rematoid artritis lansia
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI REUMATHOID ARTHRITIS
I. Defenisi
Reumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang
dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang
menyebabkan kerusakan pada tulang, sendi, ankilosis dan deformitas. (Suzanne,
CS, 2002).
II. Etiologi
Sampai sekarang ini masih belum diketahui, tetapi ada yang mengatakan
karena hal-hal dibawah ini. Yang kesemuanya belum merupakan bukti yang
nyata.
1. Faktor Keturunan dan Lingkungan
Terjalin hubungan yang erat antara HLA-DW4 dengan arthritis
reumatoid seropositif. Hubungan ini menunjukkan bahwa penderita
memiliki resiko 4 kali lebih mudah terserang penyakit ini.
2. Pengaruh Hormon dan Seks
Perempuan dengan hormon estrogennya lebih berpeluang terserang
arthritis reumatoid dibandingkan dengan pria. Hormon estrogen sangat
penting untuk menjaga kepadatan tulang. Kekurangan hormon estrogen
mengakibatkan lebih banyak penghancuran tulang dari pada
pembentukan tulang. Keadaan ini mempercepat dan memperberat
penyakit arthritis reumatoid.
3. Adanya Infeksi
Infeksi dibagian persendian akibat bakteri, mikoplasma atau koloni
jamur, dan virus bisa meniumbulkan sakit yang terjadi secara mendadak.
Biasanya disertai juga dengan tanda-tanda peradangan seperti panas,
nyeri, bengkak dan gangguan fungsi. Infeksi dan peradangan merupakan
gejala yang khas sebagai tanda timbulnya arthritis reumatoid.
1
4. Munculnya Heat Shock Protein (HSP)
Heat shock protein merupakan sekelompok protein berukuran sedang
yang muncul sebagai bentuk respon tubuh yang sedang mengalami stres.
Namun keberadaan protein ini justru akan memicu terjadinya arthritis
reumatoid.
5. Adanya Radikal Bebas
Radikal bebas seperti superoksida dan lipid peroksidase akan
merangsang keluarnya prostaglandin. Adanya prostaglandin akan
menimbulkan rasa nyeri, peradangan, dan pembengkakan.
6. Pengaruh Usia
Umur 35-45 tahun lebih rentan terhadap penyakit rematik jenis ini,
meskipun secara umum arthritis reumatoid terjadi pada kelompok umur
20-60 tahun.
III. Manifestasi Klinis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan. Namun ini tidak
harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karena memiliki gambaran
klinis yang bervariasi.
Sebagai pedoman umum yang dipakai kriteria dari ARA (American
Reumatism Assosiation) untuk menegakkan diagnosis.
1. Adanya rasa kaku pada pagi hari (morning stiffnes) penderita merasa kaku
dari mulai bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 2 jam, bahkan kadang-
kadang sampai jam 11 siang rasa kaku tersebut mulai berkurang.
2. Pembengkakan jaringan lunak sendi (soft tissue swelling) bukan
pembesaran tulang (hyperostosis) belangsung sekurang-kurangnya 6
minggu.
3. Nyeri pada sendi yang terkena bila digerakkan (joint tenderness on moving)
sekurang-kurangnya didapati pada satu sendi.
4. Nyeri pada sendi bila digerakkan (pada sendi terkena), sekurang-kurangnya
pada sebuah sendi yang lain.
2
5. Poli artritis yang simetris dan serentak (symmetrical poliartritis
simultaneously). Serentak disini diartikan jarak antara rasa sakit pada satu
sendio disusul oleh sendi yang lain harus kurang dari 6 minggu.
6. Didapati adanya nodulus Reumatikus subkutan.
7. Didapati adanya kelainan radiologik pada sendi yang terkena, sekurang-
kurangnya dengan klasifikasi.
8. Tes faktor rema positif (Rheuma factor test positif).
9. Pengendapan mucin yang kurang pekat (poor mucin positif).
10. Didapati gambaran histologik pada jaringan sinovial sedikitnya 3 dari yang
disebut dibawah ini.
Villi hypertropi
Proliferasi jaringan sinovial
Adanya pusat-pusat / kelompok sel yang mati (central necrose)
Deposit-deposit / timbunan sel fibrin.
Adanya sebukan sel-sel radang menahun dan mendadak.
11. Didapati gambaran histologik yang khas dari sayatan melintang benjolan
rema (Reumatoid nodule) sekurang-kurangnya 3 dari yang disebut dibawah
ini :
Adanya daerah-daerah sel yang mati yang terletak ditengah-tengah.
Dikelilingi dengan sel-sel yang berproliferasi yang berjajar membentuk
gambaran jeruji sepeda.
Didapati sel fibrosis dibagian tepinya.
Adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun.
Sebenarnya masih ada 20 lagi yang tergolong pengecualian yang tidak
termasuk reumatoid arthritis misalnya :
Bila ada tanda rash yang khas (butterfly formation) pada SLE.
Jelas adanya skleroderma.
Adanya gambaran demam reumatik dan sebagainya.
3
Berdasarkan kriteria yang diatas, diadakanlah pembagian kelas antara lain :
1. Classical RA : Bila didapat sekurang-kurangnya 7 dari 11 kriteria.
2. RA defenit: Bila didapati 5 kriteria tersebut.
3. Probably RA : Bila hanya 3 kriteria saja
4. Possible RA : Bila hanya 1 kriteria.
Sering penderita mulai mengeluh rasa sakit dan pembengkakan pada sendi-
sendi (jari tangan) dimulai sendi metakarpofalangeal dan disertai dengan bengkak
yang khas pada pergelangan tangan bagian dorsal. Pikirkan kemungkinan
Reumatoid terlebih dahulu lebih-lebih bila simetris.
IV. Klasifikasi
Penderita arthritis reumatoid dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid, tetapi
selanjutnya dapat sembuh secara sempurna.
2. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid sepanjang hidup,
tetapi sesekali diselingi kesembuhan yang sifatnya singkat.
3. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid secara progresif
yaitu disertai dengan penurunan fungsi sendi pada setiap kali terjadi
serangan rematik.
Wanita lebih sering menderita rematik jenis ini dibandingkan pria,
perbandingannya 3 : 1. Keadaan ini berkaitan dengan peristiwa menopause yang
tidak dialami pria.
4
V. Patofisiologi
(Miller, 1995)
VI. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Terlihat adanya hipertropi dari villi pada sendi, penebalan jaringan
sinovial, adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun,
jaringan fibrosit dan pusat-pusat nekrosis. Semuanya menghasilkan
pembengkakan sendi yang amat nyeri dalam keadaan diam maupun bila
digerakkan.
Pembentukan pannus yang cepat akan menerobos tulang rawan sendi,
periost sehingga pada akhirnya sendi tersebut dengan pannus yang
Perubahan berhubungan dengan usia: Menurunnya autoimun. Kartilago sebagai pelumas sendi
berkurang. Kekuatan otot berkurang. Perubahan struktur tulang. Penurunan mekanisme proliferasi
tulang.
Faktor Resiko: Asam urat Obesitas dan cidera Konsumsi lemak berlebihan Kebiasaan diet yang mengandung
lemak hewani. Kurang beraktivitas
Pengaruh Negatif Dari Fungsi-Fungsi Yang Terganggu: Pembengkakan jaringan lunak
sendi. Kerentanan peningkatan suhu
tubuh. Peradangan pada sendi-sendi. Berkurangnya respon adaptif
terhadap aktvitas yang berlebih.
Kelainan bentuk pada sendi/kontraktur.
Menurunnya kekuatan otot. Meningkatnya kerentanan
terhadap cidera.
5
berlapis-lapis, maka lambat laun merupakan anyaman yang saling
bertaut sehingga pada akhirnya timbul ankilosis. Proses penerobosan ini
akan berlangsung terus kedalam tulang sehingga pada suatu saat tulang
jadi rapuh dan hancur. Akibatnya timbul deformitas, subluksasi bahkan
destruksi yag hebat.
Akibat ini pula otot-otot disekitar sendi tidak digunakan lagi dan timbul
“Disused athropy”. Akhirnya penderita kan cacat, dan sendi-sendi
besarnya juga akan mengalami ankilosis.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Test faktor reuma (RF), biasanya positif pada 70-80% penderita RA
terutama bila Ranya masih aktif.
b. C-reactive protein; biasanya positif pada penderita RA sejenisnya.
c. Laju endap darah (LED) biasanya meninggi pada RA.
d. Sering dijumpai lekositosis.
e. Anemia akibat adanya inflamasi yang kronis. Disini pemberian Fe
per-oral atau suntikan tidak akan menolong.
f. Pada hitung jenis lekosit, polimorfonuklear persentasenya meninggi.
g. Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
h. Pada pemeriksaan X-Ray semua sendi dapat terkena, tapi biasanya
yang sering metatarsofalangeal dan biasanya simetris. Disamping itu
sendi sakroiliaka juga sering terkena.
3. Pemeriksaan Radiologik
Didapati adanya tanda-tanda dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada
sendi yang terkena.
VII. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita reumatoid arthritis dibagi atas :
6
1. Medikamentosa
2. Fisioterapi
3. Pembedahan
4. Psikoterapi
Tujuan pengobatan pada reumatoid arthritis :
1. Mencegah deformitas.
2. Menghilangkan rasa sakit.
3. Mengusahakan agar dapat tetap bekerja dan hidup secara biasa baik
dirumah maupun di tempat kerja, terutama mengataasi keperluan-
keperluan dirinya sehari-hari.
4. Memperbaiki (mengoreksi) deformitas yang sudah terjadi.
MEDIKAMENTOSA
Pengobatan ini dibagi atas beberapa kelompok antara lain :
a Golongan obat simtomatik. Simple analgesic (paracetamol, aminopirin);
anti inflamasi nonsteroid (indomestin, fenil butazon, sodium
diklofenak); anti inflamasi golongan steroid (prednison).
b Golongan obat yang mempengaruhi perjalanan penyakitnya (obat-obat
remitif/ remitive agent : Immuno suppresant; obat sitostatika; alkylating
agent; chelating agent; anti malaria; antelmintik.
Pengobatan secara simtomatik
Tidak mempengaruhi perjalanan penyakit penderita, artinya hanya rasa
sakitnya saja yang dikurangi.
Pengobatan secara remitif
Obat ini lebih bermanfaat bagi penderita namun tergolong jenis obat yang
lambat kerjanya. Biasanya diperlukan waktu beberapa bulan pengobatan
guna mencapai kadar yang dikehendaki dalam darah agar mempunyai
pengobatan.
7
PENGOBATAN FISIOTERAPI
Pengobatan ini memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dengan
pengobatan medikamentosa. Disini pencegahan terhadap cacat yang lebih
lanjut dan pencegahan kecacatan dan bila sudah terjadi cacat, dicoba
dilakukan rehabilitasi bila masih memungkinkan. Sebaiknya dimulai
fisioterapi segera setelah sendi mulai berkurang sakitnya atau sudah
minimal. Bila tidak juga berhasil, mungkin diperlukan pertimbangan untuk
tindakan operatif.
PENGOBATAN PEMBEDAHAN
Bila berbagai cara pengobatan sudah dilakukan namun belum berhasil juga,
dan alasan untuk tindakan operatif cukup kuat, maka dilakukanlah
pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini umumnya bersifat ortopedik.
PSIKOTERAPI
Biasanya diberikan psikoterapi superficial agar timbul semangat dan
keuletan untuk berobat dan dukungan pada mental penderita supaya dapat
menghadapi diri dan penyakitnya.
Penderita diberi penjelasan bahwa penderita akan tetap dapat melakukan
tugas-tugas sosial yang dihadapinya terutama untuk mancari nafkah, bila
penderita berobat dengan tekun. Dan yang penting tidak mengantungkan
hidupnya pada orang lain (jadi beban, terutama keluarga).
VIII. PENCEGAHAN
Karena sebagian besar kasus rematik merupakan akibat kerja, gaya hidup
modern dan pola makan yang kurang sehat, maka cara pencegahannya dilakukan
dengan cara menghindari hal-hal yang bersifat negatif tersebut.
Mengatur pola makan dengan seimbang (tidak berlebihan konsumsi lemak) agar
tidak kegemukan merupakan salah satu cara yang tepat mencegah arthritis.
Olahraga teratur, istirahat cukup dan minum air putih 10 gelas perhari sangat
dianjurkan untuk mendukung kelancaran metabolisme tubuh menghindari gejala
rematik yang cukup mengganggu kesehatan.
8
ASUHAN KEPERAWATAN
REUMATHOID ARTHRITIS
PENGKAJIAN
Data tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
(misalnya mata, jantung, ginjal), tahapan (misalnya : eksaserbasi akut atau remisi)
dan keberadaan bersama-sama bentuk artritis lainnya.
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, kekakuan di pagi hari,
biasanya terjadi secara bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, kelebihan.
Tanda: Malaise, keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,
kontraktur/kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskuler
Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/kaki (misalnya : pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal )
c. Integritas Ego
Gejala : faktor-faktor stres akut/kronis (misalnya : finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusan, dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan). Ancaman pada konsep diri,
citra tubuh, identitas pribadi, (misalnya : ketergantungan pada orang lain)
d. Makanan dan cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi
makanan/cairan adekuat : mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : Penurunan BB, kekerigan pada membran mukosa
9
e. Higiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi, ketergantungan orang lain.
f. Neurosensori
Gejala : kebas, kesemutuan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
Tanda : pembengkakan pada sendi simetris
g. Nyeri kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri (mungkin disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi). Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama di
pagi hari).
h. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat. Tegang, nodul subkutaneus, lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam
ringan menetap. Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
i. Interaksi sosial
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran,
isolasi.
j. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : riwayat pada keluarga ( pada awitan remaja). Penggunaan
makanan kesehatan, vitanmin. Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis
pulmonal, pleuritis.
10
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Menghilangkan nyeri
2. Meningkatkan mobilisasi
3. Memberikan informasi mengenai [proses penyakit/prognosis dan
keperluan pengobatan.
DIAGNOSA, TUJUAN, INTERVENSI DAN RASIONAL KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan I
Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses
inflamasi, dekstruksi sendi ditandai dengan adanya keluhan nyeri,
ketidaknyamanan, kelelahan, nerfokus pada diri sendiri/penyempitan fokus,
perilaku distraksi/respon autonomik, perilaku yang bersifat hati-hati dan
melindungi diri.
Tujuan /kriteria hasil :
Nyeri hilang atau terkontrol dengan kriteria :
Pasien terlihat rileks, dapat tidur/istirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
yang sesuai
Mengikuti program yang telah dianjurkan
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan dalam kontrol
program nyeri.
11
Intervensi keperawatan Rasional
Mandiri
Kaji keluhan nyeri, lokasi, intensitas
(skala 1-10). Catat faktor-faktor yang
memperberat sakit
Ajarkan pasien mengambil posisi yang
nyaman pada waktu tidur atau duduk
di kursi. Tingkatkan istirahat
Anjurkan pasien untuk sering merubah
posisi dan hindari gerakan yang
menyentak
Anjurkan pasien mandi air hangat pada
waktu bangun dan mengompres sendi
yang sakit beberapa kali sehari
Anjurkan massage yang lembut
Anjurkan mengkonsumsi obat
tradisional
Kolaborasi
Kolaborasi/rujuk pasien mendapatkan
obat-obatan yang sesuai petunjuk,
misalnya: asetil salisilat, NSAID
Membantu dalam menentukan
manajemen nyeri dan
mengevaluasi keefektifan
program
Untuk membatiasi nyeri dan
cedera sendi
Untuk mencegah terjadinya nyeri
dan kekakuan
Panas meningkatkan relaksasi
otot dan mobilitas, menurunkan
rasa sakit dan kekakuan pada
pagi hari
Meningkatkan relaksasi
/mengurangi ketegangan otot
Membantu klien untuk
menentukan tindakan alternatif
yang tepat untuk mengatasi nyeri
Sebagai anti inflamasi dan efek
analgesik untuk mengurangi
kekakuan dan meningkatkan
mobilitas.
12
Diagnosa keperawatan 2
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot, ditandai dengan keengganan untuk
bergerak, membatasi rentang, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan
otot/ kontrol dan massa.
Tujuan /kriteria hasil :
Pasien akan mempertahankan fungsi posisi dengan tidak adanya pembatasan,
tidak terjadi kontraktur, pasien dapabm,endemonstrasikan tehnik perilaku yang
memungkinkan untuk melakukan aktivitas.
Intervensi keperawatan Rasional
Mandiri
Kaji tingkat gangguan mobilitas
Pertahankan istirahat/tirah baring, duduk.
Jadwalkan aktivitas untuk memberikan
periode istirahat dan tidur malam yang
tidak terganggu
Bantu dengan rentang gerak aktif adan
pasif, latihan resistif dan isometrik jika
memungkinkan.
Ubah posisi dengan sering
Gunakan bantal kecil dan tipis dibawah
Dorong pasien mempertahankan posisi
tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan
Berikan lingkungan yang nyaman
misalnya : menaikkan kursi
Anjurkan pada keluarga untuk
memodifikasi lingkungan rumah
Menentukan intervensi yang tepat
Istirahat sistemik dianjurkan
untuk mencegah kelelahan,
mempertahankan kekuatan.
Mempertahankan dan
meningkatkan fungsi sendi.
Menghilangkan tekanan pada
jaringan dan meningkatkan
sirkulasi
Mencegah leher fleksi
Memaksimalkan fungsi sendi,
mempertahankan mobilitas
Menghindari cedera akibat
kecelakaan /jatuh
Menghindari cedera akinat
kecelakaan/ jatuh.
13
Diagnosa keperawatan 3
Gangguan kebutuhan tidur berhubungan dengan perubahan siklus tidur ditandai
dengan sulit tidur dimalam hari dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
tertidur, tidur pada siang hari selama ± 2 jam untuk mengganti tidur yang kurang
dimalam hari.
Tujuan/kriteria hasil :
Gangguan tidur dapat diminimalkan dengan kriteria hasil :
Tetap istirahat selama masih diperlukan
Kuantitas tidur bertambah adekuat
Intervensi keperawatan Rasional
Mandiri
Modifikasi lingkungan misalnya
mengatur suhu ruangan, menciptakan
lingbkungan yang tenang, mematikan
lampu yang tidak perlu.
Ajarkan keluarga untuk memberikan
tindakan kenyamanan seperti gosokan
punggung, pijatan ringan
Ajarkan klien mengkonsumsi makanan
yang mengandung magnesium, asam
amino triptophan, dan kalsium
Ajarkan klien untuk menghindari
minuman yang berkafein, berolkohol,
Meningkatkan kemampuan untuk
tidur
Sentuhan terapeutik sangat
membantu teruatama pada klien
dengan stress dan emosi serta
fisik yang bisa mempengaruhi
tidur
Asam amino triptophan
membantu mengeluarkan
serotonin sehingga memudahkan
tidur. Fungsi magnesium adalah
merelaksasikan otot sedangkan
kalsium derdampak “calming
effect” yang menenangkan
pikiran
Dapat mamicu insomnia, kafein
dapat meningkatkan kerja jantung
14
dan menghisap rokok pada saat
menjelang tidur.
Anjurkan klien untuk mengkonsumsi
karbohidrat kompleks seperti roti,
krekles
Anjurkan klien untuk menghindari
makanan dengan berbumbu
menyengat, karbohidrat sederhana
(gula, sirup), makanan berpengawet
(makanan kaleng, MSG), keju, coklat,
sayur bayam dan tomat menjelang
tidur.
sehingga mengganggu proses
tidur.
Zat gizi tersebut dapat memacu
pengeluaran serotonin yaitu suatu
neurotransmitter yang
merangsang kantuk.
Gula dan sirup bersifat
meningkatkan gula darah
sehingga akan mengganggu tidur.
MSG memunculkan reaksi
stimulan sedangkan keju, coklat
dan sayur bayam serta tomat
mengandung piramin yang
merangsang keluarnya nor
epineprin.
Diagnosa keperawatan 4
Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis,dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan interpretasi, informasi
ditandai dengan pasien meminta informasi, kesalahan konsep, tidak tepat
mengikuti instruksi/terjadinya komplikasi dapat dicegah .
Tujuan /kriteria hasil :
Pasien akan menunjukkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan, mengembangkan rencana perawatan diri, memodifikasi gaya hidup
yang konsisten dengan mobilitas/ pembatasan aktivitas.
15
Intervensi keperawatan Rasional
Mandiri
Kaji pengetahuan klien tentang
panyakit, prognosis dan harapan masa
yang akan datang.
Diskusikan kebiasaan pasien dalam
penatalaksanaan proses sakit melalui
diet, obat-obatan, latihan dan istirahat
Bantu dalam merencanakan jadwal
aktivitas terintegrasi yang realistis,
istirahat, manajemen stres
Tekankan pentingnya melanjutkan
manajemen farmakologis
Rekomendasikan penggunaan aspirin.
Tinjau pentingnya diet yang seimbang
dengan makan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein dan zat
besi.
Anjurkan pasien obesitas untuk
menurunkan berat badan dan berikan
informasi penurunan berat badan
sesuai kebutuhan.
Memberikan pengetahuan
dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
Tujuan kontrol penyakit untuk
menekan inflamasi
Untuk mengurangui terjadinya/
bertambahnya nyeri akibat stres
yang meningkat.
Keuntungan dari terapi obat-
obatan bergantung dari
ketepatan dosis
Untuk meminimalkan iritasi
pada gaster, mengurangi resiko
perdarahan.
Meningkatkan perasaan sehat
dan perbaikan degenerasi
jaringan
Penurunan berat badan akan
mengurangi nyeri, terutama
pinggul, lutut, pergelangan
kaki, telapak kaki.
16
DAFTAR PUSTAKA
Charles J Reeves, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
Herdi Sibuea et al, 1992, Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : rumah sakit PGI Tjikini, FKUI
http : //www.artritis.Net./link/artritis.html
http : //www.tabloidnova.com/articles.asp?id=850
http : //www.suara merdeka.com
Manjoer A, dkk, 1999, Kapita Selekta kedokteran Jilid 1 Edisi 3, Jakarta: Media Aesculapius FK UI
Miller, Carol A. 1995. Nursing care of Older Adult. Second edition. Philadelphia: JB Lippincot
Prince S.A., & Wilson L.M., 1995, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Buku 2 Edisi 4, Jakarta: EGC
Smeltzer S.C., & Bare B.G., 2001, Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3, Jakarta: EGC
Ochie, Diambil tanggal 17 Febuari 2006, Radang Sendi sent on 10-06-2004 http://www.restro.co.id/sehat.php?go?90=sht%2fmenukhusus25.htm
Wijayakusuma M.H., 2005, Mengusir Rematik & Asam Urat Tinggi dengan Makanan Sehat , http://ciptapangan.com/tips.detail.php?tips-id=182&detal-page=4 diambil tanggal 17 Febuari 2006
17
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NODX
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
1 Nyeri akut/ kronik
berhubungan dengan
peningkatan asam urat
yang memicu
pembentukan kristal.
Nyeri hilang.
Dengan kriteria hasil :
Klien terlihat
rileks
Dapat beristirahat
dan tidur
Berpartisipasi
dalam aktivitas
sesuai kemampuan
Selidiki keluhan nyeri; catat lokasi nyeri
dan intensitas (skala 0 - 10). Catat faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa
sakit non-verbal.
Anjurkan pasien untuk mandi air hangat
atau mandi pancuran pada wakyu
bangun dan atau pada waktu tidur.
Sediakan waslap untuk mengkompres
sendi-sendi yang sakit beberapa kali
sehari.
Berikan massage lembut.
Dorong penggunaan teknik massase.
Berikan es atau kompres dingin jika
dibutuhkan.
2 Resiko tinggi
gangguan mobilitas
fisik berhubungan
dengan nyeri dan
penurunan kekuatan
otot.
Gangguan mobilitas
fisik tidak terjadi.
Dengan kriteria hasil
Klien dapat
mempertahankan atau
meningkatkan
kekuatan dan fungsi
dari dan atau
kompensasi bagian
tubuh.
Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat
inflamasi/ rasa sakit pada sendi.
Berikan lingkungan yang aman.
Demontrasikan/ bantu teknik
pemindahan dan penggunaan bantuan
mobilitas.
Bantu dengan rentang gerak aktif/ pasif,
demikian juga latihan resistif dan
isometrik jika memungkinkan.
Dorong pasien mempertahankan postur
18
tegak dan duduk tinggi berdiri dan
berjalan.
3 Kurang pengetahuan
mengenai remathoid
artritis berhubungan
dengan kurangnya
kebutuhan informasi
dan kesalahan
interpretasi informasi.
Klien dapat mengerti
akan penyakitnya.
Dengan kriteria hasil :
Menunjukan
pemahaman
tentang kondisi/
prognosis
perawatan
Mengembangkan
rencana untuk
perawatan diri,
termasuk
modifikasi gaya
hidup yang
konsisten
Tinjau proses penyakit, prognosis dan
harapan masa depan.
Diskusikan kebiasaan pasien dalam
penatalaksanaan proses penyakit melalui
diet, obat-obatan dan program diet
seimbang, latihan dan istirahat.
Tekankan pentingnya melanjutkan
manajemen farmakoterapeutik.
Dorong pasien obesitas untuk
menurunkan BB dan berikan informasi
penurunan BB sesuai kebutuhan.
Tinjau pentingnya diet yang seimbang
dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein dan zat
besi.
Bantu dalam merencanakan jadwal
aktifitas terintegrasi yang realistis,
istirahat, perawatan pribadi, pemberian
obat-obatan, terapi fisik dan manajeman
stress.
4 Resiko
tinggi terjadinya injuri
berhubungan dengan
kelemahan ditandai
dengan klien
mengaakan sering
nyeri pada kaki bila
Cedera tidak terjadi. Kaji kemampuan secara fungsional
Ciptakan lingkungan dan penerangan yang
cukup.
Anjurkan pada keluarga untuk menemani
klien dalam perawatan lansia
Libatkan anggota keluarga dalam
perawatan lansia.
19
terlalu banyak
berjalan dan terlalu
lama berdiri, klien
mengatakan kalau
terlalu lelah ia duduk
untuk istirahat dan
klien tampak lemah
CATATAN PERKEMBANGAN Ny. R
NODX.
KEPERAWATANHARI/
TANGGAL IMPLEMENTASI
1. Nyeri akut/ kronik
berhubungan dengan
peningkatan asam
urat yang memicu
pembentukan kristal
Jumat12-05-2006
Mengkaji keluhan nyeri, tingkat/ skala dan durasi
nyeri.
Mengajarkan teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
dan teknik distraksi (pengalihan perhatian)
Memantau vital sign.
Menganjurkan klien untuk massage atau
menggunakan kompres hangat pada daerah yang
nyeri.
20
2 Kurang pengetahuan
mengenai
berhubungan dengan
kurangnya
kebutuhan
informasi dan
kesalahan
interpretasi
informasi.
Senin
15-05-2006
Meninjau proses penyakit, prognosis dan
harapan masa depan.
Mendiskusikan kebiasaan pasien dalam
penatalaksanaan proses penyakit melalui
program diet seimbang, obat-obatan dan latihan
dan istirahat.
Memberikan informasi mengenai pengertian,
penyebab, tanda dan gejala penyakit rematik.
Menjelaskan cara pengobatan secara tradisional,
yaitu membuat ramuan yang dapat diminum
setiap hari.
Memotivasi klien untuk mencoba ramuan yang
telah diajarkan
21
3
4
Resiko tinggi
gangguan mobilitas
fisik berhubungan
dengan nyeri dan
penurunan kekuatan
otot.
Resiko tinggi
terjadinya injuri
berhubungan dengan
kelemahan ditandai
dengan klien
mengaakan sering
nyeri pada kaki bila
terlalu banyak
berjalan dan terlalu
lama berdiri, klien
Selasa
16-05-2006
Selasa
16-05-2006
Mengevaluasi / memantau tingkat inflamasi/rasa
sakit pada sendi
Menjelaskan pada keluarga tentang pentingnya
lingkungan yang nyaman bagi klien
Mengajarkan klien teknik pemindahan dan
penggunaan bantuan mobilitas.
Mendorong klien untuk mempertahankan postur
tegak dan teknik duduk yang nyaman.
Mengkaji tingkat kemampuan aktivitas klien
Menganjurkan keluarga selalu membantu klien
dalam pemenuhan kebutuhannya
Menganjurkan keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang nyaman bagi klien dan dengan
pencahayaan yang cukup.
22
5
6
mengatakan kalau
terlalu lelah ia duduk
untuk istirahat dan
klien tampak lemah
Nyeri akut/ kronik
berhubungan dengan
peningkatan asam
urat yang memicu
pembentukan kristal
Resiko tinggi
gangguan mobilitas
fisik berhubungan
Sabtu20-05-2006
Selasa23-05-2006
Mengkaji/ mengevaluasi keluhan nyeri, tingkat/
skala dan durasi nyeri.
Mengajarkan teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
dan teknik distraksi (pengalihan perhatian)
Memantau vital sign.
Menganjarkan klien massage dan penggunaan
kompres hangat pada daerah yang nyeri.
Mengajarkan pada klien teknik mengurangi nyeri
dengan amuan tradisional.
Mengevaluasi / memantau tingkat inflamasi/ rasa
sakit pada sendi
Menjelaskan pada keluarga tentang pentingnya
lingkungan yang aman
Mengajarkan klien rentang gerak aktif dan gerak
23
7
dengan nyeri dan
penurunan kekuatan
otot.
Kurang pengetahuan
mengenai remathoid
artritis berhubungan
dengan kurangnya
kebutuhan
informasi dan
kesalahan
interpretasi
informasi
Jumat26-05-2006
pasif.
Mendorong klien untuk mempertahankan postur
tegak dan teknik duduk yang nyaman.
Menganjurkan klien untuk lebih banyak
mengkonsumsi buah dan sayur serta mengatur
pola makan yang sesuai bagi klien.
Mengkaji pengetahuan klien dan keluarga
tentang remathoid arthritis
Meninjau proses penyakit, prognosis dan
harapan masa depan.
Mendiskusikan kebiasaan pasien dalam
penatalaksanaan proses penyakit melalui diet,
obat-obatan dan program diet seimbang, latihan
dan istirahat.
Memberi kesempatan klien dan keluarga
bertanya bila ada yang kurang jelas
24
8
9
10
Kurang pengetahuan
mengenai remathoid
artritis berhubungan
dengan kurangnya
kebutuhan
informasi dan
kesalahan
interpretasi
informasi
Nyeri akut/ kronik
berhubungan dengan
peningkatan asam
urat yang memicu
pembentukan kristal
Resiko tinggi
terjadinya injuri
Selasa30-05-2006
Kamis01-06-2006
Kamis01-06-2006
Mengkaji pengetahuan klien dan keluarga
tentang gizi untuk remathoid arthritis
Menjelaskan pengertian gizi
Menjelaskan macam-macam zat gizi yang
dibutuhkan oleh lansia
Menjelaskan makanan yang dianjurkan untuk
dikonsumsi lansia
Menjelaskan makanan yang dipantang/ tidak
dianjurkan untuk lansia
Memberi kesempatan klien dan keluarga
bertanya bila ada yang kurang jelas
Mengkaji/ mengevaluasi keluhan nyeri, tingkat/
skala dan durasi nyeri.
Memantau vital sign.
Menganjurkan klien dan keluarga tetap
melakukan penanganan nyeri dengan pengaturan
pola makan, aktifitas edan istirahat dan obet-
obetan tradisional
Mengkaji/ mengevaluasi tingkat kemampuan
aktivitas klien
Menganjurkan keluarga selalu membantu klien
dalam pemenuhan kebutuhannya
25
berhubungan dengan
kelemahan
Menganjurkan keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang nyaman bagi klien dan dengan
pencahayaan yang cukup.
Berpamitan melakukan proses terminasi
26
IX. PRE PLANNING PENYULUHANGIZI UNTUK LANSIA DENGAN REUMATHOID ARTRITIS
A. Latar Belakang
Makan merupakan bagian dari ritme biologis tubuh yang berfungsi
memenuhi kebutuhan nitrisi dalam hal ini zat gizi guna mengembalikan daya
tahan dan stamina tubuh. Kebutuhan nutrisi bervariasi pada masing masing
orang, tetapi pada umumnya proses penyerapan zat nutrisi/gizi menurun seiring
dengan bertambahnya usia hal ini dapat disebabkan banyak faktor yang salah
satunya dengan bertambahnya usia maka fungsi dari organ-organ saluran
pencernaaan juga mengalami penurunan sehingga proses pencernaan makanan
baik secara mekanik dan kimia juga mengalami penurunan.
Pada lansia khususnya yang mengalami penyakit remathoid atritis salah
satu faktor yang berpengaruh dalam prosespenyembuhan dan pencegahan
penyakit adalah gizi atau nutrisi yang dikonsumsi karena dengan mengkonsumsi
makanan yang tepat dapat mencegah dan meringankan penyakit remathoid artritis.
Pemberian gizi yang seimbang dan benar dapat meningkatkan resistensi tubuh
terhadap penyakit dan meningkatkan sistim kekebalan tubuh terutama pada lansia
yang sudah mulai mengalami penurunan fungsi fisiologis tubuh.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan penyuluhan pada lansia binaan dan keluarga lansia,
diharapkan dapat memahami konsep gizi seimbang untuk lansia.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan penyuluhan gizi untuk binaan, lanisa binaan dan
keluarga diharapkan mampu :
a. Menyebutkan definisi gizi
b. Menyebutkan macam-macam zat gizi
c. Menyebutkan manfaat dari masing-masing zat gizi
d. Menyebutkan makanan untuk penderita rhematoid artritis
27
C. Manfaat
Kegiatan ini diharapkan mampu melibatkan dan mengarahkan keluarga
lansia dan lansia binaan dalam memahami kebutuhan gizi untuk lanisa dengan
rhematoid artritis.
D. Pokok Bahasan
Gizi untuk lansia dengan remathoid artritis
E. Sub Pokok Bahasan
1. Definisi gizi
2. Macam-macam zat gizi
3. Manfaat dari masing-masing zat gizi
4. Makanan untuk penderita rhematoid artritis
F. Sasaran
Lansia binaan dan keluarga lansia binaan.
G. Metode
Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi.
H. Waktu dan Tempat Penyuluhan
1. Hari/tanggal : Senin, 29 Mei 2006
2. Waktu : 11.00 – 11.30 WIB
3. Tempat : Rumah Ny. R, Jl. Bajak II H Gg. Nasional no.25
Lingk. IX Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas
Medan.
I. Media Penyuluhan
1. Lembar balik
2. Booklet
28
J. Pelaksanaan Kegiatan
NO
KEGIATA
N
PENYULUH PESERTA MEDI
A
WAKT
U
1 Pembukaan - Memberi salam.
- Menjelaskan tujuan, manfaat dan cakupan materi.
- Menjawab salam.
- Mendengarkan dan memperhatikan.
3 menit
2 Kegiatan Inti - Menjelaskan definis gizi
- Menjelaskan macam-macam zat gizi
- Menjelas manfaat dari masing-masing zat gizi
- Menjelaskan makanan untuk penderita rhematoid artritis
- Memberikan kesempatan untuk bertanya jika ada yang kurang jelas.
- Mendengarkan dan memperhatikan
- Memperhatikan dan menyimak.
- Mendengarkan dan memperhatikan.
- Memperhatikan dan menyimak.
- Bertanya jika ada hal yang kurang jelas.
Lembar balik
20 menit
3 Penutup - Mengevaluasi pengetahuan keluarga lansia dan lansia binaan.
- Menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
- Memberi
- Menjawab pertanyaan.
- Mendengarkan dan memperhatikan
- Menjawab
LeafletBooklet
7 menit
29
salam. salam
K. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan.
b. Media dan alat memadai.
c. Setting sesuai dengan kegiatan.
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan preplanning sesuai dengan alokasi waktu.
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif.
c. Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal hal yang diajukan oleh
penyuluh pada saat evaluasi.
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mampu menjawab 80% pertanyaan yang diajukan oleh
penyuluh pada saat evaluasi.
L. ReferensiOchie, Diambil tanggal 17 Febuari 2006, Radang Sendi sent on 10-06-2004
http://www.restro.co.id/sehat.php?go?90=sht%2fmenukhusus25.htm
Soekirman. (2000). Ilmu gizi dan aplikasinya untuk keluarga dan masyarakat.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.
Smeltzer S.C., & Bare B.G., 2001, Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3, Jakarta: EGC
Wijayakusuma M.H., 2005, Mengusir Rematik & Asam Urat Tinggi dengan
Makanan Sehat , http://ciptapangan.com/tips.detail.php?tips-id=182&detal-
page=4 diambil tanggal 17 Febuari 2006
http://www.massage-tools.com/stres-relief.htm
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1203/13/hikmah/lainnya3.htm
http://unisosdem.org/article_detail.php?aid=3483&coid=2&caid=42&gid=5
30
MATERI GIZI UNTUK LANSIA DENGANREMATHOID ARTRITIS
A. Definisi
Gizi dapat didefenisikan sebagai proses dimana organisme
menggunakan makanan. Makanan merupakan bahan organic yang diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok: Protein, Karbohidrat, Lemak, kesemuanya dapat ditemukan
pada hewan atau bahan sayur-sayuran. Walaupun demikian, zat gizi termasuk
setiap bahan yang memberikan gizi atau yang dapat digunakan oleh tubuh,
misalnya: air, vitamin dan garam mineral.
B. Jenis-Jenis Zat Gizi
Zat-zat gizi yang perlu dikonsumsi setiap orang setiap hari adalah sebagai
berikut:
1. Sumber tenaga/karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber tenaga bagi setiap orang, karbohidrat
dapat diperoleh dari makanan yang mengandung tepung seperti: nasi, roti,
ubi, jagung dan kentang. Apabila tidak mendapatkan asupan karbohidrat
yang memadai untuk menghasilkan energi, tubuh akan memecah protein
dan lemak cadangan dalam tubuh. Sumber-sumber karbohidrat: Beras,
gandum, ubi, jagung dan kentang.
Fungsi Karbohidrat:
Hampir semua karbohidrat diit pada akhirnya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi tubuh. Beberapa karbohidrat yang ada digunakan untuk
sintesis dari sejumlah senyawa pengatur.
a. Energi
b. Aksi pencadangan protein
c. Pengaturan metabolisme lemak
d. Peranan dalam fungsi gastrointestinal
31
2. Protein
Diperlukan sebagai pembentuk jaringan baru. Kekurangan asupan protein
dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan jaringan tubuh yang rusak
sehingga mengakibatkan lamban pulihnya suatu kerusakan jaringan tubuh.
Protein merupakan salah satu zat gizi yang dibutuhkan seseorang karena
fungsi utamanya sebagai zat pembangun dan pengatur disamping sebagai
bahan bakar tubuh. Bahan makanan yang mengandung protein
digolongkan menjadi dua golongan yaitu bahan makanan sumber protein
hewani dan bahan makanan sumber protein nabati. Bahan makanan dari
hewani nilai proteinnya lebih tinggi dari pada nabati, karena kandungan
asam amino sebagai molekul pembentuk protein lebih lengkap
susunannya. Oleh karena itu bahan makanan dari hewani merupakan
sumber protein yang baik dan sempurna. Contoh protein nabati adalah
tempe, tahu. Dan golongan kacang-kacangan serta biji-bijian. Sedangkan
protein hewani contohnya ikan, telur, daging dll.
3. Lemak
Seperti karbohidrat lemak merupakan senyawa karbon ,hydrogen dan
oksigen.tetapi proporsi oksigen lebih rendah. Lemak termsuk senyawa
minyak-minyakan dan bahan mirip lemak yang mempunyai rasa
minyakdan tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic tertentu
seperti eter,alcohol dan benzen.
Terdapat banyak asam lemak yang ditemukan dalam alam yang berbeda
dalam jumlah atom karbon dan ikatan ganda yang dikandungnya. Mereka
adalah asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
Fungsi Lemak
Fungsi utama lemak adalah untuk memberikan energi setiap setiap
gram lemak jika dioksidasi menghasilkan sekitar sembilan kalori.
Lemak berfungsi untuk mempermudah absorbsi vitamin yang larut
dalam lemak, yaitu: vitamin A,D,E,dan K.
32
Lemak memberikan rasa makanan yang menyenangkan dan memberi
perasaan kenyang karena kecepatan pengosongan dari lambung
dikaitkan dengan kandungan lemaknya.
4. Vitamin
Dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis yang berlangsung dalam
tubuh. Misalnya, vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan, vitamin B1 dan
B2 sebagai penghasil energi, vitamin B6 sebagai pengatur pemakaian
protein tubuh, vitamin B12 membantu kelancaran pembentukan sel-sel
darah merah. Vitamin C membantu penyerapan zat besi guna mencegah
anemia, dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium. Biasa
ditemukan dalam sayur-sayuran segar dan buah-buahan segar
5. Mineral
Antara lain :
Kalsium, digunakan untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi
serta persendian. Jika seseorang kekurangan kalsium, maka akan
mengakibatkan tulang keropos atau osteoporosis. Untuk itu perlu
mengkonsumsi susu, telur, keju, kacang-kacangan, atau tablet kalsium
yang dapat diperoleh saat periksa ke Puskesmas atau klinik.
Zat besi, erat berkaitan dengan anemia atau kekurangan sel darah
merah sebagai adaptasi adanya perubahan fisiologis menurunnya
fungsi tubuh memproduksi sel darah merah.
C. Pedoman Menu bagi Penderita Remathoid Atritis
Karena sebagian besar kasus rematik merupakan akibat kerja, gaya
hidup modern dan pola makan yang kurang sehat, maka cara
pencegahannya dilakukan dengan cara menghindari hal-hal yang bersifat
negatif tersebut. Mengatur pola makan dengan seimbang (tidak berlebihan
konsumsi lemak) agar tidak kegemukan merupakan salah satu cara yang
tepat mencegah arthritis. Olahraga teratur, istirahat cukup dan minum air
putih 10 gelas per hari sangat dianjurkan untuk mendukung kelancaran
33
metabolisme tubuh menghindari gejala rematik yang cukup mengganggu
kesehatan.
Berikut ini pedoman untuk menyusun menu bagi lansia:
1. Makan dua kali lebih dari biasanya, bukan hanya dalam jumlah porsi,
namun lebih ditekankan pada mutu zat-zat gizi yang terkandung dalam
makanan yang dikonsumsi.
2. Makanan dapat diberikan 4-6 kali waktu makan sesuai dengan kemampuan
lansia. Jangan memaksa untuk menghabiskan makanan yang tersaji jika
merasa mual, pusing, dan ingin muntah.
3. Batasi konsumsi makanan berlemak tinggi dan yang merangsang seperti
cabe, makanan bergas seperti nangka, nanas dan durian, serta yang
beralkohol semacam tape.
4. Berikan minum 1/2 jam sehabis makan. Perbanyak minum air putih, sari
buah seperti air jeruk, air tomat dan sari wortel. Penting untuk
menghindari minuman berkafein seperti kopi, coklat, dan soft drink
(minuman ringan) pemicu hipertensi.
5. Hindari konsumsi bahan makanan olahan pabrik yang diberi pengawet dan
pewarna yang dimasukkan ke dalam bahan pangan, karena dapat
membahayakan kesehatan.
6. Hindari makanan berkalori tinggi dan banyak mengandung gula serta
lemak namun rendah kandungan zat gizi, makanan siap saji, makanan
kecil, coklat, karena akan mengakibatkan mual dan muntah.
7. Hindari konsumsi makanan laut dan daging yang pengolahannya tidak
sempurna karena besar risikonya tercemar kuman dan bakteri yang
membahayakan. Untuk menghindarinya, masaklah makanan sampai
matang benar, dan cuci makanan untuk menjaga kebersihan, terutama buah
dan sayuran sampai bersih sebelum dikonsumsi.
Makanan yang dianjurkan bagi lansia
1. Perbanyak mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran segar yang kaya akan
antioksidan.
34
2. Minum susu yang mengandung kalsium tinggi dan yang mengandung
rendah lemak.
3. Perbanyak minum air putih minimal 10 gelas perhari.
Makanan yang sebaiknya dihindari :
1. Kopi atau minuman berkafein, mengisap rokok atau minum minuman
beralkohol. Kafein dapat meningkatkan denyut jantung, alkohol menguras
Vit B yang memdukung sistem syaraf dan nikotin bersifat neurostimulan
yang justru membangkitkan semangat
2. Makanan dengan bumbu menyengat, karbohidrat sederhana (gula, sirup),
makanan berpengawet dan makanan kaleng.
3. MSG (Monosodiumglutamate) sebaiknya dihindari karena memunculkan
reaksi stimulan.
4. Makanan yang mengandung purin tinggi misalnya jeroan, emping melinjo,
bayam, remis, kepiting, durian, kacang-kacangan yang dikeringkan, dan
lain-lain.
Contoh Pola Menu Bagi LansiaJADWAL MAKAN CONTOH MENU MAKANAN
Pagi hari 1 gelas susu (2 sendok makan susu bubuk + gula)
Roti + satu butir telur 1 potong buah (pisang kepok)
Jam 10 pagi 1 gelas sari buah/ jus Kue
Siang hari o 10 sendok makan nasi putih
o 1 potong besar ikan/ daging/ ayam
o 1 mangkuk sayur
o 1 potong buah
Jam 4 sore 1 gelas bubur Malam hari 10 sendok makan nasi putih
1 potong ikan/ daging/ ayam Sayur secukupnya 1 potong buah
Menjelang tidur 1 gelas susu (2 sendok makan susu bubuk)
35
36
PRE PLANNING PENYULUHAN KESEHATAN
TENTANG ARTHRITIS RHEUMATOID
A. LATAR BELAKANG
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh perawat pada saat Praktek
Belajar Lapangan di Lingkungan IX terhadap Ny. R yang menderita Remathoid
Artritis mengatakan bahwa ia sering merasa nyeri pada pinggang dan lutut
kakinya, lebih terasa bila terlalu banyak berjalan atau terlalu lama berdiri. Dan
utukmeringankan keluhan nyeriklien istirahat duduk sambil memijit kakinya
dengan balsem dan sekali-kali merendam kakinya dengan air hangat.
Berdasarkan hal diatas perawat ingin memberikan penyuluhan kesehatan
mengenai remathoid artritis agar klien dan keluarga lebih mengerti dan dapat
melakukan perawatan pada remathoid artritis.
B. TUJUAN1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 20 menit, diharapkan
lansia dan keluarga akan mampu memahami dan menanggulangi penyakit
Arthritis rheumatoid.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang Arthritis rheumatoid
selama 20 menit, lansia mampu :
a. Menjelaskan pengertian Arthritis rheumatoid
b. Menjelaskan peyebab Arthritis rheumatoid
c. Menjelaskan tanda dan gejala Arthritis rheumatoid
d. Menjelaskan penatalaksanaan Arthritis rheumatoid
e. Menjelaskan diet penderita Arthritis rheumatoid
f. Menjelaskan obat-obatan tradisional Arthritis rheumatoid dan cara
pengolahannya.
C. MATERI 1. Pengertian Arthritis rheumatoid
37
2. Penyebab Arthritis rheumatoid
3. Tanda dan gejala Arthritis rheumatoid
4. Penatalaksanaan Arthritis rheumatoid
5. Diet penderita Arthritis rheumatoid
6. Obat-obatan tradisional Arthritis rheumatoid dan cara pengolahannya.
D. METODE1. Ceramah
2. Diskusi / Tanya jawab
E. WAKTU DAN TEMPAT PENYULUHAN1. Hari/ Tangga : Jumat/ 26 Mei 2006
2. Waktu : 11.00 Wib – selesai
3. Tempat : Gg. Nasional Bajak II H Lingk IX
Kelurahan Harjosari II Medan Amplas
E. PELAKSANAAN
No Kegiatan Pendidik Peserta Waktu
1 Pembukaan Memberi salam Menjelaskan tujuan
Menjawab salam Mendengarkan dan
memperhatikan
5 menit
2 Kegiatan inti
Menjelaskan pengertian penyakit remathoid arthritis
Menjelaskan penyebab penyakit remathoid arthritis
Menjelaskan tanda dan gejala penyakit remathoid arthritis
Menjelaskan penanganan pada penyakit remathoid arthritis
Menjelaskan pencegahan penyakit remathoid arthritis
Mendengarkan dan memperhatikan
Mendengarkan dan memperhatikan
Mendengarkan dan memperhatikan
Mendengarkan dan memperhatikan
Mendengarkan dan memperhatikan
15 menit
38
3 Penutup Tanya jawab
Menutup dan mengucapkan salam
Bertanya dan menjawab
Menjawab salam
10menit
F. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Standar
Kesiapan pengunjung/pasien Puskesmas Darusalam mengikuti
penyuluhan tentang penyakit remathoid arthritis
Media dan alat dipahami.
Tempat sesuai dengan kegiatan.
2. Evaluasi Proses
Kegiatan penyuluhan dilakukan sesuai dengan waktu yang
direncanakan.
Perawat pengunjung/pasien Puskesmas Darusalam kooperatif dan aktif
dalam mengikuti penyuluhan.
3. Evaluasi Akhir
Setelah mengikuti penyegaran maka pengunjung/pasien Puskesmas
Darusalam akan dapat:
Menjelaskan kembali tentang pengertian penyakit remathoid arthritis
Menjelaskan kembali tentang penyebab penyakit remathoid arthritis
Menjelaskan kembali tentang tanda dan gejala penyakit remathoid
arthritis
Menjelaskan kembali tentang penanganan pada penyakit remathoid
arthritis
Menjelaskan kembali tentang pencegahan penyakit remathoid arthritis
39
MATERI PENYULUHAN
REUMATOID ARTHRITIS
A. Defenisi
Reumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang
dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang
menyebabkan kerusakan pada tulang, sendi, ankilosis, dan deformitas. (Suzanne,
CS, 2002).
B. Etiologi
Sampai sekarang ini masih belum diketahui, tetapi ada yang mengatakan
karena hal-hal dibawah ini. Yang kesemuanya belum merupakan bukti yang
nyata.
1. Faktor Keturunan dan Lingkungan
Terjalin hubungan yang erat antara HLA-DW4 dengan arthritis reumatoid
seropositif. Hubungan ini menunjukkan bahwa penderita memiliki resiko
4 kali lebih mudah terserang penyakit ini.
2. Pengaruh Hormon dan Seks
Perempuan dengan hormon estrogennya lebih berpeluang terserang
arthritis reumatoid dibandingkan dengan pria. Hormon estrogen sangat
penting untuk menjaga kepadatan tulang. Kekurangan hormon estrogen
mengakibatkan lebih banyak penghancuran tulang daripada pembentukan
tulang. Keadaan ini mempercepat dan memperberat penyakit srthritis
reumatoid.
1. Adanya Infeksi
Infeksi dibagian persendian akibat bakteri, mikoplasma atau koloni jamur,
dan virus bisa meniumbulkan sakit yang terjadi secara mendadak.
Biasanya, disertai juga dengan tanda-tanda peradangan, seperti panas,
nyeri, bengkak dan gangguan fungsi. Infeksi dan peradangan merupakan
gejala yang khas sebagai tanda timbulnya arthritis reumatoid.
40
2. Munculnya Heat Shock Protein (HSP)
Heat shock protein merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang
muncul sebagai bentuk respon tubuih yang sedang mengalami stres.
Namun, keberadaan protein ini justru akan memicu terjadinya arthritis
reumatoid.
3. Adanya Radikal Bebas
Radikal bebas seperti superoksida dan lipid peroksidase akan merangsang
keluarnya prostaglandin. Adanya prostaglandin akan menimbulkan rasa
nyeri, peradangan, dan pembengkakan.
4. Pengaruh Usia
Umur 35-45 tahun lebih rentan terhadap penyakit rematik jenis ini,
meskipun secara umum arthritis reumatoid terjadi pada kelompok umur
20-60 tahun.
C. Manifestasi Klinis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan. Namun ini tidak
harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. oleh karena memiliki gambaran
klinis yang bervariasi.
Sebagai pedoman umum yang dipakai kriteria dari ARA (American
Reumatism Assosiation) untuk menegakkan diagnosis.
1. Adanya rasa kaku pada pagi hari (morning stiffnes)
Penderita merasa kaku dari mulai bangun tidur sampai sekurang-
kurangnya 2 jam, bahkan kadang-kadang sampai jam 11 siang rasa kaku
tersebut mulai bekurang.
2. Pembengkakan jaringan lunak sendi (soft tissue swelling) bukan
pembesaran tulang (hyperostosis) belangsung sekurang-kurangnya 6
minggu.
3. Nyeri pada sendi yang terkena bila digerakkan (joint tenderness on
moving) sekurang-kurangnya didapati pada satu sendi.
4. Nyeri pada sendi bila digerakkan (pada sendi terkena), sekurang-
kurangnya pada sebuah sendi yang lain.
41
5. Poli artritis yang simetris dan serentak (symmetrical poliartritis
simultaneously). Serentak disini diartikan jarak antara rasa sakit pada satu
sendio disusul oleh sendi yang lain harus kurang dari 6 minggu.
6. Didapati adanya nodulus Reumatikus subkutan.
7. Didapati adanya kelainan radiologik pada sendi yang terkena, sekurang-
kurangnya dengan klasifikasi.
8. Tes faktor rema positif (Rheuma factor test positif).
9. Pengendapan mucin yang kurang pekat (poor mucin positif).
10. Didapati gambaran histologik pada jaringan sinovial sedikitnya 3 dari
yang disebut dibawah ini.
Villi hypertropi
Proliferasi jaringan sinovial
Adanya pusat-pusat / kelompok sel yang mati (central necrose)
Deposit-deposit / timbunan sel fibrin.
Adanya sebukan sel-sel radang menahun dan mendadak.
Didapati gambaran histologik yang khas dari sayatan melintang benjolan rema
(Reumatoid nodule) sekurang-kurangnya 3 dari yang disebut dibawah ini :
1. Adanya daerah-daerah sel yang mati yang terletak ditengah-tengah.
2. Dikelilingi dengan sel-sel yang berproliferasi yang berjajar membentuk
gambaran jeruji sepeda.
3. Didapati sel fibrosis dibagian tepinya.
4. Adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun.
Sebenarnya masih ada 20 lagi yang tergolong pengecualian yang tidak
termasuk Reumatoid arthritis misalnya :
1. Bila ada tanda rash yang khas (butterfly formation) pada SLE.
2. Jelas adanya skleroderma.
3. Adanya gambaran demam reumatik dan sebagainya.
42
Berdasarkan kriteria yang diatas diadakanlah pembagian kelas anatara
lain:
5. Classical RA : Bila didapat sekurang-kurangnya 7 dari 11 kriteria.
6. RA defenit : Bila didapati 5 kriteria tersebut.
7. Probably RA : Bila hanya 3 kriteria saja
8. Possible RA : Bila hanya 1 kriteria.
Sering penderita mulai mengeluh rasa sakit dan pembengkakan pada
sendi-sendi (jari tangan) dimulai sendi metakarpofalangeal dan disertai dengan
bengkak yang khas pada pergelangan tangan bagian dorsal. Pikirkan kemungkinan
Reumatoid terlebih dahulu lebih-lebih bila simetris.
D. Klasifikasi
Penderita arthritis reumatoid dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
4. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid, tetapi selanjutnya
dapat sembuh secara sempurna.
5. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid sepanjang hidup,
tetapi sesekali diselingi kesembuhan yang sifatnya singkat.
6. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid secara progresif
yaitu disertai dengan penurunan fungsi sendi pada setiap kali terjadi
serangan rematik.
Wanita lebih sering menderita rematik jenis ini dibandingkan pria,
perbandingannya 3 : 1. Keadaan ini berkaitan dengan peristiwa menopause yang
tidak dialami pria.
43
E. Patofisiologi
(Miller, 1995)
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Terlihat adanya hipertropi dari villi pada sendi, penebalan jaringan
sinovial, adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun, jaringan
fibrosit dan pusat-pusat nekrosis. Semuanya menghasilkan pembengkakan
sendi yang amat nyeri dalam keadaan diam maupun bila digerakkan.
Pembentukan pannus yang cepat akan menerobos tulang rawan sendi,
periost sehingga pada akhirnya sendi tersebut dengan pannus yang
Perubahan berhubungan dengan usia: Menurunnya autoimun. Kartilago sebagai pelumas sendi
berkurang. Kekuatan otot berkurang. Perubahan struktur tulang. Penurunan mekanisme proliferasi
tulang.
Faktor Resiko: Asam urat Obesitas dan cidera Konsumsi lemak berlebihan Kebiasaan diet yang mengandung
lemak hewani. Kurang beraktivitas
Pengaruh Negatif Dari
Fungsi-Fungsi Yang
Terganggu:
Pembengkakan jaringan lunak sendi.
Kerentanan peningkatan suhu tubuh.
Peradangan pada sendi-sendi.
Berkurangnya respon adaptif terhadap aktvitas yang berlebih.
Kelainan bentuk pada sendi/kontraktur.
Menurunnya kekuatan otot.
Meningkatnya kerentanan terhadap cidera.
44
berlapis-lapis, maka lambat laun merupakan anyaman yang saling bertaut
sehingga pada akhirnya timbul ankilosis. Proses penerobosan ini akan
berlangsung terus kedalam tulang sehingga pada suatu saat tulang jadi
rapuh dan hancur. Akibatnya timbul deformitas, subluksasi bahkan
destruksi yag hebat.
Akibat ini pula otot-otot disekitar sendi tidak digunakan lagi dan timbul
“Disused athropy”. Akhirnya penderita kan cacat, dan sendi-sendi
besarnya juga akan mengalami ankilosis.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Test faktor reuma (RF), biasanya positif pada 70-80% penderita RA
terutama bila Ranya masih aktif.
C-reactive protein; biasanya positif pada penderita RA sejenisnya.
Laju endap darah (LED) biasanya meninggi pada RA.
Sering dijumpai lekositosis.
Anemia akibat adanya inflamasi yang kronis. Disini pemberian Fe per-
oral atau suntikan tidak akan menolong.
Pada hitung jenis lekosit, polimorfonuklear persentasenya Meninggi.
Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
Pada pemeriksaan X-Ray semua sendi dapat terkena, tapi biasanya
yang sering metatarsofalangeal dan biasanya simetris. Disamping itu
sendi sakroiliaka juga sering terkena.
3. Pemeriksaan Radiologik
Didapati adanya tanda-tanda dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada
sensi yang terkena.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita Reumatoid arthritis dibagi atas :
1. Medikamentosa
2. Fisioterapi
3. Pembedahan
45
4. Psikoterapi
Tujuan pengobatan pada Reumatoid arthritis :
5. Mencegah deformitas.
6. Menghilangkan rasa sakit.
7. Mengusahakan agar dapat tetap bekerja dan hidup secara bias baik
dirumah maupun di tempatkerja, terutama mengataasi keperluan-
keperluan dirinya sehari-hari.
8. Memperbaiki (mengoreksi) deformitas yang sudah terjadi.
MEDIKAMENTOSA
Pengobatan ini dibagi atas beberapa kelompok antara lain :
a. Golongan obat simtomatik. Simple analgesic (paracetamol, aminopirin);
anti inflamasi nonsteroid (indomestin, fenil butazon, sodium diklofenak);
anti inflamasi golongan steroid (prednison).
b. Golongan obat yang mempengaruhi perjalanan penyakitnya (obat-obat
remitif/ remitive agent : Immuno suppresant; obat sitostatika; alkylating
agent; chelating agent; anti malaria; antelmintik.
Pengobatan secara simtomatik
Tidak mempengaruhi perjalanan penyakit penderita, artinya hanya rasa
sakitnya saja yang dikurangi.
Pengobatan secara remitif
Obat ini lebih bermanfaat bagi penderita namun tergolong jenis obat yang
lambat kerjanya. Biasanya diperlukan waktu beberapa bulan pengobatan guna
mencapai kadar yang dikehendaki dalam darah agar mempunyai pengobatan.
PENGOBATAN FISIOTERAPI
Pengobatan ini memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dengan
pengobatan medikamentosa. Disini pencegahan terhadap cacat yang lebih
lanjut dan pencegahan kecacatan dan bila sudah terjadi cacat, dicoba
46
dilakukan rehabilitasi bila masih memungkinkan. Sebaiknya dimulai
fisioterapi segera setelah sendi mulai berkurang sakitnya atau sudah minimal.
Bila tidak juga berhasil, mungkin diperlukan pertimbangan untuk tindakan
operatif.
PENGOBATAN PEMBEDAHAN
Bila berbagai cara pengobatan sudah dilakukan namun belum berhasil juga,
dan alasan untuk tindakan operatif cukup kuat, maka dilakukanlah pengobatan
pembedahan. Jenis pengobatan ini umumnya bersifat ortopedik.
PSIKOTERAPI
Biasanya diberikan psikoterapi superficial agar timbul semangat dan keuletan
untuk berobat dan dukungan pada mental penderita supaya dapat menghadapi
diri dan penyakitnya.
Penderita diberi penjelasan bahwa penderita akan tetap dapat melakukan
tugas-tugas sosial yang dihadapinya terutama untuk mancari nafkah, bila
penderita berobat dengan tekun. Dan yang penting tidak mengantungkan
hidupnya pada orang lain (jadi beban, terutama keluarga).
X. H. PencegahanKarena sebagian besar kasus rematik merupakan akibat kerja, gaya
hidup modern dan pola makan yang kurang sehat, maka cara
pencegahannya dilakukan dengan cara menghindari hal-hal yang bersifat
negatif tersebut.
Mengatur pola makan dengan seimbang (tidak berlebihan konsumsi lemak)
agar tidak kegemukan merupakan salah satu cara yang tepat mencegah
arthritis.
Olahraga teratur, istirahat cukup dan minum air putih 10 gelas per hari
sangat dianjurkan untuk mendukung kelancaran metabolisme tubuh
menghindari gejala rematik yang cukup mengganggu kesehatan.
47
I. Obat Tradisional
1. Ramuan I (Jahe)
Jahe 2 jari tangan, kayu manis 1 jari tangan, kencur 10 biji, cengkeh 10 biji, air
3 gelas.
Jahe dan kencur dicuci bersih lalu dikupas dan diiris tipis.
Cengkeh dan kayu manis dicuci bersih kemudian dicampurkan dengan jahe
dan kencur yang telah diiris halus serta air sebanyak 3 gelas.
Kemudian semua bahan direbus sampai air rebusan bersisa 1 gelas.
Air rebusan diminum 3 kali sehari sebanyak 1 gelas. Air rebusan dapat
ditambah dengan madu atau gula batu agar tidak terlalu pahit.
2. Ramuan III (Daun Singkong)
5 lembar daun singkong, 15 gram jahe, kapur sirih secukupnya, dihaluskan dan
ditambahkan air secukupnya, diaduk lalu dioleskan pada bagian tubuh yang sakit
3. Ramuan II (Buah Makota Dewa)
Sebanyak 2 buah makota dewa diiris tipis tetapi tidak mengenai bijinya,
kemudian dijemur sampai kering.
Setelah kering diambil sebanyak ukuran 1 buah utuh untuk direbus dengan
air sebanyak 3 gelas sampai hasilnya hingga 1 gelas
Selanjutnya hasil yang satu gelas diminum 3 kali sehari.
Bisa digunakan sebagai pengganti bubuk teh karena baunya wangi.
4. Ramuan IV (Daun Belimbing Wuluh)
100 gram daun muda belimbing wuluh, 10 biji cengkah, 15 biji merica dicuci
lalu digiling halus, tambahkan cuka secukupnya kemudian aduk. Setelah itu
oleskan pada bagian yang sakit.
5. Ramuan V (KUMIS KUCING)
Seluruh bagian tumbuhan segar secukupnya. Dicuci bersih lalu ditumbuk
halus. Hasil tumbukan ditempelkan dibagian yang sakit lalu dibalut.
Ramuan lainnya adalah kumis kucing secukupnya direbus dengan air bersih
beberapa menit. Kemudian dalam keadaan hangat-hangat disiramkan sedikit
demi sedikit pada bagian yang sakit.
48
5. Ramuan VI ( PUTRI MALU)
Akar 154 gram direndam dalam 500 ml arak putih selama 2-3 minggu. Ramuan
digunakan sebagai obat gosok.
7. Ramuan VII (KEJI BELING) 7-10 lembar daun keji beling yang tua dicuci bersih, tanaman putri malu dicuci
bersih, kemudian di rebus bersama tanaman putri malu kemudian direbus
dengan 3 gelas air hingga menjadi 2 gelas. Kemudian di minum seperti air putih.
8. Ramuan VIII (SIDAGURI)
Semua bagian sidaguri kering sebanyak 60 gam direbus dengan 4 gelas air sisa
2 gelas. Air rebusan dimunim 2 kali sehari masing-masing 1 gelas.
9. Ramuan IX (SEMBUNG)
Daun dan batang segar masing-masing 20-30 gram, direbus dengan 6 gelas
hingga menjadi 3 gelas. Diminum 3 kali sehari-masing-masing 1 gelas.
49
DAFTAR PUSTAKA
Charles J Reeves, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
Herdi Sibuea et al, 1992, Ilmu Penyakit Dalam, jakarta : rumah sakit PGI Tjikini,
FKUI
http : //www.artritis.Net./link/artritis.html
http : //www.tabloidnova.com/articles.asp?id=850
http : //www.suara merdeka.com
Manjoer A, dkk, 1999, Kapita Selekta kedokteran Jilid 1 Edisi 3, Jakarta: Media
Aesculapius FK UI
Prince S.A., & Wilson L.M., 1995, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Buku 2 Edisi 4, Jakarta: EGC
Smeltzer S.C., & Bare B.G., 2001, Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3, Jakarta: EGC
Ochie, Diambil tanggal 17 Febuari 2006, Radang Sendi sent on 10-06-2004
http://www.restro.co.id/sehat.php?go?90=sht%2fmenukhusus25.htm
Wijayakusuma M.H., 2005, Mengusir Rematik & Asam Urat Tinggi dengan
Makanan Sehat , http://ciptapangan.com/tips.detail.php?tips-id=182&detal-
page=4 diambil tanggal 17 Febuari 2006
50