referat diabetes melitus gestasional jadiii !!!

20
Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011 BAB I PENDAHULUAN I. Pendahuluan Diabetes Melitus Diabetes mellitus atau lebih dikenal dengan sebutan “penyakit kencing manis” di masyarakat merupakan salah satu penyakit “abadi” yang terus bermunculan penderitanya dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit ini memberikan dampak yang luas bagi pasiennya, tidak hanya karena mengganggu kesehatan semata akibat berbagai komplikasi yang ditimbulkan, namun juga mempengaruhi kehidupan sosial. 1 Diabetes melitus memberikan dampak besar terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup tinggi. Maka dari itu, semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah, sudah seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan diabetes melitus, khususnya dalam upaya pencegahan. Pada strategi pelayanan kesehatan bagi penyandang Diabetes, peran dokter umum menjadi sangat penting sebagai ujung tombak di pelayanan kesehatan primer. Kasus diabetes melitus sederhana tanpa penyulit dapat dikelola dengan tuntas oleh dokter umum di pelayanan kesehatan primer. Penyandang diabetes yang berpotensi mengalami penyulit diabetes melitus perlu secara periodik dikonsultasikan kepada dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis dalam konsultan endokrin, metabolisme, dan diabetes di Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kudus Periode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011 1

Upload: evafauziah

Post on 12-Apr-2016

66 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

word

TRANSCRIPT

Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011

BAB I

PENDAHULUAN

I. Pendahuluan Diabetes MelitusDiabetes mellitus atau lebih dikenal dengan sebutan “penyakit kencing manis” di

masyarakat merupakan salah satu penyakit “abadi” yang terus bermunculan penderitanya

dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit ini memberikan dampak yang luas bagi pasiennya,

tidak hanya karena mengganggu kesehatan semata akibat berbagai komplikasi yang

ditimbulkan, namun juga mempengaruhi kehidupan sosial.1

Diabetes melitus memberikan dampak besar terhadap kualitas sumber daya

manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup tinggi. Maka dari itu, semua pihak

baik masyarakat maupun pemerintah, sudah seharusnya ikut serta dalam usaha

penanggulangan diabetes melitus, khususnya dalam upaya pencegahan.

Pada strategi pelayanan kesehatan bagi penyandang Diabetes, peran dokter umum

menjadi sangat penting sebagai ujung tombak di pelayanan kesehatan primer. Kasus

diabetes melitus sederhana tanpa penyulit dapat dikelola dengan tuntas oleh dokter umum

di pelayanan kesehatan primer. Penyandang diabetes yang berpotensi mengalami penyulit

diabetes melitus perlu secara periodik dikonsultasikan kepada dokter spesialis penyakit

dalam atau dokter spesialis dalam konsultan endokrin, metabolisme, dan diabetes di

tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi di rumah sakit rujukan. Demikian pula

penyandang diabetes dengan glukosa darah yang sukar dikendalikan dan penyandang

diabetes dengan penyulit, pasien dapat dikirim kembali kepada dokter pelayanan primer

setelah penangan di rumah sakit rujukan selesai.

Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup.

Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga

kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi kepada pasien

dan keluarganya bertujuan dengan cara memberikan pemahaman mengenai perjalanan

penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan diabetes melitus akan sangat

membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam usaha memperbaiki hasil

pengelolaan.

Untuk mendapatkan hasil pengelolaan yang tepat guna dan berhasil guna, serta

untuk menekan angka kejadian penyulit diabetes melitus, diperlukan suatu standar

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011

1

Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011

pelayanan minimal bagi penyandang diabetes. Penyempurnaan dan revisi secara berkala

dari standar pelayan, harus selalu dilakukan dan disesuaikan dengan kemajuan-kemajuan

ilmu mutakhir, sehingga dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi penyandang

diabetes.

II. Epidemiologi Diabetes MelitusBerbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

peningkatan angka insidensi dan prevalensi diabetes melitus di berbagai penjuru dunia.

World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah

penyandang Diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes

Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes

melitus dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun

terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan

jumlah penyandang diabetes melitus sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 oleh departemen

kesehatan, menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di daerah urban Indonesia

untuk usia diatas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkesil terdapat di provinsi Papua

sebesar 1,7%, dan terbesar di provinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang

mencapai 11,1%. Sedangkan prevalensi toleransi glukosa terganggu (TGT), berkisar

antara 4,0% di provinsi Jambi sampai 21,8% di provinsi Papua Barat.

Data-data di atas menunjukan bahwa jumlah penyandang Diabetes di Indonesia

sangat besar dan merupakan beban yang sangat berat untuk dapat ditangani sendiri oleh

dokter spesialis atau dokter subspesialis atau bahkan oleh semua tenaga kesehatan yang

ada.

III. Definisi Diabetes MelitusDiabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

kedua-duanya.2

Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit multisistem dengan ciri hiperglikemia

akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Kelainan pada sekresi

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011

2

Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011

atau kerja insulin tersebut menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan

jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal,

saraf, jantung dan pembuluh darah.3

Diabetes Melitus merupakan kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak

faktor, dengan gejala berupa hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari defisiensi sekresi hormon insulin,

defisiensi transport glukosa, atau keduanya.4

IV. Klasifikasi Diabetes MelitusKlasifikasi diabetes mellitus menurut American Diabetes Association (ADA) :

Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin

absolute

Autoimun

Idiopatik

Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai

defisiensi insulin relative sampai yang dominan defek sekresi

insulin disertai resistensi insulin

Tipe Lain Defek genetik fungsi sel beta

Defek genetik kerja insulin

Penyakit eksokrin pankreas

Endokrinopati

Karena obat atau zat kimia

Infeksi

Sebab imunologi yang jarang

Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes melitus

Diabetes Gestasional Diabetes yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011

3

Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011

BAB II

PEMBAHASAN

I. Definisi Diabetes Melitus GestasionalDiabetes melitus gestasional adalah keadaan intoleransi karbohidrat dari seorang

wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang hamil. Diabetes gestasional terjadi

karena perubahan pada metabolisme glukosa yang dipicu oleh kehamilan.

Teori lain mengatakan bahwa diabetes tipe ini disebut sebagai “unmasked” atau

baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk,

riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir mati, dan

riwayat abortus berulang.

Penilaian risiko untuk diabetes melitus gestasional harus dilakukan pada

kunjungan prenatal pertama. Wanita dengan karakteristik klinis yang konsisten dengan

risiko tinggi diabetes melitus gestasional (ditandai obesitas, sejarah pribadi diabetes

melitus gestasional, glikosuria, atau riwayat keluarga yang kuat diabetes) harus

menjalani pengujian glukosa sesegera mungkin.

II. Epidemiologi dan Prevalensi Diabetes Melitus GestasionalDi Indonesia insiden diabetes melitus gestasional sekitar 1,9-3,6%. Dan sekitar

40-60% wanita yang pernah mengalami diabetes melitus gestasional pada pengamatan

lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes melitus atau gangguan toleransi

glukosa.

Prevalensi diabetes melitus gestasional sangat bervariasi dari 1-14 % tergantung

dari subyek yang diteliti dan dari kriteria diagnosis yang digunakan. Dengan

menggunakan kriteria diagnosis American Diabetes Association, prevalensi berkisar

antara 2-3 %.

III. Etiologi dan Patofisiologi Diabetes Melitus GestasionalPada kehamilan terjadi resistensi insulin fisiologis akibat peningkatan hormon-

hormon kehamilan yang mencapai puncaknya pada trimester ketiga kehamilan.

Hormon-hormon kehamilan tersebut antara lain human placenta lactogen, progesterone,

kortisol, dan prolaktin. Tidak berbeda pada patofisiologi diabetes mellitus tipe 2, pada

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011

4

Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011

diabetes mellitus gestasional juga terjadi gangguan sekresi sel beta pankreas. Kegagalan

sel beta ini dapat terjadi karena autoimun, kelainan genetik, dan resistensi insulin

kronik.

Resistensi insulin selama kehamilan merupakan mekanisme adaptif tubuh untuk

menjaga asupan nutrisi ke janin. Resistensi insulin kronik sudah terjadi sebelum

kehamilan pada ibu-ibu dengan obesitas. Kebanyakan wanita dengan diabetes mellitus

gestasional memiliki kedua jenis resistensi insulin ini yaitu kronik dan fisiologis

sehingga resistensi insulin biasanya lebih berat dibandingkan kehamilan normal.

Kondisi ini akan membaik segera setelah partus dan akan kembali ke kondisi awal

setelah selesai masa nifas, dimana konsentrasi human placenta lactogen sudah kembali

normal.

IV. Gejala Kinis Diabetes Melitus Gestasional

V. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus GestasionalPemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar gula darah serta

ultrasonografi untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan dan makrosomia.

VI. Diagnosis Diabetes Melitus GestasionalFourth International Workshop-Conference on Gestasional Diabetes Melitus,

merekomendasikan skrining untuk mendeteksi diabetes melitus gestasional dengan

faktor resiko sebagai berikut :

Risiko Rendah :

Tes glukosa darah tidak dibutuhkan apabila :

o Angka kejadian diabetes gestasional pada daerah tersebut rendah

o Tidak didapatkan riwayat diabetes pada kerabat dekat

o Usia < 25 tahun

o Berat badan normal sebelum hamil

o Tidak memiliki riwayat metabolisme glukosa terganggu

o Tidak ada riwayat obstetrik terganggu sebelumnya

Risiko Sedang :

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011

5

Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011

o Wanita dengan ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur, dan Asia Selatan

perlu dilakukan tes gula darah pada kehamilan 24 – 28

Risiko Tinggi :

o Wanita dengan obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes, mengalami

glukosuria (air seni mengandung glukosa) perlu dilakukan tes gula darah

secepatnya.

Bila diabetes melitus gestasional tidak terdiagnosis, maka pemeriksaan gula darah

diulang pada minggu 24 – 28 kehamilan atau kapanpun ketika pasien mendapat gejala

yang menandakan keadaan hiperglikemia (kadar gula di dalam darah berlebihan).

Menurut American Diabetes Association (2005), teknik skrining dianjurkan bagi

semua wanita hamil dengan cara :

Pasien diberikan 50 gr beban glukosa oral, lalu kadar gula darahnya diperiksa

1 jam kemudian. Bila kadar glukosa plasma > 140 mg/dl maka perlu

dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa 3 jam.

Tes ini cukup efektif untuk mengidentifikasikan wanita dengan diabetes gestasional.

World Health Organization (WHO) merekomendasikan kriteria diagnostik

menggunakan tes beban glukosa oral 75 gr. Diabetes melitus gestasional didiagnosis

bila:

Pemeriksaan Kadar Gula darah (mg/dl)

Puasa

Jam 2

> 126

> 140

Tes Beban Glukosa Oral (WHO)

Tujuan skrining diabetes melitus gestasional adalah untuk meningkatkan

kewaspadaan ibu hamil dan meyakinkan seorang ibu untuk melakukan pemeriksaan

skrining setelah melahirkan.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011

6

Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011

VII. Komplikasi Diabetes Melitus Gestasional pada Ibu dan Bayi

A. Komplikasi diabetes gestasional terhadap bayi.

Sebagian besar wanita yang mengalami diabetes melitus gestasional dapat

melahirkan bayi yang sehat. Akan tetapi, diabetes gestasional yang tidak

dimonitor dengan baik dapat mengakibatkan kadar gula darah yang tidak

terkontrol dapat menyebabkan masalah kesehatan pada sang ibu dan bayi,

termasuk kemungkinan untuk melahirkan dengan cara operasi caesar. Berikut

adalah beberapa resiko yang dapat terjadi akibat diabetes gestasional : 

1. Bayi lahir dengan berat berlebih.

Kadar glukosa yang berlebih dalam darah dapat menembus plasenta,

yang mengakibatkan pankreas bayi akan memproduksi insulin berlebih. Hal

ini dapat menyebabkan bayi tumbuh terlalu besar (macrosomia). Bayi yang

terlalu besar dapat mengakibatkan bayi terjepit ketika melewati jalan lahir, dan

beresiko untuk terjadinya luka saat lahir yang membutuhkan operasi caesar

untuk melahirkannya.

2. Lahir terlalu awal dan sindrom sulit untuk bernafas.

Ibu dengan kadar gula darah yang tinggi dapat meningkatkan resiko

untuk melahirkan sebelum waktunya. Atau dapat juga dokter yang

menyarankan demikian, karena bayinya tumbuh terlalu besar. Bayi yang

dilahirkan sebelum waktunya dapat mengalami sindrom sulit untuk bernafas.

Bayi yang mengalami sindrom tersebut memerlukan bantuan pernafasan

hingga paru-parunya sempurna. Bayi yang ibunya mengalami diabetes

gestasional juga dapat mengalami sindrom sulit untuk bernafas meskipun

dilahirkan tepat waktu.

3. Kadar gula darah rendah (hipoglikemia).

Terkadang, bayi dari ibu yang mengalami diabetes gestasional

mempunyai kadar gula darah yang rendah (hipoglikemia) setelah dilahirkan,

karena kadar insulin dalam tubuhnya yang tinggi. Hipoglikemia berat yang

dialami oleh bayi, dapat mengakibatkan kejang pada bayi. Pemberian nutrisi

secara cepat & terkadang juga dengan pemberian cairan glukosa secara intra

vena dapat mengembalikan kadar gula darah bayi kembali ke normal.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011

7

Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011

4. Bayi kuning (jaundice).

Warna kekuningan pada kulit dan mata dapat terjadi bila hati bayi belum

berfungsi dengan sempurna untuk memecah zat yang bernama bilirubin, yang

secara normal terbentuk ketika tubuh mendaur ulang sel darah merah yang tua

ataupun rusak. Meskipun jaundice tidak menimbulkan kekhawatiran, tetapi

pengawasan secara menyeluruh tetap diperlukan.

5. Diabetes tipe 2 di kemudian hari.

Bayi dari ibu yang mengalami diabetes gestasional mempunyai resiko

lebih besar untuk menderita obesitas dan diabetes tipe 2 di kemudian hari.

6. Kematian pada bayi, baik sebelum ataupun setelah lahir

 

B. Komplikasi diabetes melitus gestasional terhadap sang ibu

1. Tekanan darah tinggi, preeklampsia dan eklampsia.

Diabetes melitus gestasional akan meningkatkan resiko ibu untuk

mengalami tekanan darah yang tinggi selama kehamilan. Hal tersebut juga

akan meningkatkan resiko ibu untuk terkena preeklampsia dan eklampsia,

yaitu 2 buah komplikasi serius dari kehamilan yang menyebabkan naiknya

tekanan darah & gejala lain, yang dapat membahayakan ibu maupun sang

buah hati.

2. Diabetes di kemudian hari.

Jika mengalami diabetes melitus gestasional, maka kemungkinan besar

akan mengalami kembali pada kehamilan berikutnya. Selain itu, ibu juga

beresiko untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari. Akan tetapi dengan

mengatur gaya hidup seperti makan makanan yang bernutrisi & berolahraga

dapat mengurangi resiko terkena diabetes tipe 2 nantinya.

IX. Penatalaksanaan Diabetes Melitus GestasionalSelain monitoring, terapi diabetes dalam kehamilan adalah :

a. Diet

Terapi nutrisi adalah terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes. Tujuan

utama terapi diet adalah menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu dan janin,

mengontrol kadar glukosa darah, dan mencegah terjadinya ketosis (kadar keton

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011

8

Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011

meningkat dalam darah). Menurut Lokakarya LIPI/NAS (1968), wanita diabetes

gestasional dengan berat badan normal dibutuhkan 30kkal/kg/hari. Pada wanita

dengan obesitas (Indeks Massa Tubuh > 30 kg/m2) dibutuhkan 25 kkal/kg/hari. Pola

makan 3 kali makan besar diselingi 3 kali makanan kecil dalam sehari sangat

dianjurkan. Pembatasan jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan dalam sehari

dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial (2 jam setelah makan).

Gambar 2. Diet Sehat untuk Penderita DM

b. Olahraga

Bersepeda dan olah raga tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita

dengan diabetes gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika

berolahraga, apabila terjadi kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga

berguna untuk memperbaiki kadar glukosa darah.

Gambar 3. Olahraga untuk Wanita dengan Diabetes Gestasional

c. Pengobatan insulin

Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan

dosis yang sama seperti sebelum kehamilan, sampai didapatkan tanda-tanda perlu

ditambah atau dikurangi. Menurut The American Diabetes Association (1999), terapi

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011

9

Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011

insulin direkomendasikan ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula

darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam setelah makan kadar gula darah < 120 mg/dl.

Gambar 4. Lokasi Penyuntikan Insulin pada Wanita Hamil

Gambar 5. Contoh Pen untuk Menyuntikkan Insulin

Terapi obat oral pada diabetes gestasional tidak direkomendasikan oleh ADA

karena obat-obat tersebut dapat melalui plasenta, merangsang pankreas janin, dan

menyebabkan hiperinsulinemia pada janin.

d. Terapi Obstetrik

Pada penderita diabetes gestasional yang ringan, gula darah dapat dikendalikan

melalui diet, dan tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu dapat

melahirkan secara normal dalam usia kehamilan 37 – 40 minggu selama tidak ada

komplikasi lain. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan dengan

insulin, maka sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini pada kehamilan 36 – 38 minggu

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011

10

Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011

terutama bila kehamilannya diikuti oleh komplikasi lain seperti makrosomia,

preeklampsia, atau kematian janin. Pengakhiran kehamilan lebih baik lagi dengan

induksi (perangsangan) atau operasi Caesar.

Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko meningkat untuk mengalami

diabetes tipe 2 setelah melahirkan. Kadar glukosa darah ibu harus diperiksa 6 minggu

setelah melahirkan dan setiap 3 tahun ke depan.

X. Prognosis Diabetes Melitus Gestasional

Selain komplikasi jangka pendek, juga terdapat komplikasi jangka panjang

pada dengan diabetes gestational, yaitu gangguan toleransi glukosa sampai diabetes

melitus, sehingga diperlukan pemantauan pasca persalinan dalam kurun waktu 6

minggu postpartum. Pemantauan tersebut meliputi tes toleransi glukosa oral untuk

mngetahui adanya diabetes melitus, glukosa puasa terganggu, atau toleransi glukosa

terganggu. Apabila hasil tes toleransi glukosa normal, maka dilakukan tes ulangan

setiap tahun.

Mestman et al (1972) meneliti kekerapan kejadian gangguan toleransi glukosa

pasca persalinan sampai dengan lima tahun kemudian pada 360 wanita hamil. Pada

masa kehamilan, sebanyak 51 subyek (14,2%) memiliki peningkatan glukosa darah

puasa, 181 subyek (50,3%) memiliki hasil pemeriksaan TTGO abnormal, 90 subyek

(25%) memiliki hasil positif pada Prednisolone Glucose Tolerance Test (PGTT) dan

38 subyek (10,5%) sisanya normal. Pada kelompok dengan GDP meningkat, hanya

2% yang menunjukkan pemeriksaan GDP, TTGO, dan PGTT normal selama

pemantauan post partum hingga 5 tahun kemudian. Sedangkan pada kelompok TTGO

abnormal, PGTT positif dan normal, pada periode pemantauan, sebanyak 22,6%,

47,7%, dan 89% tetap menunjukkan hasil normal. Ini menunjukkan tingginya

kekerapan gangguan toleransi glukosa pasca melahirkan pada kelompok wanita hamil

dengan gangguan toleransi glukosa selama kehamilan.

Studi di Ujung Pandang dengan lama pemantauan selama 6 tahun pada $^

wanita pasca diabetes melitus gestational, melaporkan angka kejadian diabetes

melitus tipe 2 dan toleransi glukosa terganggu sebesar 56,6 %.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011

11

Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011

BAB III

KESIMPULAN

Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang dapat menimbulkan berbagai

komplikasi yang sangat memepengaruhi kualitas hidup penyandangnya sehingga perlu

mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Sampai saat ini memang belum ditemukan

cara atau pengobatan yang dapat menyembuhkan diabetes secara menyeluruh. Namun harus

diingat bahwa diabetes dapat dikembalikan, dengan cara diet, olahraga, dan dengan

menggunakan obat anti diabetik. Pada setiap penanganan penyandang diabetes melitus, harus

selalu ditetapkan target yang akan dicapai sebelum memulai pengobatan. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui keberhasilan program pengobatan dan penyesuaian regimen terapi sesuai

kebutuhan. Pengobatan diabetes ini sangat spesifik dan individual untuk masing-masing

pasien. Modifikasi gaya hidup sangat penting untuk dilakukan, tidak hanya untuk mengontrol

kadar glukosa darah namun bila diterapkan secara umum diharapkan dapat menurunkan

prevalensi diabetes melitus baik di Indonesia maupun di dunia di masa yang akan datang.

Diabetes yang terjadi dan baru diketahui saat hamil, dinamakan dengan diabetes melitus

gestasional. Sedangkan bila diabetes telah diketahui sebelum hamil, maka dinamakan

diabetes melitus pregestasi. Diabetes melitus yang terjadi pada ibu hamil dan diketahui saat

hamil kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca persalinan, maka ini dinamakan diabetes

melitus gestasional, namun apabila setelah 6 minggu persalinan diabetes belum juga sembuh,

maka ini bukannya diabetes Gestasional, tetapi diabetes melitus. Diabetes melitus gestasional

perlu penanganan yang serius, karena dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan dapat

mengancam kehidupan janin kedepannya. sehingga perlu diberikan asuhan keperawatan

secara professional terhadap ibu hamil dengan diabetes melitus,  supaya tidak lagi terjadi

berbagai komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011

12

Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011

Sumber :

1. http://medicine.uii.ac.id/index.php/Artikel/Diabetes-Mellitus-dan-

Pengobatannya.html

2. American Diabetes Association (2010)

3. http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/definisi-klasifikasi-etiologi-

dan-epidemiologi-diabetes-melitus/

4. http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus

5.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011

13