refarat kb

58
BAB I PENDAHULUAN Kontrasepsi atau alat KB adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu bersifat sementara (Reversible) dan permanen (Irreversible). Bila dilihat berdasarkan kandungannya kontrasepsi dibedakan sebagai kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi non-hormonal. 1 Kontrasepsi yang dianggap ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1 1. Dapat dipercaya 2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan 3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan 4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus 5. Tidak memerlukan motivasi terus menerus 6. Mudah pelaksanaannya 7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat 8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan bersangkutan. Penggunaan kontrasepsi terbanyak di dunia berdasarkan jumlah penggunanya berturut-turut adalah strelisasi pada perempuan (29%), IUD (21%), pil (14%), 1

Upload: fyco-christian-kusuma

Post on 30-Jan-2016

48 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Refarat Kb

TRANSCRIPT

Page 1: Refarat Kb

BAB I

PENDAHULUAN

Kontrasepsi atau alat KB adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Upaya itu bersifat sementara (Reversible) dan permanen (Irreversible).

Bila dilihat berdasarkan kandungannya kontrasepsi dibedakan sebagai kontrasepsi

hormonal dan kontrasepsi non-hormonal.1

Kontrasepsi yang dianggap ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut : 1

1. Dapat dipercaya

2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan

3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan

4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus

5. Tidak memerlukan motivasi terus menerus

6. Mudah pelaksanaannya

7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat

8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan bersangkutan.

Penggunaan kontrasepsi terbanyak di dunia berdasarkan jumlah

penggunanya berturut-turut adalah strelisasi pada perempuan (29%), IUD (21%),

pil (14%), metode tradisional (14%), kondo (89%), strelisasi pada laki-laki (9%)

dan injeksi (4%). Sedangkan di Indonesia pada tahun 2007 metode kontrasepsi

yang paling popular hingga paling sedikit digunakan berturut-turut adalah injeksi

(35,2%), diikuti pil (28,1%), IUD (18,8%), implant (11,%) dan sterilisasi (1%).2

Tabel 1. Pilihan metode kontrasepsi berdasarkan tujuan pemakaiannya1

Urutan

Prioritas

Fase menunda

kehamilan

Fase menjarangkan

kehamilan (anak ≤

2)

Fase tidak hamil

lagi (anak ≥ 3)

1 Pil AKDR Steril

2 AKDR Suntikan AKDR

1

Page 2: Refarat Kb

3 Kondom Minipil Implan

4 Implan Pil Suntikan

5 Suntikan Implan Kondom

6 Kondom Pil

Salah satu metode kontrasepsi yang dapat diaplikasikan adalah kontrasepsi

hormonal berupa kontrasepsi kombinasi maupun kontrasepsi progestin. Sejak

diperkenalkan di tahun 190-an, kontrasepsi hormonal telah digunakan secara

global baik untuk kemunda dan membatasi kelahiran di negara berkembang

khususnya.2

Hal yang sering menjadi pemikiran pengguna kontrasepsi hormonal adalah

keamanan, efetifitas, efek samping, regimen yang tepat dan efek selain

kontraseptif yang menguntungkan. sebuah penelitian menunjukkan pengguna

kontrasepsi menghentikan metode kontrasepsinya tanpa berkonsultasi dengan

tenaga kesehatan sebesar 42%, menghentikan tanpa memiliih kontrasepsi lain

sebesar 9% dan mengganti dengan metode kontrasepsi yang kurang efektif

sebesar 9%.2

Komponen penting dalam kesuksesan metode kontrasepsi pernah

diformulasikan sebagai tiga komponen yaitu kepatuhan, kesinambungan, dan

konseling. Dengan komponen-komponen tersebut, diharapkan terjadi luaran hasil

metode kontrasepsi yang lebih baik. Selain komponen tersebut, faktor lain yang

berhubungan juga harus difikirkan dalam pemilihan kontrasepsi. Faktor tersebut

di antaranya faktor individu (tujuan, kekhawatiran, kepuasaaan, penggunaan

kontrasepsi sebelumnya) faktor kondisi medis (depresi, masalah kardiovaskular,

riwayat keluarga dengan keganasan, infeksi menular seksual), faktor ssosio-

demografi (tingkat pendidikan, etnis, umur, status perkawinan) dan faktor

penghambat (akses menuju pusat kesehatan, akses dalam menebus resep dan

keterbatasan waktu).2

BAB II

2

Page 3: Refarat Kb

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah atau

melawan dan “konsepsi” yang berarti pertemuan sel telur yang matang

dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, maksud dari

kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai

akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sperma.3

B. Siklus Haid Normal

Siklus haid terdiri dari dua siklus, yaitu siklus ovarium dan siklus

endometrium. (4,5,6)

Gambar 1. Fase pada ovarium

1. Siklus ovarium terdiri dari beberapa fase :

a. Fase Folikular/ Preovulasi

Panjang fase folikuler mempunyai variasi yang cukup lebar. Pada

umumnya berkisar antara 10-14 hari. Selama fase ini didapatkan

proses steroidogenesis, folikulogenesis dan oogenesis/meiosis

yang saling terkait. Selama fase folikular, kadar estrogen

meningkat pada pertumbuhan yang paralel dari folikel yang

dominan dan peningkatan jumlah dari sel granulosa. Sel granulosa

tempat ekslusif dari reseptor FSH. Peningkatan sirkulasi FSH

selama fase luteal dari siklus sebelumnya merangsang peingkatan

dari reseptor FSH dan kemampuan untuk mengaromatisasi sel

theka untuk derivat androstenedion menjadi estradiol. FSH

menginduksi enzim aromatase dan pelebaran antrum dari folikel

yang bertumbuh. Folikel dengan kelompok sangat berespon

3

Page 4: Refarat Kb

terhadap FSH seperti untuk memproduksi dan mengawali tanda

dari reseptor LH. Setelah terlihat reseptor LH, sel granulosa

preovulasi mulai untuk mensekresi sejumlah progesteron. Sekresi

preovulasi progesteron, walaupun jumlahnya terbatas, dipercaya

untuk mengirimkan feedback positif pada estrogen utama hipofisis

yang menyebabkan atau membantu menambah pelepasan LH.

Selama fase folikuler lambat, LH menstimulasi produksi sel theka

dari androgen. Terutama androstenedion, yang kemudian

dilanjutkan ke folikel dimana mereka dimetabolisme menjadi

estradiol. Selama fase folikel awal, sel granulosa juga

menghasilkan inhibin B, yang menghambat pelepasan FSH.

Karena folikel dominan mulai berkembang, hasil dari estradiol dan

inhibin meningkat, menghasilkan penurunan FSH. Penurunan ini

bertanggung jawab untuk kegagalan dari folikel lain untuk

mencapai preovulasi tingkat folikel the Graaf selama satu siklus.

Jadi, 95 persen dari estradiol plasma diproduksi pada waktu itu

disekresi oleh folikel dominan, yang dipersiapkan untuk ovulasi.

b. Fase Ovulasi

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat

pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH

(lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan

oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit

yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai

30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH

dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi

folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur

dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi

menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas

fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon

estrogen maupun progesteron.

4

Page 5: Refarat Kb

c. Fase Luteal/Post-ovulasi

Setelah terjadi ovulasi, korpus luteum berkembang dari tetai

dominan atau folikel de Graff pada proses ini disebut sebagai

lutenisasi. Ruptur dari folikel mengawali berbagai perubahan

morfologi dan kimiawi mengakibatkan transformasi menjadi

korpus luteum. Membran basalis pemisah dari sel granulosa luteal

dan theka luteal rusak, dan hari kedua postovulasi, pembuluh

darah dan kapiler menembus ke lapisan sel granulosa.

Neovaskularisasi yang cepat pada granulosa avaskuler

dikarenakan variasi dari faktor angiogenik meliputi faktor

pertumbuhan endotel vaskuler dan produksi lain pada respon

terhadap LH oleh sel theka lutein dan granulosa lutein. Selama

luteinisasi, sel itu mengalami hipertrofi dan meningkat kapasitas

mereka untuk mensintesis hormon. Pada wanita, masa hidup dari

korpus luteum tegantung pada LH atau Human Chorionic

Gonadotropin (hCG). Pada siklus normal wanita, korpus luteum

dipertahankan oleh frekuensi rendah, amplitudo tinggi dari sekresi

LH oleh gonadotropin pada hipofisis anterior.

2. Siklus endometrium terbagi dalam beberapa fase, yaitu:

Gambar 2. Fase pada endometrium

a. Fase Menstruasi

Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai

10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan

5

Page 6: Refarat Kb

implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan

progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan

progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga

suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi

nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan

perdarahan menstruasi dimulai. Pada fase ini, endometrium

terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan

lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini

berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase

menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)

menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar

FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.

b. Fase Proliferasi

Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang

berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid,

misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18

siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal

sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini

endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali

lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi

tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.

c. Fase Sekresi

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari

sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,

endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai

ketebalan tertentu dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah

dan sekresi kelenjar.

Pasca ovarium memasuki fase luteal dan korpus luteum yang

terbentuk menghasilkan steroid seks diantaranya estrogen dan

6

Page 7: Refarat Kb

progesterone. Kemudian, estrogen dan progesterone korpus luteum

tersebut mempengaruhi pertumbuhan endometrium dari fase proliferasi

menjadi fase sekresi. Proliferasi epitel berhenti 3 hari pascaovulasi, akibat

dampak antiestrogen dari progesteron.

Sebagian komponen jaringan endometrium tetap tumbuh tetapi

dengan struktur dan tebal yang tetap, sehingga mengakibatkan kelenjar

menjadi berliku dan arteri spiral terpilin. Tampak aktivitas sekresi di

dalam sel kelenjar, didapatkan pergerakan vakuol dari intraselular menuju

intraluminal. Aktivitas sekresi tersebut dapat diamati dengan jelas dalam

kurun waktu 7 hari pasca ovulasi. Pada fase sekresi, tampak kelenjar

menjadi lebih berliku dan mengembung, epitel permukaan tersusun

seperti gigi, dengan stroma endometrium lebih edem dan arteri spiral

lebih terpilin lagi. Puncak sekresi terjadi 7 hari pasca lonjakan

gonadotropin bertepatan dengan saat implantasi blastosis bila terjadi

kehamilan. Pada fase ini kelenjar secara aktif mengeluarkan glikoprotein

dan peptide dalam kavum uteri/kavum endometrium. Di dalam sekresi

endometrium juga dijumpai transudasi plasma. Imunoglobulin yang

berada di peredaran darah dapat memasuki kavum uteri dalam keadaan

terikat oleh protein yang dihasilkan sel epitel.

Fase sekresi endometrium yang selaras dengan fase luteal ovarium

mempunyai durasi dengan variasi sempit. Durasi/panjang fase sekresi

kurang lebih tetap berkisar antara 12-14 hari.

7

Page 8: Refarat Kb

Gambar 3. Fisiologi haid

C. Jenis-jenis Kontrasepsi

1. Kontrasepsi Oral

a. Pil Kombinasi

Pil oral kombinasi (POK) merupakan pil kontrasepsi yang berisi

hormon sintesis estrogen dan progesterone. Dosis estrogen yang

8

Page 9: Refarat Kb

digunakan dalam pil kombinasi berangsur-angsur berkurang dan saat ini

berkisar antara 15-50 mg; yang beredar saat ini (yang sering disebut

dengan low-dose pills atau pil dosis rendah) mengandung 30-35 mg. Pil

dosis rendah ini berpotensial lebih aman karena risiko kardiovaskular dari

pengunaan pil kombinasi lebih utama disebabkan dari kadar estrogen.2

Efektivitas dalam pencegahan kehamilan: kurang dari 1 di antara

100 kehamilan ibu pertahun.

Mekanisme kerja : 1,7

1. Menekan ovulasi

Sekresi FSH ditekan sehingga perkembangan folikel dan

lonjakan dari LH tidak terjadi. Efek ini utamanya disebabkan

oleh karena komponen estrogen walaupun progesteron dapat

mencegah ovulasi bila diberikan dalam jumlah yang besar.

Oleh sebab itu POK harus diminum setiap hari agar efektif

karena dimetabolisir dalam 24 jam. Bila akseptor lupa minum 1

atau 2 tablet, maka terjadi peninggian hormon-hormon alamiah,

yang selanjutnya mengakibatkan ovum menjadi matang lalu

dilepaskan

2. Mencegah implantasi

Endometrium tidak berkembang secara normal dan tidak

adanya korpus luteum yang mencegah perkembangan

endometrium untuk siap dibuahi. Keadaan ini disebut “pseudo-

atrophy”, bahkan bila ovulasi dapat terjadi, tidak

memungkinkan terjadinya implantasi.

3. Mengentalkan lendir servix

Perubahan pada mucus serviks yang membuat motilitas sperma

terhambat. Hal ini disebabkan oleh efek progestogen.

4. Mengganggu pergerakan tuba

Pil kombinasi terdiri dari komponen estrogen dan progesteron,

yang bekerja mencegah ovulasi dengan menginhibisi sekresi dari

9

Page 10: Refarat Kb

gonadotropin pada hipofisis anterior maupun hipotalamus. Agen

progesteron pada pil mensupresi sekresi luteinizing hormon (LH) (yang

nantinya akan mencegah ovulasi), sedangkan agen estrogen mensupresi

sekresi FSH (yang nantinya akan mencegah pertumbuhan folikel

dominan). Meskipun, folikel tetap tumbuh dan berkembang, namun

komponen progesteron akan mencegah lonjakan LH yang dibutuhkan

dalam ovulasi. Komponen estrogen pada pil memiliki dua fungsi lain.

Estrogen menstabilkan endometrium sehingga endometrium menjadi

mudah luruh dan perdarahan yang tidak diinginkan dapat minimalisir;

estrogen meningkatkan efek dari progesteron. Estrogen membantu

peningkatan konsentrasi reseptor interseluler progesteron.7

Pemberian estradiol dapat menginduksi pembentukan dari colony

forming unit (CFU) dari sebuah sel singular jalur human breast epithelial

(MCF 10-F). estradiol juga menginduksi transformasi sel MCF 10-F

menjadi morfologi sel lainnya. Estradiol mamu menginduksi beberapa

genomic yang dapat menyulut terjadinya transformasi sel normal menjadi

sel kanker.2

Estrogen juga dapat mempengaruhi produksi trombosit di sumsum

tulang dan mempengaruhi karakteristik dari trombosit di sirkulasi untuk

melepaskan mediator yang dapat menginduksi remodeling pembuluh

darah dan berinteraksi dengan komponen darah lainnya.2

Pemberian estrogen dapat pula mempengaruhi aktivitas dari system

rennin-angiotensin-aldosteron. Hal ini memicu retensi cairan,

meningkatkan volume plasma dan meningkatkan tekanan darah sesnsitif.

Oleh karena ini, pemberian estrogen lebih lanjut dapat pula menjadikan

gejala yang berkaitan dengan retensi cairan (edema, blosting, peningktan

berat badan, breast tension).2

Pil kontrasepsi yang beredar di Indonesia saat ini memiliki

formulasi dan cara pemakaian yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya

adalah :2

10

Page 11: Refarat Kb

Etinil estradiol 30 mg + Levonorgestrel 150mg (derivate 19-

mortestosteron) dengan pemakaian 21 pil aktif dan 7 pil

placebo (contohnya :Microgynon)

Etinil estradiol 35 mg+ Cyproteron asetat 2 mg (derivate 17-0H

progestogen) dengan pemakaian 21 pil aktif dan 0 pil placebo

(contohnya : Diane)

Etinil estradiol 30 mg + Drospirenon 3 mg (derivate

spironolacton) dengan pemakaian 21 pil aktif dan 0 pil placebo

(contohnya : Yasmin)

Etinil estradiol 20 mg + Drospirenon 3 mg (derivate

spironolacton) dengan pemakaian 24 pil aktif dan 4 pil placebo

(contohnya : Yaz)

Etinil estradiol 20 mg + Desogestrel 150 mg (derivate 19-

nortestosteron) dengan pemakaian 21 pil aktif dan 7 pil placebo

(contohnya Mercilon)

Terdapat 3 jenis pil kombinasi, yaitu :2

1. Monofasik Pil jenis ini adalah jenis pil yang paling banyak

digunakan

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon

aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7

tablet tanpa hormon aktif (Prawirohardjo, 2006, pp.MK-28)

2. Bifasik Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan 2 dosis yang

berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif). Biasanya pil ini

diberi kode dengan warna yang berbeda, misalnya BiNovum

3. Trifasik Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan tiga

8 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif

11

Page 12: Refarat Kb

Gambar 4. Jenis pil kombinasi

Cara penggunaan :

Pil kombinasi terdiri dari dua jenis sediaan. Ada pil yang dalam satu

bungkus berisi 21 pil dan ada yang berisi 28 pil. Pil yang berjumlah 21

diminum mulai dari hari 1-5 menstruasi tiap hari satu terus menerus dan

kemudian berhenti jika habis. Pil harus diminum pada waktu yang sama

setiap harinya sampai habis. Jika pil telah habis, maka pil dilanjutkan

kembali setelah 7 hari bebas pil.8

Pil yang berjumlah 28 pil diminum tiap hari terus menerus pada waktu

yang sama terus menerus pada hari ke 1-5 menstrusi. Keuntungan minum pil

berjumlah 28 ini yaitu pil ini diminum tiap hari terus menerus sehingga

mencegah faktor kelupaan.8

12

Page 13: Refarat Kb

Penggunaan pil dalam berbagai kondisi :9

Siklus menstruasi normal

Pil dimulai dalam 5 hari pertama siklus mentsruasi. Dapat pula

dimulai kapanpun selama dipastikan pasien tidak hamil. Jika

telah lewat dari 5 hari pertama siklus menstruasi, pasien

pantang berhubungan seksual atau menggunakan perlindungan

kontrasepsi tambahan selama 2 hari berikutnya.

Amenore

Pil dimulai kapanpun selama dipastikan bahwa pasien tidak

hamil. Pantang berhubungan seksual atau menggunakan

perlindungan kontrasepsi tambahan selama 7 hari berikutnya.

Pascapersalinan (tidak menyusui)

Jika belum melebihi 21 hari pascapersalinan, pil dapat dimulai

kapanpun dan tidak diperlukan perlindungan kontrasepsi

tambahan.

Jika berada dalam masa 21 hari pascapersalinan atau lebih dan

belum kembali menstruasi, maka pil dimulai kapanpun selama

dipastikan pasien tidak hamil. Pasien pantang berhubungan

seksual atau menggunakan perlindungan kontrasepsi tambahan

selama 7 hari berikutnya.

Jika telah menstruasi kembali, dapat dimulai seperti pada

perempuan lain yang telah mendapat menstruasi

Pasca Abortus

Dapat segera diminum dan tidak diperlukanperlindungan

kontrasepsi tambahan.

Berganti dari metode hormon lain

Jika metode sebelumnya digunakan secara konsisten dan benar

dan tidak hamil, maka pil dapat segera dikonsumsi. Jika metode

yang digunakan sebelumnya adalah metode suntik, maka pil

dikonsumsi sesuai jadwal suntikan berikutnya.

Berganti dari metode non-hormonal (selain AKDR)

13

Page 14: Refarat Kb

Dapat segera memulai pil dalam 5 hari pertama siklus

menstruasi.

Berganti dari AKDR (termasuk AKDR-LNG)

Dapat segera memulai pil dalam 5 hari pertama siklus

menstruasi.

Tabel 2. Kriteria Kelayakan Medis WHO dalam Penggunaan

Kontrasepsi10

Kondisi Kategori

Karakteristik Pribadi

Umur

1. Menarke < 18 tahun

2. Usia > 40 tahun

1

2

Paritas

1. Nulipara

2. Paous

1

1

Wanita menyusui :

1. Post partum < 6 minggu

2. Post partum ≥ 6 minggu sampai < 6 bulan

3. Post partum ≥ 6 bulan

4

3

2

Postpartum (tidak menyusui)

1. < 21 hari

2. ≥ 21 hari sampai 42 hari

3. ≥ 42 hari

3

2

1

Post Aborsi :

1. Trimester pertama

2. Trimesterkedua

3. Sepsis post aborsi

1

1

1

Post kehamilan ektopik 1

Riwayat operasi pelvis (termasuk SC) 1

Merokok

1. Usia < 35 tahun 2

14

Page 15: Refarat Kb

2. Usia ≥ 35 tahun

< 15 rokok/hari

≥ 15 rokok/hari

3

4

Obesitas

1. BMI ≥ 30 kg/m2

2. Menarke < 18 tahun dan BMI ≥ 30 kg/m2

2

2

Penyakit kardiovaskuler

Faktor resiko multipel penyakit kardiovaskuler (usia tua,

merokok, dm, hipertensi)

3/4

Hipertensi

1. Riwayat hipertensi tidak pernah dievaluasi

termasuk hipertensi dalam kehamilan

2. Hipertensi yang terkontrol adekuat

3. Kenaikan tekanan darah

Sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 90-

99 mmHg

Sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥110

mmHg

4. Penyakit vaskular

3

3

3

4

4

Riwayat tekanan darah tinggi dalam kehamilan 2

Trombosis Vena Dalam

1. Riwayat TVD

2. TVD`Akut

3. TVD dengan terapi antikoagulan

4. Riwayat keluarga

5. Operasi besar

Dengan immobilisasi lama

Tanpa immobilisasi lama

6. Operasi kecil tanpa immobilisasi

4

4

4

2

4

2

1

Gangguan Vena Superfisial

1. Varises

2. Trombosis vena superfisial

1

2

15

Page 16: Refarat Kb

Penyakit Kardiovaskuler (Riwayat Iskemik) 4

Stroke 4

Hiperlipidemia 2/3

Penyakit jantung katup :

1. Tanpa komplikasi

2. Dengan komplikasi (hipertensi pulmonal, atrial

fibrilasi, endokarditis bakterial subakut)

2

4

Kondisi Neurologis

Diabetes

1. Riwayat diabetes gestasional

2. Penyakit non-vaskular

Non-insulin independent

Insulin independent

3. Nefropati/retinopati/neuropati

4. Penyakit diabetes lain > 20 tahun

1

2

2

3/4

3/4

Nyeri Kepala

1. Non migrain (berat/ringan)

2. Migrain

Tanpa aura

Usia < 35 tahun

Usia ≥ 35 tahun

Dengan aura

1

2

3

4

Epilepsy 1

Gangguan depresi 1

Infeksi dan Kelainan Alat Reproduksi

Perdarahan Pervaginam

1. Pola irreguler dengan perdarahan berat

2. Perdarahan berat (irreguler maupun reguler)

1

1

Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya

1. Sebelum evaluasi 2

Endometriosis 1

Tumor ovarium 1

16

Page 17: Refarat Kb

Kanker endometrium 1

Dismenorea berat 1

Penyakit trofoblas gestasional 1

Neoplasma intraepitelial cervical 2

Kanker cervix 2

Kanker payudara

1. Massa yang tidak terdiagnosis

2. Kanker jinak payudara

3. Riwayat keluarga dengan kanker payudara

4. Kanker payudara

Saat ini

5 tahun

2

1

1

4

3

Kanker endometrium 1

Fibroma uteri

1. Tanpa gangguan cavum uteri

2. Dengan gangguan cavum uteri

1

1

Penyakit radang panggul

1. Riwayat PRP

Dengan kehamilan

Tanpa kehamilan

2. PRP saat ini

1

Penyakit menular seksual

1. Cervitis purulenta atau infeksi chlamydia atau

gonorrhea

2. HIV dan Hepatitis

3. Vaginitis(termasuk Thricomonas vaginalis dan

bacterial vaginosis)

4. Meningkatnya resiko penyakit menular seksual

1

1

1

1

HIV/AIDS

1. Resiko tinggi HIV/AIDS

2. Asymptomatic atau HIV/AIDS stage 1 atau 2

3. Severe HIV/AIDS stage 3 atau 4

1

1

1

17

Page 18: Refarat Kb

Infeksi Lain

Skistosomiasis

1. Tanpa komplikasi

2. Fibrosis hati

1

1

Malaria 1

Tuberculosis

1. Non pelvis

2. Pelvis

1

1

Penyakit Endokrin dan Metabolik

Diabetes

1. Riwayat diabetes gestasional

2. Penyakit non-vaskular

Non-insulin independent

Insulin independent

3. Nefropati/retinopati/neuropati

4. Penyakit diabetes lain > 20 tahun

1

2

2

3/4

3/4

Gangguan tiroid

1. Simple goiter

2. Hipertiroid

3. Hipotiroid

1

1

1

Penyakit Gastrointestinal

Riwayat kolestasis

1. Berhubungan dengan kehamilan

2. Berhubungan dengan kontrasepsi hormonal

2

3

Hepatitis

1. Akut

2. Karir

3. Kronik

3/4

1

1

Sirosis

1. Ringan (terkompensasi)

2. Berat (Dekompensasi)

1

4

Tumor Hati

18

Page 19: Refarat Kb

1. Jinak

Hiperplasia focal nodular

Adenoma hepatocellular

2. Malignansi (hepatoma)

2

4

4

Anemia

1. Talasemia

2. Anemia bulan sabit

3. Anemia defisiensi besi

1

2

1

Interaksi dengan obat-obatan lain

1. Antiretroviral

2. Anticonvulsant

3. Antimikroba (antibiotik spektrum luas,

antifungal, antiparasit)

4. Rifamfisin

1

3

1

3

Keterangan :

Kategori 1 : Kondisi dimana tidak ada hambatan untuk

menggunakan kontrasepsi (metode kontrasepsi bisa digunakan

dalam setiap keadaan)

Kategori 2 : Kondisi dimana keuntungan menggunakan kontrasepsi

umumnya lebih besar dibandingkan resikonya (secara umum

metode kontrasepsi bisa digunakan)

Kategori 3 : Kondisi dimana resiko menggunakan kontrasepsi lebih

besar dibandingkan keuntungannya (penggunaan metode

kontrasepsi tidak direkomendasikan kecuali tidak tersedia metode

kontrasepsi lain yang cocok atau dapat diterima)

Kategori 4 : Kondisi yang menggambarkan resiko kesehatan yang

tidak dapat diterima jika metode kontrasepsi digunakan (metode

kontrasepsi tidak dapat digunakan)

Keuntungan pil oral kombinasi antara lain :11

Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektifitas

tubektomi), bila digunakan setiap hari.

19

Page 20: Refarat Kb

Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.

Tidak mengganggu hubungan seksual.

Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang

(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.

Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin

menggunakannya untuk mencegah kehamilan.

Dapat digunakan sejak usia remaja hingga monopause.

Mudah dihentikan setiap saat.

Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.

Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.

Membantu mencegah : kanker ovarium, kanker endometrium, kista

ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara,

kelainan jinak pada payudara, dimenore, akne.

Keterbatasan pil oral kombinasi antara lain :11

Mahal dan membosankan karena digunakan setiap hari.

Mual, terutama pada 3 bulan pertama.

Perdarahan atau perdarahan bercak, pada 3 bulan pertama.

Pusing.

Nyeri payudara.

Kenaikan berat badan.

Tidak boleh diberikan pada wanita menyusui, karena dapat

mengurangi ASI.

Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan

perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan

hubungan seks berkurang.

Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga

risiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam

sedikit menigkat. Pada perempuan usia >35 tahun dan merokok

perlu hati-hati.

20

Page 21: Refarat Kb

Tidak mencegah PMS (penyakit menular seksual)., HBV,

HIV/AIDS

Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone dalam tubuh

dapat menimbulkan beberapa gejala. Pada kelebihan hormone estrogen di

dalam tubuh dapat menimbulkan mual, nyeri kepala, peningkatan berat

badan dan nyeri pada payudara. Sedangkan pada kelebihan hormone

progesterone di dalam tubuh menimbulkan kekeringan vagina dan

depresi.2

Komplikasi penggunaan kontrasepsi kombinasi hormonal :

Pada system Sirkulasi

o Tromboemboli

o Tromboflebitis

o Stroke

o Perdarahan subaraknoid

o Hipertensi

Lain-lain

o Adenoma hepar

o Kolelitiasis

Efek samping akibat penggunaan pil kombinasi :

Mual

Breakthrough bleeding

Darah haid ê / Amenorea

Infeksi saluran kemih

Iritasi / Fluor albus

Kloasma

Sakit kepala

21

Page 22: Refarat Kb

Depresi

Mastalgia

BB meningkat

Perubahan Libido

b. Pil Mini

Pil mini adalah kontrasepsi hormonal yang terdiri dari dosis

kecil progestin dan diminum tiap hari secara berkelanjutan.1

Kontrasepsi jenis ini sangat efektif (98,5%) dan cocok untuk

perempuan dalam masa laktasi dengan dosis yang rendah. Minipil

tidak memberikan efek samping estrogen dan dapat pula dipakai

sebagai kontrasepsi darurat. Efek samping utama adalah gangguan

perdarahan : perdarahan bercak atau perdarahan tidak teratur.2

Efektifivas tergantung pemakaian,jika dihunakan secara benar,

risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.1

Mekanisme kerja :1,7

1. Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di

ovarium,

2. Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga

implantasi lebih sulit

3. Mengentalkan lendir servix sehingga menghambat penetrasi

sperma

4. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi speram

terganggung

Progestin dibagi menjadi beberapa derivate, diantaranya adalah

derivate Progesteron (Derivat-17-hydroxy-progesteron, derivate-19-

non-progesterone), Testosteron (derivate-19-nortestosterone) dan

spironolakton.2

Tabel 3. Derivat progestin2

22

Page 23: Refarat Kb

Derivat Progestin Contoh

Progesteron 17-Hidroksi-

Progesteron

Chlormadinon asetat

Cyproteron asetat

Megestrol asetat

Medoxy-progesteron-

asetat

19-Nor-progesteron Nomogestrol asetat

Promogeston

Trimigeston

19-Nortestosteron Norethisteron

Lynestrenol

Norethinodrel

Levonorgestrel

Norgestimate

Dienogest

3-keto-desogestrel

Gestoden

Spironolacton Drospirenon

Pembagian lain berdasarkan generasi progestogen yang digunakan

dalam pil kontrasepsi kombinasi dibagi menjadi empat kelompok :2

Generasi pertama progestogen (norethindon)

Generasi kedua derivate norgestrel (contohnya : levonogestrel)

Generasi ketiga progestogen (contohnya : gestoden,

desogestrel, norgestimat)

Generasi terbaru progestogen, drospirenon (memiliki aktivitas

antiandrogenik dan antimineralkortikoid)

Beberapa jenis minipil yang beredar adalah seperti :2

Kemasan dengan isi 35 pil : 300 mg levonogestrel atau 350 mg

noretindron

Kemasan dengan isi 28 pil : 75 mg desogetrel

23

Page 24: Refarat Kb

Minipil harus diminum setiap hari pada waktu yang sama secara

teratur. Jika lupa meminum pil atau terdapat gangguan pencernaan yang

mengganggu penyerapan pil, maka minipil harus diminum sesegera

mungkin dan harus menggunakan metode backup selama 2 hari. Jika lupa

meminum 2 pil atau lebih dalam satu baris kemasan dan tidak mengalami

menstruasi dalam 4-6 minggu, tes kehamilan harus dilakukan. Jika lupa

meminum pil lebih dari 3 jam metode backup harus dilakukan untuk 48

jam.7

Tabel 2. Kriteria Kelayakan Medis WHO dalam Penggunaan

Kontrasepsi 10

Kondisi Kategori

Karakteristik Pribadi

Umur

1. Menarke < 18 tahun

2. Usia > 40 tahun

1

2

Paritas

1. Nulipara

2. Paous

1

1

Wanita menyusui :

1. Post partum < 6 minggu

2. Post partum ≥ 6 minggu sampai < 6 bulan

3. Post partum ≥ 6 bulan

3

1

1

Postpartum (tidak menyusui)

1. < 21 hari

2. ≥ 21 hari sampai 42 hari

3. ≥ 42 hari

1

1

1

Post Aborsi :

1. Trimester pertama

2. Trimesterkedua

3. Sepsis post aborsi

1

1

1

Post kehamilan ektopik 2

24

Page 25: Refarat Kb

Riwayat operasi pelvis (termasuk SC) 1

Merokok

1. Usia < 35 tahun

2. Usia ≥ 35 tahun

< 15 rokok/hari

≥ 15 rokok/hari

1

1

1

Obesitas

1. BMI ≥ 30 kg/m2

2. Menarke < 18 tahun dan BMI ≥ 30 kg/m2

2

2

Penyakit kardiovaskuler

Faktor resiko multipel penyakit kardiovaskuler (usia tua,

merokok, dm, hipertensi)

2

Hipertensi

1. Riwayat hipertensi tidak pernah dievaluasi

termasuk hipertensi dalam kehamilan

2. Hipertensi yang terkontrol adekuat

3. Kenaikan tekanan darah

Sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 90-

99 mmHg

Sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥110

mmHg

4. Penyakit vaskular

2

1

1

2

2

Riwayat tekanan darah tinggi dalam kehamilan 1

Trombosis Vena Dalam

1. Riwayat TVD

2. TVD`Akut

3. TVD dengan terapi antikoagulan

4. Riwayat keluarga

5. Operasi besar

Dengan immobilisasi lama

Tanpa immobilisasi lama

6. Operasi kecil tanpa immobilisasi

2

3

1

1

2

1

1

25

Page 26: Refarat Kb

Gangguan Vena Superfisial

1. Varises

2. Trombosis vena superfisial

1

1

Penyakit Kardiovaskuler (Riwayat Iskemik) 2/3

Stroke 2/3

Hiperlipidemia 2/3

Penyakit jantung katup :

1. Tanpa komplikasi

2. Dengan komplikasi (hipertensi pulmonal, atrial

fibrilasi, endokarditis bakterial subakut)

1

1

Kondisi Neurologis

Nyeri Kepala

1. Non migrain (berat/ringan)

2. Migrain

Tanpa aura

Usia < 35 tahun

Usia ≥ 35 tahun

Dengan aura

1

1

1

2

Epilepsy 1

Gangguan depresi 1

Infeksi dan Kelainan Alat Reproduksi

Perdarahan Pervaginam

1. Pola irreguler dengan perdarahan berat

2. Perdarahan berat (irreguler maupun reguler)

2

2

Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya

1. Sebelum evaluasi 2

Endometriosis 1

Tumor ovarium 1

Kanker endometrium 1

Dismenorea berat 1

Penyakit trofoblas gestasional 1

Neoplasma intraepitelial cervical 1

26

Page 27: Refarat Kb

Kanker cervix 1

Kanker payudara

1. Massa yang tidak terdiagnosis

2. Kanker jinak payudara

3. Riwayat keluarga dengan kanker payudara

4. Kanker payudara

Saat ini

5 tahun

2

1

1

4

3

Kanker endometrium 1

Fibroma uteri

1. Tanpa gangguan cavum uteri

2. Dengan gangguan cavum uteri

1

1

Penyakit radang panggul

3. Riwayat PRP

Dengan kehamilan

Tanpa kehamilan

4. PRP saat ini

1

1

1

Penyakit menular seksual

1. Cervitis purulenta atau infeksi chlamydia atau

gonorrhea

2. HIV dan Hepatitis

3. Vaginitis(termasuk Thricomonas vaginalis dan

bacterial vaginosis)

4. Meningkatnya resiko penyakit menular seksual

1

1

1

1

HIV/AIDS

1. Resiko tinggi HIV/AIDS

2. Asymptomatic atau HIV/AIDS stage 1 atau 2

3. Severe HIV/AIDS stage 3 atau 4

1

1

1

Infeksi Lain

Skistosomiasis

3. Tanpa komplikasi

4. Fibrosis hati

1

1

27

Page 28: Refarat Kb

Malaria 1

Tuberculosis

3. Non pelvis

4. Pelvis

1

1

Penyakit Endokrin dan Metabolik

Diabetes

1. Riwayat diabetes gestasional

2. Penyakit non-vaskular

Non-insulin independent

Insulin independent

3. Nefropati/retinopati/neuropati

4. Penyakit diabetes lain > 20 tahun

1

2

2

3/4

3/4

Gangguan tiroid

1. Simple goiter

2. Hipertiroid

3. Hipotiroid

1

1

1

Penyakit Gastrointestinal

Riwayat kolestasis

1. Berhubungan dengan kehamilan

2. Berhubungan dengan kontrasepsi hormonal

2

3

Hepatitis

1. Akut

2. Karir

3. Kronik

3/4

1

1

Sirosis

1. Ringan (terkompensasi)

2. Berat (Dekompensasi)

1

4

Tumor Hati

1. Jinak

Hiperplasia focal nodular

Adenoma hepatocellular

2. Malignansi (hepatoma)

2

3

3

28

Page 29: Refarat Kb

Anemia

1. Talasemia

2. Anemia bulan sabit

3. Anemia defisiensi besi

1

1

1

Interaksi dengan obat-obatan lain

1. Antiretroviral

2. Anticonvulsant

3. Antimikroba (antibiotik spektrum luas,

antifungal, antiparasit)

4. Rifamfisin

1

3

1

3

Keuntungan kontrasepsi :11

Sangat efektif bila digunakan secara benar (setiap hari di waktu

yang sama)

Tidak diperlukan pemeriksaan panggul

Tidak mengganggu hubungan seksual

Tidak mempengaruhi ASI

Kesuburan cepat kembali

Nyaman dan mudah digunakan

Sedikit efek samping

Dapat dihentikan setiap saat

Tidak mengandung estrogen

Keuntungan non kontrasepsi :11

Mengurangi nyeri haid

Mengurangi jumlah darah haid

Menurunkan tingkat anemia

Mencegah kanker endometrium

Melindungi dari penyakit radang panggul

Tidak meningkatkan pembekuan darah

Dapat diberikan pada penderita endometriosis

29

Page 30: Refarat Kb

Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah

Keterbatasan minipil :

Hampir 30-60% mengalami gangguan haid(perdarahan sela)

Peningkatan/penurunan berat badan

Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama

Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar

Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat

Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi(4 dari 100 kehamilan)

Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan

dengan obat epilepsi

Tidak melindungi diri dari IMS,HIV/AIDS

Hirsutisme(tumbuh rambut/bulu berlebihan di daerah muka)

Efek samping :11

Perubahan pola haid (pada beberapa bulan pertama : haid

sedikit dan singkat, haid tidak teratur lebih dari 8 hari, haid

jarang atau tidak haid setelah setahun, haid sedikit dan

singkat, haid jarang)

Nyeri kepala

Pusing

Perubahan suasana perasaan

Perubahan berat badan (naik/turun)

Nyeri payudara

Nyeri perut

Mual

Terjadinya perubahan pola haid merupakan hal yang sering

ditemukan pada penggunaan minipil, terutama 2 atau 3 bulan pertama.

Perubahan haid tersebut umumnya bersifat sementara dan tidak sampai

mengganggu kesehatan.11

30

Page 31: Refarat Kb

Kadang-kadang timbul efek samping berupa peningkatan berat

badan, kepala ringan, dan nyeri payudara. Semua efek samping ini tidak

berbahaya dan biasanya hilang dengan sendirinya.11

c. Kontrasepsi darurat

Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang digunakan untuk

mencegah kehamilan setelah senggama tanpa pelindung atau tanpa

pemakaian kontasepsi yang tepat dan konsisten sebelumnya.1

Digunakan dalam 5 hari pasca senggama yang tidak terlindung

dengan kontrasepsi yang tepat dan konsisten. Semakin cepat minum pil

kontrasepsi darurat, semakin efektif. Kontrasepsi darurat sangat efektif,

dengan tingkat kehamilan < 3%.1

Indikasi kontrasepsi darurat :1

Perkosaan

Hubungan seksal tidak berproteksi

Penggunaan kontrasepsi tidak konsisten dan tidak tepat

o Kondom terlepas atau bocor

o Diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat

o Pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi alamiah

dengan tepat (misalnya gagal abstinens, gagal

menggunakan metode lain saat masa subur)

o Terlanjur ejakulasi pada metode senggama terputus

o Klien lupa minum lebih dari 2 pil

o AKDR terlepas

o Klien terlambat 2 minggu lebih untuk suntikan

progesteron 3 bulanan atau terlambat 7 hari atau lebih

untuk metode suntikan kombinasi bulanan.

Efek samping :

Mual, muntah (bila terjadi dalam 2 jam pertama sesudah minum pil

pertama atau kedua, berikan dosisulangan)

31

Page 32: Refarat Kb

Perdarahan/bercak

Tabel 4. Sediaan kontrasepsi darurat1

Cara Komposisi Merk

Dagang

Dosis Waktu Pemberian

Pil

kombinasi

dosis

tinggi

0,05 mg

etinil-

estradiol +

0,25 mg

levo-

norgestrel

Microgynon

50 Ovral

Neogynon

Norgiol

Eugynon

2 x 2 tablet Dalam waktu 3 hari

pasca senggama, dosis

kedua 12 jam

kemudian

Pil

kombinasi

dosis

rendah

0,03 mg

etinil-

estradiol +

0,15 mg

levo-

norgestrel

Microgynon

30

Mikrodiol

Nordette

2 x 4 tabler Dalam waktu 3 hari

pascasenggama, dosis

kedua 12 jam

kemudian

Progestin 1,5 mg

levo-

norgestrel

Postinor 2 x 1 tablet Dalam waktu 3 hari

pasca senggama, dosis

kedua 12 jam

kemudian

2. Injeksi

a. Injeksi Kombinasi

Suntikan kontrasepsi kombinasi sekali sebulan ini mengandung 25

mg medroksiprogesteron aseat dan 5 mg estradiol cypionat (Lunelle).

Suntikan dilakukan secara intramuscular setiap 28 hari. Episode

32

Page 33: Refarat Kb

menstruasi terjadi pada hari 18-22 setelah penyuntikan data konsentrasi

estrogen menurun hingga > 50 pg/ml. sekitar 70% perempuan yang

menggunakan kontrasepsi ini akan mengalami episode perdarahan

setiap bulannya.2

Mekanisme kerja : menekan ovulasi, mengentalkan lendir servix

sehingga penetrasi sperma terganggu, atrofi pada endometrium

sehingga implantasi terganggu, dan menghambattransportasi gamet

oleh tuba.1

b. Injeksi Progestin

Kontrasepsi ini tergolong aman dan efektif. Dapat dipakai oleh

semua perempuan dalam usia reproduksi dan kembalinya kesuburan

cenderung lambat, rata-rata 4 bulan. Kontrasepsi ini cocok untuk masa

laktasi karena tidak menekan produksi ASI.2

Mekanisme kerja :mencegah ovulasi, mengentalkan lendir servix

sehingga penetrasi sperma terganggu, menjadikan selaput rahim tipis

dan atrofi, danmenghambat transportasi gamet oleh tuba.1

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan progestin saja yaitu :2

1. Depo Medroksiprogesteron Asetat (Deporovera) mengandung 150

mg DMPA yang diberikan 3 bulan dengan cara disuntik

intramuscular

2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat) yang mengandung

200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara

disuntik intramuscular.

3. Impant

Implant merupakan alat kontrasepsi yang dipasang atau

disisipkan di bawah kulit, efektif mencegah kehamilan dengan cara

mengalirkan secara perlahan-lahan (fluktuatif) hormon yang

dibawanya. Selanjutnya hormon akan mengalir ke dalam tubuh lewat

pembuluh darah.2

33

Page 34: Refarat Kb

Kontrasepsi jenis ini efektif untuk 5 tahun (Norplant) dan 3

tahun (Jadena, Indoplant, atau Implanon). Implant tergolong nyaman

dan dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reprpduksi dan

masa laktasi. Untuk pemasangan dan pencabutannya memerlukan

pelatihan khusus dan kesuburan akan segera kembali setelah implant

dicabut. Efek saming utama berupa perdarahan tidak teratur,

perdarahan bercak dan amenore.2

Beberapa jenis implant adalah :2

Norplant terdiri dari batang selastik lembut berongga dengan

panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3

Levonogestrel dengan lama kerja 5 tahun.

Implanon terdiri dari satu batang putting lentur dengan panjang

kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, yang diiisi dengan 8 mg 3-

keto-desogetrel dengan lama kerja 3 tahun

Jadena dan Impanon terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg

Levonorgestrek lama kerja 3 tahun.

Keuntungan kontrasepsi :11

Daya guna tinggi

Perlindungan jangka panjang ( 3-5 tahun)

Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah

pencabutan

Tidak memerlukan pemeriksaandalam

Bebas dari pengaruh estrogen

Tidak mengganggu kegiatan senggama

Tidak mengganggu ASI

Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan

Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhn

Keuntungan non kontrasepsi :11

Mengurangi nyeri haid

34

Page 35: Refarat Kb

Mengurangi jumlah darahhaid

Mengurangi/memperbaiki anemia

Melindungi terjadinya kanker endometrium

Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara

Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang

panggul

Menurunkan angka kejadian endometriosis

Keterbatasan Implant: 11

Menimbulkan keluhan seperti : nyeri kepala,

peningkatan berat badan, perasaan mual, pusng,

perubahan mood atau kegelisahan

Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk

insersi dan pencabutan

Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi

Waktu memulai penggunaan implant adalah : 11

1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai ke-7. Tidak

diperlukan metode kontrasepsi tambahan.

2. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi

kehamilan. Bila insersi setelah hari ke-7 siklus hais, klien jangan

melakukan hubungan seksual atau menggunakan metode

kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

3. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat asal saja

diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan

seksual atau menggunakan metode kontrasepsi lainnya untuk 7

hari saja.

4. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan,

insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien

tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.

5. Bila setelah 6 minggu postpartum dan telah terjadi haid kembali,

insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan

35

Page 36: Refarat Kb

hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode

kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

6. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin

menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap

saat, asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil atau klien

menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.

7. Bila kontrasepsi sebelumnya kontrasepsi non hormonal (kecuali

AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan norplant, insersi

norplant dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tidak

hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.

8. Bila kontrasepsi sebelumnya AKDR dank lien ingin

menggantinya dengan implant, maka norplant dapat diinsersikan

pada saat haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan

seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain

untuk 7 hari saja dan AKDR segera dicabut.

9. Pasca keguguran, implant dapat segera diinsersikan.

4. AKDR

AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) hormonal yang saat ini

beredar mengandung 25 % dari kadar hormon progestin yang

digunakan pada kontrasepsi hormonal yaitu sekitar 52 mg dengan

pelepasan 20 µg per hari. AKDR Levonogestrel efektif digunakan

selama 5 tahun. Bentuknya menyerupai AKDR copper Nova-T, namun

tanpa mengandung copper. Komponen vertikalnya mengandung 52 mg

hormone Levonogestrel sintesis. IUD dengan progesterone atau

Levonogestrel (Mirena) menghambat ovulasi menyebabkan penebalan

mucus serviks hingga menghambat penetrasi sperma, juga

menyebabkan endometrium menjadi tipis sehingga sulit terjadi

implantasi janin di endometrium dan progesteron juga menyebabkan

endometrium menjadi atrofi. Selain itu sama seperti IUD dengan

36

Page 37: Refarat Kb

tembaga, Mirena juga menstimulasi pengeluaran mediator inflamasi

yang bersifat spermisidal dan ovisidal.2

Pada umumnya resikokehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam

1 tahun.1

Mekanisme kerja : AKDR dengan progestin membuat endometrium

mengalami transformasi yang irreguler, epitel atrofi sehingga

mengganggu implantasi, mencegah terjadinya pembuahan dengan

memblok bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma

yang mencapai tuba fallopi.1

5. Vaginal Ring

Kontrasepsi ini belum ada di Indonesia namun sudah mulai mendapat

lisensi di eropa dengan komposisi 15 mg Etinil estradiol + 120 mg

etonorgestrel (contohnya Nuvaring). Cincin ini terbuat dari ethylene-

vinyl-asetat ko-polimer dan berdiameter 54 mm. Cincin ini didesain

untuk pemakaian 3 minggu dengan 7 hari interval bebas cincin yang

diasosiasikan dengan pola perdarahan yang lebih superior

dibandingkan dengan pil kominasi. Untuk hal lain termasuk efektifitas,

cincin ini tidak berbeda dengan pil kombinasi.2

6. Transdermal Patch

Hanya satu kontrasepsi koyo yang saat ini ada di beberapa negara

namun tidak ada di Indonesia. Evra merupakan kontrasepsi koyo seluas

20 cm2 dan dapat mengeluarkan Etinil estradiol 20 mg +

Norelgestromin 150 mg (derivate 17-deasetilnorgestimat) per harinya.

Setiap koyo dapat bertahan selama 7 hari; 3 koyo dipake berturut-turut

diikuti dengan koyo placebo atau interval bebas pemakaian koyo pada

minggu ke empat saat perdarahan withdrawal muncul. Pada

randomized trial membandinhkan koyo dengan pil kombinasi

didapatkan tidak ada perbedaan signifikan terhadap efektifitas dari

kedua kontrasepsi. Efekifitas dapat berkurang pada perempuan dengan

37

Page 38: Refarat Kb

berat badan yang lebih besar dan pola perdarahan serta efek

sampingnya sama pada perempuan yang menggunakan pil kombinasi.2

Gambar 5 . Transdermal Patch

BAB III

KESIMPULAN

1. Kontrasepsi adalah sebuah metode untuk menghindari/mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur

dengan sperma

2. Berdasarkan kandungannya kontrasepi hormonal dan kontrasepsi non

hormonal.

3. Kontasepsi hormonal berupa : pil kombinasi, mini pil, injeksi kombinasi,

injek progesteron, Implant, AKDR yang mengandung progestin, vaginal

ring, transdermal patch.

38

Page 39: Refarat Kb

4. Agen progesteron pada pil mensupresi sekresi luteinizing hormon (LH)

(yang nantinya akan mencegah ovulasi), sedangkan agen estrogen

mensupresi sekresi FSH (yang nantinya akan mencegah pertumbuhan

folikel dominan).

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan

Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman bagi

Tenaga Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

P.231-259

2. Hestiantoro Andon, dkk. 2015 Pemilihan Kontraseps Hormonal In :

Bagaimana Menangani Kasus Endokrinologi dan Infertilitas pada Praktek

Sehari-hari. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. ; p.113-125

39

Page 40: Refarat Kb

3. BKKBN. Kontrasepsi. 2012.

http://www.b kk bn-jatim.go.id/bbkbn-jatim/html online [diunduh pada

tanggal 10 september 2015]

4. Livingstone M, Fraser AS. Mechanisms of Abnormal Uterine Bleeding.

Human Reproduction Update. 2002. Vol 8 : 1, 60 – 67.

5. Menstrual Cycle Overview. Harvard – MIT Division of Health Sciences

and Technology. 2011.

6. Mtawali G, Pina M, Angle M, Murphy C. The Menstrual Cycle and It’s

Relation to Contraceptive Methods. PRIME. 1997.

7. Speroff L, Fritz M.A. Contraception. In : Clinical Gynecologyc

Endocrinology. 8thed. USA : Lippincott Williams & Wilkins, 2011

8. Winkjosastro H, Saifuddin A.B, Rachmi A. Kontrasepsi. Dalam : Ilmu

Kandungan. 3thed. Jakarta : yayasan bina pustaka sarwono prawiroharjo,

2009:534-63.

9. Widhi Aryanto Nugroho. 2007. Rekomendasi Praktik Pilihan untuk

Penggunaan Kontrasepsi. Jakarta : ECG Penerbit Buku Kedokteran.

10. WHO. 2015. Medical Eligibility Criteria For Contraceptive Use Fifth

Editon. P189-202 online dari : [diunduh pada tanggal 10 oktober 2015]

11. Saifuddin B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

40