referat perkiraan berat badan janin

24
TAFSIRAN BERAT JANIN KATA PENGANTAR Pertama – tama saya panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan izin-Nya saya dapat menyelesaikan referat ini. Referat berjudul Tafsiran Berat Janin ini disusun guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak. Saya sebagai penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Bambang F. N. Sp.OG, dr Arie Sp.OG, dr Ahmad Sp.OG dan dr Komang Sp.OG yang telah membimbing penyusun dalam mengerjakan referat ini, serta kepada seluruh dokter yang telah membimbing penyusun selama di kepaniteraan klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak. Dan juga ucapan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan di kepaniteraan ini, serta kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penyusun. Dengan penuh kesadaran dari penyusun, meskipun telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan referat ini, namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata, penyusun mengharapkan semoga referat ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua. Jakarta, 10 Maret 2015 AGUNG HARTANTO/07120100084 1

Upload: agung-h

Post on 18-Nov-2015

193 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Tentang pengukuran berat janin

TRANSCRIPT

tafsiran berat janin

KATA PENGANTAR

Pertama tama saya panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan izin-Nya saya dapat menyelesaikan referat ini. Referat berjudul Tafsiran Berat Janin ini disusun guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak. Saya sebagai penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Bambang F. N. Sp.OG, dr Arie Sp.OG, dr Ahmad Sp.OG dan dr Komang Sp.OG yang telah membimbing penyusun dalam mengerjakan referat ini, serta kepada seluruh dokter yang telah membimbing penyusun selama di kepaniteraan klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak.

Dan juga ucapan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan di kepaniteraan ini, serta kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penyusun. Dengan penuh kesadaran dari penyusun, meskipun telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan referat ini, namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata, penyusun mengharapkan semoga referat ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, 10 Maret 2015

tafsiran berat janin

Agung Hartanto/0712010008416

PENDAHULUAN

Berat janin penting diukur sebelum proses persalinan. Pengukuran tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya gangguan pertumbuhan bayi atau bayi besar. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan penyulit kehamilan seperti gangguan pertumbuhan bayi atau makrosomia (bayi besar).

Taksiran Berat Janin (TBJ) selama kehamilan merupakan salah satu cara yang bermanfaat untuk mengatasi masalah kesakitan dan kematian saat persalinan (Cunningham, 2005). Pendapat senada dikemukakan Mochtar (2000) yang menyatakan bahwa berat badan lahir akan mempengaruhi ketepatan penatalaksanaan persalinan dan hasilnya sehingga diharapkan dapat mengurangi kematian dan kesakitan pada persalinan.

Ada berbagai cara untuk menentukan TBJ, yaitu dengan palpasi uterus, pemeriksaan ultrasonography (USG), dengan pengukuran diameter biparietal, pengukuran tinggi fundus uteri maupun pengukuran lingkaran perut (Pillitery 2002). Meskipun ada berbagai metode untuk penaksiran berat janin, tetapi sampai saat ini belum ada suatu metoda pun yang berhasil membuat taksiran berat badan janin tepat.

Teknik penaksiran berat janin yang paling banyak dilakukan oleh tenaga kebidanan adalah dengan pengukuran TFU. Sedangkan dokter obsgyn seringkali menggunakan hasil USG sebagai dasar untuk mengetahui taksiran berat janin (Pilltery 2002).

TINJAUAN PUSTAKA

A. TAFSIRAN BERAT BADAN JANINBerat badan janin mempunyai arti yang sangat penting dalam pemberian asuhan kebidanan, khususnya asuhan persalinan. Apabila mengetahui berat janin yang akan dilahirkan, maka bidan dapat menentukan saat rujukan, sehingga tidak terjadi keterlambatan penanganan (Cunningham 2005). Selain itu, dengan mengetahui TBJ, penolong persalinan dapat memutuskan rencana persalinan pervaginam secara spontan atau tidak.

Terdapat berbagai cara untuk menentukan taksiran berat badan bayi diantaranya palpasi uterus, pemeriksaan ultrasonografi,pengukuran diameter biparietal, pengukuran tinggi fundus uteri dan lingkar perut. Penggunaan USG telah umum dijumpai pada rumahsakit yang telah memiliki fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan yang cukup modern terutama di kota besar (Pilliterry 2002).

Penaksiran berat badan janin dalam suatu penelitian masih dipandang perlu oleh banyak ahli kebidanan, meskipun demikian belum ada suatu metode yang berhasil membuat taksiran berat badanjanin yang tepat. Dibeberapa rumah sakit, masih dilakukan taksiran berat badan janin intrauterin dengan pengukuran tinggi fundus uteri. Ketepatan taksiran berat badan janin baik melalui pengukuran tinggifundus uteri ataupun cara lain akan mempengaruhi penatalaksanaan persalinan (Subagio 2000).

B. PENGUKURAN TINGGI FUNDUS UTERIVarney (2004) menyatakan bahwa pengukuran tinggi fundus uteridapat diukur dengan beberapa cara yang berbeda. Engstrom dan Sitller menulis sejarah pengukuran TFU dari tahun 1752 sampai sekarang dengan jelas. Terdapat 4 metode pengukuran TFU, yaitu : Metode IMenentukan TFU dengan mengkombinasikan hasil pengukuran dari memperkirakan dimana TFU berada pada setiap minggu kehamilan dihubungkan dengan simfisis pubis wanita, umbilikus dan ujung dari prosesus xifoid dan menggunakan lebar jari pemeriksa sebagai alat ukur. Ketidakakuratan metode ini adalah wanita secara fisiologis bervariasi pada jarak simfisis pubis ke prosesus xifoid, lokasi umbilikus diantara 2 titik imajiner. Selain itu, lebar jari pemeriksa bervariasi antara yang gemuk dan yang kurus.

Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan jika tidak ada Caliper atau pita pengukur dan jari cukup akurat untuk menentukan perbedaan yang jelas antara perkiraan umur kehamilan dengan tanggal dan dengan temuan hasil pemeriksaan dan untuk mengindikasi perlunya pemeriksaan lebih lanjut jika ditemukan ketidaksesuaian dan sebab kelainan tersebut.

Metode IIMetode ini menggunakan alat ukur Caliper. Caliper digunakan dengan meletakkan satu ujung pada tepi atas simfisis pubis dan ujung yang lain pada puncak fundus. Kedua ujung diletakkan pada garis tengah abdominal. Ukuran kemudian dibaca pada skala cm (centimeter) yang terletak ketika 2 ujung caliper bertemu. Ukuran diperkirakan sama dengan minggu kehamilan setelah sekitar 22-24 minggu.

Keuntungannya antara lain lebih akurat dibandingkan pita pengukur terutama dalam mengukur TFU setelah 22-24 minggu kehamilan. Kerugiannya antara lain jarang digunakan karena lebih sulit, lebih mahal, kurang praktis dibawa, lebih susah dibaca, lebih susah digunakan dibandingkan pita pengukur.

Metode IIIMenggunakan pita pengukur yang mungkin merupakan metode akurat kedua dalam pengukuran TFU setelah 22-24 minggu kehamilan. Titik nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen sampai puncak. Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang terukur sebaiknya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan setelah 22-24 minggu kehamilan.Keuntungannya adalah lebih murah, mudah dibawa, mudah dibaca hasilnya, mudah digunakan dan cukup akurat. Sedangkan kerugiannya adalah kurang akurat dibandingkan caliper.

Metode IVMenggunakan pita pengukur tapi metode pengukurannya berbeda. Garis nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis di garis abdominal, tangan yang lain diletakkan di dasar fundus, pita pengukur diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah, pengukuran dilakukan sampai titik dimana jari menjepit pitapengukur. Sehingga pita pengukur mengikuti bentuk abdomen hanya sejauh puncaknya dan kemudian secara relatif lurus ke titik yang ditahan oleh jari jari pemeriksa, pita tidak melewati slope anterior dari fundus. Caranya tidak diukur karena tidak melewati slope anterior tapi dihitung secara matematika sebagai berikut ;1) Sebelum fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahkan 4 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan2) Sesudah fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahkan 6 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan.Walaupun sedikit petugas yang menggunakan metode ini, tidak ada penelitian yang dilakukan dapat menujukkan kesamaan pada selisih atau simpangan dari metode-metode lain yang menghasilkan sebuah ukuran dalam skala cm yang menunjukkan apakah formula matematika ini sungguh-sungguh benar dalam hubungannya dengan jumlah minggu kehamilan. Keuntungannya adalah cukup akurat, sedangkan kerugiannya adalah rumit dan tidak praktis.

C. ULTRASONOGRAPHY (USG)USG merupakan suatu metode diagnostik dengan menggunakan gelombang ultrasonic, untuk mempelajari struktur jaringan dari gelombang ultrasonic yang dipantulkan oleh jaringan (Wiknjosastro2007). Menurut Sumardjadi (2007) dari beberapa metode pengukuran yang ada, cara pengukuran yang paling akurat adalah dengan USG. Didalam alat USG sudah terprogram berbagai metode pengukuran berupa algoritma, dengan demikian hasil penghitungan USG di klaim 100 % tepat.

Menurut Kusmarjadi (2008) selain gambar janin, foto USG juga terdiri dari beberapa tabel atau angka-angka yang diukur dari pengukuran dokter terhadap tungkai lengan, kaki, dan diameter kepala. Semua itu bisa menghasilkan rumus yang menunjukkan berapa berat janin di dalam kandungan. Beberapa istilah yang umumada di hasil foto USG antara lain:

1. GS = Gestasional SacUkuran kantong kehamilan, berupa bulatan hitam. Untuk mengukur usia kehamilan trimester (TM) I

2. CRL = Crown Rump LenghtUkuran jarak dari puncak kepala ke 'ekor' bayi untuk mengukur usia kehamilan TM I

3. BPD = Biparietal DiameterMerupakan jarak antara kedua tulang parietal, penting untuk menentukan usia kehamilan, pertumbuhan janin, taksiran beratba dan janin dan diagnosa hidrocephalus. Mulai dideteksi sejak kehamilan 12 minggu. Ukuran BPD bisa diperoleh melalui potongan bidang transversal atau koronal. Bidan transversal diperoleh bila kepala berada dalam posisi anterior atau posterior, sedangkan potongan koronal dipeoleh bila kepala dalam posisi transversal. Cara pengukuran BPD adalah dengan cara mengukur jarak antara tepi dalam tulang parietal satu sisi ke tepi luar sisi yangl ainnya (Wiknjosastro 2007).

4. FL = Femur LenghtMerupakan ukuran panjang tulang paha bayi. Untuk mengukur usia kehamilan TM II/III. Ukuran panjang femur mewakili nilai varibilitas yang lebih kecil dibandingkan dengan ukuran BPD. FL dapat dipakai untuk menentukan usia kehamilan. Cara pengukuran yang digunakan adalah jarak antara trhonkhanter mayor sampai condilus lateralis, tetapi caput femoris tidak dimasukkan.

5. HC = Head CircumferensialLingkaran kepala, digunakan untuk mengukur usia kehamilanTM II/III

6. AC = Abdominal CircumferencialUkuran lingkaran perut bayi. Untuk mengukur usia kehamilan TM II/III. Dikombinasikan dengan BPD akan menghasilkan perkiraan berat bayi

7. FW = Fetal weightBerat Bayi. Fungsi ini dapat digunakan sebagai salah satu aspek dalam menilai pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan.8. F-HR= Fetal Heart RateFrekuensi Jantung Bayi. Frekuensi dasar denyut jantung janin(basal heart rate) normal adalah 116-160 denyut per menit(dpm) selama rekaman > 30 menit.

D. CARA MENENTUKAN TAFSIRAN BERAT JANIN

RUMUS JOHNSON TOUSACKMc Donald melaporkan pada tahun 1906 dan 1910 adalah orang pertama yang mengukur tinggi simfisi fundus untuk memperkirakan usia kehamilan. Pada tahun 1953, pengukuran tersebut diperkenalkan pada asuhan antenatal untuk mendeteksi bayi yang memiliki berat badan yang rendah dan pada kasus insufisiensi plasenta. Ini merupakan awal dimana pengukuran simfisis fundus ini dimaksudkan untuk membantu mengkonfirmasi perkiraan tanggal persalinan (Rumbozt WL, McGoogan LS, 1953).

Dalam publikasi original tahun 1954, Johnson dan Toshach melaporkan bahwa berat janin berkisar antara 353 gr dari berat badan janin yang sebenarnya pada 68% dari 200 kasus. Dalam studi saat ini dengan menggunakan formulasi yang sama, sekitar 57 % estimasinya masih dalam rentang tersebut. Salah satu penjelasan yang memungkinkan untuk perbedaan ini adalah obesitas pada ibu (>90 kg) yang lebih sering pada studi saat ini dibandingkan pada saat studi Johnson dan Toshach (24% berbanding 5,5%). Hal ini perlu diperhatikan, bahwa penemu formula ini memberikan koreksi pada wanita yang obese (1cm) hanya berdasarkan dari 11 kasus. Sangat memungkin bahwa kegemukan pada ibu memiliki dampak yang lebih besar dari estimasi berat janin dari pada yang dibayangkan, dan sebaiknya factor koreksi pada wanita yang obese harus dievaluasi kembali dengan menggunakan sampel yang lebih besar (Johnson RW, Toshach CE 1954).

Sebagai alat untuk menentukan usia kehamilan, umumnya dilaporkan bahwa pengukuran tinggi simfisi fundal dalam cm sama dengan usia kehamilan antara 18 31 minggu dan sampai usia kehamilan 34 minggu. Jimenez (1983) dan rekan rekannya menunjukkan bahwa antara usia kehamilan 20 31 minggu yang diukur dari tinggi fundus dalam centimeter sama dengan usia kehamilan dalam minggu. Quantana dan rekan rekannya (1981), dan Calvert beserta rekannya (1982) melaporkan bahwa observasi sampai usia kehamilan 34 minggu adalah sejalan dengan pengukuran tinggi simfisi fundus dalam sentimeter. Suatu penelitian menunjukkan bahwa usia kehamilan 24 minggu, pengukuran tnggi simfisis fundus dapat memperkirakan usia kehamilan 36 minggu secara akurat (Low JA and Galbraith RS, 1974).

Johnson dan Tosbach (1954) menggunakan suatu metode untuk menaksir berat janin dengan pengukuran ( TFU ) tinggi fundus uteri, yaitu dengan mengukur jarak antara tepi atas symfisis pubis sampai puncak fundus uteri dengan mengikuti lengkungan uterus, memakai pita pengukur serta melakukan pemeriksaan dalam ( vaginal toucher ) untuk mengetahui penurunan bagian terendah (pengukuran Mc Donald) dikurangi dengan 13 yang kemudian dibagi dinyatakan dalam lbs atau pon. dikenal juga dengan rumus Johnson-Thousack. Rumus terbagi tiga berdasarkan penurunan kepala janin.

Berat janin = (Tinggi fundus uteri - 13) x 155, bila kepala janin masih floating

Berat janin = (Tinggi fundus uteri 12) x 155, bila kepala janin sudah memasuki pintu atas panggul / H II

Berat janin = (Tinggi fundus uteri 11) x 155, bila kepala janin sudah melewati H III

Keterangan :1.HODGE I:N = 13 bila kepala belum melewati PAP2.HODGE II:N = 12 bila kepala berada diatas spina isciadika3.HODGE III:N = 11 bila kepala berada dibawah spina isciadika

Contoh :Diketahui TFU 26cmTFU normal UK 7 bulan

TBJ= (TFU-13) x 155= (26-13) x 155= 2015 gramTBJ= (TFU-13) x 155= (30-13) x 155= 2636 gram

Sebelum dilakukan pemeriksaan, terlebih dahulu dilakukan pengosongan kandung kemih. Bila ketuban sudah pecah ditambah 10% dan tinggi fundus diukur dalam sentimeter.

FORMULA DARESPada Agustus 1986 sampai Juli 1989, Departemen Obstetri dan Ginekologi Institute of Medical Sciences, Universitas Hindu Banaras, menyatakan bahwa TFU dan pengukuran lingkar perut akan berkolrelasi dengan berat badan bayi baru lahir (S. Swain et al, 1993). Pada tahun 1990, Dare et al mengajukan suatu formula yang lebih sederhana untuk menghitung taksiran berat badan janin, yaitu perkalian antara SFH dengan AG. Dalam tulisan aslinya , dare et al, mencobakan metode ini pada 498 pasien dan mendapatkan korelasi yang baik antara angka taksiran dengan berat janin sesungguhnya (r=0,742).

Dalam studi saat ini, rumus Dare sedikit lebih akurat dibandingkan dengan rumus Johnson. Hal ini dapat dijelaskan dengan kurangnya koreksi untuk obesitas pada model Dare dan tingginya prevalensi wanita >90 kg dalam populasi studinya. Studi lebih besar yang melibatkan pasien obese dibutuhkan untuk menguji hipotesis dari rumus Dare untuk taksiran berat janin pada wanita obese (Dare FO, et al, 1990).

Metode yang dipakai berupa pengukuran lingkar perut ibu dalam centimeter kemudian dikalikan dengan ukuran fundus uteri dalam centimeter, maka akan didapat taksiran berat janin. Metode ini dikenal dengan nama Formula Dares.

TBBJ = FU X AC

Keterangan : TBBJ = Taksiran Berat badan janin FU = Fundus Uteri AC = Lingkar Perut

Metode ini dianggap lebih mudah digunakan berbagai kalangan dan memiliki nilai bias yang minimal dibandingkan penggunaan tinggi symphysial-fundal. Dari penelitian Mohanty, Das dan Misra didapatkan bahwa metode abdominal girth memiliki nilai prediktif yang baik untuk bayi berat lahi rendah (Mohanty, 2000).

Pengukuran abdominal girth memberikan indikasi kasar untuk pertumbuhan janin dalam meter. Lingkar perut meningkat dengan ketebalan sekitar 2,5cm (1inch) perminggu melampaui 30 minggu dan pada saat aterm sekitar 95-100 cm (38 inci sampai 40 inci) . Biasanya lingkar perut meningkat terus sampai dengan penyelesaian 38 minggu dan tetap stabil sesuai dengan panjang. Setelah aterm, jika kehamilan terus berlangsung, lingkar perut secara bertahap akan berkurang. Jika lingkar mulai menurun terjadi sebelumnya,dapat dicurigai adanya kecukupan sirkulasi plasenta. Ini adalah dapat menjadi predictor dalam kelompok kasus seperti pre-eklamsia, hipertensi kronis, nefritis kronis, riwayat buruk obstetri dan IUGR (Shiavkumar, 2001).

METODE NISWANDERNiswander melakukan penelitian dan menemukan rumus yang berbeda untuk menentukan berat badan janin. Rumus Niswander :

TBBJ = (FU 13) / 3

Keterangan :TBBJ = Taksiran Berat badan janin FU = Fundus Uteri

Syahrir dan kawan-kawan pada tahun 2001 di Makasar melakukan pengukuran dengan mendapatkan modifikasi rumus Johnson yang disederhanakan oleh Niswander. Sehingga rumus Johnson dimodifikasi ke dalam bentuk :

TBBJ = (TFU 13) 151 + 1030 gram

METODE ULTRASONOGRAPHYPenentuan berat badan janin dengan USG menggunakan beberapa parameter, seperti; Biparietal Diameter (BPD), Femur Length (FL), Abdominal Circumference (AC), Cross sectional Area of Thigh (CSAT). Pengukuran BPD diambil dari tepi luar tulang tengkorak janin proksimal ke tepi luar tulang distal. Diameter transversal dan lingkar batang janin diukur dalam bidang melintang standar pada tingkat perut dan pusat uratductus venosus kompleks. FL diukur dari ujung proksimal lebih besar trokanter ke metaphysis distal. Untuk CSAT, maka didefinisikan sebagai luas penampang otot dan tulang paha di bidang sebelah kanan sudut terhadap sumbu panjang tulang paha, di mana kawasan ini merupakan bagian terbesar. Metode yang digunakan untuk mengukur CSAT adalah sebagai berikut. FL pertama kali diukur, maka probe itu cenderung berada di sudut kanan ke panjang sumbu femur dan bergerak cepat di sepanjang permukaan.

Pada titik di mana luas penampang otot-otot dan tulang paha mencapai nya maksimum, gerak probe dihentikan. Daerah kemudian diukur dengan menggunakan fungsi elips. Pengukuran lingkar paha janin elips. Pengukuran lingkar paha janin tercatat di bidang melintang di persimpangan atas dan tengah pertiga dari paha, di proksimal foramen nutrien dari femur.

Sehingga dari beberapa parameter di atas, didapatkan sebuah formula, yaitu:

TBBJ = 13 (FL CSAT) + 39 (gm)

Keterangan : TBBJ = Taksiran Berat badan janin FL = Femur Length CSAT = Cross sectional Area of Thigh

AC, BPD dan FL digabungkan dalam rumus untuk memperkirakan berat badan janin. Mesin USG langsung menghitung secara otomatisperkiraan berat janin, yang formulanya antara lain adalah :

1,4 BPD X FL X AC (semua dalam cm) 200 = berat janin.

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organisation. Global Health Observatory. 2014. Diakses dari http://www.who.int/gho/maternal_ health/reproductive_health/antenatal_care_text/en/ tanggal 24 Februari 2014.\

2. Cunningham F.Gary, Giant Norman F., 2010, Komplikasi yang Umum padaKehamilan dalam Obstetri William Edisi 21 vol.1, Penerbit BukuKedokteran EGC, Jakarta

3. Malik N, Shahzad S, Malik SM, Anwar S. Comparison of two different methods for estimation of fetal weight at term. 2012, Vol 37 (1).

4. Buchmann E, Tlate K. A simple clinical formula for predicting fetal weight in labour at term derivation and validation. SAMJ. 2009, Vol 99 (6): 457-60.

5. Numprasert W. A study in Johnsons Formula: Fundal height measurement for estimation of birth weight. AU JT 8 (1): 15-20.

6. Levin I, Gamzu R, Buchman V, Rapaport A, Pauzner D, Lessing JB, et al. Clinical estimation of fetal weight: is accuracy acquired with professional experience? Fetal DiagnTher 2011; 29: 321-4.