referat makrosomia

28
REFERAT “MAKROSOMIA” Disusun oleh: Faishal Lathifi (030.08.096) Pembimbing : dr. Mas Wishnuwardana, Sp. A KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BEKASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI PERIODE 2 JUNI – 9 AGUSTUS 2014

Upload: kustian-pramudita

Post on 19-Jan-2016

287 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

REFERAT MAKROSOMIA

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT Makrosomia

REFERAT

“MAKROSOMIA”

Disusun oleh:

Faishal Lathifi

(030.08.096)

Pembimbing :

dr. Mas Wishnuwardana, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BEKASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 2 JUNI – 9 AGUSTUS 2014

Page 2: REFERAT Makrosomia

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat,

Referat pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 2 Juni – 9

Agustus 2014 dengan judul “Makrosomia” yang disusun oleh :

Nama : Faishal Lathifi

NIM : 030.08.096

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth :

Pembimbing : dr.Mas Wisnu Wardhana, Sp. A

Menyetujui,

(dr. Mas Wisnu Wardhana Sp. A)

Page 3: REFERAT Makrosomia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses kehamilan sampai melahirkan merupakan rantai satu kesatuan dari hasil

konsepsi. Gangguan dan penyulit pada kehamilan umumnya ditemukan pada kehamilan

resiko tinggi. Yang dimaksud dengan kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang akan

menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun

terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila

dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal. Secara garis besar,

kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta

dan keadaan janin.

Makrosomia adalah salah satu komplikasi pada kehamilan yang akan berdampak

buruk pada persalinan dan pada saat bayi lahir apabila komplikasi tersebut tidak dideteksi

secara dini dan segera ditangani. Bayi besar (makrosomia) adalah bayi yang begitu lahir

memiliki bobot lebih dari 4000 gram. Padahal pada normalnya, berat bayi baru lahir adalah

sekitar 2.500-4000 gram. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang

melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang

lebih dari 4500 gram adalah 0,4%.

Persalinan dengan penyulit makrosomia umumnya faktor keturunan memegang

peranan penting. Selain itu janin besar dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus,

pada postmaturitas dan pada grande multipara. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi

kelahiran bagian-bagian lain macet janin dapat meninggal akibat asfiksia. Pada disproporsi

sefalopelvik (tidak seimbang kepala panggul) karena janin besar, seksio sesarea perlu

dipertimbangkan.

Page 4: REFERAT Makrosomia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000 gram..

Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram.

Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gram

adalah 0,4%.

B. ETIOLOGI

Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi besar / baby

giant.

Faktor-faktor dari bayi tersebut diantaranya :

1. Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang

menderita diabetes selama kehamilan. Sering memiliki kesamaan, mereka

cenderung besar dan montok akibat bertambahnya lemak tubuh dan membesarnya

organ dalam, mukanya sembab dan kemerahan (plethonic) seperti bayi yang

sedang mendapat kortikosteroid. Bayi dari ibu yang menderita diabetes

memperlihatkan insiden sindrom kegawatan pernafasan yang lebih besar dari pada

bayi ibu yang normal pada umur kehamilan yang sama. Insiden yang lebih besar

mungkin terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pola sintesis

surfakton.

2. Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar

(bayi giant).

3. Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi

kelahiran bayi besar.

C. TANDA DAN GEJALA

Berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir

Wajah menggembung, pletoris (wajah tomat)

Besar untuk usia gestasi

Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan polihidramnion

B. FAKTOR RESIKO

Risiko bayi dan anak

Kemungkinan komplikasi makrosomia janin bagi bayi anda mungkin berupa:

Page 5: REFERAT Makrosomia

• Kadar gula darah yang lebih tinggi dari ukuran normal. Seorang bayi yang didiagnosis

makrosomia janin lebih mungkin dilahirkan dengan tingkat gula darah yang lebih

tinggi (toleransi glukosa menjadi terganggu).

• Obesitas anak. Penelitian menunjukkan bahwa risiko obesitas meningkat seiring dengan

meningkatnya berat badan saat lahir.

• Sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan sekelompok kondisi – peningkatan

tekanan darah, peningkatan gula darah, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang,

atau kadar kolesterol abnormal- yang terjadi bersama-sama, sehingga meningkatkan

risiko penyakit jantung, stroke dan diabetes. Jika bayi anda didiagnosis dengan

makrosomia janin, dia berada pada risiko untuk mengembangkan sindrom metabolik

selama masa kanak-kanak.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah efek ini bisa meningkatkan

risiko diabetes dewasa, obesitas, dan penyakit jantung

Risiko Ibu

Kemungkinan komplikasi makrosomia janin bagi ibu mungkin mencakup:

• Masalah kelahiran. Makrosomia janin dapat menyebabkan bayi menjadi terjepit di jalan

lahir, mengalami cedera lahir, atau memerlukan penggunaan forsep atau perangkat

vakum selama persalinan (persalinan pervaginam operatif). Kadang-kadang C-

section juga diperlukan.

• Laserasi saluran kelamin. Selama persalinan, makrosomia janin dapat menyebabkan

bayi melukai jalan lahirnya - seperti dengan merobek jaringan vagina dan otot-otot

antara vagina dan anus (perineum otot).

• Perdarahan setelah melahirkan. Makrosomia janin meningkatkan risiko

ketidaksempurnaan kontraksi otot rahim sang ibu pasca melahirkan (atonia uteri).

Hal ini dapat menyebabkan pendarahan yang serius setelah melahirkan.

• Uterine yang pecah. Jika anda sudah pernah melakukan C-section atau operasi rahim

besar sebelumnya, maka makrosomia janin meningkatkan risiko pecahnya rahim -

komplikasi yang jarang namun serius, dimana rahim tergores hingga terbuka di

sepanjang garis bekas luka akibat C-section atau operasi rahim lainnya. C-section

darurat biasanya diperlukan untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa.

C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah

Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht)

Page 6: REFERAT Makrosomia

D. KOMPLIKASI

Bayi besar juga kerap menjadi penyulit pada saat persalinan normal, karena dapat

menyebabkan cedera baik pada ibu maupun bayinya.

Kesulitan yang dapat terjadi adalah :

1. Kesulitan pada ibu :

a) Robekan hebat jalan lahir

b) Perdarahan

c) Terjadi peningkatan persalinan dengan sectio caesaria.

d) Ibu sering mengalami gangguan berjalan pasca melahirkan akibat

peregangan maksimal struktur tulang panggul. Keluhan keluhan tersebut bisa

sembuh dengan perawatan yang baik.

2. Pada bayi :

a) Terjadinya distosia bahu yaitu kepala bayi telah lahir tetapi bahu tersangkut

di jalan lahir.

b) Asfiksia pada bayi sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan untuk

melahirkan bahu.

c) Brachial Palsy (kelumpuhan syaraf di leher) yang ditandai dengan adanya

gangguan motorik pada lengan.

d) Patah tulang selangka (clavicula) yang sengaja dilakukan untuk dapat

melahirkan bahu.

e) Kematian bila bayi tidak dapat dilahirkan.

Makrosomia dapat meningkatkan resiko pada bayi mengalami hipoglikemia,

hipokalsemia, hiperviskostas, dan hiperbilirubinemia.

1. Hipoglikemia

Hipoglikemi sering terjadi pada bayi dari ibu yang menderita penyakit DM

karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang

berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di

mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin

masih tinggi (transient hiperinsulinisme) sehingga terjadi hipoglikemi.

Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat

menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola

dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai

kematian.

Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup

selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang terjadi

Page 7: REFERAT Makrosomia

mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan

glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan.

Istilah hipoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna

dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hipoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari

30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala

hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam.

2. Hipokalsemia

Bayi menderita hipokalsemia bika kadar kalsium dalam serum kurang dari 7

mg/dl (dengan/tanpa gejala), atau kadar kalsium 10 n kurang dari 3 mg/dl.

Kejadiannya adalah kira-kira 50% pada bayi dari ibu penderita DM. Beratnya

hipokalsemia berhubungan dengan beratnya diabetes ibu dan berkurangnya fungsi

kelenar paranoid kadar kalsium terendah terjadi pada umur 24-72 jam.

3. Polestemia dan Hiperviskositas

Penyebab polestemia kurang jelas akan tetapi mungkin disebabkan oleh

meningkatnya produksi sel darah merah yang sekunder disebabkan oleh hipoksia intra

uterin kronik pada ibu dengan penyakit vaskuler dan oleh transfusi plasenta intra

uterin akibat hipoksia akut pada persalinan atau kelahiran.

Dengan adanya polisetemia akan menyebabkan hiperviskositas darah dan akan

merusak sirkulasi darah. Selain itu peningkatan sel darah yang akan dihemolisis ini

meningkatkan beban hederobin potensial heperbilirubinemia. Bayi makrosomia dapat

menderita fraktur klavikula, laserasi limpa atau hati cedera flesus brakial, palsi fasial,

cedera saraf frenik atau hemoragi subdural.

Hiperviskositas mengakibatkan menurunnya aliran darah dan terjadinya

hipoksia jaringan serta manifestasi susunan saraf pusat berupa sakit kepala, dizziness,

vertigo, stroke, tinitus dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur, skotoma

dan diplopia.

4. Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL.

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin

mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5.

Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa

minggu. Pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis,

kecuali:

a) Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

b) Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang

Page 8: REFERAT Makrosomia

bulan >10 mg/dL

c) Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam

d) Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL

e) Ikterus menetap pada usia >2 minggu

f) Terdapat faktor resiko

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan

berumur lebih pendek.

- Fungsi hepar yang belum sempurna

E. PENATALAKSANAAN MEDIS

Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang

tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi terhadap

makrosomia (bayi besar) memungkinkan dilakukannya sejumlah kontrol terhadap

pertumbuhan yang berlebihan. Peningkatan resiko bayi besar jika kehamilan dibiarkan hingga

aterm harus diingat dan seksio sesarea efektif harus dilakukan kapan saja persalinan

pervaginam.

Pemantauan glukosa darah

(Pada saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam sampai 24 jam atau bila

kadar glukosa 45 gr% dua kali berturut-turut.

Pemantauan elektrolit

Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi

Bolus glukosa parenteral sesuai indikasi

Hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila pemberian glukosa

parenteral tidak efektif.

Riwayat post natal

Yang perlu dikaji antara lain :

Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat,

AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.

Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untuk aterm 2500 gram lingkar

kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm). Adakah kelainan congenital.

Pola nutrisi

Yang perlu dikaji pada bayi dengan makrosomia merupakan pola makan dan

nutrisi/pemenuhan nutrisi dan cairan, muntah aspirasi, cairan, kalori dan juga untuk

Page 9: REFERAT Makrosomia

mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat

intravena.

Kebutuhan parenteral

Bayi makrosomia menggunakan D10%

Kebutuhan nutrisi enteral

BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam

BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam

BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam

Kebutuhan minum pada neonatus :

Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari

Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari

Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari

Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari

Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari

(Iskandar Wahidiyat, 1991 :1)

Pola eliminasi

Yang perlu dikaji pada neonatus adalah

BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.

BAK : frekwensi, jumlah

Latar belakang sosial budaya

Kebudayaan yang berpengaruh terhadap makrosomia adalah ketergantungan obat-obatan

tertentu.

Kebiasaan ibu mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan kalori dan lemak.

Hubungan psikologis

Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi

bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang

dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain

halnya dengan makrosomia karena memerlukan perawatan yang intensif dan monitoring.

1. Data Obyektif

Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan

dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995)

Page 10: REFERAT Makrosomia

Keadaan umum

Pada neonatus dengan makrosomia, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan

akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran

neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil,

panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat

menunjukkan kondisi neonatus yang baik.

Tanda-tanda Vital

Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat

dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C

dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh

antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal

antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur

(Potter Patricia A, 1996 : 87).

Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan

kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 1995).

Kulit

Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi makrosomia

terdapat lanugo dan verniks di lipatan-lipatan kulit.

Kepala

Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar

cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.

Mata

Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna

sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.

Hidung

Tidak terdapat pernafasan cuping hidung dan penumpukan lendir.

Mulut

Bibir berwarna merah, ada lendir atau tidak.

Telinga

Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan

Leher

Page 11: REFERAT Makrosomia

Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek

Thorax

Bentuk simetris, tidak terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi,

frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.

Abdomen

Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada garis papila

mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung

adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi.

Umbilikus

Tali pusat normal, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi

pada tali pusat.

Genitalia

Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada

neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya

sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.

Anus

Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.

Ekstremitas

Warna merah, gerakan lemah/kuat, akral dingin/hangat, perhatikan adanya patah tulang

atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.

Tanpa memandang besarnya semua bayi dari ibu diabetes sejak semula harus mendapat

pengamatan dan perawatan yang intensif, adar gula darah pada bayi harus ditentukan pada 1

jam post partum dan kemudian setiap 6 – 8 jam berikutnya, jika secara klinis baik dan kadar

gula darahnya normal. Mula-mula diberikan makanan oral/sonde air glukosa 5% dilanjutkan

dengan ASI.air susu formula yang dimulai pada umur 2 – 3 jam dan diteruskan dengan

interval makanan oral. Pemberian makanan harus dihentikan dan glukosa di berikan dengan

infus intravena perifer pada kecepatan 4 – 8 mg/kg BB/menit untuk mengatasi.

1. Hipoglikemia

Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah agar kadar glukosa serum tetap

normal pada kasus hipoglikemia tanpa gejala lakukan tindakan berikut :

Page 12: REFERAT Makrosomia

- Apabila kadar glukosa dengan dextrosix 25 mg/dl maka bayi diberi larutan

glukosa sebanyak 6 mg/kg BB/menit dan kemudian diperiksa tiap 1 jam hingga

normal dan stabil.

- Bila doxtrosix menunjukkan hasil 25 – 46 mg/dl dan bayi tidak tampak sakit

maka diberi minum glukosa 5% lalu diperiksa tiap jam hingga stabil. Pada kasus

hipoglikemia dengan gejala diberikan larutan glukosa 10% sebanyak 2 – 4 ml/kg BB

intra vena selama 2 – 3 menit hingga kadar glukosa stabil.

2. Hipokalsemia

Hipokalsemia dengan kejang harus diobati dengan larutan kalsium glukonat

10% sebanyak 0.2 – 0.5 ml/kg BB intravena yang harus diperhatikan selama

pemberian adalah aritmia jantung, brakikardi dan ekstravasasi cairan dan alat infuse,

kadar kalsium serum harus dipantau tiap jam.

3. Hiperbilirubinemia

Sejak bayi mulai kurang kadar bilirubin harys dipantau dengan teliti kalau

perlu berikan terapi sinar/transfuse tukar darah.

4. Polisitemia

Dicoba dengan penambahan pemberian minum sebanyak 20 – 40 ml/kg BB/

hari disamping itu dipantau Hb darah tiap 6 – 12 jam tanpa gejala, bila dengan gejala

seperti gangguan nafas jantung atau kelainan neurologik harus dilakukan transfuse

tukar parsial dengan plasma beku segar.

PEMANTAUAN PERKEMBANGAN

Denver II merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk skrining perkembangan

anak, alat ini bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin penyimpangan yang terjadi

pada anak sejak lahir hingga berusia 6 tahun. Peningkatan kematangan individu dapat

dilihat dari perkembangan anak sehingga perkembangan setiap anak harus dipantau

secara berkala.

Bayi atau anak dengan risiko tinggi perlu mendapatkan prioritas dalam skrining

tumbuh kembang. Contoh dari bayi atau anak dengan risiko tinggi adalah bayi prematur,

bayi dengan berat badan lahir rendah, ibu dengan diabetes melitus, memiliki riwayat

asfiksia, hiperbilirubinemia dll.

Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak usia kurang dari 6 tahun berisi

125 gugus tugas yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring fungsi

tersebut.

Bidang aspek yang dinilai antara lain:

Page 13: REFERAT Makrosomia

Personal sosial : Penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian

terhadap kebutuhan perorangan.

Motorik halus : Koordinasi mata, tangan, memainkan atau

menggunakan benda-benda kecil.

Motorik kasar : Duduk, jalan, melompat dan gerakan umum otot

besar

Bahasa : Mendengar, mengerti dan menggunakan bahasa

Skala usia tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari usia dalam bulan

dan tahun sejak lahir hingga usia 6 tahun. Setiap ruangan (garis 1 dengan garis lain)

antara tanda usia mewakili 1 bulan sampai anak berusia 24 bulan, kemudian mewakili 3

bulan sampai anak usia berusia 6 tahun.

Pada setiap tugas perkembangan yang beejumlah 125 terdapat batas

kemampuan perkembangan yaitu 25%, 50%, 90% dari populasi anak lulus pada tugas

perkembangan tersebut. Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka

pada ujung kotak sebelah kiri.

Skor dari tiap uji coba ditulis pada kotak segi empat :

P (Pass/Lulus)

Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu/pengasuh anak memberi

laporan bahwa anak sudah dapat melakukannya.

F (Fail/Gagal)

Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik, atau ibu/pengasuh anak

memberi laporan bahwa anak tidak mampu melakukannya dengan baik.

R (Refusal/Menolak)

Anak menolak untuk melakukan uji coba

D (Delay)

Gagal menampilkan item yang seharusnya dilalui oleh 90% anak pada usia

yang sama atau item dimana anak gagal menyempurnakan bagian kiri garis usia

No (No Opportunity)

Anak tidak memiliki kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada

hambatan (cacat, sakit dll). Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba tengah

ganda

Page 14: REFERAT Makrosomia
Page 15: REFERAT Makrosomia

INTERPRETASI

Lebih (Advance)

Bila mana anak melewati uji coba yang terletak di kanan garis usia, dinyatakan

perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut.

Normal

Bila anak gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan di sebelah kanan garis

usia, dikategorikan normal. Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F), menolak (R)

pada tugas perkembangan di mana garis usia terletak antara persentil 25 dan 75 maka

dikategorikan normal.

Caution/Peringatan

Bila anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan dimana garis usia terletak

pada atau antara persentil 75 sampai 90

Delayed/Keterlambatan

Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji coba yang terletak lengkap

di sebelah kiri garis usia (Tidak menyentuh garis usia)

No Opportunity/Tidak ada kesempatan

Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang tua melaporkan bahwa

anaknya tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tersebut,

hasil ini tidak dimasukkan dalam mengambil kesimpulan

Milestone Perkembangan Anak:

Page 16: REFERAT Makrosomia

Berat badan dan tinggi badan juga merupakan salah satu parameter penting untuk

menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi.

Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk

melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).

Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka

dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U.

Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD

diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat

serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS

NoIndeks yang

dipakaiBatas

PengelompokanSebutan Status Gizi

1 BB/U < -3 SD Gizi buruk  - 3 s/d <-2 SD Gizi kurang  - 2 s/d +2 SD Gizi baik  > +2 SD Gizi lebih

2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek - 3 s/d <-2 SD Pendek - 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Tinggi

3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus - 3 s/d <-2 SD Kurus - 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Gemuk

Sumber : Depkes RI 2004.

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi

yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut

Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-

nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang

populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku

(SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).

Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)

NoIndeks yang digunakan

InterpretasiBB/U TB/U BB/TB

1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang giziRendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++Rendah Normal Rendah Sekarang kurang +

2 Normal Normal Normal NormalNormal Tinggi Rendah Sekarang kurang

Page 17: REFERAT Makrosomia

Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal

Tinggi Rendah Tinggi ObeseTinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan

mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan

(NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku

Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000

oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di

interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat

pada tabel 2.

Untuk memperjelas penggunaan rumus Zskor dapat dicontohkan sebagai berikut

Diketahui BB= 60 kg TB=145 cm

Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-

NCHS hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15

tahun

Table weight (kg) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHSAge Standard Deviations

Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd15 0 31.6 39.9 48.3 56.7 69.2 81.6 94.1Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table weight (kg) by stature of boys 145 cm in Height from WHO-NCHSStature Standard Deviations

cm -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd145 0 24.8 28.8 32.8 36.9 43.0 49.2 55.4Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table stature (cm) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHSStature Standard DeviationsYr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd

15 0 144.8 152.9 160.9 169.0 177.1 185.1 193.2

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Page 18: REFERAT Makrosomia

Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Jenis – jenis parameter dalam antropometri :

Umur

Berat badan : untuk menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada

tulang

Tinggi badan : untuk menggambarkan peningkatan secara menyeluruh dari anak

sampai dengan saat pengukuran. Pengukuran tinggi badan anak balita dapat dilakukan

dengan alat pengkuru mikrotoa dan bagi bayi yang belum bisa berdiri dapat

menggunakan infantometer,

Lingkar Lengan Atas (LLA)

Lingkar kepala : Untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau

peningkatan ukuran kepala. Ini dapat dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang

tengkorak

Lingkar dada: Digunakan sebagai indikator KEP (Kurang Energi Protein)

Jaringan lunak : Dengan mengukur lipatan kulit menggunakan skin-fold callipers

dimana lipatan kulit terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan kulit dan sub-kutan.

Page 19: REFERAT Makrosomia

KESIMPULAN

Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu. Yang

walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering disarankan persalinan

yang lebih dini sebelum aterm.

Makrosomia adalah salah satu komplikasi pada kehamilan yang akan berdampak

buruk pada persalinan dan pada saat bayi lahir apabila komplikasi tersebut tidak dideteksi

secara dini dan segera ditangani. Bayi besar (makrosomia) adalah bayi yang begitu lahir

memiliki bobot lebih dari 4000 gram. Padahal pada normalnya, berat bayi baru lahir adalah

sekitar 2.500-4000 gram. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang

melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang

lebih dari 4500 gram adalah 0,4%.

Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang

menderita diabetes selama kehamilan. Sering memiliki kesamaan, mereka cenderung besar

dan montok akibat bertambahnya lemak tubuh dan membesarnya organ dalam, mukanya

sembab dan kemerahan (plethonic) seperti bayi yang sedang mendapat kortikosteroid. Bayi

dari ibu yang menderita diabetes memperlihatkan insiden sindrom kegawatan pernafasan

yang lebih besar dari pada bayi ibu yang normal pada umur kehamilan yang sama. Insiden

yang lebih besar mungkin terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pola

sintesis surfaktan.

Pada neonatus dengan makrosomia, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan

akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran

neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang

badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan

kondisi neonatus yang baik.

Tanpa memandang besarnya semua bayi dari ibu diabetes sejak semula harus

mendapat pengamatan dan perawatan yang intensif, adar gula darah pada bayi harus

ditentukan pada 1 jam post partum dan kemudian setiap 6 – 8 jam berikutnya, jika secara

klinis baik dan kadar gula darahnya normal. Mula-mula diberikan makanan oral/sonde air

glukosa 5% dilanjutkan dengan ASI.air susu formula yang dimulai pada umur 2 – 3 jam dan

diteruskan dengan interval makanan oral.

Page 20: REFERAT Makrosomia

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro. Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo

2. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta; Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573 – 761.

3. Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) et al :

Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2000, hal 1028 – 1042.

4. Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke 5, Tuberkulosis,

hal 753 – 761.

5. Tan, Hoan Tjay Drs.; Rahardja, Kirana Drs. : Obat – obat Penting, Khasiat,

Penggunaan dan Efek – efek Sampingnya, edisi ke 5, cetakan ke 2, Penerbit PT Elex

Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta, Bab 9 Tuberkulostatika, hal 145 –

154.