referat kulit.pdf

27
BAB I PENDAHULUAN Proses penuaan kulit mempunyai dua fenomena yang saling berkaitan yaitu proses penuaan intrinsik (chronologic aging) dan proses penuaan ekstrinsik. Proses penuaan intrinsik merupakan proses penuaan yang berlangsung secara alamiah yang disebabkan berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri, seperti genetik, hormonal, dan ras. Proses penuaan ekstrinsik terjadi akibat berbagai factor dari luar tubuh seperti sinar matahari/ultraviolet, kelembaban udara, suhu, asap rokok, dan berbagai faktor eksternal lainnya yang dapat mempercepat proses penuaan kulit sehingga terjadi penuaan dini. Proses ini dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor yang mempercepat proses tersebut [1] . Sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor luar yang paling berperan sebagai penyebab terjadinya proses penuaan kulit. Penuaan kulit yang dipicu oleh pajanan sinar UV kronik dan repetitif yang disebut photoaging yang dapat memperberat proses penuaan alami yang terjadi [2] . Sinar ultraviolet merupakan salah satu bagian dari sinar matahari yang memiliki efek buruk pada kulit. Para ahli fotobiologi lingkungan dan dermatologi membagi sinar ultraviolet menjadi tiga jenis berdasarkan panjang gelombangnya yaitu UVA (400-320 nm), UVB (320-290 nm), dan UVC (290-200 nm). Sebenarnya sinar UV hanya merupakan sebagian kecil saja dari spektrum sinar matahari namun sinar ini paling berbahaya bagi kulit karena reaksi yang ditimbulkannya berpengaruh buruk terhadap kulit manusia baik berupa perubahan-perubahan akut seperti eritema, pigmentasi dan fotosensitivitas, maupun efek jangka panjang berupa penuaan dini dan keganasan kulit [3] . Beberapa tahun terakhir ini para peneliti di Amerika Serikat melaporkan bahwa akibat radiasi ultraviolet yang meningkat di Antartika tampak pada spesies yang tingkat kehidupanny sederhana yaitu plankton, kerangkerangan, siput, dan bintang laut.Embrio bintang laut berkembang cacat dan mati sebelum dilahirkan. Mustofa K.Tolba dari program PBB untuk lingkungan (UNEP) mengungkapkan akibat radiasi ultraviolet yang meningkat produksi pertanian menurun, terdapat gangguan rantai makanan di perairan dan kasus kanker kulit meningkat setiap tahun [4] . Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapat banyak

Upload: gede-ariana

Post on 13-Feb-2015

170 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

mmm

TRANSCRIPT

Page 1: referat kulit.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

Proses penuaan kulit mempunyai dua fenomena yang saling berkaitan yaitu proses

penuaan intrinsik (chronologic aging) dan proses penuaan ekstrinsik. Proses penuaan intrinsik

merupakan proses penuaan yang berlangsung secara alamiah yang disebabkan berbagai faktor

dari dalam tubuh sendiri, seperti genetik, hormonal, dan ras. Proses penuaan ekstrinsik terjadi

akibat berbagai factor dari luar tubuh seperti sinar matahari/ultraviolet, kelembaban udara, suhu,

asap rokok, dan berbagai faktor eksternal lainnya yang dapat mempercepat proses penuaan kulit

sehingga terjadi penuaan dini. Proses ini dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor yang

mempercepat proses tersebut[1]

.

Sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor luar yang paling berperan sebagai penyebab

terjadinya proses penuaan kulit. Penuaan kulit yang dipicu oleh pajanan sinar UV kronik dan

repetitif yang disebut photoaging yang dapat memperberat proses penuaan alami yang terjadi[2]

.

Sinar ultraviolet merupakan salah satu bagian dari sinar matahari yang memiliki efek buruk pada

kulit. Para ahli fotobiologi lingkungan dan dermatologi membagi sinar ultraviolet menjadi tiga

jenis berdasarkan panjang gelombangnya yaitu UVA (400-320 nm), UVB (320-290 nm), dan

UVC (290-200 nm). Sebenarnya sinar UV hanya merupakan sebagian kecil saja dari spektrum

sinar matahari namun sinar ini paling berbahaya bagi kulit karena reaksi yang ditimbulkannya

berpengaruh buruk terhadap kulit manusia baik berupa perubahan-perubahan akut seperti

eritema, pigmentasi dan fotosensitivitas, maupun efek jangka panjang berupa penuaan dini dan

keganasan kulit[3]

.

Beberapa tahun terakhir ini para peneliti di Amerika Serikat melaporkan bahwa akibat

radiasi ultraviolet yang meningkat di Antartika tampak pada spesies yang tingkat kehidupanny

sederhana yaitu plankton, kerangkerangan, siput, dan bintang laut.Embrio bintang laut

berkembang cacat dan mati sebelum dilahirkan. Mustofa K.Tolba dari program PBB untuk

lingkungan (UNEP) mengungkapkan akibat radiasi ultraviolet yang meningkat produksi

pertanian menurun, terdapat gangguan rantai makanan di perairan dan kasus kanker kulit

meningkat setiap tahun[4]

.

Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari

sepanjang musim. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapat banyak

Page 2: referat kulit.pdf

paparan sinar matahari bahkan pada saat matahari sedang terik. Radiasi sinar matahari dapat

mempengaruhi kesehatan kulit semua individu[5]

.

Saat ini kesadaran untuk berpenampilan lebih baik, salah satunya memiliki kulit wajah

yang sehat dan tampak muda sudah menjadi kebutuhan dan berdampak pada kualitas hidup

seseorang.Kelainan-kelainan kulit akibat proses penuaan yang dulu dianggapbukan masalah

kosmetik sekarang sering dikeluhkan dan dikhawatirkan masyarakat. Di Amerika Serikat

puluhan juta dolar dikeluarkan setiap tahunnya untuk perawatan dan pengobatan dengan produk

antipenuaan[1]

.

Page 3: referat kulit.pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sinar ultraviolet

Sinar ultraviolet adalah radiasi elektromagnit pada panjang gelombang antara 100 nm sampai

400 nm. Menurut para ahli fotobiologi radiasi ultraviolet dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan

pajang gelombangnya yaitu sinar UVA (>315–400 nm), UVB (>280–315 nm) and UVC (>100–

280 nm)[3]

.

Sinar UVA Sinar UVB Sinar UVC

Sinar UV-A memiliki

panjang gelombang

320-400 nm

Paparan pada kulit

akan diabsorpsi 50%

di epidermis

sedangkan 50%

berdifusi ke dermis

sehingga

menyebabkan

pigmentasi akut pada

kulit tanpa didahului

dengan inflamasi

Efek eritema UV-A

jauh lebih kecil

daripada UV-B

Tidak seperti UV-B,

UV-A berpenetrasi

pada lapisan dermis

bagian dalam dan

Sinar UV-B memiliki

panjang gelombang

290-320 nm yang

merupakan daerah

eritemogenik

Sinar UV-B

diabsorpsi di

epidermis dan

berdifusi sehingga

menyebabkan

vasodilatasi didermis.

Absorpsi sinar UV-B

dapat menyebabkan

pelepasan mediator

inflamasi yaitu

prostaglandin.

Sinar UV-C memiliki

panjang gelombang

200-290 nm

Sinar UV-C

diabsorpsi sebesar

99% di stratum

korneum dan sebesar

1% bersifusi ke

dermis, sehingga

menyebabkan eritema

dan kerusakan kulit

namun tidak

meninggalkan bekas

pigmentasi.

Page 4: referat kulit.pdf

bersifat sunburn

2.2 Sumber Radiasi Ultraviolet

2.2.1 Radiasi Matahari

Matahari merupakan sumber utama pajanan terhadap sinar UV. Sinar matahari terdiri dari

sinar yang tampak (400-700 nm), sinar inframerah (>700 nm), dan sinar ultraviolet. Kualitas

(spektrum) dan kuantitas (intensitas) sinar matahari mengalami perubahan ketika melewati

atmosfer. Lapisan strastosfer menyerap hampir semua sinar UV <290 nm (UVC) dan sebagian

besar sinar UVB (70-90%). Sehingga ketika sampai di permukaan bumi, radiasi UV hanya 5%

dari energi matahari dengan spektrum yang berkisar antara 290-400 nm[3]

.

Tingkat panjanan terhadap radiasi UV matahari bervariasi pada setiap individu

tergantung dari garis lintang, ketinggian, musim, time of day, adanya awan di langit, dan

komponen atmosfer lainnya seperti polusi udara[3]

. Daerah dekat equator, mempunyai intensitas

tertinggi dibandingkan belahan bumi utara maupun selatan[6]

.

Keberadaan awan dan polusi udara (berupa asap atau partikel uap air), dapat menurunkan

UVB. Untuk awan pekat, radiasi ultraviolet turun hingga 44% untuk radiasi langsung. Perkiraan

penurunan radiasi ultraviolet B (UVB) karena awan berdasarkan pengukuran dengan satelit dari

hamburan batik UVB yaitu 30% pada 60° garis lintang, 10% pada 20° dan 20% pada equator.

Intensitas relatif radiasi ultraviolet B dari waktu ke waktu tidak teap, maksimum pada siang hari

(pukul 12.00) dan minimum pada pagi dan sore hari (jam 06.00 dan 19.00) [6]

.

Page 5: referat kulit.pdf

Gambar Faktor-faktor yang mempengaruhi radiasi UV

2.2.2 Radiasi UV Buatan

Sumber radiasi UV buatan dapat mengeluarkan sinar UV dengan spektrum yang

berbeda-beda tergantung sumbernya. Sumber radiasi UV buatan meliputi berbagai jenis lampu

UV yang digunakan dalam bidang kesehatan, industri, bisnis, dan penelitian baik untuk tujuan

domestik maupun kosmetik[3]

.

Page 6: referat kulit.pdf

2.3 Photoaging

2.3.1 Definisi

Photoaging adalah Penuaan kulit yang dipicu oleh pajanan sinar UV kronik dan repetitif

yang dapat memperberat proses penuaan alami yang terjadi[2]

2.3.2 Mekanisme Kerusakan Kulit Akibat Sinar UV

Sinar UVB menginduksi perubahan terutama pada lapisan epidermis. Sinar ini merusak

DNA di keratinosit dan melanosit, dan menginduksi produksi soluble epidermal factor (ESF)

serta enzim proteolitik yang dapat ditemukan pada dermis setelar terpajan sinar UV. UVB

bertanggung jawab terhadap pembentukan thymidine dimers yang merupakan ikatan kovalen

kuat antara dua molekul thymidine. Karena proses penuaan, ikatan ini sulit untuk dipisahkan

sehingga terjadi akumulasi mutasi DNA. Sel yang terkena akan mengalami sunburn dalam 8-12

jam dan terjadi pngurangan sintesis DNA dalam 12 jam selanjutnya. Keratosis acitinik, lentigo,

karsinoma, dan melanoma merupakan akibat lanjut dari proses ini[7]

.

Sinar UVA dapat mempenetrasi kulit lebih dalam sampai ke lapisan dermis dan dapat

merusak baik lapisan epidermis maupun dermis. Sinar UVA berperan penting dalam

pathogenesis photoaging. Mekanisme pasti bagaimana UVA menyebabkan penuaan kulit masih

belum jelas. Matriks ekstraseluler dermis terdiri dari kolagen tipe I dan III, elastin, proteoglikan,

fibronektin, dan fibril kolagen yang mengencangkan kulit. Radiasi UV meningkatkan enzim

yang mendegradasi kolagen (MMPs), dan xeroderma pigmentosum factor(XPF). XPF

menginduksi invaginasi lapisan dermis dan epidermis sehingga tampak sebagai keriput[7]

.

Mekanisme molekuler dari photoaging dapat dijabarkan sebagai berikut :

Membrane/nuclear signaling

Radiasi UV, melalui pembentukan ROS, menghambat fosfatase yang berfungsi untuk

mempertahankan reseptor-reseptor pada keadaan tidak aktifnya; mengaktifkan reseptor

permukaan sel (fosforilasi) termasuk reseptor epidermal growth factor, interleukin-1 (IL-1) dan

tumor necrosing factor-α(TNF-α);menginduksi sinyal intraselular yang mengakibatkan

pengaktifan kompleks AP-1 nuklear transkripsi yang terdiri dari protein c-jun dan c-fos. Di kulit

manusia yang utuh, dosis sub-eritemogenik yang tetap dari sinar UVB (0.1 dosis minimal

eritema) secara transkripsi dapat meningkatkan pengaturan dan pengaktifan AP-1. Peningkatan

aktivitas AP-1 dapat menghalangi sintesis kolagen dermal utama I dan III dengan cara

Page 7: referat kulit.pdf

menghambat efek dari TGF-β, yaitu suatu sitokin yang meningkatkan transkripsi gen-gen

kolagen. Aktivator protein-1 juga menurunkan kadar reseptor TGF-β, menghambat transkripsi

kolagen, dan juga menimbulkan efek antagonis retinoid intrinsik di kulit. Mekanisme ini

mengarah kepada suatu defisiensi fungsi retinoid dan penurunan sintesis kolagen yang secara

normal dipromosikan oleh ikatan asam retinoid terhadap reseptor nuklearnya. Sebagai tambahan,

sinar UV yang menginduksi sintesis dan sekresi dari cysteine-rich growth regulatory factor

(CYR61) mampu mengurangi sintesis prokolagen tipe I, meningkatkan kadar MMP-1,

menurunkan kadar reseptor TGF-β, dan menginduksi pengaktifan AP-1. Oleh sebab itu, pada

kulit yang mengalami kerusakan karena radiasi UV terdapat suatu penurunan yang menyeluruh

pada sintesis kolagen. Bertambahnya aktivitas AP-1 juga dapat meningkatkan kadar dan

aktivitas beberapa enzim yang mendegradasi komponen matriks ekstraselular, khususnya MMP-

1 (kolagenase), MMP-3 (stromelisin-1), dan MMP-9 (92-kd gelatinase). Pada manusia telah

dibuktikan bahwa MMP terutama kolagenase dan gelatinase diinduksi dalam beberapa jam

setelah paparan sinar UVB. Jalur ini dapat dihambat dengan antioksidan[8]

.

Sinar ultra violet juga mengaktifkan nuclear factor kappa B (NF-κB), yaitu faktor

transkripsi yang mempengaruhi ekspresi berbagai protein dan memperburuk degradasi matriks

kulit dengan cara meningkatkan kadar MMP-1 dan MMP-9. Penurunan matriks selanjutnya

diperburuk dengan MMP-8 (kolagenase) dari sumber neutrofil yang masuk ke dalam kulit yang

terpapar sinar UV setelah infiltrasi neutrofil. Walaupun demikian, terdapat juga suatu up

regulation yang bersamaan dari tissue inhibitors of metalloproteinases (TIMPs) membatasi

degradasi matriks. TIMPs diduga tidak efektif mengatasi hal tersebut[8]

.

Peningkatan degradasi kolagen dan penurunan sintesis kolagen adalah hal yang utama

pada photoaging. Setiap paparan sinar UV menginduksi respon jejas dengan penyembuhan yang

tidak sempurna, dan meninggalkan invisible solar scar. Paparan sinar UV yang repetitif

sepanjang hidup dapat mendorong perkembangan visible solar scar yang bermanifestasi sebagai

kerutan (wrinkle)[1]

.

Berbeda dengan kulit tua yang terlindungi dari sinar matahari yang memperlihatkan

hiposelularitas, kulit yang rusak karena sinar sering menunjukkan suatu peningkatan jumlah

fibroblas hiperplastik bersama-sama dengan meningkatnya sel-sel radang termasuk sel mast,

histiosit, dan sel-sel mononuklear lainnya, yang diistilahkan dengan “heliodermatitis” (inflamasi

Page 8: referat kulit.pdf

kulit karena sinar matahari). Penelitian secara imunohistologi menunjukkan adanya peningkatan

sel-sel T CD4+ pada dermis[9]

.

Kerusakan Mitokondria

Mitokondria merupakan organelle sluler yang memproduksi energy dengan

mengkonsumsi oksigen. Transport electron mitokondria menghasilkan ROS dalam jumlah

banyak sehingga menyebabkan kerusakn mtDNA. Kerusakan DNA dapat mempengaruhi

pembentukan energi untuk memenuhi kebutuhan sel. Mutasi mtDNA ditemukan pada fibroblast

dermal yang terpapar sinar UVA. Kerusakan mtDNA pada kulit yang mengalami photoaging

tidak ditemukan pada kulit yang mengalami penuaan intrinsic. Hal ini memperlihatkan kerusakan

mtDNA merupakan petanda molekuler dari photoaging. Selain itu, penurunan fungsi

mitokondria dihubungkan dengan peningkatan jumlah MMP-1 sehingga memperburuk degradasi

kolagen[8]

.

Kerusakan telomere

Telomer dapat mengalami kerusakan akibat radiasi sinar UV. Pemendekan telomer

mengaktivasi protein supresor tumor p53 dan respon kerusakan DNA lainnya yang menginduksi

apoptosis[8]

.

Oksidasi protein

Protein dapat terpengaruh oleh kerusakan oksidatif. Kulit yang mengalami photoaging

memperlihatkan kerusakan upper dermal protein yang diinduksi oleh ROS. Kerusakan oksidatif

yang dialami protein meliputi pembentukan rantai-samping aldehid dan keton (karbonil protein),

cross-link tirosin, interkonversi asam amino, dan oksidari asam amino. Kerusakan protein akibat

reaksi oksidatif menyebabkan hilangnya fungsi protein dan meningkatnya kerentanan terhadap

degradasi. Penelitian secara in vitro, UVA merupakan contributor utama dalam proses oksidasi

protein[8]

.

Page 9: referat kulit.pdf

2.3.3 Manifestasi Klinis Dan Histologis Photoaging

Kelainan kulit yang terjadi pada photoaging baik mikroskopis maupun

makroskopis(kelainan klinis) berbeda dari kelainan kulit yang terjadi pada penuaan intrinsik

(penuaan karena bertambahnya usia)[4]

. Secara garis besar perbedaan penuaan kulit intrinsic dan

photoaging adalah sebagai berikut[10]

:

Penuaan intrinsik Photoaging

Kulit tipis dan halus

Kulit kering

Kerut halus, garis ekspresi lebih dalam

Kulit kendur

Dapat timbul tumor jinak

Kulit menebal dan kasar

Kulit kering

Kerut lebih dalam dan nyata

Bercak pigmentasi tidak teratur

Pelebaran pembuluh darah (telangiektasis)

Page 10: referat kulit.pdf

Dapat timbul tumor jinak, prakanker,

maupun kanker kulit.

Kelainan Mikroskopik

Derajat kerusakan kulit tergantung dosis komulatif radiasi ultraviolet dan genetik tipe

kulit. Tipe kulit yang putih mempunyai lebih sedikit pigmen melanin daripada kulit yang hitam

sehingga lebih peka terhadap radiasi ultraviolet. Kulit makin putih makin peka tetapi kulit yang

berwarna gelappun akan mengalami perubahan bila dosis radiasinya sangat besar[4]

.

Table I. Tipe kulit menurut fitzpatrick

Tipe

Kulit

Warna Kulit Reaksi Terhadap Radiasi

Matahari

Kepekaan

Terhadap UV

I

Putih, sangat terang,

rambut merah atau

pirang, mata biru,

berbintik-bintik

Mudah terbakar dan berat

(painful bruns); tanpa

kehitam-hitaman.

Sangat peka

II Putih, terang, rambut

merah atau pirang, mata

biru atau hijau

Mudah terbakar; kehitam-

hitaman minimal

Sangat peka

III Putih krim, terang Kadang terbakah minimal;

pigmentasi gradual

Peka

IV Coklat muda, tipe kulit

orang mediterania dan

kaukasian

Jarang terbakar; mudah

menjadi kehitaman

Cukup peka

V Coklat tua, tipe kulit

timur tengah

Sangat jarang terbakar;

sangat mudah kehitaman

Kurang peka

VI Hitam Tidak terbakar; sangat

mudah kehitaman

Tidak peka

Pada photoaging, epidermis mengalami hiperplasia karena proliferasi sel-selnya

meningkat, kemudian bila paparan sinar mataharinya lebih hebat maka diferensiasi sel epidermis

terganggu (menjadi atipik). Sel seluruh lapisan ini bervakuola, terutama sel stratum basal dan

Page 11: referat kulit.pdf

melanosit. Terdapat sel-sel yang mati dan hampir mati. Sel stratum korneum mengandung

vakuola besar yang berisi suatu protein. Di bawah membran basal terlihat jelas lapisan berbusa

yang tidak mengalami photoaging. Jumlah melanosit meningkat tetapi penyebarannya tidak

merata. Sel Langerhans menjadi lebih sedikit[4]

.

Di dermis kelainan histologik yang utama adalah berkumpulnya jalinan pita-pita tebal

yang berserat-serat, berwarna biru. Pita-pita ini pada umumnya terdapat di stratum papilar dan

bagian atas stratum retikular. Bila kerusakannya hebat bisa terdapat sampai ke bagian lebih

dalam dari stratum retikular dan pita-pita ini menjadi amorf, tidak berbentuk serat-serat lagi.

Materi yang berwarna biru ini khas dapat diwarnai dengan pewarnaan dengan jaringan elastin

maka disebut elastosis dan terjadi karena sinar matahari jadi disebut solar elastosis. Materi ini

adalah serat-serat elastin yang menebal, lebih banyak dari keadaan normal, berkumpul dan

terjerat satu dengan lainnya, makin lama makin banyak akhirnya berdegenerasi menjadi massa

yang amorf. Serat kolagen berkurang jumlahnya dan strukturnya abnormal. Solar elastosis ini

sambil bertambah banyak mendesak serat kolagen, akhirnya serat kolagen ini teresorpsi. Jumlah

glikosaminoglikan meningkat. Terdapat hipertrofi dan hiperplasi kelenjar sebasea sedangkan

kelenjar keringat mengalami atrofi[4]

.

Page 12: referat kulit.pdf

Pembuluh darah berdilatasi dan berkelok-kelok terlihat pada kulit sebagai telangiektasia.

Akhirnya kapiler yang terletak di bagian bawah dermis terputus-putus. Terdapat 2 hipotesis yang

menerangkan terjadinya solar elastosis terbentuk dari transformasi serat kolagen atau dari

transformasi serat elastin atau dari transformasi keduanya. Hipotesis yang kedua mengatakan

Page 13: referat kulit.pdf

bahwa fibroblast diaktifkan oleh sinar ultraviolet sehingga menghasilkan serat yang abnormal

yang kemudian berdegenerasi[4]

.

Terdapat bukti bahwa peradangan kronik karena sinar ultraviolet (heliodermatitis)

kemungkinan mempunyai peranan untuk terjadinya solar elastosis. Lavker dan Kligman (1988)

melaporkan bahwa histiosit dan limfosit banyak terdapat pada heliodermatitis. Mereka juga

menemukan sel mast dan fibroblas lebih banyak dari biasa sehingga mereka menyimpulkan

bahwa sel mast menghasilkan zat yang bersama enzim dari histiosit dan limfosit menyebabkan

kehancuran serat kolagen dan elastin sehingga terbentuk solar elastosis. Kerusakan kulit yang

lebih berat dari solar elastosis adalah neoplasma jinak dan neoplasma ganas[4]

.

Kelainan Makroskopis Kulit

Gambaran klinik photoaging bervariasi dari kerusakan kulit yang ringan, yang lebih berat

yaitu manifestasi solar elastosis sampai neoplasma jinak dan neoplasma ganas. Kerusakan kulit

yang paling ringan adalah kelainan pigmentasi yaitu lentigo (makula hiperpigmentasi) dan

hipomelanosis (macula hipopigmentasi). Kelainan ini timbul karena melanin lebih banyak

diproduksi sebagai pertahanan kulit terhadap sinar ultraviolet tetapi penyebaran melanin tidak

merata. Kelainan kulit ini dapat timbul pada semua bagian kulit yang tidak tertutup pakaian[4]

.

Page 14: referat kulit.pdf

Manifestasi solar elastosis yang paling khas dan umum adalah kulit yang berkerut-kerut,

tidak elastis, tebal, beraneka warna yaitu warna kuning bercampur dengan makula

hipopigmentasi dan hiperpigmentasi. Ini disebut Milian’s citrine skin. Biasa timbul pada kulit

muka. Bisa juga terlihat variasi dari Milian’s citrine skin yaitu atrofi kulit yang hebat dengan

terlihat jelas gambaran kelenjar sebasea yang hipertrofik karena kulit menjadi tembus cahaya.

Juga jelas terlihat telangiektasi dan peradangan tetapi kulit licin.

Bila kerusakan terjadi pada kulit dada atas terlihat kelenjar sebasea yang hiperplastik

tersusun sebagai garis-garis sejajar yang berdekatan satu dengan lainnya denganlatar belakang

kulit yang sangat atrofi. Bila kulit yang rusak daerah tengkuk (kulit petani dan pelaut) terlihat

kerut-kerut yang bercorak jajaran genjang yang geometris. Kelainan ini disebut Cutis

rhomboidalis nuchae. Pada kerusakan yang lebih berat juga timbul kista dan komedo[4]

.

Page 15: referat kulit.pdf

Solar elastosis di kulit muka dapat terlihat sebagai lesi berbentuk cincin yang dibagian

tengahnya gambaran kulit normal atau sedikit atrofi dan di bagian pinggirnya kulit menebal

berukuran 0,2–0,5 cm. Lesi ini disebut Actinic granulom. Manifestasi berbentuk nodul-nodul

pada kulit sekitar mata dan bagian lateral atas pipi akibat solar elastosis disebut Cutaneous

nodular elastoidosis. Bila juga terdapat kista dan komedo disebut sindrom Favre- Racouchot.

Bila keadaan lebih berat dapat terbentuk nodul-nodul kistik yang bersatu membentuk tonjolan

lebar yang berwarna kuning[4]

.

Page 16: referat kulit.pdf

Solar elastosis pada kulit daerah hidung terlihat sebagai sebuah papula tebal berwarna

kekuningan, lesi ini disebut Diffusi elastoma of Dubreulih. Nodul elastolis yang timbul pada

kulit depan telinga berbentuk papula-papula yang berbatas tegas berukuran 5 mm dan sedikit

tembus cahaya disebut Elastotic nodules of the ear[4]

.

Acrokeratoelastoidosis marginalis tampak sebagai sekelompok papula mengkilap

tersusun memanjang, sering membentuk penebalan yang lebar sepanjang pinggir jari-jari tangan.

Histologis lesi ini adalah solar elastosis yang mengenai sebagian besar stratum retikular dermis.

Plak komedo yang juga merupakan manifestasi solas elastosis adalah lesi bewarna merah sampai

biru terdiri dari nodul dan plak, kelainan ini biasanya terjadi di lengan bawah bagian luar disebut

Actinic comedonal plaque[4]

.

Lesi hipopigmentasi berbentuk bintang yang terdapat di daerah lengan kulit bawah

bagian luar pada orang tua berumur 70-90 tahun adalah manifestasi elastosis berat, ini disebut

Stellate pseudoscar. Kelainan ini terbentuk setelah trauma yang berdarah (purpura senilis)[4]

.

Page 17: referat kulit.pdf

Venous lake sering terjadi pada kulit telinga dan bibir bawah yang rusak berat karena

sinar ultraviolet. Lesi ini berdiameter 5 mm dan berwarna biru tua, bila ditekan mnghilang. Bila

kerusakan kulit lebih berat timbul neoplasma jinak dan neoplasma ganas[4]

.

Keganasan pada kulit mudah timbul selain karena gangguan pada DNA juga karena

jumlah sel Langerhans yang berkurang sehingga imunitas kulit menurun. Neoplasma jinak dapat

berupa hiperplasia sebasea, keratosis seboroik atau keratosis aktinik. Neoplasma ganas dapat

berupa karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, lentigo maligna atau melanoma lentigo

maligna[4]

.

2.3.4 Klasifikasi Photoaging

Glogau 1994 mengembangkan klasifikasi pasien photoaging menjadi empat tipe. Tipe

kulit I umumnya memperlihatkan perubahan atrofi kulit dengan keriput yang lebih sedikit dan

depigmentasi fokal (hipermelanosis gutate) dan perubahan displastik seperti keratosis acitinik

dan keganasan epidermis. Sebaliknya, respon hipertrofi seperti keriput yang dalam, kekasaran,

dan lentigen tampak pada individu dengan tipe kulit III dan IV[8]

.

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV

Photoaging ringan

(umur 20-30

tahun)

Tidak ada/sedikit

kerut

Sedikit perubahan

pigmen

Tidak ada tumor

kulit

Photoaging

sedang (30-40

tahun)

Kerut pada

kontraksi otot

wajah, lekuk

senyum lebih

dalam

Mulai ada bercak

kehitaman

Mulai ada tumor

kulit

Photoaging berat

(umur 50 tahunan)

Kerut walau

dalam keadaan

istirahat

Perubahan warna

kulit dan

pelebaran

pembuluh darah

(telangiektasis)

Adanya tumor-

tumor kulit

Photoaging lebih

berat

Hamper tidak ada

kulit normal,

semuanya kerut

Adanya tumor-

tumor kulit.

Page 18: referat kulit.pdf

2.4 Pencegahan

Pencegahan photoaging dapat dilakukan dengan memberikan perlindungan pada

permukaan kulit salah satunya adalah dengan menggunakan tabir surya pada daerah yang sering

terpapar dengan sinar matahari.

2.4.1 Tabir Surya

Tabir surya merupakan sediaan topikal yang dapat mengurangi dampak radiasi ultraviolet

dengan cara menyerap, memantulkan atau menghamburkan radiasi ultraviolet. Dampak radiasi

ultraviolet dapat dicegah dengan menggunakan tabir surya sebelum terpapar sinar matahari.10

Tabir surya mencegah terbentuknya formasi karsinoma skuamus sel. Penggunaan regular

tabir surya diketahui dapat mengurangi keratosis aktinik, elastosis akibat paparan sinar matahari,

dan karsinoma skuamus sel. Penggunaan rutin tabir surya dapat menurunkan risiko melanoma.11

Tabir suryasendiridapatmemberikan perlindunganmemadaidari radiasi UV. Tabir

suryamemiliki fungsiterbaik untuk mencegahkulit terbakardariradiasi UV-B. Tabir

suryamemberikan perlindungan yang lebihterbatas dariradiasi UV-A. Ketergantungantunggal

padatabir suryadapatmemiliki efekyang tidak diinginkandaripeningkatanwaktupaparan di luar

ruangan, terutama padaorang-orang yang kulitnya rentan mudah terbakar. Beradadi dalam

ruanganmerupakan caraterbaik untuk menghindari paparan sinar matahari. Akan lebih praktis

jika menghindari paparan matahari pada puncak intensitas sinar matahari yakni dengan mengatur

jadwal saat berada di luar ruangan dengan berkegiatan pada saat intensitas sinar matahari pada

intensitas puncaknya. Penggunaan pakaian yang tertutupbisamenjadibentuk perlindungan

paparan sinarmatahari yang sangat baik.11

Tabir surya digunakan 15-30 menit sebelum terkena paparan sinar matahari

untukmemberikan waktu yang cukupuntuk lapisan pelindung untuk berkembang. Tabir surya

Page 19: referat kulit.pdf

dapat digunakan lagi setelah penggunaan pagi hari atau sebelumnya terutama jika beraktivitas

yang terkena paparan matahari yang cukupo tinggi seperti berenang. Dalam kondisi paparan

UVR terus menerus, tabir surya harus dioleskan kembali setiap beberapa jam. Perhatian khusus

perlu diberikan pada bagian belakang leher, telinga, dan daerah kulit kepala dengan rambut tipis.

Tabir surya hanya mewakili satu komponen dari program total fotoproteksi.11

Tabir surya secara tradisional telah dibagi menjadi peredam kimia dan fisika berdasarkan

mekanisme aksinya. Tabir surya kimia umumnya senyawa aromatik terkonjugasi dengan gugus

karbonil. Bahan kimia ini menyerap intensitas tinggi sinar UV dengan eksitasi ke energi yang

lebih tinggi. Energi yang hilang hasil dalam konversi dari energi yang tersisa menjadi panjang

gelombang energi yang lebih rendah lagi dengan kembali ke keadaan dasar. 11

Blocker Fisik memantulkan pancaran radiasi UV. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa

bentuk-bentuk barudari microsized blockerfisik juga dapat berfungsi sebagian sebagai

penyerapan. Kadang-kadangdisebut sebagai tabir surya nonchemical, bahan-bahan ini mungkin

lebih tepat ditunjuk sebagai bahan tabir surya partikulat anorganik. Jumlah bahan dan

konsentrasi maksimum yang diijinkan,seperti yang tercantum dalam monografi FDA,

ditunjukkan pada Tabel dibawah ini. Bahan tabir surya juga dapat diklasifikasikan berdasarkan

porsi UVR yang secara efektif terserap.11

Nama Bahan Konsentrasi Maksimal Absorban

Aminobenzoic acid 15 UV-B

Avobenzone 3 UV-A I

Cinoxate 3 UV-B

Dioxybenzone 3 UV-B, UV-A II

Ecamsule* 2 UV-A II

Ensulizole 4 UV-B

Homosalate 15 UV-B

Meradimate 5 UV-A II

Octocrylene 10 UV-B

Octinoxate 7.5 UV-B

Page 20: referat kulit.pdf

Octisalate 5 UV-B

Oxybenzone 6 UV-B, UV-A II

Padimate O 8 UV-B

Sulisobenzone 10 UV-B, UV-A II

Titanium dioxide 25 Physical

Trolamine salicylate 12 UV-B

Zinc oxide 25 Physical

*Hanya tersedia di Amerika Serikat

Sumber: Sunscreens and Photoprotection. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/1119992-overview

Pembagian Tabir Surya Menurut Mekanisme Kerjanya

1. Pemblok Fisik (Physical blockers)

Tabir surya yang merupakan pemblok fisik bekerja dengan memantulkan atau

menghamburkan radiasi ultraviolet. Contoh tabir surya yang bersifat pemblok fisik

adalah petrolatum, senyawa anorganik seperti zink oksida dan titanium oksida. Senyawa-

senyawa ini apabila terdapat dalam jumlah yang mencukupi dapat memantulkan semua

spektrum ultraviolet, visibel, dan sinar infra merah. Ukuran partikel dari logam oksida

dengan diameter kurang dari 300 amstrong dinyatakan mempunyai tingkat perlindungan

terhadap sinar matahari yang lebih tinggi tanpa menimbulkan opasitas yang secara

estetika mengganggu penampilan dan pembentukan aglomerat yang dapat mengurangi

efektivitas tabir surya. Pemblok fisik efektif untuk melindungi kulit terhadap pemaparan

radiasi UV A maupun UV B. Dua senyawa pemblok fisik yang paling umum digunakan

adalah zink oksida dan titanium oksida dimana keduanya inert secara kimia, tidak bersifat

iritan dan memberikan perlindungan sempurna terhadap seluruh spektrum UV (Shaat,

2005).

Page 21: referat kulit.pdf

2. Penyerap Kimia (Chemical absorbers)

Tabir surya yang merupakan penyerap kimia bekerja dengan menyerap secara spesifik

radiasi UV. Contoh tabir surya yang bersifat sebagai penyerap kimia adalah turunan para

aminobenzoat (PABA), turunan sinamat, dan turunan salisilat. Senyawa-senyawa tersebut

merupakan senyawa yang tersusun atas struktur aromatik yang terkonjugasi dengan

gugus karbonil dan dengan gugus pelepas elektron (amin atau metoksi) yang berada pada

posisi para atau orto terhadap gugus karbonil dalam cincin aromatik. Senyawa kimia

dengan konfigurasi tersebut dapat menyerap radiasi UV berenergi tinggi dengan panjang

gelombang pendek yaitu 250 – 340 nm dan merubah energi yang tersisa menjadi radiasi

dengan panjang gelombang yang lebih panjang (energi rendah) yaitu 380 nm yang relatif

tidak berbahaya. Energi yang diabsorbsi dari radiasi UV A dan UV B besarnya sama

dengan energi resonansi yang dibutuhkan untuk delokalisasi elektron pada komponen

aromatik (Shaat, 2005).

Bahan-Bahan Tabir Surya

Ultraviolet B

Padimate O

Para- aminobenzoic acid (PABA) adalah tabir surya yang secara luas tersedia. Jenis tabir surya

ini membutuhkan vehikulum alcohol, dapat mewarnai pakaian, dan dapat membrikan efek yang

merugikan. Padimate O adalah absorber UVB yang poten.

Octinoxate

Sinamat secara luas dapat menggantikan derivate PABA sebagai generasi tabir surya yang poten

terhadap UVB. Octinoxate atau Octyl methoxycinnamate adalah bahan tabir surya yang sering

digunakan. Octinoxate adalah golongan yang memiliki potensi yang lebih kecil dibandingkan

dengan padimate O.

Octisalate

Octisalate atau octyl salicylate digunakan untuk memperkuat proteksi terhadap UVB dalam tabir

surya. Salicylate merupakan absorber UVB yang lemah dan umumnya digunakan dengan filter

UV lainnya. Salisilat harus digunakan dalam konsentrasi yang tinggi. Salisilat aman untuk

digunakan.

Octocrylene

Page 22: referat kulit.pdf

Octocrylene digunakan dalam kombinasi dengan absorber UV untuk mendapatkan formula SPF

yang lebih besar. Octocrylene digunakan dalam kombinasi dengan bahan tabir surya lainnya ,

seperti avobenzon. Octocrylene juga dapat ditambahkan pada semua bahan tabir surya dalam

formula yang spesifik.

Ensulizole

Hamper seluruh bahan tabir surya adalah minyak dan larut dalam fase minyak dalam emulsi.

Ensulizole atau phenylbenzimidazole sulfonic acid merupakan zat larut air dan bahan ini

digunakan untuk diformulasikan agar saat digunakan terasa lebih ringan dan kurang berminyak,

seperti dalam penggunaan sehari-hari sebagai pelembab kosmetik. Bahan ini merupakan filter

selektif UVB, memungkinkan juga semua transmisi UVA

Ultraviolet A

Oxybenzone

Meskipun benzophenones merupakan absorber primer UVB, oxybenzone dapat mengabsorbsi

UVA-II. Oxybenzone dapat dipertimbangkan penggunaannya karena merupakan absorber yang

memiliki spectrum luas. Secara signifikan, bahan ini memperkuat proteksi terhadap UVB ketika

digunakan dalam formula yang sudah diberikan.

Meradimate

Anthranilates adalah penyaring UVB yang lemah, dan zat bahan ini diabsorbsi terutama dengan

spectrum yang mendekati porsi spectrum UVB. Anthranilates kurang efektif dalam rentang

spectrum absorbsi dibandingkan dengan benzophenones, dan bahan ini sendiri jarang digunakan

secara luas

Avobenzone

Butyl methoxydibenzoylmethane atau avobenzone memberikanproteksi yang cukup kuat dan

memiliki rentang yang besar dalam proteksi UVA, termasuk UVA-I. Bahan ini merupakan

tambahan signifikan dalam produk tabir surya karena memiliki spectrum perlindungan UV yang

luas. Bahan ini memiliki fotostabilitas yang baik dan memiliki potensi untuk mengurangi bahan

tabir surya lainnya. Untuk memaksimalkan potensi tabir surya, bahan ini dikombinasikan dengan

avobenzone dengan octocrylene atau denganbahan non-tabir suryaseperti diethylhexyl 2,6

napthalate.

Ecamsule

Page 23: referat kulit.pdf

Terephthalylidene dicamphor sulfonic acid atau Mexoryl SX memberikan proteksi yang

mendekati rentang UVA (320- to 340-nm). Bahan ini hanya tersedia dalam merk tertentu yang

sudah dipantenkan (merk dagang: Antihelios). Mexoryl SX merupakan bahan yang larut air.

Bahan ini dikombinasikan dengan octocrylene untuk meningkatkan photostabilitasnya.

Titanium dioxide

Bahan tabir surya yang ideal, tidak memiliki reaksi kimia pada kulit, aman, dan dapat menyerap

atau memantulkan spectrum UV. Bahan ini hanya memiliki satu kekurangan, yakni masalah

estetika karena bahan ini terlihat di permukaan kulit karena memili ukuran partikel yang besar.

Dengan mengurangi ukuran partikel dari pigmen menjadi ukuran mikro, dengan demikian

membuat bahan ini kurang terlihat di permukaan kulit. Bahan ini dapat diklasifikasikan sebagai

agen yang memiliki spectrum luas.

Zinc oxide

Telah digunakan dalam jangka waktu yang lama dalam pembuatan tabir surya dan sudah

disetujui oleh FDA. Seperti titanium dioxide, pengurangan ukuran menjadi ukuran ultra-kecil

telah dikembangkan untuk bahan ini dengan kelebihan bias memberikan spectrum perlindungan

yang lebih luas. Zinc oxide kurang memutihkan (tidak terligat di kulit) dibandingkan titanium

dioxide dan memberikan proteksi terhadap UV-A I.

Faktor Pelindung Surya/Sun Protecting Factor (SPF)

Efektivitas pelindung surya diukur dengan harga faktor pelindung suryanya. Faktor

pelindung surya adalah harga perbandingan antara jumlah energi UVB yang diperlukan untuk

menimbulkah reaksi eritema minimal (MED) pada kulit yang diolesi tabir surya dengan kulit

yang tanpa olesan tabir surya. SPF hanya berdasarkan pada pengukuran sinar UVB bukan sinar

UVA.

Makin besar nilai SPFnya makin besar pula perlindungannya terhadap sinar matahari.

Harga SPF pada setiap saat dapat berkurang bila terdapat : peningkatan suhu, kelembaban,

berkeringat, dan berenang.

SPF 15 mampu menyaring 93% dari radiasi UVB dan SPF 30 mampu menyaring 97%

dari radiasi UVB. Perbedaan 4% tidak terlalu terlihat signifikan pada banyak orang. Metode

standar FDA untuk menguji dengan mengoleskan tabir surya dengan ketebalan 2 mg/cm2.

Beberapa penelitian menyebutkan pada kondisi penggunaannya pada uji laboratorium dengan

Page 24: referat kulit.pdf

ketebalan 0,5-1,0 mg/cm2, bisa menyebabkan menurunnya efektivitas SPF. Saat SPF digunakan

dalam lingkungan luar ruangan, efikasi tabir surya didapatkan lebih rendah dibandingan dengan

yang didapatkan di laboratorium.

Efek Samping Tabir Surya

Pada beberapa orang, pemakaian tabir surya dapat menyebabkan timbulnya efek

samping, misalnya dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergok, dermatitis fotokontak

alergik, dermatitis fototoksik, dan urtikaria. Dapat pula timbul miliaria, folikulitis, dan akne.

Efek samping ini selain disebabkan oleh bahan aktifnya dapat pula disebabkan oleh bahan

dasarnya. Bagi seseorang yang sensitif terhadap benzocaine, procaine, cat rambut, dan

sulfonamide jangan memakai tabir surya yang mengandung PABA dan esternya. Orang tua yang

memakai tabir surya dalam waktu lama harus diperhatikan adanya kekurangan vitamin D.13

2.5. Pengobatan

2.5.1 Asam Retinoat

Retinoid termasuk kelompok alami dan bahan sintetis yang ditandai dengan aktivitas

biologis seperti vitamin A (vitamin A-like). Vitamin A dan retinoid alami lainnya, yaitu trans-

RA, memainkan peran penting dalam embryogenesis, reproduksi, penglihata, regulasi imunitas,

dan diferensiasi sel epitel. Retinoid didapatkan dari makanan, diserap di usus, disimpan di hati

sebagai retinyl ester (REs), dan ditransportasikan ke sirkulasi ke dalam target organ sebagai

ROL. Mobilisais ROL dari sel hati diregulasi oleh konsentrasi plasma retinol binding protein

(RBP) tak terikat. Ketika ROL dilepas ke dalam sirkulasi, ini membuat RBP mengantar ke target

jaringan. Di dalam target sel, ROl disimpan dalam membrane plasma sebagai Res, atau

dikonversi menjadi RA (Asam retinoat).

Retinoid dapat memperbaiki terjadinya photoaging dengan cara memperbaiki struktur

kulit yang berhubungan dengan photoaging. Pada penelitian ini, peneliti menunjukkan 6-12

bulan terapi dengan tretinoin 0,05% pada muka dan lengan menginduksi ketebalan atrofi

epidermis, mengeliminasi dysplasia dan atipia, menghasilkan melanin serta membentuk kolagen

dan pembuluh darah baru. Menurut Weiss et al. penggunaan krim tretinoin 0,1% sehari sekali

selam 4 bulan memberikan perbaikan klinis terutama pada kerutan di muka, pucat, kelonggaran

Page 25: referat kulit.pdf

kulit dan hiperpigmentasi macular (liver spot). Dari pemeriksaan histoligi yang menunjukkan

penurunan pigmentasi epidermal pada spesimen biopsy.

Kemampuan retinoid dalam memperbaiki bentuk kolagen berlangsung dalam mekanisme

yang belum diketahui yang menunjukkan adanya perbaikan dalam kerukan kulit akibat cahaya

matahari.

Sekitar 92% pasien yang menggunakan tretinoin di berbagai studi klinis dilaporkan

mengalami “retinoid dermatitis”, contohnya eritema. Kondisi ini biasanya memuncak pada awal

terapi dan menghilang ketika terapi tidak dilanjutkan.

Ketika kulit diterapi dengan RA topical, konsentrasi RA kulit meningkat untuk

mengaktifkan transkripsi gen pada reseptor retinoid. Terapi retinoid pada kulit normal juga

menurunkan sifat kohesif stratum korneum, kerusakan pelindung kulit. Hyperplasia kulit akibat

RA membutuhkan reseptor retinoid fungsional, dan utamanya dimediasi oleh RARs (reseptor

RA). Intensitas iritasi dan scaling berhubungan langsung dengan jumlah RA yang diberikan,

sejak dikurangi konsentrasi RA topical terjadi penurunan iritasi.

2.5.2 Pengisian Botolinum Toxin

Toksin botulinum adalah salah satu bahan toksin paling kuat yang dikenal dalam

toksikologi. Toksin botulinum menghambat parasimpatis asetilkolin (chemodenervation), yang

mencegah fusi dari vesikel asetilkolin dengan membran plasma, dengan demikian juga mencegah

pelepasan asetilkolin ke dalam celah sinaptik. Eksotoksin yang dihasilkan dari Clostridium

botulinum mampu melumpuhkan otot-otot mimik wajah.14

Botulinum toksin, digunakan secara tunggal atau dikombinasikan dengan metode lain

dari peremajaan wajah, seperti penglupasan kulit secara kimiawi, laser resurfacing, dermabrasi,

atau augmentasi jaringan lunak.

Perubahan dinamis disebabkan oleh hipertonisitas otot. Peningkatan hipertonisitas setelah

injeksi intramuskular botulinum pertama muncul setelah 24-72 jam, mencapai puncak dengan 1

bulan setelah injeksi, dan berlangsung biasanya selama 3 - 4 bulan, tapi mungkin bertahan

selama 6-8 bulan atau lebih.14

Komplikasi sistemik jarang terjadi karena dosis klinis toksin botulinium diukur dalam

nanogram, dan seperti yang disuntikkan secara lokal ke otot, dan sangatlah sedikit dari bahan

toksin botulinum yang memasuki sirkulasi sistemik.

Page 26: referat kulit.pdf

Komplikasi dapat digolongkan sebagai lokal, regional, atau sistemik. Komplikasi

sistemik yang mungkin adalah rasa haus, penyakit seperti flu, urtikaria ringan, serta potensiasi

penyakit saraf seperti myasthenia gravis dan amyotrophic lateral sclerosis.

Kontraindikasi untuk injeksi toksin botulinum termasuk kehamilan dan menyusui, penyakit

neuromuskuler, neuropati perifer, dan penggunaan obat seperti kuinin, calcium channel blockers,

penisilamin, atau antibiotik aminoglikosida.14

2.5.3 Bahan Pengisi Lainnya

Filler digunakan untuk mengatasi keriput dalam dan keriput non-dinamis yang berbentuk

alur-laur. Banyak bahan-bahan pengisi telah digunakan, termasuk partikel organik seperti

autolog lemak, dan injeksi kolagen hewani (biasanya sapi). Tren saat ini , filler yang digunakan

biasanya gel silikon cair anorganik, telah digunakan semakin banyak dalam beberapa tahun

terakhir. Tak satu pun dari bahan yang diusulkan telah terbukti seluruhnya memuaskan karena

respon kekebalan host.

Autolog lemak tidaklah permanen dan nasibnya di dalam jaringan yang diisi tersebut

tidak dapat diprediksi. Pengaruh augmentasi jaringan lunak menggunakan pengisi biasanya

berlangsung 6 bulan.

Pencarian untuk bahan baru dan lebih baik menyebabkan pengenalan poliakrilamida,

yang dianggap lembam biologis, namun baru-baru ini melaporkan reaksi granulomatosa parah

pada poliakrilamida. Dalam penyelidikan baru-baru respon host manusia untuk injeksi

intradermal berbagai pengisi jaringan lunak, semua zat diperiksa muncul secara klinis dan

Sebelum injeksi botox di otot orbikularis pada

kelopak mata bawah

Setelah injeksi botox di otot orbikularis pada

kelopak mata bawah

Page 27: referat kulit.pdf

histologis aman, tetapi semua menunjukkan reaksi host yang menyebabkan inflamasi dari

jaringan. 14