refarat tht

27
BAB II Tinjauan Pustaka A. Anatomi Hidung 1. Hidung Luar Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian – bagiannya dari atas ke bawah : Pangkal hidung (bridge) Dorsum nasi Puncak hidung Ala nasi Kolumela Lubang hidung (nares anterior) Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M. Nasalis pars allaris. Kerja otot – otot tersebut menyebabkan nares dapat melebar dan menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. 3

Upload: alfiani-citoz

Post on 18-Feb-2016

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

qwerty

TRANSCRIPT

Page 1: Refarat Tht

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Anatomi Hidung

1. Hidung Luar

Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian – bagiannya dari atas ke bawah :

Pangkal hidung (bridge)

Dorsum nasi

Puncak hidung

Ala nasi

Kolumela

Lubang hidung (nares anterior)

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi

kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M.

Nasalis pars allaris. Kerja otot – otot tersebut menyebabkan nares dapat melebar

dan menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks

(akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi.

Disebelah superior diperkuat oleh tulang-tulang :

os.nasalis, prosesus

 frontalis os. maksila

 prosesus nasalis

os frontal .

3

Page 2: Refarat Tht

Di bagian bawah terdapat kerangka tulang rawan yang disebut cartilagines nasi yang

terdiri dari :

sepasang cartilago nasi lateralis superior 

sepasang cartilago alaris mayor 

sepasang cartilago alaris minores

cartilago septi nasi.

Gambar 2.1 : Anatomi Hidung Luar

2. Kavum Nasi

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang di

pisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum menjadi kavum nasi

kanan dan kiri. Pintu atau lubnag masuk kamvum nasi bagian depan disebut nares

anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan

kavum nasi dengan nasofaring.

4

Page 3: Refarat Tht

Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang nares

anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini di lapisi oleh kulit yang mempunyai banyak

kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrise.

Tiap Kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior dan

superior.Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum di bentuk oleh tulang dan

tulang rawan.Bagian tulang adalah:

Lamina prependikularis os etmoid

vomer

Krista nasalis os maksila

Krista nasalis os palatina,

Bagian tulang rawan adalah

Kartilago Septum ( lamina kuadrangularis)

kolumela

Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. yang terbesar dan letaknya paling bawah

ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil lagi adalah konka superior,sedangkan

yang terkecil disebut konka suprema. Konka suprema ini biasanya rudimenter.

Diantara konka–konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut

meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medius dan

superior.

Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral

rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus naso

lakrimalis.Meatus medius terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga

hidung. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal, sinus maksila, dan sinus

etmoid anterior.PAda meatus superior yang merupakan ruang di antara konka superior

dan konka media terdapat mura sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.

5

Page 4: Refarat Tht

Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan di bentuk oleh os maksila dan os

palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh lamina

kribriformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung.

Gambar 2.2 : Anatomi Kavum Nasi

3. Komplek Ostiomeatal (KOM)

Komplek ostiomeatal (KOM) merupakan celah pada dinding lateral hidung yang

dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea. Stuktur anatomi penting yang

membentuk KOM adalah prosesus usinatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris,

billa etmoid, agger nasi dan resesus frontal. KOM merupakan unit fungsional yang

merupakan tempat ventilasi dan drenase dari sinus-sinus yang letaknya dia anterior dan

frontral.Jika terjadi obstruksi pada celah yang sempit ini, maka akan terjadi perubahan

patologis yang signifikan pada sinus-sinud yang terkait.

6

Page 5: Refarat Tht

4. Perdarahan hidung

a. A. Nasalis anterior (cabang A. Etmoidalis yang merupakan cabang dari A.

Oftalmika, cabang dari A. Karotis interna).

b. A. Nasalis posterior (cabang A.Sfenopalatinum, cabang dari A. Maksilaris

interna, cabang dari A. Karotis interna)

c. A. Angularis (cabang dari A. Fasialis) untuk perdarahan bagian depan

hidung.

Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang

a.sfenopalatina,a. etmoid anterior, a.labialis superior dan a. palatina mayor, yang

disebut pleksus kiesselbach (Little’s area).

Gambar 2.3 : Perdarahan Hidung

7

Page 6: Refarat Tht

5. Persarafan Hidung

Anterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari N. Trigeminus yaitu

N. Etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari N. nasosiliaris, yang

berasal dari N.oftalmika (N. V-1).

Rongga hidung lainya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari

n.maksila melalui ganglion sfenopalatina.Posterior kavum nasi dipersarafi

oleh serabut saraf dari ganglion pterigopalatinum masuk melalui foramen

sfenopalatina kemudian menjadi N. Palatina mayor menjadi N.

Sfenopalatinus.

Fungsi penghidu berasal dari Nervus Olfaktorius. Saraf ini turun dari lamina

kribosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir

pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius didaerah sepertiga

atas hidung.

B. Fisiologi hidung

Sebagai jalan nafas

Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi

konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga

aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara

masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara

inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain

kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari

nasofaring.

Pengatur kondisi udara (air conditioning)

Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan

udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara:

a) Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir.

Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari

8

Page 7: Refarat Tht

lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi

sebaliknya.

b) Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh

darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang

luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan

demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C.

Sebagai penyaring dan pelindung

Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri

dan dilakukan oleh :

a) Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi

b) Silia

c) Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada

palut lendir dan partikel – partikel yang besar akan dikeluarkan dengan

refleks bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh

gerakan silia.Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri,

disebut lysozime.

Indra penghidu

Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa

olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian

atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi

dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.

Resonansi suara

9

Page 8: Refarat Tht

Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan

hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga

terdengar suara sengau.

Proses bicara

Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana

rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk

aliran udara.

Refleks nasal

Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan

saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung

menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu

menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

C. Polip Cavum Nasi

10

Page 9: Refarat Tht

1. Definisi

Polip hidung adalah masa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam

rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan yang terjadi akibat inflamasi mukosa.

Warna polip yang pucat disebabkan karena mengandung banyak cairan dan

sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi iritasi kronis atau proses peradangan

warna polip dapat berubah menjadi kemerah-merahan dan polip yang sudah menahun

warnanya dapat menjadi kekuning-kuningan karena banyak mengandung jaringan

ikat.

Gambar 2.4: Polip Cavum Nasi

11

Page 10: Refarat Tht

2. Epidemiologi

Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-

anak sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak dibawah usia 2 tahun, harus

disingkirkan kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel.

Pravelensi penderita polip nasi belum diketahui pasti karena hanya sedikit laporan

dari hasil studi epidemiologi. Pravelensi polip nasi dilaporkan 1-2% pada orang

dewasa di eropa dan 4.3 % di filandia.Di amerika serikat pravelensi polip nasi

diperkirakan antara 1- 4 %. Pada anak-anak sangat jarang ditemukan dan dilaporkan

hanya sekitar 0.1%.Di Indonesia studi epidemiologi menunjukan bahwa

perbandingan pria dan wanita 2-3: 1 dengan pravelensi 0.2%-4.3%.

3. Etiologi

Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi

alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum

diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam hidung atau

sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal

dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian

menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak

mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak

mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang

dewasa dan jarang pada anak – anak. Pada anak – anak, polip mungkin merupakan

gejala dari kistik fibrosis.

Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :

Alergi terutama rinitis alergi.

Sinusitis kronik.

Iritasi.

12

Page 11: Refarat Tht

Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi

konka.

4. Patogenesis

Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf

otonom serta predisposisi genetic.Menurut teori Barnstein, terjadi perubahan mukosa

hidung akibat peradangan atau aliran udara yang berturbulensi, terutama didaerah sempit

di kompleks ostiomeatal.Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitealisasi dan

pembentukan kelenjar baru juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh

permukaan sel epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip.

Teori lain mengatakan karena ketidakseimbangan saraf vasomotor terjadi

peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang mengakibatkan

dilepaskannya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan adanya edema dan

lama-kelamaan menjadi polip.Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin

membesar menjadi polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung dengan membentuk

tangkai.

Pada penelitian akhir-akhir ini dikatakan bahwa polip berasal dari adanya epitel

mukosa yang rupture oleh karena trauma, infeksi, dan alergi yang menyebabkan edema

mukosa, sehingga jaringan menjadi prolaps. Fenomena Bernoulli menyatakan bahwa

udara yang mengalir melalui tempat yang sempit akan mengakibatkan tekanan negatif

pada daerah sekitarnya. Jaringan yang lemah akan terisap oleh tekanan negatif sehingga

mengakibatkan edema mukosa dan pembentukan polip. Fenomena ini menjelaskan

mengapa polip kebanyakan berasal dari area yang sempit di kompleks ostiomeatal di

meatus media. Walaupun demikian polip dapat timbul dari tiap bagian mukosa hidung

atau sinus paranasi dan sering kali bilateral atau multiple.

5. Gejala Klinis

13

Page 12: Refarat Tht

Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di

hidung. Sumbatan ini tidak hilang – timbul dan makin lama semakin berat

keluhannya. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia atau

anosmia. Bila polip ini menyumbat sinus paranasal, maka sebagai komplikasinya

akan terjadi sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rinore.

Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin dan

iritasi di hidung. Bila di sertai infeksi sekunder mungkin didapati post nasal drip dan

rinore purelen. Gejala sekunder yang dapat timbul ialah bernafas melalui

mulut,suara sengau,halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.

Dapat menyebabkan gejala pada saluran napas bawah, berupa batuk kronik

dan mengi, terutama pada penderita polip nasi dengan asma.

6. Gambaran Hispatologi

a. Makroskopi

Secara makroskopi polip merupakan masa bertangkai dengan dengan

permukaan licin,berbentuk bulat atau lonjing,bewarna putuh keabu-abuan, agak

bening, lobular dapat tunggal atau multiple dan tidak sensitif (bila ditekan atau

ditusuk tidak terasa sakit). Warna poilp yang pucat tersebut karena mengandung

banyak cairan dan sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi iritasi kronis

warna polip bisa berubah kemerah-merahan dan polip yang sudah menahun

warna nya dapat menjadi kekuninh-kuningan karena banyak mengandung

jaringan ikat.

Tempat asal tumbuhnya polip terutama dari kompleks osteomeatal di meatus

medius dan sinus etmoid.Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan endoskop,

mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat.

Ada polip yang tumbuh kearah belakang dan membesar di nasofaring, disebut

polip koana.Polip koana kebanyakan berasal dari dalam sinus maksila dan

disebut juga polip antrokoana.Ada juga sebagian kecil polip koana yang berasal

dari sinus etmoid.

14

Page 13: Refarat Tht

b. Mikroskopis

Secara mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa

hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang

sembab.Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan

makrofag.Mukosa mengandung sel-sel goblet, pembuluh darah, saraf dan

kelenjar sangat sedikit.Polip yang sudah lama dapat mengalami metaplasia

epitel karena sering terkena aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik atau

gepeng berlapis tanpa keratinisasi.

Berdasarkan jenis sel peradangannya, polip dikelompokkan menjadi

2, yaitu polip tipe eosinofilik dan tipe neutrofilik.Polip Eosinofilik sel-selnya

terdiri dari limfosit,sel plasma, eusinofil yang meningkat jumlahnya lebih tinggi

dari neutrofil dan makrofag yang mempunyai latar belakang alergi dan Polip

Neutrofilik Sel-selnya terdiri dari limfosit,sel plasma, neutrofil yang meningkat

jumlahnya lebih tinggi dari eusinofil dan makrofag, biasanya disebabkan

infeksi atau gabungan keduanya.

7. Pemeriksaan fisik

Polip nasi yang masif dapat menyebabkan deformitas hidumg luar sehingga

hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung, Pada pemeriksaan rinoskopi

anterior dijumpai massa polipoid, licin, berwarna pucat keabu-abuan yang

kebanyakan berasal dari meatus media dan prolaps ke kavum nasi. Polip nasi tidak

sensitif terhadap palpasi dan tidak mudah berdarah.

15

Page 14: Refarat Tht

Gambar 2.5 : Rinoskopi Anterior Polip Cavum Nasi

Pada rhinoskopi anterior polip nasi sering harus dibedakan dari konka hidung yang

menyerupai polip (konka polipoid). Perbedaannya:

              Polip       Konka polipoid

Bertangkai Tidak bertangkai

Mudah digerakkan Sukar digerakkan

Tidak nyeri tekan Nyeri bila ditekan dengan pinset

Tidak mudah berdarah Mudah berdarah

Pada pemakaian vasokonstriktor

tidak mengecil

Dapat mengecil dengan

vasokonstriktor

Tabel 2.1: Perbedaan Rhinoskopi Anterior Polip dan Konka Polipoid

16

Page 15: Refarat Tht

Pembagian stadium polip menurut Makay dan Lund (1997)

Stadium 0 : Tidak ada polip, atau masih berada dalam sinus.

Stadium 1 : Polip masih terbatasdi meatus media

Stadium 2 : Polip sudah keluar dari meatus media, tampak di rongga hidung tapi

belum memenuhi rongga hidung.

Stadium 3 : Polip yang masif.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Naso-endoskopi

Pemeriksaan nasoendoskopi memberikan visualisasi yang baik terutama pada

polip yang kecil di meatus media, adanya fasilitas endoskop (teleskop) akan sangat

membantu diagnos kasus polip yang baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak

terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan naso-

endoskopi.

pada kasus polip koana juga sering dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari

ostium asesorius sinus maksila.

b. Pemeriksaan Radiologi

Foto polos sinus paranasal (posisi Waters,AP,Caldwell dan lateral) dan dapat

memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara – cairan di dalam

sinus,tetapi kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan Tomografi komputer

(TK, Ct-Scan) sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan hidung dan

sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan

pada KOM.TK terutama di indikasikan pada kasus polip yang gagal diobati dengan

17

Page 16: Refarat Tht

terapi medikamentosa, jika ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan

tindakan bedah terutama bedah endoskopi.

9. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan kasus polip nasi ialah menghilangkan keluhan –

keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip. Pemberian

Kortikosteroid untuk menghilagkan polip nasi disebut juga polipoektomi

medikamentosa. Dapat diberikan topikal atau sistemik. Polip tipe eosinifilik

memberikan respon yang lebih baik terhadap pengobatan kortikosteroid dibandingkan

polip tipe neutrofilik.

Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang

sangat massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Indikasi pembedahan apabila

polip sudah menghalangi saluran napas, menghalangi saluran drainase/sinus, dan

mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga dapat dilakukan ekstraksi polip

(polipektomi) menggunakan senar polip atau cunam dengan analgesi local,

etmoidektomi intra nasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid, operasi

Caldwell Luc untuk sinus maksila. Yang terbaik adalah apabila tersedia fasilitas

endoskopi maka dapat dilakukan fasilitas endoskopi maka dapat dilakukan tindakan

BSEF (Bedah Sinus Endoskopi Fungsional).

10. Komplikasi

Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran besar atau

dalam jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau infeksi sinusitis

kronik, mengorok dan bahkan sleep apnea (kondisi serius nafas dimana akan stop dan

start bernafas bebrapa kali selam tidur). Dalam kondisi parah, akan megubah bentuk

wajah dan penyebab penglihatan ganda/berbayang.

18

Page 17: Refarat Tht

11. Prognosis

Umumnya setelah penatalaksanaan yang dipilih, prognosis polip hidung ini baik

(dubia et bonam) dan gejala-gejala nasal dapat teratasi. Akan tetapi kekambuhan pasca

operasi atau pasca pemberian kortikosteroid masih sering terjadi, oleh karena itu

pengobatan pengobatannya juga perlu ditujukan kepada penyebabnya, misalnya alergi.

Terapi yang aling ideal pada rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan alergen

penyebab dan eliminasi.

19

Page 18: Refarat Tht

BAB III

KESIMPULAN

Polip hidung adalah masa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam

rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan yang terjadi akibat inflamasi mukosa.

Warna polip yang pucat disebabkan karena mengandung banyak cairan dan sedikitnya

aliran darah ke polip.Polip nasi merupakan salah satu penyakit THT yang memberikan

keluhan sumbatan pada hidung yang menetap dan semakin lama semakin berat

dirasakan.

Etiologi polip di literatur terbanyak merupakan akibat reaksi hipersensitivitas

yaitu pada proses alergi, sehingga banyak didapatkan bersamaan dengan adanya rinitis

alergi. Diagnosis polip hidung dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti nasoendoskopi atau pun radiologi. Pada

anamnesis pasien, didapatkan keluhan obstruksi hidung, anosmia, adanya riwayat rinitis

alergi, keluhan sakit kepala, adanya sekret hidung.

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior ditemukan massa yang lunak, bertangkai,

mudah digerakkan, tidak ada nyeri tekan dan tidak mengecil pada pemberian

vasokonstriktor lokal. Untuk Penatalaksanaan polip nasi ini bisa secara konservatif

maupun operatif, yang biasanya dipilih dengan melihat ukuran polip itu sendiri dan

keluhan dari pasien sendiri. Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah

menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.

20

Page 19: Refarat Tht

Daftar Pustaka

1. Bachert et al. 2003. An update on the diagnosis and treatment of sinusitis and nasal polyposis. Allergy 58:176-191

2. Bernstein JM. 2001. Diseases of the sinuses diagnosis and management. London: B.C Decker

3. Netter FH,Atlas of Human Anatomy, 4th ed.US: Saunders;2006.4. Newton, JR. Ah-see, KW.2008.A Review of nasal polyposis.therapeutics and

clinical risk menegement. 5. Soepardi, EA. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,Kepala

dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FK-UI.

21