referat tht wahyu

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dengan berbicara manusia dapat mengekspresikan keinginannya, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Berbicara merupakan salah satu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata- kata untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. 1 Berbicara dan berbahasa merupakan indikator yang berguna dari keseluruhan kemampuan perkembangan dan kognitif pada anak, juga berhubungan dengan keberhasilan sekolah. Melakukan deteksi dini pada anak-anak yang mempunyai risiko untuk keterlambatan perkembangan dalam hal berbicara dan berbahasa adalah salah satu hal yang dapat dilakukan oleh setiap orang tua, sehingga anak tersebut memiliki kesempatan untuk sembuh. 2 Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang sering ditemukan pada anak. Di Amerika Serikat, prevalensi untuk keterlambatan bicara dan bahasa telah dilaporkan dalam batasan yang luas. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Cochrane melaporkan, prevalensi untuk keterlambatan bicara, keterlambatan berbahasa dan kombinasi keduanya pada umur pra sekolah dan anak umur sekolah. Untuk anak usia pra sekolah, 2 sampai 4,5 tahun studi yang mengevaluasi kombinasi 1

Upload: adi-rinaldi

Post on 30-Sep-2015

9 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

hshsh

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangBerbicara merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dengan berbicara manusia dapat mengekspresikan keinginannya, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Berbicara merupakan salah satu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.1Berbicara dan berbahasa merupakan indikator yang berguna dari keseluruhan kemampuan perkembangan dan kognitif pada anak, juga berhubungan dengan keberhasilan sekolah. Melakukan deteksi dini pada anak-anak yang mempunyai risiko untuk keterlambatan perkembangan dalam hal berbicara dan berbahasa adalah salah satu hal yang dapat dilakukan oleh setiap orang tua, sehingga anak tersebut memiliki kesempatan untuk sembuh.2Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang sering ditemukan pada anak. Di Amerika Serikat, prevalensi untuk keterlambatan bicara dan bahasa telah dilaporkan dalam batasan yang luas. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Cochrane melaporkan, prevalensi untuk keterlambatan bicara, keterlambatan berbahasa dan kombinasi keduanya pada umur pra sekolah dan anak umur sekolah. Untuk anak usia pra sekolah, 2 sampai 4,5 tahun studi yang mengevaluasi kombinasi keterlambatan bicara dan bahasa melaporkan prevalensi antara 5% sampai 8% dan studi tentang keterlambatan sebanyak 2,3% sampai 19%. Sedangkan, anak dengan keterlambatan bicara dan bahasa usia pra sekolah yang tidak diterapi yaitu sebanyak 40% sampai 60%.2Rata-rata anak yang mengalami gangguan berbicara dan berbahasa adalah sekitar 5% pada anak usia sekolah, diantaranya meliputi kelainan pada suara (3%) dan gagap (1%). Insiden pada anak-anak sekolah dasar dengan gangguan perkembangan adalah 2% sampai 3%. Dari jumlah gangguan pada anak usia sekolah, 10% sampai 20% membutuhkan beberapa tipe pendidikan khusus. Sekitar sepertiga murid yang tuli mengikuti sekolah khusus dan dua pertiga mengikuti program di sekolah khusus anak-anak tunarungu kemudian sisanya mengikuti sekolah reguler.3Menurut Indah (2006) keterlambatan berbicara terjadi pada 3-15% anak dan merupakan kelainan perkembangan yang paling sering terjadi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1% anak yang mengalami keterlambatan bicara tetap tidak dapat berbicara, 30% dari anak dengan keterlambatan ringan akan sembuh dengan sendirinya sedangkan sisanya 70% akan mengalami kesulitan berbahasa dan mengalami kesulitan belajar.4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi BicaraBicara adalah pengucapan yang menunjukkan keterampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata. Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu. Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi. Perkembangan wicara secara normal dapat diharapkan berlangsung sama seperti dalam proses motorik., adaptasi dan sosialisasi pada anak. Seperti semua tingkah laku yang sudah di pelajari, berbicara tergantung pada proses pematangan. Ada suatu periode kesiapan bicara yaitu antara usia 9 bulan sampai 5 tahun, ketika anak menguasai kemampuan berbicara sebagai alat komunikasi.52.2 Fisiologi Bicara Pada AnakBayi dilahirkan tanpa keinginan atau kebutuhan untuk menggunakan bahasa oral kecuali menangis, yang mungkin dianggap sebagai bahasa oral. Anak mungkin belajar berkata karena lingkungan terdekatnya berbicara satu sama lain dan juga kepadanya. Dari sudut pandangan sistem tubuh, tahap-tahap perkembangan wicara menyangkut pencapaian kemampuan mengatur pernafasan, kemudian mengatur laring dan akhirnya mengatur artikulasi. Sebagai tambahan, sifat suara (nada tinggi, tekanan dan tempo) cenderung berkembang sebelum ucapan fonemik.5Perkembangan wicara pada anak dapat dibagi dalam lima tahap, dimana setiap tahapnya mempunyai kekhususan sendiri yang tercampur sebagai kumulatif.5a. TangisanTahap pertama adalah menangis, termasuk tangisan yang berarti dan tidak berarti. Meskipun tangisan bayi pada awalnya tidak mempunyai perbedaan makna, reaksi suara yang timbul, seperti bicara adalah hasil dari ekspresi. Tangisan yang mempunyai arti timbul pada bulan-bulan pertama. Seorang anak sudah mulai ada hubungan dengan situasi di sekitarnya dan sang ibu segera belajar menafsirkan akan hal-hal yang dibutuhkan atau diinginkan oleh anaknya. Menurut Lewis (1957) menyatakan bahwa perkembangan bicara pada anak tergantung pada reaksi yang menanggapi tangis dan degukannya

b. CelotehTahap kedua dalam perkembangan bicara disebut beceloteh. Bayi tidak meninggalkan tangisan yang berarti, tetapi biasanya pada bulan ke 3 dan ke 4 ia mengeluarkan berbagai suara sesukanya dan tampaknya ia mungkin memperhatikan atau juga bereaksi terhadap suara sekitarnya.c. LalasiTahap ketiga ini dimulai sesudah umur 6 bulan. Mula-mula suara yang dihasilkan merupakan lanjutan dari berceloteh, tetapip kemudian si bayi memperlihatkan reaksi lebih selektif terhadap suara orang lain, dan juga terhadap suara yang dikeluarkannya sendiri.d. Ekolalia (membeo)Istilah untuk tahap keempat, dimulai sekitar umur 9 sampai 10 bulan ketika bayi mulai mengulangi suara-suara yang didengar dari sekitarnya. Seperti lalasi, rupanya ia menghasilkan suara menyenangkan baginya dan orang lain yang mengajarkannya.e. Penguasaan bicaraTahap kelima adalah penguasaan bahasa sebagai alat praktis untuk brekomunikasi. Sebelum anak memasuki tahap akhir yang selalu berkembang ini, ia harus sudah menguasai fungsional pola bicara konvensional.

Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Bicara dan Bahasa pada Anak.6UmurKemampuan ReseptifKemampuan Ekspresif

LahirMelirik ke sumber suaraMemperlihatkan ketertarikan terhadap suara-suaraMenangis

2-4 bulanTertawa dan mengoceh tanpa arti

6 bulanMemberi respon jika namanya dipanggilMengeluarkan suara yang merupakan kombinasi huruf hidup (vowel) dan huruf mati (konsonan)

9 bulanMengerti dengan kata-kata yang rutin (da-da)Mengucapkan ma-ma, da-da

12 bulanMemahami dan menuruti perintah sederhanaBergumamMengucapkan satu kata

15 bulanMenunjuk anggota tubuhMempelajari kata-kata dengan perlahan

18-24 bulanMengerti kalimatMenggunakan/merangkai dua kata

24-36 bulanMenjawab pertanyaanMengikuti 2 langkah perintahFrase 50% dapat di mengertiMembentuk 3 atau lebih kalimatMenanyakan apa

36-48 bulanMengerti banyak apa yang diucapkanMenanyakan mengapaKalimat 75% dapat dimengertiBahasa sudah mulai jelasMenggunakan lebih dari 4 kata dalam satu kalimat

48-60 bulanMengerti banyak apa yang dikatakan, sepadan dengan fungsi kognitifMenyusun kalimat dengan baikBercerita100% kalimat dapat di mengerti

6 tahunPengucapan bahasa lebih jelas

2.3 Gangguan Bicara Pada Anak Istilah gangguan komunikasi meliputi berbagai macam masalah dalam bahasa, bicara dan pendengaran. Gangguan berbicara dan berbahasa masalah artikulasi, gangguan suara, masalah kelancaran (seperti gagap), aphasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya diakibatkan oleh karena cedera pada otak), dan keterlambatan berbicara atau berbahasa. Gangguan bahasa dan berbicara pada anak biasanya diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah oleh karena faktor lingkungan taau gangguan pendengaran. Banyak gangguan komunikasi yang dialami oleh setiap anak-anak akibat dari kondisi lain, diantaranya seperti ketidakmampuan belajar, cerebal palsy, keterbelakangan mental atau bibrir sumbing.32.3.1 Epidemiologi Gangguan Bicara Pada AnakAngka kejadian keseluruhan perkiraan untuk bicara dan gangguan bahasa secara luas menjadi 5% dari anak usia sekolah. Angka ini termasuk gangguan suara (3%) dan gagap (2%). Insidensi anak SD yang menunjukkan gangguan fonologis atau artikulasi pembangunan adalah 2% sampai 3%, meskipun persentasenya terus menurun oleh karena usia.3Perkiraan gangguan pendengaran bervariasi, dengan satu angka yang diterima secara luas dari 5% merupakan bagian dari anak usia sekolah dengan gangguan tingkat di luar batas normal. Dari jumlah ini, 10% sampai 20% memerlukan pendidikan khusus.32.3.2 Patofisiologi Gangguan Bicara Pada Anak 7Otak memliki tiga pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahasa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat. Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area Wernickle, yang merupakan pusat persepsi auditoroleksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi visuoleksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahsa tulis, sedangkan area broca adalah pusat bahasa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi gangguan bicara pada anak diantaranya ialah : Aspek Sensorik Komunikasi. Kerusakan pada bagian area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual pada korteks dapat menimbulkan ketidakmampuan untuk mengerti kata-kata yang diucapkan dan kata-kata yang tertulis. Efek ini secara berturut-turut disebut sebagai afasia reseptif auditorik dan afasia respetif visual atau lebih umum, tuli kata-kata dan buta kata-kata (disebut juga dislekia). Beberapa orang mampu mengerti kata-kata yang diucapkan atau yang dituliskan namun tidak mampu menginterpretasikan pikiran yang diekspresikan. Keadaan ini sering terjadi bila area Wernickle yang terdapat di posterior girus temporalis superior pada hemisfer dominan mengalami kerusakan atau kehancuran. Oleh karena itu tipe afasia ini disebut afasia Wernickle.Bila lesi pada area ini meluas dan menyebar kebeberapa tempat seperti ke belakang regio girus angular, ke inferior area bawah lobus temporalis dan ke superior tepi superior fisura sylvian, maka pasien tampak seperti benar-benar terbelakang secara total (totally demented) untuk mengerti bahasa atau berkomunikasi dan karena itu dikatakan menderita afasia global.

Aspek Motorik Komunikasi.Proses bicara melibatkan dua stadium utama aktivitas mental : (1) membentuk pikiran untuk diekspresikan berikut memilih kata-kata yang akan digunakan, kemudian (2) mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri. Pembentuka suatu pikiran dan bahkan pemilihan kata-kata merupakan fungsi area asosiasi sensorik otak. Sekali lagi, area Wernickle pada bagian posterior girus temporalis superior merupakan hal yang paling penting untuk kemampuan ini.Oleh karena itu, pasien yang mengalami afasia wernickle atau afasia global tidak mampu memformulasikan apa yang ada dalam pikirannya untuk dikomunikasikan atau bila lesi tidak begitu parah, pasien mampu memformulasikan fikirannya namun tidak mampu menyusun kata-kata yang sesuai secara berurutan dan bersama-sama untuk mengekspresikan pikirannya. Kadangkala, pasien fasi berkata-kata namun kata-kata yang dikeluarkannya tidak beraturan.Pasien mampu menentukan apa yang ingin dikatakannya, namun tidak dapat mengatur sistem vokalnya untuk menghasilkan kata-kata selain suara ribut. Efek ini disebut afasia motorik, disebabkan oleh kerusakan pada area biacara broca yang terletak pada regio fasia prefrontal dan premotorik korteks serebri, kira-kira 95% kelainannya terletak pada hemisfer kiri. Oleh karena itu, pola keterampilan motorik yang dipakai untuk mengatur laring, bibir, mulut, sistem respirasi dan otot-otot lainnya yang dipakai untuk bicara dimulai dari daerah ini. Artikulasi.Kerja artikulasi yang berarti pergerakan otot-oto mulut, lidah, laring, pita suara dan sebagainya yang bertanggung jawab untuk intonasi, waktu dan perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara. Regio fasial dan laringeal korteks motorik mengaktifkan otot-otot ini dan cerebelum, ganglia basalis serta korteks sensorik semuanya membantu mengatu urutan dan intensitas kontraksi otot, dengan mekanisme umpan balik serebral dan fungsi ganglia basalis. Kerusakan oada setiap regio ini akan menyebabkan ketidakmampuan parsial atau total untuk berbicara dengan jelas.

Tabel 2.2 Indikasi Untuk Keterlambatan dan Gangguan Bahasa dan Bicara.6UmurHal yang ditemukan

KelahiranKurangnya respon terhadap suaraKurangnya keinginan dalam berinteraksi

4 bulanKurang berkomunikasi

6-9 bulanKehilangan kemampuan awal untuk berceloteh

12 bulanKegagalan untuk mengatakan ma-ma, da-daKehilangan pada saat berbahasa

15-18 bulanTidak ada kata-kata tunggalPemahaman yang tidak bagus terhadap bahasa setiap kata-kata

24 bulanKemampuan berbahasa kurang dari 50 kataKurang dari 50% berbahasa dimengerti oleh orang lain

36 bulanIntonasi datar atau kakuCara bicara yang dikeluarkan sering mengalami pengulangan atau mengalami keterlambatan dalam berbicara

48 bulanKetidakmampuan untuk berpartisipasi dalam percakapanGagap

6-7 tahunTidak dapat menghasilkan suara yang baik

2.3.3 Klasifikasi Gangguan Bicara Pada Anak 51. Gangguan artikulasi (dislalia)Masalah ini menyangkut produksi suara yang tidak sempurna dan kombinasi suara yang mengalami distorsi, menghilang, timbul suara lain atau adanya suara tambahan. Kadang-kadang kelainan artikulasi menyebabkan ucapan sukar dimengerti, tetapi masalah ini lebih seirng hanya mengenai suara yang relatif sedikit , dan meskipun tidak benar sering disebut cedal atau pelat.

2. Gangguan irama bicara (gagap)Bentuk ketidaklancaran ini mempunyai karakteristik pengulangan suara, kata-kata atau ungkapan, perpanjangan suara dengan terhenti tidak beraturan (ragu-ragu) dengan penggantian kata atau dengan penggunaan kata-kata selingan. Perilaku ini dapat terbatas, tetapi lebih sering orang yang gagap memperlihatkan kombinasi dari beberapa kelainan. Mereka mengeluarkan suara selingan yang tidak dapat dimengerti, dalam cara suatu pembicaraan yang diharapkan lancar.3. Ketidakmampuan linguistik (salah simbolisasi)Hal ini berhubungan dengan gangguan ekspresi atau berfikir melalui bahasa verbal dan pengertiannya. Dalam kategori ini, termasuk pula berbagai masalah dari keterlambatan atau penyimpanan wicara sampai afasia.4. Gangguan kelainan nadaKenyaringan atau kualitas bicara yang diklasifikasikan sebagai defek suara. Masalah suara timbul bila nada, kenyaringan atau kualitas suara seseorang dibandingkan dengan suara dari kebanyakan orang dari kelompok umur, jenis kelamin, dan budaya yang sama.2.3.4 Penatalaksanaan gangguan bicara dan bahasa pada anak 51. Penatalaksanaan kelainan artikulasiTujuan dalam penatalaksanaan ini adalah untuk menentukan dan memperbaiki suara yang serak. Meskipun, ada berbagai cara pendekatan terapi, persamaan diantara berbagai penatalaksanaan dapat dimasukkan ke dalam 4 langkah, diantaranya adalah :a. Melatih ketrampilan perseptual pembicara (identifikasi dan diskriminasi suara)b. Mebangkitkan respon baru (produksi suara yang benar)c. Memperkuat dan membiasakan pemakaian produksi yang benar sampai tingkat percakapan yang memiliki artid. Mempertahankan respon baru dalam berbicara yang bersifat percakapan baik didalam maupun diluar program klinikKetiga respon terakhir khusus disusun untuk membiasakan respon baru. Dengan kata lain terapi paling banyak ditujukan untuk meningkatkan ketepatan dan konsistensi kemampuan.

2. Penatalaksanaan gangguan irama bicara (gagap)Terapi gagap penting bagi orang tua yang anaknya menunjukkan sedikit keraguan dan pengulangan bicara untuk tidak emosi terhadap bicara ini, untuk mencegah timbulnya perhatian dan kekhawatiran yang tidak perlu pada si anak. Anak yang baru mulai gagap tidak perlu langsung mendapatkan terapi wicara atau terapi lain yang dapat dihubungkan dengan produksi suaranya. Gagap tingkat lanjut harus mencari bantuan ahli patologi wicara yang berwenang. Tatalaksana ini harus dilakukan oleh orang mempunyai pendidikan akademik dan pengalaman dalam bidang patologi wicara, psikologi klinik, atau psikiatri. Secara umum penatalaksanaan gagap ialah mengubah sikap, caranya berbicara dan / ataulingkungan penggagap. 3. Penatalaksanaan gangguan simbolisasia. Penatalaksanaan anak dengan kelainan bahasa yang spesifikDalam banyak hal, bahasa sama dengan yang digunakan untuk kelainan-kelainan komunikasi lain. Suatu program yang terencana berdasarkan pengujian bahasa , harus diarahkan pada daerah yang berhubungan dengan produksi dan / atau pengertian bahasa oral. Menurut Philips, prinsip-prinsip umum berikut ini dapat dipakai dengan prosedur spesifik apapun yang digunakan : 1) lebih baik dilakukan penangan dini, 2) tujuan akhir terapi adalah bahasa normal, 3) prosedur terapi umunya disesuaikan dengan pola membuat suatu kebiasaan, 4) orang tua dan guru-guru sering diikutsertakan dalam program terapi, dan 5) harus dialakukan penilaian yang terus menerus terhadap anak dan masalahnya.b. Penatalaksanaan afasia pada anakMenurut Wood (1964), menyatakan bahwa pendekatan terhadap anak dengan afasia mempunyai tiga tujuan dasar dalam terapi, diantaranya ialah : Anak dengan afasia membutuhkan pendekatan khusus mengenai masalah bicara, bahasa dan pendidikannya yang dirancang untuk mendapatkan pengalaman yang berarti, sehingga anak mempunyai kesempatan untuk menghubungkan simbol verbal (yaitu kata-kata) dengan objek, orang, tempat dan benda-benda yang tepat. Pendidikan anak-anak ini harus ditujukan untuk membantu mereka menyusun rangsangan yang datang, sehingga mereka menyusun rangsangan yang datang, sehingga mereka dapat mengerti dan memahami informasi yang datang, untuk digunakan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Anak-anak ini harus diperkenalkan kepada suatu sistem, bahwa bicara bukan merupakan hafalan artikulasi dari suara, tetapi lebih merupakan cara untuk mengekspresikan pikiran yang terorganisasi dan mempunyai arti.

BAB IIIKESIMPULANKemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan pada ana, karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensorik motorik, psikologis, emosi dan lingkungan di sekitar anak. Diperkirakan gangguan bicara pada anak adalah sekitar 4% sampai 5%. Deteksi dan penanganan dini pada gangguan keterlambatan bicara dan berbahasa pada anak dapat membantu baik anak atau orang tua untuk memperkecil kesulitan di masa sekolah anak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Putri, M.H., 2013. Metode Tanya Jawab Bermedia Video Untuk Meningkatkan Aktivitas Berbicara Anak Autis. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.2. Nelson, H.D., Nygren, P., Walker, M., and Panoscha, R. 2006. Screening for Speech and Languange Delay in Preschool Children: Systematic Evidance Review for the US Preventive Services Task Force. Journal Of The American Academy Of Pediatrics.3. ComeUnity. Children with Communication Disorders dalam Childrens Disabilities And Special Needs www.comeunity.com [diakses pada tanggal 2 Juni 2014].4. Indah, R.N., 2006. Proses Pemerolehan Bahasa: Dari Kemampuan hingga Kekurangmampuan Berbahasa. Malang: Universitas Islam Negeri.5. Moore, P., Hicks, D.M., and Abbott, T.B. 2004. Gangguan Bicara dan Bahasa. Binarupa Aksara : Jakarta.6. Feldman, H.M. 2005. Evaluation and Management of Languange and Speech Disorders on Preschool Children. Pediatric in Review.7. Guyton, A.C., and Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC: Jakarta.13