referat forensik

37
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami-istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. Menurut WHO dari seluruh dunia sekitar 50-80 juta pasangan suami istri mempunyai masalah dengan infertilitasnya, dan diperkirakan sekitar dua juta pasangan infertil baru akan muncul tiap tahunnya dan terus meningkat. 1 Sebagai upaya pertolongan dan pengobatan untuk masalah infertilitas pada pasangan suami istri ada beberapa alternatif yang salah satunya adalah bayi tabung atau IVF (In Vitro Fertilitation) 1. Bayi tabung atau In Vitro Fertilitation adalah proses dimana sel telur dibuahi oleh sperma di luar uterus atau di luar tubuh wanita. 1 Penyelidikan IVF dimulai di Inggris oleh Robert Edwards dan Patrick Steptoe, yang berhasil melahirkan bayi tabung pertama di dunia pada tahun 1978, diikuti bayi tabung kedua (pertama di Amerika Serikat) pada tahun 1981 di Norfolk. Sedangkan di Indonesia bayi

Upload: stephanie-roman

Post on 05-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

forensik

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Infertilitasadalah suatu kondisi dimana pasangan suami-istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.Menurut WHO dari seluruh dunia sekitar 50-80 juta pasangan suami istri mempunyai masalah dengan infertilitasnya, dan diperkirakan sekitar dua juta pasangan infertil baru akan muncul tiap tahunnya dan terus meningkat.1Sebagai upaya pertolongan dan pengobatan untuk masalahinfertilitas pada pasangan suami istri ada beberapa alternatif yang salah satunya adalah bayi tabung atau IVF (In Vitro Fertilitation)1. Bayi tabung atau In Vitro Fertilitation adalah proses dimana sel telur dibuahi oleh sperma di luar uterus atau di luar tubuh wanita.1Penyelidikan IVF dimulai di Inggris oleh Robert Edwards dan Patrick Steptoe, yang berhasil melahirkan bayi tabung pertama di dunia pada tahun 1978, diikuti bayi tabung kedua (pertama di Amerika Serikat) pada tahun 1981 di Norfolk. Sedangkan di Indonesia bayi tabung pertama lahir pada tanggal 2 Mei 1988 di Jakarta oleh program Melati RSAB Harapan Kita.2Pada awalnya, bayi tabung diusahakan untuk istri yang mengalami kerusakan kedua tuba. Setelah itu ternyata tingkat keberhasilannya meningkat sampai 20% melalui transfer embrio, indikasinya pun diperluas mencakup: kerusakan kedua tuba, faktor suami (ligospermia), faktor serviks abnormal, faktor immunologik, infertilitas karena endometriosis.

Seiring perkembangan zaman, pasangan yang sebenarnya subur sekarang sudah mengikuti juga program IVF dengan alasan sebagian para wanitaingin menjaga postur tubuh agar tetap indah dan terjaga, selain itu juga, ada sebagian wanita yang ingin mempunyai anak tanpa melakukan hubungan seksual (tanpa menikah) misalnya mengambil sperma orang lain untuk ditrasfer ke rahimnya agar wanita tersebut mempunyai anak, dan ada juga pasangan yang mengalami kelainan seksual seperti homoseksual danlLesbian yang ingin mempunyai anak bisa saja melakukan program IVF atau bayi tabung dengan mengambil sperma atau sel telur orang lain.I.2 Tujuan Pembuatan ReferatBerdasarkan latarbelakang di atas,maka tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :1. Untuk mengetahui bayi tabung dipandang dari aspek medis2. Untuk mengetahui bayi tabung dipandang dari aspek hukum3. Untuk mengetahui tabung dipandang dari aspek etika4. Untuk menjelaskan bayi tabung dipandang dari aspek agama

I.3 Manfaat Pembuatan Referat1. Makalahini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi penyusun makalahselanjutnya.2. Dapat dijadikan sebagai tambahan referensikhususnyatentang konsepsi buatan.

3. Dapat menambah pengetahuan tentang eksistensi bioteknologi beserta dampaknya pada manusia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Bayi Tabung dalam sudut pandang medis

Bayi tabung adalah suatu metode untuk mengatasi masalah kesuburan (keturunan) dimana akan dilakukan bila metode lainnya sudah tidak berhasil. 3 Teknologi bayi tabung dan inseminasi buatan merupakan upaya kehamilan diluar cara alamiah, hasil terapan sains modern yang pada prinsipnya bersifat netral sebagai bentuk kemajuan ilmu kedokteran dan biologi.Prosedur bayi tabung:4Adapun beberapa tahap-tahap pelaksanaan prosedurbayi tabung adalahsebagaiberikut:

1. Pemeriksaanpenyaringpasutridimana disini akan dilakukan melalui peninjauan kembali catatan medis pengelolaan infertilitas,untuk meyakinkan bahwa pengelolaan infertilitastelahdilakukan selengkapnya.2. Pemilihan protocol stimulasia. Tanpastimulasi : siklus haid normal + hCG ( human chorionic gonadotropin )b. Clomiphene Citrat ( CC ) + hCGc. hMG ( human Menopausal Gonadotropin ) + hCGd. CC + hMG + hCGe. FSH ( follicle stimulating hormone ) Murni +hCG + hMG + hCG + CC + hCG+ hMG + CC + hCGf. GnRHa ( Gonadotropin releasing hormone analogue ) + hMG + hCG3. GnRH ( Gonadotropin releasing hormone ) + hCG4. Stimulasiindungtelur yang dijadwalkanTujuanstimulasiindungtelur adalah untuk menstimulasi perkembangan folikel yang mengandung oosit matang sebanyak mungkin agar mudah diaspirasi pada saatsebelumterjadiovulasi.5. PemantauanperkembanganfolikelWalaupun sebagian besar tim konsepsi buatanmemakai kombinasi pemeriksaan USG, kadar E2dan LH untuk memantau perkembangan folikel, bahkan dengan pemeriksaan mucus serviks, tetapi belum ada consensus tentang apa yang dianggap stimulasi dan pemantauan folikel yang baik. Kalau tentang stimulasi yang kurangbaik terdapat lebih banyak kesepakatan, seperti kadar E2yang rendah atau yang kadarnya meningkat lambat, terlampau sedikit folikel yang terbentuk atau hanya terdapat satu folikel yang dominan, turunnya kadar E2sebelum atau sesudah suntikan hCG, puncak LH yang premature, dan kalau timbul keluhan akibat pengobatan, seperti demam atau gatal-gatal, merupakan indikasi untuk menghentikan stimulasi.6. Pengambilan Ovum

Pada pertama kalinya dilakukan melalui laparoskopi dengan 2 atau 3 tusukan.Jarum aspirasi dimasukan melalui alat laparoskop atau melalui tusukan khusus.Berbagai alat pengisap oosit telah dipakai, sempritan 50 Dan alat pengisap dengan tekanan 150 mmHg.Kini PO dapat dilakukan lebih mudah secara transvaginal dengan bimbingan USG.7. PersiapandanprosedurlaboratoriumSeluruh prosedur laboratorium konsepsi buatan perludipersiapkan seoptimal mungkin.laboratorium yang letaknya bersebelahan dengan kamar PO akan memudahkan transportasi embrio. Beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah air radiator yang digunakan, incubator CO2, laminar air flow, mikroskop, alat habispakai, system fertilisasi, dan aliran listrik haruslah dalam keadaan prima.Cairan pungsi harus segera dibawa kelaboratorium dan pencairan oosit dibawah mikroskop segera dilakukan. Kalau cairan folikel itu jernih, dengan mata telanjang akan tampak muculsebagai gumpalan putih yang mungkin berisikan oosit. Oosit dibersihkan dari gumpalan darah lalu dimasukkan kedalam medium biakan dalam cawan petri. Semua oosit yang diperoleh segera dimasukkan kedalam incubator CO2, setelah terlebih dahulu dinilai tingkat kematangannya. Penilaian tingkat kematangan ini perlu untuk menentukan saat inseinasi yang tepat. Oosit yang matang, antara lain ditandai dengan cumulus yang menyebar dan koronanya padat. Berbagai jenis medium yang akan dipakai, harus terlebih dahulu diuji,Baik parameter fisiknya,(pH, Osmolaritas, Suhu), maupun efek biologiknya (perkembangan embrio tikus percobaan, uji ketahanan sperma).Saat inseminasi ditentukan menurut tingkat kematangan oosit. Untuk oosit yang matang , inseminasi dilakukan 5-6 jam setelah oosit diinkubasikan, yang terlalu matang setelah 3 jam, dan yang belum matang setelah 24-36 jam. Teknik pengolahan sperma dapat dilakukan dengan berbagai cara dari yang paling sederhana seperti swim-up, sampai yang paling canggihseperti pemisahan sperma dengan berbagai konsentrasi larutan percoll, yang semuanya bertujuan untuk memperoleh sperma motil yang terbaik. Umumnya inseminasi dilakukan dengan sperma yang telah diolah dengan konsentrasi 50.000 100.000/ml.8. Perkembangandalam media biakanTerjadinya fertilisasi dimulai 18-20 jam setelah inseminasi.Fertilisasi yang normal ditandai dengan adanya 2 inti (pronukleus), yang harusdibedakan secara cermat dari fertilisasi yang abnormal (polispermia) yang ditandaidengan adanya lebih dari 2 pronukleus.

Oosit yang sudah dibuahi ( zigot ) dipindahkan kedalam medium segar, kemudian segera di inkubasikan dalam inkubasi CO2, terjadinya fertilisasi tergantung dari banyaknya hal, yang terpenting adalah kualitas dan kuantitas oosit serta sperma. Tingkat fertilisasi 60% dapat dikatakan cukupbaik. Kira-kira sekitar 24 jam sekitar inseminasi, oosit yang sudah dibuahi itu dikeluarkan dari incubator yang biasanya sudah mencapai stadium embrio dengan tingkat pembuahan 2-6 sel. dari semua embrio itu dipilih 4 embrio yang terbaik yang ditentukan berdasarkan morfologinya. Embrio yang terpilih kemudian dimasukkan kedalam medium biakan segar dengan suplemen protein9. PemindahanEmbrio

Dilakukan 42-44 jam setelah inseminasi, pada waktu embrio telah mencapai stadium 2-6 sel. Pada umumnya PE dilakukan dengan isteri dalam sikap litotomi, didampingi oleh suaminya. Tim yang lain melakukan dalam sikap litotomi kalau seterusnya intervensi dan dalam sikap dengkul-dada kalau uterusnya retroverni PE dilakukan dengan memakai kateter Teflon halus. Kadang-kadang diperlukan bantuan kanula logam untuk membimbing kateter masukkedalamrongga uterus.10. Pemantauan fase lutealKebanyakan tim konsepsi buatan memberikan suntikan atauprogesterone dalam fase luteal. Tidak cukup bukti untuk mendukung pengobatan ini, karena beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pengeluaran progesterone akan berlangsung normal setelah dilakukan aspirasi ovum. Namun ada juga yang melaporkan terjadinya fase luteal pendek setelah dilakukan protocol superovulasi.11. Diagnosis kehamilanKalau terjadi kehamilan, uji Beta-hCG akan memberikan hasil yang positif .tingkat keberhasilan kehamilan berbeda-beda diantara berbagai tim konsepsi buatan. Pada umumnya sekitar 20% pasutri akan mengalami kehamilan setelah dilakukan PE. Walaupun demikian, keberhasilan lebih tergantung dari banyaknya oosit yang berhasil diaspirasi, dan banyaknya embrio yang dipindahkan.12. Analisa sebab kegagalana. Ovulasi premature atau ova gagal untuk dibuahi.b. Oosit belum matang atau tidak normal. Inseminasi dilakukan pada saat yang kurang tepat.c. Keadaan hormonal/kesehatan isteri kurang menguntungkan oosit.d. Parameter stimulasi mungkin tidak sebaik yang diharapkan.e. Embrio yang dipindahkan gagal untuk berimplantasi. Hal ini merupakan satu-satunya masalah terbesar yang dialami oleh semua program konsepsi buatan pada masa kini.f. Spermatozoa kurang baik kualitasnya.g. Perkembangan endometrium kurang baik atau tidak sinkron untuk terjadinya implantasi yang baik.13. PerawatanKalau konsepsi buatan berhasil, pelayanan obstetriknya tidak jauh berbeda dengan konsepsi alamiah.Konsepsi buatan bukan merupakan indikasi untuk dilakukan amniosintesis atautindakan-tindakan obstetric lainnya.14. Pertimbangan PsikologiBagian terpenting dari program konsepsi buatan adalah konseling pasca konsepsi buatan yang gagal, karena kira-kira 80% pasutri akan mengalaminya. Konseling ini bertujuan untuk meringankan pasutri dari segala kekecewaan dan kesedihan karena kegagalan yang baru saja dialaminya.Reaksi kesedihan pasutri dapat disamakan dengan kesedihan setelah mengalami keguguran atau kematian anak yang sangat diinginkannya. Gambar 1. Prosedur IVF

EfektifitasTingkat keberhasilan Program bayi tabung di Indonesia:a) Embrio yang berhasil terjadi 90 %b) Kehamilan yang berhasil 30-40 %c) Peluang keguguran 20-25 %Tingkat peluang keberhasilan sangat ditentukan oleh usiawanitanya:1. Diatas 42 tahun 0%.2. 38 tahun s/d 42 tahun 10-11%3. 30 tahun s/d 38 tahun 25-35%4. Dibawah 30 tahun 35-40%AdapunPersyaratanPasangan suami istri yang berminat mengikuti program bayi tabung ini harus memenuhi persyaratansebagai berikut:a. Mereka adalah pasangan suami istri sah, sudah menikah 12 bulan atau lebih, usia istri harus di bawah 42 tahun, dan mengikuti pemeriksaan fertilitas.b. Sudah mendapatkan konseling khusus mengenai program fertilisasi in vitro, prosedur, biaya, kemungkinan keberhasilan atau kegagalan serta komplikasinya, siap biaya serta siap hamil, melahirkan, dan memelihara bayinya.c. Jika melihat faktor kesuburan, untuk wanita idealnya berumur antara 30-35 tahun. Artinya, pada umur-umur tersebut persentase keberhasilan program bayi tabung lebih tinggi jika dibandingkan usia wanita yang lebih tua (36-40 tahun)Adapun kelemahan dari inseminasi buatan ini adalah sebagai berikut :a. Dalam pembuahan normal, antara 50.000-100.000 sel sperma, berlomba membuahi 1 sel telur. Dalam pembuahan normal, berlaku teori seleksi alamiah dari Charles Darwin, dimana sel yang paling kuat dan sehat adalah yang menang. Sementara dalam inseminasi buatan, sel sperma pemenang dipilih oleh dokter atau petugas labolatorium. Jadi bukan dengan sistem seleksi alamiah. Di bawah mikroskop, para petugas labolatorium dapat memisahkan mana sel sperma yang kelihatannya sehat dan tidak sehat. Akan tetapi, kerusakan genetika umumnya tidak kelihatan dari luar. Dengan cara itu, resiko kerusakan sel sperma yang secara genetik tidak sehat, menjadi cukup besar.b. Belakangan ini, selain faktor sel sperma yang secara genetik tidak sehat, para ahli juga menduga prosedur inseminasi memainkan peranan yang menentukan. Kesalahan pada saat injeksi sperma, merupakan salah satu faktor kerusakan genetika. Secara alamiah, sperma yang sudah dilengkapi enzim bernama akrosomberfungsi sebagai pengebor lapisan pelindung sel telur. Dalam proses pembuahan secara alamiah, hanya kepala dan ekor sperma yang masuk ke dalam inti sel telur. Sementara dalam proses inseminasi buatan, dengan injeksi sperma, enzim akrosom yang ada di bagian kepala sperma juga ikut masuk ke dalam sel telur. Selama enzim akrosom belum terurai, maka pembuahan akan terhambat. Selain itu prosedur injeksi sperma memiliko resiko melukai bagian dalam sel telur, yang berfungsi pada pembelahan sel dan pembagian kromosom.c. Keberhasilan masih belum mencapai 100 %, Di Rumah SakitHarapan Kita, tingkat keberhasilannya 50 %, sedangkan di RSCMsebesar 30-40 %d. Memerlukan waktu yang cukup lamae. Biaya mahal, berkisar >60 jutaf. Tidak bisa sekali melakukan proses langsung jadi, tetapi besar kemungkinan untuk di lakukan pengulangan.Ada beberapa faktor faktor yang menyebabkan kegagalan pada proses bayi tabung, diantaranya adalah:

1. Sel Telur yang tumbuh tidak ada / tidak mencukupi.2. Tidak terjadi pembuahan3. Embrio tidak menempel dinding rahim4. KeguguranII.2 Bayi Tabung Dalam Sudut Pandang AgamaAspek hukum penggunaan bayi tabung didasarkan kepada sumber sperma dan ovum,serta rahim.Dalam hal ini hukum bayi tabung ada tiga macam,yaitu: Bayi tabung yang dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami istri sendiri serta tidak ditrannsfer kedalam rahim wanita lainwalau istrinnya sendiri selain pemilik ovum (bagi suami istri yang berpoligami) baik dengan tehnik FIV maupun GIFT, hukumnya adalah mubah,asalkan kondisi suami istri itu benar-benar membutuhkan bayi tabung (inseminasi buatan) untuk memperoleh anak, lantaran dengan cara pembuahan alami, suami istri itu sulit memperoleh anak.Padahal anak merupakan suatu kebutuhan dan dambaan setiap keluarga.Disamping itu,salah satu tujuan dari perkawinan adalah untuk memperoleh anak dan keturunan yang sah serta bersih nasabnya.Jadi, bayi tabung merupakan suatu hajat (kebutuhan yang sangat penting) bagi suami istri yang gagal memperoleh anak secara alami.Dalam hal ini kaidahfiqihmenentukanbahwaHajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa (emergency) padahal keadaan darurat/terpaksa membolehkan melakukan hal-hal yang terlarang. Bayi tabung yang dilakukan dengan menggunakan sperma dan atau ovum dari donor, haram hukumnya karena hukumnya sama dengan zina, sehingga anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung tersebut tidak sah dan nasabnya hanya dihubungkan dengan ibu (yang melahirkan)-Nya. Termasuk juga haram system bayi tabung yang menggunakan sperma mantan suami yang telah meninggal dunia, sebab antara keduanya tidak terikat perkawinan lagi sejak suami meninggal dunia. Haram hukumnya bayi tabung yang diperoleh dari sperma dan ovum dari suami istri yang terikat perkawinan yang sah tetapi embrio yang terjadi dalam proses bayi tabung ditransfer kedalam rahim wanita lain atau bukan ibu genetic (bukan istri atau istri lain bagi suami yang berpoligami),haram hukumnya.Jelasnya, bahwa bayi tabung yang menggunakan rahim rental, adalah haram hukumnya. Ini berarti bahwa kondisi darurat tidak mentolerir perbuatan zina atau bernuansa zina.Zina tetap haram walaupun darurat sekalipun.Alasan-alasan haramnya bayi tabung dengan menggunakan sperma dan atau ovum dari donor atau ditransfer kedalam rahim wanita lain,adalah:1. Firman Allah dalam QS.Al-Isra:70 mengatakan bahwa; yang artinya sesungguhnya kami telah memuliakan manusiaDalam hal ini bayi tabung dengan menggunakan sperma dan atau ovum dari donor itu pada hakekatnya merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan yang diinseminasi, padahal tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia.2. Hadist nabi Muhammad SAW:Hadist ini tidak saja mengandung arti penyiramansperma kedalam vagina seorang wanita melalui hubungan seksual, melainkan juga mengandung pengertian memasukkan sperma donor melalui proses bayi tabung, yaitu percampuran sperma dan ovum diluar rahim, yang tidak diikat perkawinan yang sah.Padahal hubungan biologis antara suami istri,disamping untuk menikmati karunia Allah dalam menyalurkan nafsu seksual, terutama dimaksudkan untuk mendapatkan keturunan yang halal dan diridhoi Allah.Karena itu sperma seorang suami hanya boleh ditumpahkan pada tempat yang dihalalkan oleh Allah, yaitu istri sendiri.Dengan demikian bayi tabung dengan cara mencampurkan sperma dan ovum donor dari orang lain identik dengan prositusi terselubung yang dilarang oleh syariat islam.Yang berbunyi ;

tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyiramkan air (sperma)-Nya kedalam tanaman (vagina istri) orang lain.(HR Abu Daud dari Ruwaifa bin Sabit).

3. Kaidah FiqihDalamhalinimasalah bayi tabung dengan menggunakan donor adalah membantu pasangan suami istri dalam mendapatkan anak, yang yang secara alamiah kesulitan memperoleh anakkarenaadanya hambatan alami menghalangi bertemunya sel sperma dengan sel telur (misalnya saluran telurnya terlalu sempit atau ejakulasi (pancaran sperma)-Nya terlalu lemah.4. Namun demikian, mafsadsah (bahaya) bayi tabung dengan donor jauh lebih besar dari manfaatnya antara lain:a. Percampuran nasab, padahal islam sangat memelihara kesucian, kehormatan dan kemurnian nasab,karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa yang halal dan siapa yang haram dikawini) serta kewarisan ;b. Bertentangan dengan sunatullah atau hokum alam;c. Statusnya sama dengan zina,karena percampuran sperma dan ovum tanpa perkawinan yang sah;d. Anak yang dilahirkan ayi menjadi sumber konflik dalam rumah tangga,terutama bayi tabung dengan bantuan donor akan berbeda sifat-sifat fisik,dan karakter/mental dengan ibu/bapaknya;e. Anak yang dilahirkan melalui bayi tabung yang percampuran nasabnya terselubung dan dirahasiakan donornya, lebih jelek daripada anak adopsi yang umumnya diketahui asal atau nasabnya;f. Bayi tabung dengan menggunakan rahim rental (sewaan) akan lahir tanpa proses kasih aying yang alami (tidak terjalin hubungan keibuan antara anak dan ibunya secara alami).Sehingga akan menimbulkan masalah dikemudian hari. II.3 Bayi Tabung dalam sudut pandang hukumII.3.1 Jikabenihnyaberasaldari Suami IstriJika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik)dari pasangan tersebut. Akibatnyamemilikihubunganmewarisdanhubunan keperdataanlainnya.Jikaketikaembriodiimplantasikan kedalam rahim ibunya di saat ibunya telah bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian mempunyai status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan setelah masa 300 hari, maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak memiliki hubungan keperdataan apapun dengan bekas suami ibunya.Dasar hukum pasal 255 KUHPer.Jikaembriodiimplantasikankedalam rahim wanita lain yang bersuami, maka secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.Dalam hal ini Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sah-nya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA.(Biasanya dilakukan perjanjian antara kedua pasangan tersebut dan perjanjian semacam itu dinilai sah secara perdata barat, sesuai dengan ps. 1320 dan 1338 KUHPer.)II.3.2 Jikasalahsatubenihnyaberasaldari donorJikaSuamimanduldanIstrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasiinvitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang siSuami tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps. 250 KUHPer.Jikaembriodiimplantasikankedalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.II.3.3 Jikasemuabenihnyadari donorJikaselspermamaupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan Suami Istri tersebut karena dilahirkanolehseorangperempuan yang terikatdalam perkawinan yang sah. Jikadiimplantasikankedalam rahim seorang gadis maka anak tersebut memiliki status sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat perkawinan secara sah dan pada hakekatnya anak tersebut bukan pula anaknya secara biologis kecuali sel telur berasal darinya.

Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata barat di Indonesia terhadap kemungkinan yang terjadi dalam program fertilisasi-in-vitro transfer embrio ditemukan beberapa kaidah hukum yang sudah tidak relevan dan tidak dapat menutup kebutuhan yang ada serta sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada khususnya mengenai status sahnya anak yang lahir dan pemusnahan kelebihan embrio yang diimplantasikan ke dalam rahim ibunya.

Berdasarkan asas leg spesialis retrograde leg generale dalam ketentuan hukum maka berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia teknologi bayi tabung yang diperbolehkan adalah yang sesuai dengan ketentuan pasal 127 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, dimana sperma dan sel telur berasal dari pasangan suami istri dan ditanamkan dalam rahim istrinya tersebut. Dengan demikian, walaupun terdapat ketentuan lain yang mengatur mengenai hubungan perdata dalam proses inseminasi buatan dan teknologi bayi tabung selain yang diatur UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, ketentuan tersebut akan batal dengan sendirinya demi hukum karena bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lain yang lebih spesifik mengatur masalah tersebut, dalam hal ini UU Kesehatan No. 36 tahun 2009.Di Indonesia, hukum dan perundangan mengenai teknik reproduksi buatan diatur dalam:1. UU Kesehatan no. 36 tahun 2009, pasal 127 menyebutkan bahwa upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal;b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk ituc. Pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 72/Menkes/Per/II/1999 tentang Penyelenggaraan Teknologi Reproduksi Buatan, yang berisikan: ketentuan umum, perizinan, pembinaan, dan pengawasan, Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup. Adapun bunyinya adalah sebagai berikut :

BABIKETENTUAN UMUMPasal 1Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :1) Teknologi reproduksi buatan adalah upaya pembuahan sel telur dengansperma di luar cara alami, tidak termasuk kloning;2) Persetujuan tindakan medik (Informed Consent) adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien;3) Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.4) Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan.BAB IIPERIZINANPasal 2Rumah Sakit dapat memberikan pelayanan teknologi reproduksi buatan setelah mendapat izin dari Direktur Jenderal.Pasal 31) Pelenggaran terhadap ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini dapat dikenakan tindakan administratif.2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa peringatan samapai dengan pencabutan izin penyelenggaraan pelayanan teknologi reproduksi buatan.BAB IVKETENTUAN PERALIHANPasal 11Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo yang telah memberikan pelayanan teknologi reproduksi buatan, berdasarkan peraturan ini dinyatakan diberi izin penyelenggaraan pelayanan, penelitian dan pengembangan dengan ketentuan selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak ditetapkan peraturan ini harus menyesuaikan diri dengan ketentuan peraturan ini.BAB VKETENTUAN PENUTUPPasal 12Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Instruksi Kesehatan Nomor 3794/Menkes/VII/1990 tentang Program Pelayanan Bayi Tabung dinyatakan tidak berlaku lagi.Pasal 131. Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan2. Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.Selanjutnya Keputusan MenKes RI tersebut dibuat Pedoman Pelayanan Bayi Tabung di Rumah Sakit, oleh Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta, DepKes RI, yang menyatakan bahwa:1. Pelayanan teknik reprodukasi buatan hanya dapat dilakukan dengan sel sperma dan sel telur pasangan suami-istri yang bersangkutan.2. Pelayanan reproduksi buatan merupakan bagian dari pelayanan infertilitas, sehingga sehinggan kerangka pelayannya merupakan bagian dari pengelolaan pelayanan infertilitas secara keseluruhan.3. Embrio yang dipindahkan ke rahim istri dalam satu waktu tidak lebih dari 3, boleh dipindahkan 4 embrio dalam keadaan:a. Rumah sakit memiliki 3 tingkat perawatan intensif bayi baru lahir.b. Pasangan suami istri sebelumnya sudah mengalami sekurang-kurangnya dua kali prosedur teknologi reproduksi yang gagal.c. Istri berumur lebih dari 35 tahun.4. Dilarang melakukan surogasi dalam bentuk apapun.5. Dilarang melakukan jual beli spermatozoa, ovum atau embrio.6. Dilarang menghasilkan embrio manusia semata-mata untuk penelitian. Penelitian atau sejenisnya terhadap embrio manusia hanya dapat dilakukan apabila tujuannya telah dirumuskan dengan sangat jelas7. Dilarang melakukan penelitian dengan atau pada embrio manusia dengan usia lebih dari 14 hari setelah fertilisasi.8. Sel telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa manusia tidak boleh dibiakkan in vitro lebih dari 14 hari (tidak termasuk waktu impan beku).9. Dilarang melakukan penelitian atau eksperimen terhadap atau menggunakan sel ovum, spermatozoa atau embrio tanpa seijin dari siapa sel ovum atau spermatozoa itu berasal.10. Dilarang melakukan fertilisasi trans-spesies, kecuali fertilisasi tran-spesies tersebut diakui sebagai cara untuk mengatasi atau mendiagnosis infertilitas pada manusia. Setiap hybrid yang terjadi akibat fretilisasi trans-spesies harus diakhiri pertumbuhannya pada tahap 2 sel.Etika Teknologi Reproduksi Buatan belum tercantum secara eksplisit dalam Buku Kode Etik Kedokteran Indonesia. Tetapi dalam addendum 1, dalam buku tersebut di atas terdapat penjelasan khusus dari beberapa pasal revisi Kodeki Hasil Mukernas Etik Kedokteran III, April 2002. Pada Kloning dijelaskan bahwa pada hakekatnya menolak kloning pada manusia, karena menurunkan harkat, derajat dan serta martabat manusia sampai setingkat bakteri, menghimbau ilmuwan khususnya kedokteran, untuk tidak mempromosikan kloning pada manusia, dan mendorong agar ilmuwan tetap menggunakan teknologi kloning pada :1. sel atau jaringan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan misalnya untuk pembuatan zat antigen monoklonal.2. sel atau jaringan hewan untuk penelitian klonasi organ, ini untuk melihat kemungkinan klonasi organ pada diri sendiri.Jadi, pada dasarnya sperma dan ovum dalam upaya kehamilan melalui bayi tabung adalah milik suami istri yang sah yang pembuahannya dilakukan di luar rahim. Hal ini dilakukan oleh para pasangan suami-istri yang sperma dan ovumnya sulit melakukan pembuahan di dalam rahim. Sehingga harus dilakukan pembuahan di luar rahim dengan bantuan tenaga kesehatan dan teknologi yang ada. Kemudian hasil pembuahan tersebut ditanamkan kembali ke rahim istri dari mana ovum itu berasal. Jadi, anak atau bayi hasil pembuahan melalui bayi tabung ini adalah anak kandung suami istri itu sendiri. Adapun metode atau upaya kehamilan di luar cara alamiah selain yang diatur dalam pasal 127 UU Kesehatan, termasuk ibu pengganti atau sewa menyewa/penitipan rahim, secara hukum tidak dapat dilakukan di Indonesia.Dengan demikian, anak hasil bayi tabung dalam hukum waris termasuk ke dalam ahli waris golongan I yang diatur dalam Pasal 852 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu:

Anak-anak atau keturunan-keturunan, sekalipun dilahirkan dan berbagai perkawinan, mewarisi harta peninggalan para orangtua mereka, kakek dan nenek mereka, atau keluarga-keluarga sedarah mereka selanjutnya dalam garis lurus ke atas, tanpa membedakan jenis kelamin atau kelahiran yang lebih dulu.

Jadi, hukum waris yang berlaku bagi anak hasil bayi tabung adalah sama dengan hukum waris yang berlaku terhadap anak kandung. II.4 Bayi Tabung dalam sudut pandang etika

Program bayi tabung pada dasarnya tidak sesuai denganbudaya dan tradisi ketimuran kita. Meskipun memiliki daya guna tinggi, teknologi ini juga rentan terhadap penyalahgunaan dan kesalahan etika.Aspek Human Rights:Dalam DUHAM dikatakansemua orang dilahirkan bebas dengan martabat yang setara. Pengakuan hak-hak manusia telah diatur di dunia international, salah satunya tentang hak reproduksi.Dalamkasusini, meskipun keputusan inseminasi buatan dengan donor sperma dari laki-laki yang bukan suami wanita tersebut adalah hak dari pasangan suami istri tersebut, namun harus dipertimbangkan secara hukum, baik hukum perdata, hukum pidana, hukum agama, hukum kesehatan serta etika(moral) ketimuran yang berlaku di Indonesia .Di Indonesia sendiribila dipandang dari segi etika, pembuatan bayi tabung tidak melanggar, tapi dengan syarat sperma dan ovum berasal dari pasangan yang sah.Jangan sampai sperma berasal dari bank sperma,atau ovum dari pendonor. Sementara untuk kasus, sperma dan ovum berasal dari suami-istri tapi ditanamkan dalam rahim wanita lain alias pinjam rahim, masih banyak yang mempertentangkan. Bagi yang setuju mengatakan bahwa si wanita itu bisa dianalogikan sebagai ibu susu karena si bayi di beri makan oleh pemilik rahim. Tapi sebagian yang menentang mengatakan bahwa hal tersebut termasuk zina karena telah menanamkan gamet dalam rahim yang bukan muhrimnya. Tetapi sebenarnyaUU Kesehatan no. 36 tahun 2009, pasal 127ditegaskan bahwa Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk membantu suami istri mendapat keturunan, tetapi upaya kehamilan tersebut hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah yaitu: hasil pembuahan sperma dan ovum harus berasal dari pasangan suami istri tersebut, untuk kemudian ditanamkan dalam rahim si istri. Jadi untuk saat ini wacana SurrogatesMother di Indonesia tidak begitu saja dapat dibenarkan.Untuk pemilihan jenis kelaminpun sebenarnya secara teknis dapat dilakukan pada inseminasi buatan ini.Dengan melakukan pemisahan kromosom X dan Y, baru kemudian dilakukan pembuahan in-vitro sesuai dengan jenis kelamin yang diinginkan.Banyak masalah norma dan etik dalam teknologi ini yang jadi perdebatan banyak pihak, tetapi untuk pandangan profesi kedokteran mungkin dapat mengarah kesimpulan dariPerspektif Etika dalam Perkembangan Teknologi Kedokteranyang disampaikan oleh dr. Mochamad Anwar, SpOG dalam Seminar Nasional Continuing Medical Education yang diselenggarakan di Auditorium FK UGM tanggal 10 Januari 2009, dimana aspek etika haruslah menjadi peganganbagi setiap dokter, ahli biologi kedokteran serta para peneliti di bidang rekayasa genetika, yang didasarkan pada Deklarasi Helsinki antara lain:

1. Riset biomedik pada manusia harus memenuhi prinsip-prinsip ilmiah dan didasarkan pada pengetahuan yang adekuat dari literatur ilmiah.2. Desain dan pelaksanaan experimen pada manusia harus dituangkan dalam suatu protokol untuk kemudian diajukan pada komisi independen yang ditugaskan untuk mempertimbangkan, memberi komentar dan kalau perlu bimbingan.3. Penelitian biomedik pada manusia hanya boleh dikerjakan oleh orang-orang dengan kualifikasi keilmuan yang cukup dan diawasi oleh tenaga medis yang kompeten.4. Dalam protokol riset selalu harus dicantumkan pernyataan tentang norma etika yang dilaksanakan dan telah sesuai dengan prinsip-prinsip deklarasi Helsinki.BABIIIPENUTUPIII.1 Kesimpulan1. Teknologi reproduksi buatan merupakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada prinsipnya dikembangkan untuk meningkatkan derajat hidup dan kesejahteraan umat manusia. Dalam pelaksanaannya akan berbenturan dengan berbagai permasalahan moral, etika, dan hukum yang komplek sehingga memerlukan pertimbangan dan pengaturan yang bijaksana dalam rangka memberikan jaminan perlindungan hukum terhadap semua pihak yang terlibat dalam penerapan teknologi reproduksi buatan dengan tetap mengacu kepada penghormatan harkat dan martabat manusia serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.2. Hukum Indonesia mengatur mengenai teknologi reproduksi manusia sebatas upaya kehamilan diluar cara alamiah, dengan sperma dan sel telur yang berasal pasangan suami isteri dan ditanamkan dalam rahim isteri. Dengan demikian teknologi bayi tabung yang sperma dan sel telurnya berasal dari suami isteri dan ditanamkan dalam rahim isteri diperbolehkan di Indonesia, sedangkan teknik ibu pengganti(surrogate mother)tidak diizinkan dilakukan.III.2 Saran

1. vDAFTAR PUSTAKA

1. J. Heffner, Linda, dkk. 2006.At a Glance Sistem Reproduksi.Erlangga :Jakarta.2. Hanifa Wiknosastro, Ilmu Kebidanan, hal 9373. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.knepk.litbang.depkes.go.id%2F2014%2Fwp-content%2Fuploads%2F2014%2F08%2Fhuman-cloning.pdf&ei=oJoSVd72IceyuQS2j4LICA&usg=AFQjCNGnVCi5NABaTQ621EK6pQREwqsseg&bvm=bv.89184060,d.c2E4. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&sqi=2&ved=0CCUQFjAB&url=http%3A%2F%2Frinayarina.pun.bz%2Ffiles%2Fbayi-tabung.pdf&ei=WZQSVan1HpeiugSO0YGwDA&usg=AFQjCNGSVFQRV6rYHJHbZeH_E1qr4DJwgw&bvm=bv.89184060,d.c2E5. http://digilib.uin-suka.ac.id/9845/1/BAB%20I,%20BAB%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdfCONTOH KASUSSeorang perempuan bernama Ny.M berumur 49 tahun menunggu hingga tujuh tahun perjuangan dengan total enam tahun menjalani program bayi tabung. Menikah pada tahun 1991 dan memilih menggunakan program bayi tabung demi memiliki keturunan. Awalnya Ny.M melakukan upaya inseminasi, yaitu teknologi yang berprinsip memilih sel sperma yang terbaik dari suami yang sebelumnya diproses di laboratorium. Kemudian sperma tersebut dibantu untuk masuk ke dalam saluran vagina agar lebih mudah mencapai sel telur. Namun, upaya ini tidak membuahkan hasil. Selanjutnya Menus melakukan program bayi tabung yang dijelaskan pada dokter, memiliki tingkat keberhasilan 40-45% khususnya pada wanita dibawah 35 tahun, sebagai perbandingan inseminasi tingkat keberhasilannya yaitu sekitar 10-15%. Alasan Ny.M memilih bayi tabung dinyatakan karena jarak usia yang terpaut delapan belas tahun dengan suami, dan Ny.M menyatakan hormon progsteronnya kurang sehingga ia sulit untuk hamil.

Ny.M memilih melakukan bayi tabung di Singapura, disana ia dirawat selama berminggu-minggu untuk suntik hormon agar membuat tubuhnya subur. Usaha pertama gagal, namun Ny.M tetap mencoba menjalani program bayi tabung lagi yang dilakukan setahun setelah terjadi keguguran. Usaha kedua, ketiga, keempat dan kelima pun tetap mengalami kegagalan.

Ny.M kembali ke Indonesia untuk menjalani program bayi tabung ke tujuh dimana dari 22 sel telur yang diambil dari tubuhnya, 12 diantaranya menghasilkan embrio. Namun, akhirnya dokter hanya menggunakan tiga embrio untuk ditanamkan ke rahim Ny.M. Saat kehamilan mencapai usia lima bulan, dari tiga embrio yang ditanam, hanya dua yang bisa berkembang. Tepat di usia kehamilan 30 mnggu, cairan plasenta Ny.M dinyatakan sudah menipis namun Ny.M ingin menunda kelahiran bayinya. Sampai pada tangal 31 Mei 1998 janin semakin mengalami kekurangan nutrisi, sehingga harus segera dilahirkan. Akhirnya bayi tabung yang dijalaninya berhasil dilahirkan.