referat jiwa edit

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan psikatri berat, dengan prevalensi seumur hidup sekitar 1 % populasi dunia. Skizofrenia menunjukkan manifestasi gangguan fungsi berpikir normal. Psikopatologi pada skizofrenia dapat digolongkan ke dalam tiga dimensi, yaitu gejala positif, gejala negatif, dan disorganisasi. Gejala positif meliputi halusinasi, waham, gaduh gelisah, perilaku aneh, dan sikap bermusuhan. Gejala-gejala ini cenderung menyebabkan perawatan di rumah sakit dan mengganggu kehidupan pasien. Gejala negatif meliputi afek tumpul atau datar, menarik diri, berkurangnya motivasi, miskin kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, dan apatis. Gejala-gejala disorganisasi meliputi disorganisasi pembicaraan, disorganisasi perilaku, serta gangguan dalam pemusatan perhatian dan pengolahan informasi. Gejala ini dikaitkan dengan hendaya sosial dan pekerjaan pasien skizofrenia. 1 Pada tahun 1992, World Health Organization (WHO) melakukan penelitian pada sepuluh negara bahwa 1

Upload: ilham-akbar-ilakererumbia

Post on 13-Sep-2015

227 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

referat ilmu kesehatan jiwa

TRANSCRIPT

21

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSkizofrenia adalah gangguan psikatri berat, dengan prevalensi seumur hidup sekitar 1 % populasi dunia. Skizofrenia menunjukkan manifestasi gangguan fungsi berpikir normal. Psikopatologi pada skizofrenia dapat digolongkan ke dalam tiga dimensi, yaitu gejala positif, gejala negatif, dan disorganisasi. Gejala positif meliputi halusinasi, waham, gaduh gelisah, perilaku aneh, dan sikap bermusuhan. Gejala-gejala ini cenderung menyebabkan perawatan di rumah sakit dan mengganggu kehidupan pasien. Gejala negatif meliputi afek tumpul atau datar, menarik diri, berkurangnya motivasi, miskin kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, dan apatis. Gejala-gejala disorganisasi meliputi disorganisasi pembicaraan, disorganisasi perilaku, serta gangguan dalam pemusatan perhatian dan pengolahan informasi. Gejala ini dikaitkan dengan hendaya sosial dan pekerjaan pasien skizofrenia.1Pada tahun 1992, World Health Organization (WHO) melakukan penelitian pada sepuluh negara bahwa insiden skizofrenia pada orang dewasa sangat kecil antara 0,1-0.4 per 1000 populasi. Nilai prevalensi kasus skizofrenia yaitu 1 % di seluruh dunia. Prevalensinya sama antara wanita dan pria. Orang dengan skizofrenia memiliki risiko 10 % seumur hidup bunuh diri. Penyakit ini pertama kali muncul pada awal remaja. 75% penderita skizofrenia terjadi pada usia 16-25 tahun. Faktor risikonya yaitu karakteristik sosial demografi, faktor predisposisi (genetik), faktor pencetus (lingkungan keluarga, budaya, dan sosial).2. Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau kacau balau yang ditandai dengan perubahan afektif yang tampak jelas, dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku yang tak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta umumnya mannerisme. Suasana perasaan (mood) pasien dangkal dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas-diri (self-satisfied), senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau sikap yang angkuh/agung (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan yang hipokondrik, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases). Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren. Ada kecenderungan untuk tetap menyendiri (solitary), dan perilaku tampak hampa tujuan dan hampa perasaan. Bentuk skizofrenia ini biasanya mulai antara umur 15 dan 25 tahun, cenderung mempunyai prognosis yang buruk akibat berkembangnya secara cepat gejala negatif, terutama mendatarnya afek dan semakin berkurangnya dorongan kehendak (loss of volution).3Tujuan penulisan referat ini adalah untuk memberikan gambaran ringkas mengenai Skizofrenia Hebefrenik terutama dalam hal gejala klinis, diagnosis serta penanganan yang tepat pada pasien dan keluarga pasien.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 PengertianSkizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik yang kronik, sering mereda, namun hilang timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya. Penyesuaian premorbid, gejala dan perjalanan penyakit sangat bervariasi, sesungguhnya skizofrenia merupakan satu kelompok dari gangguan yang heterogen, ditandai dengan distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar khas dan oleh afek yang wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted), terbelah dan hilangnya integritas kepribadian dalam gangguan mental atau gangguan jiwa. Menurut Eugen Bleuler Skizofrenia merupakan suatu gangguan pikiran untuk menandakan adanya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi, dan perilaku pada pasien yang terkena, yang ditandai dengan gangguan asosiasi, afek, autisme, dan ambivalensi, termasuk didalamnya waham dan halusinasi.4Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik yang merupakan suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta umumnya mannerisme.3Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau kacau balau yang ditandai oleh regresi yang nyata ke perilaku primitif, terdisinhibisi, dan tidak teratur dan oleh tidak adanya gejala yang memenuhi kriteria untuk tipe katatonik.4

2.2 EtiologiEtiologi Skizofrenia Hebefrenik pada umumnya sama seperti etiologi skizofrenia lainnya. Dibawah ini beberapa etiologi yang sering ditemukan.4a. Model Diatesis-StresModel ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Pada model diatesis-stres yang paling umum diatesis atau stres dapat biologis atau lingkungan atau keduanya. Komponen lingkungan dapat biologis (infeksi) atau psikologis (situasi keluarga yang penuh ketegangan atau kematian teman dekat).b. Faktor BiologisPeranan patofisiologis untuk daerah tertentu di otak, termasuk sistem limbik, korteks frontalis, dan ganglia basalis saling berhubungan. Sehingga disfungsi pada salah satu daerah mungkin melibatkan patologi primer di daerah lainnya. Sistem limbik, karena peranannya dalam mengendalikan emosi telah dihipotesiskan dalam dasar patofisiologis skizofrenia, penelitian telah menemukan bahwa suatu penurunan ukuran daerah termasuk amigdala, hipokampus, dan girus parahipokampus. Ganglia basalis yang terlibat dalam mengendalikan pergerakan, dimana penelitian menunjukkan suatu peningkatan jumlah reseptor D2 di dalam kaudatus, putamen, dan nucleus akumbens. Peranan neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, norepinefrin, asam amino gamma-aminobutyric acid dan asam amino glutamat. Hipotesis dopamin pada pasien skizofrenia bahwa penyebabnya dari aktivitas dopaminergik yang terlalu banyak. Obat-obatan yang meningkatkan aktivitas dopaminergik contohnya amfetamin yang merupakan salah satu psikotomimetik. Antagonis pada reseptor serotonin (5-hydroxytryptamine) tipe 2 (5-HT2) telah disadari penting untuk menurunkan gejala psikotik dan dalam menurunkan perkembangan gangguan pergerakan berhubungan dengan antagonis-D2. Norepinefrin, pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas neuron noradrenergik di lokus sereleus dan bahwa efek terapeutik dari beberapa antipsikotik mungkin melibatkan aktivitasnya pada reseptor adrenergik-1 dan adrenergik-2. Pada pasien skizofrenia mengalami kehilangan neuron GABA di dalam hipokampus dan dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron dopaminergik dan noradrenergik. c. GenetikaPenelitian klasik awal tentang genetika dari skizofrenia, dilakukan di tahun 1930-an, menemukan bahwa seseorang kemungkinan menderita skizofrenia jika anggota keluarga lainnya juga menderita skizofrenia dan kemungkinan seseorang menderita skizofrenia adalah berhubungan dengan dekatnya hubungan persaudaraan tersebut (contoh, sanak saudara derajat pertama atau derajat kedua). Pendekatan sekarang ini pada genetika diarahkan pada mengidentifikasi silsilah besar dari orang yang terkena dan meneliti keluarga untuk RFLP (restriction fragment length polymorphisms) yang memisah dengan fenotipe penyakit. Banyak hubungan antara tempat kromosom tertentu dengan skizofrenia. Lebih dari setengah kromosom telah dihubungkan dengan skizofrenia dalam berbagai laporan. Yang paling sering dilaporkan adalah lengan panjang kromosom 5, 11, dan 18, lengan pendek kromosom 19, dan kromosom X. d. Faktor Psikososial Hubungan interpersonal yang buruk dari orang skizofrenia, menurut teori belajar, juga berkembang karena dipelajarinya model yang buruk selama masa anak-anak. Beberapa penelitian menyatakan bahwa di dalam keluarga dengan emosi yang sangat diekspresikan, angka relaps untuk skizofrenia adalah tinggi. Penilaian emosi yang diekspresikan termasuk menganalisis apa yang dikatakan dan cara bagaimana hal tersebut dikatakan.

2.3 Tanda dan GejalaPerjalanan penyakit skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitufase prodromal, fase aktif dan fase residual.5Padafase prodromalbiasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.Padafase aktifgejala positif/psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasidisertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala-gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan.Fase aktif akan diikuti olehfase residualdimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif/psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).Pada skizofrenia hebefrenik kita dapat melihat tanda dan gejala yang khas, antara lain:1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-tololan.3. Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan.5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu kesatuan.6. Gangguan proses berfikir7. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial.5Gejala-gejala pencetus respon biologis : Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau layanan kesehatan. Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, stigmasisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan. Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala.5Beberapa tanda dan gejala yang paling sering ditemukan pada pasien-pasien skizofrenia hebefrenik adalah : Waham : yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan latar belakang sosial budaya serta pendidikan pasien, namun dipertahankan oleh pasien dan tidak dapat ditangguhkan. Halusinasi : gangguan persepsi ini membuat pasien skizofrenia dapat melihat sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya. Halusinasi yang sering terdapat pada pasien adalah halusinasi auditorik (pendengaran). Terkadang juga terdapat halusinasi penglihatan dan halusinasi perabaan. Siar pikiran : yaitu pasien merasa bahwa pikirannya dapat disiarkan melalui alat-alat bantu elektronik atau merasa pikirannya dapat dibaca oleh orang lain. Terkadang pasien dapat mengatakan bahwa dirinya dapat berbincang-bincang dengan penyiar televisi maupun radio. Beberapa pasien juga mengatakan pikirannya dimasuki oleh pikiran atau kekuatan lain atau ditarik/diambil oleh kekuatan lain.5

2.4 Psikofisiologi 61. Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa.a. Tahap ComfortingTimbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, pasien biasanya mengkompensasikan stresornya dengan koping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.b. Tahap CondemingTimbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya pasien merasa mendengarkan sesuatu, pasien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri ( withdrawl ).c. Tahap ControlingTimbul kecemasan berat, pasien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan pasien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang pasien merasa sangat kesepian atau sedih.d. Tahap ConqueringPasien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti perilaku pasien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.

2. WahamKelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yang umumnya menetap dan kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham dapat berupa waham kejaran, hipokondrik, kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk secara abnormal, merasa dirinya bau dan homoseks. Tidak dijumpai Gangguan lain, hanya depresi bisa terjadi secara intermitten. Onset biasanya pada usia pertengahan, tetapi kadang-kadang yg berkaitan dengan bentuk tubuh yang salah dijumpai pada usia muda. Isi waham dan waktu timbulnya sering dihubungkan dengan situasi kehidupan individu, misalnya waham kejaran pada kelompok minoritas. Terlepas dari perbuatan dan sikapnya yang berhubungan dengan wahamnya, afek dan pembicaraan dan perilaku orang tersebut adalah normal. Waham ini minimal telah menetap selama 3 bulan.

2.5 Diagnosis3,6Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia:1. Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).2. Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.Untuk diagnosis hebefrenik yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme, ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.3. Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases)4. Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren.Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.Menurut DSM-IV skizofrenia hebefrenik disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi. Suatu tipe yang ditandai oleh perilaku yang menonjol seperti, bicara terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi, afek datar atau tidak sesuai, dan tidak memenuhi kriteria untuk tipe katatonik.

2.6 Penatalaksanaan 4,6,71. Terapi Somatik (Medikamentosa)Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu : antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).

a. Antipsikotik KonvensionalObat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :1. Haldol (haloperidol)2. Stelazine ( trifluoperazine)3. Mellaril (thioridazine)4. Thorazine ( chlorpromazine)5. Navane (thiothixene)6. Trilafon (perphenazine)7. Prolixin (fluphenazine)Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotik konvensional). Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.b. Newer Atypcal AntipsycoticObat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional.Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain : Risperdal (risperidone) Seroquel (quetiapine) Zyprexa (olanzopine)Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien dengan Skizofrenia.Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) PertamaNewer atypical antipsycotic merupakan terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan risiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah.Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril)Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensional dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.Pengobatan Selama fase PenyembuhanSangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang berhenti minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang menderita Skizofrenia lebih dari satu episode, atau belum sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.Efek Samping Obat-obat AntipsikotikKarena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Skizofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.2. Terapi Psikososiala. Terapi perilakuTeknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.b. Terapi berorintasi-keluargaTerapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.c. Terapi kelompokTerapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.d. Psikoterapi individualPenelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.e. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, perilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.

2.7Prognosis 4Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya, prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat.Prognosis Baik Prognosis Buruk

Onset lambat Faktor pencetus yang jelas Onset akut Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan premorbid yang baik Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif) Menikah Riwayat keluarga gangguan mood Sistem pendukung yang baik Gejala positif Onset muda Tidak ada faktor pencetus Onset tidak jelas Riwayat sosial dan pekerjaan premorbid yang buruk Perilaku menarik diri atau autistik Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda Sistem pendukung yang buruk Gejala negatif Tanda dan gejala neurologis Riwayat trauma perinatal Tidak ada remisi dalam 3 tahun Banyak relaps Riwayat penyerangan

Sumber : Kaplan dan Sadock, 2010Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia :1. KeluargaPasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.2. Inteligensi.Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah.3. PengobatanObat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien (kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien skizofrenia perlu di beri obat Risperidone serta Clozapine.4. Reaksi PengobatanDalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi terhadap pemberian obat.5. Stresor PsikososialApabila stresor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunayi dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stresor datangnya dari luar individu dan banyak macamnya atau tidak dapat diminimalisir maka prognosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.6. KekambuhanPenderita skizofrenia yang sering kambuh (relaps), prognosisnya lebih buruk. Karena pengobatan akan diberikan seumur hidup, artinya pasien tidak dapat berhenti minum obat.7. Gangguan KepribadianPrognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar terhadap kesembuhan.8. OnsetJenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih buruk.9. ProporsiOrang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak proporsional.

10. Perjalanan penyakitPada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.11. KesadaranKesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

BAB IIIKESIMPULAN

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, ada kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan perilaku menunjukkan hampa perilaku dan hampa perasaan, senang menyendiri, dan ungkapan kata yang di ulang ulang, proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan perawatan diri pada individu dan merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, serta menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial. Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Herdaetha, Adriesti. 2009. Keefektifan Terapi Remediasi Kognitif dengan Bantuan Komputer terhadap Disfungsi Kognitif Pasien Skizofrenia Kronis di Panti Rehabilitasi Budi Makarti Boyolali. Tesis. Diunduh tanggal 10 November 2014 dari : http://www.eprints.uns.ac.id/7270/1/70450207200905591.pdf

2. Suhendro, Widyawati. 2013. Psikoterapi pada Penyakit Skizofrenia. E-Journal Universitas udayana. Diunduh dari http://www.ojs.unud.ac.id

3. Departemen Kesehatan R.I. 1993. Pedoman Penggolongan danDiagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III cetakan pertama. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI : Jakarta

4. Kaplan dan Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina Rupa Aksara

5. Hawari, Dadang. 2006. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

6. Maramis. Ilmu Kedokteran Jiwa. Pusat Penerbitan dan Percetakan Airlangga Universitas. Surabaya. 2009.

7. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi Ketiga. Jakarta. 2003.

1