renaksiran cadangan

27
Ade wartam . Gau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem penambangan adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk membebaskan atau mengambil endapan bahan galian yang mempunyai arti ekonomis dari batuan induknya untuk diolah lebih lanjut sehingga dapat memberikan keuntungan yang besar dengan Kegiatan perhitungan sumberdaya dilakukan pada tahap eksplorasi sebelum tahap persiapan penambangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menghitung tonase sumberdaya dari suatu endapan bahan galian. Untuk menghitung sumberdaya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Perhitungan cadangan dapat dilakukan dengan berbagai metode, tetapi sebelumnya harus diketahui batasan antara Sumberdaya (resource) dan Cadangan I.2 Rumusan Masalah Dalam laporan Penaksiran Cadangan Batu bara, kami mencoba mengangkat masalah yang berhubungan dengan proses penambangan itu sendiri, diantaranya : a. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan. b. Perhitungan Volume c. Nisbah Pengupasan (Striping Ratio) 1.3MaksuddanTujuan Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Upload: adewg

Post on 24-Jul-2015

847 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hati adalah curahan jiwayang takkan bisa bersandiwarakarna dia adalah kasih putihyang kan selalu berbicara apa adanya

TRANSCRIPT

Page 1: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sistem penambangan adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk

membebaskan atau mengambil endapan bahan galian yang mempunyai arti

ekonomis dari batuan induknya untuk diolah lebih lanjut sehingga dapat

memberikan keuntungan yang besar dengan Kegiatan perhitungan sumberdaya

dilakukan pada tahap eksplorasi sebelum tahap persiapan penambangan. Kegiatan

ini dilakukan untuk menghitung tonase sumberdaya dari suatu endapan bahan

galian. Untuk menghitung sumberdaya dapat dilakukan dengan berbagai macam

metode. Perhitungan cadangan dapat dilakukan dengan berbagai metode, tetapi

sebelumnya harus diketahui batasan antara Sumberdaya (resource) dan Cadangan

I.2 Rumusan Masalah

Dalam laporan Penaksiran Cadangan Batu bara, kami mencoba mengangkat masalah yang

berhubungan dengan proses penambangan itu sendiri, diantaranya :

a. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan.

b. Perhitungan Volume

c. Nisbah Pengupasan (Striping Ratio)

1.3MaksuddanTujuan

Adapun maksud dan tujuan Makalah Metode Penambangan batu bara secara tambang

terbuka “

• Menjelaskan Nisbah Pengupasan (Striping Ratio)

• Mengetahui cara menerapkan perhitumgam tonase batu bara dalam Tambang Terbuka

dengan rumus Maen area

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 2: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

BAB II

DASAR TEORI

Kegiatan perhitungan sumberdaya dilakukan pada tahap eksplorasi sebelum

tahap persiapan penambangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menghitung tonase

sumberdaya dari suatu endapan bahan galian. Untuk menghitung sumberdaya dapat

dilakukan dengan berbagai macam metode. Perhitungan cadangan dapat dilakukan

dengan berbagai metode, tetapi sebelumnya harus diketahui batasan antara Sumberdaya

(resource) dan Cadangan

II.1. Pengertian Sumberdaya dan Cadangan Batubara

Sumberdaya (Resource) adalah jumlah atau kuantitas bahan galian yang terdapat

di permukaan atau di bawah permukaan bumi yang sudah diteliti tetapi belum dilakukan

studi kelayakan dan mungkin dapat diekstraksikan dengan tingkat keberhasilan yang

masih harus dipertimbangkan. Istilah sumberdaya dalam bidang teknis kebumian dapat

berkonotasi kuantitatif, yaitu perkiraan besarnya potensi sumberdaya batubara yang

secara teknis menunjukkan harapan untuk dapat dikembangkan setelah dilakukan

penelitian dan eksplorasi. Cadangan (Reserve) adalah bagian dari sumberdaya yang

telah diteliti dan dikaji kelayakannya dengan seksama dan telah dinyatakan layak serta

dapat ditambang berdasarkan kondisi ekonomi dan teknologi pada saat itu. Terdapat

empat kategori pengertian cadangan yang sering digunakan di dunia pertambangan,

yaitu :

a. Cadangan ditempat (In Place Reserve)

Cadangan ditempat diartikan sebagai jumlah batubara yang sebenarnya terdapat

di bawah permukaan yang telah dihitung dan memenuhi persyaratan ekonomi

pertambangan dalam kondisi tertentu. Cadangan ditempat tidak seluruhnya dapat

ditambang, secara teknis dapat ditambang berdasarkan teknologi yang tersedia pada saat

itu. Pada proyek pertambangan komersial, cadangan ditempat selanjutnya dievaluasi

untuk memperhitungkan berapa sebenarnya jumlah batubara yang akan dapat

dimanfaatkan melalui operasi penambangan.

b. Cadangan dapat ditambang (Mineable Reserve)

Cadangan dapat ditambang adalah bagian dari cadangan ditempat (in place

reserve) yang diharapkan akan dapat ditambang dengan teknologi saat ini dan sesuai

kondisi ekonomi saat ini.

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 3: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

c. Cadangan telah ditambang (Recoverable Reserve)

Cadangan telah ditambang adalah cadangan yang berasal dari (Mineable

Reserve) yang telah ditambang atau terambil atas dasar biaya dan kondisi ekonomi yang

telah ditetapkan. Cadangan dapat ditambang dalam lingkungan tambang terbuka pada

umumnya diperhitungkan lebih dari 90% dari cadangan ditempat sedangkan untuk

tambang bawah tanah 50 – 60%, namun kondisi struktur endapan dan metoda

penambangan yang digunakan juga memegang peranan dalam menentukan jumlah

cadangan yang dapat ditambang. Angka persentasi tersebut diperoleh dari pengalaman

operasi tambang dan hanya berlaku untuk tambang

bersangkutan.

d. Cadangan dapat dijual (Saleable Reserve)

Cadangan dapat dijual adalah cadangan yang berasal dari (Recoverable Reserve)

yang akan dijual langsung atau dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan

pertimbangan kualitas batubara dan permintaan pasar, apabila kualitas batubara sesuai

permintaan pasar tanpa harus dilakukan pencucian atau blending maka batubara dapat

langsung dijual, namun apabila batubara terlalu banyak pengotor sehingga kualitas

batubara tidak sesuai dengan permintaan pasar maka harus dilakukan pencucian dan

blending sehingga kualitas batubara sesuai dengan permintaan konsumen.

II.2. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan

Keberadaan bahan galian di dalam perut bumi dapat diketahui dari sejumlah

indikasi adanya bahan galian tersebut di permukaan bumi. Keadaan seperti demikian

memberikan kesempatan kepada para ahli untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut,

baik secara geologi, geofisika, pemboran maupun lainnya. Penyelidikan secara geologi

pada dasarnya belum dapat menentukan secara teliti dan kuantitatif informasi mengenai

bahan galian tersebut, akan tetapi sudah dapat dikategorikan adanya sumberdaya

(resource). Bila penyelidikan dilakukan secara lebih teliti, yaitu dengan menggunakan

berbagai macam metode (geofisika, geokimia, pemboran dan lainnya), maka bahan

galian tersebut sudah dapat diketahui dengan lebih pasti, baik secara kualitatif maupun

kuantitatif. Dengan demikian bahan galian dapat dikategorikan sebagai cadangan

(reserve). Sumberdaya batubara adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan

dapat dimanfaatkan dan diolah lebih lanjut secara ekonomis. Sumberdaya ini dapat

meningkat menjadi cadangan setelah dilakukan kajian kelayakan dan dinyatakan layak

untuk ditambang secara ekonomis dan sesuai dengan teknologi yang ada.

Klasifikasi Sumberdaya (resource) batubara dikategorikan sebagai berikut :

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 4: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

a. Sumberdaya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource) adalah jumlah

batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung

berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap

penyelidikan survei tinjau.

b. Sumberdaya Batubara Tereka (Inferred Coal Resource) adalah jumlah batubara di

daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan

data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan

prospeksi.

c. Sumberdaya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource) adalah jumlah batubara

di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung

berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap

eksplorasi pendahuluan.

d. Sumberdaya Batubara Terukur (Measured Coal Resource) adalah jumlah batubara di

daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan

data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.

e. Sumberdaya Batubara Kelayakan (Feasibility Coal Resource) adalah sumberdaya

batubara yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil Studi Kelayakan atau suatu

kegiatan penambangan yang sebelumnya yang biasanya dilaksanakan di daerah

Ekplorasi Rinci.

f. Sumberdaya Batubara Pra Kelayakan (Prefeasibility Coal Resource) adalah

sumberdaya batubara yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil Studi Pra

Kelayakan yang biasanya dilaksanakan di daerah Eksplorasi Rinci dan Eksplorasi

Umum. Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara adalah upaya

pengelompokan sumberdaya dan cadangan batubara berdasarkan keyakinan geologi

dan kelayakan ekonomi

II.3 Metoda Penampang

Pada prinsipnya, perhitungan cadangan dengan menggunakan metoda penampang ini

adalah mengkuantifikasikan cadangan pada suatu areal dengan membuat penampang-

penampang yangrepresentatif dan dapat mewakili model endapan pada daerah

tersebut.Pada masing-masing penampang akan diperoleh (diketahui) luas batubara dan

luas overburden. Volume batubara & overburden dapat diketahui dengan mengalikan

luas terhadap jarak pengaruh penampang tersebut. Perhitungan volume tersebut dapat

dilakukan dengan menggunakan 1 (satu) penampang, atau 2(dua) penampang, atau 3

(tiga) penampang, atau juga dengan rangkaian banyak penampang

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 5: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

a. Dengan menggunakan 1 (satu) penampangCara ini digunakan jika diasumsikan

bahwa 1 penampang mempunyai daerah pengaruh hanyaterhadap penampang yang

dihitung saja

Gambar 3. Jarak pengaruh sebuah penampang.

Volume = (A x d1) + (A x d2)

dimana : A = luas overburden

d1 = jarak pengaruh penampang ke arah 1

d2 = jarak pengaruh penampang ke arah 2

Volume yang dihitung merupakan volume pada areal pengaruh penampang tersebut.

Jika penampangtunggal tersebut merupakan penampang korelasi lubang bor, maka

akan merefleksikan suatu bentukpoligon dengan jarak pengaruh penampang sesuai

dengan daerah pengaruh titik bor (poligon)tersebut.

b. Dengan menggunakan 2 (dua) penampang

Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa volume dihitung pada areal di antara 2

penampangtersebut. Yang perlu diperhatikan adalah variasi (perbedaan) dimensi

antara kedua penampangtersebut. Jika tidak terlalu berbeda (Gambar 4a), maka dapat

digunakan rumus mean area & rumuskerucut terpancung, tetapi jika perbedaannya

terlalu besar (Gambar 4b) maka digunakan rumusobelisk.

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 6: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

Gambar 4a. Penampang untuk rumus mean area & kerucut terpancung.

Rumus Mean Area :

Rumus Krucut Terpancung :

Dimana A1 dan A2 adalah luasan penampang 1 & 2, dan d adalah jarak antar

penampang.

Gambar 4b. Penampang untuk rumus obelisk

Rumus Obelik V=

( A1+4 m+ A2)6

xd

dimana

c. Dengan menggunakan 3 (tiga) penampang

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 7: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

Metoda 3 (tiga) penampang ini digunakan jika diketahui adanya variasi (kontras) pada

areal di antara2 (dua) penampang, maka perlu ditambahkan penampang antara untuk

mereduksi kesalahan(Gambar 5). Untuk menghitungnya digunakan rumus prismoida.

Gambar 5. Kondisi penggunaan metoda 3 penampang

Rumus prismoida :

dimana A1 & A3 adalah luas penampang 1 & 3, A2 adalah luas penampang antara

Data-Data Awal

Peta-peta dasar (peta topografi, peta geologi, peta struktur elevasi roof/floor

batubara),

Peta isopach ketebalan dan atau peta poligon daerah pengaruh lubang bor.

Peta

Lokasi Pit Potensial & batasan-batasannya.

Hasil analisis kestabilan lereng

Seluruh data-data awal tersebut akan menjadi dasar dalam pembuatan (konstruksi)

seriespenampang perhitungan cadangan.

Data-Data Olahan & Konvensi

Penaksiran tebal (jika diperlukan), untuk penaksiran ini dapat digunakan metoda

poligon, metodainverse distance, atau metoda geostatistik.

Penaksiran kualitas (jika diperlukan), untuk penaksiran ini juga dapat digunakan

metoda poligon,metoda inverse distance, atau metoda geostatistik.

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 8: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

GeologicalLosses,MiningLosses, ProcessingLosses, seperti yang telah diuraikan

sebelumnya dapatmelalui konvensi maupun dengan perhitungan.

Tahap Pengerjaan Perhitungan Cadangan

Pembuatan lintasan penampang perhitungan, sebaiknya deretan penampang dibuat

memotong(relatif tegak lurus) arah umum bidang perlapisan. Konstruksi penampang,

telah memasukkan elemen-elemen topografi, bidang lapisan batubara,geometri lereng,

serta faktor-faktor pembatas lainnya. Pemilihan rumus perhitungan, dengan

memperhatikan variasi masing-masing penampang. Perhitungan luasan masing-masing

penampang, dapat dengan menggunakan planimeter maupundengan menggunakan

program komputer. Perhitungan tonase batubara & volume overburden, dalam

tabulasinya sebaiknya dibuat dalamworksheet

II.4 Perhitungan Volume

Adapun rumus perhitungan volume yang digunakan adalah rumus luas ratarata (mean

area) dan rumus kerucut terpancung (frustum).

3.6.1. Rumus Luas Rata-rata (Mean Area)

Rumus luas rata-rata (mean area) adalah rumus yang paling sederhana untuk

perhitungan volume yang terletak di antara dua buah penampang yang sejajar. Sketsa

perhitungan volume endapan dengan rumus mean area dapat dilihat pada

Sumber: Constantine C. Popoff, 1965

Gambar

Sketsa Perhitungan Volume Endapan dengan Rumus Mean Area

V=(S1+S2)

2×L

Keterangan :

S1, S2 = luas tiap-tiap penampang (m2)

L = jarak antar penampang satu dengan lainnya (m)

V = volume cadangan (m3)

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 9: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

II. 5. Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio)

Nisbah pengupasan adalah perbandingan antara volume lapisan tanah penutup yang

akan digali dengan jumlah tonase batubara yang akan diambil. Ini dilakukan untuk

dapat menentukan pada elevasi berapakah nisbah pengupasan yang paling

menguntungkan untuk ditambang dengan cara tambang terbuka. Nisbah pengupasan

merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan ekonomis tidaknya pengambilan

suatu cadangan batubara. Semakin besar nisbah pengupasannya, berarti semakin banyak

overburden yang harus digali untuk mengambil endapan batubara. Semakin kecil nisbah

pengupasannya, semakin sedikit overburden yang harus digali. Di tambang batubara

sering dipakai m3

waste/ton batubara.

Stripping Ratio =

Tanah⃗ Penutup (m3 )Batubara (ton )

a) Stripping Ratio by Volume

Stripping Ratio by volume adalah perbandingan antar volume tanah penutup

atau overburden yang akan digali (m3) dengan jumlah volume batubara yang akan

diambil (ton) dijadikan dalam m3.

Stripping Ratio by Volume =

Overburden m3

Batubara m3

Batubara dalam (ton) dikonversikan menjadi m3 yaitu membagi berat batubara

dengan densitas batubara, sehingga volume batubara menjadi m3.

b) Stripping Ratio by Area

Stripping Ratio by area adalah perbandingan antara luasan lapisan tanah

penutup (m2) dengan luasan batubara (m2) pada suatu sayatan.

Stripping Ratio by Area =

Overburden m2

Batubara m2

Dari Stripping Ratio by volume perbandingan overburden dan batubara dalam

m3 dibagi dengan jarak antar sayatan, sehingga menjadi perbandingan luas yaitu

dalam m2.

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 10: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

BAB III

PEMBAHASAN

Penentuan layak tidaknya suatu sumberdaya endapan batubara untuk dieksploitasi

adalah didasarkan pada hasil eksplorasi yang telah dilaksanakan. Dalam upaya untuk

mengetahui apakah endapan batubara tersebut layak untuk dieksploitasi atau tidak,

disini akan dibahas mengenai hasil eksplorasi yang meliputi jumlah sumberdaya

batubara, jumlah lapisan tanah penutup dan Stripping Ratio. Metode perhitungan

sumberdaya yang digunakan adalah metoda Cross Section dengan rumus maen area,

begitu pula untuk perhitungan tanah penutupnya (overburden).

III.1 . Kategori Batubara

Menentukan jenis klasifikasi batubara adalah dengan cara memperhatikan tahapan

eksplorasi dan kajian apa saja yang telah dipertimbangkan serta yang telah terpenuhi

dari suatu perusahaan. Dilihat dari klasifikasi Standarisasi Nasional Indonesia (SNI)

AMANDEMEN 1-SNI 13-5014-1998, maka sumberdaya batubara diklasifikasikan

berdasarkan dari semua aspek dari studi kelayakan dan tahapan eksplorasi, apabila

perusahaan telah melakukan semua tahapan eksplorasi lalu melakukan studi kelayakan

dan dianggap layak maka endapan batubara tersebut dapat disebut cadangan batubara.

Endapan batubara yang sudah dilakukan tahapan eksplorasi tetapi belum dilakukannya

studi kelayakan atau sudah dilakukan tetapi hasilnya belum layak maka endapan

batubara itu masih disebut sumberdaya batubara.

Batubara telah ditetapkan batasan – batasan dari estimasi sumberdaya batubara

tersebut. Batasan - batasan tersebut berupa ketebalan, kedalaman, kemiringan, jurus dan

kualitas dari endapan batubara tersebut. Pada lokasi belum dilakukan eksplorasi detil

dengan uji pemboran dan data eksplorasi yang hanya sebatas pada singkapan, sumur uji,

dan paritan, maka batubara di daerah penelitian diklasifikasikan sebagai sumberdaya

batubara Terukur (Measured Resource).

III.2. Dasar Pemilihan Metode

Pada penelitian ini akan menghitung sumberdaya batubara dengan menggunakan

metode cross section.

Metode ini digunakan karena :

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 11: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

1) Metode ini dapat digunakan untuk menafsir sumberdaya.

2) Morfologi daerah penyelidikan mempunyai kenampakan yang relatif sama berupa

perbukitan bergelombang rendah sampai sedang dengan kondisi topografi yang tidak

terlalui menonjol di setiap daerahnya. telah mengalami perubahan-perubahan. Aliran

sungai di daerah penelitian pada umumnya hanya berupa sungai kecil, tetapi dengan

air yang permanen.

3) Wilayah kajian geologi daerah penyelidikan dibatasi pada kawasan yang paling

potensial mengandung batubara, dimana pada Anak Cekungan Pasir formasi

pembawa batubara disekitar daerah penyelidikan terdapat pada Formasi Tanjung dan

Formasi Warukin.

4) Digunakan untuk perhitungan endapan yang berlapis dan endapan placer.

5) Metode ini digunakan untuk menghitung endapan dengan ketebalan dan kualitasb

yang seragam atau secara umum memiliki perubahan kualitas yang bertahap.

5.4. Metode Cross

Interprestasi analitis yang diterapkan pada endapan batubara di daerah penelitian, erat

hubungannya dalam penentuan batas-batas daerah pengaruh pada penampang tegak

(cross section). Berdasarkan obyeknya interpretasi ini menggunakan interpretasi analitis

yang dilakukan dengan dua pedoman yaitu pedoman perubahan bertahap (rule of

gradual change) dan pedoman titik terdekat

(rule of nearest point).

Gambar 5.1

Interpretasi Analitis Dengan Pedoman Perubahan Bertahap

Pada Metode Cross Section

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 12: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

Pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) pedoman ini dapat diterapkan

pada metode cross section, karena dalam perhitungannya lebar daerah pengaruh

penampang tidak selalu dibuat dengan ukuran yang tetap. Disamping itu penampang

satu dengan penampang lainnya dapat dihubungkan secara langsung, sehingga setiap

perhitungan volume dibatasi oleh dua penampang.

Pengaruh penerapan pedoman tersebut dalam Perhitungan sumberdaya meliputi :

a. Penarikan Garis Batas Sumberdaya

Penarikan garis batas sumberdaya dengan menerapkan pedoman perubahan bertahap

(rule of gradual change), diterapkan pada titik Bor BH-01,BH-02,BH-03 yang terluar,

sehingga titik conto tersebut terletak pada garis batas sumberdaya. Batas daerah

pengaruh pada metode cross section dengan pedoman perubahan bertahap (rule of

gradual change) adalah sepanjang jarak antar sayatan yaitu sebesar ≤ 125 meter,

sebagai contoh antara sayatan A-A` sayatan B-B`, dan sayatan C-C` (Gambar 5.1).

b. Ketebalan/kedalaman

Penerapan pedoman perubahan bertahap ketebalan di antara dua penampang

mempunyai satu nilai yang didapatkan dari interpolasi dua nilai ketebalan penampang

tersebut. Sebagai contoh ilustrasi antara singkapan BH-01,BH-02, BH-03.

c. Volume sumberdaya

Volume sumberdaya adalah gambaran tiga dimensi dari sumberdaya. Perbedaan yang

terjadi pada satu dimensi dan dua dimensi akan menjadi perbedaan kumulatif pada

perhitungan tiga dimensi

.

Metode Cross Section dengan Pedoman Titik Terdekat (Rule of Nearest

Point)

Pedoman ini dapat diterapkan pada metode perhitungan sumberdaya dengan metode

cross section. Hal ini dikarenakan dalam perhitungannya penampang tersebut dapat

dibuat dengan ukuran yang tetap. Disamping itu penampang satu dengan penampang

lainnya dapat di cari daerah pengaruh masing-masing penampang.

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 13: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

Gambar 5.2

Interpretasi Analitis Dengan Pedoman Titik Terdekat ( rule of nearest point )

Pada Metode Cross Section

Pengaruh penerapan pedoman tersebut dalam Perhitungan sumberdaya meliputi :

a. Penarikan garis batas sumberdaya

Penarikan garis batas sumberdaya dengan menerapkan pedoman titik terdekat (rule of

nearest point) melalui batas terluar dari daerah pengaruh titik contoh yang terluar,

sehingga titik conto tersebut tidak terletak pada garis batas sumberdaya. Batas daerah

pengaruh pada metode cross section dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest

point) adalah setengah dari jarak metode rule of gradual change sebesar ≤ 125 meter.

Sebagai contoh antara sayatan A-A`, sayatan B-B` dan sayatan C-C` (Gambar 5.2).

b. Ketebalan/kedalaman

Penerapan pedoman pedoman titik terdekat ketebalan di antara dua penampang

penampang mempunyai dua nilai ketebalan yang berbeda sesuai dengan nilai ketebalan

kedua penampang di dekatnya. Sebagai contoh ilustrasi antara Titik bor 1, 2 dan 3.

c. Volume sumberdaya

Volume sumberdaya dengan meggunakan metode cross section yang berpedoman titik

terdekat (rule of nearest point) diperoleh Sumberdaya Batubara untuk adalah rata-rata

631800 ton dan total semua batu bara adalah 3198000 ton

III.3. Cara perhitungan cadangan batu bara

Di Indonesia perhitungan cadangan batubara umumnya dilakukan berdasarkancara

perhitungan USGS (USGS Circular 891, tahun 1981) yang dimodifikasi untukkondisi

Indonesia).Untuk cadangan terukur (measured) apabila hanya ada satu lubang bor

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 14: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

atausingkapan maka jarak pengaruhnya adalah 400 meter dari singkapan batubara

ataulubang bor (Gambar 16). Sedangkan kalau ada singkapan dan lubang bor atau

lebihdari satu lubang bor dengan jarak maksimum 400 meter, maka jarak

pengaruhnyaadalah 1/2 jarak kedua lubang bor atau singkapan tersebut.Dengan catatan :

kalau ada sesar maka jarak pengaruhnya hanya sampai sesar (Lihat Gambar).kalau

kemiringan lapisan batubara lebih dari 30o, maka jarak pengaruhnyamenjadi 250 meter,

atau dalam ketebalan lapisan batubara tersebut merata maka jarak pengaruhnya boleh

400 meter searah lapisan batubara (Lihat Gambar).

Gambar. Perhitungan jumlah cadangan terukur pada lapisan batubara, dimana ;luas

lapisan batubara yang dihitung pada penampang denganmenggunakan planimeter, dan

ketebalan batubara dihitung darisingkapan, lubang bor atau test pit.

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 15: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

 

Gambar . Contoh pengaruh sesar pada perhitungan cadangan batuba

III.4. Perhitungan Volume

Adapun rumus perhitungan volume yang digunakan adalah rumus luas ratarata (mean

area) dan rumus kerucut terpancung (frustum).

Rumus Luas Rata-rata (Mean Area)

Rumus luas rata-rata (mean area) adalah rumus yang paling sederhana untuk

perhitungan volume yang terletak di antara dua buah penampang yang sejajar. Sketsa

perhitungan volume endapan dengan rumus mean area dapat dilihat pada

Sumber: Constantine C. Popoff, 1965

Gambar

Sketsa Perhitungan Volume Endapan dengan Rumus Mean Area

V=(S1+S2)

2×L

Keterangan :

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 16: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

S1, S2 = luas tiap-tiap penampang (m2)

L = jarak antar penampang satu dengan lainnya (m)

V = volume cadangan (m3)

III.5. Nisbah Pengupasan Stripping Ratio

Nisbah pengupasan adalah perbandingan antara volume lapisan tanah penutup yang

akan digali dengan jumlah tonase batubara yang akan diambil. Ini dilakukan untuk

dapat menentukan pada elevasi berapakah nisbah pengupasan yang paling

menguntungkan untuk ditambang dengan cara tambang terbuka. Nisbah pengupasan

merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan ekonomis tidaknya pengambilan

suatu cadangan batubara. Semakin besar nisbah pengupasannya, berarti semakin banyak

overburden yang harus digali untuk mengambil endapan batubara. Semakin kecil nisbah

pengupasannya, semakin sedikit overburden yang harus digali. Di tambang batubara

sering dipakai m3 waste/ton batubara.

Stripping Ratio =

Tanah⃗ Penutup (m3 )Batubara (ton )

Nilai nisbah pengupasan (stripping ratio) merupakan salah satu faktor yang sangat

menentukan ekonomis tidaknya suatu sumberdaya batubara, karena sebagai penentu

sampai elevasi berapakah sumberdaya batubara tersebut masih bernilai ekonomis untuk

dilakukan penggalian. Nilai nisbah pengupasan yang semakin besar maka akan banyak

pula overburden yang harus digali untuk mendapatkan batubaranya, apabila semakin

banyak overburden yang harus digali maka semakin besar pula biaya produksi yang

harus dikeluarkan untuk mendapatkan batubara.

Permasalahan tersebut diatasi perusahaan dengan cara menentukan batasan atau titik

impas tertentu untuk nilai dari nisbah pengupasan sehingga nantinya perusahaan dapat

memperkirakan apakah apabila dilakukan penggalian dapat menguntungkan atau tidak.

Nilai dari perhitungan yang didapatkan dengan metode sayatan Standar diperoleh

nisbah pengupasan 3,96 Bcm (overburden) : 1 ton (batubara), sedangkan dari hasil

perhitungan dengan metode sayatan Linier diperoleh nisbah pengupasan 3,99 Bcm

(overburden) : 1 ton (batubara). Permasalahannya nilai nisbah pengupasan itu belum

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 17: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

tentu akan selalu tetap. Nilai nisbah pengupasan tersebut dapat berubah apabila terjadi

perubahan terhadap harga batubara ataupun biaya pengupasan dari overburden, apabila

harga batubara terjadi kenaikan dan biaya pengupasan mengalami penurunan maka nilai

nisbah pengupasannya akan dapat menjadi lebih besar, namun apabila nilai nisbah

pengupasan yang dihasilkan lebih dari nilai nisbah pengupasan yang ditetapkan

perusahaan maka nilai nisbah pengupasannya akan diturunkan untuk menghemat biaya

operasinya.

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 18: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

BAB VI

KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan terdahulu maka dapat disimpulkan dari penelitian

penaksiran sumberdaya batubara di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat,

Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. sebagai berikut :

3. Metode cross section digunakan karena :

- Metode ini dapat digunakan untuk menaksir sumberdaya.

- Metode ini digunakan untuk menghitung endapan dengan ketebalan dan kualitas yang

seragam atau secara umum memiliki perubahan kualitas yang bertahap.

4. Metode Cross Section dengan rumus Mean area dengan jarak antar sayatan ≤ 125

meter dan diperoleh sumberdaya Terukur (Measured Resource) sebesar seam A

adalah 2.012.626 ton dan seam B adalah 793.199 ton, jadi total tonase Batubara

adalah 2.805.826 ton, sedangkan total volume overburden dan interburden adalah

11.098.406 Bcm.

5. Metode Cross Section dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point) dengan

jarak antar sayatan sebesar ≤ 125 meter dan diperoleh hasil Sumberdaya Batubara

Terukur (Measured Coal Resource), untuk seam A adalah 1.881.038 ton dan seam B

adalah 760.509 ton.

6. Nilai overburden untuk penambangan pada tahap Sumberdaya Batubara diperoleh

untuk adalah rata-rata 631800 ton dan total semua batu bara adalah 3198000 ton

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya

Page 19: RENAKSIRAN CADANGAN

Ade wartam . Gau

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Rauf, 1998, Penaksiran Cadangan, Jurusan Teknik Tambang Fakultas

Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta.

2. Abdul Rauf, 1998, Teknik Eksplorasi, Jurusan Teknik Tambang Fakultas Teknologi

Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta.

3. Badan Standar Nasional Indonesia Amandemen I SNI 13-5014-1998, 1998,

Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara, Rancangan Standar Nasional

Indonesia.

4. Hustrulid, Kuchta, (1998), Open Pit Mine Planning & Design, Volume 1-

Fundamentals, A.A. Balkema, Rotterdam, Brookfield.

5. Isaaks dkk., (1989), An Introduction to Applied Geostatistics, Oxford University

Press.

6. Kreiter, V. M., (1968), Geological Prospecting and Exploration, MIRPublishers,

Moscow.

7. Popoff, C., (1965), Computing Reserve of Mineral Deposit Principles and

Conventional Methods, Dept. of The Interior, Beurau of Mines, USA.

8. Reedman, J. H., (1979), Techniques in Mineral Exploration, Applied Scince

Publishers, London.

9. Syafrizal, 2000, Optimasi Cadangan Batubara Berdasarkan Kualitas, Institut

Teknologi Bandung.

10. T. Mudd, Henry, (1968), Surface Mining, The American Institute of Mining,

Metallurgical and Petroleum Engineers, Inc., New York.

11. Totok Darijato, 1999, Model Sumber Daya Batubara, Institut Teknologi Bandung.

Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya