarakat terhadap kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. Sumber lain isu strategis dari lingkungan eksternal (misal, dari masyarakat, dunia swasta, perguruan tinggi, dunia riset, lembaga non-profit, dan lain-lain) skala regional, nasional, dan internasional juga merupakan unsur penting yang perlu diperhatikan dan menjadi masukan dalam menganalisis isu-isu strategis pembangunan jangka menengah daerah.

Dalam menentukan data atau informasi yang akan dijadikan isu strategis dilakukan dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut: 1) Memiliki pengaruh yang besar/ signifikan terhadap pencapaian sasaran pembangunan nasional; 2) Merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah; 3) Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap publik; 4) Memiliki daya ungkit untuk pembangunan daerah; 5) Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola; dan 6) Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan.

4.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN Secara umum permasalahan pokok pada masing-masing urusan

pemerintahan di Kabupaten Jepara pada Tahun 2007 sampai dengan 2012 yang dikelompokkan dalam 5 (lima) bidang permasalahan yaitu permasalahan tata kelola pemerintahan, permasalahan pemberdayaan ekonomi kerakyatan, permasalahan permasalahan pembangunan manusia seutuhnya, permasalahan perwujudan sistem tatanan sosial

H a l a m a n | I V . 2 .

budaya dan permasalahan perwujudan keunggulan daerah, sehingga perlu menjadi perhatian bersama dalam periode pembangunan jangka menengah Kabupaten Jepara Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2017 adalah sebagai berikut:

4.1.1. PERMASALAHAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN DAERAH Adanya keluhan masyarakat terhadap pelayanan umum yang

diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara (urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian), kurang efektif dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan di daerah (urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian), kurang optimalnya pegawai dalam memahami tugas pokok dan fungsinya (urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian), belum optimalnya pengelolaan pendapatan Asli Daerah dan aset daerah (urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian), adanya aspirasi masyarakat yang belum tertampung di tingkat kabupaten (urusan perencanaan pembangunan), belum optimalnya proses dan mekanisme pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah yang demokratis, partisipatif, aspiratif, transparan dan akuntabel (urusan perencanaan pembangunan), terbatasnya sumber daya manusia perencana baik dari kualitas maupun kuantitas (urusan perencanaan pembangunan), terbatasnya sumberdaya perencana pembangunan dalam mengimplementasikan Pengarus Utamaan Gender (PUG) di Jepara (urusan perencanaan pembangunan), belum sinergis dan terintegrasinya perencanaan baik yang bersifat perencanaan makro, pembangunan kewilayahan maupun sektoral, rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk memiliki dokumen kependudukan (urusan kependudukan dan catatan sipil), program Elektronic Goverment (e-gov) dalam sistem administrasi kependudukan dan pencatatan sipil masih belum optimal (urusan kependudukan dan catatan sipil), pentingnya sinkronisasi dan harmonisasi data pemerintahan dan pembangunan yang dimiliki SKPD dan instansi pemerintah (urusan statistik), kurangnya penegakan hukum, rendahnya kesadaran masyarakat, pemanfaatan sumber daya alam yang melampaui daya dukung lingkungan, Berdampakan pada penurunan kualitas lingkungan hidup (urusan lingkungan hidup), terbatasnya Sumberdaya Manusia (SDM) dan sarana prasarana Pemeliharaan LPJU dan pertamanan (urusan penataan ruang), masih tingginya beban pembayaran PPJU yang ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten (urusan penataan ruang), kurangnya sarana prasarana pembangunan dan pemeliharaan taman-taman kota (urusan penataan ruang), belum maksimalnya pengawasan dan pengendalian tata ruang daerah (urusan penataan ruang), masih adanya beberapa bidang aset Pemerintah Daerah yang belum tersertifikat (urusan bidang pertanahan), belum optimalnya pengembangan dan pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan

H a l a m a n | I V . 3 .

(urusan energi dan sumber daya mineral), dan belum optimalnya pengelolaan Arsip daerah (urusan kearsipan).

4.1.2. PERMASALAHAN PEMBERDAYAAN EKONOMI KERAKYATAN Belum mantapnya kinerja koperasi, IKM, UMKM yang disebabkan

masih lemahnya SDM, terbatasnya permodalan dan manajemen serta lemahnya dalam upaya mengakses pasar (urusan koperasi dan usaha kecil menengah), belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ekonomi daerah (urusan koperasi dan usaha kecil menengah), belum tercapainya Upah Minimum Kabupaten (UMK) ke Kebutuhan Hidup Layak (KHL) 100% karena iklim industri belum menentu (urusan ketenagakerjaan), masih banyaknya perusahaan yg belum memahami aturan-aturan ketenagakerjaan (urusan ketenagakerjaan), kurang pahamnya tenaga kerja dan perusahaan akan hak hak dasar sebagai pekerja yang menyangkut : Upah, Jamsostek, Cuti (urusan ketenagakerjaan), diperlukannya pengembangan usaha industri kreatif dalam rangka mendorong pengembangan ekonomi masyarakat (urusan ketenagakerjaan), kurangnya penerapan dan pengembangan tehnologi serta ketrampilan pengelolaan dan pemanfaatan potensi sektor ekonomi strategis daerah (urusan ketenagakerjaan), belum optimalnya upaya-upaya penganekaragaman dan pengamanan pangan (urusan ketahanan pangan), belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan Kepulauan Karimunjawa (urusan kelautan dan perikanan), belum berfungsinya TPI sebagai lembaga lelang ikan yang dapat mengatur tataniaga perikanan (urusan kelautan dan perikanan), masih rendahnya produktifitas nelayan (urusan kelautan dan perikanan), terjadi peningkatan kawasan kritis akibat terjadinya abrasi yang disebabkan karena terbatasnya hutan pantai dan bangunan sipil teknis (urusan kelautan dan perikanan), rendahnya posisi tawar petani dalam pasar produk pertanian (urusan pertanian), masih diperlukannya pengembangan agroindustri dan agribisnis dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan petani (urusan pertanian), rendahnya tingkat permodalan petani/kelompok tani (urusan pertanian), rendahnya SDM petani/kelompok tani di bidang upaya peningkatan produksi (urusan pertanian), masih banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian (urusan pertanian), kurangnya partisipasi dan kepedulian masyarakat dalam dukungan penyelamatan, pemulihan, pemeliharaan dan pemberdayaan sumber daya alam dan hutan (urusan kehutanan), perlu peningkatan anggaran guna proses kerjasama mendukung penyelenggaraan transmigrasi mengingat jumlah calon peserta transmigrasi yang semakin banyak (urusan transmigrasi).

H a l a m a n | I V . 4 .

4.1.3. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN MANUSIA SEUTUHNYA Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B cenderung

mengalami penurunan (urusan pendidikan), masih terbatasnya kualitas dan kuantitas tenaga kependidikan (urusan pendidikan), mutu pendidikan masih perlu ditingkatkan (urusan pendidikan), masih rendahnya jumlah sekolah berstandar nasional (urusan pendidikan), masih kurang mendukungnya kualitas lingkungan dan perilaku hidup sehat masyarakat (urusan kesehatan), masih belum optimalnya kuantitas dan kualitas sarana kesehatan (urusan kesehatan), masih tingginya prosentase balita gizi buruk (urusan kesehatan), besarnya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu (urusan kesehatan), cenderung meningkatnya penyakit menular utamanya HIV dan AIDS (urusan kesehatan), masih terbatasnya sarana dan prasarana keolahragaan (urusan pemuda dan olah raga), masih rendahnya pemahaman terhadap gender dan perlindungan anak (urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak), adanya kesenjangan cukup jauh antara Indek Pembangunan Manusia (IPM) dan Indek Pembangunan Gender (IPG), Indek Dayaguna Gender (IDG) (urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak), rendahnya pengetahuan remaja tentang reproduksi sehat (urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera), kurangnya penyediaan alat dan obat kontrasepsi (alkon) untuk memenuhi permintaaan masyarakat akan pelayanan KB implant (urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera), kurangnya jumlah penyuluh Keluarga Berencana (urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera), rendahnya pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai kepahlawanan (urusan sosial), banyaknya penyandang masalah kesejahteraan sosial yang belum mendapat pelayanan dan fasilitasi dari pemerintah daerah (urusan sosial), perlunya peningkatan sarana, prasarana dan pembiayaan bagi perpustakaan daerah dan perpustakaan desa (urusan perpustakaan), rendahnya kualitas dan kuantitas sarana prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar akses perekonomian di perkotaan dan pedesaan (urusan pekerjaan umum), banyak bangunan drainase yang sudah rusak sehingga fungsi pengairan terganggu (urusan pekerjaan umum), kondisi sanitasi (sampah, drainase, air limbah) belum memadai (urusan pekerjaan umum), cakupan pelayanan air bersih belum merata (urusan pekerjaan umum), masih terdapat lingkungan permukiman yang kurang layak (urusan perumahan), dan perlunya peningkatan sarana dan prasarana transportasi jalan (urusan perhubungan).

4.1.4. PERMASALAHAN PERWUJUDAN SISTEM TATANAN SOSIAL BUDAYA Masih terdapatnya SKPD yang belum terhubung jaringan internet

(urusan komunikasi dan informatika), masih banyak masyarakat yang kurang mendapatkan informasi tentang kegiatan pemerintah daerah (urusan komunikasi dan informatika), perlunya peningkatan kewaspadaan terhadap konflik akibat proses demokratisasi, meningkatkan kesadaran hukum masyarakat serta pengendalian terhadap kondisi rawan bencana (urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri), kurangnya pemberdayaan masyarakat perdesaan melalui

H a l a m a n | I V . 5 .

teknologi tepat guna (urusan pemberdayaan masyarakat dan desa), kurangnya sarana pelatihan tenaga kerja bagi masyarakat perdesaan melalui lembaga-lembaga ekonomi masyarakat (urusan pemberdayaan masyarakat dan desa), dan kurangnya sentra-sentra kebudayaan di wilayah Kecamatan (urusan kebudayaan).

4.1.5. PERMASALAHAN PERWUJUDAN KEUNGGULAN DAERAH Rendahnya jumlah dan nilai investasi berskala nasional/PMDN

(urusan penanaman modal), kurangnya promosi potensi dan peluang investasi Kabupaten Jepara di tingkat Nasional (urusan penanaman modal), terbatasnya anggaran untuk peningkatan sarana prasarana di obyek wisata (urusan pariwisata), minimnya sumber daya manusia yang profesional di bidang pariwisata (urusan pariwisata), kurangnya koordinasi antar daerah (regional) dan lintas sektoral serta dengan pelaku pariwisata (urusan pariwisata), rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kegiatan pariwisata (urusan pariwisata), belum adanya pemetaan zona industri yang terintegrasi dengan penataan wilayah dan tata ruang bagi industri dan sektor lainnya (urusan perindustrian), kurang padunya pengembangan industri dengan kelestarian dan kebijakan lingkungan yang berkelanjutan (urusan perindustrian), belum tersedianya sarpras Perdagangan yang memadai (urusan perdagangan).

4.2. ISU STRATEGIS Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi

Kabupaten Jepara pada periode Tahun 2007-2011, maka dapat dirumuskan beberapa isu strategis Kabupaten Jepara pembangunan 5 (lima) tahun kedepan tahun 2012-2017 yang mendesak, sesuai kebutuhan masyarakat, memiliki daya ungkit pembangunan daerah, merupakan kewenangan pemerintah daerah dan memiliki dampak positif kepada masyarakat, sehingga membutuhkan perhatian dan ketepatan dalam penyelesaian lewat berbagai program dan kegiatan yang akan ditetapkan selama 5 (lima) tahun ke depan adalah:

4.2.1. ISU STRATEGIS TATA KELOLA PEMERINTAHAN DAERAH 1. Dalam rangka meningkatkan kinerja pemerintah daerah dalam

memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, perlu peningkatan partisipasi masyarakat melalui optimalisasi pelaksanaan musrenbang dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan sampai kabupaten, perlunya pengawasan melekat dan mengintensifkan koordinasi lintas SKPD dengan membenahi aspek regulasi melalui pemberian pedoman, supervisi, dan petunjuk teknis terutama bagi para pengguna anggaran dan pelaksana program dan kegiatan, serta pembenahan sistem informasi dan pelayanan administrasi, serta pengelolaan arsip yang baik

2. Dalam rangka menciptakan tertib administrasi pertanahan dan memperluas basis pertumbuhan ekonomi, perlu perhatian atas pola pemanfaatan lahan terhadap norma-norma yang ditetapkan dalam perencanaan tata ruang dan tata wilayah, serta perlu

H a l a m a n | I V . 6 .

membagi dalam tiga pola pengembangan ekonomi daerah yaitu pariwisata, perdagangan, industri, dan daerah resapan untuk hutan dan pantai alami.

4.2.2. ISU STRATEGIS PEMBERDAYAAN EKONOMI KERAKYATAN 1. Dalam rangka meningkatkan potensi kekayaan alam, perlu

diperhatikan optimalisasi dan pemberdayaan seluruh potensi seluruh sumber alam di Kabupaten Jepara untuk pemenuhan kesejahteraan masyarakat.

2. Dalam rangka meningkatkan potensi perekonomian daerah, perlu peningkatan sektor pertanian, peran Koperasi dan UKM, dan orientasi kebijakan industri yang pro growth, pro poor, pro job dan pro environment.

4.2.3. ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN MANUSIA SEUTUHNYA 1. Dalam rangka meningkatkan mutu kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat, perlu optimalisasi dan pengembangan kapasitas pada RSUD dan seluruh Puskesmas, Pustu dan jaringannya, menghidupkan kesadaran kesehatan masyarakat berbasis lingkungan dan keluarga, termasuk pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak serta dukungan terhadap sarana dan prasarana kebutuhan dasar masyarakat; menuju tercapaianya standar MDG’s.

2. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan penguatan peran pemuda, perlu mendesain kembali sistem pendidikan dari wajib belajar sembilan tahun menjadi rintisan wajib belajar dua belas tahun yang mendorong kesempatan pendidikan seluas-luasnya bagi masyarakat dengan biaya murah dan terjangkau tetapi tidak meninggalkan kualitas pendidikan ditinjau dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik, serta memberikan kesempatan kepada pemuda untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

3. Dalam rangka Meningkatkan kualitas pelayanan publik yang prima diperlukan upaya dukungan terhadap penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

4. Dalam rangka mengurangi kesenjangan partisipasi dan pemanfaatan hasil pembangunan Daerah antara laki-laki dan perempuan perlu dukungan untuk mempercepat penerapan Anggaran Responsif Gender.

5. Dalam rangka meningkatkan penanganan masalah sosial perlu diberikan upaya pemberian jaminan hidup pada anak panti asuhan, panti jompo dan membantu menyelesaikan pembangunan rumah tidak layak huni secara teratur.

6. Dalam rangka menumbuhkan minat baca masyarakat, perlu ditingkatkan sarana dan prasarana perpustakaan.

H a l a m a n | I V . 7 .

4.2.4. ISU STRATEGIS PERWUJUDAN SISTEM TATANAN SOSIAL BUDAYA 1. Dalam rangka menciptakan ketahanan ekonomi, sosial budaya dan

masyarakat, perlu diperhatikan peningkatan pemberdayaan masyarakat yang tertata dalam sistem sosial budaya luhur dan berkarakter agar bermartabat dengan memperhatikan kearifan lokal serta penyebarluasan informasi kebijakan pemerintah daerah kepada masyarakat.

2. Dalam rangka melestarikan budaya lokal, perlu penguatan terhadap sentra-sentra kebudayaan di daerah.

4.2.5. ISU STRATEGIS PERWUJUDAN KEUNGGULAN DAERAH 1. Dalam rangka menjadikan Jepara sebagai focus of interest lingkup

regional dan internasional, perlu menyusun strategi pengembangan kepariwisataan agar lebih bernilai ekonomis dengan meningkatkan sarana, prasarana dan sistem informasi serta dapat menumbuhkan iklim investasi dan strategic partner dengan pihak ketiga di luar pemerintah daerah.

2. Dalam rangka perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan, perlu peningkatan kapasitas pasar tradisional, mengoptimalkan kemitraan strategis antara pedagang pasar, masyarakat dan pemerintah daerah, dan membangun pusat perdagangan grosir bagi hasil pertanian dan peternakan.

3. Dalam rangka memperkuat sektor perindustrian, perlu menyusun strategi dan kebijakan pengembangan kapasitas kluster industri unggulan dengan tidak meninggalkan potensi dan eksistensi industri kecil dan menengah.

H a l a m a n | V . 1 .

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

5.1. VISI

Visi menggambarkan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Dengan adanya pertimbangan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan, dan peluang yang ada di Kabupaten Jepara serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka pada tahun 2012-2017, Kabupaten Jepara mencanangkan visi:

“Jepara yang Adil dalam Kemakmuran dan Makmur dalam Keadilan, dibawah Naungan Rahmat dan Hidayah Tuhan

Yang Maha Esa”

Hal ini berarti bahwa seluruh stakeholder di Kabupaten Jepara memberikan andil yang besar dalam penciptaan kemakmuran secara menyeluruh, yang mampu dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Orientasi dari visi ini adalah bagaimana kemakmuran bisa dirasakan secara adil bagi seluruh masyarakat Kabupaten Jepara. Orientasi ini merupakan tantangan sendiri yang harus dihadapi para stakeholder karena sudah saatnya Kabupaten Jepara menjadi salah satu Kabupaten yang paling maju dengan mendayagunakan segenap potensi yang ada.

Visi Kabupaten Jepara yang dirumuskan untuk tahun 2012-2017, yang tercantum dalam RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017, memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan Visi Kabupaten Jepara yang dirumuskan untuk tahun 2005-2025, yang tercantum dalam RPJPD Kabupaten Jepara Tahun 2005-2025. Visi RPJPD dicanangkan dalam rangka memotivasi segenap stakeholders untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan daerah selama tahun 2005 sampai dengan 2025 adalah sebagai berikut: ”Jepara Maju, Damai, Sejahtera, Demokratis, Religius, Dan Berdaya Saing”. Rumusan visi RPJPD Kabupaten Jepara Tahun 2005-2025 memiliki 6 (enam) konsep cita-cita ideal (yaitu “maju”, “damai”, “sejahtera”, “demokratis”, “religius”, dan “berdaya saing”), dimana kesemuanya memiliki keterkaitan yang erat dengan 3 (tiga) konsep cita-cita ideal (yaitu “Adil dalam Kemakmuran”, “Makmur dalam Keadilan” dan “Rahmah dan Hidayah Tuhan Yang Maha Esa”) yang terfapat dalam rumusan visi RPJMD Kabupaten Jeparan Tahun 2012-2017.

Kuatnyanya relasi substansial di antara kedua visi Kabupaten Jepara tersebut (Visi RPJPD dengan Visi RPJMD) dapat dijelaskan sebagai berikut: konsep cita-cita ideal “maju” dan “berdaya saing” dalam visi RPJPD terkait dengan konsep cita-cita ideal “Makmur dalam Keadilan” dalam visi RPJMD; kemudian konsep cita-cita ideal “sejahtera” dalam visi RPJPD terkait dengan konsep cita-cita ideal “Adil dalam Kemakmuran” dalam visi RPJMD; dan akhirnya konsep cita-cita ideal “Damai”, Demokratis”, dan “Religius” dalam visi RPJPD terkait dengan konsep cita-cita ideal “Rahmah dan Hidayah Tuhan Yang Maha Esa” dalam visi RPJMD.

H a l a m a n | V . 2 .

Selanjutnya, dalam rangka menciptakan kesamaan persepsi di antara para pemangku kepentingan (stakeholders) tentang substansi visi Kabupaten Jepara untuk tahun 2012-2017, maka diperlukan adanya penjelasan makna filosofis setiap alternatif visi tersebut sebagai berikut:

Apabila kita lihat lebih jauh mengenai visi Kabupaten Jepara ini, dapat kita ketahui bahwa terdapat 3 konsep cita-cita ideal, yakni “Adil dalam Kemakmuran”, “Makmur dalam Keadilan” dan “Rahmah dan Hidayah Tuhan Yang Maha Esa”. Ketiga konsep cita-cita ideal yang akan dicapai dalam kurun waktu pembangunan tahun 2012-2017 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. “Adil dalam Kemakmuran”, berarti pembangunan Kabupaten

Jepara yang diarahkan pada upaya pencapaian keadilan yang sejati, keadilan yang didasarkan pada nilai-nilai perikemanusiaan dan perikehidupan kebangsaan yang luhur, dimana setiap masyarakat dapat merasakan hidup yang tenang dan tentram terpenuhi kebutuhan pokoknya secara layak, seperti pendidikan, kesehatan, dan fasilitas pelayanan dasar lainnya.

2. “Makmur dalam Keadilan”, berarti pembangunan Kabupaten Jepara yang diarahkan pada upaya penciptaan wilayah dan masyarakat yang makmur, terciptanya kondisi peningkatan dan pertumbuhan ekonomi berbasis ekonomi kerakyatan dan ketersediaan sarana prasarana yang memadai berbasis pada kepatuhan pembangunan kewilayahan/keruangan dan pembangunan berkelanjutan.

3. “Rahmat dan Hidayat Tuhan Yang Maha Esa”, berarti pembangunan Kabupaten Jepara yang diarahkan dan disadarkan pada pembangunan nilai-nilai keagamaan, religiusitas, dan spiritualitas masyarakat Kabupaten Jepara sehingga segenap komponen masyarakat mampu untuk menjalankan pembangunan dengan penuh antusias, optimisme, dengan rahmah dan hidayah dari Tuhan Yang Maha Esa menuju pemerintahan yang berkinerja tinggi, bersih, transparan, dan akuntabel.

5.2. MISI Misi adalah rumusan umum tentang upaya yang akan dilaksanakan

untuk mewujudkan visi dengan mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan kedepan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki. Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara pemerintahan tanpa mengabaikan mandat yang diberikannya.

Guna pencapaian visi yang telah ditetapkan, maka Pemerintah Kabupaten Jepara merumuskan misi pembangunan sebagai upaya mengemban pencapaian visi pembangunan selama tahun 2012-2017 adalah sebagai berikut:

H a l a m a n | V . 3 .

5.2.1. MISI PERTAMA:

Mewujudkan tata kelola pemerintah daerah yang adil, bersih, bertanggung jawab, dan bermartabat dengan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam dan APBD sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.

Tata kelola pemerintah daerah yang adil, bersih, dan bertanggung jawab ini dimaknai sebagai perwujudan dari adanya Good Governance. Good Governance ini merupakan perwujudan ideal tata kelola pemerintahan sehingga mampu menciptakan kesejahteraan.

5.2.2. MISI KEDUA: Pemberdayaan ekonomi rakyat melalui peningkatan nilai tambah sektor-sektor produktif (UMKM, koperasi, pertanian, nelayan, dan perburuhan) bagi upaya perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja guna memberantas pengangguran dan kemiskinan.

Misi kedua ini berfokus pada upaya pemerintah daerah dalam mendorong pemberdayaan ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat ini ditopang melalui UMKM dan Koperasi sehingga mampu meningkatkan nilai ekonomis sumberdaya alam yang dimiliki. UMKM dan koperasi ini juga diusahakan mampu memberikan stimulis dalam perkembangan industri dalam perdesaan.

5.2.3. MISI KETIGA: Peningkatan percepatan capaian pembangunan untuk semua, serta perbaikan kualitas lingkungan, mencakup pembangunan pembangunan manusia seutuhnya, lewat peningkatan mutu pendidikan, layanan publik, kesehatan, pemberdayaan ibu dan anak, pemuda , olahraga, sanitasi lingkungan dan penataan kehidupan sosial masyarakat.

Misi ketiga ini berfokus pada upaya pemerintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan, layanan publik, kesehatan, pemberdayaan ibu dan anak, pemuda, olahraga, sanitasi lingkungan, dan penataan kehidupan sosial. Upaya peningkatan ini dilakukan antara lain dengan memberikan aksesbilitas kepada seluruh masyarakat Kabupaten Jepara dalam menjangkau pelayanan sosial dasar.

5.2.4. MISI KEEMPAT:

Mewujudkan masyarakat madani kabupaten Jepara dalam sistem tatanan sosial budaya yang luhur serta berkarakter agar bermartabat.

Misi keempat ini berfokus pada upaya penciptaan sistem tatanan politik, sosial, dan budaya yang luhur melalui pembangunan kebudayaan dengan melibatkan seluruh masyarakat Kabupaten Jepara.

5.2.5. MISI KELIMA: Terciptanya nilai budaya unggul (kreatif, produktif, dan inovatif) di dalam pergaulan tata pemerintahan daerah dan lingkungan masyarakat Jepara.

H a l a m a n | V . 4 .

Misi kelima ini melihat Kabupaten Jepara yang pluralis, dimana perlu pembentukan pola hubungan tertentu antara pemerintah dan masyarakat sehingga mampu memperkuat sektor pariwisata, perindustrian, perdagangan, dan penanaman modal.

Rumusan Misi yang tersusun telah memiliki keselarasan dengan rumusan 3 Konsep Cita-cita Ideal Visi. Adapun bentuk keselarasan itu adalah: 1. Adil dalam Kemakmuran, memiliki keselarasan dengan:

Misi Ketiga, Peningkatan percepatan capaian pembangunan untuk semua, serta perbaikan kualitas lingkungan, mencakup pembangunan pembangunan manusia seutuhnya, lewat peningkatan mutu pendidikan, layanan publik, kesehatan, pemberdayaan ibu dan anak, pemuda, olahraga, sanitasi lingkungan dan penataan kehidupan sosial masyarakat.

2. Makmur dalam Keadilan, memiliki keselarasan dengan: Misi Kedua, Pemberdayaan ekonomi rakyat melalui peningkatan nilai tambah sektor-sektor produktif (UMKM, Koperasi, Pertanian, Nelayan, dan Perburuhan) bagi upaya perluasan

3. Rahmat dan Hidayat Tuhan Yang Maha Esa, memiliki keselarasan dengan: Misi Pertama, Mewujudkan tata kelola pemerintah daerah yang adil, bersih, bertanggung jawab, dan bermartabat dengan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam dan APBD sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat Misi Keempat, Mewujudkan masyarakat madani kabupaten Jepara dalam sistem tatanan sosial budaya yang luhur serta berkarakter agar bermartabat. Misi Kelima, Terciptanya nilai budaya unggul (kreatif, produktif, dan inovatif) di dalam pergaulan tata pemerintahan daerah dan lingkungan masyarakat Jepara.

5.3. TUJUAN DAN SASARAN Tujuan dan sasaran pembangunan yang dirumuskan sebagai upaya

pencapaian visi dan misi Kabupaten Jepara tahun 2012-2017 adalah sebagai berikut:

5.3.1. MISI PERTAMA:

Mewujudkan tata kelola pemerintah daerah yang adil, bersih, bertanggung jawab, dan bermartabat dengan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam dan APBD sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.

Tujuan 1.1.: Menciptakan Good Governance dan Kesejahteraan Masyarakat. lebih menekankan pada pola hubungan yang sebaik-baiknya antar elemen yang ada. konsep Tata Pemerintahan (Good Governance) merujuk pada pola hubungan antara pemerintah dengan masyarakat, kelembagaan politik, kelembagaan ekonomi dan kelembagaan sosial/budaya dalam upaya menciptakan kesepakatan bersama menyangkut pengaturan proses pemerintahan. Hubungan yang

H a l a m a n | V . 5 .

diidealkan adalah sebuah hubungan yang seimbang dan proporsional antara elemen tersebut.

Sasaran 1.1.1.: Terwujudnya Good Governance dan optimalisasi sumber daya alam dan APBD. Indikator: Tersedianya sistem informasi pelayanan perijinan dan administrasi

pemerintah Peningkatan jumlah sistem informasi manajemen Peningkatan pertumbuhan ekonomi Peningkatan pendapatan per kapita Penurunan jumlah penduduk miskin Penurunan indeks gini Peningkatan IPM

5.3.2. MISI KEDUA: Pemberdayaan ekonomi rakyat melalui peningkatan nilai tambah sektor-sektor produktif (UMKM, koperasi, pertanian, nelayan, dan perburuhan) bagi upaya perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja guna memberantas pengangguran dan kemiskinan.

Tujuan 2.1.: Memperluas basis pertumbuhan ekonomi wilayah dan sentra-sentra industri kecil di perdesaan.

Sasaran 2.1.1.: Terciptanya basis pertumbuhan ekonomi wilayah dan sentra-sentra industri kecil di perdesaan. Indikator: Peningkatan persentase koperasi aktif Peningkatan jumlah UKM non BPR/LKM UKM

Tujuan 2.2.: Meningkatkan nilai-nilai ekonomi sumber-sumber daya alam yang ada sehingga menjadi lebih produktif (kebun, hutan, sungai, laut, dan sebagainya).

Sasaran 2.2.1.: Terciptanya produktifitas hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Indikator: Peningkatan ketersediaan pangan utama Peningkatan produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal

lainnya per hektar Peningkatan produksi perikanan Peningkatan produksi perikanan kelompok nelayan

5.3.3. MISI KETIGA: Peningkatan percepatan capaian pembangunan untuk semua, serta perbaikan kualitas lingkungan, mencakup pembangunan pembangunan manusia seutuhnya, lewat peningkatan mutu pendidikan, layanan publik, kesehatan, pemberdayaan ibu dan anak, pemuda, olahraga, sanitasi lingkungan dan penataan kehidupan sosial masyarakat.

Tujuan 3.1.: Meningkatkan kapasitas daya tampung pendidikan (formal dan non formal) dibarengi dengan upaya terus menerus perbaikan kualitas pendidikan dengan daya jangkau yang luas sampai ke desa-desa.

H a l a m a n | V . 6 .

Sasaran 3.1.1.: Terwujudnya kualitas pendidikan disertai dengan peningkatan kapasitas daya tampung pendidikan (formal dan non formal) dan luasnya daya jangkauan. Indikator: Peningkatan persentase Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Peningkatan rasio ketersediaan sekolah Peningkatan rasio guru murid per kelas rata-rata pendidikan dasar Peningkatan rasio guru murid per kelas rata-rata pendidikan

menengah Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM)) SMA/SMK/MA/Paket C

Sasaran 3.1.2.: Meningkatnya kuantitas dan kualitas infrastruktur pelayanan dasar. Indikator: Penurunan luas lingkungan pemukiman kumuh Peningkatan jumlah drainase dalam kondisi baik Terjaganya luas Kawasan Budidaya Terjaganya Luas Kawasan Lindung Terjaganya luas Ruang Terbuka Hijau Publik Peningkatan jumlah PMKS yang memperoleh bantuan sosial

Tujuan 3.2.: Memperluas akses kesehatan berkualitas dengan sistem pelayanan yang manusiawi dan bermartabat bagi semua rakyat.

Sasaran 3.2.1.: Terciptanya peningkatan secara nyata aksesbilitas dan kualitas pelayanan kesehatan bagi semua rakyat. Indikator: Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien

masyarakat miskin Peningkatan cakupan balita gisi buruk mendapat perawatan Peningkatan rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan

penduduk Peningkatan rasio tenaga medis per satuan penduduk Peningkatan cakupan Desa/kelurahan Universal Child

Immunization (UCI) Peningkatan cakupan puskesmas

5.3.4. MISI KEEMPAT:

Mewujudkan masyarakat madani kabupaten Jepara dalam sistem tatanan sosial budaya yang luhur serta berkarakter agar bermartabat

Tujuan 4.1.: Menumbuhkembangkan kesenian budaya lokal sebagai penguat nilai kearifan lokal.

Sasaran 4.1.1.: Terciptanya sistem tatanan politik, sosial, dan budaya yang luhur, berkarakter dan bermartabat. Indikator: Penambahan jumlah grup kesenian Penambahan jumlah gedung kesenian Peningkatan penyelenggaraan kegiatan festival seni dan budaya Peningkatan jumlah kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan

OKP Peningkatan jumlah kegiatan pembinaan politik daerah

Sasaran 4.1.2.: Terciptanya masyarakat desa yang mandiri. Indikator: Peningkatan jumlah nilai swadaya masyarakat dalam program

pemberdayaan masyarakat

H a l a m a n | V . 7 .

5.3.5. MISI KELIMA : Terciptanya nilai budaya unggul (kreatif, produktif, dan inovatif) di dalam pergaulan tata pemerintahan daerah dan lingkungan masyarakat Jepara.

Tujuan 5.1.: Menghidupkan dan mengembangkan potensi seni dan budaya daerah, sehingga bisa menjadi landmark dan kebanggaan masyarakt sekaligus menjadi simpul penguat bagi tumbuh-kembangnya industri wisata dan perdagangan.

Sasaran 5.1.1.: Terciptanya peningkatan kesenian dan budaya daerah sehingga mampu memberikan kontribusi optimal bagi pengembangan industri pariwisata dan perdagangan. Indikator: Peningkatan jumlah kunjungan wisata Peningkatan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Peningkatan kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB

sektor industri Peningkatan pertumbuhan industri

Sasaran 5.1.2.: Terciptanya penguatan sektor perdagangan melalui pengembangan pasar di daerah. Indikator: Peningkatan jumlah investor berskala nasional

H a l a m a n | V I . 1 .

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Berdasarkan pada tujuan dan sasaran pembangunan yang akan diupayakan pencapaiannya sebagai bentuk akhir dalam menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang dicita-citakan yaitu “Jepara yang Adil dalam Kemakmuran dan Makmur dalam Keadilan, dibawah Naungan Rahmat dan Hidayah Tuhan Yang Maha Esa”, maka perlu dirumuskan strategi dan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Jepara untuk lima tahun kedepan (2012-2017), adalah sebagai berikut:

6.1. STRATEGI Strategi yang dirumuskan untuk mencapai visi dan misi Kabupaten

Jepara tahun 2012-2017 adalah sebagai berikut:

6.1.1. MISI PERTAMA:

Mewujudkan tata kelola pemerintah daerah yang adil, bersih, bertanggung jawab, dan bermartabat dengan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam dan APBD sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.

Misi pembangunan Kabupaten Jepara terkait dengan upaya perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik akan dilaksanakan dengan strategi sebagai berikut: a. Perbaikan kinerja penyelenggaraan pemerintahan b. Peningkatan pembangunan berkelanjutan

6.1.2. MISI KEDUA: Pemberdayaan ekonomi rakyat melalui peningkatan nilai tambah sektor-sektor produktif (UMKM, koperasi, pertanian, nelayan, dan perburuhan) bagi upaya perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja guna memberantas pengangguran dan kemiskinan.

Misi pembangunan Kabupaten Jepara terkait dengan pemberdayaan ekonomi rakyat akan diupayakan perwujudannya dengan pelaksanaan strategi sebagai berikut: a. Peningkatan pemberdayaan pelaku ekonomi rakyat b. Revitalisasi peran dan potensi sektor ekonomi unggulan

6.1.3. MISI KETIGA: Peningkatan percepatan capaian pembangunan untuk semua, serta perbaikan kualitas lingkungan, mencakup pembangunan pembangunan manusia seutuhnya, lewat peningkatan mutu pendidikan, layanan publik, kesehatan, pemberdayaan ibu dan anak, pemuda, olahraga, sanitasi lingkungan dan penataan kehidupan sosial masyarakat.

H a l a m a n | V I . 2 .

Misi pembangunan Kabupaten Jepara terkait dengan aksesbilitas pelayanan sosial dasar dalam mengembangkan potensi yang dimiliki akan diupayakan perwujudannya dengan pelaksanaan strategi sebagai berikut: a. Peningkatan akses pelayanan sosial dasar b. Pengembangan potensi sumber daya manusia unggul

6.1.4. MISI KEEMPAT:

Mewujudkan masyarakat madani kabupaten Jepara dalam sistem tatanan sosial budaya yang luhur serta berkarakter agar bermartabat.

Misi pembangunan Kabupaten Jepara terkait dengan pembangunan kehidupan politik, sosial, dan budaya masyarakat akan diupayakan perwujudannya dengan pelaksanaan strategi sebagai berikut: a. Pengembangan budaya unggul b. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan desa

6.1.5. MISI KELIMA: Terciptanya nilai budaya unggul (kreatif, produktif, dan inovatif) di dalam pergaulan tata pemerintahan daerah dan lingkungan masyarakat Jepara.

Misi pembangunan Kabupaten Jepara terkait dengan peningkatan keunggulan dan daya saing daerah akan diupayakan perwujudannya dengan pelaksanaan strategi sebagai berikut: a. Pengembangan industri kreatif b. Peningkatan akses terhadap pengembangan perdagangan

6.2. ARAH KEBIJAKAN Arah kebijakan pembangunan pada setiap strategi yang

dirumuskan untuk mencapai visi dan misi Kabupaten Jepara tahun 2012-2017 adalah sebagai berikut:

6.2.1. MISI PERTAMA:

Mewujudkan tata kelola pemerintah daerah yang adil, bersih, bertanggung jawab, dan bermartabat dengan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam dan APBD sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.

Misi pembangunan Kabupaten Jepara terkait dengan upaya perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik akan dilaksanakan dengan arah kebijakan sebagai berikut: a. Memadukan pengembangan industri dengan kelestarian dan

kebijakan lingkungan yang berkelanjutan. b. Mempersiapkan tata ruang dan penataan wilayah dengan tujuan

memperluas basis-basis pertumbuhan ekonomi, dengan mengoptimalkan zona-zona industri yang telah ada dan diintegrasi dengan pengembangan wilayah zona industri baru (Industrial park) dan pembangunan akses jalan.

c. Penataan menyeluruh wilayah-wilayah yang terpusat dalam tiga pola pengembangan ekonomi daerah yakni pariwisata,

H a l a m a n | V I . 3 .

perdagangan, industri, dan daerah resapan untuk hutan serta pantai alami.

d. Mengembalikan semua hak rakyat yang paling asasi dan memperoleh pelayanan pemerintahan yang paling mendasar, seperti: KTP, Akta Kelahiran, dan Akta Perkawinan secara gratis dengan pelayanan yang manusiawi dan bermartabat.

e. Membuat zona industri yang terintegrasi dengan penataan wilayah dan tata ruang bagi industri dan sektor lainnya.

f. Pemberian jaminan perlindungan hukum secara adil bagi seluruh rakyat.

g. Tata kelola pemerintah yang bersih, profesional, berorientasi pelayanan prima bagi masyarakat.

h. Pembenahan sistem administrasi, dan pelayanan informasi bagi informasi publik secara terbuka dan mudah diakses (memperkuat layanan Pusat Data Elektronik/ PDE disetiap instansi dan lembaga daerah).

i. Mempersiapkan perangkat aturan main dan petunjuk teknis pelaksanaannya secara konsisten dan terpadu dalam hal penataan operasional dan eksplorasi usaha bahan galian.

6.2.2. MISI KEDUA: Pemberdayaan ekonomi rakyat melalui peningkatan nilai tambah sektor-sektor produktif (UMKM, koperasi, pertanian, nelayan, dan perburuhan) bagi upaya perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja guna memberantas pengangguran dan kemiskinan.

Misi pembangunan Kabupaten Jepara terkait dengan pemberdayaan ekonomi rakyat akan diupayakan perwujudannya dengan arah kebijakan sebagai berikut: a. Mendorong produktivitas usaha menengah,kecil, dan mikro

(UMKM) dan koperasi dengan memberikan fasilitas akses pembiayaan modal usaha dan investasi dengan pola subsidi bunga.

b. Mendayagunakan fasilitas “Resi Gudang” dengan fasilitas penjaminan yang digaransi oleh pemerintah daerah sehingga petani dapat memperkuat posisi jual ketika menghadapi pasar.

c. Orientasi kebijakan industri yang pro job, membuka kesempatan kerja yang lebar dengan menurunkan “high cost economy” dengan menata birokrasi dan regulasi daerah terkait investasi.

d. Memperkuat posisi tawar petani dalam pasar produk pertanian melalui kerjasama pengolahan dan pembelian produk pertanian oleh pemerintah daerah.

e. Optimalisasi lahan tambak untuk perikanan darat dan revitalisasi alat tangkap untuk pemberdayaan nelayan.

f. Pengolahan pasca panen ikan. g. Mendorong terbentuknya pola pembinaan petani lewat kelompok

tani dan koperasi tani, dimana kelompok-kelompok tani tersebut diberi insentif untuk mengembangkan peternakan sapi atau kambing.

H a l a m a n | V I . 4 .

h. Mengembangkan pola tumpang sari tanaman ladang dan kebun yang diarahkan untuk menunjang sumber bahan baku untuk industri kerajinan rakyat yang bisa diarahkan untuk mengembangkan industri skala rumah tangga (kecil) di pedesaan.

i. Mengembangkan penanaman hutan tanaman industri sebagai sumber bahan baku kayu maupun perkebunan tanaman pangan.

6.2.3. MISI KETIGA: Peningkatan percepatan capaian pembangunan untuk semua, serta perbaikan kualitas lingkungan, mencakup pembangunan pembangunan manusia seutuhnya, lewat peningkatan mutu pendidikan, layanan publik, kesehatan, pemberdayaan ibu dan anak, pemuda, olahraga, sanitasi lingkungan dan penataan kehidupan sosial masyarakat.

Misi pembangunan Kabupaten Jepara terkait dengan aksesbilitas pelayanan sosial dasar dalam mengembangkan potensi yang dimiliki akan diupayakan perwujudannya melalui arah kebijakan sebagai berikut: a. Mendorong terjadinya paradigma pengelolaan pendidikan berbasis

komunitas di perdesaan,seperti pesantren dan madrasah dengan dorongan pembiayaan yang memadai sehingga membuka kesempatan pendidikan seluas-luasnya bagi rakyat perdesaan.

b. Pendidikan dasar dan menengah seharusnya menyediakan seluas-luasnya kesempatan sekolah bagi rakyat secara berkualitas, bermutu, dan berstandar baik.

c. Mendesain kembali sistem pengelolaan keuangan dan sumber pembiayaan bagi pendidikan dasar dan menengah dengan sistem pembiayaan yang adil dan transparan.

d. Pelayanan terpadu dan berkualitas dari seluruh puskesmas dan RSUD dengan pola pembiayaan bersubsidi (gratis) dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat bagi masyarakat miskin.

e. Membangun dan memperkuat infrastruktur (fisik, dan non fisik) keolahragaan dan pusat-pusat kegiatan kepemudaan guna menampung minat, bakat, dan tempat menempa prestasi generasi muda.

f. Mendorong terbentuknya sentra-sentra layanan rumah sehat dengan pola pelayanan kesehatan terpadu yang terintegrasi dengan basis-basis pelayanan tempat ibadah dan Posyandu ditingkat RT.

g. Pembinaan dan pengembangan bidang kepemudaan lewat peningkatan prestasi dan kemampuan potensi pemuda (kewirausahaan, ketrampilan, dan pendidikan dan pelatihan tepat guna).

h. Meningkatkan kapasitas dan prestasi bidang keolahragaan menuju prestasi tingkat nasional dan internasional.

H a l a m a n | V I . 5 .

i. Menggalakkan iklim dan kompetisi olahraga dan kesenian serta membudayakan semangat menghargai prestasi anak-anak muda yang memberi kontribusi bagi pengembangan prestasi pemuda dan pembangunan daerah.

j. Menghidupkan kembali pola kesadaran kesehatan masyarakat berbasis keluarga dan lingkungan, seperti menggalakkan program KB lewat Posyandu, bercocok tanam di pekarangan rumah dengan tanaman obat, menghidupkan kembali tenaga penyuluh kesehatan dan KB di setiap desa.

k. Menerapkan pola capaian hasil layanan kesehatan yang mengadopsi indikator-indikator capaian indikator-indikator pembangunan abad millenium (millenium development goals/ MDGs).

l. Pengembangan standar pendidikan yang bermutu berbasis kapasitas kognitif dan motorik, serta kualitas akhlak.

6.2.4. MISI KEEMPAT:

Mewujudkan masyarakat madani kabupaten Jepara dalam sistem tatanan sosial budaya yang luhur serta berkarakter agar bermartabat.

Misi pembangunan Kabupaten Jepara terkait dengan pembangunan kehidupan sosial budaya masyarakat akan diupayakan perwujudannya melalui arah kebijakan sebagai berikut: a. Mensinkronisasikan kebijakan pengembangan budaya dan seni

yang memiliki keunggulan dengan paket tourism, sehingga tercipta sinergi yang saling menguntungkan.

b. Pengembangan budaya dan seni yang sejalan dengan pengembangan karakter budaya lokal dengan mempertimbangkan arah perubahan jaman, di era global dan kompetisi.

c. Mendorong terbentuknya sentra-sentra industri kerajinan rakyat berbasis komunitas (koperasi rukun tetangga) di setiap Desa diharapkan menjadi lebih menggeliat ekonominya dan mampu menjadi daya tarik para pemuda untuk bekerja di desanya.

d. Pengembangan budaya daerah berbasis budaya unggulan kecamatan melalui pengadaan event budaya dan seni.

6.2.5. MISI KELIMA: Terciptanya nilai budaya unggul (kreatif, produktif, dan inovatif) di dalam pergaulan tata pemerintahan daerah dan lingkungan masyarakat Jepara.

Misi pembangunan Kabupaten Jepara terkait dengan peningkatan keunggulan dan daya saing daerah akan diupayakan perwujudannya melalui arah kebijakan sebagai berikut: a. Transparansi, akuntabilitas, dan meningkatkan kapabilitas

pengelolaan institusi pemerintah daerah yang optimal dan pro investasi yang menguntungkan bagi rakyat.

b. Mengembangkan dan merestorasi tujuan-tujuan wisata, terutama wisata alam dan budaya yang selama ini kurang terkelola dengan baik, tanpa membebani APBD.

H a l a m a n | V I . 6 .

c. Memetakan dan membuat strategi promowisata di pasar domestik dan luar dengan model “strategic partner” dengan para pengusaha jasa, biro wisata kelas dunia.

d. Mensinergikan kebijakan pengembangan wilayah perdagangan dengan sektor jasa (hotel, restoran, dan pusat-pusat kerajinan dan oleh-oleh) yang terintegrasi dengan penataan kawasan wisata).

e. Penguatan kluster industri unggulan yang berdaya saing sehingga kebijakan bisa fokus pada industri-industri unggulan yang terintegrasi dengan industri kecil dan menengah yang nantinya diarahkan menjadi “strategic partners” bagi industri besar.

f. Meningkatkan kapasitas struktur dan infrastruktur pasar tradisional guna meningkatkan daya saing dan transaksi perdagangan sehingga dapat meningkatkan derajat dan pendapatan bagi pedagang tradisional.

g. Membangun kemitraan strategis antara para pedagang pasar, masyarakat (swasta) dan pemerintah daerah dengan semangat saling menguntungkan dan memberi manfaat dalam menjalankan program-program pembangunan dan meningkatkan kapasitas pasar tradisional.

h. Memotong mata rantai perdagangan yang hanya menjadi sumber rente dan keuntungan besar bagi para tengkulak dan pedagang dengan hanya menyisakan keuntungan kecil bahkan cenderung merugikan petani, peternak, serta nelayan kecil.

i. Keuntungan dari pasar grosir hasil pertanian dan peternakan seutuhnya dikembalikan ke kas pemerintah daerah guna menunjang program-program subsidi bunga bagi kredit pertanian, nelayan, dan peternakan rakyat,sekaligus menopang anggaran bagi subsidi pupuk, bibit ternak,dan alat melaut yang akan menjadi prioritas utama dalam pengembangan sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, dan nelayan di Kabupaten Jepara.

H a l a m a n | VII . 1 .

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN

PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

7.1. TAHAPAN PEMBANGUNAN Dalam rangka untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dari

pemanfaatan potensi pembangunan daerah, maka sangat perlu ditetapkan tahapan pokok pelaksanaan pembangunan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara tahun 2012-2017. Tahapan ini disusun dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:

7.1.1. PERTAMA: TAHAP KONSOLIDASI (2012) Tahap konsolidasi adalah tahap untuk menyambung, melanjutkan

dan menajamkan capaian RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012, tahapan ini menjadi dasar peletakkan fondasi bagi pembangunan lima tahun ke depan (2012-2017), yang mengacu pada RPJPD Kabupaten Jepara tahun 2005-2025. Pada tahap konsolidasi ini dilakukan pemanfaatan secara optimal atas segenap potensi yang telah terbangun demi pelaksanaan pembangunan secara berkelanjutan.

Oleh karena itu pelaksanaan pembangunan daerah pada tahapan konsolidasi lebih ditekankan pada upaya penguatan ke dalam, membuat pemerintahan daerah menjadi lebih siap menghadapi berbagai tantangan dalam upaya perwujudan visi dan pengembanan misi pembangunan daerah.

Kesiapan internal dapat dilakukan dengan penataan dan perbaikan kapasitas daerah secara keseluruhan dalam rangka peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Hal-hal yang akan dilakukan antara lain: penguatan aspek perencanaan pembangunan pada level daerah dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), perbaikan kinerja kelembagaan pemerintah daerah, perbaikan kualitas sumber daya manusia aparatur pemerintah, peningkatan kemampuan sumber daya keuangan, penataan aspek kerjasama, kemitraan, dan koordinasi antar berbagai pihak, pengendalian dan evaluasi pembangunan.

Pada tahapan ini akan ditekankan pembangunan yang mendukung pelaksanaan misi pertama, misi keempat dan misi kelima; yang terkait dengan penguatan ke dalam jajaran penyelenggara pemerintahan Kabupaten Jepara. Urusan yang diprioritaskan dalam pelaksanaan tahapan ini adalah: 1. Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi

Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian; dengan program prioritas antara lain: Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah, Program Pembinaan dan Peningkatan Organisasi Perangkat Daerah, Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur. Urusan Penataan Ruang; dengan program prioritas antara lain: Program Perencanaan Tata Ruang, Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

H a l a m a n | VII . 2 .

2. Urusan Kepariwisataan; dengan program prioritas antara lain: Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata, Program Pengembangan Kemitraan Kepariwisataan.

3. Urusan Kebudayaan; dengan program prioritas antara lain : Program Pengembangan Nilai Budaya, Program Pengelolaan Kekayaan Nilai Budaya, Program Pengelolaan Keragaman Budaya.

4. Urusan Perindustrian; dengan program prioritas antara lain: Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah, Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial.

5. Urusan Perdagangan; dengan program prioritas antara lain: Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan.

7.1.2. KEDUA: TAHAP AKTUALISASI (2013-2015) Tahap Aktualisasi merupakan upaya nyata dari pelaksanaan

berbagai program pembangunan daerah yang tercantum dalam RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017, baik yang berupa program utama maupun program pendukung dalam rangka pencapaian visi pembangunan daerah.

Pelaksanaan tahapan ini membutuhkan komitmen, dukungan, dan partisipasi yang sangat kuat dari segenap pemangku kepentingan pembangunan, sehingga pengelolaannya akan lebih komprehensif dari sisi perencanaan, kelembagaan, personil, penganggaran, kerjasama, dan sebagainya. Untuk itu akan dilakukan pemanfaatan secara optimal atas berbagai potensi sumber daya manusia, sumber daya ekonomi, dam sumber daya alam yang ada secara bijaksana dan memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan yang didukung dengan penyediaan infrastruktur secara memadai.

Pada tahapan ini akan ditekankan pembangunan yang mendukung pelaksanaan misi kedua dan misi ketiga; yang terkait dengan penguatan ke dalam jajaran penyelenggara pemerintahan Kabupaten Jepara. Urusan yang diprioritaskan dalam pelaksanaan tahapan ini adalah: 1. Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah; dengan program

prioritas antara lain: Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah, Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah, Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.

2. Urusan Pertanian; dengan program prioritas antara lain: Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/ Perkebunan), Program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan, Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan.

3. Urusan Kehutanan; dengan program prioritas antara lain: Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

4. Urusan Kelautan dan Perikanan; dengan program prioritas antara lain: Program Pengembangan Budidaya Perikanan, Program Pengembangan Perikanan Tangkap.

5. Urusan Kesehatan; dengan program prioritas antara lain: Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak, program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, Program pelayanan penduduk miskin, Program Upaya Kesehatan

H a l a m a n | VII . 3 .

Masyarakat, Program Pengembangan Lingkungan Sehat, Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan, Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/ Puskesmas Pembantu dan Jaringannya, Program Pengadaan, Peningkatan Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit/Poli Jiwa/Poli Paru-paru/Poli Sakit Mata.

6. Urusan Pendidikan; dengan program prioritas antara lain: Program Pendidikan Anak Usia Dini, Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, Program Pendidikan Menengah.

7. Urusan Pemuda dan Olah Raga; dengan program prioritas antara lain: Program Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda, Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga.

8. Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; dengan program prioritas antara lain : Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan.

9. Urusan Ketahanan Pangan; dengan program prioritas antara lain : Program Peningkatan Ketahanan Pangan

10. Urusan Perindustrian; dengan program prioritas antara lain: Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah, Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial.

7.1.3. KETIGA: TAHAP AKSELERASI (2016-2017). Tahap akselerasi diwujudkan dalam bentuk peningkatan dan

percepatan bagi pelaksanaan program pembangunan yang capaian kinerjanya belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan, disamping tetap menjaga kinerja pelaksanaan program pembangunan lainnya yang sudah baik. Tujuan dari pelaksanaan tahap ini mengupayakan penyempurnaan penyelesaian semua target pembangunan daerah sesuai RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017.

Pada tahapan ini, akan ditekankan kembali pentingnya evaluasi pembangunan, dalam rangka untuk menentukan program pembangunan mana yang harus diprioritaskan pada tahapan akhir pelaksanaan RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017. Secara singkat, program-program terkait dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kemajuan pembangunan ekonomi daerah harus semakin diupayakan dalam rangka mencapai visi Jepara yang makmur dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran; dengan tetap menjaga kualitas pelayanan publik oleh jajaran penyelengara pemerintahan.

Pada tahapan ini akan ditekankan pembangunan yang mendukung pelaksanaan misi kedua dan misi ketiga; yang terkait dengan penguatan ke dalam jajaran penyelenggara pemerintahan Kabupaten Jepara. Urusan yang diprioritaskan dalam pelaksanaan tahapan ini adalah: 1. Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah; dengan program

prioritas antara lain: Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah, Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.

H a l a m a n | VII . 4 .

2. Urusan Pertanian; dengan program prioritas antara lain: Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/ Perkebunan).

3. Urusan Kehutanan; dengan program prioritas antara lain: Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

4. Urusan Kelautan dan Perikanan; dengan program prioritas antara lain: Program Pengembangan Budidaya Perikanan, Program Pengembangan Perikanan Tangkap.

5. Urusan Kesehatan; dengan program prioritas antara lain: Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak, program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, Program pelayanan penduduk miskin, Program Upaya Kesehatan Masyarakat, Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan, Program Pengadaan.

6. Urusan Pendidikan; dengan program prioritas antara lain: Program Pendidikan Anak Usia Dini, Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, Program Pendidikan Menengah.

7. Urusan Pemuda dan Olah Raga; dengan program prioritas antara lain: Program Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga.

7.2. KEBIJAKAN UMUM Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran setiap misi serta

berdasarkan arah kebijakan yang ditetapkan, disusun program-program pembangunan. Program-program yang tercantum dalam RPJMD ini merupakan program pendukung langsung dalam pencapaian kinerja makro sedangkan program yang tidak mendukung langsung akan dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Tahunan Daerah sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran. Dalam bagian ini diuraikan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan target capaian indikator kinerja. Disajikan pula penjelasan tentang hubungan antara program pembangunan daerah dengan indikator kinerja yang dipilih.

7.2.1. MISI PERTAMA:

Mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang adil, bersih, bertanggung jawab, dan bermartabat dengan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam dan APBD sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.

7.2.1.1. Urusan Lingkungan Hidup Kebijakan pada Urusan Lingkungan Hidup diarahkan pada

mewujudkan kualitas lingkungan dalam rangka meningkatkan daya dukung lingkungan dan antisipasi terhadap perubahan iklim melalui (1) Penegakan hukum lingkungan yang adil dan tegas; (2) Peningkatan peran pemangku kepentingan dalam pengelolaan lingkungan hidup; (3) Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup (4) Adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

H a l a m a n | VII . 5 .

7.2.1.2. Urusan Penataan Ruang Kebijakan pada Urusan Penataan Ruang diarahkan untuk

mewujudkan tata ruang kota yang sinergis, serasi dan berkelanjutan didukung oleh dokumen perencanaan tata ruang yang realistik dan implementatif, penegakan hukum (law enforcement) yang tegas, dan tersedianya aparat pelaksana yang bertanggung jawab.

7.2.1.3. Urusan Perencanaan Pembangunan Kebijakan pada Urusan Perencanaan Pembangunan diarahkan

untuk pencapaian keserasian dan sinergitas perencanaan pembangunan daerah pada masing-masing urusan.

7.2.1.4. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil Kebijakan pada urusan Kepedudukan dan Catatan Sipil diarahkan

pada upaya pengelolaan administrasi kependudukan berbasis Single Indentification Number dan pencatatan sipil dalam kerangka keseimbangan persebaran penduduk.

7.2.1.5. Urusan Pertanahan Kebijakan pada Urusan Pertanahan diarahkan untuk pencapaian

tertib administrasi pertanahan yang meliputi penetapan penguasaan, kepemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah guna meningkatan sarana prasarana pelayanan masyarakat.

7.2.1.6. Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Kebijakan pada urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian dalam negeri diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan publik melalui 1) Pengembangan kapasitas aparat pemerintahan daerah, 2) Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah; 3) Peningkatan sarana prasarana pelayanan masyarakat; 5) Peningkatan pengelolaan keuangan daerah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel; 6) Peningkatan kualitas dan kuantitas produk-produk hukum daerah; 7) Peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah; 8) Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

7.2.1.7. Urusan Statistik Kebijakan pada Urusan Statistik diarahkan untuk pengembangan

data/informasi/statistik daerah.

7.2.1.8. Urusan Kearsipan Kebijakan pada Urusan Kearsipan diarahkan untuk memperbaiki

sistem administrasi kearsipan.

7.2.1.9. Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral Kebijakan pada Urusan energi dan sumberdaya mineral diarahkan

pada pengelolaan Energi dan Sumberdaya Mineral dengan memperhatikan prinsip keberlanjutannya bagi generasi yang akan

H a l a m a n | VII . 6 .

datang melalui pengendalian dan pemanfaatan lahan bekas galian C, penataan lahan kritis dan penggunaan air bawah tanah (ABT), serta pengembangan terkait tenaga listrik di karimunjawa dengan energi baru terbarukan.

7.2.2. MISI KEDUA: Pemberdayaan ekonomi rakyat melalui peningkatan nilai tambah sektor-sektor produktif (UMKM, Koperasi, Pertanian, Nelayan, dan Perburuhan) bagi upaya perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja guna memberantas pengangguran dan kemiskinan.

7.2.2.1. Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kebijakan pada Urusan Koperasi dan UKM diarahkan untuk

mewujudkan sistem ekonomi kerakyatan melalui (1) pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM), (2) fasilitasi akses permodalan KUMKM, dan (3) pengembangan manajemen pengelolaan KUMKM.

7.2.2.2. Urusan Ketenagakerjaan Kebijakan pada Urusan Ketenagakerjaan diarahkan untuk

meningkatkan kualitas dan produktifitas tenaga kerja.

7.2.2.3. Urusan Ketahanan Pangan Kebijakan pada Urusan ketahanan pangan diarahkan pada

tersedianya kebutuhan bahan pangan bagi masyarakat melalui (1) penganekaragaman bahan pangan; 2) peningkatan ketersediaan dan kualitas bahan pangan; 3) peningkatan kelancaran distribusi bahan pangan.

7.2.2.4. Urusan Kelautan dan Perikanan Kebijakan pada Urusan kelautan dan perikanan diarahkan pada

terwujudnya pemanfaatan sumberdaya perikanan laut dan darat yang secara optimal dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan melalui (1) peningkatan kualitas SDM Nelayan; (2) pengelolaan potensi kelautan secara optimal dan pengembangan perikanan.

7.2.2.5. Urusan Pertanian Kebijakan pada Urusan Pertanian diarahkan pada terwujudnya

pemanfaatan sumberdaya pertanian secara optimal dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan melalui (1) peningkatan kualitas SDM Pertanian; (2) pengelolaan potensi lahan secara optimal; (3) pengembangan sumber daya pertanian.

7.2.2.6. Urusan Kehutanan Kebijakan pada Urusan kehutanan diarahkan pada terwujudnya

sumberdaya alam/hutan yang dapat berfungsi sebagai meda pengatur tata air dan kelestarian lingkungan melalui (1) pengelolaan pemanfaatan potensi sumberdaya alam/ hutan; (2) rehabilitasi sumberdaya alam/ hutan.

H a l a m a n | VII . 7 .

7.2.2.7. Urusan Transmigrasi Kebijakan pada Urusan Transmigrasi diarahkan untuk

pengembangan wilayah transmigrasi.

7.2.3. MISI KETIGA: Peningkatan percepatan capaian pembangunan untuk semua, serta perbaikan kualitas lingkungan, mencakup pembangunan pembangunan manusia seutuhnya, lewat peningkatan mutu pendidikan, layanan publik, kesehatan, pemberdayaan ibu dan anak, pemuda, olahraga, sanitasi lingkungan dan penataan kehidupan sosial masyarakat.

7.2.3.1. Urusan Pendidikan Kebijakan pada urusan Pendidikan diarahkan pada (1)

peningkatan, pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu dan terjangkau di semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan (2) Pengembangan sekolah kejuruan dalam rangka menjawab kebutuhan pasar kerja; (3) Penuntasan buta huruf dan wajib belajar melalui program Paket A, B dan C; (4) peningkatan kemampuan akademis dan profesionalisme serta peningkatan jaminan kesejahteraan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, melalui Pendidikan dan Pelatihan, pengembangan muatan lokal yang lebih berorientasi pada kondisi dan potensi daerah; (5) Pembangunan dan rehabilitasi gedung-gedung sekolah yang sudah tidak layak pakai; penyempurnaan perpustakaan di masing-masing sekolah dan sarana/prasarana pendidikan sebagai tuntutan KBK seperti Laboratorium, Buku-buku, Ruang UKS, OSIS, Ruang BP, Kantin, WC, Mushalla Sarana olah raga, pagar keliling, dll; (6) Pemenuhan sekolah standar nasional dan internasional, dengan tetap memperhatikan pendidikan bagi golongan yang kurang mampu); serta (7) Peningkatan manajemen sekolah melalui optimalisasi penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, pemberdayaan komite sekolah, dewan pendidikan dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan pendidikan.

7.2.3.2. Urusan Kesehatan Kebijakan pada urusan kesehatan diarahkan pada meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat melalui (1) peningkatan pelayanan kesehatan; (2) peningkatan kualitas Tenaga kesehatan; (3) peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat miskin; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana kesehatan; (5) peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat pada upaya promotif dan preventif; dan (6) peningkatan manajemen pelayanan kesehatan yang bermuara pada pelayanan kesehatan menyeluruh (total/universal coverage).

7.2.3.3. Urusan Pekerjaan Umum Kebijakan pada Urusan pekerjaan umum diarahkan pada

perwujudan keseimbangan pertumbuhan dan pelayanan wilayah melalui (1) pembentukan struktur jaringan jalan sesuai dengan hirarki dan pelayanan jalan, interkoneksi antar bagian wilayah pengembangan dan

H a l a m a n | VII . 8 .

antar pusat pelayanan transportasi dan pusat pelayanan perkotaan serta peningkatan kapasitas jalan; (2) pengendalian dan penanggulangan banjir dan rob terpadu dan sistemik; (5) penyempurnaan wajah kota (6) pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat serta menjaga kualitas dan kuantitas sumber daya air.

7.2.3.4. Urusan Perumahan Kebijakan pada Urusan perumahan diarahkan pada upaya-upaya

perbaikan permukiman kumuh, peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap konsep rumah sehat, meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan perumahan yang sehat, dan mendorong investasi swasta dalam pengadaan rumah sehat sederhana. Serta upaya-upaya pengembangan perlindungan dan pemenuhan hak dasar warga miskin dalam hal ketersediaan perumahan dan perbaikan dalam fasilitas lingkungan perumahan sederhana untuk warga miskin

7.2.3.5. Urusan Pemuda dan Olah Raga Kebijakan pada urusan pemuda dan olahraga diarahkan untuk

mewujudkan peranan pemuda dalam pembangunan dan pola hidup masyarakat yang sehat jasmani dan rohani melalui (1) penguatan organisasi kepemudaan, 2) peningkatan budaya dan prestasi olah raga, dan (3) peningkatan sarana prasarana olah raga berskala nasional dan internasional.

7.2.3.6. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kebijakan pada Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak diarahkan untuk pencapaian standar kualitas hidup perempuan dan anak dalam masyarakat.

7.2.3.7. Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kebijakan pada urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera

diarahkan untuk mewujudkan keluarga sejahtera (pengendalian kelahiran) melalui (1) kesadaran masyarakat dalam ber-KB, (2) meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja serta pendewasaan usia perkawinan, (3) meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga, (4) memperkuat kelembagaan dan Jejaring KB dalam upaya pembudayaan keluarga kecil berkualitas.

7.2.3.8. Urusan Perhubungan Kebijakan pada Urusan Perhubungan diarahkan untuk peningkatan

kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perhubungan.

7.2.3.9. Urusan Sosial Kebijakan pada Urusan Sosial diarahkan untuk melindungi,

melayani dan memberdayakan para penyandang masalah kesejahteraan sosial.

H a l a m a n | VII . 9 .

7.2.3.10. Urusan Perpustakaan Kebijakan pada Urusan Perpustakaan diarahkan untuk peningkatan

kecerdasan masyarakat dengan mengembangan minat budaya baca dan pembinaan perpustakaan.

7.2.4. MISI KEEMPAT:

Mewujudkan masyarakat madani kabupaten Jepara dalam sistem tatanan sosial budaya yang luhur serta berkarakter agar bermartabat.

7.2.4.1. Urusan Komunikasi dan Informatika Kebijakan pada Urusan Komunikasi dan Informatika diarahkan

untuk pengembangan komunikasi dan informatika serta menjalin hubungan yang harmonis dan saling menghormati dengan media massa.

7.2.4.2. Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kebijakan pada Urusan Kesatuan Bangsa, Politik dan Politik Dalan

Negeri diarahkan dalam rangka meningkatkan kondisi aman dan nyaman bagi masyarakat dan lingkungan.

7.2.4.3. Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kebijakan pada Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

diarahkan pada peran serta dan keberdayaan masyarakat dalam pembangunan wilayah melalui (1) Penguatan kelembagaan masyarakat; (2) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan wilayah; (3) peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan sarana prasarana prasana wilayah, proses kelurahan dan institusi kemasyarakatan lainnya agar mampu mengidentifikasi permasalahan dan potensi masyarakat yang ada dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan, baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan publik, serta mampu menjawab permasalahan yang berkembang dalam lingkungannya.

7.2.4.4. Urusan Kebudayaan Kebijakan pada urusan kebudayaan diarahkan pada pembentukan

karakteristik masyarakat yang berbudi luhur melalui (1) pengembangan dan pelestarian potensi budaya lokal yang adi luhung, (2) mencegah masuknya budaya lain yang negatif atau yang tidak sesuai dengan budaya lokal, dan (3) memberi ruang gerak untuk berkreasi dan berinovasi dalam pengembangan kesenian lokal.

7.2.5. MISI KELIMA: Terciptanya nilai budaya unggul (kreatif, produktif,dan inovatif) di dalam pergaulan tata pemerintahan daerah dan lingkungan masyarakat Jepara.

7.2.5.1. Urusan Penanaman Modal Kebijakan pada Urusan penanaman modal diarahkan pada

peningkatan investasi dalam rangka peningkatan ekonomi daerah

H a l a m a n | VII . 1 0 .

melalui penciptaan iklim yang kondusif, peningkatan investasi/ penanaman modal, pemberdayaan BUMD dan optimalisasi manajemen aset daerah.

7.2.5.2. Urusan Kepariwisataan Kebijakan pada Urusan kepariwisataan diarahkan pada

terwujudnya Jepara sebagai Kota Wisata melalui pengembangan dan pemanfaatan potensi-potensi wisata secara maksimal baik wisata dagang maupun wisata religius, peningkatan manajemen pengelolaan pariwisata serta peningkatan kualitas sumber daya manusia dibidang kepariwisataan.

7.2.5.3. Urusan Perindustrian Kebijakan pada Urusan perindustrian diarahkan pada terwujudnya

industri kecil/home industry yang bertumpu pada mekanisme pasar melalui (1) inovasi city branding (2) pembinaan industri kecil/home industry, (3) fasilitasi akses permodalan industri kecil/home industry; (4) pengembangan sentra-sentra industri kecil/home industri; (5) peningkatan kemitraan usaha industri kecil/home industry.

7.2.5.4. Urusan Perdagangan Kebijakan pada Urusan perdagangan diarahkan pada terwujudnya

ketesediaan kebutuhan bahan pokok masyarakat dan peningkatan ekspor melalui (1) pengembangan sarana dan prasarana distribusi barang dan produk; (2) pengembangan potensi produk unggulan daerah; (3) kerjasma peningkatan ekspor daerah.

7.3. INDIKASI PROGRAM PRIORITAS Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017, setiap materi disusun secara terpadu antarbagian, sejak perumusan visi, misi, tujuan, sasaran sampai dengan program pembangunan. Disamping itu juga keberhasilan pembangunan sangat ditentukan dengan keterkaitan antara visi tersebut dengan program-program urusan serta pencapaian target indikator kinerja pada akhir periode perencanaan yang dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan sebagai tolok ukur kinerja yang kemudian dilaksanakan oleh SKPD.

Di dalam perencanaan dipisahkan antara aspek strategis dan operasional, demikian pula program prioritas dipisahkan menjadi 2 (dua) yaitu program prioritas untuk perencanaan strategis dan program prioritas untuk perencanaan operasional. Program prioritas yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah pada dasarnya adalah perencanaan operasional. Suatu urusan menjadi strategis tergantung dari tujuan dan sasaran pembangunan dan bagaimana strategi pencapaiannya. Suatu urusan pemerintahan daerah dapat menjadi strategis di satu tahun atau periode dan sebaliknya, menjadi operasional diperiode berikutnya.

Suatu program prioritas, baik strategis maupun operasional, kinerjanya merupakan tanggung jawab Kepala SKPD. Namun, bagi

H a l a m a n | VII . 1 1 .

program prioritas yang dikategorikan strategik, menjadi tanggung jawab bersama Kepala SKPD dengan kepala daerah pada tingkat kebijakan. Berbeda dengan penyelenggaraan aspek strategik, program prioritas bagi penyelenggaraan urusan pemerintahan dilakukan agar setiap urusan (wajib) dapat diselenggarakan setiap tahun, tidak langsung dipengaruhi oleh visi dan misi kepala daerah terpilih. Artinya, suatu prioritas pada beberapa urusan untuk mendukung visi dan misi serta program kepala daerah terpilih, tidak berarti bahwa urusan lain ditinggalkan atau diterlantarkan. Perumusan program prioritas bagi penyelenggaraan urusan dilakukan sejak tahap awal evaluasi kinerja pembangunan daerah secara sistematis dilakukan pada identifikasi permasalahan pembangunan diseluruh urusan (wajib dan pilihan).

Proses penyusunan program prioritas pada RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017 didahului dari Visi yang kemudian diterjemahkan ke dalam misi, selanjutnya dari misi tersebut kemudian dapat ditentukan urusan dan program-program prioritasnya. Berikut ini adalah urutan dari misi yang dijabarkan ke dalam urusan-urusan yang relevan, kemudian ditentukan program-program prioritasnya. Adapun urutannya adalah sebagai berikut:

7.3.1. MISI PERTAMA:

Mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang adil, bersih, bertanggung jawab, dan bermartabat dengan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam dan APBD sebesar-besarnya bagi kesejahteraan.

Program-program prioritas untuk melaksanakan misi pertama pada setiap urusan pemerintahan yang terkait adalah sebagai berikut:

7.3.1.1. Urusan Lingkungan Hidup 1. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan. 2. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber

Daya Alam dan Lingkungan Hidup. 3. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan

Lingkungan Hidup. 4. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam. 5. Program Peningkatan Penerapan UKL/UPL dan AMDAL 6. Program Peningkatan Pemantauan Lingkungan Hidup 7. Program Pelestarian Lingkungan Hidup.

7.3.1.2. Urusan Penataan Ruang 1. Program Perencanaan Tata Ruang. 2. Program Pemanfatan Ruang. 3. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

7.3.1.3. Urusan Perencanaan Pembangunan Daerah 1. Program Kerjasama Pembangunan. 2. Program Perencanaan Pembangunan Daerah 3. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi. 4. Program Perencanaan Sosial Dan Budaya.

H a l a m a n | VII . 1 2 .

5. Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam.

6. Program Perencanaan Pembangunan Daerah Rawan Bencana. 7. Program Peningkatan Pendampingan Program-Program.

7.3.1.4. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil 1. Program Penataan Administrasi Kependudukan. 2. Program Peningkatan Kualitas Manajemen Kependudukan.

7.3.1.5. Urusan Pertanahan 1. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan

Masyarakat

7.3.1.6. Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

1. Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah.

2. Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.

3. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah.

4. Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan. 5. Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan

Desa. 6. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan

Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah. 7. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan

Aparatur Pengawasan. 8. Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan

Prosedur Pengawasan. 9. Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi. 10. Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat 11. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan. 12. Program Bantuan Pemerintah Daerah. 13. Program Intensifikasi dan Ekstensifikasi Sumber-Sumber

Pendapatan Daerah. 14. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan

Masyarakat. 15. Program Pendidikan Kedinasan. 16. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur. 17. Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur. 18. Program Peningkatan Disiplin Aparatur. 19. Program Peningkatan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan

Keuangan. 20. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.

7.3.1.7. Urusan Statistik 1. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah.

H a l a m a n | VII . 1 3 .

7.3.1.8. Urusan Kearsipan 1. Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan. 2. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi Publik. 3. Program Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan Prasarana

Kearsipan 4. Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip

Daerah. 5. Program Pengembangan Kearsipan Daerah.

7.3.1.9. Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral 1. Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan. 2. Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat yang

Berpotensi Merusak Lingkungan. 3. Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang

Ketenagalistrikan. 4. Program Pengembangan Geologi Daerah. 5. Program Pengembangan Energi baru dan terbarukan yang

ramah lingkungan.

7.3.2. MISI KEDUA: Pemberdayaan ekonomi rakyat melalui peningkatan nilai tambah sektor-sektor produktif (UMKM, Koperasi, Pertanian, Nelayan, dan Perburuhan) bagi upaya perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja guna memberantas pengangguran dan kemiskinan.

Program-program prioritas untuk melaksanakan misi kedua pada setiap urusan pemerintahan yang terkait adalah sebagai berikut:

7.3.2.1. Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 1. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan

Kompetitif Usaha Kecil Menengah. 2. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha

Mikro Kecil Menengah. 3. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.

7.3.2.2. Urusan Ketenagakerjaan 1. Program Peningkatan Kualitas dan Produktifitas Tenaga Kerja. 2. Program Peningkatan Kesempatan Kerja. 3. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga

Ketenagakerjaan. 4. Program Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kerja.

7.3.2.3. Urusan Ketahanan Pangan 1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/

Perkebunan).

7.3.2.4. Urusan Kelautan dan Perikanan 1. Program Peningkatan Mitigasi Bencana Alam Laut dan

Prakiraan Iklim Laut. 2. Program Pengembangan Perikanan Tangkap.

H a l a m a n | VII . 1 4 .

3. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan.

4. Program Peningkatan Kesadaran dan Penegakan Hukum dalam Pendayagunaan Sumberdaya Laut

5. Program Pengembangan Budidaya Perikanan. 6. Program Pengelolaan Sumberdaya Kelautan, Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil.

7.3.2.5. Urusan Pertanian 1. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. 2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/

Perkebunan. 3. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/

Perkebunan. 4. Program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan. 5. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/ Perkebunan

Lapangan. 6. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak. 7. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan. 8. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan. 9. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan. 10. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pertanian. 11. Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan

Sarana Pertanian/Perkebunan. 12. Program Pengembangan SDM Pertanian dan Kelembagaan

Petani. 13. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/

Perkebunan).

7.3.2.6. Urusan Kehutanan 1. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan. 2. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan. 3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan 4. Program Pembinaan dan Penerbitan Industri Hasil Hutan.

7.3.2.7. Urusan Transmigrasi 1. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi.

7.3.3. MISI KETIGA: Peningkatan percepatan capaian pembangunan untuk semua, serta perbaikan kualitas lingkungan, mencakup pembangunan pembangunan manusia seutuhnya, lewat peningkatan mutu pendidikan, layanan publik, kesehatan, pemberdayaan ibu dan anak, pemuda, olahraga, sanitasi lingkungan dan penataan kehidupan sosial masyarakat

Program-program prioritas untuk melaksanakan misi ketiga pada setiap urusan pemerintahan yang terkait adalah sebagai berikut:

7.3.3.1. Urusan Pendidikan 1. Program Pendidikan Anak Usia Dini. 2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun,

H a l a m a n | VII . 1 5 .

3. Program Pendidikan Menengah. 4. Program Pendidikan Non Formal. 5. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan. 6. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan. 7. Program Pelayanan Bantuan Terhadap Pendidikan. 8. Program Pendidikan Keagamaan. 9. Program Pembinaan Seni dan Budaya Pelajar.

7.3.3.2. Urusan Kesehatan 1. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan. 2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat. 3. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 4. Program Perbaikan Gizi Masyarakat. 5. Program Pengembangan Lingkungan Sehat. 6. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular. 7. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan. 8. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin. 9. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan

Prasarana Puskesmas/ Puskesmas Pembantu dan Jaringannya.

10. Program Kemitraan Peningkataan Pelayanan Kesehatan. 11. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak. 12. Program Managemen Pelayanan Kesehatan. 13. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan

7.3.3.3. Urusan Pekerjaan Umum 1. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan. 2. Program Pembangunan Saluran Drainase/ Gorong-gorong. 3. Program Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan dan Jembatan. 4. Program Pengembangan dan pengelolaan Jaringan irigasi,

Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya. 5. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan

Air Limbah. 6. Program Pengendalian Banjir. 7. Program Peningkatan Manajemen Pemanfaatan Air Irigasi. 8. Program Peningkatan kualitas dan Pemeliharaan Jalan dan

Jembatan 9. Program Peningkatan kualitas bendung, saluran irigasi dan

normalisasi sungai

7.3.3.4. Urusan Perumahan 1. Program Pengembangan Perumahan. 2. Program Lingkungan Sehat Perumahan. 3. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan. 4. Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan bahaya

Kebakaran. 5. Program Penyehatan lingkungan Pemukiman dan Perbaikan

Lingkungan. 6. Peningktan Sistem Pengelolaan Pertamanan. 7. Program Pengembangan dan Pengelolaan Penerangan Jalan.

H a l a m a n | VII . 1 6 .

7.3.3.5. Urusan Pemuda dan Olahraga 1. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga.

7.3.3.6. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

1. Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan.

2. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak.

3. Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender Dalam Pembangunan.

4. Program Peningkatan Pemberdayaan Perempuan Pedesaan.

7.3.3.7. Urusan Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Sosial 1. Program Keluarga Berencana. 2. Program Kesehatan Reproduksi Remaja. 3. Program Pelayanan Kontrasepsi. 4. Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat dalam Pelayanan

KB/KR yang Mandiri. 5. Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak Melalui

Kelompok Kegiatan di Masyarakat. 6. Program Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan

Konseling KRR. 7. Program Peningkatan Penanggulangan Narkoba, PMS

Termasuk HIV/AIDS. 8. Program Pengembangan Bahan Informasi Tentang

Pengasuhan dan Pembinaan Tumbuh Kembang Anak. 9. Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina

Keluarga. 10. Program Pengembangan Model Operasional BKB-Posyandu-

PADU. 11. Program Peningkatan Pelayanan KB/KS. 12. Program Pengembangan Kelompok Prio Utomo.

7.3.3.8. Urusan Perhubungan 1. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan. 2. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan

Fasilitas LLAJ. 3. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan. 4. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan. 5. Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan

Bermotor.

7.3.3.9. Urusan Sosial 1. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat

Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya.

2. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial. 3. Program Pembinaan Anak Terlantar. 4. Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma. 5. Program Pembinaan Panti Asuhan / Panti Jompo.

H a l a m a n | VII . 1 7 .

6. Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya).

7. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial. 8. Program Perlindungan dan Pelayanan Sosial Keluarga

Pahlawan, Perintis Kemerdekaan dan Pejuang. 9. Program Penyuluhan dan Bimbingan Sosial.

7.3.3.10. Urusan Perpustakaan 1. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan

Perpustakaan.

7.3.4. MISI KEEMPAT:

Mewujudkan masyarakat madani kabupaten Jepara dalam sistem tatanan sosial budaya yang luhur serta berkarakter agar bermartabat.

Program-program prioritas untuk melaksanakan misi keempat pada setiap urusan pemerintahan yang terkait adalah sebagai berikut:

7.3.5.8. Urusan Komunikasi dan Informatika. 1. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi. 2. Program Pengkajian dan Penelitian Bidang Informasi dan

Komunikasi. 3. Program Fasilitasi Peningkatan SDM Bidang Komunikasi dan

Informasi. 4. Program Kerjasama Informasi Dengan Media Massa. 5. Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media

Massa

7.3.5.9. Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri 1. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan

Lingkungan. 2. Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak

Kriminal. 3. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan. 4. Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan. 5. Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat

(Pekat). 6. Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban

Bencana Alam. 7. Program Peningkatan Kesadaran Bela Negara dan Cinta Tanah

Air.

7.3.5.10. Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 1. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan. 2. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan. 3. Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam

Pembangunan Desa. 4. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa. 5. Program Peningkatan Peran Perempuan Di Pedesaaan.

7.3.5.11. Urusan Kebudayaan 1. Program Pengembangan Nilai Budaya.

H a l a m a n | VII . 1 8 .

2. Program Pengelolaan Kekayaan Nilai Budaya. 3. Program Pengelolaan Keragaman Budaya. 4. Program Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan

Budaya.

7.3.5. MISI KELIMA: Terciptanya nilai budaya unggul (kreatif, produktif, dan inovatif) di dalam pergaulan tata pemerintahan daerah dan lingkungan masyarakat Jepara.

Program-program prioritas untuk melaksanakan misi kelima pada setiap urusan pemerintahan yang terkait adalah sebagai berikut:

7.3.5.1. Urusan Penanaman Modal 1. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi. 2. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi. 3. Program Penyiapan Potensi Sumberdaya, Sarana dan

Prasarana Daerah.

7.3.5.2. Urusan Kepariwisataan 1. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata. 2. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata. 3. Program Pengembangan Kemitraan Kepariwisataan. 4. Program Peningkatan Manajemen Kepariwisataan. 5. Program Paningkatan Sarana dan Prasarana Objek Wisata.

7.3.5.3. Urusan Perindustrian 1. Program Peningkatan Kapasitas IPTEK Sistem Produksi. 2. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah. 3. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri. 4. Program Penataan Struktur Industri. 5. Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial.

7.3.5.4. Urusan Perdagangan 1. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan

Perdagangan. 2. Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional. 3. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor. 4. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri. 5. Program Peningkatan Sarana Perdagangan.

7.4. MATRIKS RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN Semua indikasi program prioritas menurut misi dan urusan

pemerintahan sebagaimana disajikan di atas, selanjutnya dirumuskan secara lebih sistematis disertai informasi tentang indikator tahunan dan kebutuhan pendanaan, sebagaimana tercantum dalam matriks berikut ini:

H a l a m a n | VII. 1 9 . TABEL 7.1

INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN KABUPATEN JEPARA

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 URUSAN WAJIB

1 1 PENDIDIKAN

1 1 1 PROGRAM PENDIDIKAN ANAK

USIA DINI

213,500,000 752,000,000 752,000,000 752,000,000 752,000,000 752,000,000 752,000,000 1,127,000,000

MENINGKATNYA PEMERATAAN DAN

AKSES PENDIDIKAN

PAUD FORMAL

JUMLAH TK 418

JUMLAH KEBUTUHAN RATA-RATA PENAMBAHAN TK BARU SELAMA 6 TAHUN 30

TK.

5 TK 25,000,000 5 TK 25,000,000 5 TK 25,000,000 5 TK 25,000,000 5 TK 25,000,000 5 TK 25,000,000 448 TK 150,000,000 DISDIKPORA

MENINGKATNYA PEMERATAAN DAN

AKSES PENDIDIKAN NON

FORMAL

JUMLAH PAUD NON

FORMAL 198 JUMLAH IDEAL 348 UNTUK 194

DESA, PERLU

PENAMBAHAN 150

25 PAUD 50,000,000 25 PAUD 50,000,000 25 PAUD 50,000,000 25 PAUD 50,000,000 25 PAUD 50,000,000 25 PAUD 50,000,000 348 PAUD NON FORMAL

300,000,000 DISDIKPORA

BERTAMBAHNYA PRASARANA PENDIDIKAN

PAUD FORMAL

BANTUAN SAPRAS PAUD

FORMAL 418 @ RP

1.500.000,-

418 TK 627,000,000 423 TK 627,000,000 428 TK 627,000,000 433 TK 627,000,000 438 TK 627,000,000 442 TK 627,000,000 448 TK 627,000,000 DISDIKPORA

BERTAMBAHNYA PRASARANA PENDID NON

FORMAL

BANTUAN SAPRAS UNTUK

PAUD NON FORMAL

198

198 PAUD NON FORMAL

50,000,000 223 PAUD NON

FORMAL

50,000,000 248 PAUD NON

FORMAL

50,000,000 273 PAUD NON

FORMAL

50,000,000 298 PAUD NON

FORMAL

50,000,000 323 PAUD NON

FORMAL

50,000,000 348 PAUD NON FORMAL

50,000,000 DISDIKPORA

MENINGKATNYA KUALIFIKASI KE S1 GURU PAUD

FORMAL

GURU BELUM

KUALIFIKASI S1 500 GURU

BANTUAN KULIAH KE S1 100 GURU

100,000,000 BANTUAN KULIAH KE S1 100

GURU

100,000,000 BANTUAN KULIAH KE S1 100

GURU

100,000,000 BANTUAN KULIAH KE S1 100

GURU

100,000,000 BANTUAN KULIAH KE S1 100

GURU

100,000,000 BANTUAN KULIAH KE S1 100

GURU

100,000,000 BANTUAN KULIAH KE S1

600 GURU

600,000,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 2 0 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

MENINGKATNYA KUALIFIKASI KE S1 GURU PAUD

NON FORMAL

GURU BELUM

KUALIFIKASI S1 1.200

GURU

BANTUAN KULIAH KE S1 50 GURU

50,000,000 BANTUAN KULIAH KE

S1 50 GURU

50,000,000 BANTUAN KULIAH KE

S1 50 GURU

50,000,000 BANTUAN KULIAH KE

S1 50 GURU

50,000,000 BANTUAN KULIAH KE

S1 50 GURU

50,000,000 BANTUAN KULIAH KE

S1 50 GURU

50,000,000 BANTUAN KULIAH KE S1 300 GURU

300,000,000 DISDIKPORA

TERCAPAINYA PRESTASI

PESERTA DIDIK ANAK TK PADA

JENJANG PROVINSI

10 BESAR PROVINSI, 9 KEGIATAN

10 BESAR PROVINSI 50,000,000 10 BESAR PROVINSI

50,000,000 10 BESAR PROVINSI

50,000,000 10 BESAR PROVINSI

50,000,000 10 BESAR PROVINSI

50,000,000 10 BESAR PROVINSI

50,000,000 10 BESAR PROVINSI

300,000,000 DISDIKPORA

1 1 2 PROGRAM WAJIB BELAJAR SEMBILAN

TAHUN

80,235,404,000 32,459,635,000 32,319,635,000 32,343,635,000 32,433,635,000 32,433,635,000 32,523,635,000 157,643,810,000

TERPENUHINYA SARANA DAN

PRASARANA DI 600 SEKOLAH DASAR (SD)

JUMLAH RUANG

KELAS ADA 3.960, RUSAK

BERAT ADA 216 RUANG

KELAS

REHAB BERAT RUANG KELAS : 36

RUANG KELAS

1,440,000,000 REHAB BERAT RUANG

KELAS : 36 RUANG KELAS

1,440,000,000 REHAB BERAT RUANG KELAS :

36 RUANG KELAS

1,440,000,000 REHAB BERAT RUANG KELAS :

36 RUANG KELAS

1,440,000,000 REHAB BERAT RUANG

KELAS : 36 RUANG KELAS

1,440,000,000 REHAB BERAT RUANG KELAS :

36 RUANG KELAS

1,440,000,000 REHAB BERAT RUANG KELAS : 216 RUANG

KELAS

1,440,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH RUANG

KELAS ADA 3.960,- RUSAK

SEDANG ADA 1.199

RUANG KELAS

REHAB RINGAN RUANG KELAS : 199

RUANG KELAS

5,970,000,000 REHAB RINGAN RUANG KELAS :

199 RUANG KELAS

5,970,000,000 REHAB RINGAN RUANG KELAS :

199 RUANG KELAS

5,970,000,000 REHAB RINGAN RUANG KELAS :

199 RUANG KELAS

5,970,000,000 REHAB RINGAN RUANG KELAS :

199 RUANG KELAS

5,970,000,000 REHAB RINGAN RUANG KELAS :

199 RUANG KELAS

5,970,000,000 REHAB RINGAN

RUANG KELAS : 1.194

RUANG KELAS

5,970,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH 600 SD YANG

MEMPUNYAI RUANG

PERPUS 140 SD, MASIH ADA 460 SD YANG

BELUM PUNYA RUANG

PERPUSTAKAAN

PENGADAAN GEDUNG PERPUS + MEUBLEAIR UNTUK

36 RUANG

3,240,000,000 PENGADAAN GEDUNG PERPUS + MEUBLEAIR UNTUK 36

RUANG

3,240,000,000 PENGADAAN GEDUNG PERPUS + MEUBLEAIR UNTUK

36 RUANG

3,240,000,000 PENGADAAN GEDUNG PERPUS + MEUBLEAIR UNTUK

36 RUANG

3,240,000,000 PENGADAAN GEDUNG PERPUS + MEUBLEAIR UNTUK 36

RUANG

3,240,000,000 PENGADAAN GEDUNG PERPUS + MEUBLEAIR UNTUK

36 RUANG

3,240,000,000 PENGADAAN GEDUNG

PERPUS + MEUBLEAIR UNTUK 36

RUANG

19,440,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH RUANG

KELAS ADA 3.960,-

TERDAPAT 55 RUANG

KELAS MEUBELAIR

KURANG LAYAK.

MEUBELAIR 5 RUANG KELAS

100,000,000 MEUBELAIR 10 RUANG

KELAS

200,000,000 MEUBELAIR 10

RUANG KELAS

200,000,000 MEUBELAIR 10

RUANG KELAS

200,000,000 MEUBELAIR 10 RUANG

KELAS

200,000,000 MEUBELAIR 10

RUANG KELAS

200,000,000 TERPENUHINYA MEUBELAIR

UNTUK 55 RUANG KELAS

1,100,000,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 2 1 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

JUMLAH 600 SD YANG

BELUM MEMPUNYAI TIK/KOMPUTER : 175

SD.

PENGADAAN KOMPUTER 0 BUAH

- PENGADAAN

KOMPUTER 35 SET.

350,000,000 PENGADAAN

KOMPUTER 35 SET.

350,000,000 PENGADAAN

KOMPUTER 35 SET.

350,000,000 PENGADAAN

KOMPUTER 35 SET.

350,000,000 PENGADAAN

KOMPUTER 35 SET.

350,000,000 PENGADAAN KOMPUTER 175 SET.

1,750,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH 600 SD YANG

MEUBELAIRNYA KURANG LAYAK ADA 75 RUANG

KELAS.

5 RUANG KELAS 100,000,000 10 RUANG KELAS

200,000,000 10 RUANG KELAS

200,000,000 10 RUANG KELAS

200,000,000 10 RUANG KELAS

200,000,000 10 RUANG KELAS

200,000,000 TERPENUHINYA 65 RUANG KELAS SD.

1,300,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH 600 SD DENGAN

JUMLAH RUANG KELAS

3.960, MASIH

MEMERLUKAN RKB 120

RKB + MEUBELARI.

40 RKB 5,600,000,000 16 RKB 2,240,000,000 16 RKB 2,240,000,000 16 RKB 2,240,000,000 16 RKB 2,240,000,000 16 RKB 2,240,000,000 TERBANGUNNYA 120 RKB + MEUBELAIR

SD.

16,800,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH 600 SD JUMLAH

SISWA 131.000,

YANG BELUM MEMILIKI

BUKU PAKET 35.000

PENGADAAN BUKU PAKET

- PENGADAAN BUKU PAKET UNTUK

7.000 X 5 EKS.

1,050,000,000 PENGADAAN BUKU PAKET UNTUK

7.000 X 5 EKS.

1,050,000,000 PENGADAAN BUKU PAKET UNTUK

7.000 X 5 EKS.

1,050,000,000 PENGADAAN BUKU PAKET UNTUK

7.000 X 5 EKS.

1,050,000,000 PENGADAAN BUKU PAKET UNTUK

7.000 X 5 EKS.

1,050,000,000 PENGADAAN BUKU PAKET

UNTUK 35.000 X 5

EKS.

5,250,000,000 DISDIKPORA

MENINGKATNYA MUTU

PENDIDIKAN PADA JENJANG

SEKOLAH DASAR (SD)

TERLAYANINYA 21.000

SISWA SD/MI

MENGIKUTI UJIAN AKHIR

SEKOLAH

21.000 SISWA 750,000,000 21.000 SISWA

900,000,000 21.000 SISWA

900,000,000 21.000 SISWA

900,000,000 21.000 SISWA

900,000,000 21.000 SISWA

900,000,000 21.000 SISWA

5,250,000,000 DISDIKPORA

TERLAYANINYA ANAK

BERKEBUTUHAN

KHUSUS (ABK) SE

KAB. ADA 4 SD INKLUSI

4 SD INKLUSI 300,000,000 4 SD INKLUSI

300,000,000 4 SD INKLUSI

300,000,000 4 SD INKLUSI

300,000,000 4 SD INKLUSI

300,000,000 4 SD INKLUSI

300,000,000 4 SD INKLUSI 1,800,000,000 DISDIKPORA

PELATIHAN GURU,

KKG DAN KEPALA SD.

SETIAP TAHUN

RATA-RATA

225 GURU 75,000,000 300 GURU 100,000,000 300 GURU 100,000,000 300 GURU 100,000,000 300 GURU 100,000,000 300 GURU 100,000,000 1.725 GURU 575,000,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 2 2 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

200 GURU

PEMBERIAN BEASISWA SEBANYAK

9.356 SISWA .

9.356 SISWA 3,368,160,000 9.356 SISWA

3,368,160,000 9.356 SISWA

3,368,160,000 9.356 SISWA

3,368,160,000 9.356 SISWA

3,368,160,000 9.356 SISWA

3,368,160,000 9.356 SISWA 20,208,960,000 DISDIKPORA

LOMBA-LOMBA

SISWA SD RATA-RATA TIAP TAHUN MASUK 15 BESAR DAN

6 JENIS LOMBA PADA

TINGKAT PROVINSI

10 BESAR DAN 6 JENIS LOMBA

100,000,000 10 BESAR DAN 6 JENIS

LOMBA

100,000,000 10 BESAR DAN 6 JENIS LOMBA

100,000,000 10 BESAR DAN 6 JENIS LOMBA

100,000,000 10 BESAR DAN 6 JENIS

LOMBA

100,000,000 10 BESAR DAN 6 JENIS LOMBA

100,000,000 10 BESAR DAN 6 JENIS LOMBA

600,000,000 DISDIKPORA

TERPENUHINYA SARANA DAN

PRASARANA PADA 81 SMP

JUMLAH SMP 81

DGN RUANG KELAS 852,

KONDISI RUSAK

BERAT ADA 36 RUANG

KELAS

0 - REHAB BERAT 6 RUANG KELAS

360,000,000 REHAB BERAT 6 RUANG KELAS

360,000,000 REHAB BERAT 6 RUANG KELAS

360,000,000 REHAB BERAT 6 RUANG KELAS

360,000,000 REHAB BERAT 6 RUANG KELAS

360,000,000 TEREHABNYA 36 RUANG

KELAS YANG RUSAK BERAT

1,800,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH SMP 81

DGN RUANG KELAS 852,

KONDISI RUSAK

SEDANG ADA 156 RUANG KELAS

REHAB 16 RUANG KELAS

640,000,000 REHAB 16 RUANG KELAS

640,000,000 REHAB 16 RUANG KELAS

640,000,000 REHAB 16 RUANG KELAS

640,000,000 REHAB 16 RUANG KELAS

640,000,000 REHAB 16 RUANG KELAS

640,000,000 TEREHABNYA 156 RUANG KELAS YANG

RUSAK SEDANG.

3,840,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH SMP 81

DGN RUANG KELAS 852,

KONDISI RUSAK

RINGAN ADA 301 RUANG

KELAS

REHAB 51 RUANG KELAS

1,530,000,000 REHAB 50 RUANG KELAS

1,500,000,000 REHAB 50 RUANG KELAS

1,500,000,000 REHAB 50 RUANG KELAS

1,500,000,000 REHAB 50 RUANG KELAS

1,500,000,000 REHAB 50 RUANG KELAS

1,500,000,000 TEREHABNYA 301 RUANG KELAS YANG

RUSAK RINGAN

9,030,000,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 2 3 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

JUMLAH SMP 81

YANG BELUM MEMPUNYAI

RUANG PERPUSTAKAAN 26 SMP

1 RUANG PERPUSTAKAAN

100,000,000 5 RUANG PERPUSTAK

AAN

500,000,000 5 RUANG PERPUSTA

KAAN

500,000,000 5 RUANG PERPUSTA

KAAN

500,000,000 5 RUANG PERPUSTAK

AAN

500,000,000 5 RUANG PERPUSTA

KAAN

500,000,000 TERBANGUNNYA 26 RUANG

PERPUSTAKAAN

2,600,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH SMP 81

YANG BELUM MEMPUNYAI

RUANG LABORATORIUM IPA 22

SMP.

2 RUANG LAB. IPA 200,000,000 4 RUANG LAB IPA

400,000,000 4 RUANG LAB IPA

400,000,000 4 RUANG LAB IPA

400,000,000 4 RUANG LAB IPA

400,000,000 4 RUANG LAB IPA

400,000,000 TERBANGUNNYA 22 RUANG

LAB. IPA

2,200,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH SMP 81

YANG BELUM MEMPUNYAI

RUANG LABORATORIUM BAHASA 41 SMP.

6 RUANG LAB. BAHASA

600,000,000 6 RUANG LAB.

BAHASA

600,000,000 6 RUANG LAB.

BAHASA

600,000,000 6 RUANG LAB.

BAHASA

600,000,000 6 RUANG LAB.

BAHASA

600,000,000 6 RUANG LAB.

BAHASA

600,000,000 TERBANGUNNYA 36 RUANG LAB. BAHASA

3,600,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH SMP 81

YANG BELUM MEMPUNYAI

RUANG KETRAMPILAN 19 SMP

0 0 3 RUANG KETRAMPIL

AN

270,000,000 3 RUANG KETRAMPI

LAN

270,000,000 4 RUANG KETRAMPI

LAN

360,000,000 4 RUANG KETRAMPIL

AN

360,000,000 5 RUANG KETRAMPI

LAN

450,000,000 TERBANGUNNYA 19 RUANG

KETRAMPILAN

1,710,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH SMP 81 JUMLAH

RUANG 852, MASIH

KEKURANGAN RUANG

KELAS BARU 60 RUANG.

10 RUANG KELAS BARU

1,000,000,000 10 RUANG KELAS BARU

1,000,000,000 10 RUANG KELAS BARU

1,000,000,000 10 RUANG KELAS BARU

1,000,000,000 10 RUANG KELAS BARU

1,000,000,000 10 RUANG KELAS BARU

1,000,000,000 TERBANGUNNYA 60 RUANG KELAS BARU

6,000,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH SMP 81

YANG BELUM MEMPUNYAI ALAT-ALAT

LAB IPA/ALAT PERAGA

YANG LAYAK SEJUMLAH 33 SMP

6 SET IPA UNTUK 6 SEKOLAH

180,000,000 6 SET IPA UNTUK 6 SEKOLAH

180,000,000 6 SET IPA UNTUK 6 SEKOLAH

180,000,000 6 SET IPA UNTUK 6 SEKOLAH

180,000,000 6 SET IPA UNTUK 6 SEKOLAH

180,000,000 6 SET IPA UNTUK 6 SEKOLAH

180,000,000 TERCUKUPINYA ALAT-ALAT

IPA/PERAGA SEJUMLAH 36

LAB. SMP

1,080,000,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 2 4 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

JUMLAH SMP 81

YANG BELUM MEMPUNYAI ALAT-ALAT

MULTIMEDIA /TIK

SEJUMLAH 30 SMP

5 SMP 50,000,000 5 SMP 150,000,000 5 SMP 150,000,000 5 SMP 150,000,000 5 SMP 150,000,000 5 SMP 150,000,000 TERPENUHINYA KEBUTUHAN

ALAT-ALAT MULTIMEDIA DI 30 SMP

800,000,000 DISDIKPORA

PENINGKATAN MUTU

PENDIDIKAN PADA JENJANG

SMP

TERLENGGARANYA UJIAN AKHIR

SEKOLAH/NASIONAL

SMP/MTS. SEJUMLAH 16.700 SISWA

SEMUAH SISWA KELAS III (9) SMP/MTS.

600,000,000 SEMUAH SISWA

KELAS III (9)

SMP/MTS.

600,000,000 SEMUAH SISWA

KELAS III (9)

SMP/MTS.

600,000,000 SEMUAH SISWA

KELAS III (9)

SMP/MTS.

600,000,000 SEMUAH SISWA

KELAS III (9)

SMP/MTS.

600,000,000 SEMUAH SISWA

KELAS III (9)

SMP/MTS.

600,000,000 SEMUAH SISWA KELAS

III (9) SMP/MTS.

3,600,000,000 DISDIKPORA

PELATIHAN GURU,

MGMP DAN KEPALA SMP.

SETIAP TAHUN

RATA-RATA 100 GURU

105 GURU 75,000,000 150 GURU 100,000,000 150 GURU 100,000,000 150 GURU 100,000,000 150 GURU 100,000,000 150 GURU 100,000,000 150 GURU 575,000,000 DISDIKPORA

BOSP SMP, MTS,

SWASA, TAHUN 2011 SEMUA

SEKOLAH DAPAT

40 SMP, 98 MTS, 600,000,000 41 SMP, 100 MTS.

700,000,000 41 SMP, 100 MTS.

700,000,000 41 SMP, 100 MTS.

700,000,000 41 SMP, 100 MTS.

700,000,000 41 SMP, 100 MTS.

700,000,000 41 SMP, 100 MTS.

4,100,000,000 DISDIKPORA

PENDAMPINGAN BOS

SMP/MTS. JUMLAH SMP 81

DAN MTS. 98.

81 SMP DAN 98 MTS. NEG./SWASTA

2,644,250,000 81 SMP DAN 98 MTS.

NEG./SWASTA

2,644,250,000 81 SMP DAN 98 MTS.

NEG./SWASTA

2,644,250,000 81 SMP DAN 98 MTS.

NEG./SWASTA

2,644,250,000 81 SMP DAN 98 MTS.

NEG./SWASTA

2,644,250,000 81 SMP DAN 98 MTS.

NEG./SWASTA

2,644,250,000 81 SMP DAN 98 MTS.

NEG./SWASTA

15,865,500,000 DISDIKPORA

PEMBERIAN BEASISWA SEBANYAK

5.130 ORANG.

BEASISWA SMP SEBANYAK 5.552

ORANG

2,051,225,000 BEASISWA SMP

SEBANYAK 5.552 ORANG

2,051,225,000 BEASISWA SMP

SEBANYAK 5.552 ORANG

2,051,225,000 BEASISWA SMP

SEBANYAK 5.552 ORANG

2,051,225,000 BEASISWA SMP

SEBANYAK 5.552 ORANG

2,051,225,000 BEASISWA SMP

SEBANYAK 5.552 ORANG

2,051,225,000 BEASISWA SMP

SEBANYAK 5.552 ORANG

12,307,350,000 DISDIKPORA

TERLAYANINYA ANAK

BERKEBUTUHAN

KHUSUS (ABK) PADA

2 SMP

2 SMP INKLUSI 150,000,000 2 SMP INKLUSI

150,000,000 2 SMP INKLUSI

150,000,000 2 SMP INKLUSI

150,000,000 2 SMP INKLUSI

150,000,000 2 SMP INKLUSI

150,000,000 2 SMP INKLUSI

900,000,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 2 5 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

INKLUSI SE KAB.

JEPARA

MENINGKATNYA MUTU SMP RSBI

SEKAB. JEPARA ADA

2 SMP

2 RSBI 800,000,000 2 RSBI 800,000,000 2 RSBI 800,000,000 2 RSBI 800,000,000 2 RSBI 800,000,000 2 RSBI 800,000,000 2 RSBI 4,800,000,000 DISDIKPORA

TERBANTUNYA BUKU-

BUKU PAKET PELAJARAN/PERPUSTAKAAN UNTUK 24 SMP

2 SMP 16,000,000 2 SMP 16,000,000 5 SMP 40,000,000 5 SMP 40,000,000 5 SMP 40,000,000 5 SMP 40,000,000 24 SMP 172,000,000 DISDIKPORA

PENINGKATAN

KOMPETENSI GURU (LIFE

SKIL)L BAGI GURU SD, SMP RATA-RATA TIAP

TAHUN 250

250 GURU 80,000,000 300 GURU 100,000,000 300 GURU 100,000,000 300 GURU 100,000,000 300 GURU 100,000,000 300 GURU 100,000,000 300 GURU 580,000,000 DISDIKPORA

TERLAKSANANYA PROSES BELAJAR MENGAJAR DI 6

SMP TERBUKA SE KAB. JEPARA.

TERDAPAT 6 TERBUKA

YANG MASIH MENJALANKA

N PROSES BELAJAR

MENGAJAR.

6 SEKOLAH 100,000,000 6 SEKOLAH 100,000,000 6 SEKOLAH

100,000,000 6 SEKOLAH

100,000,000 6 SEKOLAH 100,000,000 6 SEKOLAH

100,000,000 6 SMP TERBUKA

600,000,000 DISDIKPORA

TERWUJUDNYA LINGKUNGAN SMP SESUAI

DENGAN WAWASAN WIYATA

MANDALA.

81 SMP MASIH

MEMERLUKAN

PENINGKATAN LUAS

TANAH DAN PENATAAN

LINGKUNGAN (PAGAR, R. KANTIN,

R. BP, UKS, R.

PRAMUKA, OSIS,

SAPRAS OR, MUSHOLA, DLL) DAN

PENAMBAHAN TANAH.

3 SMP 450,000,000 15 SMP 750,000,000 15 SMP 750,000,000 15 SMP 750,000,000 17 SMP 850,000,000 17 SMP 850,000,000 MENINGKATNYA KUALITAS

LINGKUNGAN SEKOLAH

SEJUMLAH 81 SMP.

4,400,000,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 2 6 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 1 3 PROGRAM PENDIDIKAN MENENGAH

9,399,560,000 14,742,580,000 14,671,470,000 16,569,620,000 18,317,770,000 21,714,070,000 26,718,520,000 112,734,030,000

TERSEDIANYA SARANA DAN

PRASARANA PADA 23 SMA DAN 38

SMK.

TERDAPAT 23 SMA DENGAN RUANG

KELAS 290 DAN 38 SMK

DENGAN RUANG

KELAS 258 JUMLAH

TOTAL 61 SLTA =

556 RUANG KELAS,

PENAMBAHAN RKB TIAP

TAHUN RATA-RATA 10 RKB

16 RKB SMA/SMK 1,600,000,000 16 RKB SMA/SMK

1,600,000,000 16 RKB SMA/SM

K

1,600,000,000 16 RKB SMA/SM

K

1,600,000,000 16 RKB SMA/SMK

1,600,000,000 16 RKB SMA/SM

K

1,600,000,000 96 RKB SMA/SMK

9,600,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH RUANG KELAS

SMA/SMK 556 RUANG , KONDISI

RUSAK SEDANG ADA 66 RUANG KELAS

10 RUANG KELAS 600,000,000 11 RUANG KELAS

660,000,000 11 RUANG KELAS

660,000,000 11 RUANG KELAS

660,000,000 11 RUANG KELAS

660,000,000 12 RUANG KELAS

720,000,000 66 RUANG KELAS

TEREHAB

3,960,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH SMA/SMK 61 YANG BELUM

MEMPUNYAI RUANG

PERPUSTAKAAN 24

9 RUANG PERPUSTAKAAN

1,680,000,000 3 RUANG PERPUSTAK

AAN

360,000,000 3 RUANG PERPUSTA

KAAN

360,000,000 3 RUANG PERPUSTA

KAAN

360,000,000 3 RUANG PERPUSTAK

AAN

360,000,000 3 RUANG PERPUSTA

KAAN

360,000,000 24 RUANG PERPUSTAKAAN TERBANGUN

3,480,000,000 DISDIKPORA

JUMLAH SMA/SMK

61 TIAP TAHUN

RATA-RATA TERBANGUN 8 RUANG

PENUNJANG LAINYA /

RPL

8 RUANG PENUNJANG LAINNYA

2,000,000,000 8 RUANG PENUNJANG LAINNYA

2,000,000,000 8 RUANG PENUNJANG LAINNYA

2,000,000,000 8 RUANG PENUNJANG LAINNYA

2,000,000,000 8 RUANG PENUNJANG LAINNYA

2,000,000,000 8 RUANG PENUNJANG LAINNYA

2,000,000,000 48 RUANG PENUNJANG SMA/SMK

12,000,000,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 2 7 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

JUMLAH SMA/SMK

61 TIAP TAHUN

RATA-RATA 25 SEKOLAH MENDAPATK

AN ALAT-ALAT

KETRAMPILAN/

BENGKEL/KOMPUTER

DLL.

25 SMA/SMK PENERIMA BANTUAN ALAT BENGKEL, ALAT LAB DAN KOMPUTER

1,530,000,000 25 SMA/SMK PENERIMA BANTUAN

ALAT BENGKEL, ALAT LAB

DAN KOMPUTER

1,530,000,000 25 SMA/SM

K PENERIMA BANTUAN

ALAT BENGKEL, ALAT LAB

DAN KOMPUTER

1,530,000,000 25 SMA/SM

K PENERIMA BANTUAN

ALAT BENGKEL, ALAT LAB

DAN KOMPUTER

1,530,000,000 25 SMA/SMK PENERIMA BANTUAN

ALAT BENGKEL, ALAT LAB

DAN KOMPUTER

1,530,000,000 25 SMA/SM

K PENERIMA BANTUAN

ALAT BENGKEL, ALAT LAB

DAN KOMPUTER

1,530,000,000 90 % SMA/SMK

TELAH MENERIMA BANTUAN

ALAT-ALAT KETRAMPILAN.

9,180,000,000 DISDIKPORA

MENINGKATNYA MUTU

PENDIDIKAN PADA JENJANG

SMA/SMK

TERLAKSANANYA UAS DAN UN

BAGI SEMUA PESERTA

DIDIK SMA/SMK/

MA SEJUMLAH

8.937 SISWA

DENGAN LANCAR DAN BERKUALITA

S.

1 PAKET KEGIATAN DENGAN PESERTA

9.544 SISWA (100%)

650,000,000 100 % SISWA

KELAS III SMA/SMK/MA IKUT UAS/UN.

650,000,000 100 % SISWA

KELAS III SMA/SM

K/MA IKUT

UAS/UN.

650,000,000 100 % SISWA

KELAS III SMA/SM

K/MA IKUT

UAS/UN.

650,000,000 100 % SISWA

KELAS III SMA/SMK/MA IKUT UAS/UN.

650,000,000 100 % SISWA

KELAS III SMA/SM

K/MA IKUT

UAS/UN.

650,000,000 100 % SISWA KELAS III

SMA/SMK/MA IKUT

UAS/UN.

3,900,000,000 DISDIKPORA

TERLAKSANAYA UJIAN

KOMPETENSI

PRODUKTIF DAN TUGAS

AKHIR SISWA SMK SEJUMLAH

3.200 SISWA.

1 PAKET KEGIATAN DENGAN PESERTA

3.306 SISWA (100%)

80,000,000 100 % SISWA

KELAS III SMK IKUT

UJIAN KOMPETEN

SI PRODUKTIF

.

80,000,000 100 % SISWA

KELAS III SMK IKUT

UJIAN KOMPETEN

SI PRODUKTI

F.

80,000,000 100 % SISWA

KELAS III SMK IKUT

UJIAN KOMPETEN

SI PRODUKTI

F.

80,000,000 100 % SISWA

KELAS III SMK IKUT

UJIAN KOMPETEN

SI PRODUKTIF

.

80,000,000 100 % SISWA

KELAS III SMK IKUT

UJIAN KOMPETEN

SI PRODUKTI

F.

80,000,000 100 % SISWA KELAS III SMK IKUT

UJIAN KOMPETENSI PRODUKTIF.

480,000,000 DISDIKPORA

TERPENUHINYA

KEBUTUHAN LAYANAN

PENDIDIKAN PADA 1

SMA DAN 2 SMK RSBI

3 SMA/SMK RSBI 600,000,000 3 SMA/SMK

RSBI

600,000,000 3 SMA/SMK RSBI

600,000,000 3 SMA/SMK RSBI

600,000,000 3 SMA/SMK

RSBI

600,000,000 3 SMA/SMK RSBI

600,000,000 3 SMA/SMK RSBI

3,600,000,000 DISDIKPORA

TERSEDIANYA BUKU-

BUKU PERPUSTAKA

AN DI 61 SMA/SMK,

RATA BANTUAN

TIAP TAHUN

2 SMA/SMK 50,000,000 2 SMA/SMK

50,000,000 7 SMA/SM

K

175,000,000 7 SMA/SM

K

175,000,000 7 SMA/SMK

175,000,000 7 SMA/SM

K

175,000,000 32 SMA/SMK

MENDAPATKAN BANTUAN

BUKU-BUKU PERPUSTAKAA

N.

800,000,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 2 8 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

6 SEKOLAH

PEMBERIAN BEASISWA SMA/SMK

DAN MA RATA-RATA

BKM SETIAP TAHUN 1.759 SISWA

1.759 SISWA SMA DAN SMK

1,372,020,000 1.759 SISWA

SMA DAN SMK

1,372,020,000 1.759 SISWA

SMA DAN SMK

1,372,020,000 1.759 SISWA

SMA DAN SMK

1,372,020,000 1.759 SISWA

SMA DAN SMK

1,372,020,000 1.759 SISWA

SMA DAN SMK

1,372,020,000 10.554 SISWA SMA DAN SMK

8,232,120,000 DISDIKPORA

BOSP SMA, SMK, MA SWASA, TAHUN 2011 SEMUA

SEKOLAH DAPAT

13 SMA, 23 SMK DAN 55 MA

500,000,000 23 SMA, 28 SMK DAN 55

MA

600,000,000 23 SMA, 28 SMK DAN 55

MA

600,000,000 23 SMA, 28 SMK DAN 55

MA

600,000,000 23 SMA, 28 SMK DAN 55

MA

600,000,000 23 SMA, 28 SMK DAN 55

MA

600,000,000 23 SMA, 28 SMK DAN 55

MA

3,500,000,000 DISDIKPORA

TERSELENGGARANYA KEGIATAN LOMBA-

LOMBA/SELEKSI KIR SISWA

SMA/SMK TINGKAT

KABUPATEN TAHUN 2011

MASUK 10 BESAR JAWA

TENGAH

BERPRESTASI TINGKAT JATENG 10

BESAR

25,000,000 BERPRESTASI TINGKAT JATENG 10

BESAR

25,000,000 BERPRESTASI

TINGKAT JATENG

10 BESAR

50,000,000 BERPRESTASI

TINGKAT JATENG

10 BESAR

50,000,000 BERPRESTASI TINGKAT JATENG 10

BESAR

50,000,000 BERPRESTASI

TINGKAT JATENG

10 BESAR

50,000,000 BERPRESTASI TINGKAT

JATENG 10 BESAR

250,000,000 DISDIKPORA

TERWUJUDNYA RINTISAN WAJAR DIKMEN (SMA SEDERAJAT).

JUMLAH SEKOLAH

DAN SISWA SMA, SMK DAN MA : SMA : 23 SMK : 38 MA : 56

JUM. SISWA 32.963

32.963 SISWA MENDAPAT RINTISAN

BOS PER TAHUN RP 120.000

(APBN) / 100 % MENERIMA

3,955,560,000 32.963 SISWA

MENDAPAT RINTISAN BOS PER TAHUN

RP 150.000 /

100% MENERIMA

4,944,450,000 32.963 SISWA

MENDAPAT RINTISAN BOS PER TAHUN

RP 200.000 / 100%

MENERIMA

6,592,600,000 32.963 SISWA

MENDAPAT RINTISAN BOS PER TAHUN

RP 250.000 / 100%

MENERIMA

8,240,750,000 32.963 SISWA

MENDAPAT RINTISAN BOS PER TAHUN

RP 350.000 /

100% MENERIMA

11,537,050,000 32.963 SISWA

MENDAPAT RINTISAN BOS PER TAHUN

RP 500.000 / 100%

MENERIMA

16,481,500,000 100 % SMA/SMK

DAN MA MENERIMA BANTUAN

DANA BOS PER SISWA RP

500.000

51,751,910,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 2 9 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

TERWUJUDNYA LINGKUNGAN SMA/SMK

SESUAI DENGAN WAWASAN WIYATA

MANDALA.

61 SMA DAN SMK

MASIH MEMERLUKA

N PENINGKATA

N LUAS TANAH DAN PENATAAN

LINGKUNGAN (PAGAR, R. KANTIN,

R. BP, UKS, R.

PRAMUKA, OSIS,

SAPRAS OR, MUSHOLA, DLL) DAN

PENAMBAHAN TANAH.

2 SMA/SMK 100,000,000 4 SMA/SMK

200,000,000 6 SMA/SM

K

300,000,000 8 SMA/SM

K

400,000,000 10 SMA/SMK

500,000,000 10 SMA/SM

K

500,000,000 MENINGKATNYA KUALITAS

LINGKUNGAN SEKOLAH

SEJUMLAH 40 SMA/SMK.

2,000,000,000 DISDIKPORA

-

1 1 4 PROGRAM PENDIDIKAN NON

FORMAL

380,000,000 1,330,000,000 1,449,000,000 1,549,000,000 1,602,000,000 1,735,000,000 1,740,000,000 9,405,000,000

TERWUJUDNYA SARANA-

PRASARANA SKB BATEALIT.

LINGKUNGAN SKB

BATEALIT MASIH

MEMERLUKAN PENATANN LINGKUNGA

N DAN PENAMBAHAN SARANA-PRASARANA

1 SKB BATEALIT 50,000,000 1 SKB BATEALIT

50,000,000 1 SKB BATEALIT

100,000,000 1 SKB BATEALIT

150,000,000 1 SKB BATEALIT

200,000,000 1 SKB BATEALIT

200,000,000 1 SKB BATEALIT

750,000,000 DISDIKPORA

TERBANTUNYA SARANA

PRASARANA SETIAP PKBM

JUMLAH PKBM SE

KAB. JEPARA

TERDAPAT 24 PKBM, PAKET B DAN C SE

KAB. JEPARA

12 KELOMPOK PAKET BELAJAR B DAN 12 PAKET C

25,000,000 10 KELOMPOK

PAKET BELAJAR B,

DAN 6 KELOMPOK BELAJAR PAKET C

32,000,000 10 KELOMPOK

PAKET BELAJAR B, DAN 6

KELOMPOK BELAJAR PAKET C

32,000,000 10 KELOMPOK

PAKET BELAJAR B, DAN 6

KELOMPOK BELAJAR PAKET C

32,000,000 10 KELOMPOK

PAKET BELAJAR B,

DAN 10 KELOMPOK BELAJAR PAKET C

40,000,000 10 KELOMPOK

PAKET BELAJAR

B, DAN 10 KELOMPOK BELAJAR PAKET C

40,000,000 24 PKBM PENGELOLA

PAKET B DA C SEMUA

MENDAPAT BANTUAN

FASILITASI.

201,000,000 DISDIKPORA

TERSELENGGARANYA PEKAN SENI SD, SMP/MTS, SMA/MA/ SMK DAN KEGIATAN PENTAS SENI PELAJAR DAN

PENGEMBANGAN PRESTASI SISWA DIBIDANG SENI

PEKAN SENI MERUPAKAN

AGENDA RUTIN

PROVINSI JAWA

TENGAH.

MASUK NOMINASI 15 BESAR PROVINSI

JAWA TENGAH

100,000,000 MASUK NOMINASI 15 BESAR PROVINSI

JAWA TENGAH

100,000,000 MASUK NOMINASI 15 BESAR PROVINSI

JAWA TENGAH

150,000,000 MASUK NOMINASI 15 BESAR PROVINSI

JAWA TENGAH

150,000,000 MASUK NOMINASI 15 BESAR PROVINSI

JAWA TENGAH

200,000,000 MASUK NOMINASI 15 BESAR PROVINSI

JAWA TENGAH

200,000,000 MASUK NOMINASI 15

BESAR PROVINSI

JAWA TENGAH

900,000,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 3 0 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

TERSELENGGARANYA SELEKSI

PESERTA JAMBORE PTK

PNF

JAMBORE PTK PNF

MERUPAKAN AGENDA RUTIN

PEMPROV JATENG

DENGAN 12 JENIS

LOMBA, TAHUN 2011 JEPARA

MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROVINSI

MASUK 10 BESAR TINGKAT PROV.

JATENG DANGAN 12 JENIS LOMBA.

20,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV. JATENG DANGAN 12 JENIS LOMBA.

20,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV. JATENG DANGAN 12 JENIS LOMBA.

20,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV. JATENG DANGAN 12 JENIS LOMBA.

20,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV. JATENG DANGAN 12 JENIS LOMBA.

20,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV. JATENG DANGAN 12 JENIS LOMBA.

20,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV. JATENG

DANGAN 12 JENIS LOMBA.

120,000,000 DISDIKPORA

MENINGKATNYA KEMAMPUAN NON AKADEMIK BAGI

SISWA SD, SMP, SMA SEDERAJAT.

PENGURUS OSIS SMP DAN SMA SEDERAJAT

PERLU PENANAMAN

JIWA KEPEMIMPIN

AN DAN KETELADANA

N

PELATIHAN PENGURUS OSIS

SEJUMLAH 50 SISWA MENDAPATKAN

PELATIHAN LKS.

20,000,000 PELATIHAN PENGURUS

OSIS SEJUMLAH

100 SISWA MENDAPAT

KAN PELATIHAN

.

35,000,000 PELATIHAN

PENGURUS OSIS

SEJUMLAH 100

SISWA MENDAPAT

KAN PELATIHAN

35,000,000 PELATIHAN

PENGURUS OSIS

SEJUMLAH 100

SISWA MENDAPAT

KAN PELATIHAN

.

35,000,000 PELATIHAN PENGURUS

OSIS SEJUMLAH

100 SISWA MENDAPAT

KAN PELATIHAN

.

35,000,000 PELATIHAN

PENGURUS OSIS

SEJUMLAH 100

SISWA MENDAPAT

KAN PELATIHAN

.

35,000,000 PELATIHAN PENGURUS

OSIS SEJUMLAH

100 SISWA MENDAPATKAN

PELATIHAN.

195,000,000 DISDIKPORA

POPDA AGENDA RUTIN

PEMPROV JATENG TINGKAT SD, SMP

DAN SMA/SMK DENGAN 13

CABOR, 2011 JEPARA

MASUK 22 BESAR.

MASUK 25 BESAR TINGKAT PROVINSI

UNTUK SEMUA JENJANG SD, SMP

DAN SMA/SMK

400,000,000 MASUK 15 BESAR

TINGKAT PROVINSI

UNTUK SEMUA

JENJANG SD, SMP

DAN SMA/SMK

400,000,000 MASUK 15 BESAR

TINGKAT PROVINSI

UNTUK SEMUA

JENJANG SD, SMP

DAN SMA/SM

K

400,000,000 MASUK 15 BESAR

TINGKAT PROVINSI

UNTUK SEMUA

JENJANG SD, SMP

DAN SMA/SM

K

400,000,000 MASUK 15 BESAR

TINGKAT PROVINSI

UNTUK SEMUA

JENJANG SD, SMP

DAN SMA/SMK

425,000,000 MASUK 15 BESAR

TINGKAT PROVINSI

UNTUK SEMUA

JENJANG SD, SMP

DAN SMA/SM

K

425,000,000 MASUK 15 BESAR

TINGKAT PROVINSI

UNTUK SEMUA JENJANG SD,

SMP DAN SMA/SMK

2,450,000,000 DISDIKPORA

LIGA PENDIDIKAN INDONESIA (LIPIO)

MERUPAKAN AGENDA RUTIN

NASIONAL DAN

PROVINSI JATENG

TIM LIPIO SMP 1 BANGSRI MASUK 2

BESAR JATENG, DAN SMA SULA

KALINYAMATNA 4 BESAR JATENG.

60,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROVINSI

JAWA TENGAH

75,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROVINSI

JAWA TENGAH

75,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROVINSI

JAWA TENGAH

75,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROVINSI

JAWA TENGAH

75,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROVINSI

JAWA TENGAH

75,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROVINSI

JAWA TENGAH

435,000,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 3 1 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

OLIMPIADE OLAHRAGA

SISWA NASIONAL SD, SMP, SMA/SMK

AGENDA RUTIN

NASIONAL DAN

PEMPROV.

MASUK 25 BESAR TINGKAT PROV.

JATENG.

35,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV.

JATENG.

75,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV.

JATENG.

75,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV.

JATENG.

75,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV.

JATENG.

75,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV.

JATENG.

75,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV.

JATENG.

410,000,000 DISDIKPORA

LOMBA TATA UPACARA SEKOLAH (TUS)

AGENDA RUTIN

TAHUNAN DARI

PEMPROV JATENG UNTUK

PELAJAR SMA

SEDERAJAT DAN SD,

SMP HANYA RUTIN

TINGKAT. KABUPATEN

MASUK 3 BESAR TINGKAT EK.

KARESIDENAN UNTUK JENJANG

SMA.

75,000,000 MASUK 3 BESAR

TINGKAT EK.

KARESIDENAN UNTUK JENJANG SMA.

75,000,000 MASUK 3 BESAR

TINGKAT EK.

KARESIDENAN

UNTUK JENJANG SMA.

75,000,000 MASUK 3 BESAR

TINGKAT EK.

KARESIDENAN

UNTUK JENJANG SMA.

75,000,000 MASUK 3 BESAR

TINGKAT EK.

KARESIDENAN UNTUK JENJANG SMA.

75,000,000 MASUK 3 BESAR

TINGKAT EK.

KARESIDENAN

UNTUK JENJANG SMA.

75,000,000 MASUK 3 BESAR

TINGKAT EK. KARESIDENAN

UNTUK JENJANG SMA.

450,000,000 DISDIKPORA

AGENDA RUTIN TAHUN PEMKAB

MEMBENTUK TIM

PASKIBRA 17

AGUSTUS

TERBENTUKNYA TIM PASKIBRA SEJUMLAH 30 SISWA DAN 1

SISWA WAKIL KE TK PROVINSI

80,000,000 TERBENTUKNYA TIM

PASKIBRA SEJUMLAH 30 SISWA

DAN 1 SISWA

WAKIL KE TK

PROVINSI

100,000,000 TERBENTUKNYA TIM PASKIBRA SEJUMLAH 30 SISWA

DAN 1 SISWA

WAKIL KE TK

PROVINSI

100,000,000 TERBENTUKNYA TIM PASKIBRA SEJUMLAH 30 SISWA

DAN 1 SISWA

WAKIL KE TK

PROVINSI

100,000,000 TERBENTUKNYA TIM

PASKIBRA SEJUMLAH 30 SISWA

DAN 1 SISWA

WAKIL KE TK

PROVINSI

100,000,000 TERBENTUKNYA TIM PASKIBRA SEJUMLAH 30 SISWA

DAN 1 SISWA

WAKIL KE TK

PROVINSI

100,000,000 TERBENTUKNYA TIM

PASKIBRA SEJUMLAH 30 SISWA DAN 1 SISWA WAKIL

KE TK PROVINSI

580,000,000 DISDIKPORA

AUBADE AGENDA RUTIN SETIAP

TANGGAL 17 AGUSTUS DENGAN JUMLAH PESERTA 1000

SISWA.

SUKSES AUBADE PADA PERINGATAN

17 AGUSTUS

30,000,000 SUKSES AUBADE PADA

PERINGATAN 17

AGUSTUS

30,000,000 SUKSES AUBADE PADA

PERINGATAN 17

AGUSTUS

30,000,000 SUKSES AUBADE PADA

PERINGATAN 17

AGUSTUS

30,000,000 SUKSES AUBADE PADA

PERINGATAN 17

AGUSTUS

30,000,000 SUKSES AUBADE PADA

PERINGATAN 17

AGUSTUS

30,000,000 SUKSES AUBADE PADA PERINGATAN 17 AGUSTUS

180,000,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 3 2 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

SELEKSI PEMUDA PELOPOR AGENDA RUTIN

PEMPROV JATENG

0 - MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV.

JATENG

20,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV. JATENG

20,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV. JATENG

20,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV.

JATENG

20,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV. JATENG

20,000,000 MASUK 10 BESAR

TINGKAT PROV. JATENG

100,000,000 DISDIKPORA

AGENDA RUTIN

PEMPROV. JATENG

TENTANG PEMBINAAN NASIONALIS

ME DAN KARAKTER BANGSA MELALU JALUR

PENDIDIKAN TAHUN 2011

SEBESAR RP 80.000.00

0,-

1 PAKET KEGIATAN NASIONALISME BAGI PELAJAR SD, SMP,

SMA/SMK SEDERAJAT.

100,000,000 1 PAKET KEGIATAN NASIONALISME BAGI PELAJAR

SD, SMP, SMA/SMK SEDERAJAT

.

100,000,000 1 PAKET KEGIATAN NASIONALISME BAGI PELAJAR

SD, SMP, SMA/SM

K SEDERAJA

T.

100,000,000 1 PAKET KEGIATAN NASIONALISME BAGI PELAJAR

SD, SMP, SMA/SM

K SEDERAJA

T.

100,000,000 1 PAKET KEGIATAN NASIONALISME BAGI PELAJAR

SD, SMP, SMA/SMK SEDERAJAT

.

100,000,000 1 PAKET KEGIATAN NASIONALISME BAGI PELAJAR

SD, SMP, SMA/SM

K SEDERAJA

T.

100,000,000 1 PAKET KEGIATAN

NASIONALISME BAGI

PELAJAR SD, SMP,

SMA/SMK SEDERAJAT.

600,000,000 DISDIKPORA

MENINGKATKAN KOMPETENSI

PENDIDIK DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN PNF.

SETIAP TAHUN

RATA-RATA DILAKUKAN PEMBINAAN TUTOR DAN INSTRUKTUR 100 ORANG.

100 TUTOR/ISNTRUKTUR

10,000,000 100 TUTOR DAN 30

INSTRUKTUR

12,000,000 100 TUTOR

DAN 30 INSTRUKT

UR

12,000,000 100 TUTOR

DAN 50 INSTRUKT

UR

15,000,000 100 TUTOR DAN 50

INSTRUKTUR

15,000,000 120 TUTOR

DAN 60 INSTRUKT

UR

20,000,000 120 TUTOR DAN 60

INSTRUKTUR

84,000,000 DISDIKPORA

SETIAP TAHUN

DILAKUKAN PELATIHAN BAGI 37

PENILIK, 24 PKBM, 71 LEMBAGA KURSUS

35 PENILIK, 24 PKBM, 71 LEMBAGA

KURSUS

25,000,000 35 PENILIK,

24 PKBM, 71

LEMBAGA KURSUS

25,000,000 35 PENILIK,

24 PKBM, 71

LEMBAGA KURSUS

25,000,000 35 PENILIK,

24 PKBM, 71

LEMBAGA KURSUS

25,000,000 35 PENILIK,

24 PKBM, 71

LEMBAGA KURSUS

25,000,000 35 PENILIK,

24 PKBM, 71

LEMBAGA KURSUS

25,000,000 35 PENILIK, 24 PKBM, 71

LEMBAGA KURSUS

150,000,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 3 3 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

TERLAKSANANYA UJIAN NASIONAL

KEJAR PAKET (UNKP).

UJIAN NASIONAL

KEJAR PAKET

(UNKP) DILAKSANAKAN SETIAP

TAHUN DENGAN TAHUN 2011

DENGAN JUMLAH 36 KELOMPOK

PAKET BELAJAR B

DAN C

36 KELOMPOK PAKET BELAJAR B

DAN C

300,000,000 36 KELOMPOK

PAKET BELAJAR B

DAN C

300,000,000 36 KELOMPOK

PAKET BELAJAR B

DAN C

300,000,000 36 KELOMPOK

PAKET BELAJAR B

DAN C

300,000,000 36 KELOMPOK

PAKET BELAJAR B

DAN C

300,000,000 36 KELOMPOK

PAKET BELAJAR B

DAN C

300,000,000 36 KELOMPOK PAKET

BELAJAR B DAN C

1,800,000,000 DISDIKPORA

1 1 5 PROGRAM

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

390,000,000 325,000,000 600,000,000 665,000,000 670,000,000 670,000,000 645,000,000 3,075,000,000

TERPENUHINYA KEBUTUHAN

TENAGA PENDIDIK DAN

KEPENDIDIKAN PADA SEKOLAH

MASIH ADA PENUMPUKAN/KEKURANGAN JUMLAH

TENAGA PENDIDIK/KEPENDIDIKA

N (PNS/GTT) YANG TIDAK SEBANDING

DENGAN KEBUTUHAN

FASILITASI KEGIATAN

PENGATURAN/PENEMPATAN GURU PNS

DAN NON PNS.

- FASILITASI KEGIATAN PENGATURAN/PENEM

PATAN GURU PNS DAN NON

PNS.

- FASILITASI

KEGIATAN PENGATURAN/PENEM

PATAN GURU

PNS DAN NON PNS.

20,000,000 FASILITASI

KEGIATAN PENGATURAN/PENEM

PATAN GURU

PNS DAN NON PNS.

20,000,000 FASILITASI KEGIATAN PENGATURAN/PENEM

PATAN GURU PNS DAN NON

PNS.

20,000,000 FASILITASI

KEGIATAN PENGATURAN/PENEM

PATAN GURU

PNS DAN NON PNS.

20,000,000 GURU MERATA SESUAI

KEBUTUHAN TIDAK ADA

LAGI PENUMPUKAN

DAN KEKURANGAN

GURU.

80,000,000 DISDIKPORA

FASILITASI UNTUK

KEGIATAN GURU

SERTIFIKAS, KONDISI

GURU PNS JUMLAH 5.520, YANG

SUDAH BERSERTIFIKASI SAMPAI

TAHUN 2011 PNS 2.285 DAN GTY 106

ORANG GURU.

1.076 GURU PNS DAN GTY

50,000,000 1.000 GURU DAN

GTY

75,000,000 1.000 GURU DAN

GTY

75,000,000 1.000 GURU DAN

GTY

75,000,000 500 GURU PNS DAN

GTY

50,000,000 500 GURU PNS DAN

GTY

50,000,000 8.467 GURU BERSERTIFIKASI PNS DAN

GTY

375,000,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 3 4 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

PEMENUHAN KEBUTUHAN

KEPALA SEKOLAH, PENGAWAS

DAN PENILIK, SETIAP TAHUN RUTIN

DIADAKAN SELEKSI CALON KEPALA

SEKOLAH, PENGAWAS SEKOLAH

DAN PENILIK.

TERISINYA KEKOSONGAN

JABATAN KEPALA SEKOLAH,

PENGAWAS DAN PENILIK.

50,000,000 TERISINYA KEKOSONG

AN JABATAN KEPALA

SEKOLAH, PENGAWAS

DAN PENILIK.

200,000,000 TERISINYA KEKOSONG

AN JABATAN KEPALA

SEKOLAH, PENGAWA

S DAN PENILIK.

200,000,000 TERISINYA KEKOSONG

AN JABATAN KEPALA

SEKOLAH, PENGAWA

S DAN PENILIK.

200,000,000 TERISINYA KEKOSONG

AN JABATAN KEPALA

SEKOLAH, PENGAWAS

DAN PENILIK.

200,000,000 TERISINYA KEKOSONG

AN JABATAN KEPALA

SEKOLAH, PENGAWA

S DAN PENILIK.

200,000,000 TERISINYA KEKOSONGAN

JABATAN KEPALA

SEKOLAH, PENGAWAS

DAN PENILIK.

1,050,000,000 DISDIKPORA

TERWUJUDNYA KOMPETENSI

TENAGA PENDIDIK DAN

KEPENDIDIKAN

LOMBA GURU/TENA

GA KEPENDIDIK

AN BERPRESTAS

I JENJANG TK, SD,

SMP, SMA AGENDA RUTIN

NASIONAL DAN

PROVINSI. TAHUN 2012

MASUK 25 BESAR DARI 11 JENIS LOMBA.

MASUK 15 BESAR TINGKAT PROVINSI

UNTUK 11 JENIS LOMBA.

50,000,000 MASUK 15 BESAR

TINGKAT PROVINSI UNTUK 11

JENIS LOMBA.

100,000,000 MASUK 15 BESAR

TINGKAT PROVINSI UNTUK 11

JENIS LOMBA.

120,000,000 MASUK 15 BESAR

TINGKAT PROVINSI UNTUK 11

JENIS LOMBA.

125,000,000 MASUK 15 BESAR

TINGKAT PROVINSI UNTUK 11

JENIS LOMBA.

150,000,000 MASUK 15 BESAR

TINGKAT PROVINSI UNTUK 11

JENIS LOMBA.

200,000,000 MASUK 15 BESAR

TINGKAT PROVINSI UNTUK 11

JENIS LOMBA.

745,000,000 DISDIKPORA

SOSIALISASI P.A.K JABATAN

FUNGSIONAL DAN

KEGIATAN PELAKSANAAN SELEKSI

SERTIFIKASI, RATA-RATA TIAP TAHUN 600 ORANG

GURU.

80 ORANG PESERTA PAK DAN 1.077 CALON PESERTA

SERTIFIKASI

50,000,000 80 ORANG PESERTA PAK DAN 1.000 CALON

PESERTA SERTIFIKAS

I

50,000,000 80 ORANG PESERTA PAK DAN 1.000 CALON

PESERTA SERTIFIKA

SI

75,000,000 80 ORANG PESERTA PAK DAN 1.000 CALON

PESERTA SERTIFIKA

SI

75,000,000 80 ORANG PESERTA PAK DAN

500 CALON PESERTA

SERTIFIKASI

75,000,000 80 ORANG PESERTA PAK DAN

500 CALON

PESERTA SERTIFIKA

SI

75,000,000 480 GURU TERLATIH TENTANG

P.A.K. DAN PELAKSANAAN

SELEKSI SERTIFIKASI TIDAK ADA

PERMASALAH

400,000,000 DISDIKPORA

H a l a m a n | VII. 3 5 .

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

(OUTCOME)

KONDISI KINERJA

PADA AWAL

RPJMD (2011)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN SKPD PENANGGUNG JAWAB 2012 2013 2014 2015 2016 2017 KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP TARGET RP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

FASILITASI PNINGKATA

N KUALIFIKASI KE JENJANG

S1 BAGI GURU, JUMLAH

PNS DAN GTY

SEJUMLAH 8.243 GURU, SUDAH

BERKUALIFIKASI S1 : 5.655 DAN YANG BELUM BERKUALIFI

KASI S1 SEBANYAK

2.588 GURU.

200 GURU PNS/GTY/GTT

75,000,000 300 GURU PNS/GTY

/TT

75,000,000 500 GURU PNS/GTY

/GTT

75,000,000 500 GURU PNS/GTY

/GTT

75,000,000 1000 GURU

PNS/GTY/GTT

75,000,000 0 - SEMUA GURU PNS/GTY/PN

S SUDAH BERKUALIAFIK

ASI S1 KEPENDIDIKAN

375,000,000 DISDIKPORA

TERSELENGGARANYA KEGIATAN BERMUTU

TAHUN 2011 ADA 155 KKG, 12 MGMP, 16 KKKS, 2

MKKS, 1 KKPS, 1 MKPS

1 PAKET KEGIATAN BERMUTU MELIPUTI

155 KKG, 12 MGMP, 16 KKKS, 2 MKKS, 1 KKPS,

1 MKPS

50,000,000 1 PAKET KEGIATAN BERMUTU MELIPUTI

155 KKG, 12 MGMP, 16 KKKS, 2 MKKS,

1 KKPS, 1 MKPS

100,000,000 1 PAKET KEGIATAN BERMUTU MELIPUTI

155 KKG, 12 MGMP,

16 KKKS, 2 MKKS, 1 KKPS, 1 MKPS

100,000,000 1 PAKET KEGIATAN BERMUTU MELIPUTI

155 KKG, 12 MGMP,

16 KKKS, 2 MKKS, 1 KKPS, 1 MKPS

100,000,000 1 PAKET KEGIATAN BERMUTU MELIPUTI

155 KKG, 12 MGMP, 16 KKKS, 2 MKKS,

1 KKPS, 1 MKPS

100,000,000 1 PAKET KEGIATAN BERMUTU MELIPUTI

155 KKG, 12 MGMP,

16 KKKS, 2 MKKS, 1 KKPS, 1 MKPS

100,000,000 1 PAKET KEGIATAN BERMUTU MELIPUTI

155 KKG, 12 MGMP, 16 KKKS, 2 MKKS, 1 KKPS, 1 MKPS

50,000,000 DISDIKPORA

TERSELESAIKANNYAN USULAN PENETAPAN

ANGKAT KREDIT (PAK)TENAGA PENDIDIK DAN

TENAGA KEPENDIDIKAN

LAINNYA, SERTA ENYELESAIAN

USUL KENAIKAN PANGKAT.

PENILAIAN P.A.K DAN

USUL KENAIKAN PANGKAT

BAGI TENAGA

PENDIDIK DAN

KEPENDIDIKAN PNS

RATA SETIAP TAHUN 2

KALI PENILAIAN DAN 2 KALI

USULAN SEJUMLAH

1000 ORANG

1000 GURU PNS 25,000,000 750 GURU PNS

100,000,000 750 GURU PNS

200,000,000 700 GURU PNS

200,000,000 700 PNS 200,000,000 700 PNS 200,000,000 SEMUA USULAN P.A.K

DAN USUL KENAIKAN PANGKAT

GURU MAMPU DISELESAIKAN

100 %.

925,000,000 DISDIKPORA