referat anakku

Upload: andrew-surya-putra-scc

Post on 08-Jan-2016

233 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tes

TRANSCRIPT

REFERAT

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN SAMPUL DAFTAR ISI iBAB I. LATAR BELAKANG 1BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 32.1 DEFINISI 32.2 EPIDEMIOLOGI 32.3 ETIOLOGI 42.4 HEPATITIS A 62.5 HEPATITIS B 102.6 HEPATITIS C 152.7 HEPATITIS D 202.8 HEPATITIS E 222.9 HEPATITIS G 232.10 PROGNOSIS 24DAFTAR PUSTAKA 25

i

BAB ILATAR BELAKANG

Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Secara populer dikenal juga dengan istilah penyakit hati, sakit liver, atau sakit kuning. Hepatitis dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab seperti virus, bakteri, parasit, jamur, obat-obatan, bahan kimia, alkohol, cacing, gizi buruk, dan autoimun. Penyakit hepatitis terbanyak disebabkan oleh virus. Penyakit ini telah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu oleh Hippocrates dan semula dianggap sebagai suatu kesatuan klinik tersendiri pada akhir abad ke 18 dan 19 yaitu jauh sebelum perang dunia kesatu, yaitu pada perang Franco-Prusia, perang saudara antaraAmerika Utara dengan Selatan. Pada saat itu hanya dikenal dua macam hepatitis yang dapat menimbulkan Epidemi yaitu Hepatitis Infeksiosa (HI) dan Hepatitis Serum (HS).Disebut HI karena Virus yang masuk ke tubuh kita melalui mulut (Fecal Oral Route) dengan masa inkubasi 3-6 minggu. Sedangkan HS cara penularanya melalui Darah (Parenteral) dengan asa Inkubasi 2-6 bulan. Tetapi perkembangan zaman dan kemajuan pemeriksaan Imunologis, maka pembagian diatas tidak berlaku lagi. disamping pembagian hepatitis berdasar penyebabnya, dapat juga dibagi atas perjalanan penyakit yaitu Hepatitis Akut dan Hepatitis Kronik. Penyakit hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis masih merupakan penyakit endemis di Indonesia. Sebagian besar hepatitis viral disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A, B, C, D, E, F, dan G (Dienstag and Isselbacher, 2005).Sampai saat ini belum ditemukan obat spesifik untuk penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus. Obat-obat yang selama ini diberikan untuk pengobatan hepatitis umumnya hanya diketahui sebagai pengobatan simptomatis, yaitu untuk meringankan gejala penyakit yang timbul disamping sebagai pengobatan suportif atau promotif yang berguna untuk membantu kelangsunganfungsi hati. Umumnya HAV pada anak dan bayi tidak begitu berat. Di negara berkembang, kebanyakan pd usia 10 thn, 20%nya usia 20 thn. Hepatitis infeksiosa / hepatitis dgn masa inkubasi pendek 15-45 hari. Penyebaran fekal-oral Kejadian penyakit ,Di tempat perawatan anak yang tidak terpelihara dengan baik Tidak mempunyai pembuangan tinja yang baik , Lupa mencuci tangan sebelum makan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI 1Adalah proses terjadinya inflamasi dan atau nekrosis pada jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin, gangguan metabolik maupun kelainan autoimun. Yang paling sering menjadi penyebab adalah Virus Hepatitis.

2.2 EPIDEMIOLOGIDi Indonesia, terutama yang disebabkan oleh infeksi virus masih merupakan penyakit endemis. Ada tiga kemungkinan yang bisa terjadi bila sel terinfeksi oleh virus:1. Tidak terjadi apa apa2. Terjadi efek sitopatik dan kematian sel3. Sel mengalami hiperplasia yang berakibat kematian sel atau hilangnya kemampuan untuk mengontrol pertumbuhan, seperti sel yang berubah menjadi ganas karena transformasi oleh virus.Virus juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Penyakit yang ditimbulkan antara lain cacar, rabies, demam berdarah dengue (DBD), rubeola mumps (gondongan), herpes, dan sebagainya. Virus juga merupakan penyebab utama Hepatitis. Kecenderungan meningkatnya prevalensi penderita Hepatitis terutama oleh virus, saat ini sudah merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan lebih baik. Hal ini disebabkan sebagian Hepatitis virus akan menjadi kronis, yang akan berlanjut menjadi sirosis dan kanker hati, serta berakhir dengan kematian akibat kegagalan fungsi hati. Hepatitis B sendiri masih merupakan masalah kesehatan masyarakat paling serius di dunia pernah terinfeksi.Pada saat ini diperkirakan terdapat sekitar 3.000 juta penduduk dunia mengidap Hbs Ag dari jumlah tersebut, hampir 78 % berdiam di benua Asia. Menurut Tim Hepatitis Nasional angka prevalensi Hepatitis B berkisar antara 5 10 %. Angka tersebut menunjukkan Indonesia termasuk kelompok negara dengan endemisitas sedang sampai tinggi. Hal ini berarti infeksi virus Hepatitis B sudah banyak terjadi pada saat kehamilan bayi, dan masa anak anak. Oleh karena itu Indonesia termasuk salah satu negara yang sangat dihimbau oleh WHO untuk segera melaksanakan usaha pencegahan terhadap infeksi virus Hepatitis B.Prevalensi anti-HCV pada donor darah dibeberapa tempat di Indonesia menunjukkan angka diantara 0,5% - 3,37%. Sedangkan prevalensi anti HCV pada hepatitis virus akut menunjukkan bahwa hepatitis C (15,5% - 46,4%) menempati urutan kedua setelah hepatitis A (39,8% - 68,3%) dan urutan ketiga di tempati oleh Hepatitis B (6,4 % -25,9 %). Untuk Hepatitis D, walaupun infeksi hepatitis ini erat hubungannya dengan infeksi hepatitis B, di Asia Tenggara dan cina infeksi hepatitis D tidak biasa dijumpai pada daerah dimana prevalensi HbsAg sangat tinggi. Hepatitis E di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi diSintang Kalimantan Barat yang diduga terjadi akibat pencemaran sungai yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Didapatkan HEV positif sebanyak 28/82 (34,1%). Tetapi pada Makalah ini kami akan menjelaskan tentang penyakit Hepatitis yang sering terjadi di masyarakat yaitu Hepatitis A,B dan C.

2.3 ETIOLOGI 2Penyebab hepatitis adalah virus hepatitis yang diagi menjadi:1. Hepatitis A, disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV) yang merupakan virus RNA dari famili enterovirus yang berdiameter 27 nm.2. Hepatitis B, disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yamg merupakan virus DNA berkulit ganda berukuran 42 nm.3. Hepatitis C, disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV) yang merupakan virus RNA kecil terbungkus lemak berdiameter 30-60 nm.4. Hepatitis D, disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV) yang merupakan virus RNA detektif yang membutuhkan kehadiran hepatitis B berdiameter 35 nm.5. Hepatitis E, disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV) yang merupakan virus RNA rantai tunggal yang tidak berselubung dan berdiameter 33-34 nm.6. Hepatitis F, baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.7. Hepatitis G adalah hepatitis dengan gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fluminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah dan jarum suntik.

2.4 HEPATITIS A 1,2

Etiologi Virus hepatitis A (Hepatitis A Virus=HAV) merupakan Hepatovirus yang berhubungan dengan Enterovirus dalam family Picornaviridae. Berbentuk kubus simetrik dengan panjang sisi 27-28 nm. Virus ini tidak memiliki selubung dan tahan terhadap cairan empedu Memiliki 1 serotipe. Genomnya merupakan RNA sense-positif beruntai tunggal dan memiliki empat genotipe. Tipe I dan III paling umum ditemukan pada manusia.

Faktor Resikoa. Tempat penitipan anakb. Pelancong (khususnya yang pergi ke daerah endemik)c. Pengguna obat suntikan (Injection Drug Users = IDUs)d. Hubungan seks oral-anale. Penderita penyakit hati kronisf. Orang-orang yang bekerja dengan hewan primata

Patogenesis

Manifestasi Klinisa. Panasb. Mual-muntahc. Tidak mau makand. Nyeri perute. Ikterik (30% pada bayi dan balita, dewasa 70%)

Menurut stadiumnya:a. Masa Inkubasi berlangsung 18-50 hari *rata-rata 28 hari)b. Masa prodormal terjadi selama 4 hari sampai 1 minggu atau lebih, dengan gejala: fatigue, malaise, nafsu makan turun, mual-muntah, tidak nyaman diperut kanan atas, demam ( 1 tahun, kelompok faktor risiko, pasien penyakit hati kronis, dan orang-orang dengan gangguan faktor pembekuan darah sebaiknya menerima vaksin hepatitis A. Dua jenis vaksin hepatitis A yang berlisensi di AS adalah Vaqta dan Havrix, dimana Vaqta tidak mengandung pengawet dan potensi vaksin ini dihitung dengan unit antigen HAV.Havrix menggunakan 2-fenoksifenol sebagai pengawet dan potensi vaksin dihitung dengan unit ELISA (Enzyme-linked Immunoabsorbent Assay). Efek samping: rasa sakit dan panas di tempat injeksi, sakit kepala, tidak enak badan, dan nyeri. Efek samping serius seperti anafilaksis, sindrom Guillain Barre, brachial plexus neuropathy, transverse myelitis, sklerosis multipel, ensefalopati, dan erythema multiforme.

Imunoglobulin (Ig) digunakan sebagai terapi profilaksis pra/pasca paparan terhadap HAV.a. Paling efektif bila diberikan dalam masa inkubasi.b. Ig jarang menyebabkan efek samping serius dan aman diberikan kepada wanita hamil dan menyusui.c. Dosis: 0,2 mL/kg IM untuk mereka yang telah terpapar HAV atau belum (profilaksis 105 kopi/mLc. Biopsi hati

Penatalaksanaan1. Non-farmakologia. Konselingb. Vaksinasi dan imunisasic. Hindari konsumsi alkohold. Ajak pasien untuk berkonsultasi sebelum menggunakan obat baru, termasuk obat herbal dan obat tanpa resep.2. Farmakologia. Interferon (IFN) Merupakan sitokin yang memiliki efek antivirus, antiproliferatif, dan imunomodulator. Pemberian IFN memerlukan frekuensi pemberian 3 kali seminggu, sehingga digantikan oleh pegylated-IFN (PEG-IFN) PEG-IFN memiliki waktu paruh yang lebih panjang daripada IFN dapat diberikan 1 kali/minggu. Efek samping kelelahan, demam, sakit kepala, mual, tidak nafsu makan, kekakuan, mialgia, artralgia, nyeri muskuloskeletal, insomnia, depresi, cemas/emosi labil, alopesia, reaksi di tempat injeksi. Dosis:a. Interferon -2a :SC/IM; 4,5 x 106 unit 3x seminggu, jika tidak menimbulkan respon setelah 6 bulan, naikkan sampai dosis maks 18x106 unit 3x seminggu.b. Interferon -2bSC; 3x106 unit 3x seminggu, naikkan sampai 5-10x106 unit 3x seminggu bila tidak menimbulkan respons setelah 6 bulan. Pertahankan dosis minimum selama 4-6 bulan kecuali dalam keadaan intoleran.b. Lamivudine Merupakan analog nukleosida Memiliki aktivitas antivirus pada HBV maupun HIV. Indikasi : Hepatitis B kronik. Dosis :Dewasa, anak > 12 tahun : 100 mg 1 x sehari.Anak usia 2 11 tahun : 3 mg/kg 1 x sehari (maksimum100 mg/hari). Efek samping : diare, nyeri perut, ruam, malaise, lelah, demam, anemia, neutropenia, trombositopenia, neuropati, jarang pankreatitis. Perhatian : pankreatitis, kerusakan ginjal berat, penderita sirosis berat, hamil dan laktasi. Interaksi obat : Trimetroprim Penatalaksanaan :Tes untuk HBeAg dan anti HBe di akhir pengobatan selama 1tahun dan kemudian setiap 3 -6 bulan. Durasi pengobatan optimal untuk hepatitis B belum diketahui, tetapi pengobatan dapat dihentikan setelah 1 tahun jika ditemukan adanya serokonversi HBeAg. Pengobatan lebih lanjut 3 6 bulan setelah ada serokonversi HBeAg untuk mengurangi kemungkinan kambuh. Monitoring fungsi hati selama paling sedikit 4 bulan setelah penghentian terapi dengan Lamivudine.c. Adefovir Merupakan analog nukleosida asiklik dari AMP (adenosine monophosphate). Mekanisme kerja: menghambat polimerase DNA HBV. Dosis: 10 mg/hari selama 1 tahun.d. Entecavir Merupakan analog nukleosida dari guanosin. Mekanisme kerja: menghambat polimerase HBV. Lebih poten daripada lamivudine dan efektif pada HBV resisten lamivudine. Dosis: 0,5 mg/hari atau 1 mg/hari pada pasien dengan HBV resisten lamivudine.e. Telbivudine Merupakan analog nukleosida spesifik HBV. Mekanisme kerja: inhibitor kompetitif DNA polimerase. Lebih poten daripada lamivudine. Efek samping: ISPA

Pencegahan Dengan vaksinasi atau imunisasi (Hepatitis B imunoglobulin) Beberapa contoh sediaan vaksin di AS: Twinrix (kombinasi vaksin hepatitis A dan hepatitis B), Recombivax HB, dan Engerix-B.

2.6 HEPATITIS C 1,2

Etiologi Virus hepatitis C (Hepatitis C Virus = HCV) merupakan virus RNA berantai tunggal dari famili Flaviviridae. Virus ini bereplikasi di dalam hepatosit dan tidak merusak sel secara langsung. Waktu paruh dalam serum: 2-3 jam HCV dikelompokkan ke dalam 6 genotip (1-6) yang terdistribusi di seluruh belahan dunia. Masa inkubasi: 2 minggu- 6 bulan

Patofisiologi

Manifestasi Klinis1. Akut Kebanyakan pasien tidak menampakkan gejala dan tidak terdiagnosis setelah infeksi HCV akut. RNA HCV terdeteksi dalam 1-2 minggu setelah infeksi dan meningkat dengan cepat. Kadar RNA HCV stabil pada 105 107 IU/mL menyebabkan peningkatan kadar ALT dan timbulnya gejala-gejala hepatitis. Gejala timbul pada 7 minggu setelah infeksi dan berlangsung selama 3-12 minggu. Gejala-gejala yang dapat timbul:a. Kelelahanb. Hilang nafsu makanc. Lemahd. Jaundice /kuninge. Nyeri perutf. Urin berwarna gelap Infeksi akut akan berkembang menjadi kronis pada 85% pasien, dapat dilihat dari RNA HCV yang menetap selama 6 bulan.2. Kronis Pada tahap kronis, kadar RNA HCV dan ALT serum dapat berfluktuasi, bahkan tidak terdeteksi/kembali normal. Gejala yang dapat timbul pada infeksi kronis:a. Kelelahanb. Nyeri perut bagian kanan atasc. Muald. Nafsu makan hilang/menurun Hepatomegali dapat terlihat dari pemeriksaan fisik.3. Lanjut Gejala yang dapat timbul:a. Spider nevib. Splenomegalic. Eritema pada telapak tangand. Atropi testise. Caput medusa Inflamasi hati kronis dapat menyebabkan fibrosis pada hati. HCV kronis kadang dikaitkan dengan manifestasi ekstrahepatik, misalnya cryoglobulinemia. Cryoglobulinemia adalah pengendapan kompleks imun yang dapat menyebabkan vaskulitis. Gejala-gejalanya adalah: kelelahan, ruam kulit, purpura, artralgia, gangguan ginjal, dan neuropati. Gejala yang lebih jarang: limfoma non-Hodgkin sel B, sindrom Sjgren, glomerulonefritis, artritis, tukak kornea, penyakit tiroid, neuropati, dan porphyria cutanea tarda.

DiagnosaSecara garis besar diagnosa HCV dibagi 2 golongan:1. Uji saring uji terhadap antibody. Keuntungan yaitu mudah tersedia, mudah dilakukan dan murah. Hasil negative palsu ditemukan pada penderita gangguan imunologi, yaitu penderita transplantasi organ, hemodialisa, dan penderita HIV.2. Uji konfirmasi digunakan pada penderita dengan hasil pemeriksaan rendah tetapi dicurigai tertular HCV seperti pada donor darah. Uji ini meliputi:a. Recombinant Imunoblot Assay (RIBA-1, RIBA-2, RIBA-3)b. Deteksi virologisc. Biopsi hati

Pemeriksaan yang lain bisa melalui:1. Pemeriksaan Serologi untuk menemukan antibody dari berbagai antigen HCV, atau disebut juga sebagai diagnose serologis untuk menemukan adanya IgG anti-HCV.2. Pemeriksaan Molekular menemukan nukleotida virus dan juga dapat melakukan penghitungan densitas virus. Ada 4 cara, yaitu:a. Polymerase chain reaction (PCR)b. Nucleic acid sequence based amplification (NASBA)c. Ligase chain reaction (LCR)d. Branched DNA assay (b DNA assay)

PenatalaksanaanTujuan terapi: mengeliminasi virus dan mencegah progresivitas penyakit menjadi sirosis maupun karsinoma hepatoseluler.1. Terapi nonfarmakologia. Vaksin anti hepatitis A dan Bb. Diet gizi seimbangc. Hindari alkohold. Berhenti merokoke. Olahraga teratur2. Terapi FarmakologiMenurut rekomendasi FDA adalah kombinasi antara:a. Interferon 3 MU/m3 tiga kali dalam seminggu.b. Ribavirin 8, 12 atau 15 mg/kgBB perhari

Pencegahana. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah kontak dengan darah atau mukus pasien HCVb. Penderita HCV perlu diberikan konseling agar mereka tidak mengajukan diri sebagai donor darah atau organ.

2.7 HEPATITIS D 1,2

VirologiHDV adalah virus RNA berdiameter 36 mm. Lapisan luarnya adalah HBsAg yang membungkus genom RNA dan antigen delta. Oleh karena dibungkus HBsAg, maka cara masuknya HDV ke dalam sel hati menggunakan reseptor HBV. Didalam hati HDV akan bereplikasi dalam inti sel hati.

Gambaran Klinisa. Ikterus diikuti panas mendadakb. Hematemesisc. Gejala gagal hati fluminan

Diagnosisa. ELISA adanya IgM anti-HDV yang timbul 2-4 minggu setelah infeksi secara koinfeksi dan 10 minggu pada superinfeksib. Pengecatan Immunofluorescence dan western blot mencari adanya HDAgc. Metode PCR mencari HDV RNA

PenatalaksanaanInterferon alfa untuk HDV kronis minimal 1 tahun, bila kadar ALT tetap tinggi dan RNA HDV tetap ada, pengobatan dihentikan. Namun, apabila RNA HDV hilang dan ALT normal, interferon diteruskan sampai HBsAg hilang dari serum

PencegahanImunisasi HBV, karena replikasi HDV tidak berhasil tanpa infeksi HBV.

2.8 HEPATITIS E 1,2

VirologiVirus hepatitis E berdiameter 32-34 nm, berbentuk sferis dan merupakan partikel yang tidak mempunyai penutup. Merupakan virus RNA yang terdiri dari 7500 pasang nukleotida rantai tunggal.

Gambaran Klinisa. Masa inkubasi 2-9 minggub. Bentuk subklinis (ringan) gejala tidak dapat dikenali karena memberi gejala seperti flu.c. Bentuk klinis dengan manifest ikterik sembuh sendiri seperti hepatitis A.d. Perbaikan hiperbilirubinemia dan ALT dicapai setelah 3 minggu sejak timbulnya sakit.e. Kasus berat apabila terjadi pada bumil bias menyebabkan kematian.

Diagnosis1. Mikroskop elektron imun (IEM) memeriksa virus pada tinja penderita2. Deteksi antibody spesifik terhadap virus menggunakan fluorescent antibody-blocking assay3. IgM dan IgG anti-HEV secara western blot dan EIA; IgM anti-HEV ditemukan satu minggu setelah muncul gejala klinis.4. PCR untuk mencari RNA HEV dari serum dan tinja.

2.9 HEPATITIS G 1,2

VirologiVirus hepatitis G (HGV), virus GB-C merupakan virus RNA rantai tunggal yang terdiri atas 9400 pasang nukleotida dan termasuk golongan flaviviridae, ditularkan secara parenteral (transfusi darah atau jarum suntik).

Gambaran Klinisa. Gejala serupa hepatitis C, timbul bersamaan dengan hepatitis B atau Cb. Tidak menyebabkan hepatitis kronis

DiagnosisBerdasarkan ditemukannya virus RNA dengan cara RT-PCR, atau dengan metode branched DNA. Dengan Elisa, antibodi terhadap protein E2 dapat ditemukan pada fase penyembuhan atau infeksi lampau.

2.10 Prognosis Secara keseluruhan hampir seluruh pasien yang pada awalnya sehat dan terinfeksi hepatitis A akan mengalami penyembuhan secara penuh tanpa adanya efek samping. Hampir sama pada hepatitis B, 95 99% pasien akan mengalami penyembuhan secara penuh. Penderita dengan penyakit pemberat sebelumnya, usia lanjut lebih cenderung akan mengalami hepatitis yang berat. Gejala tambahan yang dapat timbul berupa cairan berlebih pada rongga perut (asites), bengkak anggota gerak, dan kerusakan otak, dan ini prognosis tidak akan terlalu baik. Beberapa petanda yang dapat menunjukkan adanya kerusakan hati yang berat adalalah rendahnya kadar serum albumin, hipoglikemia dan tingginya kadar bilirubin. Penderita-penderita ini memerlukan perawatan rumah sakit. Angka kematian hepatitis A dan B berkisar 0,1% tetapi meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Hepatitis C memiliki angka kematian yang lebih rendah lagi. Pada kasus infeksi yang luas hepatitis E (India) angka kematian hanya mencapai angka 1 2 % saja. Angka kematian tinggi pada penderita dengan gangguan sistem kekebalan tubuh mencapai angka 5%.

DAFTAR PUSTAKA

1. Juffrie, dkk., 2010. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta: UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI

2. Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hati. Jakarta: Depkes RI23