referat - sudden deafness finish

31
REFERAT TULI MENDADAK / SUDDEN DEAFNESS PEMBIMBING: dr. Markus Rambu, Sp.THT-KL OLEH: Baiq Trisna Satriana H1A008042

Upload: baiq-trisna-satriana

Post on 22-Oct-2015

159 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat - Sudden Deafness Finish

REFERATTULI MENDADAK / SUDDEN DEAFNESS

PEMBIMBING:dr. Markus Rambu, Sp.THT-KL

OLEH:Baiq Trisna Satriana

H1A008042

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAMRUMAH SAKIT UMUM PROPINSI NTB

2013

Page 2: Referat - Sudden Deafness Finish

BAB I

PENDAHULUAN

Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba, bersifat

sensorineural dan penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, biasanya terjadi pada satu

telinga. Beberapa ahli mendefinisikan tuli mendadak sebagai penurunan pendengaran

sensorineural 30 dB atau lebih, paling sedikit tiga frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan

audiometri dan berlangsung dalam waktu kurang dari 3 hari. Oleh karena kerusakannya

terutama di koklea dan biasanya bersifat permanen, kelainan ini dimasukkan ke dalam

keadaan darurat otology.1,2

Ketulian pada tuli mendadak sebagian besar kasus terjadi pada satu telinga

(unilateral) dan hanya 1,7% - 2% kasus terjadi pada dua telinga (bilateral). Di Amerika

Serikat terjadi 5-20 kasus tuli mendadak per 100.000 penduduk pertahun. Hadjar E

melaporkan di sub bagian Neurotologi THT FKUI/ RS Cipto Mangunkusumo Jakarta pada

tahun 1999 sampai dengan tahun 2001 terdapat 262 pasien tuli mendadak yang merupakan

6,24 % dari seluruh penderita ketulian dan 10% dari tuli sensorineural dan 36% dari penderita

tuli akibat kelainan vaskuler.2,3

Pada umumnya terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba. Kadang bersifat

sementara atau berulang dalam serangan, tetapi biasanya bersifat menetap. Tuli yang bersifat

sementara biasanya tidak berat dan tidak berlangsung lama. Kemungkinan sevagai pegangan

harus diingat bahwa perubahan yang menetap akan terjadi sangat cepat. Ketulian paling

banyak bersifat unilateral dan hanya sekitar 4% yang bilateral, dan biasanya disertai dengan

tinnitus dan vertigo.1

Prognosis tuli mendadak tergantung pada beberapa faktor, yaitu: kecepatan pemberian

obat, Respon 2 minggu pengobatan pertama, usia, derajat tuli saraf dan adanya faktor- faktor

predisposisi. Pada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin besar kemungkinan

untuk sembuh, bila telah lebih dari 2 minggu kemungkinan sembuh menjaadi lebih kecil.

Penyembuhan dapat sebagian atau lengkap, tetapi dapat juga tidak sembuh.1

1

Page 3: Referat - Sudden Deafness Finish

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Telinga

Struktur telinga terbagi menjadi bagian luar, tengah, dalam. Telinga bagian luar dan

tengah hanya berperan dalam proses pendengaran, sedangkan telinga bagian dalam berperan

dalam pendengaran dan keseimbangan. Telinga bagian luar terdiri dari aurikula dan meatus

akustikus eksternus dan berakhir pada sisi medial di membran timpani. Telinga bagian tengah

terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus os temporal, dan terdiri dari osikel

auditori (malleus, inkus, stapes), dan di telinga bagian dalam, terdapat organ sensori untuk

pendengaran dan keseimbangan4.

Gambar 1. Telinga4

2.1.1 Anatomi Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga atau pinna dan liang telinga sampai membran

timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk

huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar dan rangka tulang pada dua

pertiga bagian dalam. Panjang liang telinga kira-kira 2,5 – 3 cm.5

2

Page 4: Referat - Sudden Deafness Finish

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen

(modifikasi kelenjar keringat) dan rambut halus. Kelenjar terdapat pada seluruh kulit liang

telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.7 Serumen

menjaga membran timpani tetap lunak dan tahan-air serta melindungi telinga tengah dan

dalam dari benda asing berukuran kecil dan serangga.5

2.1.2 Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah adalah suatu ruang yang terisi udara yang terletak di bagian petrosum

tulang pendengaran. Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas sebagai berikut:6

Batas luar: membran timpani

Batas depan: tuba Eustachius

Batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis)

Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

Batas atas: tegmen timpani (meningen/ otak)

Batas dalam: Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal,

kanalis fasialis, tingkap lonjong, tingkap bundar dan promontorium.

Gambar 2. Telinga tengah.5

Organ telinga tengah terdiri dari:

a. Membran timpani.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan

terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran

Sharpnell) sedangkan bagian bawah disebut pars tensa (membran propria). Pars flaksida

hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam

dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran pernapasan. Pars tensa memiliki

3

Page 5: Referat - Sudden Deafness Finish

satu lapisan lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin

yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian dalam.6

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai

umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu pada arah

jam 5 untuk membran timpani kanan, sementara membran timpani kiri pada arah jam 7.

Refleks cahaya adalah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani. Di membran

timpani terdapat dua serabut yaitu sirkuler dan radier sehingga menyebabkan timbulnya

refleks cahaya.6

Membran timpani dibagi menjadi empat kuadran dengan menarik garis searah dengan

prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga

didapatkan bagian/kuadran, yaitu atas-depan, atas-belakang, bawah depan, dan bawah

belakang.6

Vaskularisasi membran timpani telah dipelajari dengan berbagai cara. Cabang-cabang

dari arteri karotis eksterna dalam meatus auditori eksternal, memberikan suplai darah pada

pars flaksida, bagian manubrial dari pars tensa dan persimpangan antara cincin

fibrokartilaginosa dari membran timpani dan sulkus timpanikum pada tulang temporal.7

Pembuluh darah yang mensuplai daerah pars flaksida dan bagian manubrial cincin

fibrokartilaginosa terdapat dibawah lapisan epitel skuamosa, dekat dengan sel mast dan

bundel saraf. Pembuluh darah yang berasal dari rongga timpani yang juga berasal dari arteri

karotis eksterna mensuplai daerah perifer dari pars tensa dengan cabang-cabang kecil,

terlokalisasi tepat dibawah epitel membran timpani. Jika dibandingkan dengan bagian

manubrial, pars tensa memiliki vaskularisasi yang lebih sedikit. Sehingga bagian sentral dan

sebagian besar dari pars tensa mendapatkan nutrisi secara difusi intra sel. Keadaan kurangnya

pembuluh darah ini juga menyebabkan imunitas pada pars tensa ini lebih sedikit dari bagian

lainnya. Sehingga kecenderungan terjadinya perforasi akibat infeksi sering berada pada

bagian ini.7

4

Page 6: Referat - Sudden Deafness Finish

Gambar 3. Membran timpani.6

b. Rongga timpani.

Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya merupakan

epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada celah tuba auditiva

(tuba Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu

dengan periosteum.4

c. Tulang pendengaran.

Tulang pendengaran terdiri dari tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini

merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang. Tulang maleus melekat pada

membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis di atap ruang

timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada

dinding dalam.4

d. Otot

Terdapat 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot-otot

ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi. Otot

tersebut adalah:4

Muskulus tensor timpani. Otot tensor timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva,

tendonnya berjalan mula-mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah

tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk

berinsersi ke dalam gagang maleus.

5

Page 7: Referat - Sudden Deafness Finish

Muskulus stapedius. Tendon otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk

piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher

stapes.

e. Dua buah tingkap.

Tingkap oval pada dinding medial ditutupi oleh lempeng dasar stapes, memisahkan

rongga timpani dari perilimfe dalam skala vestibuli koklea. Oleh karenanya getaran-getaran

membrana timpani diteruskan oleh rangkaian tulang-tulang pendengaran ke perilimf telinga

dalam. Untuk menjaga keseimbangan tekanan di rongga-rongga perilimf terdapat suatu katup

pengaman yang terletak dalam dinding medial rongga timpani di bawah dan belakang tingkap

oval dan diliputi oleh suatu membran elastis yang dikenal sebagai tingkap bulat (fenestra

rotundum). Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala timpani

koklea.4

f. Tuba auditiva (tuba Eustachius).

Tuba auditiva menghubungkan rongga timpani dengan nasofaring, lumennya gepeng,

dengan dinding medial dan lateral bagian tulang rawan biasanya saling berhadapan menutup

lumen. Epitelnya bervariasi dari epitel bertingkat, hingga selapis silindris bersilia dengan sel

goblet dekat faring. Dengan menelan dinding tuba saling terpisah sehingga lumen terbuka

dan udara dapat masuk ke rongga telinga tengah. Dengan demikian tekanan udara pada kedua

sisi membran timpani menjadi seimbang.4

2.1.1. Telinga Dalam

Telinga bagian dalam berisi cairan dan terletak dalam os temporal di sisi medial

telinga tengah. Telinga dalam terdiri dari dua bagian labirin (labirin vestibula dan labirin

membranosa). Labirin vestibula merupakan ruang berliku berisi perilimfe (menyerupai cairan

serebrospinal) dan di labirin membranosa yang mengandung cairan endolimfe (menyerupai

cairan intraselular). Bagian ini melubangi bagian petrosus os temporal dan terbagi menjadi

tiga bagian: vestibula, kanalis semisirkular, dan koklea (seperti siput). Bagian dari telinga

dalam yang berkaitan dengan proses pendengaran adalah koklea 4.

6

Page 8: Referat - Sudden Deafness Finish

Gambar 4. Koklea, Organ Corti, dan Stereosillia4

a. Koklea

Koklea merupakan suatu tuba yang melingkar-lingkar, pada potongan melintang

tampak tiga tuba melingkar yang saling bersisian : skala vestibuli, skala media dan skala

timpani. Skala vestibuli dan media di pisahkan satu sama lain oleh membran reissner atau

membran vestibular. Sedangkan skala timpani dan media di pisahkan satu sama lain oleh

membran basilaris. Pada permukaan membran basilaris terletak organ Corti yang

mengandung serangkaian sel yang sensitif secara elektromagnetik dan membangkitkan

impuls saraf sebagai respon terhadap getaran suara, yaitu sel-sel rambut atau stereosilia. Sel-

sel rambut ini akan mengeluarkan potensial reseptor sewaktu tertekuk akibat gerakan cairan

di koklea. Sel rambut ini tidak memiliki akson, namun pada bagian basis dari tiap sel rambut

terdapat terminal sinaps dari neuron sensori yang nantinya akan berkumpul menjadi ganglion

spiral dan nantinya akan menjadi nervus vestibulocochlearis (VIII). Di atas organ corti

terdapat membran stasioner, membran tektorial tempat stereosilia terbenam. Membran

tektorial ini akan menekuk stereosilia apabila terjadi getaran pada membran basilaris. Getaran

yang datang dari telinga tengah akan masuk ke dalam skala vestibuli melalui membran tipis,

tingkap lonjong (oval window) dan getaran tersebut akan keluar dari koklea melalui tingkap

bundar (round window) 4.

7

Page 9: Referat - Sudden Deafness Finish

b. Organ Korti

Gambar 5. Organ Korti4

Organ korti, struktur yang mengandung sel-sel rambut yang merupakan reseptor

pendengaran, terletak di membran basilaris. Organ ini berjalan dari apex ke dasar koklea dan

dengan demikian bentuknya seperti spiral. Tonjolan-tonjolan sel rambut menembus retina

reticularis yang kuat dan berbentuk seperti membrane. Lamina ini ditunjang oleh pilar korti.

Sel-sel rambut tersusun dalam 4 baris: 3 baris sel rambut luar yang terletak lateral terhadap

terowongan yang terbentuk oleh pilar-pilar korti dan satu baris sel rambut dalam yang

terletak sebelah medial terhadap terowongan. Di setiap koklea manusia terdapat 20.000 sel

rambut luar dan 3.500 sel rambut dalam. Terdapat membrane tektorium yang tipis, liat, tetapi

elastic yang menutupi barisan sel-sel rambut. Ujung-ujung sel rambut luar terbenam di

dalamnya, tetapi ujuhng sel rambut dalam tidak. Badan-badan sel neuron aferen yang

menyebar di sekitar dasar sel rambut terletak di ganglion spinalis di dalam mediulus, bagian

tengah yang bertulang tempat koklea melingkar. 90-95% dari neuron aferen ini mempersarafi

sel rambut dalam; hanya 5-10% yang mempersarafi sel rambut luar yang jumlahnya lebih

banyak, dan setiap neuron mempersarafi sel luar ini. Sebagai bandingan, sebagian besar serat

eferen di neuron auditorius berakhir di sel rambut luar bukan di sel rambut dalam. Akson

neuron aferen yang mempersarafi sel rambut membentuk bagian auditorius (koklear) neuron

8

Page 10: Referat - Sudden Deafness Finish

akustik vestibulokoklear dan berakhir di nucleus koklear ventralis dan dorsalis di medulla

oblongata. Jumlah total serat aferen dan eferen di tiap-tiap nucleus auditorius sekitar 28.000.4

Di koklea, terdapat tight junction antara sel rambut dan sel phalanges di dekatnya,

tight junction ini mencegah endolimfe mencapai dasar sel. Namun membrane basilaris

relative permeable terhadap perilimfe di skala timpani, dan dengan demikian, terowongan

organ korti dan dasar sel rambut dibasahi oleh perilimfe. Oleh karena adanya tight junction

serupa, keadaan sel rambut dibagian lain telinga dalam serupa; yaitu tonjolan-tonjolan sel

rambut dibasahi oleh endolimfe, sementara dasarnya dibasahi oleh perilimfe4.

c. Kanalis Semisirkularis

Di kedua sisi kepala, terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak lurus satu

sama lain, sehingga berorientasi dalam 3 bidang dalam ruang. Di dalam kanalis tulang,

terbentang kanalis membranosa yang terendam dalam perilimfe. Terdapat struktur reseptor,

Krista ampularis, di ujung tiap-tiap kanalis membranosa yang melebar (ampula). Krista

terdiri dari sel rambut dan sel sustenkularis yang dilapisi oleh pemisah glatinosa (kupula)

yang menutup ampula. Tonjolan sel-sel rambut terbenam dalam kupula, dan dasar sel rambut

berkontak erat dengan serat aferen neuron vestibulokoklearis bagian vestibularis.4

2. 2. Fisiologi Pendengaran

Seseorang dapat mendengar melalui getaran yang dialirkan melalui udara atau tulang

langsung ke koklea. Aliran suara melalui udara lebih baik dibandingkan aliran suara melalui

tulang.6

Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan ke liang telinga dan

mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetas. Getaran ini diteruskan ke

tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes

menggerakkan tingkap lonjong (foramen oval) yang juga menggerakkan perilimf dalam skala

vestibuli. Selanjutnya getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong

endolimf dan membran basal ke arah bawah, Perilimf dalam skala timpani akan bergerak

sehingga tingkap bundar (foramen rotundum) terdorong ke arah luar.6

Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan mendorong membran

basal, sehingga menjadi cembung ke bawah dan menggerakkan perilimf pada skala timpani.

Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok, dan dengan berubahnya membran

9

Page 11: Referat - Sudden Deafness Finish

basal ujung sel rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan

ion Kalium dan ion Natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang n.VIII,

yang kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak (area 39-

40) melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.6

2.2 Tuli Mendadak

2.3.1. Definisi

Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba, bersifat

sensorineural dan penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, biasanya terjadi pada satu

telinga. Beberapa ahli mendefinisikan tuli mendadak sebagai penurunan pendengaran

sensorineural 30 dB atau lebih, paling sedikit tiga frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan

audiometri dan berlangsung dalam waktu kurang dari 3 hari. Oleh karena kerusakannya

terutama di koklea dan biasanya bersifat permanen, kelainan ini dimasukkan ke dalam

keadaan darurat otology.1,2

2.3.2. Epidemiologi

Ketulian pada tuli mendadak sebagian besar kasus terjadi pada satu telinga

(unilateral) dan hanya 1,7% - 2% kasus terjadi pada dua telinga (bilateral). Di Amerika

Serikat terjadi 5-20 kasus tuli mendadak per 100.000 penduduk pertahun. Hadjar E

melaporkan di sub bagian Neurotologi THT FKUI/ RS Cipto Mangunkusumo Jakarta pada

tahun 1999 sampai dengan tahun 2001 terdapat 262 pasien tuli mendadak yang merupakan

6,24 % dari seluruh penderita ketulian dan 10% dari tuli sensorineural dan 36% dari penderita

tuli akibat kelainan vaskuler.1,3

Diperkirakan sekitar 4000 kasus sudden sensorineural hearing loss (SSNHL) terjadi di

USA setiap tahunnya. Insidens kejadian di US ini berkisar antara 5-20 kasus per 100.000

orang. Banyak kasus yang tidak dilaporkan, sehingga sangat besar kemungkinan angka

tersebut bisa lebih tinggi. Hal ini dikarenakan tuli mendadak dapat teratasi sebelum pasien

tersebut mengunjungi tempat pelayanan kesehatan.2

Distribusi antara pria dan wanita terlihat hampir sama. Berdasarkan data dari beberapa

penelitian, menyimpulkan bahwa sekitar 53% pria terkena tuli mendadak dibandingkan

wanita. Jenis kelamin bukan merupakan suatu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian

kasus ini. Tuli mendadak dapat mengenai semua golongan usia, walaupun pada beberapa

penelitian, hanya sedikit ditemukan pada anak-anak dan lansia. Puncak insidensi muncul

10

Page 12: Referat - Sudden Deafness Finish

pada usia 50an. Dewasa muda memiliki angka kejadian yang hampir sama dengan dewasa

pertengahan-tua. Usia rata-rata sekitar 40-54 tahun.2

2.3.3. Etiologi

Etiologi dari tuli mendadak dapat dibagi menjadi kategori yang luas: (1) virus dan

infeksi, (2) autoimun, (3) ruptur membran labirin/ trauma, (4) vaskular, (5) neurologik, dan

(6) Neoplastik. Terdapat bermacam kondisi didalam setiap kategori ini yang berhubungan

dengan tuli mendadak, diantaranya:8

Infeksi:

- Meningococcal meningitis

- Herpesvirus (simplex, zoster, varicella,

cytomegalovirus)

- Mumps

- Human immunodeficiency virus

- Lassa fever

- Mycoplasma

- Cryptococcal meningitis

- Toxoplasmosis

- Syphilis

- Rubeola

- Rubella

- Human spumaretrovirus

Autoimun:

- Autoimmune inner ear disease (AIED)

- Ulcerative colitis

- Relapsing polychondritis

- Lupus erythematosus

- Polyarteritis nodosa

- Cogan’s syndrome

- Wegener’s granulomatosis

Trauma

- Perilymph fistula

- Inner ear decompression sickness

- Temporal bone fracture

- Inner ear concussion

- Otologic surgery (stapedectomy)

- Surgical complication of nonotologic

surgery

Vaskular

- Vascular disease/alteration of

microcirculation

- Vascular disease associated with

mitochondriopathy

- Vertebrobasilar insufficiency

- Red blood cell deformability

- Sickle cell disease

- Cardiopulmonary bypass

Neurologic

- Multiple sclerosis

Neoplastic

- Acoustic neuroma

11

Page 13: Referat - Sudden Deafness Finish

- Focal pontine ischemia

- Migraine

- Leukemia

- Myeloma

- Metastasis to internal auditory canal

- Meningeal carcinomatosis

- Contralateral deafness after acoustic

neuroma surgery

Faktor Predisposisi

Terdapat faktor predisposisi pada kasus-kasus tuli mendadak saat ini masih banyak

diperdebatkan. Penggunaan alkohol yang berlebihan, kondisi emosional penderita, kelelahan,

penyakit metabolik (diabetes melitus, hiperlipidemia), penyakit kardiovaskuler, stres, umur

dan kehamilan sering dianggap sebagai faktor predisposisi terjadinya tuli mendadak. Banyak

ahli berpendapat bahwa keadaan kardiovaskuler sangat berpengaruh terhadap kejadian tuli

mendadak.7

2.3.4. Patogenesis

Tuli mendadak dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain oleh iskemia koklea,

infeksi virus, trauma kepala, trauma bising yang keras, perubahan tekanan atmosfir,

autoimun, obat ototoksik, penyakit Meniere dan neuroma akustik. Tetapi yang biasanya

dianggap sebagai etiologi adalah iskemia koklea dan infeksi virus. 1

Iskemia koklea merupakan penyebab utama tuli mendadak. Keadaan ini dapat

disebabkan oleh karena spasme, trombosis atau perdarahan arteri auditiva interna. Pembuluh

darah ini merupakan arteri ujung (end artery), sehingga bila terjadi gangguan pada pembuluh

darah ini koklea sangat mudah mengalami kerusakan. Iskemia mengakibatkan degenerasi

luas pada sel-sel ganglion stria vaskularis dan ligamen spiralis. Kemudian diikuti oleh

pembentukan jaringan ikat dan penulangan. Kerusakan sel-sel rambut tidak luas dan

membran basal jarang terkena.1

Beberapa jenis virus, seperti virus parotis, virus campak, virus influenza B dan

mononukleosis menyebabkan kerusakan pada organ korti, membran tektoria dan selubung

myelin saraf akustik. Ketulian yang terjadi biasanya berat, terutama pada frekuensi sedang

dan tinggi 3. Ada beberapa jalan yang dilalui virus untuk dapat sampai ke telinga dalam yaitu

12

Page 14: Referat - Sudden Deafness Finish

yang paling sering melalui aliran darah (viremia). Pada fase awal virus akan dideposit dalam

membrane koklea. Selain itu virus dapat masuk ke telinga dalam dari ruang subaraknoidea

melalui akuaduktus koklearis masuk ke ruang perilimfe. Jalur lain adalah langsung dari

telinga tengah masuk ke telinga dalam, seperti pada otitis media nonsupurativa akibat infeksi

saluran nafas. Partikel virus akan memperbanyak diri, mempercepat terjadinya perubahan-

perubahan patologis, yang kadang-kadang masih reversible tapi dapat juga berupa kelainan

yang menetap. Mula-mula virus akan melekat pada endotel pembuluh darah, terjadi

pembengkakan dan proliferasi endotel sehingga mengakibatkan menyempitnya lumen

pembuluh darah dan berkurangnya aliran darah. Hemaglutinasi dan penyumbatan akan terjadi

apabila partikel virus menempel pada sel-sel darah merah, selain itu juga akan menyebabkan

keadaan hiperkoagulasi dan menyumbat pembuluh darah kapiler. Apabila terjadi pada arteri

yang mendarahi koklea akan muncul keluhan tinnitus dan ketulian. Bila terjadi sumbatan

yang lebih proksimal, akan terjadi gangguan pada fungsi vestibuler berupa vertigo.7

Teori lainnya terjadi tuli adalah akibat ruptur membran intrakoklea. Membran ini

memisah telinga tengah dan telinga dalam. Di dalam koklea juga terdapat membran-membran

halus memisah ruang perilimfe dan endolimfe. Secara teoritis, ruptur dari salah satu atau

kedua jenis membran ini dapat mengakibatkan tuli mendadak. Kebocoran cairan perilimfe ke

ruang telinga tengah lewat round window dan oval window telah diyakini sebagai mekanisme

penyebab tuli. Ruptur membran intrakoklea menyebabkan bercampurnya perilmfe dan

endolimfe dan merubah potensi endokoklea secara efektif.7

2.3.5. Gejala Klinis

Pada umumnya terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba. Kadang bersifat

sementara atau berulang dalam serangan, tetapi biasanya bersifat menetap. Tuli yang bersifat

sementara biasanya tidak berat dan tidak berlangsung lama. Kemungkinan sebagai pegangan

harus diingat bahwa perubahan yang menetap akan terjadi sangat cepat. Ketulian paling

banyak bersifat unilateral dan hanya sekitar 4% yang bilateral, dan biasanya disertai dengan

tinnitus dan vertigo.1

Timbulnya tuli pada iskemia koklea dapat bersifat mendadak atau menahun secara

tidak jelas. Pada infeksi virus, timbulnya tuli mendadak biasanya pada satu telinga, dapat

disertai dengan tinitus dan vertigo. Kemungkinan ada gejala dan tanda penyakit virus seperti

parotis varisela, variola atau pada anamnesis baru sembuh dari penyakit virus tersebut.1

13

Page 15: Referat - Sudden Deafness Finish

2.3.6. Diagnosis

Diagnosis didapatkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan

penunjang audiologi dan laboratorium.

a. Anamnesis 1,2,3

1. Kehilangan pendengaran tiba-tiba biasanya satu telinga yang tidak jelas

penyebabnya berlangsung dalam waktu kurang dari 3 hari.

2. Pasien biasanya mengingat dengan jelas kapan tepatnya mereka kehilangan

pendengaran, pasien seperti mendengar bunyi ”klik” atau ”pop” kemudian pasien

kehilangan pendengaran.

3. Gejala pertama adalah berupa tinitus, beberapa jam bahkan beberapa hari sebelumnya

bisa didahului oleh infeksi virus, trauma kepala, obat-obat ototoksik, dan neuroma

akustik.

4. Pusing mendadak (vertigo) merupakan gejala awal terbanyak dari tuli mendadak yang

disebabkan oleh iskemik koklear dan infeksi virus, dan vertigo akan lebih hebat pada

penyakit meniere, tapi vertigo tidak ditemukan atau jarang pada tuli mendadak akibat

neuroma akustik, obat ototoksik.

5. Mual dan muntah.

6. Demam tinggi dan kejang.

7. Riwayat infeksi virus seperti mumps, campak, herpes zooster, CMV, influenza B.

8. Riwayat hipertensi.

9. Riwayat penyakit metabolik seperti DM.

10. Telinga terasa penuh, biasanya pada penyakit meniere.

11. Riwayat berpergian dengan pesawat atau menyelam ke dasar laut.

12. Riwayat trauma kepala dan bising keras.

b. Pemeriksaan fisik

14

Page 16: Referat - Sudden Deafness Finish

Pemeriksaan kepala, leher dan kelenjar getah bening regional dianjurkan untuk

dilakukan. Limfadenopati dapat mengindikasi adanya keganasan atau infeksi telinga tengah

yang berefek pada nervus fasialis. Abnormalitas nervus kranialis dapat memberi kecurigaan

adanya lesi intrakranial (seperti neuroma akustik atau keganasan) atau sklerosis multipel.3

Pada pemeriksaan fisik dengan otoskop, tidak ditemukan kelainan pada telinga yang

sakit. Sementara dengan pemeriksaan pendengaran didapatkan hasil sebagai berikut:1,2,3

Tes penala :

Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang sehat, Schwabach memendek.

Kesan : Tuli sensorieural

Audiometri nada murni :

Tuli sensorineural ringan sampai berat.

c. Pemeriksaan penunjang

Audiometri khusus 1

- Tes SISI (Short Increment Sensitivity Index) dengan skor : 100% atau kurang dari 70%

- Tes Tone decay atau reflek kelelahan negatif.

Kesan : Bukan tuli retrokoklea

Audiometri tutur (speech audiometry)1

- SDS (speech discrimination score): kurang dari 100%

Kesan : Tuli sensorineural

Audiometri impedans1

Timpanogram tipe A (normal) reflek stapedius ipsilateral negatif atau positif

sedangkan kolateral positif.

Kesan : Tuli sensorineural Koklea

BERA ( Brainstem Evolved Responce Audiometry)

Menunjukkan tuli sensorineural ringan sampai berat

15

Page 17: Referat - Sudden Deafness Finish

ENG ( Electtronistagmografi), mungkin terdapat paresis kanal

Radiologi, pemeriksaan CT can dan MRI dengan kontras diperlukan untuk menyingkirkan

diagnosis seperti neuroma akustik dan malformasi tulang temporal

Arteriografi, dilakukan untuk kasus yang diduga akibat trombosis

Pemeriksaan Laboratorium

- Hitung sel darah lengkap.

- LED.

- Faal Hemotasis dan faktor kuagalasi (PTT.

- Kultur bakterik.

- Eletrolit pada kadar glukosa .

- Kolesterol dan trigliserida

- Uji fungsi tiroid

- Tes autoimun seperti antibodi antinuklear dan reumatic1

2.3.7. Penatalaksanaan

Pengobatan untuk tuli mendadak sampai saat ini merupakan suatu hal yang kontroversi,

tingginya angka perbaikan secara spontan ke arah normal maupun mendekati normal

menyulitkan evaluasi pengobatan untuk tuli mendadak. Tak ada studi terkontrol yang

dilakukan yang dapat membuktikan bahwa suatu obat secara bermakna menyembuhkan tuli

mendadak.Seperti diketahui angka penyembuhan secara spontan tuli mendadak terjadi antara

40-70% kasus.Ada pendapat ahli menyatakan bahwa sebagian besar kasus tuli mendadak

mengalami proses penyembuhan secara partial terutama selama 14 hari pertama setelah onset

penyakit.1

Terapi untuk tuli mendadak adalah: 1

1. Tirah baring sempurna(total bed rest) istirahat fisik dan mental selama 2 minggu untuk

menghilangkan atau mengurangi stress yang besar pengaruhnya pada keadaan kegagalan

neovaskular.

2. Vasodilatansia yang cukup kuat misalnya dengan pemberian Complamin injeksi.

3x 1200 mg (4 ampul) selama 3 hari

3x 900 mg (3 ampul) selama 3 hari

3x 600 mg (2 ampul) selama 3 hari

3x 300 mg (1 ampul) selama 3 hari

Disertai dengan pemberian tablet vasodilator oral tiap hari.

16

Page 18: Referat - Sudden Deafness Finish

3. Prednison 4x 10 mg (2 tablet), tappering off tiap 3 hari (hati– hati pada penderita DM).

4. Vitamin C 500 mg 1x1 tablet/hari

5. Neurobion 3x1 tablet /hari

6. Diit rendah garam dan rendah kolesterol

7. Inhalasi oksigen 4x15 menit (2 liter/menit), obat antivirus sesuai dengan virus penyebab

8. Hipertonik oksigen terapi

Pada pasien diabetes perlu diperhatikan, sebaiknya diberikan kortikosteroid injeksi

dan bila perlu dilakukan pemeriksaan gula darah secara rutin setiap hari serta konsultasi ahli

penyakit dalam. Apabila hasil konsultasi dengan Sub Bagian hematologi Penyakit Dalam dan

Bagian kardiologi ditemukan kelainan, terapi ditambah sesuai dengan nasehat bagian

tersebut.1

Evaluasi fungsi pendengaran dilakukan setiap minggu selama 1 bulan. Kallinen et al

(1997) mendefinisikan perbaikan pendengaran pada tuli mendadak adalah sebagai berikut:

1. Sangat baik, apabila perbaikan >30 dB pada 5 frekuensi.

2. Sembuh, apabila perbaikan ambang pendengaran <30 dB pada frekuensi 250 Hz, 500

Hz, 1000 Hz, 2000 Hz dan dibawah 25 dB pada frekuensi 4000 Hz.

3. Baik, apabila rerata perbaikan 10- 30 dB pada 5 frekuensi.

4. Tidak ada perbaikan, apabila terdapat perbaikan <10 dB pada 5 frekuensi.

Bila gangguan pendengaran tidak sembuh dengan pengobatan di atas, dapat

dipertimbangkan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Apabila dengan alat bantu

dengar juga masih belum dapat berkomunikasi secara adekuat perlu dilakukan psikoterapi

dengan tujuan agar pasien dapat menerima keadaan. Rehabilitasi pendengaran agar dengan

sisa pendengaran yang ada dapat digunakan secara maksimal bila memakai alat bantu dengar

dan rehabilitasi suara agar dapat mengendalikan volume, nada dan intonasi oleh karena

pendengarannya tidak cukup untuk mengontrol hal tersebut.1

2.3.8. Prognosis

Prognosis tuli mendadak tergantung pada beberapa faktor, yaitu: kecepatan pemberian

obat, respon 2 minggu pengobatan pertama, usia, derajat tuli saraf dan adanya faktor- faktor

predisposisi. Pada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin besar kemungkinan

untuk sembuh, bila telah lebih dari 2 minggu kemungkinan sembuh menjadi lebih kecil.

Penyembuhan dapat sebagian atau lengkap, tetapi dapat juga tidak sembuh. Prognosis tuli

mendadak tidak sejelek yang diperkirakan. Hampir 1/3 penderita dapat sembuh sampai

17

Page 19: Referat - Sudden Deafness Finish

normal kembali, 1/3 masih ada sisa 40-80 SRT (Speech Recognition Threshold) dan 1/3

lainnya mengalami tuli total. 2

18

Page 20: Referat - Sudden Deafness Finish

BAB III

KESIMPULAN

1. Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba, bersifat

sensorineural dan penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, biasanya terjadi pada

satu telinga. Beberapa ahli mendefinisikan tuli mendadak sebagai penurunan

pendengaran sensorineural 30 dB atau lebih, paling sedikit tiga frekuensi berturut-turut

pada pemeriksaan audiometri dan berlangsung dalam waktu kurang dari 3 hari. Oleh

karena kerusakannya terutama di koklea dan biasanya bersifat permanen, kelainan ini

dimasukkan ke dalam keadaan darurat otology

2. Ketulian pada tuli mendadak sebagian besar kasus terjadi pada satu telinga (unilateral).

Diperkirakan sekitar 4000 kasus sudden sensorineural hearing loss (SSNHL) terjadi di

USA setiap tahunnya. Insidens kejadian di US ini berkisar antara 5-20 kasus per 100.000

orang.

3. Tuli mendadak dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain oleh iskemia koklea,

infeksi virus, trauma kepala, trauma bising yang keras, perubahan tekanan atmosfir,

autoimun, obat ototoksik, penyakit Meniere dan neuroma akustik. Tetapi yan biasanya

dianggap sebagai etiologi adalah iskemia koklea dan infeksi virus.

4. Terdapat 4 teori yang dipostulasikan bagi terjadinya tuli mendadak yaitu infeksi viral

labirin, gangguan vaskuler labirin, ruptur membran intrakoklear dan penyakit telinga

dalam yang berhubungan dengan imun

5. Gejala klinis timbulnya tuli pada iskemia koklea dapat bersifat mendadak atau menahun

secara tidak jelas. Pada infeksi virus, timbulnya tuli mendadak biasanya pada satu

telinga, dapat disertai dengan tinitus dan vertigo.

6. Diagnosis didapatkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan

penunjang audiologi dan laboratorium

7. Terapi yang diberikan yaitu tirah baring, vasodilatansia, kortikosteroid, pengaturan

dietrendah garam dan rendah kolesterol, inhalasi oksigen, terapi kausa viral, oksigen

hipertonik.

8. Pada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin besar kemungkinan untuk

sembuh, bila telah lebih dari 2 minggu kemungkinan sembuh menjaadi lebih kecil

19

Page 21: Referat - Sudden Deafness Finish

DAFTAR PUSTAKA

1. Jenny B dan Indro S. Tuli mendadak. Dalam: Soepardi EF, dkk (editor). Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, edisi keenam. Jakarta: Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal 46-48

2. Stachler JR, et al. Clinical Practice Guideline: Sudden Hearing Loss. Otolaryngology –

Head and Neck Surgery 146(1S) S1–S35 © American Academy of Otolaryngology—

Head and Neck Surgery Foundation 2012: p.1-28

3. Foden N, Mehta N, Joseph T. Sudden onset hearing loss: Causes, investigations and

management. Australian Fa mily Physician Vol. 42, No. 9, September 2013: p.641-644

4. Seeley, Stephen, Tate. The Special Sense. Anatomy and Physiology. The McGraw-Hill

Companies, 2004: p. 528-540

5. Van De Graaff. Head. Human Anatomy, 6th edition. New York: The McGraw-Hill

Companies. 2001. pg 516-519

6. Indro S, Hendarto H., dan Jennt B. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi EF,

dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher,

edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

Hal 10 – 13

7. Suckfull M. Continuing Medical Education :Perspectives on the Pathophysiology and

Treatment of Sudden Idiopathic Sensorineural Hearing Loss. Deutsches Ärzteblatt

International | Dtsch Arztebl Int 2009; 106(41): 669–76

8. Muller C, Vrabec J, Quinn FB. Sudden Sensorineural Hearing Loss. USA: UTMB Dept.

of Otolaryngology.June 13, 2001: p.1-15

20