refinery - copy

Upload: septian-jefry-cn

Post on 13-Oct-2015

103 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

y

TRANSCRIPT

2.4 Refinery Refinery dalam proses industri perminyakan dapat diartikan sebagai mengolah minyak mentah menjadi produk petroleum yang bisa langsung digunakan maupun produk-produk bahan lain yang bisa menjadi bahan baku bagi industri petrokimia. Kegiatan ini bertujuan agar minyak mentah dapat dimanfaatkan secara optimal. Minyak mentah (crude oil) yang diperoleh dari hasil pengeboran minyak bumi belum dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk berbagai keperluan secara langsung. Hal itu karena minyak bumi masih merupakan campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon, khususnya komponen utama hidrokarbon alifatik dari rantai C yang sederhana/pendek sampai ke rantai C yang banyak/panjang, dan senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon. Untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon, maka pada minyak mentah ditambahkan asam dan basa.Minyak mentah yang berupa cairan pada suhu dan tekanan atmosfer biasa, memiliki titik didih persenyawan-persenyawaan hidrokarbon yang berkisar dari suhu yang sangat rendah sampai suhu yang sangat tinggi. Dalam hal ini, titik didih hidrokarbon (alkana) meningkat dengan bertambahnya jumlah atom C dalam molekulnya. Dengan memperhatikan perbedaan titik didih dari komponen-komponen minyak bumi, maka dilakukanlah pemisahan minyak mentah menjadi sejumlah fraksi-fraksi melalui proses distilasi bertingkat. Destilasi bertingkat adalah proses distilasi (penyulingan) dengan menggunakan tahap-tahap/fraksi-fraksi pendinginan sesuai trayek titik didih campuran yang diinginkan, sehingga proses pengembunan terjadi pada beberapa tahap/beberapa fraksi tadi. Cara seperti ini disebut fraksionasi.Minyak mentah tidak dapat dipisahkan ke dalam komponen-komponen murni (senyawa tunggal). Hal itu tidak mungkin dilakukan karena tidak praktis, dan mengingat bahwa minyak bumi mengandung banyak senyawa hidrokarbon maupun senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon. Dalam hal ini senyawa hidrokarbon memiliki isomerisomer dengan titik didih yang berdekatan. Oleh karena itu, pemisahan minyak mentah dilakukan dengan proses distilasi bertingkat. Fraksi-fraksi yang diperoleh dari destilat minyak bumi ialah campuran hidrokarbon yang mendidih pada trayek suhu tertentu.

2.4.1 Proses Pengolahan Minyak Bumi 1. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Process)Pada primary processing minyak mentah diolah dengan bantuan proses fisika sehingga dapat dipisahkan fraksi-fraksinya. Proses yang digunakan ada distilasi bertingkat karena dapat memisahkan tiap fraksi berdasarkan rentang titik didihnya. Minyak mentah yang didapatkan dari pengeboran, dialirkan menggunakan pipa atau diangkut menggunakan truk tangki ke tangki penyimpanan di kilang minyak. Minyak mentah yang ada didalam tangki penyimpanan akan dialirkan untuk diproses pada CDU (Crude Distilation Unit). Namun sebelum sebelumnya harus diberi pre-treatment untuk menghilangkan kadar air dan garam mineral yang ada dalam minyak mentah tersebut. Contoh unit dalam pre-treatment adalah water drainer dan desalter. Setelah selesai diberikan pre-treatment minyak mentah dialirkan menuju ke sebuah furnace untuk dinaikan suhunya sehingga siap untuk proses distilasi bertingkat. Setelah melewati furnace, suhu dari minyak mentah tersebut kurang lebih 400C lalu masuk kedalam CDU. Untuk menjaga suhu dan tekanan operasi dalam CDU, steam panas dipompakan dari sebuah reboiler (Reboiler merupakan alat penukar panas yang bertujuan untuk mendidihkan kembali serta menguapkan sebagian cairan yang diproses) kedalam CDU. Didalam CDU minyak mentah akan menguap tergantung panjang pendeknya rantai karbon. Semakin panjang rantai karbonnya semakin besar suhu yang dibutuhkan untuk mencapai fase gas. Setelah menguap dalam titik didih, maka terbentuklah berbagai fraksi minyak mentah, seperti fraksi gas, fraksi gasoline, fraksi kerosene, fraksi gas oil dan residue.Gambar 2. Blok Diagram Konfigurasi Kilang Minyak Bumi

Produk yang dihasilkan berupa gas, LPG (C3, C4), Light Naphtha dan heavy Naphtha komponen Premium, (Kerosene) komponen avtur, LGO/HGO komponen Solar, dan long residue. Residue. Ada kalanya Refinery dilengkapi Vacum Unit untuk proses destilasi lanjut long residu secara vacum destilati (pencegah perengkahan yang mengarah karbonisasi produk) dari minyak long residue, mendapatkan hasil komponen LVGO/HVGO, Short residue / aspalt dll untuk proses unit lainnya. Semua ditentukan oleh jenis hydrocarbon yang terkandung dalam type crude oil bahan bakunya.Crude oil mengandung salt water dan sediment. Salt content crude oil biasanya dilaporkan sebagai pounds salt (diukur sebagai sodium chloride) per thousand barrels minyak (ptb). Range salt content bervariasi antara 0 s/d 1000 ptb, biasanya antara 10 s/d 200 ptb.Pada sebagian besar crude oil, sekitar 95% total salt content ditemukan dalam BS&W crude oil. Salt terjadi dalam bentuk highly concentrated brine droplet yang terdispersi dalam crude oil. Droplet ini sangat kecil dan sangat susah terpisah dari crude oil. Proses desalting berfungsi untuk mengencerkan high salt content brine dengan menambahkan fresh water pada crude oil untuk memproduksi low salt content water.Agar fresh water dapat berkontak dengan efektif dengan concentrated brine atau BS&W, suatu emulsi harus terbentuk untuk mendispersi air yang ada pada crude. Emulsi diproduksi dengan melewatkan liquid pada kecepatan tinggi melalui orifice kecil yang kemudian melalui mixing valve. Setelah demulsifikasi dan settling, BS&W yang tersisa dalam crude adalah diluted water, bukan lagi concentrated brine.Pengolahan tahap pertama ini berlangsung melalui proses distilasi bertingkat, yaitu pemisahan minyak bumi ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan titik didih masing-masing fraksi.Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut menara gelembung. Makin ke atas, suhu dalam menara fraksionasi itu makin rendah. Hal itu menyebabkan komponen dengan titik didih lebih tinggi akan mengembun dan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian seterusnya, sehingga komponen yang mencapai puncak menara adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas.

Gambar 2. Kolom Fraksionasi

Hasil-hasil fraksionasi minyak bumi yaitu sebagai berikut : a. Fraksi PertamaPada fraksi ini dihasilkan gas, yang merupakan fraksi paling ringan. Minyak bumi dengan titik didih di bawah 30oC, berarti pada suhu kamar berupa gas. Gas pada kolom ini ialah gas yang tadinya terlarut dalam minyak mentah, sedangkan gas yang tidak terlarut dipisahkan pada waktu pengeboran.Gas yang dihasilkan pada tahap ini yaitu LNG (Liquid Natural Gas) yang mengandung komponen utama propana(C3H8)dan butana(C4H10),dan LPG (Liquid Petroleum Gas) yang mengandung metana(CH4)dan etana(C2H6).b. Fraksi KeduaPada fraksi ini dihasilkan petroleum eter. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil 90oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendinginan dengan suhu 30oC 90oC. Pada trayek ini, petroleum eter (bensin ringan) akan mencair dan keluar ke penampungan petroleum eter. Petroleum eter merupakan campuran alkana dengan rantaiC5H12 C6H14.c. Fraksi KetigaPada fraksi ini dihasilkan gasolin (bensin). Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari 175oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 90oC 175oC. Pada trayek ini, bensin akan mencair dan keluar ke penampungan bensin. Bensin merupakan campuran alkana dengan rantaiC6H14C9H20.d. Fraksi KeempatPada fraksi ini dihasilkan nafta. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari 200oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 175oC- 200oC. Pada trayek ini, nafta (bensin berat) akan mencair dan keluar ke penampungan nafta. Nafta merupakan campuran alkana dengan rantaiC9H20C12H26.e. Fraksi KelimaPada fraksi ini dihasilkan kerosin (minyak tanah). Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari 275oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 175oC- 275oC. Pada trayek ini, kerosin (minyak tanah) akan mencair dan keluar ke penampungan kerosin. Minyak tanah (kerosin) merupakan campuran alkana dengan rantaiC12H26C15H32.f. Fraksi KeenamPada fraksi ini dihasilkan minyak gas (minyak solar). Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari 375oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 250oC- 375oC. Pada trayek ini minyak gas (minyak solar) akan mencair dan keluar ke penampungan minyak gas (minyak solar). Minyak solar merupakan campuran alkana dengan rantaiC15H32C16H34.g. Fraksi KetujuhPada fraksi ini dihasilkan residu. Minyak mentah dipanaskan pada suhu tinggi, yaitu di atas 375oC, sehingga akan terjadi penguapan.Pada trayek ini dihasilkan residu yang tidak menguap dan residu yang menguap. Residu yang tidak menguap berasal dari minyak yang tidak menguap, seperti aspal dan arang minyak bumi. Adapun residu yang menguap berasal dari minyak yang menguap, yang masuk ke kolom pendingin dengan suhu 375oC. Minyak pelumas(C16H34C20H42)digunakan untuk pelumas mesin-mesin, parafin(C21H44C24H50)untuk membuat lilin, dan aspal (rantai C lebih besar dariC36H74)digunakan untuk bahan bakar dan pelapis jalan raya.2. Pengolahan Tahap KeduaPengolahan tahap kedua merupakan pengolahan lanjutan dari hasil-hasil unit pengolahan tahapan pertama. Pada tahap ini, pengolahan ditujukan untuk mendapatkan dan menghasilkan berbagai jenis bahan bakar minyak (BBM) dan non bahan bakar minyak (non BBM) dalam jumlah besar dan mutu yang lebih baik, yang sesuai dengan permintaan konsumen atau pasar.Pada pengolahan tahap kedua, terjadi perubahan struktur kimia yang dapat berupa pemecahan molekul (proses cracking), penggabungan molekul (proses polymerisasi, alkilasi), atau perubahan struktur molekul (proses reforming).Proses pengolahan lanjutan dapat berupa proses-proses seperti di bawah ini :a. Konversi Struktur KimiaDalam proses ini, suatu senyawa hidrokarbon diubah menjadi senyawa hidrokarbon lain melalui proses kimia : Perengkahan (cracking)Dalam proses ini, molekul hidrokarbon besar dipecah menjadi molekul hidrokarbon yang lebih kecil sehingga memiliki titik didih lebih rendah dan stabil.Caranya dapat dilaksanakan, yaitu sebagai berikut: Perengkahan termal; yaitu proses perengkahan dengan menggunakan suhu dan tekanan tinggi saja. Perengkahan katalitik; yaitu proses perengkahan dengan menggunakan panas dan katalisator untuk mengubah distilat yang memiliki titik didih tinggi menjadi bensin dan karosin. Proses ini juga akan menghasilkan butana dan gas lainnya. Perengkahan dengan hidrogen (hydro-cracking); yaitu proses perengkahan yang merupakan kombinasi perengkahan termal dan katalitik dengan "menyuntikkan" hidrogen pada molekul fraksi hidrokarbon tidak jenuh.Dengan cara seperti ini, maka dari minyak bumi dapat dihasilkan elpiji, nafta, karosin, avtur, dan solar. Jumlah yang diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih baik dibandingkan dengan proses perengkahan termal atau perengkahan katalitik saja.Fluid Catalytic Cracking Unit (FCCU), Residu Fluid Catalytic cracking (RFCCU) ataupun Residu Catalytic Cracking Unit (RCCU) merupakan unit prosessejenisyang berfungsi sebagai unit proses perengkah hidrokarbon fraksi berat menjadi fraksi lebih ringan dengan bantuan butiran katalis halus yang dipansakan panas yang digerakkan seperti fluida cair (fluidisasi), pada pengaturan tekanan, temperatur dan kondisi parameter proses tertentu.Proses FCC, RFCC atau RCC dipilih / dipakai dalam rangkaian unit pengolah minyak di Kilang , diutamakan untuk mengolah minyak fraksi berat atau minyak sisa yang bernilai ekonomis rendah.Penamaan Unit FCC (Fluid Catalytic Cracking Unit) menjadi RFCC (Residue Fluid Catalytic Cracking Unit) bila feed ada yang memakai bahan Vacum Gas Oil dan Long Residue dari Unit Crude Destilasi, atau menjadi RCC (Residue Catalytic Cracking Unit) bila feednya adalah minyak Long Residue. Akibat dari menggunaan Feed minyak yang makin berat, dditandai dengan MCRT (CCR) makin tinggi (2.5 naik menjadi 6,3 dst) diperlukan upaya meng-aktifkan kembali katalis yang kembali dari bekas reaksi di Rektor melalui pembakaran coke yang menempel dikatalis pasca proses katalitik di reaktor tersebut. Upaya mengkatifkan, makin memerlukan pembakaran yang lama, bertahap, karena coke lebih banyak, sehinggan dibuatlah design Regenerator katalis yang terdiri dari dua stage, atas (upper regenerator) dan Lower Regenerator, serta dilengkapi Catalyst Cooler untuk mendinginkan sebagian katalis sebelum dikembalikan kereaktor untk membantu reaksi katalitik berikutnya.Katalis FCC/RFCC/RCC berupa butiran halus (40 s/d 140 microns, rata-rata 70-80 microns) digerakkan dengan pengaturan kondisi operasi yang tertentu olen bantuan steam atau lift gas agar dapat bergerak bersirkulasi seperti cairan (fluida) dalam sistim reaktor-regenerator .Proses cracking berlangsungsecara katalitis dan termisdengan perngaturan variable proses yang dipersyaratkan, menghasilkan produk hidrokarbon berbagai fraksi Off Gas (H2, CH4,C2H2, C2H6,), LPG mixed (Propane, Propylene, Butane) Naphtha (komponen gasoline), light cycle oil (LCO), heavy cycle oil HCO), dan slurry oil atau decant oil (DCO) sebagi sisa dan Coke.Produk dipisahkan dengan fraksinator sebagai layaknya crude oil, yang dilengkapi unit proses pemurnian produk dan unit recovery produk berharga lainnya seperti pencucian dengan caustic, recovery ethylen, LPG, propylene, unit polimerisasi gasoline dan lain sebagainya.Sebagai unit proses sekunder, FCC, RFCC atau RCC cukup fleksible dalam persyaratan feed maupun produknya, dan variasi produknya, namun dalam pengoperasiannya perlu ketelitian dan kewaspadaan, termasuk untuk menjaga kehandalan peralatannya.

AlkilasiAlkilasi adalah suatu proses penggabungan dua macam hidrokarbon isoparafin secara kimia menjadi alkilat yang memiliki nilai oktan tinggi. Alkilat ini dapat dijadikan bensin atau avgas. PolimerisasiPolimerisasi adalah penggabungan dua molekul atau lebih untuk membentuk molekul tunggal yang disebut polimer. Tujuan polimerisasi ini ialah untuk menggabungkan molekul-molekul hidrokarbon dalam bentuk gas (etilen, propena) menjadi senyawa nafta ringan. ReformasiReformasi adalah proses yang berupa perengkahan termal ringan dari nafta untuk mendapatkan produk yang lebih mudah menguap seperti olefin dengan angka oktan yang lebih tinggi. Di samping itu, dapat pula berupa konversi katalitik komponen-komponen nafta untuk menghasilkan aromatik dengan angka oktan yang lebih tinggi.

IsomerisasiDalam proses ini, susunan dasar atom dalam molekul diubah tanpa menambah atau mengurangi bagian asal. Hidrokarbon garis lurus diubah menjadi hidrokarbon garis bercabang yang memiliki angka oktan lebih tinggi. Dengan proses ini, n-butana dapat diubah menjadi isobutana yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam proses alkilasi.3. Proses EkstraksiMelalui proses ini, dilakukan pemisahan atas dasar perbedaan daya larut fraksifraksi minyak dalam bahan pelarut (solvent) seperti SO2, furfural, dan sebagainya. Dengan proses ini, volume produk yang diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih baik bila dibandingkan dengan proses distilasi saja.4. Proses KristalisasiPada proses ini, fraksi-fraksi dipisahkan atas dasar perbedaan titik cair (melting point) masing-masing. Dari solar yang mengandung banyak parafin, melalui proses pendinginan, penekanan dan penyaringan, dapat dihasilkan lilin dan minyak filter. Pada hampir setiap proses pengolahan, dapat diperoleh produk-produk lain sebagai produk tambahan. Produk-produk ini dapat dijadikan bahan dasar petrokimia yang diperlukan untuk pembuatan bahan plastik, bahan dasar kosmetika, obat pembasmi serangga, dan berbagai hasil petrokimia lainnya.5. Membersihkan Produk dari Kontaminasi (Treating)Hasil-hasil minyak yang telah diperoleh melalui proses pengolahan tahap pertama dan proses pengolahan lanjutan sering mengalami kontaminasi dengan zat-zat yang merugikan seperti persenyawaan yang korosif atau yang berbau tidak sedap. Kontaminan ini harus dibersihkan misalnya dengan menggunakan caustic soda, tanah liat, atau proses hidrogenasi.Proses pengolahan minyak mentah menjadi fraksi-fraksi minyak bumi yang bermanfaat dilakukan di kilang minyak (oil refinery). Di Indonesia terdapat sejumlah kilang minyak, antara lain:1. Kilang minyak Cilacap, Jawa Tengah (Kapasitas 350 ribu barel/hari)2. Kilang minyak Balongan, Jawa Tengah (Kapasitas 125 ribu barel/hari)3. Kilang minyak Balikpapan, Kalimantan Timur (Kapasitas 240 ribu barel/hari)4. Kilang minyak Dumai, Riau5. Kilang minyak Plaju, Sumatra Selatan;6. Kilang minyak Pangkalan Brandan, Sumatra Utara; dan7. Kilang minyak Sorong, Papua.

2.4.2 Hasil Produk Pengolahan Minyak Bumi 1. Solar-IDO a) Warna/Penampakan: Hitamb) Sulphur Contant (% wt): 1,5c) Viscoesity Redwood 1/100 F Secs: 35 45 d) Specific Gravity at 60/60 F: 0,84 0,920 e) Flash Point PM cc F: 150f) Pour Point F: 65

Gambar 2. Solar-IDO

Minyak diesel adalah hasil penyulingan minyak yang berwarna hitam yang berbentuk cair pada temperatur rendah. Biasanya memiliki kandungan sulfur yang rendah dan dapat diterima oleh Medium Speed Diesel Engine di sektor industri. Oleh karena itulah, diesel oil disebut jugaIndustrial Diesel Oil(IDO) atauMarine Diesel Fuel(MDF). Minyak diesel IDO biasanya digunakan untuk bahan bakar pada sektor industri termasuk pembangkit listrik.

2. Minyak Bakara) Warna/Penampakan: Hitamb) Sulphur Contant (% wt): 3,5c) Specific Gravity at 60/60 F: 0,990d) Puor Point F: 80e) Flash Point PM cc F: 150f) Viscosity Redwood 1/100 F: 400 1.250g) Caloritic Value gross BTU/lb:1.800

Gambar 2. Minyak Bakar

Minyak Bakar bukan merupakan produk hasil destilasi tetapi hasil dari jenis residu yang berwarna hitam. Minyak jenis ini memiliki tingkat kekentalan yang tinggi dibandingkan minyak diesel. Pemakaian minyak bakar umumnya untuk pembakaran langsung pada industri besar dan digunakan sebagai bahan bakar untuksteam power stationdan beberapa penggunaan yang dari segi ekonomi lebih murah dengan penggunaan minyak bakar. Minyak Bakartidak jauh berbeda denganMarine Fuel Oil(MFO). Minyak bakar biasanya digunakan oleh pabrik / industri boiler (ketel uap), heating (pemanas), drying (pengering), furnace (dapur/tungku industri), Industri Pertanian Pemanas (untuk pemnas ruangan, pada negara musim dingin), Pemanas Tembakau ( Tobacco heating), Industri Konstruksi Mesin mesin konstruksi, Pemanas Pabrik Aspal (asphalt plant heating), Transportasi Laut, Mesin Generator Listrik, Bahan bakar kapal, Bulldozer (Road transportation) dan sebagainya.

3. Minyak Solar-ADO a) Warna/Penampakan: Coklatb) Sulphur Contant (% wt): 0,5c) Flash Point PM cc F: 150d) Specific Gravity at 60/60 F : 0,820 0,870 e) Viscosity Kinematic at 100 F cS: 1,6 5,8f) Pour Point F: 65g) Cetane Number: 45

Gambar 2. Solar-ADO

Minyak solar adalah bahan bakar minyak dihasilkan dengan menyuling dari minyak bumi mentah. Bahan bakar ini mempunyai warna kuning coklat yang jernih. Minyak solar ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pada semua jenis motor Diesel dan juga sebagai bahan bakar untuk pembakaran langsung didalam dapur-dapur kecil yang menghendaki hasil pembakaran yang bersih. Minyak ini sering disebut juga sebagai gas oli,(Automotive Diesel Oil) ADO, HSD atau Dieseline. Pada temperatur biasa, artinya pada suhu kamar tidak menguap dan titik nyalanya jauh lebih tinggi dari pada bahan bakar bensin.

4. Kerosenea) Warna/Penampakan: Beningb) Sulphur Contant (% wt): 0,20c) Specific Gravity at 60/60 F: 0,835d) Flash Point Abal F: 100e) Smoke Point: 16

Gambar 2. Kerosene Minyak tanah dikenal juga dengan nama kerosene atau paraffin, yaitu cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Nama kerosene diturunkan dari bahasa Yunani Keros (, wax). Pada suatu waktu kerosene banyak digunakan dalam lampu minyak tanah tetapi sekarang utamanya digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (lebih teknikal Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8). Sebuah bentuk dari kerosene dikenal sebagai RP-1 dibakar dengan oksigen cair sebagai bahan bakar roket.. Kerosene biasa juga di gunakan untuk membasmi serangga seperti semut dan mengusir kecoa. Kadang di gunakan juga sebagai campuran dalam cairan pembasmi serangga seperti pada merk/ brand baygone.

5. Premium a) Warna/Penampakan : Kuningb) Sulphur Contant (% wt): 0,20c) Tel Contant CC/US Gal: 1,5d) RVP at 100 F psi: 9,0e) Research Octane Number : 88

Gambar 2. Premium

Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Premium merupakan BBM untuk kendaraan bermotor yang paling populer di Indonesia. Premium di Indonesia dipasarkan oleh Pertamina dengan harga yang relatif murah karena memperoleh subsidi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Premium merupakan BBM dengan oktan atau Research Octane Number (RON) terendah di antara BBM untuk kendaraan bermotor lainnya, yakni hanya 88. Pada umumnya, Premium digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti: mobil, sepeda motor, motor tempel, dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol.Kelemahan premium adalah sebagai berikut Dari sisi lingkungan, Premium masih memiliki kandungan logam berat timbal yang berbahaya bagi kesehatan. Dari sisi teknologi, penggunaan Premium dalam mesin berkompresi tinggi, akan menyebabkan mesin mengalami knocking atau ngelitik. Sebab, Premium di dalam mesin kendaraan akan terbakar dan meledak tidak sesuai dengan gerakan piston. Knocking menyebabkan tenaga mesin berkurang, sehingga terjadi inefisiensi. Dari sisi finansial, knocking yang berkepanjangan menyebabkan kerusakan piston. Sehingga kendaraan bermotor harus diganti pistonnya.

6. Pertamaxa) Warna/Penampakan: Birub) Sulphur Contant (% wt): 0,20c) Tel Contant CC/US Gal: 0,13d) RVP at 100 F psi: 6,2e) Research Octane Number: 9,2

Gambar 2. Pertamax

Jenis bensin tersebut biasanya diwakili dengan angka / nilai oktan (RON), misalnya Premium ber-oktan 88, Pertamax ber-oktan 92 dan seterusnya.Semakin tinggi angka oktan, maka harga per liternya pun umumnya lebih tinggi. Namun belum tentu bahwa jika mengisi bensin ber-oktan tinggi pada mesin mobil/motor kita, kemudian akan menghasilkan tenaga yang lebih tinggi juga. Kesimpulannya semakin tinggi nilai oktan, maka bensin semakin lambat terbakar (dikarenakan titik bakarnya lebih tinggi). Semakin tinggi nilai oktan, maka bensin lebih sulit menguap (penguapan rendah)Pertamax biasanya digunakan untuk kenderaan high-end atau tahun tinggi. Pertamax pertama kali diluncurkan pada tahun 1999 sebagai pengganti Premix 98 karena unsur MTBE yang berbahaya bagi lingkungan. Unsur MTBE mengakibatkan pencemaran air tanah di Texas, Amerika Serikat.

7. Avtur a) Warna/Penampakan: Beningb) Sulphur Contant (% wt): 0,20 0,30c) Flash Point C: 38 C (100 F)d) Density at 15 C Kg/l: 0,830e) Freezing Point C: Minus 47 60 f) Calorific Value BTU/lb: 18.400

Gambar 2. Avtur

Avtur adalah salah satu jenis bahan bakar berbasis minyak bumi yang berwarna bening hingga kekuning-kuningan, memiliki rentang titik didih antara 145 hingga 300oC, dan digunakan sebagai bakar pesawat terbang. Secara umum, avtur memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan bahan bakar yang digunakan untuk pemakaian yang kurang genting seperti pemanasan atau transportasi darat. Avtur biasanya mengandung zat aditif tertentu untuk mengurangi resiko terjadinya pembekuan atau ledakan akibat temperatur tinggi serta sifat-sifat lainnya.

8. Avgas a) Warna/Penampakan: Hijau Beningb) Tel Contant mls/AG: 4,0c) RVP at 100 F psi: 5,5 7,0 d) Freezing Point C: Minus 60e) Calorific Value Nett BTU/lb: 18.700

Gambar 2. Avgas

Bahan bakar minyak ini merupakan jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avgas dibuat untukbahan bakar pesawat udara dengan tipemesin dengan sistem pembakaran dalam(internal combution), danmesin piston dengan sistem pengapian. Performa Avgas ini ditentukan dengan nilaioctane numberantara nilai dibawah100 dan juga diatas nilai 100.NilaioctanejenisAvgasyang beredar di Indonesia memiliki nilai 100/130.

2.4.3 Macam-Macam Minyak Bumi di Indonesia Macam-macam Minyak yang ada di Museum Migas yaitu antara lain: Minyak Bumi Duri, Riau Minyak Bumi Jati Barang, Indramayu Minyak Bumi Cinta Minyak Bumi Handil

Gambar 2.13 Minyak Bumi Duri

Minyak Bumi Duri Derajat Api: 21,1 Titik Tuang oC: 30 Kadar Sulfur %wt : 0,24 Jenis Minyak: Parafin Viskositas cst: 27,47/40o Residu % wt: 79,25/342o Berat Jenis: 0,927/15oC

Gambar 2.14 Minyak Bumi Jatibarang

Minyak Bumi Jati Barang Derajat Api: 24 33/60 Titik Tuang oC: 40 - 46 Kadar Sulfur %wt : 0,11 0,17 Jenis Minyak: Parafin Viskositas cst: 2,0 Residu % wt: - Berat Jenis: 0,9/15oC

Gambar 2.15 Minyak Bumi Handil

Minyak Bumi Handil Derajat Api: 33,8 Titik Tuang oC: 30 Kadar Sulfur %wt : 0,07 Jenis Minyak: Parafin Viskositas cst: 2,86/50o Residu % wt: 38,55/342o Berat Jenis: 0,85/15oC