rekonsiliasi fiskal

23
AKUNTANSI PERPAJAKAN REKONSILIASI FISKAL MODUL 13 Muti’ah

Upload: abu-abdullah

Post on 05-Jul-2015

2.911 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: REKONSILIASI FISKAL

AKUNTANSI PERPAJAKAN

REKONSILIASI FISKAL

MODUL 13Muti’ah

FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA2008

Page 2: REKONSILIASI FISKAL

Rekonsiliasi Fiskal

Laporan keuangan yang dihasilkan dari proses akuntansi berdasarkan Standar Akuntansi

Keuangan yang sudah dibahas dalam bab-bab sebelumnya dinamakan dengan laporan

keuangan komersial.

Dalam rangka penyusunan laporan keuangan fiskal; yaitu laporan keuangan yang

menggunakan dasar undang-undang pajak; dapat dilakukan dengan menggunakan

pendekatan rekonsiliasi fiskal. Secara ideal, seharusnya proses penyusunan laporan

keuangan dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat dimanfaatkan langsung

untuk pelaporan pajak. Dari nilai ideal tersebut, tercetus ide untuk menyamakan prinsip

akuntansi kornersial dengan prinsip akuntansi fiskal. Sehingga data-data dapat terintegrasi

dalam laporan keuangan, tidak terpisah dalam catatan tersendiri yang menyebabkan

penelusuran terhadap data tersebut menemui kesulitan.

Contoh kasus:

Dalam hal terjadi sewa guna usaha dengan hak opsi. Berapa harga perolehan Aktiva sewa

guna usaha secara akuntansi dan fiskal. Secara akuntansi data tersebut dapat tersimpan

dengan rapi dalam bentuk daftar aktiva yang terintegrasi ke dalam jurnal. Sedangkan secara

fiskal catatan tersebut harus disediakan tersendiri tidak terintegrasi ke dalamjurnal.

Dalam kenyataan saat ini gagasan tersebut belum dapat diwujudkan karena belum adanya

kesepakatan antara pihak IAI dengan Otoritas Pajak mengingat adanya perbedaan orientasi

akuntansi dan pembukuan fiskal. Sehingga pendekatan yang dilakukan mcnggunakan

rekonsiliasi fiskal.

Masalah pokok dalam akuntansi sama dengan PPh yaitu menentukan penghasilan

(pendapatan) dan biaya (beban) Beda pada satu periode tertentu (tahun buku). Didalam

Waktu menentukan penghasilan dan biaya tersebut terdapat persamaan dan perbedaan

mengenai prinsip dan metode, perbedaan terdiri dan beda tetap (permanent different) dan

beda waktu (temporary different).

Rekonsiliasi Fiskal dilakukan yang menghilangkan perbedaan antara Laporan Keuangan

Komersial yang berdasarkan standar akuntansi keuangan dengan peraturan pajak, sehingga

dihasilkan laporan keuangan fiskal. Perbedaan perlakuan dalam Laporan Keuangan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSI PERPAJAKAN

Page 3: REKONSILIASI FISKAL

Komersial dengan Laporan Keuangan Fiskal dapat dikelompokkan menjadi dua perbedaan,

yaitu BEDA TETAP (Permanent Djfference) dan BEDA WAKTU (Time Difference).

Dinamakan beda tetap, karena akumulasi perbedaan tersebut akan tetap ada sarnpai waktu

yang tidak terhingga.

Contoh :

Pada Tahun 1999 s.d. 2002 terdapat biaya sumbangan sebesar Rp 60.000.000,- setahun.

Berdasarkari Pasal 9 UU No.17 tahun 2002. biaya sumbangan bukan merupakan pengurang

penghasilan bruto, maka pengakuan hiaya pada masing-masing akuntansi adalah:

 

Akuntansi

Komersial

Auntansi

Pajak Perbedaan

1999 60.000.000 0 60.000.000

2000 60.000.000 0 60.000.000

2001 60.000.000 0 60.000.000

2002 60.000.000 0 60.000.000

Total 240.000.000 0 240.000.000

Sedangkan dalam beda waktu, akan terjadi saling eliminasi antar tahun-tahun fiscal,

sehingga tidak ada perbedaan lagi.

Contoh:

HP Aktiva tctap tahun 1999 = Rp 240.000.000. Disusutkan menurut akuntansi 3 tahun dan

menurut Pajak 4 tahun (metode garis lurus). Berdasarkan data tersebut maka penyusutan

akutansi komersial

Rp 60.000.000/tahun sedangkan akutansi pajak Rp 60.000.000/tahun

 

Akuntansi

Komersial

Auntansi

Pajak Perbedaan

1999 80.000.000 60.000.000 20.000.000

2000 80.000.000 60.000.000 20.000.000

2001 80.000.000 60.000.000 20.000.000

2002 0 60.000.000 (60.000.000)

Total 240.000.000 240.000.000 0

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSI PERPAJAKAN

Page 4: REKONSILIASI FISKAL

Untuk menghilangkan perbedaan tersebut dilakukan koreksi fiskal, baik positif maupun

negatif. Yang dimaksud dengan penyesuaian fiskal positif adalal penyesuaian terhadap

penghasilan neto komersial yang bersifat menambah penghasilan dan atau mengurangi

biaya, misalnya: Penyesuaian atas pemupukan cadangan.

Sedangkan penyesuaian fiskal negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto yang

bersifat mengurangi penghasilan atau menarnbah biaya kemersial, misalnya pembayaran

sewa guna usaha.

Laporan Keuangan Fiskal yang dihasilkan dan proses rekonsiliasi fiskal tesebut akan

digunakan sebagai dasar perhitungan Pajak Penghasilan Terutang menurut ketentuan pasal

17 UU No.7 tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No.17 tahun 2000.

PENGHASILAN KENA PAJAK

Berdasarkan Pasal 16 ayat (1) UU.No.10 Tahun 1994 tidak berubah pada UU.No.17

Tahun 2000,Penghasilan Kena Pajak (PhKP) bagi WP Badan DN yang penghasilannya

merupakan objek PPh Yang tidak dikenakan Pph Final, adalah penghasilan Bruto

sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1) Dikurangi:

Biaya yang diperkenankan sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 9 ayat

(1) huruf c, d, e.

Kompensasi kerugian sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (2)

Berdasarkan SPt Tahunan Pph WP Badan ( Formulir 1771), PhKP adalah

Penghasilan Neto Fiskal dikurangi kompensasi kerugian.

Apabila tidak ada kompensasi kerugian, PhKP = Ph. Neto Fiskal

PENGHASILAN NETO FISKAL

Formulir 1771-I (lampiran-I)

Contoh:

Penghasilan Neto Komersial Rp.43.481.400.000

Dikurangi,Penghasilan yang dikenakan PPh-Final

dan yang tidak termasuk objek pajak (Rp. 1.500.000.000)

Ditambah, penyesuaian fiskal positif Rp. 1.765.397.000

Dikurangi, penyesuaian fiskal negative (Rp. 50.000.000)

Dikurangi, Fasilitas Penanaman Modal berupa

Pengurangan penghasilan neto 0

Penghasilan Neto Fiskal Rp.43.696.797.000

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSI PERPAJAKAN

Page 5: REKONSILIASI FISKAL

Apabila bersaldo negatif merupakan Rugi Fiskal, berdasarkan Pasal 6 ayat (2) UU.

No. 17 Tahun 2000 dapat dikompensasi dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutanya

sampai dengan 5 (lima) tahun.

REKONSILIASI RUGI LABA FISKAL

Rekonsiliasi Rugi Laba Fiskal adalah cara melakukan penyesuaian fiskal atas Rugi

Laba Komersial menjadi Rugi Laba Fiskal.

Penghasilan yang dkenakan PPh-Final dan yang bukan merupakan objek

PPh.dimasukan ke Lampiran IV SPT PPH. Penyesuaian Fiskal Positif dan negatif

dimasukan ke Lampiran I SPT PPh.

STUDI KASUS SPT.PPH.BADAN TAHUN 2006

II. REKONSILIASI FISKAL HP PENJUALAN (DALAM RIBUAN Rp)

NOKOMERSIAL

(1)

KOREKSI

FISKAL POS

(Neg) 1771.1

(2)

PPH

FISKAL

(1-2)

KETERANGAN

1. BAHAN BAKU      

  a. Persediaan Awal 5.000.000 - 5.000.000  

  b. Pembelian 24.860.000 - 24.860.000  

  c. Retur Pembelian (160.000) - (160.000)  

  d. Siap dipakai 29.700.000 - 29.700.000  

  e. Persediaan Akhir (5.200.000) - (5.200.000)  

  f. Digunakan 24.500.000 - 24.500.000  

2. UPAH LANGSUNG      

  a. Upah Pokok 900.000 - 900.000 Ps. 21

  b. JKK & JKM 11.000 - 11.000 Ps. 21

  c. JHT 33.000 - 33.000  

  d. THR 76.000 - 76.000 Ps. 21

  e. Lembur 300.000 - 300.000 Ps. 21

 f. Pengganti

Pengobatan 100.000 - 100.000 Ps. 21

    1.420.000 - 1.420.000  

3. BIAYA PRODUKSI      

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSI PERPAJAKAN

Page 6: REKONSILIASI FISKAL

TAK LANGSUNG

  a. Gaji Teknisi 500.000 - 500.000 Ps. 21

  b. Tunj. PPh 21 50.000 - 50.000 Ps. 21

 SUBTOTAL BIAYA

GAJI 550.000 - 550.000  

  c. Bahan Pembantu 690.000 - 690.000  

  d. PBB-Pabrik 50.000 - 50.000  

    1.290.000 - 1.290.000  

4. PENYUSUTAN        

  a. Bangunan 100.000 4a (50.000) 150.000  

  b. Mesin Pabrik 1.200.000 3i 523.52

0 676.480  

    1.300.000   473.52

0 826.480  

5.BIAYA PRODUKSI (1

s.d. 4) 28.510.000  

473.52

0 28.036.480  

6. BRG DLM PROSES          

  a. Persediaan Awal 2.900.000 - 2.900.000  

  b. Persediaan Akhir (2.100.000) - (2.100.000)  

7. HP PRODUKSI 29.310.000 473.520 28.836.480  

8. BARANG JADI        

  a. Persediaaan Awal 1.500.000 - 1.500.000  

  b. Persediaan Akhir (1.200.000) - (1.200.000)  

9. HP PENJUALAN 29.610.000 473.520 29.136.480  

IV. REKONSILIASI BIAYA USAHA (DALAM RIBUAN Rp)

NO JENIS BIAYA KOMERSIAL

(1)

KOREKSI

FISKAL

POS (Neg)

1771.1 (2)

FISKAL

(1-2)

KETERANGAN

1. Gaji Pokok 4.500.000

-

4.500.000

Objek Ps. 21

2. JKK & JKM 50.000

-

50.000

Objek Ps. 21

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSI PERPAJAKAN

Page 7: REKONSILIASI FISKAL

3. JHT 150.000

-

150.000

Bukan PPh 21

4. Iuran Pensiun-MK 250.000

-

250.000

Bukan PPh 21

5. Tunj. Aktivitas 550.000

-

550.000

Ps. 21

6. Pengobatan        

  a. Tunjangan 300.000

-

300.000

Ps. 21

  b. Penggantian 120.000

-

120.000

Ps. 21

  c. Cuma-cuma 50.000

3c

50.000

- Ps. 9 (1) e

7. THR 350.000 - 50.000 Ps. 21

8. Bonus        

  a. Prestasi Kerja 250.000

-

250.000

Ps. 21

  b. Pembagian Laba

100.000

3l 100.00

0

- Ps.

21-SE-16/PL.44/

92

9. PPH-Ps. 21        

  a. Tunjangan 300.000

-

300.000

Ps. 21

  b. Ditanggung

Perush. 20.000

3c

20.000

- Ps. 9 (1) e

10. Pembagian Beras 60.000

3c

60.000

  Ps. 9 (1) e

11. Sumbangan        

  b. Keagamaan 20.000

3

e

20.000

- Ps. 9 (1) g

12. Promosi 6.000.000

-

6.000.000

Ps. 6 (1) a

13. Pulsa HP Pegawai 30.000

3c

15.000

15.000

KEP.220/PJ/02

14. Kerugian Piutang        

  a. Penyisihan 300.000 3 300.00 - Ps. 9 (1) c

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSI PERPAJAKAN

Page 8: REKONSILIASI FISKAL

b 0

  b. Nyata Tdk Dpt

Ditagih (Sesuai

KEP.238/PJ/201)

180.000

-

180.000

Ps. 6 (1) h

  c. Tdk Sesuai 50.000

3l

50.000

- Ps. 6 (1) h

15. PM-TDDK Dgn PK:        

  a. FPSdh-BKP Ps.

6 20.000

-

20.000

Ps. 3 (1)

PP.138/00

  b. FPSdh-BKP Ps.

9 10.000

3l

10.000

- s.d.a

  c. FP. Std-Catat 5.000

3l

5.000

- s.d.a

16. Sanksi Adm.Pjk-

KUP 

     

  a. Denda Ps. 7 2.000

3

h

2.000

- Ps. 9 (1) k

  b. Bunga Ps. 13 (2) 30.000 3

h

30.000

- Ps. 9 (1) k

17. PPH Final 61.600 3f

61.600

- Ps. 9 (1) h

18. Beban Bunga        

  a. Investasi Saham 100.000 3l 100.00

0

- Penj. Ps. 6 (1) a

19. Rugi Kurs 200.000 -

200.000

Ps. 6 (1) e

  SUBTOTAL 14.358.600   823.60

0

13.535.00

0

 

20. Penyusutan        

  a. Sedan 150.000 3i 118.27

7

31.723

3i-1771,I

TOTAL BIAYA USAHA 14.208.600   941.87

7

13.266.72

3

 

PT. CIPTA KARSA UTAMA

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSI PERPAJAKAN

Page 9: REKONSILIASI FISKAL

REKONSILIASI RUGI LABA FISKAL

TAHUN 2006

  KOMERSIAL KOREKSI

FISKAL POS

(Neg) 1771.1)

PPH TIDAK

FINAL

KETERANGAN

Penjualan Bruto 90.000.000 - 90.000.000  

Potongan Penjualan (3.000.000) 3b 300.000 (2.700.000)  

Retur Penjualan (1.000.000) - (1.000.000)  

Penjualan Neto (I) 86.000.000   300.000 86.300.000  

Harga Pokok

Penjualan (II) (29.610.000)

  473.520 (29.136.480)

 

Laba Bruto Usaha (III) 56.390.000   773.520 57.163.520  

Biaya Usaha (IV) (14.208.600)   941.877 (13.266.723)  

Penghasilan Neto

Usaha (V) 42.181.400

  1.715.397 43.896.797

 

Penghasilan Bruto

Diluar Usaha

(sebelum potong

PPh)

  1771.IV  

 

a.Jasa Giro 200.000   (200.000) - Final 20%

e. Sewa Ruangan 200.000   (200.000) - Final 10%

f. Dividen PT. KLM 500.000   (500.000) - Bukan Obyek

i. Laba Penjualan

Saham 600.000

  (600.000) -

Final 0,1%

j. Laba Kurs 100.000   - 100.000  

Total Penghasilan

Diluar Usaha (VI)

1.600.000   (1.500.000) 100.000  

Laba bersih sebelum

PPh 43.781.400

  215.397 43.996.797

 

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSI PERPAJAKAN

Page 10: REKONSILIASI FISKAL

PT CIPTA KARSA UTAMA – TAHUN 2006

1. Tahun Buku dari 1 Januari 2006 s.d. 31 Desember 2006 sama dengan tahun takwim.

Tahun pajak 2006 dan SPT PPh Badan Tahun 2006.

2. Biaya Pegawai. Ps. 6 (1) a No. 17 tahun 2000

Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,

bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang; dapat

dikurangkan (deductible).

Bagi perusahaan yang ikut program JAMSOSTEK:

a. Pembayaran iuran premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan

Kematian (JKM) dapat dikurangkan dan merupakan objek PPh ps. 21;

apabila pegawai menerima santunan atau penggantian bukan objek PPh ps.

21.

b. Pembayaran premi Jaminan Hari Tua (JHT) dapat dikurangkan dan bukan

objek PPh ps. 21; apabila pegawai PHK menerima dikenakan PPh ps. 21.

3. Bangunan Pabrik (Permanen).

Harga perolehan pada awal tahun 1997 Rp 3.000.000.000.

Akuntansi, taksiran umur 30 tahun, tidak ada nilai residu, metode penyusutan garis

lurus. Penyusutan komersial per tahun Rp 100.000.000

Penyusutan fiskal dengan metode garis lurus pertahun (umur 20 tahun) = 5%= Rp

150.000.000

4. Mesin Pabrik (Kelompok 3)

Harga perolehan pada awal tahun 1997 Rp 18.000.000.000

Akuntansi, taksiran umur 15 tahun, tidak ada nilai residu, metode penyusutan garis

lurus. Penyusutan komersial per tahun Rp 1.200.000.000.

Penyusutan fiskal, umur 16 tahun, Metode saldo menurun, tarif 12,5%.

Untuk aktiva tetap yang diperoleh sebelum tahun 2001, penyusutan fiskal dilakukan

setahun penuh, NSBF pada akhir tahun ke-9 dapat digunakan rumus = HP (1-0,125)9

= 18.000.000.000 X 0,30065780132

= 5.411.840.424

Penyusutan fiskal tahun ke-10 (2006) = 12,5% 5.411.840.424

= 676.480.053

5. Biaya pengobatan pegawai yang dibayar langsung ke rumah sakit, dokter dan apotik,

merupakan pemberian kenikmatan kepada pegawai, tidak dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto dan bukan merupakan objek PPh ps. 21.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSI PERPAJAKAN

Page 11: REKONSILIASI FISKAL

Penggantian pengobatan, pemberian uang pengobatan atau pemberian tunjangan

pengobatan merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari pengahasilan bruto dan

merupakan objek PPh ps. 21.

6. SE-16/PJ.44/1992.

Pembayaran bonus, gratifikasi, jasa produksi, tantiem dan sebagainya kepada

karyawan yang merupakan bagian keuntungan (pembagian laba) atau dibebankan

ke laba yang ditahan (Retained Earning), tidak dapat dikurangkan (non

deductible), tapi bagi pegawai merupakan objek PPh ps. 21.

Pasal 9 (1) e UU No.17 tahun 2000

Penggantian atau imbalan sehibngan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan

dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak dapat dikurangkan (non deductible);

kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian

atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang

berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Keuangan (No. 466/ KMK.04/ 2000, KEP. 213/ PJ/ 2001, KEP-220/ PJ/

2002) dapat dikurangkan (deductible)

7. Sumbangan yang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, penguasaan atau

kepemilikan, bagi yang menerima bukan objek PPh dan bagi yang memberi bukan

biaya.

8. Pasal 6 (1) h UU No. 17 tahun 2000.

KEP-238/PJ/2001:

Kerugian piutang tak tertagih dapat dikurangkan, dengan syarat kumulatif:

a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan rugi laba komersial,

b. Telah diserahkan perkara pengaihannya ke Pengadilan Negeri bagi

perusahaan swasta, atau ke BUPLN bagi BUMD/ BUMN, atau ada perjanjian

tertulis ( Akta Notaris) mengenai penghapusan piutang atau pembebasan

utan (perjanjian restrukturisasi utang usaha) antara kreditur dan debitur yang

bersangkutan.

c. Telah diumumkan dalam penerbitan umum: (koran, majalah, media massa

cetak, yang lazim lainnya berskala nasional), atau penerbitan khusus

(PERBANAS, HIMBARA) dan penerbitan atau pengumuman khusus oleh

Bank Indonesia.

d. WP harus menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih

ke DJP (KPP), dengan cara dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh.

Penyisihan Kerugian Piutang Tak Tertagih yang dibentuk pada akhir tahun buku,

menurut akuntansi diakui sebagai kerugian sedangkan menurut PPh tidak dapat

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSI PERPAJAKAN

Page 12: REKONSILIASI FISKAL

dibiayakan; kecuali untuk Bank dan Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi bagi

Lessor.

9. Pajak Masukan Yang Tidak Dapat Dikreditkan dengan Pajak Keluaran.

Ps. 3 PP.138/2000

Bagi perusahaan yang bukan pengusaha kena pajak, misalnya: Hotel, Bank,

Asuransi, Rumah Sakit dan sebagainya, PPN yang dibayar pada waktu perolehan

atau pembelian BKP/JKP, tidak dapat dikreditkan dengan pajak keluaran,

perlakuaannya:

Dapat dikurangkan dari penghasilan sesuai pasal 6 UU PPh-1984, dan

apabila masa manfaatnya lebih dari satu tahun pembebanannya melalui

penyusutan atau amortisasi, atau dikapitalisasi pada harga perolehan aktiva

yang diperoleh atau dibeli.

Tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, apabila pengeluaran

tersebut termasuk Ps 9 UU PPh-1984, misalnya PPN atas pembelian bahan-

bahan yang disumbangkan.

Bagi perusahaan yang sudah dikukuhkan sebagai PKP, PPN atas perolehan atau

pembelian BKP/ JKP dibedakan antara PM yang dapat dikreditkan dengan PK dan

PM yang tidak dapat dikreditkan dengan PK, perlakuannya seperti pada pengusaha

yang bukan PKP, ditambah untuk Faktur Pajak Standar yang rusak, cacat atau

kurang lengkap dalam pengisiannya tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

10. Sanksi Administrasi Perpajakan

Pasal 9 (1) k UU No. 17 tahun 2000

Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa

denda yang berkenaan dengan pelaksanaan undang-undang perpajakan di bidang

perpajakan, tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

11. Biaya Bunga

Pasal 6 (1) a UU No.17 tahun 2000, biaya bunga merupakan biaya yang dapat

dikurangkan (deductible). Bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk membeli

saham tidak dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang deviden yang diterima

bukan merupakan objek pajak, biaya bunga tersebut dapat dikapitalisasikan pada

harga perolehan saham.

12. Rugi Kurs

Pasal 4 (1) e UU No. 17 tahun 2000.

Kerugian dari selisih kurs mata uang asing dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto.

13. Penyusutan Sedan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSI PERPAJAKAN

Page 13: REKONSILIASI FISKAL

Pada tanggal 1 Juli 2001 dibeli 4 buah sedan untuk Komisaris, Direktur, dan

Manager seharga Rp 900.000.000.

Akuntansi, disusutkan selama 6 tahun dengan metode garis lurus tanpa taksiran nilai

residu. Penyusutan Komersial per tahun Rp 150.000.000.

Penyusutan Fiskal, Saldo Menurun, tarif 25%:

KEP-220/PJ/2002 m.b. 18 April 2002, SE-09/ PJ.42/ 2002.

Kendaraan termasuk sedan yang digunakan pegawai (dibawa pulang) karena

jabatannya, 50% dari harga perolehan dapat disusutkan termasuk harta Kelompok II

dan 50% dari biaya rutin/ pemeliharaan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Yang dimiliki sebelum 18 April 2002, dihitung NSBF per 30 April 2002 dan 50% dapat

disusutkan (S-174/PJ.42/2003, 27 Maret 2003)

1 Juli 2001 HP 4 unit sedan ……………………… Rp 900.000.000

Penyusutan Fiskal-Nondeductible:

2001 = 6/12 X 25% X 900.000.000 = 112.500.000

2002 = 4/12 X 25% X 787.500.000 = 65.625.000 (178.125.000)

NSBF per 30 April 2002 721.875.000

NSBF dapat disusutkan = 50% = 360.937.500

2002 = 8/12 X 25% X 360.937.500 = 60.156.250

2003 = 25% X 300.781.250 = 75.195.313

2004 = 25% X 225.585.937 = 56.394.484

2005 = 25% X 169.184.453 = 42.297.363

2006 = 25% X 126.842.090 = 31.723.023

14. Potongan Penjualan

Pada akhir tahun 2006 dibentuk penyisihan potongan penjualan sebesar Rp

300.000.000. Akuntansi menggunakan prinsip konservatis yaitu mengakui rugi yang

dapat diperkirakan dengan membentuk Penyisihan Potongan Penjualan, sedangkan

PPh berdasarkan Pasal 9 (1) c UU No. 17 tahun 2000, tidak boleh membentuk dana

cadangan.

15. Jasa Giro

PP No. 131 tahun 2000

Penghasilan Jasa Giro termasuk pengertian bunga tabungan dipotong PPh pasal 4

(2) Final sebesar 20% oleh Bank yang bersangkutan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSI PERPAJAKAN

Page 14: REKONSILIASI FISKAL

PPh pasal 4 (2) Final = 20% X Rp 200.000.000 = Rp 40.000.000.

16. Sewa Ruangan

PP No. 29/1996 junto PP No. 5 /2002.

Atas penghasilan sewa ruangan yang diterima oleh WPOP, WP Badan atau BUT

dipotong PPh Pasal 4 (2) Final sebesar 10%

= 10% X Rp 200.000.000 = Rp 20.000.000.

17. Penyertaan pada PT KLM sebesar 30% dari modal yang disetor PT KLM.

Pada tahun 2006 menerima deviden kas dari PT KLM sebesar Rp 500.000.000

bukan objek PPh berdasarkan Pasal 4 (3) f UU No. 17 tahun 2000.

18. Pada bulan Maret 2006 membeli saham PT IDF.Tbk seharga Rp 1.000.000.000 dan

pada bulan Agustus 2006 dijual tunai seharga Rp 1.600.000.000.

PP No. 41/1994 junto PP No.14/ 1997.

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh WPDN maupun WPLN dari

transaksi penjualan saham di bursa efek di Indonesia dipungut PPh yang

bersifat final oleh penyelenggara bursa efek.

Atas semua transaksi penjualan saham baik saham pendiri maupun bukan

saham pendiri dikenakan PPh. Pasal 4 (2) Final sebesar 0,1% dari jumlah

bruto transaksi penjualan.

PPh pasal 4 (2) Final = 0,1% X Rp 1.600.000.000 = Rp 1.600.000.

19. Laba Kurs

Pasal 4 (1) UU No. 17 tahun 2000.

Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing merupakan objek PPh-Tidak Final.

:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSI PERPAJAKAN

Page 15: REKONSILIASI FISKAL

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSI PERPAJAKAN

Page 16: REKONSILIASI FISKAL

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSI PERPAJAKAN