refarat mini 1 tinea kruris

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 DEFINISI Tinea kruris adalah dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja atau bahkan meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh yang lain. Tinea kruris mempunyai nama lain eksim marginatum, jockey itch, ringworm of the groin, dhobie itch 1 1.2 ETIOLOGI Penyebab utama dari tinea kruris Trichopyhton rubrum (90%) dan Epidermophython fluccosum Trichophyton mentagrophytes (4%), Trichopyhton tonsurans (6%) 1 1.3 EPIDEMIOLOGI Tinea kruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling banyak di daerah tropis. Angka kejadian lebih sering pada orang dewasa, terutama laki-laki dibandingkan perempuan. Tidak ada kematian yang berhubungan dengan tinea kruris.Jamur ini sering terjadi pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan diri atau lingkungan sekitar yang kotor dan lembab 1 1

Upload: amalia-idham-m-amin

Post on 12-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

refarat kulit tinea kruris

TRANSCRIPT

Page 1: Refarat Mini 1 Tinea Kruris

BAB IPENDAHULUAN

1.1 DEFINISI

Tinea kruris adalah dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar

anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan

penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah

genito-krural saja atau bahkan meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan

perut bagian bawah atau bagian tubuh yang lain. Tinea kruris mempunyai nama

lain eksim marginatum, jockey itch, ringworm of the groin, dhobie itch1

1.2 ETIOLOGI

Penyebab utama dari tinea kruris Trichopyhton rubrum (90%) dan

Epidermophython fluccosum Trichophyton mentagrophytes (4%), Trichopyhton

tonsurans (6%) 1

1.3 EPIDEMIOLOGI

Tinea kruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling banyak di daerah

tropis. Angka kejadian lebih sering pada orang dewasa, terutama laki-laki

dibandingkan perempuan. Tidak ada kematian yang berhubungan dengan tinea

kruris.Jamur ini sering terjadi pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan

diri atau lingkungan sekitar yang kotor dan lembab 1

1.4 PATOFISIOLOGI

Dermatofit menggunakan keratin sebagai sumber gizi, mereka umumnya

tidak menyerang jaringan yang bagus. Mereka menjajah keratin di stratum

korneum dan jaringan sekitarnya biasanya merupakan hasil dari respon host alergi

atau peradangan terhadap kehadiran jamur. Beberapa dari infeksi tersebut

menyebabkan lesi melingkar yang dihasilkan dari reaksi inflamasi memaksa

dermatofit luar untuk peradangan daerah bebas. Didukung dengan faktor

predisposisi infeksi jamur, seperti bertambahnya usia dengan mobilitas yang

1

Page 2: Refarat Mini 1 Tinea Kruris

terbatas, imunosupresi, defisit neurologis, dan kondisi iatrogenik disertai penyakit

lain yang mendasari.2

Jalur infeksi yang diduga sebagai tempat dermatofit untuk menginfeksi

pejamu ialah melalui kulit yang terluka misalnya : luka gores atau luka bakar.

Bagian dari dermatofit yang menginfeksi ialah atrokonidia atau konidia. Kuman

patogen menyerang stratum korneum, memproduksi exo-enzym keratinase, dan

menginduksi reaksi inflamasi pada lokasi infeksi.2

Tanda-tanda inflamasi ialah kemerahan, pembengkakan, panas dan alopesia

dapat ditemukan didaerah yang terinfeksi. Penyebab inflamasi dapat berpindah

dari lokasi infeksi ketempat yang belum terinfeksi. Perpindahan patogen ini

menyebabkan lesi seperti cincin. Tinea kruris dapat menular secara langsung

melalui kontak langsung dengan penderita atau secara tidak langsung melalui

barang atau benda yang telah terinfeksi.2

BAB II

DIAGNOSIS

2.1 ANAMNESIS

Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan: rasa

gatal hebat pada daerah kruris (lipat paha), lipat perineum, bokong dan dapat ke

2

Page 3: Refarat Mini 1 Tinea Kruris

genitalia, ruam kulit berbatas tegas, eritematosa dan bersisik, semakin hebat jika

banyak berkeringat.1,3

2.2 PEMERIKSAAN FISIS

Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder.

Makula eritematosa, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau

pustula. Jika kronis atau menahun maka efloresensi yang tampak hanya makula

hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi. Garukan

kronis dapat menimbulkan gambaran likenifikasi.1,3

2.3 GEJALA KLINIS

Tinea kruris biasanya dimulai dengan patch merah tinggi di bagian dalam

dari salah satu atau kedua paha. Pada laki-laki biasanya pada daerah skrotum

menyebar di tengah dengan daerah tepi luar yang sedikit lebih tinggi, merah, dan

memiliki perbatasan yang tajam.3

Ruam bisa menyebar ke paha, sampai ke daerah kemaluan dan bahkan

memanjang sampai ke pantat. Pasien juga merasakan gatal yang menyebabkan

ketidaknyamanan dan iritasi yang memberikan sensasi terbakar di daerah yang

terkena. Pada kulit pangkal paha biasanya mengalami pengelupasan atau pecah-

pecah, kemungkinan juga menyebar ke daerah anus.3

Gambar 1

Terdapat plak eritematosa berbatas tegas di

daerah inguinal dan pubis.5

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

3

Page 4: Refarat Mini 1 Tinea Kruris

a. Lampu Wood

Lampu wood pertama kali digunakan dalam praktek dermatologi untuk

mendeteksi jamur infeksi hair oleh Margaret dan Deveze tahun 1925. Lampu

wood memancarkan radiasi UV gelombang panjang (UVR), juga disebut cahaya

hitam, yang dihasilkan oleh tinggi tekanan busur merkuri dilengkapi dengan filter

senyawa terbuat dari barium silikat dengan 9% nikel oksida, yang Filter Wood.

Filter ini terlihat buram pada semua sinar kecuali sebuah band antara 320 dan 400

nm dengan puncak pada 365 nm. Dermatofita yang menyebabkan fluoresens

umumnya anggota genus Microsporum. Namun, tidak adanya fluoresensi tidak

selalu mengesampingkan tinea kapitis seperti kebanyakan spesies Trichophyton,

dengan pengecualian T. schoenleinii, yang nonfluoresens. Gambaran Tinea kruris

tidak terlihat pada pemeriksaan ini. Penggunaan lampu wood bisa digunakan

untuk menyingkirkan adanya eritrasma dimana akan tampak floresensi merah bata 1,4

b. KOH (kalium hidroksida)

Tampak elemen jamur seperti hifa, spora dan miselium.1

Gambar 2. Hifa pada sediaan KOH1

c. Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud agar

Kultur jamur merupakan metode diagnostik yang lebih spesifik namun

membutuhkan waktu yang lebih lama dan memiliki sensitivitas yang rendah,harga

yang lebih mahal dan biasanya digunakan hanya pada kasus yang berat dan tidak

berespon pada pengobatan sistemik.kultur perlu dilakukan untuk menentukan

4

Page 5: Refarat Mini 1 Tinea Kruris

spesiesnya karena semua spesies dermatofita tampak identik pada sediaan

langsung.1

d. Punch biopsi

Dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis namun

sensitifitasnya dan spesifisitasnya rendah. Pengecatan dengan Peridoc Acid Schiff,

jamur akan tampak merah muda atau menggunakan pengecatan methenamin

silver, jamur akan tampak coklat atau hitam.1

2.4 DIAGNOSIS BANDING

a. Kandidosis intertriginosa

Kandidosis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut

disebabkan oleh spesies candida, biasanya oleh spesies candida albicans dan

dapat mengenai mulut, vagina,kulit, kuku, bronchi atau paru, kadang-kadang

dapat menyebabkan septicemia, endokarditis , atau meningitis. Kandidosis lesi

intertrigenosa, didaerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat

payudara, antara jari tangan atau kaki, glands penis dan umbilikus, berupa bercak

yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh

satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bulla yang bila pecah

meninggalknan daerah yang erosi, dengan pinggir yang kasar dan berkembang

seperti lesi primer. Kandidosis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau

subakut disebabkan oleh spesies candida, biasanya oleh spesies candida albicans

dan dapat mengenai mulut, vagina,kulit, kuku, bronchi atau paru, kadang-kadang

dapat menyebabkan septicemia, endokarditis , atau meningitis. Kandidosis lesi

intertrigenosa, didaerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat

payudara, antara jari tangan atau kaki, glands penis dan umbilikus, berupa bercak

5

Page 6: Refarat Mini 1 Tinea Kruris

yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh

satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bulla yang bila pecah

meninggalkan daerah yang erosi, dengan pinggir yang kasar dan berkembang

seperti lesi primer.1,5

Gambar 3: kandidosis intertriginosa. (A). eritem , erosi, pustul menjadi plak di skrotum dan

inguinal, (B) eritem, erosi dan lesi satelit, (C).merah, erosi di area vulva, (D).eritem dan erosi

di sela jari.5

b. Psoriasis

Psoriasis adalah peradangan menahun yang ditandai dengan plak

eritematosa dengan skuama lebar, kasar, berlapis dan putih seperti mika.

Perjalanan penyakit ini kronis residif. Dapat menyerang perempuan maupun

laki-laki dengan resiko yang sama. Mengenai semua umur terutama 30-40

6

Page 7: Refarat Mini 1 Tinea Kruris

tahun. Faktor genetik mempunyai keterkaitan yang besar dengan psoriasis tipe

satu: yaitu psoriasis dengan awitan sebelum berumur 40 tahun. Biasanya

psoriasis menempati daerah ekstensor, skalp, siku, lutut, dan bokong. Dapat

juga mengenai lipatan (psoriasis inversa) atau palmo-plantar (psoriasis plamo

plantar).1,5

Berbagai bentuk ragam psoriasis dapat dijumpai: Bila ukuran lesi

lentikular disebut psoriasis gutata, bentuk tersering adalah psoriasis vulgaris

dengan ukuran lebih besar dari lentikular. Selain kulit badan, psoriasis juga

menyerang kulit kepala, kuku, sendi dan mukosa (geographic tounge).1,5

A B

Gambar 4 : (A,B) Plak kronik psoriasis5

c. Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik merupakan penyakit papuloskuamosa yang kronik.

Kelainan ini dapat mengenai bayi dan dewasa,dan berhubungan dengan

peningkatan produksi sebum (sebore) pada skalp dan area yang memiliki banyak

kelenjar sebasea di wajah dan badan. Penyebabnya multifaktorial. Faktor konstitusi

sebore, P.ovale, stres, imunokompromais dan kelainan neurologis dapat mendasari

penyakit ini. Manifestasi klinisnya bervariasi dari bentuk ringan berupa skuama

halus saja seperti pada pitiriasis sika (dandruff) sampai papul eritematosa dengan

skuama kasar berminyak dan kekuningan disertai krusta pada area predileksi.1,5

Pada bayi, sering ditemukan skuama kekuningan yang lekat pada kepala

disebut cradle cap. Penyakit ini jika meluas dapat menjadi eritroderma.1,5

7

Page 8: Refarat Mini 1 Tinea Kruris

Gambar 5: dermatitis seboroik pada bayi5

d. Eritrasma

Eritrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang

disebabkan oleh Corynebacterium minitussismum, ditandai lesi berupa eritema

dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha. Gejala klinis lesi

berukuran sebesar milier sampai plakat. Lesi eritroskuamosa, berskuama halus

kadang terlihat merah kecoklatan. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi

dan warna kulit penderita. Tempat predileksi kadang di daerah intertriginosa lain

terutama pada penderita gemuk. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang

eritematosa dan serpiginose. Lesi tidak menimbul dan tidak terlihat vesikulasi.

Efloresensi yang sama berupa eritema dan skuama pada seluruh lesi merupakan

tanda khas dari eritrasma. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada

perabaan terasa berlemak. Pada pemeriksaan dengan lampu wood lesi terlihat

berfluoresensi merah membara (coral red) 1,5

Gambar 6: eritrasma pada axilla5

8

Page 9: Refarat Mini 1 Tinea Kruris

BAB III

PENATALAKSANAAN

Terapi sistemik untuk pengobatan tinea kruris:

a. Griseovulfin: pada masa sekarang, dermatofitosis pada umumnya dapat

diatasi dengan pemberian griseovulvin. Obat ini bersifat fungistatik.

Secara umum griseovulfin dalam bentuk fine particle dapat diberikan

dengan dosis 0,5 – 1 untuk orang dewasa dan 0,25 – 0,5 g untuk anak-

anak sehari atau 10 – 25 mg per kg berat badan. Lama pengobatan

bergantung pada lokasi penyakit, penyebab penyakit dan keadaan imunitas

penderita. Setelah sembuh klinis di lanjutkan 2 minggu agar tidak residif.

b. Butenafine adalah salah satu antijamur topikal terbaru diperkenalkan

dalam pengobatan tinea kruris dalam dua minggu pengobatan dimana

angka kesembuhan sekitar 70%.

c. Flukonazol (150 mg sekali seminggu) selama 4-6 minggu terbukti efektif

dalam pengelolaan tinea kruris dan tinea korporis karena 74% dari pasien

mendapatkan kesembuhan.

d. Itrakonazol dapat diberikan sebagai dosis 400 mg / hari diberikan sebagai

dua dosis harian 200 mg untuk satu minggu.

e. Terbinafine 250 mg / hari telah digunakan dalam konteks ini klinis dengan

rejimen umumnya 2-4 minggu.

f. Itrakonazol diberikan 200 mg / hari selama 1 minggu dianjurkan,

meskipun rejimen 100 mg / hari selama 2 minggu juga telah dilaporkan

efektif.

g. Ketokonazol obat ini bersifat fungistatik. Pada kasus resisten terhadap

griseovulfin dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg perhari selama

10 hari – 2 minggu pada pagi hari setelah makan.1

Terapi topikal untuk pengobatan tinea kruris:

9

Page 10: Refarat Mini 1 Tinea Kruris

a. Mikonazol 2 % krim, dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari

kondisi pasien,biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali

sehari.

b. Ketokonazol 1 % krim, dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari

kondisi pasien,biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 1 kali

sehari.

c. Ekonazol 1 % krim, dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi

pasien,biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari.

d. Klotrimazol 1 % krim, dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari

kondisi pasien,biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali

sehari.

e. Terbinafin 1 % krim,yang dioleskan 1 atau 2 kali sehari digunakan selama

1-2 minggu.

f. Butenafin bersifat fungisidal terhadap dermatofit dioleskan 1 kali sehari

selama 4 minggu.6

PENCEGAHAN

a. Menggunakan baju yang menyerap keringat

b. Mengeringkan seluruh badan setelah mandi atau berkeringat

c. Mencuci pakaian dan handuk yang telah terkontaminasi.1

PROGNOSIS

Prognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat asalkan

kelembapan dan kebersihan kulit selalu dijaga.1

DAFTAR PUSTAKA

10

Page 11: Refarat Mini 1 Tinea Kruris

1. Yosela, T. Diagnosis and Treatment of Tinea Cruris. Vol. 4. No 2.

2015.122-8.

2. Lakshmipathy DT, Kannabiran K. Review on dermatomycosis:

pathogenesis and treatment. Natural Science. 2010; 2(7)

3. Risdianto A, Kadir D, Amin S. Tinea corporis and Tinea cruris

Cause by Trichophyton Mentagrophytes Type Granular in Asthma

Bronchiale Patient. IJDV 2013; 2(2): 31-8

4. Gupta KL, Singhi KM. Wood’s Lamp. Indian J Dermatol Venereol

Leprol. 2004; 70(2). 131-5

5. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell

DJ. Tinea Kruris. In: Kaplan AP, editor. Fitzpatrick's Dermatology

in General Medicine. 8th ed. US: McGraw-Hill; 2012; p.323-5,389-

5,3052-3,3255-6,3273-4.

6. Ramona DL.Pengobatan Dermatomikosis. Medan: Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2008; 1-29.

11

Page 12: Refarat Mini 1 Tinea Kruris

12