rematoid artritis lansia

74
LAPORAN PENDAHULUAN LANDASAN TEORI REUMATHOID ARTHRITIS I. Defenisi Reumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang, sendi, ankilosis dan deformitas. (Suzanne, CS, 2002). II. Etiologi Sampai sekarang ini masih belum diketahui, tetapi ada yang mengatakan karena hal-hal dibawah ini. Yang kesemuanya belum merupakan bukti yang nyata. 1. Faktor Keturunan dan Lingkungan Terjalin hubungan yang erat antara HLA-DW4 dengan arthritis reumatoid seropositif. Hubungan ini menunjukkan bahwa penderita memiliki resiko 4 kali lebih mudah terserang penyakit ini. 2. Pengaruh Hormon dan Seks Perempuan dengan hormon estrogennya lebih berpeluang terserang arthritis reumatoid dibandingkan dengan pria. Hormon estrogen sangat penting untuk menjaga kepadatan tulang. Kekurangan hormon estrogen mengakibatkan lebih banyak penghancuran tulang dari pada pembentukan 1

Upload: heri-damanik

Post on 03-Jun-2015

7.476 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rematoid artritis lansia

LAPORAN PENDAHULUAN

LANDASAN TEORI REUMATHOID ARTHRITIS

I. Defenisi

Reumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang

dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang

menyebabkan kerusakan pada tulang, sendi, ankilosis dan deformitas. (Suzanne,

CS, 2002).

II. Etiologi

Sampai sekarang ini masih belum diketahui, tetapi ada yang mengatakan

karena hal-hal dibawah ini. Yang kesemuanya belum merupakan bukti yang

nyata.

1. Faktor Keturunan dan Lingkungan

Terjalin hubungan yang erat antara HLA-DW4 dengan arthritis

reumatoid seropositif. Hubungan ini menunjukkan bahwa penderita

memiliki resiko 4 kali lebih mudah terserang penyakit ini.

2. Pengaruh Hormon dan Seks

Perempuan dengan hormon estrogennya lebih berpeluang terserang

arthritis reumatoid dibandingkan dengan pria. Hormon estrogen sangat

penting untuk menjaga kepadatan tulang. Kekurangan hormon estrogen

mengakibatkan lebih banyak penghancuran tulang dari pada

pembentukan tulang. Keadaan ini mempercepat dan memperberat

penyakit arthritis reumatoid.

3. Adanya Infeksi

Infeksi dibagian persendian akibat bakteri, mikoplasma atau koloni

jamur, dan virus bisa meniumbulkan sakit yang terjadi secara mendadak.

Biasanya disertai juga dengan tanda-tanda peradangan seperti panas,

nyeri, bengkak dan gangguan fungsi. Infeksi dan peradangan merupakan

gejala yang khas sebagai tanda timbulnya arthritis reumatoid.

1

Page 2: Rematoid artritis lansia

4. Munculnya Heat Shock Protein (HSP)

Heat shock protein merupakan sekelompok protein berukuran sedang

yang muncul sebagai bentuk respon tubuh yang sedang mengalami stres.

Namun keberadaan protein ini justru akan memicu terjadinya arthritis

reumatoid.

5. Adanya Radikal Bebas

Radikal bebas seperti superoksida dan lipid peroksidase akan

merangsang keluarnya prostaglandin. Adanya prostaglandin akan

menimbulkan rasa nyeri, peradangan, dan pembengkakan.

6. Pengaruh Usia

Umur 35-45 tahun lebih rentan terhadap penyakit rematik jenis ini,

meskipun secara umum arthritis reumatoid terjadi pada kelompok umur

20-60 tahun.

III. Manifestasi Klinis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan. Namun ini tidak

harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karena memiliki gambaran

klinis yang bervariasi.

Sebagai pedoman umum yang dipakai kriteria dari ARA (American

Reumatism Assosiation) untuk menegakkan diagnosis.

1. Adanya rasa kaku pada pagi hari (morning stiffnes) penderita merasa kaku

dari mulai bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 2 jam, bahkan kadang-

kadang sampai jam 11 siang rasa kaku tersebut mulai berkurang.

2. Pembengkakan jaringan lunak sendi (soft tissue swelling) bukan

pembesaran tulang (hyperostosis) belangsung sekurang-kurangnya 6

minggu.

3. Nyeri pada sendi yang terkena bila digerakkan (joint tenderness on moving)

sekurang-kurangnya didapati pada satu sendi.

4. Nyeri pada sendi bila digerakkan (pada sendi terkena), sekurang-kurangnya

pada sebuah sendi yang lain.

2

Page 3: Rematoid artritis lansia

5. Poli artritis yang simetris dan serentak (symmetrical poliartritis

simultaneously). Serentak disini diartikan jarak antara rasa sakit pada satu

sendio disusul oleh sendi yang lain harus kurang dari 6 minggu.

6. Didapati adanya nodulus Reumatikus subkutan.

7. Didapati adanya kelainan radiologik pada sendi yang terkena, sekurang-

kurangnya dengan klasifikasi.

8. Tes faktor rema positif (Rheuma factor test positif).

9. Pengendapan mucin yang kurang pekat (poor mucin positif).

10. Didapati gambaran histologik pada jaringan sinovial sedikitnya 3 dari yang

disebut dibawah ini.

Villi hypertropi

Proliferasi jaringan sinovial

Adanya pusat-pusat / kelompok sel yang mati (central necrose)

Deposit-deposit / timbunan sel fibrin.

Adanya sebukan sel-sel radang menahun dan mendadak.

11. Didapati gambaran histologik yang khas dari sayatan melintang benjolan

rema (Reumatoid nodule) sekurang-kurangnya 3 dari yang disebut dibawah

ini :

Adanya daerah-daerah sel yang mati yang terletak ditengah-tengah.

Dikelilingi dengan sel-sel yang berproliferasi yang berjajar membentuk

gambaran jeruji sepeda.

Didapati sel fibrosis dibagian tepinya.

Adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun.

Sebenarnya masih ada 20 lagi yang tergolong pengecualian yang tidak

termasuk reumatoid arthritis misalnya :

Bila ada tanda rash yang khas (butterfly formation) pada SLE.

Jelas adanya skleroderma.

Adanya gambaran demam reumatik dan sebagainya.

3

Page 4: Rematoid artritis lansia

Berdasarkan kriteria yang diatas, diadakanlah pembagian kelas antara lain :

1. Classical RA : Bila didapat sekurang-kurangnya 7 dari 11 kriteria.

2. RA defenit: Bila didapati 5 kriteria tersebut.

3. Probably RA : Bila hanya 3 kriteria saja

4. Possible RA : Bila hanya 1 kriteria.

Sering penderita mulai mengeluh rasa sakit dan pembengkakan pada sendi-

sendi (jari tangan) dimulai sendi metakarpofalangeal dan disertai dengan bengkak

yang khas pada pergelangan tangan bagian dorsal. Pikirkan kemungkinan

Reumatoid terlebih dahulu lebih-lebih bila simetris.

IV. Klasifikasi

Penderita arthritis reumatoid dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid, tetapi

selanjutnya dapat sembuh secara sempurna.

2. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid sepanjang hidup,

tetapi sesekali diselingi kesembuhan yang sifatnya singkat.

3. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid secara progresif

yaitu disertai dengan penurunan fungsi sendi pada setiap kali terjadi

serangan rematik.

Wanita lebih sering menderita rematik jenis ini dibandingkan pria,

perbandingannya 3 : 1. Keadaan ini berkaitan dengan peristiwa menopause yang

tidak dialami pria.

4

Page 5: Rematoid artritis lansia

V. Patofisiologi

(Miller, 1995)

VI. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Terlihat adanya hipertropi dari villi pada sendi, penebalan jaringan

sinovial, adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun,

jaringan fibrosit dan pusat-pusat nekrosis. Semuanya menghasilkan

pembengkakan sendi yang amat nyeri dalam keadaan diam maupun bila

digerakkan.

Pembentukan pannus yang cepat akan menerobos tulang rawan sendi,

periost sehingga pada akhirnya sendi tersebut dengan pannus yang

Perubahan berhubungan dengan usia: Menurunnya autoimun. Kartilago sebagai pelumas sendi

berkurang. Kekuatan otot berkurang. Perubahan struktur tulang. Penurunan mekanisme proliferasi

tulang.

Faktor Resiko: Asam urat Obesitas dan cidera Konsumsi lemak berlebihan Kebiasaan diet yang mengandung

lemak hewani. Kurang beraktivitas

Pengaruh Negatif Dari Fungsi-Fungsi Yang Terganggu: Pembengkakan jaringan lunak

sendi. Kerentanan peningkatan suhu

tubuh. Peradangan pada sendi-sendi. Berkurangnya respon adaptif

terhadap aktvitas yang berlebih.

Kelainan bentuk pada sendi/kontraktur.

Menurunnya kekuatan otot. Meningkatnya kerentanan

terhadap cidera.

5

Page 6: Rematoid artritis lansia

berlapis-lapis, maka lambat laun merupakan anyaman yang saling

bertaut sehingga pada akhirnya timbul ankilosis. Proses penerobosan ini

akan berlangsung terus kedalam tulang sehingga pada suatu saat tulang

jadi rapuh dan hancur. Akibatnya timbul deformitas, subluksasi bahkan

destruksi yag hebat.

Akibat ini pula otot-otot disekitar sendi tidak digunakan lagi dan timbul

“Disused athropy”. Akhirnya penderita kan cacat, dan sendi-sendi

besarnya juga akan mengalami ankilosis.

2. Pemeriksaan Laboratorium

a. Test faktor reuma (RF), biasanya positif pada 70-80% penderita RA

terutama bila Ranya masih aktif.

b. C-reactive protein; biasanya positif pada penderita RA sejenisnya.

c. Laju endap darah (LED) biasanya meninggi pada RA.

d. Sering dijumpai lekositosis.

e. Anemia akibat adanya inflamasi yang kronis. Disini pemberian Fe

per-oral atau suntikan tidak akan menolong.

f. Pada hitung jenis lekosit, polimorfonuklear persentasenya meninggi.

g. Kadar albumin serum turun dan globulin naik.

h. Pada pemeriksaan X-Ray semua sendi dapat terkena, tapi biasanya

yang sering metatarsofalangeal dan biasanya simetris. Disamping itu

sendi sakroiliaka juga sering terkena.

3. Pemeriksaan Radiologik

Didapati adanya tanda-tanda dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada

sendi yang terkena.

VII. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penderita reumatoid arthritis dibagi atas :

6

Page 7: Rematoid artritis lansia

1. Medikamentosa

2. Fisioterapi

3. Pembedahan

4. Psikoterapi

Tujuan pengobatan pada reumatoid arthritis :

1. Mencegah deformitas.

2. Menghilangkan rasa sakit.

3. Mengusahakan agar dapat tetap bekerja dan hidup secara biasa baik

dirumah maupun di tempat kerja, terutama mengataasi keperluan-

keperluan dirinya sehari-hari.

4. Memperbaiki (mengoreksi) deformitas yang sudah terjadi.

MEDIKAMENTOSA

Pengobatan ini dibagi atas beberapa kelompok antara lain :

a Golongan obat simtomatik. Simple analgesic (paracetamol, aminopirin);

anti inflamasi nonsteroid (indomestin, fenil butazon, sodium

diklofenak); anti inflamasi golongan steroid (prednison).

b Golongan obat yang mempengaruhi perjalanan penyakitnya (obat-obat

remitif/ remitive agent : Immuno suppresant; obat sitostatika; alkylating

agent; chelating agent; anti malaria; antelmintik.

Pengobatan secara simtomatik

Tidak mempengaruhi perjalanan penyakit penderita, artinya hanya rasa

sakitnya saja yang dikurangi.

Pengobatan secara remitif

Obat ini lebih bermanfaat bagi penderita namun tergolong jenis obat yang

lambat kerjanya. Biasanya diperlukan waktu beberapa bulan pengobatan

guna mencapai kadar yang dikehendaki dalam darah agar mempunyai

pengobatan.

7

Page 8: Rematoid artritis lansia

PENGOBATAN FISIOTERAPI

Pengobatan ini memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dengan

pengobatan medikamentosa. Disini pencegahan terhadap cacat yang lebih

lanjut dan pencegahan kecacatan dan bila sudah terjadi cacat, dicoba

dilakukan rehabilitasi bila masih memungkinkan. Sebaiknya dimulai

fisioterapi segera setelah sendi mulai berkurang sakitnya atau sudah

minimal. Bila tidak juga berhasil, mungkin diperlukan pertimbangan untuk

tindakan operatif.

PENGOBATAN PEMBEDAHAN

Bila berbagai cara pengobatan sudah dilakukan namun belum berhasil juga,

dan alasan untuk tindakan operatif cukup kuat, maka dilakukanlah

pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini umumnya bersifat ortopedik.

PSIKOTERAPI

Biasanya diberikan psikoterapi superficial agar timbul semangat dan

keuletan untuk berobat dan dukungan pada mental penderita supaya dapat

menghadapi diri dan penyakitnya.

Penderita diberi penjelasan bahwa penderita akan tetap dapat melakukan

tugas-tugas sosial yang dihadapinya terutama untuk mancari nafkah, bila

penderita berobat dengan tekun. Dan yang penting tidak mengantungkan

hidupnya pada orang lain (jadi beban, terutama keluarga).

VIII. PENCEGAHAN

Karena sebagian besar kasus rematik merupakan akibat kerja, gaya hidup

modern dan pola makan yang kurang sehat, maka cara pencegahannya dilakukan

dengan cara menghindari hal-hal yang bersifat negatif tersebut.

Mengatur pola makan dengan seimbang (tidak berlebihan konsumsi lemak) agar

tidak kegemukan merupakan salah satu cara yang tepat mencegah arthritis.

Olahraga teratur, istirahat cukup dan minum air putih 10 gelas perhari sangat

dianjurkan untuk mendukung kelancaran metabolisme tubuh menghindari gejala

rematik yang cukup mengganggu kesehatan.

8

Page 9: Rematoid artritis lansia

ASUHAN KEPERAWATAN

REUMATHOID ARTHRITIS

PENGKAJIAN

Data tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya

(misalnya mata, jantung, ginjal), tahapan (misalnya : eksaserbasi akut atau remisi)

dan keberadaan bersama-sama bentuk artritis lainnya.

a. Aktivitas/istirahat

Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, kekakuan di pagi hari,

biasanya terjadi secara bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang

berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, kelebihan.

Tanda: Malaise, keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,

kontraktur/kelainan pada sendi dan otot.

b. Kardiovaskuler

Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/kaki (misalnya : pucat intermitten,

sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal )

c. Integritas Ego

Gejala : faktor-faktor stres akut/kronis (misalnya : finansial, pekerjaan,

ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusan, dan

ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan). Ancaman pada konsep diri,

citra tubuh, identitas pribadi, (misalnya : ketergantungan pada orang lain)

d. Makanan dan cairan

Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi

makanan/cairan adekuat : mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.

Tanda : Penurunan BB, kekerigan pada membran mukosa

9

Page 10: Rematoid artritis lansia

e. Higiene

Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan

pribadi, ketergantungan orang lain.

f. Neurosensori

Gejala : kebas, kesemutuan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada

jari tangan.

Tanda : pembengkakan pada sendi simetris

g. Nyeri kenyamanan

Gejala : fase akut dari nyeri (mungkin disertai oleh pembengkakan

jaringan lunak pada sendi). Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama di

pagi hari).

h. Keamanan

Gejala : kulit mengkilat. Tegang, nodul subkutaneus, lesi kulit, ulkus kaki.

Kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam

ringan menetap. Kekeringan pada mata dan membran mukosa.

i. Interaksi sosial

Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran,

isolasi.

j. Penyuluhan dan pembelajaran

Gejala : riwayat pada keluarga ( pada awitan remaja). Penggunaan

makanan kesehatan, vitanmin. Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis

pulmonal, pleuritis.

10

Page 11: Rematoid artritis lansia

PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Menghilangkan nyeri

2. Meningkatkan mobilisasi

3. Memberikan informasi mengenai [proses penyakit/prognosis dan

keperluan pengobatan.

DIAGNOSA, TUJUAN, INTERVENSI DAN RASIONAL KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan I

Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses

inflamasi, dekstruksi sendi ditandai dengan adanya keluhan nyeri,

ketidaknyamanan, kelelahan, nerfokus pada diri sendiri/penyempitan fokus,

perilaku distraksi/respon autonomik, perilaku yang bersifat hati-hati dan

melindungi diri.

Tujuan /kriteria hasil :

Nyeri hilang atau terkontrol dengan kriteria :

Pasien terlihat rileks, dapat tidur/istirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas

yang sesuai

Mengikuti program yang telah dianjurkan

Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan dalam kontrol

program nyeri.

11

Page 12: Rematoid artritis lansia

Intervensi keperawatan Rasional

Mandiri

Kaji keluhan nyeri, lokasi, intensitas

(skala 1-10). Catat faktor-faktor yang

memperberat sakit

Ajarkan pasien mengambil posisi yang

nyaman pada waktu tidur atau duduk

di kursi. Tingkatkan istirahat

Anjurkan pasien untuk sering merubah

posisi dan hindari gerakan yang

menyentak

Anjurkan pasien mandi air hangat pada

waktu bangun dan mengompres sendi

yang sakit beberapa kali sehari

Anjurkan massage yang lembut

Anjurkan mengkonsumsi obat

tradisional

Kolaborasi

Kolaborasi/rujuk pasien mendapatkan

obat-obatan yang sesuai petunjuk,

misalnya: asetil salisilat, NSAID

Membantu dalam menentukan

manajemen nyeri dan

mengevaluasi keefektifan

program

Untuk membatiasi nyeri dan

cedera sendi

Untuk mencegah terjadinya nyeri

dan kekakuan

Panas meningkatkan relaksasi

otot dan mobilitas, menurunkan

rasa sakit dan kekakuan pada

pagi hari

Meningkatkan relaksasi

/mengurangi ketegangan otot

Membantu klien untuk

menentukan tindakan alternatif

yang tepat untuk mengatasi nyeri

Sebagai anti inflamasi dan efek

analgesik untuk mengurangi

kekakuan dan meningkatkan

mobilitas.

12

Page 13: Rematoid artritis lansia

Diagnosa keperawatan 2

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,

ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot, ditandai dengan keengganan untuk

bergerak, membatasi rentang, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan

otot/ kontrol dan massa.

Tujuan /kriteria hasil :

Pasien akan mempertahankan fungsi posisi dengan tidak adanya pembatasan,

tidak terjadi kontraktur, pasien dapabm,endemonstrasikan tehnik perilaku yang

memungkinkan untuk melakukan aktivitas.

Intervensi keperawatan Rasional

Mandiri

Kaji tingkat gangguan mobilitas

Pertahankan istirahat/tirah baring, duduk.

Jadwalkan aktivitas untuk memberikan

periode istirahat dan tidur malam yang

tidak terganggu

Bantu dengan rentang gerak aktif adan

pasif, latihan resistif dan isometrik jika

memungkinkan.

Ubah posisi dengan sering

Gunakan bantal kecil dan tipis dibawah

Dorong pasien mempertahankan posisi

tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan

Berikan lingkungan yang nyaman

misalnya : menaikkan kursi

Anjurkan pada keluarga untuk

memodifikasi lingkungan rumah

Menentukan intervensi yang tepat

Istirahat sistemik dianjurkan

untuk mencegah kelelahan,

mempertahankan kekuatan.

Mempertahankan dan

meningkatkan fungsi sendi.

Menghilangkan tekanan pada

jaringan dan meningkatkan

sirkulasi

Mencegah leher fleksi

Memaksimalkan fungsi sendi,

mempertahankan mobilitas

Menghindari cedera akibat

kecelakaan /jatuh

Menghindari cedera akinat

kecelakaan/ jatuh.

13

Page 14: Rematoid artritis lansia

Diagnosa keperawatan 3

Gangguan kebutuhan tidur berhubungan dengan perubahan siklus tidur ditandai

dengan sulit tidur dimalam hari dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat

tertidur, tidur pada siang hari selama ± 2 jam untuk mengganti tidur yang kurang

dimalam hari.

Tujuan/kriteria hasil :

Gangguan tidur dapat diminimalkan dengan kriteria hasil :

Tetap istirahat selama masih diperlukan

Kuantitas tidur bertambah adekuat

Intervensi keperawatan Rasional

Mandiri

Modifikasi lingkungan misalnya

mengatur suhu ruangan, menciptakan

lingbkungan yang tenang, mematikan

lampu yang tidak perlu.

Ajarkan keluarga untuk memberikan

tindakan kenyamanan seperti gosokan

punggung, pijatan ringan

Ajarkan klien mengkonsumsi makanan

yang mengandung magnesium, asam

amino triptophan, dan kalsium

Ajarkan klien untuk menghindari

minuman yang berkafein, berolkohol,

Meningkatkan kemampuan untuk

tidur

Sentuhan terapeutik sangat

membantu teruatama pada klien

dengan stress dan emosi serta

fisik yang bisa mempengaruhi

tidur

Asam amino triptophan

membantu mengeluarkan

serotonin sehingga memudahkan

tidur. Fungsi magnesium adalah

merelaksasikan otot sedangkan

kalsium derdampak “calming

effect” yang menenangkan

pikiran

Dapat mamicu insomnia, kafein

dapat meningkatkan kerja jantung

14

Page 15: Rematoid artritis lansia

dan menghisap rokok pada saat

menjelang tidur.

Anjurkan klien untuk mengkonsumsi

karbohidrat kompleks seperti roti,

krekles

Anjurkan klien untuk menghindari

makanan dengan berbumbu

menyengat, karbohidrat sederhana

(gula, sirup), makanan berpengawet

(makanan kaleng, MSG), keju, coklat,

sayur bayam dan tomat menjelang

tidur.

sehingga mengganggu proses

tidur.

Zat gizi tersebut dapat memacu

pengeluaran serotonin yaitu suatu

neurotransmitter yang

merangsang kantuk.

Gula dan sirup bersifat

meningkatkan gula darah

sehingga akan mengganggu tidur.

MSG memunculkan reaksi

stimulan sedangkan keju, coklat

dan sayur bayam serta tomat

mengandung piramin yang

merangsang keluarnya nor

epineprin.

Diagnosa keperawatan 4

Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis,dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan interpretasi, informasi

ditandai dengan pasien meminta informasi, kesalahan konsep, tidak tepat

mengikuti instruksi/terjadinya komplikasi dapat dicegah .

Tujuan /kriteria hasil :

Pasien akan menunjukkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan, mengembangkan rencana perawatan diri, memodifikasi gaya hidup

yang konsisten dengan mobilitas/ pembatasan aktivitas.

15

Page 16: Rematoid artritis lansia

Intervensi keperawatan Rasional

Mandiri

Kaji pengetahuan klien tentang

panyakit, prognosis dan harapan masa

yang akan datang.

Diskusikan kebiasaan pasien dalam

penatalaksanaan proses sakit melalui

diet, obat-obatan, latihan dan istirahat

Bantu dalam merencanakan jadwal

aktivitas terintegrasi yang realistis,

istirahat, manajemen stres

Tekankan pentingnya melanjutkan

manajemen farmakologis

Rekomendasikan penggunaan aspirin.

Tinjau pentingnya diet yang seimbang

dengan makan makanan yang banyak

mengandung vitamin, protein dan zat

besi.

Anjurkan pasien obesitas untuk

menurunkan berat badan dan berikan

informasi penurunan berat badan

sesuai kebutuhan.

Memberikan pengetahuan

dimana pasien dapat membuat

pilihan berdasarkan informasi.

Tujuan kontrol penyakit untuk

menekan inflamasi

Untuk mengurangui terjadinya/

bertambahnya nyeri akibat stres

yang meningkat.

Keuntungan dari terapi obat-

obatan bergantung dari

ketepatan dosis

Untuk meminimalkan iritasi

pada gaster, mengurangi resiko

perdarahan.

Meningkatkan perasaan sehat

dan perbaikan degenerasi

jaringan

Penurunan berat badan akan

mengurangi nyeri, terutama

pinggul, lutut, pergelangan

kaki, telapak kaki.

16

Page 17: Rematoid artritis lansia

DAFTAR PUSTAKA

Charles J Reeves, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC

Herdi Sibuea et al, 1992, Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : rumah sakit PGI Tjikini, FKUI

http : //www.artritis.Net./link/artritis.html

http : //www.tabloidnova.com/articles.asp?id=850

http : //www.suara merdeka.com

Manjoer A, dkk, 1999, Kapita Selekta kedokteran Jilid 1 Edisi 3, Jakarta: Media Aesculapius FK UI

Miller, Carol A. 1995. Nursing care of Older Adult. Second edition. Philadelphia: JB Lippincot

Prince S.A., & Wilson L.M., 1995, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Buku 2 Edisi 4, Jakarta: EGC

Smeltzer S.C., & Bare B.G., 2001, Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3, Jakarta: EGC

Ochie, Diambil tanggal 17 Febuari 2006, Radang Sendi sent on 10-06-2004 http://www.restro.co.id/sehat.php?go?90=sht%2fmenukhusus25.htm

Wijayakusuma M.H., 2005, Mengusir Rematik & Asam Urat Tinggi dengan Makanan Sehat , http://ciptapangan.com/tips.detail.php?tips-id=182&detal-page=4 diambil tanggal 17 Febuari 2006

17

Page 18: Rematoid artritis lansia

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NODX

KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

1 Nyeri akut/ kronik

berhubungan dengan

peningkatan asam urat

yang memicu

pembentukan kristal.

Nyeri hilang.

Dengan kriteria hasil :

Klien terlihat

rileks

Dapat beristirahat

dan tidur

Berpartisipasi

dalam aktivitas

sesuai kemampuan

Selidiki keluhan nyeri; catat lokasi nyeri

dan intensitas (skala 0 - 10). Catat faktor

yang mempercepat dan tanda-tanda rasa

sakit non-verbal.

Anjurkan pasien untuk mandi air hangat

atau mandi pancuran pada wakyu

bangun dan atau pada waktu tidur.

Sediakan waslap untuk mengkompres

sendi-sendi yang sakit beberapa kali

sehari.

Berikan massage lembut.

Dorong penggunaan teknik massase.

Berikan es atau kompres dingin jika

dibutuhkan.

2 Resiko tinggi

gangguan mobilitas

fisik berhubungan

dengan nyeri dan

penurunan kekuatan

otot.

Gangguan mobilitas

fisik tidak terjadi.

Dengan kriteria hasil

Klien dapat

mempertahankan atau

meningkatkan

kekuatan dan fungsi

dari dan atau

kompensasi bagian

tubuh.

Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat

inflamasi/ rasa sakit pada sendi.

Berikan lingkungan yang aman.

Demontrasikan/ bantu teknik

pemindahan dan penggunaan bantuan

mobilitas.

Bantu dengan rentang gerak aktif/ pasif,

demikian juga latihan resistif dan

isometrik jika memungkinkan.

Dorong pasien mempertahankan postur

18

Page 19: Rematoid artritis lansia

tegak dan duduk tinggi berdiri dan

berjalan.

3 Kurang pengetahuan

mengenai remathoid

artritis berhubungan

dengan kurangnya

kebutuhan informasi

dan kesalahan

interpretasi informasi.

Klien dapat mengerti

akan penyakitnya.

Dengan kriteria hasil :

Menunjukan

pemahaman

tentang kondisi/

prognosis

perawatan

Mengembangkan

rencana untuk

perawatan diri,

termasuk

modifikasi gaya

hidup yang

konsisten

Tinjau proses penyakit, prognosis dan

harapan masa depan.

Diskusikan kebiasaan pasien dalam

penatalaksanaan proses penyakit melalui

diet, obat-obatan dan program diet

seimbang, latihan dan istirahat.

Tekankan pentingnya melanjutkan

manajemen farmakoterapeutik.

Dorong pasien obesitas untuk

menurunkan BB dan berikan informasi

penurunan BB sesuai kebutuhan.

Tinjau pentingnya diet yang seimbang

dengan makanan yang banyak

mengandung vitamin, protein dan zat

besi.

Bantu dalam merencanakan jadwal

aktifitas terintegrasi yang realistis,

istirahat, perawatan pribadi, pemberian

obat-obatan, terapi fisik dan manajeman

stress.

4 Resiko

tinggi terjadinya injuri

berhubungan dengan

kelemahan ditandai

dengan klien

mengaakan sering

nyeri pada kaki bila

Cedera tidak terjadi. Kaji kemampuan secara fungsional

Ciptakan lingkungan dan penerangan yang

cukup.

Anjurkan pada keluarga untuk menemani

klien dalam perawatan lansia

Libatkan anggota keluarga dalam

perawatan lansia.

19

Page 20: Rematoid artritis lansia

terlalu banyak

berjalan dan terlalu

lama berdiri, klien

mengatakan kalau

terlalu lelah ia duduk

untuk istirahat dan

klien tampak lemah

CATATAN PERKEMBANGAN Ny. R

NODX.

KEPERAWATANHARI/

TANGGAL IMPLEMENTASI

1. Nyeri akut/ kronik

berhubungan dengan

peningkatan asam

urat yang memicu

pembentukan kristal

Jumat12-05-2006

Mengkaji keluhan nyeri, tingkat/ skala dan durasi

nyeri.

Mengajarkan teknik relaksasi (tarik nafas dalam)

dan teknik distraksi (pengalihan perhatian)

Memantau vital sign.

Menganjurkan klien untuk massage atau

menggunakan kompres hangat pada daerah yang

nyeri.

20

Page 21: Rematoid artritis lansia

2 Kurang pengetahuan

mengenai

berhubungan dengan

kurangnya

kebutuhan

informasi dan

kesalahan

interpretasi

informasi.

Senin

15-05-2006

Meninjau proses penyakit, prognosis dan

harapan masa depan.

Mendiskusikan kebiasaan pasien dalam

penatalaksanaan proses penyakit melalui

program diet seimbang, obat-obatan dan latihan

dan istirahat.

Memberikan informasi mengenai pengertian,

penyebab, tanda dan gejala penyakit rematik.

Menjelaskan cara pengobatan secara tradisional,

yaitu membuat ramuan yang dapat diminum

setiap hari.

Memotivasi klien untuk mencoba ramuan yang

telah diajarkan

21

Page 22: Rematoid artritis lansia

3

4

Resiko tinggi

gangguan mobilitas

fisik berhubungan

dengan nyeri dan

penurunan kekuatan

otot.

Resiko tinggi

terjadinya injuri

berhubungan dengan

kelemahan ditandai

dengan klien

mengaakan sering

nyeri pada kaki bila

terlalu banyak

berjalan dan terlalu

lama berdiri, klien

Selasa

16-05-2006

Selasa

16-05-2006

Mengevaluasi / memantau tingkat inflamasi/rasa

sakit pada sendi

Menjelaskan pada keluarga tentang pentingnya

lingkungan yang nyaman bagi klien

Mengajarkan klien teknik pemindahan dan

penggunaan bantuan mobilitas.

Mendorong klien untuk mempertahankan postur

tegak dan teknik duduk yang nyaman.

Mengkaji tingkat kemampuan aktivitas klien

Menganjurkan keluarga selalu membantu klien

dalam pemenuhan kebutuhannya

Menganjurkan keluarga untuk menciptakan

lingkungan yang nyaman bagi klien dan dengan

pencahayaan yang cukup.

22

Page 23: Rematoid artritis lansia

5

6

mengatakan kalau

terlalu lelah ia duduk

untuk istirahat dan

klien tampak lemah

Nyeri akut/ kronik

berhubungan dengan

peningkatan asam

urat yang memicu

pembentukan kristal

Resiko tinggi

gangguan mobilitas

fisik berhubungan

Sabtu20-05-2006

Selasa23-05-2006

Mengkaji/ mengevaluasi keluhan nyeri, tingkat/

skala dan durasi nyeri.

Mengajarkan teknik relaksasi (tarik nafas dalam)

dan teknik distraksi (pengalihan perhatian)

Memantau vital sign.

Menganjarkan klien massage dan penggunaan

kompres hangat pada daerah yang nyeri.

Mengajarkan pada klien teknik mengurangi nyeri

dengan amuan tradisional.

Mengevaluasi / memantau tingkat inflamasi/ rasa

sakit pada sendi

Menjelaskan pada keluarga tentang pentingnya

lingkungan yang aman

Mengajarkan klien rentang gerak aktif dan gerak

23

Page 24: Rematoid artritis lansia

7

dengan nyeri dan

penurunan kekuatan

otot.

Kurang pengetahuan

mengenai remathoid

artritis berhubungan

dengan kurangnya

kebutuhan

informasi dan

kesalahan

interpretasi

informasi

Jumat26-05-2006

pasif.

Mendorong klien untuk mempertahankan postur

tegak dan teknik duduk yang nyaman.

Menganjurkan klien untuk lebih banyak

mengkonsumsi buah dan sayur serta mengatur

pola makan yang sesuai bagi klien.

Mengkaji pengetahuan klien dan keluarga

tentang remathoid arthritis

Meninjau proses penyakit, prognosis dan

harapan masa depan.

Mendiskusikan kebiasaan pasien dalam

penatalaksanaan proses penyakit melalui diet,

obat-obatan dan program diet seimbang, latihan

dan istirahat.

Memberi kesempatan klien dan keluarga

bertanya bila ada yang kurang jelas

24

Page 25: Rematoid artritis lansia

8

9

10

Kurang pengetahuan

mengenai remathoid

artritis berhubungan

dengan kurangnya

kebutuhan

informasi dan

kesalahan

interpretasi

informasi

Nyeri akut/ kronik

berhubungan dengan

peningkatan asam

urat yang memicu

pembentukan kristal

Resiko tinggi

terjadinya injuri

Selasa30-05-2006

Kamis01-06-2006

Kamis01-06-2006

Mengkaji pengetahuan klien dan keluarga

tentang gizi untuk remathoid arthritis

Menjelaskan pengertian gizi

Menjelaskan macam-macam zat gizi yang

dibutuhkan oleh lansia

Menjelaskan makanan yang dianjurkan untuk

dikonsumsi lansia

Menjelaskan makanan yang dipantang/ tidak

dianjurkan untuk lansia

Memberi kesempatan klien dan keluarga

bertanya bila ada yang kurang jelas

Mengkaji/ mengevaluasi keluhan nyeri, tingkat/

skala dan durasi nyeri.

Memantau vital sign.

Menganjurkan klien dan keluarga tetap

melakukan penanganan nyeri dengan pengaturan

pola makan, aktifitas edan istirahat dan obet-

obetan tradisional

Mengkaji/ mengevaluasi tingkat kemampuan

aktivitas klien

Menganjurkan keluarga selalu membantu klien

dalam pemenuhan kebutuhannya

25

Page 26: Rematoid artritis lansia

berhubungan dengan

kelemahan

Menganjurkan keluarga untuk menciptakan

lingkungan yang nyaman bagi klien dan dengan

pencahayaan yang cukup.

Berpamitan melakukan proses terminasi

26

Page 27: Rematoid artritis lansia

IX. PRE PLANNING PENYULUHANGIZI UNTUK LANSIA DENGAN REUMATHOID ARTRITIS

A. Latar Belakang

Makan merupakan bagian dari ritme biologis tubuh yang berfungsi

memenuhi kebutuhan nitrisi dalam hal ini zat gizi guna mengembalikan daya

tahan dan stamina tubuh. Kebutuhan nutrisi bervariasi pada masing masing

orang, tetapi pada umumnya proses penyerapan zat nutrisi/gizi menurun seiring

dengan bertambahnya usia hal ini dapat disebabkan banyak faktor yang salah

satunya dengan bertambahnya usia maka fungsi dari organ-organ saluran

pencernaaan juga mengalami penurunan sehingga proses pencernaan makanan

baik secara mekanik dan kimia juga mengalami penurunan.

Pada lansia khususnya yang mengalami penyakit remathoid atritis salah

satu faktor yang berpengaruh dalam prosespenyembuhan dan pencegahan

penyakit adalah gizi atau nutrisi yang dikonsumsi karena dengan mengkonsumsi

makanan yang tepat dapat mencegah dan meringankan penyakit remathoid artritis.

Pemberian gizi yang seimbang dan benar dapat meningkatkan resistensi tubuh

terhadap penyakit dan meningkatkan sistim kekebalan tubuh terutama pada lansia

yang sudah mulai mengalami penurunan fungsi fisiologis tubuh.

B. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah melakukan penyuluhan pada lansia binaan dan keluarga lansia,

diharapkan dapat memahami konsep gizi seimbang untuk lansia.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah melakukan penyuluhan gizi untuk binaan, lanisa binaan dan

keluarga diharapkan mampu :

a. Menyebutkan definisi gizi

b. Menyebutkan macam-macam zat gizi

c. Menyebutkan manfaat dari masing-masing zat gizi

d. Menyebutkan makanan untuk penderita rhematoid artritis

27

Page 28: Rematoid artritis lansia

C. Manfaat

Kegiatan ini diharapkan mampu melibatkan dan mengarahkan keluarga

lansia dan lansia binaan dalam memahami kebutuhan gizi untuk lanisa dengan

rhematoid artritis.

D. Pokok Bahasan

Gizi untuk lansia dengan remathoid artritis

E. Sub Pokok Bahasan

1. Definisi gizi

2. Macam-macam zat gizi

3. Manfaat dari masing-masing zat gizi

4. Makanan untuk penderita rhematoid artritis

F. Sasaran

Lansia binaan dan keluarga lansia binaan.

G. Metode

Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi.

H. Waktu dan Tempat Penyuluhan

1. Hari/tanggal : Senin, 29 Mei 2006

2. Waktu : 11.00 – 11.30 WIB

3. Tempat : Rumah Ny. R, Jl. Bajak II H Gg. Nasional no.25

Lingk. IX Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas

Medan.

I. Media Penyuluhan

1. Lembar balik

2. Booklet

28

Page 29: Rematoid artritis lansia

J. Pelaksanaan Kegiatan

NO

KEGIATA

N

PENYULUH PESERTA MEDI

A

WAKT

U

1 Pembukaan - Memberi salam.

- Menjelaskan tujuan, manfaat dan cakupan materi.

- Menjawab salam.

- Mendengarkan dan memperhatikan.

3 menit

2 Kegiatan Inti - Menjelaskan definis gizi

- Menjelaskan macam-macam zat gizi

- Menjelas manfaat dari masing-masing zat gizi

- Menjelaskan makanan untuk penderita rhematoid artritis

- Memberikan kesempatan untuk bertanya jika ada yang kurang jelas.

- Mendengarkan dan memperhatikan

- Memperhatikan dan menyimak.

- Mendengarkan dan memperhatikan.

- Memperhatikan dan menyimak.

- Bertanya jika ada hal yang kurang jelas.

Lembar balik

20 menit

3 Penutup - Mengevaluasi pengetahuan keluarga lansia dan lansia binaan.

- Menyimpulkan materi yang telah disampaikan.

- Memberi

- Menjawab pertanyaan.

- Mendengarkan dan memperhatikan

- Menjawab

LeafletBooklet

7 menit

29

Page 30: Rematoid artritis lansia

salam. salam

K. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan.

b. Media dan alat memadai.

c. Setting sesuai dengan kegiatan.

2. Evaluasi Proses

a. Pelaksanaan preplanning sesuai dengan alokasi waktu.

b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif.

c. Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal hal yang diajukan oleh

penyuluh pada saat evaluasi.

3. Evaluasi Hasil

a. Peserta mampu menjawab 80% pertanyaan yang diajukan oleh

penyuluh pada saat evaluasi.

L. ReferensiOchie, Diambil tanggal 17 Febuari 2006, Radang Sendi sent on 10-06-2004

http://www.restro.co.id/sehat.php?go?90=sht%2fmenukhusus25.htm

Soekirman. (2000). Ilmu gizi dan aplikasinya untuk keluarga dan masyarakat.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan

Nasional.

Smeltzer S.C., & Bare B.G., 2001, Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3, Jakarta: EGC

Wijayakusuma M.H., 2005, Mengusir Rematik & Asam Urat Tinggi dengan

Makanan Sehat , http://ciptapangan.com/tips.detail.php?tips-id=182&detal-

page=4 diambil tanggal 17 Febuari 2006

http://www.massage-tools.com/stres-relief.htm

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1203/13/hikmah/lainnya3.htm

http://unisosdem.org/article_detail.php?aid=3483&coid=2&caid=42&gid=5

30

Page 31: Rematoid artritis lansia

MATERI GIZI UNTUK LANSIA DENGANREMATHOID ARTRITIS

A. Definisi

Gizi dapat didefenisikan sebagai proses dimana organisme

menggunakan makanan. Makanan merupakan bahan organic yang diklasifikasikan

menjadi 3 kelompok: Protein, Karbohidrat, Lemak, kesemuanya dapat ditemukan

pada hewan atau bahan sayur-sayuran. Walaupun demikian, zat gizi termasuk

setiap bahan yang memberikan gizi atau yang dapat digunakan oleh tubuh,

misalnya: air, vitamin dan garam mineral.

B. Jenis-Jenis Zat Gizi

Zat-zat gizi yang perlu dikonsumsi setiap orang setiap hari adalah sebagai

berikut:

1. Sumber tenaga/karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber tenaga bagi setiap orang, karbohidrat

dapat diperoleh dari makanan yang mengandung tepung seperti: nasi, roti,

ubi, jagung dan kentang. Apabila tidak mendapatkan asupan karbohidrat

yang memadai untuk menghasilkan energi, tubuh akan memecah protein

dan lemak cadangan dalam tubuh. Sumber-sumber karbohidrat: Beras,

gandum, ubi, jagung dan kentang.

Fungsi Karbohidrat:

Hampir semua karbohidrat diit pada akhirnya digunakan untuk memenuhi

kebutuhan energi tubuh. Beberapa karbohidrat yang ada digunakan untuk

sintesis dari sejumlah senyawa pengatur.

a. Energi

b. Aksi pencadangan protein

c. Pengaturan metabolisme lemak

d. Peranan dalam fungsi gastrointestinal

31

Page 32: Rematoid artritis lansia

2. Protein

Diperlukan sebagai pembentuk jaringan baru. Kekurangan asupan protein

dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan jaringan tubuh yang rusak

sehingga mengakibatkan lamban pulihnya suatu kerusakan jaringan tubuh.

Protein merupakan salah satu zat gizi yang dibutuhkan seseorang karena

fungsi utamanya sebagai zat pembangun dan pengatur disamping sebagai

bahan bakar tubuh. Bahan makanan yang mengandung protein

digolongkan menjadi dua golongan yaitu bahan makanan sumber protein

hewani dan bahan makanan sumber protein nabati. Bahan makanan dari

hewani nilai proteinnya lebih tinggi dari pada nabati, karena kandungan

asam amino sebagai molekul pembentuk protein lebih lengkap

susunannya. Oleh karena itu bahan makanan dari hewani merupakan

sumber protein yang baik dan sempurna. Contoh protein nabati adalah

tempe, tahu. Dan golongan kacang-kacangan serta biji-bijian. Sedangkan

protein hewani contohnya ikan, telur, daging dll.

3. Lemak

Seperti karbohidrat lemak merupakan senyawa karbon ,hydrogen dan

oksigen.tetapi proporsi oksigen lebih rendah. Lemak termsuk senyawa

minyak-minyakan dan bahan mirip lemak yang mempunyai rasa

minyakdan tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic tertentu

seperti eter,alcohol dan benzen.

Terdapat banyak asam lemak yang ditemukan dalam alam yang berbeda

dalam jumlah atom karbon dan ikatan ganda yang dikandungnya. Mereka

adalah asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.

Fungsi Lemak

Fungsi utama lemak adalah untuk memberikan energi setiap setiap

gram lemak jika dioksidasi menghasilkan sekitar sembilan kalori.

Lemak berfungsi untuk mempermudah absorbsi vitamin yang larut

dalam lemak, yaitu: vitamin A,D,E,dan K.

32

Page 33: Rematoid artritis lansia

Lemak memberikan rasa makanan yang menyenangkan dan memberi

perasaan kenyang karena kecepatan pengosongan dari lambung

dikaitkan dengan kandungan lemaknya.

4. Vitamin

Dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis yang berlangsung dalam

tubuh. Misalnya, vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan, vitamin B1 dan

B2 sebagai penghasil energi, vitamin B6 sebagai pengatur pemakaian

protein tubuh, vitamin B12 membantu kelancaran pembentukan sel-sel

darah merah. Vitamin C membantu penyerapan zat besi guna mencegah

anemia, dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium. Biasa

ditemukan dalam sayur-sayuran segar dan buah-buahan segar

5. Mineral

Antara lain :

Kalsium, digunakan untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi

serta persendian. Jika seseorang kekurangan kalsium, maka akan

mengakibatkan tulang keropos atau osteoporosis. Untuk itu perlu

mengkonsumsi susu, telur, keju, kacang-kacangan, atau tablet kalsium

yang dapat diperoleh saat periksa ke Puskesmas atau klinik.

Zat besi, erat berkaitan dengan anemia atau kekurangan sel darah

merah sebagai adaptasi adanya perubahan fisiologis menurunnya

fungsi tubuh memproduksi sel darah merah.

C. Pedoman Menu bagi Penderita Remathoid Atritis

Karena sebagian besar kasus rematik merupakan akibat kerja, gaya

hidup modern dan pola makan yang kurang sehat, maka cara

pencegahannya dilakukan dengan cara menghindari hal-hal yang bersifat

negatif tersebut. Mengatur pola makan dengan seimbang (tidak berlebihan

konsumsi lemak) agar tidak kegemukan merupakan salah satu cara yang

tepat mencegah arthritis. Olahraga teratur, istirahat cukup dan minum air

putih 10 gelas per hari sangat dianjurkan untuk mendukung kelancaran

33

Page 34: Rematoid artritis lansia

metabolisme tubuh menghindari gejala rematik yang cukup mengganggu

kesehatan.

Berikut ini pedoman untuk menyusun menu bagi lansia:

1. Makan dua kali lebih dari biasanya, bukan hanya dalam jumlah porsi,

namun lebih ditekankan pada mutu zat-zat gizi yang terkandung dalam

makanan yang dikonsumsi.

2. Makanan dapat diberikan 4-6 kali waktu makan sesuai dengan kemampuan

lansia. Jangan memaksa untuk menghabiskan makanan yang tersaji jika

merasa mual, pusing, dan ingin muntah.

3. Batasi konsumsi makanan berlemak tinggi dan yang merangsang seperti

cabe, makanan bergas seperti nangka, nanas dan durian, serta yang

beralkohol semacam tape.

4. Berikan minum 1/2 jam sehabis makan. Perbanyak minum air putih, sari

buah seperti air jeruk, air tomat dan sari wortel. Penting untuk

menghindari minuman berkafein seperti kopi, coklat, dan soft drink

(minuman ringan) pemicu hipertensi.

5. Hindari konsumsi bahan makanan olahan pabrik yang diberi pengawet dan

pewarna yang dimasukkan ke dalam bahan pangan, karena dapat

membahayakan kesehatan.

6. Hindari makanan berkalori tinggi dan banyak mengandung gula serta

lemak namun rendah kandungan zat gizi, makanan siap saji, makanan

kecil, coklat, karena akan mengakibatkan mual dan muntah.

7. Hindari konsumsi makanan laut dan daging yang pengolahannya tidak

sempurna karena besar risikonya tercemar kuman dan bakteri yang

membahayakan. Untuk menghindarinya, masaklah makanan sampai

matang benar, dan cuci makanan untuk menjaga kebersihan, terutama buah

dan sayuran sampai bersih sebelum dikonsumsi.

Makanan yang dianjurkan bagi lansia

1. Perbanyak mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran segar yang kaya akan

antioksidan.

34

Page 35: Rematoid artritis lansia

2. Minum susu yang mengandung kalsium tinggi dan yang mengandung

rendah lemak.

3. Perbanyak minum air putih minimal 10 gelas perhari.

Makanan yang sebaiknya dihindari :

1. Kopi atau minuman berkafein, mengisap rokok atau minum minuman

beralkohol. Kafein dapat meningkatkan denyut jantung, alkohol menguras

Vit B yang memdukung sistem syaraf dan nikotin bersifat neurostimulan

yang justru membangkitkan semangat

2. Makanan dengan bumbu menyengat, karbohidrat sederhana (gula, sirup),

makanan berpengawet dan makanan kaleng.

3. MSG (Monosodiumglutamate) sebaiknya dihindari karena memunculkan

reaksi stimulan.

4. Makanan yang mengandung purin tinggi misalnya jeroan, emping melinjo,

bayam, remis, kepiting, durian, kacang-kacangan yang dikeringkan, dan

lain-lain.

Contoh Pola Menu Bagi LansiaJADWAL MAKAN CONTOH MENU MAKANAN

Pagi hari 1 gelas susu (2 sendok makan susu bubuk + gula)

Roti + satu butir telur 1 potong buah (pisang kepok)

Jam 10 pagi 1 gelas sari buah/ jus Kue

Siang hari o 10 sendok makan nasi putih

o 1 potong besar ikan/ daging/ ayam

o 1 mangkuk sayur

o 1 potong buah

Jam 4 sore 1 gelas bubur Malam hari 10 sendok makan nasi putih

1 potong ikan/ daging/ ayam Sayur secukupnya 1 potong buah

Menjelang tidur 1 gelas susu (2 sendok makan susu bubuk)

35

Page 36: Rematoid artritis lansia

36

Page 37: Rematoid artritis lansia

PRE PLANNING PENYULUHAN KESEHATAN

TENTANG ARTHRITIS RHEUMATOID

A. LATAR BELAKANG

Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh perawat pada saat Praktek

Belajar Lapangan di Lingkungan IX terhadap Ny. R yang menderita Remathoid

Artritis mengatakan bahwa ia sering merasa nyeri pada pinggang dan lutut

kakinya, lebih terasa bila terlalu banyak berjalan atau terlalu lama berdiri. Dan

utukmeringankan keluhan nyeriklien istirahat duduk sambil memijit kakinya

dengan balsem dan sekali-kali merendam kakinya dengan air hangat.

Berdasarkan hal diatas perawat ingin memberikan penyuluhan kesehatan

mengenai remathoid artritis agar klien dan keluarga lebih mengerti dan dapat

melakukan perawatan pada remathoid artritis.

B. TUJUAN1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 20 menit, diharapkan

lansia dan keluarga akan mampu memahami dan menanggulangi penyakit

Arthritis rheumatoid.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang Arthritis rheumatoid

selama 20 menit, lansia mampu :

a. Menjelaskan pengertian Arthritis rheumatoid

b. Menjelaskan peyebab Arthritis rheumatoid

c. Menjelaskan tanda dan gejala Arthritis rheumatoid

d. Menjelaskan penatalaksanaan Arthritis rheumatoid

e. Menjelaskan diet penderita Arthritis rheumatoid

f. Menjelaskan obat-obatan tradisional Arthritis rheumatoid dan cara

pengolahannya.

C. MATERI 1. Pengertian Arthritis rheumatoid

37

Page 38: Rematoid artritis lansia

2. Penyebab Arthritis rheumatoid

3. Tanda dan gejala Arthritis rheumatoid

4. Penatalaksanaan Arthritis rheumatoid

5. Diet penderita Arthritis rheumatoid

6. Obat-obatan tradisional Arthritis rheumatoid dan cara pengolahannya.

D. METODE1. Ceramah

2. Diskusi / Tanya jawab

E. WAKTU DAN TEMPAT PENYULUHAN1. Hari/ Tangga : Jumat/ 26 Mei 2006

2. Waktu : 11.00 Wib – selesai

3. Tempat : Gg. Nasional Bajak II H Lingk IX

Kelurahan Harjosari II Medan Amplas

E. PELAKSANAAN

No Kegiatan Pendidik Peserta Waktu

1 Pembukaan Memberi salam Menjelaskan tujuan

Menjawab salam Mendengarkan dan

memperhatikan

5 menit

2 Kegiatan inti

Menjelaskan pengertian penyakit remathoid arthritis

Menjelaskan penyebab penyakit remathoid arthritis

Menjelaskan tanda dan gejala penyakit remathoid arthritis

Menjelaskan penanganan pada penyakit remathoid arthritis

Menjelaskan pencegahan penyakit remathoid arthritis

Mendengarkan dan memperhatikan

Mendengarkan dan memperhatikan

Mendengarkan dan memperhatikan

Mendengarkan dan memperhatikan

Mendengarkan dan memperhatikan

15 menit

38

Page 39: Rematoid artritis lansia

3 Penutup Tanya jawab

Menutup dan mengucapkan salam

Bertanya dan menjawab

Menjawab salam

10menit

F. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Standar

Kesiapan pengunjung/pasien Puskesmas Darusalam mengikuti

penyuluhan tentang penyakit remathoid arthritis

Media dan alat dipahami.

Tempat sesuai dengan kegiatan.

2. Evaluasi Proses

Kegiatan penyuluhan dilakukan sesuai dengan waktu yang

direncanakan.

Perawat pengunjung/pasien Puskesmas Darusalam kooperatif dan aktif

dalam mengikuti penyuluhan.

3. Evaluasi Akhir

Setelah mengikuti penyegaran maka pengunjung/pasien Puskesmas

Darusalam akan dapat:

Menjelaskan kembali tentang pengertian penyakit remathoid arthritis

Menjelaskan kembali tentang penyebab penyakit remathoid arthritis

Menjelaskan kembali tentang tanda dan gejala penyakit remathoid

arthritis

Menjelaskan kembali tentang penanganan pada penyakit remathoid

arthritis

Menjelaskan kembali tentang pencegahan penyakit remathoid arthritis

39

Page 40: Rematoid artritis lansia

MATERI PENYULUHAN

REUMATOID ARTHRITIS

A. Defenisi

Reumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang

dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang

menyebabkan kerusakan pada tulang, sendi, ankilosis, dan deformitas. (Suzanne,

CS, 2002).

B. Etiologi

Sampai sekarang ini masih belum diketahui, tetapi ada yang mengatakan

karena hal-hal dibawah ini. Yang kesemuanya belum merupakan bukti yang

nyata.

1. Faktor Keturunan dan Lingkungan

Terjalin hubungan yang erat antara HLA-DW4 dengan arthritis reumatoid

seropositif. Hubungan ini menunjukkan bahwa penderita memiliki resiko

4 kali lebih mudah terserang penyakit ini.

2. Pengaruh Hormon dan Seks

Perempuan dengan hormon estrogennya lebih berpeluang terserang

arthritis reumatoid dibandingkan dengan pria. Hormon estrogen sangat

penting untuk menjaga kepadatan tulang. Kekurangan hormon estrogen

mengakibatkan lebih banyak penghancuran tulang daripada pembentukan

tulang. Keadaan ini mempercepat dan memperberat penyakit srthritis

reumatoid.

1. Adanya Infeksi

Infeksi dibagian persendian akibat bakteri, mikoplasma atau koloni jamur,

dan virus bisa meniumbulkan sakit yang terjadi secara mendadak.

Biasanya, disertai juga dengan tanda-tanda peradangan, seperti panas,

nyeri, bengkak dan gangguan fungsi. Infeksi dan peradangan merupakan

gejala yang khas sebagai tanda timbulnya arthritis reumatoid.

40

Page 41: Rematoid artritis lansia

2. Munculnya Heat Shock Protein (HSP)

Heat shock protein merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang

muncul sebagai bentuk respon tubuih yang sedang mengalami stres.

Namun, keberadaan protein ini justru akan memicu terjadinya arthritis

reumatoid.

3. Adanya Radikal Bebas

Radikal bebas seperti superoksida dan lipid peroksidase akan merangsang

keluarnya prostaglandin. Adanya prostaglandin akan menimbulkan rasa

nyeri, peradangan, dan pembengkakan.

4. Pengaruh Usia

Umur 35-45 tahun lebih rentan terhadap penyakit rematik jenis ini,

meskipun secara umum arthritis reumatoid terjadi pada kelompok umur

20-60 tahun.

C. Manifestasi Klinis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan. Namun ini tidak

harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. oleh karena memiliki gambaran

klinis yang bervariasi.

Sebagai pedoman umum yang dipakai kriteria dari ARA (American

Reumatism Assosiation) untuk menegakkan diagnosis.

1. Adanya rasa kaku pada pagi hari (morning stiffnes)

Penderita merasa kaku dari mulai bangun tidur sampai sekurang-

kurangnya 2 jam, bahkan kadang-kadang sampai jam 11 siang rasa kaku

tersebut mulai bekurang.

2. Pembengkakan jaringan lunak sendi (soft tissue swelling) bukan

pembesaran tulang (hyperostosis) belangsung sekurang-kurangnya 6

minggu.

3. Nyeri pada sendi yang terkena bila digerakkan (joint tenderness on

moving) sekurang-kurangnya didapati pada satu sendi.

4. Nyeri pada sendi bila digerakkan (pada sendi terkena), sekurang-

kurangnya pada sebuah sendi yang lain.

41

Page 42: Rematoid artritis lansia

5. Poli artritis yang simetris dan serentak (symmetrical poliartritis

simultaneously). Serentak disini diartikan jarak antara rasa sakit pada satu

sendio disusul oleh sendi yang lain harus kurang dari 6 minggu.

6. Didapati adanya nodulus Reumatikus subkutan.

7. Didapati adanya kelainan radiologik pada sendi yang terkena, sekurang-

kurangnya dengan klasifikasi.

8. Tes faktor rema positif (Rheuma factor test positif).

9. Pengendapan mucin yang kurang pekat (poor mucin positif).

10. Didapati gambaran histologik pada jaringan sinovial sedikitnya 3 dari

yang disebut dibawah ini.

Villi hypertropi

Proliferasi jaringan sinovial

Adanya pusat-pusat / kelompok sel yang mati (central necrose)

Deposit-deposit / timbunan sel fibrin.

Adanya sebukan sel-sel radang menahun dan mendadak.

Didapati gambaran histologik yang khas dari sayatan melintang benjolan rema

(Reumatoid nodule) sekurang-kurangnya 3 dari yang disebut dibawah ini :

1. Adanya daerah-daerah sel yang mati yang terletak ditengah-tengah.

2. Dikelilingi dengan sel-sel yang berproliferasi yang berjajar membentuk

gambaran jeruji sepeda.

3. Didapati sel fibrosis dibagian tepinya.

4. Adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun.

Sebenarnya masih ada 20 lagi yang tergolong pengecualian yang tidak

termasuk Reumatoid arthritis misalnya :

1. Bila ada tanda rash yang khas (butterfly formation) pada SLE.

2. Jelas adanya skleroderma.

3. Adanya gambaran demam reumatik dan sebagainya.

42

Page 43: Rematoid artritis lansia

Berdasarkan kriteria yang diatas diadakanlah pembagian kelas anatara

lain:

5. Classical RA : Bila didapat sekurang-kurangnya 7 dari 11 kriteria.

6. RA defenit : Bila didapati 5 kriteria tersebut.

7. Probably RA : Bila hanya 3 kriteria saja

8. Possible RA : Bila hanya 1 kriteria.

Sering penderita mulai mengeluh rasa sakit dan pembengkakan pada

sendi-sendi (jari tangan) dimulai sendi metakarpofalangeal dan disertai dengan

bengkak yang khas pada pergelangan tangan bagian dorsal. Pikirkan kemungkinan

Reumatoid terlebih dahulu lebih-lebih bila simetris.

D. Klasifikasi

Penderita arthritis reumatoid dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:

4. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid, tetapi selanjutnya

dapat sembuh secara sempurna.

5. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid sepanjang hidup,

tetapi sesekali diselingi kesembuhan yang sifatnya singkat.

6. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid secara progresif

yaitu disertai dengan penurunan fungsi sendi pada setiap kali terjadi

serangan rematik.

Wanita lebih sering menderita rematik jenis ini dibandingkan pria,

perbandingannya 3 : 1. Keadaan ini berkaitan dengan peristiwa menopause yang

tidak dialami pria.

43

Page 44: Rematoid artritis lansia

E. Patofisiologi

(Miller, 1995)

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Terlihat adanya hipertropi dari villi pada sendi, penebalan jaringan

sinovial, adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun, jaringan

fibrosit dan pusat-pusat nekrosis. Semuanya menghasilkan pembengkakan

sendi yang amat nyeri dalam keadaan diam maupun bila digerakkan.

Pembentukan pannus yang cepat akan menerobos tulang rawan sendi,

periost sehingga pada akhirnya sendi tersebut dengan pannus yang

Perubahan berhubungan dengan usia: Menurunnya autoimun. Kartilago sebagai pelumas sendi

berkurang. Kekuatan otot berkurang. Perubahan struktur tulang. Penurunan mekanisme proliferasi

tulang.

Faktor Resiko: Asam urat Obesitas dan cidera Konsumsi lemak berlebihan Kebiasaan diet yang mengandung

lemak hewani. Kurang beraktivitas

Pengaruh Negatif Dari

Fungsi-Fungsi Yang

Terganggu:

Pembengkakan jaringan lunak sendi.

Kerentanan peningkatan suhu tubuh.

Peradangan pada sendi-sendi.

Berkurangnya respon adaptif terhadap aktvitas yang berlebih.

Kelainan bentuk pada sendi/kontraktur.

Menurunnya kekuatan otot.

Meningkatnya kerentanan terhadap cidera.

44

Page 45: Rematoid artritis lansia

berlapis-lapis, maka lambat laun merupakan anyaman yang saling bertaut

sehingga pada akhirnya timbul ankilosis. Proses penerobosan ini akan

berlangsung terus kedalam tulang sehingga pada suatu saat tulang jadi

rapuh dan hancur. Akibatnya timbul deformitas, subluksasi bahkan

destruksi yag hebat.

Akibat ini pula otot-otot disekitar sendi tidak digunakan lagi dan timbul

“Disused athropy”. Akhirnya penderita kan cacat, dan sendi-sendi

besarnya juga akan mengalami ankilosis.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Test faktor reuma (RF), biasanya positif pada 70-80% penderita RA

terutama bila Ranya masih aktif.

C-reactive protein; biasanya positif pada penderita RA sejenisnya.

Laju endap darah (LED) biasanya meninggi pada RA.

Sering dijumpai lekositosis.

Anemia akibat adanya inflamasi yang kronis. Disini pemberian Fe per-

oral atau suntikan tidak akan menolong.

Pada hitung jenis lekosit, polimorfonuklear persentasenya Meninggi.

Kadar albumin serum turun dan globulin naik.

Pada pemeriksaan X-Ray semua sendi dapat terkena, tapi biasanya

yang sering metatarsofalangeal dan biasanya simetris. Disamping itu

sendi sakroiliaka juga sering terkena.

3. Pemeriksaan Radiologik

Didapati adanya tanda-tanda dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada

sensi yang terkena.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penderita Reumatoid arthritis dibagi atas :

1. Medikamentosa

2. Fisioterapi

3. Pembedahan

45

Page 46: Rematoid artritis lansia

4. Psikoterapi

Tujuan pengobatan pada Reumatoid arthritis :

5. Mencegah deformitas.

6. Menghilangkan rasa sakit.

7. Mengusahakan agar dapat tetap bekerja dan hidup secara bias baik

dirumah maupun di tempatkerja, terutama mengataasi keperluan-

keperluan dirinya sehari-hari.

8. Memperbaiki (mengoreksi) deformitas yang sudah terjadi.

MEDIKAMENTOSA

Pengobatan ini dibagi atas beberapa kelompok antara lain :

a. Golongan obat simtomatik. Simple analgesic (paracetamol, aminopirin);

anti inflamasi nonsteroid (indomestin, fenil butazon, sodium diklofenak);

anti inflamasi golongan steroid (prednison).

b. Golongan obat yang mempengaruhi perjalanan penyakitnya (obat-obat

remitif/ remitive agent : Immuno suppresant; obat sitostatika; alkylating

agent; chelating agent; anti malaria; antelmintik.

Pengobatan secara simtomatik

Tidak mempengaruhi perjalanan penyakit penderita, artinya hanya rasa

sakitnya saja yang dikurangi.

Pengobatan secara remitif

Obat ini lebih bermanfaat bagi penderita namun tergolong jenis obat yang

lambat kerjanya. Biasanya diperlukan waktu beberapa bulan pengobatan guna

mencapai kadar yang dikehendaki dalam darah agar mempunyai pengobatan.

PENGOBATAN FISIOTERAPI

Pengobatan ini memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dengan

pengobatan medikamentosa. Disini pencegahan terhadap cacat yang lebih

lanjut dan pencegahan kecacatan dan bila sudah terjadi cacat, dicoba

46

Page 47: Rematoid artritis lansia

dilakukan rehabilitasi bila masih memungkinkan. Sebaiknya dimulai

fisioterapi segera setelah sendi mulai berkurang sakitnya atau sudah minimal.

Bila tidak juga berhasil, mungkin diperlukan pertimbangan untuk tindakan

operatif.

PENGOBATAN PEMBEDAHAN

Bila berbagai cara pengobatan sudah dilakukan namun belum berhasil juga,

dan alasan untuk tindakan operatif cukup kuat, maka dilakukanlah pengobatan

pembedahan. Jenis pengobatan ini umumnya bersifat ortopedik.

PSIKOTERAPI

Biasanya diberikan psikoterapi superficial agar timbul semangat dan keuletan

untuk berobat dan dukungan pada mental penderita supaya dapat menghadapi

diri dan penyakitnya.

Penderita diberi penjelasan bahwa penderita akan tetap dapat melakukan

tugas-tugas sosial yang dihadapinya terutama untuk mancari nafkah, bila

penderita berobat dengan tekun. Dan yang penting tidak mengantungkan

hidupnya pada orang lain (jadi beban, terutama keluarga).

X. H. PencegahanKarena sebagian besar kasus rematik merupakan akibat kerja, gaya

hidup modern dan pola makan yang kurang sehat, maka cara

pencegahannya dilakukan dengan cara menghindari hal-hal yang bersifat

negatif tersebut.

Mengatur pola makan dengan seimbang (tidak berlebihan konsumsi lemak)

agar tidak kegemukan merupakan salah satu cara yang tepat mencegah

arthritis.

Olahraga teratur, istirahat cukup dan minum air putih 10 gelas per hari

sangat dianjurkan untuk mendukung kelancaran metabolisme tubuh

menghindari gejala rematik yang cukup mengganggu kesehatan.

47

Page 48: Rematoid artritis lansia

I. Obat Tradisional

1. Ramuan I (Jahe)

Jahe 2 jari tangan, kayu manis 1 jari tangan, kencur 10 biji, cengkeh 10 biji, air

3 gelas.

Jahe dan kencur dicuci bersih lalu dikupas dan diiris tipis.

Cengkeh dan kayu manis dicuci bersih kemudian dicampurkan dengan jahe

dan kencur yang telah diiris halus serta air sebanyak 3 gelas.

Kemudian semua bahan direbus sampai air rebusan bersisa 1 gelas.

Air rebusan diminum 3 kali sehari sebanyak 1 gelas. Air rebusan dapat

ditambah dengan madu atau gula batu agar tidak terlalu pahit.

2. Ramuan III (Daun Singkong)

5 lembar daun singkong, 15 gram jahe, kapur sirih secukupnya, dihaluskan dan

ditambahkan air secukupnya, diaduk lalu dioleskan pada bagian tubuh yang sakit

3. Ramuan II (Buah Makota Dewa)

Sebanyak 2 buah makota dewa diiris tipis tetapi tidak mengenai bijinya,

kemudian dijemur sampai kering.

Setelah kering diambil sebanyak ukuran 1 buah utuh untuk direbus dengan

air sebanyak 3 gelas sampai hasilnya hingga 1 gelas

Selanjutnya hasil yang satu gelas diminum 3 kali sehari.

Bisa digunakan sebagai pengganti bubuk teh karena baunya wangi.

4. Ramuan IV (Daun Belimbing Wuluh)

100 gram daun muda belimbing wuluh, 10 biji cengkah, 15 biji merica dicuci

lalu digiling halus, tambahkan cuka secukupnya kemudian aduk. Setelah itu

oleskan pada bagian yang sakit.

5. Ramuan V (KUMIS KUCING)

Seluruh bagian tumbuhan segar secukupnya. Dicuci bersih lalu ditumbuk

halus. Hasil tumbukan ditempelkan dibagian yang sakit lalu dibalut.

Ramuan lainnya adalah kumis kucing secukupnya direbus dengan air bersih

beberapa menit. Kemudian dalam keadaan hangat-hangat disiramkan sedikit

demi sedikit pada bagian yang sakit.

48

Page 49: Rematoid artritis lansia

5. Ramuan VI ( PUTRI MALU)

Akar 154 gram direndam dalam 500 ml arak putih selama 2-3 minggu. Ramuan

digunakan sebagai obat gosok.

7. Ramuan VII (KEJI BELING) 7-10 lembar daun keji beling yang tua dicuci bersih, tanaman putri malu dicuci

bersih, kemudian di rebus bersama tanaman putri malu kemudian direbus

dengan 3 gelas air hingga menjadi 2 gelas. Kemudian di minum seperti air putih.

8. Ramuan VIII (SIDAGURI)

Semua bagian sidaguri kering sebanyak 60 gam direbus dengan 4 gelas air sisa

2 gelas. Air rebusan dimunim 2 kali sehari masing-masing 1 gelas.

9. Ramuan IX (SEMBUNG)

Daun dan batang segar masing-masing 20-30 gram, direbus dengan 6 gelas

hingga menjadi 3 gelas. Diminum 3 kali sehari-masing-masing 1 gelas.

49

Page 50: Rematoid artritis lansia

DAFTAR PUSTAKA

Charles J Reeves, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC

Herdi Sibuea et al, 1992, Ilmu Penyakit Dalam, jakarta : rumah sakit PGI Tjikini,

FKUI

http : //www.artritis.Net./link/artritis.html

http : //www.tabloidnova.com/articles.asp?id=850

http : //www.suara merdeka.com

Manjoer A, dkk, 1999, Kapita Selekta kedokteran Jilid 1 Edisi 3, Jakarta: Media

Aesculapius FK UI

Prince S.A., & Wilson L.M., 1995, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Buku 2 Edisi 4, Jakarta: EGC

Smeltzer S.C., & Bare B.G., 2001, Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3, Jakarta: EGC

Ochie, Diambil tanggal 17 Febuari 2006, Radang Sendi sent on 10-06-2004

http://www.restro.co.id/sehat.php?go?90=sht%2fmenukhusus25.htm

Wijayakusuma M.H., 2005, Mengusir Rematik & Asam Urat Tinggi dengan

Makanan Sehat , http://ciptapangan.com/tips.detail.php?tips-id=182&detal-

page=4 diambil tanggal 17 Febuari 2006

50