referat mioma uteri
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat
kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.
Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine
fibroid.
Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh wanita. Di
Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi
yang dirawat. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk
berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau
hanya satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita
yang tak pernah hamil atau hanya hamil satu kali. Prevalensi meningkat apabila
ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara.
Leiomioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Tatalaksana operatif pada mioma uteri dapat dilakukan miomektomi atau
histerektomi. Jika fungsi reproduksi masih diperlukan (masih menginginkan anak) dan
teknis memungkinkan, dapat dilakukan miomektomi sehingga uterus masih dapat
dipertahankan. Tetapi apabila fungsi reproduksi sudah tidak diperlukan dan
pertumbuhan tumor sangat cepat, dilakukan histerektomi (pengangkatan uterus).
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang pada umumnya dilakukan
perabdominal karena lebih mudah dan pengangkatan sarang mioma dapat dilakukan
lebih bersih dan teliti. Dampak dari dilakukannya histerektomi adalah pasien tidak dapat
mengalami menstruasi dan tidak dapat hamil lagi. Dengan kata lain, pasien mengalami
menopause sebelum waktunya dan dapat dikatakan infertil. Hal inilah yang dapat
mempengaruhi psikis pasien, apalagi pada kasus ini pasien belum memiliki anak.
Dari pendahuluan di atas, maka penulis ingin mengangkat kasus ini sebagai bahan
diskusi dan pembelajaran dengan menitikberatkan pada prognosis dan dampak
psikologis pasien yang telah menjalani histerektomi total atas indikasi mioma uteri.
1
BAB II
TEORI DASAR
Mioma Uteri
1. Definisi
Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun
leiomioma merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpanginya1.
Mioma uteri tidak pernah terjadi setelah menopause, bahkan yang telah
adapun biasanya mengecil bila mendekati masa menopause. Bila mioma uteri
bertambah besar pada masa postmenopause, harus dipikirkan kemungkinan
terjadinya degenerasi maligna (sarcoma)2.
2. Etiologi
Etiologi belum jelas tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum
matang. Disangka bahwa estrogen mempunyai peranan penting, tetapi dengan teori
ini sukar diterangkan apa sebabnya pada seorang wanita estrogen dapat
menyebabkan mioma, sedang pada wanita lain tidak, padahal kita ketahui bahwa
estrogen dihasilkan oleh semua wanita. Juga ada beberapa wanita dengan mioma
dapat terjadi ovulasi, yang menghasilkan progesteron yang sifatnya antiestrogenic2.
a) Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat petumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri
akan mengecil pada saat menopouse dan pengangkatan ovarium. Mioma uteri
banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol menjadi
estron. Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga
mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium
normal.
2
b) Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu : mengaktifkan 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
c) Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL (Human Placental
Lactogen), terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang
cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi
sinergistik antara HPL dan estrogen.
3. Patologi Anatomi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya
adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah
pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain :
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural
3. Mioma subserosa
4. Mioma intraligamenter
Gambar 1. Jenis-jenis mioma uterus
3
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa
(48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%)3.
a. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis
ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan
adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan
pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal
dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami
infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia
dan sepsis karena proses di atas.
b. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai
yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma,
maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi
yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga
dapat menimbulkan keluhan miksi. Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan
sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya
pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder dari
atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi
maligna.
4
c. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
d. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma
saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran
servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot
polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern)
dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan.
4. Perubahan Sekunder
1. Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.
2. Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya, seolah-olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak
teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas
dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi
yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kistoma ovarium atau suatu
kehamilan.
4. Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama terjadi pada wanita
berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
5
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras
dan memberikan bayangan pada foto Rontgen.
5. Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan ini biasanya terjadi
pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis
subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat
sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh
pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila
terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan,
tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini
seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
6. Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
5. Manifestasi Klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang
dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (servik,
intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang
terjadi. Keluhan yang dirasakan penderita Mioma Uteri sebagai keluhan utama pada
umumnya adalah1 :
1. Perdarahan abnormal
Pada banyak kasus, perdarahan pervaginam yang abnormal sering menjadi
keluhan utama penderita mioma uteri. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya
adalah hipermenore, menoraghi dan dapat juga terjadi metroragia. Hal ini sering
menyebabkan penderita juga mengalami anemia dari perdarahan yang terus-
menerus. Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini masih
menjadi perdebatan. Beberapa pendapat menjelaskan bahwa terjadinya perdarahan
abnormal ini disebabkan oleh abnormalitas dari endometrium. Tetapi saat ini
pendapat yang dianut adalah bahwa perdarahan abnormal ini disebabkan karena:
Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma.
Permukaan endometrium yang lebih luas.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
6
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium.
Pada mioma uteri submukosum diduga terjadinya perdarahan karena
kongesti, nekrosis, dan ulserasi pada permukaan endometrium.
2. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang
akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan juga dismenore. Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri pada
kasus mioma uteri adalah karena proses degenerasi. Selain itu penekanan pada
visera oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga bisa menimbulkan keluhan
nyeri. Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga menimbulkan rasa
yang tidak nyaman pada regio pelvis.
3. Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh
mioma uteri pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus
urinarius, seperti perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin
hingga dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Konstipasi dan tenesmia
juga merupakan keluhan pada penderita mioma uteri yang menekan rektum.
Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan pada vena-vena di regio pelvis
yang bisa menimbulkan edema tungkai.
6. Diagnosis
Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan
pada perut bagian bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat
uterus, yang umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, seringkali
teraba berbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang
berhubungan dengan uterus.
Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang
ditegakkan dengan pemeriksaan dengan uterus sonde. Mioma submukosum
7
kadangkala dapat teraba dengan jari yang masuk ke dalam kanalis servikalis dan
terasanya benjolan pada permukaan kavum uteri.
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian bawah
atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma submukosum yang
dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma intramural harus
dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri
atau suatu sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan
menegakkan dugaan klinis1.
7. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Tidak semua mioma uteri memerlukan terapi pembedahan. Kurang lebih 55%
dari semua kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan apapun,
apalagi jika ukuran mioma uteri masih kecil dan tidak menimbulkan keluhan.
Tetapi walaupun demikian pada penderita-penderita ini tetap memerlukan
pengawasan yang ketat sampai 3-6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti
pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang
berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.
Dalam dekade terakhir ini ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH
agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas
sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur
reseptor gonadotropin di hipofifis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang
mempengaruhi leiomioma.
Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam
keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa
dihentikan, leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen
oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi
yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami
menopause yang terlambat1.
8
Operatif
Terapi pembedahan dilakukan dengan indikasi:
1. Perdarahan pervaginam abnormal yang memberat
2. Ukuran tumor yang besar
3. Ada kecurigaan perubahan ke arah keganasan terutama jika pertambahan ukuran
tumor setelah menopause
4. Retensio urin
5. Tumor yang menghalangi proses persalinan
6. Adanya torsi.
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus, miomektomi dilakukan dengan pertimbangan jika diharapkan pada proses
selanjutnya penderita masih menginginkan keturunan. Apabila miomektomi
dikerjakan karena alasan keinginan memperoleh keturunan, maka kemungkinan
akan terjadinya kehamilan setelah miomektomi berkisar ± 30% sampai 50%. Selain
alasan tersebut, miomektomi juga dilakukan pada kasus mioma yang mengganggu
proses persalinan. Metode lain dari miomektomi adalah dengan ekstirpasi yang
dilanjutkan dengan curretage. Metode ini dilakukan pada kasus mioma geburt
dengan melakukan ekstirpasi lewat vagina.
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan
tindakan terpilih. Histerektomi dikerjakan pada pasien dengan gejala dan keluhan
yang jelas mengganggu. Histerektomi bisa dilakukan pervaginam pada ukuran
tumor yang kecil. Tetapi pada umumnya histerektomi dilakukan perabdomial
karena lebih mudah dan pengangkatan sarang mioma dapat dilakukan lebih bersih
dan teliti1.
Gambar 2. Gambaran uterus sebelum dan sesudah histerektomi
9
Infertilitas pada Wanita
1. Definisi
Infertilitas adalah keadaan dimana seorang wanita tidak dapat hamil secara
alami dalam satu tahun setelah secara teratur menjalani aktifitas seksual tanpa
kontarasepsi. Infertilitas disebut primer jika pasien belum pernah hamil dan
sekunder kalau pernah hamil2.
2. Faktor penyebab
Penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi tiga kelompok : satu pertiga
masalah terkait pada wanita, satu pertiga pada pria dan satu pertiga disebabkan oleh
faktor kombinasi. Faktor penyebab infertilitas pada wanita antara lain:
1. Faktor vagina
Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan
menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai
ke tuba yang dapat menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada
tuba sebagai organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi
seksual yang mencegah penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat
asam, yang secara nyata dapat mengurangi daya hidup sperma.
2. Faktor serviks
Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi
selama periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks
kondusif bagi daya hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan
peningkatan sekresi.
3. Faktor uterus
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak
dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain
polip endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma, bekas
kuretase dan abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu
implantasi, pertumbuhan, nutrisi serta oksigenisasi janin.
4. Faktor tuba
Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan.
Apabila terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita tersebut, maka dapat
10
menghambat pergerakan ovum ke uterus, mencegah masuknya sperma atau
menghambat implantasi ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi
merupakan salah satu dari banyak penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut
dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang disebabkan oleh
endometriosis atau inflamasi.
5. Faktor ovarium
Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi hamil,
ovumnya harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan
sperma atau implantasi ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini masalah
ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium,
penyakit ovarium polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan yang
mengganggu siklus ovarium.
11
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Data Pasien Data Suami
Nama : Ny.A/SD Nama : Tn. I/SD
Umur : 40 tahun Umur : 55 tahun
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pelaut
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Pulasaren RT/RW 06/04 kec, pekalipan kota Cirebon
Tanggal masuk RS : 26-05-2013 Waktu : Pkl 07.00 WIB
Rujukan : Datang sendiri
Keterangan rujukan :
I. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
OS mengeluh sakit pada perut bila haid keluar darah banyak dan terdaat benjolan
di perut bawah
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
P0A0 mengeluh nyeri saat haid selama kurang lebih 2 tahun dan terdaat benjolan di
perut bawah
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat asma disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat DM disangkal
4. Riwayat Operasi : Tidak pernah
5. Riwayat Perkawinan : perkawinan ke 1 lama perkawinan 16 tahun
6. Riwayat Obstetri : P0A0
7. Riwayat Menstruasi :
12
Menars : Umur 12 tahun
Siklus : tidak teratur
Lama siklus : 7-8 hari
Jumlah darah: Biasa (3-4 pembalut/hari)
Nyeri haid : (+)
HPHT : 1 Mei 2013
II. STATUS PRAESENS
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 23 x/menit
Suhu : 37,4 ºC
Tinggi badan : 153 cm
Berat badan : 50 kg
3. Anemis : -/-
Ikterik : -/-
4. Mamae : Simetris, putting menonjol
5. Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
6. Paru-paru : Vesikuler (+), ronki (-), wheezing (-)
7. Edema : - -
- -
III. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
1. Pemeriksaan Luar
Teraba massa besar di abdomen dengan
konsistensi keras.
Nyeri tekan (+)
Nyeri lepas (-)
13
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. LABORATORIUM
26 Mei 2013 Hb : 10,1 g/dL (11,0-18,8)Hct : 37,7 % (35,0-55,0)Leukosit : 8,1 x 103/mm3 (4,0-11,0)Trombosit : 333 x 103/mm3 (150-400)Glukosa darah : 84 (<140 mg/dl)
Ureum : 25,5 (15-45 mg/dl)
Kreatinin : 0,70 (0,6-1,1 mg/dl)
Protein : 6,27 (6,4-8,3)
Albumin : 3,9 ( 3,8-4,4)
Globulin : 2,53 (2,8-3,1)
B. USG
27 Mei 2013 USG dr. Samsudin, SpOG :
Uterus membesar 22-23 minggu. Tampak massa miom sebesar
kepala bayi.
Kesimpulan : mioma uteri intramural
Adv/ : - acc laparotomi
- Ijin operasi
- Antibiotik
V. DIAGNOSIS KERJA
Mioma uteri intramura
VI. RENCANA PENGELOLAAN
Observasi keadaan umum: nadi, tekanan darah, respirasi, suhu
Infus, cross match, sedia darah
Rencana Laparotomi
Informed Consent
VII. LAPORAN OPERASI
Tanggal Operasi : 2 Juni 2013
14
Kategori Operasi : Terencana
Operator : dr. DOddy, SpOG
Ahli Anestesi : dr. Iranima, SpAn
Asisten I : Co. Astri
Asisten II : Br. Ahmad
Diagnosa Pra Bedah : Mioma uteri intramural
Diagnosa Pasca Bedah : Mioma uteri multiple
Indikasi Operasi : Mioma uteri intramural
Jenis Operasi : HT
Jenis Anestesi : Narkose umum
Desinfeksi Kulit : Betadine
VIII. PROSEDUR OPERASI
1. Dilakukan tindakan a dan antiseptik dinding abdomen dan sekitarnya.
2. Dilakukan insisi mediana inferior yang diperluas ke atas ± 15 cm yang diperluas
secara indeferen.
3. Setelah peritoneum dibuka tampak massa tumor sebesar kepala orang dewasa.
4. Eksplorasi pada tumor berasal dari uterus, berwarna merah keabu-abuan.
Konsistensi kenyal, agak lunak. Asites (-).
5. Kesan : mioma uteri berdegenerasi kistik
6. Diputuskan untuk dilakukan histerektomi totalis + SOS
7. Mula-mula ligamentum rotundum kiri dan kanan diklem, dipotong dan diikat.
Lalu ligamentum infundibulopelvicum kiri diklem, dipotong dan diikat, dengan
sebelumnya dilakukan double ligasi.
8. Vasa uterina kiri dan kanan diidentifisir konkaf ke arah ligamentum rotundum.
Kemudian kandung kencing disisihkan ke bawah.
9. Kemudian dibuat cuff depan dan belakang. Ligamentum sakrouterina dan
ligamentum cardinale kiri dan kanan diklem, dipotong dan diikat.
10. Portio diidentifisir dengan bantuan beberapa buah klem. Puncak vagina disayat,
sehingga uterus dapat diangkat seluruhnya.
11. Sisa tumpul vagina dijahit jelujur dan overhecting. Kemudian dilakukan
histerektomi.
15
12. Tidak ada perdarahan, dilakukan penarikan sisa ligamentum rotundum, pangkal
tuba kanan, ligamentum infundibulopelvicum kiri ke puncak vagina serta
dilakukan reperitonealisasi.
13. Setelah dilihat tidak ada perdarahan lagi, dilakukan pembersihan rongga
abdomen dari darah dan bekuan darah, lalu dicuci.
Terapi : Cefotaxim 2x 1gr (IV)
Metronidazole 2x 500mg (IV)
IX. DIAGNOSIS KERJA AKHIR
Mioma uteri multiple
X. FOLLOW UP
PRE OPERASI
(27 mei 2013) S: Kel : -
O: KU: Baik
TD: 130/90 mmHg
N: 82 x/menit
R: 20 x/menit
S: 36,5
Konjungtiva anemis +/+
A: P0A0 dengan mioma uteri
P: Pemberian RL dan 2 labu darah
(28 mei 2013) S: Kel : -
O: KU: Baik
TD: 120/80 mmHg
N: 82 x/menit
R: 20 x/menit
S: 36,5
Konjungtiva anemis +/+
Hb: 12,6 gr/dL
A: P0A0 dengan mioma uteri
16
P: Pemberian RL
(29 mei 2013) S: Kel : -
O: KU: Baik
TD: 130/90 mmHg
N: 86 x/menit
R: 20 x/menit
S: 36,5
Konjungtiva anemis -/-
A: P0A0 dengan mioma uteri
P: Pemberian RL
(30 mei 2013) S: Kel : -
O: KU: Baik
TD: 120/70 mmHg
N: 84 x/menit
R: 21 x/menit
S: 36,5
Konjungtiva anemis -/-
A: P0A0 dengan mioma uteri
P: Pemberian RL
POST OPERASI
(3 Juni 2013) S: Kel : Sakit pada luka operasi
O: KU: Sedang
TD: 110/70 mmHg
N: 74 x/menit
R: 20 x/menit
S: 36,5
Konjungtiva anemis -/-
A: P0A0 post HT a.i mioma uteri
P: Cefotaxime 2x1gr (iv)
Metronidazol 2x500mg (iv)
Ketorolac inj.
17
Infus RL
(4 Juni 2013) S: Kel : -
O: KU: Sedang
TD: 100/70 mmHg
N: 64 x/menit
R: 22 x/menit
S: 36,7
Konjungtiva anemis -/-
Hb: 12,1 gr/dL
A: P0A0 post HT a.i mioma uteri
P: Cefotaxime 2x1gr (iv)
Metronidazol 2x500mg (iv)
Paracetamol 3x500mg
Fe 1x15mg
(5 Juni 2013) S: Kel : -
O: KU: Baik
TD: 120/70 mmHg
N: 60 x/menit
R: 20 x/menit
S: 36,4
Konjungtiva anemis -/-
A: P0A0 post HT a.i mioma uteri
P: GV
(6 Juni 2013) S: Kel : -
O: KU: Baik
TD: 120/80 mmHg
N: 74 x/menit
R: 20 x/menit
S: 37
Konjungtiva anemis -/-
A: P0A0 post HT a.i mioma uteri
P: DC up dan Boleh pulang
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Ny A, 40 tahun, telah melalui serangkaian tindakan operatif histerektomi totalis
atas indikasi mioma uteri.
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpanginya. Diagnosa mioma uteri ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus,
subserous), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Awalnya OS datang dengan keluhan adanya benjolan pada perut disertai
gangguan haid berupa dismenorrhea yaitu nyeri saat haid, sesuai dengan gejala mioma
uteri. Pemeriksaan fisik pada OS didapatkan status vital yang baik, yang berarti
hemodinamik pasien masih baik. Kemudian juga ditemukan fundus uteri tampak
cembung karena adanya massa mioma yang tumbuh pada uterus. Pada palpasi abdomen
teraba massa mioma dengan ukuran sebesar kepala dewasa yang berkonsistensi padat,
kenyal dan bersifat immobile. Pemeriksaan penunjang dengan USG juga dilakukan
untuk membantu menegakkan diagnosis. Hasil pemeriksaan dengan USG memberi
gambaran uterus yang membesar sebesar kepala bayi, dan memberikan kesan mioma
uteri intramural.
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan,
tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan
10-12 minggu, dilakukan pengawasan berkala setiap 6 bulan sekali.
Indikasi dilakukannya tindakan operatif pada kasus mioma uteri antara lain karena
perdarahan pervaginam abnormal yang memberat, ukuran tumor yang besar, adanya
kecurigaan perubahan ke arah keganasan terutama jika pertambahan ukuran tumor
setelah menopause, retensio urin, tumor yang menghalangi proses persalinan, dan
adanya torsi. Jika fungsi reproduksi masih diperlukan (masih menginginkan anak) dan
teknis memungkinkan, dapat dilakukan miomektomi sehingga uterus masih dapat
dipertahankan. Tetapi apabila fungsi reproduksi sudah tidak diperlukan dan
pertumbuhan tumor sangat cepat, dilakukan histerektomi (pengangkatan uterus).
19
Pada kasus ini, OS direncanakan untuk dilakukan tindakan laparotomi. Tindakan
pembedahan ini dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan konsultasi terhadap
bagian anestesi dan penyakit dalam untuk mengevaluasi keadaan pasien yang akan
dioperasi. Saat proses pembedahan berlangsung, diputuskan untuk dilakukan
histerektomi totalis, karena ukuran miom yang besarnya hampir sesuai dengan usia
kehamilan 20 minggu sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan miomektomi.
Dengan begitu maka uterus pasien ini tidak dapat dipertahankan.
Kemudian uterus yang telah diangkat, dikirim ke bagian Patologi Anatomi untuk
dilakukan pemeriksaan histologis untuk mengetahui adakah keganasan atau tidak.
Hasilnya baru dapat dilihat setelah hari kelima pasca operasi. Patologi Anatomi
mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda keganasan baik pada uterus dengan
kesimpulan akhir leiomyoma uteri.
Prognosis pada pasien ini adalah :
a. Quo ad vitam: ad bonam, kondisi OS setelah dilakukan histerektomi keadaan tanda
vital OS baik T: 110/70 mmHg, N : 74 x/menit R: 20 x/menit, S: 36,8 C
b. Quo ad functionam:
Fungsi menstruasi: ad malam, karena telah dilakukan histerektomi OS tidak
dapat menstruasi lagi.
Fungsi reproduksi: ad malam, OS tidak bisa hamil karena telah dilakukan
pengangkatan uterus.
Fungsi seksual: ad bonam, karena tidak ada intervensi pada genitalia eksterna.
c. Quo ad sanationam: ad bonam, karena OS dapat menjalani kehidupan sehari-hari
dengan baik.
Wanita yang telah menjalani histerektomi tidak akan mengalami menstruasi dan
tidak dapat hamil lagi, sehingga pasien pasca histerektomi dapat dikatakan infertil. Jika
ovarium juga diangkat, maka penderita juga akan mengalami menopause. Hot flushes
dan gejala menopause lainnya akibat histerektomi biasanya lebih berat dibandingkan
dengan gejala yang timbul pada menopause alami.
Ideologi perempuan sebagai ibu, misalnya mengidealisasikan perempuan sebagai
ibu rumah tangga yang mampu berfungsi melanjutkan keturunan keluarga4. Ideologi
tersebut menuntut perempuan untuk dapat melahirkan anak. Infertilitas dapat
20
menimbulkan rasa tidak mampu, kehilangan jati diri atau ketakutan tentang seksualitas
mereka sendiri. Infertilitas dapat menyebabkan pasien mengalami semua fase reaksi
kesedihan: penyangkalan, kemarahan, depresi dan penerimaan. Oleh karena itu,
seseorang yang infertil memerlukan dukungan psikologis dari orang-orang disekitarnya,
terutama keluarga.
Pada kasus ini, infertilitas dan menopause dini yang terjadi pada OS adalah karena
faktor uterus, dimana OS tidak dapat menstruasi dan tidak dapat hamil karena uterusnya
telah diangkat seluruhnya. Awalnya OS merasa kaget saat diberikan informed consent
mengenai tindakan yang akan dilakukan padanya. Kenyataan bahwa OS selama
perkawinan 16 tahun belum memiliki anak kemungkinan enyebabnya adalah mioma
yang menekan jalannya seprma sehingga menyebabkan infertilitas. OS merasa sedih,
namun OS berusaha untuk menerima dengan ikhlas apapun keadaannya pasca operasi.
Hebatnya, suami OS selalu memberikan semangat dan motivasi pada istrinya agar
dapat menjalani kehidupannya dengan bahagia. Itulah yang mendorong OS untuk
bangkit dan mengikhlaskan kondisi yang ia alami saat ini.
21
BAB V
KESIMPULAN
Diagnosis pasien pada kasus ini adalah mioma uteri melalui hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Pada anamnesis yang
menunjang diagnosis mioma uteri adalah didapatkan keluhan nyeri saat haid. Kemudian
dari pemeriksaan fisik teraba massa besar di abdomen dengan konsistensi keras.
Pencitraan dengan USG semakin memperkuat diagnosis mioma uteri dimana terdapat
uterus yang membesar sesuai dengan usia kehamilan 22-23 minggu.
Dilakukan Histerektomi Totalis (HT) karena ukuran miom yang besar sehingga
tidak memungkinkan untuk dilakukan miomektomi. Histerektomi total umumnya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
Follow up pasien terus dilakukan mulai saat preoperasi sampai postoperasi,
dimana OS terus mengalami perbaikan kondisi umum. OS menjalani rawat inap total,
mulai saat preoperasi sampai pasca operasi, selama 10 hari hingga akhirnya
diperbolehkan untuk pulang.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada kasus ini telah dilakukan
serangkaian diagnosis dan prosedur diagnostik yang benar, informed consent yang baik,
serta tindakan operatif yang sesuai dengan indikasi prabedah.
22