reforma agrariapilarketahanan...

2
o Senin o Sabtu 0 Minggu OSelasa .Rabu 0 Kamis 0 Jumat 12 ® 14 15 27 28 29 30 31 2 3 17 18 19 456789 10 11 20 21 22 23 24 25 26 OJan OPeb OSep OOkt ONov ODes o Mar OApr o Me/ .Jun OJul 0 Ags Reforma Agraria Pilar Ketahanan Pangan BERNHARD LIMBONG B · eberapa hari terakhir, krisis ~lob~l semakin mengusik perekonomian ki- ta. Nilairupiah terus melemah terha- dap dolar AS. Harga berbagai ko~oditas ja- tuh, sehingga nilai ekspor menurun, semen- tara nilai irnpor terus meningkat' Surplus n~- raca perdagangan kian menipis, hanya 2 rm- liar dolar AS pada periode Januari-April. Pa- dahal, selama ini surplus perdagangan kita dalam kurun empat bulan 7-8 miliar dolar AS. Salali satu dampaknya adalah terancam- nya ketahanan pangan nasional ..Sebab, kri- sis globalakan mengurangi pasokan pang an dunia yang berakibat pada kenaikan harga pangan global. .' . Hampir setiap tahun, petam mengalami kerugian akibat perubahan iklim yang eks- trem. Ini 'tentu masalah sangat serius dalam konteks kemandirian dan ketahan~, pangan I yang mencakup dimensi ketersediaan pa- ngan (food availability), stabilitas pangan (food stability), dan keterjangkauan pang~ (food accessibility). Hal tersebut semaklI~ penting karena kita tidak bis~ terhind.ar dan ASEAN EconornicCommumty mulai tahun 2015. Kita dituntut merespons secara serius dan taktis pemyataan keprihatinan Wamen Pertanian Rusman Heriawan akhir Mei lalu rnengenai dua masalah serius di sektor perta- nian kita, yaitu ukuran lahan pertanian yang kecil dan maraknya alih-fungsi (konversi) lahan pertanian ke nonpertanian (industri, perumahan, dan pertambangan). Data Departemen Pertanian menyebut- kan, luas lahan pertanian saat ini 13 juta hek- tar. Jika dibagi dengan jumlah 30 juta petani yang ada, berarti rata-rata luas lahan per peta- ni hanya 0,3 hingga 0,4 hektare. Jumlah peta- ni di Jawa sekitar 12,5 juta rumah tangga pe- tani atau sekitar 50 juta jiwa. Dari jumlah itu, 40 persennya tidak merniliki lahan. Sementa- ra di luar Jawa, ada sekitar 18 persen atau 8 jutajiwa petani yang tidak merniliki lah~' Di sisi lain, setiap lima tahun konversi la- han pertanian untuk pemanfaatan lai~ (industri, jasa, dan permukirnan) mencapai .106.000 hektare. Akumulasi atas soal itu mengakibatkan produksi komoditas pertani- an merosot. Padahal, UUD 1945 dan VUPA Tahun 1960 mengamanatkan, negara menja- min penyediaan lahan pertanian pangan se- cara berkelanjutan sebagai sumber pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanu- siaan. Kita juga sudah merniliki payung hu- kum VU No 41 Tahun 2009 tentang Perlin- dungan Lahan Pertanian Pangan Berkelan- jutan, pp No 1 Tahun 2011 tentang Penetap- an dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan, .pp No 12 Tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertani- an Pangan Berkelanjutan. Kepemilikan lahan hanya 0,3 hektare membuat petani terperangkap dalam kemis- kinan permanen. Bagi keluarga petani, luas lahan 0,3 hektare jauh dari mencukupi untuk Kllplng Humas Unpad 2012

Upload: donguyet

Post on 05-Mar-2018

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Reforma AgrariaPilarKetahanan Panganpustaka.unpad.ac.id/.../2012/...reformaagrariapilarketahananpangan.pdf · daya, termasuk hak atas pangan.Dengan de-mikian, tuntutan tentang perlunya

o Senin o Sabtu 0 MingguOSelasa .Rabu 0 Kamis 0 Jumat12 ® 14 1527 28 29 30 31

2 317 18 19

4 5 6 7 8 9 10 1120 21 22 23 24 25 26

OJan OPeb OSep OOkt ONov ODesoMar OApr oMe/ .Jun OJul 0Ags

Reforma Agraria Pilar Ketahanan Pangan

BERNHARDLIMBONG

B·eberapa hari terakhir, krisis ~lob~lsemakin mengusik perekonomian ki-ta. Nilairupiah terus melemah terha-

dap dolar AS. Harga berbagai ko~oditas ja-tuh, sehingga nilai ekspor menurun, semen-tara nilai irnpor terus meningkat' Surplus n~-raca perdagangan kian menipis, hanya 2 rm-liar dolar AS pada periode Januari-April. Pa-dahal, selama ini surplus perdagangan kitadalam kurun empat bulan 7-8 miliar dolarAS. Salali satu dampaknya adalah terancam-nya ketahanan pangan nasional ..Sebab, kri-sis globalakan mengurangi pasokan pang andunia yang berakibat pada kenaikan hargapangan global. .' .

Hampir setiap tahun, petam mengalamikerugian akibat perubahan iklim yang eks-trem. Ini 'tentu masalah sangat serius dalamkonteks kemandirian dan ketahan~, pangan Iyang mencakup dimensi ketersediaan pa-ngan (food availability), stabilitas pangan(food stability), dan keterjangkauan pang~(food accessibility). Hal tersebut semaklI~penting karena kita tidak bis~ terhind.ar danASEAN EconornicCommumty mulai tahun2015.

Kita dituntut merespons secara seriusdan taktis pemyataan keprihatinan WamenPertanian Rusman Heriawan akhir Mei lalurnengenai dua masalah serius di sektor perta-nian kita, yaitu ukuran lahan pertanian yangkecil dan maraknya alih-fungsi (konversi)lahan pertanian ke nonpertanian (industri,perumahan, dan pertambangan).

Data Departemen Pertanian menyebut-kan, luas lahan pertanian saat ini 13 juta hek-tar. Jika dibagi dengan jumlah 30 juta petaniyang ada, berarti rata-rata luas lahan per peta-ni hanya 0,3 hingga 0,4 hektare. Jumlah peta-ni di Jawa sekitar 12,5 juta rumah tangga pe-tani atau sekitar 50 juta jiwa. Dari jumlah itu,40 persennya tidak merniliki lahan. Sementa-ra di luar Jawa, ada sekitar 18 persen atau 8jutajiwa petani yang tidak merniliki lah~'

Di sisi lain, setiap lima tahun konversi la-han pertanian untuk pemanfaatan lai~(industri, jasa, dan permukirnan) mencapai. 106.000 hektare. Akumulasi atas soal itumengakibatkan produksi komoditas pertani-an merosot. Padahal, UUD 1945 dan VUPATahun 1960 mengamanatkan, negara menja-min penyediaan lahan pertanian pangan se-cara berkelanjutan sebagai sumber pekerjaandan penghidupan yang layak bagi kemanu-siaan. Kita juga sudah merniliki payung hu-kum VU No 41 Tahun 2009 tentang Perlin-dungan Lahan Pertanian Pangan Berkelan-jutan, pp No 1 Tahun 2011 tentang Penetap-an dan Alih Fungsi Lahan Pertanian PanganBerkelanjutan dan, .pp No 12 Tahun 2012tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertani-an Pangan Berkelanjutan.

Kepemilikan lahan hanya 0,3 hektaremembuat petani terperangkap dalam kemis-kinan permanen. Bagi keluarga petani, luaslahan 0,3 hektare jauh dari mencukupi untuk

Kllplng Humas Unpad 2012

Page 2: Reforma AgrariaPilarKetahanan Panganpustaka.unpad.ac.id/.../2012/...reformaagrariapilarketahananpangan.pdf · daya, termasuk hak atas pangan.Dengan de-mikian, tuntutan tentang perlunya

memenuhi kebutuhan dasar. Dalam lingkar-an kemiskinan, petani sangat mudah tergodauntuk menjual tanah (sebagai satu-satunyatumpuan hidup) kepada investor atau speku-lan tanah yang menawarkan harga menggi-urkan (meski tidak menjamin masa depan).

Kompleksitas lahan pertanian yang sem-.pit, tuntutan kebutuhan petani yang miskin,infrastruktur yang lemah, serta akses ke pa-sar yang serbaterbatas berujung pada duahal. Pertama, melanggengnya kemiskinan

, permanen di pedesaan niaupun perkotaan.Kedua, melemahnya daya saing produksipertanian yang berujung pada .melemahnyaketahanan pangan nasional. Ketiga, menu-runnya kapasitas agraria yang berdampakbagi pembangunan berkualitas dan berkelan-jutan.

Ketimpangan agraria tidak hanya men-ciptakan kemiskinan, tapi juga akar dari ber-bagai konflik tanah. Ketimpangan menuntutredistribusi ulang kepemilikan tanah yangmayoritas dikuasai oleh pemodal dan menja-di lahan tidur. Berdasarkan data BPN, ham-pir 70 persen aset nasional Indonesia dikua-sai oleh 0,02 persen penduduk, dan lebih da-ri 50 persen dari aset itu adalah tanah perta-nian (beserta kandungannya). Luas arealperkebunan tahun 2011 mencapai 3.450.144

~ hekrar..Luas hutan: 88A95.000, atau 48,8.persen dari luas wilayah Indonesia. Namun,pada 1990-2005 kita kehilangan hutan: 21,7hektar.

Reforma AgrariaPada titik inilah, urgensi dilaksanakan-

nya Reforma Agraria sebagai suatu strategipembangunan nasional yang utuh dan tidakbisa dipisah-pisahkan menjadi sektor-sektor. yang berdiri sendiri. Suatu gerakan yang me-nyeluruh untuk memenuhi hak asasi rakyatdi bidang ekonomi dan sosial budaya, term a-suk di dalarnnya terciptanya kedaulatan danketahanan pangan.

Reforma Agraria merupakan strategipenting dalam menjamin hak atas pangan,karena Reforma Agraria menjamin kepastianhak atas tanah, suatu sarana terpenting da-lam menghasilkan pangan. Melalui kepemi-likan atas tanah inilah, para petani kecil, ka-urn tunakisma dan buruh tani, yang telahberubah menjadi pemilik tanah, akan lebihterdorong untuk meningkatkan produksi per-taniannya, baik untuk konsumsi keluargaatau pasar.

Reformasi dimaksudjuga harus menja-min bahwa sektor strategis pertanahan danlahan pertanianfperkebunan harus dikuasaisepenuhnya oleh rakyat Indonesia. Petanidan pertanian adalah prasyarat utama untukmembangun sistem ekonomi domestik tanpabermaksud mengabaikan anggota masyara-kat lain yang sebenamya juga masih menda-sarkan hidupnya pada sumber agraria.

Bagaimana Reforma Agraria bisa menja-di pilar kemandirian dan ketahanan panganNasional? Pertama, mengatur penguasaandan kepemilikan tanah (regulation reform)yang berkeadilan dengan agenda pokok re-distribusi tariah kepada petani miskin danpetani penggarap. Kedua, mengatur penggu-naan dan pemanfaatan tanah (access reform)sehingga lahan pertanian memiliki produkti-vitas tinggi. Dalam hal ini, Reforma Agrariamelalui redistribusi tanah harus diikuti pem-bangunan pendukung mulai dari saranatransportasi, irigasi, akses kredit dan pasar

hingga layanan pendidikan, kesehatan, danseterusnya.

Aspek legal reform dan access reform di-atur sangat jelas dalam Tap MPR No. IX2001 tentang Pembaruan Agraria dan Penge-lolaan Sumber Daya Alam (SDA). TAP M-PR itu menjadi sangat penting sebagai lan-dasan legal formal bagi gerakan PembaruanAgraria untuk melindungi hak-hak rakyatatas sumber agraria. Negara berkewajibanuntuk mengusahakan keadilan sosial denganmenjalankan pembaruan agraria sebagai in-strumen untuk menjamin pemenuhan hak-hak ekonomi, .sosial, dan budaya, termasukhak atas pangan.

Konstitusi UUD 1945 maupun KovenanInternasional tentang Hak-hak Ekonomi, So-sial, dan Budaya mengamanatkan jaminanpemenuhan hak-hak ekonomi, sosial dan bu-daya, termasuk hak atas pangan.Dengan de-mikian, tuntutan tentang perlunya ReformaAgraria memiliki landasan konstitusional se-kaligus bersifat universal, karena juga di-mandatkan dalam Kovenan Internasionaltentang Hak-hak Ekonomi, Sosial danBudaya.

Jepang dan BrasilKisah sukses Reforma Agraria di Jepang

dan Brasil patut dipakaj.sebagai referensi.Program Land Reform (Reforma Agraria) diJepang pasca Perang Dunia 11membuat Ne-geri itu mencapai kemandiriari dan kadaulat-an pangan dalam proses bermutu dan berke-lanjutan hingga hari ini.

Brasil kini menjadi negara eksportir uta-ma pangan ke seluruh dunia. Padahal tahun2002 lalu 50 juta rakyatnya menderita ke1a-paran kronis. Namun, melalui program zerohunger (nol kelaparan) berfokus pada pe-ningkatan akses pangan dan gizi, dalam 10tahun program itu berhasil, Program nol ke-laparan tidak hanya berhasil mengentaskanrawan pangan, namun juga mampu mengu-. rangi angka kemiskinan dan pengangguran.

Dalam program nol kelaparan itu, peme-rintah Brasil fokus pada peningkatan perta-nian skala kecil, disertai penyaluran kreditpetani, penyuluhan serta pembangunan iri-.gasi di pedesaan. Pemerintah terlibat menca-ri solusi penyebab struktural dari kerawananpangan, reformasi agraria, dan upah mini-mum. Kini pemerintahnya mencanangkanprogram Brasil tanpa Kemiskinan yang di-"ncurkan Juni 2011. Program itu bertujuanmengentaskan 16,2 juta rakyat Brasil yangmasih sangat miskin.

Program ketahanan pangan yang dilaku-kan Brasil bisa dijadikan rujukan. Salah sa-tunya, memprioritaskan ketahanan pangansebagai kebijakan nasional dengan melibat-kan multisektor. Konferensi PBB tentangLingkungan dan Pembangunan Berkelanjut-an (Rio+20) di Brasil, 20-22 Juni 2012, kira-nya mampu dimanfaatkan Indonesia untukmembangun kemitraan yang luas dalam er-bagai upaya pembangunan sosial ekonomidan lingkungan yang lebih bermutu dan ber-kelanjutan. Pada saat yang sama, memba-ngun komitmen kuat untuk memperkuat pa-sar dalam negeri, termasuk mengawal pelak-sanaan Reforma Agraria sebagai pilar sekali-gus peta jalan (road map) menuju kemandi-rian dan ketahanan pangan nasional.

PENULIS ADALAH DOKTOR HUKUM

PERTANAHAN UNPAD, BANDUNG