refrat - pergerakan bola mata dan kelainannya

54
REFERAT PERGERAKAN BOLA MATA DAN KELAINANNYA Pembimbing : dr. Harie B. Soedjono, Sp. M Penyusun : Hambiah H.O (2012-061- 068) Sardito (2012-061- 069) Helen Halim (2012-061- 070) Stephanie Tanjung (2012-061- 071) KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA RSUD R. SYAMSUDIN, SH – SUKABUMI PERIODE 18 FEBRUARI 2013 – 22 MARET

Upload: nickykusuma

Post on 14-Jan-2016

91 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

mata

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

REFERAT

PERGERAKAN BOLA MATA DAN KELAINANNYA

Pembimbing :

dr. Harie B. Soedjono, Sp. M

Penyusun :

Hambiah H.O (2012-061-068)

Sardito (2012-061-069)

Helen Halim (2012-061-070)

Stephanie Tanjung (2012-061-071)

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA

RSUD R. SYAMSUDIN, SH – SUKABUMI

PERIODE 18 FEBRUARI 2013 – 22 MARET 2013

Page 2: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat-Nya sehingga Referat yang berjudul “Pergerakan Bola Mata dan

Kelainannya” dapat diselesaikan pada waktunya. Pada kesempatan ini, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada dr. Harie B. Soedjono, Sp.M, selaku pembimbing

yang telah membimbing penulis dalam proses penulisan Referat ini. Selain itu

penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang tidak dapat disebutkan

satu per satu, baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu

penyelesaian Referat ini.

Diharapkan Referat ini dapat bermamfaat bagi perkembangan penelitian untuk

meningkatkan kualitas dalam pembuatan Referat, sehingga dokter muda dapat

membuat Referat yang lebih berkualitas. Penulis menyadari bahwa Referat ini masih

banyak kekurangannya, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dalam menyempurnakan Referat ini di masa mendatang. Penulis juga

memohon maaf bila dalam Referat ini terdapat kata-kata yang kurang berkenan di

hati pembaca. Akhir kata, penulis mengharapkan agar Referat ini dapat bermamfaat

bagi pembaca.

Jakarta, 4 Maret 2013

Penulis

Page 3: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………….…..............................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................11.2 Tujuan Penulisan……..................................................................................21.3 Manfaat Penulisan……................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3

2.1 Anatomi mata..............................................................................................32.2 Fisiologi Pergerakan Bola Mata.................................................................6

2.2.1 Konvergensi………………..……..…………………………………72.2.2 Divergensi……………………….……………………………….7

2.3 Penglihatan Binokular................................................................................82.3.1 Definisi…………………………………………………………….82.3.2 Fisiologi…………………………………………………………….8

2.4 Supresi........................................................................................................92.5 Hukum Pergerakan Okular.........................................................................9

2.5.1 Hukum Sherrington..................................................92.5.2. Hukum Hering…………….............................................................10

2.6 Strabismus.................................................................................................102.6.1 Klasifikasi Strabismus…………..…………………………………10

2.6.1.1 Berdasarkan Penyebabnya……………………………....….102.6.1.2 Berdasarkan Manifestasi Klinis……………………………. 132.6.1.3 Berdasarkan Sudut…………………………………………..13

2.6.2 Diagnosis…………………………………………………………15 2.6.2.1 Anamnesis……………………………………………...…..152.6.2.2 Pemeriksaan Mata …………………………………………15

2.6.3 Diagnosis Banding………………………………………………..202.6.4 Penyulit Strabismus …………………………………………..… 20 2.6.5 Tatalaksana ………………………..………………………………21

2.6.5.1 Perbaiki Visus……………….………………………………212.6.5.2 Perbaiki Secara Kosmetik…………………………………. 212.6.5.3 Perbaiki Penglihatan Binokuler ………………………..….21

Page 4: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

3

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................22

3.1 Kesimpulan …………………………..…………………….…………...223.2 Saran…………………………………………………………………...22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23

Page 5: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ruang Orbita ………………………………………………………….….3

Gambar 2. Otot Bola Mata …………………………………………………………..4

Gambar 3. Otot Bola Mata...........................................................................................4

Gambar 4. Spiral of Tilaux...........................................................................................5

Gambar 5. Otot dan Saraf Bola Mata ………..………………………………………6

Gambar 6. Horopter dan Area Panum..........................................................................9

Gambar 7. Abducent Nerve Palsy ………………………………………………...11

Gambar 8. Trochlear Nerve Palsy…………………………………………………………12

Gambar 9. Oculomotor Nerve Palsy…………………………………………….. 12

Gambar 10. Esotropia……………………………………………………………….13

Gambar 11. Exotropia…………………………………………………………….14

Gambar 12. Hypertropia…………………………………………………………….14

Gambar 13. Hipotropia…………………………………………………………….14

Gambar 14. Incyclotropia…………………………………………………………14

Gambar 15. Exyclotropia……………………………………………………………15

Gambar 16. Tes Pergerakan Bola Mata…………………………………………….16

Gambar 17. Cover Test pada heterotropia……………………………………….….16

Gambar 18. Cover Test pada heteroforia……………………………………………17

Gambar 19. Hirshberg Test…………………………………………………………….….17

Gambar 20. Krimsky Test…………………………………………………………………..18

Gambar 21. Force Duction Test…………………………………………………….19

Gambar 22. Worth Four Dot Test……………………………………………………….20

Page 6: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata merupakan organ penglihatan pada manusia yang berbentuk

hampir bulat dan konsistensinya kenyal. Agar dapat mencapai penglihatan

yang optimal, terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi. Pertama, masing-

masing mata memiliki faal yang baik, yaitu memiliki visus 6/6. Kedua,

pergerakan kedua bola mata baik dan yang terakhir adalah kemampuan untuk

fusi masih baik. 1

Kedudukan bola mata harus dipertahankan agar sejajar dengan benda

yang akan dilihat. Kedudukan bola mata yang baik bisa terjadi karena

keseimbangan kerjasama otot pergerakan bola mata.2 Apabila terjadi

ketidakseimbangan kerjasama otot pergerakan bola mata, maka akan terjadi

deviasi atau bayangan benda yang jatuh diluar fovea 3 sehingga menyebabkan

strabismus.

Estimasi prevalensi penderita strabismus pada populasi umum, berkisar

antara 2 - 5 %. Di Amerika Serikat, sekitar 5- 15 juta orang memiliki kondisi

strabismus.8 Menurut US National Library of Medicine, dari 3075 pasien yang

mengalami kelainan penglihatan binokuler, sebesar 74% menderita

strabismus.5

Prevalensi strabismus meningkat pada keluarga dimana orangtua atau

saudara kandungnya memiliki strabismus.1,4 Selain itu, prevalensi strabismus

meningkat pada penderita Down syndrome, cerebral palsy, serta bayi lahir

prematur dengan berat badan lahir yang rendah. 4

Walaupun strabismus bisa berkembang pada usia berapa pun, namun

pada umumnya strabismus terjadi pada usia anak-anak. Strabismus yang

muncul saat dewasa, umumnya disebabkan karena kerusakan motorik atau

sensorik dan diakibat manifestasi penyakit sistemik atau kelainan neurologi.4

Strabismus yang akan dibahas lebih dalam pada referat ini adalah

strabismus paralitik karena pada strabismus tipe ini terdapat kelainan

pergerakan bola mata yang diakibatkan gangguan nervus dan otot ekstraokuler.

Page 7: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

2

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan informasi kepada pembaca mengenai kelainan

pergerakan bola mata.

1.2.2 Tujuan Khusus

Memenuhi persyaratan dalam menjalani kepaniteraan klinik ilmu

kesehatan mata di RSUD Syamsudin SH.

1.3 Manfaat Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk memberikan dan meningkatkan

pengetahuan tentang penyakit – penyakit kelainan gerak bola mata.

Page 8: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mata

Bola mata merupakan sebuah organ yang kurang lebih berbentuk bulat

dengan diameter ± 25 mm. Bola mata terletak pada rongga orbita yang dibatasi

oleh dinding tulang dan berbentuk seperti piramida bersisi empat dengan puncak

menuju ke arah foramen optik.6,7 Dinding rongga orbita terdiri dari tulang

frontal dibagian atas, tulang zygomatikus di bagian anterior lateral dan dasar,

tulang maxila di bagian dasar, tulang lakrimal dan etmoid di bagian medial, serta

tulang palatin dan sphenoid di bagian posterior.2 Disekitar tulang orbita

didapatkan ruangan-ruangan seperti rongga hidung dan beberapa sinus yaitu

sinus etmoid, sfenoid, frontal dan maksila.6,7

Gambar 1. Ruang Orbita 2

Isi rongga orbita terdiri atas bola mata dengan saraf optik, enam otot

penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh darah cabang arteri oftalmik,

Nervus (N). III, IV, VI, lemak dan fasia (Kapsul Tenon).2,7 Saraf orbita bersifat

motorik (N. III, IV, VI) dan sensorik (N. V).7

Page 9: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

4

Bola mata

Gambar 2. Otot Bola Mata 8

digerakan oleh enam otot yang disebut otot luar mata

(ekstrinsik) yang terdiri oleh empat otot rektus dan dua otot oblique. Otot rektus

berasal dari suatu tendon yang melingkari foramen nervusoptik pada apeks

orbita yang disebut annulus Zinn. Otot rektus berinsersi ke sklera, sesuai dengan

namanya, yaitu otot rektus medialis, otot rektus lateralis, otot rektus superior dan

otot rektus inferior.

Gambar 3. Otot Bola Mata 14

Page 10: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

5

Otot oblique terdiri dari dua, yaitu otot oblique superior dan otot oblique

inferior. Otot oblique mengatur pergerakan torsi dan pergerakkan menjauh, atas

dan bawah. Otot oblique superior merupakan otot mata yang terpanjang dan

tertipis. Origo otot oblique superior terletak diatas dan medial dari foramen

optik.6 Otot oblique ini menuju kearah bagian nasal atas orbita, melalui troklea

kemudian membelok ke belakang, dibawah otot rektus superior selanjutnya

berinserasi pada sklera di belakang ekuator.7

Gambar 4. Spiral of Tilaux 14

Jarak insersi otot rectus ke sklera dihitung dari limbus disebut Spiral of

Tilaux.14 Tempat jarak insersinya dari limbus berbeda setiap ototnya : otot rektus

medialis 5,5 mm, otot rektus inferior 6,75 mm, otot rektus lateralis 7 mm dan

otot rektus superior 7,5 mm.6,7 Otot rektus memiliki panjang sekitar 40 mm.

Fungsi utama otot rektus adalah aduksi, abduksi, menekan dan elevasi bola

mata.6 Origo otot oblique inferior terletak pada dinding nasal orbita, menyilang

di bawah otot rektus dan berinsersi pada sklera kuadran belakang lateral inferior

bola mata di bawah otot rektus lateralis. Otot ini mempunyai panjang 37 mm.6,7

Page 11: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

6

M.rektus lateralis

Abduksi (-) N. VI

M.rektus medial

Aduksi (-) N. III

M.rektus superior

Elevasi AduksiIntorsi

N. III

Gambar 5. Otot dan Saraf Bola Mata 9

Selain dari otot rektus lateralis yang diinervasi oleh N. VI (N. abdusen)

dan otot oblique superior yang diinervasi oleh N. IV (N. troklear), semua otot

diinervasi oleh N. III (N. okulomotor).2,7

2.2 Fisiologi Pergerakan Bola Mata

Penglihatan dipengaruhi oleh media refraksi, yaitukornea, pupil, iris,

lensa, dan retina. Selain itu sistem penglihatan juga dipengaruhi oleh gerakan

bola mata yang diatur oleh otot penggerak bola mata / ekstraokuler.

Otot Fungsi

Primer

Fungsi

Sekunder

Inervasi Gambar

Page 12: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

M.rektus inferior

Depresi AduksiEkstorsi

N. III

M.oblique superior

Intorsi DepresiAbduksi

N. IV

M.oblique inferior

Ekstorsi ElevasiAbduksi

N. III

7

Tabel 1.Otot Bola Mata 6

Fisiologi dari penglihatan normal adalah apabila bayangan benda yang

dilihat keduamata dapat diterima dengan ketajaman yang sama dan

kemudian secara serentak dikirim ke susunan saraf pusat untuk diolah

menjadi sensasi penglihatan tunggal. Ada dua gerakan yang dapat dilakukan

oleh mata yaitu, gerakan konvergensi dan divergensi yang berfungsi agar

dapat melihat bersama secara serentak pada kedua mata.

2.2.1 Konvergensi

Suatu keadaan dimana sumbu penglihatan kedua mata diarahkan

pada satu titik dekat, yang mengakibatkan kedua pupil mata akan

saling mendekat dalam suatu gerakan yang terkoordinasi.

Untuk dapat mengetahui konvergensi mata maka pasien diminta

untuk melihat pensil yang diletakkan di bidang medial dari mata yang

kemudian didekatkan. Normalnya mata akan melihat pensil tunggal

pada jarak 5 - 8 cm. 1,6

2.2.2 Divergensi

Kedua mata berputar ke luar untuk melihatbenda jauh. Mata

akan searah bila dapat mempertahankan fusi kedua mata. Kedudukan

mata normal disebut dengan ortoforia.

Page 13: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

8

2.3 Penglihatan Binokular

2.3.1 Definisi 8

Penglihatan binokular adalah kemampuan mata untuk

mempertahankan fokus penglihatan pada suatu objek dengan

menggunakan kedua bola mata sehingga dapat menciptakan penglihatan

tunggal. Fungsi dari penglihatan ini adalah untuk menciptakan persepsi

tiga dimensi, yang terdiri dari jarak dan kedalaman suatu benda.

2.3.2 Fisiologi 8

Bola mata merupakan organ yang menerima rangsang sensoris

dimana stimuli yang diterima dari retina diterjemahkan dalam bentuk

gambar oleh otak. Saraf optik dan jaras penglihatan menghantar

informasi ini ke korteks visual.

Terdapat dua sistem yang mengatur penglihatan binokular, yaitu

sistem sensorik dan motorik. Sistem sensorik retina menerima gambar

dan menghantarkannya ke otak. Sedangkan sistem motorik mengatur

pergerakan kedua bola mata dalam melihat suatu benda sehingga

menghasilkan gambar yang sama di retina. Kemudian otak dapat

memproses informasi ini dalam bentuk impresi penglihatan binokular.

Ada tiga tingkat kualitas pada penglihatan binokular.

1. Simultaneous vision

Retina dari kedua mata menerima dua gambar secara

bersamaan. Pada penglihatan binokular yang normal, kedua mata

memiliki titik fiksasi yang sama yang jatuh pada fovea sentralis di

setiap mata. Bayangan benda selalu jatuh di tempat yang sama

yaitu di retina.

2. Fusi

Fusi terjadi ketika kedua retina menyampaikan gambaran

penglihatan yang sama, yang kemudian oleh otak akan digabung

menjadi persepsi tunggal. Jika ada kerusakan pada fusi akan

menyebabkan diplopia.

3. Penglihatan stereopsis

Penglihatan stereopsis adalah persepsi visual terhadap

kedalaman dan kemampuan melihat benda secara tiga dimensi.

Page 14: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

9

Horopter adalah suatu titik fiksasi yang dilihat oleh mata yang

bayangannya jatuh tepat di fovea. Selain itu daerah di anterior dan

posterior dari horopter disebut dengan area Panum.

Gambar 6. Horopter dan Area Panum 2

2.4 Supresi 1

Supresi adalah suatu keadaan dimana otak mengabaikan bayangan

benda mata yang lainnya untuk mencegah terjadinya diplopia. Supresi ini

terjadi karena adanya juling kongenital, satu mata sering berdeviasi, atau

mata deviasi berganti dimana tidak akan terjadi diplopia karena akan terjadi

supresi pada salah satu mata.

2.5 Hukum Pergerakan Okular

2.5.1 Hukum Sherrington 1,7,10

Hukum Sherrington menyatakan bahwa adanya peningkatan

inervasi dan kontraksi otot sinergis berhubungan dengan penurunan

inervasi dan relaksasi dari otot antagonis.

Otot sinergis adalah otot yang bekerja bersamaan untuk

menggerakkan bola mata ke satu arah. Contohnya adalah untuk

melihat vertikal, otot rektus superior dan otot oblique inferior bekerja

secara sinergis untuk menggerakkan mata ke atas.

Page 15: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

1

Otot-otot yang bersinergis dapat menjadi antagonis terhadap

satu sama lainnya. Contohnya adalah otot rektus superior

menyebabkan intorsi sedangkan otot oblique inferior menyebabkan

ekstorsi.

2.5.2 Hukum Hering 1,7,10

Hukum Hering menyatakan bahwa untuk pergerakan kedua bola

mata ke arah yang sama, otot agonis yang berkoresponden harus

menerima inervasi yang sama sehingga tidak terjadi pergerakan satu

bola mata saja. Sekelompok pasangan otot agonis disebut yoke muscle.

Mata ke atas kiri Rektus superior kanan dan oblique inferior kiri

Mata ke atas kanan Rektus superior kiri dan oblique inferior kanan

Mata ke kanan Rektus lateralis kanan dan rektus medialis kiri

Mata ke kiri Rektus lateralis kiri dan rektus medialis kanan

Mata ke bawah kanan Rektus inferior kanan dan oblique superior kiri

Mata ke bawah kiri Rektus inferior kiri dan oblique superior kanan

Tabel 2. Otot Yoke Pada Posisi Mata Tertentu 6

2.6 Strabismus

Strabismus adalah kondisi dimana arah kedua bola mata tidak bisa

melihat ke titik fiksasi yang sama dalam kondisi yang normal sehingga

penglihatan binokular tidak dapat tercapai. 9 Etiologi dari terjadinya strabismus

secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu kongenital dan strabismus yang

didapat (aquired).

2.6.1 Klasifikasi Strabismus 2,4

2.6.1.1 Berdasarkan Penyebabnya

a) Strabismus paralitik 4,8

Disebabkan karena otot ekstraokular atau saraf tidak

dapat berfungsi dengan baik atau pergerakan normal

terhambat secara mekanik. Sudut deviasi bervariasi di

seluruh lapangan pandang. Biasanya disebabkan karena

adanya gangguan neurologis, penyakit orbita, atau trauma.

Page 16: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

1

Pada strabismus jenis ini, terdapat paralisis pada nervus

yang mengatur gerakan bola mata.

i. Abducent Nerve Palsy

Lebih sering terjadi pada pasien dengan

gangguan peredaran darah serebral pasien akibat

diabetes melitus atau hipertensi. Selain itu, dapat

disebabkan karena terjadinya trauma dan tumor

serebral.

Kelumpuhan pada N. VI menyebabkan

paralisis otot rektus lateralis dan mengakibatkan otot

antagonisnya, otot rektus medialis mendominasi.

Pergerakan abduksi terganggu sehingga mata tidak

bisa menoleh ke arah temporal.

Gambar 7. Abducent Nerve Palsy 8

ii. Trochlear Nerve Palsy

Penyebab paling umum adalah trauma.

Kelumpuhan N. IV menyebabkan terjadi paralisis

otot oblique superior sehingga menyebabkan

diplopia vertikal. Diplopia terlihat lebih jelas jika

pasien menunduk ke bawah, seperti saat pasien

membaca atau naik tangga.

Page 17: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

1

Gambar 8. Trochlear Nerve Palsy 8

iii. Oculomotor Nerve Palsy

Kelumpuhan N. III menyebabkan hampir

seluruh otot intraokular dan ekstraokular terganggu.

Manifestasi klinisnya adalah ptosis, eksotropia dan

penurunan fungsi aduksi, elevasi dan depresi, pupil

midriasis (mengalami penurunan reflek pupil),

akomodasi menurun. Pasien tidak mengalami

diplopia karena palpebra menutupi seluruh pupil.

Gambar 9. Oculomotor Nerve Palsy 8

b) Non paralitik

Pada otot ekstraokular berfungsi secara normal tetapi tidak

mengarah pada arah yang sama. Sudut deviasi selalu sama pada

semua lapang pandang.

Page 18: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

1

Umumnya strabismus jenis ini terjadi pada masa kanak –

kanak. Biasanya muncul pada usia sebelum 6 tahun dan jarang

disertai kelainan neurologis. Strabismus yang muncul pada usia

lebih dari enam tahun atau pada orang dewasa kemungkinan

memiliki penyebab penyakit neurologis.

2.6.1.2 Berdasarkan manifestasi klinis

a) Strabismus manifest : Strabismus yang muncul secara konstan

b) Strabismus laten : Strabismus yang muncul hanya pada saat

kondisi pemeriksaan tertentu dan tidak muncul pada kondisi

normal dari penglihatan binokular.

2.6.1.3 Berdasarkan sudut

a) Heteroforia

Heteroforia termasuk strabismus laten yang hanya

bermanifestasi apabila penglihatan binokular terganggu, seperti

saat menutup satu bola mata. Selama mata dibuka, akan tampak

normal.

b) Heterotropia 12

Heterotropia termasuk dalam strabismus manifest dimana

strabismus muncul secara konstan. Strabismus yang sudah

bermanifestasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Horizontal

a. Esotropia : Keadaan dimana posisi bola mata juling

kedalam (kearah nasal). Disebut juga

strabismus konvergen atau crossed eyes.

Gambar 10. Esotropia 4

Page 19: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

1

b. Exotropia : Keadaan dimana posisi bola mata juling keluar

(kearah temporal). Disebut juga strabismus

divergen atau wall eyes.

Gambar 11. Exotropia 4

2. Vertikal

a. Hypertropia : Keadaan dimana posisi bola mata yang satu

lebih tinggi dari bola mata lainnya.

Gambar 12. hypertropia 4

b. Hypotropia : Keadaan dimana posisi bola mata yang satu

lebih rendah dari bola mata lainnya.

3. Oblique

Gambar 13. Hipotropia 4

a. Incyclotropia : Keadaan dimana posisi bola mata berputar

ke arah dalam.

Gambar 14. Incyclotropia 13

Page 20: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

1

b. Excyclotropia : Keadaan dimana posisi bola mata berputar

ke arah luar.

Gambar 15. Excyclotropia 13

2.6.2 Diagnosis

Untuk dapat mendiagnosis strabismus dengan baik, diperlukan

pemeriksaan yang teliti. Anamnesis yang baik dapat memberikan kita

informasi yang dibutuhkan.

2.6.2.1 Anamnesis

Dalam anamnesis, ditanyakan hal sebagai berikut: 6

Kapan terjadinya?

o Apabila baru terjadi : Mungkin strabismus paralitik.

o Apabila sudah lama : Bisa ada kemungkinan kelainan

faal atau gangguan fusi.

Apakah terjadi di kedua mata atau hanya satu mata?

o Apabila satu mata terus menerus dan pergerakan bola

mata tidak baik : strabismus paralitik.

o Apabila satu mata terus menerus dan pergerakan bola

mata masih baik : strabismus manifest.

Riwayat keluarga?

o Apakah anggota keluarga, terutama orang tua ada

yang memiliki kelainan pergerakan bola mata.

2.6.2.2 Pemeriksaan mata 2,4,8

a) Inspeksi : pemeriksaan inspeksi diperlukan untuk

mengidentifikasi deviasi dari bola mata. Pada pemeriksaan

inspeksi, dapat dilakukan tes pergerakan bola mata. Pada

tes ini pasien diminta untuk melihat ke sembilan titik

sehingga dapat menentukan kelainan deviasi diseluruh

Page 21: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

1

lapangan pandang. Tes ini digunakan untuk menentukan

strabismus paralitik atau nonparalitik 4,8

Gambar 16. Tes Pergerakan Bola Mata 8

b) Pemeriksaan visus : untuk mengetahui kemungkinan

terjadinya mata malas atau amblyopia

c) Pemeriksaan refleks pupil : untuk mengetahui apakah ada

defek neurologis atau okular.

d) Pemeriksaan secara kualitatif : Untuk mengetahui apakah

benar ada strabismus atau tidak. Ada beberapa tes yang

dapat dilakukan :

o Cover test : Pasien melihat sebuah objek dengan

kedua matanya, kemudian tutup mata yang sehat.

Mata yang strabismus akan memfiksasi objek yang

sedang dilihat. Tes ini juga dapat dilakukan pada

strabismus heteroforia. Pada strabismus tipe ini,

mata yang ditutup adalah mata yang sakit,

sehingga ketika ditutup, akan terlihat mata tersebut

mengalami deviasi.

Gambar 17. Cover Test pada heterotropia

Page 22: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

1

Gambar 18. Cover Test pada heteroforia 13

o Cover uncover test : Seperti cover test, tetapi

dilakukan dengan menutup dan membuka mata

bergantian.

e) Pemeriksaan secara kuantitatif : Menentukan seberapa

besar derajat deviasi. Dapat diukur dengan beberapa test :

o Hirshberg test : Tes yang dilakukan dengan

penlight. Prinsipnya adalah, pada mata normal

pantulan cahaya akan terletak di tengah dari pupil.

Pada mata yang tidak normal, cahaya tidak jatuh di

tengah pupil. Satuannya adalah derajat.

Gambar 19. Hirshberg Test. (a) mata normal (b) esotropia ringan (c) esotropia sedang (d) esotropia berat 4

Page 23: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

1

o Krimsky test : Pada umumnya, nilai dari krimsky

test bernilai dua kali lipat dari nilai hirshberg test,

namun tidak selalu. Pada test krimsky, digunakan

media berupa kaca prisma yang diletakannya di

depan mata yang sehat. Namun, saat ini banyak

pengguna lebih mudah untuk menggunakan kaca

prisma bila diletakkan di depan mata yang

berdeviasi. Keduanya memberikan hasil yang

identik, asalkan tidak ada deviasi sekunder. Satuan

kaca prisma adalah dioptri.

Gambar 20. Krimsky test pada awalnya

f) Force duction test 14

Force duction test ini bertujuan untuk mengetahui penyebab

strabismus apakah akibat gangguan neurologis atau restriksi

mekanik. Tes ini dilakukan dengan menjepit konjungtiva dan

episklera dekat limbus setelah pemberian anestesi lokal. Kemudian

bola mata digerakkan ke arah yang mengalami kelainan. Jika

disebabkan karena restriksi mekanik, maka bola mata tidak dapat

digerakkan.

Page 24: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

1

Gambar 21. Force duction test 15

g) Worth four dot test 16,17

Tes ini untuk mengetahui seberapa besar skotoma surpresi.

Target dari tes ini terdiri dari empat titik yang terdiri dari dua titik

berwarna hijau, satu titik berwarna merah dan satu titik berwarna

putih. Pasien menggunakan kacamata khusus yang menggunakan

filter berwarna merah di satu sisi dan di sisi lain berwarna hijau. Jika

dilihat dari filter yang berwarna hijau, maka titik merah menjadi tidak

terlihat dan juga sebaliknya. Sedangkan titik berwarna putih akan

terlihat sesuai dengan filternya. Pada orang normal dengan

Page 25: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

2

penglihatan monokuler, jika menggunakan filter berwarna merah,

akan terlihat dua titik berwarna merah, sedangkan pada filter hijau

akan terlihat tiga titik berwarna hijau. Pada penglihatan binokuler,

akan terlihat empat titik dimana titik yang berwarna putih akan

terlihat warna hijau atau merah, tergantung mata mana yang dominan.

Pertama kali tes dilakukan dalam jarak 33 cm dan melaporkan

jumlah titik yang dilihat. Jika pasien melaporkan melihat empat titik,

maka jaraknya ditambah menjadi satu meter. Dalam jarak satu meter,

jika pasien melaporkan jumlah titik menjadi dua atau tiga, maka

terdapat skotoma supresi kecil. Namun bila dalam jarak 33 cm, pasien

melaporkan jumlah titik kurang dari empat, maka skotoma

surpresinya besar.

Gambar 22. Worth four dot test

2.6.3 Diagnosis Banding

Ada beberapa diagnosa banding dari strabismus antara lain adalah

pseudoesotropia atau pseudoexotropia. Pseudoesotropia terjadi salah

satunya karena lipatan kantus yang lebar, sehingga mata terlihat seperti

esotropia. Sedangkan jarak pupil yang jauh dapat menyebabkan

pseudoexotropia.

2.6.4 Penyulit Strabismus

Penyulit pada strabismus adalah kemampuan mata untuk

menghilangkan kemampuan fusi.

Page 26: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

2

2.6.5 Tatalaksana 4,6

Tatalaksana untuk strabismus harus cepat dilaksanakan setelah

diagnosis dapat ditegakkan. Berdasarkan studi yang dilakukan bahwa

semakin bertambahnya usia anak-anak, maka adaptasi sensorik menjadi

lebih sulit pada anak strabismus. Sebelum usia delapan tahun, status

sensorik secara umum sudah tetap sehingga jika terdapat defisiensi

stereopsis dan ambliopia, tidak dapat diterapi dengan efektif.

Prinsip utama dalam tatalaksana strabismus adalah memperbaiki

visus penderita. Kemudian memperbaiki secara kosmetik dengan

operasi atau kacamata dan yang terakhir adalah memperbaiki

penglihatan binokular.

2.6.5.1 Perbaiki Visus

Untuk memperbaiki visus dapat dilakukan dengan

menutup mata yang sehat. Menutup mata yang sehat tidak

boleh terlalu lama, karena dapat menyebabkan mata yang sehat

menjadi amblyopia.

Selain menutup mata, dapat juga diberikan atropin untuk

mata yang sehat. Atropin akan menyebabkan midriasis,

sehingga menurunkan fungsi akomodasi sehingga terpaksa

melihat dengan mata yang sakit. Dosis penggunaan atropin 1%

adalah satu tetes setiap hari.

2.6.5.2 Perbaiki Secara Kosmetik

a. Operasi : Operasi dilakukan pada strabismus derajat tinggi.

Operasi dilakukan dengan memperkuat otot yang lemah

(resect) atau memperlemah otot yang kuat (reses).

b. Kacamata : Diberikan pada penderita yang sudah menjalani

operasi atau pada strabismus derajat rendah (dibawah 7o).

Pasien diberikan kacamata prisma

2.6.5.3 Perbaiki Penglihatan Binokuler

Dilakukan dengan latihan ortoptik dengan menggunakan

sinoptofor. Namun, latihan dengan ortoptik jarang menjadi

indikasi untuk tatalaksana amblyopia atau strabismus

Page 27: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

2

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Strabismus adalah kondisi dimana arah kedua bola mata tidak bisa melihat

ke titik fiksasi yang sama dalam kondisi yang normal sehingga penglilhatan

binokular tidak dapat tercapai. Kelainan ini dapat terjadi pada anak – anak

maupun orang dewasa. Strabismus dapat terjadi berdasarkan penyebab, sudut,

dan manifestasinya. Pemeriksaan yang dilakukan biasanya dimulai dari inspeksi,

pemeriksaan visus, pemeriksaan pupil, pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif.

Tatalaksana pada penderita strabismus tergantung besar sudut deviasi dan

aktivitas yang dilakukan.

3.2 Saran

Diharapkan dengan adanya referat ini pambaca dapat memahami lebih

lanjut mengenai pergerakan bola mata dan kelainannya. Selain itu, pembaca

dapat mendiagnosis lebih awal dan tepat sehingga mencegah terjadinya

komplikasi seperti ambliopia.

Adanya keterbatasan pengetahuan penulis tentang ilmu kesehatan mata

dalam menafsirkan berbagai literatur merupakan kekurangan dari pembuatan

referat ini. Dalam perkembangan selanjutnya diharapkan lebih banyak lagi

penelitian dan literatur yang membahas pergerakan bola mata dan kelainannya

serta diadakan penelitian mengenai epidemiologi strabismus di Indonesia.

Page 28: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

2

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Ed ke-4. Jakarta : Badan Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011

2. Schlote T et al. Pocket Atlas of Ophthalmology. New York : Georg Thieme

Verlag; 2006.

3. A.D.A.M Medical Encyclopedia. Strabismus. [terhubung berkala]

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001999/ [27 Februari 2013]

4. American Optometric Association. Care of the patient with : Strabismus :

Esotropia and Exotropia. St. Louis : 2011

5. Stidwill D. Epidemiology of Strabismus. Ophthalmic Physiol Opt 1997; 17(6) :

536-9 [terhubung berkala]. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed /9666929 [27

Februari 2013]

6. Riordan-Eva P et al. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. New York :

Lange Medical Books/McGraw Hill Medical Pub. Division; 2004.

7. Ilyas S et al editor. Ilmu Penyakit mata: untuk Dokter Umum dan Mahasiswa

Kedokteran. Ed ke-2. Jakarta : Sagung Seto; 2002.

8. Lang GK. Ophthalmology : a Short Textbook. New York : Georg Thieme

Verlag; 2000.

9. Lalwani AK. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-Head & Neck

Surgery. Ed ke-2. New York : The McGraw-Hill Companies; 2004

10. Bentley C, Rees A. Eye Movement Disorders. Association of Optometrists. 2000:

30-37.

11. Newman WA, editor. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. Ed ke-30.

Philadelphia: W.B. Saunders; 2003

12. Noorden GK von, Helveston EM. Strabismus : a Decision Making Approach.

Ed ke-1. St. Louis : Mosby Inc. ; 1994.

13. Noorden GK von, Campos EC. Binocular Vision and Ocular Motility. Ed ke-6.

St. Louis : Mosby Inc. ; 2002

14. Myron - jay s et al. Yanoff’s & Duker’s Opthalmology. Ed ke-3. New York :

Lange Medical Books/McGraw Hill Medical Pub. Division; 2008

15. Noorden GK von. Atlas of Strabismus. Ed ke-4. St. Louis : Mosby Inc. ; 1983.

Page 29: Refrat - Pergerakan Bola Mata Dan Kelainannya

2

16. Mitchell PR, Parks MM. Sensory Test and Treatment of Binocular Vision

Adaptations. Di dalam : Tasman W, Jaeger EA, editor. Duane’s Ophthalmology.

Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins ; 2006

17. Mitchell S, Bruce W. Clinical Management of Binocular Vision: Heterophoric,

Accommodative, and Eye Movement Disorders. Ed ke-3. Philadelphia :

Lippincot Williams & Wilkins; 2008