referat mola hidatidosa

33
REFERAT MOLA HIDATIDOSA Disusun oleh: Eliata Setyowati P (406147035) Pembimbing: dr. Hari Purwanto, SpOG dr. Anurudha BS, SpOG KEPANITERAAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI PERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 4 APRIL 2015

Upload: eliatamariamahanaim

Post on 13-Dec-2015

137 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Mola Hidatidosa

TRANSCRIPT

REFERAT

MOLA HIDATIDOSA

Disusun oleh:

Eliata Setyowati P (406147035)

Pembimbing:

dr. Hari Purwanto, SpOG

dr. Anurudha BS, SpOG

KEPANITERAAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

PERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 4 APRIL 2015

RSUD DR.LOEKMONOHADI KUDUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Eliata Setyowati P

NIM : 406147035

Fakultas : Kedokteran Universitas Tarumanagara

Diajukan :

Periode Kepaniteraan :

Bagian : Obstetri dan Ginekologi

Pembimbing : dr. Hari Purwanto, SpOG

dr. Anurudha BS, SpOG

Telah diperiksa dan disetujui tanggal …………………

Mengetahui,

Koordinator Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi

RSUD DR.LOEKMONOHADI KUDUS

(dr. Hari Purwanto, SpOG)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga referat dengan judul “Kelainan

Kongenital Sistem Reproduksi” ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.

Referat ini disusun untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik Bidang Ilmu

Kandungan Fakultas Kedokteran Tarumanagara di RSUD dr. Loekmono Hadi pada

periode

Dalam referat ini penulis mencoba menyajikan informasi mengenai “Kelainan

Kongenital Sistem Reproduksi” bagi pembaca,khususnya kalangan medis dan

paramedis,dengan harapan dapat menambah pengetahuan mengenai “Kelainan

Kongenital Sistem Reproduksi”. Dalam penyusunan referat ini,penulis menghadapi

berbagai hambatan dalam memperoleh informasi,seperti sulitnya memperoleh

keakuratan data dengan melakukan seleksi dari berbagai sumber,serta kurangnya

pengalaman penulis dalam menyusun karya ilmiah.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan karena kemampuan dan

pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan

saran dan kritik yang membangun dari semua pihak agar referat ini dapat menjadi

lebih baik, dan dapat berguna bagi para pembaca. Akhir kata,penulis mohon maaf

apabila masih banyak kesalahan maupun kekurangan dalam referat ini,semoga referat

ini bermanfaat bagi para pembaca

Kudus, 8 Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mola Hidatidosa................................................................................ 2

2.1.1 Definisi............................................................................ 2-3

2.1.2 Epidemiologi................................................................... 3

2.1.3 Faktor Resiko................................................................... 3-4

2.1.4 Klasifikasi.......................................................................... 4-8

2.1.5 Gejala dan Tanda.............................................................. 8-11

2.1.6 Diagnosis.......................................................................12

2.1.7 Penatalaksanaan.............................................................13-15

2.1.8 Prognosis........................................................................ 15-16

BAB III KESIMPULAN.............................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 18

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

BAB I

Pendahuluan

I. Latar Belakang

Penyakit trofoblas gestasional (PTG) adalah sekumpulan penyakit yang terkait dengan

vili korialis, terutama sel trofoblasnya. Trofoblast memegang peranan penting dalam proses

implantasi blastokista berhubung dengan kemampuannya menghancurkan jaringan

endometrium. Setelah zigote memasuki endometrium (yang kini berubah menjadi desidua),

trofoblast dan khususnya sitotrofoblast tumbuh terus. Sitotrofoblast yang bersifat invasif,

dapat membuka pembuluh darah, dan lewat jalan darah dapat dibawa ke paru-paru. Pada

kurang lebih 50% wanita yang melahirkan dapat ditemukan sel-sel trofblast dalam paru-paru,

sel tersebut mati berhubung dengan kemampuan imunologik wanita yang bersangkutan.

Pada kehamilan biasa embrio tumbuh menjadi janin dan kemudian dilahirkan menjadi

bayi, maka pada sejumlah wanita kehamilan abnormal dapat terjadi, yakni menjadi mola

hidatidosa. Mola hidatidosa tergolong penyakit trofoblast yang tidak ganas, tetapi bisa

menjadi ganas ( mola distruens atau penyakit trofoblast ganas jenis villosum) dan sangat

ganas ( koriokarsinoma atau penyakit trofoblast ganas jenis nonvillosum).

Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-

gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari

beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.

Pada umumnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada

kalanya yang kemudian menglami degenerasi keganasan berupa koriokarsinoma. Jadi yang

termasuk penyakit trofoblas adalah molahidatidosa yang jinak dan koriokarsinoma yang

ganas.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 5

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

BAB II

Tinjauan Pustaka

I. DEFINISI

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana

tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa

degenerasi hidropik. Dengan ciri-ciri stroma villi korialis langka vaskularisasi, dan

edematous. Janin biasanya meninggal tetapi villus-villus yang membesar dan

edematous itu hidup dan tumbuh terus. Gambaran yang diberikan ialah sebagai

segugus buah anggur. Mola hidatidosa merupakan salah satu dari penyakit karena

kelainan plasenta yang meliputi mola hidatidosa komplit dan parsial, tumor plasenta

situs trofoblas, koriokarsinoma dan mola invasif.

Gambar 1. Mola Hidatidosa

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 6

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

Kehamilan mola secara histologis ditandai oleh kelainan vili korionik yang

terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus dan

mengeluarkan hormon, yakni Human chorionic gonadrotropin (HCG) dalam jumlah

besar daripada kehamilan biasa. Mola biasanya terletak di rongga uterus, namun

kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium. Ada tidaknya janin atau

unsur embrionik pernah digunakan untuk mengklasifikasikan mola menjadi mola

sempurna (complete) dan parsial.

II. EPIDEMIOLOGI

Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi ( 1 dari 120

kehamilan) daripada wanita di negara-negara Barat ( 1 dari 2000 kehamilan). Di Asia,

insiden mola hidatidosa komplit tertinggi adalah Indonesia yaitu 1 dari 77 kehamilan

dan 1 dari 57 persalinan. Di Amerika, dari study yang dilakukan terhadap terminasi

kehamilan, mola hidatidosa ditemukan pada 1 dari 1200 kehamilan.

III. FAKTOR RESIKO

1. USIA

Faktor risiko terjadinya mola yaitu usia ibu yang sangat muda (belasan

tahun) dan usia 36 hingga 40 tahun memiliki risiko 2 kali lipat. Wanita

dengan usia lebih dari 40 tahun memiliki risiko 10 kali lebih tinggi

menderita kehamilan mola, hal ini dikaitkan dengan kualitas sel telur yang

kurng baik pada wanita usia ini.

2. RIWAYAT MOLA

Riwayat kehamilan mola sebelumnya juga dapat meningkatkan kejadian.

Dalam suatu kajian terhadap 12 penelitian yang total mencakup hampir

5000 kelahiran, frekuensi mola rekuren adalah 1,3 %. Faktor resiko 1,5 %

untuk mola hidatidosa komplit dan 2,7% mola hidatidosa parsial.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 7

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

3. FAKTOR LAIN

Kontrasepsi oral, defisiensi variasi vitamin (kekurangan protein (Acosta

Sison), asam folat dan histidin (Reynold), B-karoten (Parazzini,

Berkowitz)), perokok.

IV. KLASIFIKASI

Ada berbagai macam klasifikasi penyakit trofoblas gestasional :

Menurut International Union Against Cancer (IUAC)

a. Penyakit trofoblast yang berhubungan dengan kehamilan

b. Penyakit trofoblast yang tidak berhubungan dengan kehamilan

Menurut FIGO (Federation International of Gynecology and Obstetric)

a. Mola Hidatidosa

- Mola Hidatidosa Komplit

- Mola Hidatidosa Parsial

b. Neoplasia Trofoblas Gestasional

- Mola Invasif

- Koriokarsinoma

- Placental Site Trophoblastic Tumor (PSTT)

- Tumor Trofoblastik Epiteloid

A. MOLA HIDATIDOSA KOMPLIT

Mola hidatidosa komplit adalah kehamilan abnormal tanpa embrio dan

seluruh vili korialis mengalami degenerasi hidropik. Vili korionik berubah

menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari sulit

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 8

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

dilihat sampai yang berdiameter beberapa sentimeter dan sering berkelompok-

kelompok menggantung pada tangkai kecil. Pada mola hidatidosa komplit

tidak ditemukan gambaran janin. Degenerasi hidropik atau degenerasi mola,

yang mungkin sulit dibedakan dari mola sejati, tidak digolongkan sebagai

penyakit trofoblastik.

Pada pemeriksaan sitogenetik terhadap kehamilan mola hidatidosa

komplit menemukan sebuah ovum yang tidak berinti (kosong) atau yang

intinya tidak berfungsi dibuahi oleh sebuah sperma haploid 23 X, sehingga

terbentuk hasil konsepsi dengan kromosom 23 X. Kromosom ini kemudian

mengadakan penggandaan sendiri (endoreduplikasi) menjadi 46 XX.

Kromosom MHK menyerupai kromosom seorang perempuan, yakni

homozigot, tetapi kedua kromosom X-nya berasal dari ayah dan tidak ada

faktor ibu. Teori ini disebut sebagai teori Diploid Androgenetik.

Gambaran histopatologis yang khas dari mola hidatidosa komplit

adalah edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili dan proliferasi

sel-sel trofoblas. Secara makroskopik, pada kehamilan trimester pertama, vili

korialis mengandung cairan dalam jumlah sedikit, bercabang dan mengandung

sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas hiperplastik dengan banyak pembuluh darah.

Pada trimester dua, mola hidatidosa komplit berbentuk seperti anggur karena

vili korialis mengalami pembengkakan secara menyeluruh.

Gambar 2. Mola Hidatidosa Komplit

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 9

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

B. MOLA HIDATIDOSA PARSIAL

Mola hidatidosa parsial adalah hanya sebagian vili korialis mengalami

degenerasi hidropik, sehingga unsur janin selalu ada. Perkembangan janin

akan bergantung kepada luas plasenta yang akan mengalami degenerasi, tetapi

janin biasanya tidak dapat bertahan lama dan akan mati dalam rahim.

Apabila perubahan hidatidosa bersifat lokal dan kurang berkembang

dan mungkin tampak sebagian jaringan janin, biasanya paling tidak kantung

amnion, keadaan ini diklasifikasikan sebagai mola hidatidosa parsial. Terjadi

pembengkakan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian vili yang

biasanya avaskular, sementara vili-vili berpembuluh lainnya dengan sirkulasi

janin-plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Hiperplasia trofoblastik

lebih bersifat fokal daripada generalisata.

Secara sitogenetik MHP terjadi karena satu ovum yang normal dibuahi

oleh dua sperma. Hasil konsepsi meliputi 69 XXX, 69 XXY, atau 69 XYY.

MHP mempunyai satu haploid ibu dan dua haploid bapak, sehingga disebut

Diandro Triploid. Komposisi unsur ayah dan ibu yang tidak seimbang

menyebabkan pembentukan plasenta tidak wajar, yang merupakan gabungan

vili korialis yang normal dan yang mengalami degenerasi hidropik. Biasanya

kematian janin terjadi sangat dini.

MHP umumnya dianggap sebagai missed abortion dan diagnosisnya

ditegakkan atas dasar pemeriksaan patologi anatomi yang memperlihatkan

degenerasi hidropik vili korialis setempat dan hiperplasia sinsitiotrofoblas.

Gambaran khas MHP adalah crinkling atau scalloping vili dan inklusi

trofoblas di stroma (stromal trophoblastic inclusion), serta terdapat jaringan

embrionik atau janin.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 10

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

Perbandingan Gambaran Mola Hidatidosa Parsial dan Komplit

Gambaran Mola Hidatidosa Parsial Moal Hidatidosa Komplit

Kariotipe Umumnya 69 XXX atau 69

XXY

46 XX atau 46 XY

Patologi

Janin Kadang-kadang Tidak ada

Amnion, sel darah merah

janin

Kadang-kadang Tidak ada

Edema vilus Bervariasi, fokal Difus

Proliferasi Trofoblas Bervariasi, fokal, ringan-

sedang

Bervariasi, ringan-berat

Gambaran Klinis

Diagnosis Missed abortion Gestasi mola

Ukuran uterus Kecil untuk masa kehamilan 50% besar untuk masa

kehamilan

Kista teka-lutein Jarang 25-30%

Penyulit medis Jarang Sering

Penyakit pasca-mola 1-5% 15-20%

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 11

Gambar 3. Mola Hidatidosa Parsial

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

Kadang ditemukan juga kehamilan kembar, antara janin dengan mola komplit.

Nieman (2006) melaporkan bahwa 5% terjadi kehamilan kembar janin dengan mola komplit.

Kemampuan janin untuk bertahan hidup tergantung dari pemuatan diagnosis dan penyulit

dari mola, misalnya pre-eklamsia atau perdarahan. Dari pengamatan Vejerslev (1991)

terhadap 113 kasus kehamilan gemeli mola, 45% berkembang mencapai usia 28 minggu dan

70% di antaranya bertahan hidup. Dibandingkan dengan mola parsial, wanita dengan

kehamilan gemeli mola memiliki resiko yang lebih besar menjadi keganasan, tapi tidak

sebesar pada kehamilan mola komplit.

Gambar 4. Kehamilan kembar dengan mola komplit

V. GEJALA DAN TANDA

Pada permulaannya, gejala mola tidak seberapa berbeda dengan kehamilan

biasa, yaitu mual, muntah , pusing dan lain-lain, hanya saja derajat keluhannya

sering lebih hebat. Selanjutnya, perkembangannya lebih cepat, sehingga pada

umumnya besar uterus lebih besar daripada umur kehamilan. Ada pula kasus

yang uterusnya lebih kecil atau sama besarwalau jaringannya belum dikeluarkan.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 12

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

Dalam hal ini perkembangan jaringan trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu

dipikirkan kemungkinan adanya jenis dying mole.

Beberapa gejala klinis yang sering dijumpai :

1. Pendarahan

Pendarahan adalah gejala utama mola. Biasanya keluhan perdarahan inilah

yang membawa pasien datang ke rumah sakit. Pendarahan dapat terjadi antara

bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat

pendarahannya bisa intermitten, sedikit-sedikit atau langsung banyak. Kadang-

kadang terjadi perdarahan berat yang tertutup didalam uterus sehingga

menyebabkan uterus mengalami distensi karena terisi banyak darah dan

kadang tampak cairan berwarna gelap yang keluar dari vagina, gejala ini dapat

muncul pada 50% kasus. Akibat pendarahan ini, selain anemia juga dapat

terjadi syok atau kematian.

2. Pembesaran ukuran uterus

Pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan adalah gejala

klasik dari mola hidatidosa komplit. Pembesaran ini disebabkan karena

perkembangan sel trofoblas yang berlangsung dengan sangat cepat. Uterus

mungkin sulit diidentifikasi secara pasti dengan palpasi, terutama pada wanita

nulipara karena konsistensi yang lunak di bawah dinding abdomen yang

kencang. Kadang-kadanag ovarium sangat membesar akibat kista-kista lutein

sehingga sulit dibedakan dengan uterus yang membesar.

3. Hiperemesis

Hiperemesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering pada trimester

pertama kehamilan. Hal ini dipengaruhi oleh kadar hormon HCG yang

berlebihan.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 13

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

4. Pre-eklamsia

Mola hidatidosa bisa disertai dengan pre-eklamsia, terjadinya lebih muda

daripada kehamilan biasa (yang menetap sampai trimester kedua). Karena

hipertensi akibat kehamilan jarang dijumpai sebelum usia gestasi 24 minggu,

pre-eklamsia yang terjadi sebelum waktu ini sedikitnya harus mengisyaratkan

mola hidatidosa atau adanya mola yang luas.

5. Kista Lutein

Pada mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein, baik unilateral

maupun bilateral. Kista lutein ini terbentuk karena respon terhadap kadar

hormon HCG yang meningkat dan biasanya disertai dengan hydrops fetalis

dan hipertrofi palsenta (Niemann, 2006). Pasien biasanya megeluh adanya

nyeri pada pelvis karena pembesaran dari ovarium. Karena ada pembesaran

ovarium, otomatis ada resiko terjadinya torsi kita lutein, infark dan pendarahan

yang dapat mengakibatkan gejala akut abodmen. Dengan pemeriksaan klinis

insidensi kista lutein lebih kuran 10,2% (biasanya tidak teraba dengan palpasi

bimanual), tetapi bila menggunakan USG angka-nya meningkat sampai 50%.

Gambar 5. Gambaran USG Kista Lutein

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 14

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

Umumnya kista ini menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan,

kista akan mengalami regresi karena penurunan kadar hormone HCG.

Membutuhkan waktu sekitar 12 minggu untuk mengalami regresi secara

sempurna. Oleh karena itu oophorectomy tidak perlu dilakukan kecuali kista

mengalami infark yang luas. Kasus mola dengan kista lutein mempunyai

risiko 4 kali lebih besar untuk mendapat degenerasi keganasan di kemudian

hari daripada kasus tanpa kista.

6. Tirotoksikosis

Terjadi akibat rangsangan kadar B-hCG yang tinggi.

7. Emboli sel trofoblas

Sebenarnya dalam setiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke

peredaran darah kemudian ke paru-paru tanpa memberikan gejala apapun.

Tetapi pada mola, kadang-kadang jumlah sel trofoblas ini terlalu banyak

sehingga dapat menimbulkan emboli paru akut yang bisa menyebabkan

kematian. Semakin besar ukuran uterus, resiko terjadinya komplikasi ini

semakin besar terutama saat usia kehamilan 16 minggu.

Ada beberapa gejala pada mola hidatidosa parsial agak berbeda dengan mola

hidatidosa komplit, antara lain :

1) Pasien dengan mola parsial tidak memiliki gejala klinis seperti mola

hidatidosa komplit. Pasien tersebut biasanya datang dengan gejala dan tanda

seperti abortus inkomplet atau missed abortion, yaitu perdarahan per vaginam

dengan tidak ditemukannya aktivitas janyung janin.

2) Pembesaran uterus dan pre-eklamsia hanya terjadi pada 5% pasien

3) Kista lutein, hiperemesis dan komplikasi hipertiroid sangat amat jarang

ditemukan.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 15

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

VI. DIAGNOSIS

Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila pasien datang dengan amenorea,

perdarahan per vaginam, uterus yang lebih besar dari usia kehamilannya dan tidak

ditemukan tanda-tanda kehamilan pasti seperti ballotement dan detak jantung

janin. Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan kadar Human

Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah atau urin. Peninggian hCG >100,000

mIU/mL , terutama dari hari ke-100 sangat sugestif. Bila belum jelas dapat

dilakukan pemeriksaan USG, dimana kasus mola menunjukkan gambara yang

khas, yaitu berupa badai salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang

lebah (honey comb). Diagnosis yang paling tepat setelah kita melihat keluarnya

gelembung mola.

Dari pemeriksaan histopatologis didapatkan pada mola hidatidosa komplit

ditemukan villi yang edema, hiperplasia sel trofoblas, dan penurunan atau bahkan

tidak adanya aliran darah janin. Kromosom menunjukkan 46 XX pada sebagian

besar kasus dan 46 XY pada 10-15% kasus. Pada mola hidatidosa parsial kadang-

kadang ditemukan adanya janin, dan juga plasenta serta pembuluh darah janin

dengan eritrosit janin di dalamnya. Dapat ditemukan juga edema villi dan

proliferasi trofoblas seperti pada mola komplit.

Gambar 6. Mola Hidatidosa Komplit dengan “snow flake pattern”

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 16

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

VII. PENATALAKSANAAN

Pengelolaan mola hidatidosa dapat terdiri atas 4 tahap berikut ini :

1. Perbaikan keadaan umum

2. Pengeluaran jaringan mola

3. Terapi profilaksis dengan sitostatika

4. Pemeriksaan tindak lanjut

Perbaikan keadaan umum

Pada pasien dengan syok atau anemia dapat diberikan rehidrasi cairan dan

transfusi darah, penangan pre-eklamsia dan eklamsia sama dengan kehamilan

biasa, sedangkan untuk tirotoksikosis diobati dengan protokol dari penyakit

dalam.

Pengeluaran jaringan mola

Pengeluaran jaringan mola dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

A. Kuretase

Kuretase dilakukan setelah keadaan umum diperbaiki. Bila canalis

servikalis belum terbuka, dapat dipasang laminaria dan 24 jam kemudian

baru dilakukan kuretase (dilatasi dan kuretase). Dapat ditambahkan

uretonika untuk meningkatkan kontraksi uterus yang dapat membantu

menghentikan perdarahan. Tindakan kuret cukup dilakukan 1 kali saja.

Kuret yang kedua dilakukan jika ada indikasi. Setelah dilakukan kuretase

harus diperiksa ulang dengan pemeriksaan USG untuk mengetahui apakah

masih ada sisa-sisa jaringan.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 17

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

B. Histerektomi

Histerektomi ini sangat jarang dilakukan pada kasus mola. Tindakan ini

dilakukan pada wanita yang telah cukup umur dan cukup mempunyai

anak. Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena umur tua dan

paritas tinggi merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan.

Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak

jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan

histopatologis sudah tampak ada tanda keganasan berupa mola invasif.

Terapi profilaksis dengan sitostatiska

Kemoterapi diberikan kepada penderita golongan resiko tinggi bila mereka

menolak atau tidak dpaat menjalani histerektomi, atau bila penderita masih

berusia muda dan menunjukkan hasil patologi anatomi yang mencurigakan.

Kemoterapi diberikan berupa :

1. Methotrexate (MTX) 20 mg/hari selama 5 ahri berturut-turut

2. Asam folat sebagai antidotum

3. Actinomycin D 1 flakon/hari selama 5 hari berturut-turut

Pemeriksaan tindak lanjut

Sesudah evakuasi, dilakukan pengawasan baik secara klinis, laboratorium dan

radiologi. Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah

mola hidatidosa. Lama pengawasan berkisar antara satu atau dua tahun. Tujuannya

adalah memastikan pada mola hidatidosa telah sembuh sempurna dan pemberian

kemoterapi jika diperlukan.

Pemeriksaan serum hCG dilakukan segera setelah dilakukan evakuasi mola,

biasanya sekitar 48 jam pasca evakuasi. Kadar hCG serum seharusnya mengalami

penurunan membentuk gambaran sebuah kurva dan tidak akan meningkat lagi.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 18

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

Beberapa sumber mengatakan kadar hCG serum akan mencapai normal 7 minggu

pasca evakuasi untuk mola parsial dan 9 minggu pasca evakuasi untuk mola komplit.

Beberapa sumber mengatakan kadar normal hCG serum akan tercapai setelah 8-12

minggu pasca evakuasi.

Gambar 7. Skematic evakuasi post mola hCG serum

Karena kadar hCG serum juga meningkat pada kehamilan, agar tidak mengacaukan

pemeriksaan selama periode ini, pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu dengan

menggunakan kondom, diafragma atau pil. Pemberian kemoterapi tidak di indikasi

selama terjadi penurunan kadar hCG serum bertahap. Apabila ada peningkatan hCG

serum membentuk pleateu curve atau terjadi kelainan trofoblas yang persisten,

kemoterapi diberikan. Peningkatan signifikan proliferasi trofoblas yang ditandai

dengan peningkatan kadar hCG biasanya karena keganasan, kecuali wanita tersebut

hamil. Jika kadar hCG serum telah mencapai normal selama 3-4 minggu, pemeriksaan

ulangan dilakukan 6 bulan kemudian dan wanita tersebut diijinkan hamil kembali jika

hasilnya tetap normal.

VIII. PROGNOSIS

Risiko kematian penderita mola hidatidosa meningkat akibat perdarahan, perforasi

uterus, pre-eklamsia berat/ eklamsia, tirotoksikosis atau infeksi. Akan tetapi,

kematian akibat mola saat ini sudah jarang terjadi. Segera setelah jaringan mola

dikeluarkan, uterus akan mengecil, kadar B-hCG menurun dan akan mencapai

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 19

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

kadar normal sekitar 10-12 minggu pasca evakuasi. Sebagian besar penderita mola

akan kembali sehat setelah menjalani kuretase. Bila ingin kembali hamil,

umumnya kehamilan akan berjalan normal.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 20

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

BAB III

KESIMPULAN

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di

mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan

berupa degenerasi hidropik. Dengan ciri-ciri stroma villi korialis langka vaskularisasi,

dan edematous. Janin biasanya meninggal tetapi villus-villus yang membesar dan

edematous itu hidup dan tumbuh terus. Gambaran yang diberikan ialah sebagai

segugus buah anggur. Mola hidatidosa merupakan salah satu dari penyakit karena

kelainan plasenta yang meliputi mola hidatidosa komplit dan parsial, tumor plasenta

situs trofoblas, koriokarsinoma dan mola invasif.

Banyak ditemukan pada wanita keturunan Asia. Faktor risiko terjadinya mola

yaitu usia ibu yang sangat muda (belasan tahun) dan usia 36 hingga 40 tahun memiliki

risiko 2 kali lipat. Wanita dengan usia lebih dari 40 tahun memiliki risiko 10 kali lebih

tinggi. Mola hidatidosa dibagi menjadi 2 yaitu mola hidatidosa kompliy yang tidak

ditandai dengan adanya janin dan mola hidatidosa parsial yang ditandai dengan

adanya janin.

Gejala-gejala sebelumnya tidak berbeda dengan kehamilan biasa seperti mual,

muntah, pusing. Gejala utama mola hidatidosa ada perdarahan yang biasanya disertai

anemia, hiperemesis, tidak dirasakan tanda-tanda janin seperti gerakan janin maupun

ballotement, tanda pasti ditemukan adanya gelembung pada darah yang keluar

pervaginam. Pemeriksaan tambahan adalah pengukuran kadar hCG serum meningkat,

ditemukan ‘snow flake pattern’ atau ‘honey comb’ pada pemeriksaan USG.

Penanganan mola dilakukan secara bertahap, yaitu memperbaiki kondisi

umum, evakuasi mola dengan kuretase atau histerektomi, pemberian terapi profilaksis

dan pemeriksaan tindakan lanjut. Saat dilakuakn tndakan lanjut, pasien dilarang hamil

dahulu. Prognosis mola masih bagus asal tidak menjadi keganasan.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 21

[MOLA HIDATIDOSA] ELIATA 406147035

DAFTAR PUSTAKA

1. Cuningham, F Gary. 2010. William’s Obstetric. 23th edition. USA: The McGraw-

Hill; Page: 257-261

2. Sarwono Prawirohardjo . 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo; Hal: 488-490

3. Sarwono Prawirohardjo . 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo; Hal: 262-264

4. Sarwono Prawirohardjo . 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo; Hal: 488-490

5. Lisa E Moore, MD, FACOG, 2010. Hydatidiform Mole. Available from :

http://emedicine.medscape.com. Accested May 30, 2011.

6. Martaadisoebrata Djamhoer, 2012. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan ginekologi.

FK UNPAD. Hal 12-19

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIUNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 11 APRIL 2015[Type text] 22