refrat infeksi pada lansia geri

38
Infeksi Pada Manula KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang dilimpahkan-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Infeksi Pada Lansia. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Noer Saelan Tadjudin, Sp. KJ, dr Mulyani, dan dr Suryani yang telah memberikan bimbingannya selama siklus Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik di panti Werdha Kristen Hana di Ciputat Periode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Dalam menyusun karya tulis ini, penulis berdasarkan studi pustaka terhadap beberapa literatur. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca yang ingin lebih memahami tentang infeksi pada manula. Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Taruma Negara Panti Werdha Kristen Hana, Ciputat Periode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 1

Upload: reyjenwijayakusuma

Post on 04-Aug-2015

151 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang dilimpahkan-Nya,

sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Infeksi Pada

Lansia.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada dr. Noer Saelan Tadjudin, Sp. KJ, dr Mulyani, dan dr Suryani yang telah

memberikan bimbingannya selama siklus Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik di panti

Werdha Kristen Hana di Ciputat Periode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012

Dalam menyusun karya tulis ini, penulis berdasarkan studi pustaka terhadap beberapa

literatur. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca yang

ingin lebih memahami tentang infeksi pada manula.

Jakarta, 23 Mei 2012

Penulis

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 1

Page 2: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

BAB I

PENDAHULUAN

Dengan meningkatnya umur harapan hidup, jumlah kelompok usia lanjut akan makin

banyak, yang menyebabkan tingginya penyakit degeneratif, kardiovaskuler, kanker, dan penyakit

non infektif lainnya. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa penyakit infeksi juga makin

meningkat. Hal ini antara lain disebabkan karena pada usia lanjut pertahanan terhadap infeksi

terganggu atau dapat dikatakan menurun(Hadi Martano, 1996).

Infeksi merupakan penyebab kematian yang paling sering pada umat manusia, hingga

saat digunakannya antibiotika dan pencegahan dengan imunisasi aktif maupun pasif di era

masyarakat modern. Penyakit infeksi mempunyai kontribusi besar terhadap angka kematian

penderita sampai akhir abad 20 pada populasi umum, kemudian menurun setelah ditemukan

antibiotik dan teknik pencegahan penyakit. Meskipun demikian, prevalensi infeksi sebagai

penyebab morbiditas dam mortalitas tetap tinggi pada populasi lanjut usia(Yoshikawa,

1985,1986)

Infeksi pada usia lanjut merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas nomor 2 setelah

penyakit kardiovaskuler. Hal ini terjadi akibat beberapa hal antara lain :

Adanya penyakit komorbid kronik yang cukup banyak.

Menurunnya daya tahan/imunitas terhadap infeksi.

Menurunnya daya komunikasi usila sehingga sulit/jarang mengeluh.

Sulit mengenali tanda infeksi secara dini.

Oleh karena banyaknya faktor penyebab infeksi pada lansia dan angka mortalitas yang

tinggi maka perlu tindakan cepat dalam menangani infeksi pada lansia berupa deteksi dini tanda-

tanda infeksi yang terkadang samar-samar terlihat dan memulai terapi empirik infeksi tersebut

sambil menunggu pemeriksaan penunjang untuk menentukan penatalaksanaan selanjutnya.

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 2

Page 3: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

BAB II

INFEKSI PADA LANSIA

Infeksi berarti terjadi keberadaan mikro-organisme di dalam jaringan tubuh penderita dan

mengalami replikasi. Jadi infeksi merupakan proses interaksi antara kuman(agent), pejamu(host),

dan lingkungan.

2.1 PREDISPOSISI PENYAKIT INFEKSI PADA USIA LANJUT

Faktor predisposisi pda usia lanjut yang memudahkan terjadinya infeksi antara lain :

Faktor intrinsik penderita usia lanjut akibat proses penuaan antara lain :

o Pada kulit terjadi penipisan dermis dan penurunan vaskularisasi pada kulit yang

dapat meningkatkan resiko terjadinya selulitis dan infeksi pada dekubitus.

o Pada saluran napas, terjadi penurunan fungsi dan jumlah mukosilia serta

penurunan reflek batuk memudahkan terjadinya pneumonia.

o Perubahan pada peristaltik usus yang cenderung melambat dan atrofi dari vili usus

serta menurunnya imunitas menyebabkan lansia mudah terkena gastroenteritis

akut baik yang ditularkan melalui air maupun makanan yang tercemar.

o Pada saluran kemih, terjadi pengosongan vesika urinaria yang tidak sempurna dan

penurunan keasaman urin, memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih.

o Terjadi penurunan imunitas seluler akibat penuaan pada thymus, produksi sel T

menurun, respon proliferasi sel T terhadap antigen menurun, dan terjadi

penurunan aktivitas sel T-helper dan sel T sitotoksik yang mengakibatkan supresi

imunitas.

o Berbagai penyakit kronis seperti DM, PJK, PPOK, gagal hati, dan gagal ginjal

yang diderita seorang usia lanjut juga sangat mempengaruhi daya tahan tubuh

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 3

Page 4: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

terhadap infeksi, dimana akan menghasilkan tampilan klinik ataupun pengobatan

yang jauh berbeda antara usia lanjut dan dewasa muda.

o Kondisi ko-morbid lain berupa penurunan fungsional seperti napsu makan

berkurang, kesadaran menurun, jatuh berulang, inkontinensia sering menjadi

faktor pemicu sekaligus faktor resiko terjadinya infeksi dan penurunan daya

tahan.

Faktor kuman

o Jumlah kuman yang masuk dan bereplikasi

o Virulensi kuman

Faktor lingkungan

o Apakah infeksi terjadi/didapat di masyarakat, rumah sakit, atau panti werda.

Gambar 1. Interaksi beberapa faktor predisposisi infeksi pada usia lanjut

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 4

Imunitas ↓Fisiologis

Nutrisi Proses patologis

Jumlah virulensi

Lansia

Kuman

Lingkungan :

Masyarakat

Rumah sakit

Panti werda

Page 5: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

2.2 MANIFESTASI INFEKSI PADA USIA LANJUT

Seperti juga berbagai penyakit pada usia lanjut lain, manifestasi infeksi pada usia lanjut

sering tidak khas, beberapa hal perlu diperhatikan seperti berikut ini :

Demam : seringkali tidak mencolok. Bahkan ditemukan hipotermia pada 20% penderita.

Hal ini disebabkan penurunan metabolisme basal pada orang tua sehingga suhu basal

menurun. Selain itu, faktor lain yaitu menurunnya respon berbagai sitokin pro-inflamasi

seperti IL-1, IL-6, TNFα terhadap berbagai pirogen. Ketiadaan demam selain

menyulitkan diagnosis, juga menunjukkan prognosis yang jelek, karena demam itu

sendiri menunjukkan adanya kemampuan tubuh dalam melawan infeksi.

Norman dan yoshikawa(1996) mengusulkan kriteria baru untuk suhu pada usia lanjut

sebagai berikut :

1. Peningkatan suhu tubuh ≥2˚F yang menetap dari suhu normal

2. Temperatur oral ≥37,2˚C setelah pengukuran berulang

3. Temperatur rektal ≥37,5˚C pada pengukuran berulang

Gejala tidak khas

Gejala seperti yang digambarkan pada penderita muda seringkali tidak terdapat

bahkan berubah. Gejala nyeri yang khas pada apendiksitis akut, kolesistitis akut,

meningitis, dan lain-lain sering tidak dijumpai. Batuk pada pneumonia sering tidak

muncul(menurunnya reflek batuk). Gejala infeksi yang sering dijumpai berupa penurunan

kesadaran, inkontinensia, jatuh, anoreksia, ataupun malaise.

Gejala akibat penyakit penyerta

Sering menutupi, mengacaukan, bahkan menghilangkan gejala khas akibat penyakit

utamanya, padahal pada penderita lansia penyakit ko-morbid ini sering dan banyak

terdapat.

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 5

Page 6: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

2.3 BERBAGAI INFEKSI PADA USIA LANJUT

beberapa infeksi yang sering ditemui pada lansia akan memberikan gambaran yang khas

dan perlu diperhatikan adalah seperti tercantum pada tabel.

Tabel 1. Beberapa infeksi penting pada usia lanjut

jenis infeksi catatan

Pneumonia Infeksi lansia dengan angka mortalitas

tertinggi(the old men;s friend)

Infeksi saluran kemih Penyebab sepsis terbesar pada lansia

Infeksi intra abdominal Gangren apendiks dan vesika felea terbanyak

pada lansia, divertikulitis terutama pada lansia

Infeksi jaringan lunak Dekubitus dan luka pasca operasi tersering

terjadi pada lansia

Sepsis/bakteremia Mengakibatkan 60% kematian

Endokarditis infektif Prevalensi meningkat pada lansia

Tuberkulosis Meningkat mencolok pada lansia, termasuk

yang berada di panti werdha

Artritis septika Adanya penyakit sendi yang mendahului

menyebabkan peningkatan resiko pada lansia

Tetanus 60% kasus tetanus tetanus terjadi pada lansia

Herpes zoster Post herpetic neuralgia sering timbul pertama

pada usia lanjut

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 6

Page 7: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

Tabel 2. Kuman penyebab pada beberapa infeksi lansia dibandingkan pada dewasa muda

Jenis penyakit Kuman penyebab pada usia

muda

Kuman penyebab pada

lansia

Pneumonia di masyarakat Str. Pneumonia Str.pneumonia, H. Influenza,

staf. Aureus, batang gram(-)

ISK E.Coli E.coli, proteus sp, klabsiela sp,

batang gram(-)

Meningitis Virus, Str. Pneumonia Batang gram(-)

Endokarditis infeksiosa Str. Viridans Enterokokus, str.pneumonia,

str.viridans

Sepsis Gram negatif, str. aureus Gram(-), Msubkutis,

str.aureus, streptokoki

A. Infeksi saluran kemih

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan

adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin

meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40-60 tahun mempunyai angka

prevalensi 3,2 %, sedangkan pada usia sama atau di atas 65 tahun kira-kira mempunyai

angka prevalensi ISK sebesar 20 %. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki

maupun wanita dari semua umur, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.

Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka

populasi umum, kurang lebih 5-15%.

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 7

Page 8: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

Penyebab utama prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain

disebabkan karena:

Sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat pengosongan kandung kemih

kurang efektif.

Mobilitas menurun.

Pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik.

Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.

Adanya hambatan pada aliran urin.

Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK. Mikroorganisme

yang paling sering adalah bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh

bakteri atau mikroba lain, karena itu urin dalam ginjal dan buli-buli biasanya steril.

Walaupun demikian uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh

bakteri yang jumlahnya makin kurang pada bagian yang mendekati kandung kemih.

Selain bakteri aerob, ISK juga dapat disebabkan oleh virus, ragi, dan jamur.

Penyebab terbanyak adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya

menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari Gram-negatif

ternyata E.Coli menduduki tempat teratas, yang kemudian diikuti oleh Proteus,

Klebsiela, Enterobacter, dan Pseudomonas. Virus juga sering ditemukan pada urin

tanpa ada gejala ISK akut. Adenovirus tipe 11 dan 12 diduga sebagai penyebab sistitis

hemoragik. jamur yang paling sering ialah Candida albicans dan Candida tropicalis.

Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara hematogen.

Gejala klinis ISK tidak khas dan bahkan pada sebagian pasien tanpa gejala.

Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang

biasanya terjadi bersamaan. Nyeri suprapubik dan daerah pelvis juga ditemukan.

Polakisuria terjadi akibat kandung kemih tidak dapat menampung urin lebih dari 500

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 8

Page 9: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

ml karena mukosa yang meradang sehingga sering kencing. Stranguria, tenesmus,

nokturia, sering juga ditemukan enuresis nokturnal sekunder, prostatismus, nyeri

uretra, kolik ureter dan ginjal. Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih

yang terinfeksi sebagai berikut

- Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas

di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di

daerah suprapubik.

- Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah,

demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang.

B. Pneumonia

Pneunomia adalah peradangan alat parenkim paru, distal dari bronkiolus

terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, yang disebabkan oleh

mikroorganisme (bakteri.virus,jamur,protozoa).

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri,

virus, jamur, protozoa, yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri. Penyebab

tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococcus pneumonia

yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri staphylococcus aureus dan

streptococcus aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya

influenza.

Pneumonia lobaris adalah peradangan jaringan akut yang berat yang disebabkan

oleh pneumococcus. Nama ini menunjukkan bahwa hanya satu lobus paru yang

terkena. Ada bermacam-macam pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain,

misalnya bronkopneumonia yang penyebabnya sering haemophylus influenza dan

pneumococcus.

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 9

Page 10: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia. Gejala-gejala

meliputi:

Gejala Mayor: 1.batuk

2.sputum produktif

3.demam (suhu>37,80c)

Gejala Minor: 1. sesak napas

2. nyeri dada

3. konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4. jumlah leukosit >12.000/L

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian atas

selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh kadang-

kadang melebihi 40º C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk,

dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.

Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas ,

pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar

suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang melemah. Mungkin

disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar pada stadium resolusi.

Pneumonia pada usia lanjut seringkali memberikan gejala yang tidak khas. Selain

batuk dan demam pasien tidak jarang datang dengan keluhan gangguan kesadaran

(delirium), tidak mau makan, jatuh, dan inkontinensia akut.

C. Diare akut pada lansia

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah

cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g

atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar

encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai

lendir dan darah. Diare akut adalah pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 10

Page 11: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

banyak dari normal, berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan diare kronik yaitu

diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.

Diare akut merupakan keluhan yang sering ditemukan pada orang dewasa.

Kematian yang terjadi kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada anak-

anak atau usia lanjut, dimana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap

dehidrasi sedang-berat.

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 11

Page 12: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme sbb:

1. Osmolaritas intaluminal yang meninggi, disebut diare osmotic.

Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotic intralumen dari usus halus yang

disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (a.l. MgSO4, Mg(OH)2),

malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus misalnya pada defesiensi

disararidase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.

2. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik.

Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dalam usus, dan

menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare

dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun

dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari tipe ini antara lain karena efek

enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Escherichia coli, penyakit yang

menghasilkan hormon (VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorpsi garam empedu), dan

efek obat laksatif (dioctyl sodium sulfosuksinat, dll).

3. Motilitas dan waktu transit usus abnormal.

Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga

menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara

lain: diabetes melitus, pasca vagotomi, hipertiroid.

4. Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.

Diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi,

sehingga terjadi produksi mucus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit kedalam

lumen, gangguan absorpsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan

infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi (colitis ulseratif dan penyakit Crohn).

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 12

Page 13: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

5. Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.

Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Yang berperan pada

terjadinya diare akut karena infeksi yaitu faktor pejamu (host) dan faktor kausal (agent).

Faktor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme

yang dapat menimbulkan diare akut. Terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau

lingkungan internal saluran cerna, antara lain: keasaman lambung, motilitas usus

imunitas, dan juga lingkungan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang

dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi

cairan usus halus, serta daya lekat kuman. Dari sudut kelainan usus, diare oleh

bakteri/parasit dibagi atas:

a. Non-invasif (tidak merusak mukosa).

Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri

tersebut, yang disebut diare toksigenik; misal Vibrio cholera Eltor, Enterotoxigenic

Escherichia coli (ETEC), dan Clostridium perfringens. Enterotoksin yang dihasilkan

kuman Vibrio cholera Eltor, merupakan protein yang dapat menempel pada epitel

usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan

kegiatan berlebihan nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding sel usus, sehinggga

meningkatkan kadar adenosine 3’,5’-siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang

menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air,

ion bikarbonat dan kation natrium dan kalium. Mekanisme absorpsi ion natrium

melalui mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida

(diikuti ion bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat dikompensasi oleh

meningginya absorpsi ion natrium (diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat,

klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang

diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus.

b. Invasif (merusak mukosa).

Bakteri yang merusak mukosa dari usus halus antara lain: Enteroinvasive Escherichia

coli (EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, Clostridium perfringens tipe C. Diare

disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 13

Page 14: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

sekretorik eksidatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. Walau demikian

infeksi kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai diare koleriformis.

Penyebab parasit yang sering menyebabkan diare yaitu Entamoeba histolitika dan

Giardia lamblia.

D. Infeksi traktus respiratorius

Manusia dewasa tua cenderung menderita minimal 1 infeksi saluran napas atas

per tahun. Meskipun angka kejadian ISPA lebih rendah pada dewasa tua dibanding

dengan usia muda, angka morbiditas dan mortalitas ISPA terutama yang disebabkan

oleh virus cenderung meningkat.

Penanganan pasien dengan ISPA yang disebabkan oleh virus merupakan masalah

karena cenderung susah untuk didiagnosis karena sukar dibedakan penyebabnya

antara bakteri dan virus.

Influenza A dan B, parainfluenza, coronavirus, dan rinovirus merupakan

penyebab ISPA tersering dimana influenza A merupakan penyebab morbiditas dan

mortalitas terbesar. Pencegahan influenza merupakan jalan terbaik untuk mengurangi

angka morbiditas dan mortalitas.

Gejala klasik dari influenza yaitu onset cepat demam, sefalgia, dan mialgia, yang

disertai faringitis, batuk nonproduktif, kongesti nasal. Selain itu karakteristik gejala

dari influenza yaitu nyeri retro-orbita. Makin bertambahnya usia, gejala influenza

juga akan semakin berkurang dimana hanya menyisakan demam, batuk, dan

kebingungan.

Komplikasi tersering dari influenza pada lansia yaitu pneumonia dan eksaserbasi

yang mendasari penyakit paru kronik.

Kultur virus dari sediaan swab tenggorok sangat berguna untuk menegakkan

diagnosis karena penyebab influenza cenderung sukar dibedakan dari gejala-gejala

yang terlihat karena cenderung mirip.

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 14

Page 15: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

2.4 DIAGNOSIS INFEKSI

Seperti telah dijelaskan bahwa penampilan klinis sangat bervariasi dan tidak khas. Oleh

karena itu diperlukan kewaspadaan dan kejelian pengasuh, perawat, dan dokter yang merawat

penderita, terhadap adanya perubahan yang terjadi baik perubahan fisik, kesadaran, psikis,

fungsional, dan kebiasaan sehari-hari. Bila terdapat salah satu perubahan dari yang disebutkan di

atas, maka perlu diperlukan penyebab perubahan tersebut adalah infeksi. Asesmen lengkap harus

segera dilakukan untuk memastikan apakah terjadi infeksi agar dapat cepat ditangani untuk

menghindari mortalitas.

Demam yang merupakan gejala utama dari infeksi seringkali tidak mencolok atau bahkan

sama sekali tidak terjadi pada lansia. Selain disebabkan menurunnya metabolisme basal pada

lansia sehingga menurunkan suhu basal , menurunnya respon berbagai sitokin pro-inflamasi

seperti IL-1, IL-6, TNFα terhadap berbagai pirogen juga berpengaruh. Ketiadaan demam selain

menyulitkan diagnosis, juga menunjukkan prognosis yang jelek, karena demam itu sendiri

menunjukkan adanya kemampuan tubuh dalam melawan infeksi.

Norman dan yoshikawa(1996) mengusulkan kriteria baru untuk suhu pada usia lanjut sebagai

berikut :

1. Peningkatan suhu tubuh ≥2˚F yang menetap dari suhu normal

2. Temperatur oral ≥37,2˚C setelah pengukuran berulang

3. Temperatur rektal ≥37,5˚C pada pengukuran berulang

Penilaian dimulai dari anamnesis lengkap baik auto maupun allo-anamnesa, ditanyakan

bukan hanya keluhan utama penyakit tetapi juga riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat

pengobatan, riwayat perjalanan atau lingkungannya, riwayat makan atau minum sebelumnya dan

riwayat kenapa sampai terjadinya infeksi.

Yang tak kalah penting adalah riwayat penggunaan prothese seperti katub jantung,

prothese sendi/kapsul sendi, lensa tanam, pacu jantung, graft pembuluh darah dan lain-lain.

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 15

Page 16: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

Pemeriksaan fisik lengkap perlu dilakukan organ-per organ secara teliti, termasuk

keadaan gigi, hidung, telinga, dan tenggorokan sampai colok dubur atau vagina pada wanita.

Penunjang diagnosis standar yang harus dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi antara lain

darah ruitn, urinalisa, feses,foto torak, dan bila terjadi di daerah endemik suatu penyakit maka

makan lakukan pemeriksaan terhadap jenis penyakit tersebut misalnya malaria, tifoid, hepatitis,

dan lain-lain.

Disamping penunjang diagnosis untuk infeksi, perlu dilakukan pemeriksaan lain untuk

mencari faktor penyakit ko-morbid atau penurunan fungsi organ seperti gula darah, protein

darah, ureum, kreatinin, elektrolit, analisa gas darah bila terdapat sesak napas, EKG dan lain-lain

sesuai dengan kebutuhan. Bila ternyata ada sumber infeksi maka lakukan kultur darah, urin,pus,

sekret, sputum sesuai dengan lokasi infeksi untuk mencari mikro-organisme penyebab infeksi.

Begitu diagnosis infeksi dibuat, terapi harus segera dimulai.

2.5 PENATALAKSANAAN

Terapi infeksi selalu memerlukan anti mikroba yang sesuai dengan penyebab infeksi.

Namun pada infeksi virus banyak terdapat virus yang tidak memiliki anti virus, sehingga

penatalaksanaannya lebih mengutamakan peningkatan daya tahan tubuh untuk mengeliminasi

virus tersebut. Beberapa infeksi virus seperti influenza, pneumonia, hepatitis, meningitis,

enterovirus dapat dilakukan pencegahan dengan melakukan vaksinasi. Berbagai penelitian

menunjukan hasil baik dari imunisasi pada usia lanjut untuk pencegahan terhadap infeksi virus,

terutama untuk usia lanjut dengan risiko tinggi.

Yang termasuk dalam usia lanjut dengan risiko tinggi menurut The National Health and Medical

Research Council (NHMRC) Amerika Serikat adalah sebagai berikut:

Seluruh induvidu dengan umur >65 tahun

Individu dengan asplenia baik fungsional maupun anatomi, termasuk penyakit sickle-cell

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 16

Page 17: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

Pasien immunocopromised seperti: HIV(+) sebelum muncul AIDS, nefrosis akut,

multiple mieloma, limfoma, pemyakit Hodgkin dan pasien dengan transplantasi organ.

Pasien dengan immunocompetent, tetapi menderita penyakit kronik seperti: penyakit

jantung kronik, penyakit ginjal kronik, diabetes mellitus, penyakit paru kronik, pecandu

alkohol

Orang aborigin dan Torrest Strait Islander dengan umur >50 tahun

Pasien dengan kelemahan CSF.

Untuk infeksi bakteri diperlukan terapi antibiotika yang sesuai dengan hasil kultur. Tetapi bila

hasil kultur belum ada, diperlukan terapi empiric yang sesuai dengan lokasi infeksi, lokasi

penderita, dan lokasi terjadinya infeksi. Dalam pemberian dosis dan pemilihan jenis antibiotika

pelu diingat adanya perubahan fungsi organ akibat proses menua serta komorbid yang ada pada

usia lanjut yang akan berakibat pada terjadinya perubahan distribusi obat, metabolisme obat,

ekskresi dan interaksi obat. Penuaan telah menyebabkan penurunan filtrasi glomerulus pada usia

70 tahun, sehingga diperlukan penurunan dosis obat yang diekskresi melalui ginjal.

Interaksi beberapa obat dapat meningkatkan toksisitas obat, atau penurunan efektivitas obat.

Contohnya makrolid, tetrasiklin, sulfa dll (tidak pada azitromisin) dapat meningkatkan toksisitas

digoksin, warfarin, teofilin dan terfenadin, atau pemakaian antasid atau H2 bloker akan

menurunkan efektivitas kuinolon.

Efektivitas antibiotika juga dapat berubah atau menurun karena adanya perubahan motilitas

gaster, penurunan permukaan untuk absorbsi, peningkatan jaringan adipose dan interaksi obat.

Penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut tidak hanya dengan antibiotika saja, tetapi terapi

terhadap penyakit komorbidnya dam perbaikan keadaan umum (nutrisi, hidrasi, oksigenasi,

elektrolit, albumin,dll) sangat diperlukan juga untuk mengeliminasi infeksi. Penyakit komorbid

yang berat serta keadaan umum yang jelek sering menyebabkan sepsis. Terapi nutrisi pada usia

lanjut juga sangat penting, karena itu evaluasi terhadap diet harus diperhatikan. Bila penderita

tidak dapat/mau makan seperti biasa, perlu diberikan per-sonde atau kalau perlu secara

parenteral. Cairan juga harus cukup, monitor osmolaritas plasma atau kalau perlu monitor CVP

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 17

Page 18: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

untuk mengetahui kecukupan cairan pada pederita. Peranan asuhan keperawatan yang baik

sangat diperlukan, seperti menjaga kenyamanan penderita, kebersihan penderita dan tempat

tidurnya terutama bila ada inkontinensia, mencegah terjadinya decubitus dan kontraktur pada

penderita-penderita yang tidak dapat bergerak ataupun kesadaran menurun.

Penampilan penyakit dan evaluasi infeksi pada lanjut usia

Farmakokinetik Antibiotika Pada Usia Lanjut

Antibiotika Rute primer

pembuangan

Interaksi obat

β-Laktam (penisilin,

sefalosporin, karbapenem,

monobaktam)

Ginjal

Beberapa sefalosporin

(sefoperazon, sefotetan)

Warfarin

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 18

Tampilan masalah non spesifik

(jatuh, kehilangan nafsu makan, dll)

1. Riwayat penyakit2. Temuan pemeriksaan

fisik3. Pengkajian lab dasar

Pengkajian Lab awal dan radiografi

Diagnosis spesifikTerapi organisme spesifik

Page 19: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

Makrolid (eritromisin,

klaritromisin, roksitromisin,

azitromisin)

Hati Digoksin, warfarin, terfenadin,

teofilin

Tetrasiklin Hati Digoksin, antasid, besi

Fluoroquinolon

(ciprofloksasin, ofloksasin,

levofloksasin, dll)

Ginjal Teofilin, antasid, besi

Trimetoprim-sulfametoksasol Ginjal/hati

Digoxin, procalnamide,

phenytoin, warfarin, obat

hipoglikemik oral

Vancomycin Ginjal Sedikit interaksi

Rifampisin (rifampin,

rifabutin)

Lain-lain Hati beberapa

Clindamycin Hati -

Azole anti jamur

(ketoconazole, itrakonazol,

flukonazol)

HatiBeberapa H2 bloker/antasid

*suplemen Fe2++ dan antacid menghalangi dan menghambat absorpsi quinolone dan tetracyclin.

*kadar teofilin meningkat dengan beberapa fluoroquinolon.

*Ketoconazole dam itraconazole memerlukan asam lambung untuk absorbsinya sedangkan fluconazole

tidak.

Terapi antimicrobial empirik pada usia lanjut

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 19

Page 20: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

Infeksi Terapi awal Keterangan

Didapat di masyarakat

(Community Acquired):

Penderita rawat jalan

Sinusitis akut

Bronkitis kronik

Pneumonia

Selulitis

Infeksi ulkus kaki

Infeksi saluran kemih

simtomatik

Diare infeksi

Antibiotik berhubungan

dengan diare

Herpes Zoster

Amoksilin

Amoksilin

Amox-clav/azitomycin/FQ

generasi ke 2/3

Cephalexin

Amox-clav

TMP-SMZ (wanita);FQ(pria)

FQ

Metronidazol

Famsiklovir atau valasiklovir

Amox-clav, jika sumbernya

dari gigi

Eksaserbasi infeksi

Perokok/PPOK sering

dijumpai

Terapi awal untuk infeksi kaki

diabetic

Sistitis biasa (uncomplicated

cystitis) atau pielonefritis

Kuncinya rehidrasi per oral

Panas dan nyeri abdominal

atau mual dapat disebabkan

oleh C.difficile

Harus dimulai terapi dalam 72

jam

Terapi pasien rawat inap

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 20

Page 21: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

Pneumonia

Pneumonia (berat)

Pielonefritis (tanpa kateter)

Urosepsis (dengan kateter)

Meningitis akut

Kolesistitis akut

Komplikasi kolesistitis akut

(perforasi, gangrene,

kolesistitis emfisematosa,

cholangitis)

Appendisitis

Seftriakson + makrolid

Seftriakson ditambah

makrolid/generasi 2/3 FQ

Generasi ke 3/4 sefalosporin

Generasi ke 3/4 sefalosporin

ditambah ampisilin

Seftriakson ditambah

vankomisin

Ampisilin – subaktam

ESPCN-BL + gentamycin

FQ untuk pasien alergi beta

laktam

Tambahkan Vankomisin jika

terdapat S.pneumoniae yang

sangat resisten terhadap

penisilin

Azetreonam atau FQ jika

pasien alergi beta lactam

Urosepsis berhubungan

dengan kateter sering

disebabkan oleh

polimikrobial, ditambah

dengan aerobic basilus gram

negatif

Vakomisin + TMP SMZ untuk

pasien alergi beta lactam

Sering diperlukan

pembedahan

Pembedahan gawat darurat

atau drainase eksternal

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 21

Page 22: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

Diverticulitis

kolitis iskemik

endokarditis katup

infeksi ulkus kaki diabetic

selulitis

sindrom syok septik;tanpa

diketahui penyebabnya

Sefoksitin/sefotetan/amp-

subaktam

Generasi ke 3/4 sefalosporin +

klindamisin/ESPCN-BL

Penisilin+nafsiin

Amp-subaktam atau ESPCN-

BL

Sefazolin

Imipenem/silastatin

Jika tidak ada respon, butuh

pembedahan

Intervensi pembedahan bila

terjadi perforasi dan infark

Vakomisin untuk pasien laergi

penisilin

Generasi ke 3/4 ceph. Atau FQ

dan clinda untuk penderita

alergi PCN

Vankomisin atau klindamisin

untuk penderita alergi beta

laktam

Perawatan suportif perlu

agresif

Panti rawat werda

(nursing home):

Dekubitus terinfeksi FQ +

klindamisin(PO);ESPCN-

BL(IV)

Pemerataan tekanan, nutrisi,

essential debridement;

kultur/foto Rof untuk

mengidentifikasi adanya

osteomyelitis dan MRSA

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 22

Page 23: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

Pneumonia

Urosepsis

Kolitis C.difficle

Generasi ke 2/3 FQ(PO);

seftriakson(IV)

Siprofloksasin

(PO);seftriakson(IM/IV)

metronidazol

Pertimbangan tuberculosis

Tambahkan terapi untuk

enterokokus jika memakai

kateter

Perhatian melekat untuk

mengontrol infeksi seperti

infeksi nosocomial yang

terdokumentasi

Nosokomial/rumah sakit:

Pneumonia

Urosepsis yang berhubungan

dengan kateter

Infeksi yang berhubungan

dengan kateter intravena

(selulitism phlebitis, abses,

bakteriemi)

Klindamisin + seftazidin atau

FQ; ESPCN-BL

Ampisilin + generasi ke 3/4

seph

Vankomisin

Pemilihan antibiotik

dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang mendasari kondisi medis,

status mental, alat bantu

pernapasan, antibiotic

terdahulu, pengecatan gram

sputum, resiko terhadap

MRSA

Diperlukan kultur untuk

pemilihan terapi pada

penderita

imunnocompromised,

tambahkan seftazidim;

diperlukan pembedahan pada

sepsis thrombophlebitis

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 23

Page 24: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

Diare yang berhubungan

C.difficle

Infeksi insisi jarngan post

operasi(abdominal) dengan

selulitis, abses, atau

bakteriemi.

Metronidazole

Sefazolin(infeksi ringan);

vankomisin+enerasi ke 3/4

seph(infeksi berat)

Jika mungkin putuskan

hubungan dengan

antimicrobial; perhatian untuk

kontrol infeksi

Pembukaan kembali dan

pembersihan jaringan

merupakan terapi definitif,

pemilihan antibiotic

berdasarkan kultur

Keterangan: amoks-klav., amoksilin-klavulanat; amp-sulb., ampisilin-sulbaktam; Seph., sephalosporin;

ESPCN-BL, ekstended-spektrum peicilin beta lactamase combination; FQ., Fluorokuinolon; Ticar-clav.,

tikarsilin clavulanat; TMP-SMZ, trimeto-pri-sulfametoksazol.

Catatan: pemilihan antibiotik untuk terapi empiric harus segera diganti apabila sudah ditemukan hasil

kultur dantes sensitivitas.

2.6 kesimpulan

Penyakit infeksi pada usia lanjut perlu diwaspadai pada setiap adanya perubahan

mendadak dari tingkat kesadaran, kebiasaan, maupun keadaan fisiknya. Setiap perubahan akut

yang cenderung menurun harus dipikirkan adanya penyakit infeksi dan perlu dinilai secara teliti

sampai diagnosis infeksi dapat disingkirkan. Bila terlambat akan mempertinggi angka kematian

pada usia lanjut.

Panas yang merupakan tanda kardinal penyakit infeksi, kadang tidak ditemukan pada usia

lanjut(20-35% kasus tanpa demam).

Penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut selain antibiotika yang sesuai, juga memerlukan

terapi adekuat untuk penyakit ko-morbid yang diderita pasien usia lanjut. Terapi perawatan

kompleks dan terapi suportif seperti nutrisi, cairan dan elektrolit, oksigen, dan lain-lain

DAFTAR PUSTAKA

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 24

Page 25: REFRAT Infeksi Pada Lansia Geri

Infeksi Pada Manula

Braunwald E., et al. (2004). Harrison’s Principles of Internal Medicine, 16 th ed, McGraw Hill : USA.

Darmojo, R. Boedhi, H. Hadi Martono. Buku Ajar Geriatri. Balai Penerbit FKUI. Jakarta : 1999.

Syarif, Amir, dkk. Farmakologi dan Terapi, edisi IV (dengan perbaikan). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 1995

Suyono S., Geriatri, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I,Edisi kelima, Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2009

Lonergan, Edmun T., et.al., Geriatrics: A Lange Clinical Manual. International edition. Prentice Hall International Inc. 1996

Kepaniteraan Gerontologi MedikFakultas Kedokteran Universitas Taruma NegaraPanti Werdha Kristen Hana, CiputatPeriode 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012 Page 25