rencana investasi revitalisasi penerangan jalan...
TRANSCRIPT
1
RENCANA INVESTASI
REVITALISASI PENERANGAN JALAN UMUM KOTA SURAKARTA
2
BAB I
LATAR BELAKANG
Kota Surakarta memiliki luas wilayah sebesar 44,04 km2 yang terbagi menjadi lima
kecamatan: Laweyan (8,64 km2), Serengan (3,19 km2), Pasar Kliwon (4,82 km2), Jebres (12,58
km2) dan Banjarsari (14,81 km2). Kota Surakarta memiliki 5 (lima) Kecamatan, 51 (lima puluh
satu) Kelurahan, 602 Rukun Warga (RW), dan 2710 Rukun Tangga (RT). Sebagian besar dari
lahan dari luas wilayah tersebut adalah pemukiman (65%). Sedangkan kegiatan ekonomi
menggunakan 16% dari total luas wilayah tersebut. Pemerintah Kota Surakarta memiliki tanah
seluas total 6.408.924 m2 pada tahun 2016. Adapun batas wilayah kota Surakarta, meliputi:
Batas Utara : Kab. Karanganyar dan Kab. Boyolali
Batas Timur : Kab. Karanganyar dan Kab. Sukohardjo
Batas Selatan : Kab. Sukohardjo
Batas Barat : Kab. Karanganyar dan Kab. Sukohardjo
Kota Surakarta dikelilingi oleh Kota Penyangga seperti Colomadu, Kartasura, Baki,
Solo Baru, Palur, Wonorejo, dan Ngemplak. Kota Surakarta yang dikelilingi oleh daerah
penyangga ini memiliki interseksi yang unik bahkan menjadikan area usaha dari telekomunikasi
dan listrik (PLN) menjadi sedikit rumit. Dimana wilayah unit pelayanan PT PLN (Persero) juga
menyebarangi lintas batas wilayah administratif antara Kota Surakarta dengan daerah
penyangga tersebut.
Dilihat dari lokasinya yang strategis, di mana menjadi 3 (tiga) titik pertemuan jalur utama
tengah yang menghubungkan dari dan ke Surabaya – Semarang/Jakarta – Yogyakarta. Jalan di
Kota Surakarta merupakan jalan non-stop terutama jalan nasional/provinsi yang menjadi
penghubung 3 pilar arus utama pulau bagian Tengah. Untuk itu, peran lampu penerangan jalan
sangat vital untuk menopang kehidupan usaha, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Kota
Surakarta.
Kota Surakarta adalah kota yang bertumbuh baik dalam hal perekonomian, jumlah
penduduk, maupun indeks pembangunan manusianya. Seiring dengan pertumbuhan kota tersebut,
kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik, terus meningkat. Secara agregat, konsumsi listrik
terbesar di kota ini berasal dari sektor rumah tangga, disusul dengan sektor bisnis dan industri.
Namun berdasarkan data BPS Kota Surakarta, penggunaan listrik terbesar di kota ini adalah untuk
Penerangan Jalan Umum (PJU). Sumber yang sama menyebutkan bahwa daya yang digunakan
oleh PJU pada tahun 2016 mencapai 32.725 MWh. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan
3
konsumsi listrik gabungan tiga sektor kode ISIC industri terbesar di Surakarta, yaitu tekstil, karet,
plastik, dan percetakan (kode ISIC 13, 22, dan 18).
Selain itu, PJU sebagai suatu layanan umum masih belum berfungsi optimal. Selain tidak
hemat listrik; tiang dan lampu yang ada tidak seragam dan tidak standar. Selain itu, penerangan
belum merata di sepanjang jalan umum yang ada. Dengan latar belakang demikian, Pemerintah
Kota Surakarta bermaksud untuk melakukan revitalisasi layanan umum PJU.
4
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1. Nama Proyek
Rencana Investasi Revitalisasi Penerangan Jalan Umum Kota Surakarta
2.2. Lokasi Proyek
Investasi revitalisasi Penerangan Jalan Umum (PJU) akan dilaksanakan di Kota
Surakarta untuk seluruh jalan-jalan umum sepanjang 676,56 km yang terdiri dari Jalan
lingkungan dan Jalan non lingkungan. Titik koordinat tengah Kota Surakarta adalah 70` 36" -
70` 56" Lintang Selatan dan 110 45` 15" - 110 45` 35" Bujur Timur. Revitalisasi PJU Kota
Surakarta akan melewati 5 kecamatan dan 51 Kelurahan.
Gambar 2.1 Peta Kota Surakarta
Sumber: Wikipedia
Berikut list kelurahan di masing-masing kecamatan yang akan terkena revitalisasi
Penerangan Jalan Umum, antara lain:
Tabel. 2.1 Kelurahan di Kota Surakarta yang akan dilakukan Revitalisasi PJU
Kecamatan
Laweyan
Kecamatan
Banjarsari
Kecamatan
Serengan
Kecamatan
Jebres
Kecamatan
Pasar Kliwon
Pajang Mangkubumen Joyotakan Kepatihan Kulon Joyosuran
Laweyan Timuran Danukusuman Kepatihan Wetan Semanggi
Bumi Keprabon Serangan Sudiroprajan Pasarkliwon
Panularan Punggawan Tipes Gandekan Gajahan
Sriwedari Kestalan Kratonan Sewu Baluwarti
Penumping Setabelan Jayengan Pucangsawit Kauman
Purwosari Gilingan Kemlayan Jagalan Sangkrah
Sondakan Manahan Purwodiningratan Kampung Baru
Kerten Sumber Tegalharjo Kedung Lumbu
Jajar Nusukan Jebres
Karangasem Kadipiro Mojosongo
a) Banyuanyar
Ketelan b)
5
2.3. Jenis sektor investasi
Penyelenggaraan Proyek PJU Kota Surakarta pada dasarnya mencakup pemenuhan
ketentuan dalam beberapa sektor antara lain:
1. Investasi sektor energi: yaitu terkait dengan aspek konservasi energi, infrastruktur
ketenagalistrikan
2. Investasi sektor transportasi: investasi jalan
3. Investasi sektor fasilitas pelayanan perkotaan.
Penyelenggaraan Proyek termasuk kedalam usaha jasa pembangunan dan pemasangan
yang diklasifikasikan dalam bidang instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik subbidang tegangan
rendah serta bidang distribusi tenaga listrik subbidang jaringan distribusi tenaga listrik
tegangan rendah yakni 220 V/50 Hz. Adapun kualifikasi saja memiliki kriteria sesuai dengan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Kualifikasi Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik (“Permen ESDM No. 28/2014”).
Ditinjau dari aspek konstruksi, terhadap penyelenggaraan Proyek, kegiatan usaha yang
dilakukan termasuk ke dalam kegiatan usaha jasa pelaksanaan konstruksi, dengan klasifikasi
bidang usaha jasa pelaksanaan konstruksi instalasi mekanikal dan elektrikal, subklasifikasi
bidang usaha jasa pelaksana konstruksi instalasi jaringan distribusi tenaga listrik tegangan
rendah. Subklasifikasi dengan kode EL 007 ini terdiri atas jasa pelaksana instalasi dan
perawatan jaringan distribusi tenaga listrik tegangan rendah dan penerangan jalan umum.
2.4. Gambaran singkat mengenai proyek (deskripsi proyek).
Penerangan Jalan Umum (PJU) adalah salah satu unsur infrastruktur perkotaan yang
paling penting. PJU merupakan layanan utama yang harus disediakan oleh pemerintah untuk
memberikan penerangan yang memadai di jalan-jalan yang berguna untuk meningkatkan
keamanan dan keselamatan di kota, serta meningkatkan daya pandang atau visibilitas pada
petang dan malam hari. Di Indonesia, PJU merupakan tanggung jawab utama pemerintah
daerah yang memiliki kewajiban untuk menjamin keamanan jalan umum.
Kota Surakarta termasuk kota yang sedang giat-giatnya membangun termasuk
pembangunan Revitalisasi PJU Kota Surakarta merupakan salah satu prioritas dikarenakan
selain meningkatkan tingkat pencahayaan, kemerataan pencahayaan, juga menghasilkan
potensi penghematan energi dan rekening lisrik yang mendukung pendapatan asil daerah
(PAD).
6
Penyelenggaraan Proyek Revitalisasi PJU Kota Surakarta dipandang sebagai salah
satu langkah strategis Pemerintah Daerah untuk melaksanakan kewajiban dan kewenangannya
dalam menjamin pemanfaatan energi yang hendak dicapai dalam KEN dan rencana
Pemerintah dalam penurunan emisi gas rumah kaca. Adapun Proyek dikategorikan sebagai
salah satu jenis infrastruktur konservasi energi yang dapat diselenggarakan melalui
mekanisme KPBU sebagaimana ditentukan dalam Pasal 5 ayat (2) butir (k) Perpres No.
38/2015.
Data PJU Kota Surakarta tahun 2016 adalah 21.222 titik lampu, dengan panjang jalan
676,56 km. Selama tahun 2015, Pembayaran Rekening Listrik PJU (RPJ) adalah Rp 44
Miliar. Jumlah ID Pelanggan PJU Kota Surakarta sampai bulan Oktober 2016 ada 600 ID
Pel yang terdiri dari 386 ID Pel Meterisasi dan 296 ID Pel Abonemen. Jumlah Daya (VA)
Total = 6,522,380.00 VA yang terbagi menjadi Meterisasi sebesar 1,136,750.00 VA, sedang
Abonemen sebesar 5,385,630.00 VA dengan Pembayaran RPJ sebesar Rp3,538,571,142.00.
Dengan direvitalisasi, diharapkan Pemerintah Kota Surakarta selain dapat meningkatkan
tingkat terang di semua kelas jalan atau paling tidak wajib sesuai dengan yang diatur SNI
7293: 2008, juga mendapatkan penghematan semaksimal mungkin.
2.6 Mengapa harus Proyek Revitalisasi PJU?
Pemerintah Kota Surakarta bermaksud merubah paradigma Penerangan Jalan Umum (PJU)
dari suatu aset pemerintah kota yang merupakan bagian kelengkapan jalan umum menjadi layanan
umum. Layanan umum ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan warga
sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kota Surakarta. Kondisi eksisting PJU Kota Surakarta
adalah sebagai berikut:
1) Layanan PJU sebagian besar belum sesuai dengan standar SNI: ketidaksesuaian tersebut
disebabkan karena kurangnya kualitas pencahayaan, terdapat tiang tanpa lampu, jarak
antar tiang yang tidak standar, serta kondisi fisik yang harus diganti. Dampak pada
layanan umum adalah sulitnya menekan tingkat kecelakaan dan kriminalitas di sekitar
jalan umum. Selain itu masyarakat juga tidak mendapatkan layanan penerangan yang
optimal.
2) Mayoritas PJU tidak efisien dalam penggunaan energi: jenis lampu yang digunakan
beragam dan masih banyak ruang untuk penghematan energi dengan menggunakan jenis
lampu yang lebih tepat namun tetap sesuai dengan standar layanan. Hal ini berdampak
pada tagihan listrik yang relatif besar sehingga membebani APBD, sedangkan di sisi
7
lain, ruang penghematan masih sangat terbuka dengan menggunakan lampu yang lebih
hemat energi.
3) Penganggaran pembayaran listrik sering terkendala: proses penganggaran APBD untuk
pembayaran listrik secara historis pernah beberapa kali mengalami kendala. Hal ini juga
berdampak pada layanan umum, yaitu akibat terjadinya pemutusan sementara aliran
listrik PJU oleh PT PLN pada bulan Desember 2011. Selain itu, hingga saat ini masih
ada permasalahan berkepanjangan terkait dengan tagihan listrik PT PLN.
4) Jumlah PJU yang termeterisasi masih bagian kecil: akurasi perhitungan volume listrik
yang digunakan menjadi kurang, di saat Pemerintah Kota Surakarta merasa tagihan
listrik terlalu besar, hal ini tidak bisa didukung oleh data yang memadai. Di sisi lain,
banyaknya jumlah PJU swadaya masyarakat membuat belum adanya kesepakatan antara
Pemerintah Kota dengan PT PLN terutama terkait dengan pengawasan PJU swadaya.
Hal ini berdampak pada permasalahan tagihan listrik seperti yang disebutkan
sebelumnya, selain ketidakakuratan tagihan listrik.
Gambar 2.2 Kondisi Eksisting dan Dampaknya
2.7 Visi Pengembangan Proyek Investasi
Pengembangan Visi Revitalisasi Penerangan Jalan Umum (PJU) Kota Surakarta sejalan
dengan Visi Pemerintah Kota Surakarta yaitu:
Visi Pemeritah Kota Surakarta Visi Layanan PJU Kota Surakarta
Terwujudnya Surakarta sebagai kota
budaya, mandiri, maju dan sejahtera.
Terwujudnya layanan PJU Kota Surakarta yang
mandiri, maju, ramah lingkungan, dan aman bagi
keamanan warga di sekitar jalan umum
8
2.8 Misi Pengembangan Proyek Investasi
Pengembangan Misi Revitalisasi Penerangan Jalan Umum (PJU) Kota Surakarta sejalan
dengan Misi Pemerintah Kota Surakarta yaitu:
2.9 Tujuan Pengembangan Proyek Investasi
Berdasarkan visi dan misi, maka tujuan Revitalisasi PJU Kota Surakarta sebagai berikut:
1) Meningkatkan Standar Layanan PJU Kota Surakarta.
Saat ini Layanan PJU Kota Surakarta terdapat kesenjangan dengan standar layanan
menggunakan SNI 7391: 2008. Kesenjangan antara kondisi aktual dengan standar
layanan akan dihilangkan dengan revitalisasi PJU. Penyediaan standar layanan tersebut
diharapkan akan bisa menekan angka kecelakaan dan angka kriminalitas di sekitar jalan
umum, termasuk juga meningkatkan kenyamanan masyarakat.
Misi Pemerintah Kota Surakarta Misi Layanan PJU Kota
Surakarta
Waras: mewujudkan masyarakat yang sehat jasmani, dan
rohani, dan sosial dalam lingkungan hidup yang sehat
menuju masyarakat produktif, kreatif dan sejahtera serta
membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat.
Penyediaan layanan kelengkapan
jalan sesuai dengan standar
layanan.
Wasis: Mewujudkan masyarakat yang cerdas, terampil,
berbudi pekerti luhur, berkarakter dan berkontribusi
kemajuan daya saing kota.
Wareg: Mewujudkan masyarakat kota yang produktif
mampu memenuhi kebutuhan dasar jasmani dan rohani
menuju masyarakat mandiri dan partisipatif
membangun kesejahteraan kota.
Mapan: Mewujudkan masyarakat yang tertib, aman,
damai, berkeadilan, berkarakter dan berdaya saing
melalui pembangunan daerah yang akuntabel (sektoral,
kewilayahan, dan kependudukan) dan tata kelola
pemerintahan yang efektif, bersih, responsif dan
melayani.
Efisiensi anggaran dalam
penyediaan layanan.
Papan: Mewujudkan keseimbangan kebutuhan papan
serta daya dukung dan daya tampung lingkungan
dengan dinamika kebutuhan pertumbuhan penduduk
menuju kota berwawasan pembangunan berkelanjutan.
Berkontribusi pada pencapaian
pengurangan emisi gas rumah
kaca dari sektor ketenagalistrikan
melalui penghematan energi
dalam rangka layanan PJU.
9
Tabel 2.2 Kesenjangan Antara Kondisi Aktual Dengan Standar Layanan
Parameter Stadnar SNI 7391 2008 Layanan PJU saat ini
Kualitas pencahayaan pada
ruas jalan
Distandarkan sesuai dengan
jenis/klasifikasi jalan
Kuat pencahayaan kurang
Kualitas pencahayaan pada
rambu lalu lintas
Distandarkan sesuai dengan
jenis jalan dan jembatan
Kuat pencahayaan kurang
Kualitas pencahayaan pada
terowongan
Distandarkan sesuai dengan
jenis/klasifikasi jalan pada
terowongan
Kuat pencahayaan kurang
dan kurang memperhatikan
sistem pencahayaan
terowongan
Rasio kemerataan
pencahayaan
Distandarkan sesuai dengan
lokasi penempatan
Cahaya tidak merata
Penempatan dan peletakan
lampu penerangan
Distandarkan sesuai dengan
jalan dan jembatan
Penempatan dan penataan
tidak direncanakan dengan
baik
2) Perluasan cakupan penerangan jalan di seluruh kota.
3) Peningkatan keandalan penerangan jalan di Kota Surakarta, termasuk promosi dan
pemeliharan keselamatan (pencegahan kecelakaan) untuk semua pengguna sistem jalan,
dengan pertimbangkan khusus bagi kelompok pengguna rentan, misalnya pejalan kaki,
pengendara sepeda, orang tua atau orang disabilitas.
4) Meningkatkan keakuratan perhitungan biaya beban listrik.
Besarnya proporsi lampu dengan tagihan abonemen relative besar dibandingkan dengan
tagihan meter pada PJU. Hal ini menimbulkan ketidakakuratan dalam perhitungan biaya
energi. Pemerintah Kota Surakarta meyakini apabila penagihan listrik oleh PT PLN
dilakukan berdasarkan perhitungan meter, besarnya akan lebih murah dibandingkan
dengan perhitungan berdasarkan abonemen. Selain itu, tagihan biaya listrik PJU oleh PT
PLN adalah bahwa besaran tagihan saat ini ditentukan oleh MOU (tanggal 11 Desember
2009) yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta dengan PT PLN Surakarta pada
tahun 2007. MOU tersebut adalah berdasarkan sekitar 17000 titik lampu PJU, sesuai
dengan kondisi pada tahun tersebut. Dengan demikian, PT PLN tentunya akan meninjau
ulang besar tagihan listrik PJU karena saat ini jumlah titik lampu tersebut telah mencapai
21.222 buah. Namun di sisi lain, Pemerintah Kota Surakarta berpendapat bahwa
peninjauan ulang tersebut haruslah tidak berdasarkan tagihan abonemen tetapi
berdasarkan tagihan meter. Oleh karena itu, meterisasi dari PJU dengan tarif abonemen
merupakan suatu kebutuhan.
10
5) Melakukan penghematan energi.
Penghematan energi akan berkontribusi pada pengurangan emisi gas CO2 karena
berkurangnya penggunaan listrik berbahan bakar fosil.Penggantian lampu merkuri,
sodium dan pijar dengan lampu LED akan bisa memberikan penghematan penggunaan
energi dengan tingkat pencahayaan yang lebih baik.
6) Pengurangan sumber daya terlibat dalam O&M terbaik (state of the art).
7) Pelaksanaan proyek yang berhasil tanpa menempatkan beban tambahan pada anggaran
kota.
8) Pelaksanaan Proyek dengan cepat melalui peningkatan keahlian dan pengetahuan sektor
swasta, sehingga pada akhirnya dapat ditunjukan untuk direplikasi di kota-kota lain di
Indonesia.
Dari penjabaran visi, misi Kota Surakarta maka dapat diturunkan tujuan revitalisasi PJU Kota
Surakarta sebagaimana gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2.3 Tujuan Layanan PJU Kota Surakarta
11
BAB III
ASPEK PEMASARAN
3.1. Kondisi Saat Ini
Kota Surakarta telah memiliki 21.222 titik PJU. Titik-titik PJU tersebut tersebar pada
ruas-ruas jalan wilayah seluruh Kota Surakarta, dengan total panjang ruas jalan yang dilengkapi
dengan PJU adalah 976.325,00 meter. Namun pada ruas jalan tersebut belum semua PJU telah
sesuai dengan SNI dan bahkan masih terdapat ruas jalan yang belum dilengkapi dengan PJU.
Pada bagian ini akan dikaji lebih lanjut permintaan akan PJU di Kota Surakarta.
Jumlah PJU Kota Surakarta berjumlah 16.000-an tersebar di seluruh wilayah Kota
Surakarta. Status lampu PJU Kota Surakarta terdiri dari lampu Abonemen dan Meterisasi.
Dimana pembayaran RPJ masih didominasi lampu PJU Abonemen (Non-Meterisasi).
Sementara itu, memasuki tahun 2016 terjadi trend penurunan tagihan RPJ Abonemen dan terjadi
kenaikan Lampu Meterisasi. Dengan demikian upaya meterisasi PJU Kota Surakarta hasilnya
tidak signifikan.
Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2016 berjumlah 514.171 jiwa, dengan
pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 0,46% dalam rentang tahun 2010-2016. Jumlah
penduduk yang bekerja sebanyak 271.199 atau 52,95% dari total jumlah penduduk. Indeks
Pembangunan Manusia selalu meningkat dari tahun 2012 hingga 2016. Angka indeks itu
bergerak dari 78.44 pada tahun 2012 mencapai 80.76 pada tahun 2016. Sedangkan persentase
jumlah penduduk miskin di Kota Surakarta menurun dari 12% di tahun 2012 menjadi 10.9% di
tahun 2015. Angka tersebut tidak berubah pada tahun 2016.
Gambar 3.1 Indeks Pembangunan Manusia dan Persenatse Penduduk Miskin
3.1.1. Konsumsi Listrik Kota Surakarta
Golongan pelanggan Rumah Tangga merupakan konsumen listrik terbesar di
Kota Surakarta. Tabel 3.1 menunjukkan bahwa jumlah listrik yang digunakan oleh
golongan ini pada tahun 2016 adalah sebanyak 342,492 MWh dengan total biaya sebesar
12
Rp 316.5 milyar. Selain itu, Tabel 1.3 juga memperlihatkan bahwa penggunaan listrik
oleh Pemerintah sebagian besar untuk Penerangan Jalan Umum (32,725 MWh). Hal ini
terefleksi pada biaya beban listrik Pemerintah pada tahun 2016, yaitu Rp 46 milyar
untuk PJU dan Rp 18 milyar untuk keperluan yang lain.
Tabel 3.1 Konsumsi Listrik Kota Surakarta 2016 Per Golongan Pelanggan
Golongan
Pelanggan MWh Nilai Rp juta
Tarif Rata-
rata/kWh
Sosial 78,144 68,475 876
Rumah Tangga 342,492 316,478 924
Bisnis 260,648 315,736 1,211
Industri 218,023 234,718 1,077
Pemerintah - non PJU 13,827 18,106 1,310
Pemerintah - PJU 32,725 46,069 1,408 Total 945,858 999,582 1,057
Sumber: BPS Kota Surakarta
3.1.2. APBD Kota Surakarta
Pemerintah Kota Surakarta memiliki struktur APBN yang sehat. Realisasi
pendapatan selalu lebih besar dibandingkan dengan belanja. Gambar 3.2
memperlihatkan surplus anggaran sejak 2012 hingga 2016. Realisasi pendapatan pada
tahun 2016 adalah sebesar Rp 1,703 triliun sedangkan realisasi belanja sebesar Rp 1,68
triliun sehingga terjadi surplus sebesar Rp 22,5 milyar. Dengan pembiayaan neto yang
selalu positif Gambar 1.4 juga menunjukkan adanya SILPA positif dari tahun 2012
hingga 2016. Pada tahun 2016, SILPA tersebut berjumlah Rp 230,6 milyar.
Gambar 3.2 Realisasi APBD Pemerintah Kota Surakarta
Sumber: Pemerintah Kota Surakarta 2016
13
Sedangkan APBD tahun 2017 diperlihatkan pada Gambar 3.3 di bawah. APBD tersebut
memperlihatkan defisit sebesar Rp 74,5 milyar yang ditutup dengan pembiayaan
sehingga SILPA dianggarkan sebesar nol rupiah.
Gambar 3.3 APBD Kota Surakarta, 2017
Sekitar 25% dari pendapatan berasal dari Pendapatan Asli Daerah (Rp 430,2 milyar).
Sedangkan bagian besar dari pendapatan berasal dari Dana Perimbangan, yaitu sekitar
63,5% atau Rp 1,105 triliun. Sedangkan belanja tidak langsung meliputi 42,5% dari total
belanja atau Rp 771,7 milyar dan belanja langsung meliputi 57,5% atau Rp 1,043 triliun.
Pemerintah Kota Surakarta memilki leverage yang sangat rendah. Hal ini diperlihatkan
pada Gambar 3.4, besar total kewajiban pada tahun 2015 dan 2016 adalah Rp 49 milyar
dan Rp 40 milyar, berturut-turut. Sedangkan besar total aset pada dua tahun tersebut adalah
Rp 7,059 triliun dan Rp 6,73 triliun, berturut-turut. Komposisi kewajiban tersebut
didominasi oleh kewajiban jangka pendek. Rasio aset lancar dibandingkan dengan
kewajiban lancar pada dua tahun tersebut adalah 6,64 kali dan 7,9 kali; berturut-turut di
tahun 2015 dan 2016.
Gambar 3.4 Perkembangan Neraca Pemerintah Kota Surakarta
14
Gambar 3.5 memperlihatkan besar beban pemeliharaan PJU Kota Surakarta, pada tahun
2015 dan 2016. Bagian besar dari beban tersebut adalah belanja listrik. Beban listrik
tersebut adalah sebesar Rp 44,9 milyar dan Rp 41,8 milyar; berturut-turut pada tahun
2015 dan 2016. Sedangkan beban-beban lainnya, relatif jauh lebih kecil. Belanja barang
dan jasa – selain beban listrik – adalah Rp 962 juta dan Rp 1,711 milyar di kedua tahun
tersebut. Sedangkan belanja modal adalah Rp 989 juta dan Rp 217 juta. Besaran beban
in mencerminkan pemeliharaan PJU yang ada saat ini. Namun kinerja PJU, seperti akan
dijelaskan pada bagian selanjutnya – belum optimal.
Gambar 3.5 Beban Pemeliharaan PJU Kota Surakarta
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Surakarta, 2016
Di sisi lain, penerimaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) Pemerintah Kota Surakarta selalu
meningkat setiap tahunnya, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.6 Pertumbuhan penerimaan PPJ
rata-rata tahunan dari tahun 2012 hingga 2016 adalah 13,4% (aritmatik) per tahun. Peningkatan
ini cenderung menurun pada dua tahun terakhir pada gambar tersebut, yaitu 9,4% dan 5,3%
pada tahun 2015 dan 2016.
Gambar 3.6 Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Kota Surakarta
Sumber: Pemerintah Kota Surakarta
15
3.2. Pengembangan bisnis
Penggantian lampu konvensional menjadi LED pada Penerangan Jalan Umum (PJU) di
kota-kota saat ini adalah sebagai salah satu upaya untuk penghematan biaya penggunaan listrik
PJU. Ada banyak kota di dunia bahkan di Indonesia yang telah menerapkan sistem tersebut.
Berdasarkan perhitungan kebutuhan Penerangan Jalan Umum (PJU) di Kota Surakarta adalah
sebanyak 31.890 unit (yang sudah dimiliki 21.222 titik PJU) sehingga masih terdapat pasar
untuk pemasangan LED sebanyak 10.668 unit, dengan pemasangan tiang mandiri untuk
masing-masing Penerangan Jalan Umum (PJU).
Dengan pemasangan tiang mandiri untuk Penerangan Jalan Umum (PJU) maka pasar
yang dapat diraih selain pemasangan LED juga akan dapat digunakan untuk:
1) Media Reklame konvensional
2) Media Reklame Digital
3) Media Informasi banner, running text
4) Pemasangan wifi
Penanggung Jawab Proyek Kerjasam (PJPK) sudah melakukan pre-market sounding untuk
proyek KPBU PJU Surakarta ini. Secara umum para peserta – yang terdiri dari pabrikan, penyedia
jasa listrik, penyedia jasa energy service company ESCO – menanggapi positif rencana proyek ini.
3.3. Pangsa pasar
PJU adalah fasilitas publik untuk penerangan jalan umum.
Pangsa Pasar PJU Kota Surakarta adalah:
1) Masyarakat Indonesia pada umumnya yang melintasi Kota Surakarta dan masyarakat Kota
Surakarta pada khusunys.
2) Perusahaan reklame konvensional, digital
3) Perusahaan telekomunikasi dengan pemasangan wifi.
16
BAB IV
ASPEK LEGALITAS
4.1. Pengadaan Tanah
Pada dasarnya, konsep dari pengadaan tanah berdasarkan UU No. 2/2012 adalah kegiatan
menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang
berhak. Sehubungan dengan hal tersebut, maka terhadap pengerjaan Proyek, PJU merupakan
prasana perlengkapan jalan yang langsung berhubungan dengan pengguna jalan yang berada pada
rumaja dan/atau rumija. Oleh karena itu, pengadaan lahan Proyek tidak diimplementasikan
berdasarkan pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana diatur dalam UU No.
2/2012. Namun, untuk pemanfaatan aset terhadap PJU yang berada di Kota Surakarta dapat
dilakukan sesuai dengan kewenangan Pemerintah/Pemerintah Daerah yang memiliki
kewenangan berdasarkan status jalannya.
4.2. Perizinan yang diperlukan
Badan Usaha penyelenggara Proyek, perlu memastikan pemenuhan persyaratan yang
diperlukan untuk tujuan penerbitan izin dan memastikan bahwa setiap instansi Pemerintah
yang relevan memiliki arah kebijakan yang sama dengan Badan Usaha penyelenggara Proyek
sehubungan dengan pelaksanaan Proyek. Berikut gambar 4.1 adalah timeline perolehan
perizinan berdasarkan milestones penyelenggaraan Proyek
Gambar 4.1 Timeline perizinan penyelenggaraan Proyek PJU Kota Surakarta
Berikut Tabel 4.1. adalah daftar perizinan dan persetujuan yang diperlukan dalam
penyelenggaraan Proyek.
17
No Jenis Perizinan Institusi Penerbit pemohon Jangka Waktu
Penerbitan
Dasar pengaturan
Tahapan Penyiapan
1 Persetujuan
pelaksanaan dan
perekayasaan
kegiatan manajemen
dan rekayasa masa
lalu lintas
Dirjen Hubdat
dengan hasil
penelaahan
Gubernur Jawa
Tengah
Walikota
Surakarta
Paling lama 60 (enam
puluh) hari kerja sejak
usulan di terima oleh
Dirjen Hubdat
Peraturan Menteri Perhubungan No.96 Tahun 2015
tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Manajemen
dan Rekayasa Lalu Lintas
2 Pengusulan
pelaksanaan kegiatan
fisik pemanfaatan
Energi Baru Dan
Energi Terbarukan
Serta Konservasi
Energi (EBTKE)
Direktur Jenderal
Energi Baru
Terbarukan dan
Konservasi Energi
( Dirjen EBTKE )
Gubernur Jawa
Tengah dengan
usulan
Pemerintah
Daerah Kota
Surakarta
Ditetapkan setelah
dilakukannya evaluasi
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral No. 39 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Fisik Pemanfaatan Energi Baru dan
Energi Terbarukan serta Konservasi Energi (
Permen ESDM No.39/2017 )
3 Surat Pernyataan
Kesanggupan
Pengelolaan Dan
Pemantauan
Lingkungan Hidup
(SPPL)
1) Undang Undang No.32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UU No.32/2009)
2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.08 Tahun 2013 tentang Tata
Laksana Penilaian dana Pemeriksaan
Dokumen Lingkungan Hidup serta
Penerbitan Izin Lingkungan (Permen LH
No.08/2013)
3) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.16
Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup (Permen LH
No.16/2012
4) Peraturan Derah PROVINSI Jawa Tengah
No.05 Tahun 2007 tentang Pengendalian
18
Lingkungan Hidup di Provinsi Jawa Tengah
(Perda No.05/2007
5) Peraturan Daerah Kota Surakarta No.10
Tahun 2015 tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Perda
No10/2015)
Tahap Transaksi dan Konstruksi
1 Persetujuan
Menkumham
mengenai pendirian
Badan Usaha
Penyelenggar4aan
Proyek
Menkumham Investor /
Badan Usaha /
Konsorsium
Paling lama 14 (empat
belas) hari sejak
tanggal pernyataan
tidak berkeberataan
dari Menkumham
1) Undang – Undang No.40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (UU
No.40/2007) dan
2) Peraturan Menteri Hukum dan HAM
No.4 Tahun 2014 tentang Tata Cara
Pengajuan Permohonan Pengesahan
Badan Hukum dan Persetujuan
Anggaran Dasar serta Penyampaian
Pemberitahuan Perubahan Anggaran
Dasar Pengubahan Data Perseroan Terbatas
Sebagaimana yang telah diubah dengan
Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.01
Tahun 2016 (Permenhukham No.4/2014)
2 Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP)
Kantor Pajak Kota
/ Kabupaten
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek
Paling lama 1 (satu)
hari kerja setelah
permohonan diterima
secara lengkap
1) Undang Undang No.06 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU No.6/1983)
2) Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban Perpajakan (PP No.74/2011)
dan
3) Peraturan Menteri Keuangan No.
182/PMK03/2015 tentang Tata Cara
Pendaftara Nomor Pokok Wajib Pajak,
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
Penghapusan Nomor Pokok Wajib
Pajak, dan Pencabutan Pengukuhan
19
Pengusaha Kena Pajak (PMK
No.182/2015)
3 Surat Keterangan
Domisili Perusahaan
(SKPD)
Kepala Desa /
Kelurahan
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek
4) Diatur dalam Peraturan Daerah
4 Tanda Daftar
Perusahaan
Kantor Daftar
Perusahaan atau
Badan Koordinasi
Penanaman Modal
(BKPM)
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek
Paling lama 3 (tiga)
bulan setelah formulir
pendaftaran diisi
lengkap
1) Undang Undang No.3 Tahun 1982 tentang
Wajib Daftar Perusahaan (UU No.3/1982)
2) Peraturan Menteri Perdagangan No.37/M-
DAG/PER/9/2007 Tentang Perusahaan
sebagaimana diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Perdagangan
No.08/M/DAG/PER/2/2017 (Permendag
No.37/2007)
5 Izin Prinsip
Penanaman Modal
PMDN
Dinas Penanaman
Modal dan
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu
(DPMPTSP) Kota
Surakarta
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek
Paling lama 3 (tiga)
hari kerja sejak
diterimanya
permohonan yang
lengkap dan benar
1) Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal NO.14 Tahun 2015
tentan Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip
Penanaman Modal sebagaimana yang telah
di ubah dengan Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal No.6 Tahun
2016 (Perka BPKM No.14/2015)
2) Peraturan Walikota Surakarta No.10-A/2017
tentang Pendelegasian Wewenang Perizinan
dan Nonperizinan yang menjadi Urusan
Pemerintah Daerah kepada Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Surakarta (Perwali Kota
Surakarta No.10-A Tahun 2017)
6 Izin Usaha Jasa
Penunjang Tenaga
Listrik (IUJPTL)
Pemerintah Daerah Badan Usaha
Penylenggara
Proyek
Paling lama 30 (tiga
Puluh) hari kerja
terhitung sejak
permohonan di terima
secara lengkap
1) Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 2012
tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga
Listrik (PP No.62/2012)
2) Peraturan Menteri ESDM No.35 Tahun
2013 tentang Tata Cara Perizinan Usaha
Ketenagalistrikan sebagaimana diubah
20
dengan peraturan Menteri ESDM No.12
Tahun 2016 (Permen ESDM No.35
Tahun2013)
7 Sertifikasi Badan
Usaha
Lembaga
Sertifikasi Badan
Usaha (LSBU)
terakreditasi atau
Menteri ESDM
melalui Dirjen
Ketenagalistrikan
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek
Paling lama 20 (dua
puluh ) hari kalender
sejak permohonan
diterima secara
lengkap
1) PP No.62/2012
2) Peraturan Menteri ESDM No.5 Tahun 2014
tentang Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi
Ketenagalistrikan sebagaimana telah di ubah
dengan Peraturan Menteri ESDM No.10
Tahun 2016 (Permen ESDM No.5/2014)
8 Sertifikasi
Kompetensi Tenaga
Tekhnik
Ketenagalistrikan
(SKTTK)
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek melalui
Lembaga
Sertifikasi
Kompetensi (LSK)
Terakreditasi
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek
Minimal 14 (empat
belas) hari kerja
1) PP No.62/2012
2) Permen ESDM No.5/2014
9 Permohonan
Penomoran
Registrasi Sertifikasi
Badan Usaha (SBU)
dan Sertifikasi
Kompetensi Tenaga
Tekhnik
Ketenagalistrikan
(SKTTK)
Dirjen
Ketenagalistrikkan
Lembaga
Sertifikasi
Badan Usaha
(LSBU)
terakreditasi
dan Lembaga
Sertifikasi
Kompetensi
(LSK)
terakreditasi
Paling lama 2 (dua)
hari kerja sejak
permohonan diterima
secara lengkap
1) Permen ESDM No.5/2014
2) Peraturan Dirjen Ketenagalistrikan
No.556K/20/DJL.1/2014 tentang Tata Cara
Penomoran dana Registrasi Sertifikat di
Bidang Ketenagalistrikan (PDJK
Ni.556/2014
10 Surat Keterangan
Terdaftar Usaha Jasa
Konservasi Energi
Dirjen EBTKE Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek
Paling lambat 14
(empat belas) hari
kerja terhitung sejak
permohonan di terima
secara lengkap
Peraturan Menteri ESDM NO.14 Tahun 2016
tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Konservasi
Energi (Permen ESDM No.14/2016)
21
11 Tanda Daftar Badan
Usaha Pembuat
Perlengkapan Jalan
(jika diperlukan)
Dirjen Hubdat
Devisi Tanda
Daftar Usaha
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek
- 1) Peraturan Dirjen Oerhubungan Darat
No.SK/2778/AJ.004/DRJD/2015 tentang
Pelaksanaan Tanda Daftar Badan Usaha
Pembuat Perlengkapan Jalan dan Tanda
Daftar Badan Usaha Penyedia Badan
Perlengkapan Jalan (PDJ Hubdat
No.2778/2015
2) Peraturan Dirjen Perhubungan Darat No.
SK.7234/AJ.401/DRJD/2013 tentang
Petunjuk Tekhnis Perlengkapan Darat (PDJ
Perhubdat No7234/2013
12 Izin Usaha Jasa
Konstruksi (IUJK)
Pemerintah
Kabupaten / kota
tempat badan usaha
tersebut
berdomisili
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek
Paling lama 5 (lima)
hari kerja setelah
berkas dokumen
persyaratan
dinyatakan lengkap
1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia
No.10/PRT/M/2011 Tahun 2011 tentang
Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha
Jasa Konstruksi asingl (Permen PU
No.10/2011)
2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia
No.10/PRT/M/2011 Tahun 2011 tentang
Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha
Jasa Konstruksi Nasional (Permen PU
No.4/2011)
3) Peraturan Daerah Kota Surakarta No.5
Tahun 2015 TENTANG Jasa Konstruksi
(Perda No.5/2015
13 Sertifikat Badan
Usaha
Lembaga
Pengembangan
Jasa Konstruksi
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek atau
Asosiasi
Perusahaan
Jasa
Konstruksi
Minimal 21 (dua
puluh satu) hari
1) Undang Undang Republik Indonesia No.2
Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi (UU
No.2/2017)
2) Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi Nasional No.1 Tahun 2015
tentang Registrasi Badan Usaha Jasa
22
Konstruksi Asing (Peraturan LPJK
No.1/2015)
3) Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi Nasional No.10 Tahun 2013
tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksanaan
Konstruksi sebagaimana yang terkahir kali
di ubah dengan Peraturan Lembaga
Pengembangan Jasa Pelaksanaan Konstruksi
Nasional No.10 Tahun 2014 (Peraturan
LPJK No.10/2013
14 Sertifikat Keahlian
(SKA) DAN
Sertifikat
Ketrampilan (SKT)
LPJK Asosiasi
Profesi Jasa
Konstruksi
Paling lama masing
masing 21 (dua puluh
satu) dan 18 (delapan
belas) hari
1) Peraturan LPJK No.10/2013
2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia
No.09/PRT/M/2013 tentang Persyaratan
Kompetisi untuk Subkualifikasi Tenaga Ahli
dan Tenaga Terampil Bidang Jasa
Konstruksi Menteri Pekerjaan Umum
(Permen PU No.09/2103
3) Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi Nasiona No.4 Tahun 2011
tentang Tata Cara Registrasi Ulang,
Perpanjangan Masa Berlaku, dan
permohonan Baru Sertifikat Tenaga Kerja
Ahli Konstruksi sebagaimana yang terakhir
kali di ubah dengan Peraturn Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional
No.8 Tahun 2014 (Peraturan LPJK
No.4/2011
4) Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi anasional No.5 Tahun 2011
tentang Tata Cara Registrasi Ulang,
Perpanjangan Masa Berlaku, dan
Permohonan Baru Sertifikat Tenaga Kerja
23
Terampil Konstruksi sebagaimana yang
telah di ubah dengan Peraturan Lembaga
Pegembangan Jasa Konstruksi Nasional
No.6 Tahun 2012 (Peraturan LPJK
No.5/2011)
15 Izin Pemasangan
Perlengkapan Jalan
Sinas Perhubungan
Surakarta
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek
1) Peraturan Daerah Surakarta No.1 Tahun
2013 tentang PenyelenggaraanPerhubungan
(Perda Surakarta No.1/2013)
16 Permohonan
Pemasangan Lampu
PJU
Walikota Surakarta
Melalui Dinas
PUPR
BUP Kepwalkot No.1/2005
17 Verifikasi capaian
Tingkat Komponen
Dalam Negeri
(TKDN)
Surveyor
Independen dan
disahkan oleh
pejabat yang di
tunuuk Sekertaris
Baddan Usaha
Penyelenggara
Proyek
1) Undang Undang Republik Indonesia No.30
Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (UU
No.30/2009)
2) Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia No.16/M-IND/PER/2/2011 Tahun
2011 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Penghitungan Tingkat Komponen Dalam
Negeri ( Permenperin No.16/2011)
3) Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia No.54/M-IND/PER/3/2012 Tahun
2012 tentang Pedoman Pedoman
Penggunaan Produk Dalam Negeri Untuk
Pembangunan Infrastruktur
Ketenagalistrikan sebagaimana yang telah di
ubah dengan Peraturan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia No.05/M-
IND/PER/2/2017 (Permenperin
No.54/2012)
4) Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia No.02/M-IND/PER/1/2014
tentang Pedoman Peningkatan Penggunaan
Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan
24
Barang/Jasa Pemrintah (Permenperin
No.2/2014)
Tahap Operasi
1 Nomor Register
Sertifikat Laik
Operasi
Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan
Lembaha
Inspeksi
Tekhik dan
Pemehang Izin
Usaha
Paling lama 2 (dua)
hari kerja sejak
permohonan diterina
secara lengkap
Permen ESDM No.5/2014
2 Sertifikat Laik
Operasi (SLO)
Lembaga Inspeksi
Tekhik (LIT)
Tegangan Rendah
Pemilik
Instalasi
Pemanfaatan
Tenaga Listrik
Oaling lama 3 (tiga)
hari kerja sejak
permohonan di terima
secara lengkap
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No.14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha
Penyedia Tenaga Listrik sebagaimana yang
terakhir kali di ubah dengan Peraturan
Pemerintah RepubliK Indonesia No.23
Tahun 2014 (PP No.14/2012)
2) Permen ESDM No. 5/2014
3 Registrasi
Kepabeanan
Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek
Paling lama 1 (satu)
hari kerja berikutnya
terhitung sejak
pemberitahuan
diterima secara
lengkap
Peraturan Menteri Keuangan No.179/PMK.04/2016
Tahun 2016 tentang Registrasi Kepabeanan (PMK
No. 179/2016)
4 Angka Pengenal
Importir – Produsen
(API-P)
Badan Koordinasi
Penanaman Modal
(BKPM) atau
DPMPTSP Kota
Surakarta
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek
Paling lama 5 (lima)
hari kerja sejak
diterimanya
permohonan yang
lengkap dan benar
1) Peraturan Menteri Perdagangan No.70
Tahun 2015 tentang Angka Pengenal Impor
(Permendag No.70/2015) dan
2) Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal NO.15 Tahun 2015
tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinana
dan Non Perizinan dalam Penanaman Modal
(Perka BKPM No.15/2015)
3) Peraturan Gubernur Jawa Tengah No.18
Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Provinsi
Jawa Tengah (Pergub No.18/2017)
25
5 Persetujuan Fasilitas
Bea Masuk atas
Impor Mesin (jika
diperlukan)
BKOM atau
DPMPTSP Kota
Surakarta
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek
Paling lama 5 (lima)
hari sejak diterimanya
permohonan secara
lengkap dan benar
serta diterbitkannya
tanda terima
1) Peraturan Kepala Badan Koorninasi
Penanaman Modal No. 16 Tahun 2015
tentang Pedoman dan Tata Cara pelayanan
Fasilitas Penanaman Modal (Perka BKPM
No.16/2015)
2) Pergub No.18/2017
6 Persetujuan Fasilitas
Bea Masuk atas
Impor Barang dan
Bahan (jika
diperlukan)
BKPM atau
DPMPTSP Kota
Surakarta
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek`
Paling lama 5 (lima)
hari sejak diterimanya
permohonan secara
lengkap dan benar
serta diterbitkannya
tanda terima
1) Perka BKPM No.18/2015
2) Pergub No.18/2017
7 Pengecualian
Kewajiban
Pengggunaan Rupiah
Bank Indonesia Pihak yang
memerlukan
pengecualian
atau salah satu
/ secara
bersama sama
anggota
konsorsium
Paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak
permohonan diterima
secara lengkap
Surat Edaran Bank Indonesia No.17/11/DKSP
tanggal 1 juni 2015 perihal Kewajiban Penggunaan
Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (SEBI No.17/11/DSKP/2015
8 Persetujuan yang
berkaitan dengan
Ketenagakerjaan
Kantor Departemen
Ketenagakerjaan
dan Transmigrasi
Badan Usaha
Penyelenggara
Proyek
1) Undang Undang Republik Indonesia No.13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU
No.13/2003)
2) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.16
Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan
Tenaga Kerja Asing sebagaimana diubah
dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
No.35 Tahun 2015 ( Permenaker
No.16/2015)
26
4.3. Kesesuaian Sektor Transportasi Jalan dan Ruang Lingkup Jalan dalam Proyek
Ruang lingkup jalan dalam pelaksanaan Proyek harus memperhatikan rencana letak PJU
yang masuk dalam pengerjaan Proyek, dimana ruang lingkup jalan tersebut didasarkan pada
kewenangan yang dimiliki oleh Pemkot Surakarta, yaitu dalam jalan kota. Walikota Surakarta
telah menetapkan status ruas jalan sebagai jalan kota Surakarta melalui Keputusan Walikota
Surakarta Nomor 762/52.1/1/2016 tentang Penetapan Status Ruas Jalan sebagai Jalan Kota
Surakarta (“Kepwalkot No. 762/2016”), dimana terdapat 263 jalan kota yang telah ditentukan
menjadi kewenangan Pemkot Solo berdasarkan Lampiran Kepwalkot No. 762/2016. Pengaturan
berikut kategori jalan adalah sebagaimana diuraikan dalam table 4.2.
Gambar 4.1 Peta Jalan Kota Surakarta
Tabel 4.2 Pengaturan dan Kategori Jalan
Aspek
Pengaturan
Pengkategorian Uraian
Status Jalan Jalan Nasional, dimana
Menteri PUPR berwenang
dalam penyelenggaraannya
Jalan arteri primer dan jalan kolektor primer
yang menghubungkan antar ibukota provinsi
dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
Jalan provinsi, dimana
Gubernur atau pejabat yang
ditunjuk berwenang dalam
penyelenggaraannya
Jalan kolektor primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kota, atau antar ibukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi
Jalan kabupaten, dimana
Bupati atau pejabat yang
ditunjuk berwenang dalam
penyelenggaraannya.
Jalan yang tidak termasuk jalan nasional,
lokal primer, yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan
pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan
lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan
27
jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan
jalan strategis kabupaten.
Jalan kota, dimana Walikota
atau pejabat yang ditunjuk
berwenang dalam
penyelenggaraan jalan kota.
Jalan jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder yang menghubungkan antarpusat
pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan
antarpersil, serta menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota.
Jalan desa, dimana Bupati
atau pejabat yang ditunjuk
berwenang dalam
penyelenggaraan jalan desa
Jalan umum yang menghubungkan kawasan
dan/atau antar permukiman di dalam desa,
serta jalan lingkungan.
Manajemen
dan Rekayasa
Lalu Lintas
Jalan Nasional Menteri Perhubungan dan Menteri PUPR
Jalan nasional, provinsi,
kabupaten/kota, dan desa
Kapolri
Jalan provinsi Gubernur
Jalan kabupaten Bupati
Jalan kota Walikota
Lebin lanjut, terdapat kemungkinan dimana letak PJU yang termasuk dalam pengerjaan
Proyek mungkin berada pada jalan yang tidak berstatus jalan kota. Dengan kata lain, PJU dapat
terletak di jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten yang berada dalam wilayah Pemkot
Surakarta. Sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
631/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional
(“Kepmen PU No. 631/2009), Jalan Nasional yang berada di Kota Surakarta adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Jalan Nasional di Kota Surakarta
No. Nomor Ruas Nama Ruas Panjang Ruas (KM)
137 056 11 K Jl. Slamet Riyadi 0.760
138 056 12 K Jl. A Yani 5.900
139 056 13 K Jl. Tentara Pelajar 2.200
140 056 14 K Jl. Adi Sucipto 6.060
142 057 11 K Jl. Kalibaru/Jl. Sutarto 1.175
143 057 12 K Jl. Sutami 1.875
Adapun berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 620/2 Tahun 2016 tentang
Penetapan Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Provinsi Jawa Tengah (“Kepgub Jawa Tengah No.
620/2016”), Jalan Provinsi Jawa Tengah yang berada di Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
28
Tabel 4.3 Jalan Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta
No. Nomor Ruas Nama Ruas Panjang Ruas (KM)
106 195 P Surakarta-Gemolong- 33.380
Geyer/BTS. Kab. Grobongan
107 195 P K 11 Jl. Piere Tendean 1.270
108 195 P K 12 Jl. Kol. Sugiono 1.660
109 195 P K 13 Jl. Tentara Pelajar 2.200
110 195 P K 14 Jl. A. Yani 4.310
147 220 P Surakarta-Sukoharjo 8.370
Berikut gambar 4.2 Ruas jalan dilihat dari Jalan lingkungan dan Non lingkungan Kota Surakarta.
Gambar 4.2 Jalan Kota Surakarta
Terkait dengan adanya kemungkinan irisan kewenangan jalan tersebut di atas, mengingat
pelaksanaan Proyek yang juga merupakan kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas, maka
perencanaan74 dan perekayasaan75 di jalan nasional yang berada di kota Surakarta dapat dilakukan
oleh Walikota Surakarta setelah mendapat persetujuan Dirjen Hubungan Darat Kementerian
Perhubungan (“Dirjen Hubdat”).76 Untuk tujuan ini, Walikota Surakarta dapat menyampaikan
usulan pelaksanaan dan perekayasaan kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan
nasional yang berada di kota Surakarta kepada Dirjen Hubdat, yang sebelumnya telah
mendapatkan persetujuan Gubenur Provinsi Jawa Tengah.
4.4. Aturan-aturan yang terkait Proyek PJU Kota Surakarta
4.4.1. Penggunaan Barang Milik Daerah dalam Penyelenggaraan Proyek
Dalam pelaksanaan Proyek, terdapat kemungkinan adanya penggunaan aset milik
PJPK (Penanggung Jawab Proyek Kerjasama) yang akan digunakan oleh Badan usaha
Pelaksana (BUP) selama periode kerjasama. Aset tersebut antara lain misalnya adalah
29
utilitas PJU yaitu tiang lampu mandiri beserta utilitas terkait. Peraturan perundang-
undangan memungkinkan adanya penggunaan BMD dalam proyek Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha (KPBU) dalam bentuk KSPI (Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur).
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan KSPI tersebut PJPK perlu memperhatikan pemenuhan
ketentuan mengenai ruang lingkup KSPI dan prosedur pelaksanaannya.
Kerja sama pemerintah dalam penyediaan infrastruktur telah di atur dalam Perpres
No. 38/2015; dan Permohonan KSPI dilaksanakan oleh PJPK Proyek sebagai Penanggung
Jawab Pemanfaatan BMN. Jangka waktu KSPI atas BMD Kota Surakarta ditetapkan oleh
Walikota dengan jangka waktu paling lama 50 (lima puluh) tahun sejak perjanjian
ditandatangani dan dapat diperpanjang. Jangka waktu dan perpanjangan tersebut
dituangkan dalam perjanjian KSPI atas BMD. Perpanjangan jangka waktu KSPI atas BMD
hanya dapat dilakukan apabila terjadi government force majeure, seperti dampak kebijakan
Pemerintah yang disebabkan oleh terjadinya krisis ekonomi, politik, sosial, dan keamanan.
Perpanjangan jangka waktu KSPI atas BMD diajukan permohonannya paling lama 6
(enam) bulan setelah government force majeure terjadi.
Adapun bagian Pemerintah Daerah atas pembagian kelebihan keuntungan
(clawback) disetorkan oleh mitra KSPI ke rekening Kas Umum Daerah paling lambat 31
maret. Bagian Pemerintah Daerah atas pembagian kelebihan keuntungan (clawback) yang
terjadi pada tahun terakhir dalam jangka waktu perjanjian KSPI disetorkan oleh mitra KSPI
ke rekening Kas Umum Daerah paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum berakhirnya
jangka waktu perjanjian. Bagian Pemerintah Daerah atas pembagian kelebihan keuntungan
(clawback) sebagaimana dimaksud disetorkan oleh mitra KSPI sepanjang terdapat
kelebihan keuntungan (clawback) yang diperoleh dari yang ditentukan pada saat perjanjian
KSPI dimulai.
30
BAB V
ASPEK MANAJEMEN DAN ORGANISASI
5.1. Deskripsi Bisnis
Standar pelayanan minimal menjadi penting bagi PJU, untuk memastikan agar
penyelenggaraan jalan bisa berjalan dengan baik. Saat ini telah ada Keputusan Walikota No. 1
Tahun 2005 tentang Penataan Penerangan Jalan Umum dan Lampu Dekorasi. Prioritas
pemasangan PJU adalah pada jalan-jalan: kolektor; yang dilalui mobil penumpang umum; yang
rawan kriminalitas, kejahatan dan kecelakaan lalu lintas. Standar layanan PJU yang ditetapkan
adalah spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan sesuai dengan SNI 7391: 2008.
Sedangkan lampu yang disediakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: lebar dan
panjang ruas jalan; penggunaan tiang mandiri; jarak antar tiang 40 meter – 50 meter;
penggunaan lampu hemat energi; dan jalan kampung menggunakan lampu 70 W – 125 W.
Lingkup dari pengelolaan PJU, meliputi:
1. Merencanakan pemasangan PJU
2. Menambah dan memperluas wilayah layanan umum PJU
3. Memasang jaringan PJU
4. Memelihara dan memperbaiki PJU
5. Melakukan pengawasan terhadap PJU
6. Penyediaan layanan kelengkapan jalan sesuai dengan standar layanan.
7. Efisiensi anggaran dalam penyediaan layanan.
8. Berkontribusi pada pencapaian pengurangan emisi gas rumah kaca dari sektor
ketenagalistrikan melalui penghematan energi dalam rangka layanan PJU.
5.2. Pola Manajemen
Pemerintah Kota Surakarta bermaksud menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha (KPBU) sesuai dengan Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015.
5.2.1. Peran dan Tanggung Jawab Unit PJPK Terhadap Proyek serta Sistem Pelaporan
Pekerjaan
Berdasarkan ketentuan Permen Bappenas No. 4 Tahun 2015, PJPK membentuk
Simpul KPBU, Tim KPBU dan Panitia Pengadaan dalam rangka penyelenggaraan KPBU.
Uraian tugas unit PJPK sebagai berikut:
a) Simpul KPBU dibentuk sebagai unit PJPK yang melakukan perumusan kebijakan
dan/atau sinkronisasi dan/atau koordinasi dan/atau pengawasan, dan/atau evaluasi
terhadap kegiatan KPBU yang dilaksanakan dibawah kewenangan PJPK, dimana tim
31
tersebut bekerja pada seluruh tahapan proyek yaitu dalam pada tahap penyiapan,
pelelangan, operasi, dan pengakhiran proyek.
b) Tim KPBU dibentuk dalam rangka menyiapkan penyiapan proyek hingga
terpenuhinya pembiayaan proyek.
c) Tim Pengadaan dibentuk dan bekerja setelah diselesaikannya tahap penyiapan untuk
melaksanakan pengadaan BUP.
Struktur unit PJPK dalam penyelenggaran KPBU dan alur koordinasi antar unit dapat
diuraikan di gambar 5.1 sebagai berikut:
Gambar 5.1 Struktur unit PJPK sebagai penyelenggara KPBU
Pemkot Surakarta telah membentuk Tim KPBU Proyek sebagaimana diatur dalam Keputuan
Walikota No. 134.4.05/23/1/2017 tanggal 3 Januari 2017. Tim KPBU adalah tim yang
dibentuk oleh PJPK untuk membantu pengelolaan KPBU pada tahap penyiapan dan tahap
transaksi KPBU, khususnya setelah penetapan BUP hingga diperolehnya pemenuhan
pembiayaan (financial close), serta berkoordinasi dengan Simpul KPBU dalam
pelaksanaanya. Tim KPBU sudah dibentuk oleh PJPK sejak tahap penyiapan KPBU. Tim
KPBU membantu PJPK dalam melaksanakan kegiatan pada tahap transaksi hingga
tercapainya pemenuhan pembiayaan (financial close), termasuk dalam kegiatan pengadaan
BUP, apabila diperlukan. Meskipun koodinasi langsung antara PJPK dan Tim KPBU serta
Tim Pengadaan dapat dilakukan, Simpul KPBU merupakan unit yang secara langsung
bertanggung jawab untuk melaporkan kepada PJPK atas segala sesuatu yang terkait dengan
perencanaan, penyiapan dan transaksi proyek.
5.3. Sistem Pengelolaan
Perjanjian KPBU merupakan dasar pelaksanaan KPBU yang diselenggarakan selama janga
waktu yang ditetapkan dalam perjanjian. Walikota Surakarta akan bertindak sebagai pihak yang
akan menandatangani perjanjian sebagai representasi dari kepala pemerintahan daerah.
Kewajiban Badan Usaha kepada Pemkot adalah menyediakan layanan PJU sebagaimana
ditentukan level pelayananannya berdasarkan perjanjian KPBU. Kewajiban finansial Pemkot
32
kepada Badan Usaha terdiri dari pembayaran AP dan pembayaran kontinjen lainnya. Pembayaran
AP dapat dilakukan per-bulan/ atau per-tahun sesuai kesepakatan BUP dan PJPK.
Dalam hal Proyek membutuhkan penjaminan infrastruktur atas pelaksanaan kewajiban
finansial Pemkot kepada Badan Usaha, maka akan terdapat perjanjian Penjaminan antara PT PII
dan Badan Usaha. Terkait dengan penjaminan, perlu dipastikan mengenai rencana mitigasi risiko
layanan PJU yang menjadi beban PJPK antara lain kemungkinan adanya pencurian listrik,
vandalisme serta PJU swadaya. Walikota Surakarta akan menandatangani Perjanjian KPBU
dengan Badan Usaha Pelaksana yang ditentukan berdasarkan suatu pelelangan yang
diselenggarakan sesuai dengan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (“Perka LKPP No.
19/2015”). Kewajiban finansial Walikota Surakarta dalam bentuk pembayaran ketersedian layanan
akan dianggarkan melalui mekanisme APBD yang dialokasikan pada belanja jasa daerah selama
jangka waktu perjanjian KPBU. Lebih lanjut, dalam rangka menjamin pemenuhan kewajiban
finansial dari Walikota Surakarta atas pembayaran ketersediaan layanan yang telah diberikan oleh
Badan Usaha Pelaksana, maka Badan Usaha Pelaksana menandatangani perjanjian penjaminan
Pemerintah melalui PT PII. Dalam hal Walikota menyatakan ketidakmampuannya dalam
melaksanakan kewajiban pembayarannya, maka Badan Usaha Pelaksana dapat meminta
pembayaran tersebut kepada PT PII dan sebagai konsekuensinya, PT PII memiliki hak regres
terhadap Walikota Surakarta untuk meminta penggantian atas pembayaran kewajiban finansial
Walikota Surakarta. Berikut adalah gambar 5.2 Skema Pengelolaan Badan Usaha Pelaksana
Gambar 5.2 Skema Pengelolaan Badan Usaha Pelaksana
33
5.3.1. Mekanisme Pembiayaan dan Pelaksanaan Pembayaran ketersediaan (Availability
Payment/AP) sebagai pendapatan BUP (Badan Usaha Pelaksana) dan Mekanisme
Penganggaran APBD
Dana pembayaran ketersediaan layanan adalah dana yang dialokasikan dalam
APBD dalam rangka pelaksanaan pembayaran ketersediaan layanan untuk KPDBU pada
setiap tahun anggaran. Pembayaran ketersediaan layanan merupakan belanja daerah yang
bertujuan untuk: memastikan ketersediaan layanan yang berkualitas kepada masyarakat
secara berkesinambungan, yang dihasilkan dari penyediaan infrastruktur yang dilakukan
melalui KPDBU; mengoptimalkan nilai guna dari APBD (Value for Money) untuk
penyediaan layanan.
Bahwa dalam Proyek diusulkan agar pendapatan BUP bersumber dari pembayaran
ketersediaan/ AP yang dilaksanakan oleh PJPJ. Penganggaran oleh Kepala Daerah sebagai
PJPK (Penanggung Jawab Proyek Kerjasama) atas dana ketersediaan layanan dalam
rangka KPDBU (Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha) terkait Proyek akan
membebani dana APBD. AP adalah pembayaran secara berkala oleh Kepala Daerah selaku
PJPK kepada Badan Usaha Pelaksana atas tersedianya layanan Infrastruktur yang sesuai
dengan kualitas dan/atau kriteria sebagaimana ditentukan dalam perjanjian KPDBU.
Pelaksanaan pembayaran ketersediaan layanan wajib dialokasikan oleh PJPK
berdasarkan perjanjian KPDBU dalam Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan
Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD. Lebih lanjut, pelaksanaan pembayaran
ketersediaan layanan yang dialokasikan oleh PJPK wajib disetujui oleh DPRD selama
masa perjanjian KPDBU.
Layanan yang disediakan oleh Badan Usaha Pelaksana kepada masyarakat
merupakan kewajiban BUP kepada Pemerintah Daerah. Waktu pembayaran ketersediaan
layanan oleh PJPK kepada Badan Usaha Pelaksana dilakukan setelah infrastruktur selesai
dibangun dan siap beroperasi serta memenuhi output dan indikator kinerja. Berdasarkan
perhitungan yang tercantum dalam perjanjian KPDBU, PJPK menganggarkan dana
Pembayaran Ketersediaan Layanan dalam APBD secara berkala pada setiap tahun
anggaran selama jangka waktu yang diatur dalam perjanjian KPDBU dan dianggarkan
dalam APBD pada kelompok belanja langsung serta diuraikan pada jenis, objek dan rincian
objek belanja barang dan jasa pada SKPD selaku PA.
Kebutuhan anggaran untuk pembayaran ketersediaan layanan dalam APBD
Kabupaten/Kota diformulasikan ke dalam RKA-SKPD dan diusulkan oleh SKPD selaku
34
PA kepada Bupati/Walikota melalui Tim Anggaran Pemerintah Daerah. Perlu diperhatikan
bahwa, pembayaran ketersediaan layanan tidak dapat dilakukan selama masa
pembangunan konstruksi. Adapun cara penghitungan/format besaran pembayaran
ketersediaan layanan dilakukan pada masa penyiapan KPDBU.
Pelaksanaan anggaran dimulai dengan menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) dan Surat Penyediaan Dana. Kepala SKPD
menyusun DPA-SKPD untuk pembayaran ketersediaan layanan setelah Peraturan Daerah
tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD) selaku Bendahara Umum Daerah mengesahkan DPA-SKPD setelah mendapat
persetujuan Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah. DPA-
SKPD tersebut kemudian dijadikan dasar pelaksanaan pembayaran ketersediaan layanan
kepada Badan Usaha Pelaksana. Atas dasar DPA-SKPD tersebutlah Kepala SKPD
menatausahakan keuangan untuk pembayaran ketersediaan layanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Kepala SKPD dapat melakukan pembayaran
ketersediaan layanan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Daerah selaku PJPK.
Berikut Gambar 5.2 merupakan skema penganggaran dan pelaksanaan pembayaran
ketersediaan layanan:
Gambar 5.2 skema penganggaran dan pelaksanaan pembayaran ketersediaan layanan PJU
Lebih lanjut, selain AP, kewajiban finansial PJPK terhadap BUP dapat berupa
kewajiban pembayaran kontinjen seperti misalnya pembayaran karena wanprestasi dan
pengakhiran perjanjian dimana PJPK perlu membeli Proyek. Penganggaran yang membebani
35
dana APBD tersebut dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan kontrak tahun jamak
dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang dituangkan dalam nota kesepakatan
bersama antara Kepala Daerah dan DPRD sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
(“Permendagri No. 13/2006”). Adapun jangka waktu penganggaran kegiatan tahun jamak
untuk dana dari APBD tidak boleh melampaui akhir tahun masa jabatan Kepala Daerah
berakhir.170 Risiko pembayaran kewajiban finansial selain AP menjadi risiko yang cukup
material mengingat adanya political and payment schedule risks yang akan muncul. Untuk itu
untuk menjamin kelayakan credit Proyek, dipandang perlu adanya penjaminan Pemerintah
melalui PT PII atas risiko tersebut.
5.4. Kewenangan Pihak-pihak yang terkait
Peran dan tanggung jawab lembaga-lembaga terkait (pemangku kepentingan) PJU Kota
Surakarta di tabel 5.1 sebagai berikut:
Lembaga Peran dan Tanggung Jawab
Pemerintah Kota Surakarta a. Penyelenggaraan jalan umum kota dengan tugas:
Pengaturan, pembinaan, pembangunan dan
pengawasan jalan sesuai dengan standar layanan
minimal yang ditetapkan oleh penyelenggara.
b. Operasionalisasi kewenangan Pemerintah Kota
Surakarta untuk penyelenggaraan PJU didelegasikan
pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral
a. Penerbitan Izin Ketenagalistrikan:
- Penerbitan IUJPTL (untuk BUMN atau badan usaha
yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh PMA),
sertifikasi badan usaha, SLO dan kegiatan terkait
dengan usaha jasa penunjang ketenagalistrikan.
- Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha jasa
penunjang tenaga listrik yang meliputi pemenuhan
persyaratan keteknikan, pengutamaan produk dan
potensi dalam negeri, penggunaan tenaga kerja asing,
pemenuhan persyaratan kewajiban dalam IUJPTL dan
pemenuhan standar mutu pelayanan sesuai dengan
sistem manajemen mutu.
b. Menetapkan Tarif PJU
Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 28 Tahun 2016 tentang Tarif
Tenaga Listrik yang Disediakan oleh PT PLN
(“Permen ESDM No. 28/2016”), tarif listrik untuk
keperluan PJU pada tegangan rendah (P-3/TR)
ditetapkan oleh Menteri ESDM.
36
c. Menetapkan Rencana Induk Konservasi Energi
Nasional
Memuat sasaran, pokok-pokok kebijakan, program, dan
langkah-langkah konservasi energi untuk jangka waktu
5 tahun.
d. Menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar Usaha Jasa
Konservasi Energi
e. Menetapkan Kebiijakan Konservasi Energi terkait
Penerangan Jalan Umum melalui Direktorat Jenderal
EBTKE
f. Pengawasan Program Penghematan Pemakaian Tenaga
Listrik
PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
a. Melakukan penagihan biaya listrik kepada BUP
berdasarkan tarif yang telah ditetapkan oleh Menteri
ESDM
b. PLN wajib mengumumkan besarnya biaya
penyambungan baru atas tenaga listrik PJU dan wajib
melaporkan realisasi pelaksanaan penyambungan
tenaga listrik kepada Dirjen Ketenagalistrikan secara
berkala setiap triwulan.
c. PLN melalukan pemungutan dan pengumpulan PPJ
yang dibayarkan pelanggan bersamaan dengan
pembayaran rekening listrik, untuk kemudian
disetorkan ke kas Pemerintah Kota Surakarta
(Kepmendagri No.10/2002).
Kementerian Perhubungan a. Kewenangan dalam manajemen dan rekayasa lalu lintas
untuk jalan nasional
- Kewenangan untuk menerima dan menelaah
pengajuan Walikota Surakarta terkait usulan
pelaksanaan sebagian perencanaan dan perekayasaan
kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan
nasional yang berada di Kota Surakarta.
- Menerbitkan surat persetujuan/penolakan yang
diterbitkan oleh Dirjen Perhubungan Darat paling
lama 60 hari kerja sejak usulan diterima.
- Kewenangan dalam menetapkan penempatan dan
spesifikasi teknis rambu lalu lintas sementara
b. Kewenangan terhadap perlengkapan jalan, pengaturan
pemenuhan persyaratan teknis dan persyaratan
keselamatan lampu penerangan jalan.
Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan
Rakyat
Laporan hasil pengawasan jalan secara umum
- kegiatan evaluasi dan pengkajian pelaksanaan
kebijakan penyelenggaraan jalan,
- pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan
jalan,
- pemenuhan standar pelayanan minimal yang
ditetapkan.
Kementerian Dalam Negeri Kemendagri memiliki peranan untuk memberikan
pertimbangan atas penggunaan dan pelaksanaan AP oleh
PJPK.
37
Gubenur Jawa Tengah a. Kewenangan dalam manajemen dan rekayasa lalu lintas
untuk jalan provinsi dan pengkajian usulan pelaksanaan
perencanaan dan perekayasaan kegiatan manajemen dan
rekayasa lalu lintas di jalan nasional yang berada di Kota
Surakarta
Gubenur Jawa Tengah melakukan kajian atas usulan
Walikota Surakarta yang dikaitkan dengan pengaturan
lalu lintas di jalan provinsi dan nasional paling lama
selama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak usulan diterima
Gubernur Jawa Tengah. Setelah kajian dilakukan,
Gubernur Jawa Tengah berwenang untuk
menyampaikan usulan Walikota Surakarta kepada
Dirjen Perhubungan Darat untuk disetujui lebih lanjut.
b. Kewenangan dalam pengawasan jalan provinsi
Dewan Perwakila Rakyat
Daerah
DPRD memberikan persetujuan tentang besaran kewajiban
finansial Pemkot selama periode kerjasama serta rancangan
perjanjian kerjasama.
5.5. Produk dan Jasa yang Ditawarkan
Standar pelayanan penerangan jalan umum dapat merujuk pada Standar Nasional Indonesia
(SNI) 7391:2008 tentang Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan Perkotaan (“SNI 7391:2008”).
Lebih lanjut, sehubungan dengan jenis lampu PJU, lampu yang ditawarkan dalam pekerjaan
Proyek harus memiliki SNI sesuai dengan luminer yang ditentukan dalam Peraturan Menteri
Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 tahun 2009 yang telah diubah dengan Peraturan
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia mengenai Luminer sebagai Standar Wajib (“Permen ESDM No. 17/2009”).
38
BAB VI
ASPEK TEKNIS
6.1. Kerangka Pekerjaan
6.1.1. Pengaturan Sektor Fasilitas Pelayanan Perkotaan
Dalam hal terkait dengan ketentuan kawasan perkotaan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 tentang Pedoman Perencanaan,
Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan
(“Permen PU No. 03/2014”), PJU merupakan salah satu kriteria prasarana jaringan pejalan kaki
yang ideal. PJU yang memadai wajib disediakan pada:
a) Ruang jalur pejalan kaki berkebutuhan khusus;
b) Penyeberangan di tengah ruas jalan;
c) Jalur pejalan kaki di bawah tanah;
d) Jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah.
Dalam peraturan Menteri PUPR tersebut ditentukan juga bahwa PJU pada jaringan pejalan
kaki dilaksanakan dengan ketentuan bahwa lampu penerangan terletak di luar ruang bebas jalur
pejalan kaki dengan jarak antarlampu penerangan yaitu 10 (sepuluh) meter. Lampu penerangan
dibuat dengan tinggi maksimal 4 (empat) meter serta menggunakan material yang memiliki
durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.
6.1.2. Standar Pelaksanaan Konstruksi Proyeksi
6.1.2.1. Sertifikasi Intalasi Tenaga ListrikSertifikasi Intalasi Tenaga Listrik
Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki SLO. SLO diberikan oleh
LIT Tegangan Rendah yang ditetapkan oleh Menteri ESDM. Untuk mendapatkan SLO,
pemilik instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah dapat mengajukan
permohonan kepada LIT Tegangan Rendah. SLO instalasi pemanfaatan tenaga listrik
tegangan rendah berlaku untuk jangka waktu 15 (lima belas) tahun dan dapat
diperpanjang. Adapun sebelum penerbitan SLO oleh LIT, SLO wajib mendapatkan
nomor register dari Dirjen Ketenagalistrikan untuk instalasi pemanfaatan tenaga listrik
tegangan rendah.
6.1.2.2. Penggunaan Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
Sehubungan dengan persyaratan instalasi listrik PJU, persyaratan instalasi harus sesuai
dengan TKDN. Hal ini mengingat bahwa pelaku usaha jasa penunjang tenaga listrik wajib
mengutamakan produk dan potensi dalam negeri. Selain itu, setiap pembangunan
infrastruktur ketenagalistrikan untuk kepentingan umum yang dilaksanakan oleh BUMN,
39
BUMD, Badan Usaha Swasta atau Koperasi atas biaya APBN/APBD/Hibah/Pinjaman
Luar Negeri wajib menggunakan barang dan/atau jasa produksi dalam negeri.
Lampu LED dan tiang lampu yang akan digunakan dalam Proyek nantinya harus
memiliki TKDN. Capaian TKDN diverifikasi oleh surveyor independen yang ditunjuk
oleh Menteri Perindustrian. Verifikasi dilakukan berdasarkan ketentuan dan tata cara
penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang ditetapkan oleh Menteri
Perindustrian. Capaian TKDN barang ditandasahkan oleh Pejabat yang ditunjuk oleh
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian. Hasil verifikasi penghitungan capaian
TKDN yang sudah mendapatkan tanda sah akan dicantumkan dalam buku Daftar
Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri. Capaian TKDN barang berlaku selama
3 (tiga) tahun.
6.1.2.3. Standar Penempatan PJU
PJU harus ditempatkan di jalan dengan cara yang dapat mengakibatkan kondisi berikut:
a) Distribusi cahaya yang merata pada permukaan jalan, dengan tingkat kesilauan
rendah;
b) Visibilitas yang lebih besar dan dapat lebih diandalkan di persimpangan
dibandingkan dengan jalan lurus; dan
c) Pandunan yang jelas untuk pengguna jalan dan pejalan kaki.
Standar SNI juga memberikan rekomendasi untuk penempatan PJU berdasarkan kategori
jalan dilayani oleh lampu jalan.
Tabel 6.1 Tabel Standar Penempatan PJU Berdasarkan Kategori Jalan
No Jenis Jalan/Jembatan Jenis Penempatan
1 Jalan Arteri Terus-menerus / tidak terputus dan Parsial
2 Jalan Kolektor Terus-menerus / tidak terputus dan Parsial
3 Jalan Lokal Terus-menerus / tidak terputus dan Parsial 4 Persimpangan, jalan layang, ramp Terus-menerus / tidak terputus
5 Jembatan Terus-menerus / tidak terputus
6 Terowongan Terus-menerus / tidak terputus dan Parsial dengan gradasi di ujung terowongan
Tabel 6.2 Tabel Standar Penempatan PJU Berdasarkan Arah Jalan
Tempat Pilihan Penempatan Jalan Satu Arah - Di sisi kanan atau kiri jalan
- Di kanan dan kiri jalan, berselang seling
- Di kanan dan kiri jalan, berhadapan - Di median/separator jalan
Jalan Dua Arah - Di media jalan
- Kombinasi antara kiri dan kanan berhadapan dan
di media jalan
- Di tengah jalan dengan menggunakan sistem
40
gantung Persimpangan - Dapat dilakukan dengan menara lampu yang terdiri
dari beberapa lampu, biasanya ditempatkan di
pulau, di media jalan, di luar persimpangan (di
RUMIJA)
Konfigurasi khusus untuk penempatan PJU perlu dipertimbangkan dengan cermat dan
seringkali dirancang khusus untuk persimpangan dan konfigurasi jalan non-standar lain
yang biasa ditemukan di daerah dengan pergerakan arus lalu lintas yang tinggi.
Tabel 6.3 Tabel Konfigurasi Penempatan PJU
Deskripsi Skala Tinggi Tiang (H) 10-15 m Lampu Standar 13 m
Tinggi tiang rata-rata 20-50 m
Lampu Menara 30 m
Tinggi tiang rata-rata
Interval antar tiang
Jalan Arteri 3,0 H – 3,5 H
Jalan kolektor 3,5 H – 4,0 H
Jalan lokal 5,0 H – 6,0 H
Interval minumam antara tiang 30 m
Jarak antara Tiang dan Tepi Trotoar (s1) Minimum 0,7 m Jarak antara Tepi Trotoar ke titik cahaya terjauh (s2) Minimum L/2 Sudut kemiringan (l) 20-30
6.1.2.4. Sertifikasi Manajemen Mutu Perusahaan
Bila perakitan dilaksanakan di Indonesia, pabrik perakitan harus mempunyai ISO 9001,
ISO 14001 dan OHSAS18001 yang masih berlaku.
6.1.2.5. Klasifikasi dan kualifikasi Konstruksi Penyelenggara Proyek
Dalam melaksanakan konstruksi Proyek, maka Badan Usaha penyelenggara Proyek atau
badan usaha yang melakukan pelaksanaan konstruksi Proyek harus merupakan BUJK.
Badan Usaha Jasa Konstruksi (“BUJK”) adalah badan usaha yang berbentuk badan
hukum, yang kegiatan usahanya bergerak di bidang jasa konstruksi
6.1.3. Kegiatan Konstruksi Proyek
6.1.3.1. Meterisasi
Meterisasi merupakan pemasangan Alat Pembatas dan Pengukur. Alat Pembatas dalam hal
ini merupakan Panel PJU (Panel Kontrol PJU) sedangkan Alat Pengukur dalam hal ini
merupakan kWh Meter. Kegiatan meterisasi dimaksudkan untuk mengganti status tagihan
Abonemen (Non-kWh meter) dengan Meterisasi (kWh meter). Dari data hasil survei yang
telah dilakukan terlihat bahwa jumlah lampu yang berstatus Abonemen sejumlah 15.177
titik atau 71.52% sedangkan lampu yang sudah dimeterisasi sejumlah 6.045 titik atau
41
28.48%. Kegiatan ini diharapkan dapat mengurangi beban pembayaran listrik Pemerintah
Kota, sehingga terjadi potensi penghematan anggaran belanja listrik.
6.1.3.2. Revitalisasi
Kegiatan revitalisasi meliputi antara lain:
a) Rehabilitasi
Konsep rehabilitasi yang sering digunakan dalam pekerjaan PJU adalah memperbaiki
kondisi kelistrikan, instalasi, dan tata letak (aransemen) PJU. Memanfaatkan lampu
PJU yang masih bagus untuk direlokasi ke tempat-tempat lain juga merupakan cara
yang sering dilakukan dalam merehabilitasi PJU khususnya daerah-daerah yang
selama ini belum terkena pelayanan PJU atau sering disebut Black Spot.
Menstandarisasi tingkat pencahayaan PJU dengan kelas jalan juga merupakan cara
yang biasa dilakukan dalam merevitalisasi PJU.
b) Optimalisasi
Optimalisasi adalah konsep yang digunakan dalam pekerjaan untuk meningkatkan
tingkat pelayanan PJU kepada masyarakat. Optimalisasi bertujuan meningkatkan
tingkat pelayanan PJU, misalnya tingkat intensitas pencahayaan, pemerataan
pencahayaan, dan mengoptimalkan daya yang dipesan dengan daya yang ada di
lapangan.
c) Efisiensi
Efisiensi merupakan cara mendapatkan hasil yang optimal dari capaian yang
diinnginkan. Efisiensi tidak berarti harus mengorbankan tingkat pelayanan tapi
tetap harus mempertimbangkan optimalisasi pelayanan. Tolok ukur efisiensi
adalah ketika ada hasil lebih dari upaya yang dilakukan dari revitalisasi PJU.
6.1.3.3. Penggantian Lampu Saat ini dengan LED
Sebagian besar lampu yang ada tidak beroperasi karena masalah dengan komponen
optik atau listrik dari PJU. Selain itu, desain pencahayaan yang buruk dan penempatan
PJU yang tidak efisien, dikombinasikan dengan variasi yang luas dalam jenis, umur
dan watt lampu telah mengakibatkan rendahnya kualitas pencahayaan di seluruh
jaringan. Lampu pijar saat ini memiliki efisiensi yang rendah, dan menggunakan listrik
jauh lebih besar dibandingkan dengan lampu LED hemat energi yang sedang
dipertimbangkan untuk menggantikan lampu lama. Seluruh lampu yang ada
direkomendasikan untuk diganti dengan lampu LED hemat energi untuk intensitas
cahaya lebih tepat yang sesuai dengan standar SNI untuk setiap kategori jalan.
42
Dari hasil survei yang dilakukan sebagian besar lampu PJU yang dipasang di Kota
Surakarta adalah non LED dan hanya sekitar 0,25% lampu PJU yang dipasang
menggunakan lampu LED.
6.1.3.4. Pemasangan panel PJU pintar (smart feeder) dan sistem pemantauan dan
pengendalian jarak jauh
PJU yang ada di Surakarta dioperasikan secara manual, menggunakan saklar dengan
timer atau foto-volta, dan hasil keluaran pencahayaan tidak dapat dioptimalkan sesuai
dengan kondisi lingkungan atau pencahayaan alami. Sebagian besar lampu, dengan
demikian, dinyalakan terus menerus selama 12 jam per hari, sehingga penggunaan
energinya yang tidak efisien. Efisiensi operasional dari jaringan penerangan jalan dapat
ditingkatkan dengan memperkenalkan kemampuan untuk mengendalikan PJU dan
jarak jauh.
Pelaksanaan sistem pemantauan dan pengendalian jarak jauh dengan memanfaatkan
smart feeder generasi baru (terintegrasi dengan smart meter dan smart switches) akan
menghasilkan operasi sistem yang lebih efisien. Keuntungan utama smart feeder
adalah kemampuan untuk menyesuaikan hasil keluaran pencahayaan berdasarkan
kondisi lingkungan. Misalnya, lampu harus beroperasi untuk jumlah yang lebih sedikit
selama musim kemarau dibandingkan dengan selama musim hujan. Demikian pula,
lampu dapat menjadi semakin secara bertahap sejalan dengan penurunan cahaya sekitar
di malam hari, meredup selama periode akhir malam (01:00-04:00), dan secara
bertahap meredup di pagi hari dengan semakin terangnya cahaya sekitar untuk
menggantikan cahaya statis selama operasional lampu. Dengan menjadikan
penghematan energi sebagai kriteria kinerja dan berbagi setiap penghematan energi
tambahan di luar persyaratan minimum akan menjadi insentif untuk BUP dalam
mengoptimalkan perbaikan operasional.
Pemantauan real time juga akan digunakan untuk mendeteksi kesalahan dan pencurian
energi.
Sistem pemantauan dan pengendalian jarak jauh akan dipasang dan dioperasikan dari
workstation khusus (komputer) yang berlokasi di dalam Pusat Komando Kota.
Sistem ini juga akan membutuhkan pengembangan SIM yang mencakup basis data
inventarisasi aset elektronik yang dioperasikan oleh BUP untuk menampung semua
informasi tentang lokasi, jenis, kondisi, kinerja dan pemeliharaan catatan untuk setiap
komponen sistem penerangan jalan.
43
6.1.3.5. Pemsasangan PJU baru
Kebutuhan PJU baru yang meliputi tiang mandiri dan lampu LED sangat diperlukan
mengingat baru sekitar 5,7% tiang PJU yang merupakan milik Pemerintah Kota
Surakarta. Namun demikian untuk tahap awal pemasangan tiang PJU baru dapat
dilakukan pada jalan-jalan protokol dan juga jalan strategis. Juga di jalan lingkungan
karena tiang eksisting yang digunakan saat ini masih merupakan tiang telepon dan tiang
swadaya masyarakat yang belum sesuai dengan standar.
6.1.3.6. Penghematan Energi dari Peningkatan Efisiensi Sistem Penerangan Jalan
Salah satu tujuan utama dari proyek KPBU Penerangan Jalan Umum Kota Surakarta
adalah untuk meningkatkan efisiensi sistem penerangan jalan guna mewujudkan
pengurangan konsumsi energi dan penghematan biaya untuk PJPK.
Efisiensi sistem adalah fungsi dari efisiensi produk dan efisiensi operasional. Efisiensi
sistem = Efisiensi Produk + Efisiensi Operasional
Dalam situasi Proyek, PJPK dapat menghasilkan penghematan energi dari jaringan PJU
dengan cara berikut:
Efisiensi produk = Pengurangan konsumsi energi 50% dari penggantian lampu saat ini
dengan lampu LED hemat energi
Efisiensi operasional Penghematan lebih lanjut dari waktu mematikan dan meredupkan
lampu berdasarkan kondisi cahaya sekitar dengan menggunakan pemantauan dan kendali
pintar. BUP harus diberi insentif terus menerus untuk meningkatkan produk dan efisiensi
operasional melalui adopsi inovasi dalam teknologi produk (lampu hemat energi) dan
optimalisasi operasional di seluruh durasi proyek
Sebagaimana telah dibahas pada Bab sebelumnya PLN belum memasang meteran untuk
semua lampu jalan dan menetapkan biaya tarif tetap yang dikenakan untuk sejumlah besar
PJU yang ada. Meskipun lampu LED baru diharapkan mengkonsumsi listrik kurang dari
lampu konvensional saat ini, PLN masih akan menerapkan tarif tetap yang ada untuk PJU
yang bukan meterisasi.
Jadi meskipun dilakukan perbaikan efisiensi sistem dalam proyek ini, Kota Surakarta
hanya akan mampu mewujudkan penghematan biaya yang sebenarnya dari PJU yang
menggunakan meterisasi.
44
6.2. Target waktu penyelesaian pekerjaan
Indikatif jadwal proyek yang diusulkan dapat dilihat pada Tabel 6.1 di bawah. Pelaksanaan
konstruksi dibagi menjadi 2 tahap. Tahap 1 adalah untuk pemasangan PJU jalan non
lingkungan sebanyak kurang lebih 9.877 titik lampu PJU, dan tahap 2 untuk pemasangan
PJU jalan lingkungan sebanyak kurang lebih 22.013 titik lampu PJU.
Tabel 6.1 Tabel Indikasi Jadwal Proyek
d) Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1) Mobilisasi
Bulan 0-1: Mengidentifikasi depot pemeliharaan dan fasilitas. Pengadaan sumber
daya (tenaga kerja dan peralatan) untuk melaksanakan proyek.
2) Pemetaan aset / koleksi data
Bulan 2-3: Data aset tersebut akan digunakan untuk pengembangan desain jaringan
secara rinci untuk memenuhi persyaratan kinerja, mengidentifikasi aset (misalnya
tiang dan kabel) yang memerlukan penggantian untuk alasan keselamatan atau
operasional lainnya, mengidentifikasi jumlah dan lokasi unit PJU yang diperlukan.
Rencana desain dan implementasi memerlukan persetujuan dari PJPK.
3) Meterisasi
Bulan 4-10: Penggantian sistem abonemen dengan meterisasi perlu dibuat DED
nya sebelum dilakukan konstruksinya. Pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan
meterisasi sepenuhnya dilakukan oleh PLN, sehingga tidak dapat dipastikan lama
waktu pelaksanaannya karena menyangkut ketersediaan peralatan. Namun
demikian PLN wajib untuk mendukung sepenuhnya pelaksanaan proyek ini,
sebagaimana tertuang dalam MoU yang dilakukan dengan PJPK.
4) Pemasangan PJU jalan non lingkungan
45
Bulan 4-10: Pemasangan sebanyak kurang lebih 9.877 titik PJU meliputi persiapan,
galian tanah, pembuatan tulangan, pengecoran, erection tiang, pemasangan lampu
LED, di wilayah yang telah ditentukan sebelumnya oleh PJPK.
5) Penggantian aset
Bulan 4-10: Penggantian aset yang ada untuk alasan keamanan dan tetap menjaga
terangnya kota, dilakukan secara paralel dengan pemasangan PJU baru. Aset yang
ada dikembalikan kepada Pemerintah Kota Surakarta karena merupakan barang
milik negara.
6) Pemasangan PJU jalan lingkungan
Bulan 14-24: Pemasangan sebanyak kurang lebih 22.013 titik PJU meliputi
persiapan, galian tanah, pembuatan tulangan, pengecoran, erection tiang,
pemasangan lampu LED, di wilayah yang telah ditentukan sebelumnya oleh PJPK.
7) Operation & Maintenance
Bulan 1 dan seterusnya: O&M jaringan PJU (termasuk operasional dan
pemeliharaan PJU eksisting sebelum penggantian dengan lampu LED) sesuai
dengan standar kinerja yang diperlukan selama masa kontrak.
46
BAB VII
ASPEK KEUANGAN
7.1. Nilai Investasi
Proses iterasi dilakukan dalam menentukan opsi lingkup teknis yang paling optimal dengan
mempertimbangkan kelayakan teknis, kelayakan ekonomi, value for money, kelayakan finansial
dan alokasi fiskal
Opsi dan ruang lingkup KPBU PJU Surakarta berdasar Outline Business Case (OBC):
1) Opsi 1 dengan nilai Investasi Rp. 421.394.958.781
Ruang Lingkup :
a. Jalan Non Lingkungan: meterisasi, tiang mandiri, smart system, kabel tanam
b. Jalan Lingkungan: meterisasi, tiang mandiri, auto dimming, kabel udara
Tabel 7.1 Estimasi Biaya Investasi Lingkup Teknis Opsi 1 (dalam Rupiah) Opsi 1
Jalan non Lingkungan
Meterisasi 24,256,243,944
Smart System Tipe B 26,166,053,900
LED 53,829,386,698
Tiang 53,241,169,739
Kabel Tanam 39,055,641,242
Total Jalan non Lingkungan 196,548,495,523
Jalan Lingkungan
Meterisasi 39,651,228,759
LED 90,924,561,998
Tiang 94,270,672,500
Total Jalan Lingkungan 224,846,463,258
Total Biaya Investasi 421,394,958,781
2) Opsi 2 dengan nilai investasi Rp. 383.085.258.834
Ruang Lingkup :
a. Jalan Non Lingkungan: meterisasi, tiang mandiri, auto dimming, kabel tanam
b. Jalan Lingkungan: meterisasi, tiang mandiri, auto dimming, kabel udara
47
Tabel 7.2 Estimasi Biaya Investasi Lingkup Teknis Opsi 2 (dalam Rupiah) Opsi 2
Jalan non Lingkungan
Meterisasi 24,256,243,944
LED 41,685,740,651
Tiang 53,241,169,739
Kabel Tanam 39,055,641,242
Total Jalan non Lingkungan 158,238,795,576
Jalan Lingkungan
Meterisasi 39651228759
LED 90,924,561,998
Tiang 94,270,672,500
Total Jalan Lingkungan 224,846,463,258
Total Biaya Investasi 383,085,258,834
3) Opsi 3 dengan nilai investasi Rp. 555.761.376.815
Ruang Lingkup :
a) Jalan Non Lingkungan: meterisasi, tiang mandiri, smart system, kabel tanam
b) Jalan Lingkungan: meterisasi, tiang mandiri, smarat system, kabel tanam
Tabel 7.3 Estimasi Biaya Investasi Lingkup Teknis Opsi 3 (dalam Rupiah)
Opsi 3
Jalan non Lingkungan
Meterisasi 24,256,243,944
Smart System Tipe B 26,166,053,900
LED 53,829,386,698
Tiang 53,241,169,739
Kabel Tanam 39,055,641,242
Total Jalan non Lingkungan 196,548,495,523
Jalan Lingkungan
Meterisasi 40,719,526,798
Smart System Tipe B 58,519,689,722
LED 90,924,561,998
Tiang 94,270,672,500
Kabel Tanam 74,778,430,273
Total Jalan Lingkungan 359,212,881,292
Sedangkan estimasi biaya listrik per tahun dari aset lampu yang disediakan adalah seperti
diperlihatkan pada Tabel 7.4. Estimasi penghematan terbesar terjadi pada skenario 3 karena
menggunakan smart system. Namun penghematan yang dicapai, berdasarkan perhitungan yang
dilakukan, tidak terlalu berbeda signifikan dibandingkan dengan kedua opsi lainnya.
48
Tabel 7.4 Estimasi Beban Biaya Listrik per Tahun
Beban Biaya Listrik Rp. per tahun
Opsi 1 Rp8.337.711.848,-
Opsi 2 Rp8.607.745.651,- Opsi 3 Rp8.271.149.585,-
Dari ketiga opsi di atas, Pemkot Surakarta mempertimbangkan untuk mendapatkan Dukungan
Pemerintah terkait dengan program konservasi energi dan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Selain itu, pertimbangan lain adalah jangka waktu kerjasama. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, maka opsi tersebut dibagi lagi menjadi 4 skenario. Yang pertama adalah jangka waktu
perjanjian 10 tahun tanpa Dukungan Pemerintah. Kedua adalah jangka waktu 10 tahun dengan
Dukungan Pemerintah. Ketiga adalah jangka waktu 20 tahun tanpa Dukungan Pemerintah, dan
terakhir adalah jangka waktu 20 tahun dengan Dukungan Pemerintah. Keempat alternative dari
Opsi 2 sebagai berikut:
1. Alternatif 1: KPBU 10 tahun tanpa Dukungan Pemerintah
B/C Ratio : 1.06 NPV : 12.173 IRR : 10.17 %
2. Alternatif 2: KPBU 10 tahun dengan Dukungan Pemerintah
B/C Ratio : 1.08 NPV :32.735 IRR : 13.81 %
3. Alternatif 3: KPBU 20 tahun tanpa Dukungan Pemerintah
(Capex 20 th: Rp. 420.140.000.000)
B/C Ratio : 1.46 NPV :32.091 IRR : 10.67 %
4. Alternatif 4: KPBU 20 tahun dengan Dukungan Pemerintah
(Capex 20 th : Rp. 420.140.000.000)
B/C Ratio : 1.43 NPV : 49.261 IRR : 13.40 %
Faktor diskonto sosial yang digunakan adalah 6,32 persen. Manfaat yang diperhitungkan
dalam kajian ini meliputi: penggunaan tenaga kerja lokal tanpa keahlian selama masa
konstruksi; penggunaan material lokal selama masa konstruksi; penggunaan tenaga kerja
lokal tanpa keahlian selama masa proyek; pengurangan biaya kecelakaan; peningkatan
PDRB sektor dunia usaha; penurunan CO2; penurunan biaya Operasi & Pemeliharaan PJU;
dan penghematan beban listrik PJU. Dengan rata-rata tertimbang biaya modal (WACC)
sebesar 9,32%, kajian finansial menunjukkan bahwa keempat opsi tersebut menawarkan
kelayakan finansial.
49
7.2. Proyeksi Pendapatan dan Biaya Tahunan
7.2.1. Pendapatan PJU
Pendapatan tahunan yang diperoleh dari Kerjasama Pemerintah Kota Surakarta dengan
Badan Usaha untuk Proyek Penerangan Jalan Umum (PJU) adalah single revenue yaitu hanya
berasal dari pembayaran jasa ketersediaan layanan/Availibility Payment (AP), besarnya harga jasa
ketersediaan layanan pada saat tanggal operasional komersial dengan ketentuan harga jasa
ketersediaan layanan tanpa eskalasi harga sampai akhir masa kerjasama.
Untuk pelayanan umum penerangan jalan, Pemerintah Kota Surakarta melakukan
pemungutan Pajak Penerangan Jalan (PPJ). Setiap penggunaan listrik – baik yang dihasilkan
sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain – dipungut PPJ. Sedangkan wajib pajak PPJ
adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan tenaga listrik. Dasar pengenaan PPJ adalah
jumlah tagihan biaya beban ditambah dengan biaya pemakaian listrik. PT PLN akan memungut
PPJ bersamaan dengan pembayaran rekening listrik pelanggan, untuk kemudian menyetorkan
PPJ tersebut ke rekening kas Pemerintah Kota Surakarta.
7.2.2. Beban Biaya Listrik PJU dan Pajak Penerangan Jalan
Nilai penjualan listrik untuk PJU (Golongan P3) pada tahun 2006 adalah Rp 46,1 Milyar.
Tetapi angka ini masih belum akurat karena masih memasukkan data dari wilayah Boyolali dan
Karanganyar. Data rekening listrik bulanan yang ditagihkan oleh PT PLN kepada Pemerintah Kota
Surakarta pada tahun 2015 adalah sebesar Rp 44,94 Milyar. Sedangkan pada tahun 2016 adalah
sebesar Rp 43,54 Milyar. Jumlah ID pelanggan PJU pada bulan Oktober 2016 adalah 600, yang
terdiri dari 386 ID pelanggan meterisasi dan 296 ID pelanggan abonemen. Jumlah daya total dari
600 ID tersebut adalah 6,5 22,380 VA yang dibagi menjadi 1,136,750 VA ID pelanggan meterisasi
dan 5,385,630 VA ID pelanggan abonemen.
Estimasi yang digunakan dalam Outline Business Case ini adalah sebagai berikut. Tabel
7.5 berikut ini memperlihatkan biaya investasi LED menurut jenisnya.
Tabel 7.5 Biaya Investasi Per Lampu LED Sesuai Watt
Tipe Lampu IDR IDR/watt USD/watt
LED 20- 30 W Dimming IDR 2,481,600.00 IDR 82,720.00 USD 6.13
LED 50- 60 W Dimming IDR 3,406,080.00 IDR 56,768.00 USD 4.21
LED 90- 100 W Dimming IDR 4,950,000.00 IDR 49,500.00 USD 3.67
LED 180 - 200 W Dimming IDR 7,300,000.00 IDR 36,500.00 USD 2.70
50
Sebagaimana dijelaskan di atas, Kota Surakarta cenderung memilih opsi dua. Besaran
perkiraan capital expenditure (Capex) prasana dan sarana proyek PJU Kota Surakarta meliputi:
pekerjaan sipil, tiang lampu, perijinan, sarana penunjang, kontingensi sudah termasuk pajak,
berdasarkan skenario pembangunannya adalah sebagai berikut:
Tabel 7.6 Opsi dan Biaya Investasi
Opsi Uraian Skenario Jumlah Rp juta
I. JALAN NON LINGKUNGAN
a. Meterisasi,tarik kabel, perijinan 24.256
b. Smart system tipe B 0
c. Pengadaan & Pemasangan LED 41.686
d. Pengadaan & Pemasangan Tiang 53.241 e. Pengadaan & Pemasangan kabel tanam 39.056
1&2 Sub Total 158.239
II. JALAN LINGKUNGAN
a. Meterisasi,kabel,perijinan 39.651
b. Smart system tipe B 0
c. Pengadaan & Pemasangan LED 90.925
d. Pengadaan & Pemasangan Tiang 94.271 e. Pengadaan & Pemasangan kabel tanam 0
Sub Total 224.846
GRAND TOTAL 383.085
KPBU 20 TAHUN PENGGANTIAN LAMPU LED TAHUN KE 10
I. JALAN NON LINGKUNGAN
3&4
a. Pengadaan & Pemasangan LED 18.079
Sub Total 18.079
II. JALAN LINGKUNGAN
a. Pengadaan & Pemasangan LED 18.976
Sub Total 18.976
GRAND TOTAL 37.055
GRAND TOTAL KPBU 20 TAHUN 420.140
Sumber Data: Perhitungan Konsultan
Dalam kegiatan operasi pelayanan Penerangan Jalan Umum (PJU) Kota Surakarta dibebankan
Biaya Operasi & Pemeliharaan termasuk pembayaran rekening listrik ke PLN sesuai effisiensi dari
masing-masing Skenario seperti dalam Tabel 7.7 sebagai berikut:
Tabel 7.7 Biaya Operasi & Pemeliharaan
Rp (dalam juta) Rp (dalam juta)
No. Biaya Operasi & Pemeliharaan Per KPBU10 Per KPBU20
Tahun Tahun Tahun Tahun
1. Biaya Rekening Listrik
Beban listrik seluruh PJU dalam
perjanjian Kerjasama yang harus 8.334 83.383 8.334 169.434
dibayarkan ke PLN termasuk
Ppn 10%
2. Biaya Manajemen
51
Biaya Manajemen, merupakan
biaya Dewan Komisaris dan
924,8 9.248 924,8 18.496
Direksi
serta
operasional,
overhead kantor Pusat Badan
Usaha termasuk Ppn 10%
3 Pemeliharaan/Monitoring,
merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk pemeliharaan
dan pengawasan kondisi lampu 350,4 3.504 350,4 7.154
dan sarananya agar selalu
menyala pada jam operasinya,
termasuk Ppn 10%
4 Biaya Umum & Administrasi
keperluan biaya untuk training,
marketing dan overhead
62,5 625 625 1.250
digunakan
penyelenggaraan
kantor administrasi Badan
Usaha, termasuk Ppn 10%
5 Biaya tak terduga
Keperluan biaya untuk
penanggulangan kerusakan
43,8 438 43,8 876
tiang, lampu, akibat tertimpa
pohon, dan kerusakan karena
faktor alam lainnya
Jumlah Biaya Operasi &
9,720 97.198 9.860 197.210
Pemeliharaan
Pertimbangan alokasi fiskal juga menyebabkan Pemerintah Kota Surakarta memikirkan opsi untuk
membuat masa Perjanjian Kerjasama yang lebih panjang. Pertimbangan teknis, antara lain:
a) Perkembangan teknologi LED yang di masa mendatang bisa meningkatkan efisiensi
dalam penggunaan energi. Gambar 7.1 menunjukkan estimasi perkembangan teknologi
LED
52
b) Perkembangan standar layanan PJU kawasan perkotaan di masa mendatang
Gambar 7.1 Perkembangan Efikasi dan Biaya Luminansi/Watt
Dengan menggunakan grafik pada Gambar 7.1, estimasi nilai efikasi 10 tahun yang akan datang
adalah 190 lm/Watt dan faktor penurunan harga LED 10 tahun yang akan datang sekitar 0,6.
Apabila tingkat inflasi rata-rata dalam USD adalah 2% dan dalam IDR 5,5%, serta harga per
USD menggunakan angka IDR 13.500; maka estimasi harga LED tipe-tipe tersebut di atas
diperlihatkan pada Tabel 7.7 di bawah ini.
Tabel 7.8 Estimasi Biaya Per Lampu LED 10 Tahun Mendatang Tipe Lampu Dalam USD Dalam IDR
LED 20- 30 W Dimming USD 63.85 IDR 1,207,938.97
LED 50- 60 W Dimming USD 87.64 IDR 1,657,937.13
LED 90- 100 W Dimming USD 127.37 IDR 2,409,452.74
LED 180 - 200 W Dimming USD 187.84 IDR 3,553,334.34
Dengan penurunan biaya penggantian LED, maka besaran AP setelah tahun ke-10 tentunya akan
lebih ringan. Namun faktor kedua, mengenai perubahan standar layanan juga harus diperhatikan.
Apabila standar layanan berubah, dan Pemerintah Kota Surakarta memiliki kebijakan untuk
mengikuti perkembangan standar layanan di 10 tahun yang akan datang, maka proyeksi perubahan
standar layanan perlu dilakukan. Berdasarkan proyeksi tersebut, jenis lampu yang akan dibutuhkan
ditetapkan dan kemudian diestimasi biaya investasi untuk penggantian lampu LED yang lama.
7.3. Analisa Kelayakan Usaha
Tabel 7.8 Ringkasan Proyeksi Keuangan dan Analisa Kelayakan Proyek
Rp juta
No. Uraian Opsi 1 Opsi 2 Opsi 3 Opsi 4
I LABA/(RUGI)
1 Pendapatan Operasi setelah Ppn 830.703 606.866 1.364.680 1.095.843
10%
53
2 Biaya Operasi & Pemeliharaan 97.198 97.198 197.210 197.210
3 Laba sebelum 733.505 509.668 1.167.470 898.634
Bunga,Amortisasi dan Pajak
4 Biaya Bunga 140.972 82.400 171.482 125.119
5 Biaya Amortisasi 406.381 296.638 417.781 347.648
6 Laba Bersih Setelah Pajak 139.614 92.288 433.656 319.400
II. ARUS KAS
1 Arus Kas Masuk 830.703 606.866 1.364.680 1.095.843 2 Arus Kas Keluar Aktivitas Operasi 97.198 97.198 197.210 197.210 3 Aus Kas Pendanaan & Investasi 437.466 420.338 473.481 462.100 3 Arus Kas Bersih 208.808 178.185 509.830 425.013
III INDIKATOR KELAYAKAN
1 Internal Rate of Return (IRR) 10,17% 13,81% 10,67% 13,40% 2 Net Present Value (NPV) - Rp 12.173 32.735 32.091 49.261 3 Payback Period -Tahun 8,6 7,6 10,6 9,6 4 Kriteria LAYAK LAYAK LAYAK LAYAK
Sumber: Perhitungan Konsultan
Proyeksi perhitungan laba/(Rugi) menggambarkan perolehan pendapatan dan pembebanan
biaya operasi & pemeliharaan dalam satu periode untuk selama masa kerjasama, dengan
proyeksi perhitungan Laba/(Rugi) selama 20 tahun seperti dalam Tabel 7.8. dan Proyeksi
Perhitungan Laba/(Rugi).
Tabel 7.9 Analisis Ratio Proyeksi Perhitungan Laba / Rugi Selama Masa Kerjasama
Ratio Opsi 1 Opsi 2 Opsi 3 Opsi 4
1. Rata-rata Net Profit Margin 17% 15% 32% 29%
2. Rata-rata Full Cost Recovery 136% 153% 141% 140%
3. Rata-rata ratio Bunga thd Laba Bersih
46% 65% 58% 53%
Sebelum Bunga Pinjaman
Sumber: Perhitungan Konsultan
Rata-rata Net Profit Margin dapat di interpretasikan bahwa perusahaan mempunyai
kemampuan menghasilkan laba bersih dari pembayaran ketersediaan layanan. Rata-rata Full Cost
Recovery, dapat diinterpretasikan bahwa BUP akan selalu mempunyai kemampuan untuk
mencukupi kebutuhan biaya operasi dan pengembalian investasinya dari pembayaran ketersediaan
layanan yang diperoleh. Rata-rata biaya bunga terhadap Laba Bersih, dapat diinterpretasikan
bahwa BUP akan selalu mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan biaya bunga
pinjaman dari perolehan Laba Bersih.
54
Proyeksi Arus Kas selama 20 tahun seperti dalam tabel 7.10 secara rinci:
Tabel 7.10 Analisis Ratio Proyeksi PerhitunganArus Kas Selama Masa Kerjasama
Ratio Opsi 1 Opsi 2 Opsi 3 Opsi 4
1. Arus kas Bersih Operasi terhadap Arus 29% 33% 45% 53% kas aktivitas operasi
2. Cakupan kas terhadap Biaya Operasi 205% 165% 268% 230%
& Pemeliharaan
Sumber: Perhitungan Konsultan
Dari ke 4 (empat) Opsi menunjukkan bahwa ratio Arus kas dari aktivitas operasi sebagai
sumber dana internal Perusahaan dan memenuhi kebutuhan dana operasi & pemeliharaan,
selalu menghasilkan kinerja yang sangat baik.
Tabel 7.11 Analisis Ratio Proyeksi PerhitunganArus Kas Selama Masa Kerjasama
Ratio Opsi 1 Opsi 2 Opsi 3 Opsi 4
Return on Equity (ROE) 15% 9% 22% 11%
Sumber: Perhitungan Konsultan
Perhitungan Financial Internal Rate of Return (FIRR) dari arus kas bersih dari kegiatan operasi
dikurangi arus kas bersih dari kegiatan pendanaan investasi dan pembayaran pajak sesuai masa
kerjasama operasi diperoleh nilai seperti Tabel 7.12 berikut:
Tabel 7.12 Indikator Internal Rate of Return (IRR) 4 (empat) Opsi
Indikator Kelayakan Opsi 1 Opsi 2 Opsi 3 Opsi 4
Internal Rate of Return (IRR) 10,17% 13,81% 10,67% 13,40%
Sumber: Perhitungan Konsultan
Seluruh Opsi investasi proyek Penerangan Jalan Umum (JPU) Kota Surakarta menghasilkan
tingkat pengembalian investasi atau Internal Rate of Return (IRR) lebih besar dari faktor diskonto
yang ditetapkan didasarkan atas porsi pembiayaan yaitu D/E 70 % : 30% WACC =9,37%, dan
D/E 80% : 20% WACC 10,30% sehingga dapat di interpretasikan bahwa semua Opsi Layak
dilaksanakan.
Payback period dari arus kas bersih setelah pajak selama masa kerjasama operasi (20 tahun)
didapatkan seperti pada Tabel 7.13 sebagai berikut:
Tabel 7.13 Indikator Payback period 4 (empat) Opsi
Indikator Kelayakan Opsi 1 Opsi 2 Opsi 3 Opsi 4
Payback period (Tahun) 8,6 7,6 10,6 9,6
Sumber: Perhitungan Konsultan
55
Tabel 7.14 Value for Money
MASA PERJANJIAN KERJASAMA KETERANGAN
1. OPSI 1 – KPBU 10 Tahun, Tanpa Dukungan Pemerintah 1. OPSI 1 – KPBU 10 Tahun Tanpa Dukungan Pemerintah
GOVERNMENT EXPENDITURE PSC PPP
CAPEX 362,082 OPSI 1 yaitu Proyek KPBU 10 Tahun Tanpa
OPEX 49,774
Dukungan Pemerintah setelah dilakukan
Availability Payment
550,286
perhitungan nilai Raw PSC dan penawaran KPBU
Financing 98,697
di present value (PV) kan terdapat penghematan
Ancillary 12,897
dari Pemerintah Kota Surakarta sebesar 17,08%.
Competitive Neutrality
(26,202)
Dengan adanya pengematan Pemerintah Kota
Retairned Risk 108,625
Surakarta sebesar 17,08% maka pilihan adalah
Total Governement & Expenditure Incld.Risk 632,074 524,084
KPBU
GOVERNMENT SAVING
17.08%
2. OPSI 2 – KPBU 10 Tahun, Dukungan Pemerintah 2. OPSI 2 KPBU 10 Tahun, Dukungan Pemerintah
GOVERNMENT EXPENDITURE PSC PPP OPSI 2 yaitu Proyek KPBU Dukungan CAPEX 362,082
Pemerintah setelah dilakukan perhitungan nilai GOVERNEMENT SUPPORT 0 94,005
Raw PSC dan penawaran KPBU di present value OPEX 49,774 0
(PV) kan terdapat penghematan dari Pemerintah Availability Payment 402,009
Kota Surakarta sebesar 19,61%.
Financing 62,983
Dengan adanya penghematan Pemerintah Kota Ancillary 12,897
Surakarta sebesar 19,61% maka pilihan adalah
Competitive Neutrality(Pph Ps.25) 0 (16,587)
KPBU
Retairned Risk 108,625
Total Governement & Expenditure Incld.Risk 596,361 479,427
GOVERNMENT SAVING 19.61%
56
MASA PERJANJIAN KERJASAMA KETERANGAN
OPSI 3 – KPBU 20 TAHUN Tanpa Dukungan Pemerintah 1. OPSI 3 – KPBU 20 Tahun Tanpa Dungan
Pemerintah GOVERNMENT EXPENDITURE PSC PPP
CAPEX 377,025
OPEX 69,349 Opsi 3 yaitu Proyek KPBU Tanpa Dukungan
Availability Payment 597,584 Pemerintah setelah Raw PSC dan PPP di present
Financing 124,911 value (PV) kan terdapat penghematan dari
Ancillary 18,584 Pemerintah Kota Surakarta sebesar 21,13%.
Competitive Neutrality (46,660) Dengan adanya pengematan Pemerintah Kota
Retairned Risk 108,625 Surakarta sebesar 21,13% maka pilihan adalah
Total Governement & Expenditure Incld.Risk 698,494 550,924 KPBU
GOVERNMENT SAVING 21.13%
OPSI 4 – KPBU 20 Tahun Dukungan Pemerintah 4OPSI 4 – KPBU 20 Tahun Dukungan Pemerintah
GOVERNMENT EXPENDITURE PSC PPP Opsi 4 yaitu Proyek KPBU 20 Tahun Dukungan
CAPEX 377,025
Pemerintah setelah Raw PSC dan PPP di present
GOVERNEMENT SUPPORT - 94,005
value (PV) kan terdapat penghematan dari
OPEX 69,349
Pemerintah Kota Surakarta sebesar 18,33%.
Availability Payment
472,390
Financing 77,832 Dengan adanya pengematan Pemerintah Kota
Ancillary 18,584
Surakarta sebesar 18,33 % maka pilihan adalah
Competitive Neutrality(Pph Ps.25)
(34,368)
KPBU
Retairned Risk 108,625
Total Governement & Expenditure Incld.Risk 651,414 532,026
GOVERNMENT SAVING 18.33%
Tabel 7.15 Proyeksi Perincian Biaya Operasi & Pemeliharaan
KPBU 10 Tahun
PERKIRAAN Notasi 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Biaya Listrik PJU Rp. 5,938 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605
Biaya Manajemen Rp./juta 925 925 925 925 925 925 925 925 925 925
Biaya Pemeliharaan (Monitoring) Rp./juta 219 365 365 365 365 365 365 365 365 365
Biaya Umum & administrasi Rp./juta 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63
Biaya tak terduga Rp./juta 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44
Jumlah Rp./juta 7,188 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001
Tabel 7.16 Proyeksi Perhitungan Laba/(Rugi) Opsi 1KPBU 10 Tahun Tanpa Dukungan Pemerintah
57
PERKIRAAN Satuan
TAHUN PROYEKSI
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENDAPATAN OPERASI
Pendapatan Konsesi Rp.juta 57,318 85,932 85,932 85,932 85,932 85,932 85,932 85,932 85,932 85,932
Biaya Operasi Rp.juta (7,188) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001)
EARNING BEFORE INTEREST DEP & AMO Rp.juta 50,131 75,930 75,930 75,930 75,930 75,930 75,930 75,930 75,930 75,930
Biaya Penyusutan & Amortisasi Rp.juta (17,833) (43,172) (43,172) (43,172) (43,172) (43,172) (43,172) (43,172) (43,172) (43,172)
EARNING BEFORE INTEREST Rp.juta 32,298 32,758 32,758 32,758 32,758 32,758 32,758 32,758 32,758 32,758
Biaya Bunga Rp.juta (15,111) (32,371) (26,238) (20,523) (15,300) (10,654) (8,909) (6,989) (4,878) 0
EARNING BEFORE TAX Rp.juta 17,187 388 6,520 12,235 17,458 22,105 23,850 25,769 27,881 32,758
Estimasi Pajak Penghasilan Badan Rp.juta (4,297) (97) (1,630) (3,059) (4,365) (5,526) (5,962) (6,442) (6,970) (8,190)
LABA BERSIH Rp.juta 12,890 291 4,890 9,176 13,094 16,579 17,887 19,327 20,911 24,569
Tabel 7.17 Proyeksi Arus Kas Opsi 1KPBU 10 Tahun Tanpa Dukungan Pemerintah
CASH FLOW DIRECT METHOD -1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9
URAIAN Satuan TAHUN PROYEKSI
2018 2019 2020 2021 2022 2023
2024 2025 2026 2027 2028
AKTIVITAS OPERASI
Arus Kas Masuk Rp.juta 0 57,318 85,932 85,932 85,932 85,932 85,932 85,932 85,932 85,932 85,932
Arus Kas Keluar Rp.juta 0 (7,188) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001)
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi Rp.juta 0 50,131 75,930 75,930 75,930 75,930 75,930 75,930 75,930 75,930 75,930
AKTIVITAS PENDANAAN
Ekuiti Pokok Rp.juta 31,648 44,969
Ekuiti Bunga Masa Konstruksi Rp.juta 6,129 3,598
Pinjaman Pokok Rp.juta 126,591 179,877
Pinjaman Bunga Masa Konstruksi Rp.juta 24,517 14,390
Modal Kerja Rp.juta 2,374 3,373
Government Support Rp.juta 0 0 0 0
Ekuitas & Pinjaman Rp.juta 191,259 246,207 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL ARUS KAS MASUK Rp.juta 191,259 296,338 75,930 75,930 75,930 75,930 75,930 75,930 75,930 75,930 75,930
AKTIVITAS INVESTASI & KEWAJIBAN
Piutang Konsesi Rp.juta (191,259) (246,207)
Pembayaran Bunga Pinjaman Rp.juta 0 (15,111) (32,371) (26,238) (20,523) (15,300) (10,654) (8,909) (6,989) (4,878) 0
Pembayaran Pokok Pinjaman Rp.juta 0 0 (43,172) (43,172) (43,172) (43,172) (43,172) (43,172) (43,172) (43,172) 0
Pembayaran Pajak Penghasilan Badan Rp.juta 0 0 (4,297) (97) (1,630) (3,059) (4,365) (5,526) (5,962) (6,442) (6,970)
TOTAL ARUS KAS KELUAR INVESTASI &
KEWAJIBAN Rp.juta (191,259) (261,318) (79,839) (69,507) (65,325) (61,531) (58,190) (57,607) (56,124) (54,492) (6,970)
ARUS KAS BERSIH Rp.juta 0 35,020 (3,909) 6,423 10,605 14,400 17,740 18,324 19,807 21,439 68,960
Saldo awal kas Rp.juta 0 0 35,020 31,111 37,535 48,139 62,539 80,279 98,603 118,410 139,848
Saldo akhir Kas Rp.juta 0 35,020 31,111 37,535 48,139 62,539 80,279 98,603 118,410 139,848 208,808
58
Tabel 4.24 Proyeksi Perhitungan Laba/(Rugi) Opsi 2KPBU 10 Tahun Dukungan Pemerintah
PERKIRAAN Satuan
TAHUN PROYEKSI
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENDAPATAN OPERASI
Pendapatan Konsesi Rp.juta 41,874 62,777 62,777 62,777 62,777 62,777 62,777 62,777 62,777 62,777
Biaya Operasi Rp.juta (7,188) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001)
EARNING BEFORE INTEREST DEP & AMO Rp.juta 34,686 52,776 52,776 52,776 52,776 52,776 52,776 52,776 52,776 52,776
Biaya Penyusutan & Amortisasi Rp.juta (13,017) (31,513) (31,513) (31,513) (31,513) (31,513) (31,513) (31,513) (31,513) (31,513)
EARNING BEFORE INTEREST Rp.juta 21,669 21,262 21,262 21,262 21,262 21,262 21,262 21,262 21,262 21,262
Biaya Bunga Rp.juta (9,591) (20,675) (16,759) (13,108) (9,772) (6,805) (5,690) (4,464) (3,115) 0
EARNING BEFORE TAX Rp.juta 12,078 587 4,504 8,154 11,490 14,458 15,572 16,798 18,147 21,262
Estimasi Pajak Penghasilan Badan Rp.juta (3,020) (147) (1,126) (2,038) (2,873) (3,614) (3,893) (4,200) (4,537) (5,316)
LABA BERSIH Rp.juta 9,059 440 3,378 6,115 8,618 10,843 11,679 12,599 13,610 15,947
59
Tabel 4.25 Proyeksi Arus Kas Opsi 2KPBU 10 Tahun Dukungan Pemerintah
TABLE - CASH FLOW DIRECT METHOD -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
URAIAN Satuan TAHUN PROYEKSI
2018 2019 2020 2021 2022 2023
2024 2025 2026 2027 2028
AKTIVITAS OPERASI
Arus Kas Masuk Rp.juta 0 41,874 62,777 62,777 62,777 62,777 62,777 62,777 62,777 62,777 62,777
Arus Kas Keluar Rp.juta 0 (7,188) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001) (10,001)
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi Rp.juta 0 34,686 52,776 52,776 52,776 52,776 52,776 52,776 52,776 52,776 52,776
AKTIVITAS PENDANAAN
Ekuiti Pokok Rp.juta 35,147 49,941
Ekuiti Bunga Masa Konstruksi Rp.juta 5,956 3,496
Pinjaman Pokok Rp.juta 82,009 116,530
Pinjaman Bunga Masa Konstruksi Rp.juta 13,898 8,157
Modal Kerja Rp.juta 2,374 3,373
Government Support Rp.juta 41,082 58,375 0 0
Ekuitas & Pinjaman Rp.juta 180,466 239,872 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL ARUS KAS MASUK Rp.juta 180,466 274,558 52,776 52,776 52,776 52,776 52,776 52,776 52,776 52,776 52,776
AKTIVITAS INVESTASI & KEWAJIBAN
Piutang Konsesi Rp.juta (180,466) (239,872)
Pembayaran Bunga Pinjaman Rp.juta 0 (9,591) (20,675) (16,759) (13,108) (9,772) (6,805) (5,690) (4,464) (3,115) 0
Pembayaran Pokok Pinjaman Rp.juta 0 0 (27,574) (27,574) (27,574) (27,574) (27,574) (27,574) (27,574) (27,574) 0
Pembayaran Pajak Penghasilan Badan Rp.juta 0 0 0 (3,020) (147) (1,126) (2,038) (2,873) (3,614) (3,893) (4,200)
TOTAL ARUS KAS KELUAR INVESTASI &
KEWAJIBAN Rp.juta (180,466) (249,463) (48,250) (47,353) (40,829) (38,472) (36,417) (36,137) (35,653) (34,583) (4,200)
ARUS KAS BERSIH Rp.juta 0 25,096 4,526 5,423 11,946 14,303 16,358 16,639 17,123 18,193 48,576
Saldo awal kas Rp.juta 0 0 25,096 29,622 35,045 46,992 61,295 77,653 94,292 111,415 129,609
Saldo akhir Kas Rp.juta 0 25,096 29,622 35,045 46,992 61,295 77,653 94,292 111,415 129,609 178,185
60
Tabel 4.26 Proyeksi Perincian Biaya Operasi & Pemeliharaan
KPBU 20 Tahun
PERKIRAAN Notasi 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Biaya Listrik PJU Rp. 5,938 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605
Biaya Manajemen Rp./juta 925 925 925 925 925 925 925 925 925 925
Biaya Pemeliharaan (Monitoring) Rp./juta 219 365 365 365 365 365 365 365 365 365
Biaya Umum & administrasi Rp./juta 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63
Biaya tak terduga Rp./juta 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44
Jumlah Rp./juta 7,188 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001
Tabel Lanjutan Proyeksi Perincian Biaya Operasi & Pemeliharaan
PERKIRAAN Notasi 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038
Biaya Listrik PJU Rp. 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605 8,605
Biaya Manajemen Rp./juta 925 925 925 925 925 925 925 925 925 925
Biaya Pemeliharaan (Monitoring) Rp./juta 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365
Biaya Umum & administrasi Rp./juta 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63
Biaya tak terduga Rp./juta 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44
Jumlah Rp./juta 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001 10,001
61
Tabel 4.31 Perhitungan Economic Rate of Return (EIRR) dan Economic Net Present Value (ENPV), Benefit Cost (B/C) Ratio OPSI 1 TDP
Faktor Diskonto Sosial 6.32% Rp.x juta
Manfaat Manfaat Manfaat Penurunan Peningkatan Penurunan
Penghematan Penghematan Manfaat
Tahun ke Investasi BOP TK.Lokal Material TK.Lokal Biaya PDRB dunia Biaya
Emisi CO2
biaya listrik Bersih Masa Konst Lokal Masa KS Kecelakaan usaha 0.05% Pemeliharaan
2018 (153,007) 7,650 7,650 (137,707)
2019 (196,966) (4,750) 9,848 9,848 220 535 18,141 539 1,360 19,833 (141,392)
2020 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2021 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2022 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2023 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2024 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2025 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2026 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2027 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2028 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
EIRR 6.61%
ENPV 3,387
ENPV MANFAAT 364,921
ENPV BIAYA 344,298
B/C RATIO 1.06
62
Tabel 4.32 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) dan Net Present Value (NPV) OPSI 1TDP
Faktor Diskonto 9.37% Rp. x juta
Tahun/Year Pendapatan
Biaya Operasi &
Investasi Pajak
Arus Kas
Pemeliharaan Bersih
31-Dec-18 0 0 (191,259) 0 (191,259)
31-Dec-19 57,318 (7,188) (246,207) (4,297) (200,373)
31-Dec-20 85,932 (10,001) (97) 75,833
31-Dec-21 85,932 (10,001) (1,630) 74,300
31-Dec-22 85,932 (10,001) (3,059) 72,872
31-Dec-23 85,932 (10,001) (4,365) 71,566
31-Dec-24 85,932 (10,001) (5,526) 70,404
31-Dec-25 85,932 (10,001) (5,962) 69,968
31-Dec-26 85,932 (10,001) (6,442) 69,488
31-Dec-27 85,932 (10,001) (6,970) 68,960
31-Dec-28 85,932 (10,001) (8,190) 67,741
IRR 10.17%
NPV 12,173
63
Tabel 4.33 Perhitungan Payback Period –OPSI 1 TDP
Penerimaan Biaya Operasi
&
Arus Kas
Arus Kas
Tahun Investasi Bersih Pendapatan Pemeliharaan Bersih Kumulatif
31-Dec-18 0 0 (191,259) (191,259) (191,259)
31-Dec-19 57,318 (7,188) (246,207) (200,373) (391,632)
31-Dec-20 85,932 (10,001) 0 75,833 (315,799)
31-Dec-21 85,932 (10,001) 0 75,833 (239,965)
31-Dec-22 85,932 (10,001) 0 74,300 (165,665)
31-Dec-23 85,932 (10,001) 0 72,872 (92,793)
31-Dec-24 85,932 (10,001) 0 71,566 (21,227)
31-Dec-25 85,932 (10,001) 0 70,404 49,177
31-Dec-26 85,932 (10,001) 0 69,968 119,145
31-Dec-27 85,932 (10,001) 0 69,488 188,633
31-Dec-28 85,932 (10,001) 0 68,960 257,593
back Period 8.6
TDP = Tanpa Dukungan Pemerintah
64
Tabel 4.34 Perhitungan Economic Rate of Return (EIRR) dan Economic Net Present Value (ENPV), Benefit Cost (B/C) Ratio OPSI 1 DP
Faktor Diskonto Sosial 6.32% Rp.x Juta
Manfaat Manfaat Manfaat Penurunan Peningkatan
Penurunan
Penghematan
Penghematan Manfaat
Tahun ke Investasi BOP TK.Lokal Material TK.Lokal Biaya PDRB dunia Biaya Emisi CO2 biaya listrik Bersih
Masa Konst Lokal Masa KS Kecelakaan usaha 0.05% Pemeliharaan
2018 (144,373) 4,331 7,219 (132,823)
2019 (191,898) (4,750) 5,757 9,595 220 535 18,141 539 1,360 19,833 (140,669)
2020 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2021 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2022 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2023 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2024 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2025 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2026 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2027 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2028 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
EIRR 7.05%
NPV 8,834
NPV MANFAAT 380,612
NPV BIAYA 353,453
B/C RATIO 1.08
Tabel 4.35 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) dan Net Present Value (NPV) OPSI 2 DP
Faktor Diskonto 10.30%
Tahun/Year Pendapatan
Biaya Operasi &
Investasi
Dukungan
Pajak Arus Kas Bersih Pemeliharaan Pemerintah
31-Dec-18 0 0 (180,466) 41,082 0 (139,384)
31-Dec-19 41,874 (7,188) (181,497) 58,375 (3,020) (91,455)
31-Dec-20 62,777 (10,001) (147) 52,629
31-Dec-21 62,777 (10,001) (1,126) 51,650
31-Dec-22 62,777 (10,001) (2,038) 50,737
31-Dec-23 62,777 (10,001) (2,873) 49,903
31-Dec-24 62,777 (10,001) (3,614) 49,161
31-Dec-25 62,777 (10,001) (3,893) 48,883
31-Dec-26 62,777 (10,001) (4,200) 48,576
31-Dec-27 62,777 (10,001) (4,537) 48,239
31-Dec-28 62,777 (10,001) (5,316) 47,460
IRR 13.81%
NPV 32,735
Tabel 4.36 Perhitungan Payback Period –OPSI 2 DP
65
Tahun Penerimaan
Biaya Operasi &
Investasi
Dukungan
Pajak
Arus Kas Arus Kas Bersih
Pemeliharaan Pemerintah Bersih Kumulatif
31-Dec-18 0 0 (180,466) 41,082 0 (139,384) (139,384)
31-Dec-19 41,874 (7,188) (181,497) 58,375 (3,020) (91,455) (230,839)
31-Dec-20 62,777 (10,001) 0 (147) 52,629 (178,210)
31-Dec-21 62,777 (10,001) 0 (147) 52,629 (125,581)
31-Dec-22 62,777 (10,001) 0 (1,126) 51,650 (73,931)
31-Dec-23 62,777 (10,001) 0 (2,038) 50,737 (23,194)
31-Dec-24 62,777 (10,001) 0 (2,873) 49,903 26,710
31-Dec-25 62,777 (10,001) 0 (3,614) 49,161 75,871
31-Dec-26 62,777 (10,001) 0 (3,893) 48,883 124,754
31-Dec-27 62,777 (10,001) 0 (4,200) 48,576 173,330
31-Dec-28 62,777 (10,001) 0 (4,537) 48,239 221,569
7.6
Tabel 4.37 Perhitungan Economic Rate of Return (EIRR) dan Economic Net Present Value (ENPV), Benefit Cost (B/C) Ratio OPSI 3 TDP
Faktor Diskonto Sosial 6.32% Rp. x juta
Manfaat Manfaat Manfaat Penurunan Peningkatan
Penurunan
Penghematan
Penghematan Manfaat
Tahun ke Investasi BOP TK.Lokal Material TK.Lokal Biaya PDRB dunia Biaya Emisi CO2 biaya listrik Bersih
Masa Konst Lokal Masa KS Kecelakaan usaha 0.05% Pemeliharaan
2018 (151,108) 7,555 7,555 (135,998)
2019 (179,877) (4,750) 8,994 8,994 220 535 18,141 782 1,360 19,833 (125,770)
2020 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2021 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2022 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2023 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2024 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2025 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2026 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2027 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2028 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2031 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2032 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2033 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2034 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2035 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2036 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2037 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
2038 (6,884) 220 535 18,141 782 1,360 29,601 43,754
EIRR 14.34%
NPV 182,118
NPV MANFAAT 586,959
NPV BIAYA 376,195
B/C RATIO 1.56
66
Tabel 4.38 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) dan Net Present Value (NPV) OPSI 3 TDP
Faktor Diskonto 9.37% Rp. x juta
Tahun Pendapatan
Biaya Operasi &
Investasi Pajak Arus Kas Bersih Pemeliharaan
31-Dec-18 0 0 (188,886) 0 (188,886)
31-Dec-19 43,925 (7,188) (224,846) (3,429) (191,537)
31-Dec-20 64,699 (10,001) (655) 54,043
31-Dec-21 64,699 (10,001) (1,878) 52,820
31-Dec-22 64,699 (10,001) (3,048) 51,650
31-Dec-23 64,699 (10,001) (4,154) 50,544
31-Dec-24 64,699 (10,001) (5,184) 49,514
31-Dec-25 64,699 (10,001) (6,126) 48,572
31-Dec-26 64,699 (10,001) (6,964) 47,734
31-Dec-27 64,699 (10,001) (7,279) 47,419
31-Dec-28 64,699 (10,001) (6,581) 48,117
31-Dec-29 72,198 (10,001) (21,192) (6,581) 34,424
31-Dec-30 74,029 (10,001) (20,570) (6,581) 36,877
31-Dec-31 74,029 (10,001) (10,174) 53,854
31-Dec-32 74,029 (10,001) (9,620) 54,408
31-Dec-33 74,029 (10,001) (9,824) 54,204
31-Dec-34 74,029 (10,001) (9,990) 54,038
31-Dec-35 74,029 (10,001) (10,109) 53,919
31-Dec-36 74,029 (10,001) (10,174) 53,854
31-Dec-37 74,029 (10,001) (10,174) 53,854
31-Dec-38 74,029 (10,001) (10,174) 53,854
IRR 10.67%
NPV 32,091
67
Tabel 4.39 Perhitungan Payback Period –OPSI 3 TDP
Tahun Penerimaan
Biaya Operasi &
Investasi Pajak
Arus Kas Arus Kas Bersih
Pemeliharaan Bersih Kumulatif
31-Dec-18 0 0 (188,886) 0 (188,886) (188,886)
31-Dec-19 43,925 (7,188) (224,846) (3,429) (191,537) (380,423)
31-Dec-20 64,699 (10,001) 0 (655) 54,043 (326,380)
31-Dec-21 64,699 (10,001) 0 (655) 54,043 (272,338)
31-Dec-22 64,699 (10,001) 0 (1,878) 52,820 (219,518)
31-Dec-23 64,699 (10,001) 0 (3,048) 51,650 (167,867)
31-Dec-24 64,699 (10,001) 0 (4,154) 50,544 (117,323)
31-Dec-25 64,699 (10,001) 0 (5,184) 49,514 (67,809)
31-Dec-26 64,699 (10,001) 0 (6,126) 48,572 (19,238)
31-Dec-27 64,699 (10,001) 0 (6,964) 47,734 28,496
31-Dec-28 64,699 (10,001) 0 (7,279) 47,419 75,915
31-Dec-29 72,198 (10,001) (21,192) (6,581) 34,424 110,339
31-Dec-30 74,029 (10,001) (20,570) (6,581) 36,877 147,216
31-Dec-31 74,029 (10,001) 0 (6,581) 57,447 204,662
31-Dec-32 74,029 (10,001) 0 (10,174) 53,854 258,516
31-Dec-33 74,029 (10,001) 0 (9,620) 54,408 312,924
31-Dec-34 74,029 (10,001) 0 (9,824) 54,204 367,128
31-Dec-35 74,029 (10,001) 0 (9,990) 54,038 421,166
31-Dec-36 74,029 (10,001) 0 (10,109) 53,919 475,085
31-Dec-37 74,029 (10,001) 0 (10,174) 53,854 528,939
31-Dec-38 74,029 (10,001) 0 (10,174) 53,854 582,792
10.6 10.6
TDP = Tanpa Dukungan Pemerintah
Tabel 4.40 Perhitungan Economic Rate of Return (EIRR) dan Economic Net Present Value (ENPV), Benefit Cost (B/C) Ratio OPSI 4 DP
Faktor Diskonto Sosial 6.32% Rp.x Juta
Biaya Operasi &
Manfaat Manfaat Manfaat Penurunan Peningkatan Penurunan
Penghematan Penghematan Manfaat Tahun ke Investasi TK.Lokal Material TK.Lokal Biaya PDRB dunia Biaya
Pemeliharaan Masa Konst Lokal Masa KS Kecelakaan usaha 0.05% Emisi CO2 Pemeliharaan biaya listrik Bersih
2018 (144,373) 7,219 7,219 (129,936) 2019 (191,898) (4,750) 9,595 9,595 220 535 18,141 539 1,360 19,833 (136,831)
2020 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2021 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2022 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2023 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2024 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2025 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2026 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2027 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2028 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2029 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2030 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2031 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2032 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2033 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2034 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2035 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2036 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2037 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
2038 (6,884) 220 535 18,141 539 1,360 29,601 43,511
EIRR 14.00%
NPV 175,699
NPV MANFAAT 584,677
NPV BIAYA 380,494
B/C RATIO 1.54
68
Tabel 4.41 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) dan Net Present Value (NPV) OPSI 4 DP
Faktor Diskonto 10.30% Rp.x Juta
Tahun Pendapatan
Biaya Operasi &
Investasi
Dukungan
Pajak Arus Kas Bersih Pemeliharaan Pemerintah
31-Dec-18 0 0 (180,466) 41,082 0 (139,384)
31-Dec-19 34,134 (7,188) (181,497) 58,375 (2,712) (98,887)
31-Dec-20 50,278 (10,001) 0 (873) 39,404
31-Dec-21 50,278 (10,001) (1,654) 38,623
31-Dec-22 50,278 (10,001) (2,401) 37,876
31-Dec-23 50,278 (10,001) (3,107) 37,169
31-Dec-24 50,278 (10,001) (3,766) 36,511
31-Dec-25 50,278 (10,001) (4,015) 36,262
31-Dec-26 50,278 (10,001) (4,289) 35,988
31-Dec-27 50,278 (10,001) (4,591) 35,686
31-Dec-28 50,278 (10,001) (4,922) 35,354
31-Dec-29 59,273 (10,001) (21,192) (4,922) 23,158
31-Dec-30 61,104 (10,001) (20,570) (4,922) 25,611
31-Dec-31 61,104 (10,001) (4,922) 46,181
31-Dec-32 61,104 (10,001) (4,922) 46,181
31-Dec-33 61,104 (10,001) (4,922) 46,181
31-Dec-34 61,104 (10,001) (4,922) 46,181
31-Dec-35 61,104 (10,001) (4,922) 46,181
31-Dec-36 61,104 (10,001) (4,922) 46,181
31-Dec-37 61,104 (10,001) (4,922) 46,181
31-Dec-38 61,104 (10,001) (4,922) 46,181
IRR 13.40%
NPV 49,261
Tabel 4.42 Perhitungan Payback Period –OPSI 4 DP
Biaya Operasi &
Dukungan
Arus Kas
Arus Kas
Tahun Penerimaan Investasi Pajak Bersih Pemeliharaan Pemerintah Bersih
Kumulatif
31-Dec-18 0 0 (180,466) 41,082 0 (139,384) (139,384)
31-Dec-19 34,134 (7,188) (181,497) 58,375 (2,712) (98,887) (238,271)
31-Dec-20 50,278 (10,001) (873) 39,404 (198,867)
31-Dec-21 50,278 (10,001) (873) 39,404 (159,463)
31-Dec-22 50,278 (10,001) (1,654) 38,623 (120,841)
31-Dec-23 50,278 (10,001) (2,401) 37,876 (82,965)
31-Dec-24 50,278 (10,001) (3,107) 37,169 (45,796)
31-Dec-25 50,278 (10,001) (3,766) 36,511 (9,285)
31-Dec-26 50,278 (10,001) (4,015) 36,262 26,977
31-Dec-27 50,278 (10,001) (4,289) 35,988 62,964
31-Dec-28 50,278 (10,001) (4,591) 35,686 98,650
31-Dec-29 59,273 (10,001) (21,192) (4,922) 23,158 121,808
31-Dec-30 61,104 (10,001) (20,570) (4,922) 25,611 147,419
31-Dec-31 61,104 (10,001) (4,922) 46,181 193,599
31-Dec-32 61,104 (10,001) (4,922) 46,181 239,780
31-Dec-33 61,104 (10,001) (4,922) 46,181 285,960
31-Dec-34 61,104 (10,001) (4,922) 46,181 332,141
31-Dec-35 61,104 (10,001) (4,922) 46,181 378,321
69
31-Dec-36 61,104 (10,001) (4,922) 46,181 424,502
31-Dec-37 61,104 (10,001) (4,922) 46,181 470,683
31-Dec-38 61,104 (10,001) (4,922) 46,181 516,863
Payback Period 9.6
DP = Dukungan Pemerintah
7.4. Perpajakan
7.4.1. Pemungutan Pajak Penerangan Jalan dan Pembayaran Rekening Listrik
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tahun 2002 tentang
Pemungutan Pajak Penerangan Jalan (“Kepmendagri No. 10/2002”), ditentukan bahwa
Pemungutan Pajak Penerangan Jalan dilakukan oleh PLN pada saat yang sama dengan
pembayaran Rekening Listrik oleh Pelanggan dalam satu rekening. PLN wajib menyetor
hasil pemungutan Pajak Penerangan Jalan ke Kas Daerah melalui Bank Pembangunan Daerah
atau Bank Pemerintah lain yang ditunjuk.27 Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 20
pada bulan berikutnya. Kepala Daerah dapat mengurangkan dan menghapuskan tagihan
Pajak Penerangan Jalan yang terhutang sebagian atau seluruhnya. Lebih lanjut, Kepala
Daerah wajib melunasi pembayaran rekening listrik yang menjadi beban Pemerintah Daerah
yang bersangkutan setiap bulan tepat pada waktunya.
Terkait pelaksanaan pemungutan PPJ di Kota Surakarta, terdapat beberapa produk
hukum daerah Kota Surakarta antara lain Peraturan Walikota Surakarta Nomor 28.A Tahun
2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pajak Penerangan Jalan dan Keputusan Walikota
Surakarta Nomor 1 Tahun 2005 Penataan Penerangan Jalan Umum dan Lampu Dekorasi.
70
BAB VIII
ASPEK KETERSEDIAAN SUMBER DAYA
8.1. Sumber Daya Manusia
Pelaksanaan Proyek oleh BUP perlu memastikan pemenuhan ketentuan ketenagakerjaan yang
antara lain meliputi hubungan kerja, manfaat yang didapat oleh pekerja, keselamatan kerja dan
upah minimum kota yang dapat diterima oleh pekerja. Aspek-aspek pengaturan ketenagakerjaan
diuraikan dalam table 8.1 berikut:
Tabel 8.1 Aspek Pengaturan Tenaga Kerja BUP Revitalisasi PJU Kota Surakarta
No
Aspek Uraian
Dasar Hukum
Pengaturan
1. Keselamatan Badan usaha penyelenggara Proyek wajib (i) Permenaker No. kerja melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 12/2015;
(ii) UU No. 2/2017; (“K3”) pemanfaatan listrik di tempat kerja
(iii) UU No. 1/1970;
(iv) Permenakertrans
No. 1/1980.
2. Hubungan (i) Tenaga kerja perseorangan; Pemenakertrans No. kerja (ii) Pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa 19/2012
tenaga kerja
3. Pengupahan Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh Permenakertrans No. penghasilan yang memenuhi penghidupan yang 7/2013
layak bagi kemanusiaan.119 Pemberi kerja harus membayar para tenaga kerja tidak kurang dari upah
minimum regional atau Kabupaten/Kota yang
berlaku.120 Kegagalan untuk melakukan hal tersebut akan berdampak pada pengenaan denda,
pembayaran ganti kerugian dan hukuman pidana.
Pemerintah dapat membentuk sektor upah
minimum berdasarkan industri, baik secara nasional
atau regional, namun hal ini tidak dapat lebih rendah
dari upah minimum regional yang berlaku.121
4. Upah Minimum UMK untuk Kota Surakarta yang telah ditetapkan Lampiran KepGub No. Kota untuk Tahun 2017 adalah sebesar Rp 1.534.985,00 560/2016.
(satu juta lima ratus tiga puluh empat ribu sembilan
ratus delapan puluh lima rupiah) per bulan.
5. Jam Kerja Waktu Kerja:122 UU No. 24/2011
No
Aspek Uraian
Dasar Hukum
71
Pengaturan
(i) 7 (tujuh) jam/hari dan 40 (empat puluh)
jam/minggu untuk 6 (enam) hari kerja/minggu;
(ii) 8 (delapan) jam/hari dan 40 (empat puluh)
jam/minggu untuk 5 (lima) hari kerja/minggu;
(iii) ketentuan waktu kerja sebagaimana diatas
tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan
tertentu.
6. Manfaat (i) Jaminan Sosial; (i) Permenaker No. Pekerja (ii) Jaminan Kecelakaan Kerja (“JKK”) dan 44/2015;
(ii) UU No. 7/1983. Jaminan Kematian (“JKM”);
(iii) Pajak Penghasilan;
(iv) Dukungan untuk Keluarga dari Karyawan yang
Ditahan;
(v) Non-Diskriminasi.
7. Penggunaan Setiap pemberi kerja yang ingin mempekerjakan (i) Permenaker No. Tenaga Kerja TKA harus memperoleh IMTA. Untuk memperoleh 16/2015;
(ii) Perpres No.
Asing
IMTA, pemberi kerja juga harus memiliki RPTKA123.
72/2014.
RPTKA dapat diberikan untuk jangka waktu
maksimum 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
dengan jangka waktu yang sama. IMTA tidak
berlaku bagi TKA yang menduduki jabatan anggota
direksi, anggota dewan komisaris atau anggota
pembina, anggota pengurus, anggota pengawas
yang berdomisili di luar negeri.
72
1. NARA SUMBER / CONTACT PERSON
Haris, DPMPTSP Kota Surakarta / 081329246569
Agung, PUPR Kota Surakarta / 08983919704