release 5 agustus 2012

2
1 Katakan TIDAK untuk Diskriminasi: - di Indonesia, di Myanmar, dan dimanapun juga – Saat Myanmar baru saja memulai membuka diri dari rezim otoritarian militeristiknya, dunia tersentak dengan kengerian yang muncul akibat diskriminasi yang dialami etnis Rohingya belakangan ini. Sebuah etnis minoritas di Myanmar, yang sebenarnya telah hidup sejak beratus tahun lalu di wilayah negeri tersebut, yang pada 1982 dicabut status kewarganegaraannya oleh rezim militer San Yu, mengalami intimidasi dan serangan brutal dari mereka yang menganggap diri mayoritas. Negara Myanmar gagal melakukan tindakan-tindakan yang perlu segera dilakukan untuk melindungi dan untuk mencegah makin menyebarnya tindakan keji tersebut. Yang semakin menyedihkan, pengungsi Rohingya yang mencari perlindungan ke Banglades kini juga diusir, semata karena mereka juga tidak dianggap sebagai warga negara Banglades. Akibatnya, etnis Rohingya semakin menderita, terkatung tanpa ada kepedulian baik dari Myanmar ataupun Banglades. Adalah sangat pantas, dan sudah seharusnya, jika sebagai sebuah negara yang beradab, yang berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan ber-Bhinneka Tunggal Ika, dan yang telah menandatangani beragam Konvensi Internasional Hak Asasi Manusia, Indonesia menyampaikan keberpihakannya pada penderitaan etnis Rohingya dan lebih jauh juga telah mencoba mengambil peran yang lebih strategis untuk mencegah meningkat dan meluasnya eskalasi kejahatan atas kemanusiaan ini. Dalam keragaman kepercayaan, agama dan etnik warga negaranya, Indonesia juga rentan terhadap terjadinya peristiwa serupa di tanah air. Negeri inipun, sebenarnya, belumlah terlalu lama bangkit dari luka diskriminasi pada warga minoritas Tionghoanya, yang bahkan residunya masih kadang terasa hingga sekarang. Dalam konteks perbedaan agama dan kepercayaan, pemeluk Ahmadiyah di Indonesia mengalami hal yang serupa, dimana mereka diusir dari tempat tinggalnya, dipaksa pindah dan ditempatkan di barak pengungsian dengan segala keprihatinannya, seperti yang terjadi pada Ahmadiyah di Lombok. Jajaran pemerintah daerah di Lombok Nusa Tenggara bahkan dengan bangga mengusulkan pemindahan warga negara Indonesia pemeluk Ahamadiyah disana kesebuah pulau terpencil yang terisolir dari sekitarnya. Di Cikeusik, warga negara Indonesia pemeluk Ahmadiyah dibunuh secara brutal. Atas semua tragedi tersebut, negara, sebagaimana terjadi di Myanmar dan Banglades, cenderung untuk lepas tangan dan meneruskan pembiaran. Jika saat ini Myanmar dan Banglades seakan tak peduli terhadap kekerasan pada etnis Rohingya karena mereka dianggap bukan warga negara dari Myanmar ataupun Banglades; di Indonesia, diskriminasi justru dilakukan pada warga negaranya sendiri.

Upload: timmediayasmin

Post on 22-Jul-2015

258 views

Category:

News & Politics


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Release 5 agustus 2012

1

Katakan TIDAK untuk Diskriminasi:

- di Indonesia, di Myanmar, dan dimanapun juga –

Saat Myanmar baru saja memulai membuka diri dari rezim otoritarian militeristiknya, dunia tersentak dengan kengerian yang muncul akibat diskriminasi yang dialami etnis Rohingya belakangan ini. Sebuah etnis minoritas di Myanmar, yang sebenarnya telah hidup sejak beratus tahun lalu di wilayah negeri tersebut, yang pada 1982 dicabut status kewarganegaraannya oleh rezim militer San Yu, mengalami intimidasi dan serangan brutal dari mereka yang menganggap diri mayoritas. Negara Myanmar gagal melakukan tindakan-tindakan yang perlu segera dilakukan untuk melindungi dan untuk mencegah makin menyebarnya tindakan keji tersebut. Yang semakin menyedihkan, pengungsi Rohingya yang mencari perlindungan ke Banglades kini juga diusir, semata karena mereka juga tidak dianggap sebagai warga negara Banglades. Akibatnya, etnis Rohingya semakin menderita, terkatung tanpa ada kepedulian baik dari Myanmar ataupun Banglades.

Adalah sangat pantas, dan sudah seharusnya, jika sebagai sebuah negara yang beradab, yang berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan ber-Bhinneka Tunggal Ika, dan yang telah menandatangani beragam Konvensi Internasional Hak Asasi Manusia, Indonesia menyampaikan keberpihakannya pada penderitaan etnis Rohingya dan lebih jauh juga telah mencoba mengambil peran yang lebih strategis untuk mencegah meningkat dan meluasnya eskalasi kejahatan atas kemanusiaan ini.

Dalam keragaman kepercayaan, agama dan etnik warga negaranya, Indonesia juga rentan terhadap terjadinya peristiwa serupa di tanah air. Negeri inipun, sebenarnya, belumlah terlalu lama bangkit dari luka diskriminasi pada warga minoritas Tionghoanya, yang bahkan residunya masih kadang terasa hingga sekarang. Dalam konteks perbedaan agama dan kepercayaan, pemeluk Ahmadiyah di Indonesia mengalami hal yang serupa, dimana mereka diusir dari tempat tinggalnya, dipaksa pindah dan ditempatkan di barak pengungsian dengan segala keprihatinannya, seperti yang terjadi pada Ahmadiyah di Lombok. Jajaran pemerintah daerah di Lombok Nusa Tenggara bahkan dengan bangga mengusulkan pemindahan warga negara Indonesia pemeluk Ahamadiyah disana kesebuah pulau terpencil yang terisolir dari sekitarnya. Di Cikeusik, warga negara Indonesia pemeluk Ahmadiyah dibunuh secara brutal. Atas semua tragedi tersebut, negara, sebagaimana terjadi di Myanmar dan Banglades, cenderung untuk lepas tangan dan meneruskan pembiaran. Jika saat ini Myanmar dan Banglades seakan tak peduli terhadap kekerasan pada etnis Rohingya karena mereka dianggap bukan warga negara dari Myanmar ataupun Banglades; di Indonesia, diskriminasi justru dilakukan pada warga negaranya sendiri.

Page 2: Release 5 agustus 2012

2

Atas semua hal tersebut, kami, jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Bakal Pos (Bapos) Taman Yasmin dan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Filadelfia Tambun Bekasi, yang juga menghadapi diskriminasi berbilang tahun dari negara yang kami perjuangkan juga kemerdekaannya ini, serta semua kawan sejati dan pendamping LINTAS IMAN kami dalam menghadapi dan melawan diskriminasi yang melanda kami ini, menyatakan:

1. Menolak dan mengutuk keras kejahatan atas kemanusiaan yang terjadi pada saudari/saudara kami, etnis Rohingya, di Myanmar. Hentikanlah segera kebiadaban pada mereka! Biarlah dunia bekerja sama untuk mencegah terulangnya peristiwa sejenis disudut manapun didunia ini

2. Agar Pemerintah Indonesia semakin kuat dalam memainkan peran strategisnya, melalui ASEAN ataupun PBB, untuk menghentikan diskriminasi dan intimidasi pada etnis Rohingya. Peran Indonesia dipanggung ASEAN atau PBB dalam upaya menghentikan eskalasi kekerasan atas etnis Rohingya dapat semakin kuat bila sejalan dengan peran tersebut, Indonesiapun secara serius dan berjadwal, segera mengambil langkah-langkah yang tegas untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945 serta Bhinneka Tunggal Ika, sehingga kasus-kasus diskriminasi dan intimidasi pada beragam agama dan kepercayaan serta etnis yang dianggap minoritas di Indonesia, yang sayangnya belakangan marak terjadi, dapat juga dihentikan. Sungguh merupakan hal yang sangat memalukan bila Indonesia berteriak lantang didunia, dengan jari telunjuknya menunjuk angkuh pada hidung pemerintah Myanmar dalam kasus Rohingya, namun disaat yang sama, empat jari lainnya sebenarnya menunjuk balik pada pemerintah Indonesia dan beragam instansi, lembaga, kebijakan dan instrumen negara didalamnya, melakukan kejahatan serupa pada warga negaranya sendiri dalam kasus Ahmadiyah, Syiah, GKI Yasmin, HKBP Filadelfia, dan lain sebagainya.

Kemanusiaan kita seharusnya mendekatkan kita sekalipun kita hidup dalam segala perbedaan agama, kepercayaan, etnis yang ada.

Biarlah Indonesia, dan bahkan dunia ini, dapat menjadi rumah bersama, bagi semua

Jakarta, 5 Agustus 2012

GKI Bakal Pos Taman Yasmin Bogor - HKBP Filadelfia Tambun Bekasi

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) The Wahid Institute - LBH Jakarta

Koordinator Nasional Presidium Jaringan Alumni Muda Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

PBHI Jakarta - YLBHI – ILRC - Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) - Setara Institute - KontraS – Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI)

Human Rights Working Group (HRWG) - PBHI – Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) – Forum Bhinneka Tunggal Ika - LBH Lawyer Street – DPN Repdem –

Ut Omnes Unum Sint Institute - Komunitas Kedai Kopi Bhinneka - VIADUCT Fakultas Hukum Atma Jaya Jakarta