referat arsen

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unsur arsenik ditemukan pada sekitar tahun 1250 oleh Albert Magnus. Dalam unsur, arsenik sebenarnya tidakberbahaya. Akan tetapi, jikadalam bentuksenyawa oksidanya, arsen dioksida As2!"#, unsur ini bersi$at ra%un. &enyawa arsen oksid serbuk putih yang larut dalam air, tidak berasa, dan sukar dideteksi jika telah 'ada tanggal 5 Mei 1(21, )aisar 'eran%is *apoleon +onaparte meninggal duni &anta elena. *apoleon diasingkan ke &anta elena setelah kekalahannya dalam pep melawan pasukan -nggris di aterloo. 'ada mulanya, kematian *apoleon diyakini a kanker lambung seperti halnya yang dialami orang tuanya. *amun, anggapan itu kem berubah ketika pada sekitar tahun 1/ 0, seorang dokter gigi dari &wedia menyat *apoleon meninggal karena terkena ra%un arsenik. 'ada tahun 1("2, ames Marsh menemukan %ara mendeteksi adanya arsenik dala suatu sampel. Untuk menghargai jasa ames Marsh, uji deteksi arsenik ini dinamak Marsh. 'ada sekitar tahun 1/ 0 an, amilton &mith mempublikasikan %ara baru mend arsenik dalam sampel rambut menggunakan teknik neutron a%ti3ation analys 'enemuan yang dimuat dalam ournal Analyti%al 4hemistryitu merupakan awal terungkapnya kematian *apoleon. +ekerja sama dengan &ten orshu$3ud, seorang do gigi dari &wedia yang telah lama menyelidiki kematian *apoleon, &mith sampel rambut *apoleon. asilnya men%engangkan dunia karena hasil analisis menun bahwa dalam sampel rambut *apoleon terdapat arsenik dalam jumlah di atas batas *AA ditemukan pada tahun 1/" ketika e3esy dan 6e3i menemukan bahwa sampel yan mengandung unsur tanah jarang menjadi sangat radioakti$ setelah terkena sinar ne mengukur karakter sinar gamma yang dipan%arkan oleh isotop pada sampel melalui i termal. &etelah iradiasi dan peluruhan radioakti$, spektrum sinar gamma dideteks unsur mempunyai spektrum sinar gamma yang khas sehingga dapat diketahui jenis un dalam sample beserta kadarnya. 1

Upload: adli-nurfakhri

Post on 01-Nov-2015

86 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ilmu kedokteran forensik yang membahas tentang kematian karena keracunan arsen

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Unsur arsenik ditemukan pada sekitar tahun 1250 oleh Albert Magnus. Dalam bentuk unsur, arsenik sebenarnya tidak berbahaya. Akan tetapi, jika dalam bentuk senyawa oksidanya, arsen dioksida (As2O3), unsur ini bersifat racun. Senyawa arsen oksida berbentuk serbuk putih yang larut dalam air, tidak berasa, dan sukar dideteksi jika telah lama diminum.

Pada tanggal 5 Mei 1821, Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte meninggal dunia di Santa Helena. Napoleon diasingkan ke Santa Helena setelah kekalahannya dalam peperangan melawan pasukan Inggris di Waterloo. Pada mulanya, kematian Napoleon diyakini akibat kanker lambung seperti halnya yang dialami orang tuanya. Namun, anggapan itu kemudian berubah ketika pada sekitar tahun 1960, seorang dokter gigi dari Swedia menyatakan bahwa Napoleon meninggal karena terkena racun arsenik.

Pada tahun 1832, James Marsh menemukan cara mendeteksi adanya arsenik dalam suatu sampel. Untuk menghargai jasa James Marsh, uji deteksi arsenik ini dinamakan Uji Marsh.

Pada sekitar tahun 1960-an, Hamilton Smith mempublikasikan cara baru mendeteksi arsenik dalam sampel rambut menggunakan teknik neutron activation analysis (NAA). Penemuan yang dimuat dalam Journal Analytical Chemistry itu merupakan awal terungkapnya kematian Napoleon. Bekerja sama dengan Sten Forshufvud, seorang dokter gigi dari Swedia yang telah lama menyelidiki kematian Napoleon, Smith menganalisis sampel rambut Napoleon. Hasilnya mencengangkan dunia karena hasil analisis menunjukkan bahwa dalam sampel rambut Napoleon terdapat arsenik dalam jumlah di atas batas normal.NAA ditemukan pada tahun 1936 ketika Hevesy dan Levi menemukan bahwa sampel yang mengandung unsur tanah jarang menjadi sangat radioaktif setelah terkena sinar neutron. NAA mengukur karakter sinar gamma yang dipancarkan oleh isotop pada sampel melalui iradiasi termal. Setelah iradiasi dan peluruhan radioaktif, spektrum sinar gamma dideteksi. Setiap unsur mempunyai spektrum sinar gamma yang khas sehingga dapat diketahui jenis unsur dalam sample beserta kadarnya.

Beberapa tempat dibumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat menembus ke air tanah, WHO menetapkan ambang aman tertinggi arsen di air tanah sebesar 50 ppb (bagian per miliar). Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen adalah daerah aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya bahan organik. Diperkirakan sekitar 57 juta orang meminum air tanah yang terkontaminasi arsen berlebih, sehingga berpotensi meracun. Arsenik dalam air tanah bersifat alami, dan dilepaskan dari sedimen kedalam air tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan dibawah permukaan tanah. Banyak negara lain di Asia, seperti Vietnam, Kamboja, Indonesia, dan Tibet, diduga memiliki lingkungan geologi yang serupa dan kondusif untuk menghasilkan air tanah yang mengandung arsenik dalam kadar yang tinggi. Pada sekitar abad ke 20, di Bangladesh terjadi epidemik keracunan massal disebabkan oleh arsenik, ini merupakan keracunan massal terburuk dalam sejarah dan mungkin musibah lingkungan terparah dalam sejarah.

Keracunan arsen di Indonesia tidaklah sering terjadi dibanding negara asia lainnya. Kasus keracunan arsen yang ditemukan di Indonesia salah satunya adalah kasus Munir. Di dalam lambungnya ditemukan racun arsenik anorgnik. Ciri khas sifat racun anorganik adalah bentuknya hablur, sukar larut dalam air, dosis toksis 100 mg, dan dosis letal 2000 mg. Contoh arsen anorganik adalah racun antirayap dan racun tikus. Keracunan arsenik pada kasus Munir adalah keracunan arsenik akut, ditemukan 460 mg/liter konsentrasi cairan didalam lambung Munir dan 82,8 mg/liter adalah arsen. Ini mendekati nilai fatal bila masuk ketubuh manusia. Gejala akut keracunan arsen adalah mual, muntah, nyeri perut dan diare, sehingga orang sering mengira penyakit pencernaan biasa. Kasus arsenikosis paling banyak dilaporkan didaerah Bengal bagian barat lalu di ikuti oleh Bangladesh pada tahun 1980. Pada tahun 1993 barulah ditemukan bahwa arsen telah mencemari hamper seluruh air di daerah tersebut. Pada tahun 2000, WHO melaporkan bahwa situasi di Bangladesh merupakan kasus keracunan terbesar yang mencemari populasi sepanjang sejarah, diluar kasus yang terjadi di Bhopaal, India pada tahun 1984 dan Chernobyl, Ukraina pada tahun 1986. Pada tahun 2006 UNICEF melaporkan bahwa 4,7 juta ( 55%) dari 8,6 juta jiwa di Bangladesh telah melalukan tes untuk kadar arsen di dalam tubuhnya, dimana 1,4 juta (30% dari sampel) telah diberi tanda merah, yang memberikan arti yang cukup bermakna bahwa mereka telah menggunakan air yang telah terkontaminasi oleh arsen.UNICEF mengestimasikan bahwa 12 juta jiwa di Bangladesh telah menggunakan air yang telah terkontaminasi arsen, dan angka yang menunjukan tentang gejala dari keracunan arsen tersebut adalah sebanyak 40 ribu kasus, akan tetapi hal tersebut masih dapat meningkat hingga ke angka 1 juta.1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana keberadaan arsen di alam?

2. Bagaimana penggunaan arsen dalam kehidupan manusia?

3. Bagaimana dampak arsen terhadap kesehatan manusia?4. Bagaimana penanggulangan jika terpapar arsen?5. Bagaimana tanda-tanda postmortem pada keracunan arsen?

6. Apa saja pemeriksaan toksikologi untuk keracunan arsen?1.3 Tujuan

Adapun maksud dan tujuan kami membuat referat tentang keracunan arsen ini adalah untuk pembelajaran dan pembekalan kami 1. Mengetahui keberadaan arsen di alam.

2. Mengetahui penggunaan arsen dalam kehidupan manusia.

3. Mengetahui dampak arsen terhadap kesehatan manusia.

4. Mengetahui cara penanggulangan jika terpapar arsen.5. Mengetahui cara mengidentifikasi korban keracunan arsen dengan penemuan pada pemeriksaan post mortem 6.Mengetahui cara pengambilan dan pengiriman sampel yang baik untuk pemeriksaan toksikologi.BAB II

PEMBAHASAN2.1 Pengertian Arsen Arsen, arsenik atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol As dan nomor atom 33. Ini adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk : kuning, hitam, dan abu-abu. Arsenik dan senyawa arsenik digunakan sebagai pestisida, herbisida, dan insektisida. Ketika dipanaskan, arsenik akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsenik, yang berbau seperti bawang putih. Arsenik dan beberapa senyawa arsenik juga dapat tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsenik ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.2.2 Klasifikasi Arsen

Arsen di alam berada dalam bentuk Inorganik dan organik. Penjelasannya sebagai berikut:

1.Arsen Inorganik

Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas dan dapat terpapar pada manusia. Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (1975), arsen inorganik dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker.

Senyawa Arsen dengan oksigen, klorin atau belerang dikenal sebagai arsen inorganik. Arsen trioksida (As2O3 atau As4O6) dan arsenat/arsenit merupakan bentuk arsen inorganik berbahaya bagi kesehatan manusia. Pada suhu di atas 1.073C senyawa arsen trioksida dapat dihasilkan dari hasil samping produksi tembaga dan pembakaran batubara. Arsen trioksida mempunyai titik didih 465C dan akan menyublim pada suhu lebih rendah. Kelarutan arsen trioksida dalam air rendah, kira-kira 2% pada suhu 25C dan 8,2% pada suhu 98C. Sedikit larut dalam asam membentuk asam arsenide (H3As03). Arsen trioksida sangat cepat larut dalam asam khlorida dan alkalis.Bentuk arsen in organic ini sifat nya sangat beracun dan paling sering digunakan karena sifatnya tersebut. Banyak digunakan untuk pembunuhan dimana racun diberikan dalam dosis besar atau pemberian dosis kecil tapi berulang-ulang supaya dapat menimbulkan gejala-gejala seperti sakit biasa. Dahulu pembunuhan pada sejumlah manusia dengan racun tunggal paling banyak menggunakan jenis arsen ini. Namun sekarang sudah jarang digunakan.2.Arsen Organik

Senyawa dengan Carbon dan Hydrogen dikenal sebagai Arsen Organik. Arsen bentuk organik yang terakumulasi pada ikan dan kerang-kerangan, yaitu arsenobetaine dan arsenokolin mempunyai sifat nontoksik. Sebagaimana diketahui bahwa arsen inorganik lebih beracun dari pada arsen organik. Senyawa arsen organik sangat jarang dan mahal. Ikatan carbon-arsen sangat stabil pada kondisi pH Iingkungan dan berpotensi teroksidasi. Beberapa senyawa methylarsenic sebagaimana di dan trimethylarsenes terjadi secara alami, karena merupakan hasil dari aktivitas biologik. Di dalam air senyawa ini bisa teroksidasi menjadi methylarsenic acid Senyawa arsen organik lainnya seperti : arsenobetaime dan arsenocho/ine bisa ditemukan pada kehidupan laut dan sangat tahan terhadap degradasi secara kimiawi. Bersifat kurang toksik apabila dibandingkan dengan bentuk in organic, mungkin disebabkan karena absorbsinya yang lebih lambat. Bila masuk kedalam tubuh, akan terurai secara perlahan-lahan dan biasanya tidak menyebabkan kerusakan yang serius. 2.3 Sumber Arsen

Industri dan Pertanian Arsen dalam bentuk Na/K-arsenit terdapat dalam bahan yang digunakan untuk penyemprotan buah-buahan, insektisida, fungisida, rodentisida, pembasmi tanaman liar, dan pembunuh lalat (fly paper). Kadang didapatkan dalam cat dan kosmetika. Tembaga aseto-arsenit (scheeles green/paris green) juga digunakan pada beberapa pembasmi tanaman liar. Pada abad yang lalu zat ini secara luas digunakan sebagai pigmen dalam pembuatan wallpaper berwarna, bunga-bunga artificial, lilin, dan gula-gula.

Orpiment (yellow-arsenic-sulphide), digunakan sebagai pigmen dan juga merupakan konstituen (bahan utama) dari fly paper dan cairan untuk merontokkan rambut. As2O3 (arsenious acid), adalah racun umum yang sekarang telah jarang digunakan lagi, terdapat dalam warangan (racun tikus). Larutan fowler (liquor arsenicalis), yaitu larutan As2O3, dahulu digunakan untuk mengobati demam, tetapi sekarang sudah tidak populer lagi.Arsin (AsH3) merupakan gas tidak berwarna dengan bau seperti bawang, terdapat dalam industri, merupakan yang paling berbahaya dari golongan arsen serta merupakan salah satu racun industri yang paling mematikan. Ada pendapat, bahwa keracunan paris green yang terdapat pada wallpaper diakibatkan oleh terbentuknya arsin akibat kerja jamur pada pigmen tersebut. Arsin dapat pula terbentuk bila senyawaan arsen bereaksi dengan hydrogen nascent atau asam.Arsen bisa terdapat dalam : Tanah

Arsen juga terdapat dalam tanah sehingga kita harus berhati-hati dalam penyimpulan kasus dengan dugaan keracunan Arsen yang telah dikuburkan. Contoh tanah harus diambil dari tepat di atas dan di bawah peti mati/jenazah dan juga pada tempat yang jauh dari peti mati/ jenazah tetapi masih di taman pemakaman tersebut, guna penarikan kesimpulan dari hasil pemerikaan toksikologi. Air

Air minum juga dapat terkontaminasi dengan Arsen dari industri atau sumber arsen alami sehingga dapat menyebabkan keacunan kronik.

Bir

Arsen mungkin terdapat dalam bir, yaitu berasal dari iron pyrites yang digunakan pada pembuatan glukosa dalam bir.

Kerang

Arsen terdapat dalam keong, kepiting, kerang, dan ikan. Kerang (Oyster) dapat mengandung 3.7 ppm Arsen.

Tembakau

Asap tembakau mengandung 8.5 50 ppm Arsen, asap sigaret 3.3 10.5 ug/L dan asap cerutu 0.2 3.0 ug/L.

Obat-obatan

Arsen dalam obat-obatan umumnya merupakan arsen organik turunan benzena, misalnya carbarsone (4-ureido benzene arsenate), glycobiarsol. Senyawa organic asam arsenat digunakan sebagai anti tripanosomiasis, amebisida, anti cacing pada binatang (filariasis pada kucing), ttichomoniasis, dan moniliasis. Obat-obat ini larut dalam lemak sehingga dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit. Salvarsan (arsphenamine=606), dahulu digunakan untuk mengobati sifilis. Asam Cacodylate, digunakan dalam tonikum.

Lain-lain

Lewisite (klorvinil dikloro-arsin), merupakan gas racun yang digunakan dalam peperangan.

Umumnya yang digunakan sebagai racun untuk membunuh As2O3 (Warangan, racun tikus).As2O3 terdapat dalam bentuk bubuk berwarna putih atau kristal, jernih, tidak mempunyai rasa dan tidak berbau. Dalam larutan juga tidak berwarna sehingga dapat diberikan tanpa menimbulkan kecurigaan korban. Bentuk bubuk dikenal sebagai arsen putih.

Bentuk kristal lebih mudah larut (daya larut dalam air panas 1:10, dalam air dingin 3:100). Bentuk bubuk lebih sukar larut (dalam air dingin 3:1000). Daya larut dapat diperbesar dengan adanya asam atau basa.

Dalam bentuk larutan, bentuk kristal akan berubah menjadi bubuk putih, sehingga pada larutan jenuh kristal tersebut bila didiamkan akan terjadi endapan putih yang cenderung menempel pada dinding.Jenis jenis senyawaan arsen yang terdapat di lingkungan kerjaNamaRumus KimiaSifat fisik kimia

Arsen trioksidaAs2O3 atau As4O6Larut dalam air dingin, hangat, basa dan HCL.

Arsen PentoksidaAs2O5Sanagat mudah larut dalam air, basa dan asam.

Arsen trisulfidaAs2S3Sulit larut dalam air, mudah larut dalam asam dan basa.

Gallium arsenidaGaAsSedeikit larut dalam air, larut dalam buffer fosfat Ph7.

Arsine atau hidrogen arsenidaAsH3Gas yang tidak berwarna, tidak flamable, berbau seperti bawang putih (garlic odour).

Pemaparan Arsen pada manusiaDILINGKUNGAN KERJA

Pembuatan allloyPertambangan logamPestisida yang mengandung ArsenPembuatan GaAs yg berguna untuk perangkat elektronikPembuatan silikon bentuk padatSolderKatalis pada pembuatan etilen oksidaPembuatan semikonduktorIndustri kaca/gelas (AsO3, As2Se, As2O6, logam arsen)Pewrna pada jam yg terbuat dari kacaIndustri tekstil dan penyamakan kulitPabrik pembuatan pigmenIndustri keramik (As2O5)Pembuatan filter cahaya (lapisan tipis As2O5)

LINGKUNGAN

Sumber alam: letusan gunung api, biji sulfida.Udara: partikulat As2O3Tanah: konsentrasinya pada tanah 7 mg/kg tetapi dapat mencapai 1000 mg/kg pada lokasi dekat peleburan, atau pada lahan pertanian yg menggunkan pestisida, herbisida yg mengandung arsen.Air: air yg tercemar oleh pertambangan logam, peleburan logam, penggunaan pestisida.

DOMESTIK

Makanan (seafood, buah-buahan, sayuran)Bahan kosmetik pada zat perontok rambutPekerja seni (melukis, fotografi, seni pahat)KeramikAsap rokokObat-obtan

2.4 FarmakokinetikAbsorbsiSenyawa-senyawa Arsen yang larut dalam air diabsorbsi dari semua selaput lendir dan secara pemberian parenteral. Absorbsi senyawa Arsen yang sukar larut dalam air misalnya As2O3 yang sangat tergantung pada kehalusan dari bagian-bagiannya (fineness of subdivision). Saluran pencernaan masih merupakan lingkungan luar, sehingga adanya zat-zat beracun di dalam saluran pencernaan tidak akan mengakibatkan keracunan, hanya racun-racun yang bersifat kanotik atau korosif yang dapat merusak selaput lendir usus, yang selanjutnya bisa terjadi perforasi, peritonitis, yang akhirnya akan mengakibatkan kematian. Sebagian dari zat-zat beracun yang masuk melalui pernapasan terabsorbsi melalui selaput lendir di bagian trakeobronkial, non pharynx, dan oropharynx, serta sebagian dari zat-zat tersebut tertelan dan masuk ke dalam alat pencernaan. Distribusi

Setelah zat beracun memasuki plasma darah, baik dengan perantaraan absorbsi maupun langsung melalui intravena, maka zat tersebut dapat terdistribusi ke seluruh bagian tubuh. Kecepatan distribusi ditentukan oleh banyaknya vaskularisasi, mudahnya zat itu memasuki pembuluh darah kapiler, dan menembus membran sel jaringan, serta adanya afinitas jaringan terhadap zat tersebut. Penimbunan senyawa arsen terutama di dalam hepar, ginjal, dinding saluran pencernaan, limpa dan paru-paru. Dalam jumlah kecil terdapat dalam otot dan jaringan saraf, dan selain itu juga terdapat dalam rambut dan kuku, dimana disini mulai terdapat dua minggu sesudah pemberian dan dapat tinggal sampai satu tahun. Ekskresi

Sebagian dari suatu dosis senyawa Arsen trivalent yang diabsorbsi akan diekskresikan melalui urine, dimulai dalam waktu 2-8 jam. Hal ini dapat bertahan sampai 10 hari untuk eliminasi dari Arsen secara komplit Setelah pemberian dosis tunggal dan dapat sampai 20 hari pada pemberian berulang. 2.5 Farmakodinamik

Arsen menghambat sistem enzim sulhidril dalam sel sehingga metabolisme sel dihambat.

R-As = O + 2 H-S-Protein -----> R-As S-Protein + H-O-H

H-S-Protein

Pada keracunan Arsin, terjadi hemolisis sel darah merah, serta efek depresi pada SSP. Nilai ambang batas dalam air minum adalah 0,2 ppm. Pada orang dewasa, kadar normal urin 100 ug/L, rambut 0,5 mg/kg, dan kuku 0,5 mg/kg. Kadar dalam rambut pada keracunan 0,75 mg-kg dan pada kuku 1 mg/kg atau lebih. Kadar dalam darah normal anak-anak 30 ug/L, urine 100 ug/24 jam. Takaran fatal As2O3 adalah 200-300 mg sedangkan untuk Arsin adalah 1:20.000 dalam udara.2.6 PatofisiologiArsen dapat bermanfaat bagi tubuh, tapi juga dapat mengganggu metabolisme dalam tubuh. Arsen mengganggu produksi ATP melalui beberapa mekanisme. Pada tingkat siklus asam sitrat, arsenik menghambat piruvat dehidrogenase dan bersaing dengan fosfat dalam proses fosforilasi oksidatif, sehingga menghambat energy, terkait pengurangan NAD+, menghambat respirasi mitokondria dan sintesis ATP. Produksi hidrogen peroksida juga meningkat. Gangguan metabolik ini menyebabkan kematian dari sistem organ. Sebuah pemeriksaan mayat berwarna merah bata mengungkapkan mukosa yang mengalami perdarahan yang para.2.7Gejala klinis

Keracunan arsen berdasar waktu dan dosisnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu keracunan akut dan keracunan kronis. Keracunan arsen secara akut biasanya terjadi apabila dosis arsen yang memasuki tubuh dalam jumlah yang besar (dosis sekitar 130-300 mg), sehingga gejala keracunan akan muncul segera setelah terpapar arsen. Pada keracunan kronis terjadi apabila seseorang terpapar arsen dalam dosis kecil, namun terjadi dalam jangka waktu yang lama (minimal sekitar 2-8 minggu). Berikut ini adalah implikasi klinik akibat tercemar oleh arsen:1.MataEfek Arsenic terhadap mata adalah gangguan penglihatan dan kontraksi mata pada bagian perifer sehingga mengganggu daya pandang (visual fields) mata.2.KulitAdanya kulit yang berwarna gelap (hiperpigmentasi), penebalan kulit (hiperkeratosis), timbul seperti bubul (clavus), infeksi kulit (dermatitis) dan mempunyai efek pencetus kanker (carcinogenic).3.DarahEfeknya menyebabkan kegagalan fungsi sumsum tulang dan terjadinya pancytopenia (yaitu menurunnya jumlah sel darah perifer).4.LiverPaparan arsen yang cukup lama (paparan kronis) pada liver akan menyebabkan efek yang signifikan, berupa meningkatnya aktifitas enzim pada liver (enzim SGOT, SGPT, gamma GT), ichterus (penyakit kuning), liver cirrhosis (jaringan hati berubah menjadi jaringan ikat dan asites (tertimbunnya cairan dalam ruang perut).5.GinjalArsen akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi ichemia dan kerusakan jaringan).6.Saluran pernapasan

Paparan arsen pada saluran pernafasan akan menyebabkan timbulnya laryngitis (infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula menyebabkan kanker paru.7. Pembuluh darahLogam berat Arsen dapat menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan penyakit arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi oleh karena faktor pembuluh darah portal), oedema paru dan penyakit pembuluh darah perifer (varises, penyakit burger).8.Sistem ReproduksiEfek arsen terhadap fungsi reproduksi biasanya fatal dan dapat pula berupa cacat bayi waktu dilahirkan, lazim disebut efek malformasi.9.Sistem ImmunologiEfek pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya tahan tubuh/ penurunan kekebalan, akibatnya peka terhadap bahan karsinogen (pencetus kanker) dan infeksi virus.10. Sistem SelEfek terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitokondria dalam inti sel sehingga menyebabkan turunnya energi sel dan sel dapat mati.11. Gastrointestinal (Saluran Pencernaan)Arsen akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut.2.7.1 Keracunan Akut

Arsen masuk ke dalam tubuh dalam bentuk partikel melalui inhalasi, pencernaan, atau diserap melalui kulit dan membran mukosa. Dosis letal minimum Arsen Trioxide ialah 100-200 mg. Keracunan arsen secara akut biasanya terjadi apabila dosis arsen yang memasuki tubuh dalam juimlah yang besar (dosis sekitar 130-300 mg), sehingga gejala keracunannya akan muncul segera setelah terpapar arsen.

Keracunan dosis toksik menimbulkan rasa terbakar di daerah mulut dan tenggorokan. Kemudian diikuti rasa nyeri di daerah perut dan kram, diare dan muntah-muntah. Diare pada awalnya seperti cucian beras kemudian disertai perdarahan. Kotoran faces dan bau nafas seperti bau bawang putih. Gejala lain berupa vertigo, diikuti delirium, koma dan seringkali kejang. Keracunan akut dalam bentuk gas mengakibatkan sakit kepala, lemas, pusing-pusing, dan sesak nafas disertai gejala gastrointestinal. Efeknya muncul pada waktu 2-24 jam, hemolisis terjadi pada 4-6 jam setelah gejala klinik terlihat seperti urin berwarna merah gelap. Ikterus berkembang 24-48 jam berikutnya.

2.7.2 Keracunan KronisPada keracunan kronis terjadi apabila seseorang terpapar arsen dalam dosis yang kecil namun terjadi dalam jangka yang lama (minimal sekitar 2-8 minggu). Keracunan arsen melalui air menyebabkan hiperpigmentasi dan dermatitis. Pada keracunan kronik, korban tampak lemah, melanosis arsenik berupa pigmentasi kulit yang berwarna kuning cokelat, lebih jelas pada daerah fleksor, puting susu dan perut sebelah bawah serta aksila. Rambut tumbuh jarang.

Pigmentasi berbintik-bintik halus berwarna cokelat, umumnya terlihat pada pelipis, kelopak mata dan leher yang menyerupai pigmentasi pada penyakit Addison tetapi mukosa mulut tidak terkena. Dapat pula menyerupai pitriasis rosea dalam gambaran dan distribusi, tetapi menetap. Keratosis dapat ditemukan pada telapak tangan dan kaki (keratosis arsenik).

Gejala-gejala lain yang tidak khas seperti malaise, berat badan menurun, mata berair, fotofobia, pilek kronis, mulut kering, lidah menunjukan bulu-bulu halus berwarna putih perak di atas jaringan berwarna merah. Gejala neurologik berupa neuritis perifer, mula-mula rasa tebal dan kesemutan pada tangan dan kaki, kemudian terjadi kelemahan otot, tidak stabil, kejang otot (kram) terutama pada malam hari.

Arsen secara klinis dapat menyebabkan timbulkan gejala klinis yang berbeda:

a. Sindrome Paralitik Akut

Sindrome ini terjadi jika korban menelan senyawa arsen yang cepat diadopsi dalam jumlah besar dan ditandai oleh gejala kolaps sirkulasi yang nyata, stupor dan kejang-kejang. Kematian dapat terjadi dalam beberapa jam setelah paparan arsen, diduga akibat efeknya pada pusat di medulla. Muntah dan diare tidak jelas atau tidak ada sama sekali, dan temuan anatomik biasanya negatif atau hanya berupa mukosa saluran cerna yang hiperemia tanpa danya kelainan khas lainnya. Adanya kesenjangan gambaran klinis yang berat dan temuan anatomik yang ringan merupakan petunjuk penting dalam penegakan diagnosis. Diagnosis pasti dapat ditegakan dengan cara melakukan pembuktian adanya keracunan dengan pemeriksaan toksikologi atas bahan darah, isi lambung maupun viscera.b. Sindrome Gastrointestinal

Sindrome ini merupakan gambaran klasik keracunan akut arsen yang masuk per oral. Masuknya arsen ke dalam tubuh dalam dosis besar biasanya baru menimbulkan gejala keracunan akut setelah 30 menit sampai 2 jam setelah paparan racun. Gejala yang timbul berupa rasa terbakar pada uluhati, diikuti dengan mual, muntah, tanesmus, kembung, diare dengan kotoran seperti air cucian beras, yang kadang-kadang berdarah. Karena arsen yang telah diabsorbsi dieksrsikan kembali ke gaster, maka muntah yang terjadi biasanya persisten untuk waktu lama, meskipun arsen sudah terbuang lewat muntah. Seringkali gejala ini disertai adanya kejang otot yang nyeri.

Kematian dapat terjadi dengan didahului gejala takikardi, hipotensi, kedutan otot (muscular twiching) dan kejang-kejang, yang biasanya terjadi dalam 1-2 hari atau bahkan seminggu atau lebih setelah paparan. Kadang-kadang kematian bisa terjadi dalam beberapa jam saja, sehingga bentuknya seperti tipe paralitik.

Gejala klasik keracunan arsen

1. Kerontokan rambut: merupakan tanda keracunan kronis logam berat, termasuk arsen

2. Bau napas seperti bawang putih: merupakan bau khas arsen

3. Gejala gastrointestinal berupa diare: akibat racun logam berat termasuk arsen

4. Muntah: akibat iritasi lambung, diantaranya pada keracunan arsen

5. Skin speckling: gambaran kulit seperti tetes hujan pada jalan berdebu, disebabkan oleh keracunan kronis arsen

6. Kolik abdomen: akibat keracunan kronis

7. Kelainan kuku: garis mees ( garis putih melintang pada nail bed) dan kuku yang raph

8. Kelumpuhan (umum maupun parsial): akibat keracunan logam berat

c. Intoksikasi Gas Arsine

Keracunan akut (kadang-kadang hiperakut) dapat terjadi akibat intoksikasi gas arsine (AsH3). Gas ini tidak berbau pada saat masih baru, tetapi kemudian berubah menjadi berbau bawang putih. Arsine merupakan senyawa arsen yang paling beracun dan di atmosfer kadarnya harus kurang dari 0,05 ppm (Maximum Allowable Concentration, MAC). Pada konsentrasi 3-10 ppm arsine dapat menimbulkan gejala dalam beberapa jam, 10-60 ppm berbahaya dalam 60 menit dan kadar 250 ppm mematikan dalam 30 menit atau kurang.

Gambaran klasik paparan arsine adalah adanya masa laten sampai 24 jam dilanjutkan oleh adanya nyeri abdomen, hemolisis dan gagal ginjal. Gejala klasik berupa sakit kepala, pusing, malaise dan lemah mungkin merupakan gejala yang muncul pertama kali. Gejala gastrointestinal meliputi mual, muntah dan nyeri abdomen. Paparan arsine yang berlanjut menyebabkan konfusion, disorientasi dan gagal jantung. Faktor terbesar dalam toksisitas dan mortalitas arsine adalah kemampuannya untuk menyebabkan hemolisis akut yang masif, yang kecepatannya tergantung dari konsentrasi arsine dan lamanya paparan. Destruksi eritrosit terjadi dalam keadaan aerobik dan hanya mengenai eritrosit yang matur saja dan akan menyebabkan hiperkalemia, anemia, hemoglobinemia ditemukan, tetapi jaundice dan hepatotoksisitas jarang terjadi. Gagal ginjal diduga terjadi akibat myoglobulin yang menyebabkan timbulnya nefrosis hemoglobinurik.

d. Intoksikasi Subakut dan Kronik

Intoksikasi subakut dan kronis dapat terjadi akibat arsen dalam dosis sublethal yang berulang maupun paparan tunggal dosis besar non fatal. Paparan kronis arsen dapat terjadi akibat paparan industri maupun pekerjaan, kecerobohan dan ketidak tahuan disekitar rumah, akibat pengobatan maupun upaya pembunuhan. Arsen yang masuk ke dalam tubuh secara berulang dan tidak diekskresikan akan ditimbun dalam hati, ginjal, limpa dan jaringan kerati (rambut dan kuku). Setelah penghentian paparan, arsen yang tertimbun akan dilepaskan secara perlahan dari depotnya dan menimbulkan gejala yang membandel. Keracunan arsen dapat menetap berminggu-minggu sampai berbulan-bulan dengan menunjukan satu atau lebih sindroma yang berbeda. Pada keracunan kronis gejala klinis masih dijumpai untuk waktu yang lama, meskipun paparan sudah tidak terjadi lagi. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan gejala klinis keracunan arsen kronis:

1. Gastrointestinal kronis dengan anoreksia, nausea yang tidak jelas dan diare intermiten. Selain itu dapat dijumpai pula adanya rasa metal pada mulut, napas berbau bawang putih, tenggorokan kering dan rasa haus yang persisten

2. Jaundice akibat nekrosis sel hati subakut

3. Neuropathi prifer motoris dan sensoris dengan paralisis, parese, anestesi, parestesi (rasa gatal,geli), dan ambliopia. Otot halus tangan dan kaki mungkin mengalami paralisis dan sering disertai adanya kelainan tropik

4. Erupsi kulit berupa perubahan eksimatoid, pigmentasi coklat (melanosis) dengan spotty leucoderm (raindrop hyperpigmentasi) dan keratosis punktata pada telapak tangan dan kaki, yang tampak mirip seperti kutil (warts). Keratosis dalam jangka panjang mungkin berubah menjadi carsinoma sel skuamosa. Carsinoma sel basal superfisial pada daerah yang unexposed dan karsinoma sel skuamiosa intra epidermal (penyakit Bowen) dapat juga terjadi pada paaran arsen jangka panjang. Pada kuku dapat dijumpai adanya stria putih transversal (garis Mees) akibat konsumsi arsen jangka panjang yang berlangsung beberapa bulan. Kuku yang rapuh dan kerontokan rambut juga merupakan petunjuk kemungkinan adanya keracunan arsen kronis. Dermatitis eksfoliatif dapat terjadi pada intoksikasi kronis arsen organik.

5. Malaise dengan anemia dan hilangnya berat badan menyebabkan terjadinya kakeksia dan terjadinya berbagai infeksi. Anemia sering disertai dengan leukopenia yang berat (kurang dari 1000/cc) dan eusinofilia relatif.

6. Nefrosis dengan albumineria yang jelas.

2.7.3Mendeteksi Kematian karena Arsen

Arsen (As2O3) memiliki dosis letal 120-200 mg. Dalam dosis sekecil ini (1 kapsul sedang, 200 mg), sejumlah 1,610 x 10 18 molekul racun tersebar melalui darah keseluruh tubuh dan menyebabkan kematian.

Pada otopsi korba keracunan arsen akut, akan dijumpai adanya selaput lendir lambung dan esofagus yang mengalami perbendungan, pengelupasan, dan bercak-bercak perdarahan (esofagitis dan gastroenteritis hemoragika). Pada korban yang meninggal dalam satu hari atau dua hari setelah keracunan, kelainan tersebut dapat meluas ke seluruh usus halus, bahkan kadang-kadang disertai juga oleh adanya pseudomembran di atasnya. Jika korban meninggal lebih lama lagi dari itu, maka akan dijumpai adanya deposit lemak pada jaringan hati atau nekrosis hepatoseluler, akut tubular nekrosis, dan miokarditis interstisial. Selain itu pada otopsi dapat juga ditemukan adanya perdarahan subserosa terutama pada jantung, jaringan longgar, mesenterium, daerah retroperitoneal. Subendokardium ventrikel kiri merupakan tempat predileksi untuk suatu efusi perdarahan yang luas.

Jika korban menelan arsen dalam bentuk padat, secara makroskopis kadan-kadang dapat dijumpai adanya kristal putih melekat pada mukosa lambung dan esofagus. Jika korban baru diotopsi setelah mayat membusuk, maka kristal pputih arsen trioksida akan berubah warna menjadi kuning, karena As2O3 bereaksi dengan H2S, yang terbetuk pada pembusukan, membentuk senyawa sulfida kuning (As2S3, orpiment ) atau jingga (AsS atau realgar). Sementara itu, mukosa gaster warnanya juga berubah dari merah padam menjadi hijau keunguan sampai hijau kecoklatan. Jika korban bertahan hidup cukup lama sebelum akhirnya meninggal dunia, mungkin ditemukan adanya efusi para rongga-rongga serosa serta ulkus pada saluran cerna. Degenerasi lemak yang tidak khas juga dapat dijumpai pada jaringan hati, jantung, dan ginjal.

Secara umum, semakin lama interval survival korban, maka semakin jelas juga kelainan anatomi yang terjadi. Lesi inflamasi pada gaster dan usus terjadi terutama akibat ekskresi nya melalui mukosa dan efek toksik langsungnya pada pembuluh darah kecil submukosa. Kelainan tersebut bbertambah parah dengan adanya aksi korosif arsen terhadap permukaan epitel. Peradangan pada gastroinstestinal ini dijumpai juga pada paparan arsen melalui ulkus kulit yang diberi salep yang mengandung arsen, dan tanpa paparan arsen peroral.

Pada jaringan otak, arsen menyebabkan dekstruksi hemoragik dan perivaskular ( dikenal sebagai wernicke like encephalophaty, arsenical encephalophaty, hemorrhagic arsenical encephalitis, atau cerebral purpura), yang terjadi akibat kerusakan endotel yang berat. Secara mikroskopik pada kelainan ini ditemukan adanya trombosis arteriol dan kapiler serta nekrosis simetris pada daerah pons, korpus kalosum, klaustrum, dan thalamus.

2.8 Tanda-tanda Postmortem Distribusi arsen post mortem

Dengan berkembangnya teknik pemeriksaan arsen yang amat sensitif pada saat ini, seperti teknik neutron activation analysis (NAA), maka data temuan arsen harus dianalisis secara berhati-hati. Ditemukannya arsen dalam jaringan belum tentu menunjukan adanya intoksikasi kecuali jika data anamnesis, sindroma klinis, pemeriksaan fisis ante mortem dan temuan laboratorium serta perubahan anatomi sangat menyokong kemungkinan adanya keracunan arsen. Konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran, yang disemprot dengan lead arsenat anti ulat dan tidak cukup dicuci sebelum dimakan, konsumsi seafood dalam jumlah besar serta inhalasi asap rokok (terutama tembakau amerika yang relatif tinggi kadar arsennya) dapat menghasilkan akumulasi arsen dalam jaringan dalam jumlah yang cukup besar sehingga dapat terdeteksi secara kimiawi, meskipun tidak dijumpai nadanya gejala klinis maupun kelainan anatomik.

Pada orang yang tidak punya riwayat paparan arsen dapat dijumpai dalam saluran cerna, yang akan cepat dibersihkan melalui urin dan akan dieliminasi secara sempurna dalam 1- 2 hari saja.

Kadar arsen dalam kuku dan rambut

Arsen disimpan secara selaktif di jaringan ektodermal, terutama di jaringan keratin kuku dan rambut. Kadar arsen kurang dari 0,1 mg/ 100 gram rambut umumnya tidak bermakna. Kadar sebesar itu dapat terjadi akibat akumulasi arsen pada paparan subklinik pada orang normal.

Pada masa yang lalu ditemukannya arsen dalam jumlah banyak dalam kuku dan rambut biasanya ditafsirkan sebagai tanda adanya paparan asen dosis tunggal kadar tinggi 1- 2 minggu sebelumnya atau awal dari suatu serial paparan arsen dosis kecil. Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa arsen dapat dideteksi pada ambut dan kuku dalam jumlah signifikan hanya 30 jam setelah paparan. Pada awalnya diduga bahwa arsen tersebut berasal dari kontaminasi keringat, karena memang arsen disekresi melalui keringat dan dapat terikat pada jaringan yang mengandung keratin jika ia berkontak. Akan tetap, pada penelitian Pearson dan Pounds pada rambut dengan menggunakan metode NAA menyangkal dugaan tersebut.

Arsen yang terdapat dalam kuku dan rambut tak akan berubah konsentrasinya selama bertahun-tahun, kecuali jika jaringan tersebut terpapar dengan lingkungan yang bersifat asam atau basa kuat. Sampai saat ini mash banyak orang yang percaya bahwa deposit arsen pada rambut mengikuti (secara kasar) kecepatan pertumbuhna rambut, yaitu seperempat sampai setengah inchi per bulan. Dengan demikian, maka lama dan paparan arsen pada korban dapat diperkirakan, jika rambut korban cukup panjang untuk dibagi dalam beberapa bagian dan dianalisis kandungan arsennya. Orang yang meninggal dalam 6-8 jam setelah menelan arsen dalam jumlah overdosis umumnya didalam rambutnya tidak menunjukkan adanya arsen.

2.8.1 Korban mati keracunan akut

Pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi.

Pada pembedahan jenazah ditemukan tanda-tanda iritasi lambung, mukosa berwarna merah, kadang-kadang dengan perdarahan (flea bitten appearance). Iritasi lambung dapat menyebabkan produksi musin yang menutupi mukosa dengan akibat partikel-partikel Arsen dapat bertahan. Orpimen terlihat sebagai partikel-partikel As berwarna kuning sedangkan As2O3 tampak sebagai partikel berwarna putih.

Pada jantung ditemukan perdarahan sub-endokard pada septum. Histopatologik jantung menunjukkan infiltrasi sel-sel radang bulat pada miokard. Sedangkan organ lain parenkimnya dapat mengalami degenerasi bengkak keruh.

Pada korban meninggal perlu diambil semua organ, darah, urin, isi usus, isi lambung, rambut, kuku, kulit, dan tulang.

Bahan-bahan yang perlu diambil untuk pemeriksaan toksikologik pada korban hidup adalah muntahan, urin, tinja, bila lambung, darah, rambut, dan kuku.

2.8.2Korban mati akibat keracunan Arsin

Bila korban cepat meninggal setelah menghirup arsin, akan terlihat tanda-tanda kegagalan kardio-respirasi akut.

Bila meninggalnya lambat, dapat ditemukan ikterus dengan anemi hemolitik, tanda-tanda kerusakan ginjal berupa degenerasi lemak dengan nekrosis fokal serta nekrosis tubuli.

2.8.3Korban mati akibat keracunan kronik

Pada pemeriksaan luar tampak keadaan gizi buruk. Pada kulit terdapat pigmentasi coklat (melanosis arsenic), keratosis telapak tangan dan kaki (keratosis arsenik). Kuku memperlihatkan garis-garis putih (Mee lines) pada bagian kuku yang tumbuh dan dasar kuku. Temuan pada pemeriksaan dalam tidak khas.

2.9Pemeriksaan Laboratorium

Pada kasus keracunan As, kadar dalam darah, urin, rambut, dan kuku meningkat. Nilai batas normal kadar As adalah sebagai berikut:

Rambut kepala normal: 0.5 mg/kg

Curiga keracunan: 0.75 mg/kg

Keracunan akut: 30 mg/kg

Kuku kepala normal

: sampai 1 mg/kg

Curiga keracunan: 1 mg/kg

Keracunan akut: 80 ug/kg

Dalam urin, Arsen dapat ditemukan dalam waktu 5 jam setelah diminum, dan dapat terus ditemukan hingga 10-12 hari.

Pada keracunan kronik, Arsen diekskresikan tidak terus-menerus (intermiten) tergantung pada intake. Titik-titik basofil pada eritrosit dan leukosit muda mungkin ditemukan pada darah tepi, menunjukkan beban sumsum tulang yang meningkat. Uji Kopro-porfirin urin akan memberikan hasil positif.

Kematian dapat terjadi sebagai akibat malnutrisi dan infeksi.2.10Pemeriksaan Toksikologi

2.10.1Pengambilan bahan pemeriksaan toksikologi Darah Darah jantung diambil secara terpisah dari sebelah kanan dan sebelah kiri masing-masing sebanyak 50ml. Darah tepi sebanyak 30-50ml, diambil dari vena iliaka komunis, bukan darah dari vena porta. Pada korban yang masih hidup, darah adalah bahan yang terpenting. Ambil 2 contoh darah masing-masing minimal 5ml ; yang pertama diberi pengawet NaF 1% dan yang lain tanpa pengawet.

Lambung beserta isinya. Lambung diikat pada perbatasan dengan usus dua belas jari agar pil atau tablet tidak hancur. Atau dengan cara lain, dokter membuka sendiri lambung tersebut, kemudian mencatat kelainan-kelainan yang didapat, baru dikirim ke laboratorium.

Usus beserta isinya. Bahan ini sangat berguna terutama bila kematian terjadi dalam waktu beberapa jam setelah menelan racun sehingga dapat diperkirakan saat kematian dan dapat pula ditemukan pil yang tak dapat hancur oleh lambung (coated enteric). Usus diikat tiap 60 cm atau diikat pada batas usus halus dan usus besar, antara usus besar dengan poros usus. Ikatan tersebut berguna untuk mencegah isi usus oral tidak bercampur dengan isi usus anal.

HatiSemua hati harus diambil setelah disisihkan untuk pemeriksaan Patologi Anatomi dengan alasan (1) takaran toksik kebanyakan racun sangat kecil, hanya beberapa mg/kg sehingga kadar racun dalam tubuh sangat rendah dan untuk menemukan racun bahan pemeriksaan harus banyak, (2) hati merupakan tempat detoksifikasi tubuh yang terpenting. Organ ini mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasikan racun-racun sehingga kadar racun dalam hati sangat tinggi.

GinjalKeduanya harus diambil.

UrinPenting karena merupakan tempat ekskresi sebagian besar racun sehingga dapat untuk tes pendahuluan (spot test).

EmpeduSebaiknya kandung empedu jangan dibuka agar cairan empedu tidak mengalir ke hati dan mengacaukan pemeriksaan.

Rambut. Pada dugaan keracunan arsen, rambut kepala harus diambil. Rambut-rambut diikat terlebih dahulu sebelum dicabut, harus berikut akar-akarnya, kemudian diberi label agar ahli toksikologi dapat mengenali mana yang bagian proksimal dan mana yang bagian distal. Rambut diambil kira-kira sebanyak 10 gram tanpa menggunakan bahan pengawet. Sebelum melakukan pemeriksaan, ahli toksikologi akan menyusun rambut-rambut itu dengan teliti, akar setiap rambut harus sesuai dengan akar rambut lainnya. Kemudian ikatan rambut digunting menjadi beberapa bagian, mulai dari bagian proksimal dan setiap bagian panjangnya 1/2 cm atau 1 cm. Terhadap setiap bagian itu harus ditentukan kadar arsen. Penentuan harus dilakukan dengan cara demikian karena beberapa menit setelah arsen diabsorbsi mulai terjadi deposisi arsen dalam sel-sel germinativum dalam matriks rambut, oleh karena dalam bagian proksimal yang mengandung akar rambut akan menunjukkan kadar arsen yang tinggi. Dengan tumbuhnya rambut, penumpukan arsen itu akan berpindah ke arah distal. Bila beberapa minggu atau bulan kemudian korban menelan lagi sejumlah arsen (dosis kedua) maka terjadi lagi penimbunan arsen dalam akar rambut. Dengan demikian akan ditemukan penumpukan arsen di dua tempat yang terpisah oleh bagian yang relative mengandung sedikit arsen. Dengan menetukan kadar arsen pada setiap bagian mulai dari proksimal ke distal, dapat diketahui bahwa dalam contoh di atas telah terjadi 2 kali penelanan arsen. Selanjutnya diketahui bahwa rambut tumbuh dengan kecepatan 13 mm (1/2 inci)/ bulan yaitu 0,4-0,5 mm/ hari. Dengan diketahuinya kecepatan pertumbuhan rambut dapat diperhitungkan waktu atau saat terjadinya penelanan arsen.

KukuDiambil sebanyak 10 gram, di dalamnya selalu harus terdapat kuku kedua ibu jari tangan dan kedua ibu jari kaki. Kuku dicabut dan dikirim tanpa diawetkan. Ahli toksikologi akan membagi masing-masing kuku dalam 3 bagian mulai dari bagian proksimal. Penentuan juga dilakukan atas masing-masing bagian kuku. Kadar tertinggi ditemukan dalam 1/3 bagian proksimal , karena beberapa menit setelah penelanan, sudah terjadi deposisi arsen pada akar kuku. Kuku tumbuh dengan kecepatan kira-kira 3,2 mm/bulan atauu 0,12 mm/hari. Bila ditemukan kadar yang tinggi dalam lambung maka akan ditemukan kadar yang tinggi pada bagian akar rambut dan bagian akar kuku.

2.10.2Wadah bahan pemeriksaan toksikologi

Untuk wadah bahan pemeriksaan toksikologi, idealnya diperlukan minimal 9 wadah karena masing-masing bahan pemeriksaan ditempatkan secara tersendiri, tidak boleh dicampur , yaitu : 2 buah peles @ 2 liter untuk hati dan usus : 3 buah peles @ 1 liter untuk lambung beserta isinya, otak dan ginjal ; 4 botol @ 25 ml untuk darah (2 buah), urin dan empedu. Wadah harus dibersihkan terlebih dahulu dengan mencucinya dengan asam kromat hangat lalu dibilas akuades dan dikeringkan.

2.10.3 Bahan Pengawet

Sebenarnya yang paling baik adalah tanpa pengawet, tetapi bahan pemeriksaan harus disimpan dalam lemari es. Bila terpaksa misalnya karena pemeriksaan toksikologi tidak dapat dilakukan dengan segera tetapi beberapa hari kemudian maka dapat digunakan bahan pengawet yaitu : alkohol absolute, larutan garam dapur jenuh, larutan NaF 1%, NaF + Na Sitrat (5 ml NaF + 50 ml Na Sitrat untuk setiap 10 ml bahan), Na benzoate + Fenil merkuri nitrat (hanya untuk urin). Volume pengawet sebaiknya minimal 2 kali volume bahan pemeriksaan.

2.10.4 Cara Pengisian

Apabila pemeriksaan toksikologi dilakukan di institusi lain, maka pengiriman bahan toksikologi harus memenuhi kriteria : satu tempat hanya berisi satu contoh bahan pemeriksaan, contoh bahan pengawet harus disertakan untuk kontrol, tiap tempat yang telah terisi disegel dan diberi label yang memuat keterangan mengenai tempat pengambilan bahan, nama korban, bahan pengawet dan isinya.

Surat permintaan pemeriksaan dari penyidik harus disertakan dan memuat identitas korban dengan lengkap dan dugaan racun apa yang menyebabkan intoksikasi. Semua yang tersebut diatas dikemas dalam suatu kotak dan harus dijaga agar botol tertutup rapat sehingga tidak ada kemungkinan tumpah atau pecah dalam pengiriman. Kotak harus diikat dengan tali yang setiap persilangannya diikat mati serta diberi pengaman. Penyegelan dilakukan oleh polisi yang juga harus membuat berita acara penyegelan dan berita acara ini harus disertakan dalam pengiriman bahan pemeriksaan , demikian pula berita acara penyegelan barang bukti lain, seperti sisa racun atau obat. Dalam berita acara tersebut harus terdapat contoh kertas pembungkus, segel atau materai digunakan. Jika jenazah akan diawetkan maka pengambilan contoh bahan harus dilakukan sebelum pengawetan jenazah. Tidak dibenarkan mengambil setelah pengawetan karena formalin yang digunakan untuk pengawetan jenazah dapat menyulitkan pemeriksaan dan kadangkala akan merusak racun. 2.10.5Contoh Pemeriksaan Toksikologik

Uji Reinsch :

Berdasarkan Hukum Deret Volta (sebagian deret Volta adalah : K Na Ca Mg Al Zn Fe Pb H Cu As Ag Hg Au), unsur yang letaknya di sebelah kanan akan mengendap bila ada unsur yang letaknya lebih kiri dalam larutan tersebut. Letak As dalam deret adalah lebih kanan daripada Cu.

10 cc darah + 10 cc HCl pekat dipanaskan hingga berbentuk AsCl3Celupkan batang tembaga ke dalam larutan, akan terbentuk endapan kelabu sampai hitam dari As pada permukaan batang tembaga tersebut.

Untuk membedakan dari Ba, digunakan sifat sublimasi As.

Uji Gutzeit : Noda coklat sampai hitam pada kertas saring.

Sampel A

Sampel B

Sampel C Sampel D

Uji Marsh : Zat + HCl +Zn (logam) Cermin As.

Fisika : As menunjukkan nyala api yang khas.

Kromatografi Gas: Definisi kromatografi adalah suatu prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi, diperensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih salah satunya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan didalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam absorbsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. Berdasarkan kemasan fase diamnya kromatografi terbagi tiga yaitu kromatografi kertas, kromatografi kolom, dan kromatografi lapisan tipis.2.11Penatalaksanaan

Penatalaksanaan intoksikasi arsen dilakukan dengan beberapa tindakan sbb:

1. Dekontaminasi usus: Pemberian arang aktif (norit), lavase dan/atau laksan dapat dilakukan untuk dekontaminassi usus, meskipun efektifitanya dipertanyakan.

2. Percepatan eliminasi: Tindakan hemodialisis dapat dipertimbangkan jika arsen ditelan dalam jumlah banyak dan ditemukan adanya gejala sistemik berupa hipotensi, kekacauan mental, koma, oliguria dan/atau asidosis laktat. Dimercapol atau BAL dapat diberikan bersama hemodialisis untuk mencegah kemungkinan redistribusi arsen.

3. Terapi suportif: Ba;ans cairan dan elektrolit perlu mendapat perhatian karena arsen menyebabkan vasodilatasi. Obati hipotensi yang terjadi dengan pemberian cairan sebelum menggunakan obat vasopresor. Lakukan EKG dan monitor irama jantung. Laukan pemantauan fungsi liver dan ginjal secara ketat. Foto ronsen thoraks juga perlu dilakukan karena pada intoksikasi arsen dapat terjadi komplikasi edema pulmonal, meskipun jarang, dan dapat pula terjadi gagal napas sekunder akibat kelemahan otot yang mungkin terjadi beberapa minggu setelah keracunan berat.

4. Antidotum: British Anti Lewisite (BAL) dalam minyak (dimercapol) merupakan antidotum untuk semua keracunan arsen akut yang serius, kecuali untuk intoksikasi arsine. Dosis pemberian BAL bervariasi tergantung dari berat ringannya paparan arsen. Pada umumnya dosiss yang diberikan adlah 3-5 mg/kg berat badan (BB), intramuskular setiap 4 jam selama 2 hari, lalu 3 mg/kg BB. Im setiap 6 jam selama 1 hari, dilanjutkan dengan 3 mg/kg BB, im setiap 12 jam selama 7 hari atau sampai gejala tidak ada lagi atau kadar arsen dalam urin turun menjadi kurang dari 50 ug/24 jam. Terapi dengan BAL efektif untuk kelainan hematologik pada keracunan kronis arsen, tetapi tidak efektif untuk mengobati gejala neurologis. Efek samping BAL meliputi antara lain urtikaria, rasa terbakar pada bibir, mulut dan tenggorokan, demam, konjungtivitis, sakit kepala, transient leukopeni, dan hipotensi. Penicillamine merupakan terapi tambahan pada kelainan pencernaan yang serius dan efek sampingnya lebih ringan dibandingkan BAL. Efek samping serius obat ini (berupa neuritis optika dan nefrotoksisitas) hanya terjadi jika obat ini digunakan untuk jangka waktu yang lama. Sensitifitas terhadap penicillamine untuk anak-anak adalah 100 mg/kg BB/hari selama 5 hari, dibagi dalam 4 dosis oral dengan dosis maksimal dosis 1 gram perhari. Pada orang dewasa dosis maksimalnya adalah 4 x 500 mg. Obat ini dapat diulangi dengan dosis yang sam setelah istirahat 5 hari, jika gejala keracunan muncul kembali daan kadar arsen urin tetap tinggi. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien yang sensitif terhadap penisilin. Obat lainnya yaitu Dimercaptosuccinic acid (DMSA) merupakan obat oral dan diduga bermanfaat untuk pengobatan jangka panjang atau pengobatan alanjut keracunan arsen dan untuk khelasi arsen organik. Dimercapto propane sulfonate (DMPS) akan memproduksi komplekss yang larut air dengan arsen, sehingga lebih dari BAL karena menmbus SSP.

BAB III

KESIMPULAN

Arsen, arsenik atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol As dan nomor atom 33. Ini adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik; kuning, itam, dan abu-abu. Bentuk-bentuk arsen yaitu tembaga aseto-arsenit, orpiment, arsenious acid (As2O3), Arsin (AsH3). Umumnya yang digunakan sebagai racun untuk membunuh adalah As2O3 yang terdapat dalam bentuk bubuk berwarna putih atau krista, jernih, tidak mempunyai rasa dan tidak berbau. Dalam larutan juga tidak berwarna, sehingga dapat diberikan tanpa menimbulkan kecurigaan korban.

Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat menembus ke air tanah. WHO menetapkan ambang aman tertinggi arsen di air tanah sebesar 50 PPB (bagian per milyar). Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen adalah daerah aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya bahan organik.

Arsen dapat masuk ke mulut melalui mulut, inhalasi (pada debu Arsen dan Arsin) dan melalui kulit. Setelah diabsorpsi melalui mukosa usus, Arsen kemudian ditimbun dalam hati, ginjal, kulit, dan tulang. Pada keracunan kronik, Arsen juga di timbun dalam jaringan-jaringan lain, misalnya kuku dan rambut yang banyak mengandung keratin yang mengandung disulfida.

Eksekresi terjadi dengan lambat melalui feses dan urin sehingga dapat terjadi akumulasi dalam tubuh besar (dosis sekitar 130-300 mg), sehingga gejala keracunanya akan mucul segera setelah terpapar arsen. Pada keracunan kronis terjadi apabila seseorang terpapar arsen dalam dosis yang kecil, namun terjadi dalam jangka waktu yang lama (minimal sekitar 2-8 minggu).

Tanda-tanda postmortem pada keracunan arsen akut, pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Pada pembedahan jenazah ditemukan tanda-tanda iritasi lambung, mukosa berwarna merah, kadang kadang dengan perdarahan (fflea bitten appearance). Iritasi lambung dapat menyebabkan produksi musin yang menutupi mukosa dengan akibat partikel-partikel Arsen dapat tertahan. Orpimen terlihat sebagai partikel-partikel Arsen berwarna kuning sedangkan AS2O3 tampak sebagai partikel berwarna putih. Sedangkan pada keracunan arsen kronik, ditemukan pada pemeriksaan luar tampak keadaan gizi buruk. Pada kulit terdapat pigmentasi coklat (melanosis arsenik), keratosis telapak tangan dan kaki (keratosis arsenika). Kuku memperlihatkan garis-garis putih (mee's line) pada bagian kuku yang tumbuh dan dasar kuku. Temuan pada pemeriksaan dalam tidak khas.

Untuk pemeriksaan toksikologiknya, pada korban meninggal perlu diambil semua organ, darah, urin, isi usus, isi lambung, rambut, kuku, kulit dan tulang, sedangkan bahan-bahan yang perlu diambil pada korban hidup adalah muntahan, urin, tinja, bilas lambung, darah, rambut dan kuku.

DAFTAR PUSTAKA1. Ilmu Kedokteran Forensik cetakan II, Universitas Indonesia. Jakarta. 20072. Matthew, Henry. Penanggulangan Keracunan Akut. Jakarta3. Evidence: Post-Mortem Examinationhttp://crimescene.com/rose/evidence.postmortem.htmlDiakses tanggal 29 April 20124. http://id.wikipedia.org/wiki/ArsenDiakses tanggal 28 April 20125. http://id.wikipedia.org/wiki/Keracunan_arsenikDiakses tanggal 28 April 20126. Faraht, 2012. Makalah Toksikologi Arsen

http://tralalaikrima.blogspot.com/2012/04/makalah-toksikologi-arsen-as.html

Diakses tanggal 29 April 2012

7. Fhazira, 2010. Logam Berat Arsen

http://chitralestari.blogspot.com/2010/09/logam-berat-arsen.html

Diakses tanggal 29 April 2012

8. Fevilian, 2011. ARSEN

http://feviliansari.wordpress.com/2011/07/07/arsen/Diakses tanggal 4 Mei 2012

9. Industrial Hygiene Professional, 2012. ARSEN

http://industrial-hygiene.blogspot.com/2007/05/arsen.htmlDiakses tanggal 4 Mei 2012

10. Zaman, Arus. 2012. Arsenikum Kisah Racun Tingkat Tinggi

http://cognitiobrevis.blogspot.com/2012/03/arsenikum-kisah-racun-tingkat-tinggi.htmlDiakses tanggal 3 Mei 2012

Gutzeit Sample Key

A = Blank control

B = Vomit from wastebasket

C = Blood sample

D = Stomach contents

32