refrat_mengukur kebugaran fisik

26
REFERAT REHABILITASI MEDIK MENGUKUR KEBUGARAN FISIK Disusun Oleh : Ancilla Cherisha I. G9911112016 Rizka Solehah G99122101 Lucia Pancani A. G99122066 Hanif Mustikasari G99122056 Sofi Wardati G99122105 Muvida G99122080 Nesaraja Ramakrishnan G99121032 Pembimbing : Dr. dr. Hj. Noer Rachma, Sp.KFR

Upload: hanifahast

Post on 29-Dec-2015

170 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

REFERAT REHABILITASI MEDIK

MENGUKUR KEBUGARAN FISIK

Disusun Oleh :

Ancilla Cherisha I. G9911112016

Rizka Solehah G99122101

Lucia Pancani A. G99122066

Hanif Mustikasari G99122056

Sofi Wardati G99122105

Muvida G99122080

Nesaraja Ramakrishnan G99121032

Pembimbing :

Dr. dr. Hj. Noer Rachma, Sp.KFR

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2013

Page 2: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ...................................................................... 2

A. Manfaat Kebugaran Fisik ............................................................. 2

B. Mengukur Kebugaran Fisik.............................................................. 4

C. Mengukur Komposisi Tubuh.............................................................. 9

D. Rekomendasi Evidence-Based untuk Meningkatkan Kebugaran

Fisik.................................................................................................. 12

BAB III PENUTUP............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15

Page 3: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

BAB I

PENDAHULUAN

Kebugaran fisik berarti suatu kondisi kesehatan yang baik atau kondisi fisik yang

didapatkan sebagai hasil latihan dan nutrisi yang adekuat. Secara umum, aspek

pengembangan kesehatan dari kebugaran fisik dapat dibagi menjadi 3 kategori:

1. Kebugaran aerobik (kapasitas kardiorespirasi)

Kebugaran aerobik adalah kemampuan dari sistem kardiovaskular dan respirasi

untuk memasok oksigen untuk sekelompok besar otot dalam jangka waktu yang

lama. Contoh aktivitas aerobik adalah berlari, bersepeda, dan berenang.

2. Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan menggerakkan suatu gaya melawan tahanan,

sedangkan ketahanan otot adalah kemampuan untuk mengulangi suatu gerakan

melawan tahanan berkali-kali. Mengangkat suatu beban maksimum sebanyak satu

kali adalah cara mengukur kekuatan, sedangkan melakukan push-up dan sit-up

sebanyak mungkin adalah cara mengukur ketahanan otot.

3. Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah kemampuan untuk meregangkan otot dan persendian.

Peregangan statis berarti meregangkan sekelompok otot sampai suatu titik di mana

seseorang merasa tidak nyaman selama 10-30 detik.

Komponen kebugaran lain yang lebih berhubungan dengan prestasi atletik

termasuk kekuatan, ketangkasan, keseimbangan, waktu reaksi, kecepatan, dan koordinasi.

BAB II

Page 4: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manfaat Kebugaran Fisik

1. Latihan Aerobik

Manfaat latihan kebugaran aerobik sangat luas, termasuk menurunkan

angka kejadian penyakit kardiovaskular, rehabilitasi kardiovaskular setelah

infark miokard, meningkatkan tekanan darah dan kadar kolesterol HDL,

menurunkan risiko penyakit Alzheimer dan diabetes. Simple walking telah

terbukti berperan dalam pencegahan dan pengobatan diabetes tipe 2 [1, 2].

Latihan aerobik juga berhubungan dengan penurunan risiko depresi,

osteoporosis, kecemasan, dan mungkin berperan dalam pengembangan

keterampilan kognitif.

Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang teratur dapat

memperlambat proses penuaan [3]. Sebuah penelitian yang diadakan pada

sekelompok pelari dalam proses penuaan menunjukkan bahwa pelari yang

memelihara massa tubuh dengan aktivitas fisik dapat hidup lebih lama dan lebih

sehat. Salah satu mekanisme yang menguntungkan ini melibatkan C-reactive

protein (CRP), suatu substansi yang dihasilkan oleh hati sebagai respon terhadap

produksi senyawa inflamasi oleh tubuh. Kadar CRP yang tinggi sangat berkaitan

dengan peningkatan risiko stroke, serangan jantung, dan sudden cardiac death.

Latihan teratur dapat menurunkan kadar CRP dan menurunkan risiko serangan

jantung atau stroke hingga 40%.

Pada kenyataannya, dari berbagai macam pilihan cara untuk mencegah

dan menangani penyakit kardiovaskular, cara yang paling efektif adalah dengan

latihan fisik. Orang yang berlatih secara teratur memiliki risiko 40% lebih

rendah untuk terkena serangan jantung, stroke, dan sudden cardiac death.

2. Latihan Kekuatan

Latihan kekuatan terbukti menurunkan risiko jatuh dan fraktur dan

meminimalisir penurunan densitas tulang [4, 5]. Selain itu latihan kekuatan juga

berfungsi untuk meningkatkan kekuatan otot sendi dan stabilitas dengan gerakan,

di mana kedua hal ini dapat meminimalisir progresivitas artritis [6]. Latihan

kekuatan juga dapat menghilangkan nyeri muskuloskeletal, misalnya low back

pain. Penelitian menunjukkan bahwa pasien dapat mengembalikan 75% massa

Page 5: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

ototnya yang hilang dalam 10 tahun terakhir dengan program latihan singkat

selama 12 minggu [7].

3. Latihan dapat Meningkatkan Kontrol Berat Badan

Aktivitas aerobik maupun latihan kekuatan merupakan komponen

penting dalam penurunan berat badan dan kontrol berat badan jangka panjang.

Latihan membantu dalam penurunan berat badan melalui beberapa cara:

Membakar kalori.

Meningkatkan kerja sistem saraf simpatis.

Meningkatkan resting metabolic rate.

Latihan rutin dapat mencegah peningkatan berat badan kembali (weight

regain). Konsep ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh National

Weight Control Registry. Penelitian sampai saat ini menunjukkan bahwa satu-

satunya prediktor terbaik dari penurunan berat badan jangka panjang adalah

aktivitas. Secara umum, orang-orang yang berhasil berjalan paling tidak 3-4 mil

(1 mil = 1,6 km) per hari atau menggunakan mesin latihan untuk membakar

setidaknya 2000-2500 kalori setiap minggu. Hasil terbaik didapatkan oleh

orang-orang yang berlatih 6-7 hari seminggu [8].

Dalam penelitian lain oleh Division of Preventive and Nutritional

Medicine di Michigan [9], peneliti membandingkan weight regain dengan jarak

berjalan yang ditempuh oleh subyek penelitian. Subyek dengan peningkatan

berat badan kembali berjalan kurang dari 16 mil tiap minggu, sedangkan subyek

yang dapat mempertahankan berat badannya berjalan lebih dari 16 mil tiap

minggu (terbagi dalam 6-7 hari).

Latihan kekuatan juga berhubungan dengan penurunan berat badan.

Setengah kilogram otot mebakar kalori sebanyak 35-40 kalori setiap hari.

Penambahan massa otot melalui program latihan kekuatan telah terbukti

mengurangi massa lemak.

4. Peregangan

Berkebalikan dengan latihan aerobik dan kekuatan yang telah terbukti

memiliki manfaat, penelitian tentang manfaat klinis peregangan masih sedikit.

Peregangan dipercaya meningkatkan performance atletik dan keterampilan bela

diri.

B. Mengukur Kebugaran Fisik

Page 6: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

Dalam proses penuaan normal, terdapat penurunan linear pada kebugaran

fisik, massa otot, dan peningkatan massa lemak dari waktu ke waktu. Bahkan pada

atlet senior sekalipun, kapasitas aerobik dan massa otot menurun 1% tiap tahun [3],

sedangkan massa otot meningkat 1%. Ketiga komponen kebugaran fisik (kebugaran

aerobik, kekuatan, dan fleksibilitas) dapat diukur sebagai bagian dari penilaian

kesehatan komprehensif.

1. Menguji Kebugaran Aerobik

Kebugaran aerobik adalah suatu cara untuk tetap hidup sehat. Ada

beberapa cara untuk mengukur kebugaran aerobik, mencakup submaximal test,

1-min heart rate recovery, nilai MET, dan VO2 maksimal. Kebugaran dapat

ditingkatkan dengan cara mengubah gaya hidup.

Uji kebugaran yang optimal dapat dilakukan selama ECG stress testing.

Selain itu, dapat dilakukan stress test pada orang sehat selama latihan di tempat

senam oleh seorang fisioterapis atau pelatih. Akan tetapi, dalam suatu

pengukuran kebugaran, apabila terdapat masalah kesehatan yang signifikan

maka uji kebugaran akan lebih baik jika dilakukan oleh seorang dokter.

Hingga kini, monitoring stress test oleh seorang fisioterapis dinilai akan

menambah biaya dan cukup merepotkan bagi banyak pihak. Sebuah pilihan

alternatif yang telah diadopsi dari American College of Sports Medicine yaitu

submaximal test, yaitu memberikan latihan kepada seseorang dengan beban

kerja yang spesifik kemudian denyut nadi orang tersebut selama latihan

digunakan untuk memperkirakan kadar VO2 max dan denyut nadi maksimal.

Banyak tipe submaximal test yang sudah digunakan, meliputi step tests dan

YMCA cycle ergometer test. Submaximal test merupakan tes yang hanya

dilakukan satu kali. sehingga uji ini juga menunjukkan variabilitas yang

signifikan dan keterbatasan dalam memprediksi kadar VO2 max. Meskipun

begitu, pemakaian uji ini dapat memberikan hasil terbaik jika dilakukan dengan

mengikuti orang yang diuji selama mungkin, mengontrol tanda vital serta

memotivasi orang tersebut untuk meningkatkan skor puncak kebugaran mereka.

Salah satu pengukuran kebugaran sekaligus merupakan cara yang kuat

untuk memprediksi risiko jantung adalah dengan mengukur secepat apa

penurunan denyut jantung setelah peak exercise pada 1 dan 2 menit. Setelah

mencapai puncak denyut jantung, level latihan harus diturunkan dengan istirahat

Page 7: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

atau berjalan tanpa mendaki selama tidak lebih dari 1 mil/jam. Denyut

nadi/menit seorang setelah latihan biasanya turun hingga 30-40 denyut, jika

denyut nadi yang turun kurang dari 25 maka hal tersebut merupakan kondisi

abnormal:

kurang dari 22 berkaitan dengan peningkatan moderat risiko

kardiovaskular

kurang dari 12 risiko mengalami serangan jantung dalam kurun waktu 5

tahun.

Pada menit kedua, denyut nadi seharusnya turun sebanyak minimal 45

denyut. Berdasarkan beberapa penelitian yang menganalisis nilai prediksi dari

berbagai cara pengukuran terhadap stress test sebagai cara untuk memprediksi

risiko penyakit kardiovaskular pada orang berusia 30-80 tahun dengan atau

tanpa penyakit jantung, didapatkan bahwa pemulihan denyut nadi pada menit

pertama dan kedua setelah latihan merupakan cara pengukuran yang

memberikan hasil terbaik dibanding pengukuran respon tekanan darah, waktu

latihan atau capaian MET, maupun hasil EKG [11-13].

2. METS

METS adalah istilah yang mendeskripsikan seberapa banyak energi yang

digunakan ketika melakukan suatu aktivitas tertentu. Biasanya, pengukuran

untuk banyaknya tenaga secara keseluruhan disebut MET level achieve. Satu

MET adalah energi yang dibakar ketika berbaring sepenuhnya di tempat tidur.

Berlari di atas mesin treadmill pada elevasi 14% dengan kecepatan 3,4 mil/jam

akan mencapai 8,0 – 8,3 METS pada satu menit pertama (Tabel 1).

Kebanyakan orang biasa mencapai 10 METS pada standart treadmill

fitness test. Dua belas METS adalah nilai yang cukup baik untuk kebugaran dan

13,5 METS adalah nilai yang sangat baik. Atlit berusia 30-60 tahun dapat

mencapai 15-18 METS.

Untuk setiap kenaikan 1 METS, risiko serangan jantung, stroke, atau

sudden death menurun hingga 12,5%. Jika pasien dapat meningkatkan nilai

kebugaran sebanyak 2 METS, artinya mereka telah menurunkan risiko serangan

jantung sampai 25%.

Page 8: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

Tabel 1. Nilai MET untuk berbagai pekerjaan dan aktivitas

Tabel 2. Nilai MET rata-rata berdasarkan berjalan atau berlari di treadmill pada kecepatan dan elevasi tertentu

Untuk mengevaluasi nilai MET, tabel 2 menunjukkan nilai MET rata-

rata yang meningkat setiap 3 menit . Untuk menghitung skornya, lihat nilai MET

yang dicapai di akhir setiap menit. Bruce protocol standart dimulai dari 1,7

mil/jam dengan elevasi 10%. Setiap 3 menit, kecepatan meningkat sekitar 1

mil/jam dan elevasi meningkat 2%.

3. VO2max

Gold standart untuk tes kebugaran aerobik adalah dengan mengukur

VO2max. VO2max adalah volume oksigen yang dibakar per menit/kgBB,

menunjukkan volume oksigen yang digunakan selama puncak latihan. Setiap sel

memiliki mitokondria yang membakar oksigen untuk menghasilkan energi. Oleh

karena itu, VO2max dapat menggambarkan kapasitas mitokondria. Dengan

latihan rutin dan diet sehat, pasien dapat meningkatkan nilai VO2max secara

Page 9: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

signifikan. Sebagaimana marker kebugaran yang lain, VO2max biasanya

menurun hingga 1% per tahun seiring dengan penuaan (14).

Estimasi sederhana VO2max:

Estimasi yang lebih detail dapat dihitung dari durasi latihan (dalam

menit) sampai kelelahan dengan Bruce treadmill protocol. Rumusnya adalah

sebagai berikut:

Tabel 3. Nilai VO2max rata-rata yang dapat dicapai untuk laki-laki dan perempuan

4. Uji Kekuatan dan Ketahanan

Kemampuan untuk melakukan sit up dan push up adalah indikator

penting dari ketahanan otot. The American College of Sports Medicine (ACSM)

3,5 x nilai MET estimasi yang dicapai dengan tes treadmill

VO2max = 14,76 – (1,379 x waktu) + (0,451 x waktu2) – (0,012 x waktu3)

Page 10: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

mengembangkan tabel yang membedakan kekuatan dalam hubungannya dengan

usia.

a. Tes push-up

Tes push-up dikelompokkan dalam posisi push-up standar yaitu hand-

shoulder width apart, punggung tegak, dan head up. Push-up untuk wanita

dilakukan dengan lutut menempel pada lantai, sedangkan pria melakukan

push-up dengan bertumpu pada ujung jari kaki. Tangan harus berubah posisi

dari lurus hingga fleksi 90º pada pergerakannya. Jumlah maksimum push-up

yang dilakukan secara berturut-turut tanpa istirahat dihitung sebagai skor

(Tabel 4).

Tabel 4. Tes push-up berdasarkan umur dan jenis kelamin

b. Tes sit-up

Sit-up juga dapat digunakan untuk mengatur ketahanan otot. Untuk

melakukan tes sit-up dengan benar, digunakan metronome yang diatur 40

bpm (bytes/minute), dengan satu kali sit-up setiap ketukan.

Tidur berbaring dengan lutut ditekuk 90º dan lengan di samping

badan. Tarik punggung ke depan sampai bertemu lutut. Nilai diukur dengan

jumlah sit-up maksimum yang dilakukan sesuai ketukan dan tanpa istirahat

(Tabel 5).

Page 11: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

Tabel 5. Tes push-up berdasarkan umur dan jenis kelamin

5. Kekuatan Genggaman

Menggenggam adalah cara lain untuk mengukur kekuatan, dapat diukur

dengan mudah menggunakan alat yang telah didesain khusus. Semakin kuat

genggaman seseorang, semakin panjang umurnya [15].

C. Mengukur Komposisi Tubuh

Terdapat beberapa metode untuk memperkirakan komposisi tubuh, termasuk

mengukur indeks massa tubuh, lemak tubuh, dan massa tanpa lemak.

1. Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh/body mass index (BMI) adalah berat dalam kilogram

dibagi tinggi dalam meter persegi (kg/m2). Tabel 6 memperlihakan perhitungan

BMI. Bukti yang kuat menunjukkan peningkatan linear terhadap risiko

kesehatan pada individu dengan BMI 25-30 dan BMI di atas 30, peningkatan

berat yang jauh lebih banyak lagi akan meningkatkan risiko morbiditas dan

mortalitas secara logaritmis (Tabel 7). Sayangnya, BMI tidak membedakan

antara massa otot dan lemak dan hal tersebut tidak dapat menentukan risiko

kesehatan baik pada individu dengan masa otot yang tinggi maupun yang

rendah.

Page 12: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

Tabel 6. Indeks massa tubuh

Tabel 7. Klasifikasi obesitas berdasarkan WHO

Page 13: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

2. Mengukur Lemak Tubuh

Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur

massa lemak tubuh, yaitu meliputi ketebalan lipatan kulit, impedansi bioelektrik,

dan dual energy x-ray absorpmetry (DEXA) (Tabel 8). Pengukuran lemak tubuh

secara langsung membantu mengurangi kesalahan perkiraan risiko yang diukur

dengan BMI.

Tabel 8. Rentang persentase lemak tubuh dan risiko kesehatan

a. Ketebalan Lipatan Kulit

Ketebalan lipatan kulit diukur menggunakan sebuah alat seperti

jangka yang disebut skinfold calipers. Daerah yang diukur adalah area tricep,

subskapula, dan abdomen di dekat umbilikus. Walaupun tidak

memperkirakan persentase lemak secara tepat, teknik ini memberikan

estimasi kasar dan dapat digunakan untuk mengamati perubahan lemak tubuh

setiap waktu [16].

b. Impedansi Bioelektrik dan DEXA

Baik impedansi bioelektrik maupun DEXA menentukan:

lean mass/masa tanpa lemak (meliputi masa tulang, masa organ, masa

air, dan masa otot)

masa lemak

persen lemak tubuh.

Page 14: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

Impedansi bioelektrik mengukur kekuatan dan kecepatan di mana

sinyal eletrik kecil berjalan dalam tubuh. Jaringan lemak meneruskan sinyal

ini lebih lambat daripada jaringan non-lemak. Ketepatannya bisa mencapai

98%. Ketepatan impedansi bioelektrik minimal adalah dapat mendeteksi 2%

dari lemak tubuh.

DEXA (dual energy x-ray absorpmetry) dapat digunakan untuk

menilai densitas tulang maupun persentase lemak tubuh. Walaupun jauh lebih

mahal daripada impedansi bioelektrik, tingkat ketepatannya sama, dan DEXA

menghasilkan paparan radiasi yang minimal.

3. Fleksibilitas

Fleksibilitas dapat diukur dengan sit and reach test. Biasanya sebuah

kotak khusus digunakan untuk tes ini. Untuk melakukan tes, sikap pertama

adalah duduk, kemudian kedua tangan direntangkan ke depan, sampai ke ujung

jari, menjangkau ke depan dengan kedua kaki mendorong kotak, kemudian

mengukur jangkauannya dalam sentimeter. Secara lebih sederhana, dokter dapat

meminta pasien berusaha menyentuh jari kakinya dengan kedua kaki lurus tanpa

menyebabkan rasa tidak nyaman. Tes ini memberikan estimasi kasar mengenai

fleksibilitas pasien, yang dapat dikategorikan menjadi baik, cukup, dan terbatas.

D. Rekomendasi Evidence-Based untuk Meningkatkan Kebugaran Fisik

ACSM telah melakukan revisi terhadap kuantitas dan kualitas latihan untuk

memelihara kebugaran aerobik dan otot (aafp.org/afp/990115ap/special.html).

Revisi ini meliputi rekomendasi untuk latihan fleksibilitas sebagai sebuah komponen

dalam memelihara kebugaran sebagai tambahan pada latihan aerobik dan kekuatan.

Tabel 9. Rekomendasi latihan kebugaran fisik dan level of evidence

Terdapat dua metode umum untuk melatih pasien supaya memiliki

kebugaran yang lebih baik. Pertama, merekomendasikan interval waktu dan

intensitas latihan. Kedua, memberikan target khusus sesuai daftar tabel ACSM di

Page 15: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

atas. Target minimal adalah mencapai 50% dari aktivitas yang diberikan, misalnya

push-up, sit-up, atau tes VO2max aerobik. Sebagai contoh seorang pria pada usia

empat puluhan seharusnya bisa melakukan paling sedikit 13 kali push-up, dan pada

tingkat lebih lanjut lagi bisa mencapai 21 kali push-up.

1. Kebugaran Aerobik dan Kontrol Berat Badan

Untuk memelihara kebugaran aerobik dan kontrol berat, latihan aerobik

harus dilakukan paling sedikit 3-5 kali setiap minggu selama 20-60 menit dengan

intensitas denyut nadi maksimal 55-90% dan 40-85% dari ambilan cadangan

oksigen maksimal. Apabila dalam sehari diberikan 20-60 menit sesi latihan,

maka direkomendasikan dibagi menjadi 2-6 kali 10 menit.

Intensitas latihan yang lebih rendah (mencapai 55-70% denyut nadi

maksimal) direkomendasikan untuk individu yang sedang tidak fit. Latihan

dengan intensitas yang lebih rendah dilakukan 30 menit atau lebih.

Individu pada latihan dengan level yang lebih tinggi harus latihan

paling sedikit 20 menit. Latihan dengan intensitas sedang (mencapai 70-85%

denyut nadi maksimal) dengan durasi lebih panjang (30-60 menit) paling sedikit

5-6 kali per minggu.

2. Kekuatan Otot

Latihan ketahanan menjadi bagian program kebugaran untuk

meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot. Delapan sampai sepuluh latihan

yang bermanfaat untuk kelompok otot besar harus dilakukan 2 sampai 3 hari per

minggu. Disarankan pengulangan sebanyak 8-12 kali (atau sampai mendekati

kelelahan) dalam tiap latihan. Orang dengan usia lebih tua atau lebih lemah baru

mendapatkan manfaat dengan melakukan pengulangan sebanyak 10-15 kali.

3. Fleksibilitas

Terdapat beberapa bentuk latihan peregangan, yang paling efektif yaitu

peregangan statik. Latihan ini memerlukan peregangan sekelompok otot selama

10-30 detik sampai terasa tidak nyaman. Untuk memaksimalkan fleksibilitas,

peregangan yang sama dilakukan 2-3 kali. Peregangan akan terasa manfaatnya

jika dilakukan setelah pemanasan.

Yoga adalah sebuah bentuk peregangan yang memanfaatkan kombinasi

peregangan statik dengan nafas dalam dan aktivitas ketahanan dan kekuatan.

Peregangan sebaiknya dilakukan paling sedikit 2-3 kali per minggu.

Page 16: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

BAB III

PENUTUP

Semua organisasi kesehatan besar, termasuk The United States Surgeon

General’s, merekomendasikan aktivitas harian sebanyak 5-6 hari per minggu minimal

selama 30-40 menit, paling sedikit satu sesi interval tiap minggu, ditambah dua sampai

tiga sesi latihan kekuatan per minggu. Peregangan sebaiknya dilakukan paling sedikit 2-3

kali per minggu dan sebaiknya dilakukan setelah sesi latihan. Meningkatkan kebugaran

fisik dapat memperbaiki kondisi kesehatan dan memperpanjang usia harapan hidup.

Page 17: Refrat_Mengukur Kebugaran Fisik

DAFTAR PUSTAKA

1. Watkins LL, Sherwood A, Feinglos M, et al. Effects of exercise and weight loss on cardiac risk factors associated with syndrome X. Arch Intern Med 2003;163:1889–95

2. Gregg EW, et al. Relationship of walking to mortality among US adults with diabetes. Arch Intern Med 2003;163:1440–2

3. Trappe SW, Costill DL, Vukovich MD, et al. Aging among elite distance runners: a 22-year longitudinal study. J Appl Physiol 1996;314:605–13

4. Gillick M. Pinning down frailty. J Gerontol Med Sci 2001;56A:M134–55. VisserM, Kritchevsky SB, Goodpaster BH, et al. Leg muscle mass and

composition in relation to lower extremity performance in men and women age 70–79: the health, aging and body composition study. J Am Geriat Soc 2002;50:897–904

6. Nelson M. Strong Women Stay Young. New York: Bantam, 20007. Roubenoff R. Sarcopenia: Effects on body composition and function. J Gerontol

2003;58A:1012–78. Wing RR, Hill JO. Successful weight loss maintenance. Ann Rev Nutr

2001;21:323–419. Ewbank PP, Darga LL, Lucas CP, et al. Physical activity as a predictor of weight

maintenance in previously obese subjects. Obesity Res 1995;3:257–6210. Whaley MH, ed. American College of Sports Medicine’s Guidelines for Exercise

Testing and Prescription, Seventh Edition, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, 2006, 70–6

11. Aktas MK. Global risk scores and exercise testing for predicting all-cause mortality in a preventive medicine program. JAMA. 2004 Sep 22;292(12):1462–8

12. Vivekananthan DP, Blackstone EH, Pothier CE, et al. Heart rate recovery after exercise is a predictor of mortality, independent of the angiographic severity of coronary disease. J Am Coll Cardiol 2003 Sep 3;42(5):831–8

13. Mora S, Redberg RF, Cui Y, et al. Ability of exercise testing to predict cardiovascular and all cause death in asymptomatic women. JAMA 2003;290:1600–7

14. Cole CR, Foody JM, Blackstone EH, et al. Heart rate recover after submaximal exercise testing as a predictor of mortality in a cardiovascularly healthy cohort. Ann Intern Med 2000;132:552–5

15. Rantanen T, Harris T, Leveille SG, et al. Muscle strength and body mass index as long-term predictors of mortality in initially healthy men. J Gerontol A Biol Sci Med Sci. 2000;55: 168–73

16. Nieman DC. The exercise test as a component of the total fitness evaluation. Exercise Testing, Primary Care. Volume 28, number 1, March 2001

17. American College of Sports Medicine Position Stand and American Heart Association. Recommendations for cardiovascular screening, staffing, and emergency policies at health/fitness facilities. Med Sci Sports Exerc 1998 Jun;30(6):1009–18