refrat bipolar episode manik-edisi baru

47
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan bipolar atau mannic-depressive illness (MDI) merupakan salah satu gangguan jiwa tersering yang berat dan persisten. Gangguan bipolar ditandai dengan suatu periode depresi yang dalam dan lama, serta dapat berubah menjadi suatu periode yang meningkat secara cepat dan atau dapat menimbulkan amarah yang dikenal sebagai mania. Gejala-gejala mania meliputi kurangnya tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku yang cenderung kacau tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan fikiran berat yang mungkin atau tidak termasuk psikosis. Diantara kedua periode tersebut, penderita gangguan bipolar memasuki periode yang baik dan dapat hidup secara produktif. Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang lama dan jangka panjang. Gangguan bipolar mendasari satu spektrum kutub dari gangguan mood/suasana perasaan meliputi bipolar I (BP I), bipolar II (BP II), siklotimia (periode manik dan depresi yang bergantian/naik-turun) dan depresi yang hebat (Marlyn, 2008). Gangguan bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan dan proses berpikir. Disebut bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi 1

Upload: lilianayenisafira

Post on 29-Nov-2015

295 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan bipolar atau mannic-depressive illness (MDI) merupakan salah satu

gangguan jiwa tersering yang berat dan persisten. Gangguan bipolar ditandai dengan suatu

periode depresi yang dalam dan lama, serta dapat berubah menjadi suatu periode yang

meningkat secara cepat dan atau dapat menimbulkan amarah yang dikenal sebagai mania.

Gejala-gejala mania meliputi kurangnya tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku

yang cenderung kacau tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan fikiran berat

yang mungkin atau tidak termasuk psikosis. Diantara kedua periode tersebut, penderita

gangguan bipolar memasuki periode yang baik dan dapat hidup secara produktif. Gangguan

bipolar merupakan suatu gangguan yang lama dan jangka panjang. Gangguan bipolar

mendasari satu spektrum kutub dari gangguan mood/suasana perasaan meliputi bipolar I (BP

I), bipolar II (BP II), siklotimia (periode manik dan depresi yang bergantian/naik-turun) dan

depresi yang hebat (Marlyn, 2008).

Gangguan bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi yaitu gangguan pada

fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan dan proses

berpikir. Disebut bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi periodik

dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tak terkendali) dan depresi (Marlyn,

2008).

Pada gangguan mood bipolar I, penderita tidak hanya mengalami depresi, tetapi pada

suatu saat akan mengalami episode manik, sedangkan pada bipolar II, tidak ada episode

manik, hanya hipomanik (tidak separah manik) dan yang selalu ada adalah episode depresi.

Penyakit manik depresi biasanya diawali oleh depresi yang meliputi setidaknya satu episode

manik dalam perjalanan penyakitnya. Episode depresi berlangsung selama 3-6 bulan

(Maddock, 2003).

Di dunia, tingkat prevalensi gangguan bipolar sebagai gangguan yang lama dan

menetap sebesar 0,3 – 1,5 %. Di Amerika Serikat tingkat prevalensi ini dapat mencapai 1 – 6

%, dimana dua jenis gangguan bipolar ini berbeda pada populasi dewasa, yaitu sekitar 0,8 %

populasi mengalami BP I dan 0,5 % populasi mengalami BP II. Morbiditas dan mortalitas

1

Page 2: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

dari gangguan bipolar sangat signifikan. Banyaknya angka kehilangan pekerjaan, kerugian

yang ditimbulkan sebagai akibat dari gangguan tingkat produktivitas yang disebabkan

gangguan ini di Amerika Serikat sepanjang periode awal tahun 1990an diperkirakan sebesar

US $ 15,5 Miliar. Perkiraan lainnya sekitar 25-50% individu dengan gangguan bipolar

melakukan percobaan bunuh diri dan 11% benar-benar tewas karena bunuh diri (Marlyn,

2008).

Di Indonesia jumlah pasien yang mengalami gangguan ini tidak diketahui dengan

pasti. Sekitar 10%, individu dengan gangguan depresi mayor biasanya akan mengalami

episode manik atau hipomanik pada perkembangan penyakitnya. Onset usia yang muda,

ditemukannya gejala psikotik (menyerupai skizoprenia), dan ditemukannya episode depresi

berulang merupakan faktor resiko gangguan bipolar. Rata-rata angka morbiditas dari pasien

yang tidak diterapi adalah 14 tahun dimana akan muncul kondisi hilangnya produktivitas dan

gangguan dalam fungsi hidup sehari-hari. Dijumpai perilaku bunh diri pada 10-20% pasien.

Gangguan ini umumnya muncul pada awal usia 20 tahunan walaupun variasinya luas

(Marlyn, 2008).

Maka dari itu, dirasa perlu untuk mengetaui lebih mendalam mengenai Gangguan

Bipolar pada masing-masing periode. Pada referat ini kami akan menyoroti mengenai

Gangguan Bipolar episode manik.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari gangguan bipolar episode manik.

2. Untuk mengetahui faktor resiko dari gangguan bipolar episode manik.

3. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik dan penunjang yang harus dilakukan untuk

mendiagnosisgangguan bipolar episode manik.

4. Untuk mengetahui difference diagnosis dari gangguan bipolar episode manik.

5. Untuk mengetahui terapi lama dan baru dari gangguan bipolar episode manik.

6. Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis gangguan bipolar episode manik.

2

Page 3: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

C. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari referat ini adalah :

1. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa

2. Memberikan informasi bagi para pembaca tentang gangguan bipolar episode manik

secara menyeluruh

3. Memberikan informasi kepada pembaca gambaran tentang gangguan bipolar episode

manik untuk upaya pencegahan dan diagnosis dini

3

Page 4: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

BAB II

ISI

A. Definisi

Gangguan bipolar menurut Diagnostic And Statistical Manual Of Mental

Disorders-Text Revision edisi ke empat ialah gangguan mood yang terdiri dari paling

sedikit satu episode manik, hipomanik atau campuran yang biasanya disertai dengan

adanya riwayat episode depresi mayor (Amalina, 2011).

B. Etiologi

Penyebab gangguan bipolar multifaktor.Secara biologis dikaitkan dengan faktor

genetik dan gangguan neurotransmitter yaitu dopamin, serotonin dan noraderenalin di

otak.Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kanak-kanak, misalnya pola

asuh yang overprotectivedan authoritarian(Anonim, 2006).

C. Klasifikasi

Berdasarkan DSM-IV-TR, klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut

(Amalina, 2011):

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar

dibedakan menjadi 2, yaitu gangguan bipolar I dan II.Gangguan bipolar I atau tipe klasik

ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar

II ditandai dengan hipomanik dan depresi.PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang

berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita (Amalina, 2011).

4

Page 5: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

Dari tabel 1, dapat terlihat bahwa episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat

keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala

psikotik.Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa

ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta.Perasaan senang, sangat bersemangat

untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat adalah beberapa contoh gejala

hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena gejala-gejala tersebut tidak

mengakibatkan disfungsi social(Amalina, 2011).

Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir seluruh

pekerjaan dan aktivitas sosial.Harga diri membumbung tinggi dan terlalu optimis.Perasaan

mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi(suasana perasaan yang

meningkat).Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi waham maka diagnosis mania

dengan gejala psikotik perlu ditegakkan.Bertolakbelakang dengan hipomanik/manik, gejala pada

depresi terjadi sebaliknya.Suasana hati diliputi perasaan depresif, tiada minat dan semangat,

aktivitas berkurang, pesimis, dan timbul perasaan bersalah dan tidak berguna.Episode depresi

tersebut harus berlangsung minimal selama 2 minggu baru diagnosis dapat ditegakkan. Bila

perasaan depresi sudah menimbulkan keinginan untuk bunuh diri berarti sudah masuk dalam

depresif derajat berat(Amalina, 2011).

D. Faktor Resiko

1. Genetik

5

Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III (F31)

F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik

F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik

F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik

F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang

F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik

F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik

F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran

F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi

F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya

F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan

Page 6: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

Gen adalah sebuah bangunan. Gen yang terkandung dalam sel seseorang yang

diturunkan dari orang tua ke anak. Anak-anak dengan orang tua atau saudara yang

memiliki gangguan bipolar adalah empat sampai enam kali lebih mungkin untuk

mengembangkan penyakit, dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki keluarga

dengan riwayat gangguan bipolar. Namun, sebagian besar anak-anak dengan riwayat

keluarga bipolar tidak mengalami gangguan bipolar (National Institute of Mental

Health, 2011).

Gangguan Bipolar terutama BP I, memiliki komponen genetik utama. Bukti yang

mengindikasikan adanya peran dari faktor genetik dari gangguan Bipolar terdapat

beberapa bentuk, antara lain:

a. Perlu digaris bawahi keturunan dari orang tua yang menderita gangguan Bipolar

memiliki kemungkinan 50 % menderita gangguan psikiatrik lain. Secara genetik,

diketahui bahwa pasien dengan gangguan Bipolar tipe I, 80-90% di antaranya

memiliki keluarga dengan gangguan depresi atau gangguan Bipolar juga (yang

mana 10-20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditemukan pada populasi

umum).

b. Penelitian pada orang yang kembar menunjukkan adanya hubungan 33-90 %

menderita BP I dari saudara kembar yang identik. Anak kembar yang berasal dari

satu telur memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita gangguan yang

serupa dibandingkan anak kembar yang berasal dari dua telur, jika anak kembar

tersebut dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Rata-rata tingkat kemungkinan

pasangan kembar menderita gangguan yang sama berkisar 60-70%.

c. Penelitian pada keluarga adopsi, membuktikan bahwa lingkungan umum bukan

satu-satunya faktor yang membuat gangguan Bipolar terjadi dalam keluarga.

Anak dengan hubungan bilogis pada orang tua yang menderita BP I atau

gangguan depresif hebat memiliki resiko lebih tinggi dari perkembangan

gangguan afektif, bahkan meskipun mereka bertempat tinggal dan dibesarkan oleh

orangtua yang mengadopsi dan tidak menderita gangguan.

Namun gen bukanlah satu-satunya faktor risiko untuk gangguan bipolar. Studi

kembar identik telah menunjukkan bahwa kembar dari seseorang dengan penyakit

bipolar tidak selalu mengembangkan gangguan tersebut. Hal ini dapat terjadi pada

6

Page 7: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

kembar identik bahwa dengan gen yang sama dapat tidak tertular untuk terjadi

gangguan bipolar (National Institute of Mental Health, 2011).

2. Ras

Tidak ada kelompok ras tertentu yang memilik predileksi kecendereungan

terjadinya gangguan ini. Namun, berdasarkan sejarah kejadian yang ada, para klinisi

menyatakan bahwa kecenderungan tersering dari gangguan ini terjadi pada populasi

Afrika-Amerika(National Institute of Mental Health, 2011).

3. Jenis kelamin

Angka kejadian dari BP I, sama pada kedua jenis kelamin, namun Rapidcycling

Bipolar Disorder (gangguan dengan 4 atau lebih episode dalam setahun) lebih sering

terjadi pada wanita dibandingkan pria. Insiden BP II lebih sering pada wanita

daripada pria(National Institute of Mental Health, 2011).

4. Usia

Usia individu yang mengalami gangguan Bipolar ini bervariasi cukup besar.

Rentang usia dari keduanya, BP I dan BP II adalah antara anak-anak hingga 50 tahun,

dengan perkiraan rata-rata usia 21 tahun. Kasus ini terbanyak pada usia 15-19 tahun

dan rentang usia terbanyak kedua adalah pada usia 20-24 tahun. Sebagian penderita

yang didiagnosa dengan depresi hebat berulang mungkin saja juga mengalami

gangguan Bipolar dan baru berkembang mengalami episode manik yang pertama saat

usia mereka lebih dari 50 tahun. Mereka mungkin memiliki riwayat keluarga yang

juga menderita gangguan Bipolar. Sebagian besar menderita dengan onset manik

pada usia lebih dari 50 tahun harus dilakukan penelusuran terhadap adanya gangguan

neurologis seperti penyakit serebrovaskuler. Gangguan Bipolar juga dipengaruh oleh

beberapa faktor meliputi genetik dan lingkungan(National Institute of Mental Health,

2011).

5. Lingkungan

a. Faktor psikososial yang diketahui sering memicu timbulnya gangguan mood ini,

di antaranya tekanan lingkungan sosial, gangguan tidur, atau kejadian traumatis

lainnya seperti pola asuh masa kanak-kanak, stres yang menyakitkan, stres

kehidupan yang berat dan berkepanjangan.

7

Page 8: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

b. Pada beberapa kejadian, suatu siklus hidup mungkin berkaitan langsung dengan

stress eksternal dan tekanan eksternal yang dapat memperburuk berulangnya

gangguan pada beberapa kasus yang memang sudah memiliki predisposisi genetik

atau kimiawi.

c. Kehamilan merupakan stres tertentu bagi wanita dengan riwayat mannic-

depressive illness (MDI) dan meningkatkan kemungkinan psikosis

postpartum(National Institute of Mental Health, 2011).

E. Penegakan Diagnosis

Gangguan bipolar ditandai oleh dua episode berulang (sekurang-kurangnya dua

episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, terdiri dari

peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan

pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas

(depresi). Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2

minggu sampai 4-5 bulan, episode depesi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata

sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi satu tahun kecuali pada orang usia lanjut.

Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress

atau trauma mental lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis)

(Maslim, 2001).

Episode manik terdiri dari (Maslim, 2001). :

a. Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik (F31.0)

Pedoman diagnostik gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik (F31.0)

Untuk menegakkan diagnostik pasti (Maslim, 2001).

1) Episode yang sekarang harus memenuhi kiteria hipomania (F30.0)

2) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,

deprsif, atau campuran) di masa lampau.

Pedoman diagnostik hipomania (F 30.0) (Maslim, 2001).

1) Derajat gangguan yang lebh ringan dari mania (F 30.1) afek yang meninggi atau

berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang-kurangnya

beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan

8

Page 9: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

melebihi apa yang digambarkan bagi siklotima (F34.0) dan tidak disertai

halusinasi atau waham.

2) Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai

dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kekacauan itu berat atau mnyeluruh

maka diagnosis mania harus ditegakkan.

b. Gangguan afektif bipolar, episode kini tanpa gejala psikotik (F31.1)

Pedoman diagnostik gangguan bipolar episode kini manik tanpa gejala psikotik

menurut PPDGJ III (F31.1) (Maslim, 2001):

1. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik

(F30.1); dan

2. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,

depresif, atau campuran di masa lampau).

Pedoman diagnostik F30.1 mania tanpa gejala psikotik (Maslim, 2001):

1. Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya satu minggu, dan cukup berat

sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial

yan biasa dilakukan.

2. Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi

aktivitas berlebih, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang

berkurang, ide-ide perihal kebesaran dan terlalu optimistik.

c. Gangguan afektif bipolar, episode kini dengsn gejala psikotik (F31.2)

Pedoman diagnostik gangguan bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik

menurut PPDGJ III (F31.2) (Maslim, 2001):

1. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala

psikotik (F30.2) dan

2. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,

depresif, atau campuran di masa lampau).

Pedoman diagnostik F30.2 mania dengan gejala psikotik (Maslim, 2001):

1. Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania

tanpa psikotik)

9

Page 10: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

2. Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi

waham kebesaan, iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar, waham dan

halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut.

Untuk mendiagnosis gangguan bipolar episode manic dengan anamnesis yang

terdiri dari alloanamnesis dengan keluarga, saudara, atau teman pasien yang paham

kondisi pasien, selain itu autoanamnesis atau anamnesis terhadap pasien sendiri.

Pemeriksaan lain seperti fisik diagnostik, status mentalis, laboratorium, dan radiologi bila

diperlukan (Videbeck, 2008).

1. Anamnesis (Alloanamnesis)

a. Riwayat Gangguan Sekarang

Gejala-gejala dari tahap gangguan bipolar episode mania adalah sebagai berikut

(Tomb, 2003).:

1. Gembira berlebihan

2. Mudah tersinggung sehingga mudah marah

3. Merasa dirinya sangat penting

4. Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain

5. Penuh ide dan semangat baru

6. Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya

7. Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar

8. Nafsu seksual meningkat

9. Menyusun rencana yang tidak masuk akal

10. Sangat aktif dan bergerak sangat cepat

11. Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan

12. Menghamburkan uang

13. Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan

14. Merasa sangat mengenal orang lain

15. Mudah melempar kritik terhadap orang lain

16. Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari

17. Sulit tidur

18. Merasa sangat bersemangat, seakan-akan 1 hari tidak cukup 24 jam

b. Riwayat Gangguan Dahulu

10

Page 11: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

Riwayat stress, riwayat melahirkan, riwayat epilepsi, riwayat trauma pasca

operasi, riwayat penggunaan obat antidepresan, alkohol, antikonvulsan,

bronkodilator, cimetidin, dekongestan, disulfiram, halusinogen, steroid, isoniazid,

prokainamid. Selain itu, seorang penderita bipolar disorder ( gangguan bipolar)

yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai

riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak

kegelisahan atau depresi (Videbeck, 2008).

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Memiliki keluarga dengan riwayat yang sama. Gen bawaan adalah faktor

umum penyebab bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah

satunya merupakan pengidap bipolar disorder memiliki resiko mengidap penyakit

yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua orang tuanya mengidap bipolar

disorder, maka 50%-75%. anak-anaknya beresiko mengidap bipolar disorder.

Kembar identik dari seorang pengidap bipolar disorder memiliki resiko tertinggi

kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik.

Penelitian mengenai pengaruh faktor genetis pada bipolar disorder pernah

dilakukan dengan melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari pasien yang mengalami

gangguan bipolar disorder pernah mengalami satu episode gangguan mood

(Carpenito, 2009).

d. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya

penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa

pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan

antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa

pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari

pekerjaan. Stres dapat memicu gangguan bipolar pada seseorang dengan

kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan perubahan drastis atau

tiba-tiba-baik atau buruk-seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi,

kehilangan orang yang dicintai, dipecat (Videbeck, 2008).

e. Perubahan Musiman. Episode mania dan depresi sering mengikuti pola musiman.

11

Page 12: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

Manik episode lebih sering terjadi selama musim panas, dan episode

depresif lebih sering terjadi selama musim dingin, musim gugur, dan musim semi

(untuk negara dengan 4 musim). Kurang tidur atau sesedikit melewatkan beberapa

jam istirahat bisa memicu episode mania (Tomb, 2003)

2. Autoanamnesis Episode Manik (Tomb, 2003):

a. Deskriksi Umum atau kesan umum

1. Penampilan : umumnya pasien dalam episode manik penampilannya rapi,

menggunakan pakaian yang berwarna cerah, terkadang tidak tampak sakit

jiwa.

2. Tatapan mata: bias berbinar atau hidup, dan sering mengarah pada orang yang

mengajak bicara, misalnya pemeriksa.

b. Sikap : pasien episode manik biasanya kooperatif atau mau bekerja sama dengan

pemeriksa, tetapi sedikit agresif.

c. Tingkah laku : biasanya hiperaktif (aktivitas motorik meningkat), bersemangat,

dan terkadang seperti menantang.

d. Orientasi

1) Waktu : bisa baik, bisa buruk

2) Orang : bias baik, bisa buruk

3) Tempat: bias baik, bisa buruk

4) Situasi : bisa baik, bisa buruk

e. Kesadaran :compos mentis

f. Proses pikiran

1) Bentuk pikir : bisa realistis atau nonrealistsc, pada hipomanik, manik tanpa

psikosis umumnya realitis atau sesuai kenyataan. Sedangkan pada manik

dengan gejala psikosis bentuk pikirnya nonrealistik karena pasien dengan

psikosis mempunyai waham dan atau halusinasi.

2) Isi pikir: terdapat waham atau tidak. Isi pikirannya termasuk tema

kepercayaan dan kebesaran diri, sering kali perhatiannya mudah dialihkan

3) Progresi pikir: fligh of idea atau penuturan pikiran dan pembicaraan yang

meloncat-loncat, logorrhea atau intonasi bicara keras dan cepat alurnya

banyak bicara tidak dapat disela, sirkumtangensial atau bicara memutar-mutar.

12

Page 13: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

g. Roman muka: biasanya banyak mimik

h. Afek: terkadang afek inappropriate atau afek tidak sesuai , selain itu pasien

manik biasanya euforik dan lekas marah. Mereka memiliki toleransi frustasi yang

rendah, yang dapat menyebabkan perasaan kemarahan dan permusuhan. Secara

emosional adalah labil, beralih dari tertawa menjadi lekas marah .

i. Gangguan Persepsi : jika nonpsikosis tidak ada halusinasi, tetapi jika psikosis ada

halusinasi.

j. Hubungan jiwa: jika non psikosis hubungan jiwa bias masih baik, tetapi jika

psikosis umumnya hubungan jiwa cenderung buruk.

k. Perhatian : bias mudah ditarik atau sukar ditarik, dan mudah dicantum atau sukar

dicantum.

l. Insight/ tilikan berbeda-beda setiap pasien:

Jenis - jenis tilikan:

1) Tilikan derajat 1: penyangkalan total terhadap penyakitnya

2) Tilikan derajat 2: ambivalensi terhadap penyakitnya

3) Tilikan derajat 3: menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya

4) Tilikan derajat 4: menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namum tidak

memahami penyebab sakitnya

5) Tilikan derajat 5: menyadari penyakitnya dan faktor - faktor yang

berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku

praktisnya

6) Tilikan derajat 6 (sehat): menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya

disertai motivasi untuk mencapai perbaikan

F. Penatalaksanaan

1. Farmakologi

a. Lini I

Litium, divalproat, olanzapin, risperidon, quetiapin, quetiapin XR, aripiprazol,

litium atau divalproat + risperidon, litium atau divalproat + quetiapin, litium atau

divalproat + olanzapin, litium atau divalproat + aripiprazol.

b. Lini II

Karbamazepin, TKL*, litium + divalproat, paliperidon.

13

Page 14: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

c. Lini III

Haloperidol, klorpromazin, litium atau divalproat haloperidol, litium +

karbamazepin, klozapin.

Tidak direkomendasikanGabapentin, topiramat, lamotrigin, risperidon+

karbamazepin, olanzapin + karbamazepin(Tim PDSKJI, 2010).

Masing – masing obat dapat dijelaskan sebagai berikut (Tim PDSKJI, 2010):

a. Stabilisator Mood

1. Litium

Litium sudah digunakan sebagai terapi mania akut sejak 50 tahun yang lalu. Ia

lebih superior bila dibandingkan dengan plasebo.

Farmakologi

Sejumlah kecil litium terikat dengan protein. Litium dieksresikan dalam bentuk

utuh hanya melalui ginjal.

Indikasi

Episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat sebagai

terapi rumatan GB.

Dosis

Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan menitrasi

dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0-1,4 mEq/L.

Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari. Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis untuk

mengatasi keadaan akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan untuk terapi

rumatan. Untuk terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEql/L. Dosis

kecil dari 0,4 mEq/L, tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya, gejala

toksisitas litium dapat terjadi bila dosis 1,5 mEq/L.

Efek samping

Efek samping yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor, somnolen,

penambahan berat badan, dan penumpulan kognitif. Neurotoksisitas, delirium,

dan ensefalopati dapat pula terjadi akibat penggunaan litium. Neurotoksisitas

bersifat ireversibel. Akibat intoksikasi litium, defisit neurologi permanen dapat

terjadi misalnya, ataksia, defisist memori, dan gangguan pergerakan. Untuk

mengatasi intoksikasi litium, hemodialisis harus segera dilakukan. Litium dapat

14

Page 15: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

merusak tubulus ginjal. Faktor risiko kerusakan ginjal adalah intoksikasi litium,

polifarmasi dan adanya penyakit fisik lainnya. Pasien yang mengonsumsi litium

dapat mengalami poliuri. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk banyak

meminum air.

Pemeriksaan Laboratorium

Sebelum memberikan litium, fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) dan fungsi

tiroid, harusdiperiksa terlebih dahulu. Untuk pasien yang berumur di atas 40

tahun, pemeriksaan EKG harusdilakukan. Fungsi ginjal harus diperiksa setiap 2-

3 bulan dan fungsi tiroid dalam enam bulanpertama. Setelah enam bulan, fungsi

ginjal dan tiroid diperiksa sekali dalam 6-12 bulan atau bilaada indikasi.

Efek Samping Obat

Penggunaan litium pada wanita hamil dapat menimbulkan malformasi janin.

Kejadiannyameningkat bila janin terpapar pada kehamilan yang lebih dini.

Wanita dengan GB yang derajatnya berat, yang mendapat rumatan litium, dapat

melanjutkan litium selama kehamilan bilaada indikasi secara klinis. Kadar

litium darahnya harus dipantau dengan seksama. PemeriksaanUSG untuk

memantau janin, harus dilakukan. Selama kehamilannya, wanita tersebut

harusdisupervisi oleh ahli kebidanan dan psikiater. Sebelum kehamilan terjadi,

risiko litium terhadapjanin dan efek putus litium terhadap ibu harus

didiskusikan(Tim PDSKJI, 2010).

3. Valproat

Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai

antimania.

Valproat tersedia dalam bentuk:

Preparat oral:

a. Sodium divalproat, tablet salut, proporsi antara asam valproat dan

sodiumvalproat adalah sama (1:1)

b. Asam valproat

c. Sodium valproat

d. Sodium divalproat, kapsul yang mengandung partikel-partikel salut yang

dapat dimakan secara utuh atau dibuka dan ditaburkan ke dalam makanan.

15

Page 16: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

e. Divalproat dalam bentuk lepas lambat, dosis sekali sehari.

Preparat intravena

Preparat supositoria

Farmakologi

Terikat dengan protein. Diserap dengan cepat setelah pemberian oral.

Konsentrasi puncak plasma valproat sodium dan asam valproat dicapai dalam

dua jam sedangkan sodium divalproat dalam 3-8 jam. Awitan absorbsi

divalproat lepas lambat lebih cepat bila dibandingkan dengan tablet biasa.

Absorbsi menjadi lambat bila obat diminum bersamaan dengan makanan. Ikatan

valproat dengan protein meningkat bila diet mengandung rendah lemak dan

menurun bila diet mengandung tinggi lemak.

Dosis

Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat dalam serum

berkisar antara 45 -125 g/mL. Untuk GB II dan siklotimia diperlukan divalproat

dengan konsentrasi plasma 50 g/mL. Dosis awal untuk mania dimulai dengan

15-20 mg/kg/hari atau 250 – 500 mg/hari dan dinaikkan setiap 3 hari hingga

mencapai konsentrasi serum 45- 125 g/mL. Efek samping, misalnya sedasi,

peningkatan nafsu makan, dan penurunan leukosit serta trombosit dapat terjadi

bila konsentrasi serum 100 g/mL. Untuk terapi rumatan, konsentrasi valproat

dalam plasma yang dianjurkan adalah antara 75-100 g/mL.

Indikasi

Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor akut, terapi

rumatan GB, mania sekunder, GB yang tidak berespons dengan litium, siklus

cepat, GB pada anak dan remaja, serta GB pada lanjut usia.

Efek Samping

Valproat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat terjadi, misalnya

anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat ringan) enzim

transaminase, sedasi, dan tremor. Efek samping ini sering terjadi pada awal

pengobatan dan bekurang dengan penurunan dosis atau dengan berjalannya

waktu. Efek samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada penggunaan asam

16

Page 17: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

valproat dan valproat sodium bila dibandingkan dengan tablet salut sodium

divalproat(Tim PDSKJI, 2010).

4. Lamotrigin

Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia menghambat

kanal Na+. Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat.

Farmakokinetik

Lamotrigin oral diabsorbsi dengan cepat. Ia dengan cepat melewati sawar otak

dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2-3 jam. Sebanyak 10% lamotrigin

dieksresikan dalam bentuk utuh.

Indikas i

Efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut maupun

rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat.

Dosis

Berkisar antara 50-200 mg/hari.

Efek Samping

Sakit kepala, mual, muntah, pusing, mengantuk, tremor, dan berbagai bentuk

kemerahan di kulit(Tim PDSKJI, 2010).

b. Antipsikotika atipik

Baik monoterapi maupun kombinasi terapi, efektif sebagai terapi lini

pertama untuk GB. Beberapa antipsikotika atipik tersebut adalah olanzapin,

risperidon, quetiapin, dan aripiprazol.

1. Risperidon

Risperidon adalah derivat benzisoksazol. Ia merupakan antipsikotika atipik

pertama yang mendapat persetujuan FDA setelah klozapin.

Absorbsi

Risperidon diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Ia dimetabolisme

oleh enzim hepar yaitu CYP 2D6.

Dosis

Untuk preparat oral, risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan yaitu tablet

dan cairan. Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan besoknya dapat

17

Page 18: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

dinaikkan hingga mencapai dosis 4 mg/hari. Sebagian besar pasien

membutuhkan 4-6 mg/hari. Risperidon injeksi jangka panjang (RIJP) dapat

pula digunakan untuk terapi rumatan GB. Dosis yang dianjurkan untuk orang

dewasa atau orang tua adalah 25 mg setiap dua minggu. Bila tidak berespons

dengan 25 mg, dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg - 50 mg per dua

minggu.

Indikasi

Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk terapi rumatan

Efek Samping

Sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitasi, peningkatan berat badan,

berkurangnya gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada

risperidon bila dibandingkan dengan pada plasebo. Meskipun risperidon tidak

terikat secara bermakna dengan reseptor kolinergik muskarinik, mulut kering,

mata kabur, dan retensi urin, dapat terlihat pada beberapa pasien dan sifatnya

hanya sementara. Peningkatan berat badan dan prolaktin dapat pula terjadi

pada pemberian risperidon(Tim PDSKJI, 2010).

2. Olanzapin

Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki

afinitas terhadap dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2);

muskarinik, histamin 1(H1), dan 1- adrenergik.

Indikasi

Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode akut mania

dan campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi rumatan GB.

Dosis

Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari.

Efek Samping

Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang setelah beberapa

lama. Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya sangat rendah

dan tidak menyebabkan penghentian pengobatan. Risiko terjadinya diabetes

tipe-2 relatif tinggi bila dibandingkan dengan antipsikotika atipik lainnya.

18

Page 19: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

Keadaan ini dapat diatasi dengan melakukan psikoedukasi, misalnya merubah

gaya hidup, diet dan latihan fisik(Tim PDSKJI, 2010).

3. Quetiapin

Quetiapin merupakan suatu derivat dibenzotiazepin yang bekerja

sebagai antagonis 5- HT1A dan 5-HT2A, dopamin D1, D2, histamin H1 serta

reseptor adrenergik 1 dan2. Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan

relatif lebih tinggi terhadap serotonin 5-HT2A.

Dosis

Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari. Tersedia

dalam bentuk tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200

mg, dan 300 mg, dengan pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia

quetiapin-XR dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.

Indikasi

Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran, siklus

cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.

Efek Samping

Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik. Sedasi merupakan efek

samping yang sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang dengan

berjalannya waktu. Perubahan dalam berat badan dengan quetiapin adalah

sedang dan tidak menyebabkan penghentian pengobatan. Peningkatan berat

badan lebih kecil bila dibandingkan dengan antipsikotika tipik(Tim PDSKJI,

2010).

4. Aripiprazol

Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamin-serotonin.

Farmakologi

Aripiprazol merupakan agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-HT1A serta

antagonis 5- HT2A. Ia juga mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor D3,

afinitas sedang pada D4, 5-HT2c, 5-HT7,1- adrenergik, histaminergik (H1),

dan serotonin reuptake site (SERT), dan tidak terikat dengan reseptor

muskarinik kolinergik.

19

Page 20: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

Dosis

Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg. Kisaran dosis

efektifnya per hari yaitu antara 10-30 mg. Dosis awal yang direkomendasikan

yaitu antara 10 - 15 mg dan diberikan sekali sehari. Apabila ada rasa mual,

insomnia, dan akatisia, dianjurkan untuk menurunkan dosis. Beberapa

klinikus mengatakan bahwa dosis awal 5 mg dapat meningkatkan tolerabilitas.

Indikasi

Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut. Ia

juga efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi

tambahan pada GB I, episode depresi.

Efek Samping

Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anksietas, dan mual merupakan

kejadian yang tidak diinginkan yang dilaporkan secara spontan oleh kelompok

yang mendapat aripiprazol. Efek samping ekstrapiramidalnya tidak berbeda

secara bermakna dengan plasebo. Akatisia dapat terjadi dan kadang-kadang

dapat sangat mengganggu pasien sehingga sering mengakibatkan penghentian

pengobatan. Insomnia dapat pula ditemui. Tidak ada peningkatan berat badan

dan diabetes melitus pada penggunaan aripiprazol. Selain itu, peningkatan

kadar prolaktin juga tidak dijumpai. Aripiprazol tidak menyebabkan

perubahan interval QTc(Tim PDSKJI, 2010).

3. Antidepresan

Antidepresan efektif untuk mengobati GB, episode depresi. Penggunaannya

harus dalam jangka pendek. Penggunaan jangka panjang berpotensi meginduksi

hipomania atau mania. Untuk menghindari terjadinya hipomania dan mania,

antidepresan hendaklah dikombinasi dengan stabilisator mood atau dengan

antipsikotika atipik (Marionate, 2008).

2. Intervensi Psikososial

Intervensi psikososial meliputi berbagai pendekatan misalnya, cognitive

behavioral therapy (CBT), terapi keluarga, terapi interpersonal, terapi kelompok,

20

Page 21: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

psikoedukasi, dan berbagaibentuk terapi psikologi atau psikososial lainnya. Intervensi

psiksosial sangat perlu untukmempertahankan keadaan remisi (Marionate, 2008).

3. Rawat Inap

Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada fase dari

episodenya, seperti depresi atau manic, dan derajat keparahan fase tersebut.Contoh,

seseorang dengan depresi yang ekstrim dan menunjukkan perilaku bunuh diri

memerlukan/mengindikasikan pengobatan rawat inap.Sebaliknya, seseorang dengan

depresi moderat yang masih dapat bekerja, diobati sebagai pasien rawat jalan (Tim

PDSKJI, 2010).

Pengobatan pasien rawat inap : indikasi seseorang dengan gangguan bipolar untuk

dirawat inap adalah sebagai berikut (Tim PDSKJI, 2010):

a. Berbahaya untuk diri sendiri : Pasien yang terutama dengan episode depresif,

dapat terlihat dengan resiko yang signifikan untuk bunuh diri. Percobaan bunuh

diri yang serius dan ideasi spesifik dengan rencana menghilangkan bukti,

memerlukan observasi yang ketat dan perlindungan pencegahan. Namun, bahaya

bagi penderita bisa datang dari aspek lain dari penyakit, contohnya seorang

penderita depresi yang tidak cukup makan beresiko kematian, sejalan dengan itu,

penderita dengan manik yang ekstrim yang tidak mau tidur atau makan mungkin

mengalami kelelahan yang hebat.

b. Berbahaya bagi orang lain : Penderita gangguan bipolar dapat mengancam nyawa

ornag lain, contohnya seorang penderita yang mengalami depresi yang berat

meyakini bahwa dunia itu sangat suram/gelap, sehingga ia berencana untuk

membunuh anaknya untuk membebaskan mereka dari kesengsaraan dunia

c. Ketidakmampuan total dari fungsi : Adakalanya depresi yang dialami terlalu

dalam, sehingga orang tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali,

meninggalkan orang seperti ini sendirian sangat berbahaya dan tidak

menyembuhkannya.

d. Tidak dapat diarahkan sama sekali : Hal ini benar-benar terjadi selama episode

manik. Dalam situasi ini, perilaku penderita sangat di luar batas, mereka

menghancurkan karir dan berbahaya bagi orang di sekitarnya.

21

Page 22: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

e. Kondisi medis yang harus dimonitor : Contohnya penderita gangguan jiwa yang

disertai gangguan jantung harus berada di lingkungan medi, dimana obat

psikotropik dapat dimonitor dan diobservasi.

Rawat inap parsial atau program perawatan sehari

Secara umum, penderita ini memiliki gejala yang berat namun memiliki

tingkat pengendalian dan lingkungan hidup yang stabil. Contohnya, penderita dengan

depresi berat yang berpikir akan bunuh diri tapi tidak berencana untuk melakukannya

dan dapat memiliki tingkat motivasi yang tinggi bila diberi banyak dukungan

interpersonal, terutama sepanjang hari dan dengan bantuan dan keterlibatan dari

keluarga. Keluarga harus selalu berada di rumah setiap malamdan harus peduli

terhadap penderita.Rawat inap parsial juga menjembatani untuk bisa segera kembali

bekerja.Kembali secara langsung ke pekerjaan seringkali sulit bagi penderita dengan

gejala yang berat, dan rawat inap parsial memberi dukungan dan hubungan

interpersonal (Tim PDSKJI, 2010).

Pengobatan rawat jalan memiliki 4 tujuan utama, yaitu (Tim PDSKJI, 2010):

a. Pertama, lihat stresornya dan cari cara untuk menanganinya. Stres ini bisa berasal

dari keluarga atau pekerjaan, namun bila terakumulasi, mereka mendorong

penderita menjadi manic atau depresi. Hal ini merupakan bagian dari psikoterapi.

b. Kedua, memonitor dan mendukung pengobatan. Pengobatan membuat perubahan

yang luar biasa. Kuncinya adalah mendapatkan keuntungan dan mencegah efek

samping. Penderita memiliki rasa yang bertentangan dengan pengobatan mereka.

Mereka mengetahui bahwa obat membantu dan mencegah mereka untuk dirawat

inap, namun mereka juga menyangkal memerlukannya. Oleh karena itu, harus

dibantu untuk mengarahkan perasaan mereka dan membantu mereka untuk mau

melanjutkan pengobatan. Ketiga, membangun dan memelihara sekumpulan orang

yang peduli. Hal ini merupakan satu dari banyak alasan bagi para praktisi setuju

dengan ambivalensi penderita tentang pengobatan. Seiring perjalanan waktu,

kekuatan sekumpulan orang yang peduli membantu mempertahankan gejala

penderita dalam keadaan minimum dan membantu penderita tinggal dan diterima

di masyarakat. Keempat, aspek yang melibatkan edukasi. Klinisi harus membantu

edukasi bagi penderita dan keluarga tentang penyakit bipolar. Mereka harus sadar

22

Page 23: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

dan waspada terhadap bahaya penyalahgunaan zat, situasi yang mungkin memicu

kekambuhan, dan peran pengobatan yang penting. Dukungan kelompok bagi

penderita dan keluarga memiliki arti penting yang sangat luar biasa.

c. Keadaan kesehatan tubuh penderita gangguan bipolar juga harus diperhatikan

oleh para praktisi, termasuk keadaan kardiovaskular, diabetes, masalah endokrin,

infeksi, komplikasi sistem urinari, dan gangguan keseimbangan elektrolit

f. Diagnosis Banding

1. Gangguan Bipolar II

Ciri khas yang penting pada gangguan bipolar II secara klinis adalah ditandai

dengan munculnya satu atau lebih episode defresi berat yang disertai dengan episode

hipomanik. Adanya episode manik atau episode campuran menyingkirkan diagnosis

gangguan bipolar II. Selain itu gejala mood pada depresi berat dan hipomanik

dimasukan kedalam gangguan skizoafektif (Kaplan, 2005).

2. Gangguan Siklotimik

Gejala gangguan siklotimik adalah identik dengan gejala yang ditemukan pada

gangguan bipolar I. Gejalanya sama dalam segi keparahannya tetapi dengan durasi

yang lebih singkat dari pada yang terlihat pada gangguan bipolar I. Penyalahgunaan

alkohol dan penyalahgunaan zat lain sering ditemukan pada pasien gangguan

siklotimik. Yang mengguanakan zat untuk mengobati dirinya sendiri( dengan alkohol,

benzodiazepin) (Kaplan, 2005).

g. Komplikasi

1. Gangguan neurologis atau Emosional

Pasien dengan gangguan bipolar, terutama tipe II atau gangguan cyclothymic,

memiliki episode sering depresi berat. Gangguan kecemasan, seperti gangguan

panik, Pasien dengan gangguan bipolar, terutama mereka dengan tipe II, mengalami

fobia. Gejala gangguan bipolar pada anak-anak sering bingung dengan perhatian-

deficit hyperactivity disorder (ADHD), ADHD mempengaruhi anak usia sekolah

sehingga mengalami kegelisahan, bertindak impulsif, dan kurangnya fokus yang

mengganggu kemampuan mereka untuk belajar dengan baik(Smith, 2007).

2. Bunuh diri

23

Page 24: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

Risiko bunuh diri sangat tinggi pada pasien yang menderita gangguan bipolar

dan yang tidak menerima perhatian medis. Antara 10 - 15% dari pasien dengan

gangguan bipolar I bunuh diri, dengan risiko yang tertinggi selama episode depresi

atau mania campuran (depresi dan mania simultan). Pasien yang menderita gangguan

kecemasan juga beresiko lebih besar untuk bunuh diri(Smith, 2007).

Banyak pra-remaja dengan gangguan bipolar lebih sakit parah daripada orang

dewasa dengan penyakit, dan risiko bunuh diri tinggi. Mereka memiliki risiko lebih

tinggi untuk mania campuran, ganda dan sering siklus, dan durasi panjang penyakit

tanpa periode baik(Smith, 2007).

3. Efek Perilaku dan Emosional fase manik

Sebagian kecil pasien gangguan bipolar menunjukkan produktivitas tinggi atau

kreativitas selama fase manik. Pemikiran menyimpang dan gangguan penilaian yang

merupakan ciri khas dari episode manik dapat menyebabkan perilaku berbahaya,

termasuk(Smith, 2007):

a. Menghabiskan uang menyebabkan kehancuran finansial

b. Marah, perilaku paranoid, dan bahkan kekerasan

c. Perilaku terbuka promiscuous

Perilaku seperti ini sering diikuti dengan rendah diri dan rasa bersalah, yang

dialami selama fase depresi. Selama semua tahapan penyakit, pasien perlu

diingatkan bahwa gangguan mood akan berlalu dan beratnya bisa dikurangi

dengan pengobatan.

4. Penyalahgunaan Zat

Merokok adalah umum di antara pasien dengan gangguan bipolar, terutama

mereka yang memiliki gejala psikotik sering atau berat. Beberapa dokter

berspekulasi bahwa, seperti dalam skizofrenia, penggunaan nikotin dapat menjadi

bentuk pengobatan sendiri karena efek tertentu pada otak(Smith, 2007).

Hingga 60% dari pasien dengan gangguan bipolar penyalahgunaan zat lain

(paling sering alkohol, diikuti dengan ganja atau kokain) di beberapa titik

dalamperjalanan penyakit mereka.Berikut ini adalah faktor risiko untuk alkoholisme

dan penyalahgunaan zat pada pasien dengan gangguan bipolar(Smith, 2007):

a. Setelah episode campuran daripada yang mania murni

24

Page 25: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

b. Menjadi seorang pria dengan gangguan bipolar

5. Asosiasi dengan Penyakit Fisik

Orang dengan penyakit mental memiliki insiden yang lebih tinggi dari kondisi

medis, termasuk penyakit jantung, asma dan masalah paru-paru lainnya, gangguan

pencernaan, infeksi kulit, diabetes, hipertensi, sakit kepala migrain, hipotiroidisme,

dan kanker. Pasien dengan gangguan bipolar juga kurang mungkin untuk menerima

perawatan medis dibandingkan orang tanpa gangguan mental. Penyalahgunaan zat,

termasuk merokok, alkoholisme, dan penyalahgunaan narkoba, juga berkontribusi

pada banyak masalah ini serta mengurangi akses ke perawatan. Obat yang digunakan

untuk gangguan bipolar juga dapat meningkatkan risiko untuk masalah

kesehatan(Smith, 2007).

Namun, orang dengan gangguan bipolar dan penyakit mental lainnya memiliki

risiko lebih tinggi untuk sejumlah kondisi ini independen dari faktor tersebut (Smith,

2007):

a. Diabetes

Diabetes didiagnosis hampir tiga kali lebih sering pada orang dengan

gangguan bipolar daripada di populasi umum. Banyak pasien dengan gangguan

bipolar mengalami kelebihan berat badan, dengan sekitar 25% memenuhi kriteria

untuk obesitas. Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko yang signifikan

untuk diabetes dan sehingga mungkin menjadi faktor umum di kedua penyakit.

Obat yang digunakan untuk mengobati bipolar juga dapat menyebabkan

kenaikan berat badan dan diabetes. Faktor genetik umum pada diabetes dan

gangguan bipolar dapat menyebabkan gangguan langka yang disebut sindrom

Wolfram dan masalah lain dengan metabolisme karbohidrat.

b. Tekanan Darah Tinggi

Pasien dengan gangguan bipolar mungkin berada pada risiko yang lebih

tinggi untuk tekanan darah tinggi (hipertensi) dibandingkan pasien tanpa

gangguan. Tingginya prevalensi hipertensi pada pasien dengan gangguan bipolar

juga dapat menjelaskan risiko lebih besar untuk penyakit dan kematian dari

kondisi yang berhubungan dengan jantung.

c. Migraine Headaches

25

Page 26: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

Migrain adalah umum pada pasien dengan sejumlah penyakit mental, tetapi

mereka sangat umum di antara pasien dengan gangguan bipolar II. Pasien dengan

bipolar II menderita migrain lebih sering dibandingkan pasien dengan bipolar I,

menunjukkan bahwa faktor biologis yang berbeda mungkin terlibat dengan

setiap bentuk bipolar.

d. Hypothyroidism

Hypothyroidism (tingkat tiroid yang rendah) adalah efek samping yang

umum dari lithium, pengobatan standar untuk bipolar. Namun, bukti juga

menunjukkan bahwa pasien, khususnya perempuan, mungkin berada pada risiko

yang lebih tinggi untuk tingkat tiroid rendah terlepas dari obat yang mereka

gunakan. Hypothyroidism mungkin, pada kenyataannya, menjadi faktor risiko

untuk gangguan bipolar pada beberapa pasien.

h. Prognosis

Gangguan bipolar dapat parah dan jangka panjang, atau dapat ringan dengan

episode jarang. Pasien dengan penyakit ini dapat mengalami gejala dengan cara yang

sangat berbeda. Sebuah khas gangguan bipolar pasien rata-rata 8-10 manik atau episode

depresif selama seumur hidup. Namun, beberapa orang mengalami episode lebih dan

beberapa sedikit(Smith, 2007).

Dari segi medis, pasien dengan gangguan bipolar memiliki tingkat kematian yang

lebih tinggi akibat bunuh diri, masalah jantung, dan kematian dari semua penyebab

dibandingkan populasi umum. Pasien yang mendapatkan pengobatan, bagaimanapun,

mengalami peningkatan besar dalam tingkat kelangsungan hidup, termasuk kematian

akibat bunuh diri.

a. Bipolar Cycles.

Dalam kebanyakan kasus gangguan bipolar, fase depresi jauh melebihi jumlah

fase manik, dan siklus mania dan depresi yang tidak teratur atau diprediksi. Banyak

pasien mengalami mania campuran, atau keadaan campuran, di mana kedua mania

dan depresi hidup berdampingan selama 7 hari(Smith, 2007).

b. Bersepeda cepat.

26

Page 27: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

Sekitar 15% pasien dengan gangguan tersebut memiliki sementara, fase yang rumit

yang dikenal sebagai bersepeda cepat. Dengan tahap yaitu manik dan depresi episode

alternatif setidaknya empat kali setahun dan dalam kasus yang parah, bahkan dapat

berkembang menjadi beberapa siklus sehari. Bersepeda cepat cenderung terjadi lebih

sering pada wanita dan pada mereka dengan bipolar II. Biasanya, bersepeda cepat

dimulai pada fase depresi, dan episode sering dan parah dari depresi mungkin ciri

khas acara ini. Fase ini sulit untuk mengobati, terutama karena antidepresan dapat

memicu beralih ke mania dan mengatur pola siklus (Smith, 2007).

27

Page 28: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

BAB III

KESIMPULAN

1. Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai

oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya  rekuren serta

dapat berlangsung seumur hidup.

2. Episode depresif dari gangguan bipolar memiliki kriteria diagnostik yang sama

dengan gangguan depresi mayor episode tunggal.

3. Sedangkan pada gangguan bipolar episode campuran terdapat gejala-gejala manik

atau hipomanik dan depresi yang berganti-ganti secara cepat pada suatu periode

waktu yang berlangsung sekurangnya satu minggu.

4. Pada tampilan klinis, seorang yang menderita gangguan bipolar episode campuran

biasanya mengalami kondisi mood yang sangat tidak stabil.

5. Secara umum, terdapat dua jenis gangguan bipolar, pada gangguan bipolar tipe satu,

ditemukan sekurangnya satu episode manik. Sedangkan pada gangguan bipolar tipe

dua ditemukan sekurangnya satu episode hipomanik.

6. Hingga saat ini, tatalaksana untuk gangguan bipolar masih difokuskan dalam

pemberian terapi farmakologi. Obat-obat golongan mood stabilizer diberikan (seperti

Lithium dan Valproate) baik untuk kondisi akut maupun untuk terapi maintenance

yang bertujuan mencegah kekambuhan. Terapi farmakologis biasanya dikombinasi

dengan terapi non farmakologis berupa psikoterapi.

28

Page 29: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

DAFTAR PUSTAKA

Amalina, Dian Budianti. 2011. Gangguan Bipolar. Medan: FK Universitas Sumatera Utara.

American Psychiatric Association.2005. Mood Disorders. Dalam: Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorders, 4th Ed, Text Revision, DSM-IV-TR, Washington DC: hal.

345

Anonim, Global Missing, Available from URL:http://www.spirit of tiger.com, Last update 2009

Anonim.2010 Pedoman Tatalaksana GB PDSKJI.

Anonym. 2006. Gangguan Bipolar (Psikiatri). Racikan Utama.Vol. 6 No. 3.

Carpenito, Lynda J. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis edisi 9. Jakarta:

EGC.

Carpenito, Lynda J. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis edisi 9. Jakarta:

EGC.

Kaplan I. H. 2005. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Edisi Ketujuh,

Wiguna M. S; Jakarta, 1997. Hal:799-806.

Maddock, L. 2003. Pschyatry Clerckship Gude, chapter 29 figure 2. Manley : MRS, United State

of America.

Marionate, Gangguan Bipolar: Manik Depresif, Available from

URL:http://www.miracle_Health.com, Last update January 2008

Marlyn, E, S. 2008.Gangguan Afektif Bipolar. Available from

URL:http://www.atwordpress.com

Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III. Jakarta: Bagian

Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika AtmaJaya.

National Institute of Mental Health. 2011. Bipolar Disorder. Bathesda: National Institute of

Mental Health U.S. Departement Of Health and Human Services.

29

Page 30: Refrat Bipolar Episode Manik-edisi Baru

Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. 2010. Pedoman Tatalaksana

Gangguan Bipolar Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia 2010.

Jakarta.

Smith LA, Cornelius V, Warnock A, Bell A, Young AH. 2007. Effectiveness of mood stabilizers

and antipsychotics in the maintenance phase of bipolar disorder: a systematic review of

randomized controlled trials.Bipolar Disord.

Tim PDSKJI. Panduan Tatalaksana Gangguan Bipolar Pokja SPM & Seksi Bipolar PDSKJI.

Rapat Kerja Konsensus Nasional Terapi Gangguan bipolar. Novotel Hotel Mangga Dua

Square. Jakarta. 7 Maret 2010.

Tomb, David A. 2003. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

30