reduksi kadar sianida tepung ubi kayu (manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/jurnal skripsi...

60
REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) MELALUI PERENDAMAN UBI KAYU DENGAN NaHCO 3 SKRIPSI Oleh : Riwanto Siboro NPM. E1G012047 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2016

Upload: hanguyet

Post on 03-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU

(Manihot esculenta Crantz) MELALUI PERENDAMAN

UBI KAYU DENGAN NaHCO3

SKRIPSI

Oleh :

Riwanto Siboro

NPM. E1G012047

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2016

Page 2: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Reduksi Kadar Sianida Tepung Ubi

Kayu (Manihot esculenta Crantz) Melalui Perendaman Ubi kayu dengan NaHCO3” ini

merupakan karya saya sendiri (ASLI), dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademis disuatu institusi pendidikan,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis dan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bengkulu, Juli 2016

Riwanto Siboro

NPM. E1G012047

Page 3: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

RINGKASAN

REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

MELALUI PERENDAMAN UBI KAYU DENGAN NaHCO3 (Riwanto Siboro, di

bawah bimbingan Zulman Efendi dan Bonodikun. 2016. 56 halaman)

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman tropis yang

paling berguna dan secara luas dimanfaatkan sebagai sumber kalori yang murah. Namun

ubi kayu mengandung asam sianida (HCN) yang bersifat toksik, sehingga masalah

penurunan kadar HCN menjadi perhatian utama dalam pemanfaatan ubi kayu. Dalam

sistem pencernaan, sianida dapat diubah menjadi asam sianida (HCN) bebas. Adapun

kandungan asam sianida 50 mg/kg (ppm) bahan masih aman untuk dikonsumsi manusia,

tetapi melebihi kadar itu dapat menyebabkan keracunan. Bahaya HCN pada kesehatan

terutama pada sistem pernapasan, di mana oksigen dalam darah terikat oleh senyawa HCN

dan terganggunya sistem pernapasan, tergantung jumlah yang dikonsumsi, HCN dapat

menyebabkan kematian jika pada dosis 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan. Ubi kayu juga

mengandung karbohidrat cukup tinggi (> 80 % dari bobot kering), sehingga berpotensi

untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat alternatif pengganti beras. Ubi kayu

pahit masih jarang dikonsumsi sebagai bahan pangan karena mengandung sianida

yang cukup tinggi dan berbahaya bagi kesehatan.

Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

NaHCO3 terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi kayu Kaur. Metode

penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor yaitu faktor pertama

lama perendaman dengan metode perendaman air diganti setiap 24 jam sekali. Sedangkan

faktor kedua yaitu penambahan konsentrasi NaHCO3 (4 % dan 8 %). Dengan percobaan

dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, sehingga diperoleh 18 sampel. Paremeter sifat

fisik yang diamati adalah kadar air, rendemen, dan warna. Parameter sifat kimia yang

diamati adalah pH dan tingkat reduksi HCN.

Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan konsentrasi NaHCO3 dan lama

perendaman, terhadap analisis sifat fisik pada tepung ubi kayu yaitu, kadar air yang

dihasilkan berada pada rentang 6,47 % - 8,79 %, namun perlakuan konsentrasi NaHCO3

dan lama perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air tepung ubi kayu.

Sedangkan rendemen berada pada rentang 21,19 % - 24,24 %, namun perlakuan

konsentrasi NaHCO3 dan lama perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap nilai

rendemen tepung ubi kayu. Kemudian profil warna tepung ubi kayu menunjukkan

Page 4: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

penurunan nilai RGB sebesar R (212,36), G (208,41), dan B (212,44) menjadi R (189,88),

G (190,55), dan B (189,41). Adapun nilai pH berada pada rentang 5,94 % - 7,45 % dimana

perlakuan konsentrasi NaHCO3dan lama perendaman menunjukkan pengaruh berbeda

nyata. Selanjuntnya perlakuan konsentrasi dan lama perendaman mampu meningkatkan

jumlah reduksi HCN secara nyata dengan hasil terbaik pada perendaman 4 hari.

Berdasarkan perhitungan ekonomi diketahui nilai tambah produk akhir dari pengolahan

tepung ubi kayu sebesar 2.919/kg.

(Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Bengkulu)

Page 5: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

SUMMARY

REDUCTION LEVELS CYANIDE OF CASSAVA FLOUR (Manihot esculenta

Crantz) BY SOAKING CASSAVA WITH NAHCO3 (Riwanto Siboro, Guided by

Zulman Efendi and Bonodikun. 2016. 56 pages)

Cassava (Manihot esculenta Crantz) is one of the most useful tropical plants and

is widely used as a cheap source of calories. But cassava contains cyanide (HCN), which is

toxic, so the problem of decreased levels of HCN is a major concern in the utilization of

cassava. In the digestive system, cyanide can be converted into cyanide (HCN) are free.

The cyanide content of 50 mg / kg (ppm) material is safe for human consumption, but

exceed the levels that can cause poisoning. HCN health hazard, especially in the

respiratory system, where the oxygen in the blood is bound by the compounds HCN and

disruption of the respiratory system, depending on the amount consumed, HCN can lead to

death if at a dose of 0.5 to 3.5 mg HCN / kg body weight. Cassava also contain

carbohydrates is high (> 80% of dry weight), so it has the potential to be developed as an

alternative source of carbohydrates instead of rice. Bitter cassava was rarely consumed as

food because it contains cyanide which is quite high and dangerous to health.

The purpose of this research was to determine the effect of NaHCO3 concentration

and soaking time on physical, cyanide levels and the added value of cassava flour from

Kaur. The research method used a completely randomized design with two factors: the first

factor is soaking time, the soaking method is replaced every 24 hours.The second factor is

the concentration of the addition of NaHCO3 (4% and 8%). The experiment is done 3 times

repetition, thus obtained 18 samples. The physical properties observed were water content,

yield, and color. The chemical properties observed were pH and reduction level of HCN.

The results showed the treatment NaHCO3 concentration and soaking time, the

analysis of the physical properties of cassava flour that is , the water content is generated in

the range of 6.47 % - 8.79 %, but treatment NaHCO3 concentration and soaking time did

not significantly affect to the value of the water content. While the yield was in the range

of 21.19% -24.24%, but treatment NaHCO3 concentration and soaking time did not

significantly affect the value of the yield of cassava flour. Then the color profile of cassava

flour showed a decline RGB value of R (212.36), G (208.41), and B (212.44) into R

(189.88), G (190.55), and B (189.41). The pH value is in the range of 5.94% -7.45% where

NaHCO3 concentration and soaking time has showed significantly different to pH.

Page 6: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Thentreatment concentration and soaking time were able to increase the number of

significantly reducing HCN content with the best results on immersion 4 days. Based on

economic calculations is known the added value of the final product of the processing of

cassava flour for IDR 2,919.54 / kg.

(AgroIndustrial Technology Studies Program, Faculty of Agriculture, University of

Bengkulu)

Page 7: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi
Page 8: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi
Page 9: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi
Page 10: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

MOTTO

Dia memberi kekuatan pada yang lelah dan menambah semangat kepada yang

tiada berdaya (Yesaya 40:29)

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakan lah dalam

segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan

syukur (Filipi 4:6)

Kuatkan dan teguhkankanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena

mereka, sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak

akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau (Ulangan 31:6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

Kapada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberkati, menolong, dan

memberi kekuatan disetiap detik didalam hidupku meski rintangan banyak

kuhadapi tapi semua ku lalui bersama Yesus.

Kedua orang tuaku tersayang ayah J. Siboro dan ibu S. Gultom yang selalu

memberikan semangat, mencurahkan kasih sayang dan do’a untukku.

Kakakku Rismawati Siboro, Rohani Siboro, Renika Siboro dan Adekku Merlyana

Siboro yang selalu memberikan semangat dan do’a untukku.

Teman-teman TIP Andubas 012.

Semua pembaca karya skripsi ini.

Almamaterku Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

Page 11: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis sadar akan keterbatasan ilmu dan kemampuan dalam menyelesaikan skripsi

ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang

telah memberikan sumbangsih besar dalam penyelesaian skripsi, yaitu :

1. Bapak Zulman Efendi, STP, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Utama sekaligus

Pembimbing Akademik yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan arahan, motivasi, dan ilmu yang diberikan demi menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Bonodikun, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah

banyak memberikan waktu, saran, bantuan, nasehat dan bimbingan yang diberikan

demi menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Damres Uker selaku Ketua Jurusan Teknologi Industri Pertanian

Universitas Bengkulu

4. Ibu Dra. Devi Silsia, M.Si selaku penguji 1 dan Ibu Tuti Tutuarima STP, M.Si selaku

penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan saran yang sangat membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf dijurusan Teknologi Pertanian yang telah memberikan materi

pelajaran dan saran-saran sehingga penulis memiliki wawasan ilmu pengetahuan

untuk bekal masa depan.

6. Untuk kedua orang tuaku yang senantiasa mendo‟akan aku dan memberikan

semangat serta dukungan demi keberhasilanku selama proses berjalannya

perkuliahan.

7. Saudara-saudara perempuanku yang selalu memberikan semangat, jarak menjadi

halangan untuk kita selalu bersama, tapi melalui harapan dan do‟a dari kalian aku

mampu berdiri disini untuk mewujudkannya.

8. Ernawati Simanjuntak (Borjon roaballang), yang selalu ada disampingku dan selalu

mengingatkanku untuk tetap semangat dalam menjalani perkuliahan ini, serta

sahabat-sahabatku Edo, Firman, Bene, kardo, Imelda, Selestia, Sondang, Ratna, yang

paling kece katenye.

9. Rekan seperjuangan TIP „012 (Andubas), terima kasih atas pengalaman dan

pertemanan selama perkuliahan.

Page 12: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan kepada penulis selama proses perkuliahan, penelitian dan sampai selesainya

penulisan skripsi ini.

Semoga karya kecil yang masih jauh dari kata sempurna ini, dapat bermanfaat bagi

pembaca. Penulis terbuka untuk saran dan kritik yang membangun dalam

menyempurnakan skripsi ini.

Bengkulu, Juli 2016

Riwanto Siboro

Page 13: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangkahan Bosi pada tanggal 26

Januari 1993, dari pasangan Bapak J. Siboro dan Ibu S. Gultom,

Penulis merupakan anak ke empat (4) dari lima (5)

bersaudara.Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di

SDN 07 Tebing kandang, pada tahun 2006. Kemudian

melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Lais dan dapat menyelesaikan

sekolah lenjutan tingkat pertama dengan baik pada tahun 2009.

Penulis melanjutkan sekolah lanjutan atas di SMA Negeri 1 Lais

dan selesai pada tahun 2012 dan pada tahun yang sama (2012) penulis diterima sebagai

mahasiswa Program Studi Teknologi Industri Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu melalui jalur Penelusuran Potensi Akademik

(PPA).

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten dosen dalam mata

kuliah Analisis sistem dan pengabilan keputusan pada tahun 2015. Penulis juga pernah

mendapatkan beasiswa BPPA tahun 2012-2014. Penulis juga pernah aktif dalam

Organisasi Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Bengkulu tahun 2014-2015.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam anggota Himpunan Mahasiswa

Teknologi Industri Pertanian (HIMATIN). Pada bulan Juli-Agustus 2015, penulis

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Karet PT.

PamorGanda Bengkulu Utara. Pada tanggal 1 Maret-30 April 2016 penulis mengikuti

Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) periode 78 di Desa Karang Tinggi Kecamatan Karang

Tinggi Kabupaten Bengkulu Tengah.

Page 14: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Reduksi Kadar

Sianida Tepung Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) Melalui Perendaman Ubi kayu

dengan NaHCO3.” Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam

memenuhi syarat gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas

Bengkulu.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan berupa masukan,

bimbingan, kritikan dan saran dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam penyajian materi dan

tata bahasa. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan senang hati.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis dan

pembaca dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberi petunjuk dan karunia-

Nya bagi kita semua.

Bengkulu, Juli 2016

Riwanto Siboro

Page 15: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ ix

DAFTARLAMPIRAN ...................................................................................................... x

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 RumusanMasalah .................................................................................................. 2

1.3 Batasan Masalah ................................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 3

1.5 Manfaat penelitian ................................................................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UbiKayu ................................................................................................................ 4

2.2 Asam Sianida (HCN) ............................................................................................ 11

2.3 Tepung Ubi Kayu .................................................................................................. 15

2.4 Proses Pembuatan Tepung Ubi Kayu ................................................................... 16

2.5 Natrium Bikarbonat .............................................................................................. 17

2.6 Pengeringan .......................................................................................................... 19

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu danTempat Penelitian ................................................................................ 21

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ..................................................................................... 21

3.3 Rancangan Penelitian ............................................................................................ 21

3.4 Tahapan Penelitian ................................................................................................ 22

3.5 Parameter Pengamatan .......................................................................................... 23

3.6 Analisis Nilai Tambah .......................................................................................... 25

3.7 Analisis Data ......................................................................................................... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................................... 26

4.2 Sifat Fisik Tepung Ubi Kayu ................................................................................ 26

4.3 Sifat Kimia Tepung Ubi Kayu .............................................................................. 31

4.4 Analisa Ekonomi ................................................................................................... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 37

5.2 Saran .. .................................................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 38

LAMPIRAN .................................................................................................................. 41

Page 16: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kandungan Gizi Dalam Tiap 100 g Daun Muda (Pucuk) dan Ubi Kayu ............. 8

2. Kadar HCN dalam BeberapaJenis/ VarietasUbiKayu .......................................... 9

3. Spesifikasi Persyaratan Mutu Tepung Ubi Kayu (SNI 01-2997-1996) ................ 16

4. Tata letakUnit Percobaan ...................................................................................... 22

5. Hasil Penelitian Sifat Fisik dan Kimia Tepung Ubi Kayu ................................... 27

Page 17: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar rata-rata kadar air (%) Tepung ubi kayu setelah perlakuan

perendaman konsentrasi NaHCO3 .......................................................................... 26

2. Gambar Rata-rata Kadar Air (%) Tepung Ubi Kayu Setelah Perlakuan

PerendamanKonsentrasi NaHCO3. ............................................................................................................. 26

3. Gambar Rata-rata Rendemen (%) Tepung Ubi Kayu Setelah Perlakuan

Perendaman Konsentrasi NaHCO3 ......................................................................... 28

4. Gambar Profil Warna Tepung Ubi Kayu Setelah Perlakuan Perendaman

Konsentrasi NaHCO3.. ............................................................................................. 30

5. Gambar Derajat Keasaman (pH) TepungUbi Kayu Setelah Perlakuan

Perendaman KonsentrasiNaHCO3. ......................................................................... 31

6. Gambar Reduksi kadar HCN Tepung Ubi Kayu Setelah Perlakuan

Perendaman Konsentrasi NaHCO3 ......................................................................... 33

Page 18: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Ubi Kayu ............................................... 41

2. Hasil Analisis Sifat Fisik

1. Kadar Air ........................................................................................................... 42

2. Rendemen .......................................................................................................... 43

3. Warna ................................................................................................................. 44

3. Hasil Analisis Sifat Kimia

1. PH ..................................................................................................................... 45

2. HCN .................................................................................................................. 46

4. Kadar Air Two Way ............................................................................................... 47

5. Rendemen Two Way .............................................................................................. 48

6. PH Two Way .......................................................................................................... 49

7. HCN Two Way ....................................................................................................... 50

8. Foto Kegiatan Penelitian ......................................................................................... 52

Page 19: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman tropis yang

paling berguna dan secara luas dimanfaatkan sebagai sumber kalori yang murah. Namun

ubi kayu mengandung asam sianida (HCN) yang bersifat toksik, sehingga masalah

penurunan kadar HCN menjadi perhatian utama dalam pemanfaatan ubi kayu (Kobawila,

2005; Adamafio,2010). Dalam sistem pencernaan, sianida dapat diubah menjadi asam

sianida (HCN) bebas. Adapun kandungan asam sianida 50 mg/kg (ppm) bahan masih

aman untuk dikonsumsi manusia, tetapi melebihi kadar itu dapat menyebabkan keracunan

(Winarno, 2004). Bahaya HCN pada kesehatan terutama pada sistem pernapasan, di mana

oksigen dalam darah terikat oleh senyawa HCN dan terganggunya sistem pernapasan (sulit

bernapas), tergantung jumlah yang dikonsumsi, HCN dapat menyebabkan kematian jika

pada dosis 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan (Winarno, 2004). Selain itu, ubi kayu

mengandung karbohidrat cukup tinggi (>80 % dari bobot kering), sehingga berpotensi

untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat alternatif pengganti beras. Ubi kayu

pahit masih jarang dikonsumsi sebagai bahan pangan karena mengandung sianida

yang cukup tinggi dan berbahaya bagi kesehatan.

Menurut Amin (2006), secara tradisional, dikenal beberapa proses pengolahan

ubi kayu untuk mengurangi kadar sianida, antara lain dengan cara pengupasan, pencucian,

perendaman, pemasakan, pengeringan, penggilingan, pengayakan hingga terbentuk

gaplek, perendaman dan perebusan yang berulang hanya dapat menghilangkan kadar

sianida 50 % namun cara tersebut membutuhkan waktu yang lama dan penurunan kadar

sianida yang belum optimal. Salah satu cara yang diharapkan dapat menurunkan kadar

sianida secara optimal adalah perendaman dengan menggunakan natrium bikarbonat

(NaHCO3) (Balitkabi, 2012).

Ubi kayu Bengkulu yang banyak terdapat di Kabupaten Kaur adalah ubi kayu

beracun (Yasrizal, 2015). Dalam mendukung ketahanan pangan Pemerintah Daerah

(Pemda) Kaur menggalakkan warga untuk menanam ubi kayu racun yang dibuat tepung

Mocaf demi mendukung program pemerintah daerah yang bertujuan mewujudkan

ketahanan pangan lokal (Yasrizal, 2015). Pada proses pembuatan tepung ubi kayu, kadar

sianida harus dikurangi sampai serendah-rendahnya 40 ppm agar layak dikonsumsi (FAO,

2007). Salah satu upaya untuk mengurangi kadar HCN pada ubi kayu adalah dengan

Page 20: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Fermentasi. Fermentasi menyebabkan terjadinya pemecahan senyawa linamarin menjadi

sianida bebas yang disebabkan adanya akitivitas enzim linamarase dari umbi ubi kayu

(Yeoh dkk, 1998).

Berdasarkan hasil survey bahwa masyarakat Kaur telah melakukan pembuatan

tepung dengan cara fermentasi menjadi tepung mocaf. Pada tahap pembuatan tepung

mocaf masyarakat Kaur menggunakan bakteri asam laktat yang harus dibeli diluar daerah,

kemudian dilakukan perendaman ubi kayu yang mampu memperbaiki tekstur tepung,

namun di perlukan kajian pengolahan tepung ubi kayu sehingga mengurangi

ketergantungan bakteri asam laktat. Beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan

untuk pengurangan kadar sianida atau HCN adalah dengan menambahkan NaHCO3 4 %

selama 4 hari (Irzam, 2014;Hutami, 2014). Irzam (2014) melakukan perendaman ubi kayu

iris dengan penambahan larutan NaHCO3 4 % selama 4 hari dengan pergantian air

rendaman setiap 24 jam, dihasilkan tepung ubi kayu dengan kadar HCN 11,28 ppm, pH

8,83, kadar air 7,38 %, kecerahan warna (L*) 95,97 dan rendemen 28,48 %.

Hutami, (2014) melakukan perendaman ubi kayu yang dibelah menjadi empat

potongan dengan penambahan larutan NaHCO3 4 % selama 4 hari dengan pergantian

rendaman setiap 24 jam, dihasilkan tepung ubi kayu dengan kadar HCN sebesar 12,06

ppm, kadar air 5,27 %, pH 8,83, dan rendemen 28,46 %. Dari hasil penelitian tersebut

dapat diketahui bahwa larutan NaHCO3 mampu menurunkan kadar sianida, oleh karena itu

perlu dikaji lebih lanjut penggunaan NaHCO3 pada kosentrasi yang lebih besar terhadap

potensi mereduksi kadar sianida ubi kayu Kaur, dengan mengamati karakteristik fisik,

kimia dan nilai tambah tepung ubi kayu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang berhubungan

dengan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh konsentrasi dan lama perendaman NaHCO3 terhadap sifat

fisik tepung ubi kayu Kaur?

2. Bagaimana pengaruh konsentrasi dan lama perendaman NaHCO3 terhadap kadar

sianida tepung ubi kayu Kaur ?

3. Bagaimana pengaruh konsentrasi dan lama perendaman NaHCO3 terhadap hasil

reduksi kadar HCN tertinggi padanilai tambah tepung ubi kayu Kaur?

Page 21: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini tetap fokus, serta adanya berbagai keterbatasan maka penelitian

ini memiliki batasan masalah di antaranya:

1. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ubi kayu yang diambil dari Desa Tanjung Aur, Kecamatan Tanjung Kemuning.

2. Pergantian air rendaman setiap 24 jam selama 4 hari.

3. Bahan perendaman yang digunakan adalah larutan NaHCO3 dengan konsentrasi 4

% dan 8 %.

4. Penurunan kandungan racun yang diamati pada ubi kayu ini hanyalah penurunan

kandungan HCN.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menentukan pengaruh konsentrasi danlama perendaman NaHCO3 terhadap sifat

fisik tepung ubi kayu Kaur

2. Menentukan pengaruh konsentrasi danlama perendaman NaHCO3 terhadap reduksi

kadar sianida tepung ubi kayu Kaur

3. Menentukan nilai tambah hasil reduksi HCN tertinggi pada tepung ubi kayu Kaur

1.5 Manfaat Penelitian

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang diteliti, maka

penelitian ini dibatasi beberapa hal berikut :

1. Dapat dijadikan rujukan yang mencapai level aman untuk dijadikan bahan produksi

tepung ubi kayu Kaur

2. Dapat menambah nilai ekonomis pada ubi kayu Kaur

Page 22: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ubi Kayu

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu sumber karbohidrat

yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi

kayu berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir ke

seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok. Ubi kayu

berkembang di negara –negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya (Purwono,

2009).

Penyebaran tanaman ubi kayu di Indonesia, terjadi pada sekitar tahun 1914 – 1918,

yaitu saat terjadi kekurangan atau sulit pangan. Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan

baik pada daerah yang memiliki ketinggian sampai dengan 2.500 m dari permukaan

laut. Demikian pesatnya tanaman ubi kayu berkembang di daerah tropis, sehingga ubi kayu

dijadikan sebagai bahan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung. Pada daerah yang

kekurangan pangan tanaman ini merupakan makanan pengganti (subtitusi) serta dapat pula

dijadikan sebagai sumber kabohidrat utama. Adapun produksi ubi kayu di Indonesia adalah

Jawa, Lampung, dan NTT (Sunarto, 2002). Umumnya tanaman ini dibudidayakan

oleh manusia terutama adalah untuk diambil umbinya, sehingga segala upaya yang selama

ini dilakukan adalah untuk mempertinggi hasil umbinya.

Ubi kayu di Indonesia merupakan bahan pangan sumber karbohidrat yang dianggap

rendah, karena banyak ditanam dan dikonsumsi oleh masyarakat di lahan marginal. Untuk

menghapus kesan tersebut telah dikembangkan produk dari bahan ubi kayu dan diberi

nama “Kasava”. Nama kasava berasal dari kata “Cassava” (bahasa inggris) artinya ubi

kayu. Dibanding dengan tanaman pangan lainya, budidaya ubi kayu paling sederhana dan

mudah. Potensi hasilnya tinggi, rata-rata 20 ton/ha. Bahkan dengan perawatan intensif

berpotensi hasil lebih dari 50 ton/ha (Trisnanto, 2013).

Berdasarkan sifat kimiawi, ubi kayu segar mengandung kadar air tinggi (60-65 %),

kadar sianida (HCN) ada yang beracun (lebih dari 100 ppm), kurang beracun (50-100 ppm)

dan tidak beracun (kurang dari 50 ppm), senyawa phenol yang menyebabkan pencoklatan

oleh enzim phenolase yang mengalami proses oksidasi menyebabkan ubi kayu segar

mudah mengalami kerusakan apabila tidak mendapatkan penanganan (penundaan) pasca

panen setelah tiga hari (Trisnanto, 2013). Ubi kayu merupakan salah satu makanan pokok

rakyat Indonesia, dengan nama binomial manihot esculenta crantz dari kerajaan plantae,

Page 23: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

merupakan tumbuhan tropik dan subtropika dari keluarga euphorbiaceae. Umbinya biasa

dimakan karena sumber karbohidrat begitupun daunnya yang dimanfaatkan sebagai

sayuran.

Rukmana, dkk (2001) juga menyebutkan ubi kayu mempunyai sifat mudah rusak,

cepat busuk dan meruah. Ubi yang telah rusak menyebabkan warna berubah, rasa menjadi

kurang enak, dan bahkan kadang-kadang pahit karena adanya asam sianida (HCN) yang

bersifat toksik (racun). Pengolahan ubi kayu secara tepat akan mengurangi resiko

terjadinya kerusakan dan pembusukan, dan memperpanjang umur simpan serta dapat

meningkatkan nilai jualnya. Ubi kayu memiliki berbagai macam kegunaan, yaitu sebagai

bahan makanan, bahan industri, dan bahan pakan ternak.

Ubi kayu merupakan sejenis tanaman umbi-umbian yang mengandung karbohidrat

tinggi dengan kadar amilosa yang rendah dan amilopektin yang tinggi sehingga dapat

dijadikan bahan makanan sumber karbohidrat sebagai pengganti beras. Karbohidrat yang

tinggi pada ubi kayu ternyata merupakan sifat yang tidak dimiliki oleh umbi-umbian

lainnya sehingga ubi kayu dapat dimanfaatkan secara luas (Rismayani, 2007).

Ubi kayu umumnya dikenal dengan nama ubi kayu merupakan komoditi yang

banyak ditanam di Indonesia. Ubi kayu (Manihot esculenta cranzt) mempunyai arti

terpenting dibandingkan dengan jenis umbi-umbian yang lain. Ubi kayu berbentuk seperti

silinder yang ujungnya mengecil dengan diameter rata-rata 2-5 cm dan panjang sekitar 20

– 30 cm. Ubi kayu biasanya diperdagangkan dalam bentuk masih berkulit. Umbinya

memiliki kulit yang terdiri dari dua lapis yaitu kulit luar dan kulit dalam. Daging ubi

berwarna putih atau kuning. Dibagian tengah daging umbi terdapat suatu jaringan yang

tersusun atas serat. Ubi kayu segar banyak mengandung air dan pati. Pengeringan umbi-

umbian sering dilakukan sebagai usaha pengawetan (Muchtadi, 1989).

Adapun produksi ubi kayu dibengkulu pada tahun 2015 sebanyak 76.967 ton,

sedangkan produksi ubi kayu di kabupaten kaur pada Tahun 2015 sebanyak 3.506 ton

(BPS, 2015). Dengan demikian kabupaten kaur memiliki potensi penghasil ubi kayu,

namun saat ini umumnya masyarakat hanya menjual ubi kayu mentah, sedangkan bentuk

olahan belum banyak dilakukan oleh masyarakat seperti pengolahan ubi kayu menjadi

tepung. Kabupaten Kaur adalah salah satu kabupaten pemerintah daerah yang

menganjurkan masyarakat bertanam ubi kayu dan memiliki unit pengolahan mocaf.

(Yasrizal, 2015).

2.1.1 Taksonomi dan Morfologi

Page 24: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Dalam sistematika tanaman, ubi kayu termasuk kelas Dicotyledoneae. Ubi kayu

masuk dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai 7.200 spesies, bebrapa diantaranya

mempunyai nilai komersial, seperti karet (Hevea brasiliansis), jarak (Ricinus comunis dan

Jatropha curca), umbi-umbian (Manihot spp), dan tanaman hias (Euphorbia spp).

Diklasifikasikan tanaman ubi kayu di klasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Species : Manihot esculenta Crantz

Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, yaitu ketela pohon, ubi jenderal, ubi

inggris, telo puhung, kasape, bodin, telo jenderal (jawa), sampeau,huwi dang deur, huwi

jenderal (sunda), kasbek (ambon), dan ubi prancis (padang) (Suprapti, 2005).

Bagian tubuh tanaman ubi kayu terdiri atas batang, daun, bunga, dan Umbi :

a. Batang

Batang tanaman ubi berkayu, beruas-ruas dengan ketinggian mencapai lebih dari

3m. Warna batang bervariasi, ketika masih muda umumnya berwarna hijau dan setela tua

menjadi keputihan, kelabu, atau hijau kelabu. Batang berlubang, berisi empelur berwarna

putih, lunak, dengan struktur seperti gabus.

b. Daun

Susunan daun singkong berurat menjari dengan cangap 5-9 helai. Daun ubi kayu,

terutama yang masih muda mengandung racun sianida, namun demikian dapat

dimanfaatkan sebagai sayuran dan dapat menetralisir rasa pahit sayuran lain, misalnya

daun pepaya dan kenikir.

c. Bunga

tanaman singkong berumah satu dengan penyerbukan silang sehingga jarang

berbuah.

d. Umbi

Umbi yang terbentuk merupakan akar yang menggelembung dan berfungsi sebagai

tempat penampung makanan cadangan, bentuk umbi biasanya bulat memanjang terdiri atas

Page 25: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

kulit tipis (ari) berwarna kecokelat-coklatan (kering), kulit dalam agak tebal berwarna

keputih-putihan (basah), dan daging bewarna putih atau kuning (tergantung) varietasnya

yang mengandung sianida dengan kadar berbeda ( Suprapti, 2005).

2.1.2 Manfaat Dan Kegunaan

Hampir semua bagian dari tanaman ubi kayu dapat dimanfaatkan dalam berbagai

jenis industri. Misalnya, industri pembuatan alkohol, etanol, dan gasahol; lem, tekstil, dan

industri kimia. Ubi kayu bermanfaat juga untuk dijadikan bahan baku industri makanan,

baik berupa produk antara ( intermediate produc), misalnya gaplek dan tepung tapioka,

maupun makanan jadi berupa kripik, enyek-enyek, emping dan biskuit. Limbah industri

ubi kayu sebagian hasil ikutan (by product) dalam pengolahan, yang berupa kulit ubi kayu

dan onggok, dapat dapat dijadikan campuran pakan ternak. Aneka olahan dari tanaman ubi

kayu antara lain adalah sebagai berikut (Rukmana dkk, 2001).

a. Umbi

Hasil utama tanaman ubi kayu adalah umbinya. Umbi ubi kayu ini dapat diolah

menjadi ubi rebus, ubi kukus, ubi goreng, ubi bakar, getuk, kolak, opak, keripik, tape,

dadar pelangi, puding, combro, dan lain sebagainya.

b. Daun muda

Daun ubi kayu yang masih muda, sangat enak bila disantap dalam bentuk urap,

lalap, masak, lotek, pepea, kare, dan berbagai jenis masakan lainnya.

c. Batang

Batang ubi kayu dapat dimanfaatkan dalam pembuatan tauge atau rebung ubi kayu,

tauge yang berupa tunas daun yang sedang mulai tumbuh enak untuk diolah menjadi sup,

tumis, dan lain sebagainya.

d. Kulit ubi

Kulit ubi kayu dari varietas yang tidak beracun, dapat diolah menjadi kripik,

tepung, atau disantap dalam bentuk urap.

2.1.3 Kandungan Gizi Yang Terdapat Dalam Ubi Kayu

Kandungan gizi yang terdapat dalam ubi kayu sudah kita kenal sejak dulu. Umbi

ubi kayu merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun miskin akan protein.

Selain umbi akar ubi kayu banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah.

Berbagai macam upaya penanganan ubi kayu yang telah banyak dilakukan adalah dengan

mengolahnya menjadi berbagai macam produk olahan baik basah maupun kering.

Page 26: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Selain sebagai bahan makanan pokok, banyak macam produk olahan ubi kayu yang

telah dimanfaatkan oleh masyarakat kita antara lain adalah tape singkong, enyek-enyek

singkong, peuyeum, opak, tiwul, kerupuk singkong, keripik singkong, kue, dan lain-

lain. Adapun unsur gizi yang terdapat dalam tiap 100 g ubi kayu segar dapat dilihat dalam

Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Gizi dalam tiap 100 g Daun Muda (Pucuk) dan Ubi Kayu

No Kandungan Gizi Ubi kayu

1 Kalori ( kal ) 146,00

2 Protein ( g ) 1,20

3 Lemak (g) 0,30

4 Karbohidrat ( g ) 34,70

5 Kalsium ( mg ) 33,00

6 Fosfor ( mg ) 40,00

7 Zat Besi ( mg ) 0,70

8 Vitamin A ( SI ) 0,00

9 Vitamin B1 ( mg ) 0,06

10 Vitamin C ( mg ) 30,00

11 Air ( g ) 62,50

12 Bagian dapat dimakan ( % ) 75,00

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes R.I, 1981 dalam Rukmana.,dkk 2001).

Selain kandungan gizi di atas, ubi kayu juga mengandung racun yang dalam jumlah

besar cukup berbahaya. Racun ubi kayu yang selama ini kita kenal adalah asam biru atau

asam sianida. Baik daun maupun umbinya mengandung suatu glikosida cyanogenik,

artinya suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN yang bersifat

sangat toksik (Sosrosoedirdjo, 1993).

Kandungan sianida dalam ubi kayu sangat bervariasi. Kadar sianida rata- rata dalam

singkong manis dibawah 50 mg/kg berat asal, sedangkan singkong pahit/ racun diatas 50

mg/kg. Menurut FAO, singkong dengan kadar 50 mg/kg masih aman untuk dikonsumsi

manusia (Winarno, 2004). Besarnya racun dalam singkong setiap varietas tidak konstan

dan dapat berubah. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu

antara lain : keadaan iklim, keadaan tanah, cara pemupukan dan cara budidayanya.

2.1.4 HCN Berbagai Varietas Ubi Kayu

Page 27: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Tumbuhan ubi kayu berdasarkan deskripsi varietas ubi kayu, maka penggolongan

jenisnya dapat dibedakan menjadi dua macam :

a. Jenis ubi kayu manis, yaitu jenis ubi kayu yang dapat dikonsumsi langsung. Contoh

varietasnya : gading, adira 1, mangi, betawi, mentega, randu, lanting, dan kaliki.

b. Jenis ubi kayu pahit, yaitu jenis ubi kayu untuk diolah atau bila akan dikonsumsi

harus melalui proses. Contoh varietasnya : karet, bogor, SPP, dan adira 2 ( Rukmana,

Rahmat, 1997 ). Bila rasa ubi kayu semakin pahit maka kandungan sianidanya tinggi

(Winarno, 2004).

Ubi kayu dapat dibedakan menurut warna, rasa, umur dan kandungan sianidanya

(HCN). Bila rasa pahit maka kandungan sianidanya tinggi (Winarno, 2004). Berdasarkan

kadar Asam Sianida (HCN) dalam ubi kayu, tidak semua jenis ubi kayu dapat dikonsumsi

ataupun diolah secara langsung. Ubi kayu dengan kadar HCN kurang dari 100 mg/kg

(ditandai dengan adanya rasa manis), merupakan ubi kayu yang layak dan aman

dikonsumsi ataupun diolah sebagai bahan makanan secara langsung. Adapun kadar HCN

dalam beberapa jenis/varietas ubi kayu dapat dilihat dalam tabel berikut 2.

Tabel 2.Kadar HCN dalam Beberapa Jenis/ Varietas Ubi Kayu

No Varietas Rasa Kadar HCN mg/kg

Umbi Daun

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Mangi (di tanah subur)

Mangi (di tanah kering)

Betawi

Valenka

Singapura

Basiorao

Bogor

Tapi kuru

SPP

Enak

Pahit

Enak

Enak

Enak

Agak pahit

Agak pahit

Pahit

Pahit

32

289

33

39

60

82

90

130

206

136

542

146

158

201

230

324

230

468

Sumber: Rahmat Rukmana, 1997.

Menurut Depkes RI, (1999) berdasarkan kadar HCN dalam umbi, ketela pohon

dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu :

a. Ketela Pohon Manis

Ketela pohon manis banyak dikonsumsi secara langsung atau digunakan untuk

jajanan tradisional, misalnya gethuk, sawut, utri (lemet), dan lain- lain. Rasa manis ketela

Page 28: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

pohon disebabkan oleh kandungan asam sianida yang sangat rendah, hanya sebesar 0,04 %

atau 40 mg HCN/ kg ketela pohon. Jenis ketela pohon manis antara lain adalah Gading,

Adira I, Mangi, Betawi, Mentega, Randu Ranting, dan Kaliki.

b. Ketela Pohon Agak Beracun

Jenis ketela pohon agak beracun memiliki kandungan HCN antara 0,05 - 0,08 %

atau 50 – 80 mg HCN / kg ketela pohon.

c. Ketela Pohon Beracun

Ketela pohon beracun, kandungan HCN antara 0,08 - 0,10 % atau 80 – 100 mg

HCN / kg ketela pohon.

d. Ketela Pohon Sangat Beracun

Ketela pohon termasuk kategori sangat beracun apabila mengandung HCN lebih

dari 0,1 % atau 100 mg/kg ketela pohon. Jenis ketela pohon sangat beracun antara lain

adalah Bogor, SPP, dan Adira II. Menurut Coursen (1973), kadar HCN dapat dikurangi /

diperkecil (detoksifikasi sianida) dengan cara perendaman, ekstraksi pati dalam air,

pencucian, perebusan, fermentasi, pemanasan, pengukusan, pengeringan dan

penggorengan.

Ubi kayu lebih baik dipanen pada saat kadar air mencapai 50-80 persen. Diatas

kadar air tersebut kurang menguntungkan, karena umbi yang didapat banyak mengandung

air dan kadar patinya rendah. Pemanenan di bawah kadar air 50 persen menghasilkan umbi

yang keras karena umbi menjadi berkayu sehingga banyak mengandung serat (Tjiptadi

dalam Wahyuningsih, 1990).

Waktu yang baik untuk memanen hasil ubi kayu sukar ditentukan dengan pasti.

Menurut Sosrosoedirdjo dan Samad dalam Wahyuningsih (1990) faktor-faktor yang

mempengaruhi saat panen adalah varietas, iklim, jarak tanam dan kesuburan tanah. Lebih

lama ubi kayu itu ditinggalkan tumbuh, lebih membesar dan memanjang

pertumbuhan umbinya, yang berarti lebih besar hasilnya, tetapi pada suatu saat kadar

patinya akan menurun. Pada umumnya pemanenan ubi kayu pada saat berumur 10-12

bulan (Anonim, 2009).

Umbi ubi kayu merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat

miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena

mengandung asam amino metionin. Umbi akar ubi kayu banyak mengandung glukosa dan

dapat dimakan mentah. Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada

kandungan racun glukosida yang dapat membentuk asam sianida. Umbi yang

rasanya manis terdapat paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih

Page 29: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

segar, dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Pada jenis ubi kayu yang

manis, proses pemasakan sangat diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya. Dari umbi

dapat dibuat tepung mocal yang merupakan modifikasi tepung ubi kayu yang telah

terfermentasi (Wahyuningsih, dkk 2009).

Varietas-varietas ubi kayu unggul yang biasa ditanam penduduk Indonesia adalah

ubi kayuValenca, ubi kayu Mangi, dan ubi kayu Gajah.

a. Ubi kayu Valenca

(Endang, 2010) Ketela pohon Valenca berasal dari benua Amerika, tepatnya dari

negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar,

India, Tiongkok. Ketela pohon berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah

pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Di Indonesia, ketela pohon

Valenca menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. (Rudi, dkk

2006) manfaat daun ketela pohon valenca sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup

tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan.

b. Ubi kayu Mangi

Jenis ubi kayu mangi (Endang, 2010) pertama kali dikenal di Amerika Selatan

kemudian dikembangkan pada masa pra-sejarah di brasil dan paraguay. Bentuk-bentuk

modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di brasil

selatan. Meskipun spesies mangi yang liar ada banyak, semua varitas mangi dapat

dibudidayakan.

c. Ubi kayu Gajah

Ubi kayu gajah adalah ubi kayu varietas ”Asli” Kalimantan timur yang ditemukan

oleh Prof. Dr. Ristonom, MS dan dipublikasikan melalui Koran Lokal di Kalimantan

Timur dan internet sejak tanggal 08 Juli 2008. Sosialisai dan pengembangan dimulai

tanggal 01 Juni 2009 dengan acara “Panen Raya dan Bazaar di Desa Bukit Pariaman, Kec.

Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.

2.2 Asam Sianida (HCN)

Glikosida sianogenetik merupakan senyawa yang terdapat dalam bahan makanan

nabati dan secara potensial sangat beracun karena dapat terurai dan mengeluarkan hidrogen

sianida. Hidrogen sianida dikeluarkan bila komoditi tersebut dihancurkan, dikunyah,

mengalami pengirisan, atau rusak. Glikosida sianogenetik terdapat pada berbagai tanaman

dengan nama senyawa yang berbeda seperti amigladin pada biji almonds, aprikot dan apel,

Page 30: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

dhurin pada biji shorgum, dan linamarin pada kara (lima bean) dan Ubi kayu. Nama kimia

bagi amigladin adalah glukosida benzaldehida sianohidrin; dhurin; glukosida p-hidroksida-

benzaldehida sianohidrin; linamarin; glukosida aseton sianohidrin (Winarno, 2004).

Zat glikosida ini diberi nama linamarin yang berasal dari aseton sianidrin yang bila

dihidrolisis akan terurai menjadi glukosa, aseton dan HCN. Rumus molekul linamarin

C10H17O6N dan mempunyai sifat yang mudah larut dalam air (Sosrosoedirdjo, 1993).

Asam sianida disebut juga Hidrogen sianida (HCN), biasanya terdapat dalam bentuk gas

atau larutan dan terdapat pula dalam bentuk garam-garam alkali seperti potasium sianida.

Sifat-sifat HCN murni mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap pada suhu kamar

dan mempunyai bau khas. HCN mempunyai berat molekul yang ringan, sukar terionisasi,

mudah berdifusi dan lekas diserap melalui paru-paru, saluran cerna dan kulit (Dep Kes RI,

1989).

HCN dikenal sebagai racun yang mematikan. HCN akan menyerang langsung dan

menghambat sistem antar ruang sel, yaitu menghambat sistem cytochroom oxidase dalam

sel-sel, hal ini menyebabkan zat pembakaran (oksigen) tidak dapat beredar ketiap-tiap

jaringan sel-sel dalam tubuh. Dengan sistem keracunan ini maka menimbulkan tekanan

dari alat-alat pernafasan yang menyebabkan kegagalan pernafasan, menghentikan

pernafasan dan jika tidak tertolong akan menyebabkan kematian. Bila dicerna, HCN sangat

cepat terserap oleh alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah. Tergantung jumlahnya

HCN dapat menyebabkan sakit hingga kematian (dosis yang mematikan 0,5 - 3,5 mg

HCN/kg berat badan ) (Winarno, 2004 ).

Sianida sebagai hidrogen sianida, atau salah satu garamnya yang banyak digunakan

dalam elektroplating , adalah racun yang bertindak sangat cepat (reaktif). Sianida tidak

stabil dalam air dan dapat dihilangkan dengan perlakuan biologi atau dengan klronasi. Hal

ini mungkin terjadi dalam air hanya sebagai hasil dari tumpahan bahan kimia (Dean,

1981).

a. Sifat – Sifat HCN

Hidrogen sianida murni mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap

pada suhu kamar, dan mempunyai bau yang khas. Hidrogen sianida mempunyai

berat molekul yang ringan, sukar terionisasi, mudah berdifusi dan cepat diserap

melalui paru – paru, saluran cerna, dan kulit ( Dep Kes RI, 1999).

b. Toksisitas HCN

Yang dimaksud dengan toksis ( racun ) dari suatu zat pada dasarnya merupakan

kemampuan zat yang dapat menyebabkan kerusakan atau kerugian pada organisme

Page 31: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

hidup. Zat beracun alami yang terdapat pada bahan pangan nabati disebut toksitan

nabati. Toksitan nabati pada tanaman berfungsi untuk membantu dan mengatur

metabolisme serta melindungi tanaman terhadap serangan hama. Pelepasan HCN

tergantung dari adanya enzim glikosidase serta adanya air. Senyawa HCN mudah

menguap pada proses perebusan, pengukusan, dan proses memasak lainnya.

Glikosida sianogenik artinya suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan

racun biru / HCN yang bersifat sangat toksik. Zat glikosida dinamakan linamarin.

Linamarin oleh enzim β glikosidase akan diuraikan menjadi HCN, benzaldehid, dan

glukosa. ( Achmad, 1998). Sifat – sifat murni HCN, yaitu mempunyai sifat tidak

berwarna, mudah menguap pada suhu kamar dan mempunyai bau khas. HCN

mempunyai berat molekul yang ringan, sukar terionisasi, mudah berdifusi 12dan cepat

diserap melalui paru – paru, saluran cerna dan kulit ( Dep Kes RI, 1987). Dosis HCN

yang dapat mengakibatkan kematian adalah 0,5 – 3,5 mg HCN per kg berat badan. Gejala

yang timbul mati rasa pada seluruh tubuh dan pusing – pusing. Hal ini diikuti oleh

kekacauan mental dan pingsan, kejang – kejang dan akhirnya koma (pingsan lama ).

Dosis yang lebih rendah dapat mengakibatkan sakit kepala, sesak pada

tenggorokan dan dada berdebar – debar serta kelemahan pada otot – otot. HCN dapat

menyebabkan tekanan pada sistem pernafasan saraf pusat sehingga akan terjadi

kelumpuhan dan kegagalan pernafasan, jika tidak segera ditolong akan menyebabkan

kematian.

c. Efek Racun HCN

HCN dalam bentuk gas maupun cairan sangat beracun dan dikenal sebagai racun

yang mematikan. HCN akan menyerang langsung serta menghambat sistem antar ruang

sel, yaitu menghambat sistem sitokrom oksidase dalam sel – sel, hal ini

menyebabkan zat pembakaran ( oksigen ) tidak dapat beredar ke tiap – tiap jaringan sel –

sel dalam tubuh. Dengan sistem keracunan itu maka menimbulkan tekanan sistem

pernafasan saraf pusat sehingga terjadilah kelumpuhan dari alat – alat pernafasan yang

menyebabkan kegagalan pernafasan, menghentikan pernafasan dan jika tidak tertolong

akan menyebabkan kematian. Dosis HCN yang dapat menyebabkan kematian adalah 0,5

–3,5 mg HCN / kg berat badan (Winarno,2004).

2.2.1 Cara Mengurangi Kadar HCN

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kandungan HCN yang

terdapat dalam singkong, yaitu dengan cara perendaman, pencucian, perebusan,

Page 32: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

pengukusan, penggorengan atau pengolahan lain. Dengan adanya pengolahan

dimungkinkan dapat mengurangi kadar HCN sehingga bila ubi kayu dikonsumsi tidak akan

membahayakan bagi tubuh (Sumartono, 1987).

Pengolahan secara tradisional dapat mengurangi/bahkan menghilangkan kandungan

racun. Pada ubi kayu, kulitnya dikupas sebelum diolah, direndam sebelum dimasak dan

difermentasi selama beberapa hari. Dengan perlakuan tersebut linamarin banyak yang

rusak dan hidrogen sianidanya ikut terbuang keluar sehingga tinggal sekitar 10- 40 mg/kg

(Winarno , 2004). Asam biru (HCN) dapat larut di dalam air maka untuk menghilangkan

asam biru tersebut cara yang paling mudah adalah merendamnya di dalam air pada waktu

tertentu (Kuncoro, 1993).

2.2.2 Pengujian Kadar HCN

Ada 2 macam analisa yang dapat digunakan dalam pengujian Asam sianida, yaitu

analisa kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisa Kualitatif

Analisa kualitatif yang dipergunakan dalam pengujian sianida, prinsip

pengujiannya yakni HCN larut dalam air, dalam suasana panas dan asam HCN akan

menguap, lalu uap HCN akan bereaksi dengan asam pikrat membentuk warna merah.

2. Analisa kuantitatif

Analisa kuantitatif dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode

spektrofotometri dan titrimetri yaitu:

a. Metode spektrofotometri

Prinsip kerja metode ini adalah cianida dalam sampel diubah menjadi cianogen

chlorida (CNCl) karena bereaksi dengan khloramin T pada pH kurang dari 8 terhidrolisa

menjadi cianat. Setelah bereaksi secara sempurna, CNCl membentuk warna merah biru

dengan asam barbiturat dalam piridin dan warna yang terjadi dibaca pada panjang

gelombang 578 nanometer.

b. Metode Titrimetri

Metode titrimetri yang dimaksud adalah titrasi Argentometri. Titrasi argentometri

digunakan untuk penetapan kadar zat uji yang mengandung ion halogenida atau anion yang

dapat membentuk endapan dengan ion perak, titrasi ini berdasarkan atas reaksi

pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan larutan baku AgNO3

(Sudarmadji,dkk.,2007).

2.3 TepungUbi Kayu

Page 33: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Ubi kayu segar dapat diolah menjadi tiga macam bentuk tepung yaitu tepung ubi

kayu (cassava flour), tepung gaplek (cassava chip flour), dan tepung tapioka (tapoica

starch). Tepung ubi kayu mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan

tepung gaplek dan tepung tapioka. Tepung ubi kayu mempunyai kadar HCN yang lebih

rendah dari tepung gaplek, serta lebih tahan terhadap serangan hama selama penyimpanan.

Proses pengolahan tepung ubi kayu menggunakan teknologi yang relatif sederhana

dibandingkan proses pengolahan tepung tapioka sehingga dapat dibuat dengan mudah dan

cepat, serta tidak membutuhkan banyak air dan tempat pengolahan yang luas (Febriyanti,

1990).

Menurut SNI 01-2997-1996, tepung ubi kayu adalah tepung yang dibuat dari bagian

umbi ubi kayu yang dapat dimakan, melalui proses penepungan ubi kayu iris, parut,

maupun bubur kering dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan kebersihan. Syarat mutu

tepung ubi kayu sesuai SNI dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Spesifikasi Persyaratan Mutu Tepung Ubi Kayu (SNI 01-2997-1996)

Kriteria Uji Satuan Persayaratan

Keadaan

- Bau

- Rasa

- Warna

Benda-benda asing

Serangga

Jenis pati

Air

Abu

Derajad putih

Serat kasar

Derajat asam

Asam sianida

Kehalusan

Pati

Tembaga (Cu)

Seng (Zn)

Raksa

Arsen (As)

Cemaran mikroba

Angka lempeng

E.Coli

Kapang

-

-

-

-

-

-

% b/b

% b/b

% b/b

(BaSO4=100%)

% b/b

-

Mg/kg

% (lolos ayakan 80 mesh)

% b/b

Mg/kg

Mg/kg

mg/kg

mg/kg

koloni/g

koloni/g

koloni/g

Khas ubi kayu

Khas ubi kayu

Putih

Tidak boleh ada

Tidak boleh ada

Khas ubi kayu

Maks.12

Maks.1,5

Min 85

Maks.4

Maks. 3

Maks.40

Min.90

Min.75

Maks. 10,0

Maks.40,0

Maks. 0,05

Maks. 0,5

Maks.1.0 x106

Maks.10

Maks. 1.0 x104

Sumber :(SNI 01-2997-1996).

Tepung yang berasal dari umbi-umbian khususnya ubi kayu umumnya memiliki

kandungan pati yang tinggi, karenanya cocok untuk mengatasi kebutuhan kalori di dalam

Page 34: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

makanan. Tetapi umumnya memiliki kandungan protein yang rendah (Muharam, 1992).

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tepung kasava adanya komponen toksik.

Komponen toksik yang terdapat pada umbi ubi kayu adalah asam sianida (HCN). Menurut

Soekarto (1990), kandungan HCN dalam umbi ubi kayu tergantung pada varietas, lokasi,

dan kondisi pertanian. Dalam bidang pertanian, dikenal umbi manis, yaitu umbi ubi kayu

yang memiliki kandungan HCN relatif rendah dan umbi pahit, yaitu umbi ubi kayu yang

memiliki kandungan HCN yang tinggi.

Di dalam umbi ubi kayu, HCN tidak terdapat bebas melainkan terikat dalam bentuk

senyawa yang disebut linamarin atau glukosida aseton sianohidrin Winarno (2004).

Senyawa ini baru bersifat toksik bila telah terurai. Linamarin oleh enzim linamerase yang

secara alami terdapat dalam ubi kayu dapat terurai dan melepaskan HCN. Menurut

Winarno (2004), batas aman kandungan HCN adalah sekitar 0,5-3,5 mg HCN/kg berat

bahan, sedangkan jumlah HCN di dalam umbi, menurut FAO cukup aman bila kurang dari

50 mg/kg umbi kering. Tepung ubi kayu dapat digunakan sebagai bahan baku utama atau

sebagai bahan campuran untuk pembuatan berbagai jenis makanan antara lain roti, mie,

kue-kue, donat, biskuit, dan lain-lain (Departemen Perindustrian, 1989).

2.4 Proses Pembuatan Tepung Ubi kayu

Sudarmadji, dkk.,(2007) ada berbagai macam produk ubi kayu tetapi sebagian besar

ubi kayu tersebut dikonsumsi setelah panen seperti gorengan. Pemanfaatan ubi kayu

sebagian besar diolah menjadi produk setengah jadi berupa pati (tapioka), tepung ubi kayu,

gaplek dan chips. Produk olahan yang lain adalah bahan baku pembuatan tape, getuk,

keripik dan lain-lain.

Umbi ubi kayu segar diolah menjadi tepung ubi kayu. Irzam (2014) prosedur

pembuatan tepung ubi kayu adalah sebagai berikut:

a. Sortasi

Sortasi dilakukan untuk memilih ubi kayu yang segar dan berkualitas bagus.

b. Pengupasan dan Pencucian

Pengupasan bertujuan untuk memisahkan umbi dengan kulitnya dan proses ini

dilakukan dengan menggunakan pisau, sedangkan pencucian dilakukan untuk

menghilangkan kotoran dan tanah yang masih melekat pada ubi kayu.

c. Pengirisan

Page 35: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Proses ini merupakan proses pengecilan ukuran dengan ketebalan bahan ±1

mm, yang bertujuan untuk memudahkan proses selanjutnya, proses ini dilakukan

dengan menggunakan slicer.

d. Perendaman

Pada proses perendaman dilakukan agar ubi kayu yang sudah dibentuk sesuai

ukuran mengalami fermentasi yang terjadi secara spontan. Proses ini menggunakan

perlakuan air rendaman yang diganti setiap 24 jam sekali selama 4 hari. Selain itu

menurunnya total asam juga dikarenakan oleh semakin tingginya konsentrasi

NaHCO3 yang digunakan ke dalam air rendaman, maka suasana perendaman akan

menjadi semakin basa, sehingga total asam semakin berkurang. NaHCO3 dapat

digunakan sebagai pencuci untuk menghapus apapun yang berasam ( Irzam, 2014).

e. Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air bahan, berat bahan dan

mengawetkan bahan serta memudahkan proses selanjutnya. Proses ini menggunakan

Oven dengan suhu 700C, selama ± 12 jam atau sampai tekstur bahan yang dikeringkan

telah menjadi getas (rapuh).

f. Penggilingan

Penggilingan bertujuan untuk mengecilkan ukuran dan memudahkan proses

pengemasannya. Penggilingan dilakukan dengan menggunakan blender selama 1-2 menit.

g. Pengayakan dan Pengemasan

Pengayakan dilakukan untuk mendapatkan ukuran produk yang seragam,

ayakan yang digunakan berukuran 80 mesh. Selain itu ukuran produk yang

seragamakan memudahkan untuk dianalisis. Tepung yang sudah diayak kemudian siap

dikemas di dalam kantung plastik untuk mempermudah penyimpanan serta agar lebih

awet selama masa penyimpanan.

2.5 Natrium bikarbonat

2.5.1 Definisi Natrium Bikarbonat(NaHCO3)

Menurut Muchtadi (2005), nama lain dari natrium bikarbonat adalah natrium

hydrogen karbonat. Bentuknya hablur padat bewarna putih, larut dalam air dan sedikit larut

dalam etanol, selain itu senyawa ini juga dikenal sebagai soda kue, di dalam air NaHCO3

mengalami reaksi kimia sebagai berikut:

NaHCO3 Na++ HCO3

-

HCO3-

H2CO

3+OH

-

Page 36: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

HCO3- CO3

2-+H

+

Apabila bereaksi dengan asam (ion H+) NaHCO3 akan menghasilkan gas karbon

dioksida, yang akan membuat bahan menjadi mengembang atau berpori-pori.

Reaksi NaHCO3 dalam air adalah sebagai berikut :

NaHCO3Na+ + HCO

3

HCO

3 + Ho H2CO3 + OH

HCO

3 CO=

3 + H+

Sedangkan reaksinya dalam adonan akan lebih kompleks karena terdapat protein

maupun ion-ion yang mungkin ikut bereaksi. Penambahan bahan pengembang adonan

yang bersifat asam akan menimbulkan ion H+ sehingga dalam adonan reaksinya adalah

sebagai berikut :

R O, H

+ + NaHCO3 R O

, Na

+ + H2O + CO

2

Perbandingan antara asam dan NaHCO3 harus diperhatikan agar tidak

menimbulkan rasa seperti sabun ataupun rasa asam dan pahit (Winarno, 2004). Bahan

asam pengembang mempunyai kelarutan dalam air yang berbeda-beda. Pada suhu biasa

larutannya dalam air akan menentukan kecepatannya dengan melepaskan gas CO2.

Berdasar kecepatannya, bahan pengembang adonan dapat dibagi atas bermacam-macam

kelas dengan aktivitas cepat atau lambat. Misalnya senyawa yang mudah larut akan

melepaskan CO2 dengan cepat, sebaliknya yang sulit larut akan lambat melepaskan CO2

(Winarno, 2004).

Kecepatan pelepasan CO2 oleh bahan pengembang akan mempengaruhi tekstur

produk. Kecepatan ini meningkat bila suhu bertambah tinggi. Bahan pengembang adonan

yang sekarang banyak digunakan adalah garam asam K–tartrat, Na-alumunium sulfat,

glukano- - lakton, serta garam-garam fosfat (Winarno, 2004). Tepung soda kue

merupakan bahan pengembang adonan yang umum digunakan dalam produk makanan.

Bahan ini terdiri dari NaHCO3, dan tepung. Ada dua macam soda kue, yaitu soda kue

dengan aktivitas cepat yang disebut juga sebagai aktivitas tinggi dan soda kue dengan

aktivitas lambat atau disebut juga sebagai aktivitas ganda. Perbedaan antara keduanya

adalah pada mudah tidaknya komponen asam atau pembentuk asam larut dalam air dingin

(Winarno, 2004).

Soda kue aktivitas cepat terbuat dari dua macam asam, yaitu asam tartrat dan garam

asam K-tartrat yang mudah larut dalam air dingin. Karena itu pelepasan CO2 lebih cepat.

Sebaliknya garam yang bukan asam harus bereaksi terlebih dahulu dengan air panas untuk

Page 37: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

bisa menghasilkan asam. Kemudian asam dengan NaHCO3 akan menghasilkan CO2

(Winarno, 2004).

2.5.2 Penggunaan Natrium Bikarbonat (NaHCO3)

Natrium bikarbonat atau hidrogen karbonat atau asam karbonat dengan rumus

kimia (NaHCO3), adalah bahan kimia berbentuk kristal putih yang larut dalam air, yang

banyak dipergunakan didalam industri makanan/ biskuit (sebagai baking powder),

pengolahan kulit, farmasi, tekstil, kosmetika, pembuatan pasta gigi, pembuatan perment

(candy). Adapun dalam dunia penelitian natrium bikarbonat telah digunakan sebagai bahan

tambahan pengembang, seperti yang dilakukan Pembudi ( 2014) bahwa natrium bikarbonat

dapat meningkatkan daya kembang kue bagiak karena air yang terikat dalam gel pati akan

berubah menjadi uap akibat suhu pemanggangan, dan uap air mendesak jaringan sel untuk

keluar sehingga berbentuk kantung udara, produk berongga dan mengalami pemekaran.

Putranto (2013) juga menyebutkan bahwa adanya penambahan natrium bikarbonat

cenderung menurunkan kekerasan sampel sehingga sampel semakin renyah, disamping itu

banyaknya rongga didalam bahan, maka massa bahan menjadi rendah dan bahan akan

mudah rapuh terhadap beban atau gaya dari luar yang diberikan.

2.6 Pengeringan

Pengeringan merupakan salah satu cara mengurangi kadar cairan dalam bahan

padat dengan metoda penguapan, penghembusan ataupun pemanasan pada suhu tinggi,

baik dalam tekanan normal maupun vakum (Treybal,1981). Pengeringan dapat juga

diartikan sebagai pemisahan air dari bahan dengan kandungan air relatif kecil. Pengeringan

suatu bahan antara lain ditujukan untuk mengawetkan bahan tanpa atau sedikit

mempengaruhi kualitas rasa, aroma dan terutama nilai gizi, disamping untuk meningkatkan

efisiensi pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatannya (Wikantyoso,1989).

Mekanisme pengeringan dibedakan antara pengeringan alami yang memanfaatkan

sinar matahari dan pengeringan buatan (artifical) yang memanfaatkan sumber panas selain

sinar matahari. Kendala pada pengeringan alami adalah karena sangat tergantung pada

iklim/cuaca dan tingkat kontaminasi pengotor dari sekeliling, terutama yang berkait

dengan pengeringan bahan pangan. Pada pengeringan non alami, untuk mempercepat

pelepasan air dalam bahan dan untuk mengurangi terjadinya perengkahan atau perubahan

karakteristik bahan, biasanya dilakukan pada kondisi vakum. Hal tersebut dapat

menunjukkan kadar air yang sesungguhnya dalam bahan (Sudarmadji,dkk.,2007).

Page 38: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Suismono (2001) yang menyatakan bahwa tujuan pengeringan adalah untuk

mengurangi kadar air pada bahan sampai pada batas tertentu dimana perkembangan

mikroorganisme seperti bakteri, khamir atau kapang yang dapat menyebabkan pembusukan

dapat dihentikan sehingga bahan dapat disimpan lebih lama. Sementara volume bahan

menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan

pengepakan, berat bahan menjadi berkurang sehingga mempermudah transport, dengan

demikian diharapkan biaya produksi lebih murah. Disamping keuntungan-keuntungannya,

pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang

dikeringkan dapat berubah, yaitu bentuk, sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu, dan

sebagainya.

Page 39: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Februari 2016 di Laboratorium

Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian, dan Laboratorium MIPA Kimia Fakultas MIPA,

Universitas Bengkulu.

3.2 Bahan dan ALat Penelitian

3.2.1 Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi kayu pahit

yang berasal dari Kaur yang terletak di Desa Tanjung Aur, Kecamatan Tanjung Kemuning

yang diperoleh dari Kebun. Bahan yang digunakan untuk proses perendaman adalah

Natrium bikarbonat (NaHCO3). Bahan yang digunakan untuk analisis antara lain: aquades,

alkohol, larutan NaOH, larutan AgNO3.

3.2.2 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: pisau, baskom, blender

(philips), kain saring, timbangan digital dan ayakan 80 mesh. Alat-alat yang digunakan

untuk analisis antara lain oven, timbangan digital analitik, labu ukur 100 ml, beaker glass

600 ml, labu kjeldahl, Erlenmeyer, spatula kaca, tissu, pH meter, slicer (alat pengiris),

dan desikator.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap menggunakan dua

faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi natrium bikarbonat = A, dengan level 4% dan

8%, faktor kedua yaitu lama perendaman = B dengan level 2 hari, 3 hari, dan 4 hari adapun

metode perendamana yaitu air rendaman diganti setiap 24 jam sekali. Percobaan dilakukan

sebanyak 3 kali pengulangan, sehingga di peroleh 18 sampel.

Tabel 4. Tata letak unit percobaan

Lama perendaman

(B)

Konsentrasi NaHCO3 (A)

A1= 4% A2= 8 %

B1= 2 Hari

A1B1 A2B1

B2= 3 Hari

A1B2 A2B2

B3= 4 Hari A1B3 A2B3

Page 40: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi
Page 41: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Keterangan :

A1B1 = konsentrasi NaHCO3 4 % dengan lama perendaman 2 Hari

A1B2 = konsentrasi NaHCO3 4 % dengan lama perendaman 3 Hari

A1B3 = konsentrasi NaHCO3 4 % dengan lama perendaman 4 Hari

A2B1 = konsentrasi NaHCO3 8 % dengan lama perendaman 2 Hari

A2B2 = konsentrasi NaHCO3 8% dengan lama perendaman 3 Hari

A2B3 = konsentrasi NaHCO3 8 % dengan lama perendaman 4 Hari

3.4. Tahapan Penelitian

Umbi ubi kayu segar diolah menjadi tepung ubi kayu. Prosedur pembuatan tepung

ubi kayu adalah sebagai berikut:

1. Sortasi

Sortasi dilakukan untuk memilih ubi kayu yang segar dan berkualitas bagus.

2. Pengupasan dan Pencucian

Pengupasan bertujuan untuk memisahkan umbi dengan kulitnya dan proses ini

dilakukan dengan menggunakan pisau, sedangkan pencucian dilakukan untuk

menghilangkan kotoran dan tanah yang masih pada ubi kayu.

3. Pengirisan

Pada penelitian ini menggunakan ubi kayu diiris dengan ketebalan ±2 mm yang

bertujuan untuk memudahkan proses selanjutnya, proses ini dilakukan dengan

menggunakan slicer.

4. Perendaman

Proses perendaman dilakukan agar ubi kayu yang sudah dibentuk sesuai

ukuran mengalami fermentasi secara spontan. Proses ini menggunakan perlakuan air

rendaman yang diganti setiap 24 jam sekali selama 4 hari. Air rendaman yang

digunakan adalah larutan dengan kadar natrium bikarbonat konsentrasi 4 % dan 8 %.

5. Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air bahan, berat bahan dan

mengawetkan bahan serta memudahkan proses selanjutnya. Proses ini menggunakan oven

dengan suhu 700C, selama ± 12 jam atau sampai tekstur bahan yang dikeringkan telah

menjadi getas (rapuh).

6. Penggilingan

Penggilingan bertujuan untuk mengecilkan ukuran dan memudahkan proses

pengemasannya. Penggilingan dilakukan dengan menggunakan blender selama 1-2 menit.

Page 42: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

7. Pengayakan dan Pengemasan

Pengayakan dilakukan untuk mendapatkan ukuran produk yang seragam,

ayakan yang digunakan berukuran 80 mesh. Selain itu ukuran produk yang seragam

memudahkan untuk di analisis. Tepung yang sudah diayak kemudian siap dikemas di

dalam kantung plastik untuk mempermudah penyimpanan serta agar lebih awet

selama masa penyimpanan.

3.5. Parameter Pengamatan

Variabel pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis sesuai

parameter:

3.5.1 Analisis Sifat Fisik tepung ubi kayu

3.5.1.1 Kadar Air

Cawan porselin yang sudah diberi kode sesuai sampel dipanaskan dalam oven

dengan suhu 100-1050C selama ± 1 jam cawan porselin diambil lalu dimasukkan dalam

desikator ± 15 menit, kemudian cawan porselin ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak 2

gdalam cawan porselin yang sudah diketahui beratnya,sampel dikeringkan dalam oven

suhu 100-1050C selama 4-5 jam. Setelah sampel dioven, lalu sampel diambil selanjutnya

dimasukkan didalam desikator ± 15 menit dilanjutkan dengan penimbangan. Prosedur

diulangi sampai tercapai berat konstan (selisih antara penimbangan kurang dari 0,2 g ).

Kadar air (%) = ( ) ( )

x100%

(Sudarmadji, dkk.,2007)

3.5.1.2 Rendemen

Analisis rendemen dilakukan dengan cara membagi berat akhir produk dengan

berat bahan awal produk, kemudian dikalikan 100% .

Rendemen = ( )

( )x100%

3.5.1.3 Analisis Warna

Analisis warna menggunakan metode citra digital yaitu dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

Sampel di foto kedalam black box dengan tinggi 40 cm, lebar 30 cm, tinggi kamera

terhadap sampel 22 cm (sehingga menemukan titik fokus), menggunakan alat penerangan

lampu philips 25 wattbohlam, camera yang digunakan yaitu canon 14mp. Foto sampel

Page 43: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

dimasukkan kedalam Sofware Adobe Photoshop CS5. Kemudian dianalisis nilai R, G, B.

(Dinar, dkk., 2012).

3.5.2 Sifat Kimia tepung ubi kayu

3.5.2.1 Kadar Sianida (HCN)

Analisis kadar sianida dilakukan dengan cara uji kuantitatif dengan prosedur

sebagai berikut:

1. Ditimbang sebanyak 10-20 gr sampel tepung yang telah dihaluskan kemudian

ditambahkan 100 ml aquadest dalam erlenmeyer dan didiamkan selama 2 jam.

2. Ditambahkan lagi 100 ml aquadest dan didestilasi dengan uap. Destilat ditampung

dalam erlenmeyer yang telah diisi dengan 20 ml NaOH 2,5%.

3. Setelah didestilasi (ditampung dalam erlenmeyer) mencapai volume 150 ml maka

proses destilasi dihentikan. Destilasi kemudian ditambahkan 5 ml KI 5% dan 8 ml

NH4OH. Campuran destilat tersebut dititrasi dengan larutan AgNO3 0,02 N sampai

terjadi kekeruhan.

4. Kemudian dihitung kadar asam sianida dengan rumus :

( )

(Sudarmadji, dkk., 2007)

3.5.2.2 pH

pH di ukur dengan menggunakan pH meter. Standarisasi pH meter dengan

menggunakan larutan buffer pH 4 dan buffer pH 7. Elektroda dicuci dengan menggunakan

air suling. Kemudian elektroda dimasukkan dalam larutan sampel. Angka yang

ditunjukkan oleh pH meter merupakan besarnya pH dari sampel. Sampel yang diukur

adalah tepung ubi kayu.

Prosedur pengukuran pH dengan menggunakan pH meter adalah:

1. ditimbang sebanyak 10 gr sampel dan dilarutkan dalam 50 ml aquades dalam beaker

glass

2. ditambahkan aquades hingga 100 ml lalu diaduk hingga merata

3. larutan diukur pH nya dengan pH meter yang sudah distandarisasi. Standarisasi pH

meter dilakukan dengan menggunakan larutan buffer pH 4 dan pH 7. Elektroda dibilas

dengan akuades kemudian elektroda dimasukkan dalam larutan sampel

4. angka yang ditunjukkan oleh pH meter dicatat

Page 44: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

5. elektoda diangkat dari larutan sampel, dan dibilas dengan aquades, lalu dikeringkan

dengan tissue. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali.

(Sudarmadji, dkk., 2007)

3.6 Analisis Nilai Tambah

Analisa ekonomi dari hasil penelitian ini dilakukan perhitungan terhadap nilai

tambah dari produk yang dihasilkan menggunakan metode Hayami yang dimodifikasi

secara sederhana, dimana perhitungan ini dilakukan untuk melihat nilai tambah tanpa

dipengaruhi oleh tenaga kerja, penyusutan dan pajak tak langsung yang menggunakan

rumus :

NT = Na – (Nb + Ni)

Dimana :

NT= Nilai tambah dari produk tepung ubikayu (Rp)

Na= Nilai produk akhir dari produk tepung ubikayu (Rp)

Nb= Nilai bahan baku ubikayu (Rp)

Ni= Nilai bahan penunjang dan input lain, (kecualitenaga kerja, penyusutan dan pajak tak

langsung (Rp) (Modifikasi Hayami, et al, 1987).

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode Two –Way Analysis Of Variances

ANOVA dengan menggunakan sofware SPSS statistik 16.0. Apabila dari hasil uji terdapat

perbedaan maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada

taraf 5 % untuk melihat perbedaan antar perlakuan (Hartono, 2008).

Page 45: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian sifat fisik dan kimia tepung ubi kayu dengan parameter

kadar air, rendemen, warna, pH, HCN tereduksi, seperti pada tabel 5.

Parameter Sampel

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

Kadar Air (%) 7,97a 7,97

a 7,47

a 8,48

a 8,79

a 6,47

a

Rendemen (%) 22,71a 22,05

a 24,04

a 24,24

a 22,20

a 21,19

a

Profil Warna R =212,36

G =208,41

B =212,44

R =210,36

G =207,25

B =200,83

R =202,19

G =201,16

B =196,88

R = 200,01

G = 198,41

B = 196,66

R =192,41

G = 187,55

B = 193,55

R =189,88

G = 190,55

B = 189,41

pH (%) 6,93b 6,38

ab 5,94

a 7,45

b 6,82

ab 6,25

a

HCN

Tereduksi (%)

37,15a 40,78

b 51,58

c 38,69

a 41,8

b 53,55

c

Sumber: Hasil Penelitian (2016)

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama hasil analisis DMRT

pada taraf 5 % menunjukkan berbeda nyata. Dan notasinya berdasarkan ANOVA kelompok hari.

4.2 Sifat Fisik Tepung Ubi Kayu

4.2.1 Kadar Air

Kadar air merupakan karakteristik yang sangat mempengaruhi mutu bahan pangan.

Rata-rata kadar air tepung ubi kayu akibat perlakuan lama perendaman dan penambahan

konsentrasi NaHCO3 dilihat pada gambar 1.

Page 46: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada grafik hasil analisis DMRT pada taraf 5%

menunjukkan berbeda tidak nyata. Dan notasinya berdasarkan ANOVA kelompok hari.

Gambar 1. Rata-rata Kadar Air (%) Tepung Ubi Kayu Setelah Perlakuan

Perendaman Konsentrasi NaHCO3.

Page 47: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Berdasarkan gambar 1, rata-rata kadar air tepung ubi kayu pada perlakuan

NaHCO3 4 % dengan lama perendaman 2 hari, 3 hari, 4 hari menunjukkan kadar air

berturut-turut dari kiri kekanan adalah 7,97 %, 7,97 %, dan 7,47 %, namun berdasarkan

anova pada taraf 5 % bahwa penurunan kadar air tersebut akibat beda lama perendaman

berbeda tidak nyata. Pada perlakuan NaHCO3 8 % dengan lama perendaman 2 hari, 3 hari,

4 hari menunjukkan kadar air berturut-turut dari kiri kekanan adalah 8,48 %, 8,79 %, dan

6,47 %, namun berdasarkan anova pada taraf 5 % bahwa penurunan kadar air pada tepung

ubi kayu akibat beda lama perendaman berbeda tidak nyata. Dengan demikian berdasarkan

faktor lama perendaman yaitu 2 hari, 3 hari, 4 hari tidak berpengaruh signifikan terhadap

perubahan kadar air. Adapun pengaruh faktor konsentrasi NaHCO3 4 % dan 8 % pada

perendaman 2 hari dan 3 hari terjadi peningkatan, namun secara statistik kadar air tepung

ubi kayu berbeda tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi NaHCO3

4 % dan 8 % tidak signifikan terhadap penurunan kadar air tepung.

Menurut Anonim (2009) bahwa kadar air tepung ubi kayu yang lebih aman adalah

yang berkadar air rendah. Pada penelitian ini tepung ubi kayu dengan perlakuan NaHCO3

8 % dengan lama perendaman 4 hari menghasilkan kadar air sebesar 6,47 %. Adapun

kadar air produk-produk tepung lainnya seperti pada peneltian Irzam, (2014) kadar air

tepung ubi kayu di daerah Malang berada pada rentang 7,60 % - 7,73 %, dengan kadar air

7,60 % terjadi pada perlakuan konsentrasi NaHCO3 4 %, dan kadar air 7,73 % terjadi pada

perlakuan konsentrasi NaHCO3 0 % setelah perendaman 4 hari, ini berarti kadar air hasil

penelitian tepung ubi kayu yang berasal dari daerah Kaur lebih kecil dibandingkan daerah

Malang.

Rendahnya rata-rata kadar air dikarenakan ubi kayu terlebih dahulu mengalami

proses perendaman dengan menggunakan NaHCO3 selama 2 hari, 3 hari dan 4 hari. Pada

saat perendaman tersebut, ubi kayu mengalami fermentasi yang terjadi secara spontan oleh

mikroba. Akibat adanya aktivitas mikroba ini maka banyak komponen-komponen dalam

bahan yang terpecah karena dimanfaatkan oleh mikroba untuk metabolisme, sehingga

semakin banyak jumlah air terikat yang terbebaskan, (Irzam dkk, 2014). Hal ini

menyebabkan tekstur umbi menjadi lunak dan berpori sehingga penguapan air selama

proses pengeringan semakin mudah (Irzam dkk., 2014).

Menurut Amin (2006), penurunan kadar air pada pembuatan tepung ubi kayu

dipengaruhi oleh proses pengeringan, karena dengan proses pengeringan diharapkan

semakin mempermudah penguapan air. Hal yang sama dinyatakan oleh Herawati (2002)

bahwa semakin lama waktu pemanasan maka pemecahan komponen-komponen bahan

Page 48: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

semakin meningkat yang berakibat jumlah air terikat yang terbebaskan semakin banyak.

Berdasarkan standar mutu tepung ubi kayu, kadar air tepung ubi kayu hasil penelitian

berada pada rentang 6,47 % - 8,79 %, dan apabila dibandingkan dengan tepung ubi kayu

telah memenuhi Standar Nasional Indonesia 01-2997-1996 dengan kadar air maksimunya

12%.

4.2.2 Rendemen

Rendemen merupakan persentase berat tepung yang dihasilkan dari berat bahan

yang digunakan. Rendemen pembuatan tepung ubi kayu dengan lama perendaman

menggunakan NaHCO3 dapat dilihat pada gambar 2.

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada grafik hasil analisis DMRT pada taraf 5 %

menunjukkan berbeda tidak nyata. Dan notasinya berdasarkan ANOVA kelompok hari.

Gambar 2. Rata-rata Rendemen (%) Tepung Ubi Kayu Setelah Perlakuan

Perendaman Konsentrasi NaHCO3.

Berdasarkan gambar 2, rata-rata rendemen tepung ubi kayu pada perlakuan

NaHCO3 4 % dengan lama perendaman 2 hari, 3 hari, 4 hari menunjukkan rendemen

berturut-turut dari kiri kekanan adalah 22,71 %, 22,05 %, 24,04 %, namun berdasarkan

anova pada taraf 5 % bahwa peningkatan rendemen tersebut berbeda tidak nyata.

Sedangkan pada perlakuan NaHCO3 8 % dengan lama perendaman 2 hari, 3 hari, 4 hari

menunjukkan rendemen berturut-turut dari kiri ke kanan adalah 24,24 %, 22,20 %, 21,19

%, namun berdasarkan anova pada taraf 5 % bahwa penurunan rendemen tepung ubi kayu

akibat beda lama perendaman berbeda tidak nyata. Berdasarkan faktor lama hari

perendaman yaitu 2 hari, 3 hari, 4 hari menunjukkan nilai rendemen berbeda tidak nyata.

Berdasarkan anova taraf 5 % faktor beda konsentrasi NaHCO3 yaitu 4 % dan 8 % tidak

Page 49: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

berpengaruh signifikan terhadap rendemen. Pada penelitian ini tepung ubi kayu dengan

perlakuan NaHCO3 8 % dengan lama perendaman 2 hari memiliki rendemen tepung

sebesar 24,24 %.

Adapun hasil penelitian Irzam (2014) rendemen tepung ubi kayu berada pada

rentang 27,62 % - 28,5 %, dengan metode irisan ubi kayu direndam dalam larutan

NaHCO3 0 % menghasilkan rendemen 27,62 % sedangkan pada penggunaan larutan

NaHCO3 4 % menghasilkan rendemen 28,5 %, dimana perendaman keduanya dilakukan

selama 4 hari. Kemudin pada penelitian Hutami (2014) rendemen tepung ubi kayu berada

pada rentang 27,50 % - 28,50 %, dengan metode ubi kayu dibelah menjadi 4 potongan,

direndam dalam larutan NaHCO3 0 % menghasilkan rendemen 27,50 % sedangkan pada

penggunaan larutan NaHCO3 4 % menghasilkan rendemen 28,50 %, dimana perendaman

keduanya dilakuan selama 4 hari. Dari penelitian ini rendemen tepung ubi kayu yang

berasal dari daerah Kaur lebih kecil di bandingkan rendemen tepung ubi kayu yang berasal

dari daerah Malang.

Perbedaan tinggi dan rendahnya rendemen suatu bahan pangan sangat dipengaruhi

oleh kandungan air suatu bahan pangan (Ramelan dkk.,1996). Seiring meningkatnya

konsentrasi NaHCO3 pada tepung ubi kayu maka semakin tinggi rendemen yang dihasilkan

sesuai dengan grafik 2. Namun berdasarkan hasil uji ANOVA pada taraf 5 % tidak

memberikan pengaruh yang signifikan.

4.2.3 Warna

Warna memiliki peranan cukup penting dalam pangan. Selain bergizi, pangan juga

harus memiliki warna menarik untuk dapat dikonsumsi. Tepung ubi kayu pada umumnya

memiliki warna putih cerah. Warna tepung ubi kayu pada penelitian ini di ukur

menggunakan aplikasi Adobe Photoshop CS5 faktor yang diperhatikan adalah Red (R),

Green (G) dan Blue (B) dimana nilai 255 pada ketiga faktor menunjukkan bahwa produk

berwarna putih (cerah) dan nilai nol pada ketiga faktor menunjukkan warna hitam atau

gelap. Profil warna pembuatan tepung ubi kayu dengan waktu perendaman menggunakan

NaHCO3 dapat dilihat pada gambar 3.

Page 50: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Gambar 3. Profil Warna Tepung Ubi Kayu Setelah Perlakuan Perendaman

Konsentrasi NaHCO3.

Berdasarkan gambar 3, profil warna R,G,B dapat diketahui bahwa perlakuan

NaHCO3 4 % dan 8 % dengan lama perendaman 2 hari, 3 hari dan 4 hari, menunjukkan

nilai warna merah (R) berturut-turut dari kiri kekanan adalah 212,36, 210,36, 202,19,

200,01, 192,41, 189,88. Warna hijau (G) berturut-turut dari kiri kekanan adalah 208,41,

207,25, 201,16, 198,41, 187,55, 190,55 dan warna biru (B) berturut-turut dari kiri kekanan

adalah 212,44, 200,83, 196,88, 196,66, 193,55, 189,41. Capaian nilai R, G, B masing-

masing tepung, dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman 2 hari, 3 hari dan 4 hari

menunjukkan penurunan nilai R,G,B. Warna tepung ubi kayu pada perlakuan konsentrasi

NaHCO3 4 % dan 8 % dengan lama perendaman 2 hari, 3 hari dan 4 hari dapat dilihat pada

gambar 4.

Gambar 4. Warna tepung ubi kayu pada perlakuan konsentrasi NaHCO3 4 % dan 8 %.

2 H 4% 3 H 4% 4 H 4%

2 H 8% 3 H 8% 4 H 8%

Page 51: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Pengaruh konsentrasi NaHCO3 4 % dan 8 % menunjukkan pola penurunan nilai

R,G,B, bila konsentrasi NaHCO3 ditingkatkan dari 4 % menjadi 8 %. Nilai R,G,B pada

tepung ubi kayu pada perlakuan perendaman larutan NaHCO3 4 % selama 2 hari lebih

tinggi dibanding pada perendaman 3 hari dan 4 hari, begitu pula pada penggunaan larutan

NaHCO3 8 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan larutan NaHCO3 8 %

menyebabkan penurunan R,G,B atau penurunan kecerahan dibandingkan dengan

penggunaan larutan NaHCO3 4 %. Penurunan kecerahan tepung ubi kayu juga disebabkan

karena selama fermentasi tidak terjadi secara sempurna pemecahan molekul-molekul besar

menjadi molekul-molekul kecil, sehingga komponen penimbul warna yang terperangkap

pada molekul-molekul besar tidak bisa terbebas seluruhnya, sehingga tingkat kecerahan

tepung menurun (Irzam, 2014). Kemudian menurut Hutami (2014), ubi kayu yang telah

direndam menggunakan natrium bikarbonat akan kontak dengan udara yang

mengakibatkan enzim tersebut bereaksi dengan oksigen sehingga warna tepung menjadi

kuning kecoklatan.

Pada penelitian Irzam (2014) dengan metode perendaman ubi kayu irisan diketahui

bahwa penggunaan NaHCO3 0 % memiliki nilai cerah yang lebih tinggi dibandingkan

dengan NaHCO3 4 % dalam perendaman selama 4 hari. Demikian juga dengan penelitian

Hutami (2014) dengan metode perendaman ubi kayu dibelah menjadi empat potongan

dengan konsentrasi NaHCO3 0 % memiliki kecerahan lebih tinggi dibandingkan

konsentrasi NaHCO3 4 % selama perendaman 4 hari. Dengan demikian penurunan

kecerahan terjadi apabila perendaman dilakukan dengan kadar NaHCO3 yang lebih tinggi.

Adapun pada penelitian ini juga menghasilkan profil warna yang sama dengan Irzam

(2014);Hutami (2014) terjadi penurunan kecerahan pada perendaman 3 hari dan 4 hari

dibanding dengan 2 hari pada penggunana konsentrasi 8 % lebih besar dibanding

penggunaan konsentrasi NaHCO3 4 %.

4.3Sifat Kimia Tepung Ubi Kayu

4.3.1 pH

Derajat keasaman (pH) tepung ubi kayu yang dihasilkan berada antara 5,94 - 7,45.

Kecenderungan perubahan rara-rata derajat keasaman (pH) karena faktor waktu

perendaman dan konsentrasi NaHCO3 yang digunakan dilihat pada Gambar 5.

Page 52: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada grafik hasil analisis DMRT pada taraf 5

% menunjukkan berbeda nyata. Dan notasi nya berdasarkan ANOVA kelompok hari.

Gambar 5. Derajat Keasaman (pH) Tepung Ubi Kayu Setelah Perlakuan

Perendaman Konsentrasi NaHCO3.

Berdasarkan gambar 5, rata-rata pH tepung ubi kayu pada perlakuan NaHCO3 4 %

dengan lama perendaman 2 hari, 3 hari, 4 hari menunjukkan pH berturut-turut dari kiri

kekanan adalah 6,93 %, 6,38 %, dan 5,94 %, namun berdasarkan anova pada taraf 5 %

penurunan pH tersebut akibat beda lama perendaman berbeda tidak nyata. Sedangkan pada

perlakuan NaHCO3 8 % dengan lama perendaman 2 hari, 3 hari, 4 hari menunjukkan pH

berturut-turut dari kiri kekanan adalah 7,45 %, 6,82 %, dan 6,25 %, namun berdasarkan

anova pada taraf 5 % penurunan pH tersebut akibat beda lama perendaman ubi kayu

berbeda tidak nyata. Dengan demikian berdasarkan faktor lama hari perlakuan perendaman

yaitu 2 hari, 3 hari, 4 hari tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan pH.

Adapun pengaruh faktor konsentrasi NaHCO3 4 % dan 8 % selama perendaman

2 hari, 3 hari, 4 hari terjadi penurunan , namun secara statistik pH tepung ubi kayu berbeda

tidak nyata. Peningkatan lama perendaman dari 2 hari menjadi 3 hari baik pada konsentrasi

NaHCO3 4 % dan 8 % tidak memberikan pengaruh pada nilai pH berdasarkan anova taraf

5%. Tetapi setelah perendaman 4 hari terjadi penurunan nilai pH yang signifikan.

Berdasarkan anova taraf 5 %, pada konsentrasi NaHCO3 4 % terjadi penurunan berbeda

nyata yakni, pH 6,93 % turun menjadi 5,94 % dan pada konsentrasi NaHCO3 8 % terjadi

penurunan beda nyata yakni, pH 7,45 % turun menjadi 6,25 %. Berdasarkan grafik 5

diatas, bahwa pH produk tepung ubi kayu yang lebih rendah terjadi pada tepung perlakuan

NaHCO3 4 % dengan lama perendaman 4 hari, pH sebesar 5,94 %. Adapun pH tepung ubi

kayu lainnya seperti Irzam (2014) tepung ubi kayu yang diperoleh berada antara rentang

6,00 % – 8,83 %, yang dimana pada perlakuan konsentrasi NaHCO3 0 % sebesar 6,00 %

Page 53: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

dan perlakuan konsentrasi NaHCO3 4 % sebesar 8,83 % dengan perendaman ubi kayu

selama 4 hari. Hal ini pH tepung ubi kayu yang berasal dari daerah Kaur lebih rendah

dibandingkan dengan daerah Malang.

Menurut penelitian Hutami (2014) pH tepung ubi kayu berada pada rentang 6,50-

8,83 yang dimana pada perlakuan konsentrasi NaHCO3 0 % sebesar 6,50 % dan perlakuan

konsentrasi NaHCO3 4 % sebesar 8,83 % dengan perendaman ubi kayu selama 4 Hari.

Rendahnya pH tepung ubi kayu tersebut karena asam sianida yang terlarut dalam air dan

asam-asam organik yang dihasilkan oleh aktivitas mikroba ikut terbuang ketika dilakukan

pergantian air. Penurunan nilai derajat keasaman (pH) terjadi akibat adanya fermentasi

selama 2 hari, 3 hari, 4 hari dengan konsentrasi NaHCO3 (Hutami, 2014). Berdasarkan

hasil uji anova pada taraf 5 % interaksi antara waktu dengan konsentrasi berbeda tidak

nyata.

4.3.2 Tingkat Reduksi Kadar Sianida (HCN)

Reduksi HCN tepung ubi kayu yang dihasilkan berada antara rentang 24,89 – 35,88

ppm. Dan tingkat persentase reduksi HCN dalam rentang 37,15 % - 53,55 %.

Kecenderungan perubahan kadar HCN tepung ubi kayu karena faktor lama perendaman

dan konsentrasi NaHCO3 yang digunakan dilihat pada Gambar 6.

Keterangan:Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada grafik hasil analisis DMRT pada taraf 5

% menunjukkan berbeda nyata. Dan notasinya berdasarkan ANOVA kelompok hari.

Gambar 6. Reduksi HCN Tepung Ubi Kayu Setelah Perlakuan Perendaman

Konsentrasi NaHCO3.

Berdasarkan gambar 6, rata-rata reduksi HCN tepung ubi kayu pada perlakuan

NaHCO3 4 % dengan lama perendaman 2 hari, 3 hari, 4 hari menunjukkan reduksi HCN

Page 54: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

berturut-turut dari kiri kekanan adalah 24,89 ppm, 27,32 ppm, 34,56 ppm, namun

peningkatan reduksi HCN berbeda nyata. Sedangkan pada perlakuan NaHCO3 8 % dengan

lama perendaman 2 hari, 3 hari, 4 hari menunjukkan reduksi HCN berturut – turut dari kiri

ke kanan adalah 25,92 ppm, 28,02 ppm, 35,88 ppm. Namun, peningkatan reduksi HCN

tepung ubi kayu berbeda nyata. Berdasarkan faktor hari perlakuan perendaman 2 hari, 3

hari, 4 hari HCN pada taraf 5 % berpengaruh signifikan terhadap perubahan HCN. Adapun

pengaruh faktor konsentrasi NaHCO3 4 % dan 8 % selama perendaman 2 hari, 3 hari, 4

hari terjadi peningkatan peresentase reduksi HCN, namun secara statistik HCN tepung ubi

kayu berbeda nyata. Karena berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji DMRT bertaraf 5

% yang bertujuan untuk mengetahui beda nyata antara perlakuan dari masing-masing

perlakuan terhadap reduksi kadar sianida tepung ubi kayu.

Hasil rekapitulasi uji DMRT taraf signifikan 5 % pada peningkatan lama

perendaman dari 3 hari menjadi 4 hari pada konsentrasi NaHCO3 4 % dan 8 %

memberikan pengaruh berbeda nyata. Tetapi setelah pada perendaman 2 hari dan 4 hari

terjadi peningkatan persentase reduksi HCN yang signifikan. Berdasarkan ANOVA taraf 5

%, pada perlakuan konsentrasi NaHCO3 4 % terjadi peningkatan reduksi HCN berbeda

nyata yakni HCN 24,89 ppm (dengan tingkat persentase reduksi HCN sebesar 37,15 %),

meningkat menjadi 34,56 ppm (dengan tingkat persentase reduksi HCN sebesar 51,58 %)

dengan lama perendaman 2 hari dan 4 hari, dan pada perlakuan konsentrasi NaHCO3 8 %

terjadi peningkatan berbeda nyata yakni HCN 25,92 ppm (dengan tingkat persentase

reduksi sebesar HCN sebesar 38,69 %), meningkat menjadi 35,88 ppm (dengan tingkat

persentase reduksi HCN sebesar 53,55 %) pada perendaman 2hari dan 4 hari. Berdasarkan

gambar 6 diatas, bahwa HCN produk tepung ubi kayu dengan tingkat presentase reduksi

HCN yang lebih tinggi terjadi pada tepung ubi kayu dengan perlakuan NaHCO3 8 %

dengan lama perendaman 4 hari, HCN sebesar 35,88 ppm dengan tingkat persentase

reduksi HCN sebesar 53,55 %. Didalam proses perendaman, air akan menyebabkan

senyawa linamarin terhidrolisis dan membentuk asam sianida yang larut dalam air, ketika

air rendaman diganti, HCN yang larut dalam air tersebut akan ikut terbuang bersama

dengan air, sehingga rerata kadar HCN yang terukur lebih rendah, (Irzam, 2014).

Reduksi HCN ini dengan metode fermentasi disebabkan adanya peningkatan

konsentrasi mikroorganisme selama fermentasi tetap, yang mempercepat kerusakan

glikosida sianogenik, (Rasulu dkk, 2012). Semakin lama proses perendaman maka makin

tinggi persentase reduksi kadar HCN. Disamping itu juga cara perendaman dapat

Page 55: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

melarutkan senyawa linamarin dan lotaustralin, serta memacu pertumbuhan

mikroorganisme yang dapat mengurangi racun menjadi asam organik (Rasulu dkk, 2012).

HCN secara alami terdapat pada ubi kayu sebagai glikosida sinogenik. Glikosida

sinogenik adalah senyawa yang potensial beracun karena dapat terurai dan menghasilkan

HCN. Glikosida sinogenik yang terdapat pada ubi kayu disebut linamarin dengan nama

kimia glikosida aseton sianohidrin (Winarno, 2004). Berdasarkan hasil uji ANOVA pada

taraf 5 % interaksi waktu dan konsentrasi pada perendaman memberikan perbedaan

nyata. Berdasarkan standar mutu tepung ubi kayu, kadar HCN tepung ubi kayu hasil

penelitian 35,88 ppm dengan tingkat persentase reduksi HCN sebesar 53,55 % telah

memenuhi Standar Nasional Indonesia 01-2997-1996 asam sianida maksimunnya 40 ppm.

Namun sebenarnya menurut FAO, ubi kayu dengan kadar HCN maksimun 50 ppm masih

aman untuk dikonsumsi manusia (Winarno, 2004), sehingga pada penelitian ini tepung ubi

kayu aman dikonsumsi oleh masyarakat sesuai standar referensi FAO.

4.4 Analisis Ekonomi

Analisa ekonomi dilakukan terhadap sampel perlakuan konsentrasi NaHCO3 4 %

pada perendaman 4 hari yang memiliki nilai rendemen sebesar 24,04 % dijadikan sebagai

produk tepung yang mengalami penurunan HCN tertinggi. Analisa ekonomi ini

disesuaikan dengan survey harga pasaran pada saat dilakukan penelitian. Didalam

perhitungan ekonomi terdapat beberapa asumsi yaitu :

Nilai uang dan barang tetap

Harga tepung ubi kayu Rp 12.000,00 per 1000 gram

Harga NaHCO3 Rp. 26.000 per 1000 gram

Harga air aquades untuk pengolahan Rp 1.500,00/m3

Penggunaan listrik untuk oven 80 Watt/24 jam

Tenaga kerja tidak dimasukkan pada perhitungan nilai tambah

Perhitungan Na = Nilai produk akhir dari tepung ubi kayu (Rp)

Produksi Rendemen yang terbaik =

Penjualan tepung ubi kayu 1,15392 x Rp. 12.000/ kg= Rp 13.847,04

Perhitungan Nb = Nilai bahan baku ubi kayu (Rp)

Ubi kayu awal 4,8 x Rp. 600,00 kg = Rp 2.880,00

NaHCO3 240x Rp.26 gram = Rp 6,240,00

Rp 9.120,00

Page 56: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Perhitungan Ni = Nilai alat penolong dan input lain, selain tenaga kerja dan pajak

tak langsung (Rp).

Alat penolong :

1. Loyang 6 buah @ Rp. 13.000 =

2. Plastik pp 12 buah harganya @ Rp.50 = Rp. 600

3. Slicer 1 buah harganya @ Rp. 22.000 =

4. Label 1 lembar @ Rp. 1000,00 = Rp.1000

5. Baskom 6 buah harganya @ Rp. 5000 =

6. Pisau kecil 2 buah harganya @ Rp 2.500 =

7. Biaya penggunaan listrik 12 jam = Rp. 20+

Rp. 1.807,5

Nilai Tambah (NT) = Na – (Nb + Ni)

= Rp 13.847,04 – (Rp 9.120 + Rp. 1.807,5)

= Rp 13.847,04 – Rp. 10.927,5

= Rp. 2.919,54 per kg

Jadi, Nilai tambah produk tepung ubi kayu adalah sebesar Rp. 2.919,54 per kg

Dari perhitungan nilai tambah dari tepung ubi kayu meliputi perhitungan terhadap

nilai produk akhir (Na), nilai bahan baku (Nb) dan nilai bahan penolong (Ni). Nilai tambah

produk akhir yang diperoleh dari harga tepung ubi kayu yaitu 2.919,54 per kg.

Page 57: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil keseluruhan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Sifat fisik berpengaruh tidak nyata terhadap perlakuan larutan perendaman

konsentrasi 4 % dan 8 % dengan lama perendaman 2 hari, 3 hari, 4 hari yaitu kadar

air berada pada rentang 6,47 % - 8,79 %, rendemen 21,19 % - 24,24 %, sedangkan

profil warna menunjukkan penurunan nilai RGB pada perendaman 3 hari dan 4 hari

dimana nilai RGB pada konsentrasi NaHCO3 8 % lebih rendah dibanding

konsentrasi NaHCO3 4 %.

2. Nilai pH berpengaruh tidak nyata terhadap perlakuan larutan perendaman

konsentrasi NaHCO3 4 % namun berpengaruh nyata terhadap reduksi kadar HCN

dengan reduksi HCN tertinggi sebesar 53,55 %, adapun residu 35,88 ppm/HCN

yang aman dikonsumsi terjadi pada perendaman 4 hari baik pada penggunaan

NaHCO3 4 % dan 8 %.

3. Dengan penggunaan bahan baku utama ubi kayu sebanyak 4,8 kg perhari, alat

penolong sebesar Rp 1.807,5 maka agroindustri menghasilkan nilai produksi

pengolahan tepung ubi kayu sebesar dengan menggunakan bahan

baku 4,8 kg dan nilai tambah yang diterima oleh perusahaan perhari sebesar

2.919,54 per kg.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan agar:

1. Perlu dilakukan penambahan larutan kapur Ca(OH)2, dan abu sekam padi dalam

penurunan HCN tepung ubi kayu yang lebih optimal.

2. Perlu ditingkatkan ketelitian dalam pencampuran larutan dalam penelitian, karena

apabila berbeda sedikit saja maka akan mempengaruhi hasil akhir dari penurunan

HCN pada ubi kayu racun tersebut dan perlunya lebih menjaga tingkat higienis alat

dan bahan yang dipakai.

Page 58: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

DAFTAR PUSTAKA

Adamafio, Sakyiamah M, and Josephyne T. 2010. Fermentation in cassava (Manihot

esculenta Crantz) pulp juice improves nutritive value of cassava peel. Academic

Journals 4(3): 51-56

Alamsyah, Yuyun dan Rudy Sujanto. 2006. Kue Basah & Jajan Pasar. PT Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Amin, H., 2006. Improvement of quality and self life of kasoami, a traditional cassava

based food from South East Sulawesi. Forum Pascasarjana 29(4): 301-319

Anonim, 2009. Panen dan Pasca Panen Ubi kayu. http://dfff.budidaya.Tanggal akses:

25/03 2015.

Balitkabi, 2012. Deskripsi Ubi Kayu Varietas Malang IV.http://balitkabi.litbang.deptan.go.

id/varietas-unggul/vu-ubi-kayu/117-malang-4.html. Tanggal Akses 20/10/2015

BPS, 2015. Badaan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu http://bengkulu.bps.go.id/LinkTabel

Statis/view/id/262. Tanggal Akses: 10/02/2016

Dean, R. B. 1981. Water Reuse : Problems And Solutions. London: Academic Press.

Depkes RI, (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat Dan Makanan.

Depkes RI, (1999). Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Peristilahan

Dalam Perdagangan Berjangka Komoditi, Jakarta

Dinar, L., A. Suyantohadi dan M. Afan Fajar Fallah, 2012. Pendugaan Kelas Mutu

Berdasarkan Analisa Warna Dan Bentuk Biji Pala ( Myristica fragrans houtt)

Menggunakan Teknologi Pengolahan Citra Dan Jaringan Saraf Tiruan. Jurnal.

Keteknikan Pertanian Vol. 26, No. 1, April 2012

Endang, et al., (2010). Pengaruh Variasi Temperatur dan Konsentrasi Katalis pada

Kinetika Reaksi Hidrolisis Tepung Kulit Ketela Pohon. Jurnal EKUILIBRIUM Vol.9

No.1.

FAO (Food and Agricultural Organization), 2007.Technical Meeting On Prebiotics [Serial

Online].http://www.fao.org/ag/agn/agns/files/Prebiotics TechMeeting Report.pdf

tanggal akses : 11/02/ 2015.

Febriyanti, T., 1990. Studi Karakteristik Fisiko Kimia dan Fungsional beberapa Varietas

Tepung Singkong. Skripsi. IPB-Press, Bogor.

Hartono, 2008. SPSS 16. Analisis Data Statistika dan Penelitian. Pustaka Belajar

Yogyakarta.

Page 59: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

Hayami,Y. et al., 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java: A

perspective from a sunda village. Bogor : CGPRT Centre.

Herawati, F., 2002. Pemakaian berbagai Jenis Bahan Pengisi pada Pembuatan Tepung

Tape Ubi Kayu dengan Menggunakan Pengering Semprot. Skripsi. Jurusan TPG-

Fateta. IPB. Bogor

Hutami, F.D., 2014. Pengaruh pergantian larutan dan konsentrasi NaHCO3 terhadap

penurunan kadar sianida pada pengolahan tepung ubi kayu. Jurnal Pangan dan

Agroindustri Vol. 2 No 4 p.220-230.

Irzam, F. N., 2014. Pengaruh Pergantian Air dan Penggunaan NaHCO3Dalam Perendaman

Ubi Kayu iris ( Manihot Esculenta Crantz) Terhadap Kadar Sianida pada Pengolahan

Tepung Ubi Kayu.Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.188-199.

Kobawila, Louembe, Keleke, Hounhouigan, and Gamba, 2005.Reduction of the cyanide

content during fermentation of cassava roots and leaves to produce bikedi and ntoba

mbodi, two food products from Congo.Academic Journals 4(7): 689-696

Kuncoro, D.M., 1993. Tanaman Yang Mengandung Zat Pengganggu. Jakarta : CV.

Amalia.

Muchtadi, D., 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB, Bogor.

Muharam, S., 1992. Studi Karakteristik Fisiko Kimia dan Fungsional Tepung Singkong

(Manihot Esculenta Crantz) dengan Modifikasi Pengukusan, Penyangraian, dan

Penambahan gms, Serta Aplikasinya Dalam Pembuatan Roti Tawar. skripsi. Institut

Pertanian Bogor. Bogor. hlm 33-35

Purwono, 2009. Tanaman Ubi Kayu. http:www.psychologymania.com. Diakses pada

tanggal 5 Juli 2013

Putranto, A.W., 2013. Pengaruh Penambahan Natrium Bikarbonat dan Suhu Penggorengan

terhadap Mutu Mikrostruktural Kripik Kimpul (Xanthosoma sagittifolium). Jurnal.

Keteknikan Pertanian . Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya.

Malang.

Ramelan, A.H., Nur Her Riyadi Parnanto, Kawiji, 1996. Fisika Pertanian. UNS-Press.

Rasulu, Hamidin. Yuwono, Sudarminto S., Kusnadi, Joni. 2012. Karakteristik Tepung Ubi

Kayu Terfermentasi Sebagai Bahan Pembuatan Sagukasbi. Jurnal Teknologi

Pertanian 13 (1) 1-7.

Rismayani, 2007. Analisis Usahatani dan Pemasaran Hasil. USU Press. Medan.

Rukmana, H.R. dan Yuniarsih. H. Yuyun., 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Kanisius,

Yogyakarta.

Smith, A. and Mudder, T.,1991 The Chemistry and Treatment of Cyanidation Waste,

Mining Journal Books Ltd., London.

Page 60: REDUKSI KADAR SIANIDA TEPUNG UBI KAYU (Manihot …repository.unib.ac.id/13170/1/JURNAL SKRIPSI RIWANTO SIBORO... · terhadap sifat fisik, kadar sianida dan nilai tambah tepung ubi

SNI 01-2997-1996. Tepung Singkong. Standar Nasional Indonesia. Badan Standarisasi

Nasional.

Soekarto, 1990. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian.

Jakarta: Bhatara Aksara.

Sosrosoedirdjo, R.S., 1993. Bercocok Tanam Ketela Pohon. Jakarta : CV. Yasaguna.

Sudiyono, 2010. Penggunaan Na2HCO3 untuk Mengurangi Kandungan Asam Sianda

(HCN)

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi.,2007. Prosedur Analisa UntukBahan Makanan

danPertanian. Edisi keempat Penerbit.Liberty, Yogyakarta.

Suhartina, 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai

Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.

Suismono, 2001.Teknologi Pembuatan Tepung dan Pati Ubi-ubian Untuk Menunjang

Ketahanan Pangan.Majalah Pangan nomor: 37/X/Juli/2001 Hal. 37-49

Sumartono, 1987. Ubi Kayu. Jakarta : Bumirestu EV.

Sunarto, 2002. Membuat Kerupuk Singkong Dan Keripik Kedelai. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta.

Suprapti., M. L., 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya.Yogyakarta :

Penerbit Kanisius.

Treybal., R.E., 1981, ”Mass Transfer Operation”,4th ed., pp.668, Mc.Graw-Hill BookCo.,

Tokyo.

Trisnanto, A., 2013. Pangan Nusantara dan Kemandirian Bangsa. Kementerian Pertanian

RI. Jakarta.

Wahyuningsih, S. B., 1990. Pengaruh Lama Fermentasi dan Cara Pengeringan terhadap

Mutu Gari yang Dihasilkan. Skripsi Fakultas Teknolog Pertanian IPB Bogor.

Wikantyoso, B. 1989. Satuan Operasi dalam Proses Pangan [Skripsi]. Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada.

Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT . Gramedia Pustaka Utama:Jakarta

Yasrizal, 2015.http://kupasbengkulu.com/34-hektare-ubi-kayu-beracun-di-kaur-siap-panen.

Tanggal akses: 22/03/2015

Yeoh, H. H., Tatsuma, T. and Oyama, N., 1998. Monitoring the cyanogenic potential of

cassava: the trend towards biosensor development. Trend in Analytical Chemistry,

17, 234-240.

Lampiran 1