refarat ileus obstruktif anak

45
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERAT FAKULTAS KEDOKTERAN MARET, 2014 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR ILEUS OBSTRUKTIF OLEH Rusmin Usman 10542 0146 09 PEMBIMBING dr. Marlenny W.T. Martoyo, Sp.A DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK 0

Upload: chi-cy-tenri-mardarlissa

Post on 14-May-2017

267 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refarat Ileus Obstruktif Anak

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET, 2014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

ILEUS OBSTRUKTIF

OLEH

Rusmin Usman

10542 0146 09

PEMBIMBING

dr. Marlenny W.T. Martoyo, Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIKBAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014 0

Page 2: Refarat Ileus Obstruktif Anak

BAB I

PENDAHULUAN

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus

akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terbagi dua yaitu ileus

obstruksi dan ileus paralitik. Ileus obstruksi merupakan kegawatdarurataan abdomen dan

merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen diluar appendisitis akut.(8,12)

Ileus obstruksi adalah hilangnya atau adanya gangguan pasase isi usus yang

disebabkan oleh sumbatan mekanik. Obstruksi usus dapat disebabkan karena adanya lesi pada

bagian dinding usus, diluar usus, maupun di lumen usus. Obstruksi usus dapat bersifat akut

maupun kronis, parsial maupun total. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering adalah

karsinoma, terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Sebagian besar obstruksi

mengenai usus halus. Obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh strangulasi, invaginasi

atau sumbatan di dalam lumen usus. 75% dari kasus obstruksi usus halus disebabkan oleh

adhesi intraabdominal pasca operasi. Penyebab tersering lainnya adalah hernia inkarserata

dan penyakit Chron.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan

diagnosis dini dan tindakan pembadahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.(5,8,12)

Pada referat ini akan dibahas mengenai ileus obstruksi, mulai dari anatami usus,

epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan fisik maupun penunjang,

komplikasi, terapi sampai prognosis.

1

Page 3: Refarat Ileus Obstruktif Anak

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI USUS

2.1 ANATOMI USUS

A. Usus Halus

Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat, dan

membentang dari pilorus hingga katup ileosekal dengan panjang sekitar 6,3m

(21 kaki) dengan diameter kecil 2,5 cm (1inci). Usus halus terdiri dari tiga

bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.(8,15)

Duodenum merupakan bagian proksimal dari usus halus yang letakya

retroperitoneal. Duodenum berbentuk seperti huruf C yang panjangnya 25 cm

yang menghubungkan gaster dengan jejenum. Duodenum merupakan muara

dari saluran pankreas dan empedu. Duodenum terdiri dari 4 bagian yaitu (3)

1. Pars superior duodeni, yang hampir selalu ditutupi oleh peritoneum dan cukup

mobile.

2. Pars descenden duodenum terletak pada garis vertical dari apex pars superior

duodeni sampai sepertiga bagian horizontal. Pada bagian medialnya terdapat

ductus choledocus dan ductus pancreaticus wirsungi. Terletak di

retroperitoneum

3. Pars horizontalis duodenum, melintasi garis setinggi vertebra lumbalis ketiga.

Serta terletak di bagian depan vena cava inferior

4. Pars ascendens duodenum, terletak di anterior kiri aorta. Terdapat ligamentum

treitz yang memfiksasi pada bagian kaudal.

Gambar 2.1. Bagian duodenum2

Page 4: Refarat Ileus Obstruktif Anak

Duodenum diperdarahi terutama oleh arteri gastroduodenalis dan

cabangnya yaitu arteri pankreatikoduodenalis superior yang beranastomosis

dengan arteri pancreaticoduodenalis inferior (cabang pertama dari arteri

mesentrica superior). Darah dikembalikan melalui vena pankreatikoduodenalis

yang bermuara ke vena mesenterika superior. Pembuluh limfe mengalir

melalui pembuluh limfe mesenteric, ke cisterna chyli lalu menuju ducutus

thoracicus dan ke vena subklavia kiri. Persarafan duodenum diatur oleh

parasimpatis dan simpatis yang berasa dari nervus vagus dan nervus

splanchnic.(5,8)

Gambar 2.2. Perdarahan usus halus

Pemisahan duodenum dan ileum ditandai oleh adanya ligamentum

Treitz, yaitu suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra

diafragma dekat hiatus esophagus dan berinsersi pada perbatasan antara

duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai penggantung

(suspensorium). (8)

Sekitar duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga

perlima bagian akhirnya adalah ileum. Jejenum dan ileum digantung oleh

mesenterium yang merupakan lipatan peritoneum yang menyokong pembuluh

darah dan limfe yang menyuplai ke usus. Secara histologi, ileum memiliki plak 3

Page 5: Refarat Ileus Obstruktif Anak

peyeri dan jejenum memiliki lapisan mukosa yang lebih tebal yang disebut

plica sirkulare.

Perdarahan jejenum dan ileum berasal dari arteri mesenterika superior

yang dicabangkan dari aorta tepat dibawah arteri celiaca. Cabang cabang arteri

jejenal dan ileal muncul dari arteri mesenterka superior sebelah kiri. Mereka

saling beranastomosis dan membentuk arkade yang disebut vasa recta, yang

menyupai jejenum dan ileum dan terbentang diantara mesenterium, jejenum

memiliki arkade lebih sedikit namun vasa recta yang lebih panjang.

Sedangkan ileum memiliki 4-5 arkade dan vasa recta yang lebih pendek.

Bagian ileum terbawah juga diperdarahi oleh arteri ileokolika.(8,11)

Dinding usus halus terdiri dari 4 lapisan yaitu mukosa, submukosa,

muskularis propria, dan serosa. Lapisan mukosa terdiri dari vili, yang

memperluas permukaan untuk absorpsi, sel goblet, kripta Lieberkuhn, lamina

propria, dan mucosa muskularis.

Lapisan submukosa terdiri dari pembuluh darah dan pleksus Meissner.

Lapoisan muskularis propria terdiri dari lapisan otot yaitu lapisan otot sirkular

dan lapisan otot longitudinal dan pleksus myenteric Auerbach. Lapisan serosa

menyelimuti organ dalam rongga peritoneum yang disebut peritoneum

visceral.(11)

B. Kolon

Kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar

1,5m yang terbentang dari sekum hingga rektum. Usus besar dibagi menjadi

sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid,

dan rektum. Kolon transversum dan kolon sigmoid memiliki penggantung

sendiri yang disebut mesokolon tranversum dan mesocolon sigmoid, sehingga

letaknya intraperitoneal. Sedangkan kolon asending dan desending letaknya

retroperitoneal.(1,7)

4

Page 6: Refarat Ileus Obstruktif Anak

Gambar 2.3. Anatomi usus besar

Secara histologi, usus beesar memiliki empat lapisan morfologik

seperti usus lain. Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi

terkumpul dalam tiga pita yang disebut taenia koli. Panjang taenia koli lebih

pendek daripada usus, seehingga usus tertarik dan berkerut membentuk

kantong-kantong kecil yang disebut haustrae.(1)

Perdarahan usus besar secara garis besar diperdarahi oleh arteri

mesenterica superior dan arteri mesnterica inferior. Arteri mesenterica superior

bercabang menjadi arteri kolika dekstra, arteri kolika media, arteri ileokolika,

dan arteri appendikulare yang kemudian memperdarahi sekum, kolon

asendens, dan duapertiga proksimal kolon transversum. Sedangkan arteri

mesenterica inferior bercabang menjadi arteri kolika sinistra, arteri sigmoid,

dan arteri rektal superior yang kemudian memperdarahi sepertiga distal kolon

transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan bagian proksimal rektum.

Pada rektum, terdapat suplai darah tambahan yaitu arteri hemoroidalis media

dan inferior yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna.(1)

Aliran balik vena usus besar melalui vena mesenterica superior, vena

mesenterika inferior dan vena hemoroidalis superior yang bermuara ke vena

porta. Vena hemoroidalis media dan inferior menuju ke vena iliaka.(1)

Kolon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus

splangnikus dan pleksus presakralis, sedangkan serabut parasimpatis berasal

dari nervus vagus.(1,15)

5

Page 7: Refarat Ileus Obstruktif Anak

2. 2 FISIOLOGI USUS

Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan penyerapan

nutrisi, air, elektrolit, dan mineral. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan

lambung oleh kerja ptialin, HCL, pepsin, mukus, renin, dan lipase lambung

terhadap makanan yang masuk. Proses ini berlanjut ke dalam duodenum terutama

oleh kerja enzim enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan

protein menjadi zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat memberikan

perlindungan terhadap asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzi-enzim. .(8,15)

Segmentasi, yaitu metode utama usus halus, secara merata mencampur

makanan dengan getah pankreas, empedu, dan usus halus untuk mempermudah

pencernaan.Segmentasi terdiri dari kontraksi otot polos sirkuler berbentuk cincin di

sepanjang usus halus. Dalam beberapa detik, segmen yang berkontraksi akan

melemas, dan daerah yang sebelumnya melemas akan berkontraksi. Kontraksi yang

berosilasi ini mencampur secara merata kimus dengan getah pencernaan yang

disekresikan ke dalam lumen usus dan memajankan seluruh kimus ke permukaan

absorptif mukosa usus halus. Kontraksi segmental diawali oleh sel pemacu usus

halus, yang menghasilkan BER (basic electric rythm) Kecepatan segmentasi di

duodenum adalah dua belas kali per menit, dan di ileum terminal hanya sembilan

kali per menit. Gerakan peristaltik ini mendorong kimus ke arah kolon. (15)

Getah yang dikeluarkan oleh usus halus yang disebut sukus enterikus tidak

mengandung enzim pencernaan apapun. Enzim-enzim pencernaan yang disintesis

oleh usus halus bekerja secara intrasel di dalam membran brush border sel epitel.

Enzim-enzim ini menyelesaikan pencernaan karbohidrat dan protein sebelum

masuk ke dalam darah.(15)

Pencernaan lemak terjadi di lumen usus halus oleh lipase pankreas. Karena

tidak larut air, produk pencernaan lemak harus mengalami beberapa transformasi

yang memungkinkan diserap secara pasif dan masuk ke limfe. Sebagian besar

garam empedu dikeluarkan oleh kandung empedu ke dalam duodenum untuk

6

Page 8: Refarat Ileus Obstruktif Anak

membantu pencernaan lemak, yang akan direabsorpsi dalam ileum terminal dan

masuk kembali ke hati. (15)

Mukosa usus halus memiliki adaptasi tinggi terhadap fungsi pencernaan dan

penyerapan. Lapisan ini membentuk lipatan-lipatan yang mengandung banyak

tonjolan berbentuk jari,vilus, yang juga terdapat mikrovilus / brush border. Vilus

dan mikrovilus ini meningkatkan luas permukaan yang teredia untuk menyimpan

enzim enzim dan untuk melaksanakan penyerapan aktif dan pasif. Mukosa usus ini

diganti setiap 3 hari untuk memastikan adanya sel sel epitel yang sehat dan

fungsional.(15)

Usus halus menyerap hampir semua nutrisi dari makanan yang masuk dan

getah pencernaan yaitu sekitar 9 L per hari, dalam bentuk H2O dan zat zat terlarut

termasuk vitamin, elektrolit, hanya sejumlah kecil cairan dan residu makanan yang

tidak dapat diserap (sekitar 500ml) yang lolos ke usus besar. Sebagian besar

penyerapan berlangsung di duodenum dan jejenum, sangat sedikit yang

berlangsung di ileum karena sebagian besar penyerapan sudah selesai sebelum isi

lumen sampai ke ileum. Bila ileum terminal diangkat, penyerapan vitamin B12 dn

garam emepedu akan terganggu karena mekanisnme transportasi usus hannya

terdapat pada daerah ini.(8,15)

Di pertemuan antara usus halus dan usus besar, yaitu ileum terminal, akan

mengosongkan isisnya ke dalam sekum. Pertemuan ini membentuk katup

ileosekum yang dikelilingi oeh otot polos tebal, sfingter ileosekum. Tekanan di sisi

sekum mendorong katup tertutup dan menyebabkan sfingter berkontraksi. Hal ini

mencegah isi kolon yang penuh bakteri mencemari usus halus yang kaya akan

nutrien. Sebagai respon terhadap tekanan di sisi ileum dan terhadap hormon gastrin

yang disekresikan sewaktu makanan baru masuk ke lambung, sfingter membuka

dan memungkinkan isi ileum memasuki usus besar.(15)

Dalam keadaan normal, kolon menerima sekitar 500ml kimus dari usus halus

setiap hari. Isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang

tidak dapat dicerna (misal selulosa), empedu yang tidak dapat diserap, dan sisa

cairan. Kolon mengekstraksi H2O dan garam dari isi lumennya kemudian

7

Page 9: Refarat Ileus Obstruktif Anak

memekatkan dan menyimpan residu makanan sampai mereka dapat dieliminasi

dari tubuh sebagai feses. (15)

Gerakan dalam kolon (kontraksi haustrae) bergerak lambat untuk mengaduk

isi kolon maju mundur untuk menyelesaikan penyerapan sisa cairan dan elektrolit.

Umumnya setelah makan, tiga sampai empat kali sehari terjadi peningkatan

motilitas pada segmen kolon asenden dan tranversum. Kontraksi usus yang disebut

mass movement ini mendorong isi kolon ke bagian distal. Mass movement ini

terjadi akibat refleks gastrokolon, yang diperantarai hormon gastrin dan saraf

otonom ekstrinsik. Refleks ini mendorong isi kolon ke dalam rektum yang memicu

refleks defekasi. Refleks ini disebabkan untuk sfingter anus internus yang melemas

dan rektum serta sigmoid untuk berkontraksi lebih kuat. Refleks ini dapat dengan

secara sengaja dihentikan dengan kontraksi sfingter anus eksternus. (15)

8

Page 10: Refarat Ileus Obstruktif Anak

BAB III

ILEUS OBSTRUKSI

3.1 Definisi

Ileus obstruksi merupakan gangguan mekanik baik parsial maupun total dari

pasase isi usus. Ileus obstuktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi

karena adanya daya mekanik yang mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan

penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal ini menyebabkan pasase lumen usus

tergangggu.(6,8,13)

Ileus obstruksi disebut juga obstruksi lumen usus, disebut demikian apabila

disebabkan oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Pada

obstruksi harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dari obstruksi strangulasi. Obstruksi

sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah. Pada

strangulasi ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan

berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat, yang

disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan

kombinasi gejala obstruksi dengan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis.

Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan volvulus mungkin

sekali disertai strangulasi. Sedangkan obstruksi oleh tumor atau obstruksi oleh cacing

askaris adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi. (8,6)

3.2 Epidemiologi

Ileus obstruksi merupakan kelainan bedah yang paling sering ditemui pada

usus halus. Adhesi intraabdominal pasca operasi merupakan etiologi yang paling sering

yaitu 75% dari seluruh kasus. Etiologi yang sering lainnya adalah hernia dan penyakit

Crohn. Pada kolon, kanker merupakan penyebab tersering dari ileus obstruksi.

Penyebab lainnya meliputi menyempitnya lumen usus karena diverkulitis atau penyakit

infeksi usus.(5,9)

Di Indonesia, perlekatan usus merupakan penyebab yang menempati ururtan

pertama saat ini. Maingot melaporkan bahwa sekitar 70% penyebab dari ileus adalah 9

Page 11: Refarat Ileus Obstruktif Anak

perlekatan. Survey Ileus Obstruksi RSUD dr Soetomo tahun 2001 mendapatkan 50%

dari penyebabnya adalah perlekatan usus, kemudian diikuti hernia 33,3%, keganasan

15%, volvulus 1,7%.

3.3 Klasifikasi

a. Secara umum(6)

- Ileus obstruksi sederhana : obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh

darah

- Ileus obstruksi strangulata: ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi

iskemia yang akan menyebabkan nekrosis atau gangren.

b. Berdasarkan letak obstruksi

Letak tinggi : duodenum – jejenum

Letak tengah : ileum terminal

Letak rendah : colon sigmoid – rektum

Gambar 3.1. Klasifikasi ileus berdasarkan letak obstruksi

c. Berdasarkan stadium

Parsial : menyumbat sebagian lumen usus. Sebagian sisa makanan dan udara

masih dapat melewati tempat obstruksi.10

Page 12: Refarat Ileus Obstruktif Anak

Komplit : menyumbat total lumen usus.

Strangulasi : sumbatan kecil tapi dengan jepitan pembuluh darah.

3. 4 Etiologi

Penyebab ileus obstruksi secara umum dapat dibagi menjadi tiga mekanisme, yaitu blokade intralumen, intramural atau lesi instrinsik

dari dinding usus, kompresi lumen atau konstriksi akibat lesi ekstrinsik dari usus. Lesi intraluminal seperti fekalit, batu empedu, lesi intramural misalnya

malignansi atau inflamasi, lesi ekstralumisal misalnya adhesi, hernia, volulus atau intususepsi.(5)

Table 1. Penyebab ileus obstruktif

Penyebab ileus obstruktif

Lokasi Penyebab

Colon Tumor (umumnya di colon kiri) divertikulitis (umumnya di kolon

sigmoid), volvulus di sigmoid atau caecum, fecalit, penyakit

Hirschsprung, Crohn disease

Duodenum

Adults Kanker duodenum atau caput pancreas, ulkus

Neonates Atresia, volvulus, adhesi

Jejunum and ileum

Adults Hernia, adhesi (paling sering), tumor, benda asing, diverticulum

Meckel, penyakit Crohn (jarang), Ascariasis, volvulus,

intussusceptions karena tumor (jarang)

Neonates ileus Meconium, volvulus, atresia, intussusepsi

Ileus obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh :11

Page 13: Refarat Ileus Obstruktif Anak

1. Adhesi

Adhesi umumnya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis lokal

atau umum, atau pascaoperasi. Adhesi dapat berupa perlengketan dalam bentuk

tunggal maupun multipel, dan dapat setempat maupun luas. Sering juga ditemukan

adhesi yang bentuknya pita. Pada operasi, perlengketan dilepaskan, dan pita dipotong

agar pasase usus pulih kembali. Ileus akibat adhesi umumnya tiak disertai strangulasi.(6)

2. Hernia inkarserata

Hernia inkarserasi merupakan hernia dimana isi dari kantung hernia tidak bisa

dikembalikan ke rongga perut/asalnya. Hernia inkarserasi dapat berupa hernia

inguinal, femoral atau umbilikal. Mayoritas hernia inguinal adalah hernia indirek.

Pada hernia inguinal, inkarserasi terjadi pada 6-18% pasien dan dapat meningkat

sampai 30% pada bayi berusia kurang dari 2 bulan. Sedangkan hernia femoral jarang

terjadi. Adapun hernia umbilikal lebih jarang inkarserasi dan dapat menutup spontan

setelah usia 5 tahun.(9,11)

Gejala dari hernia inkarserasi yang dihubungkan dengan obstruksi intestinal

antara lain: muntah yang mengandung empedu, distensi abdomen, konstipasi, massa

yang teraba edema dan pucat di daerah inguinal (dapat menjadi eritematosa apabila

terjadi strangulasi), dan demam apabila terjadi nekrosis dan perforasi. Hernia

merupakan penyebab kedua terbanyak setelah adhesi dan merupakan penyebab

tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. (6)

3. Askariasis

Obstruksi usus oleh cacing askaris paling sering ditemukan pada anak karena

higiene kurang sehingga infestasi cacing terjadi berulang. Obstruksi umunya

disebabkan oleh gumpalan padat yang terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor

cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.

Diagnosis obstruksi cacing didukung oleh riwayat pemberian obat cacing atau

pencahar, demam, serangan kolik, muntah, dan cacing keluar dari mulut atau anus. (6)

12

Page 14: Refarat Ileus Obstruktif Anak

4. Invaginasi

Intususepsi adalah penyebab paling umum dari obstruksi usus pada bayi dan

anak-anak usia 3 bulan hingga 6 tahun, dimana puncaknya adalah usia 5-10 bulan. Hal

ini terjadi ketika masuknya segmen proksimal dari usus ( disebut intususeptum )

kedalam bagian yang lebih distal dari usus ( disebut intussuscipiens ) . Kebanyakan

intussusceptions yang idiopatik. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal

yang masuk dan naik ke kolon asenden serta mungkin keluar dari rektum. Invaginasi

dapat mengakibatkan obstruksi ataupun nekrosis iskemik pada bagian usus yang

masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. (6,7,11)

Gambar 3.3. Invaginasi

5. Volvulus

Volvulus merupakan proses memutarnya usus sehingga menyebabkan

obstruksi usus dan gangguan vaskularisasi. Volvulus jarang terjadi di usus halus.

Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum. (7,9,11)

6. Kelainan congenital

Atresia lambung dan intestinal menimbulkan obstruksi komplit saluran

intestinal terjadi kira-kira pada 1:5000 kelahiran hidup.(9,11)

Ileus obstruksi pada kolon disebabkan 60% oleh malignansi, 20% oleh divertikulosis dan 5%

oleh volvulus sigmoid. (14)

13

Page 15: Refarat Ileus Obstruktif Anak

1. Volvulus

Volvulus terajadi akibar memutarnya usus (biasanya pada sekum atau

sigmoid) pada mesokolonnya sehingga menyebabkan obstruksi lumen dan gangguan

sirkulasi vena maupun arteri.

Volvulus sigmoid ditemukan jauh lebih banyak daripada volvulus sekum,

yaitu sekitar 90%.Kelainan ini terutama ditemukan pada orang yang lebih tua, orang

dengan riwayat kronik konstipasi. Volvulus sigmoid sering mengalami strangulasi

bila tidak dilakukan dekompresi.(6,14)

2. Divertikel

Divertikel kolon paling sering ditemui di sigmoid. Divertikel kolon adalah

divertikel palsu karena terdiri atas mukosa yang menonjol melalui lapisan otot seperti

hernia kecil. Komplikasi dapat berupa perforaasi, abses terbuka, fistel, obstruksi

parsial, dan perdarahan.

3. Intususepsi/invaginasi

Merupakan suatu keadaan masuknya suatu segmen proksimal usus ke segmen

bagian distal yang akhirnya terjadi obstruksi usus strangulasi. Invaginasi diduga oleh

karena perubahan dinding usus khususnya ileum yang disebabkan oleh hiperplasia

jaringan lymphoid submukosa ileum terminal akibat peradangan, dengan abdominal

kolik.

Intususepsi sering terjadi pada anak anak. Namun, sekitar 5-15% dari kasus

intususepsi di belahan bumi bagian Barat terjadi di orang dewasa, yang mana dua per

tiga kasusnya disebabkan oleh tumor atau polip di usus halus(6,14).

4. Penyakit Hirschsprung

Penyakit Hirschprung atau yang disebut juga megacolon dapat digambarkan

sebagai suatu usus besar yang dilatasi, membesar dan hipertrofi yang berjalan kronik.

Penyakit ini dapat kongenital ataupun didapat dan biasanya berhubungan dengan ileus

obstruksi. (10,11)

14

Page 16: Refarat Ileus Obstruktif Anak

Penyebab kongenital dari penyakit ini diakibatkan dari kegagalan migrasi dari

neural crest ke kolon bagian distal. Sedangkan megakolon yang didapat merupakan

hasil dari adanya infeksi ataupun konstipasi kronis. Infeksi Trypanosoma cruzi

menyerang sel ganglion dan menyebabkan megakolon. (10,11)

3.5 Patofisiologi

Patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa

memandang apakah obstruksi itu disebabkan oleh penyebab mekanik atau fungsional.

Perbedaan utama terletak pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat sejak

awal, sedangkan pada obstruksi mekanik, awalnya peristaltik diperkuat, kemudian

intermitten, dan akhirnya menghilang.(8)

Pada ileus obstruksi usus halus terjadi dilatasi pada usus proksimal

secara progresif akibat akumulasi dari sekresi pencernaan dan udara yang tertelan

(70% dari udara yang tertelan) dalam lumen. Dilatasi dari usus halus menstimulasi

aktivitas sel sekretori, yang berakibat bertambahnya akumulasi cairan. Hal ini

mengakibatkan peristaltik meningkat pada bagian atas dan bawah dari obstruksi,

dengan buang air besar yang jarang dan flatus pada awal perjalanan. Muntah juga

merupakan tanda penting obstruksi pada anak-anak.(4,9)

Distensi berat pada dinding usus akan mengurangi pengaliran air dan natrium

dari lumen usus ke darah. Sekitar 8 liter cairan disekresi ke dalam saluran cerna setiap

hari, sehingga tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen

dengan cepat. Hal ini akan mengompresi saluran limfe mukosa dan menyebabkan

limfedema pada dinding usus. Dengan meningkatnya tekanan hidrostatik intraluminal,

meningkatnya tekanan hidrostatik pada capiler akan menyebabkan cairan yang

banyak, elektrolit dan protein ke dalam lumen usus. Kehilangan cairan dan dehidrasi

yang disebabkan oleh hal akan sangat parah dan dapat meningkatkan morbiditas dan

mortalitas. (4,9)

Muntah dan pengosongan isi usus merupakan penyebab utama kehilangan

cairan dan elektrolit. Akibat muntah tadi akan terjadi dehidrasi, hipovolemik. Pada

obstruksi proksimal, kehilangan cairan disertai oleh kehilangan ion hidrogen (H+),

kalium dan korida, sehingga terjadi alkalosis metabolik. Peregangan usus yang terjadi

secara terus menerus mengakibatkan timbulnya lingkaran setan penurunan absorpsi 15

Page 17: Refarat Ileus Obstruktif Anak

carian dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus

adalah iskemia akibar peregangan dan peningkatan permeabilitas yang disebabkan

oleh nekrosis, disertai dengan absorpsi toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan

sirkulasi sistemik.(8)

Pada obstruksi intestinal simpel, obstruksti terjadi tanpa gangguan

vaskularisasi. Makananan dan cairan yang masuk, sekresi getah pencernaan, dan gas

terkumpul di proksimal obstruksi. Bagian proksimal usus distensi, sedangkan bagian

distalnya colaps. Fungsi absorpsi dan sekresi dari mukosa usus berkurang, dan

dinding usus menjadi edema dan terbendung. Distensi usus yang parah akan semakin

progresif, menambah peristaltik, dan meningkatkan risiko dehidrasi dan progresi ke

arah strangulasi. (9,13)

Obstruksi intestinal strangulasi merupakan obstruksi dengan gangguan aliran

pembuluh darah, terjadi pada 25% dari pasien dengan ileus obstruksi. Biasanya

berhubungan dengan hernia, volvulus, dan intususepsi. Obstruksi strangulasi bisa

menjadi infark dan gangren dalam waktu 6 jam. Awalnya akan terjadi obstruksi vena,

kemudia oklusi arteri dan akhirnya iskemi cepat dari dinding usus. Usus yang iskemi

akan menjadi edema dan infark, yang berujung gangren dan perforasi. Bila tidak

ditangani akan menjadi perforasi, peritonitis, dan kematian. Pada ileus obstruksi

kolon, strangulasi jarang terjadi (kecuali pasien dengan volvulus).(4,9,13)

Pada ileus obstruksi kolon, terjadi dilatasi pada usus yang letaknya diatas

obstruksi, yang akan menyebabkan edema mukosa, gangguan aliran vena dan arteri ke

usus. Edema dan iskemi yang terjadi meningkatkan permeabilitas mukosa, yang

mengakibatkan translokasi bakteri (termasuk bakteri anaerob Bacteoides) , toksik

sistemi, dehidrasi, dan gangguan elektrolit. Iskemi pada kolon dapat mengakibatkan

perforasi. (14)

3.6 Manifestasi Klinik

a. Obstruksi usus halus

16

Page 18: Refarat Ileus Obstruktif Anak

Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai

dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit, baik di dalam lumen usus

bagian oral dari obstruksi maupun oleh muntah. Keadaan umum akan

memburuk dalam waktu yang relatif singkat.(6)

Gejala yang timbul biasanya : kolik pada daerah umbilikus atau di

epigastrium, mual, muntah pada obstruksi letak tinggi, dan konstipasi (pada

pasien dengan obstruksi total). Pasien dengan obstruksi simpel/parsial

biasanya menderita diare pada awal obstruksi. Konstipasi dengan tidak dapat

flatus dirasakan oleh pasien pada fase lanjut. Gerakan peristaltik yang high

pitched dan meningkat yang bersamaan dengan adanya kolik merupakan tanda

yang khas. (9,13)

Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi

bersifat kolik. Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang

muncul setiap 4 sampai 5 menit dalam ileus obstruksi usus halus, setiap 15

sampai 20 menit pada ileus obstruksi usus besar. Nyeri dari ileus obstruksi

usus halus demikian biasanya terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen.

Muntah refleks ditemukan segera setelah mulainya ileus obstruksi yang

memuntahkan apapun makanan dan cairan yang terkandung, yang juga diikuti

oleh cairan duodenum, yang kebanyakan cairan empedu. Pada ileus obstruksi

usus halus, maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri dari cairan

jernih, hijau atau kuning. Muntah fekulen dapat terjadi pada obstruksi usus

halus yang lama yang terjadi karena bakteri yang tumbuh banyak dan

merupakan tanda patognomonik dari ileus obstruksi usus halus bagian distal

komplit.(3)

Pada obstruksi strangulasi, gejalanya biasanya takikardi, demam, asidosis,

leukosistosi, dinding perut yang lemas. Apabila telah terjadi infark, dinding

perut akan lemas dan pada auskultasi didapatkan peristaltik yang minimal.(3,8)

b. Obstruksi kolon

17

Page 19: Refarat Ileus Obstruktif Anak

Gejalanya biasanya lebih ringan dan terjadi lebih perlahan dibandingkan

obstruksi pada usus halus. Gejala awalnya adalah peubahan kebiasaan buang

air besar, terutama berupa obstipasi dan kembung, yang kadang disertai kolik

pada perut bagian bawah (suprapubik). Akhirnya,penderita mengeluh

konstipasi menyebabkan adanya distensi abdomen. Muntah mungkin terjadi

namun tidak sering. muntah timbul lambat dan setelah muncul distensi.

Muntahannya kental dan berbau busuk sebagai hasil pertumbuuhan bakteri

berlebihan karena adanya renggang waktu yang lama.(5,13)

3.7 Diagnosis

Diagnosis ileus obstruksi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis mengenai

gejala klinis yang timbul, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan juga

pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Pada anamnesis ileus obstruksi tinggi, sering dapat ditemukan

penyebab, misalnya berupa adhesi dalam perut karena dioperasi atau terdapat

hernia. Gejala yang timbul umumya berupa syok, oligouri, dan gangguan

elektrolit. Kemudian ditemukan adanya serangan kolik perut, di sekitar

umbilikus pada ileus obstruksi usus halus dan disuprapubik pada ileus

obstruksi usus besar. Pada anamnesis, didapatkan adaya mual dan muntah,

tidak bisa BAB (buang air besar), tidak dapat flatus, perut kembung.

Pada strangulasi, terdapat jepitan yang menyebabkan gangguan

peredaran darah sehinggga terjadi iskemia, nekrosi atau gangren. Gangren

menyebabkan tanda toksis seperti, demam, takikardi, syok septik, dengan

leukosistosis.

2. Pemeriksaan Fisik

18

Page 20: Refarat Ileus Obstruktif Anak

Inspeksi

Pada inspeksi secara umum, terlihat adanya tanda tanda

dehidrasi, dilihat dari turgor kulit, mulut kering. Penderita tampak

gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik. Pada inspeksi

abdomen, terlihat distensi, darm countour (gambaran kontur usus),

darm steifung (gambaran gerakan usus), terutama pada penderita yang

kurus.

Adanya adhesi dapat dilihat dengan adanya bekas luka operasi

pada abdomen. Adanya bejolan di perut, inguinal, dan femoral yang

menandakan adanya hernia.

Palpasi

Pada palpasi, diraba adanya defans muskular, ataupun adanya

tanda peritonitis seperti nyeri tekan, nyeri lepas, teraba massa seperti

pada tumor, invaginasi, dan hernia.

Perkusi

Pada perkusi didapatkan bunyi hipertimpani.

Auskultasi

Pada auskultasi, terdengar hiperperistaltik yang kemudian suara

usus meninggi (metallic sound) terutama pada permulaan terjadinya

obstruksi dan borborygmi sound terdengar sangat jelas pada saat

serangan kolik. Kalau obstruksi berlangsung lama dan telah terjadi

strangulasi serta peritonitis, maka bising usus akan menghilang.(3,6)

e. Rectal Toucher

Untuk mengetahui apakah adanya massa dalam rectum. Apakah

ada darah samar, adanya feses harus diperhatikan. Tidak adanya feses

menunjukan obstruksi pada usus halus. Apabila terdapat darah berarti

19

Page 21: Refarat Ileus Obstruktif Anak

penyebab ileus obstruksi adalah lesi intrinsik di dalam usus seperti

malignansi. .(3,14)

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium umumnya tidak dapat dijadikan pedoman

untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan ialah

darah lengkap, elektrolit, BUN (blood urea nitrogen), ureum amilase, dan

kreatinin.

Pada ileus obstruksi sederhana, hasi pemeriksaan laboratoriumnya

dalam batas normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi,

leukositosis, dan nliai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase

sering didapatkan pada semua jenis ileus obstruksi, terutama strangulasi.

Penurunan dalam kadar serum natrium, klorida dan kalium merupaan

manifestasi lebih lanjut, dapat juga terjadi alkalosis akibat muntah. Bila BUN

didapatkan meningkat, menunjukkan hipovolemia dengan azotemia prerenal.(3)

b. Pemeriksaan Radiologi

Diagnosis ileus obstruksi biasanya dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan

radiologi.

Foto polos abdomen

Diperlukan foto abdomen 3 posisi yaitu foto posisi supine, foto posisi

setengah duduk, dan foto left lateral decubitus. Pada posisi supine dapat

ditemukan gambaran distensi usus dan herring bone appearance, posisi lateral

dekubitus ataupun setengah duduk dapat ditemukan gambaran step ladder

pattern,

Hal yang paling spesifik dari obstruksi usus halus ialah distensi usus

halus (diamater > 3 cm), adanya air fliud level pada foto posisi setengah

duduk, dan kekurangan udara pada kolon. Negatif palsu dapat ditemukan pada 20

Page 22: Refarat Ileus Obstruktif Anak

pemeriksaan radiologi ketika letak obstruksi berada di proksimal usus halus

dan ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan saja dengan tidak adanya udara.

Hal ini dapat mengakibatkan tidak adanya gambaran air fluid level ataupun

distensi usus.(5)

Pada ileus obstruksi kolon, pemeriksaan foto abdomen menunjukan

adanya distensi pada bagian proksimal dari obstruksi. Selain itu, tampak

gambaran air fluid level yang berbentuk seperti tangga yang disebut juga step

ladder pattern karena cairan transudasi.  

Gambar 3.4 Foto polos abdomen posisi supine (dilatasi usus)

(a) (b)

Gambar 3.5 (a) ileus obstruksi (b) posisi setengah duduk denga gambaran air

fluid level yang membentuk step ladder pattern

Foto Thorax

21

Page 23: Refarat Ileus Obstruktif Anak

Foto thorax dapat menggambarkan adanya free air sickle yang terletak

dibawah difaragma kanan yang menunjukkan adanya perforasi usus.(14)

Gambar 3.6. Gamabaran free air sickle

CT scan

CT scan berguna untuk menentukan diagnosa dini dari obstruksi

strangulasi dan untuk menyingkirkan penyebab akut abdominal lain, terlebih

jika klinis dan temuan radiologis lain tidak jelas. CT scan juga dapat

membedakan penyebab dari ileus obstrusi usus halus,yaitu penyebab

ekstrinsik (seperti adhesi dan hernia) dengan penyebab instrinsik (seperti

malignansi dan penyakit Chron). Obtruksi pada CT scan ditandai dengan

diameter usus halus sekitar 2,5 cm pada bagian proksimal menjadi bagian

yang kolaps dengan diameter kurang dari 1 cm.(14)

Temuan lain pada obstruksi usus yaitu zona transisi dengan dilatasi usus

proksimal, dekompresi usus bagian distal, kontras intralumen yang tidak dapat

melewati bagian obstruksi, dan pada bagian kolon terdapat gas ataupun cairan.

Strangulasi ditandai dengan menebalnya dinding usus, pneumatosis intestinalis

(udara pada dinding usus), udara pada vena porta, dan berkurangnya kontras

intravena ke dalam usus yang terkena.(3)

22

Page 24: Refarat Ileus Obstruktif Anak

Penelitian menunjukkan bahwa sensitivitas CT 80-90%, spesifisitas 70-

90% dalam mendeteksi obstruksi.(5)

Enteroclysis

Enteroclysis berguna untuk mendeketsi adanya obstruksi dan berguna

membedakan antara obstruksi parsial atau total. Metode ini berguna jika foto

polos abdomen mempelihatkan gambaran normal namun gambaran klinis

menunjukan adanya obstruksi atau jika foto polos abdomen tidak spesifik.

Pemeriksaan ini juga dapat membedakan adhesi karena metastase, tumor

yang rekuren, dan kerusakan akibat radiologi. Enteroclysis dapat dilakukan

dengan dua jenis kontras. Barium merupakan kontras yang sering digunakan

dalam pemeriksaan ini. Barium aman digunakan dan berguna mendiagnosa

obstruksi bila tidak terdapat iskemia usus ataupun perforasi. Namun,

penggunaan barium sering dihubungkan dengan terjadinya peritonitis, dan

harus dihindari bila diduga adanya perforasi.(14)

Enteroclysis jarang digunakan pada keadaan akut. Pada pemeriksaan ini,

digunakan 200-250 mL barium dan diikuti 1-2 L larutan methylcellulose

dalam air yang dimasukan melalui proksimal jejenum melalu kateter

nasoenteric.

USG abdomen

USG merupakan pemeriksaan yang tidak invasif dan murah

dibandingnkan CT scan, dan spefisitas dari USG dilaporkan mencapai 100%.

Pemeriksaan ini dapat menunjukan gambaran dan penyebab dari obstruksi

dengan melihat pergerakan dari usus.

23

Page 25: Refarat Ileus Obstruktif Anak

3.8 Diagnosa Banding

Diagnosa banding dari ileus obstruksi adalah :

a. Ileus paralitik

Pada ileus paralitik terdapat distensi yang hebat namun nyeri yang dirasakan

lebih ringan dan cenderung konstan, mual, muntah, bising usus yang

menghilang, pada pemeriksaan fisik tidak adanya defans muskular dan pada

gambaran foto polos didapatkan gambaran udara pada usus.

b. Appendisitis akut

Pada appendisitis akut, didapatkan gejala nyeri tumpul pada epigastrium yang

kemudian berpindah pada kuadran kanan bawah, demam, mual, dan muntah.

c. Pankreatitis akut

Nyeri pada pankreatitis akut biasanya dirasakan sampai ke punggung. Gejala

ini dapat juga berhubungan dengan ileus paralitik. Pada pankreatitis akut, amilase

kadarnya akan sangat tinggi bbila dibandingkan ileus obstruksi.

d. Gastroenteritis akut

Pada gastoenteritis akut juga terdapat nyeri perut dan muntah. Diare pada

penyakit ini juga menyebabkan adanya hiperperistaltik pada auskultasi. Namun

dapat dipikirkan adanya ileus bila abdomen distensi dan hilangnya suara atau

sedikitnya aktifitas usus.

3.9 Penatalaksanaan

Ileus obstruksi di usus harus dihilangkan segera setelah keadaan umum

diperbaiki. Tindakan umum sebelum dan sewaktu pembedahan meliputi tatalaksana

dehidrasi, perbaikan keseimbangan elektrolit, dan dekompresi pipa lambung. Pada

strangulasi, tidak ada waktu untuk memperbaiki keadaan umum, sehingga strangulasi

harus segera diatasi.(6)

24

Page 26: Refarat Ileus Obstruktif Anak

1. Terapi konservatif

Pasien dengan ileus obstruksi bisanya mengalami dehidrasi dan

kekurangan elektrolit (Natrium, kalium, dan klorida) akibat

berkuranganya intake makanan, muntah, sehingga membutuhkan

penggantian cairan intravena dengan cairan salin isotonic seperti Ringer

Laktat. Koreksi melalu cairan ini dapat dimonitor melalui urin dengan

menggunakan kateter, tanda tanda vital, pemeriksaan laboratorium,

tekanan vena sentral. (5,14)

Pemberian antibiotik broadspectrum dapat diberikan sebagai profilaksis

atas dasar temuan adanya translokasi bakteri pada ileus obstruksi.

Antiemetik dapat juga diberikan untuk mengatasi muntah.(5,14)

Dekompresi traktus gastrointestinal dengan menggunakan nasogastric

tube (NGT) dan pasien dipuasakan. Hal ini berguna untuk mengeluarkan

udara dan cairan dan untuk mengurangi mual, distensi, dan resiko

aspirasi pulmonal karena muntah.

Pada ileus obstruksi parsial, biasanya dilakukan tindakan konservatif dan

pemantauan selama 3 hari. Penelitian menunjukkan adanya perbaikan

dalam pasien dengan keadaan tersebut dalam waktu 72 jam. Namun jika

keadaan pasien tidak juga membaik dalam 48 jam setelah diberi terapi

cairan dan sebagainya, makan terapi operatif segera dilakukan.(5,13)

2. Operatif

Secara umum, pasien dengan ileus obstruksi total memerlukan tindakan

operatif segera, meskipun operasi dapat ditunda untuk memperbaiki keadaan

umum pasien bila sangat buruk. Operasi dapat dilakukan bila rehidrasi dan

dekompresi nasogastrik telah dilakukan. (5,14)

Tindakan operatif dilakukan apabila terjadi :

- Strangulasi

- Obstruksi total

25

Page 27: Refarat Ileus Obstruktif Anak

- Hernia inkarserata

- Tidak ada perbaikan pada pengobatan konservatif (pemasangat NGT,

infus, dan kateter).(6)

Tindakan operatif pada ileus obstruksi ini tergantung dari penyebabnya.

Misalnya pada adhesi dilakukan pelepasan adhesi tersebut, tumor dilakukan

reseksi, dan pada hernia dapat dilakukan herniorapi dan herniotomi. Usus yang

terkena obstruksi juga harus dinilai apakah masih bagus atau tidak, jika sudah

tidak viabel maka dilakukan reseksi. Kriteria dari usus yang masih viabel

dapat dilihat dari warna yang normal, dan adanya peristaltik, dan pulsasi arteri.(5)

Kanker kolon yang meyebabkan obstruksi kadang dilakukan reseksi dan

anastomosis, dengan atau tanpa colostomi atau ileostomy sementara. Jika tidak

dapat dilakukan, maka tumor diangkat dan kolostomi atau ileostomi dibuat.

Diverkulitis yang menyebabkan obstruksi, biasanya sering terjadi perforasi.

Reseksi bagian yang terkena devertikel mungkin agak sulit tapi merupakan

indikasi jika terjadi perforasi ataupun peritonitis umum. Biasanya dilakukan

reseksi dan kolostomi, namun anastomosis ditunda sampai rongga abdomen

bebas radang (cara Hartman).Vovulus sekal biasanya dilakukan tindakan

operatif yaitu melepaskan volvulus yang terpelintir dengan melakukan

dekompresi dengan sekostomi temporer, yang juga berefek fiksasi terhadap

sekum dengan cara adhesi. Pada volvuus sigmoid, dapat dilakukan reposisi

dengan sigmoidoskopi, dan reseksi dan anastomosis dapat dilakukan beberapa

hari kemudian. Tanpa dilakukan reseksi, kemungkinan rekuren dapat terjadi.(14)

26

Page 28: Refarat Ileus Obstruktif Anak

3.10 Komplikasi

Komplikasi dari ileus obstruksi dapat berupa nekrosis usus, perforasi usus

yang dapat menyebabkan peritonitis, syok septik, dan kematian. Usus yang strangulasi

mungkin mengalami perforasi yang mengakibatkan materi dalam usus keluar ke

peritoneum dan mengakibatkan peritonitis. Meskipun tidak mengalami perforasi,

bakteri dapat melintasi usus yang permeabel dan masuk ke sirkulasi darah yang

mengakibatkan syok septik.(7,9)

3.11 Prognosis

Mortalitas dan morbiditas pada obstruksi usus tergantung pada jenis lesi yang

menyebabkan penyumbatan usus, apakah itu adalah loop tertutup atau obstruksi

strangulasi. Kematian rendah dengan diagnosis dini dan penanganan yang cepat. Jika

tidak diobati, hambatan strangulasi selalu mematikan. Tingkat mortalitas dapat

mencapai 65 % jika lebih dari 75 % dari usus kecil nekrotik pada saat laparotomi.

Terlalu banyak kerusakan usus dapat menyebabkan kekurangan gizi karena sindrom

usus pendek .

Kelangsungan hidup jangka panjang pada pasien dengan atresia duodenum

atau stenosis adalah sekitar 86 %. Sebagian besar morbiditas dan mortalitas

berhubungan dengan anomali jantung. Ini termasuk pasien dengan pankreas annular.

Angka kematian pada ileus obstruksi usus non-strangulasi adalah < 5 %,

dengan banyaknya kematian terjadi pada pasien usia lanjut dengan komorbid. Angka

kematian pada operasi ileus obstruksi usus strangulasi berkisar 8-25%. Pada ileus

obstruksi kolon, biasanya angka kematian berkisar antara 15 – 30 %. Perforasi sekum merupakan

penyebab utama kematian. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan diakukan dengan cepat. (3)

BAB IV27

Page 29: Refarat Ileus Obstruktif Anak

KESIMPULAN

Ileus obstruksi adalah hilangnya atau adanya gangguan pasase isi usus yang

disebabkan oleh sumbatan mekanik. Ileus obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh

adhesi, hernia inkarserata, askariasis, invaginasi, volvulus, kelainan kongenital, radang

kronik, neoplasma, benda asing. Sedangkan ileus obstruksi pada kolon dapat disebabkan oleh

karsinoma, volvulus, divertikulum meckel, intsusupsi, penyakit Hirchsprung.

Gejala umum yang timbul ialah syok, oligouri, gangguan elektrolit. Selanjutnya gejala

dari ileus obstruksi ialah nyeri kolik abdomen, mual, muntah, tidak dapat buang air besar,

tidak dapat flatus, perut kembung (distensi). Pada pemeriksaan fisik, terutama abdomen,

terlihat distensi abdomen, terdapat darm contour, darmn steifung, pada auskultasi terdengar

hiperperistaltik dengan nada tinggi (metalic sound) yang jika obstruksi terus berlanjut, bising

usus akan melemah dan menghilang. Pada pemeriksaaa radiologi, yaitu foto polos abdomen 3

posisi, didapatkan gambaran herring bone appearance, air fluid level yag membentuk

kaskade yang disebut juga step ladder pattern. Bila terjadi perforasi usus, dapat ditemukan

adanya free air sickle di bawah diafragma kanan.

Terapi pada ileus obstruksi meliputi tindakan konservatif yaitu resusitasi cairan

dengan cairan intravena dan monitoring melalui urin, dekompresi dengan menggunakan

NGT, pemberian antibiotik broadspectrum dan tindakan operatif yang biasanya sering

dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

28

Page 30: Refarat Ileus Obstruktif Anak

1. Ansari Parswa. Intestinal Obstruction. 2012. Available at :

http://www.merckmanuals.com/professional/gastrointestinal_disorders/

acute_abdomen_and_surgical_gastroenterology/

intestinal_obstruction.html#v890928. Accesed maret 10, 2014

2. Bullard Kelli, Rothenberger David. Colon, Rectum, and Anus. In : Charles F

Brunicardi. Schwartz’s Manual of Surgery. Ed 8. USA : McGraw-Hill. 2006

3. Hassan. R, Alatas. H, Buku kuliah ilmu kesehatan anak jilid1, Jakarta : FK UI,

1985

4. Hodin Richard, Matthews Jeffrey. Small Intestine. Dalam : Norton Jeffey,

Bolinger Randal, Chang Alfred, Lowry Stephen, et all. Surgery Basic Science and

Clinical Evidence. New Yoek : Springer. 2000

5. Hopkins Christy. Large Bowel Obstruction. 2011. Available at :

http://emedicine.medscape.com/article/774045-treatment#showall. Accesed maret

11, 2014

6. Lindseth Glenda. Gangguan Usus Besar. In : Price Slyvia, Wilson

Lorraine,editors. Patofisiologi Konsep Kinis Proses – Proses Penyakit. Ed 6.

Jakarta : EGC ; 2006

7. Lindseth Glenda. Gangguan Usus Halus. In : Price Slyvia, Wilson

Lorraine,editors. Patofisiologi Konsep Kinis Proses – Proses Penyakit. Ed 6.

Jakarta : EGC ; 2006

8. Nobie Brian. Small Bowel Obstruction. 2011. Available at :

http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview#showall. Accesed maret

11, 2014

9. Richard E. B, Robert M. K, Ilmu kesehatan anak nleson, Ed. 15, vol. 2, Jakarta :

EGC, 1999

10. Riwanto Ign. Hidayat A H, Pieter J, Tjambolang T, Ahmadsyah I. Usus Halus,

Apendiks, Kolon, dan Anorektum. Dalam : Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W,

Rudiman R, Prasetyono Theddeus, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta :

EGC ; 2012

29

Page 31: Refarat Ileus Obstruktif Anak

11. Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Alih

Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993

12. Shalkow. J, Florens. A, Asz. J. et all. Pediatric Small-Bowel Obstruction,

http://emedicine.medscape.com/article/930411-overview#showall accesed maret

11, 2014

13. Sherwood Lauralee. Sistem Pencernaan. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. D

2. Jakarta ; EGC ; 2001.

14. Sjamsuhidajat R,Dahlan M, Jusi Djang. Gawat Abdomen. Dalam : Sjamsuhidajat

R, Karnadiharja W, Rudiman R, Prasetyono Theddeus, editors. Buku Ajar Ilmu

Bedah. Ed 3. Jakarta : EGC ; 2012.

15. Whang E E, Ashley Stanley, Zinner J Michael. Small Intestine. In :Charles F

Brunicardi. Schwartz’s Manual of Surgery. Ed 8. USA : McGraw-Hill. 2006.

30