rektal delivery

23
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Untuk menghindari efek samping seperti dispepsia, iritasi mukosa lambung dan diare suatu obat dapat diatasi diformulasikan ke dalam sediaan supositoria. Penggunaan supositoria mempunyai keuntungan dibanding sediaan oral salah satunya tidak mengiritasi lambung, tidak menyebabkan rasa tidak enak (mual), dapat digunakan pada pasien yang sulit menelan obat dan tidak sadarkan diri. Pelepasan obat dari basis merupakan faktor penting dalam keberhasilan terapi dengan menggunakan sediaan supositoria. Di dalam tubuh obat akan diabsorbsi dalam keadaan terdispersi, karena itu obat harus dilepaskan dari bahan pembawa kemudian larut dalam cairan tubuh. Kecepatan pelarutan obat dipengaruhi oleh formulasi sediaan sediaan obatnya yaitu kadar zat aktif, basis dan cara pembuatannya. Pada awal tahun 1980-an, konsep adhesif mucosal atau mukoadhesif mulai dikenalkan dalam sistem penghantaran obat terkendali. Mukoadhesif adalah polimer sintetik atau alam yang Mucoadhesive Rectal Page 1

Upload: david-silalahi

Post on 26-Dec-2015

203 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

biofarmasi rektal delivery

TRANSCRIPT

Page 1: rektal delivery

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Untuk menghindari efek samping seperti dispepsia, iritasi mukosa lambung dan diare suatu

obat dapat diatasi diformulasikan ke dalam sediaan supositoria. Penggunaan supositoria

mempunyai keuntungan dibanding sediaan oral salah satunya tidak mengiritasi lambung, tidak

menyebabkan rasa tidak enak (mual), dapat digunakan pada pasien yang sulit menelan obat dan tidak

sadarkan diri.

Pelepasan obat dari basis merupakan faktor penting dalam keberhasilan terapi dengan

menggunakan sediaan supositoria. Di dalam tubuh obat akan diabsorbsi dalam keadaan

terdispersi, karena itu obat harus dilepaskan dari bahan pembawa kemudian larut dalam cairan

tubuh. Kecepatan pelarutan obat dipengaruhi oleh formulasi sediaan sediaan obatnya yaitu kadar

zat aktif, basis dan cara pembuatannya.

Pada awal tahun 1980-an, konsep adhesif mucosal atau mukoadhesif mulai dikenalkan

dalam sistem penghantaran obat terkendali.  Mukoadhesif adalah polimer sintetik atau alam yang

berinteraksi dengan lapisan mucus yang menutupi permukaan epithelial-permukaan dan molekul

musin yang merupakan konstituen utama dari mucus.

Sistem penghantaran obat mukoadhesif memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi

aplikasi atau memperpanjang waktu absorbsi dan memfasilitasi kontak yang rapat antara sediaan

dengan permukaan absorpsi sehingga dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan kinerja terapi

obat.  Dalam beberapa tahun terakhir banyak sistem penghantaran obat mukoadhesif telah

Mucoadhesive Rectal Page 1

Page 2: rektal delivery

dikembangkan untuk penggunaan oral, buccal, nasal, rektal, dan rute vagina untuk efek sistemik

dan lokal.

I.2 Rumusan Masalah

1. Seperti apakah anatomi rektal?

2. Bagaimana mekanisme kerja DDS mukoadhesif rektal?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mukoadhesif rektal

I.3 Tujuan

1. Mengetahui anatomi rectal

2. Mengetahui mekanisme kerja DDS mucoadhesif rektal

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mukoadhesif rektal

Mucoadhesive Rectal Page 2

Page 3: rektal delivery

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Suppositoria

II.1.1 Pengertian

Supositoria adalah sediaan padat yang biasa digunakan melalui dubur, umumnya

berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak, atau meleleh pada suhu tubuh. Bentuk dan

ukurannya harus sedemikian rupa sehingga dengan mudah da pat dimasukkan ke dalam lubang

atau celah yang diingankan tanpa menimbulkan kejanggalan dalam penggelembungan begitu

masuk dan harus bertahan untuk suatu waktu dan suhu tertentu. Supositoria untuk rectum

umumnya dimasukkan dengan jari tangan, tetapi untuk vagina khususnya tablet vagina yang

dibuat dengan cara kompresi dapat dimasukkan lebih jauh ke dalam saluran vagina dengan

bantuan alat khusus.

II.1.2 Bentuk Suppositoria

Supositoria dengan bentuk torpedo mempunyai beberapa keuntungan yaitu bila bagian

yang besar masuk melalui otot penutup dubur, maka bagian supositoria akan masuk dengan

sendirinya.

Berat suppositoria rektal untuk orang dewasa kira-kira 3 gram dan biasanya lonjong

seperti torpedo, sedangkan suppositoria untuk anak-anak beratnya kira-kira 1 gram dan

ukurannya lebih kecil. Umumnya pemberian obat secara rektal adalah setengah sampai dua kali

atau lebih dari dosis oral yang diberikan untuk semua obat, kecuali untuk obat yang sangat kuat.

II.1.3 Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja supositoria dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Suppositoria berefek mekanik

Bahan dasar suppositoria berefek mekanik tidak peka pada penyerapan. Suppositoria mulai

berefek bila terjadi kontak yang menimbulkan refleks defekasi, namun pada keadaan

konstipasi refleks tersebut lemah.

Mucoadhesive Rectal Page 3

Page 4: rektal delivery

Pada efek kontak tersebut terutama pada supositoria gliserin terjadi fenomena osmose yang

disebabkan oleh afinitas gliserin terhadap air. Hal tersebut menimbulkan gerakan peristaltik.

2. Suppositoria berefek setempat

Termasuk dalam kelopok ini adalah suppositoria anti wasir, yaitu senyawa yang efeknya

disebabkan oleh adanya sifat astringen atau peringkas pori. Ke dalam basis supositoria yang

sangat beragam kadang-kadang ditambahkan senyawa peringkas pori baik dengan cara

penyempitan maupun hemostatik. Dalam formula supositoria sering terdapat senyawa

penenang. Obat tersebut bekerja secara rangkap baik terhadap perifer maupun sentral yang

terakhir ini sepenuhnya berefek sistemik.

3. Supositoria berefek sistemik

Adalah suppositoria yang mengandung senyawa yang diserap dan berefek pada organ tubuh

selain rektum. Pada kelompok ini termasuk supositoria nutritif, supositoria obat.

a. Suppositoria Nutritif, digunakan pada penyakit tertentu dimana saluran cerna tidak

dapat menyerap makanan. Jumlah senyawa yang diserap tentu saja sedikit, namun sudah

cukup untuk mempertahankan hidup.

b. Suppositoria Obat, mengandung zat aktif yang harus diserap, mempunyai efek sistemik

dan bukan efek setempat. Bila suppositoria obat dimasukan ke dalam rektum pertama-

tama akan timbul efek refleks, selanjutnya suppositoria melebur atau melarut dalam

cairan rektum hingga zat aktif tersebar di permukaan mukosa, lalu berefek setempat dan

selanjutnya memasuki sistem getah bening. Obat yang masuk ke peredaran darah akan

berefek spesifik pada organ tubuh tertentu sesuai dengan efek terapetiknya.

II.2 Anatomi Rektal

Rektum merupakan bagian akhir dari saluran cerna yang terdiri atas dua bagian yaitu dua

bagian yaitu bagian superior yang cembung dan bagian inferior yang cekung. Panjang total

rektum pada manusia dewasa rata-rata adalah 15 – 19 cm, 12 - 14 cm bagian pelvinal dan 5 – 6

cm bagian perineal. Dalam keadaan istirahat, rektum tidak mengalami motilitas secara aktif.

Secara normal, rectum tidak berisi apa-apa dan hanya mengandung 2-3 mL cairan mucus

inert (pH 7 – 8), yang disekresikan oleh sel goblet yang membentuk kelenjar simple tubuler pada

Mucoadhesive Rectal Page 4

Page 5: rektal delivery

lapisan mukosa. Mucus tidak memiliki aktivitas enzimatic atau kapasitas buffer. Tidak memiliki

villi atau microvilli pada mucosa rektal dan luas permukaan absorpsinya sangat terbatas (200 –

400 cm2) tetapi cukup untuk mengabsorpsi obat.

Rektum memiliki dua peran mekanik, yaitu sebagai tempat penampungan feses dan

mendorongnya saat pengeluaran. Adanya mukosa memungkinkan terjadinya penyerapan yang

tidak dapat diabaikan, hal ini menguntungkan pada pengobatan dengan supositoria.

Gambar 1. Rektal Manusia

II. 3 Rute Rektal

Lima puluh persen aliran darah dari rektum memintas sirkulasi portal biasanya pada rute

oral, sehingga biotransformasi obat melalui hati oleh hati dikurangi. Bagian obat yang diabsorpsi

dalam 2/3 bagian bawah rektum langsung mencapai vena cava inferior dan tidak melalui vena

porta.

Keuntungan pemberian melalui rektal (juga sublingual) adalah mencegah penghancuran

obat oleh enzim usus atau pH dalam lambung. Suppositoria, yang dipakai secara rektal

mengandung zat aktif yang tersebarkan (terdispersi) di dalam lemak yang berupa padatan pada

Mucoadhesive Rectal Page 5

Page 6: rektal delivery

suhu kamar tetapi meleleh pada suhu sekitar 35ºC, sedikit di bawah suhu badan. Jadi, setelah

disisipkan ke dalam rektum sediaan padat ini akan meleleh dan melepaskan zat aktifnya yang

selanjutnya terserap dalam aliran darah.

Secara rektal, suppositoria digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh

mukosa dalam rektum. Aksi kerja awal dapat diperoleh secara cepat, karena obat diabsorpsi

melalui mukosa rektal langsung masuk kedalam sirkulasi darah serta terhindar dari pengrusakan

obat dari enzim di dalam saluran gastro-intestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam

hepar. Obat yang diabsorpsi melalui rektal beredar dalam darah tidak melalui hati dahulu

sehingga tidak mengalami detoksikasi atau biotransformasi yang mengakibatkan obat terhindar

dari tidak aktif.

Penyerapan direktum dapat terjadi dengan tiga cara yaitu:

1. lewat pembuluh darah secara langsung

2. lewat pembuluh getah bening

3. lewat pembuluh darah secara tidak langsung melalui hati.

Menurut Ravaud, penyerapan hanya terjadi pada pembuluh darah secara langsung lewat

inferior dan vena intermedier yang berperan dan membawa zat aktif melalui vena iliaca ke vena

cava inferior. Menurut Quecauviller dan Jund, bahwa penyerapan dimulai dari vena

haemorrhoidalles inferior terutama vena haemorrhoidalles superior menuju vena porta melalui

vena mesentricum inferior. Saluran getah bening juga berperan pada penyerapan rektal yaitu

melalui saluran toraks yang mencapai vena subclavula sinistra, sedangkan menurut Fabre dan

Regnier pengaruh tersebut hanya berlaku pada obat-obat yang larut lemak.

Mukosa rektum dalam keadaan tertentu bersifat permeable sempurna. Penyerapan rektum

kadang-kadang lebih baik dari penyerapan bukal. Selain itu penyerapan juga tergantung pada

derajat pengosongan saluran cerna jadi tidak dapat diberlakukan secara umum. Bahkan beberapa

obat tertentu tidak diserap oleh mukosa rektum.

Banyak obat yang tidak diresorbsi secara teratur dan lengkap dari rektum, sebaiknya

diberikan dosis yang melebihi dosis oral dan digunakan pada rektum kosong, akan tetapi setelah

obat diresorbsi efek sistemisnya lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan per oral, berhubung

vena-vena bawah dan tengah dari rektum tidak tersambung pada sistem porta dan obat tidak

Mucoadhesive Rectal Page 6

Page 7: rektal delivery

melalui hati pada peredaran darah pertama, sehingga tidak mengalami perombakan FPE (first

pass effect). Pengecualian adalah obat yang diserap dibagian atas rektum dan oleh vena rectalis

superior disalurkan ke vena porta dan kemudian ke hati, misalnya thiazinamium. Dengan

demikian, penyebaran obat di dalam rektum tergantung dari basis suppositoria yang digunakan,

dapat menentukan rutenya ke sirkulasi darah. Suppositoria dan salep juga sering kali digunakan

untuk efek lokal pada gangguan poros-urus, misalnya wasir.

II. 4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Absorbsi

Faktor – faktor yang mempengaruhi absorpsi obat per rektal :

1. Faktor Fisiologis

a. Isi Kolon obat akan mempunyai kemungkinan untuk diabsorpsi lebih besar ketika

rektum dalam keadaan kosong. Untuk tujuan ini diberikan enema sebelum penggunaan

obat melalui rektal.

b. Rute sirkulasi jika obat diabsorpsi dari pembuluh darah hemorrhoidal akan langsung

menuju vena cava inferior, sehingga absorpsi akan cepat dan efektif.

c. pH dan minimnya kapasitas buffer cairan rektal pH cairan rektal 7-8 dan tidak

memiliki kapasitas buffer yang efektif.

2. Faktor Fisika Kimia dari Obat atau Basis

a. Kelarutan dalam lipid-water obat lipofil jika diberikan dengan basis lemak tidak dapat

dikeluarkan dengan mudah, sehingga absorpsi obat terganggu.

b. Ukuran partikel semakin kecil partikel semakin besar kelarutannya.

c. Sifat basis jika basis berinteraksi dengan obat atau mengiritasi membran mukosa akan

menurunkan absorpsinya. Khususnya pada kasus-kasus suppositoria.

II.5 Mukoadhesif

II.5.1 Pengertian

Adhesi dapat didefinisikan sebagai ikatan yang dihasilkan oleh kontak antara adhesif

sensitif-tekanan dan permukaan. The American Society of testing and materials mendefinisikan

Mucoadhesive Rectal Page 7

Page 8: rektal delivery

sebagai keadaan di mana dua permukaan yang diadakan bersama oleh gaya antarmuka, yang

dapat terdiri dari gaya-gaya valensi, aksi atau keduanya saling terkait.

Untuk tujuan penghantaran obat, istilah bioadhesi menyiratkan pelengkap sistem

pembawa obat menuju lokasi biologis yang spesifik. Permukaan biologis dapat menjadi jaringan

epitel. Jika tambahan perekat adalah sebuah lapisan mukus, fenomena ini disebut sebagai

mukoadhesi. Bioadhesi dapat dimodelkan setelah tambahan bakteri menuju permukaan jaringan,

dan mukoadhesi dapat dimodelkan setelah pelekatan mukus pada jaringan epitel.

II.5.2 Mekanisme Mukoadhesi

Bioadhesi merupakan fenomena yang tergantung pada sifat bioadhesif. Ada 2 tahap

terjadinya mukoadhesi, yaitu :

1. Tahap Kontak (Contact stage)

Merupakan tahap pertama yang melibatkan kontak yang rapat antara bioadhesif dan

membran, baik dari permukaan bioadhesif yang memiliki pembasahan bagus, maupun dari

pengembangan bioadhesif.

2. Tahap Konsolidasi (Consolidation stage)

Merupakan tahap kedua, setelah diadakan kontak, penetrasi bioadheshif ke dalam celah-

celah permukaan jaringan atau antar rantai dari bioadhesive dengan mukus yang terjadi.

Pada tingkat molekuler, mukoadhesi dapat dijelaskan berdasarkan interaksi molekul.

Interaksi antara dua molekul terdiri dari daya tarik dan daya tolak. Interaksi daya tarik

muncul dari gaya Van der Walls, daya tarik elektrostatik, ikatan hidrogen, dan interaksi

hidrofobik. Interaksi daya tolak terjadi karena tolakan elektrostatik dan tolakan steric. Untuk

terjadi mukoadhesi, interaksi daya tarik harus lebih besar daripada tolakan non-spesifik.

Mucoadhesive Rectal Page 8

Page 9: rektal delivery

Gambar 2. Mekanisme Mukoadhesi

II.5.3 Aplikasi Sediaan Mukoadhesif

Ada tiga kategori utama aplikasi sediaan mukoadhesif dalam sistem penghantaran obat,

yaitu :

1. Memperlama waktu tinggal (kontak). Kemungkinan ini telah diteliti secara intensif untuk

system penghantaran/pelepasan obat terkendali yang diberikan secara oral dan rute

pemberian okuler.

2. Kontak intensif dengan membrane pengabsorpsi. Tablet mukoadhesif atau laminat

menunjukkan sifat pelepasan obat yang menguntungkan jika digunakan melalui rute bukal.

Sediaan dalam bentuk partikel mikro (micro particles) sudah berhasil digunakan pada

aplikasi obat melalui nasal. Selain itu, terbuka juga peluang untuk memberikan obat secara

rectal dan vaginal.

3. Lokalisasi system penghantaran obat. Dalam beberapa kasus, obat secara preferensial

diabsorpsi pada daerah tertentu (spesifik) dari saluran cerna yang juga dinamakan jendela

absorpsi (absorption window).

II.5.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi mukoadhesi

Proses mukoadhesi ditentukan oleh berbagai faktor, baik dari formulasi sistem

mukoadhesif, yaitu dari polimer yang digunakan, maupun dari lingkungan tempat aplikasi sistem

mukoadhesif tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain (Smart, 2005; Zate, et al, 2010):

1. Konsentrasi polimer : semakin tinggi konsentrasi polimer, maka gaya adhesi akan

semakin kuat.

2. Konformasi polimer : gaya adhesi juga tergantung pada konformasi polimer, contohnya

heliks atau linier. Bentuk heliks dapat menyembunyikan gugus-gugus aktif polimer

sehingga mengurangi kekuatan adhesi polimer.

3. Bobot molekul primer : untuk polimer linier, semakin besar bobot polimer maka

kemampuan mukoadhesi akan semakin meningkat.

Mucoadhesive Rectal Page 9

Page 10: rektal delivery

4. Fleksibilitas rantai polimer : Fleksibilitas rantai polimer penting untuk interpenetrasi dan

pembelitan rantai polimer dengan rantai musin. Apabila penetrasi rantai polimer ke

mukosa berkurang, maka kekuatan mukoadhesif juga akan berkurang.

5. Derajat hidrasi : hidrasi yang berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan

mukoadhesi akibat pembentukan mucilago yang licin

6. pH : pH akan mempengaruhi muatan pada permukaan mukosa dan polimer sehingga

adhesi juga akan dipengaruhi.

7. Waktu kontak awal : Waktu kontak awal antara sistem mukoadhesif dan lapisan mukosa

menentukan tingkat pengembangan dan interpenetrasi polimer. Kekuatan mukoadhesif

akan meningkat jika waktu kontak awal meningkat.

8. Variasi fisiologis : kondisi fisiologis yang dapat mempengaruhi mukoadhesi antara lain

ketebalan mukus dan pergantian musin.

Mucoadhesive Rectal Page 10

Page 11: rektal delivery

BAB III

PEMBAHASAN

III.1. Sediaan Konvensional

Suppositoria merupakan sediaan padat dengan berbagai bobot dan bentuk yang diberikan

melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.

Pelepasan obat didefinisikan sebagai proses melarut suatu zat kimia atau senyawa obat

dari sediaan padat kedalam suatu media tertentu. Sedangkan kecepatan disolusi adalah kecepatan

melarutnya suatu zat kimia atau senyawa obat kedalam medium tertentu dari suatu padatan.

Untuk mendapatkan efek dari suatu obat baik efek lokal maupun efek sistemik terlebih dahulu

zat aktif harus terlepas basisnya.

Absorpsi adalah proses yang lebih cepat daripada proses difusi obat dari basis ke cairan

rektum, difusi obat ke permukaan absorpsi mempunyai kecepatan terbatas pada absorpsi rektal.

Penyerapan zat aktif dari supositoria di rektum dapat terjadi dengan tiga cara:

1. Lewat pembuluh darah secara langsung,

2. Lewat pembuluh getah bening, dan

3. Lewat pembuluh darah secara tidak langsung melalui hati.

III.2. Mukoadhesif Rektal

Pada awal tahun 1980-an, konsep adhesif mukosal atau mukoadhesif mulai dikenalkan

dalam sistem penghantaran obat terkendali. Mukoadhesif adalah polimer sintetik atau alam yang

berinteraksi dengan lapisan mukus yang menutupi permukaan epitelial-permukaan dan mokul

musin yang merupakan konstituen utama dari mukus.

Konsep mukoadhesif ini mendorong para peneliti untuk memikirkan kemungkinan

pemanfaatan polimer dalam mengatasi halangan fisiologi pada sistem penghantaran obat jangka

panjang.

Mucoadhesive Rectal Page 11

Page 12: rektal delivery

Ide sistem mukoadhesif berasal dari kebutuhan untuk melokalisasi obat pada lokasi

tertentu pada tubuh manusia. Sering pengabsorbsian jumlah obat dibatasi oleh waktu tinggal obat

pada lokasi absorpsi. Misalnya pada sistem penghantaran obat okuler, hanya tersedia waktu

kurang dari 2 menit saja untuk absorpsi obat setelah penetesan larutan obat pada mata karena

akan dihilangkan secara cepat oleh pembilasan larutan dan pergantian air mata.

Kemampuan memperlama waktu kontak suatu sistem penghantaran obat di bagian depan

mata, akan meningkatkan ketersediaan hayati obat. Pada sistem penghantaran obat oral, absorpsi

obat dibatasi oleh waktu transit sediaan di salur cerna (GI). Cukup banyak obat yang diabsorpsi

hanya pada bagian usus halus. Dengan cara melokalisasi sistem penghantaran obat pada lambung

atau pada duodenum diharapkan akan dapat meningkatkan jumlah obat yang diabsorpsi secara

signifikan. Oleh karena kebanyakan rute pemberian obat, seperti okuler, nasal, bukal, melalui

saluran pernapasan, saluran pencernaan (g.i.t), rektal dan vaginal yang dilapisi dengan lapisan

mukus, maka bentuk sediaan mukoadhesif  diharapkan dapat meningkatkan waktu tinggal. Selain

itu akan terjadi kontak intensif antara sediaan dan jaringan yang mengabsorpsi (obat) sehingga

diharapkan jumlah konsentrasi obat akan lebih tinggi di lokasi (kontak) dan diharapkan dengan

sendirinya akan terjadi fluk obat yang tinggi melewati jaringan pengabsorpsi. Selanjutnya,

kontak intensif diharapkan pula akan meningkatkan permeabilitas lokal dari obat berbobot

molekul tinggi, seperti peptida dan protein.

Sebagian besar penyerapan obat rektal dicapai oleh proses difusi sederhana melalui

membran lipid. Obat yang bertanggung jawab untuk ekstensif metabolisme lintas pertama

mendapatkan keuntungan yang besar jika dikirim ke daerah dubur, terutama jika mereka

ditargetkan untuk daerah yang dekat dengan anus. Selanjutnya, penambahan polimer bioadhesive

jarak migrasi di dubur menurun.

Kim bertujuan untuk mengembangkan flurbiprofen basis supositoria termoreversibel cair

terdiri dari alginat poloxamer dan natrium untuk perbaikan bioavailabilitas rektal flurbiprofen.

Siklodekstrin derivatif, seperti alpha-, beta-, gamma-siklodekstrin, dan hidroksipropil-beta-

siklodekstrin (HP-beta-CD), digunakan untuk meningkatkan kelarutan berair flurbiprofen. Studi

farmakokinetik dilakukan setelah pemberian supositoria rektal flurbiprofen cair dengan dan

tanpa HP-beta-CD atau setelah pemberian intravena suatu produk komersial yang tersedia

Mucoadhesive Rectal Page 12

Page 13: rektal delivery

(Lipfen ®, flurbiprofen axetil-dimuat emulsi) pada tikus. Supositoria Flurbiprofen cair yang

mengandung beta-HP-CD menunjukkan bioavailabilitas yang sangat baik dalam bahwa AUC

flurbiprofen setelah pemberian rektal yang tidak secara signifikan berbeda dari yang setelah

pemberian intravena Lipfen ®. Para penulis menyimpulkan bahwa HP-beta-CD bisa kelarutan

penambah lebih baik untuk pengembangan supositoria cair yang mengandung obat kelarutan

dalam airnya buruk.

Contoh Produk Mukoadhesif Rektal

1. Anacal®

2. Germoloids®

Gambar 3. Contoh Produk Mukoadhesif Rektal

III.3 Nasib Obat di Rektum

Nasib obat yang diabsorpsi dari rektum tergantung dari posisi obat dalam rektum. Di

daerah sub mucosal pada dinding rektal terdapat banyak pembuluh darah dan pembuluh limfe.

Pembuluh darah hemorrhoidal bagian atas merupakan saluran ke sirkulasi portal, sehingga obat

yang diabsorpsi pada bagian atas akan melewati hati sebelum masuk ke sirkulasi sistemik.

Sedangkan pembuluh darah hemorrhoidal bagian tengah dan bawah merupakan saluran langsung

ke vena cava inferior, sehingga obat yang diabsorpsi pada bagian tersebut akan langsung masuk

ke sirkulasi sistemik.

Mucoadhesive Rectal Page 13

Page 14: rektal delivery

Faktor – faktor yang mempengaruhi absorpsi obat per rektal :

1. Faktor Fisiologis

a. Isi Kolon obat akan mempunyai kemungkinan untuk diabsorpsi lebih besar ketika

rektum dalam keadaan kosong. Untuk tujuan ini diberikan enema sebelum penggunaan

obat melalui rektal.

b. Rute sirkulasi jika obat diabsorpsi dari pembuluh darah hemorrhoidal akan langsung

menuju vena cava inferior, sehingga absorpsi akan cepat dan efektif.

c. pH dan minimnya kapasitas buffer cairan rektal pH cairan rektal 7-8 dan tidak

memiliki kapasitas buffer yang efektif.

2. Faktor Fisika Kimia dari Obat atau Basis

a. Kelarutan dalam lipid-water obat lipofil jika diberikan dengan basis lemak tidak dapat

dikeluarkan dengan mudah, sehingga absorpsi obat terganggu.

b. Ukuran partikel semakin kecil partikel semakin besar kelarutannya.

c. Sifat basis jika basis berinteraksi dengan obat atau mengiritasi membran mukosa akan

menurunkan absorpsinya.

Mucoadhesive Rectal Page 14

Page 15: rektal delivery

BAB IV

KESIMPULAN

Sistem penghantaran obat mukoadhesif, dewasa ini banyak dikembangkan untuk

merancang system penghantaran obat menuju organ spesifik seperti rongga bukal, nasal, vaginal

dan rectal. System tersebut dirancang untuk mengendalikan pelepasan dan absorpsi obat yang

terlokalisasi pada sisi spesifik serta memperpanjang waktu tinggal obat pada sisi pemberian.

Secara umum, bioadhesif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan semua

interaksi adhesive dengan substansi biologic, dan mukoadhesif digunakan hanya untuk

mendeskripsikan ikatan yang melibatkan mucus atau permukaan mukosa.

Bentuk sediaan mukoadhesif berpotensi untuk melokalisasi obat pada daerah tertentu

sehingga memperbaiki dan meningkatkan bioavailabilitas obat tersebut, selain itu bentuk sediaan

tersebut memunculkan interaksi yang kuat antara polimer dan lapisan mucus jaringan untuk

membantu meningkatkan waktu kontak.

Polimer digunakan sebagai komponen pada formulasi mukoadhesif. Polimer dengan berat

molekul yang tinggi dan gugus polar dalam konsentrasi yang tinggi cenderung memberikan

ikatan mukoadhesif yang kuat.

Mucoadhesive Rectal Page 15

Page 16: rektal delivery

DAFTAR PUSTAKA

G.S. Asane, Kiran B.Aher, Deyendra K. Jain, Sanjay G. Bidkar. 2007. Mucoadhesive Gastro Intestinal Drug Delivery System. An Overview, Pharmaceutical Review.

Goeswin Agoes. 2008. Sistem Penghantaran Obat Pelepasan Terkendali. Bandung: Penerbit ITB.

Khairunnisa. 2011. Formulasi Sediaan Granul Mukoadhesif Kombinasi Ekstrak Kulit Batang Mimba dan Kunyit. Depok : Fakultas MIPA Program Studi Farmasi Universitas Indonesia.

Yugatama, Adi. 2012. Sistem Penghantaran Obat Melalui Rektal. Jurusan Farmasi FKIK UNSOED. Diakses tanggal 4 Desember 2012.

Yugatama, Adi. 2012. Mucoadhesive Drug Delivery System. Jurusan Farmasi FKIK UNSOED. Diakses tanggal 4 Des

Mucoadhesive Rectal Page 16