relasi suami-istri dan kualitas perkawinan pada … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan...

54
RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA KELUARGA PETANI NURUL IZMAH DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: vukhanh

Post on 16-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN

PADA KELUARGA PETANI

NURUL IZMAH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan
Page 3: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Relasi Suami-Istri dan

Kualitas Perkawinan pada Keluarga Petani adalah benar karya saya dengan arahan

dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Nurul Izmah

I24100021

Page 4: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

ABSTRAK

NURUL IZMAH. Relasi Suami-Istri dan Kualitas Perkawinan pada Keluarga

Petani. Dibimbing oleh HERIEN PUSPITAWATI.

Kualitas perkawinan dapat dilihat dengan mengukur dimensi kebahagiaan

perkawinan dan kepuasan perkawinan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi relasi suami-istri dan kualitas perkawinan keluarga petani,

menganalisis tipologi relasi suami-istri dan kualitas perkawinan, dan menganalisis

pengaruh relasi suami-istri dan kualitas perkawinan. Desain penelitian ini adalah

cross-sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Petir, Kecamatan

Darmaga, Kabupaten Bogor selama tiga bulan, yaitu pada bulan April sampai

dengan bulan Juni 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga petani

dengan status pekerjaan suami atau istri atau keduanya sebagai petani. Penelitian

ini melibatkan 35 keluarga yang dipilih secara acak dari 85 keluarga dengan istri

sebagai responden. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dan dianalisis

secara deskriptif dan inferensia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa realsi

suami-istri berhubungan positif signifikan dengan kualitas perkawinan. Tipologi

relasi suami-istri dan kualitas perkawinan pada keluarga petani paling banyak

berada pada tipe 2 yaitu relasi suami-istri tinggi dan kualitas perkawinan tinggi.

Kata kunci: keluarga petani, relasi suami-istri, kualitas perkawinan

ABSTRACT

NURUL IZMAH. Husband-Wife Relationships and Marital Quality of Farmer

Families. Supervised by HERIEN PUSPITAWATI.

Marital quality can be measured by dimensions of marital happiness and marital

satisfaction. This study aims to identify husband-wife relationships and marital

quality, to analyze husband-wife relationship and the marital quality, and to

analyze typology husband-wife relationships and marital quality of farmer

families. This study was used a cross-sectional study design. Research location

was at Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor during three months,

April until June 2014. The population in this study was the farmer families with a

husband or wife or both as a farmer. The study involved 35 families by a simple

random sampling method from 85 families with the wife as the respondent. The

data were collected by interview and analyzed by descriptive and inferential. The

results showed that husband-wife relationships correlated to marital quality.

Typology husband-wife relationship and marital quality in farmer families most in

type 2 that is higher husband-wife relationships and higher marital quality.

Keywords: farmer families, husband-wife relationship, marital quality

Page 5: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN

PADA KELUARGA PETANI

NURUL IZMAH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan
Page 7: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

Judul Skripsi : Relasi Suami-Istri dan Kualitas Perkawinan pada Keluarga Petani

Nama : Nurul Izmah

NIM : I24100021

Disetujui oleh

Dr Ir Herien Puspitawati M Sc M Sc

Pembimbing I

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Ujang Sumarwan MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan
Page 9: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan

judul “Relasi Suami-Istri dan Kualitas Perkawinan pada Keluarga Petani”. Karya

ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh untuk

menyelesaikan program sarjana (S1) Jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen

Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari dalam

penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah membimbing dan memberikan saran serta arahan dalam proses

penyusunan karya ilmiah sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

2. Seluruh dosen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah memberikan

banyak ilmu dan pemahamannya kepada penulis.

3. Orang tua, kakak, dan saudara-saudara atas doa dan dukungan yang sangat

besar dalam proses penyelesaian proposal ini.

4. Teman-teman seperjuangan penulis dalam penelitian ini (Danisya Primasari,

Dwi Puspita Sari, dan Ilma Permadani) yang memberikan semangat dan

saling menguatkan. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada

seluruh sahabat penulis (Mardiana, Wa Ode Sofia ZA, Ridha Vivianti SA,

dan teman-teman IKK 47) dan teman-teman kostan Wisma Pelangi (kiky,

ara, lidya, dian, dan eka) serta Kakak Salsabilah Khotibatunnisa dan mbak

Vivi yang selalu membantu saya ketika mengalami kesulitan dan selalu

memberikan semangat dan dukungannya.

5. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu

dalam penyusunan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

Nurul Izmah

Page 10: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan
Page 11: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

KERANGKA PEMIKIRAN 10

METODE PENELITIAN 13

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 13

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 13

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 14

Pengolahan dan Analisis Data 15

Definisi Operasional 17

HASIL DAN PEMBAHASAN 17

Hasil 17

Pembahasan 28

SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan 29

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

LAMPIRAN 33RIWAYAT HIDUP 42

Page 12: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

DAFTAR TABEL

1 Variabel, skala data, dan pengkategorian 15 2 Sebaran contoh berdasarkan kategori usia suami dan istri 183 Sebaran contoh berdasarakan kategori tingkat pendidikan

suami dan istri 19 4 Sebaran contoh berdasarkan tipe petani 1ф 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga 206 Sebaran contoh berdasarkan relasi suami-istri dimensi

perlakuan suami terhadap istri 217 Sebaran contoh berdasarkan relasi suami-istri dimensi

perlakuan istri terhadap suami 21 8 Sebaran contoh berdasarkan relasi suami-istri dimensi

komunikasi suami-istri 23

9 Sebaran contoh berdasarkan kategori relasi suami-istri 23

10 Sebaran contoh berdasarkan kualitas perkawinan 24

11 Sebaran contoh berdasarkan kategori kualitas perakawinan 2412 Sebaran tipologi pasangan perkawinan 2613 Hasil uji korelasi suami-istri dengan kualitas perkawinan 27 14 Pengaruh karakteristik dan relasi suami-istri terhadap

kualitas perkawinan 28

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran hubungan karakteristik keluarga,

relasi suami-istri, dan kualitas perkawinan 13 2 Kerangka penarikan contoh 14 3 Diagram Kartesius 16 4 Tipologi relasi suami-istri dan kualitas perkawinan 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta lokasi penelitian 342 Penelitian terdahulu 35 3 Kronologi pengambilan data 38 4 Data kualitatif arti keluarga 395 Daftar responden berdasarkan tipologi relasi suami-istri

dan kualitas perkawinan

6 Matriks korelasi pearson karakteristik keluarga, relasi

suami-istri, dan kualitas perkawinan 42

40

Page 13: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keluarga merupakan unit sosial dengan dua atau lebih individu dari

kelompok usia yang berbeda dan sifat-sifat karakteristik memutuskan untuk

tinggal bersama di bawah satu atap, berbagi hak dan tanggung jawab. Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendefiniskan keluarga

sejahtera sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,

mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan

seimbang antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya.

Perkawinan merupakan salah satu cara dalam mengekspresikan rasa cinta

untuk seseorang yang ingin menghabiskan waktu bersama selama hidupnya. Di

Indonesia perkawinan diatur dalam Undang-Undang Perkawinan, yang dikenal

dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, yang dimaksud dengan

perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Terjalinnya ikatan

lahir dan ikatan batin merupakan fondasi dalam membentuk dan membina

keluarga yang bahagia dan kekal. Perkawinan yang bertujuan untuk membentuk

keluarga yang bahagia dan kekal, dapat diartikan bahwa perkawinan itu haruslah

berlangsung seumur hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja.

Sebagian besar mata pencaharian keluarga di Indonesia merupakan petani.

Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 menyatakan penurunan rumah tangga

petani dari 31,17 juta rumah tangga pada 2003 menjadi 26,13 juta rumah tangga

pada 2013. Mayoritas petani yang berkurang itu beralih profesi ke sektor lain,

seperti perdagangan atau perindustrian. Semakin maju suatu bangsa, tren

penduduknya memang bergeser dari sektor usaha pangan yang primer ke sektor

jasa yang lebih sekunder. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah

angkatan kerja Indonesia berjumlah 107,7 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, yang

bekerja sebagai buruh sebanyak 34,7 juta jiwa dan sebanyak 26,13 juta rumah

tangga bekerja dalam sektor pertanian. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat,

sekitar 36,5 persen (41,20 juta orang) dari 112,80 juta penduduk yang bekerja

pada Februari 2012 menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, baik sebagai

petani maupun buruh tani.

Komunikasi dalam keluarga sangat penting sehingga banyak persoalan

dalam masyarakat selalu dihubungkan dengan komunikasi dalam keluarga.

Permasalahan keluarga yang semakin rentan akhir-akhir ini menjadi semakin

melemahnya kualitas komunikasi antar anggota keluarga terutama komunikasi

suami-istri sehingga memudarkan fungsi keluarga dalam melindungi anggotanya

dari pengaruh pihak luar. Data Pengadilan Agama Kota Bogor yang dilaporkan

oleh Republika Online, angka kasus perceraian terus meningkat tiap tahun. Pada

tahun 2011, tercatat 1.109 kasus perkara pengajuan perceraian. Dari jumlah

tersebut, 83 persen diantaranya telah diputuskan. Angka ini meningkat drastis dari

data 2010 yang hanya mencatat 896 kasus dengan 792 diantaranya dikabulkan.

Page 14: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

2

Perceraian yang terjadi pun tidak lagi didominasi oleh talak yang diajukan pihak

suami, namun juga diimbangi gugat cerai yang diajukan pihak istri. Pada tahun

2010, angka gugat cerai mencapai 268 kasus. Sementara pada tahun 2011,

angkanya meningkat menjadi 280 kasus. Sebagian besar kasus perceraian yang

terjadi disebabkan karena faktor ekonomi.

Kualitas perkawinan merupakan suatu derajat perkawinan yang dapat

memberi kebahagiaan dan kesejahteraan bagi pasangan suami dan istri sehingga

dapat menjaga kelestarian perkawinan. Kualitas perkawinan yang mencerminkan

harmonisasi pasangan suami dan istri merupakan salah satu faktor yang mencegah

adanya perceraian (Puspitawati 2012). Banyak penelitian yang meneliti interaksi,

tapi belum banyak meneliti tentang relasi suami-istri yang dikaitkan dengan

kualitas perkawinan. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai relasi

suami-istri dan kualitas perkawinan pada keluarga petani.

Perumusan Masalah

Jawa Barat merupakan sebuah provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di

Indonesia. Menurut data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

2010, jumlah penduduk Indonesia tercatat sebesar 237.641.326 dan Jawa Barat

dengan jumlah penduduknya sebesar 43.053.700 atau 18,12 persen menempati

posisi teratas dalam jumlah penduduk dibandingkan dengan provinsi lainnya.

Kemiskinan di Indonesia masih menjadi fenomena sektor pertanian. Secara

faktual, sebagian besar penduduk miskin tinggal di desa dan bekerja sebagai

petani dan buruh tani. Salah satu penyebab kemiskinan masih berpusat di sektor

pertanian adalah penguasaan lahan pertanian oleh petani yang kian sempit. Skala

usaha yang kecil mengakibatkan pendapatan dari kegiatan usaha tani tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup meski kegiatan usaha tani yang

dijalankan sebetulnya cukup menguntungkan. Sehingga kesejahteraan pun sulit

dicapai keluarga.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah petani gurem hasil Sensus

Pertanian tahun 2013 (ST2013). Menurut BPS, petani gurem didefinisikan sebagai

rumah tangga pertanian yang mengusahakan lahan pertanian kurang dari setengah

hektar. BPS mencatat, jumlah petani gurem pada Mei 2013 sebanyak 14,25 juta

rumah tangga atau sekitar 55,33 persen dari sekitar 26 juta rumah tangga pertanian

(petani) pengguna lahan. Angka ini menunjukkan penurunan jumlah petani gurem

sebesar 4,77 juta rumah tangga atau sekitar 25,07 persen bila dibandingkan

dengan kondisi pada sepuluh tahun yang lalu.

Selama ini, perkembangan jumlah petani gurem dianggap sebagai

representasi perkembangan tingkat kesejahteraan petani. Karena itu, penurunan

jumlah petani gurem sebanyak 4,77 rumah tangga ini boleh jadi merupakan

petunjuk bahwa telah terjadi perbaikan kesejahteraan di sektor pertanian. Bahwa

ada jutaan petani yang berhasil melepaskan diri dari belenggu kemiskinan selama

satu dasawarsa terakhir.

Kualitas perkawinan merupakan suatu derajat perkawinan yang dapat

memberi kebahagiaan dan kesejahteraan bagi pasangan suami dan istri sehingga

dapat menjaga kelestarian perkawinan. Angka perceraian di Indonesia terus

meningkat. Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah agung (MA)

mencatat selama periode 2005 hingga 2010 terjadi peningkatan perceraian hingga

Page 15: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

3

70 persen. Pada tahun 2010 tingkat pereraian di Indonesia mengalami peningkatan

30 persen dari tahun sebelumnya. Begitu pula yang terjadi di Kabupaten Bogor.

Berdasarkan data dari Pengadilan (PA) Cibinong, kurun waktu Januari hingga

Mei 2013, terdapat 1.216 kasus. Pada bulan Mei 2013, sebanyak 284 kasus sudah

diputus cerai, sedangkan 594 kasus lainnya masih dalam proses. Sedangkan pada

2012, ada 2.942 kasus yang diterima oleh Pengadilan Agama. Dari jumlah

tersebut, perkara yang diputus sebanyak 2.758 kasus. Salah satu faktor yang

mencegah terjadinya perceraian antara suami istri adalah kualitas perkawinan

yang mencerminkan harmonisasi pasangan suami dan istri tersebut (Puspitawati

2012).

Komunikasi merupakan pusat cara kedua pasangan untuk hidup harmonis

satu sama lain (Sadarjoen 2005 dalam Altaira dan Nashori 2008). Menurut Olson

dan Defrain (2003) dalam Altaira dan Nashori (2008) komunikasi merupakan

kunci kesuksesan suatu hubungan, sehingga kemampuan dan kemauan untuk

berkomunikasi menjadi salah satu faktor terpenting dalam memelihara kepuasan

suatu hubungan (kepuasan perkawinan). Penelitian Setioningsih (2011)

menunjukkan bahwa semakin lemah komunikasi dan kelekatan emosi suami-istri

maka semakin menurun kualitas perkawinan yang dirasakan pasangan. Oleh sebab

itu penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai:

1. Bagaimana relasi suami-istri dan kualitas perkawinan pada keluarga

petani?

2. Bagaimana tipologi relasi suami-istri dan kualitas perkawinan pada

keluarga petani?

3. Bagaimana pengaruh relasi suami-istri terhadap kualitas perkawinan pada

keluarga petani?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis relasi suami-istri

dan kualitas perkawinan pada keluarga petani.

Tujuan khusus 1. Menganalisis relasi suami-istri dan kualitas perkawinan pada keluarga

petani.

2. Menganalisis tipologi relasi suami-istri dan kualitas perkawinan keluarga

petani.

3. Menganalisis pengaruh relasi suami-istri terhadap kualitas perkawinan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna untuk:

1. Bagi peneliti; mengasah kompetensi dalam studi ilmu keluarga dan

mengaplikasikan teori yang telah diperoleh saat perkuliahan.

2. Bagi masyarakat; memberikan informasi mengenai relasi suami-istri dan

kualitas perkawinan pada keluarga petani.

3. Bagi pemerintah; sebagai referensi untuk membuat kebijakan terkait

meningkatkan kualitas perkawinan pada keluarga petani.

Page 16: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

4

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Struktur Fungsional

Teori struktural fungsional merupakan salah satu teori terkemuka yang

menjelaskan bagaimana masyarakat bekerja, bagaimana keluarga bekerja, dan

bagaimana hubungan keluarga dengan masyarakat luas dan anggotanya sendiri.

Teori ini perluasan dari sosiologi dan antropologi, disiplin ilmu fokus pada

masyarakat daripada individu. Teori struktural fungsional pada keluarga melihat 3

aspek, antara lain: fungsi keluarga untuk masyarakat, apa persyaratan fungsional

uang dilakukan oleh anggotanya untuk kelangsungan hidup keluarga, dan apa

kebutuhan pertemuan keluarga untuk setiap anggota keluarga (Strong dan

DeVault 1986).

Penganut pandangan teori struktur fungsional melihat sistem sosial sebagai

suatu sistem yang seimbang, harmonis, dan berkelanjutan. Konsep struktur sosial

meliputi bagian-bagian dari sistem dengan cara kerja pada setiap bagian yang

terorganisir. Asumsi dasar dalam teori struktur fungsional menurut Klein dan

White (1996) adalah: (1) masyarakat selalu mencari titik keseimbangan, (2)

masyarakat memerlukan kebutuhan dasar agar titik keseimbangan terpenuhi, (3)

untuk memenuhi kebutuhan dasar, fungsi-fungsi harus dijalankan, dan (4) untuk

memenuhi semua ini, harus ada struktur tertentu demi berlangsungnya suatu

kesimbangan atau homeostatik. Persyaratan struktural yang harus dipenuhi oleh

keluarga menurut Levy dalam Puspitawati (2012) agar dapat berfungsi, yaitu

meliputi: (1) diferensiasi peran yaitu alokasi peran/tugas dan aktivitas yang harus

dilakukan dalam keluarga, (2) alokasi solidaritas yang menyangkut distribusi

relasi antaranggota keluarga, (3) alokasi ekonomi yang menyangkut distribusi

barang dan jasa antar anggota keluarga untuk mencapai tujuan keluarga, (4)

alokasi politik yang menyangkut distribusi kekuasaan dalam keluarga, dan (5)

alokasi integrasi dan ekspresi yaitu meliputi cara/teknik sosialisasi internalisasi

maupun pelestarian nilai-nilai maupun perilaku pada setiap anggota keluarga

dalam memenuhi tuntutan norma-norma yang berlaku.

Keluarga

Definisi Keluarga

Keluarga merupakan unit sosial dimana dua atau lebih individu dari

kelompok usia yang berbeda dan sifat-sifat karakteristik memutuskan untuk

tinggal bersama di bawah satu atap, berbagi hak dan tanggung jawab (Knox

1985). Menurut sejumlah ahli adalah sebagai unit sosial-ekonomi terkecil dalam

masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi, merupakan

kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan

interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan perkawinan, dan adopsi (UU

Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10; Khairuddin 1985; Landi 1989; Day et al.

1995; Gelles 1995; Ember dan Ember 1996; Vosler 1996). Keluarga dijabarkan

sebagai suatu sistem yang diartikan sebagai suatu unit sosial dengan keadaan yang

menggambarkan individu secara intim terlibat untuk saling berhubungan timbal

Page 17: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

5

balik dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya setiap saat dengan dibatasi

oleh aturan-aturan di dalam keluarga (Megawangi 1994 dalam Puspitawati 2012).

Salah satu definisi keluarga adalah kelompok sosial yang dicirikan dengan adanya

tempat tinggal bersama (suami dan istri hidup bersama), kerjasama dalam hal

ekonomi (pasangan suami istri berbagi uang atau sumber daya dan pekerjaan), dan

melakukan hubungan seksual (suami dan istri memiliki atau mengadopsi anak).

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan

dan pembangunan keluarga menyatakan bahwa keluarga adalah unit terkecil

dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau

ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Pasal 1). Dengan demikian,

pembentukan keluarga harus melalui ikatan perkawinan yang merupakan “kontrak

sosial dan spiritual/ibadah” yang merubah status masing-masing individu yang

independen (mandiri) menjadi hubungan yang inter-dependent atau saling

ketergantungan dengan dasar kemandirian tertentu.

Keluarga Petani

Praktik pertanian utama di Indonesia yang diwariskan dari leluhur

menggunakan pranoto mongso atau tata cara bertani yang mana petani diajarkan

membaca tanda-tanda alam untuk menentukan waktu dimulainya aktivitas

pertanian. Pranoto mongso menggambarkan indegenous knowledge yang dapat

menjaga keseimbangan alam dan menjawab tantangan alam di masa depan

(Puspitawati 2013). Berikut ini sepuluh ciri-ciri utama dalam struktur masyarakat

pertanian:

1. Pola tingkah laku saling mencurigakan dan saling tidak mempercayai

pergaulan sesama orang.

2. Pola tingkah laku tidak merespons hal-hal baru, termasuk terhadap pelaku

pembaharu atau orang-orang yang membawa dan melaksanakan ide tersebut.

3. Muncul kepercayaan bahwa perubahan keadaan seseorang terjadi karena

sudah dianggap takdir bagi dirinya.

4. Tingkat aspirasi untuk mengembangkan usaha atau kemajuan terlalu rendah.

5. Pandangan ke masa depan terlalu sempit sehingga tidak ada gairah untuk

maju.

6. Terdapat pola sikap mumpung, contohnya pemborosan sumber daya atau

tidak terdapat usaha untuk menyisihkan sebagian hasil agar dapat digunakan

di kemudian hari.

7. Terdapat ikatan keluarga yang kuat sehingga muncul anggapan bahwa

struktur sosial bergantung kepada keluarga.

8. Terdapat sikap ketergantungan pada pemerintah sehingga menimbulkan

anggapan bahwa sebagian besar persoalan hidup harus ditangani pemerintah.

9. Orientasi ke dalam yang terlalu kuat, sehingga pelaku dalam masyarakat

pertanian kurang memiliki wawasan, tidak memiliki pola hubungan sosial

yang kosmopolit, mobilitas horizontal rendah, serta kurang memiliki akses

terhadap media massa.

Page 18: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

6

10. Ketidakmampuan menempatkan diri pada peranan orang lain, termasuk pada

orang-orang yang membawa pembaharuan dan melaksanakan hal-hal yang

baru.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sifat masyarakat pertanian pada

dasarnya pasif, statis, dan tertutup terhadap inovasi pembaharuan. Warga

masyarakat yang dinamis cenderung mengembangkan dirinya dalam kerja di luar

sektor pertanian (Roger 1962). Ditambah lagi bahwa sektor pertanian dianggap

sebagai wadah simpanan cadangan untuk angkatan kerja.

Relasi Suami-Istri

Ilmu sosiologi menggunakan pendekatan bahwa antar manusia harus

didahului oleh kontak dan komunikasi. Hubungan manusia ini kemudian saling

mempengaruhi antar satu dengan yang lainnya melalui pengertian yang

diungkapkan, informasi yang dibagi, semangat yang disumbangkan, yang semua

pesannya membentuk pengetahuan. Model interaksi dari proses komunikasi juga

menunjukkan perkembangan peran (role development), pengambilan peran (role

taking) dan pengembangan diri sendiri (development of self) karena manusia

berkembang melalui interaksi sosialnya. Komunikasi manusia tersebut juga terjadi

dalam satu konteks budaya tertentu dan mempunyai batas-batas (boundaries)

tertentu (Ruben 1988 dan Liliweri 1997 dalam Puspitawati 2012).

Keluarga mempunyai interaksi kelompok yang memberikan ikatan bonding

(hubungan biologis dan hubungan intergenerasi serta ikatan kekerabatan) yang

jauh lebih lama dibandingkan dengan kelompok asosiasi lainnya. Faktor dalam

menjalin good relationship (Hybels dan Weaver 2004) antara lain: verbal skills,

emotional expressiveness, conversational focus, nonverbal analysis,

conversational encouragement, care and appreciation, dan commitment.

Verbal skill bukan hanya dalam komunikasi verbal saja akan tetapi dalam

menggunakan ungkapan, memahami bahasa, dan kemampuan dalam berbahasa

juga termasuk dalam verbal skills. Pasangan good relationship harus mempunyai

percakapan yang berkelanjutan dalam hubungan itu sendiri. Menurut Carry

Barbor (2001) dalam Hybel dan Weaver (2004), komunikasi dan perlakuan yang

baik antar pasangan akan membantu dalam menjalin hubungan yang bertahan

lama.

Kemampuan perempuan dalam verbal skill lebih baik dibandingkan dengan

laki-laki karena perkembangan bahasa anak perempuan lebih cepat. Hal ini

membuat perempuan lebih unggul menterjemahkan perasaan mereka dalam kata-

kata. Emotional expressiveness merupakan hal yang penting jika ingin menjalin

relasi yang sukses.

Faktor ketiga untuk meningkatkan hubungan pasangan adalah pilih apa yang

ingin dikatakan. Laki-laki kurang tertarik membicarakan tentang perasaan dan

hubungan personal mereka dibandingkan dengan perempuan. Faktor selanjutnya

adalah kemampuan nonverbal analysis. Nonverbal analysis merupakan kemapuan

dalam membaca situasi. Hasil penelitian menyatakan perempuan lebih baik

daripada laki-laki dalam mengartikan emosi yang tergambar dari wajah aneh

seseorang. Sehingga laki-laki harus meningkatkan kemampuan dalam membaca

Page 19: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

7

gerakan nonverbal. Seringkali, laki-laki mendengarkan yang lain tanpa melihat

bagaimana perasaan orang tersebut.

Interaksi Suami dan Istri

Komunikasi yang baik antara suami dan istri merupakan elemen penting

dari kualitas perkawinan (Kammeyer 1987). Kammeyer (1987) mengidentifikasi

tiga jenis komunikasi yang penting dalam hubungan suami-istri yaitu: (1) Open

and Honest Communication, pasangan mengekspresikan perasaan secara tepat dan

tidak mencampuradukkan pesan. Komunikasi tipe ini memberikan kontribusi

terhadap hubungan kualitas perkawinan; (2) Supportiveness, memperlakukan

orang yang sedang berbicara dengan penuh perhatian dan respect. Komunikasi

yang baik tergantung pada jenis dukungan dan konfirmasi (merespon secara

positif), dan studi menunjukkan bahwa ketika pasangan yang menikah

memperhatikan kualitas komunikasi mereka, kepuasan dan kualitas pernikahan

mereka lebih besar (Montgomery 1981 dalam Kammeyer 1987); (3) Self-

Disclosure, self-disclosure sama dengan open and honesty, tetapi ada beberapa

elemen perasaan dan emosi yang lebih kuat. Berbicara dengan orang lain tentang

ketakutan, harapan, dan keinginan merupakan inti dari self-disclosure. Penelitian

Hendrick (1981) dalam Kammeyer (1987) menemukan secara umum

berhubungan positif antara self-disclosure dengan kepuasan perkawinan.

Kualitas Perkawinan

Definisi Perkawinan

Definisi perkawinan diatur dalam hukum Indonesia, Undang-Undang

Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 Pasal 1 Bab 1, perkawinan adalah ikatam lahir

batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan seabgai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahgia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut Strong dan DeVault (1986)

perkawinan adalah persatuan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan

yang melakukan ritual publik (yang artinya pernikahan mereka diakui secara

sosial), kerjasama dalam hal ekonomi (pasangan suami istri berbagi uang atau

sumber daya dan pekerjaan), dan melakukan hubungan seksual (suami dan istri

memiliki atau mengadopsi anak). Jika mereka punya anak, anak mereka berstatus

sah secara hukum.

Perkawinan adalah suatu perjanjian antara dua orang dewasa berbeda jenis

kelamin yang mempunyai hubungan dan komitmen hukum satu sama lain di

bawah undang-undang negara mana mereka berada. Kebanyakan perkawinan

melibatkan pengumuman publik dan upacara umum. Semua itu diperlukan surat

nikah, yang disediakan untuk pelimpahan kepemilikan dan keturunan yang sah

(Knox 1985).

Berkaitan dengan tingkat kebahagiaan perkawinan, terdapat tujuh tipologi

pasangan perkawinan (Olson 1981), yaitu:

1. Perkawinan pasangan tanpa vitalitas yang dicirikan dengan kondisi

perkawinan yang labil dan pasnagan yang tidak meras puas dengan

perkawinannya. Pasangan tipe ini biasa menikah pada usia terlalu muda,

Page 20: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

8

masih memiliki penghasilan rendah, dan biasanya berasal dari keluarga yang

„berantakan‟.

2. Perkawinan pasangan finansial yang dicirikan dengan kondisi banyak konflik

tidak terselesaikan, dan pasangan tidak merasa puas dengan komunikasi

dalam perkawinan dan tidak puas dengan kepribadian masing-masing

individu. Pasangan tipe ini lebih mempriotaskan karier daripada kleuarga dan

uang (finansial) menjadi sangat penting dalam kehidupan keluarga di atas

esensi makna berkeluarga.

3. Perkawinan pasangan konflik yang dicirikan dengan kondisi tidak puas dalam

berbagai aspek misalnya seksual, kepribadian pasangan, komunikasi, dan

pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Pasangan tipe ini selalu diwarnai

dengan konflik sehingga mencari kepuasan dari dimensi eksternal, seperti

memfokuskan pada hobi atau ritual keagamaan.

4. Perkawinan pasangan tradisonal yang dicirikan dengan kondisi perkawinan

yang stabil dengan pencapaian kepuasan dalam banyak aspek kehidupan

keluarga, tetapi masih memiliki banyak aspek kehidupan keluarga, tetapi

masih memiliki masalh serius dalam aspek komunikasi dan seksual.

Kebahagiaan pasangn tipe ini lebih didasari atas aspek tradisional religius dan

hubungan yang baik antara kedekatan kerabat atau keluarga besar dan teman-

teman.

5. Perkawinan pasangan seimbang yang dicirikan dengan kepuasan yang cukup

baik dalam komunikasi dan resolusi konflik karena pasangan ini lebih

memprioritakan keluarga dibandingkan dengan aspek lain, memiliki kepuasan

yang setara antara suami istri dalam aspek aktivitas waktu luang, pengasuhan

anak, dan seksualitas.

6. Perkawinan pasangan harmonis yang dicirikan dengan kepuasan perkawinan

yang diwujudkan dengan ekspresi kasih sayang, dan kepuasan seksual.

7. Perkawinan pasangan penuh vitalitas yang dicirikan dengan tingkat kepuasan

yang tinggi didasari atas pasangan suami istri harmonis dalam menjalin

hubungan dengan baik, kepribadian yang saling melengkapi, komunikasi

yang baik, mencari solusi dari konflik, kepuasan secara seksual maupun

secara finansial.

Definisi kualitas perkawinan

Kualitas perkawinan merupakan suatu derajat perkawinan yang dapat

memberi kebahagiaan dan kesejahteraan bagi pasangan suami dan istri sehingga

dapat menjaga kelestarian perkawinan. Kualitas perkawinan yang mencerminkan

harmonisasi pasangan suami dan istri merupakan salah satu faktor yang mencegah

adanya perceraian. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa

keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang

sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang

ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa (Pasal 1). Menurut Conger dan Elder (1994), kualitas

perkawinan memiliki dua dimensi yakni kebahagiaan perkawinan dan kepuasan

perkawinan.

Definisi kualitas perkawinan dapat dijelaskan secara garis besar sebagai

berikut:

Page 21: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

9

1. Kebahagiaan adalah keadaan subjektif pikiran, perasaan, kondisi dan

pengalaman personal.

2. Konsep dimensi kualitas perkawinan berkaitan dengan penyesuaian dan

keharmonisan sebagai proses untuk mencapai satu tujuan perkawinan, yaitu

kebahagaian dalam kehidupan perkawinan (marital happiness in marriage).

a. Jadi perkawinan yang bahagia adalah perkawinan yang dilandasi dengan

cinta (sebagai objek) dapat membuat orang merasakan kenikmatan (joy)

terhadap apa yang diraihnya, tapi dengan tidak mengabaikan apa yang

telah menjadi kebutuhan dasar manusia dalam rangka memenuhi

kepuasannya.

b. Kemampuan untuk menghasilkan perasaan bahagia pada masing-masing

individu suami istri berbeda tergantung pada kapasitas individu dalam

menyesuaikan dan perasan empati serta kematangan sosial.

c. Penyesuaian suami dan istri tergantung pada kemampuan dan keefektifak

komunikasi antara keduanya dalam melakukan peran instrumental atau

ekspresif, dalam menyesuaiakan perilaku seksual dan dalam

menyesuaikan prinsip-prinsip hidup.

Keberhasilan suatu perkawinan dicerminkan dari bertahannya suatu

keluarga memelihara komitmen bersama, kebahagiaan yang dirasakan oleh

pasangan suami istri, kepuasan suami istri dalam perkawinan, kesesuaian

hubungan seksual antara suami istri, kesesuaian perkawinan dengan berbagai

kondisi dan keadaan keluarga, dan integrasi diantara pasangan suami istri. Hal ini

menandakan bahwa kualitas perkawinan merupakan kesamaan keseluruhan

perasaan yang dirasakan oleh pasangan, bukan kepuasan yang hanya dirasakan

oleh sebagian dari pasangan tersebut atau perseorangan (Burgess dan Locke 1960

dalam Puspitawati 2012). Faktor lingkungan seperti dukungan teman dan tetangga

di sekitar tempat tinggal dapat membantu dalam memelihara tingginya kualitas

perkawinan (Kammeyer 1987).

Kebahagiaan perkawinan

Kualitas perkawinan berdimensi kebahagiaan perkawinan memiliki ciri

adanya kemampuan berkomunikasi dengan baik antar pasangan, hubungan yang

setara antar pasangan, hubungan yang baik antara mertua dan ipar, menginginkan

hadirnya anak, memiliki minat di bidang yang sama, memiliki cinta, saling

menghormati, kesesuaian dalam kehidupan seksual, menikmati waktu luang

bersama, hubungan penuh afeksi dan kebersamaan, dan kemampuan untuk

memberi dan menerima (Zastrow dan Kirsht 1987 dalam Setioningsih 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan perkawinan adalah:

1. Keuangan: Keuangan menduduki peringkat pertama sebagai sumber utama

konflik sekalipun dalam keluarga dengan perkawinan yang stabil dan

finansial yang memadai (Landis dan Landis 1955).

2. Keluarga dari pasangan suami-istri: dengan melakukan perkawinan,

seseorang akan mendapatkan hubungan keluarga terikat perkawinan.

Kedekatan hubungan ini bervariasi, mulai dari mertua, ipar, sepupu dari

pasangan bahkan istri suami yang lain. Baik istri maupun suami harus

menyesuaikan dirinya pada keluarga terikat perkawinan ini agar terhindar dari

benturan-benturan dengan pasangannya. Landis dan Landis (1955)

Page 22: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

10

menyatakan bahwa jika hubungan mertua ipar baik maka perkawinan akan

cenderung baik.

3. Kehidupan beragama: Kehidupan beragama berhubungan erat dengan

kepuasan perkawinan (Landis dan Landis 1955). Orang yang agresif dan

curiga terhadap orang lain karena tidak adanya keamanan dari dalam dirinya.

Keamanan dalam diri dari kepercayaan agama mungkin membantu seseorang

memahami orang lain dan menerima kebutuhannya.

4. Komunikasi: Pada sekelompok pasangan yang bahagia ditemukan adanya

komunikasi yang lebih banyak dan lebih baik dibandingkan dengan kelompok

yang kurang bahagia dalam perkawinannya. Dalam kelompok yang kurang

bahagia, seiring timbul masalah akibat komunikasi yang salah (Atwater 1985

dalam Setioningsih 2010).

5. Lain-lain: faktor lain yang mempengaruhi adalah penyesuaian seksual,

pengasuhan anak, sikap dan nilai terhadap perkawinan, dan pengelolaan

rumah tangga serta usia pasangan saat menikah. Karyadi (1988) dalam

Setioningsih (2010) mengatakan bahwa seringkali pasangan yang menikah di

bawah 20 tahun mengalami perceraian. Persentasenya lebih tinggi dibanding

dengan mereka yang menikah di atas 20 tahun.

Kepuasaan perkawinan

Duvall dan Miller (1989) dalam Setioningsih (2010), kepuasan perkawinan

meliputi ekspresi afeksi yang terbuka satu sama lain, terjalinnya rasa saling

percaya, tidak ada dominasi satu terhadap lainnya, komunikasi yang bebas dan

terbuka antar pasangan, kesesuaian kehidupan seksual, melakukan kegiatan

bersama dalam hal aktivitas di luar rumah, tempat tinggal relatif stabil, dan

penghasilan yang memadai.

Faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan adalah: (1) Status

pekerjaan, tingkat pendidikan dan pendapatan, (2) Kepuasan terhadap pekerjaan,

(3) Kesehatan mental dan fisik, (4) Besarnya kebersamaan untuk menghabiskan

waktu luang dalam aktifitas, (5) Komunikasi verbal dan non verbal yang baik, (6)

Mengekspresikan afeksi, (7) Adanya saling percaya antar pasangan, (8) Adanya

perasaan nyaman terhadap harapan akan peran pasangan dalam pernikahan dan

adanya peran yang fleksibel (Rice 1983).

KERANGKA PEMIKIRAN

Teori struktural fungsional memandang sistem sosial sebagai suatu sistem

yang seimbang, harmonis, dan berkelanjutan. Konsep struktur sosial meliputi

bagian-bagian dari sistem dengan cara kerja pada setiap bagian yang terorganisir.

Menurut William F. Ogburn dan Talcott Parsons dalam Puspitawati (2012)

pendekatan teori ini mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial

yang kemudian diakomodasi dalam fungsi sesuai dengan posisi dalam struktur

sebuah sistem.

Keluarga terdiri atas ayah, ibu, anak, dan mungkin kakek atau nenek, adalah

satu kesatuan yang tinggal dalam satu rumah dan memiliki visi dan misi bersama.

Keluarga tidak jauh beda dengan organisasi, setiap anggota keluarga memiliki

Page 23: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

11

peran yang sangat penting. Untuk menyelaraskan tugas-tugas antar anggota

keluarga tersebut, diperlukan komunikasi antara anggota keluarga yang satu

dengan yang lain. Komunikasi dalam keluarga memiliki peran yang sangat

penting. Komunikasi merupakan elemen terpenting yang dapat menentukan

kualitas perkawinan. Kualitas perkawinan merupakan suatu derajat perkawinan

yang dapat memberi kebahagiaan dan kesejahteraan bagi pasangan suami dan istri

sehingga dapat menjaga kelestarian perkawinan. Perkawinan yang berkualitas

menjamin kehidupan perkawinan yang bahagia dan memuaskan yang menjadi

harapan dan idaman pada setiap pasangan sejak awal terjadinya sebuah

pernikahan. Kualitas perkawinan terdiri atas dua dimensi yakni kebahagiaan

perkawinan dan kepuasaan perkawinan (Conger dan Elder 1994). Kualitas

perkawinan merupakan komposit dari kebahagiaan perkawinan dan kepuasan

perkawinan.

Keberhasilan suatu perkawinan dicerminkan dari bertahannya suatu

keluarga memelihara komitmen bersama, kebahagiaan yang dirasakan oleh

pasangan suami istri, kepuasan suami istri dalam perkawinan, kesesuaian

hubungan seksual antara suami istri, kesesuaian perkawinan dengan berbagai

kondisi dan keadaan keluarga, dan integrasi diantara pasangan suami istri. Hal ini

menandakan bahwa kualitas perkawinan merupakan kesamaan keseluruhan

perasaan yang dirasakan oleh pasangan, bukan kepuasan yang hanya dirasakan

oleh sebagian dari pasangan tersebut atau perseorangan (Burgess dan Locke

1960). Faktor lingkungan seperti dukungan teman dan tetangga di sekitar tempat

tinggal dapat membantu dalam memelihara tingginya kualitas perkawinan

(Kammeyer 1987). Rice (1983) menyebutkan faktor yang mempengaruhi

kepuasan perkawinan antara lain status pekerjaan, tingkat pendidikan dan

pendapatan.

Davidson et al. dalam Kammeyer (1987) menyatakan bahwa kedekatan

suami dan istri dapat memberikan efek terhadap hubungan perkawinan.

Rendahnya kedekatan suami dan istri akan menimbulkan masalah untuk pasangan

diantaranya menipisnya perasaan lekat terhadap pasangan dan pada akhirnya akan

berdampak pada hubungan perkawinan (Setioningsih 2011). Burke dan Weir

(1975) menemukan bahwa relasi suami-istri berpengaruh signifikan terhadap

kualitas perkawinan.

Page 24: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

Ket

eran

gan

:

= D

itel

iti

= T

idak

dit

elit

i

= H

ubun

gan

yan

g d

itel

iti

= H

ubun

gan

yan

g t

idak

dit

elit

i

Gam

bar

1 K

eran

gk

a pem

ikir

an h

ubungan

kar

akte

rist

ik k

eluar

ga,

re

lasi

suam

i dan

ist

ri, d

an k

ual

itas

per

kaw

inan

Kar

akte

rist

ik k

elu

arga

-B

esar

kel

uar

ga

-P

end

apat

an k

elu

arga

Rel

asi

Suam

i

dan

Ist

ri

Kual

itas

per

kaw

inan

-K

ebah

agia

n p

erkaw

inan

-K

epuas

an p

erkaw

inan

K

eutu

han

Inte

raksi

suam

i-

istr

i

Kom

unik

asi

suam

i-is

tri

Kar

akte

rist

ik i

stri

-U

sia

istr

i

-L

ama

Pen

did

ikan

ist

ri

Kar

akte

rist

ik s

uam

i

-U

sia

suam

i

-L

ama

pen

did

ikan

su

ami

12

Page 25: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

13

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan subsampling dari penelitian Strategi Nasional

(Stranas) yang diketuai oleh Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc dengan judul

“Analisis Gender tentang Strategi Hidup Keluarga, Investasi, dan Kualitas Anak

dalam Mencapai Target Millenium Development Goals (MDGs) pada Petani

Dataran Tinggi”. Desain penelitian ini adalah cross-sectional study, yaitu dengan

mengobservasi banyak orang dalam satu periode waktu tertentu saja dan tidak

berkelanjutan. Data cross-sectional study mencakup karakteristik keluarga petani,

komunikasi suami-istri keluarga petani dan tingkat kualitas perkawinan keluarga

petani. Metode yang digunakan adalah survei dengan menggunakan kuesioner

sebagai pengumpul data primer.

Lokasi penelitian ini dipilih secara purposive atau sengaja di Desa Petir,

Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan pertimbangan Jawa

Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar dibandingkan

provinsi lainnya dan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan April sampai

dengan bulan Juni 2014.

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga petani yang memiliki

anak SD kelas 3 hingga kelas 5 di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten

Bogor. Penelitian ini mengambil contoh sebanyak 35 keluarga dengan status

pekerjaan suami atau istri atau keduanya sebagai petani. Penarikan contoh

dilakukan dengan teknik probability sampling teknik simple random sampling

dari 85 keluarga. Untuk lebih jelas mengenai tahap pengambilan contoh disajikan

Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2 Kerangka penarikan contoh

Purposive

Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah

penduduk terbanyak di Indonesia (BPS 2010).

Purposive

Pada tahun 2010 penduduk di Jawa Barat yang

terbanyak di Kabupaten Bogor yaitu 4,8 juta jiwa.

Purposive

Berdasarkan data luas lahan

Simple random sampling

Berdasarkan keluarga petani dengan suami-istri

lengkap dari data Stranas

Jawa Barat

Kabupaten Bogor

Kecamatan Dramaga

Desa Petir

n = 35 keluarga petani

Purposive

Berdasarkan data siswa kelas 3, 4, dan 5 dengan

orang tua sebagai petani

Page 26: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

14

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dari responden seperti karakteristik suami, karakteristik istri dan

karakteristik keluarga yang meliputi usia, lama pendidikan, pekerjaan, pendapatan

keluarga, dan jumlah anggota keluarga; relasi suami-istri; serta kualitas

perkawinan. Kualitas perkawinan diukur berdasarkan kepuasan dan kebahagiaan

perkawinan menurut persepsi istri dalam menilai kehidupan perkawinan. Data

primer diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan alat bantu kuesioner

yang relevan dengan variabel yang diteliti. Kuesioner dikembangkan oleh peneliti

berdasarkan berbagai penelitian serupa terdahulu dan berdasarkan konsep teoritis.

Data sekunder diperoleh dari data siswa/siswi sekolah dasar kelas 3, 4, dan 5 di

Desa Petir.

Validitas menunjukkan sejauh mana nilai/ukuran yang diperoleh benar-

benar menyatakan hasil pengukuran yang ingin diukur. Dengan kata lain, validitas

adalah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen atau kuesioner

dapat dikatakan valid jika instrumen atau kuesioner tersebut memiliki ketepatan

dan kecermatan dalam melakukan fungsi ukurnya. Realibilitas merupakan indeks

yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Realibilitas adalah konsistensi tes dalam mengukur apa yang

seharusnya diukur.

Variabel relasi suami-istri diukur dengan menggunakan instrumen

terstruktur yang terdiri dari 31 item pertanyaan (Cronbach’s α 0,663 dengan

validitas isi 0,365-0,639) dengan pilihan jawaban menggunakan skala likert, skor

1 untuk jawaban tidak pernah, skor 2 untuk jawaban kadang-kadang, skor 3 untuk

jawaban cukup sering, dan skor 4 untuk jawaban sering. Untuk pertanyaan negatif

diberikan skor terbalik yaitu skor 4 untuk jawaban tidak pernah, skor 3 untuk

jawaban kadang-kadang, skor 2 untuk jawaban cukup sering, dan skor 1 untuk

jawaban sering. Kuesioner relasi suami-istri diadopsi dan dimodifikasi dari

konsep Boehi et al. (1997) dan Knox (1985).

Variabel kualitas perkawinan diukur dengan menggunakan instrumen

terstruktur terdiri dari dimensi kepuasan 2 item pertanyaan dan dimensi

kebahagiaan 4 item pertanyaan (Cronbach’s α 0,958 dengan validitas isi 0,741-

0,968) dengan pilihan jawaban menggunakan skala likert, skor 1 untuk jawaban

tidak bahagia/tidak puas, skor 2 untuk jawaban sedikit bahagia/sedikit puas, skor

3 untuk jawaban cukup bahagia/cukup puas, dan skor 4 untuk jawaban sangat

bahagia/sangat puas. Kuesioner kualitas perkawinan diadopsi dan dimodifikasi

dari konsep Fincham dan Bradbury (1987) dan Conger dan Elder (1994). Secara

rinci, jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 27: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

15

No. Variabel Skala

Data Kategori Data α

1 Karakteristik keluarga

- Usia istri (tahun)

- Usia suami (tahun)

- Pekerjaan istri

- Pekerjaan suami

- Lama pendidikan istri (tahun)

- Lama pendidikan suami (tahun)

- Pendapatan keluarga (Rp/bulan)

- Besar keluarga (orang)

Rasio

Rasio

Nominal

Nominal

Rasio

Rasio

Rasio

Rasio

Hurlock (1980)

1= Dewasa

awal (18-40

tahun)

2= Dewasa

madya (41-60

tahun)

Hurlock (1980)

1= Dewasa

awal (18-40

tahun)

2= Dewasa

madya (41-60

tahun)

BKKBN

(1998)

1= kecil (≤4

orang)

2= sedang (5-6

orang)

3= besar ((≥7

orang)

2 Relasi suami-istri

diadopsi dan dimodifikasi dari konsep Boehi

et al. (1997) dan Knox (1985)

Ordinal 1= Rendah

(≤75,0)

2= Tinggi

(>75,0)

0,663

3 Kualitas perkawinan

diadopsi dan dimodifikasi dari konsep

Fincham dan Bradbury (1987) dan Conger

dan Elder (1994)

- Kepuasan perkawinan

- Kebahagiaan perkawinan

Ordinal

Ordinal

1= Rendah

(≤75,0)

2= Tinggi

(>75,0)

0,958

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh selanjutnya diolah melalui proses coding, entry,

editing, scoring, dan analisis data. Data akan dianalisis secara statistik deskriptif

dan inferensia dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical

Package for Social Sciences (SPSS).

Analisis deskriptif (rata-rata, nilai minimum dan maksimum, serta

persentase) dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga, relasi suami-

istri, dan kualitas perkawinan. Analisis deskriptif akan disajikan dalam bentuk

tabulasi silang (cross tabulation). Sementara untuk analisis inferensia, pengolahan

data juga menggunakan uji korelasi dan uji regresi linear berganda. Jumlah

Tabel 1 Variabel, skala data, dan pengkategorian

Page 28: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

16

pertanyaan yang berbeda pada setiap dimensi variabel dikompositkan dengan

mentransformasi skor yang telah didapatkan menjadi skor indeks. Indeks

persentase pada variabel relasi suami-istri dan kualitas perkawinan dihitung

dengan rumus:

Variabel relasi suami-istri skor minimum yang didapat 31 dan skor

maksimum yang didapat 124. Variabel kualitas perkawinan skor minimum yang

didapat 6 dan skor maksimum yang didapat 24. Hasil transformasi tersebut

dikategorikan dengan menggunakan cut off. Cut off untuk variabel relasi suami-

istri dan kualitas perkawinan adalah sebagai berikut:

a. Rendah : ≤ 75%

b. Tinggi : > 75%

Variabel relasi suami-istri dan kualitas perkawinan disajikan dalam bentuk

tipologi. Data tersebut ditampilkan dalam empat bagian Diagram Kartesius yang

menunjukkan Tipe 1 adalah pencapaian relasi suami-istri rendah dan kualitas

perkawinan tinggi, Tipe 2 adalah pencapaian relasi suami-istri tinggi dan kualitas

perkawinan tinggi, Tipe 3 adalah pencapaian relasi suami-istri tinggi dan kualitas

perkawinan rendah, serta Tipe 4 adalah pencapaian relasi suami-istri rendah dan

kualitas perkawinan rendah. Berikut ini gambar diagram Kartesius:

Gambar 3 Diagram Kartesius

Uji regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara

variabel independen dan variabel dependen. Pada penelitian uji regresi linier

berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh karakterisktik contoh, relasi

suami-istri, dan kualitas perkawinan. Model regresi didefinisikan dengan

persamaan sebagai berikut:

Yi = α + β1 X1 + β2 X2+ β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + e

Keterangan:

Yi : Kualitas perkawinan

α : Konstanta regresi

β : Koefisien regresi

Tipe 1 Tipe 2

Tipe 4 Tipe 3

Y

X

Page 29: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

17

X1 : Usia suami (tahun)

X2 : Lama pendidikan suami (tahun)

X3 : Lama pendidikan istri (tahun)

X4 : Besar keluarga (orang)

X5 : Pendapatan per bulan (rupiah)

X6 : Relasi suami-istri

Definisi Operasional

Keluarga petani adalah keluarga yang memiliki pekerjaan sebagai petani, baik

pemilik lahan, penggarap lahan, maupun buruh tani; dan menghabiskan

waktunya di ladang atau sawah.

Karakteristik responden adalah ciri khas yang dimiliki responden meliputi usia,

lama pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan per bulan.

Usia adalah usia istri dan suami dalam tahun.

Lama pendidikan adalah lama pendidikan formal yang ditempuh responden

dalam tahun.

Pendapatan per bulan adalah jumlah pemasukan keluarga baik dari suami atau

dari istri.

Jumlah anggota keluarga adalah jumlah orang yang tinggal dalam satu atap dan

memiliki ikatan keluarga yang disatukan oleh ikatan darah atau perkawinan.

Relasi suami-istri adalah hubungan timbal balik antara suami dan istri yang

saling mempengaruhi diukur dengan beberapa komponen sebagai berikut

perlakuan suami terhadap istri, perlakuan istri terhadap suami, dan

komunikasi suami-istri.

Kualitas perkawinan adalah ukuran berdasarkan kebahagiaan dan kepuasan

menurut persepsi istri dalam menilai rasa bahagia atau rasa puas istri

terhadap suami dan rasa bahagia atau rasa puas dan bersyukur istri terhadap

perkawinannya dengan suami.

Kepuasan perkawinan adalah kepuasan yang dirasakan oleh istri yang bersifat

relatif dan subyektif yang diukur berdasarkan rasa puas istri terhadap suami

dan rasa puas dan bersyukur istri terhadap perkawinannya dengan suami.

Kebahagiaan perkawinan adalah kebahagiaan yang dirasakan oleh istri yang

bersifat relatif dan subyektif yang diukur berdasarkan rasa bahagia istri

terhadap suami dan rasa bahagia dan bersyukur istri terhadap

perkawinannya dengan suami.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat merupakan daerah yang

memiliki luas wilayah sebesar 24,06 Km2 dengan jumlah penduduk 94 825 jiwa

dan rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Dramaga adalah sebanyak

Page 30: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

18

3 941 jiwa/Km2. Wilayah Kecamatan Dramaga berada pada ketinggian 500 meter

di atas permukaan laut dan merupakan kawasan yang berbukit dengan suhu rata-

rata 250C – 30

0C. Kecamatan Dramaga terdiri dari 10 desa yaitu Desa Purwasari,

Petir, Sukadamai, Sukawening, Neglasari, Sinarsari, Ciherang, Dramaga,

Babakan, dan Cikarawang. Secara geografis Kecamatan Dramaga berbatasan

dengan sebelah utara dengan Kecamatan Rancabungur, sebelah barat dengan

Kecamatan Ciampea, sebelah timur dengan Kecamatan Bogor Barat/kotamadya

Bogor, dan sebelah selatan dengan Kecamatan Tamansari/Ciomas. Berdasarkan

potensi desa tahun 2012, jumlah pegawai desa di Kecamatan Dramaga sebanyak

77 orang yang terdiri atas 1 orang golongan i, 9 orang golongan ii dan 67 orang

non golongan. Pertanian merupakan salah satu mata pencaharian penduduk di

Kecamatan Dramaga. Salah satu komoditinya adalah padi sawah. Pada tahun

2012, luas panennya mencapai 1 377 ha dengan rata-rata hasil panen sebesar 6,1

ton/ha. Selain padi sawah, komoditi lainnya adalah tanaman palwija berupa

jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Tanaman palawija yang paling

banyak produksi adalah ubi jalar.

Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga

dengan luas wilayah 4,50 Km2. Jumlah penduduk di Desa Petir pada tahun 2012

sebanyak 12 964 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 6 374 jiwa dan penduduk

perempuan 6 590 jiwa. Luas panen di Desa Petir adalah 194 ha dengan rata-rata

hasil panen sebesar 6,02 ton/ha. Desa Petir memiliki sarana pendidikan sekolah

dasar sebanyak 6 sekolah. Di bidang kesehatan, Desa Petir memiliki 1 Puskesmas,

11 Posyandu, 1 pos KB, dan 1 balai pengobatan. Mayoritas penduduk desa Petir

beragama Islam, sehingga sarana beribadah yang tersedia hanya masjid dan

musholah. Jumlah masjid yang ada berjumlah 21 dan musholah berjumlah 17.

Karakteristik Keluarga Responden

Menurut Hurlock (1980), usia dewasa dibagi menjadi tiga kategori yaitu

dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa akhir. Usia dewasa awal dimulai dari

rentang usia 18 sampai 40 tahun sedangkan dewasa madya berada pada usia 41-60

tahun dan dewasa akhir berada pada usia 61 tahun ke atas. Hasil pada Tabel 2

menunjukkan bahwa lebih dari separuh usia suami (54,3%) berada pada dewasa

madya dan sisanya (45,7%) berada pada dewasa awal. Dalam hal yang sama rata-

rata usia suami 42,86 tahun dan berdasarkan kategori usia berada pada usia

dewasa madya. Lebih dari separuh responden (65,7%) usia suami berada pada

dewasa awal dan sisanya (34,3%) berada pada usia dewasa awal. Rata-rata usia

istri 37,06 tahun dan berdasarkan kategori usia berada pada usia dewasa awal.

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan kategori usia suami dan istri

Kategori Suami Istri

n % n %

Dewasa awal (18-40 tahun) 16 45,7 23 65,7

Dewasa madya (41-60 tahun) 19 54,3 12 34,3

Total 35 100,0 35 100,0

Min – maks (tahun) 25 - 60 24 – 50

Rataan ± SD (tahun) 42,86 ± 8,66 37,06 ± 7,33

Page 31: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

19

Hasil penelitian ini menunjukkan masih ada istri yang tidak sekolah.

Tingkat pendidikan suami bervariasi mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga

Perguruan Tinggi. Tabel 3 memperlihatkan bahwa rata-rata lama pendidikan

suami 5,89 tahun dan rata-rata tingkat pendidikan istri 5,42 tahun. Persentase

terbesar tingkat pendidikan suami adalah Sekolah Dasar sedangkan persentase

terkecil yaitu tidak sekolah, Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan

Tinggi. Persentase terbesar tingkat pendidikan istri adalah Sekolah Dasar

sedangkan persentase terkecil yaitu tidak sekolah bahkan tidak ada istri yang

memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Pendidikan

Tinggi.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat pendidikan suami dan

istri

Kategori Suami Istri

n % n %

Tidak sekolah (0 tahun) 0 0,0 2 5,7

SD (1-6 tahun) 30 85,7 28 80,0

SMP (7-9 tahun) 2 5,7 5 14,3

SMA (10-12 tahun) 2 5,7 0 0,0

Perguruan Tinggi 1 2,9 0 0,0

Total 35 100,0 35 100,0

Min – maks (tahun) 2 – 16 0 – 9

Rataan ± SD (tahun) 5,89 ± 2,94 5,42 ± 2,26

Populasi penelitian ini adalah keluarga petani. Keluarga petani merupakan

keluarga yang memiliki pekerjaan sebagai petani baik suami atau istri atau

keduanya. Sehingga pekerjaan dikelompokkan ke dalam empat kategori yaitu

petani pemilik, petani penyewa, buruh tani, dan bukan petani berdasarkan

pekerjaan suami. Hasil penelitian pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa hampir

setengah responden merupakan buruh tani. Satu dari empat suami bekerja sebagai

petani penyewa dan satu dari tiga (31,4%) suami bekerja sebagai petani pemilik.

Satu dari lima istri bekerja sebagai petani dan masih banyak (62,9%) istri yang

tidak memiliki pekerjaan atau hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Keluarga

petani menganggap bahwa istri bertugas mengurus rumah, menyiapkan makanan,

dan mengasuh anak saja. Tugas mencari uang atau yang menafkahi anggota

keluarga adalah suami. Sisanya (17,1%) istri bekerja selain petani seperti buruh di

pabrik.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tipe petani

Kategori n %

Petani pemilik 11 31,4

Petani penyewa 9 25,7

Buruh tani 14 40,0

Bukan petani 1 2,9

Total 35 100,0

Besar keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu keluarga kecil (≤4 orang),

keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar (≥7 orang). Tabel 5 menunjukkan

Page 32: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

20

bahwa jumlah anggota keluarga responden berkisar antara empat sampai delapan

orang. Lebih dari separuh responden (57,1%) berada pada kategori keluarga

sedang. Rata-rata besar keluarga responden adalah lima orang dan berdasarkan

kategorinya merupakan tipe keluarga sedang. Rata-rata pendapatan keluarga

responden adalah Rp2 293 500,00 per bulan dengan rentang pendapatan keluarga

sebesar Rp400 000,00 per bulan hingga Rp9 900 000,00 per bulan.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Kategori n %

Keluarga kecil (≤4 orang) 9 25,7

Keluarga sedang (5-6 orang) 20 57,1

Keluarga besar (≥7 orang) 6 17,1

Total 35

Min-maks (orang) 4 – 8

Rataan±SD (orang) 5,00 ± 1,13

Relasi suami-istri

Relasi suami-istri merupakan hubungan timbal balik antara suami dan istri

yang saling mempengaruhi. Relasi suami-istri atau hubungan suami-istri ini

sebaiknya bukanlah hubungan “atasan dengan bawahan” atau “majikan dan

buruh” ataupun orang nomor satu (pemimpin) dan orang belakang (orang dapur),

tetapi merupakan hubungan pribadi-pribadi yang menyatu dalam satu wadah

kesatuan yang utuh, yang dilandasi oleh saling membutuhkan, melindungi,

melengkapi, dan menyayangi satu dengan yang lain untuk sama-sama

bertanggung jawab di lingkungan masyarakat dan dihadapan Tuhan Yang Maha

Esa (Puspitawati 2012).

Hasil penelitian Tabel 6 menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden

mengaku suami kadang-kadang marah pada istrinya. Sebagian besar istri mengaku

suami mereka tidak pernah mencaci maki, membentak, maupun memukul. Hanya

sedikit suami yang sering marah, mencaci maki dan membentak istrinya. Hanya

sedikit pula istri yang sering marah pada suami. Meskipun kadang-kadang suami

marah dan bertengkar, sebagian besar suami juga peduli, menyayangi, dan

menghargai satu sama lain. Suami hanya kadang-kadang saja membantu

pekerjaan istri.

Page 33: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

21

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan relasi suami-istri dimensi perlakuan

suami terhadap istri (n=35)

No. Pernyataan 1 2 3 4

Mean Modus (%) (%) (%) (%)

1 Suami marah pada istri 28,6 65,7 0,0 5,7 1,8 2

2 Suami peduli pada istri 0,0 0,0 25,7 74,3 3,7 4

3 Suami mencaci maki istri 88,6 2,9 5,7 2,9 1,2 1

4 Suami membentak istri 54,3 40,0 0,0 5,7 1,5 1

5 Suami sangat menyayangi dengan

mesra pada istri

0,0 5,7 37,1 57,1 3,5 4

6 Suami sangat menghargai istri 0,0 0,0 31,4 68,6 3,7 4

7 Suami membantu pekerjaan istri 28,6 28,6 25,7 17,1 2,3 2

8 Suami memukul istri 97,1 2,9 0,0 0,0 1,0 1

9 Suami bertengkar dengan istri 37,1 60,0 2,9 0,0 1,7 2

Keterangan: 1= tidak pernah, 2= kadang-kadang, 3=cukup sering, 4=sering

Hasil penelitian yang ditunjukkan Tabel 7 memperlihatkan lebih dari

setengahnya istri kadang-kadang marah terhadap suami. Lebih dari setengahnya

istri juga mengaku tidak pernah mencaci maki atau membentak suami. Seluruh

istri mengaku tidak pernah memukul suami. Istri cukup sering membantu

pekerjaan suami. Lebih dari setengahnya istri peduli terhadap suaminya dan

sangat menyayangi dengan mesra suami.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan relasi suami-istri dimensi perlakuan

istri terhadap suami (n=35)

No. Pernyataan 1 2 3 4

Mean Modus (%) (%) (%) (%)

1 Istri marah pada suami 28,6 60,0 8,6 2,9 1,9 2

2 Istri peduli pada suami 0,0 2,9 28,6 68,6 3,7 4

3 Istri mencaci maki suami 97,1 0,0 2,9 0,0 1,1 1

4 Istri membentak suami 68,6 28,6 2,9 0,0 1,3 1

5 Istri sangat menyayangi dengan

mesra suami

0,0 2,9 34,3 62,9 3,6 4

6 Istri menghargai suami 0,0 0,0 31,4 68,6 3,7 4

7 Istri membantu pekerjaan suami 14,3 31,4 31,4 22,9 2,6 3

8 Istri memukul suami 100,0 0,0 0,0 0,0 1,0 1

Keterangan: 1= tidak pernah, 2= kadang-kadang, 3=cukup sering, 4=sering

Hasil penelitian pada Tabel 8 menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh

tidak pernah memiliki masalah cara berkomunikasi dengan suami. Hanya sedikit

yang cukup sering memiliki masalah cara berkomunikasi dengan suami. Sebagian

besar pasangan suami-istri sering melakukan komunikasi bersama dan sedikit

yang kadang-kadang berkomunikasi bersama suami. Lebih dari setengah contoh

selalu berusaha membicarakan masalah yang terjadi dalam kehidupan rumah

tangga. Selain itu, sebagian besar pasangan suami-istri ini juga membicarakan

masa depan anak-anak. Separuh contoh sering konflik ketika membicarakan

masalah keuangan akan tetapi sebagian besar contoh tidak pernah bertengkar

karena masalah pendidikan anak dan pekerjaan. Menurut Barbor (2001) dalam

Page 34: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

22

Hybel dan Weaver (2004), komunikasi dan perlakuan yang baik antar pasangan

akan membantu dalam menjalin hubungan yang bertahan lama.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan relasi suami-istri dimensi komunikasi

suami-istri (n=35)

No. Pernyataan 1 2 3 4

Mean Modus (%) (%) (%) (%)

1 Masalah cara berkomunikasi dengan

suami 91,4 5,7 2,9 0,0 3,6 1

2 Saya dan suami berusaha

berkomunikasi untuk membicarakan

masalah anak

65,7 0,0 5,7 28,6 2,2 1

3 Saya dan suami berusaha

berkomunikasi membicarakan masalah

yang terjadi dalam kehidupan rumah

tangga

5,7 2,9 25,7 65,7 3,3 4

4 Saya dan suami sering konflik ketika

membicarakan masalah keuangan

14,3 8,6 25,7 51,4 3,3 4

5 Saya selalu membicarakan dengan

suami bagaimana masa depan anak-

anak

31,4 22,9 8,6 37,1 1,1 4

6 Saya selalu mendoakan suami apabila

sedang pergi bekerja

2,9 0,0 22,9 74,3 1,9 4

7 Saya dan suami sering konflik ketika

membicarakan masalah pendidikan

anak-anak

51,4 20,0 25,7 2,9 3,5 1

8 Berdebat atau bertengkar dengan

suami karena masalah pekerjaan 82,9 14,3 2,9 0,0 1,1 1

9 Bertengkar dengan suami karena

masalah keuangan 71,4 25,7 2,9 0,0 2,5 1

10 Bertengkar dengan suami karena

masalah anak-anak 80,0 17,1 2,9 0,0 3,7 1

11 Berkomunikasi secara bersama antara

suami dan anda

2,9 5,7 20,0 71,4 1,8 4

12 Berdiskusi dalam mengalokasikan

sumberdaya keuangan antara suami

dan anda

51,4 0,0 22,9 25,7 1,2 1

13 Saling pengertian dan bekerjasama

dalam berbagai hal antara suami dan

anda

0,0 2,9 62,9 34,3 1,3 3

14 Pengambilan keputusan secara

bersama antara suami dan anda

2,9 5,7 48,6 42,9 1,2 3

Keterangan: 1= tidak pernah, 2= kadang-kadang, 3=cukup sering, 4=sering

Secara umum dapat disimpulkan bahwa relasi suami-istri yang baik sebagai

berikut:

a. Suami peduli, menghargai, menyayangi, dan membantu pekerjaan istri, begitu

pula sebaliknya istri peduli, menghargai, menyayangi, dan membantu

pekerjaan suami.

Page 35: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

23

b. Suami tidak berbuat kasar pada istrinya, seperti marah, membentak,

memukul, dan mencaci maki. Begitu pula sebaliknya, istri tidak berbuat kasar

pada suami.

c. Saling terbuka. Suami dan istri membicarakan bersama-sama dalam

menyelesaikan masalah keluarga, keuangan, atau anak tanpa menimbulkan

konflik.

d. Suami dan istri membicarakan bersama bagaimana masa depan anak-anak.

e. Suami dan istri berdiskusi dalam mengalokasikan sumberdaya keuangan

keluarga.

f. Suami dan istri saling pengertian dan bekerja sama dalam berbagai hal.

Pada penelitian ini relasi suami-istri dibagi menjadi tiga dimensi yaitu

perlakuan suami terhadap istri, perlakuan istri terhadap suami, dan komunikasi

suami-istri. Tabel 9 menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden (65,7%)

mempunyai relasi suami-istri yang berada pada kategori tinggi sehingga

komunikasi yang terjalin pada pasangan suami-istri semakin baik dan tidak timbul

konflik. Sebanyak 34,3 persen responden mempunyai relasi suami-istri masih

berada pada ketegori rendah. Dari ketiga dimensi relasi suami istri, lebih dari

setengahnya komunikasi suami-istri masih tergolong rendah.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan kategori relasi suami-istri dan

dimensinya (n=35)

Dimensi

Kategori Min-maks

(skor 0-

100)

Rataan±SD

(skor 0-

100)

Rendah (≤75,0)

Tinggi

(>75,0)

n % n %

Perlakuan suami terhadap

istri

10 27,8 25 69,4 56-100 81,27±11,4

6

Perlakuan istri terhadap

suami

10 27,8 25 69,4 54-100 84,64±9,73

Komunikasi suami-istri 21 58,3 14 38,9 45-97 72,24±12,48

Relasi suami-istri 12 34,3 23 65,7 65-93 78,06±16,99

Kualitas Perkawinan

Kualitas perkawinan merupakan suatu derajat perkawinan yang dapat

memberi kebahagiaan dan kesejahteraan bagi pasangan suami dan istri sehingga

dapat menjaga kelestarian perkawinan. Menurut Conger dan Elder (1994), kualitas

perkawinan memiliki dua dimensi yakni kebahagiaan perkawinan dan kepuasan

perkawinan. Kualitas perkawinan merupakan komposit skor kebahagiaan

perkawinan dan kepuasan perkawinan. Perbedaannya adalah kebahagiaan

perkawinan berdasarkan pada evaluasi afektif, sedangkan kepuasan perkawinan

berdasarkan pada evaluasi kognitif. Kualitas perkawinan dalam penelitian ini

bersifat subjektif dan individual. Penilaian berdasarkan sudut pandang istri dari

keluarga petani. Tabel 10 menunjukkan bahwa lebih dari setengah (68,6%)

responden mengaku merasa sangat bahagia dengan suami serta merasa sangat

bahagia dan bersyukur dengan perkawinan mereka. Hanya 2,9 persen yang

mengaku merasa sedikit bahagia dengan suami serta merasa sedikit bahagia dan

Page 36: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

24

bersyukur dengan perkawinan mereka. Lebih dari setengah responden mengaku

merasa sangat puas dengan perkawinan mereka. Hanya sedikit responden yang

merasa sedikit puas dengan perkawinan mereka.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kualitas perkawinan (n=35)

No Pernyataan 1

(%)

2

(%)

3

(%)

4

(%) Mean Modus

Kebahagiaan Perkawinan

1 Saya merasa bahagia dengan suami 0,0 2,9 28,6 68,6 3,7 4

2 Saya merasa bahagia dan bersyukur

dengan perkawinan saya

0,0 2,9 28,6 68,6 3,7 4

Kepuasan Perkawinan

3 Saya merasa puas dengan suami

saya

0,0 5,7 28,6 65,7 3,6 4

4 Saya merasa puas dan bersyukur

dengan perkawinan saya

0,0 2,9 31,4 65,7 3,6 4

5 Hubungan komunikasi antara suami

dan anda

0,0 5,7 25,7 68,6 3,6 4

6 Hubungan seksual antara suami dan

anda

0,0 2,9 25,7 71,4 3,7 4

Keterangan : 1= tidak bahagia/tidak puas; 2=sedikit bahagia/sedikit puas; 3=cukup bahgia/cukup

puas; 4=sangat bahagia/sangat puas

Hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 11 memperlihatkan hampir

tiga perempat responden (71,4%) memiliki kualitas perkawinan tinggi dan sisanya

berada pada kategori rendah (28,6%). Hal ini dapat diartikan bahwa hampir tiga

perempat responden merasa bahagia dan puas dengan perkawinan mereka.

Semakin tinggi skor kualitas perkawinan maka semakin merasa bahagia dan puas.

Kualitas perkawinan penelitian berada pada kategori tinggi, artinya responden

penelitian ini merasakan bahwa hubungan perkawinan antara responden dengan

suami responden sudah baik sehingga merasa bahagia dan puas dengan

perkawinan. Kualitas perkawinan responden tergambarkan dari tingkat kepuasan

dan kebahagiaan responden terhadap perkawinan dengan suaminya. Lebih dari

setengah responden baik dimensi kebahagiaan perkawinan maupun kepuasan

perkawinan berada pada kategori tinggi (Tabel 11).

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kategori kualitas perkawinan dan

dimensinya (n=35)

Dimensi

Kategori Min-maks

(skor 0-

100)

Rataan±SD

(skor 0-

100)

Rendah (≤75,0)

Tinggi (>75,0)

n % n %

Kebahagiaan

perkawinan

11 31,4 24 68,6 33-100 88,37±18,24

Kepuasaan perkawinan 10 28,6 25 71,4 41-100 87,69±17,16

Kualitas perkawinan 10 28,6 25 71,4 38-100 88,09±16,99

Page 37: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

25

Tipologi relasi suami-istri dan kualitas perkawinan

Tipologi pasangan perkawinan merupakan karakteristik atau ciri-ciri

pasangan perkawinan (suami-istri) dalam menilai kebahagiaan dan kepuasan.

Menurut Olson (1981) terdapat 7 tipologi pasangan perkawinan berdasarkan

tingkat kebahagiaan perkawinan yaitu perkawinan pasangan tanpa vitalitas,

perkawinan pasangan finansial, perkawinan pasangan konflik, perkawinan

pasangan tradisional, perkawinan pasangan seimbang, perkawinan pasangan

harmonis, dan perkawinan pasangan penuh vitalitas. Tipologi relasi suami-istri

dan kualitas perkawinan mengacu bentuk tipologi McCubbin dan McCubbin

(1987) dalam Farhood (2004) model T-Double ABCX dari family adjusment and

adaptation.

Gambar 4 Tipologi relasi suami-istri dan kualitas perkawinan

Data Tabel 12 menunjukkan sebaran tipologi pasangan perkawinan

berdasarkan kualitas perkawinan dan relasi suami-istri yang digambarkan juga

pada Gambar 4. Tipe 1 menunjukkan pencapaian relasi suami-istri rendah dan

kualitas perkawinan tinggi. Tipe 2 menunjukkan pencapaian relasi suami-istri

tinggi dan kualitas perkawinan tinggi. Tipe 3 menunjukkan pencapaian relasi

suami-istri tinggi namun kualitas perkawinan rendah. Tipe 4 menunjukkan

pencapaiaan relasi suami-istri rendah dan kualitas perkawinan juga rendah.

Hasil penelitian pada Tabel 12 menunjukkan lebih dari setengah responden

(51,4%) tipologi relasi suami-istri dan kualitas perkawinan pada keluarga petani

ini berada pada tipe 2 dengan pencapaian ikatan relasi suami-istri tinggi dan

kualitas perkawinan tinggi. Pada tipe ini pasangan suami-istri merasa bahagia

dengan perkawinan mereka dan merasa puas dengan perkawinan mereka.

Pasangan suami-istri dapat menerima kebiasaan dan kepribadian pasangan

mereka. Sehingga pasangan suami-istri ini memiliki interaksi yang baik. Pasangan

suami-istri berusaha berkomunikasi secara bersama dan komunikasi yang terjalin

dua arah. Suami dan istri membicarakan bersama-sama dalam menyelesaikan

masalah keluarga, keuangan, atau anak tanpa menimbulkan konflik. Berdasarkan

Tipe 1

Tipe 4 Tipe 3

Tipe 2

Page 38: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

26

karakteristik keluarga, pada tipe 2 ini memiliki pendapatan di bawah rata-rata,

perbedaan usia pasangan, dan pasangan memiliki tingkat pendidikan yang sama.

Ciri-ciri tersebut serupa dengan tipologi pasangan perkawinan menurut Olson

yaitu tipologi pasangan perkawinan pasangan penuh vitalitas.

Satu dari lima responden berada pada kategori tipe 1 yaitu relasi suami-istri

rendah dan kualitas perkawinan tinggi (Tabel 12). Relasi suami-istri rendah

artinya keluarga ini memiliki hubungan antara suami dan istrinya cenderung tidak

baik. Perlakuan suami terhadap istri kurang baik seperti sering marah, kurang

peduli, jarang membantu pekerjaan istri, dan kurang menghargai. Begitu pula

perlakuan istri terhadap suami yang kurang baik. Meskipun keluarga pada tipe ini

memiliki relasi suami-istri cenderung kurang baik namun pasangan ini tetap

merasa bahagia dengan perkawinan mereka. Keluarga tipe 1 merupakan keluarga

petani yang menggarap lahan sendiri dan memiliki pendapatan di atas rata-rata.

Perbedaan jarak usia suami dan istri tidak jauh. Keluarga pada tipe ini bersifat

rentan karena memiliki relasi suami-istri yang kurang baik.

Tabel 12 menunjukkan bahwa satu dari tujuh responden berada pada

kategori tipe 3 yaitu relasi suami-istri tinggi dan kualitas perkawinan rendah.

Keluarga pada tipe 3 ini merupakan keluarga yang memiliki relasi suami-istri

yang baik seperti komunikasi yang terjadi antara suami-istri lancar, dapat

menyelesaikan konflik dan masalah yang dihadapi bersama. Walau demikian

pasangan suami istri ini cenderung tidak bahagia dengan perkawinan mereka.

Keluarga pada tipe 3 ini memiliki pendapatan di atas rata-rata dan istri ikut

mencari uang atau bekerja di luar rumah untuk membantu keuangan keluarga.

Moen et al. (2001) menemukan bahwa pekerjaan pasangan berhubungan dengan

kualitas perkawinan.

Hanya sedikit (14,3%) responden berada pada tipe 4 yaitu pencapaian

kualitas perkawinan rendah dan relasi suami-istri rendah (Tabel 12). Pada tipe ini

pasangan suami-istri tidak merasa puas atau tidak merasa bahagia dengan

perkawinan mereka dan relasi yang terjalin antara pasangan suami-istri ini pun

tidak berjalan baik. Pasangan suami-istri ini memiliki kesulitan dalam menjalin

komunikasi dan penyelesaian masalah dalam hubungan mereka. keluarga pada

tipe ini memiliki keluarga yang besar dan masih memiliki anak usia sekolah,

pendapatan rendah atau di bawah rata-rata serta usia suami yang sudah tua.

Tabel 12 Sebaran tipologi relasi suami-istri dan kualitas perkawinan

Tipe* Relasi suami-istri Kualitas perkawinan n %

1 Rendah Tinggi 7 20,0

2 Tinggi Tinggi 18 51,4

3 Tinggi Rendah 5 14,3

4 Rendah Rendah 5 14,3

Total 35 100,0 Keterangan : * = secara detil tipologi relasi suami-istri dan kualitas perkawinan disajikan pada

Lampiran 5

Data pada Tabel 13 menunjukkan bahwa relasi suami-istri berhubungan

positif sangat signifikan dengan kualitas perkawinan (r=0,468, p<0,001). Hal ini

berarti semakin tinggi skor relasi suami-istri maka semakin tinggi juga skor

kualitas perkawinan. Usia suami berhubungan negatif signifikan dengan kualitas

Page 39: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

27

perkawinan (r=0,416, p<0,05) yang artinya semakin muda usia suami maka

semakin tinggi skor kualitas perkawinan. Karakteristik keluarga tidak

berhubungan dengan kualitas perkawinan. Menurut Onsy dan Amer (2013)

menunjukkan bahwa karakteristik keluarga tidak berhubungan signifikan dengan

kualitas perkawinan.

Tabel 13 Hasil uji korelasi relasi suami-istri dengan kualitas perkawinan

Variabel Relasi suami-istri Kualitas perkawinan

Pearson correlation Pearson correlation

Usia suami 0,005 -0,416*

Usia istri -0,130 -0,210

Lama pendidikan suami 0,009 -0,017

Lama pendidikan istri -0,065 -0,091

Besar keluarga 0,018 -0,149

Pendapatan keluarga per bulan -0,172 0,002

Relasi suami-istri 1,000 0,468**

keterangan : *=signifikan pada p<0,05; **= signifikan pada p<0,01; secara detil matriks korelasi

disajikan di Lampiran 6

Hasil analisis regresi linier berganda yang ditunjukkan pada Tabel 14

memiliki nilai Adjusted R2 sebesar 0,291. Artinya usia suami, lama pendidikan

suami, lama pendidikan istri, besar keluarga, pendapatan per bulan dan relasi

suami-istri dapat mempengaruhi kualitas perkawinan sebesar 29,1 persen dan

sisanya (70,9%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam model ini.

Umur suami berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas perkawinan (β = -

0,471). Hal ini berarti setiap kenaikan satu tahun usia suami akan menurunkan

kualitas perkawinan sebesar 0,471. Relasi suami-istri berpengaruh positif

signifikan terhadap kualitas perkawinan (β=0,469) poin. Hal ini berarti setiap

kenaikan satu skor relasi suami-istri akan menaikkan skor kualitas perkawinan

sebesar 0,469 poin.

Hasil penelitian menunjukkan besar keluarga tidak berhubungan signifikan

dengan kualitas perkawinan. Hal ini sesuai dengan pernyataan menurut Allendorf

dan Ghimire (2012) menyatakan bahwa kasta, pekerjaan, usia saat menikah, dan

jumlah anak memiliki sedikit atau tidak ada hubungan dengan kualitas

perkawinan. Jumlah anak dapat menentukkan besar keluarga. Penelitian lain juga

menyatakan bahwa sosial-demografi (umur, jenis kelamin, lama pendidikan) dan

karakteristik keluarga (pendapatan keluarga, tahun menikah, dan jumlah anak)

tidak berhubungan signifikan dengan kualitas perkawinan (Onsy dan Amer 2013).

Hasil penelitian menyatakan bahwa relasi suami-istri berpengaruh positif

signifikan terhadap kualitas perkawinan. Hasil penelitian ini mendukung dari

pernyataan Burke dan Weir (1975) yang menemukan bahwa relasi suami-istri

berpengaruh signifikan terhadap kualitas perkawinan

Page 40: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

28

Tabel 14 Pengaruh karakteristik dan relasi suami-istri terhadap kualitas

perkawinan

Variabel B β Sig.

Konstanta 43,361 0,190

Umur suami (tahun) -0,927 -0,471 0,013 *

Lama pendidikan suami (tahun) -0,186 -0,032 0,846

Lama pendidikan istri (tahun) -0,781 -0,104 0,541

Besar keluarga (orang) 1,032 0,067 0,721

Pendapatan per bulan (rupiah) 2,823x10-7

0,035 0,820

Relasi suami-istri 1,002 0,469 0,004 **

F 3,321

R2

0,416

Adjusted R2

0,291

Sig. 0,013

Keterangan: *signifikan p<0,05; **signifikan p<0,01

Pembahasan

Para ahli (UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10; Khairuddin 1985;

Landis 1989; Day et al. 1995; Gelles 1995; Ember dan Ember 1996; Vosler 1996)

mengungkapkan bahwa pengertian keluarga adalah sebagai unit sosial-ekonomi

terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi,

merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang

mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan

perkawinan, dan adopsi (Puspitawati 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah

keluarga petani. Keluarga petani merupakan keluarga yang memiliki pekerjaan

sebagai petani, baik pemilik lahan, penggarap lahan, maupun buruh tani; dan

menghabiskan waktunya di ladang atau sawah. Keluarga ini sangat

mengutamakan pekerjaan bertani, pekerjaan-pekerjaan yang lain dirasa kurang

sesuai dengan dirinya. Keluarga petani merupakan masyarakat tradisonal yang

masih memegang nilai-nilai tradisional dan bersifat morfostatik. Sistem

morfostatik secara harfiah berarti bentuk yang tetap atau stabil, bersifat mekanis

dan relatif tertutup. Keluarga memiliki batasan-batasan yang kaku dan menerima

input-input baru yang terbatas dengan kondisi tertentu.

Di dalam keluarga, suami-istri memegang peranan penting dalam

mewujudkan keluarga sejahtera secara bersama. Upaya tersebut dilakukan dengan

mengadakan hubungan yang baik dengan keluarga lingkungan sendiri atau di luar

lingkungan keluarga. Relasi suami-istri sebagai permulaan bagi relasi yang lain

dan memberikan warna bagi keseluruhan relasi di dalam keluarga.

Banyak kajian yang telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas perkawinan. Istilah kualitas perkawinan biasanya

disamakan dengan kebahagiaan perkawinan atau kepuasan perkawinan (Ismail

2008). Keduanya sama-sama menunjuk pada suatu perasaan positif yang dimiliki

pasangan dalam perkawinan yang maknanya lebih luas daripada kenikmatan,

kesenangan, dan kesukaan. Menurut Olson dan Olson (2000) terdapat sepuluh

aspek yang membedakan pasangan yang bahagia dan yang tidak bahagia, yaitu

komunikasi, fleksibilitas, kedekatan, kecocokan kepribadian, resolusi konflik,

kegiatan di waktu luang, keluarga dan teman, pengelolaan keuangan, dan

keyakinan spiritual.

Page 41: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

29

Hasil penelitian menyatakan bahwa relasi suami-istri berpengaruh positif

signifikan terhadap kualitas perkawinan. Kenaikan skor relasi suami istri akan

meningkatkan juga skor kualitas perkawinan. Relasi suami-istri merupakan

hubungan interpersonal. Salah satu motif dalam mencari hubungan interpersonal

adalah kebahagiaan dan kasih sayang (Kammeyer 1987).

Tipologi relasi suami-istri dan kualitas perkawinan tipe 2 dicirikan dengan

pencapaian ikatan relasi suami-istri tinggi dan kualitas perkawinan tinggi.

Menurut Lavee dan Olson (1993) tipologi pasangan perkawinan yang dicirikan

dengan tingkat kepuasan yang tinggi didasari atas pasangan suami istri harmonis

dalam menjalin hubungan dengan baik, kepribadian yang saling melengkapi,

komunikasi yang baik, mencari solusi dari konflik, kepuasan secara seksual

maupun secara finansial merupakan ciri-ciri dari perkawinan pasangan penuh

vitalitas.

Keterbatasan penelitian ini adalah responden dalam pengukuran variabel

kualitas perkawinan. Responden yang ditanya hanya pada istri saja. Sehingga

perlu penelitian lanjutan dengan suami sebagai responden untuk mengukur

kualitas perkawinan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Secara umum, arti keluarga bagi istri petani di Desa Petir adalah segalanya

yang diutamakan dan harta yang paling berharga. Rata-rata usia suami pada

keluarga petani di Desa Petir berada pada kategori dewasa madya dan rata-rata

usia istri berada pada kategori dewasa awal. Rata-rata tingkat pendidikan keluarga

petani baik suami maupun istri hanya mencapai Sekolah Dasar. Penghasilan per

bulan keluarga petani berada pada rentang Rp400 000 hingga Rp9 900 000

dengan rata-rata besar keluarga berjumlah lima orang. Sebagian besar relasi yang

terjalin antara suami dan istri pada keluarga petani di Desa Petir tergolong tinggi

dan sebagian besar kualitas perkawinan yang dirasakan istri tergolong tinggi.

Tipologi relasi suami-istri dan kualitas perkawinan pada keluarga petani ini

sebagian besar berada pada tipe 2 yaitu relasi suami-istri tinggi dan kualitas

perkawinan tinggi. Dilihat dari tipologi pasangan perkawinan menurut Olson,

maka tipe 1 termasuk tipologi perkawinan pasangan tradisional, tipe 2 termasuk

tipologi perkawinan pasangan penuh vitalitas, tipe 3 termasuk tipologi perkawinan

pasangan konflik, dan tipe 4 termasuk tipologi perkawinan pasangan tanpa

vitalitas.

Relasi suami-istri berhubungan positif signifikan dengan kualitas

perkawinan. Artinya semakin tinggi skor relasi suami-istri maka akan semakin

tinggi juga skor kualitas perkawinan.

Saran

Keluarga yang berada pada tipologi tipe 1, tipe 3, dan tipe 4 perlu adanya

perhatian lebih untuk meningkatkan relasi suami-istri dan kualitas perkawinan

Page 42: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

30

sehingga dapat menjaga keutuhan keluarga. Relasi suami-istri yang baik dapat

diciptakan dari perlakuan antar suami- istri, serta suami-istri menjalin komunikasi

yang baik. Suami dan istri harus mampu mengatur waktu dan berinteraksi dengan

baik serta dapat berbagi tugas dalam menjalankan perannya masing-masing secara

adil dan seimbang, karena semua urusan rumah tangga, baik aspek produktif,

domestik, dan sosial kemasyarakatan, serta kekerabatan merupakan urusan

bersama dan tanggung jawab bersama suami-istri. Sebaiknya pemerintah dapat

memberikan kebijakan yang dapat mendukung keluarga petani sehingga keluarga

petani dapat meningkatkan kualitas perkawinan dan menjaga keutuhan keluarga.

Selanjutnya diperlukan pengembangan penelitian yang lain hingga memperoleh

model yang baik atau faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas perkawinan.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980,

1990, 1995, 2000, dan 2010 [internet].

http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12

&notab=1 (diakses tanggal 14 April 2014).

Allendrof K. 2012. Determinants of marital quality in an arranged marriage

society. Population Study Center Research Report 12-758

Altaira E, Nashori F. 2008. Hubungan antara kualitas komunikasi dengan

kepuasan dalam perkawinan istri [skripsi]. Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya. Universitas Islam Indonesia.

Bodenmann G, Pihet S, Kayser K. 2006. The relationship between dyadic coping

and marital quality a 2-year longitudinal study. Journal of Family

Psychology. 20(3): 485-493.

Bookwala J. 2005. The role of marital quality in physical health during the mature

yaers. Journal of Aging and Health. 17: 85-104.

Burke RJ, Weir T. 1975. The husband-wife relationship: how significant in career

and life succes?. Business Quarterly. 40(3): 62-67.

Conger RD, Elder GH. 1994. Families in Troubled Times: Adapting to Change in

Rural America. New York(USA): Aldine De Gruyter.

Duvall EM, Miller BC. 1985. Marriage and Family Development. New

York(USA): The Macmillan Company.

Farhood LF. 2004. The impact of low stress on the health of Lebanese families.

Research and Theory for Nursing Practice: An International Journal.

18(2/3).

Fincham FD, Beach SRH. 2007. Forgiveness and marital quality: precursor or

consequence in well-established relationships?. Journal of Positive

Psychology.

Fincham FD, Bradbury TN. 1987. The assessment of marital quality: a

reevalution. Journal of Marriage and the Family. 49(11): 797-809.

Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta (ID): Erlangga. Hybels S, Weaver RL II. 2004. Communicating Effectively: seventh edition. New

York (USA): McGraw-Hill.

Page 43: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

31

Ismail R. 2008. Kajian dimentions of marital quality: memahami konsep, metode

penelitian, dan beberapa kajian kepustakaan dalam sosiologi keluarga.

Jurnal Harmoni Sosial. 2(2): 88-99.

Johnson DR, Booth A. 1998. Marital quality: a product of the dyadic environment

or individual factors?. Social forces. 76(3): 883-904.

Kammeyer KCW. 1987. Marriage and Family: A foundation for personal

desicisions. The United States of America: Allyn and Bacon, Inc.

Klein DM, White JM. 1996. Family Theories. California: Sage Publications.

Knox D. 1985. Choises In Relationships: An Introduction To Marriage And The

Family. United States of America: West Publishing Co.

Koerner AF, Fitzpatrick MA. 2003. Handbook of Family Communication:

Communication in Intact Famillies. USA: Lawrence Erlbaum Associates.

Landis JT, Landis MG. 1955. Personal Adjusment Marriage and Family Living

(second edition). United State of America: Prentice-Hall, Inc.

Lavee Y, Olson DH. 1993. Seven types of marriage: emperical typology based on

ENRICH. Journal of Marital and Family Therapy. 19(4): 325-340.

Ledermann T, Bodenmann G, Rudaz M, Bradbury TN. 2010. Stress,

communication, and marital quality in couples. Family Relation. 59: 195-

206.

Moen P, Kim JE, Hofmeister H. 2001. Couples‟ Work/Retirement Transitions,

Gender, and Marital Quality. Social Psychology Quarterly. 64(1): 55-71.

Noller P, Feeney JA. 2003. Handbook of Family Communication: Studying

Family Communication: Multiple Methods and Multiple Sources. USA:

Lawrence Erlbaum Associates.

Olson DH. 1981. Family Typologies: Bridging family research and family

therapy. In E.E. Filsinger & R.A. Lewis (Eds.), Assesing Marriage: New

Behavioral Approaches. Beverly Hills (CA): Sage.

Onsy E, Amer MM. 2013. Attitudes toward seeking couples counseling among

egyptian couple: towards a deeper understanding of common marital

conflicts and marital satisfaction. Procedia-Social and Behavioral Sciences.

140: 470-475.

Proulx CM, Helms HM, Buehler C. 2007. Marital quality and personal well-

being: a meta-analysis. Journal of Marriage and Family. 69: 579-593.

Puspitawati H. 2012. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia.

Bogor(ID): PT IPB Press.

Puspitawati H. 2013. Ekologi Keluarga: Konsep dan Lingkungan. Bogor(ID): PT

IPB Press.

Rice FP. 1983. Contemporary Marriage. The United States of America: Allyn and

Bacon, Inc.

Sadeghi MS, Mazaheri MA, Motabi DF, Zahedi K. 2012. Marital interaction in

iranian couple: examining the role of culture. Journal of Comparative

Family Studies. 43: 281-298.

Schmitt M, Kliegel M, Shapiro A. 2007. Marital interaction in middle and old

age: a predictor of marital satisfaction?. Journal Aging and Human

Development. 65(4): 283-300.

Septiana VS. 2011. Pola komunikasi, penyesuaian suami istri, dan keharmonisan

keluarga dari suku yang sama dan berbeda [skripsi]. Fakultas Ekologi

Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Page 44: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

32

Setioningsih SS. 2010. Analisis fungsi pengasuhan dan interaksi dalam keluarga

terhadap kualits perkawinan dan kondisi anak pada keluarga tenaga kerja

wanita (TKW) [skripsi]. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian

Bogor.

Strong B, DeVault. 1986. The Marriage and Family Experience. The United

States of America: West Publishing Co.

Umberson D, Williams K. 2005. Marital quality, health, and aging: gender

equity?. The Journal of Gerontology. 60B: 109-112.

Veskhi SK, Botlani S, Shahsiah M, Sharifi E. 2012. The effect of sex education

on marital quality improvement in couple of Qom. Interdisiplinary Journal

of Contemporary Research in Business. 4(7).

Page 45: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

LAMPIRAN

Page 46: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

34

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian

Desa Petir

Page 47: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

35

Lampiran 2 Penelitian terdahulu

Relasi Suami-Istri

Definisi/Konsep

Berdasarkan hasil penelitian kepada 576 pasangan, hal-hal yang mempererat

hubungan pasangan antara lain: tidak merubah perilaku pasangan, percaya pada

pasangan, menunjukkan rasa kasih sayang setiap hari, dan saling mengerti dan

memahami. Menurut Strong dan DeVault (1986) Strongest bond: love,

attacment, loyalty, or guilt.

Cuber dan Harroff (1968) menemukan dua marriage relationship antara lain

vital marrriage relationship dan total marriage relationship.

Karena perempuan mungkin sedikit berbeda dengan laki-laki untuk

mengadopsi gaya dismissive dalam merespon kesulitan hubungan dan sering

merasa lebih berorientasi pada relasi dibandingkan laki-laki serta lebih merasa

(terpaksa) bertanggung jawab dalam mengatasi kesulitan dalam hubungan,

salah satu berharap lebih banyak saling mempengaruhi antara memaafkan dan

kualitas perkawinan (Fincham dan Beach 2007).

Faktor-faktor

Faktor dalam menjalin good relationship (Hybels dan Weaver 2004) antara

lain: verbal skills, emotional expressiveness, conversational focus, nonverbal

analysis, conversational encouragement, care and appreciation, dan

commitment.

Peneliti terdahulu

Hubungan stress rendah dan komunikasi yang positif merupakan hal penting

dalam relasi (Ledermann et al. 2010).

Menurut Burke dan Weir (1975) menemukan bahwa relasi suami-istri

berpengaruh signifikan terhadap kualitas perkawinan.

Dimensi

Kualitas dan relasi pasangan terbentuk berdasarkan empat unsur dasar yaitu

hubungan emosional, hubungan kognitif, hubungan ekonomi, dan hubungan

seksual (Veskhi et al. 2012).

Kualitas Perkawinan

Definisi/konsep

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa keluarga berkualitas adalah

keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan

sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan

ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa (Pasal 1).

Kepribadian individu memainkan peran penting dalam stabilitas kualitas

perkawinan (Johnson and Booth 1998).

Page 48: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

36

Perkawinan yang berkualitas menjamin kehidupan perkawinan yang bahagia

dan memuaskan yang menjadi harapan dan idaman pada setiap pasangan sejak

awal terjadinya sebuah pernikahan, kepuasan perkawinan sebagai perasaan

subjektif bagi suami atau istri, misalnya bagi suami berarti terpenuhinya

perasaan dihargai, kesetiaan dan perjanjian terhadap masa depan dari hubungan

tersebut, sedangkan bagi istri berarti terpenuhinya rasa aman secara emosional

komunikasi dan terbinanya kedekatan (Duvall dan Miller 1985).

Faktor-faktor

Index kualitas perkawinan berpengaruh terhadap kesehatan fisik (Bookwala

2005).

Gaya insecure attachment berpengaruh signifikan dengan kualitas perkawinan

sedangkan secure attachment tidak berpengaruh terhadap kulaitas perkawinan

(Hollist dan Miller 2005)

Faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan adalah: (1) Status pekerjaan,

tingkat pendidikan dan pendapatan, (2) Kepuasan terhadap pekerjaan, (3)

Kesehatan mental dan fisik, (4) Besarnya kebersamaan untuk menghabiskan

waktu luang dalam aktifitas, (5) Komunikasi verbal dan non verbal yang baik,

(6) Mengekspresikan afeksi, (7) Adanya saling percaya antar pasangan, (8)

Adanya perasaan nyaman terhadap harapan akan peran pasangan dalam

pernikahan dan adanya peran yang fleksibel (Rice 1983).

Dyadic coping berhubungan positif dengan kualitas perkawinan dengan dua

mekanisme: yang pertama mengurangi dampak negatif dari stress dalam

perkawinan dan yang kedua menguatkan rasa “we—ness”. (Bodenmann et al.

2006).

Dengan perbedaan usia dan gender dalam status sosial-ekonomi, personality,

interaksi perkawinan sebagai prediktor kepuasan perkawinan (Schmitt et al.

2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik pada suami ataupun istri, ditemukan

korelasi signifikan antara memaafkan dan kualitas perkawinan (Fincham dan

Beach 2007).

Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu menyatakan bahwa kepuasan perkawinan memiliki kurva

lengkung dimana menjadi tinggi saat awal perkawinan, lalu menurun saat

mempunyai anak dan meningkat lagi saat anak pertama memasuki usia remaja

(Schram 1979).

Survei pada tahun 1973 menunjukkan 93 persen ibu berusia 40 hingga 49 tahun

merasa sangat bahagia dengan perkawinannya dibandingkan dengan ibu yang

masih mengasuh anak hanya 57 persen yang merasa sangat bahagia. Sejalan

dengan penelitian National Opinion Research Center 1973, bahwa ibu yang

berusia 50-59 tahun merasa sangat bahagia. Orang tua merasa mempunyai

tekanan finansial yang lebih berat saat memiliki anak usia sekolah.

Page 49: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

37

Secara khusus, pria yang bersekolah lagi, mereka yang berpartisipasi dalam

pemilihan pasangan mereka, dan mereka yang telah menikah lagi memiliki

tingkat yang lebih tinggi kualitas perkawinan. Sebaliknya, kasta, pekerjaan,

usia saat menikah, dan jumlah anak memiliki sedikit atau tidak ada hubungan

dengan kualitas perkawinan. Namun, sementara kita mengidentifikasi penentu

utama kualitas perkawinan dalam konteks ini, sebagian besar variasi dalam

kualitas perkawinan tetap tidak terjelaskan (Allendorf and Ghimire 2012).

Kualitas pernikahan yang buruk merugikan mempengaruhi lintasan kesehatan

fisik dari waktu ke waktu dan bahwa efek samping ini adalah sama untuk pria

dan wanita (Umberson dan Williams 2005).

Transisi pensiunan berhubungan dengan penurunan kualitas perkawinan bagi

suami dan istri. Istri yang masih bekerja dan suami sudah pensiun memiliki

konflik perkawinan lebih tinggi (Moen et al. 2001).

Beberapa variabel memoderasi hubungan antara kualitas perkawinan dan

kesejahteraan pribadi, termasuk jenis kelamin, durasi perkawinan peserta,

sumber pengukuran, pengumpulan data tahun, dan variabel dependen (Proulx

et al. 2007).

Stres sehari-hari memainkan peran sentral untuk memahami perselisihan

perkawinan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa stres sehari-hari

berasal dalam hubungan tampaknya menjadi karakteristik yang sangat penting

dari hubungan intim karena tiga alasan. Pertama, hubungan stres sehari-hari

tampaknya memediasi pengaruh stres eksternal harian pada fungsi perkawinan.

Kedua, hubungan stres sehari-hari cenderung mempengaruhi kualitas

perkawinan kedua sendiri dan komunikasi perkawinan mitra dan Akhirnya,

bukti menunjukkan bahwa hubungan stres sehari-hari mempengaruhi kualitas

perkawinan tidak hanya secara tidak langsung melalui komunikasi perkawinan,

tetapi juga secara langsung (Ledermann et al. 2010).

Ada hubungan positif sangat signifikan antara kualitas komunikasi dengan

kepuasan istri dalam perkawinan (Altaira dan Nashori 2008).

Dimensi

Kepuasan perkawinan adalah evaluasi sejauh mana masing-masing pasangan

perkawinan merasa menerima dari perasaan, sikap, layanan, dan barang yang

dibutuhkan pasangan (Rice 1983).

Kualitas perkawinan diukur dengan lima dimensi, yang terdiri dari: kepuasan,

komunikasi, kebersamaan, masalah, dan perbedaan pendapat (Allendorf and

Ghimire 2012).

Jenis kelamin, pendidikan, pilihan pasangan, dan durasi perkawinan muncul

sebagai penentu yang paling penting dari dimensi-dimensi kualitas perkawinan.

Menurut Conger dan Elder (1994), kualitas perkawinan memiliki dua dimensi

yakni kebahagiaan perkawinan dan kepuasan perkawinan.

Dimensi dari kualitas perkawinan: marital satisfaction, sexual satisfaction,

marital commitment, marital adjusment, conflict, dan sexual intimacy (Veskhi

et al. 2012).

Nilai-nilai dan evaluasi hidup berubah selama reaksi yang terjadi dalam hidup

dan pengalaman. Hidup berkualitas yaitu dengan kebahagiaan, kepuasan,

kesenangan, dan kemampuan dalam mengatasi masalah (Veskhi et al. 2012)

Page 50: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

38

Lampiran 3 Kronologi pengambilan data

Awalnya penelitian ini berlokasi di Kelurahan Situ Gede dan Desa

Cikarawang. Di Kelurahan Situ Gede terdapat 5 sekolah dasar, yaitu SDN Situ

Gede 1, SDN Situ Gede 2, SDN Situ Gede 3, SDN Situ Gede 4, dan SDN Situ

Gede 5. Sementara di Desa Cikarawang terdapat 4 sekolah dasar yaitu SDN

Cangkrang, SDN Carangpulang 1, SDN Carangpulang 2, dan SDN Babakan

Dramaga 2.

Setelah melakukan survei untuk mengetahui jumlah anak kelas 4 dan 5 yang

orang tua atau bisa salah satunya bapak/ibu bekerja sebagai

petani/penggarap/buruh tani, ternyata jumlah anak tidak mencukupi. Setiap

sekolah (SD) hanya ada satu sampai empat orang yang berstatus sebagai anak

petani. Oleh sebab itu, lokasi penelitian ini dipindahkan ke desa Petir, kecamatan

Darmaga, Kabupaten Bogor dengan pertimbangan jumlah anak petani di desa

tersebut lebih banyak dari lokasi sebelumnya dan memenuhi syarat penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode sensus yaitu contoh yang digunakan

dalam penelitian merupakan populasi yang ada. Penelitian ini melibatkan empat

SD di desa petir yaitu SD Negeri 1 Petir, SD Negeri 2 Petir, SD Negeri 3 Petir,

dan SD Negeri 4 Petir. Berdasakan data yang diperoleh dari setiap SD di desa

Petir, jumlah anak petani di kelas 4 dan 5 berjumlah 113 responden terdiri dari 53

laki-laki dan 60 perempuan. Dengan rincian dari setiap sekolah sebagai berikut:

No. Sekolah Jumlah

Total Laki-laki Perempuan

1 SDN 1 Petir 14 19 33

2 SDN 2 Petir 10 5 15

3 SDN 3 Petir 6 7 13

4 SDN 4 Petir 22 30 52

JUMLAH 52 61 113

Setelah ditanyakan langsung kepada responden baik anak atau kepada

ibunya, banyak responden yang gugur atau tidak sesuai dengan kriteria penelitian.

Hampir setengah responden sudah beralih pekerjaan dari petani menjadi buruh

serabutan yang lain misalnya buruh bangunan, kuli panggul di pasar, sopir

angkutan umum, dan pedagang. Jumlah responden yang gugur dari SDN 1 Petir

sebanyak 20 anak, SDN 2 Petir sebanyak 2 anak, SDN 3 Petir sebanyak 2 anak,

dan SDN 4 Petir sebanyak 32 anak. Sehingga responden yang tersisa dari kelas 4

dan 5 berjumlah 57 anak. Jumlah responden masih kurang. Oleh sebab itu, untuk

menambah jumlah responden peneliti menambahkan anak petani yang duduk di

kelas 3. Jumlah anak petani di kelas 3 dari semua SD di desa petir 28 responden

dengan total anak petani dari kelas 3 sampai 5 berjumlah 85 responden yang

terdiri dari 38 anak laki-laki dan 47 anak perempuan.

Page 51: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

39

Lampiran 4 Data kualitatif arti keluarga

Nores Arti keluarga

121 Tempat kumpul dan berlindung

122 Bahagia dan harmonis

125 Keluarga tempat berbagi suka dan duka

126 Keluarga itu tempat untuk mencurahkan kebahagiaan, harta yang tak ternilai

128 Senang dan bahagia

129 Segalanya

130 Keluarga itu rumah tangga

132 Harta yang berharga

133 Keluarga itu kebahagiaan saya

134 Keluarga itu penting, segalannya buat saya

136 Tempat mendidik anak

137 Bahagia

142 Segalanya, saling mendukung dalam kebersamaan

145 Segalanya

148 Keluarga itu sebuah anugerah

150 Keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dijaga

155 Kebahagiaan

156 Berkah

158 Keluarga itu paling penting

164 Keluarga itu segalanya

165 Keluarga itu kebahagiaan untuk saya

168 Tempat berlindung dan sumber kebahagiaan

170 Keluarga itu penting

171 Harta yang berharga

172 Segalanya

179 Harta yang berharga

181 Harta yang berharga

182 Segalanya

185 Segalanya, susah senang bareng keluarga

188 Tempat kumpul-kumpul

191 Tempat berkumpul

193 Harta yang paling berharga

194 Tempat berbagi suka duka

203 Segalanya

206 Bahagia punya anak

Dari data di atas ditemukan arti keluarga menurut istri pada keluarga petani

di Desa Petir adalah sebagai berikut:

a. Harta yang paling berharga

b. Hal yang paling penting

c. Segalanya

d. Sumber kebahagiaan

e. Tempat mendidik anak-anak

f. Tempat berlindung

g. Tempat berbagi suka dan duka

Page 52: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

40

Lampiran 5 Daftar responden berdasarkan tipologi relasi suami-istri dan

kualitas perkawinan

Nores Relasi suami-istri Kualitas perkawinan Tipologi

(1,2,3,4)** Nilai Kategori* Nilai Kategori*

121 72,04 R 100 T 1 122 73,12 R 100 T 1 125 88,17 T 100 T 2 126 65,59 R 33,33 R 4 128 77,42 T 66,67 R 3 129 66,67 R 66,67 R 4 130 75,27 T 66,67 R 3 132 79,57 T 100 T 2 133 69,89 R 66,67 R 4 134 82,80 T 66,67 R 3 136 73,12 R 100 T 1 137 67,74 R 66,67 R 4 142 79,57 T 100 T 2 145 77,42 T 100 T 2 148 92,47 T 100 T 2 150 80,65 T 100 T 2 155 70,97 R 100 T 1 156 79,57 T 66,67 R 3 158 80,65 T 100 T 2 164 66,67 R 100 T 1 165 86,02 T 100 T 2 168 70,97 R 100 T 1 170 81,72 T 100 T 2 171 72,04 R 100 T 1 172 78,49 T 100 T 2 179 82,80 T 100 T 2 181 83,87 T 100 T 2 182 77,42 T 66,67 R 3 185 81,72 T 100 T 2 188 69,89 R 66,67 R 4 191 75,27 T 66,67 R 3 193 83,87 T 100 T 2 194 93,55 T 100 T 2 203 92,47 T 100 T 2 206 82,80 T 100 T 2

Keterangan: * = R: Rendah ≤75 (skor 0-100), T: Tinggi > 75 (skor 0-100)

** = Tipe 1: Relasi suami-istri rendah kualitas perkawinan tinggi, Tipe 2: Relasi

suami istri tinggi kualitas perkawinan tinggi, Tipe 3: Relasi suami istri rendah

kualitas perkawinan rendah, Tipe 4: Relasi suami istri rendah kualitas

perkawinan rendah

Total: Tipe 1, n= 7 (20,0%) Tipe 2, n= 18 (51,4%)

Tipe 3, n= 5 (14,3%)

Tipe 4, n= 5 (14,3%)

Page 53: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

41

Lampiran 6 Matriks korelasi pearson karakteristik keluarga, relasi suami-istri, dan kualitas perkawinan

Variabel umur suami lama pendidikan

suami umur istri

lama pendidikan

istri besar keluarga

pendapatan

keluarga per bulan relasi suami-istri

kualitas

perkawinan

umur suami 1

lama pendidikan suami -0,082 1

umur istri 0,804** -0,224 1

lama pendidikan istri -0,159 0,370* -0,512** 1

besar keluarga 0,544** 0,075 0,547** 0,306 1

pendapatan keluarga

per bulan -0,109 0,159 -0,025 0,018 0,054 1

relasi suami-istri 0,005 0,009 -0,130 -0,065 0,018 -0,172 1

kualitas perkawinan -0,416* -0,017 -0,210 -0,091 -0,149 0,002 0,468** 1

** nyata pada taraf 0,01 (2-tailed).

* nyata pada taraf 0,05 (2-tailed).

Page 54: RELASI SUAMI-ISTRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA … · dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 8 Sebaran contoh berdasarkan

42

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Serang pada tanggal 3 Mei 1992 dari pasangan Marsyim dan

Hujaenah. Penulis adalah putri ke tiga dari tiga bersaudara. Tahun 2004-2007

penulis menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Cilegon

kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 KS Cilegon

dan lulus SMA pada tahun 2010. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor

melalui jalur PMDK di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas

Ekologi Manusia pada tahun 2010.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berorganisasi. Penulis

menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen

(HIMAIKO) Divisi Child Development Club tahun 2012-2013. Penulis juga aktif

dalam beberapa kepanitiaan seperti menjadi Bendahara Masa Perkenalan

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (MPD IKK) tahun 2012, staff Divisi

Konsumsi dan Dana Usaha Family and Consumer Day tahun 2012, staff Divisi

Desain, Dekorasi dan Dokumentasi (3D) Family and Consumer Day tahun 2013,

dan staff Divisi Dana Usaha Hari Keluarga tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi selama kurang lebih dua bulan di Desa Curug

Muncar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. Selain itu, penulis

juga pernah menjadi relawan Peduli Kelud selama sepuluh hari di bulan Maret

2014 di Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.