refarat nyctalopia

28
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vitamin A atau retinol adalah senyawa yang larut lemak yang ditemukan di dalam hati, khususnya pada hati ikan, unggas, daging, dan produk susu. Vitamin A terdiri dari kelompok retinoids dan karotenoids. Sekitar 50-90% retinol diabsorbsi di usus halus dan ditransport lalu bergabung dengan kilomikron menuju hati lalu disimpan sebagai retinol palmitat. Ketika dibutuhkan, retinol akan dilepaskan ke pembuluh darah dan berkombinasi dengan retinol binding protein (RPB). Ketika asupan vitamin A terus menurus berkurang untuk jangka waktu yang lama, cadangan dalam hati akan menipis, tingkat serum retinol akan turun, fungsi epitel terganggu, dan tanda-tanda xerophthalmia terihat. 1 Banyaknya masalah defisiensi vitamin A di dunia diperkiran berdasarkan survey klinik di seluruh dunia, sekitar 350.000 kasus baru kerusakan mata yang parah muncul setiap tahunnya pada anak-anak usia pra sekolah, diperkirakan 60% dari anak-anak ini meninggal dalam waktu 1 tahun setelah menjadi buta. Teknik baru yang diterapkan pada survey untuk menilai vitamin A menunjukkan bahwa pada negara berkembang terdapat 40- 60% populasi anak prasekolah yang mengalami defisiensi vitamin A secara subklinis. 1

Upload: novina-sari

Post on 18-Feb-2016

142 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

REFARAT NYCTALOPIA

TRANSCRIPT

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin A atau retinol adalah senyawa yang larut lemak yang ditemukan

di dalam hati, khususnya pada hati ikan, unggas, daging, dan produk susu.

Vitamin A terdiri dari kelompok retinoids dan karotenoids. Sekitar 50-90% retinol

diabsorbsi di usus halus dan ditransport lalu bergabung dengan kilomikron

menuju hati lalu disimpan sebagai retinol palmitat. Ketika dibutuhkan, retinol

akan dilepaskan ke pembuluh darah dan berkombinasi dengan retinol binding

protein (RPB). Ketika asupan vitamin A terus menurus berkurang untuk jangka

waktu yang lama, cadangan dalam hati akan menipis, tingkat serum retinol akan

turun, fungsi epitel terganggu, dan tanda-tanda xerophthalmia terihat.1

Banyaknya masalah defisiensi vitamin A di dunia diperkiran berdasarkan

survey klinik di seluruh dunia, sekitar 350.000 kasus baru kerusakan mata yang

parah muncul setiap tahunnya pada anak-anak usia pra sekolah, diperkirakan 60%

dari anak-anak ini meninggal dalam waktu 1 tahun setelah menjadi buta. Teknik

baru yang diterapkan pada survey untuk menilai vitamin A menunjukkan bahwa

pada negara berkembang terdapat 40-60% populasi anak prasekolah yang

mengalami defisiensi vitamin A secara subklinis.1

Pada tingkat kesehatan masyarakat, defisiensi vitamin A terdapat pada

lingkungan social, ekonomi dan ekologi yang sangat minim dan puncaknya terjadi

selama masa kekurangan makanan dan setelah epidemik campak dan diare serta

penyakit infeksi lainnya. Manifestasi yang paling awal dari defisiensi vitamin A

adalah rabun senja. Penyakit ini paling banyak dialami oleh anak-anak, pada anak

berusia 1 sampai 3 tahun hal ini bisa terjadi karena tidak lama setelah disapih anak

tersebut diberikan makanan yang tidak mengandung vitamin A.1

Rabun senja (nyctalopia) adalah gangguan penglihatan kala senja atau

malam hari, atau pada keadaan cahaya remang-remang. Banyak juga

menyebutnya sebagai rabun ayam.1

2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata

2.1.1 Bagian Luar

Gambar 2.1. Anatomi Bagian Luar Mata

a. Bulu Mata

Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat ditepi kelopak mata.

b. Alis Mata (Supersilium)

Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata.

c. Kelopak Mata (Palpebra)

Kelopak mata merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang

terletak di depan bulbus okuli.

d. Kelenjar Air Mata

e. Kelenjar Meibom2

3

2.1.2 Bagian Dalam

Gambar 2.2. Anatomi Bagian Dalam pada Mata

a. Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran tipis bening yang melapisi permukaan

bagian dalam kelopak mata dan dan menutupi bagian depan sklera

(bagian putih mata), kecuali kornea. Konjungtiva mengandung banyak

sekali pembuluh darah.2

b. Sklera

Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat dan berada pada

lapisan terluar mata yang berwarna putih.2

c. Kornea

Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita

dapat melihat membran pupil dan iris.2

d. Koroid

Koroid adalah lapisan yang dibangun oleh jaringan ikat yang memiliki

banyak pembuluh darah dan sejumlah sel pigmen.2

e. Iris

Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata.2

f. Pupil

Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan

kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil

mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan

menyempit jika kondisi ruangan terang.2

4

g. Lensa

Lensa berada tepat dibelakang iris dan tergantung pada ligamen

suspensori. Bentuk lensa disebut ruang viretus, berisi cairan yang lebih

kental(humor viterus), yang bersama dengan humor akueus berperan

dalam memelihara bentuk bola mata.2

h. Retina

Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sangat

sensitif terhadap cahaya. Pada retina terdapat reseptor(fotoreseptor).2

i. Aqueous humor

Aquaeous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea.

Strukturnya sama dengan cairan sel, mengandung nutrisi bagi kornea

dan dapat melakukan difusi gas dengan udara luar melalui kornea.2

j. Vitreus humor (Badan Bening)

Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat

transparan seperti jeli(agar-agar) yang jernih. Zat ini mengisi pada

mata dan membuat bola mata membulat.2

k. Bintik Kuning

Bintik kuning adalah bagian retina yang paling peka terhadap cahaya

karena merupakan tempat perkumpulan sel-sel saraf yang berbentuk

kerucut dan batang.2

l. Saraf Optik

Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju

ke otak.2

m. Otot Mata

Otot-otot penggerak mata terdiri atas 6 otot, yaitu :

1 Muskulus rektus okuli suoerior

2 Muskulus rektus okuli lateral

3 Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata)

4 Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata)

5 Muskulus obliques okuli inferior

6 Muskulus obliques okuli superior

5

2.2. Fisiologi Penglihatan

Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk

dengan 40 unsur utama yang berbeda dan semua bagian ini memiliki fungsi

penting dalam proses melihat, kerusakan atau ketiadaan salah satu fungsi

bagiannya saja akan menjadikan mata tidak dapat melihat. Lapisan tembus cahaya

di bagian depan mata adalah kornea, tepat dibelakangnya terdapat iris, selain

memberi warna pada mata iris juga dapat merubah ukurannya secara otomatis

sesuai kekuatan cahaya yang masuk, dengan bantuan otot yang melekat padanya.

Misalnya ketika berada di tempat gelap iris akan membesar untuk memasukkan

cahaya sebanyak mungkin. Ketika kekuatan cahaya bertambah, iris akan mengecil

untuk mengurangi cahaya yang masuk ke mata. System pengaturan otomatis yang

berkeja pada mata bekerja sebagaimana berikut.3

Ketika cahaya mengenai mata sinyal saraf terbentuk dan dikirimkan ke

otak, untuk memberikan pesan tentang keberadaan cahaya, dan kekuatan cahaya.

Lalu otak mengirim balik sinyal dan memerintahkan sejauh mana otot disekitar

iris harus mengerut. Bagian mata lainnya yang bekerja bersamaan dengan struktur

ini adalah lensa. Lensa bertugas memfokuskan cahaya yang memasuki mata pada

lapisan retina di bagian belakang mata. Karena otot-otot disekeliling lensa cahaya

yang datang ke mata dari berbagai sudut dan jarak berbeda dapat selalu

difokuskan ke retina.3

Mekanisme ini menghasilkan reaksi ion dalam sel dan menghasilkan

energi listrik, energi ini merangsang saraf-saraf yang terdapat tepat di belakang sel

retina. Dengan demikian bayangan yang ketika mengenai mata berwujud seperti

foto cahaya ini meneruskan perjalanannya dalam bentuk sinyal listrik. Sinyal ini

berisi informasi visual objek di luar mata. Agar mata dapat melihat sinyal listrik

yang dihasilkan dalam retina harus diteruskan dalam pusat penglihatan di otak.

Namun sel-sel saraf tidak berhubungan langsung satu sama lain ada celah kecil

yang memisah antar titik, lalu sinyal listrik ini diubah menjadi energi kimia

dengan cara ini informasi diteruskan dari satu sel saraf ke sel saraf berikutnya.3

6

Ketika dipindahkan ke saraf berikutnya sinyal ini diubah lagi menjadi

sinyal listrik dan melanjutkan perjalanannya ke tempat titik sambungan lainnya

mencapai pusat penglihatan pada otak, disini sinyal tersebut dibandingkan

informasi yang ada di pusat memori dan bayangan tersebut ditafsirkan akhirnya

kita dapat melihat karena adanya system sempurna yang terdiri atas ratusan

kompenen kecil ini dan semua rentetan peristiwa ini terjadi pada waktu kurang

dari 1 detik.3

Secara singkat Mekanisme melihat adalah :

1) Cahaya masuk ke dalam mata melalui pupil.

2) Lensa mata kemudian memfokuskan cahaya sehingga bayangan benda yang

dimaksud jatuh tepat di retina mata.

3) Kemudian ujung saraf penglihatan di retina menyampaikan bayangan benda

tersebut ke otak.

4) Otak kemudian memproses bayangan benda tersebut sehingga kita dapat

melihat benda tersebut.3

2.3 Rabun Senja (Nyctalopia)

2.3.1 Definisi

Rabun senja, sering disebut juga sebagai rabun ayam atau Nyctalopia,

merupakan kelainan pada mata yang terjadi akibat kekurangan vitamin A.

Kurangnya kadar energy protein, kekurangan zinc, efek obat pencahar, mutasi

genetic, dan konsumsi alkohol berlebihan juga memperparah keadaan penderita

rabun senja. Rabun senja disebabkan oleh rusaknya sel retina yang semestinya

bekerja pada lingkungan minim cahaya. Pada penderita rabun senja, sel pada

retina dapat menjadi rusak karena kekurangan vitamin A, namun dapat pula

diakibatkan oleh mata minus, katarak, retinis pigmentosa, obat-obatan, atau

bawaan sejak lahir. Maka, dapat dikatakan bahwa rabun senja merupakan suatu

gejala klinis tahap awal akibat kekurangan vitamin A.4

Pada sel batang di retina mata terdapat rhodopsin atau visual purple

(pigmen ungu) yang mengandung vitamin A yang terikat pada protein. Pada mata

normal, apabila menerima cahaya, rodopsin akan terkonversi menjadi visual

7

yellow dan kemudian menjadi visual white. Konversi ini membutuhkan vitamin

A. Regenerasi visual purple hanya akan terjadi apabila tersedia vitamin A yang

tidak cukup. Tanpa regenerasi, maka pengelihatan mata pada cahaya remang akan

terganggu. Oleh karena itu, apabila kekurangan vitamin A, maka mata akan sulit

melihat ketika berada di lingkungan kurang cahaya.4

Pada sistem pengelihatan, ada tiga macam pengelihatan, yakni

pengelihatan photopic, pengelihatan mesopic, dan pengelihatan scotopic.

Pengelihatan photopic adalah pengelihatan pada kondisi lingkungan yang banyak

cahaya sehingga sel kerucut bekerja maksimal. Tiga jenis sel kerucut, yakni hijau,

biru, dan merah, bekerja menghasilkan persepsi warna di tempat terang.

Pengelihatan mesopic adalah ketika sel batang dan sel kerucut bekerja secara

bersamaan untuk menghasilkan persepsi warna. Pada keadaan ini, lingkungan

tetap memiliki kadar cahaya namun kurang, seperti pada saat matahari akan

terbenam. Sedangkan pengelihatan scotopic adalah pada saat lingkungan benar-

benar kurang cahaya, seperti pada saat malam hari ketika hanya disinari oleh

bulan. Pada keadaan ini, hanya sel batang yang bekerja dan tidak ada lagi warna

yang dapat dilihat.4

8

Gambar 2.3. Penglihatan Scotopic, Photopic, dan Mesopic

Penderita rabun senja memiliki kesulitan untuk melihat pada saat hari

sudah senja (keadaan penglihatan mesopic) dan di lingkungan yang kurang cahaya

(keadaan penglihatan scotopic). Rabun senja bisa jadi merupakan sebuah gejala

yang menandakan bahwa seseorang terjangkit suatu kelainan mata, misalnya

retinis pigmentosa.4

2.3.2 Etiologi

Penyebab utama rabun senja adalah Kekurangan Vitamin A (KVA). Pada

kondisi normal, pigmen sensitif cahaya memicu impuls saraf ke otak. Rhodopsin,

fotopigmen yang juga disebut pigmen ungu, disintesa oleh sel batang dan

bertanggung jawab pada pencitraan pada suasana urang cahaya (penglihatan

skotopik). Dengan kata lain, sintesa rhodopsin tergantung pada keberadaan

vitamin A.5

Adaptasi dalam gelap (daerah yang kurang cahaya) yang penuh

membutuhkan waktu 20-30 menit. Sel kerucut, yang mengadaptasi gelap, dalam

5-7 menit, bertanggung jawab pada warna dan kecerahan serta pencitraan baca,

tetapi tidak pernah menjadi cukup sensitif pada tingkat level yang rendah dari

iluminasi untuk menyediakan penglihatan skotopik. Penglihatan skotopik dalam

keadaan normal dapat membuat seseorang melihat saat fajar, senja, atau pada saat

cahaya remang-remang. Namun, terdapat beberapa factor yang menyebabkan

kekurangan vitamin A, antara lain :

1. Kekurangan Energi Protein (KEP)

Kurang Energi Protein (KEP) adalah sebuah kondisi ketika nutrisi seperti

protein, lemak dan karbohidrat tidak tercukupi dari asupan makanan, baik secara

kuantitatif dan kualitatif

Vitamin A, baik preformed (retinol) atau diubah dari karoten, disimpan

dalam hati. Retinol diangkut dari hati ke situs lain dalam tubuh dengan retinol

binding protein (RBP), sebuah protein pembawa spesifik. kekurangan protein

dapat mempengaruhi status vitamin A dengan mengurangi sintesis RBP.

9

Sebagian besar asosiasi antara KEP dan kurang vitamin A dapat dijelaskan

oleh kebiasaan makan dan pola penyakit yang pada saat yang sama

mempengaruhi baik energy protein dan status vitamin A. Selain itu, ada bukti

eksperimental dan klinis bahwa status protein yang rendah dapat merusak sintesa

RBP dan pelepasannya dari hati. Oleh karena itu respon RBP terhadap dosis besar

vitamin A berkurang. Status protein rendah dapat mengganggu respons terhadap

vitamin A pemulihan terapi dan keterlambatan xeroftalmia kornea.5

2. Kekurangan zinc (Zn).

Zinc diserap dari usus kecil dan akan terkandung dalam suatu enzim

(retinol dehydrogenase) yang mengubah retinol menjadi retinal. Jika rabun senja

diakibatkan oleh kekurangan zinc dan penderita menderita sirosis karena alkohol,

maka pemberian tambahan zinc pada penderita dilarang karena zinc tidak terserap

sehingga akan keluar bersama dengan urin. Kekurangan zinc dan VAD dapat

disebabkan oleh konsumsi alkohol.5

3. Keabnormalan hereditas (mutasi genetic).

Rabun senja juga dapat disebabkan karena keabnormalan hereditas, yaitu

yang diakibatkan mutasi genetik. Namun, hanya ditemukan sedikit kasus rabun

senja karena mutasi genetik.5

4. Mengkonsumsi alkohol berlebihan

Konsumsi alkohol berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada fungsi

liver bahkan menyebabkan pula pengerasan pada hati, sedangkan liver memiliki

fungsi sebagai tempat menyimpan cadangan vitamin A. Apabila hati sudah tidak

dapat berfungsi dengan baik, maka vitamin A tidak dapat disimpan di dalam hati.

Tidak adanya cadangan vitamin A di hati, dengan kurangnya asupan vitamin A

dari makanan akan menimbulkan gangguan pada penglihatan kurang cahaya

(Rabun Senja).5

5. Efek obat pencahar

Obat pencahar adalah nutrisi mineral yang mengikat vitamin yang larut

dalam lemak yaitu vitamin A, D, E dan K dan asam linoleat, asam lemak esensial.

10

Pengikatan ini mencegah penyerapan gizi ketika mereka melalui usus dan hilang

dalam tinja. Penggunaan kronis obat pencahar dapat menyebabkan kekurangan

vitamin ini, terutama rabun senja karena kekurangan vitamin A, gangguan tulang

dari vitamin D yang tidak memadai dan perdarahan dari kekurangan vitamin K.

Pencahar lainnya juga efek perubahan mukosa usus, atau lapisan, menyebabkan

kurang memadai penyerapan vitamin lainnya, tidak hanya vitamin yang larut

dalam lemak tetapi juga dan mineral.5

2.3.3 Patofisiologi

Patofisiologi kebutaan senja sangat kompleks, dan tergantung pada proses

penyakit yang mendasarinya. Mutasi gen warisan menghasilkan versi abnormal atau

bahkan tidak ada protein esensial untuk fungsi fotoreseptor.

Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak, diuraikan oleh enzim

pankreas dan diserap di bagian proksimal usus kecil. Kondisi yang mempengaruhi

fungsi pankreas, seperti cystic fibrosis dan pankreatitis kronis, atau kondisi lain

yang mengarah pada pengurangan kemampuan menyerap vitamin A, seperti

operasi lambung atau Crohn disease, dapat menyebabkan defisiensi vitamin A

sehingga nutrisi untuk rhodopsin (suatu zat peka cahaya tersusun atas protein dan

vitamin A) pada sel batang tidak tercukupi. Rhodopsin akan terurai jika ada

cahaya dan berperan dalam penglihatan di tempat gelap. Vitamin A (retinol)

diperlukan oleh fotoreseptor untuk memproduksi protein esensial yang terlibat

dalam siklus fototransduksi. Ketika kekurangan protein ini, disfungsi fotoreseptor

dapat menyebabkan gejala rabun senja/kebutaan malam/nyctalopia.

Rabun senja disebabkan oleh gangguan dari sel-sel di retina yang

bertanggung jawab untuk penglihatan dalam cahaya redup. Hal ini memiliki

banyak penyebab, termasuk:

a. Miopi (rabun jauh)

b. Obat-obatan glaukoma yang bekerja dengan konstriksi (mengecilkan)

pupil

c. Katarak, membuat area berkabut pada lensa mata

d. Bentuk dari degenerasi retina seperti Retinitis pigmentosa

e. Kekurangan vitamin A, yang dapat mengakibatkan kelainan pada retina

11

dan membuat mata menjadi kering

f. Cacat bawaan lahir.5

2.3.4 Klasifikasi

Kekurangan vitamin A menujukkan gejala-gejala klinis yang bertahap.

Berikut klasifikasi kekurangan vitamin A menurut WHO/USAID

UNICEF/HKI/IVACG, 1996.

1. XN

Rabun senja (hemeralopia, nyctalopia) termasuk dalam klasifikasi

XN.Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi pada

lingkungan dengan keadaan kurang cahaya sehingga kemampuan

penglihatan menurun pada kondisi ini.5

2. XIA

Xerosis

konjungtiva merupakan tahap lanjut

defisiensi vitamin A setelah rabun

senja. Selaput lendir bola mata tampak

kurang mengkilat atau tampak kering, berkeriput, dan berpigmentasi serta

permukaan tampak kasar dan kusam.5

3. XIB

Kelanjutan dari XIA (xerosis

konjungtiva) yang ditambah dengan

munculnya bercak bitot, yaitu bercak

putih yang tampak seperti busa sabun

atau keju yang biasanya terdapat di

daerah celah mata sisi luar. Bercak ini merupakan penumpukan keratin

dan sel epitel. Mata yg normal biasanya mengeluarkan mukus yaitu cairan

lemak kental yg dikeluarkan sel epitel mukosa untuk mencegah infeksi.

Bila kekurangan vitamin A, sel epitel akan mengeluarkan keratin (protein

yg tidak larut dalam air) dan bukan mukus. Bila sel epitel mengeluarkan

12

keratin, sel membran akan kering dan mengeras yg disebut keratinisasi.

Keadaan bisa berlanjut menyebabkan penyakit xeroftalmia bila tidak

diobati mata akan buta.5

4. X2

Kekeringan pada konjungtiva yang

berlanjut hingga kornea, disebut dengan

xerosis kornea. Kornea tampak kering

dengan permukaan yang tampak kasar.5

5. X3A

Keratomalasia atau ulserasi kornea

dengan lebar kurang dari 1/3 permukaan

kornea dimana kornea melunak seperti

bubur dan dapat terjadi ulkus.Pada tahap

ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea

pecah). Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir dengan perforasi

dan prolaps jaringan isi bola mata dan dapat membentuk cacat tetap yang

dapat menyebabkan kebutaan.5

6. X3B

Sama seperti X3A (Keratomalasia atau

ulserasi kornea), namun lebar infeksinya

lebih dari 1/3 permukaan kornea.5

7. XS

Xeroftalmia scar merupakan sikatriks

(jaringan parut) kornea. Kornea mata

tampak menjadi putih atau bola mata

tampak mengecil. Apabila luka pada

kornea telah sembuh, maka akan

meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan parut. Penderita menjadi

buta dan apabila ingin disembuhkan maka kornea harus dicangkok atau

diganti yang baru.5

8. XF

13

Xeroftalmia fundus merupakan keadaan dimana terjadi kelainan pada

fundus (permukaan dalam mata yang terdiri dari retina, makula, fovea,

blind spot/optic disc dan posterior pole). Fundus tampak seperti cendol.

Ditandai pula dengan adanya noda-noda putih yang menyebar di seluruh

fundus. Selain itu, terdapat luka pada retina (seperti bintik putih), dengan

terjadi penyempitan luas pandang.5

Perlu diketahui bahwa penderita pada tahap XN, XIA, XIB, dan X2

biasanya masih dapat disembuhkan dengan pengobatan yang baik. Kondisi X2

merupakan tahap yang sudah cukup gawat dan harus segera diobati apabila

penderita masih menginginkan matanya kembali normal karena apabila dibiarkan,

maka kelainan akan dengan cepat berlanjut ke tahap X3. Tahap X3A dan X3B

juga masih dapat diobati namun meninggalkan cacat dan bahkan dapat

menyebabkan kebutaan total apabila kelainan pada kornea cukup luas sehingga

menutupi seluruh bagian kornea. Sedangkan pada tahap XS, penderita sudah tidak

dapat disembuhkan. Namun untuk XF, penderita dapat disembuhkan apabila

dilakukan pengobatan yang teratur dengan terapi vitamin A selama 2-4 bulan.5

2.2.5 Gejala Klinis

Ada beberapa gejala yang muncul pada penderita Nyctalopia atau rabun

senja, yaitu

a. Sulit melihat pada tempat dengan cahaya minimal.

b. Kesulitan melihat saat mengemudi di sore hari.

c. Selain itu, perasaan bahwa mata memerlukan waktu yang lebih lama

untuk penyesuaian terhadap perubahan dari terang menjadi gelap juga

dapat merupakan gejala rabun senja.5

2.2.6 Diagnosis

Mendeteksi rabun senja dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara yang

dilakukan untuk mendiagnosis rabun senja dikelompokkan menjadi dua, yaitu

anamnesis dan pemeriksaan secara biofisik.5

Anamnesis merupakan diagnosis awal terhadap suatu penyakit. Sedangkan

pemeriksaan biofisik terdiri dari Tes adaptasi gelap secara sederhana, tes adaptasi

14

gelap dengan adaptometri gelap, dan pemeriksaan mata dengan

Electroretinography.

a. Anamnesis

Anamnesis adalah pemeriksaan yang biasanya dilakukan pertama kali pada

penderita dengan menanyakan riwayat penderita tentang keluhan penyakitnya

saat ini dan penyakitnya pada masa lampau.5

Pertanyaan yang diberikan mengenai:

a. Identitas diri dan identitas orangtua (apabila penderitanya adalah

anak-anak)

b. Keluhan pada penglihatannya (penglihatan pada suasana bayak

cahaya atau kurang cahaya)

c. Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya, (apakah pernah

menderita diabetes, campak, penyakit infeksi, gangguan pada hati,

dll)

d. Riwayat pola makan (apakah mengkonsumsi makanan bervitamin

A atau tidak)

b. Pemeriksaan secara Biofisik

a. Tes Adaptasi Gelap sederhana

Tes adaptasi gelap sederhana dilakukan dengan merancang sebuah

ruangan dengan suasana gelap (kurang cahaya). Dapat dilakukan beberapa cara

untuk mendiagnosa seseorag menderita rabun senja atau tidak. Salah satu cara

yang sederhana adalah dengan memerintahakan orang yang akan diperiksa

tersebut untuk melakukan sesuatu, misalnya mengambil barang berbentuk

segitiga. Orang yang penglihatan skotopikya normal masih dapat membedakan

bentuk karena masih dapat melihat dalam keadaan kurang cahaya setelah

beradaptasi beberapa waktu. Sedangkan orang yang menderita rabun senja sudah

tidak dapat lagi membedakan bentuk, karena penglihatannya akan hitam dan gelap

sama sekali.5

b. Tes Adaptasi Gelap dengan menggunakan alat Adaptometri Gelap

Adaptometri gelap adalah suatu alat yang dikembangkan untuk

mengetahui kadar vitamin A tanpa mengambil sampel darah menggunakan

15

suntikan. Mengingat bahayanya suntuikan apabila tidak digunakan dalam keadaan

steril.5

Pemeriksaan kekurangan vitamin A dengan adaptometri gelap

menggunakan alat illuminator. Iluminator terdiri dari dua lampu LED (light

emitting diode) yang digunakan untuk pemeriksaan.Lampu pertama memancarkan

cahaya kuning-hijau dengan panjang gelombang 572 nanometer.Lampu itu

memiliki spesifi kasi 22 tingkatan rentang intensitas cahaya mulai dari -1,208

sampai dengan 1,286 log candela per meter persegi (log cd/m2). Sedangkan

lampu kedua memancarkan cahaya kuning-merah dengan panjang gelombang 626

nanometer. Sebelum pemeriksaan, pasien menjalani binocular partial bleach,

cahaya terang ditimpakan pada mata dengan menggunakan blitz kamera.5

Selanjutnya, pasien akan diminta untuk beradaptasi dengan kondisi gelap

selama 10 menit di suatu ruangan yang telah dibuat gelap. Jendela-jendela yang

ada di ruangan itu ditutup dengan menggunakan kain hitam. Derajat gelap yang

dijadikan patokan berdasarkan kondisi seseorang yang berada di dalam ruang

gelap tersebut tidak dapat melihat huruf berukuran tinggi 10 sentimeter dan tebal

1,5 sentimeter dengan tinta hitam pada kertas putih.5

Pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan meletakkan lampu kuning-

hijau dengan wadah berbentuk corong di hadapan mata kiri. Bentuk corong

tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menutup mata kiri. Sedangkan

lampu kuning merah diarahkan dari sisi temporal atau samping mata kanan untuk

memberikan iluminasi (datangnya cahaya ke suatu objek) yang mempermudah

pengamatan respons pupil mata kanan.5

Pengamatan mata sebelah kanan itu dilakukan dengan bantuan lup 2,5 kali

pembesaran. Saat pemeriksaan, perhatian subjek diarahkan pada suatu objek

berluminasi yang diletakkan pada jarak enam meter. Pada mata kiri diberikan

stimulus cahaya kuning hijau selama satu detik mulai dari intensitas terkecil.5

Intensitas stimulus dinaikkan bertahap mulai dari intensitas cahaya paling

rendah dengan selang interval 10 detik hingga pupil (mata sebelahnya)

memberikan respons mengecil yang dapat dilihat dengan jelas oleh pemeriksa.

Pada dua pengujian berturut-turut, hasil yang didapat dicatat pada formulir data

16

subjek. Skor pemeriksaan adaptasi gelap kurang dari -1,11 log cd/ m2, dianggap

sebagai bukti adanya defisiensi vitaminA.5

c. Pemeriksaan dengan Electroretinography (ERG)

Electroretinography adalah alat yang digunakan untuk mengukur respons

elektrik dari fotoreseptor cahaya di mata, yaitu sel batang dan sel kerucut di

retina.

Mata pasien akan dibuka dengan sebuah retraktor setelah mata dibuat mati

rasa dengan ditetesi cairan. Elektroda akan ditempatkan pada setiap mata dan

elektroda tersebut akan mengukur aktivitas listrik ke retina sebagai respons

terhadap cahaya. Petugas pemeriksa akan mengukur hasilnya saat berada di

keadaan terang dan dalam keadaan gelap.5

2.3.7 Diagnosis Banding

Rabun senja memiliki kesamaan gejala dengan suatu penyakit, yaitu

Retinitis Pigmentosa. Namun, penyakit ini memiliki perbedaan yang cukup

mendalam dengan penyakit rabun senja.6

Retinitis Pigmentosa adalah suatu kemunduran yang progresif pada retina

yang mempengaruhi penglihatan pada malam hari dan penglihatan tepi dan pada

akhirnya bisa menyebabkan kebutaan. Retinitis pigmentosa dengan tanda

karekteristik degenerasi sel epitel retina terutama sel batang dan atrofi saraf optik,

menyebar tanpa gejala peradangan. Merupakan kelainan yang berjalan progresif

dan bermula sejak masa kanak- kanak. Retinitis pigmentosa merupakan penyakit

keturunan yang jarang terjadi. Beberapa bentuk penyakit ini diturunkan secara

dominan, hanya memerlukan 1 gen dari salah satu orang tua resesif atau bentuk

yang lainnya diturunkan melalui kromosom X, hanya memerlukan 1 gen dari ibu.

Penyakit ini terutama menyerang sel batang retina yang berfungsi mengontrol

penglihatan pada malam hari. Sel batang pada retina (berperan dalam penglihatan

pada malam hari) secara bertahap mengalami kemunduran sehingga penglihatan

di ruang gelap atau penglihatan pada malam hari menurun. Lama-lama terjadi

kehilangan fungsi penglihatan tepi yang progresif dan bisa menyebabkan

kebutaan. Pada stadium lanjut, terjadi penurunan fungsi penglihatan sentral.6

17

2.3.8 Penatalaksanaan

Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam 1-2

minggu. Dianjurkan bila didiagnosis defisiensi vitamin A dibuat maka diberikan

vitamin A 200.000 IU peroral dan pada hari kesatu dan kedua. Bila belum ada

perbaikan maka diberikan obat yang sama pada hari ketiga.

Biasanya diobati gangguan protein kalori malnutrisi dengan menambah

vitamin A, sehingga perlu diberikan perbaikan gizi pasien.6

18

BAB 3

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Rabun senja disebut juga sebagai rabun ayam atau Nyctalopia, Rabun

senja disebabkan oleh rusaknya sel retina yang semestinya bekerja pada

lingkungan minim cahaya. Pada penderita rabun senja, sel pada retina dapat

menjadi rusak karena kekurangan vitamin A, namun dapat pula diakibatkan oleh

mata minus, katarak, retinis pigmentosa, obat-obatan, atau bawaan sejak lahir.

Maka, dapat dikatakan bahwa rabun senja merupakan suatu gejala klinis tahap

awal akibat kekurangan vitamin A.

Kekurangan vitamin A menujukkan gejala-gejala klinis yang bertahap.

Klasifikasi kekurangan vitamin A menurut WHO/USAID UNICEF/HKI/IVACG,

1996, yaitu X1-A, X1-B, X2, X3, X3-b, XN, XF, dan XS.

Mendeteksi rabun senja dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara yang

dilakukan untuk mendiagnosis rabun senja dikelompokkan menjadi dua, yaitu

anamnesis dan pemeriksaan secara biofisik.

Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam 1-2

minggu. Dianjurkan bila didiagnosis defisiensi vitamin A dibuat maka diberikan

vitamin A 200.000 IU peroral dan pada hari kesatu dan kedua. Bila belum ada

perbaikan maka diberikan obat yang sama pada hari ketiga. Biasanya diobati

gangguan protein kalori malnutrisi dengan menambah vitamin A, sehingga perlu

diberikan perbaikan gizi pasien.

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Sommer A. 1978. Field Guide to the Detection and Control of

Xerophthalmia. Geneva: WHO.

2. http://www.slideshare.net/99yuda/makalah-anatomi-dan-fisiologi-indra-

penglihatan , diakses tanggal 23-09-2014

3. Ward, Jeremy P. T dkk. 2007. A Glance Fisiologi. Jakarta: Erlangga

4. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009.

5. Hutahuruk J. 2009. Pencegahan Kebutaan pada Anak. Jakarta : Garamedia

Pustaka.

6. Herman. S. dkk. Studi Masalah Gizi Mikro di Indonesia: Perhatian Khusus

pada Kurang Vitamin A (KVA). Anemia, dan Seng.