referat general anes face mask

Upload: danny-dzurizal

Post on 13-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

REFERAT General Anes Face Mask

TRANSCRIPT

REFERATGENERAL ANESTESI FACE MASK

Pembimbing: dr. Runik Istanti Sp.AnDisusun oleh: Muhammad Dhanni DzuhrisalH2A009035

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN UNIMUS SEMARANGRS PKU MUHAMMADIYAH DELANGGUSEMARANG2014

KATA PENGANTARPuji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga referat dengan judul General Anestesi Face Mask ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Referat ini diselesaikan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik di bagian ilmu Anestesiologi RS PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU. Dalam penyelesaian referat ini mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :1. Dr. Runik Istanti Sp.An selaku dokter pembimbing di bagian ilmu Anestesiologi RS PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU. 2. Semua staff dan pegawai bagian ilmu Anestesiologi RS PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU.3. Semua teman-teman anggota kelompok, atas dukungan dan semangatnya.

Kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga referat ini dapat bermanfaat.

Semarang, 2 Juli 2014 Penulis

GENERAL ANESTESI FACE MASK

ANESTESIA UMUMKata anesthesia diperkenalkan oleh Oliver Wendell Holmes yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat yang bertujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan. Analgesia adalah pemberian obat untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran pasien. Anestesia umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadarandan bersifat pulih kembali (reversible).1 Komponen anestesia yang ideal terdiri dari :1. Hipnotik2. Analgesia3. Relaksasi ototIndikasi anestesi umum : Infant dan anak usia muda Dewasa yang memilih anestesi umum Pembedahannya luas/ekstensif Penderita sakit mental Pembedahan lama Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan Riwayat penderita toksik atau alergi obat anestesi lokal

PENILAIAN DAN PERSIAPAN PRA ANESTESIAPersiapan pra bedah yang kurang memadai merupakan faktor penyumbang sebab-sebab terjadinya kecelakaan anesthesia. Dokter spesialis anestesiologi seyogyanya mengunjungi pasien sebelum pasien dibedah, agar dapat mempersiapkan pasien, sehingga pada waktu pasien dibedah dalam keadaan baik.

Anamnesis Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anesthesia sebelumnya sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus, misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak napas pasca bedah, sehingga kita dapat merancang anesthesia berikutnya dengan lebih baik. Kita harus pandai-pandai memilih apakah cerita pasien termasuk alergi atau efek samping obat.Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelumnya untuk eliminasi nikotin yang mempengaruhi sistem kardiosirkulasi, dihentikan beberapa hari untuk mengaktifkan kerja silia jalan napas dan 1-2 minggu untuk mengurangi produksi sputum. Kebiasaan minum alcohol juga harus dicurigai akan adanya penyakit hepar

Pemeriksaan FisikPemeriksaan keadaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar sangat penting untuk diketahui apakah akan menyulitkan tindakan. Leher pendek dan kaku juga akan menyulitkan intubasi. Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan maksimal menurut mallampati dibagi menjadi 4 gradasi

Pemeriksaan rutin lain ialah pemeriksaan derajat Mallampati serta inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi semua sistem organ tubuh pasien.2

Pemeriksaan laboratoriumUji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan penyakit yang sedang dicurigai. Banyak fasilitas kesehatan yang mengharuskan uji laboratorium secara rutin walaupun pada pasien sehat untuk bedah minor, misalnya pemeriksaan darah kecil (Hb, leukosit, masa pendarahan dan masa pembekuan) dan urinalisis. Pada usia pasien di atas 50 tahun ada anjuran pemeriksaan EKG dan foto thorax.

Klasifikasi Status FisikKlasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang ialah yang berasal dari The American Society of Anesthesiologist (ASA). Klasifikasi fisik ini bukan alat prakiraan resiko anesthesia, karena dampak samping anesthesia tidak dapat dipisahkan dari dampak samping pembedahan. Status fisik pasien digolongkan menjadi 6, yaitu ASA 1: Pasien sehat organic, fisiologik, psikiatrik dan biokimia ASA 2: Pasien dengan riwayat penyakit sistemik ringan atau sedang ASA 3: Pasien dengan riwayat penyakit sistemik berat, aktivitas lebih terbatas ASA 4: Pasien dengan riwayat penyakit sistemik berat, tidak dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupan setiap saat ASA 5: Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam ASA 6: Pasien dengan mati batang otak yang organnya akan digunakan untuk tujuan donorPada bedah cito atau emergensi biasanya dicantumkan E

Masukan OralRefleks laring mengalami penurunan selama anesthesia. Regusgitasi isi lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan napas merupakan resiko utama pada pasien-pasien yang menjalani anestesi. Untuk meminimalkan resiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anesthesia umum harus dipantangkan dari masukan oral (puasa) selama periode tertentu selama induksi anesthesia.Pada pasien dewasa umumnya puasa 6 8 jam, anak kecil 4-6 jam dan pada bayi 3-4 jam. Makanan tak berlemak diperbolehkan 5 jam sebelum induksi anesthesia. Minuman bening, air putih, teh manis sampai 3 jam dan untuk keperluan minum obat air putih dalam jumlah tebatas diperbolehkan 1 jam sebelum induksi anesthesia.

PremedikasiPremedikasi adalah pemberiaan obat 1-2 jam sebelum induksi anesthesia dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan, dan bangun dari anesthesia, diantaranya :1. Meredakan kecemasan dan ketakutan2. Memperlancar induksi anesthesia3. Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus4. Meminimalkan jumlah obat anestetik5. Mengurangi mual-muntah pasca bedah6. Menciptakan amnesia7. Mengurangi isi cairan lambung8. Mengurangi reflex yang membahayakan

Anestesia umum, menurut cara pemberian obatnya dapat dibagi menjadi : Intravena Inhalasi Perektal Kombinasi

Teknik anesthesia umum dapat dibagi menjadi 2 : Nafas spontan Nafas Terkendali Teknik-teknik tersebut dapat menggunakan alat berupa : Sungkup muka Intubasi LMA (laryngeral mask airway) COPA (cuffed oro pharyngeal airway) LSA (laryngeal seal airway)TEKNIK ANESTESIA UMUM DENGAN SUNGKUP MUKA1Indikasi untuk menggunakan teknik anesthesia umum dengan sungkup muka :1. Untuk tindakan yang singkat (0,5 jam 1 jam) tanpa membuka rongga perut2. Keadaan umum pasien cukup baik (status fisik ASA I atau ASA II)3. Lambung harus kosong

OBAT-OBATAN YANG DIPAKAI :

PREMEDIKASI

BenzodiazepineGolongan benzodiazepine yang sering digunakan oleh anestesiologi adalah Diazepam (valium), Lorazepam (Ativan) dan Midazolam (Versed), diazepam dan lorazepam tidak larut dalam air dan kandungannya berupa propylene glycol.Golongan benzodiazepine bekerja sebagai hipnotik, sedative, anxiolitik, amnestik, antikonvulsan, pelumpuh otot yang bekerja di sentral.Obat golongan benzodiazepine dimetabolisme di hepar, efek puncak akan muncul setelah 4 - 8 menit setelah diazepam disuntikkan secara I.V dan waktu paruh dari benzodiazepine ini adalah 20 jam. Dosis ulangan akan menyebabkan terjadinya akumulasi dan pemanjangan efeknya sendiri. Midazolam dan diazepam didistribusikan secara cepat setelah injeksi bolus, metabolisme mungkin akan tampak lambat pada pasien tua. 3,4

Efek Benzodiazepine : Efek pada sistem saraf pusat. Dapat menimbulkan amnesia,anti kejang, hipnotik, relaksasi otot dan mepunyai efek sedasi, efek analgesik tidak ada,menurunkan aliran darah otak dan laju metabolisme2,3 Efek pada sistem kardiovaskuler. Menyebabkan vasodilatasi sistemik yang ringan dan menurunkan cardiac out put. Ttidak mempengaruhi frekuensi denyut jantung, perubahan hemodinamik mungkin terjadi pada dosis yang besar atau apabila dikombinasi dengan opioid2,3 Efek pada sistem pernafasan Mempengaruhi penurunan frekuensi nafas dan volume tidal , depresi pusat nafas mungkin dapat terjadi pada pasien dengan penyakit paru atau pasien dengan retardasi mental.2,3 Efek pada sistem saraf otot Menimbulkan penurunan tonus otot rangka yang bekerja di tingkat supraspinal dan spinal , sehingga sering digunakan pada pasien yang menderita kekakuan otot rangka.5,7

DiazepamObat ini dapat menurunkan tekanan darah arteri. Karena itu, obat ini digunakan untuk induksi dan suplemen pada pasien dengan gangguan jantung berat.3Diazepam biasanya digunakan sebagai obat premedikasi, amnesia, sedative, obat induksi, relaksan otot rangka, antikonvulsan, dan serangan panik. 2,3Awitan aksi : IV < 2 menit, Rectal < 10 menit, Oral 15 menit-1 jamLama aksi: IV 15 menit- 1 jam, PO 2-6 jam 5Dosis: Premedikasi : iv/im/po/rectal 2-10 mg Sedasi : 0,04-0,2 mg/kg BB Induksi : iv 0,3-0,6 mg/kg Antikonvulsan : iv 0,05-0,2 mg/kg BB setiap 5-10 menit dosis maksimal 30 mg, PO/rectal 2-10 mg 2-4 kali sehari 5

MidazolamObat ini mempunyai efek ansiolitik, sedative, anti konvulsif, dan anteretrogad amnesia. Durasi kerjanya lebih pendek dan kekuatannya 1,5-3x diazepam.Obat ini menembus plasenta, akan tetapi tidak didapatkan nilai APGAR kurang dari 7 pada neonatus.3Dosis : Premedikasi : IM 2,5-10 mg, PO 20-40 mg Sedasi : IV 0,02-0,05 mg Induksi : IV 50-350 g/kg5Efek samping obat : Takikardi, episode vasovagal, komplek ventrikuler premature, hipotensi Bronkospasme, laringospasme, apnea, hipoventilasi Euphoria, agitasi, hiperaktivitas Salivasi, muntah, rasa asam Ruam, pruritus, hangat atau dingin pada tempat suntikan 5

OpioidMorphine, meperidine, fentanyl, sufentanil, alfentanil, and remifentanil merupakan golongan opioid yang sering digunakan dalam general anestesi. efek utamanya adalah analgetik. Opioid berbeda dalam potensi, farmakokinetik dan efek samping.Absorbsi cepat dan komplit terjadi setelah injeksi morfin dan meperedin intramuskuler, dengan puncak level plasma setelah 20-60 menit. Fentanil sitrat transmukosal oral merupakan metode efektif menghasilkan analgesia dan sedasi dengan onset cepat (10 menit) analgesia dan sedasi pada anak-anak (15-20 g/Kg) dan dewasa (200-800 g).Waktu paruh opioid umumnya cepat (5-20 menit). Kelarutan lemak yang rendah dan morfin memperlambat laju melewati sawar darah otak, sehingga onset kerja lambat dan durasi kerja juga Iebih panjang. Sebaliknya fentanil dan sufentanil onsetnya cepat dan durasi singkat setelah injeksi bolus. 7

Efek opioid : Efek pada sistem kardiovaskuler Sistem kardiovaskuler tidak mengalami perubahan baik kontraktilitas otot jantung maupun tonus otot pembuluh darah. Tahanan pembuluh darah biasanya akan menurun karena terjadi penurunan aliran simpatis medulla, tahanan sistemik juga menurun hebat pada pemberian meperidin atau morfin karena adanya pelepasan histamin. 2,3 Efek pada sistem pernafasan Dapat menyebabkan penekanan pusat nafas, ditandai dengan penurunan frekuensi nafas, dengan jumlah volume tidal yang menurun . PaCO2 meningkat dan respon terhadap CO2 tumpul sehingga kurve respon CO2 menurun dan bergeser ke kanan, selain itu juga mampu menimbulkan depresi pusat nafas akibat depresi pusat nafas atau kelenturan otot nafas, opioid juga bisa merangsang refleks batuk pada dosis tertentu.2,3 Efek pada sistem gastrointestinal Opioid menyebabkan penurunan peristaltik sehingga pengosongan lambung juga terhambat. 2,3 Efek pada endokrin Fentanyl mampu menekan respon sistem hormonal dan metabolik akibat stress anesthesia dan pembedahan, sehingga kadar hormon katabolik dalam darah relatif stabil. 2,3

Hati-hati pada pasien dengan disfungsi hati & ginjal karena akan memperlama kerja dan efek kumulasi opiod, pasien usia lanjut, pada depresi sistem saraf pusat yg parah, anoreksia, hiperkapnia, depresi pernapasan, aritmia, kejang, cedera kepala, tumor otak, asma bronchial 2,3

MorfinPenggunaanya untuk premedikasi, analgesic, anastesi, pengobatan nyeri yang berjaitan dengan iskemia miokard, dan dipsnea yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dan edema paru. Dosis : Analgesic : iv 2,5-15 mg, im 2,5-20 mg, Po 10-30 mg, rectal 10-20 mg setiap 4 jam Induksi : iv 1 mg/kgAwitan aksi : iv < 1 menit, im 1-5 menitLama aksi : 2-7 jam 5

PetidinPenggunaannya untuk nyeri sedang sampai berat, sebagai suplemen sedasi sebelum pembedahan, nyeri pada infark miokardium walaupun tidak seefektif morfin sulfat, untuk menghilangkan ansietas pada pasien dengan dispnea karena acute pulmonary edema dan acute left ventricular failure. 6Dosis Oral/ IM/SK :Dewasa : Dosis lazim : 50150 mg setiap 3-4 jam jika perlu, Injeksi intravena lambat : dewasa 1535 mg/jam.Anak-anak oral Dosis : 1.11.8 mg/kg setiap 34 jam jika perlu. Untuk sebelum pembedahan Dosis dewasa : 50 100 mg IM/SK

Petidin dimetabolisme terutama di hati

FentanilDigunakan sebagai analgesic dan anastesiaDosis : Analgesic : iv/im 25-100 g atau 1-3 g/kgbb Induksi : iv 5-40 g/ kg BB Suplemen anastesi : iv 2-20 g/kg BB Anastetik tunggal : iv 50-150 g/ kg BB Awitan aksi : iv dalam 30 detik, im < 8 menitLama aksi : iv 30-60 menit, im 1-2 jam

Efek samping obat : Bradikardi, hipotensi Depresi saluran pernapasan, apnea Pusing, penglihatan kabur, kejang Mual, muntah, pengosongan lambung terlambat Miosis 5

INDUKSI DAN RUMATAN ANESTESIA

Induksi anesthesia adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anesthesia dan pembedahan. Induksi dapat dikerjakan melalui intravena, inhalasi, intramuscular dan rektal.

PropofolMerupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia intravena dan lebih dikenal dengan nama dagang Diprivan. Pertama kali digunakan dalam praktek anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi.Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum, pada pasien dewasa dan pasien anak anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin, glycerol dan minyak soybean, sedangkan pertumbuhan kuman dihambat oleh adanya asam etilendiamintetraasetat atau sulfat, hal tersebut sangat tergantung pada pabrik pembuat obatnya. Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg) dan pH 7-8. 2,3Propofol adalah 98% protein terikat dan mengalami metabolisme hati untuk metabolit glukuronat, yang akhirnya diekskresikan dalam urin. Efek Klinis: propofol menghasilkan hilangnya kesadaran dengan cepat, dengan waktu pemulihan yang cepat dan langsung kembali pada kondisi klinis sebelumnya (sebagai hasil waktu paruh distribusi yang pendek dan tingkat clearance tinggi). Propofol menekan refleks laring sehingga sangat cocok untuk digunakan dengan perangkat LMA agar dapat dimasukkan dengan lancar. Ada insiden rendah mual dan muntah pasca operasi dan reaksi alergi atau hipersensitivitas.

Efek propofol : Efek pada sistem kardiovaskuler. Induksi bolus 2-2,5 mg/kg dapat menyebabkan depresi pada jantung dan pembuluh darah dimana tekanan dapat turun sekali disertai dengan peningkatan denyut nadi. Ini diakibatkan Propofol mempunyai efek mengurangi pembebasan katekolamin dan menurunkan resistensi vaskularisasi sistemik sebanyak 30%. Pengaruh pada jantung tergantung dari : Pernafasan spontan mengurangi depresi jantung berbanding nafas kendali Pemberian drip lewat infus mengurangi depresi jantung berbanding pemberian secara bolus Umur makin tua usia pasien makin meningkat efek depresi jantung2,3 Efek pada sistem pernafasan Dapat menurunkan frekuensi pernafasan dan volume tidal, dalam beberapa kasus dapat menyebabkan henti nafas kebanyakan muncul pada pemberian diprivan (propofol). Pada 25%-40% kasus Propofol dapat menimbulkan apnoe setelah diberikan dosis induksi yang bisa berlangsung lebih dari 30 detik.2,3

Dosis dan penggunaana. Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kg IV.b. Sedasi : 25 to 75 g/kg/min IV.c. Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 - 150 g/kg/min IV (titrasi sampai efek yang diinginkan), bolus IV 25-50 mg.d. Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila digabung penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.e. Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk mendapatkan konsentrasi yang minimal 0,2%.f. Propofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus berada dalam lingkungan yang steril dan hindari profofol dalam kondisi sudah terbuka lebih dari 6 jam untuk mencegah kontaminasi dari bakteri. 2,3

Efek SampingDapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75% kasus. Nyeri ini bisa muncul akibat iritasi pembuluh darah vena, nyeri pada pemberian propofol dapat dihilangkan dengan menggunakan lidokain (0,5 mg/kg) dan jika mungkin dapat diberikan 1 sampai 2 menit dengan pemasangan torniquet pada bagian proksimal tempat suntikan, berikan secara I.V melaui vena yang besar. Gejala mual dan muntah juga sering sekali ditemui pada pasien setelah operasi menggunakan propofol. Propofol merupakan emulsi lemak sehingga pemberiannya harus hati hati pada pasien dengan gangguan metabolisme lemak seperti hiperlipidemia dan pankreatitis. Pada setengah kasus dapat menyebabkan kejang mioklonik (thiopental < propofol < etomidate atau methohexital). Phlebitis juga pernah dilaporkan terjadi setelah pemberian induksi propofol tapi kasusnya sangat jarang. Terdapat juga kasus terjadinya nekrosis jaringan pada ekstravasasi subkutan pada anak-anak akibat pemberian propofol.4Propofol tidak diizinkan untuk digunakan pada anak-anak berusia kurang dari 3 tahun. Ada laporan kematian tak terduga pada anak-anak karena asidosis metabolik dan kegagalan miokard setelah penggunaan jangka panjang di ICU.

TiopentonTiopental sekarang lebih dikenal dengan nama sodium Penthotal, Thiopenal, Thiopenton Sodium atau Trapanal yang merupakan obat anestesi umum barbiturat short acting, tiopentol dapat mencapai otak dengan cepat dan memiliki onset yang cepat (30-45 detik). Dalam waktu 1 menit tiopenton sudah mencapai puncak konsentrasi dan setelah 5 10 menit konsentrasi mulai menurun di otak dan kesadaran kembali seperti semula. Dosis yang banyak atau dengan menggunakan infus akan menghasilkan efek sedasi dan hilangnya kesadaran.2Dapat menyebabkan hilangnya kesadaran tetapi menimbulkan hiperalgesia pada dosis subhipnotik, menghasilkan penurunan metabolisme serebral dan aliran darah sedangkan pada dosis yang tinggi akan menghasilkan isoelektrik elektroensepalogram.Thiopental turut menurunkan tekanan intrakranial. Manakala methohexital dapat menyebabkan kejang setelah pemberian dosis tinggi. 2Menurunkan tekanan darah dan cardiac output ,dan dapat meningkatkan frekwensi jantung, penurunan tekanan darah sangat tergantung dari konsentrasi obat dalam plasma. Hal ini disebabkan karena efek depresinya pada otot jantung, sehingga curah jantung turun, dan dilatasi pembuluh darah. Iritabilitas otot jantung tidak terpengaruh, tetapi bisa menimbulkan disritmia bila terjadi retensi CO2 atau hipoksia. Penurunan tekanan darah yang bersifat ringan akan pulih normal dalam beberapa menit tetapi bila obat disuntik secara cepat atau dosisnya tinggi dapat terjadi hipotensi yang berat. Hal ini terutama akibat dilatasi pembuluh darah karena depresi pusat vasomotor. Dilain pihak turunnya tekanan darah juga dapat terjadi oleh karena efek depresi langsung obat pada miokard. 2Menyebabkan depresi pusat pernafasan dan sensitifitas terhadap CO2 menurun terjadi penurunan frekwensi nafas dan volume tidal bahkan dapat sampai menyebabkan terjadinya asidosis respiratorik. Dapat juga menyebabkan refleks laringeal yang lebih aktif berbanding propofol sehingga menyebabkan laringospasme.

DosisDosis yang biasanya diberikan berkisar antara 3-5 mg/kg. Untuk menghindarkan efek negatif dari tiopental tadi sering diberikan dosis kecil dulu 50-75 mg sambil menunggu reaksi pasien. 2

Efek sampingEfek samping yang dapat ditimbulkan seperti alergi, sehingga jangan memberikan obat ini kepada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap barbiturat, sebab hal ini dapat menyebabkan terjadinya reaksi anafilaksis yang jarang terjadi, barbiturat juga kontraindikasi pada pasien dengan porfiria akut, karena barbiturat akan menginduksi enzim d-aminoleuvulinic acid sintetase, dan dapat memicu terjadinya serangan akut. Iritasi vena dan kerusakan jaringan akan menyebakan nyeri pada saat pemberian melalui IV, hal ini dapat diatasi dengan pemberian heparin dan dilakukan blok regional simpatis. 2,5 Suntikan arteri atau ekstravaskular (khususnya dengan konsentrasi di atas 5%) menimbulkan nekrosis, gangrene.

KetaminKetalar sebagai nama dagang yang pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun 1965 yang digunakan sebagai anestesi umum.Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk.Ketamin juga sering menebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence phenomena.Ketamin lebih larut dalam lemak sehingga dengan cepat akan didistribusikan ke seluruh organ.10 Efek muncul dalam 30 60 detik setelah pemberian secara I.V dengan dosis induksi, dan akan kembali sadar setelah 15 20 menit. Jika diberikan secara I.M maka efek baru akan muncul setelah 15 menit. 2,3Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari (cataleptic appearance), seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Itu merupakan efek anestesi dissosiatif yang merupakan tanda khas setelah pemberian Ketamin. Apabila diberikan secara intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada periode pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan darah intrakranial. 2Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa meningkatkan tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat efek inotropik positif dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi. dapat menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat pilihan pada pasien asma. 2,5

Dosis dan pemberianKetamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak anak. Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara IV atau IM. Dosis induksi adalah 1 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan.Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Pemberian secara intermitten diulang setiap 10 15 menit dengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai. Dosis obat untuk menimbulkan efek sedasi atau analgesic adalah 0,2 0,8 mg/kg IV atau 2 4 mg/kg IM atau 5 10 g/kg/min IV drip infus.

Efek sampingDapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada mulut,selain itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia. 2,5

RUMATAN ANESTESIA

Rumatan anesthesia dapat dilakukan secara :1. Intravena (TIVA)2. Inhalasi3. Campuran intravena dan inhalasiRumatan anesthesia biasanya mengacu trias anesthesia yaitu tidur ringan (hypnosis) sekedar tidak sadar, analgesia cukup, diusahakan agar pasien selama bedah tidak menimbulkan nyeri dan relaksasi otot lurik yang cukup. Anestesia inhalasi yang umum digunakan, yaitu : N2O Halotan Enfluran Isofluran Sevofluran

N2O N2O (gas gelak, laughing gas, nitrous oxide) dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau manis, tidakiritasi, tidak terbakarm beratnya 1,5 kali berat udara. Pemberian anesthesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Gas ini bersifat anestetik lemah tetapi analgesia kuat, sehingga sering digunakan untuk mengurangi nyeri menjelang persalinan. Pada anesthesia inhalasi jarang digunakan sendiri, tetapi dikombinasikan dengan salah satu cairan anestetik lainnya seperti halotan dan sebagainya. Pada akhir anesthesia setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi pengenceran O2 dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk mengatasinya diberikan O2 100% selama 5-10 menit. 7

Waktu awitan : inhalasi 2-5 menitAbsorpsi: cepat melalui paruMetabolisme : tubuh 1% terhadap uterus hamil menyebabkan relaksasi dan kurang responsif jika diantisipasi dengan oksitosin, sehingga dapat menyebabkan perdarahan paska persalinan. Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis biasa jika menggunakan isofluran.7

Waktu Awitan : 7 10 menitDurasi: tergantung konsentrasi darah saat dihentikanMetabolisme : hepas minimalEkskresi: ekshalasi gas

PELUMPUH OTOT

Pelumpuh otot terdiri dari 2 golongan, yaitu :1. Pelumpuh otot depolarisasia. Succynilcholineb. Dekametonium2. Pelumpuh otot non-depolarisasia. Short acting : Mivacuriumb. Intermediate acting : Atracurium, Cis-atracurium, Vecuronium dan Rocuroniunc. Long acting: Pancuronium, Doxacuronium, dan PipecuroniumGolongan non-depolarisasi merupakan senyawa yang larut dalam air sehingga tidak menembus sawar otak dan plasenta.

Atrakurium BesilatAtrakurium merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang mempunya struktur benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman Leontice Leontopeltalum. Beberapa keunggulan atrakurium dibandingkan dengan obat terdahulu antara lain : Metabolisme terjadi didalam darah (plasma) terutama melalui suatu reaksi kimia unik yang disebut eliminasi Hoffman Reaksi ini tidak tergantung ada fungsi ginjal dan hati. Tidak mempunyai efek kumulasi pada pemberian berulang. Tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskuler yang bermakna

DosisDosis intubasi: 0,5 0,6 mg/kgbb/IVDosis relaksasi otot: 0,5 0,6 mg/kgbb/IVDosis pemeliharaan: 0,1 0,2 mg/kgbb/IV

Mula dan lama kerja atrakurium bergantung pada dosis yang dipakai. Pada umumnya mula kerja atrakurium pada dosis intubasi adalah 2 3 menit, sedangkan lama kerja atrakurium dengan dosis relaksasi 15 35 menit.Pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan (sesudah lama kerja obat berakhir) atau dibantu dengan pemberian antikolinesterase.

REVERSE

ProstigminDigunakan untuk reverse dari relaksan otot depolarisasi, pengobatan miastenia gravia, ileus dan retensi urin paska bedah, pengobatan tambahan takikardi sinus dan supraventrikuler.

Dosis : IV lambat, 0,05 mg/kgbb (dosis maksimal 5 mg)Eliminasi : hati, esterase plasmaAksi awitan: IV < 3menitLama aksi: IV 40 60 menit

Prostigmin menghambat hidrolisis asetilkolin melalui kompetisi dengan asetilkolin untuk perlekatan dengan asetilkolinesterase dan menimbulkan akumulasi asetilkolin yang mempermudah transmisi impuls melintasi sambungan neuromuscular. Jika digunakan untuk reverse blockade neuromuscular, efek kolinergik muskarinik (sakivasi, bradikardia) dapat dicegah dengan menggunakan bersama atropine atau glikopirolat.

Efek samping : Kardiovaskular Aritmia, hipotensi, takikardi, AV blok, henti jantung, sinkop, kemerahan, ritme nodal Sistem saraf pusat Kejang, disartria, disponia, hilang kesadaran, gelisah, sakit kepala Dermatologis Kulit kemerahan, thrompoflebitis, urtikaria Gastrointestinal Hiperperistaltik, mual, muntah, hipersalivasi, kram perut, disfagia, flatulensi Neuromuskular Kelemahan, fasikulasi, kram otot, spasme, atralgia Okular Pupil miosis, lakrimasi Respiratori Sekresi bronchial meningkat. Laringiospasme, bronkokonstriksi, depresi napas, bronkospasme Lain-lain Anafilaksis

Sulfas Atropin2,3Tujuan pemberian sulfas atropine untuk pengobatan bradikardia sinus, vagolitik (premedikasi), reverse dari blockade neuromuscular, terapi tambahan untuk bronkospasme dan tukak lambung.

Dosis Reversi blokade neuromuskular : IV 0,015 mg/kg dengan antikolinesterasi neostigmin IV 0,05 mg/kgAksi awitan: 45 60 detikLama aksi: blockade vagal 1 2 jamEliminasi: hati dan ginjal

Efek sulfas atropine : Menurunkan sekresi saliva, bronkus, lambung dan merelaksasi otot polos bronkus Menekan tonus dan motilitas gastrointestinal, sfingter esophagus bagian bawah dan menaikkan tekanan intraokuler (karena dilatasi pupil) Dosis yang besar dapat meningkatkan suhu tubuh dengan mencegah sekresi keringat Blokade vagus perifer dari sinus dan nodus AV meningkatkan nadi Penurunan sementara nadi pada dosis yang kecil disebabkan oleh efek agonis kolinergik muskarinik perifer yang lemah Pada dosis yang tinggi merangsang dan kemudian depresi medulla dan pusat otak yang lebih tinggi

Efek samping sulfas atropine : Kardiovaskular Takikardia (dosis tinggi), bradikardia (dosis rendah), palpitasi Respirasi Depresi pernapasan Sistem saraf pusat Kebingungan, halusinasi, kegugupan Gastrointestinal Refleks gastroesofagus Mata Midriasis, penglihatan kabur, peningkatan tekanan intraocular Dermatologi Urtikaria Lain-lain Keringat berkurang, alergi

ANALGETIK

TramadolTramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghambat sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Disamping itu tramadol menghambat pelepasan neurotransmiter dari saraf aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat. Tramadol peroral diabsorpsi dengan baik dengan bioavailabilitas 75%. Tramadol dan metabolitnya diekskresikan terutama melalui urin dengan waktu 6,3 7,4 jam.Tramadol digunakan ntuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca pembedahan.Dosis : Dewasa dan anak di atas 16 tahun : Dosis umum : dosis tunggal 50 mg. Dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan nyeri, apabila masih terasa nyeri dapat ditambahkan 50 mg setelah selang waktu 4 6 jam. Dosis maksimum 400 mg sehari. Dosis sangat tergantung pada intensitas rasa nyeri yang diderita. Penderita gangguan hati dan ginjal dengan bersihan klirens < 30 mL/menit : 50 100 mg setiap 12 jam, maksimum 200 mg sehari. Dosis yang dianjurkan untuk pasien dengan cirrhosis adalah 50 mg setiap 12 jam.Efek samping yang umum terjadi seperti pusing, sedasi, lelah, sakit kepala, pruritis, berkeringat, kulit kemerahan, mulut kering, mual, muntah, dispepsia dan konstipasi.5,7

DAFTAR PUSTAKA

1. Muhardi M, Roesli T, Sunatrio, Ruswan D. Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1989.2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Departement Farmakologi dan Terapeutik Ed 5 farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru. 20073. Mangku G,dkk. Buku Ajar Ilmu Anasthesia dan Reanimasi. Cetakan pertama. Jakarta : Universitas Udayana Indeks. 20104. Jaideep J Pandit. Intravenous Anaesthetic Drug. 2007. Anaesthesia And Intensive Care Medicine 9:4. Diunduh dari : http://www.philippelefevre.com/downloads/basic_sciences_articles/iv-anaesthetic-agents/intravenous-anaesthetic-agents.pdf5. Omoigui, S. Obat-obatan Anastesia. EGC : Jakarta. 19976. Mansjoer A, Triyanti K, Wardhani WI. Et all (editor). Kapita Selekta Kedokteran. Cetakan keenam : Media Aesculapius FK UI. 20077. Latief SA. Suryadi KA. Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi dan Terapi Intensif Edisi 3. Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007