refrat anestesi

23
KATA PENGANTAR egala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena terselesaikannya,Refrat yang berjudul “N2O sebagai Anestesi Inhalasi” Refrat ini disusun sebagai sarana diskusi dan pembelajaran, serta diajukan guna memenuhi persyaratan penilaian di Kepaniteraan Klinik Anestesi di Rumah Sakit Mardi Rahayu, Kudus. S Penghargaan dan rasa terima kasih disampaikan kepada dr. Hari Kris, Sp.An yang telah memberikan dorongan,bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan referat ini. Penyusun juga ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan referat ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan refrat ini masih jauh dari sempurna, baik mengenai isi, susunan bahasa, maupun kadar ilmiahnya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dari penyusun dalam mengerjakan penyusunan refrat ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan refrat ini. Semoga refrat ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Kudus, Februari 2014 1

Upload: reyhanrr

Post on 25-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTARSegala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena terselesaikannya,Refrat yang berjudul N2O sebagai Anestesi Inhalasi Refrat ini disusun sebagai sarana diskusi dan pembelajaran, serta diajukan guna memenuhi persyaratan penilaian di Kepaniteraan Klinik Anestesi di Rumah Sakit Mardi Rahayu, Kudus.Penghargaan dan rasa terima kasih disampaikan kepada dr. Hari Kris, Sp.An yang telah memberikan dorongan,bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan referat ini. Penyusun juga ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan referat ini.Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan refrat ini masih jauh dari sempurna, baik mengenai isi, susunan bahasa, maupun kadar ilmiahnya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dari penyusun dalam mengerjakan penyusunan refrat ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan refrat ini. Semoga refrat ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Kudus, Februari 2014

Penyusun

DAFTAR ISIKata Pengantar1Daftar Isi2BAB I. Pendahuluan3BAB II. Tinjauan PustakaDibetes Melitus Tipe II4Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe II4Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II6Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe II10Peran Sulfonil Urea pada Penatalaksanaan DM Tipe II12Keuntungan Glimepiride dibandingkan Golongan SU lainnyaMenurunnya Insiden Hipoglikemia pada Glimepiride15Perbandingan Efek Extrapancreatic 16Hubungan antara Kadar Glukosa Darah dengan KomplikasiMakrovaskular dan Mikrovaskular akibat DM Tipe II18BAB III. Kesimpulan29Daftar Pustaka30

BAB IPENDAHULUANNitrous oksida (N2O), kloroform, dan eter adalah agen pembiusan umum pertama yang diterima secara universal. Etil klorida, etilen, dan siklopropan kemudian menyusul, dengan zat yang terakhir cukup digemari pada saat itu karena induksinya yang singkat dan pemulihannya yang cepat tanpa disertai delirium. Sayang sekali sebagian besar agen-agen anestetik yang telah disebutkan tadi telah ditarik dari pasaran.Sebagai contoh, eter sudah tidak digunakan secara luas karena mudah tersulut api dan berisiko mengakibatkan kerusakan hepar. Di samping itu, eter juga mempunyai beberapa kerugian yang tidak disenangi para anestetis seperti berbau menyengat dan menimbulkan sekresi bronkus berlebih. Kloroform juga kini dihindari karena toksik terhadap jantung dan hepar. Etil klorida, etilen, dan siklopropan pun tidak lagi digunakan sebagai anestetik, baik karena toksik ataupun mudah terbakar.Metoksifluran dan enfluran termasuk agen anestetik generasi baru yang sempat digunakan bertahun-tahun tetapi jarang digunakan lagi karena toksisitas dan efikasinya. Metoksifluran adalah anestetik inhalasi yang paling poten, tetapi induksi dan pemulihannya relatif lambat. Lebih lanjut, sebagian metoksifluran dimetabolisme oleh sitokrom P-450 menghasilkan florida bebas (F), asam oksalat, dan bebrapa komponen lain yang bersifat nefrotoksik. Sementara itu, enfluran mengurangi kontraksi myokardial dan meningkatkan sekresi likuor serebrospinal (CSF). Selama anestesia, enfluran menginduksi perubahan elektroensefalograf yang dapat berprogresi pada pola spike-and-wave yang biasa ditemukan pada kejang tonik-klonik. Oleh karena itulah, dewasa ini baik metoksifluran maupun enfluran penggunaannya telah dibatasi.Dengan ditariknya berbagai zat anestetik dari peredaran seperti yang dikemukakan di atas, kini terdapat lima agen inhalasi yang masih digunakan dalam praktik anestesi yakni nitrous oksida, halotan, isofluran, desfluran, dan sevofluran. Anestetik inhalasi paling banyak dipakai untuk induksi pada pediatri yang mana sulit dimulai dengan jalur intravena. Di sisi lain, bagi pasien dewasa biasanya dokter anestesi lebih menyukai induksi cepat dengan agen intravena. Meskipun demikian, sevofluran masih menjadi obat induksi pilihan untuk pasien dewasa, mengingat baunya tidak menyengat dan onsetnya segera. Selain induksi, agen inhalasi juga sering digunakan dalam praktik anestesiologi untuk rumatan.Studi mengenai kaitan antara dosis obat, konsentrasi jaringan, dan waktu kerja obat disebut sebagai farmakokinetik (bagaimana tubuh memengaruhi obat); sedangkan studi mengenai mekanisme aksi obat, termasuk respons toksik, disebut farmakodinamik (bagaimana obat memengaruhi tubuh). Setelah penjelasan secara umum tentang farmakokinetik dan dinamik anestetik inhalasi, akan dibahas farmakologi klinis dari masing-masing agen.1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

I. Anestesi InhalasiAnestesi umum adalah agen hipnotik yang sangat baik, dan pada konsentrasi yang lebih tinggi, mereka menyediakan berbagai tingkat analgesia dan relaksasi otot rangka. Meskipun mekanisme untuk efek anestesi belum terselesaikan, terdapat pengaruh secara langsung berhubungan dengan tekanan parsial pada jaringan otak, yakni hubungan antara ketegangan dalam gas, alveoli, dan darah arteri. II. Farmakokinetik Anestesi InhalasiMeskipun mekanisme aksi anestetik inhalasi masih belum diketahui secara pasti, para ahli mengasumsikan bahwa efek anestesia diperoleh dari konsentrasi terapetik di sistem saraf pusat. Sesuai dengan gambar berikut, terdapat beberapa langkah yang diperlukan zat anestetik inhalasi mulai dari vaporisasi di mesin anestesi hingga terdeposisi di jaringan otak.2

III. Gambar 1. Perjalanan gas anestetik inhalasi dari mesin anestesia ke otak

Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsentrasi Inspiratori (FI)Gas segar yang keluar dari mesin anestesia bercampur dengan gas di sirkuit pernapasan sebelum dihirup oleh pasien. Oleh karena itu, pasien tidak serta-merta mendapatkan konsentrasi yang sesuai dengan pengaturan di vaporiser. Komposisi aktual campuran gas yang diinspirasi dipengaruhi oleh laju aliran gas segar, volume dalam sirkuit pernapasan, dan absorpsi mesin anestesia. Agen inhalasi yang terhirup akan semakin dekat dengan konsentrasi yang keluar dari mesin anestesia apabila laju aliran gas segar tinggi, volume sirkuit napas sedikit, dan absorpsi mesin rendah. Secara klinis, atribut-atribut demikian ditampilkan sebagai kecepatan induksi dan pemulihan.2

Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsentrasi Alveolar (FA)Terdapat tiga faktor yang menentukan konsentrasi alveolar, yakni ambilan, ventilasi, dan konsentrasi.Ambilan. Jika tidak ada ambilan (uptake) zat anestetik oleh tubuh, konsentrasi alveolar (FA) akan segera mencapai konsentrasi inspiratori (FI). Karena agen inhalasi diambil oleh sirkulasi pulmoner selama induksi, konsentrasi alveolar berkisar di bawah konsentrasi inspiratori (FA/FI < 1). Semakin besar ambilan, semakin lambat peningkatan konsentrasi alveolar dan semakin rendah pula rasio FA:FI.Karena konsentrasi suatu gas sebanding dengan tekanan parsialnya, maka tekanan parsial gas anestetik di alveolus juga lambat peningkatannya. Tekanan parsial alveolar ini penting karena turut menentukan tekanan parsial agen anestetik tersebut di darah dan lebih lanjut di otak. Kembali lagi, tekanan parsial gas anestetik di otak secara langsung memengaruhi konsentrasi zat di jaringan otak, yang menentukan efek klinis pada pasien. Jadi, semakin besar ambilan agen anestetik, semakin besar pula perbedaan antara konsentrasi alveolar dengan konsentrasi inspiratori, dan semakin lambat kecepatan induksi.Terdapat tiga hal yang dapat memengaruhi ambilan anestetik: solubilitas dalam darah, aliran darah alveolar, dan perbedaan tekanan parsial antara udara alveolar dan darah vena.Zat yang insolubel seperti nitrous oksida diambil oleh darah lebih lambat daripada zat yang solubel seperti halotan. Akibatnya, konsentrasi alveolar nitrous oksida meningkat lebih cepat daripada halotan, dan induksinya lebih cepat. Solubilitas relatif dari anestetik dalam udara, darah, dan jaringan diekspresikan dalam koefisien partisi, seperti tampak pada tabel di atas. Masing-masing koefisien adalah rasio konsentrasi gas anestetik di dua medium saat terjadi kesetimbangan.2Tabel 1. Koefisien parsial anestetik inhalasi pada 37CAnestetikDarah/UdaraOtak/DarahOtot/DarahLemak/Darah

Nitrous oksida0.471.11.22.3

Halotan2.42.93.560

Isofluran1.42.64.045

Desfluran0.421.32.027

Sevofluran0.651.73.148

Faktor lain yang ikut memengaruhi ambilan adalah aliran darah alveolar, yang kurang lebih sama dengan curah jantung. Seiring dengan meningkatnya curah jantung, ambilan anestetik turut meningkat, dan peningkatan tekanan parsial alveolar semakin melambat, dan induksi menjadi lebih lambat. Pengaruh mengubah curah jantung kurang bermakna untuk anestetik insolubel, mengingat yang dapat terdifusi ke darah alveolar memang sedikit, baik aliran darah di sana lebih deras ataupun lebih tenang. Keadaan curah jantung yang sedikit merupakan berisiko mengakibatkan overdosis dengan anestetik sobulel, karena peningkatan konsentrasi alveolar yang terlalu cepat. Bahkan halotan, yang mempunyai efek depresi myokardial, apabila kadar alveolarnya lebih dari yang diharapkan akan semakin menurunkan curah jantung dan menciptakan umpan balik positif yang membahayakan pasien.2Satu faktor lagi yang memengaruhi ambilan anestetik oleh sirkulasi pulmoner adalah perbedaan tekanan parsial antara gas alveolar dan darah vena. Gradien ini bergantung pada ambilan oleh jaringan. Transfer anestetik dari darah ke jaringan ditentukan oleh tiga faktor yang analog dengan ambilan sistemik, yakni solubilitas agen di jaringan (koefisien partisi jaringan/darah seperti pada tabel halaman sebelumnya), aliran darah jaringan, dan perbedaan tekanan parsial antara darah arterial dengan jaringan.2Jaringan dapat digolongkan menjadi empat grup berdasarkan perfusi dan solubili-tasnya. Grup tinggi vaskularisasi (otak, jantung, liver, ginjal, dan organ endokrin) adalah yang pertama mengambil anestetik dalam jumlah yang signifikan. Grup otot (kulit dan otot) tidak mempunyai perfusi sebaik grup yang pertama, sehingga ambilannya lebih pelan. Kapasitasnya pun lebih besar; ambilan oleh grup kedua ini berlangsung dalam beberapa jam. Berlanjut ke grup berikutnya, perfusi di grup lemak kurang lebih sama dengan grup otot; tetapi solubilitas anestetik pada grup lemak yang luar biasa sekaligus volume jaringan yang relatif besar menghasilkan kapasitas total yang memerlukan beberapa hari untuk diisi. Grup terakhir beranggotakan jaringan perfusi minimal dengan vaskularisasi rendah (tulang, ligamen, gigi, rambut, dan kartilago) hampir tidak memberi kontribusi terhadap ambilan anestetik.2Tabel 2. Klasifikasi jaringan berdasarkan perfusi dan solubilitasKarakteristikVessel RichOtotLemakVessel Poor

Persentase berat badan10502020

Persentase curah jantung751960

Perfusi (mL/min/100 g)75330

Solubilitas relatif11200

III. Nitrous Oksida (N2O)Nitrous oksida ( N2O ), umumnya dikenal sebagai gas tertawa atau gas bahagia , pertama kali ditemukan pada tahun 1793 oleh ilmuwan Inggris Joseph Priestly dan telah digunakan selama lebih dari 150 tahun . Ini tetap salah satu anestesi yang paling banyak digunakan di kedua aplikasi gigi dan medis . Nitrous oksida adalah molekul kimia anorganik kecil dan mungkin juga dikenal sebagai dinitrogen oksida atau dinitrogen monoksida . Ini adalah gas tidak berwarna dan mudah terbakar dengan bau yang sedikit manis . Nitrous oxide juga memiliki beberapa kegunaan rekreasi terlarang dan potensi penyalahgunaan . Hal ini banyak digunakan dalam banyak bidang nonmedis . Beberapa penggunaan nonmedis nitrous oxide termasuk industri semikonduktor , mobil balap , dan pengolahan makanan . Nitrous oxide diberikan jika terhirup , diserap oleh difusi melalui paru-paru , dan dieliminasi melalui respirasi . Penghapusan paruh nitrous oxide adalah sekitar 5 menit. Hal ini diekskresikan dasarnya tidak berubah (yaitu , nonmetabolized ) melalui paru-paru ; . Kurang dari 0,004 % sebenarnya dimetabolisme pada manusia .Sebagai anestesi umum , sangat lemah dan umumnya tidak digunakan sebagai agen tunggal . Ini dapat digunakan sebagai gas pembawa dengan oksigen dalam kombinasi dengan lebih kuat gas inhalasi umum untuk anestesi bedah. Dalam kedokteran gigi , yang biasa digunakan sebagai agen tunggal ( dengan oksigen ) untuk sedasi parsial , paling sering pada populasi pediatrik gigi .3Struktur KimiaDibuat dengan memanaskan Kristal ammonium nitrat, mula-mula digunakan pada suhu 190C sampai menjadi cairan, sesudah itu dipanaskan pada suhu 240C terbentuk nitrogen oksida dan hasil reaksi ikutan antara lain nitrogen, NO2, NO dan ammonia. Karena itu harus dimurnikan terlebih dahulu, sebelum dimasukkan dalam tabung. Biasanya N2O disimpan dalam tabung silinder logam dengan tekanan 51 atm (750 lb per sq in).NH4NO3 2H2O+N2ON = N

OFarmakokinetikInhalasi nitrous oxide dapat menghasilkan second gas effect, ini merupakan konsekuensi dari fraksi besar gas yang terinspirasi nitrous oxide merupakan dan fakta bahwa nitrous oxide berdifusi lebih cepat melintasi membran basement alveolar daripada nitrogen ( karena itu adalah 30 kali lebih larut dalam air ) . Keluarnya cepat nitrous oxide dari alveoli menyebabkan sisa gas alveolar terkonsentrasi , sehingga mempercepat penyerapan zat volatil ke dalam darah dan mempercepat timbulnya anestesi . Selain itu , gerakan gas dari alveoli ke darah selama penyerapan cepat nitrous oxide menyebabkan gas segar untuk ditarik ke daerah gas - bertukar paru-paru ( alveoli dan bronkiolus yaitu pernapasan ) , lebih mempercepat penyerapan gas pendamping .Sebaliknya dapat terjadi pada akhir anestesi , ketika penggunaan nitrous oxide berhenti . Nitrous oksida memasuki alveoli jauh lebih cepat daripada daun nitrogen , menyebabkan pengenceran isi gas dari alveolus . Hal ini menyebabkan pengenceran oksigen dalam alveoli pasien menghirup udara dan dapat menyebabkan ' difusi hipoksia ' . Pengenceran isi alveolar oleh egress nitrous oxide membentuk darah juga dapat mencairkan konsentrasi agen volatile, meningkatkan eliminasi mereka , dan ngebut wakening .Nitrous oxide dihilangkan tidak berubah dari tubuh , hampir seluruhnya melalui paru-paru , meskipun sejumlah kecil berdifusi melalui kulit . Ada kontribusi yang sangat kecil dibuat untuk eliminasi melalui metabolisme reduktif oleh bakteri anaerob dalam usus .Nitrous oxide tampaknya memiliki aktivitas pada beberapa jenis receptor.3 Ini memiliki tindakan penghambatan di N - methyl - D - aspartate ( NMDA ) reseptor glutamat , sementara itu memiliki aktivitas stimulasi pada dopaminergik , reseptor 1 - 2 - adrenergik dan dan opioid .3

FarmakodinamikNitrous oksida memiliki efek pada banyak sistem fisiologisEfek terhadap kardiovaskular dapat dijelaskan melalui tendensinya dalam menstimulasi sistem simpatis. Meski secara in vitro gas ini mendepresikan kontraktilitas otot jantung, namun secara in vivo tekanan darah arteri, curah jantung, serta frekuensi nadi tidak mengalami perubahan atau hanya terjadi sedikit peningkatan karena adanya stimulasi katekolamin, sehingga peredaran darah tidak terganggu (kecuali pada pasien dengan penyakit jantung koroner atau hipovolemik berat).Efek terhadap respirasi dari gas ini adalah peningkatan laju napas (takipnea) dan penurunan volume tidal akibat stimulasi Sistem Saraf Pusat (SSP). N2O dapat menyebabkan berkurangnya respons pernapasan terhadap CO2 meski hanya diberikan dalam jumlah kecil, sehingga dapat berdampak serius di ruang pemulihan (pasien jadi lebih lama dalam keadaan tidak sadar).Efek terhadap SSP adalah peningkatan aliran darah serebral yang berakibat pada sedikit peningkatan tekanan intrakranial (TIK). N2O juga meningkatkan konsumsi oksigen serebral. Efek terhadap neuromuskular tidak seperti agen anestetik inhalasi lain, di mana N2O tidak menghasilkan efek relaksasi otot, malah dalam konsentrasi tinggi pada ruangan hiperbarik, N2O menyebabkan rigiditas otot skeletal.Efek terhadap ginjal adalah penurunan aliran darah renal (dengan meningkatkan resistensi vaskular renal) yang berujung pada penurunan laju filtrasi glomerulus dan jumlah urin. Efek terhadap hepar adalah penurunan aliran darah hepatik (namun dalam jumlah yang lebih ringan dibandingkan dengan agen inhalasi lain). Efek terhadap gastrointestinal adalah adalanya mual muntah pascaoperasi, yang diduga akibat aktivasi dari chemoreceptor trigger zone dan pusat muntah di medula. Efek ini dapat muncul pada anestesi yang lama.2,3IV. Indikasi N2O

Anestesi umum , dalam kombinasi dengan anestesi lainNitrous oksida adalah anestesi hirup lemah. Karena 105% konsentrasi alveolar diperlukan untuk menginduksi anestesi umum ketika nitrous oksida digunakan sebagai agen anestesi tunggal , tidak efektif sebagai agen tunggal untuk anestesi umum . Akibatnya , nitrous oxide ini paling sering digunakan dalam kombinasi dengan anestesi inhalasi lebih ampuh lainnya untuk anestesi umum.Salah satu penggunaan yang paling umum dari nitrous oksida dalam anestesi adalah selama induksi masker anestesi umum pada pasien anak . Hal ini dikombinasikan dengan oksigen dan dosis secara bertahap meningkat dari anestesi inhalasi lebih kuat ( misalnya , sevofluran ) dan disampaikan melalui masker inhalasi .3Kedokteran gigiDalam kedokteran gigi , nitrous oxide diindikasikan untuk mengurangi nyeri dan kecemasan yang terkait dengan prosedur . Hal ini umumnya disampaikan oleh masker hidung dalam kombinasi dengan oksigen, masker hidung yang dirancang khusus sepenuhnya meliputi hidung , memungkinkan campuran nitrous oxide dengan oksigen mengalir sementara dokter gigi bekerja pada mulut pasien .Nitrous oxide umumnya ditawarkan oleh dokter gigi anak untuk membantu dalam mendorong amnesia , serta meningkatkan analgesia , relaksasi , dan kerja sama pada pasien yang lebih muda . Indikasi pada pasien gigi dewasa termasuk kecemasan , toleransi sakit yang rendah , gangguan kejiwaan yang mendasari , dan keterbelakangan mental . Nitrous oxide juga mungkin berguna untuk prosedur gigi berkepanjangan atau lebih terlibat serta pada pasien dengan refleks gag hyperresponsive .3 Indikasi LainMeskipun tidak praktek standar , penggunaan yang dijelaskan tambahan mungkin termasuk kolonoskopi , sigmoidoskopi , prosedur laser, nyeri persalinan kandungan , prosedur mata, perawatan medis darurat pasien dalam kecelakaan dan selama transportasi ambulans , dan prosedur medis invasif minor , termasuk suntikan sendi . Kurang umum , self-administered nitrous oxide dilaporkan untuk nyeri kronis dari penyakit terminal dan rasa sakit yang terkait dengan pengobatan kanker . Penggunaan nitrous oxide pada anak-anak yang menjalani prosedur dasar termasuk pungsi lumbal , kanulasi vena , atau perubahan rias telah menunjukkan penurunan yang signifikan dalam tingkat sakit , memungkinkan untuk pemulihan lebih pendek . Anak-anak yang diberikan nitrous oxide ditampilkan kurang kecemasan dan kesusahan selama prosedur medis sebuah 2009 prospektif , studi acak menunjukkan bahwa 70:30 campuran nitrous oxide dalam oksigen , diberikan selama 3 menit , efektif dalam mengurangi nyeri pada anak-anak yang menjalani venipuncture . Nitrous oksida telah terbukti bermanfaat pada anak-anak yang menerima suntikan untuk arthritis juvenile . Selain itu , nitrous oksida telah berhasil digunakan sebagai obat bius untuk anak-anak yang menjalani operasi kecil seperti operasi kista dan abses drainase . 3V. KontraindikasiKontraindikasi AbsolutSecara keseluruhan, nitrous oxide adalah obat yang sangat aman dengan beberapa kontraindikasi absolut. Nitrous oxide merupakan kontraindikasi pada pasien dengan gangguan pernapasan yang signifikan. Darah: Koefisien partisi gas nitrous oxide adalah 34 kali lebih besar dari nitrogen. Kelarutan diferensial ini berarti bahwa nitrous oxide dapat meninggalkan aliran darah dan memasuki rongga berisi udara 34 kali lebih cepat dari nitrogen. Akibatnya, nitrat merupakan kontraindikasi pada pasien yang perluasan rongga berisi udara ini dapat membahayakan keselamatan pasien. Ini termasuk pasien dengan pneumotoraks, blebs paru, emboli udara, obstruksi usus, dan mereka yang menjalani operasi telinga tengah.4,5Kontraindikasi RelatifPerhatian harus dilakukan pada individu dengan riwayat stroke, hipotensi, dan kondisi jantung diketahui. Nitrous oxide diketahui mengganggu dengan vitamin B12 dan folat metabolisme. Pada pasien dengan kondisi yang sudah ada sebelumnya, nitrous oxide hanya boleh digunakan dengan pertimbangan pencegahan penuh dan pemantauan ketat. Tindakan pencegahan khusus harus diberikan pada pasien anak dengan mendasari defisiensi vitamin B12 (genetik atau lingkungan) dan kondisi yang berkaitan dengan kekurangan vitamin B12. Nitrous oxide merupakan kontraindikasi relatif pada kehamilan. Hal ini diketahui memiliki potensi efek toksik teratogenik dan janin, terutama dengan penggunaan kronis.4,5Biotransformasi dan ToksisitasN2O sukar larut dalam darah, dan merupakan anestetik yang kurang kuat sehingga kini hanya dipakai sebagai adjuvan atau pembawa anestetik inhalasi lain karena kesukarlarutannya ini berguna dalam meningkatkan tekanan parsial sehingga induksi dapat lebih cepat (setelah induksi dicapai, tekanan parsial diturunkan untuk mempertahankan anestesia). Dengan perbandingan N2O:O2 = 85:15, induksi cepat dicapai tapi tidak boleh terlalu lama karena bisa mengakibatkan hipoksia (bisa dicegah dengan pemberian O2 100% setelah N2O dihentikan). Efek relaksasi otot yang dihasilkan kurang baik sehingga dibutuhkan obat pelumpuh otot. N2O dieksresikan dalam bentuk utuh melalui paru-[aru dan sebagian kecil melalui kulit.Dengan secara ireversibel mengoksidasi atom kobalt pada vitamin B12, N2O menginhibisi enzim yang tergantung pada vitamin B12, seperti metionin sintetase yang penting untuk pembentukan myelin, serta thimidilar sintetase yang penting untuk sintesis DNA. Pemberian yang lama dari gas ini akan menghasilkan depresi sumsum tulang (anemia megaloblastik) bahkan defisiensi neurologis (neuropati perifer). Oleh karena efek teratogeniknya, N2O tidak diberikan untuk pasien yang sedang hamil (terbukti pada hewan coba, belum diketahui efeknya pada manusia).4,5Interaksi ObatKombinasinya dengan agen anestetik inhalasi lain dapat menurunkan MAC agen inhalasi tersebut sampai 50%, contohnya halotan dari 0,75% menjadi 0,29% atau enfluran dari 1,68% menjadi 0,6%.4

BAB IIIPENUTUPKesimpulanNitrogen oksida (N2O) merupakan satu-satunya gas organik yang saat ini dipakai dalam anestesi. Merupakan gas inert yang tidak berwarna, tidak iritatif, mempunyai bau agak manis, berat molekulnya 44,01, tidak mudah terbakar, koefisien kelarutan antara gas darah/gas 0,47, stabil, tidak bereaksi dengan sodalim, titik didih 88,4C, dapat menembus karet tetapi tidak bereaksi dengan logam. N2O diabsorpsi melalui paru masuk ke dalam plasma darah dan seterusnya didistribusikan ke seluruh tubuh. Eliminasi sebagian besar dengan cara ekshalasi melalui paru. Hanya sebagian kecil melalui kulit, urin, dan usus. Pemakaian biasanya didahului dengan premedikasi, induksi obat intravena atau obat inhalasi lain, diteruskan dengan kombinasi dengan obat intravena atau inhalasi lain untuk pemeliharaan, bisa juga ditambah dengan pelumpuh otot.

DAFTAR PUSTAKA1. Evers A.S, Crowde C.M, Balser J.R. General anesthetics. In: Brunton L.L, Lazo J.S, Parker K.L, editors.Goodman and Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics.11th ed.New York: McGraw-Hill; 2006.2. Chung D.C, Lam A.M.Essentials of Anesthesiology.3rd ed.Philadelphia: WB Saunders; 1997.3. Morgan G.E, Mikhail M.S, Murray M.J.Clinical Anesthesiology.4th ed.New York: Lange Medical Books/McGraw Hill; 20064. Budiono U. Obat anestesi inhalasi. Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip. Semarang. 2002.5. Nili NA. Nitrous Oxide Administration. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1413427-overview#showall, tanggal 01 Maret 2014.

11