referat tabir surya

17
REFERAT TABIR SURYA dr. Lydwina J.C. Periode 19 24 Januari 2015

Upload: lydwina-jc

Post on 20-Nov-2015

58 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Tabir Surya

TRANSCRIPT

  • REFERAT

    TABIR SURYA

    dr. Lydwina J.C.

    Periode 19 24 Januari 2015

  • PENDAHULUAN

    1. Anatomi Kulit

    Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup

    manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m2 dengan berat kira-kira 16% berat badan. Kulit

    merupakan organ yang esensial dan vital vserta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.

    Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis

    kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Tortora, Derrickson, 2009). Kulit

    mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai perlindung, pengantar haba, penyerap, indera

    perasa, dan fungsi pergetahan (Setiabudi, 2008).

    Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang, pirang dan hitam, warna

    merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia

    orang dewasa (Djuanda, 2003).

    Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang elastis

    dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat

    di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang berambut kasar

    terdapat pada kepala (Djuanda, 2003).

    Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan

    epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang

    memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan

    adanya sel dan jaringan lemak (Tortora, Derrickson, 2009).

  • 1.1. Lapisan Epidermis

    Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum,

    stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum adalah lapisan kulit yang paling luar

    dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya

    telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Stratum lusidum terdapat langsung di bawah

    lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang

    berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak

    tangan dan kaki (Djuanda, 2003).

    Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma

    berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin.

    Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya

    berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak

    mengandung glikogen, dan inti terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke

    permukaan makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel stratum spinosun terdapat jembatan-

    jembatan antar sel yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Pelekatan antar

    jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di

    antara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung

    banyak glikogen (Djuanda, 2003).

    Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertical pada

    perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan

    epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mrngalami mitosis dan berfungsi reproduktif.

    Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan

    protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang

    antar sel, dan sel pembentuk melanin atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda,

    dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes)

    (Djuanda, 2003).

    1.2. Lapisan Dermis

    Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis yang jauh

    lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat

    dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi

  • menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung

    serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya yang menonjol

    kea rah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen,

    elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan

    kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblast, membentuk ikatan yang mengandung

    hidrksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur

    menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin

    biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis

    (Djuanda, 2003).

    1.3. Lapisan Subkutis

    Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar

    berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti

    terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang

    dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut

    panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung

    saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama

    bergantung pada lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak

    mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan (Djuanda, 2003).

    Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas

    dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di

    dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan di

    pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih

    besar. Bergandengan dengan pembuluh darah teedapat saluran getah bening (Djuanda, 2003).

    1.4. Adneksa Kulit

    Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Kelenjar kulit

    terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit. Ada 2 macam

    kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan

    sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya

    lebih kental (Djuanda, 2003).

    Kelenjar enkrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan berfungsi 40

    minggu setelah kehamilan. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan bermuara langsung di

    permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan

  • kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf

    kolinergik, faktor panas, dan emosional (Djuanda, 2003).

    Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola mame,

    pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, pada

    waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret. Keringat

    mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa, biasanya pH sekitar 4-6,8 (Djuanda,

    2003).

    Kelenjar palit terletak di selruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak tangan

    dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret

    kelenjar ini berasala dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di

    samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut).

    Sebum mengandungi trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol.

    Sekresi dipengaruhi hormone androgen, pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada

    pubertas menjadi lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi secara aktif (Djuanda, 2003).

    Kuku, adalah bagian terminal stratum korneum yang menebal. Bagian kuku yang

    terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak

    kulit pada ujung jari dikenali sebagai badan kuku, dan yang paling ujung adalah bagian kuku

    yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm

    per minggu. Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku. Kulit tipis yang yang

    menutupi kuku di bagian proksimal disebut eponikium sedang kulit yang ditutupki bagian

    kuku bebas disebut hiponikium (Djuanda, 2003).

    Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit dan bagian yang berada di luar

    kulit. Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak

    mrngandung pigmen dan terdapat pada sbayi, dan rambut terminal yaitu rambut yang lebih

    kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat pada orang dewasa. Pada

    orang dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat bulu mata, rambut ketiak, rambut

    kemaluan, kumis, dan janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi hormone androgen.

    Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus. Rambut tumbuh secara siklik, fase

    anagen berlangsung 2-6 tahun dengan kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm per hari. Fase

    telogen berlangsung beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen.

    Komposisi rambut terdiri atas karbon 50,60%, hydrogen 6,36%,, nitrogen 17,14%, sulfur 5%

    dan oksigen 20,80% (Djuanda, 2003).

  • TABIR SURYA

    Tabir surya adalah suatu produk topikal baik berupa krim, losion, jel yang

    berfungsimenyerap dan merefleksikan sinar ultraviolet. tabir surya dibagi menjadi dua yaitu

    tabir surya organik dan tabir surya inorganik, tabir surya organik dibagi lagi

    menjadi filter UV A da n f i l t e r U VB. Se k ar a ng sud a h d i t e mu ka n be ber ap a

    je n is t a b ir su r ya ya ng memiliki kemampuan spektrum luas. I n s i d e n 5 0 % d a n

    9 0 % d a r i k a n k e r k u l i t a d a l a h d i s e b a b k a n k a r e n a r a d i a s i

    u lt r a v io le t . Pada t a hu n 200 0 , d id apa t ka n k a su s 200 . 0 00 k as u s

    me la no ma, 65 000 kematian yang yang dihubungkan dengan kematian

    diakibatkan oleh melanoma padaseluruh dunia. Sebagai tambahan didapatkan 2.8 juta

    kasus skuamus sel karsinoma dan10 juta kasus basal sel karsinoma.

    Papar a n s ina r mat a har i ya ng ber le b iha n pa da a nak - a nak da n

    dewa s a me mi l ik ikontribusi yang besar dalam terbentuknya kanker kulit di usia

    lanjut. Secara global di perkirakan 18 juta manusia menjadi buta yang

    diakibatkan oleh katarak, dan 5% darik a t a r a k s e c a r a l a n g s u n g

    d i h u b u n g k a n d e n g a n p a p a r a n r a d i a s i U V . T a b i r

    s u r y a direkomendasikan ketika indeks radiasi ultraviolet 3 atau di atasnya.

    Satu dari set iap t iga kanker di dunia adalah kanker kulit, lebih dari dua

    juta kasuskanker kulit muncul set iap tahun, dan 132 000 kasus dari melanoma

    maligna (jenisk a nk er k u l it pa l ing me mat ik a n) . H a mp ir s e mu a k a nk er

    ku l it be r hu bu nga n de nga n paparan berlebihan dari radiasi natural dari ultraviolet. data

    faktual dari hal-hal tesebutme ng ind ik a s ika n ga ngg ua n ke se ha t a n ya ng t e r jad i

    ak iba t d a r i p ap ar a n na t u r a l da r i ultraviolet menjadi isu global dari organisasi

    kesehatan dunia yang dapat ditemukanhubungan yang tepat.

  • Gambar 1.

    Photoaging mechanism

    Mekanisme penuaan kulit yang diakibatkan paparan radiasi ultraviolet

    Pajanan sinar matahari menyebabkan radiasi ultraviolet, ultraviolet

    diabsorpsio le h mo le ku l ku l it ya ng pad a ak h ir n ya me ng ha s i lk a n se je n i s

    r ad ika l be bas ya it u reactive oxygen species (ROS), yang menyebabkan kerusakan

    oksidatif pada komponenselular seperti dinding sel, membran lipid, mitokondria dan

    DNA. Di saat yang sama Activator protein 1 (AP-1), meningkat untuk memulai degradasi

    dari kolagen, dan terusmeningkat hingga selama 24 jam sejak terpapar radiasi ultraviolet.

    peningkatan dari AP-1 j u g a m e n i n g k a t k a n p r o d u k s i M M P ( matrix

    metalloprotein) y a n g b e r p e r a n me ning ka t ka n d egr ad a s i ko la ge n. D i

    la in p ihak me n ye ba bk a n pe nur u na n ek s p r es i Tissue growth factor- 2 (TGF-2),

    TGF-2 berperan mengawali pembentukan kolagen.Peningkatan faktor degradasi kolagen

    dan penurunan produksi dari kolagen adalah pilar dari mekanisme penuaan kulit oleh karena

    radiasi matahari.

  • Efek Yang Bermanfaat

    Penyinaran matahari yang sedang, secara psikologi dan fisiologi menimbulkan rasa

    nyaman dan sehat. Dapat merangsang peredaran darah, serta meningkatkan pembentukan

    hemoglobin. Sinar matahari dapat mencegah atau megobati penyakit ritketsia karena 7-

    dehidrokolesterol (provitamin D3) yang terdapat pada epidermis dan diaktifkan menjadi

    vitamin D3 (Diten POM, 1985).

    Sinar matahari dapat membantu pengobatan tuberculosis, misalnya pada tuberculosis

    kelenjar dan tulang, dapat juga untuk mengobati penyakit kulit, misalnya psoriasis.

    Berpengaruh baik pada system saraf otonom dan mengurangi berbagai infeksi. Pembentukan

    melanin akan bertambah, dan kulit menjadi lebih tebal sehingga dapat berfungsi sebagai

    pelindung tubuh alami terhadap sengatan matahari selanjutnya (Ditjen POM, 1985).

    Efek Yang Merugikan

    Penyinaran matahari mempunyai efek yang merugikan. Penyinaran matahari yang

    singkat pada kulit dapat menyebabkan kerusakan epidermis sementara, gejalanya biasanya

    disebut sengatan surya. Sinar matahari menyebabkan eritema ringan hingga luka bakar yang

    nyeri pada kasus yang lebih parah. Penyinaran yang lama akan menyebabkan perubahan

    degeneratif pada jaringan pengikat dalam korium. Keadaan tersebut menyebabkan kulit akan

    menebal, kehilangan kekenyalan sehingga kulit kelihatan keriput, ini disebabkan karena kulit

    kehilangan kapasitas ikat-air (Ditjen POM, 1985).

    Penyinaran matahari terdiri dari berbagai spektrum dengan panjang gelombang yang

    berbeda, dari inframerah yang terlihat hingga spektrum ultraviolet. Sinar ultraviolet dengan

    panjang gelombang 400-280 nm dapat menyebabkan sengatan surya dan perubahan warna.

    Penyinaran ultraviolet dengan panjang gelombang diatas 330 nm dapat menyebabkan kulit

    menjadi kecoklatan. Eritema timbul bersamaan dengan warna coklat kulit. Pada panjang

    gelombang antara 334,2 366,3 nm efektif dalam pembentukan warna coklat dengan sedikit

    eritema. Pada panjang gelombang 295 315 nm tidak segera terlihat efeknya, tetapi setelah

    beberapa jam akan timbul eritema. Setelah beberapa hari eritema akan berkurang,

    terbentuklah warna kecoklatan. Pada penyinaran dengan panjang gelombang 250 270 nm,

    akan timbul eritema yang sangat ringan, yang menghilang dalam beberapa hari tanpa

    menimbulkan warna kecoklatan (Ditjen POM, 1985). Panjang gelombang sinar ultraviolet

    dapat dibagi menjadi 3 bagian :

  • 1. Ultraviolet A (UV A) yaitu sinar dengan panjang gelombang antara 400 315 nm dengan

    efektivitas tetinggi pada 340 nm, dapat menyebabkan warna coklat pada kulit tanpa

    menimbulkan kemerahan dalam bentuk leuko yang terdapat pada lapisan atas.

    2. Ultraviolet B (UV B) yaitu sinar dengan panjang gelombang antara 315 280 nm dengan

    efektivitas tertinggi pada 297,6 nm, merupakan daerah eritemogenik, dapat menimbulkan

    sengatan surya dan terjadi reaksi pembentukan melanin awal.

    3. Ultraviolet C (UV C) yaitu sinar dengan panjang gelombang di bawah 280 nm, dapat

    merusak jaringan kulit, tetapi sebagian besar telah tersaring oleh lapisan ozon dalam atmosfer

    (Ditjen POM, 1985).

    Secara alami kulit sudah berusaha melindungi dirinya beserta organ-organ di

    bawahnya dari bahaya sinar UV matahari, antara lain dengan membentuk butir-butir pigmen

    kulit (melanin) yang sedikit banyak memantulkan kembali sinar matahari. Jika kulit terpapar

    sinar matahari, misalnya ketika seseorang brjemur, maka timbul dua tipe reaksi melanin :

  • 1. Penambahan melanin dengan cepat ke permukaan kulit.

    2. Pembentukan tambahan melanin baru.

    Jika pembentukan tambahan melanin itu berlebihan dan terus menerus, noda hitam pada kulit

    dapat terjadi. Ada dua cara perlindungan kulit, yaitu :

    1. Perlindungan secara fisik, misalnya memakai payung, topi lebar, baju lengan panjang,

    celana panjang, serta pemakaian bahan-bahan kimia yang melindungi kulit dengan jalan

    memantulkan sinar yang mengenai kulit, misalnya Titan dioksida, Zinc oksida, kaolin,

    kalsium karbonat, magnesium karbonat, talkum, silisium dioksida dan bahan-bahan lainnya

    sejenis yang sering dimasukkan dalam dasar bedak (foundation) atau bedak.

    2. Pelindungan secara kimiawi dengan memakai bahan kimia (Tranggono. 2007).

    Faktor perlindungan kulit secara alami terhadap sengatan surya ialah dengan

    penebalan stratum korneum dan pigmentasi kulit. Pada percobaan perlindungan kulit

    menunjukkan adanya kecepatan mitotik setelah penyinaran dari sel epidermis yang

    menyebabkan penebalan stratum korneum dalam waktu 4 7 hari, sehingga dapat menahan

    penyinaran yang menyebabkan eritema (Ditjen POM, 1985).

    Perlindungan terhadap sengatan surya juga disebabkan melanin yang terbentuk dalam

    sel basal kulit setelah penyinaran ultraviolet B akan berpindah ke stratum korneum di

    permukaan kulit, kemudian teroksidasi oleh sinar ultraviolet A. jika kulit mengelupas, butir

    melanin akan lepas, sehingga kulit kehilangan pelindung terhadap sinar matahari (Ditjen

    POM, 1985). Nyeri akan timbul pada kulit yang tidak terlindung setelah penyinaran matahari.

    Pigmentasi maksimum dapat tercapai lebih kurang 100 jam penyinaran (Ditjen POM, 1985).

    Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud

    membaurkan atau menyerap secara emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga

    dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya mahatari (Ditjen POM, 1985).

    Perlu dilakukan pengkajian formulasi sediaan tabir surya terhadap efesiensi sebagai

    tabir surya. Pengujian daya absorpsi secara spektrofotometri terhadap kadar, kepekatan

    larutan, dan panjang gelombang. Untuk mengetahui efektivitas bahan tabir surya dilakukan

    pengujian menggunakan spektrofotometri (Ditjen POM, 1985).

    Bahan aktif tabir surya bekerja dengan dua mekanisme yaitu penghambatan fisik

    (physical bloker), antara lain TiO2, ZnO, kaolin, CaCO3, MgO, dan penyerap kimia

  • (chemical absorber) meliputi anti UV A misalnya turunan benzophenon antara lain

    oksibenson, dibenzoilmetan, serta anti UV B yaitu turunan salisilat, turunan para amoni

    benzoic acid (PABA) misalnya oktil dimetil PABA, turunan sinamat (sinoksat, etil heksil

    parametoksisinamat) dan lain-lain (Purwanti dkk, 2005).

    1 . P A B A d a n d e r i v a t n y a

    PABA adalah penyerap UVB yang potensial tetapi tidak dapat menyerap UVA.PABA

    membutuhkan alkohol sebagai bahan pembawa dalam bentuk produk tabir surya

    komersial. PABA dapat mewarnai pakaian, dan telah dihubungkand e n g a n

    b e b e r a p a e f e k s a m p i n g , a n t a r a l a i n a l e r g i d a n d e r m a t i t i s

    k o n t a k fo t o a le r g i . D er iva t e s t e r da r i PAB A ya i t u o k t i l d imet i l P AB A,

    a mi l d imet i lP AB A ( p ad imat A) , d a n g l is e r o l P AB A. D er iva t in i me n jad i

    le b ih po pu la r digunakan sebagai produk tabir surya karena kompabilitas

    dengan kosmetik ba waa n la inn ya da n p e nur u na n k ec e nd er u ng a n

    me war na i pak a ia n. Lapo r a n kemunculan reaksi fotoalergik masih muncul pada

    derivat ini. Saat ini, produk PABA sebagai fomula tabir surya telah jarang

    digunakan. Contoh produknyayang sempat beredar di pasaran adalah Tinosorb M.

    2 . C i n n a m a t e

    Cinnamate adalah tabir surya organik generasi kedua setelah golongan

    PABA,adalah bahan kimia yang diekstrak dari kayu manis (cinnamon) dan

    memilikidua jenis yang banyak dipakai dipasaran yaitu Octinoxate dan cinoxate.

    Bahan- bahan akitf ini memiliki sifat proteksi terhadap UVB tetapi tidak terhadap

    UVA.Wa lau pu n le b ih be r s i fa t t id ak a le r ge n ke le ma ha n d ar i go lo nga n

    Cinnamate ada la h t idak s t a b i l ( photounstable ) . Co nt o h p r o duk ya ng s e r ing d i

    gu nak a nadalah cinoxate dan parsol.

    3 . T i t a n i u m d i a o x i d e

    Titanium diaoxide adalah tabir surya inoganik yang bersifat fotostabil dan

    nona l e r g e n , h a m p i r s e m u a t a b i r s u r y a y a n g t e r s e d i a d i

    p a s a r a n s e k a r a n g mengandung bahan akt if tersebut. Dalam sediaannya

    titanium diaoksida selaludicampurkan dengan dimetikon dan silika untuk mengurangi

    potensi reaksinyame n jad i r ad ik a l be bas . T it a n iu m d iao k s ida me mi l ik i d a ya

    r e fr ak s i r ad ia s iultraviolet yang sangat potensial dan efek samping reaksi alergi

  • yang sangatminim beberapa studi telah menunjukkan bahwa part ikel ukuran nano

    dari TiO2 tetap pada permukaan kulit atau lapisan luar dari stratum korneum

    tanpa penetrasikulit atau penetrasi intraseluler. Hasil ini menunjukkan bahwa

    partikel nanoTiO2 saat ini digunakan dalam tabir surya kosmetik hadir tanpa resiko

    kesehatanmanusia dan meningkatkan perlindungan UV baik dan penampilan estetika

    bilad it e r a pka n k e k u l it . P r o duk n ya d ik e luar k a n de nga n na ma ya ng s a ma

    a t aucampuran dengan zinc oxide oleh perusahaan seperti dermalogica, skin ceuticalsdan elta

    MD.

    4. Zinc oxide

    Memiliki mekanisme kerja dan keunggulan yang hampir sama dengan titaniumdioksida

    dalam proteksi terhadap radiasi ultraviolet. dan telah banyak diproduksida la m be nt uk

    na no par t ik e l ka r e na ke ma mpu a nn ya da la m me n ye bar ka n

    da nme ma nt u lk a n s ina r u l t r a v io le t . be ber apa a h l i me ng a t aka n z in c

    o ks ida jug a me m i l ik i k e ma mpu a n p r o t eks i r ad ia s i UV A ya ng le b ih ba ik

    d iba nd ingk a n t itanium dioksida. Contoh produk yang ada di pasaran adalah

    Loving NaturalsSPF 30 sunscreen zinc oxide.

    Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan kombinasi antar

    tabir surya fisik dan tabir surya kimia, bahkan ada yang menggunakan beberapa macam tabir

    surya dalam satu sediaan kosmetika (Wasitaatmadja, 1997).

    Kemampuan menahan sinar ultraviolet dari tabir surya dinilai dalam faktor proteksi sinar

    (Sun Protecting Factor/SPF) yaitu perbandingan antara dosis minimal yang diperlukan untuk

    menimbulkan eritema pada kulit yang diolesi oleh tabir surya dengan yang tidak. Nilai SPF

    ini berkisar antara 0 sampai 100 (Wasitaatmadja, 1997). Sediaan tabir surya dikatakan dapat

    memberikan perlindungan apabila memiliki nilai SPF 2 8 (Shaat, 1990).

    Pathak membagi tingkat kemampuan tabir surya sebagai berikut :

    1. Minimal, bila SPF antara 2-4, contoh salisilat, antranilat.

    2. Sedang, bila SPF antara 4-6, contoh sinamat, bensofenon.

    3. Ekstra, bila SPF antara 6-8, contoh derivate PABA.

    4. Maksimal, bila SPF antara 8-15, contoh PABA.

  • 5. Ultra, bila SPF lebih dari 15, contoh kombinasi PABA, non-PABA dan fisik.

    (Wasitaatmadja, 1997)

    Penentuan nilai SPF dapat ditentukan secara in vitro dengan menggunakan

    spektrofotometer (Petro, 1981). Metode SPF merupakan metode resmi Amerika Serikat. FDA

    (Food Drug Administration) mensyaratkan produk tabir surya harus mencantumkan nilai

    SPF-nya, untuk memberikan arahan pada konsumen mengenai kekuatan relatif dari produk

    tersebut (Shaat, 1990). Jika suatu body lotion mengandung SPF 15 berarti krim tersebut akan

    meneruskan sinar matahari seperlima belas saja. Krim dengan SPF 60 hanya meneruskan

    seperenam puluh sinar matahari ke kulit. Oleh karena itu, makin besar nilai SPF maka makin

    efektif fungsinya sebagai tabir surya. Krim tabir surya dapat dioleskan di seluruh bagian

    tubuh yang terbuka, terutama wajah, tetapi jangan sampai terkena bagian mata. Krim inipun

    dapat digunakan setiap hari sebagai alas bedak (Indarti, 2005).

    Faktor protektif terhadap sinar (SPF) menunjukkan kelipatan peningkatan toleransi

    terhadap kontak dengan sinar matahari dengan penggunaan produk ini tanpa menimbulkan

    eritema. Dengan perkataan lain, SPF 8 akan mengizinkan orang yang biasa menderita eritema

    setelah berkontak 20 menit untuk bertahan 160 menit terhadap sinar matahari (Landow K.,

    1984).

    Tabir surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, misalnya bentuk larutan air

    atau alkohol, emulsi, krim, dan semi padat, yang merupakan sediaan lipid non-air, gel, dan

    aerosol (Ditjen POM, 1985).

    Syarat-syarat bagi preparat kosmetik tabir surya yaitu :

    1. Enak dan mudah dipakai.

    2. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan.

    3. bahan aktif dan bahan dasar mudah bercampur.

    4. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit.

    Syarat-syarat bahan aktif untuk preparat tabir surya yaitu :

    1. Efektif menyerap radiasi UV B tanpa perubahan kimiawi, karena jika tidak demikian

    akan mengurangi efisiensi, bahkan menjadi toksik atau menimbulkan iritasi.

    2. Meneruskan UV A untuk mendapatkan tanning

  • 3. Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap

    4. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya.

    5. Tidak berbau atau boleh berbau ringan

    6. Tidak toksik, tidak mengiritasi, dan tidak menyebabkan sensitisasi

    Bentuk-bentuk preparat susnscreen dapat berupa :

    1. Preparat anhydrous

    2. Emulsi (m/a, a/m)

    3. Preparat tanpa lemak

    (Tranggono, 2007)

    Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak di dalam air, dan dikenal

    sebagai Krim. Basis vanishing cream termasuk dalam golongan ini (Lachman, 1994). Basis

    krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena memiliki keuntungan

    yaitu setelah pemakaian tidak menimbulkan bekas, memberikan efek dingin pada kulit, tidak

    berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik (Ansel, 1985). Vanishing cream

    mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian krim, air

    menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis (Ansel, 1989). Humektan

    (gliserin, propylenglikol, sorbitol 70%) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi

    m/a untuk mengurangi penguapan air dari permukaan basis (Banker, 1792).

    Vanishing cream, sebagai emulgatornya berfungsi garam-garam natrium, kalium, dan

    ammonium dari asam stearat serta trietanolamin stearat. Untuk membuatnya digunakan

    komponen alkali dan asam stearat dalam suatu perbandingan tertentu sehingga terbentuk 15

    20 % senyawa garam. Dengan penambahan gliserol (10%) sebagai bahan pembuat lunak,

    dinilai kilau mutiara sediaan ini menjadi cemerlang. Krim stearat bereaksi alkali lemak (pH

    7,2 sampai 8,4). Akan tetapi reaksi alkalinya tidak boleh berlebihan. Sebab alkalisasi kulit

    sehat akan terhalangi secara sempurna dalam waktu singkat dan pH lingkungan kulit akan

    tercapai kembali atau bahkan lebih rendah lagi (Voigt, 1995).

    Hilangnya krim ini dari kulit atau pakaian dipermudah oleh emulsi minyak di dalam

    air yang terkandung di dalamnya. Krim dapat digunakan pada kulit dengan luka yang basah,

    karena bahan pembawa minyak di dalam air cenderung untung menyerap cairan yang

  • dikeluarkan luka tersebut. Basis yang dapat dicuci dengan air akan membentuk suatu lapisan

    tipis semipermiabel, setelah air menguap pada tempat yang digunakan (Lachman, 1994).

    Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika : (a) fase dalam atau

    fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan-bulatan,

    (b) jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke dasar

    emulsi tersebut akan mebentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam, dan (c) jika semua atau

    sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang

    berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi, yang merupakan hasil bergabungnya

    bulatan-bulatan fase dalam. Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipengaruhi oleh

    kontaminasi dan pertumbuhan mikroba serta perubahan fisika dan kimia lainnya (Ansel,

    1989). Emulsi dikatakan pecah jika partikel halus yang terdispersi secara spontan bersatu

    membentuk partikel yang lebih besar atau berkoalesensi, dan akhirnya terpisah menjadi 2

    fase (Ditjen POM, 1985).

    Kosmetik yang berisi Alpha Hydroxy Acid (AHA) secara luas digunakan. Kosmetik

    ini dapat melindungi konsumen yang sensitif terhadap sinar matahari terutama sinar

    ultraviolet (Anonim, 2002). AHA umumnya terdapat pada bahan alami seperti buah-buahan,

    sari tebu, susu dan sebagainya yang mengandung asam. Sejauh ini dikenal lima jenis AHA,

    yaitu glycolic (asam glikolat), lactic (asam laktat), citric (asam sitrat) serta malic dan tartaric

    (Anonim, 2001). AHA sering disebut sebagai zat anti-penuaan dan mampu mengelupas kulit

    mati tanpa digosok, mengurangi keriput, dan membuat kulit lebih segar. Zat ini juga

    melembabkan kulit di bawahnya dan merangsang terbentuknya sel-sel baru (Indarti, 2005).

    AHA berkerja dengan cara meluruhkan (mengelupaskan) lapisan paling luar pada kulit yang

    terdiri dari tumpukan sel-sel kulit mati. Hal ini dikenal dengan istilah proses eksfoliasi. Efek

    dari proses ini adalah terlihat lebih segar dan kenyal. Selain itu, hilangnya tumpukkan sel

    kulit mati ini mengakibatkan berkurangnya penyumbatan pada pori-pori kulit, sehingga

    memperkecil timbulnya jerawat serta memudahkan tersebrapnya bahanperawatan kulit

    lainnya. Manfaat lain adalah meningkatkan tampilan tekstur kulit sehingga kulit tampak lebih

    haluys (yang disebabkan karena bahan AHA ini mempercepat terjadinya peluruhan sel kulit

    mati yang terjadi secara alami). Juga penggunaan produk AHA membuat kulit wajah tampak

    lebih cerah (Anonim, 2001).

    Jika kulit banyak terkena sinar matahari, maka penggunaan AHA dapat secara

    perlahan-lahan menghilangkan sebagian tanda dari kerusakan kulit tersebut, sehingga yang

  • terlihat adalah warna kulit lebih rata karena menipisnya bercak-bercak noda kulit akibat

    sengatan matahari tersebut (Anonim, 2001).

    Sampai kini belum ada hasil penelitian yang mengindikasikan adanya efek samping

    penggunaan AHA. Hanya pada beberapa orang, timbul efek seperti gatal dan raa panas pada

    kulit setelah menggunakan produk AHA. Hal ini terjadi pada umumnya orang yang memang

    peka atau alergi terhadap bahan AHA (Anonim, 2001).

    Kulit yang tidak terlindungi oleh lapisan asam (acid barrier) cenderung menjadi besar,

    karena permukaan lapisan tanduk menjadi tidak rata. Tidak adanya lapisan asam

    memungkinkan pertumbuhan kuman-kuman secara tidak terhambat. Sehingga kemungkinan

    terjadinya infeksi melalui kulit menjadi lebih besar. Hal ini disebabkan karena penguapan

    melalui lapisan tanduk tanpa lapisan asam menjadi lebih mudah, maka terjadi dehidrasi

    dengan akibat bahwa sifat lembut dan sifat kenyal lapisan tanduk dan bagian epidermis lebih

    dalam berkurang. (Rostamailis, 2005)

  • KESIMPULAN

    1. T a b i r s u r y a a d a l a h s u a t u p r o d u k t o p i k a l b a i k b e r u p a

    k r i m , l o s i o n , j e l y a n g berfungsi menyerap dan merefleksikan sinar

    ultraviolet. tabir surya dibagi menjadidua yaitu tabir surya organik dan tabir

    surya inorganik, tabir surya organik dibagi lagi menjadi filter UVA dan filter

    UVB

    2. Papar a n s in a r mat a har i ya n g ber le b iha n pa d a a nak- a nak da n

    dewa s a me mi l ik ikontribusi yang besar dalam terbentuknya kanker kulit

    di usia lanjut. Satu dariset iap t iga kanker di dunia adalah kanker kulit,

    lebih dari dua juta kasus kanker kulit muncul setiap tahun.Hampir semua kanker

    kulit berhubungan dengan paparan berlebihan dari radiasi natural dari ultraviolet

    3. Rad ia s i u lt r a v io le t dapa t be r e fe k t e r hadap ku l i t se ca r a aku t da n

    k r o n ik d a n me mi l ik i p e r a n d a la m p r o ses p e nua a n ku l it da n

    per u bu ha n se l k u l it me n jad i maligna

    4. SPF adalah rasio dari dosis minimal eritema dari subjek dengan kulit

    memilikifotoproteksi dengan dengan dosis minimal eritema pada kulit yang tidak

    terproteksi

    5. T a b i r s u r y a o r g a n i k y a n g t e l a h l a m a d i k e n a l a d a l a h P A B A

    d a n c i n n a m a t e , sedangkan tabir surya inorganik yang banyak dipakai

    sekarang adalah zinc-oxidedan titanium dioxide

    6. T ab ir s u r ya ino r g a n ik le b ih ba nyak d is uk a i k a r e na le b ih

    fo t o s t ab i l d a n no n- alergen dibandingkan tabir-tabir surya generasi awalnya