referat jiwa edit

49
LAPORAN KASUS PSIKIATRI GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI (F41.9) I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. J Umur : 45 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Tempat/Tgl Lahir : Enrekang, 23 Juli 1966 Status Perkawinan : Kawin Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia Suku Bangsa : Bugis Pendidikan : SD Pekerjaan : IRT Alamat : BTN KNPI Berua no.4 Berobat di Poli Jiwa RSU. Daya pada tanggal 3 Oktober 2011 II. RIWAYAT PSIKIATRI A. Keluhan Utama Susah Tidur B. Riwayat Gangguan Sekarang Keluhan dan gejala : Dialami sejak ± 1 tahun yang lalu, dimana pasien sulit memulai tidur dan bila tertidur sering terbangun pada malam hari. Saat bangun pagi ia merasa lemas. Pasien juga mengeluh sering merasa pusing, leher terasa tegang, punggung dan lengan sering kesemutan serta mudah lelah. Selain itu pasien menjadi mudah emosi walaupun untuk hak- hal kecil yang tidak disukai, jantung berdebar-debar dan keringat dingin saat 1

Upload: shoffyb

Post on 11-Aug-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Jiwa Edit

LAPORAN KASUS PSIKIATRI

GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI

(F41.9)

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. J

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl Lahir : Enrekang, 23 Juli 1966

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Suku Bangsa : Bugis

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Alamat : BTN KNPI Berua no.4

Berobat di Poli Jiwa RSU. Daya pada tanggal 3 Oktober 2011

II. RIWAYAT PSIKIATRI

A. Keluhan Utama

Susah Tidur

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Keluhan dan gejala :

Dialami sejak ± 1 tahun yang lalu, dimana pasien

sulit memulai tidur dan bila tertidur sering terbangun pada

malam hari. Saat bangun pagi ia merasa lemas. Pasien juga

mengeluh sering merasa pusing, leher terasa tegang,

punggung dan lengan sering kesemutan serta mudah lelah.

Selain itu pasien menjadi mudah emosi walaupun untuk

hak-hal kecil yang tidak disukai, jantung berdebar-debar

dan keringat dingin saat sholat atau saat mendengar sirene

ambulans, pasien membayangkan bagaimana dirinya bila

meninggal. Kadang-kadang ia merasa ketakutan ketika bila

ditinggal sendiri yang penyebabnya tidak diketahui. Setiap

gejala ini muncul, ia selalu berteriak memanggil orang-

orang di rumahnya tau memanggil suaminya dan setelah

suaminya datang, pasien merasa tenang kembali.

. Awalnya pada tahun 2008, anak pertamanya

meninggal saat melahirkan. Setahun kemudian ibunya juga

meninggal karena sakit. Pada tahun yang sama usaha took

sembako yang dirintis oleh ia dan suaminya mengalami

1

Page 2: Referat Jiwa Edit

kebangkrutan. Sejak saat itu pasien merasa tidak

bersemangat, dimana ia merasa mudah lelah, nafsu makan

berkurang, serta merasa malas untuk melakukan kegiatan

diluar rumah.

Akhirnya, untuk mengurangi keluhan tersebut pasien

menyibukkan diri dengan membantu suaminya membuka

usaha baru. Pada tahun 2010 usaha bengkel mulai ia rintis

bersama suaminya. Keluhan yang dulunya dirasakan mulai

berkurang, tetapi pasien merasa terganggu dengan keluhan

yang dialaminya sekarang.

Hendaya/disfungsi :

- Hendaya sosial (+)

- Hendaya pekerjaan (+)

- Hendaya penggunaan waktu senggang (-)

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

- Trauma (-)

- Infeksi (-)

- Kejang (-)

- Penyalahgunaan NAPZA (-)

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

Riwayat prenatal dan perinatal :

Pasien lahir di Enrekang, 23 Juli 1966.

Lahir normal, cukup bulan, ditolong oleh dukun.

Sewaktu hamil, ibu pasien dalam keadaan sehat.

Riwayat ibu menggunakan obat-obatan, rokok dan

meminum alcohol tidak ada. Pasien mendapatkan

ASI sampai berumur 1 tahun

Riwayat masa kanak awal (3-4 tahun) :

Pertumbuhan dan perkembangan baik sama seperti

anak sebayanya. Tidak ada riwayat kejang dan

trauma.

Riwayat masa kanak pertengahan (4-11 tahun) :

2

Page 3: Referat Jiwa Edit

Pada usia 6 tahun pasien bersekolah di SD

Negeri yang berada di kab.Enrekang, prestasi

cukup baik.

Riwayat masa kanak akhir dan remaja (12-18

tahun) :

Setelah tamat SD, pasien tidak melanjutkan

sekolah karena masalah biaya. Pasien terkenal

ramah dan memiliki pergaulan yang baik.

Pasien membantu orangtua menjaga adik-

adiknya.

Riwayat masa dewasa ;

Riwayat pernikahan :

Pasien sudah, memiliki satu suami dan empat

orang anak (♀,♀,♀,♀). Anak pertama telah

menikah dan memiliki 2 anak dan pada tahun

2008 meninggal dunia saat melahirkan anak ke-

2 nya. Anak kedua telah menikah dan memilki

2 anak dan tinggal di Kendari bersama

kelurganya.

Riwayat pekerjaan :

Pasien pernah memiliki usaha took sembako

tetapi bangkrut pada tahun 2009. Saat ini ia

bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan kadang-

kadang membantu usaha suaminya di bengkel

yang mulai dirintis pada tahun 2010.

E. Riwayat Kehidupan Keluarga

- Pasien merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara (♀,♂,♂)

- Hubungan dengan keluarganya baik

F. Situasi Sekarang

Saat ini pasien tinggal bersama suami, dua orang

anaknya serta 1 orang cucu di rumah milik sendiri.

G. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya

3

Page 4: Referat Jiwa Edit

Pasien ingin kembali seperti dahulu. Tidak mudah

takut, cemas dan tidak mudah berdebar-debar. Pasien

menyadari dirinya sakit dan butuh pengobatan.

AUTOANAMNESIS (3 Oktober 2011)

DM : Assalamualaikum, Bu. Perkenalkan, nama saya

Dian, dokter muda yang bertugas disini.

P : Waalaikumsalam, iye dok.

DM : Bisa saya bertanya sebentar Bu?

P : Iye dok.

DM : Boleh tahu namanya siapa Bu?

P : Jumana dok

DM : Maaf sebelumnya, umur Ibu sekarang berapa?

P : ehmm..saya lahir tahun 1966, Dok. Tanggal 23 Juli.

Berarti 45 tahun, dok.

DM : Ibu, datang ke sini sendirian?

P : Tidak dok, sama suami saya. Ada menunggu diluar

dok.

DM : Alamatnya dimana Bu?

P : di BTN KNPI Berua no.4

DM : Kalau boleh tahu, Ibu pekerjaannya apa?

P : Tidak ada dok. Di rumah saja.

DM : Ibu Rumah Tangga, Bu?

P : Iye dok. Tapi kadang-kadang saya bantu suami urus

bengkelnya

DM : Oh, bapak punya bengkel. Kalau boleh tahu apa

keluhannya Ibu datang kesini?

P : Susahka’ tidur, Dok.

DM : Sejak kapan Ibu susah tidur?

P : Lama mi, Dok. Ada mi mungkin 1 tahunan, Dok.

DM : Sudah lama ya, Bu. Bisa Ibu jelaskan bagaimana

yang kita maksud susah tidur?

P : Lama baru bisa tidur, dok. Bolak balik dulu, biasa

juga saya nonton dulu. Baru kalau tidurka dok,

seringka lagi bangun tengah malam. Kalau bangun

pagika biasa sakit semua saya rasa badanku, Dok.

Rasa Lemaska. Cepatka juga capek kalau ada saya

kerja, Dok. Na bilang Suamiku gara-gara tidak

4

Page 5: Referat Jiwa Edit

bagus tidurku kalau malam padahal kalau siang

tidur ja, Dok.

DM : Keluhan apa lagi yang Ibu rasakan?

P : Selalu juga saya rasa pusing. Tegang juga leherku,

Dok. Beru cepat sekali naik emosiku. Na bilang

anakku ini mama biar hal sepele namaraiki juga.

Mungkin karena naik tensiku, Dok.

DM : Hal sepele seperti apa yang membuat Ibu lebih

mudah emosi?

P : Biasa kalau pulang anakku dari kampus baru

natumpuk saja pakaian kotornya, atau biasa kalau

menonton ji saja na kerja anakku dari pada pergi

mandi. Langsungka emosi, Dok.

DM : Oh, jadi begitu ya, Bu. Apalagi yang sering ibu

rasakan?

P : Saya juga sering rasa jantungku berdebar-debar

dok. Apalagi kalau sedang sholat. Tiba-tiba saja

berdebar-debar jantungku sampai saya tidak bisa mi

khusyuk dok.

DM : Kira-kira kenapa begitu Bu?

P : Tidak tau juga, dok. Biasa juga langsung berdebar-

debar saya rasa jantungku waktu saya dengar bunyi

mobil mayat dok.

DM : Bunyi sirene ambulans kita maksud Bu?

P : Iye dok. Tiba-tiba langsung berdebar-debar

jantungku. Langsung keringat dingin tangan sama

kakiku, Dok. Kayak mau mati saya rasa.

DM : Apa kita pikir waktu itu Bu?

P : Ya…bagaimana dok di..kayaknya langsungka takut

bagaimana kalau saya yang meninggal di bawa

pakai mobil ambulans. Langsung tidak enak saya

rasa dok. Takutka juga ditinggal sendiri dok. Kalau

tidak ada orang didekatku sukaka juga gelisah dok.

Mulai berdebar-debar jantungku sampai keringat

dinginka, Dok.

DM : Apa yang kita takutkan, Bu?

P : Tidak taumi juga dok. Kalau saya mulai gelisah

biasanya teriakka panggil-panggil orang-orang

5

Page 6: Referat Jiwa Edit

dirumahku atau saya panggil suamiku. Kalau

datangmi suamiku tenang mi saya rasa, Dok. Saya

nda takut ji sama setan atau hantu dok. Tapi tidak

tau kenapa kayaknya kalau saya sendirian tidak

tenangka dok.

DM : Bisa ibu ceritakan bagaimana awalnya kita rasa

seperti itu?

P : Begini dok..saya terbuka mi ini sama kita supaya

bisaka sembuh. Pernah meninggal anakku dok

waktu tahun 2008. Anak pertamaku waktu dia

melahirkan anak keduanya. Sudahnya itu saya rasa

kurang bersemangat mi dok. Tidak lama sekitar

tahun 2009 Ibuku lagi yang meninggal karena sakit

dok. Tapi saya berusaha ji tidak terlalu pikirkan

dok. Saya berusaha sibukkan diri, buka usaha kecil-

kecilan di rumah. Tapi nda terlalu lancar dok jadi

berhenti. Disitu saya bertambah kurang semangat

dok. Tapi akhirnya saya mulai bangkit Dok. Saya

sarankan suamiku buka bengkel.

DM : Tadi Ibu bilang mulai kurang bersemangat. Yang

seperti Apa Ibu maksud kurang bersemangat?

P : Tidak semangatka kerja dok. Jarang makan karena

nafsu makan kurang. Cepat capek saya rasa, Dok.

Kalau ada saya mau kerja selaluka tunda-tunda,

baru yang saya kerja tidur-tiduran ji. Baru saya itu

Dok malas sekali keluar rumah. Istilahnya selaluka

jaga kandang. Lama itu mulai ka juga sering

berdebar-debar, gelisah, sampai mulai susah

tidurku, Dok.

DM : Bagaimana aktivitasnya sehari-hari Bu?

P : Seperti biasa ji, Dok. Beres-beres rumah, memasak.

Saya juga urus cucu, Dok. Anak keduanya anak

saya yang meninggal. Kadang saya bantu juga

suamiku dibengkelnya.

DM : Mungkin ibu punya beban berat yang ibu pikul

sendiri?

P : Tidak ji juga dok. Mungkin karena suami saya itu

dok tidak bisa memulai sesuatu. Waktu kemarin

6

Page 7: Referat Jiwa Edit

saja nanti saya dorong untuk buka bengkel baru

suami saya mau bergerak, Dok.

DM : Maaf Bu, bagaimana usahanya suamita sekarang?

P : Lumayan ji, Dok. Setidaknya masih ada diuntung.

DM : Bagaimana hubungannya ibu dengan suami ?

P : Alhamdulillah baik, Dok.

DM : Kalau dengan anak-anak?

P : Baik ji juga, Dok.

DM : Kalau dengan tetangga, Bu?

P : Baik-baik ji juga, Dok.

DM : Ibu ada keluhan yang lain?

P : ehmm..itu semuami tadi, Dok.

DM : Bu, saya tanya lagi ya. Kalau ibu ketemu dompet di

pinggir jalan, apa yang Ibu lakukan?

P : saya tanya dulu orang dekat situ siapa tau ada yang

kehilangan dompet. Kalau tidak ada saya bawa ke

Mesjid, suruh umumkan.

DM : Ibu tahu apa artinya air susu dibalas air tuba?

P : Kebaikan dibalas kejahatan

DM : Kalau panjang tangan apa artinya, Bu?

P : Pencuri, Dok

DM : Ibu, misalnya ibu punya 2 motor. Semua ban

motornya ibu kempis. Jadi berapa ibu bayar untuk

harga pompa bannya

P : Kan 1 motor 2 bannya, artinya kalau 2 motor 4

bannya. Jadi saya bayar 4 ribu, Dok. karena biaya

pompa seribu 1 ban, Dok.

DM : Oh iya, Bu. Kalau begitu terimakasih atas

kerjasamanya Bu, semoga lekas sembuh

P : Iya, sama-sama dok, terima kasih.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (8 Agustus

2011)

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan : tampak seorang perempuan, perawakan

sedang, wajah sesuai umur, kulit putih agak pucat,

mengenakan blus berwarna merah marun, celana kain

7

Page 8: Referat Jiwa Edit

warna hitam, memakai jilbab berwarna merah marun-

krem, memakai perhiasan berupa cincin, gelang dan

jam tangan. Pasien memakai sandal berhak 3 cm, tas

sampingan kulit warna hitam, penampilan rapi,

perawatan diri baik.

2. Kesadaran : baik

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor : saat wawancara

pasien tenang

4. Pembicaraann : spontan, lancer, intonasi sedang

5. Sikap Terhadap Pemeriksa : kooperatif

B. Keadaan Afektif

1. Mood : cemas

2. Afek : cemas

3. Empati : dapat dirabarasakan

4. Keserasian: serasi

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)

1. Taraf Pendidikan, pengetahuan umum, dan

kecerdasan : sesuai taraf pendidikan

2. Daya Konsentrasi : baik

3. Orientasi (waktu, tempat,orang) : baik

4. Daya Ingat : baik

5. Pikiran Abstrak : baik

6. Bakat Kreatif : ada

7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi : tidak ada

2. Ilusi : tidak ada

3. Depersonalisasi : tidak ada

4. Derealisasi : tidak ada

E. Proses Berpikir

1. Arus Pikiran :

a. Produktivitas : cukup

b. Kontinuitas : relevan, koheren

c. Hendaya berbahasa : tidak ada

2. Isi Pikiran :

a. Preokupasi : tidak ada

b. Gangguan isi pikiran : tidak ada

F. Pengendalian Impuls: Baik

8

Page 9: Referat Jiwa Edit

G. Daya Nilai

1. Norma Sosial : baik

2. Uji Daya Nilai : baik

3. Penilaian Realitas : baik

H. Tilikan (Insight)

Tilikan derajat 6 (sadar bahwa dirinya sakit dan butuh

pengobatan)

I. Taraf Dapat Dipercaya

Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

Pemeriksaan Fisis

1. Status Internus

SP : SS/GC/CM, BB : 53 kg

T : 130/80, mmHg, N : 91 x/menit, P : 22 x/menit, S :

36,50C

2. Pemeriksaan fisis dan pemeriksaan neurologis tidak

ditemukan adanya kelainan

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang wanita, umur 45 tahun dating ke Poli Jiwa

dengan keluhan Dialami sejak ± 1 tahun yang lalu, pasien

sulit memulai tidur dan bila tertidur sering terbangun pada

malam hari. Saat bangun pagi pasien merasa lemas. Ia juga

mengeluh sering merasa pusing, leher terasa tegang,

punggung dan lengan sering kesemutan serta mudah lelah

Selain itu pasien menjadi mudah emosi walaupun untuk

hak-hal kecil yang tidak disukai, jantung berdebar-debar

dan keringat dingin saat sholat atau saat mendengar sirene

ambulans, pasien membayangkan bagaimana dirinya bila

meninggal. Ia merasa ketakutan ketika bila ditinggal

sendiri yang penyebabnya tidak diketahu. Setiap merasa

gelisah, ia selalu berteriak memanggil orang-orang di

rumahnya atau suaminya dan setelah suaminya datang,

pasien merasa tenang kembali. Pada awal tahun 2008, anak

pertamanya meninggal saat melahirkan. Setahun kemudian

ibunya juga meninggal karena sakit. Pada tahun yang sama

usaha took sembako mengalami kebangkrutan. Sejak saat

9

Page 10: Referat Jiwa Edit

itu pasien merasa tidak bersemangat. Pasien merasa mudah

lelah, nafsu makan berkurang, serta merasa malas untuk

melakukan kegiatan diluar rumah.

Dari pemeriksaan status mental, tampak seorang

perempuan, perawakan sedang, wajah sesuai umur, kulit

putih agak pucat, penampilan kesan rapi, perawatan diri

baik. Kesadaran baik. Aktivitas psikomotor tenang.

Verbalisasi spontan, lancar, intonasi sedang. Sikap

terhadap pemeriksa kooperatif. Mood cemas, afek cemas,

empati dapat dirabarasakan, keserasian : serasi. Fungsi

intelektual baik. Gangguan persepsi tidak ada. Arus pikiran

relevan dan koheren. Gangguan isi pikir tidak ada.

Pengendalian impuls baik. Tilikan (insight) derajat 6 dan

dapat dipercaya.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

A. Aksis I

Dari autoanamnesis serta pemeriksaan status mental

ditemukan gejala klinis yang bermakna berupa keluhan

susah tidur, sering merasa cemas, jantung berdebar-debar

dan sering merasa takut bila ditinggal sendirian. Hal ini

menimbulkan distress bagi pasien dan lingkungannya,

serta menimbulkan hendaya di bidang sosial dan pekerjaan,

sehingga dapat dikategorikan mengalami gangguan jiwa.

Dari pemeriksaan fisis neurologis, tidak ditemukan

adanya kelainan yang bermakna, sehingga gangguan

mental organik dapat disingkirkan.

Dari pemeriksaan status mental, tidak ditemukan

adanya hendaya berat dalam menilai realita, sehingga

digolongkan sebagai gangguan jiwa non psikotik.

Dari autoanamnesa dan pemeriksaan status mental,

didapatkan gejala-gejala anxietas seperti susah tidur, leher

tegang, pusing, jantung berdebar-debar, keringat dingin,

mood cemas, afek cemas. Keluhan dirasakan sejak ±1

tahun yang lalu, namun tidak dirasakan sepanjang hari

(terus-menerus). Selain itu didapatkan adanya gejala

depresi berupa perasaan tidak bersemangat, nafsu makan

menurun, cepat lelah. Dengan adanya gejala anxietas dan

10

Page 11: Referat Jiwa Edit

depresi tersebut dimana gejala-gejala tersebut tidak

menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk

menegakkan diagnosis tersendiri, maka berdasarkan

PPDGJ-III, kasus ini dapat digolongkan sebagai

Gangguan campuran anxietas dan depresi (F42.1)

B. Aksis II

Ciri kepribadian tidak khas

C. Aksis III

Tidak ada diagnosis

D. Aksis IV

Faktor stressor : Pasien kehilangan 2 orang yang

disayanginya dalam waktu yang berdekatan dan

kebangkrutan usahanya.

E. Aksis V

GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,

disabiliats ringan dalam fungsi, secara umum masih

baik).

VII. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologik : diduga adanya ketidakseimbangan

neurotransmitter seperti pada GABA dan serotonin

pada pasien ini sehingga dibutuhkan adanya

farmakoterapi.

B. Psikologik : ditemukan adanya gangguan campuran

cemas dan depresi sehingga pasien ini memerlukan

psikoterapi

C. Sosiologik : ditemukan adanya hendaya sosial dan

pekerjaan, sehingga pasien memerlukan sosioterapi.

VIII. PROGNOSIS

a) Faktor penghambat :

Usia pasien yang tergolong tua

Onset perjalanan gangguan jiwa yang berlangsung

kronil

Tingkat pendidikan yang rendah

b) Faktor pendukung :

Ada keinginan dari dalam diri pasien untuk sembuh

11

Page 12: Referat Jiwa Edit

Tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan yang

sama

Stressor psikososial jelas

Faktor dukungan dari keluarga baik,

Prognosis : Dubia

IX. PEMBAHASAN / TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan PPDGJ-III, untuk mendiagnosis

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2) :

Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi,

dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian

gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis

tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik

harus ditemukan walaupun tidak terus-menerus,

disamping rasa cemas atau kekhawatiran yang

berlebihan.

Apabila ditemukan anxietas berat disertai depresi

yang lebih ringan, maka harus dipertimbangkan

kategori anxietas lainnya atau gangguan anxietas

fobik.

Apabila ditemukan sindrom depresi dan anxietas

yang cukup berat untuk menegakkan masing-masing

diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus

dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran

tidak dapat digunakan. Jika karena suatu hal hanya

dapat dikemukakan satu diagnosis, maka gangguan

depresi harus diutamakan.

Apabila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan

stress kehidupan yang jelas, maka harus digunakan

kategori F43.2 gangguan Penyesuaian.

Pada pasien ini diberikan terapi berupa

Alprazolam 0,5 mg 3x ½ . Dosis anjuran Alprazolam

ialah 3x0,25-0,5 mg per hari, maka dosis harian yang

diberikan sesuai dengan dosis anjuran. Adapun dengan

pemberian Alprazolam, disertai dengan psikoterapi dan

sosioterapi, diharapkan dapat memperbaiki

keseimbangan neurotransmitter GABA (Gamma Amino

12

Page 13: Referat Jiwa Edit

Butyric Acid) dan meredakan gejala anxietas pasien

sehingga pasien dapat beraktivitas kembali sesuai dengan

fungsi dan peranannya dalam masyarakat. Sedangkan

untuk anti-depresan yang digunakan adalah golongan

Selective Seroronin Reuptake Inhibitor (SSRI) karena

efek sedasi, otonomik dan hipotensi sangat minimal.

Untuk golongan SSRI diberikan dosis tunggal pada pagi

hari setelah sarapan pagi. Dosis yang diberikan pada

pasien ini adalah 20 mg 1-0-0.

X. RENCANA TERAPI

A. Farmakoterapi

Alprazolam 0,5 mg 3x ½

Fluoxetin 20 mg 1-0-0

B. Psikoterapi

Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien

untuk menceritakan keluhan dan isi hati serta

perasaannya sehingga pasien merasa lega

Konseling : memberikan penjelasan dan pengertian

kepada pasien tentang penyakitnya, cara

mengatasinya, sehingga membantu pasien dalam

menghadapi penyakitnya

C. Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada keluarga dan

orang-orang sekitarnya sehingga dapat menerima

dan menciptakan lingkungan yang baik untuk

membantu proses penyembuhan pasien.

XI. FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan penyakitnya serta

efektivitas obat serta kemungkinan timbulnya efek

samping dari obat yang diberikan.

13

Page 14: Referat Jiwa Edit

EFEK SAMPING ANTI PSIKOTIK TIPIKAL

I. PENDAHULUAN

Dewasa ini konsep kedokteran mengenai pengobatan

gangguan psikotik masih berputar pada penggunaan

antipsikotik. Antipsikotik merupakan salah satu obat golongan

psikotropik. Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara

selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek

utama terhadap aktivitas mental dan perilaku (mind and

behavior altering drugs), digunakan untuk terapi gangguan

psikiatrik (psychotherapeutic medication).(obat) Menurut WHO

(1966) obat psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi

psikis, kelakuan atau pengalaman. Psikotropik hanya mengubah

keadaan jiwa penderita sehingga lebih kooperatif dan dapat

menerima psikoterapi dengan lebih baik.1

Berdasarkan penggunaan klinik, psikoterapi dibagi

menjadi 4 golongan yaitu: (1) antipsikotik; (2) antianxietas; (3)

antidepresi; dan (4) psikotogenik. Antipsikotik atau dikenal juga

dengan istilah neuroleptik (major tranquilizer) bermanfaat pada

terapi psikosis akut maupun kronik. Antipsikotik bekerja

dengan menduduki reseptor dopamin , serotonin dan beberapa

reseptor neurotransmiter lainnya . Antipsikotik dibedakan atas

antipsikotik tipikal (antipsikotik generasi pertama) antara lain

klorpromazin, flufenazin, tioridazin, haloperidol; serta

antipsikotik atipikal (antipsikotik generasi kedua) seperti

klozapin, olanzapin, risperidon dan lain sebagainya.2

Obat antipsikotik tipikal tentunya memiliki efek

samping yang perlu diketahui agar pengobatan klinis dapat

efisien dan sesuai dengan proporsi dan tentunya agar mencapai

target terapi. Untuk itu kita harus mengenali obat antipsikotik

ini terlebih dahulu, karena selain manfaatnya, antipsikotik juga

mempunyai kerugian yang menyertainya. Beberapa proses

fisiologis dipengaruhi oleh antipsikotik. Secara khusus,

antipsikotik mempengaruhi SSP seperti terjadinya gangguan

dalam bergerak, efek sedasi, kejang dan beberapa efek

samping lainnya yang dapat mengganggu pasien seperti

pengaruh dalam

seksual dan fungsi reproduksi.3

14

Page 15: Referat Jiwa Edit

II. DEFINISI

Sekelompok obat yang menghambat reseptor dopamine

tipe 2 (D2) sering dinamakan sebagai antipsikotik tipikal.

Indikasi utama untuk pemakaian obat adalah terapi skizofrenia

dan gannguan psoikotik lainnya. Obat antipsikotik juga

dinamakan sebagai neuroleptik dan trankuiliser mayor.4

Istilah “neuroleptik” menekankan efek neurologis dan

motorik dari sebagian besar obat. Istilah “trankuiliser mayor”

secara tidak akurat menekankan efek primer dari obat adalah

untuk mensedasi pasien dan dikacukan dengan obat yang

dinamakan trankuiliser minor seperti benzodiazepine.4

Antipsikotik tipikal seperti chlorpromazine, suatu

derivate phenotiazine yang merupakan antagonis reseptor

dopamine, adalah yang pertama dinamakan antipsikotik klasik

atau tipikal yang disintesis awal tahun 1950-an.

Diperkenalkannya obat antipsikotik merupakan revolusi terapi

pasien skizofrenia dan pasien psikotik serius lainnya.

Pemakaian antipsikotik tipikal menghasilkan perbaikan klinis

yang bermakna pada kira-kira 50-75% pasien psikotik dan

hamper 90% pasien psikotik mendapatkan manfaat klinis dari

obat tersebut. 4

III. KLASIFIKASI ANTIPSIKOTIK TIPIKAL

Adapun penggolongan dari anti[sikotik tipikal dapat

dilihat sebagai berikut:1,5

A. Derivat Fenotiazin

1. Rantai Aliphatic

Chlorpromazine (Largactil ®)

Sediaan : 25-100 mg

Dosis anjuran : 150-600 mg/hari

Efek ekstrapirimidal (++), efek otonomik (+++),

efek sedatif (+++), efek hipotensi(++)

2. Rantai Piperazine

Perphenazine (Trilafon ®)

Sediaan : 2mg, 4 mg, 8 mg

Dosis anjuran : 12-24 mg/hari

Efek ekstrapirimidal (+++), efek otonomik (+), efek

sedatif (+)

Trifluoperazine (Stelazine ®)15

Page 16: Referat Jiwa Edit

Sediaan : 1 mg, 5 mg

Dosis anjuran : 10-15 mg/hari

Efek ekstrapirimidal (+++), efek otonomik (+), efek

sedatif (+)

Fluphezine (Anantensol ®)

Sediaan : 2,5 mg, 5 mg

Dosis anjuran : 10-15 mg/hari

Efek ekstrapirimidal (+++), efek otonomik (+), efek

sedatif (++)

3. Rantai Piperidine

Thioridazine (Melleril ®)

Sediaan : 50 mg, 100 mg

Dosis anjuran : 150-300 mg/hari

Efek ekstrapirimidal (+), efek otonomik (+++), efek

sedatif (+++)

B. Derivat Butyrophenone

Haloperidol (Haldol,Serenace ®)

Sediaan : 0,5 mg; 1,5 mg; 5 mg

Dosis anjuran : 5-15 mg/hr

Efek ekstrapirimidal (++++), efek otonomik (+),

efek sedatif (+)

C. Derivat Diphenyl butyl piperidine

Pimozide (orap forte)

Sediaan : 4 mg

Dosis anjuran : 2-4 mg/hari

Efek ekstrapirimidal (++), efek otonomik (+), efek

sedatif (+)

IV. MEKANISME KERJA ANTIPSIKOTIK TIPIKAL

Mekanisme kerja obat Antipsikotik tipikal adalah

memblokade dopamin pada reseptor pasca-sinaptik neuron di

otak khusunya di sistem limbik dan sistem ekstrapirimidal

(dopamin D2 receptor antagonists), sehingga efektif untuk

gejala positif. 1

Dopamin merupakan neurotransmitter yang

disekresikan oleh neuron-neuron yang berasal dari substansia

nigra di batang otak. Neuron-neuron ini terutama berakhir

pada region striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya

16

Page 17: Referat Jiwa Edit

bersifat inhibisi. Pada skizofrenia diduga terjadi produksi

dopamin yang berlebihan akibat sekresi dari sekelompok

neuron proyeksi dopamine. Neuron-neuron ini menghasilkan

system dopaminergik mesolimbik yang menjulurkan serabut-

serabut saraf dan sekresi dopamine ke bagian medial dan

anterior dari system limbic, khususnya ke dalam hipokampus,

amigdala, nucleus kaudatus anterior dan sebagian lobus

prefrontalis. Semua ini merupakan pusat-pusat pengatur

tingkah laku yang sangat berpengaruh.6

Dengan menggunakan antipsikotik tipikal dianggap

mampu mengurangi efek produksi dopamin yang berlebihan.

Potensi antipsikotik untuk menurunkan gejala psikotik sangat

berhubungan dengan afinitas obat tersebut dengan reseptor D2.

Antipsikotik tipikal bekerja mengurangi produksi dopamine

yang berlebihan dengan cara menghambat atau mencegah

dopamine endogen untuk mengaktivasi reseptor.4,6

Antipsikotik tipikal mempunyai cara kerja dengan

memblok reseptor D2 khususnya di mesolimbik dopamine

pathways, oleh karena itu sering disebut juga dengan antagonis

reseptor dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional. Kerja

dari antipsikotik ini menurunkan hiperaktivitas dopamine

dijalur mesolimbik sehingga menyebabkan gejala positif

menurun tetapi ternyata tidak hanya memblok reseptor D2 di

mesolimbik tetapi juga di tempat lain seperti dijalur

mesokortikal, nigrostriatal, dan tuberoinfundibular.7

Apabila antipsikotik tipikal memblok reseptor D2

dijalur mesokortikal, dapat memperberat gejala negatif dan

gejala kognitif disebabkan penurunan dopamin di jalur

tersebut. Jika hal ini terjadi, maka merupakan sebuah

tantangan terapi, karena blokade reseptor dopamin di jalur ini

secara teoritis akan menyebabkan memburuknya gejala negatif

dan kognitif.7

Blokade reseptor D2 di nigrostriatal dapat

menyebabkan timbulnya gangguan dalam mobilitas seperti

pada parkinson, bila pemakaian secara kronik dapat

menyebabkan gangguan pergerakan hiperkinetik (tardive

dyskinesia). Jalur nigrostriatal dopamin, sebagai bagian dari

17

Page 18: Referat Jiwa Edit

sistem saraf ekstrapiramidal, mengontrol movements atau

pergerakan.7

Blokade reseptor D2 di tuberoinfundibular oleh

antipsikotik tipikal menyebabkan peningkatan kadar prolaktin

sehingga dapat terjadi disfungsi seksual dan peningkat berat

badan. Fungsi normal jalur dopamin tuberoinfundibular

menghambat pelepasan prolaktin. Pada wanita postpartum,

aktivitas di jalur ini menurun, sehingga memungkinkan

laktasi.7

Antipsikotik selain menyebabkan terjadinya blokade

reseptor D2 pada keempat jalur dopamine, juga menyebabkan

terjadinya blokade reseptor kolinergik muskarinik sehingga

timbul efek samping antikolinergik berupa mulut kering,

pandangan kabur, konstipasi dan kognitif tumpul. Reseptor

histamin (H1) juga terblok sehingga timbul efek samping

mengantuk dan meningkatkan berat bdan. Selain itu

antipsikotik juga memblok reseptor alfa1 adrenergik sehingga

dapat menimbulkan efek samping pada kardiovaskuler berupa

hipotensi ortostatic, mengantuk, pusing, dan tekanan darah

menurun.7

V. EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK TIPIKAL

Mekanisme kerja antipsikotik pada penghambatan

reseptor dopamine ternyata memberi efek merugikan pada

neurologis dan endokrinologi. Selain itu, berbagai antipsikotik

juga menghambat reseptor noradrenergik, kolinergik, dan

histaminergik jadi menyebabkan bervariasinya sifat efek

merugikan yang ditemukan pada obat-obat tersebut.4

Interferensi dengan transmisi dopaminergik dapat

mengakibatkan efek samping baik endokrinologis seperti

hiperprolaktinemia, yang dapat memanifestasikan dirinya

sebagai galaktorea, amenorea dan ginekomastia, dan efek

samping ekstrapiramidal (EPS). Selanjutnya, penggunaan

jangka panjang dapat menyebabkan penambahan berat badan.

Kombinasi dari semua efek samping tersebut akan sangat

mungkin mempengaruhi kualitas-kualitas hidup pasien dan

keinginan mereka untuk melanjutkan dan mematuhi terapi .8

18

Page 19: Referat Jiwa Edit

A. Efek Samping Nonneurologis

1. Efek pada jantung

Antipsikotik potensi rendah lebih bersifat

kardiotoksik dibandingkan dengan antipsikotik potensi

tinggi. Chlorpromazine menyebabkan perpanjangan

interval QT dan PR, penumpulan gelombang T, dan

depresi segmen ST. Thioridazine, khususnya memiliki efek

yang nyata pada gelombang T dan disertai dengan aritmia

malignan, seperti torsade de pointes yang sangat

mematikan. Selain itu kematian mendadak juga disebabkan

karena timbulnya takikardia ventrikuler atau fibrilasi

ventrikuler. Untuk mengantisipasi hal tersebut sebaiknya

pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dilakukan

pemeriksaan EKG serta pemberian serum potassium dan

magnesium.4,9

2. Kematian Mendadak

Efek antipsikosis pada jantung telah dihipotesiskan

berhubungan dengan kematian mendadak pada pasien yang

diobati. Tetapi beberapa literatur menyatakan terlalu dini

untuk menghubungkan kematian mendadak sebagai akibat

dari pemberian antipsikotik. Mendukung pandangan

tersebut adalah pengamatan yang melihat bahwa

diperkenalkannya antipsikotik ternyata tidak member efek

terhadap insidensi kematian mendadak pada padien

skizofrenia. Selain itu, perlu diingat bahwa beberapa

pasien memiliki masalah medis yang lain yang tentunya

diterapi dengan beberapa jenis obat lain.4

3. Hipotensi ortostatik (postural)

Hipotensi ortostatik (postural) terjadi akibat

penghambatan adrenergic yang paling sering disebabkan

oleh antipsikotik potensi rendah, khususnya

chlorpromazine dan thioridazine. Keadaan ini terjadi

selama beberapa hari pertama terapi dan memiliki toleransi

yang cepat yaitu sekitar 2-3 bulan. Bahaya utama dari

hipotensi ortostatik adalah adanya kemungkinan pasien

terjatuh, pingsan, dan mencederai dirinya.3,4,9,10

19

Page 20: Referat Jiwa Edit

Jika menggunakan antipsikotik potensi rendah

intramuscular (IM), tekanan darah pasien harus diperiksa

sebelum dan setelah pemberian dosis pertama dalam

beberapa hari pertama terapi. Bila diperlukan edukasi

tentang efek kemungkinan terjatuh dan pingsan akan

sangat membantu pasien sehingga pasien akan lebih

berhati-hati. Bila hipotensi terjadi pada pasien yang

mendapatkan medikasi, gejala biasanya dapat ditangani

dengan membaringkan pasien dengan kaki lebih tinggi

dibandingkan kepala. Ekspansi volume dengan cairan

sangat membantu. Pemberian epinefrin

dikontraindikasikan karena dabat memperburuk hipotensi.

Metaraminol dan norepinefrin sebagai agen pressor

adrenergic α-1 murni adalah obat terpilih. Untik

antipsikosis dosis dapat diturunkan atau diganti dengan

obat yang tidak menghambat adrenergic.4,9

4. Efek hematologis

Gangguan hematologis yang membahayakan yang

dapat terjadi akibat pemakaian antipsikotik tipikal seperti

chlorpromazine, thioridazine dan pada hamper semua

antipsikotik adalah agranulositosis. 4 Agranulositosis

adalah suatu kumpulan gejala yang ditandai dengan

penurunan bermakna jumlah granulosit yang beredar,

neutropeni berat yang menimbulkan lesi-lesi di

tenggorokan, selaput lendir lain, saluran cerna dan kulit.

Pada kebanyakan kasus, gejala ini disebabkan oleh

sensitasi terhadap obat-obatan, zat kimia, radiasi yang

mempengaruhi sumsum tulang dan menekan

granulopoiesis.11

Agranulositosis paling sering terjadi selama tiga

bulan pertama terapi dengan insidensi sekitar 5 dari 10.000

pasien yang diobati dengan antipsikotik. Jika pasien

melaporkan adanya suatu nyeri tenggorokan atau demam,

hitung darah lengkap harus segera dilakukan untuk

memeriksa kemungkinan terjadinya agranulositosis. Jika

indeks darah rendah, antipsikotik harus segera dihentikan.

Angka mortalitas dari komplikasi setinggi 30%. Purpura

trombositopenia, anemia hemolitik, atau pansitopenia

20

Page 21: Referat Jiwa Edit

kadang-kadang dapat terjadi pada pasien yang diobati

dengan antipsikotik. 4,9

5. Efek Antikolinergik Perifer

Efek kolinergik perifer sangat serimg ditemukan,

terdiri dari mulut dan hidung kering, hidung tersumbat,

pandangan kabur, konstipasi, retensi urin, dan midriasis.

Beberapa pasien juga mengalami mual dan muntah. Obat

antipsikotik tipikal seperti chlorpromazine, thioridazine,

dan trifluoperazine adalah antikolinergik yang poten. 4,5

Mulut kering merupakan efek yang mengganggu

beberapa pasien dan dapat mempengaruhi kepatuhan

terapi. Pasien dapat dianjurkan sering membilas mulutnya

dengan air dan tidak mengunyah permen karet atau

permen yang mengandung gula, karena hal tersebut dapat

menyebabkan infeksi jamur pada mulut dan peningkatan

insidensi karies gigi. Konstipasi harus diobati dengan

perbanyak olahraga, cairan, diet tinggi serat, serta preparat

laksatif biasa, tetapi kondisi ini masih dapat berkembang

menjadi ileus paralitik. Pada kasus tersebut diperlukan

penurunan dosis atau penggantian dengan obat yang

kurang antikolinergik. Pilocarpine mungkin berguna pada

beberapa pasien dengan retensi urin. 4,9

6. Efek Endokrin

Penghambatan reseptor dopamine pada saluran

tuberinfundibular menyebabkan peningkatan sekresi

prolaktin, yang dapat menyebabkan pembesaran payudara,

galaktorea, impotensi pada laki-laki, dan amenore serta

penghambatan orgasme pada wanita. Untuk mengatasi efek

samping tersebut dapat dilakukan penggantian obat

antipsikotik yang diberikan. Pada keadaan impotensi

sebagai efek obat dapat diberikan bromokriptin. Untuk

gangguan pada orgasme maupun penurunan libido dapat

diberikan brompheniramine (bromfed), ephedrine

(Primatene), phenylpropanolamin (Comtrex), midrione,

dan imipramin (tofranil). Priapisme dan laporan orgasme

yang nyeri juga dilaporkan, kemungkinan kedua hal

tersebut terjadi akibat aktivitas antagonis adrenergic α1.

21

Page 22: Referat Jiwa Edit

Peningkatan berat badan juga merupakan efek endokrin

yang paling sering terjadi akibat penggunaan antipsikotik

tipikal. Peningkatan berat badan nantinya akan menjadi

resiko terjadinya DM tipe 2, hipertensi dan dislipidemia. 3,4,9,10

7. Efek Dermatologis

Dermatitis alergik dan fotosensitivitas dapat terjadi

pada sejumlah kecil pasien, paling sering terjadi pada

mereka yang menggunakan antipsikotik tipikal potensi

rendah, khusunya chlorpromazine. Berbagai erupsi kulit

seperti urtikaria, makulopapular, peteki, dan erupsi

edematous telah dilaporkan. Erupsi terjadi pada awal

terapi, biasanya dalam minggu pertama dan menghilang

dengan spontan. Reaksi fotosensitivitas yang menyerupai

proses terbakar matahari (sunburn) yang parah juga terjadi

pada beberapa pasien yang menggunakan chlorpromazine.

Pasien harus diperingatkan tentang efek tersebut, yaitu agar

tidak berada dibawah sinar matahari lebih dari 30-60

menit, dan harus menggunakan tabir surya. Penggunaan

chlorpromazine juga disertai beberapa kasus diskolorasi

biru-kelabu pada kulit pada daerah yang terpapar dengan

sinar matahari. 4,9,10

8. Efek pada Mata

Thioridazine disertai dengan pegmentasi ireversibel

pada retina bila diberikan dalam dosis lebih besar dari 800

mg sehari. Gejala awal dari efek tersebut kadang-kadang

berupa kebingungan nocturnal yang berhubungan dengan

kesulitan penglihatan malam. Pigmentasi dapat

berkembang menjadi kebutaan walaupun thioridazine

dihentikan karena tidak bersifat reversible. 4,9

Chlorpromazine berhubungan dengan pigmentasi

mata yang relatif ringan, ditandai oleh deposit granular

coklat keputihan yang terpusat di lensa anterior dan kornea

posterior yang dapat timbul bila pasien mengingesti 1-3 kg

chlorpromazine selama hidupnya. Deposit dapat

berkembang menjadi granula putih opak dan coklat

kekuningan. Keadaan ini hampir tidak mempengaruhi

penglihatan pasien. 4,9

22

Page 23: Referat Jiwa Edit

9. Ikterus

Ikterus obstruktif atau kolestatik adalah suatu efek

samping yang relative jarang terjadi dalam penggunaan

antipsikotik tipikal. Biasanya ikterus muncul pada bulan

pertama terapi dan ditandai oleh nyeri abdomen bagian

atas, mual, muntah, gejala mirip flu, demam, ruam,

bilirubin pada urin dan peningkatan bilirubin serum, alkali

fosfatase dan transaminase hati. Jika ikterus terjadi, maka

terapi harus diberhentikan dan diganti. Ikterus dilaporkan

terjadi pada penggunaan promazine, thioridazine, dan

sangat jarang terjadi pada fluphenazine dan trifluoperazine. 4,5,9,10

10. Overdosis Antipsikotik

Gejala overdosis antipsikotik berupa gejala

ekstrapiramidal, midriasis, penurunan reflex tendon dalam,

takikardia, dan hipotensi. Gejala overdosis yang parah

adalah delirium, koma, depresi pernapasan, dan kejang.

Terapi overdosis antipsikotik harus termasuk pemakaian

arang aktif (activated charcoal), jika memungkinkan lavage

lambung dapat dipertimbangkan. Terapi kejang dengan

diazepam serta hipotensi dengan norepinefrin juga

merupakan terapi overdosis antipsikotik atipikal. 4

B. Efek Samping Neurologis

Obat antipsikotik tipikal memiliki efek samping

neurologis yang mengganggu dan beberapa efek neurologis

yang kemungkinan bersifat serius. Efek neurologis tersebut

dikenal sebagai efek sindrom ekstrapiramidal. Pentingnya

mengetahui efek samping neurologis akibat terapi

dibuktikan pada DSM-IV yang memasukkan efek samping

tersebut sebagai kelompok tersendiri gangguan pergerakan

akibat medikasi. 1,4,5

1. Parkinsonisme akibat Neuroleptik

Efek samping berupa parkinsonisme terjadi pada

kira-kira 25 % pasien yang diobati dengan antipsikotik

tipikal. Biasanya terjadi dalam 5-90 hari setelah awal

terapi. Gejala-gejala yang timbul berupa kekakuan otot

atau rigiditas pipa besi (lead-pipe rigidity), rigiditas gigi

23

Page 24: Referat Jiwa Edit

gergaji (cog-wheel rigidity), gaya berjalan menyeret, postur

membungkuk dan air liur menetes. Tremor menggulung pil

(pill-rolling) pada parkinsonisme idopatik jarang terjadi,

tetapi tremor yang teratur dan kasar yang serupa dengan

tremor esensial mungkin ditemukan dan dinamakan

sebagai tremor ppostural akibat medikasi dalam DSM-IV.

Suatu tanda fisik parkinsonisme adalah reflek ketukan

glabela yang positif yang ditimbulkan dengan mengetuk

dahi antara alis mata. Dikatakan reflek positif bila

orbikularis okuli tidak dapat membiasakan diri dengan

ketukan yang berulang. Wajah yang mirip topeng,

bradikinesia, akinesia (tidak ada inisitatif), dan ataraksia

(kebingungan terhadap lingkungan) merupakan gejala

parkinsonisme yang sering didiagnosis keliru sebagai

gambaran gejala negative atau deficit pada skizofrenia. 4,9

Perbandingan wanita dengan laki-laki yang terkena

parkinsonisme akibat neuroleptik adalah 2:1 dan dapat

terjadi pada setiap usia walaupun jarang terjadi pada usia

lebih dari 40 tahun. Semua antipsikotik tipikal dapat

menyebabkan gejala parkinsonisme, khususnya obat

potensi tinggi dengan aktivitas antikolinergik yang rendah.

Kemungkinan chlorpromazine dan thioridazine

kemungkinan tidak terlibat. Penghambatan transmisi

dopaminergik dalam traktus nigrostriatal adalah penyebab

dari parkinsonisme akibat neuroleptik. 4

Gangguan berupa parkinsonisme ini dapat diobati

dengan pemberian obat antikolinergik, amantadine atau

diphenhydramine. Antikolinergik harus dihentikan setelah

4-6 minggu untuk menilai apakah pasien telah

mengembangkan suatu toleransi terhadap efek

parkinsonisme sebab kira-kira 50% pasien dengan

parkinsonisme akibat neuroleptik dapat meneruskan terapi.

Pada pasien lanjut usia, setelah antipsikotik dihentikan,

gejala parkinsonisme dapat terus berjalan sampai 2 minggu

dan bahkan sampai 3 bulan sehingga perlu meneruskan

pemberian antikolinergik setelah menghentikan

antipsikotik sampai gejala parkinsonisme pulih

sepenuhnya. 4,9

24

Page 25: Referat Jiwa Edit

2. Distonia Akut akibat Neuroleptik

Kira-kira terdapat 10% dari semua pasien yang

diberikan terapi antipsikotik tipikal mengalami distonia

sebagai efek samping. Biasanya terjadi dalam beberapa

jam atau hari pertama terapi. Gerakan distonia disebabkan

oleh kontraksi atau spasme otot yang perlahan dan terus-

menerus yang dapat menyebabkan gerakan involunter.

Distonia dapat mengenai leher (tortikolis atau retrokolis

spasmodik), rahang (pembukaan paksa yang menyebabkan

dislokasi rahang atau trismus), lidah (prostrusi, memuntir),

dan keseluruhan tubuh (opistotonus). Terkenanya mata

dapat menyebabkan krisis okulorigik, ditandai oleh

gerakan mata yang ke lateral atas. Tidak seperti tipe

distonia lainnya, krisis okulorigik dapat terjadi secara

lambat dalam terapi. Distonia lain berupa blefarospasme

dan distonia glosofaringeal menyebabkan diartria, disfagia,

dan kesulitan bernapas yang dapat menyebabkan sianosis. 4

Distonia dapat terjadi pada semua umur dan pada

kedua jenis kelamin tetapi paling sering terjadi pada laki-

laki muda (<40 tahun), dapat terjadi pada semua

antipsikotik dan paling sering disebabkan oleh antipsikotik

potensi tinggi IM. Mekanisme kerja diperkirakan

merupakan suatu hiperaktivitas dopaminergik di ganglia

basalis yang terjadi jika kadar antipsikotik dalam SSP

mulai menurun diantara pemberian dosis. 4,9,10

Profilaksis dengan antikolinergik atau obat yang

berhubungan biasanya mencegah berkembangnya distonia,

walaupun risiko terapi profilaksis melebihi manfaatnya.

Terapi dengan antikolinergik IM atau diphenhydramine IV

atau IM (50 mg) hamper selalu menghilangkan gejala.

Diazepam (10 mg IV), amobarbital (Amytal), caffeine

sodium benzoate dan hipnosis dilaporkan juga efektif. 4,9

3. Akathasia Akut akibat Neuroleptik

Akathasia adalah perasaan subjektif dimana

adanya rasa yang tidak nyaman pada otot yang

menyebabkan pasien menjadi teragitasi, bergerak dengan

gelisah, berganti-ganti duduk dan berdiri secara cepat, dan

merasa disforik menyeluruh. Gejala utama adalah

25

Page 26: Referat Jiwa Edit

gangguan motorik yang tidak dapat dikendalikan oleh

kemauan pasien. Mekanisme kerja yang mendasari

akathasia belum dimengerti sepenuhnya. Gangguan

mungkin diakibatkan ketidakseimbangan system

noradrenergic dan dopaminergik yang disebabkan oleh

antipsikotik. 4,9

Jika terjadi akathasia, dosis antipsikotik harus

diturunkan hingga dosis efektif minimal. Obat yang lebih

efektif untuk akathasia adalah propranolol (Inderal, 30-120

mg sehari), benzodiazepine dan clonidine (Catapres). 4

4. Tardive Dyskinesia akibat Neuroleptik

Tardive dyskenia adalah efek lambat yang terjadi

akibat penggunaan antipsikotik. Keadaan ini terjadi setelah

enam bulan terapi. Gangguan terdiri dari gerakan

koreoatetoid yang abnormal, involunter, ireguler pada otot-

otot kepala, anggota gerak, dan batang tubuh. Gerakan

perioral adalah yang paling sering ditemukan dan berupa

gerakan tiba-tiba, memuntir, dan menjulurkan lidah;

gerakan mengunyah dan gerakan rahang lateral;

mengerutkan dan menyeringai wajah. Tardive dyskinesia

dapat disebabkan oleh supersensitivitas reseptor

dopaminergik di ganglia basalis yang disebabkan oleh

penghambatan kronis reseptor dopamine oleh antipsikotik. 4

Bila terjadi Tardive dyskinesia, maka perlu

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:12

a. Perlu dipastikan efektivitas antipsikotik yang

diberikan

b. Untuk pemakaian jangka panjang gunakan dosis

minimal yang efektif.

c. Hati-hati pemakaian untuk pasien anak-anak, orang

tua, dan pasien-pasien dengan gangguan mood.

d. Lakukan evaluasi rutin terhadap adanya gejala-

gejala tardif diskinesia

e. Bila ditemukan gejala, turunkan dosis antipsikotik

f. Bila gejala tidak bisa diatasi dengan penurunan

dosis obat antipsikotik atau bahkan memburuk,

26

Page 27: Referat Jiwa Edit

hentikan obat dang anti dengan golongan atipikal

terutama clozapin.

Berbagai penelitian kecil telah malaporkan bahwa obat

agonis dan antagonis kolinergik, agonis dopaminergik, dan

GABA-ergik mungkin berguna, walaupun masih bersifat

eksperimental dan perlu peninjauan literature yang

terbaru.4

5. Sindrom Neuroleptik Maligna

Sindrom neuroleptik maligna adalah komplikasi

yang membahayakan yang dapat terjadi setiap waktu

selama pemberian terapi antipsikotik. Gejala motorik dan

perilaku adalah rigiditas otot dan distonia, akinesia,

mutisme, obtundasi, dan agitasi. Gejala otonomik adalah

hiperpireksia, berkeringat dan peningkatan kecepatan

denyut nadi dan tekanan darah. Temuan laboratorium

adalah peningkatan hitung sel darah putih, kreatinin

fosfokinase, enzim hati, mioglobin plasma, dan

mioglobinuria, kadang-kadang disertai dengan gagal ginjal. 4

6. Efek Epileptogenik

Pemberian antipsikotik ternyata menyebabkan

perlambatan dan peningkatan sinkronisasi EEG. Efek

tersebut merupakan mekanisme dimana antipsikotik

menurunkan ambang kejang. Chlorpromazine dan

antipsikotik potensi rendah lain diperkirakan lebih

epileptogenik dibandingkan obat potensi tinggi. 4,9,10

7. Sedasi

Sedasi terutama merupakan akibat dari

penghambatan reseptor dopamine tipe-1. Chlorpromazine

adalah antipsikotik yang paling menimbulkan sedasi.

Memberikan dosis antipsikotik harian sebelum tidur

biasanya menghilangkan masalah dari sedasi, dan toleransi

untuk efek merugikan tersebut dapat terjadi. 4

8. Efek Antikolinergik Sentral

Gejala aktivasi antikolinergik sentral adalah agitasi

parah; disorientasi terhadap waktu, orang dan tempat;

halusinasi; kejang; demam tinggi; dilatasi pupil. Stupor dan

koma dapat timbul. Terapi toksisitas antikolinergik adalah

27

Page 28: Referat Jiwa Edit

pertama menghentikan obat penyebab dan pemberian

physostigmine (antilirium, Eserine) 2 mg malalui infuse IV

lambat, diulangi dalam satu jam seperlunya. Terlalu

banyak physostigmine juga membahayakan. Gejala

toksisitas physostigmine adalah hipersalivasi dan

berkeringat. Atropin sulfat (0,5 mg) dapat membalikkan

physostigmine. 4

9. Kahamilan dan laktasi

Jika mungkin, antipsikotik harus dihindari selama

kehamilan, terutama dalam trimester pertama kecuali bila

manfaatnya melebihi risiko yang mungkin terjadi. Tetapi

pada kenyataannya, sangat sedikit data yang menyatakan

suatu hubungan antara adanya malformasi congenital pada

bayi dengan pemakaian antipsikotik selama kehamilan,

kecuali pada pemakaian chlorpromazine beberapa data

menyatakan bahwa pemakaian antipsikotik selama

kehamilan dapat menyebabkan penurunan reseptor

dopamine pada neonates, peningkatan kolesterol, dan

kemungkinan gangguan perilaku. Namun demikian,

pemakaian antipsikotik pada trimester kedua dan ketiga

relatif aman. Haloperidol disekresikan dalam air susu.

Sehingga pada wanita yang menggunakan antipsikotik

tidak diperbolehkan menyusui bayinya. 4

VI. INTERAKSI OBAT ANTIPSIKOTIK TIPIKAL

Karena banyaknya efek reseptor dan karena

metabolisme sebagian besar obat antipsikotik adalah di hati,

banyak interaksi obat yang dapat terjadi. Interaksi obat

antipsikotik dengan antasida dan cimetidine ternyata dapat

menurunkan absorbsi antipsikotik tersebut, yang diberikan

dalam dua jam pemberian antipsikotik. Antikolinergik juga

dapat menurunkan absorbsi antipsikotik. 4,5

Phenotiazine, khususnya thioridazine, dapat

menurunkan metabolism diphenylhidantoin, suatu

antikonvulsan, yang menyebabkan kadar toksik

diphenylhidantoin. Barbiturate dapat meningkatkan

metabolism antipsikotik, dan antipsikotik dapat menurunkan

ambang kejang pasien. Interaksi antipsikotik terhadap

28

Page 29: Referat Jiwa Edit

antidepresan seperti obat trisiklik dapat menurunkan

metabolisme satu sama lain, yang menyebabkan peninggian

konsentrasi kedua obat dalam plasma. Efek antikolinergik,

sedative, dan hipotensi dari obat-obat tersebut dapat aditif. 4

Pemberian antipsikotik bersama propranolol berefek

meningkatkan konsentrasi kedua obat dalam darah.

Antipsikotik mempotensiasi efek depresan system saraf pusat

dari sedative, antihistamin, opiate, opioid, dan alcohol,

khususnya pada pasien dengan gangguan status respirasi. Jika

obat tersebut digunakan bersama alkohol, risiko terjadinya

“heat stroke” dapat meningkat. 4

Interaksi antipsikotik dengan zat lain seperti rokok,

dapat menurunkan kadar plasma antipsikotik. Epinefrin

memiliki efek hipotensif paradoksikal pada pasien yang

menggunakan antipsikotik. Obat antipsikotik ternyata dapat

menurunkan konsentrasi warfarin dalam darah, yang

menyebabkan penurunan waktu perdarahan. 4

VII. KESIMPULAN

Obat antipsikotik tipikal yang juga disebut obat

neuroleptik atau mayor transkuilizer merupakan golongan obat

psikotropik yang bekerja menghambat reseptor dopamine tipe

2 (D2). Obat antipsikotik tipikal merupakan antipsikotik

generasi pertama yang terdiri dari tiga golongan yaitu

golongan fenotiazin (chlorpromazine, trifluoperazine,

fluphenazine, perphenazine), golongan butyrophenone

(haloperidol) dan golongan diphenyl-butyl-piperidine

(pimozide).

Obat-obat antipsikotik tipikal bekerja sebagai antagonis

reseptor dopamine di otak, dengan target untuk menurunkan

gejala-gejala psikotik seperti halusinasi, waham dan lain-lain.

System dopamine yang terlibat yaitu system nigrostriatal,

sistem mesolimbokortikal, dan sistem tuberoinfundibuler.

Karena kerja yang spesifik ini maka dapat diperkirakan efek

samping yang mungkin timbul bila sistem-sistem tersebut

mengalami hambatan yang berlebih. Bila hambatan pada

system nigrostriatal berlebihan maka akan terjadi gangguan

terutama pada aktivitas motorik, sedangkan system

29

Page 30: Referat Jiwa Edit

mesolimbokortikal mempengaruhi fungsi kognitif, dan fungsi

endokrin terganggu bila system tuberoinfundibuler terhambat

berlebihan.

Efek samping antipsikotik dapat dikelompokkan

menjadi efek samping neurologis dan nonneurologis. Efek

samping neurologis berupa sindrom parkinson, akatisia,

distonia, sindrom neuroleptik maligna, tardive dyskinesia.

Sedangkan efek samping nonneurologis berupa efek pada

kardiovaskuler, hipotensi ortostatik, kematian mendadak, efek

endokrinologi, efek dermatologi, efek antikolinergik perifer

dan sebagainya.

Selain efek samping, perlu juga diperhatikan interaksi

obat antipsikotik dengan obat-obatan yang sering digunakan

seperti obat antikonvulsan, obat hipertensi, depresan system

saraf pusat, antasida dan obat jenis lainnya agar dapat

mengetahui efektifitas pemberian obat-obat tersebut serta efek

yang dapat ditimbulkan agar medikasi pasien dapat berjalan

baik.

30